mekanisme pengaturan tender rekonstruksi...
TRANSCRIPT
MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL
PROVINSI GORONTALO
Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Fachri Hafizd
NIM : 1113048000074
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
ABSTRAK
FACHRI HAFIZD. NIM 1113048000074. MEKANISME PENGATURAN TENDER
REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO Studi Kasus Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi
Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 1438 H/2017 M. x +82 halaman + 4 halaman Daftar Pustaka + 84 halaman Lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi praktik
persekongkolan yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta untuk mengetahui
pertimbangan hukum serta penerapan hukum yang dilakukan oleh KPPU untuk mengadili perkara
tersebut terhadap para pelaku bisnis yang melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang praktek persekongkolan tender. Metode Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yang mengacu kepada norma-norma hukum serta peraturan
perundang-undangan, literatur, dan pendapat ahli. Penelitian ini menggunakan pendekatan
perundang-undangan dan konseptual. Peraturan perundanga-undangan yang tercantum dalam
penelitian ini diantaranya adalah Undang- Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar Pengadaan
Barang dan Jasa, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013. Hasil Penelitian ini
menunjukan bahwa putusan KPPU menyatakan para Terlapor secara sah dan meyakinkan telah
melanggar Pasal 22 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil investigasi yang
termuat didalamnya.
Kata kunci : Persekongkolan, Tender, Pengadaan, Afiliasi, KPPU.
Pembimbing : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H, M.H.
Indra Rahmatullah S.HI, M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1999 sampai Tahun 2015
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tidak lupa shalawat dan
salam Penulis sampaikan hanya bagi teladan kita Nabi besar Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
islamiyah yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
sehingga oleh karenanya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “MEKANISME
PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO
Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015”. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan tugas ini Penulis menjumpai beberapa hambatan, namun
berkat dukungan serta bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu,oleh karena itu melalui kesempatan ini
Penulis menyampaikan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Segala sesuatu yang salah
datangnya hanya dari Penulis sebagai manusia dan seluruh hal yang benar datangnya hanya dari
Allah swt, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Harapan Penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan bagi pembaca lain
pada umumnya.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu
Thamrin,. S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan saran serta kritiknya terhadapa penulisan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., dan Indra Rahmatullah, SH.I, MH. Selaku Dosen
Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing Penulis dengan
penuh kesabaran dan ketelitian, dan tidak henti-hentinya memberikan masukan, saran
maupun kritik serta motivasi yang membangun demi kebaikan serta terselelesaikanya skripsi
ini.
vi
4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
dosen Program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
beserta nasihatnya dengan tulus dan tanpa pamrih, semoga dapat bermanfaat bagi Penulis dan
senantiasa Allah S.W.T yang akan membalasnya.
5. Kedua orangtua Penulis ayahnda Dr. M. ALI HANAFIAH SELIAN. S.H., M.H., dan Ibunda
ELFIDARITA yang senantiasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, yang tidak henti-
hentinya memberikan semangat, do’a, saran, dan dukungan dalam bentuk moril maupun
materil semenjak Penulis lahir hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan juga
adik-adik tercinta FARAH MUMTAZ dan FAKHIRA AZYULISKA yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada Penulis demi terselesaikanya penulisan skripsi
ini.
6. Kakek Penulis H. NASRULLAH, Bapak Ir. R.M. SAKTI ARDJUNAWAN dan Ibu
ELFIRISNI, Ibu Dr. ELFARISNA M.Si, yang telah Penulis anggap menjadi orangtua kedua
penulis, serta Abangnda EFSA SAPUTRA B.Sc., kakak sepupu penulis yang sejak kecil
telah bersama serta menjadi salah satu panutan Penulis. Dengan tanpa henti memberikan
semangat, kritik dan kerap kali memberikan dukungan serta motivasi dalam bentuk moril
maupun materil untuk penyelesaian dan kelancaran pembuatan skripsi ini dan dalam
kehidupan penulis, tak jarang pula mendengarkan keluh kesah penulis. Semoga Allah S.W.T
dapat membalasnya.
7. Saudara – saudaraku dari Audit Bahagia yang selalu setia ada dalam susah senang Penulis
semenjak Penulis pertama kali menjajakan kaki di kampus UIN Jakarta hingga
terselesaikanya penulisan skripsi ini. Dengan gelak tawa kalian maupun argumentasi diantara
kita yang tidak akan pernah penulis lupakan, dan selalu ada memberikan saran serta motivasi
sangat bermanfaat bagi Penulis demi terselesaikanya penulisan skripsi ini. Semoga Allah
S..W.T senantiasa menjaga silaturahmi kita semua,menyertai perjalanan kaki kita semua dan
mempertemukan kita dengan kesuksesan di masa mendatang. Saudara; Iqbal, Falah, Shabir,
Daryanto, Ryan, Hanafi, Prama, Raden, Jafar, Fachrizal, Pangki, Prama, Reyza, Ivan, Irfan,
Topan, Budi. “You are the real MVP guys”.
8. Teman -teman seperjuangan Ilmu Hukum 2013, atas kebersamaan maupun kritik dan saranya
terhadap skripsi ini. Semoga senantiasa diberkahi oleh Allah S.W.T. dan diberikan
kesuksesan di masa mendatang. Adik – adik junior Ilmu Hukum. Syifa, Yasmine, Euis.
Semoga kalian juga diberikan kelancaran oleh Allah S.WT. dalam menyelesaikan penulisan
skripsinya kelak.
9. PT. Mitra Mandala Jaya yang telah memberikan kesempatan Penulis untuk menjadi tempat
pembelajaran selama 3 bulan terkait praktek bisnis dan mengilhami lahirnya penulisan
skripsi ini terkait praktek tender serta persaingan usaha dalam bisnis.
10. Segenap staff dan Karyawan Perpusatakaan Utama & Fakultas UIN Syarief Hidayatullah
Jakarta.
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah. ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 8
C. Pembatasan dan Rumusan masalah ....................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
E. Kajian (Review) Studi Terdahulu ........................................................................ 11
F. Kerangka Teori dan Konseptual .......................................................................... 14
G. Metode Penelitian ................................................................................................ 16
H. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 19
BAB II. PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER DAN
PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA
A. Persekongkolan dan Tender Secara Umum ......................................................... 21
1. Pengertian Persekongkolan ........................................................................... 22
2. Pengertian Tender ......................................................................................... 26
B. Persekongkolan Tender ........................................................................................ 29
C. Tinjauan tentang Pengadaan Barang / Jasa dan di Indonesia .............................. 34
D. Kedudukan KPPU dalam Negara Serta Tugas dan Kewenanganya .................... 40
ix
BAB III. PIHAK YANG TERLIBAT SERTA PROSES PERSEKONGKOLAN TENDER
2 (dua) PAKET PENGADAAN REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL
GORONTALO
A. Pihak-pihak yang terkait dalam pengadaan rekonstruksi jalan nasional daerah
Gorontalo ............................................................................................................. 49
B. Mekanisme proses persekongkolan tender 2 (dua) paket pengadaan rekonstruksi
jalan nasional daerah Gorontalo ........................................................................... 55
C. Indikasi Terjadinya Persekongkolan dalam Tender ............................................. 58
BAB IV. ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NO
11/KPPU-L/2015 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET
REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL DAERAH PROVINSI GORONTALO
A. Posisi Kasus ......................................................................................................... 63
B. Dasar Putusan Majelis.......................................................................................... 66
C. Analisis Putusan ................................................................................................... 72
1. Alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) Selaku Panitia
Tender Oleh KPPU ......................................................................................... 85
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 91
B. Saran .................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 95
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Salinan Putusan Perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Pada era modern seperti sekarang ini intensitas praktik bisnis sangatlah tinggi,
sehingga persaingan terjadi disetiap aspek praktik bisnis. Pada dasarnya persaingan
itu penting dilakukan, karena dengan timbulnya persaingan usaha diantara para
pelaku bisnis akan memaksa perusahaan penyedia barang/jasa untuk menekan
biaya menjadi lebih rendah, memaksa perusahaan berinovasi agar menjadi lebih
baik dan dapat memenuhi standar kualitas yang lebih baik, dengan adanya
persaingan usaha tersebut dengan sendirinya akan timbul iklim pelayanan yang
lebih baik dan akan berefek pada keuntungan dan kepuasan para pemakai
barang/jasa.
Selain itu persaingan dapat menjadi landasan fundamental bagi kinerja di atas
rata-rata untuk jangka panjang dan dinamakanya keunggulan bersaing yang lestari
(sustainable competitive advantage) yang dapat diperoleh melalui tiga strategi
generik, yakni keunggulan biaya, difrensiasi, dan fokus biaya.1
Pengadaan barang atau jasa pada proyek sebuah perusahaan atau instansi
pemerintahan kerap kali melalui proses lelang umum atau dikenal dengan
sebutan tender. Hal tersebut dimaksudkan oleh penyelenggara tender untuk
mendapatkan harga barang atau jasa semurah mungkin dan tetap dengan kualitas
sebaik mungkin. Tujuan utama dari tender akan dapat tercapai apabila prosesnya
1 Jhony Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapanya di
Indonesia, (Malang:Bayu Media, 2006), h.102-103
2
berlangsung secara adil dan sehat sehingga pemenang benar-benar
ditentukan oleh penawarannya (harga dan kualitas barang atau jasa yang
diajukan). Konsekuensi sebaliknya bisa saja terjadi apabila dalam proses tender
tersebut terjadi sebuah persekongkolan.
Sebelum dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, kerap kali terjadi
suatu tender dilakukan dengan tidak transparan, artinya sebelum tender dilakukan
telah dapat diketahui bakal pemenang tender tersebut, walaupun pelaksanan
tender tetap dilaksanakan dengan beberapa peserta tender, hal ini mengakibatkan
pelaku usaha tersebut merasa diperlakukan dengan tidak jujur (unfair). Hal ini
dapat terjadi akibat adanya tindakan persekongkolan (conspiracy).2
Secara umum yang dimaksud dengan bersekongkol adalah suatu kerja sama
yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan
dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu.3 Dalam
hal ini terdapat kerjasama diantara para pelaku usaha tersebut yang diikuti oleh 2
atau bahkan lebih daripada para peserta tender demi mendapatkan bagian
pekerjaan dari kegiatan pemenangan suatu tender tersebut, yang seharusnya dapat
timbul sebuah persaingan yang sehat diantara peserta tender. Namun pada
kenyataanya yang terjadi ialah tidak terciptanya proses persaingan, karena akibat
dari sudah adanya tindak persekongkolan tersebut sehingga persaingan tersebut
hanyalah formalitas belaka diantara para peserta tender.
2Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan praktek
serta penerapan hukumnya, (Kencana prenada media group, Jakarta, 2012), h. 277
3Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h. 288
3
Pengertian persekongkolan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
dapat ditemukan dalam Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
yaitu: persekongkolan ataupun konspirasi usaha diartikan sebagai “bentuk
kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan
maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol”.
Bryan A. Garner menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan
adalah
“conspiracy an agreement by two or more persons to commit an
unlawfull act, coupled with an intent to achieve the agreement’s
objective, and (in most state) action or conduct that furthers the
agreement: a combination for an unlawful porpuse ”.4
Dari pendapat Bryan A.Garner tersebut dapat difahami bahwa,
persekongkolan (conspiracy) merupakan keterlibatan kerjasama antara dua atau
lebih pelaku usaha yang secara bersama demi mencapai suatu tujuan tertentu
dengan melakukan suatu tindakan kriminal serta melawan hukum.
Persekongkolan (conspiracy) juga kerap kali disamakan dengan istilah Kolusi
(collusion) yakni, “A secret agreement between two or more people for advice or
produlent purpose.”5.
4 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, (Eight Edition, Editor in Chief West Publishing
co), h.329
5 Knud Hansen; Law Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business
Competition, (Jakarta; Katafis, 2002), h 323-324.
4
Sesungguhnya para pelaku usaha tidak dapat melakukan kesepakatan dengan
pihak lain yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pemberi
proyek, penyelenggara tender, dan/atau di antara mereka sendiri untuk mengatur
dan/atau menentukan pemenang tender.6
Dalam pengawasan persaingan usaha tersebut pemerintah Republik Indonesia
membentuk sebuah lembaga yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
yang berperan dalam pengawasan pelaksanaan Undang-Undang tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Komisi Pengawas
Persaingan Usaha dimaksudkan untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang
efisien melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha tanpa adanya
kecurangan yang dilakukan para pelaku bisnis. KPPU juga berupaya untuk
mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Upaya KPPU
menjamin agar setiap para pelaku usaha yang membuka bisnisnya di Indonesia
berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, selain itu pula untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku ekonomi
tertentu.
