melakukan perubahan perbaikan perizinan … · bagai jasa lingkungan untuk menopang hidup...

1
Provinsi Papua terdiri dari 31 juta hektar lahan dan hutan yang memberikan ber- bagai jasa lingkungan untuk menopang hidup masyarakat setempat. Di saat yang ber- samaan, Papua juga membutuhkan investasi, lapangan pekerjaan dan pembangu- nan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Rencana pembangunan tata ruang yang efektif dapat membantu Pemda setempat merasionalisasi pengguna- an lahan untuk mengakomodasi dua kebutuhan yaitu konservasi dan pembangunan. Mengingat hal tersebut, USAID LESTARI mendukung pengembangan Sistem Infor- masi Manajemen Tata Ruang (SIMTARU) yaitu sebuah platform Sistem Informasi Geografi online yeng memungkinkan penggunanya untuk mengunggah titik koor- dinatnya dan mengkoordinasikan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan pro- vinsi. SIMTARU dapat mendukung Pemda setempat untuk mengeluarkan izin yang sesuai dengan rencana tata ruang daerah dan sekaligus mengawasi penggunaan lahan. Baru-baru ini, Kabupaten Mimika menyerahkan proposal untuk mengalih-guna la- han hutan seluas 32.000 hektar untuk pembangunan kawasan industri termasuk lahan bagi smelter PT Freeport Indonesia. Ekspansi yang besar dan tidak perlu ini dapat mengkonversi hutan lindung, hutan bakau yang kaya karbon, kawasan- kawasan yang dianggap keramat, dan berbagai hutan negara lainnya. Pada akhirnya, area-area tersebut akan berubah statusnya menjadi kepemilikan swasta (APL). Berkat SIMTARU, proposal ini akhirnya ditolak oleh Gubernur Papua. Ia menga- takan bahwa rencana tersebut tidak sejalan dengan rencana tata ruang Papua yang berkomitmen untuk menjaga 90% Papua sebagai hutan. Pak Gubernur juga menetapkan bahwa hanya 4% atau 1.200 hektar dari lahan yang diminta yang benar-benar dibutuhkan untuk pembangunan kawasan industri dan smelter. SIM- TARU digunakan untuk memperkirakan luas area yang benar-benar dibutuhkan bagi proposal tersebut. LESTARI berencana untuk terus mendukung Pemerintah Papua menyelesaikan mas- alah penggunaan lahan dengan cara yang efektif dan transparan, melindungi area kon- servasi yang bernilai tinggi, dan sekaligus menjamin bahwa pihak swasta ikut mengam- bil peran dalam pembangunan berkelanjutan. Keterangan foto: (dari atas ke bawah) 1. Pelabuhan Pomako yang dikelilingi oleh pohon bakau. 2. Peta kawasan industry yang pertama kali diajukan di kabupaten Mimika 3. Hutan bakau Mimika yang menyediakan jasa-jasa lingkungan bagi pembangunan ekonomi MELAKUKAN PERUBAHAN PERBAIKAN PERIZINAN PENGGUNAAN LAHAN DI PAPUA Photo:©YaminMuhammad

Upload: duongdang

Post on 17-Jul-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Provinsi Papua terdiri dari 31 juta hektar lahan dan hutan yang memberikan ber- bagai jasa lingkungan untuk menopang hidup masyarakat setempat. Di saat yang ber- samaan, Papua juga membutuhkan investasi, lapangan pekerjaan dan pembangu- nan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Rencana pembangunan tata ruang yang efektif dapat membantu Pemda setempat merasionalisasi pengguna- an lahan untuk mengakomodasi dua kebutuhan yaitu konservasi dan pembangunan.

Mengingat hal tersebut, USAID LESTARI mendukung pengembangan Sistem Infor-masi Manajemen Tata Ruang (SIMTARU) yaitu sebuah platform Sistem Informasi Geografi online yeng memungkinkan penggunanya untuk mengunggah titik koor- dinatnya dan mengkoordinasikan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan pro- vinsi. SIMTARU dapat mendukung Pemda setempat untuk mengeluarkan izin yang sesuai dengan rencana tata ruang daerah dan sekaligus mengawasi penggunaan lahan.

Baru-baru ini, Kabupaten Mimika menyerahkan proposal untuk mengalih-guna la-han hutan seluas 32.000 hektar untuk pembangunan kawasan industri termasuk lahan bagi smelter PT Freeport Indonesia. Ekspansi yang besar dan tidak perlu ini dapat mengkonversi hutan lindung, hutan bakau yang kaya karbon, kawasan- kawasan yang dianggap keramat, dan berbagai hutan negara lainnya. Pada akhirnya, area-area tersebut akan berubah statusnya menjadi kepemilikan swasta (APL). Berkat SIMTARU, proposal ini akhirnya ditolak oleh Gubernur Papua. Ia menga- takan bahwa rencana tersebut tidak sejalan dengan rencana tata ruang Papua yang berkomitmen untuk menjaga 90% Papua sebagai hutan. Pak Gubernur juga menetapkan bahwa hanya 4% atau 1.200 hektar dari lahan yang diminta yang benar-benar dibutuhkan untuk pembangunan kawasan industri dan smelter. SIM- TARU digunakan untuk memperkirakan luas area yang benar-benar dibutuhkan bagi proposal tersebut.

LESTARI berencana untuk terus mendukung Pemerintah Papua menyelesaikan mas-alah penggunaan lahan dengan cara yang efektif dan transparan, melindungi area kon-servasi yang bernilai tinggi, dan sekaligus menjamin bahwa pihak swasta ikut mengam- bil peran dalam pembangunan berkelanjutan.

Keterangan foto: (dari atas ke bawah) 1. Pelabuhan Pomako yang dikelilingi oleh pohon bakau. 2. Peta kawasan industry yang pertama kali diajukan di kabupaten Mimika 3. Hutan bakau Mimika yang menyediakan jasa-jasa lingkungan bagi pembangunan ekonomi

MELAKUKAN PERUBAHAN

PERBAIKAN PERIZINAN PENGGUNAAN LAHAN DI PAPUA

Photo: ©Yamin Muhammad