Dari hasil penulisan sementara penulis berdasarkan data yang di dapat, dari
penelusuran di KPPU, ternyata perkara kasus pelanggran UU No. 5 Tahun 1999
Pasal 22 tentang Persekongkolan Tender yang telah ditangani sepanjang 2013-
2015, cukup banyak, dengan data seperti tabel di bawah ini , :
6 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h. 112
5
Tabel 1. Perkara KPPU pelanggaran UU No 5 Tahun 1999
kurun waktu 2013-2015.7
Tahun Jumlah Perkara
Masuk
Perkara
Persekongolan
2013 12 kasus 3 kasus
2014 19 kasus 4 kasus
2015 18 kasus 12 kasus
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 12
perkara yang masuk terkait pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, 3 diantaranya adalah
perkara persekongkolan. Pada tahun 2014, dari 19 kasus yang masuk terdapat 4
kasus yang merupakan persekongkolan tender.Data terakhir ialah yang cukup
mencengangkan, terdapat 12 kasus persekongkolan tender dari 18 kasus yang
ditangani KPPU.8
Di Indonesia, persekongkolan tender (bid rigging) dapat dikatakan sebagai
hal yang lumrah terjadi, kolusi yang terjadi antara penyelenggara dan peserta
tender juga merupakan hal yang biasa sehingga dapat dikatakan tender yang
diselenggarakan hanyalah sekedar formalitas belaka.9 Persekongkolan tender
pada dasarnya merupakan suatu bentuk perjanjian dan/atau perbuatan untuk
7KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA » PUTUSAN
http://www.kppu.go.id/id/putusan/)
8(http://www.kppu.go.id/id/putusan/ diakses 12 oktober, 2016 pukul 22.45).
9 Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No. 26 Tahun
ke VI, April 2002.
6
mengatur tender agar dimenangkan oleh pelaku usaha atau kelompok usaha
tertentu, dan dapat menyebabkan harga yang tidak wajar (jauh) lebih tinggi
dibanding kuantitas dan/atau kualitas produk yang diberikan, dalam praktik
persekongkolan ini juga biasanya diiringi dengan terjadinya praktik korupsi,
apabila pemberi tender terbesar umumnya adalah pemerintah. Tender adalah
tawaran pengajuan harga untuk memborong suatu pekerjaan berupa pengadaan
barang dan/atau penyediaan jasa.10 Persekongkolan diatur pada Pasal 22 sampai
Pasal 24 dalam Undang-undang Anti Monopoli, yang dalam hal ini merupakan
sebuah perbuatan yang dilarang.
Hal ini dikarenakan tidak adanya lagi sebuah proses yang adil dan
transparan, sehingga tidak menimbulkan pasar yang kompetitif karena adanya
praktik dominasi tersebut. Selain itu, akibat dari tejadinya persekongkolan
tersebut adalah akan menghilangkan persaingan antar pelaku usaha, dalam sistem
ekonomi pasar yang mengandalkan pada proses persaingan, membuat para
produsen harus bertindak ecara efisien dan juga inovatif, namun kenyataan pada
praktiknya kebanyakan para pelaku usaha atau produsen mengelakkan persaingan
tersebut, justru produser membuat penguasaan pasar dengan berkolaborasi antar
pelaku usaha.11
Persekongkolan yang dikenal dalam tender, terbagi dalam 3 kategori yaitu: 1.
Persekongkolan horizontal, 2. Persekongkolan vertikal dan 3. Persekongkolan
Horizontal dan vertikal. Persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang
10 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika), 2009, h. 113
11 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di Indonesia,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 175
7
terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama para
pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya.12 Kedua yakni
persekongkolan vertikal yaitu persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau
beberapa pelaku usaha ataupun penyedia barang dan jasa dengan panitia tender
atau panitia lelang, atau pengguna barang dan jasa, atau pemilik, atau pemberi
pekerjaan.13 Terakhir, persekongkolan horizontal dan vertikal, hal ini terjadi
diantara panitia tender atau panitia lelang, atau pengguna barang dan jasa, atau
pemilik, atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan
jasa.14 Kesempatan berusaha yang terjaga akan membuka lebar kesempatan
konsumen untuk mendapatkan pilihan produk yang lebih variatif dan berkualitas,
yang memang sudah menjadi hak bagi para konsumen. Berjalannya kehidupan
ekonomi yang menjamin keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Diantara kasus mengenai persekongkolan tender yang telah ditangani oleh
KPPU adalah kasus Tender terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di
Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat
Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, Perkara Nomor
11/KPPU-L/2015. Dalam kasus ini terjadi sebuah pelanggaran dalam bentuk
persekongkolan vertikal yang dilakukan dalam proses tender.
12 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan praktek
serta penerapan hukumnya, (Jakarta; Kencana prenada media group), 2012, h. 293
13 Susanti Adi Nugrohp, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h.297
14 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, , h. 299
8
Persekongkolan ini terindikasi berdasarkan fakta-fakta pada saat proses
tender yang tidak wajar yang dilakukan oleh Pokja Pelaksanaan Jalan
Nasional/SKPD Provinsi Gorontalo di Lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional XI Tahun Anggaran 2014 yang bertujuan memfasilitasi perusahaan
tertentu yang menawarkan produk tertentu menjadi pemenang tender. Selain itu
pula terdapat dugaan praktik persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh PT
Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya yang diduga kuat merupakan 1
(satu) kelompok usaha dan atau terafiliasi. Atas latar belakang yang telah
dipaparkan tersebut maka penulis tertarik mengkaji masalah ini lebih jauh dan
hasilnya penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul, “MEKANISME
PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL
PROVINSI GORONTALO Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.
B. Identifikasi Masalah
Terkait latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka terdapat
masalah yang diidentifikasikan dalam beberapa poin, yaitu:
1. Terjadinya pelanggaran Pasal 22 yang telah diatur dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat?
2. Terdapat indikasi kelalaian yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD
Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014 selaku Terlapor I karena lalai
dalam mengevaluasi dokumen tender.?
9
C. Pembatasan dan Rumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian kualitatif, pembatasan masalah merupakan salah satu
tahapan yang sangat menentukan walaupun sifatnya masih tentatif.15 Dalam hal
ini batasan masalah yakni seputar adanya praktik persekongkolan dalam
tender dan penerapanya yang termasuk pada persaingan usaha tidak sehat.
Tiap ulasan-ulasan materi pada skripsi ini terbatas hanya melihat praktik
persekongkolan dalam hukum persaingan usaha tersebut, tidak membahas
seluruh jenis daripada praktik persiangan usaha tidak sehat. Kegunaan
daripada batasan masalah yang saya timbulkan ini ada untuk membatasi
pembahasan materi saya agar lebih terarah dan fokus sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman serta pemecahan konsentrasi pembahasan nantinya.
Adapun ruang lingkup permasalahan dalam pembahasan ini, mencangkup
seputar praktik persekongkolan dalam tender yang jelas bertentangan dengan
hukum persaingan usaha. Selain itu, demi terciptanya suatu iklim persaingan
usaha yang sehat dan adil tanpa adanya bentuk anti persaingan usaha dan
dominasi dalam suatu pihak tertentu.
2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
a. Bagaimana dasar pertimbangan hukum Majelis Komisi Pengawas
Persaingan Usaha atas perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tersebut?
15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2002.
h. 65.
10
b. Apa alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) selaku
panitia tender oleh KPPU?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan yang telah penulis uraikan sebelumnya dalam latar belakang
permasalahan diatas, maka tujuan dalam penelitian skripsi ini antara lain
adalah:
a. Untuk mengetahui akibat hukum yang dapat ditimbulkan apabila terjadi
praktik persekongkolan tersebut yang jelaslah melanggar daripada
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang digunakan serta penerapan
hukum yang dilakukan oleh KPPU untuk mengadili perkara tersebut
terhadap para pelaku bisnis yang melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang praktek persekongkolan tender.
2. Manfaat Penelitian
Pada penulisan skripsi hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pengetahuan dibidang hukum khususnya baik secara teoritis maupun
praktis.
a. Manfaat Teoritis
11
1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam
perkembangan ilmu hukum khususnya pada bidang hukum
persaingan usaha.
2) Hasil daripada penulisan ini diharapkan dapat memberikan serta
menambah referensi penulisan hukum persaingan usaha khususnya
mengenai persekongkolan tender serta menjadi masukan daripada
penulisan selanjutnya dalam penulisan karya ilmiah pada masa yang
akan datang.
3) Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang selama ini telah ditempuh dalam
bangku perkuliahan dalam menganalisis maupun penerapanya secara
langsung dilapangan.
b. Manfaat Praktis
1) Menjadi salah satu sarana dalam pengembangan serta penalaran pola
pikir ilmiah dalam penerapan ilmu hukum yang telah didapatkan
sebelumnya.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat informasi bagi
seluruh kalangan masyarakat, pelaku usaha, maupun pemerintah
dalam setiap detail dari hasil penulisan karya ilmiah ini.
E. Kajian (Review) Studi Terdahulu
Agar dapat terhindar dari kesan duplikasi penulisan skripsi, maka penulis
telah melakukan penelusuran terhadap penulisan terdahulu sebelumnya yang
12
bersangkutan dengan penulisan ini, didapatlah beberapa hasil penulisan terdahulu
diantaranya:
1. Mengenai kajian terdahulu terdapat penulisan yang dilakukan oleh Yuliana
Juwita, yang berjudul “Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan
Hukum Persaingan Usaha, Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan,
Jepang”, Universitas Indonesia 2012.16 Perbedaan pada penulisan ini dengan
penulisan yang penulis lakukan ialah Yuliana mengkaji mengenai
bagaimanakah pengaturan Larangan Persekongkolan Tender dalam Hukum
Persaingan Usaha di Indonesia dan di Jepang, sedangkan penulis lebih
terfokus kepada apa akibat hukum yang ditimbulkan dari praktik
persekongkolan tender terhadap para pelaku usaha dalam proses persaingan
dalam tender tersebut.
2. Kajian studi terdahulu lainya adalah penulisan oleh Y. Budianto Monareh,
dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam Hukum Persaingan
Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-1/2010 Dalam Proyek
Donggi Senoro, Universitas Indonesia 2011.17 Perbedaan pada penelitian ini
dengan penelitian yang penulis lakukan ialah, pada penelitian yang dilakukan
oleh Budianto terkait mengenai pelaksanan kewenangan dan peraturan yang
dimiliki KPPU untuk mengatasi masalah persaingan usaha tidak sehat –
persekongkolan dalam tender.Sedangkan penulis membahas mengenai aspek
16 Yuliana Juwita, Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha,
Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan, Jepang”, Universitas Indonesia 2012. (Tesis S2,
Universitas Indonesia 2012).
17 Y. Budianto Monareh, dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam Hukum
Persaingan Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-1/2010 Dalam Proyek Donggi Senoro,
Universitas Indonesia 2011.(Tesis S2, Universitas Indonesia 2011).
13
yang digunakan KPPU sehingga pelaku usaha dapat dikategorikan melakukan
sebuah praktik persekongkolan dalam pemenangan tender tersebut.
3. Buku dengan judul “Persekongkolan Tender barang/jasa” yang ditulis oleh
Rocky Marbun, S.H, M.H. tahun 2010. Buku ini menjelaskan, seluk-beluk
mengenai pengadaan barang/jasa, sekaligus sebagai fungsi kontrol sosial
masyarakat, selain lembaga-lembaga yang memang telah diamanatkan oleh
undang-undang untuk mengawasi dan mengontrol proses pengadaan
barang/jasa di lingkungan pemerintahan dan BUMN/BUMD.18 Perbedaan
dengan skripsi penulis adalah penulis lebih mengkaji khusus kepada akibat
persekongkolan tender studi kasus putusan dari KPPU Nomor 11/KPPU-
L/2015, tidak membahasnya secara umum seperti yang dituliskan dibuku
tersebut.
4. Jurnal yang berjudul “Persekongkolan Tender Secara Vertikal dan Gabungan
Horizontal dan Vertikal di Indonesia Ditinjau dari Putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Tahun 2013 sampai Tahun 2014” dituliskan oleh Daniel
Jusuf Said Sembiring tahun 2016. Pada jurnal ini memaparkan mengenai
persekongkolan tender dengan bentuk vertikal dan gabungan antara vertikal
dan horizontal menurut putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun
2013 sampai dengan 2014 secara keseluruhan.19 Perbedaan dengan skripsi
penulis adalah mengkaji jenis persekongkolan apa yang dilakukan oleh
perusahan yang tersandung kasus menurut keputusan KPPU Nomor
18 Rocky Marbun, S.H, M.H, Persekongkolan Tender barang/jasa, (Jakarta; Pustaka
Yustisia), 2010.
19 http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf
14
11/KPPU-L/2015 serta mengetahui alasan serta unsur-unsur terjadinya
persekongkolan tender tersebut.
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka teori merupakan dukungan dasar pemikiran dalam rangka
pemecahan masalah yang dihadapi penulis, sedangkan kerangka konseptual
merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep
khusus yang ingin diteliti ataupun akan diteliti. Tujuan dari kerangka teoritis dan
konseptual ini adalah membatasi luasnya pengertian mengenai pembahasan hal-
hal yang menyangkut dengan penulisan ini. Kerangka yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Kerangka Teoritis
a) Persekongkolan
Bersekongkol secara umum merupakan pengertian dari kerja sama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapa pun dan
dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu.
Namun secara yuridis dalam Pasal 1 butir 8 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999, diartikan sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai
pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
b) Tender
Tender dijelaskan pada Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999,
merupakan tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu
15
pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.
Pengertian tender ini meliputi :
i. Tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan
suatu pekerjaan;
ii. Tawaran mengajukan harga untuk mengadakan barang atau jasa;
iii. Tawaran mengajukan harga untuk membeli suatu barang dan/atau jasa;
iv. Tawaran mengajukan harga untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.
c) Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam system
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.20
Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan terdiri atas:
1) jalan arteri primer;
2) jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi;
3) jalan tol; dan
4) jalan strategis nasional.
Mengenai masalah perizinan,rekomendasi dan dispensasi jalan nasional,
kecuali jalan tol, dapat dilimpahkan kepada gubernur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan wajib pula dilaporkan kepada Menteri.
Hal ini tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 55
ayat (1) dan (2) tentang Jalan.
20 https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan#Jalan_nasional, 23 november 2016.
16
2. Kerangka Konseptual
a. Pelaku Usaha
Pengertian dari pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri mamupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi, hal ini merupakan penjelasan menurut Undang-undang
Nomor Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha.
b. Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menurut undang-undang nomor
70 tahun 2012 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
G. Metode Penulisan
1. Tipe Penulisan
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang menempatkan hukum sebagai bangunan sistem norma21.
2. Pendekatan Masalah
21 Fahmi M Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penulisan Hukum, (Jakarta: Lembaga Penulisan
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 31
17
Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan perundang-undangan
(statute approach) dan juga menggunakan pendekatan konseptual (conseptual
approach).Maksud dari pendekatan perundang-undangan (statute approach)
merupakan penelaahan Undang-undang maupun regulasi peraturan terkait
dengan tema dari skripsi yang ditulis.Cangkupan ruang lingkup penulisan
terdiri atas penulisan terhadap hukum, sumber-sumber hukum dan juga
digunakan guna menganalisa permasalahan yang dibahas secara benar yang
terkait dengan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Dalam hal ini perundang-undangan yang dimaksud ialah Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
3. Bahan Hukum
Bahan hukum yang di gunakan antara lain:
a. Bahan Hukum Primer
Pada penulisan penulisan ini terdapat bahan hukum yang bersifat
autoritatif yang artinya memiliki otoritas.Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan atau putusan-putusan hukum.22 Bahan
hukum yang terdapat di tulisan ini antara lain UU No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
dan Putusan KPPUNomor 11/KPPU-L/2015 tentang Dugaan Pelanggaran
Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
22 Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141
18
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan ini
terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Persaingan Usaha,
Hukum Bisnis, Hukum Perusahaan, maupun Jurnal-Jurnal atau materi
hukum lain nya yang mendukung penulisan ini.
c. Bahan non Hukum
Merupakan bahan atau rujukan yang sekiranya dapat memberikan
petunjuk dan juga dapat membantu memberikan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder sebelumnya.Diantaranya ialah kamus
hukum, ensiklopedia, berita hukum dan lain-lain.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengerjaan penulisan penulisan ini terdapat metode pengumpulan
data dalam yang terdiri atas bahan-bahan hukum primer, sekunder, maupun
bahan non hukum yang telah di dapatkan kemudian dipadukan dan disusun
sesuai dengan hierarkinya.
5. Analisis Data
Praktik dalam penganalisisan data dalam kegiatan penulisan ini diawali
dengan mengkompilasi berbagai dokumen peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta dilengkapi pula dengan bahan hukum lainnya yang
berhubungan dengan judul yang sekiranya terdapat keterkaitan. Selanjutnya
dari hasil tersebut, dikaji isi (content), kata-kata (word), makna (meaning),
simbol, ide, tema-tema dan berbagai pesan lainnya yang terdapat dalam isi
undang-undang tersebut sehingga dapat dipaparkan.
19
6. Teknik Penulisan
Pada tahapan mengenai teknik penulisan serta pedoman yang digunakan
penulis dalam penulisan skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah dan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.
H. Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan penjelasan menyeluruh mengenai isi skripsi ini, oleh
karena itu dibuatlah sistematika penulisan skripsi yang terangkum sebagai berikut:
BAB I, Pendahuluan, pada bagian bab ini dipaparkan latar belakang masalah,
perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II, PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER
SERTA PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA, dalam bab ini
pengertian mengenai persekongkolan, jenis-jenis persekongkolan, indikasi
persekongkolan dalam tender dan dampak persekongkolan.
BAB III, PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET PENGADAAN
REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL GORONTALO .Dalam bab ini, akan
dijelaskan tentang kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam
legalitasnya, mengenai praktik tender dan tender pengadaan alat berat.
BAB IV, Analisis Putusan ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS
PERSAINGAN USAHA NOMOR 11/KPPU-L/2015 TENTANG
20
PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET REKONSTRUKSI JALAN
NASIONAL DAERAH PROVINSI GORONTALO Bab ini merupakan inti dari
penulisan skripsi, dalam bab ini akan dibahas duduk perkara, Penyelesaian oleh
KPPU analisis putusan KPPU terhadap kasus dugaan pelanggaran Dugaan
Pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
BAB V, Penutup . Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi
ini, dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.
21
BAB II
PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SERTA
PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA
A. Persekongkolan dan Tender Secara Umum
Dalam ruang lingkup bisnis, persaingan usaha merupakan sebuah hal yang
lumrah terjadi. Hal ini menyusul tingkat pasar yang tinggi, serta diikuti oleh
maraknya para pelaku usaha yang bersaing disetiap lini dalam pasar bisnis,
menyusul pesatnya pertumbuhan ekonomi. Namun hal ini haruslah diiringi
dengan perilaku yang adil dan relevan, keberpihakan maupun kecurangan dalam
perilaku bisnis dalam persaingan usaha dapat menimbulkan pasar persaingan
usaha yang tidak lagi kompetitif, yang dapat berefek pada rendahnya daya saing
para pelaku usaha dan terbatasnya tingkat kreatifitas dan kualitas daripada para
pelaku usaha. Hukum persaingan usaha merupakan seperangkat aturan hukum
yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha,
yang meliputi hal-hal yang boleh dan hal-hal yang dilarang oleh pelaku usaha.1
Terkadang perilaku maupun struktur pasar terkadang tidak dapat diprediksi,
sehingga tidak jarang para pelaku usaha melakukan suatu usaha kecurangan,
pembatasan yang dilakukan dapat menyebabkan sebagian ataupun beberapa
pelaku usaha merugi bahkan mematikan bisnis pelaku usaha lainya. Berikut
1 Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), h. 1-2.
22
merupakan ketentuan Undang-Undang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha tidak
sehat sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999:2
1) Undang-Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
3) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
1. Pengertian Persekongkolan
Persekongkolan atau konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory)
secara umum adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab
tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik,
sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya,
direncanakan diam-diam dilakukan oleh sekumpulan kelompok rahasia, oleh
sebagian orang, atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh demi
mencapai suatu tujuan tertentu. Persekongkolan mempunyai karakteristik
tersendiri, karena dalam persekongkolan (conspiracy/konspirasi) terdapat
kerjasama yang melibatkan dua atau lebih pelaku usaha yang secara bersama-
sama melakukan tindakan melawan hukum.
Istilah persekongkolan (conspiracy) pertama kali ditemukan pada Antitrust
Law di USA yang didapat melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung Amerika
Serikat, berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 The Sherman Act 1890, dimana
dalam pasal tersebut dinyatakan ;
“….. persekongkolan untuk menghambat perdagangan
…..(….conspiracy in restraint of trade…..) ”.3
2 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong era persaingan sehat, (Jakarta;
Citra Aditya Bakti), 2003 cet.2 . h. 42.
23
Mahkamah Tertinggi USA juga menciptakan istilah “concerted action” untuk
mendefinisikan istilah persekongkolan dalam hal menghambat perdagangan, dan
kegiatan saling menyesuaikan berlandaskan pada persekongkolan guna
menghambat perdagangan serta pembuktiannya dapat disimpulkan dari kondisi
yang ada.
Berdasarkan pengertian di USA itulah, maka persekongkolan merupakan
suatu perjanjian yang konsekuensinya adalah perilaku yang saling menyesuaikan
(conspiracy is an agreement which has consequence of
concerted action).4
Namun demikian ada juga yang menyamakan istilah persekongkolan
(conspiracy/konspirasi) dengan istilah Collusion (kolusi), yakni sebagai :
“A secret agreement between two or more people for
deceiful or produlent purpose “.
Artinya, bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjanjian rahasia yang
dibuat oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan
yang sama artinya dengan konspirasi dan cenderung berkonotasi negatif/buruk.5
Para pelaku usaha tidak dapat melakukan kesepakatan dengan pihak lain
yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pemberi proyek,
penyelenggara tender, dan /atau diantara mereka sendiri untuk mengatur dan/atau
3 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks
&konteks,( e-book : 2009), h. 146.
4 Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, (Katalis-Publishing – Media Services), 2002. h. 323-324.
5 Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis dan Perbandingan UU No.
5 Tahun 1999, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001). h. 72.
24
menentukan pemenang dalam suatu praktik tender. Selain itu pula para pelaku
usaha tidak dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi tentang kegiatan yang termasuk rahasia perusahaan, dan pelaku usaha
dilarang bekerja sama dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan/atau
pemasaran produk dengan maksud agar produk tertentu berkurang di pasar baik
dalam segi kuantitas, kualitas, maupun ketetapan waktu.6
Praktik persekongkolan atau konspirasi ini tidak diperbolehkan karena
dianggap dapat menimbulkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain
itu juga dapat terjadi penggelembungan harga (mark-up) yang dinilai dapat
menguntungkan beberapa pihak dan infisiensi yang berefek pada kerugian negara
dan masyarakat secara luas. Persekongkolan atau konspirasi adalah segala bentuk
kerja sama diantara para pelaku usaha, dengan atau tanpa melibatkan pihak selain
pelaku usaha, untuk memenangkan persaingan secara tidak sehat dan praktik ini
merupakan salah satu praktik yang paling merugikan negara dan masyarakat
secara luas.7 Praktik persekongkolan dapat terjadi apabila para pelaku usaha
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:8
1) Memperoleh dan menggunakan fasilitas eksklusif dari pihak yang terkait
secara langsung maupun tak langsung dengan pemberi proyek dan/atau
penyelenggara tender shingga dapat menyusun penawaran yang lebih
baik;
6 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 112.
7 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 112-113.
8 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 113.
25
2) Membuat kesepakatan dengan pihak yang terkait secara langsung maupun
tak langsung dengan pemberi proyek, penyelenggara tender, dan/atau
diantara mereka untuk menentukan pemenangan secara bergilir pada
serangkaian tender;
3) Membuat kesepakatan dengan pihak yang terkait secara langsung maupun
tak langsung dengan pemberi proyek, penyelenggara tender, dan/atau
diantara mereka untuk menentukan pemenang, baik untuk dikerjakan
secara bersama maupun dengan kompensasi tertentu;
4) Menggunakan kesempatan eksklusif melakukan penawaran tender
sebelum waktu yang ditetapkan.
Yang dimaksudkan dengan fasilitas eksklusif yang diberikan oleh
penyelenggara tender dan/atau pihak terkait kepada para pelaku usaha dapat
berupa informasi tertentu berupa:9
1) Nilai proyek dan/atau struktur penawaran pelaku usaha lain.
2) Informasi dini yang diberikan jauh sebelum disampaikan kepada pelaku
usaha lain;
3) Peraturan tertentu yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha lain,
4) Penetapan pemenang yang direkayasa peserta tender yang lain hanya
diperlakukan sebagai pembanding dan sebelumnya sudah dipastikan kalah
dan sebagainya.
9 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 113.
26
2. Pengertian Tender
Mengenai penjelasan tentang tender menurut Pasal 22 Undang- Undang
Nomor 5 Tahun 1999 adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong
suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.
Pengertian tender meliputi:10
a) Tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu
pekerjaan:
b) Tawaran mengajukan harga untuk mengadakan barang atau jasa:
c) Tawaran mengajukan harga untuk membeli suatu barang dan/atau jasa;
d) Tawaran mengajukan harga untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.
Tender ditawarkan oleh pengguna barang dan/atau jasa kepada para pelaku
usaha yang memiliki kredibilitas serta kapabilitas berdasarkan alasan efektivitas
dan efisiensi yang memadai. Adapun alasan-alasan lain tender pengadaan barang
dan/atau jasa adalah:
a) Memperoleh penawaran terbaik untuk harga dan kualitas;
b) Memberi kesempatan yang sama bagi semua pelaku usaha yang memenuhi
persyaratan untuk menawarkan barang dan jasanya, serta;
c) Menjamin transparansi dan akuntabilitas pengguna barang dan jasa kepada
publik, seperti membangun atau merenovasi gedung pemerintah.
Selanjutnya ruang lingkup tender meliputi;
a) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk memborong suatu
pekerjaan, seperti membangun atau merenovasi gedung pemerintah.
10 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan
praktek serta penerapan hukumnya, , (Jakarta; Kencana prenada media group, 2012), h 280.
27
b) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk pengadaan barang,
seperti memasok kebutuhan alat-alat tulis dan perlengkapan kantor di
instansi pemerintah.
c) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk menyediakan jasa seperti:
jasa cleaning service atau jasa konsultan keuangan di lembaga
Pemerintah.11
d) Tawaaran untuk mengajukan harga tertinggi seperti penawaran atau
penjualan lelang barang-barang inventaris atau barang sitaan pemerintah
yang perolehanya melanggar hukum.12
Dalam praktiknya, pengertian tender sama dengan pengertian dari lelang atau
pengadaan barang atau jasa. Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk
menyediakan kebutuhan barang atau jasa dengan cara menciptakan persaingan
yang sehat diantara penyedia barang atau jasa tersebut yang setara dan memenuhi
syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti
oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia jasa
terbaik.13
Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam
pelaksanaanya tender wajib memenuhi asas keadilan, keterbukaan, dan tidak
11 Yakub Adi Krisanto, “Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan KPPU tentang Persekongkolan Tender”, Jurnal Hukum Bisnis 24.No 2, (Jakarta, Tahun
2005), h. 44-45.
12 Pedoman Pasal 22; Pengertian tender mencangkup tawaran mengajukan harga untuk
menjual suatu barang dan/atau jasa.
13 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan
praktek serta penerapan hukumnya, (Jakarta; Kencana prenada media group, 2012), h. 282.
28
diskriminatif. Tender juga harus memperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan asas-asas persaingan usaha yang sehat, yaitu :
a) Tender tidak bersifat diskriminatif, dapat dipenuhi oleh semua calon
peserta tender dengan kompetensi yang sama;
b) Tender tidak diarahkan pada pelaku usaha tertentu dengan kualifikasi
dan spesifikasi teknis tertentu;
c) Tender tidak mempersyaratkan kualifikasi dan spesifikasi teknis
produk tertentu;
d) Tender harus bersifat terbuka, transparan, dan diumumkan dalam
media massa dalam jangka waktu yang cukup.
Oleh sebab itu, tender harus dilakukan secara terbuka untuk umum dengan
pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman secara luas
dan resmi untuk penerangan umum dan bilamana dumungkinkan, melalui media
elektronik sehingga dunia usaha atau masyarakat luas yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.14 Berdasarkan pengertian tersebut
maka cakupan dasar penerapan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
adalah tender atau tawaran mengajukan harga yang dapat dilakukan melalui;
a) Tender terbuka,
b) Tender terbatas,
c) Pelelangan umum, dan
d) Pelelangan terbatas.
14 Dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah dapat dilakukan secara elektronik, pengadaan secara E-Procurement adalah
pengadaan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dengan cara E-tendering atau e-
purchasing.
29
B. Persekongkolan Tender
Mengenai pengertian lebih lanjut dari persekongkolan tender, dijelaskan
dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam Pasal 1 Ayat (8) menjelaskan bahwa
persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai
pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, persekongkolan termasuk dalam
bentuk kegiatan yang dilarang yang diatur dalam Pasal 22, 23, dan 24.15
Pada kegiatan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan adanya
perjanjian, tetapi bisa dalam bentuk kegiatan lain yang tidak mungkin diwujudkan
dalam suatu perjanjian. Undang-Undang Anti Monopoli melarang setiap
persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain dengan tujuan untuk
mengatur dan/atau menentukan pemenangan suatu tender. Hal tersebut dinilai
merupakan perbuatan curang dan tidak fair untuk para peserta tender lainya.
Karena pada dasarnya sudah inherent dalam istilah “tender” bahwasanya
pemenangnya tidaklah dapat diatur-atur, melainkan peserta dengan tawaran
terbaiklah yang akan menjadi pemenangnya. Oleh sebab itu persekongkolan
terkait pengaturan pemenangan tender ini dapat mengakibatkan persaingan usaha
yang tidak sehat.
15 KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
30
Berdasarkan Pasal 22, 23 dan 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999,
ditentukan bentuk-bentuk persekongkolan yaitu sebagai berikut:16
a. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat. (Pasal 24 Undang-Undang No. 5
Tahun 1999);
b. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat. (Pasal 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999);
c. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha
pesaingnya dengan maksud agar barang dan jasa yang ditawarkan atau
dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah,
kualitas maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan. (Pasal 24 Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999).
Lebih lanjut secara khusus, Undang-Undang No.5 Tahun 1999 mengatur
secara rinci mengenai kegiatan persekongkolan tender pada Pasal 22.
Berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang
Larangan Persekongkolan dalam Tender, praktek persaingan usaha tidak sehat
tentang persekongkolan dapat terjadi apabila memenuhi unsur-unsur sabagai
berikut:
16 KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
31
a. Unsur Pelaku Usaha
Penjelasan mengenai pelaku usaha adalah tiap orang perorangan atau
badan usaha baik yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang
ekonomi (Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999).
b. Unsur Bersekongkol
Bersekongkol merupakan bentuk kerjasama dan dilakukan oleh
pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun diantara kedua
belah pihak dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta
tender tertentu. Unsur bersekongkol antara lain dapat berupa:
1) Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih;
2) Secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan
penyesuaian dokumen dengan peserta lain;
3) Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;
4) Menciptakan persaingan semu;
5) Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan.
c. Unsur Pihak Lain
Pihak lain dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai berikut:17
1) Bentuk pertama adalah persekongkolan horizontal, yakni tindakan
kerjasama yang dilakukan oleh para penawar tender, misalnya
17 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks
&konteks,(e-book : 2009), h. 152.
32
mengupayakan agar salah satu pihak ditentukan sebagai pemenang
dengan cara bertukar informasi harga serta menaikkan atau
menurunkan harga penawaran. Dalam kerjasama semacam ini,
pihak yang kalah diperjanjikan akan mendapatkan sub kontraktor
dari pihak yang menang atau dengan mendapatkan sejumlah uang
sebagai sesuai kesepakatan diantara para penawar tender.
2) Bentuk kedua adalah persekongkolan tender secara vertikal, artinya
bahwa kerjasama tersebut dilakukan antara penawar dengan panitia
pelaksana tender. Dalam hal ini, biasanya panitia memberikan
berbagai kemudahan atas persyaratan-persyaratan bagi seorang
penawar, sehingga dia dapat memenangkan penawaran tersebut.
3) Bentuk ketiga adalah persekongkolan horizontal dan vertikal, yakni
persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau
pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan
dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa.
Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang
terkait dalam proses tender, misalnya tender fiktif yang melibatkan
panitia, pemberi pekerjaan, dan pelaku usaha yang melakukan
penawaran secara tertutup.
d. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat
Persaingan usaha tidak sehat yang dimaksud dalam hal ini adalah
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
33
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Kegiatan persekongkolan dalam tender ini dapat dilakukan oleh satu atau
lebih peserta yang menyetujui satu peserta dengan harga yang lebih rendah, dan
kemudian melakukan penawaran dengan harga di atas harga perusahaan yang
direkayasa sebagai pemenang. Karena itu, persekongkolan dalam penawaran
tender dianggap menjadi unsur penghalang terciptanya persaingan yang sehat di
kalangan para pelaku usaha yang melakukan usaha di bidang yang bersangkutan.
Pada pelaksanaan proses penawaran tender, tujuan utama yang akan dicapai
adalah dapat memberikan kesempatan yang berimbang bagi semua penawar dalam
hal ini para pelaku usaha, sehingga dapat menghasilkan harga yang paling murah
dengan output/keluaran yang optimal dan berhasil guna.
Sejujurnya, harga murah bukanlah target utama yang menjadi tolak ukur
untuk menentukan pemenang dalam pengadaan barang dan/jasa. Melalui
mekanisme penawaran tender sedapat mungkin dihindarkan kesempatan untuk
melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar dengan panitia
penyelenggara lelang. Dalam Pasal 3 Keppres No. 80 Tahun 2003 yang mengatur
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan
pula, bahwa dalam rangka pengadaan barang/jasa wajib diterapkan berbagai
prinsip, antara lain Efisiensi, Efektif, Terbuka dan bersaing, Transparan,
Adil/tidak diskriminatif, serta Akuntabel.18
18 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks
&konteks, (e-book : 2009), h.149.
34
C. Tinjauan tentang Pengadaan Barang / Jasa dan di Indonesia.
Pengadaan barang dan jasa merupakan suatu mekanisme yang dilakukan oleh
Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap dengan maksud mendapatkan barang
dan/atau jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu.
Pengadaan barang dan jasa secara umum,atau pengadaan barang dan jasa yang
pembiayaanya baik yang sebagian dibebankan kepada APBD/APBN maupun
seluruhnya diatur secara terperinci dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 yang kemudian diubah menjadi Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004
dan yang terakhir diubah kedalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Selanjutnya mengenai Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pada praktiknya pengadaan dan jasa berawal dari adanya transaksi
pembelian/penjualan barang dipasar secara langsung (tunai). Selanjutnya
berkembang dengan adanya pembuatan dokumen pertanggungjawaban (pembeli
dan penjual), hingga pada akhirnya melewati pengadaan dan proses pelelangan.
Selanjutnya pihak pengguna menyampaikan dagtar barang yang akaan dibeli tidak
hanya kepada satu tetapi kepada bebrapa penyedia barang. Dengan cara meminta
penawaran kepada beberapa penyedia barang, dengan meminta penawaran kepada
beberapa penyedia barang tersebut, pengguna dapat memilih harga penawaran
yang termurah dari tiap jenis barang yang akan dibeli.
35
Cara tersebut merupakan cikal-bakal adanya pengadaan barang dengan cara
lelang.19 Pembelian barang tidak terbatas pada pembelian barang yang telah
dipasarkan saja, namun pembelian barang juga bisa dilakukan terhadap barang
yang belum tersedia dipasaran. Pembelian tersebut bisa dilakukan dengan cara
pesanan. Agar barang dapat menjadi sesuai seperti yang diinginkan oleh pemesan,
maka pihak pemesan (pengguna) menyusun nama, jenis, jumlah barang yang
dipesan beserta spesifikasinya secara tertulis dan menyerahkanya kepada pihak
penyedia barang. Dokumen ini selanjutnya disebut dokumen pemesanan barang
yang menjadi cika-bakal dokumen lelang.20
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi kemajuan serta
perubahan disetiap lini bidang kehidupan ekonomi, salah satunya adalah kegiatan
pengadaan barang dan jasa. Jika sebelumnya pengadaan barang dan jasa
merupakan kegiatan jual beli langsung disuatu tempat (pasar), namun kini
pengadaan barang melalui media teknologi informasi seperti internet telah dapat
dilakukan dan berlaku dimana saja oleh masyarakat. Pengadaan barang dan jasa
atau dalam istilah asing disebut sebagai procurement muncul karena adanya
kebutuhan akan suatu barang atau jasa, mulai dari yang terkecil hingga berbagai
kebutuhan jasa lainya seperti konsultasi hukum, keuangan dan lainya.
Istilah pengadaan barang dan jasa atau procurement diartikan secara luas,
dapat diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan
pelaksanaan atau administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan
19 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012). h. 2.
20 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 3.
36
atau jasa lainya. Pengadaan barang dan jasa tak hanya sebatas pada pemilihan
rekanan proyek dengan bagian pembelian (purchasing) atau perjanjian resmi
kedua belah pihak saja, namun mencangkup seluruh proses sejak awal
perencanaan, persiapan perijinan, penentuan pemenang tender, hingga tahap
pelaksanan dan proses administrasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa
seperti jasa konsultasi.
Pengadaan barang dan jasa di pemerintah meliputi seluruh kontrak pengadaan
antara pemerintah (departemen pemerintah, badan usaha, milik negara, dan
lembaga negara lainya) dan perusahaan (milik negara atau swasta) maupun
perorangan.21 Pada prinsipnya pemilihan penyedia barang dan jasa harus
dilakukan dengan cara swakelola, penunjukan langsung maupun pelelangan.
Dalam hal ini pelelangan bertujuan agar tercapainya persaingan yang kompetitif
dan dapat diperoleh penawaran yang efisien, dengan tetap mengedepankan
prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa yaitu, transparan, adil, dan persaingan
yang sehat.
Penunjukan atau pemilihan langsung hanya dapat dilakukan dalam kondisi
terpaksa. Kriteria penunjukan langsung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 adalah:22
a) Pekerjaan nilai kecil paling tinggi Rp. 100 juta. Apabila diperlukan
mekanisme proses pengadaanya ditetapkan lebih lanjut oleh Pimpro (pimpinan
proyek) atau pejabat tertinggi diinstansi/daerah yang bersangkutan.
21 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 4.
22 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 75.
37
b) Satu kali lelang ulang gagal dan hanya satu peserta yang memenuhi syarat.
Jika pekerjaan mendesak/khusus untuk jasa konstruksi dilakukan dengan
persetujuan Menteri atau Gubernur atau/Bupati/Walikota. Mendesak yang
dimaksud yakni penanganan darurat terkait dengan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaanya tidak dapat ditunda, dan perlu diperhatikan/diyakini benar dalam
menetapkan kriteria yang dimaksud dengan penanganan darurat dan keselamatan
masyarakat. Sedangkan khusus yang dimaksud adalah pekerjaan kompleks yang
hanya satu pengusaha yang dapat melaksanakan. Kriteria pemilihan langsung
berdasarkan Pasal 37 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 adalah Pengadaan pekerjaan
yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah). Dapat dilakukang dengan cara:
a) Pelelangan sederhana untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainya; atau
b) Pemilihan Langsung untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
Prinsip transparansi menjadi penting agar membuka kesempatan terhadap
semua pelaku usaha seluas-luasnya untuk berpartisipasi sebagai peserta tender dan
berkompetisi secara sehat. Persaingan sehat dan antidiskriminasi serta
transparansi merupakan hal yang dijunjung tinggi dalam hal pengadaan barang
dan jasa pemerintah sekaligus menjadi prinsip utama. Berikut merupakan prinsip-
prinsip yang diatur dalam Pasal 3 Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar
Pengadaan Barang dan Jasa:23
23 Keppres 80/2003, Tentang Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa, Pasal 3.
38
a) Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dan dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang diterapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
b) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang diterapkan;
c) Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan;
d) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa termasuk syarat teknis adminstrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya;
e) Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan cara dan/atau alasan apapun;
f) Akuntabel, verarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
39
Dalam kedudukanya pengadaan barang dan jasa tidaklah selalu memiliki
tingkatan yang sama namun terbagi atas beberapa bagian yang berbeda-beda,
berikut merupakan kedudukan pengadaan barang dan jasa antara lain dalam
pelaksanaan pembangunan (fisik dan non fisik), dalam kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman luar negeri, dan dalam menajemen logistik (persediaan):24
a) Kedudukan pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan
pembangunan meliputi:
i. Perencanaan (Planning)
ii. Pemrograman (Programming)
iii. Penganggaran (Budgeting)
iv. Pengadaan (Procurement)
v. Pelaksanaan kontrak dan pembayaran (Contract Implementation
and Payment)
vi. Penyerahan pekerjaan selesai
vii. Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operation And Maintenance).
b) Kedudukan pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan/proyek yang
dibiayai dai pinjaman luar negeri meliputi:
i. Loan agreement;
ii. Annual work plan;
iii. Annual budgeting;
iv. Procurement;
v. Contract Implementation;
24 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 5-6.
40
vi. Disbursement status;
vii. Application procurement.
c) Kedudukan pengadaan barang dan jassa dalam manajemen logistik
meliputi:
i. Perencanaan;
ii. Penganggaran/;
iii. Pengadaan;
iv. Penyimpanan/penggudangan;
v. Distribusi/penyaluran;
vi. Evaluasi/status stok.
Untuk selanjutnya pengaturan mengenai barang dan jasa diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, yang merupakan pengganti dari
Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang dinilai tidak lagi relevan.
D. Kedudukan KPPU dalam Negara Serta Tugas dan Kewenanganya.
1. Kedudukan KPPU dalam Negara.
Pada praktiknya tidak dapat dipungkiri sengketa dalam persaingan usaha bisa
saja timbul diantara para pelaku usaha, maupun dengan negara dalam hal ini
pemerintah yang berwenang. Pada dasarnya sengketa persaingan usaha pada
dasarnya merupakan sengketa perdata.25 Sengketa diantara para pelaku usaha
sebenarnya dapat diselesaikan diantara para pelaku usaha saja melalui asosiasi
25 John N. Adams & Roger Brownsword, Understanding Law, (Great Britain; Fontana
Press, Tahun 1992), h.135.
41
yang yang juga didirikan oreh para pelaku usaha tersebut, apabila sengketa yang
timbul tersebut tidak menyangkut unsur-unsur publik.
Namun terkadang hal ini dianggap kurang relevan dan kurang tegas, terkait
apabila sebuah asosiasi tidak berwenang menjatuhkan sanksi yang bersifat publik
dan melakukan penyitaan apapun. Seiring perkembangan hukum persaingan
usaha, penyelesaian sengketa persaingan usaha tidaklah semata-mata hanya
merupakan sengketa perdata, tetapi terkadang ditemukan pelanggaran yang
memenuhi unsur pidana maupun administrasi yang merugikan masyarakat dan
juga perekonomian negara. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan
penyelesaian sengketa persaingan usaha dilakukan juga secara pidana. 26
Untuk penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan usaha dibutuhkan
penanganan yang berbeda dengan tindak pidana pada umumnya. Negara
memberikan kewenangan khusus kepada sebuah institusi. Institusi ini dibentuk
serta diberikan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, di Indonesia institusi yang
memiliki kewenangan dalam penanganan penyelesaian sengketa persaingan usaha
adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).27
Alasan lain mengapa diperlukanya suatu institusi khusus untuk
menyelesaikan kasus praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah
26 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan
praktek serta penerapan hukumnya,( Jakarta: Kencana prenada media group, 2012), h. 540.
27 Di AS terdapat dua lembaga yang menangani perkara pelanggaran hokum persaingan
usaha, pertama adalah Federal Trade Commission (FTC) yang dapat memeriksa dan memutus
perkara, dan kedua adalah Antitrust Division dari Departemen Kehakiman yang hanya memiliki
kewenangan menuntut.
42
meminimalisir terjadinya pertumpukan perkara yang beraneka ragam di
pengadilan. Dibuatnya suatu institusi khusus yang berkonsentrasi pada perkara
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dianggap sebagai salah satu
alternatif penyelesaian sengketa (alternative dispute resolution), yang dimaksud
alternatif dalam hal ini adalah penyelesaian sengketa diluar ranah pengadilan.
Dalam konteks ketatanegaraan KPPU merupakan lembaga negara
komplementer (state auxiliary organ)28 yang mempunyai wewenang berdasarkan
UU No 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha.
Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk
diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas
lembaga negara pokok (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif)29 yang sering juga
disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi). Peran sebuah lembaga
independen semu negara (quasi) menjadi penting sebagai upaya responsif bagi
negara-negara yang tengah transisi dari otoriterisme ke demokrasi.30
Kini Indonesia telah memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur
tentang ketentuan persaingan usaha, hal ini diharapkan dapat menjadi landasan
terciptanya pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan berkembang dengan sehat,
serta terhindar dari praktik pemusatan kekuasaan praktik bisnis kepada suatu
perorangan maupun golongan tertentu, seperti praktik monopoli maupun
28 Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU No 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, (Jurnal Ilmu
Hukum Yustisia 2007), h. 2.
29 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Konpress, 2006) h. 24.
30 6 Februari 2017 http:// www.reformasihukum.org.
43
persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan ketentuan Pasal 37 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999, lembaga yang ditunjuk melakukan pengawasan adalah
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Disamping lembaga tersebut,
berdasarkan Pasal 44 ayat (2) dari undang-undang ini terdapat pula lembaga lain
yang dapat menjadi penegak pelaksanaan undang-undang ini yaitu, penyidik dan
pengadilan.31
Pengaturan tentang penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan
usaha diatur dalam beberapa peraturan yang telah dikodifikasi kan yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
b. Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha atau KPPU, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 80 Tahun 2008;
c. Peraturan Komisi Nomor 2 tahun 2008 tentang Kewenangan Sekretariat
Komisi dalam Penanganan Perkara;
d. Peraturan Komisi (PERKOM) Nomor 1 Tahun 2006 yang kemudian
diperbarui dengan PERKOM Nomor 1 Tahun 2010, tentang Tata Cara
Penanganan Perkara di KPPU;
e. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003 mengenai Tata Cara
Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU yang telah
diperbarui dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005;
31 Proyek ELIPS bekerja sama dengan Partnership for Business Competition, Persaingan
Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, 1999, h.126-127.
44
f. HIR/RBg atau hukum acara perdata, yaitu untuk ketentuan hukum acara
perdata jika pelaku usaha menyatakan keberatan atas putusan KPPU sesuai
dengan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, atau apabila
terdapat gugatan perdata yang didasarkan pada adanya putusan KPPU yang
telah berkekuatan hukum tetap (follow-on claims);
g. KUHAP, yaitu ketentuan hukum acara pidana jika perkara tersebut
dilimpahkan kepada pihak penyidik sesuai Pasal 44 ayat (4) Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999.32
Meskipun sebagai lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan yang
melekat pada satu lembaga hukum, KPPU tetaplah harus memperhatikan asas-
asas serta ketentuan yang harus pula dicermati oleh KPPU dalam menangani suatu
perkara persaingan usaha, sebagai berikut:33
1) Asas praduga tidak bersalah (Presumption of innocence).
Asas ini bermakna bahwasanya setiap pihak yang diperiksa harus dianggap
tidak bersalah sebelum adanya keputusan hukum tetap yang menyatakan
kesalahanya secara sah. Oleh karena itu KPPU diharapkan tidak memberikan
informasi/ publikasi maupun pernyataan kepada publik mengenai perkara
yang sedang diperiksa sebelum adanya keputusan yang sah.
2) Prinsip Kerahasiaan Informasi.
32 Pasal 44 ayat (4) UU No. 5 Tahun 1999; apabila ketentuan sebgaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak dijalankan oleh pelaku usaha, komisi menyerahkan putusan
tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai.
33 Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha dalam Litigasi
Persaingan Usaha”.(CFISEL.Litigatiom Series), h.177.
45
Sesuai dengan peraturan yang diatur pada Keputusan KPPU No.
06/KPPU/Kep/XI/2000 tentang Kode Etik dan Mekanisme Kerja KPPU (Kode
Etik KPPU). Pada bagian V butir 4 Kode Etik KPPU, secara tegas dinyatakan
bawa anggota KPPU dilarang memberikan berbagai informasi kepada publik
yang dapat mempengaruhi keputusan komisi atas suatu perkara yang
ditanganinya. Karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi putusan KPPU
dikemudian hari.
3) Asas audi et alteram partem.
Asas ini mengandung arti bahwasanya dalam mengadili suatu perkara harus
dapat memberikan keadilan secara berimbang kepada para pihak, dan tidak
membeda-bedakan atau mendiskriminasi suatu golongan/pihak. Diatur dalam
Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
sudah diubah dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.
2. Tugas dan Kewenangan KPPU.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya KPPU telah diatur dengan
terperinci dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan diulangi
kembali pada Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999. Yaitu sebagai
berikut:
Pasal 35 UU No.5 Tahun 1999 menentukan bahwa tugas tugas KPPU terdiri
dari:
a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
46
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha.
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur
dalam Pasal 36.
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU
No.5/1999.
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden
dan DPR.
Dalam menjalankan tugas tugasnya tersebut, Pasal 36 UU No.5/1999
memberi wewenang kepada KPPU untuk:
a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan
47
oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan komisi sebagai
hasil penelitiannya.
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau
tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan UU No.5/1999.
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran ketentuan UU No.5/1999.
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli atau setiap orang yang dimaksud dalam nomor 5 dan 6 tersebut diatas
yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.
h. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU No.5/1999.
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain
untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat.
k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan UU No.5/1999.
48
Oleh sebab itu, KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan
penyelidikan dan akhirnya memutuskan apakah pelaku usaha tertentu telah
melanggar UU No.5/1999 atau tidak. Pelaku usaha yang merasa keberatan
terhadap Putusan KPPU tersebut diberikan kesempatan selama 14 hari setelah
menerima pemberitahuan putusan tersebut untuk mengajukan keberatan ke
Pengadilan Negeri. KPPU merupakan lembaga administratif., selain itu pula
KPPU dituntut untuk bertindak demi kepentingan umum. KPPU berbeda dengan
pengadilan perdata yang menangani hak-hak subyektif perorangan.
Maka dengan demikian, KPPU harus mementingkan kepentingan umum dari
pada kepentingan perorangan dalam menangani dugaan pelanggaran hukum
antimonopoli.34 Hal ini selaras dengan tujuan UU No.5/1999 yang tercantum
dalam Pasal 3 huruf a UU No.5/1999 yakni untuk “menjaga kepentingan umum
dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
34 Knud Hansen. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, (Katalis-Publishing– Media Services, 2002), h. 389.
49
BAB III
PIHAK YANG TERLIBAT DAN PROSES PERSEKONGKOLAN TENDER
2 (dua) PAKET PENGADAAN REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL
GORONTALO
A. Pihak-pihak yang Terkait Dalam Tender Pengadaan Rekonstruksi Jalan
Nasional Gorontalo.
Dalam suatu praktek pengadaan barang dan jasa pada umumnya dilakukan
melalui sebuah pelelangan / tender. Dalam proses pelelangan pengadaan tersebut
terdapat pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Secara garis besar pihak yang
dimaksud adalah pihak pengguna yang membeli suatu barang atau jasa, dan pihak
penyedia yang menjual barang yang dibutuhkan tersebut kepada pengguna. Pihak
pengguna adalah pihak yang membutuhkan suatu barang atau jasa dan
mengajukan permintaan kepada para penyedia atau jasa tersebut, ataupun
mengajukan permintaan untuk mengerjakan suatu proyek atau pekerjaan tertentu.
Dalam teknis pelaksanaanya, pihak pengguna membentuk suatu panitia
pengadaan guna melaksankan seluruh proses pengadaan mulai dari penyusunan
dokumen pengadaan, melakukan seleksi dan memilih para calon penyedia barang
dan jasa, meminta penawaran dan mengevaluasi penawaran, mengusulkan calon
50
penyedia barang dan jasa serta membantu pengguna dalam menyiapkan dokumen
kontrak, atau sebagian dari tugas tersebut.1
Dalam kasus pelaksanaan pelelangan 2 paket rekonstruksi Jalan di
lingkungan satuan kerja pelaksanaan jalan nasional dan satuan kerja perangkat
daerah wilayah provinsi gorontalo terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam
praktek pengadaan tersebut yang terbagi atas beberapa pihak, sesuai dengan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Bab 3 Pasal 7 ayat (1) dengan rincian sebagai berikut:2
• Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia
Barang/Jasa terdiri atas:
a) PA/KPA;
b) PPK;
c) ULP/Pejabat Pengadaan; dan
d) Panitia / Pejabat Penerima hasil pekerjaan.
1. PA/KPA
Pengguna anggaran adalah istilah yang digunakan pada peraturan pengadaan
barang dan jasa pemerintah Indonesia yang merujuk pada pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran yang berada di kementerian, lembaga, bagian
dari satuan kerja perangkat daerah atau pejabat yang disamakan pada institusi
1 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, (Jakarta; Sinar Grafika, 2008), h.5. 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa, Bab 3 Pasal 7 ayat (1).
51
pengguna.3Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Baik pejabat pengguna anggaran (PA) atau kuasa pengguna
anggaran (KPA) mengambil keputusan untuk menggunakan anggaran setelah
melakukan langkah-langkah berikut ini:
a. melakukan identifikasi dan analisa kebutuhan sesuai dengan Rencana Kerja
Pemerintah/Daerah;
b. menyusun dan menetapkan rencana penganggaran;
c. melakukan penetapan kebijakan umum;
d. penyusunan KAK dan pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).
Setelah semua hal tersebut dilaksanakan oleh PA/KPA, selanjutnya
dilakukan penyerahan RUP kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Unit
Layanan Pengadaan (ULP)/ Pejabat Pengadaan untuk dilakukan pengkajian ulang
RUP.
2. PPK
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan pengadaan barang atau jasa.4
Tugas pokok dan kewenangan pejabat pembuat komitmen meliputi:5
3 Peraturan Presiden RI No.70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Pasal 1 angka 7 dan Pasal 11.
5 Buku Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
(Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2012), h. 16.
52
a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang
meliputi:
1) spesifikasi teknis barang atau jasa;
2) harga perkiraan sendiri;
3) rancangan kontrak;
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang atau Jasa;
c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani kuitansi/Surat Perintah
Kerja (SPK)/surat perjanjian;
d. Melaksanaan kontrak dengan penyedia barang atau jasa
e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak
f. Melaporkan pelaksanaan atau penyelesaian pengadaan barang atau jasa
kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran
g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang atau jasa kepada
pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran dengan Berita Acara
Penyerahan
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada pengguna anggaran atau kuasa
pengguna anggaran setiap triwulan; dan
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pengadaan barang
atau jasa.
53
3. ULP/Pejabat Pengadaan
Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat
pada unit yang sudah ada6.
a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa
b. menetapkan Dokumen Pengadaan
c. menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran
d. mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan
papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE
untuk diumumkan di portal Pengadaan Nasional
e. menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi
f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang
masuk
g. Khusus untuk Kelompok Kerja ULP :
1) menjawab sanggahan
2) menetapkan pemenang pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang bernilai paling tinggi Rp 100 Milyar
6 Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
(Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2015), h. 4.
54
3) menetapkan pemenang seleksi jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp 10 Milyar
4) menyampaikan hasil pemilihan dan salinan Dokumen Pemiihan Penyedia
Barang/Jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen
5) menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa
6) membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada Kepala Unit
Layanan Pengadaan
a) Khusus untuk Pejabat Pengadaan :
i. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling
tinggi Rp 200 juta.
ii. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling
tinggi Rp 50 juta.
iii. Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa kepada PPK.
iv. Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang.Jasa
kepada PA/KPA
v. Membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada PA/KPA
b) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/jasa kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa
Pengguna Anggaran.
55
Dalam kasus ini yang berlaku sebagai ULP adalah POKJA (kelompok
kerja) pengadaan barang/jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan
SKPD Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, beralamat kantor di Jalan Yusuf
Hasiru Nomor 7, Kelurahan Tanggiki Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Yang
oleh KPPU selanjutnya dinilai lalai sehingga terjadi praktek persekongkolan
vertikal dengan salah satu peserta tender.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia atau pejabat yang ditetapkan
oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertugas
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan dalam bidang pengadaan.7 Pada kasus
ini yang bertindak sebagai pejabat penerima hasil pekerjaan adalah PT. Kakas
Karya, PT. Nikita Raya, dan PT. Maesa Jaya. Yang selanjutnya oleh KPPU
diduga melakukan persekongkolan tender dan saling terafiliasi satu dengan lainya.
B. Mekanisme Proses Persekongkolan Tender 2 (dua) Paket Pengadaan
Rekonstruksi Jalan Nasional Gorontalo.
Regulasi- regulasi yang dikeluarkan pemerintah merupakan acuan utama dari
penegakan hukum di Indonesia. Namun regulasi tersebut dapat berjalan dengan
efektif apabila dijalankan sesuai tugas beserta wewenangnya masing-masing.
Setiap pelaku usaha berhak diperlakukan sama dan adil dimata hukum “Equality
before the law”, demi mendapatkan kesejahteraanya. Oleh sebab itu, lembaga
7 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
56
penegak hukum berperan andil dalam pengaturan kebijakan pelaksanaan hak dan
kewajiban untuk melindungi setiap para pelaku usaha maupun masyarakat dari
tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan tidak mensejahterakan maupun
kecurangan yang dilakukan pihak-pihak yang dapat merugikan pelaku usaha
lainya maupun masyarakat secara luas.
Dalam praktek bisnis persaingan usaha merujuk pada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, yang menjadi landasan utama sekaligus menjadi payung hukum bagi
tiap para pelaku usaha demi terciptanya iklim persaingan yang adil dan sehat
sehingga setiap prosedur penegakan hukumnya harus senantiasa berjalan sesuai
dengan komitmen KPPU sebagai lembaga independen yang melaksanakan hukum
persaingan usaha.8
Pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persekongkolan Tender
Pasal 22 dijelaskan bahwasanya
“pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
atau menentukan pemenang tender sehingga dapat menyebabkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat”.
8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Jurnal Persaingan Usaha“, (Jurnal Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Edisi 1, Maret 2009), h.165.
57
Pada kasus ini diduga telah terjadi persekongkolan terkait pemenangan tender
pengadaan 2 paket rekonstruksi yang telah dilakukan oleh Pejabat ULP serta
Panitia tender.
Pada dugaan pertama, yang diidentifikasikan sebagai bentuk persekongkolan
yang bersifat vertikal adalah persekongkolan yang dilakukan antara pihak Pokja
pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD Gorontalo yang dalam hal ini berlaku sebagai
Pejabat Pengadaan dengan para panitia tender yaitu PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya, dan PT. Maesa Jaya. Hal ini menyusul adanya proses tender yang dinilai
tidak wajar yang dilakukan oleh Pokja SKPD Gorontalo, yang dianggap
memfasilitasi pihak tertentu yang menawarkan produk tertentu untuk menjadi
pemenang tender. Hal ini menyusul adanya pengabaian hubungan afiliasi atau
kelompok usaha yaitu, antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa
Jaya, untuk mengikuti paket tender yang sama yaitu :
1) Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I di lingkungan Satker
PJN dan SKPD wilayah Gorontalo tahun anggaran 2014.
2) Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II di lingkungan Satker
PJN dan SKPD wilayah Gorontalo tahun anggaran 2014.
Pada dugaan kedua selanjutnya disebut sebagai persekongkolan horizontal
yang dilakukan antara para peserta tender, yakni PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya, dan PT. Maesa Jaya. Yang berdasarkan dokumen banyak terdapat
keterkaitan hubungan satu perusahaan dengan lainya diantara ketiga perusahaan
58
tersebut. Mulai dari management, kesamaan teknis dokumen serta terdapat unsur-
unsur kesengajaan yang dilakukan dalam proses persaingan untuk mendapatkan
tender. Oleh karena itu kuat dugaan diantara ketiga perusahaan tersebut terafiliasi
satu dengan lainya. Afiliasi secara istilah berarti suatu cara mengembangkan
bisnis dengan cara memanfaatkan sosialisasi yang secara terarah dilakukan oleh
individu, badan usaha atau organisasi dan kedua belah pihak akan mendapatkan
keuntungan seperti yang sudah disepakati bersama.
Dari praktek ini dapat tejadi pembentukan kontrak sosial yang menghasilakn
sebuah pertalian. Dalam perusahaan yang dimaksud perusahaan terafiliasi adalah
perusahaan yang secara efektif dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung
dengan perusahaan atau beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau
kepemilikan atau kepengurusan yang sama atau saling berhubungan.
C. Indikasi Terjadinya Persekongkolan dalam Tender.
Dalam praktek persaingan usaha apabila terjadi adanya persekongkolan
dalam tender antar Penyedia Barang/Jasa dapat diindikasikan dengan adanya
berbagai macam hal diantaranya ditandai dengan terpenuhi sekurang-kurangnya 2
(dua) indikasi di bawah ini :
1) Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja,
bahan, alat, analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau
59
spesifkasi barang yang ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau
dukungan teknis;
a) Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja, bahan,
alat, analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang
yang ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis; Poin ini
merujuk pada pelanggaran larangan yang diatur dalam UU No. 5/2009
tentang perjanjian yang dilarang. Diantaranya Pasal 4 tentang oligopoli
ayat 1 dan 2 :
(i) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(ii) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga)
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%
(tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
2) Seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS;
a) Seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS. Kalimat seluruh
penawaran menunjukkan bahwa rincian HPS yang semestinya rahasia,
60
seperti diatur dalam Pasal 66 ayat 3, telah dilanggar atau bocor ke
penyedia.
3) Adanya keikutsertaan beberapa Penyedia Barang/Jasa yang berada
dalam 1 (satu) kendali;
a) Adanya keikutsertaan beberapa Penyedia Barang/Jasa yang berada
dalam 1 (satu) kendali; Indikasi ini lebih merefer pada larangan yang
diatur dalam UU No. 5/2009 pasal 26 dan 27 yaitu :
Pasal 26 : Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau
komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang
merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain, apabila
perusahaan-perusahaan tersebut:
i. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau
ii. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha;
atau
iii. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa
tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 27 : Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa
perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang
sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa
61
perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
i. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang
atau jasa tertentu;
ii. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
4) Adanya kesamaan/kesalahan isi dokumen penawaran, antara lain
kesamaan/kesalahan pengetikan, susunan, dan format penulisan;
a) Indikasi ini seringkali ditemui pada penawaran yang berasal dari satu
group usaha atau berbeda group/perusahaan namun menggunakan
tenaga pembuat penawaran yang sama. Praktek penggunaan tenaga
pembuat penawaran menunjukkan bahwa penyedia memiliki
keterbatasan kapabilitas namun punya motivasi yang kuat untuk
memenangkan pemilihan.
Kesamaan/kesalahan dokumen teknis antar penawaran dapat dilihat
diantaranya kesamaan format dokumen, analisa harga satuan dan lain
sebagainya.
5) Jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan
nomor seri yang berurutan.
62
a) Penerbit jaminan penawaran apalagi yang memiliki jaringan sangat luas
menerbitkan jaminan berdasarkan nomor urut penerbitan sehingga
penerbitan jaminan penawaran secara kolektif dijadikan salah satu
indikasi bahwa penyedia yang menawar berada dalam satu kendali.
Terkait indikasi-indikasi tersebut baru dapat dijadikan bukti terjadinya
persekongkolan apabila minimal terpenuhi 2 diantara 5 indikasi. Untuk itu pokja
harus cerdas dan cermat mengambil keputusan. Terkait surat dukungan teknis yang
sama apakah sudah dapat dinyatakan bersalah dan melanggar ketentuan, bahwasanya
kesamaan surat dukungan teknis tidak serta merta dapat dijadikan dasar
persekongkolan menurut Perpres 54/2010 pasal 83 selama indikasi yang lain tidak
terpenuhi.
63
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
NOMOR 11/KPPU-L/2015 TENTANGPERSEKONGKOLAN TENDER
REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO
Pemaparan terkait persekongkolan tender pada rekonstruksi jalan nasional
provinsi Gorontalo yang telah dijelaskan pada bagian Bab sebelumnya akan
dikaitkan dengan Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015. Dalam bab ini akan
dibahas mengenai posisi kasus, petimbangan hukum putusan majelis KPPU dan
isi putusan majelis KPPU dari hasil Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015.
Penulis juga akan memberikan analisis terhadap putusan tersebut, dengan
menjawab rumusan masalah yang sudah ada tersebut.
A. Posisi Kasus
Dalam hal ini Pokja dinilai dengan sengaja mengabaikan evaluasi peralatan
sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya dan PT. Kakas Karya. Dalam
dokumen penawaran ditemukan adanya kesamaan peralatan utama minimal yang
ditawarkan oleh PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Rekonstruksi Tolango –
Bulontio II) dengan PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Rekonstruksi Tolango –
Bulontio I ).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor
14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 berbunyi
64
“Dalam hal penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan
konstruksi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan
peralatan yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan
dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket
pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada
1 (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk
menentukan peralatan tersebut akan ditempatkan, sedangakan
untuk paket kpekerjaan lainya dinyatakan peralatan tidak ada
dan dinyatakan gugur”,
oleh karena itu pengabaian yang dilakukan oleh Pokja Gorontalo jelaslah
melanggar Peraturan Menteri tersebut.
Bahwasanya dengan adanya kesamaan peralatan yang ditawarkan oleh PT.
Nikita Raya dengan PT. Kakas Karya, seharusnya Pokja menggugurkan salah satu
dari peserta tersebut serta tidak menjadikan masing-masing pemenang untuk
paket yang berbeda namun dengan waktu pelaksanaan pekerjaan yang sama.
Dugaan kedua, selanjutnya dikatakan sebagai persekongkolan horizontal.
Berdasarkan hasil putusan KPPU tersebut, terjadi suatu praktek persekongkolan
yang dilakukan oleh PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya, hal
tersebut berdasarkan fakta-fakta hasil investigasi bahwasanya ketiga perusahaan
tersebut terbukti merupakan 1 (satu) kelompok usaha yang terafiliasi. Hal tersebut
dibuktikan berdasarkan hasil temuan investigator yaitu:
65
1. Terdapat kesamaan alamat, nomor telpon dan nomor fax kantor dari ketiga
perusahaan tersebut;
2. Selanjutnya adanya hubungan keluarga diantara para pemilik PT. Nikita
Raya dengan PT. Kakas Karya, hal tersebut berdasarkan kepemilikan saham
Andre Gerungan sebanyak 80% di PT. Nikita Raya dan Melisa Gerungan memilik
40% saham di PT. Kakas Karya serta Demmy B Gerungan memiliki 60% saham
di PT. Kakas Karya berdasarkan pengakuan Direktur PT. Nikita Raya.
Bahwasanya Andre Gerungan dan Melisa Gerungan merupakan saudara kandung;
3. Terdapat kesamaan mengenai penyusunan dokumen penawaran tender hal
tersebut didasarkan pada pola kesamaan metadata, harga satuan serta format
penulisan dari dokumen penawaran yang diterbitkan;
4. Mengenai kesamaan IP address, yaitu suatu identitas numerik yang
dilabelkan pada 15 komputer yang berfungsi sebagai alamat lokasi jaringan,
terdapat kesamaan IP adress dari ketiga perusahaan tersebut yang diduga
dikerjakan oleh pihak /orang yang sama serta tempat yang sama pula;
5. Mengenai pengaturan kelengkapan dokumen penawaran. Hal tersebut
terkait penyusunan kelengkapan dokumen penawaran. Hal tersebut didasarkan
pada PT. Kakas Karya dapat memenuhi seluruh persyaratan pada paket
rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio I serta menjadi pemenang. Namun pada
paket rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio II, dengan sengaja tidak memenuhi
persyaratan dengan tidak menyerahkan jaminan penawaran asli sehingga
digugurkan oleh POKJA. Sedangkan hal sebaliknya dilakukan oleh PT. Nikita
66
Raya yakni, dapat memenuhi seluruuh persyaratan pada paket rekonstruksi jalan
Tolango – Bulontio II, serta menjadi pemenang. Namun pada paket rekonstruksi
jalan Tolango – Bulontio I, dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan dengan
tidak menyerahkan jaminan penawaran asli sehingga digugurkan oleh POKJA.
Selanjutnya PT. Maesa Jaya pada paket rekonstruksi Tolango – Bulontio I,
dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan dengan tidak menyerahkan jaminan
penawaran asli, dan pada paket rekonstruksi Tolango – Bulontio II, PT. Maesa
Jaya memasukkan penawaran yang lebih tinggi dari PT. Nikita Raya, sehingga
digugurkan oleh POKJA pengadaan.
Selanjutnya adalah mengenai dampak persaingan yang timbul dari tindakan
persekongkolan yang dilakukan oleh sasama peserta tender tersebut dengan
panitia tender atau Kuasa Pengguna Anggaran, telah mengakibatkan timbulnya
persaingan usaha yang tidak sehat pada jalanya proses tender tersebut, karena
merupakan tindakan yang tidak jujur serta melawan hukum yang mengakibatkan
persaingan usaha yang tidak sehat.
B. Dasar Putusan Majelis
Setelah melalui tahap-tahap pemeriksaan pendahuluan serta tahap
pemeriksaan lanjutan, majelis memberikan putusan atas perkara Nomor 11/
KPPU-L/ 2015, berdasarkan pertimbangan unsur-unsur yang terpenuhi menurut
67
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan uraian sebagai berikut:
1. Unsur pelaku usaha.
Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 adalah perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; dalam perkara ini yang dimaksud pelaku
usaha adalah PT. Kakas Karya (Terlapor II), PT. Nikita Raya (Terlapor III), dan
PT. Maesa Jaya (Terlapor IV) dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi.
2. Unsur Bersekongkol.
Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan pedoman Pasal 22
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan Dalam
Tender adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain
atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan
peserta tender tertentu; unsur bersekongkol dapat berupa:
a. Kerjasama dua pihak atau lebih;
b. Secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan
penyesuaian dokumen dengan peserta lainya;
c. Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;
68
d. Menciptakan persaingan semu;
e. Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan;
f. Tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam
rangka memenangkan peserta tender tertentu;
g. Pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak
terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang
mengikuti tender, dengan cara melawan hukum;
Tindakan yang dilakukan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV berupa
kerjasama antara dua pihak atau lebih dan/atau secara terang-terangan atau diam-
diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainya dengan
cara sebagai berikut:
a. Tentang adanya hubungan keluarga antara Terlapor III dan Terlapor II;
b. Tentang kesamaan alamat, nomor telpon, nomor faksa Terlapor II,
Terlapor III membuktikan adanya kerjasama diantara Terlapor II dan Terlapor III;
c. Tentang adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen penawaran
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV;
d. Tentang kesamaan IP Adress antara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor
IV;
e. Tentang pengaturan kelengkapan dokumen penawaran.
69
Bahwa unsur-unsur tersebut merupakan unsur bersekongkol sesuai dalam
pedoman Pasal 22 huruf : (a) kerjasama antara dua pihak atau lebih, (b) secara
terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen
dengan peserta tender lainya, (c) membandingkan dokumen tender sebelum
penyerahan, (d) menciptakan persaingan semu. Bahwa dengan demikian,
persekongkolan horizontal terpenuhi.
Selanjutnya berdasarkan analisis tentang persekongkolan vertikal dengan
uraian sebagai berikut:
a. Terlapor I mengabaikan hubungan afiliasi atau kelompok usaha Terlapor
II, Terlapor III dan Terlapor IV untuk mengikuti paket tender yang sama;
b. Terlapor I mengabaikan evaluasi peralatan yang sama yang ditawarkan
oleh Telapor II, Terlapor III dan Terlapor IV merupakan bukti fasilitasi Terlapor
II untuk menjadi pemenang tender paket Tolango Bulontio I dan Terlapor III
untuk menjadi pemenang tender Paket Tolango Bulontio II.
Bahwa tindakan yang diuraikan tersebut merupakan unsur bersekongkol
sesuai Pedoman Pasal 22 huruf (e) sampai dengan huruf (g) yakni: “menyetujui
dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan; tidak menolak melakukan
suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta
tender tertentu; pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau
pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang
70
mengikuti tender”. Dengan demikian persekongkolan vertikal pada Pelelangan
2 paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan
Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014 terpenuhi.
Pihak lain dalam perkara ini merupakan para pihak secara horizontal dan atau
vertikal yang peranya masing-masing bersekongkol satu sama lain untuk
memenangkan tender tersebut dengan uraian sebagai berikut;
3. Unsur Pihak Lain.
a. Pihak lain secara horizontal adalah perusahaan yang mengikuti tender
tetapi tidak memenangkan paket pekerjaan dan terlibat dalam kerjasama dalam
mengatur pemenang tender pada paket tender Tolango Bulontio I , yakni Terlapor
III dan Terlapor IV. Sedangkan pihak lain secara horizontal pada paket tender
Tolango Bulontio II adalah Terlapor II dan Terlapor IV;
b. Subjek hukum lain selanjutnya yang terlibat dalam persekongkolan
vertikal adalah Terlapor I yakni;
c. Pihak lain secara horizontal dalam tender perkara a quo adalah Terlapor
II, Terlapor III, dan Terlapor IV;
d. Pihak lain secara vertikal dalam tender perkara a quo adalah Terlapor I;
Maka dengan uraian tersebut dengan demikian unsur pihak lain dalam
perkara ini terpenuhi .
71
4. Unsur Mengatur dan/atau Menentukan Pemenang Tender.
Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud dengan mengatur dan atau
menentukan pemenang tender yakni, “suatu perbuatan para pihak yang terlibat
dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untukk menyingkirkan
pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta
tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan pemenang
tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang,
peryaratan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender dan sebagainya”.
Penentuan pemenang tender tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut;
a. Adanya tindakan Terlapor I dengan sengaja mengabaikan fakta-fakta
kesamaan sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya;
b. Adanya kerjasama dalam bentuk komunikasi diantara Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV sehingga ditemukan kesamaan alamat, nomor
telepon dan faks milik Terlapor II dan Terlapor III, adanya kerjasama dalam
penyusuan dokumen penawaran, adanya kesamaan IP address, dan adanya
pengaturan kelengkapan penawaran milik Terlapor II, dan Terlapor III dan
Terlapor IV;
Dengan demikian unsur mengatur dan/atau menentukan pemenang tender
terpenuhi.
5. Unsur dapat Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Menurut Pasal 1 angka 6 dan pedoman Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat
adalah “persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi
72
dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak
jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”. Dengan uraian
sebagai berikut;
a. Terlapor I yang mengabaikan hubungan afiliasi Terlapor II, Terlapor III
dan Terlapor IV untuk mengikuti tender yang sama dan adanya kelalaian Terlapor
I mengevaluasi peralatan yang sama yang ditawarkan Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV;
b. Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV yang melakukan kerjasama dan
persaingan semu sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa tindakan tersebut
merupakan tindakan yang tidak jujur dan menghambat persaingan usaha;
c. Persekongkolan tender yang dilakukan oleh para Terlapor dalam perkara a
quo tersebut menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat diantara peserta
tender lainya, tindakan tidak jujur dan melawan hukum yang dapat
menghilangkan persaingan dan berpotensi menumbulkan kerugian negara;
Dengan uraian-uraian tersebut, dengan demikian unsur-unsur dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat terpenuhi.
C. Analisis Putusan
Dalam memutus suatu perkara hakim dituntut untuk selalu dapat memenuhi
kriteria yang dapat memenuhi hasrat akan keadilan hukum (legal justice),
73
keadilan sosial (social justice), dan keadilan moral (moral justice), meskipun
terkadang satu diantara ketiganya jarang dapat berdampingan beriringan satu
sama lain dan memenuhi ketiga unsur tersebut dalam satu putusan secara
bersamaan. Selain itu pula suatu putusan diharapkan dapat memenuhi ketentuan
terkait kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan
keadilan (gerechtigkeit).1
Berdasarkan rujukan Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tentang
pembahasan mengenai persekongkolan horizontal terkait adanya pengabaian
hubungan keluarga diantara peserta tender atau terafiliasi antara PT. Nikita Raya
(Terlapor III) dan PT. Kakas Karya (Terlapor II), hal tersebut terbukti dari
kepemilikian Andre Gerungan sebanyak 80% saham di PT. Nikita Raya, Melisa
Gerungan memiliki 40% saham di PT. Kakas Karya dan Demmy B. Gerungan
memiliki 60% saham di PT. Kakas Karya sebagaimana pengakuan Direktur Pt.
Nikit Raya Barce T. Nonggo, Andre Gerungan (Komisaris PT. Nikita Raya)
dengan Melisa Gerungan (Komisaris PT. Kakas Karya) merupakan saudara
kandung dari pasangan Hangky Gerungan (ayah) dan Meit Wala (ibu).
Mantan Kepala Cabang Manado PT. Maesa Jaya Barce T. Nonggo sekarang
menjadi Direktur dan Pemegang saham di PT. Nikita Raya. Recky Roring
(Direktur PT. Maesa Jaya) memiliki jabatan di PT. Nikita Raya dan PT. Kakas
1 Lilik mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan (Hukum
Acara Perdata, Hukum Acara Materil, Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perkara Perdata
Niaga). Cet. Ke-1, (Bandung: Alumni, 2009), h. 164.
74
Karya) terbukti dari adanya nama Recky Roring di akta Berita Acara Rapat
Pemegang Saham Luar Biasa tertanggal 20 Mei 2014. Recky Roring adalah orang
yang biasa diberikan kepercayaan mengurus perusahaan milik Hangky Gerungan.
Berikut merupakan ilustrasi keterkaitan kepemilikan saham diantara ketiga
perusahaan tersebut:
Tabel 4.1
PT Nikita
Raya
PT Kakas
Karya
PT
Maesa Jaya
Andrea
Gerungan
80 %
saham
Melisa
Gerungan
40%
saham
Demmy
Bendeker
Gerungan
60%
saham
Geritje A
Mantiri
20 %
saham
75
Selanjutnya keterkaitan kepengurusan antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya, dan PT. Maesa Jaya dengan ilustrasi sebagai berikut:
Tabel 4.2
PT Nikita
Raya
PT Kakas
Karya
PT Maesa
Jaya
Hengky
Gerungan
Komisaris Direktur
Pertama
Andre
Gerungan
Komisaris
Melisa
Gerungan
Komisaris
Demmy B
Gerungan
Direktur
Linda
Oktavia Rawung
80%
saham
Recky Roring 20 %
saham
76
Meita
Wala
Direktur
pertama
Zelti Toar Komisaris
Pertama
Recky
Roring
Kuasa
Komisaris
Kuasa
komisaris
direktur
Direktur
Linda
Oktavia
Rawung
Komisaris
Berdasarkan uraian serta hasil ilustrasi tersebut hal yang dilakukan oleh
POKJA Pengadaan yang dinilai tidak sungguh-sungguh dalam mengevaluasi
melakukan pemeriksaan terkait hubungan afiliasi tersebut, panitia seharusnya
melakukan pemeriksaan secara mendetail serta klarifikasi dokumen terhadap para
peserta tender tentang adanya kesamaan pemegang saham yakni antara PT. Nikita
Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya, serta mengantisipasi adanya
kemungkinan pertentangan kepentingan, karena dalam tahap evaluasi kualifikasi
para penyedia mengisi form tanpa perlu membawa dokumen asli dan mengikuti
tahapan klarifikasi yang dapat dilihat dalam berita acara evaluasi sesuai dengan
77
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal
57 ayat 1 poin c butir (8) tentang pembuktian dokumen klarifikasi.
Ahli LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Achmad Zikrullah berpendapat adanya hubungan keluarga atau afiliasi diantara
para peserta tender dilarang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 6 huruf (e) dengan kutipan sebagai
berikut: “Para Pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
harus mematuhi etika sebagai berikut”:
“e). menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa”
Pada penjelasan Pasal 6 huruf e dijelaskan yang dimaksud dengan afiliasi
adalah keterkaitan hubungan, antar Penyedia Barang/Jasa, maupun antara
Penyedia Barang/Jasa dengan PPK dan/atau anggota ULP/Pejabat Pengadaan,
antara lain meliputi:2
1. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
2. PPK/Pejabaat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan perusahaan Penyedia Barang/Jasa;
2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 6 huruf
(e).
78
3. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung
maupun tidak langsung oleh pihak yang sama yaitu lebih dari 50% (lima puluh
perseratus) pemegang saham dan/atau salah satu pengurusnya sama.
Dalam suatu pekerjaan tender, hubungan kekeluargaan dan kepemilikan yang
sama (afiliasi) merupakan bentuk persaingan semu dalam praktik tender, serta
merupakan indikasi dari adanya persekongkolan dalam tender, sesuai dalam
penjelasan pada Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Persekongkolan Dalam tender.
“adanya pemegang saham yang sama diantara peserta atau
panitia atau pemberi pekerjaan maupun pihak lain yang terkait secara
langsung dengan tender/lelang (benturan kepentingan)”.3
Oleh karena itu penulis sependapat dengan keputusan Majelis Komisi KPPU
terkait adanya hubungan kekeluargaan atau afiliasi diantara para peserta tender
dalam hal ini PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya, yang
secara jelas dilarang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Hal ini karena dengan terbuktinya adanya hubungan
kekeluargaan diantara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya,
membuktikan bahwasnya terdapat kerjasama diantara ketiga Terlapor tersebut
sehingga dapat disimpulkan terjadi persaingan semu diantara ketiga Terlapor.
3 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktik
Serta Penerapan Hukumnya, h.321.
79
Tujuan utama dari Perpres Nomor 54 Tahun 2010, bertujuan agar dapat
menjaga tender tetap aman dari tindak praktik kecurangan demi menciptakan
persaingan usaha yang sehat dan fair (adil) sebagaimana sesuai dari harapan Pasal
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persiangan Usaha Tidak Sehat. Namun dengan adanya keterkaitan hubungan
kekeluargaan antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya,
justru membuat persaingan dalam praktik tender tersebut tidak lagi relevan dan
menghilangkan harapan dari terciptanya persaingan usaha yang sehat dan adil
tersebut.
Tentang Persekongkolan Vertikal, terkait adanya pengabaian Pokja dalam
pengevaluasian peralatan yang sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya dan
PT. Kakas Karya yang melanggar ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
(Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 disebutkan; “ Dalam hal
penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi dalam waktu bersamaan
dengan menawarkan peralatan yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan
dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan,
maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenangn pada 1 (satu) paket pekerjaan
dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan peralatan tersebut akan
ditempatkan, sedngkan untuk paket pekerjaan lainya dinyatakan peralatan tidak
ada dan dinyatakan gugur”4.
4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1.
80
Sedangkan dalam alat bukti dokumen terdapat kesamaan peralatan utama
minimal yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Rekonstruksi
Tolango – Bulontio II ) dengan PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Rekonstruksi
Tolango – Bulontio I), seharusnya dengan adanya kesamaan peralatan yang
ditawarkan tersebut Pokja menggugurkan salah satu dari 2 peserta tender tersebut,
bukan justru menjadikanya keduanya pemenang dari dua paket tender yang
berbeda dengan waktu pelaksanaan yang sama. Dalam hal ini Penulis kembali
setuju dengan Putusan Majelis Komisi KPPU, karena Pokja dianggap telah
dengan sengaja mengabaikan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU)
Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 tersebut.
Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres Nomor 54
Tahun 2010 dan Permen Nomor 14 Tahun 2013 disebutkan bahwa “peserta
menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website www.pu.go.id
sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam LDP”. Namun pada paket jalan
Tolango – Bulontio I hanya terdapat pemenang yaitu PT. Kakas Karya dan tidak
ada cadangan karena peserta tender lainya dinggap tidak memenuhi syarat
administrasi, sehingga dalam melakukan evaluasi hanya dilakukan terhadap
pemenang.
Berdasarkan file Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan Terlapor
III di Paket Jalan Tolango Bulontio II dimana Telapor III memiliki peralatan
berlebih sehingga dapat mendukung/menyewakan peralatan ke peserta lain untuk
81
digunakan pada paket pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat
dikatakan kedua peserta berada dalam satu kendali dan apabila pada masa
pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung diperalatan yang sama
maka hal tesebut dapat dimungkinkan.
Selanjutnya pada paket Jalan Tolango Bulontio II terdapat 1 pemenang
PT.Nikita Raya dan 1 cadangan yakni PT. Maesa Jaya dimana peserta lainya
dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi dan tidak dilakukan evaluasi lebih
lanjut. Namun faktanya pengguguran peserta tender/lelang yang dilakukan oleh
Pokja Pengadaan, didasarkan oleh adanya pengabaikan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II.
Bahwasanya sebelum berlangsungnya proses lelang pada perkara ini Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.04/NB/2013
tentang Pencantuman Klausula Dalam Polis Suretyship untuk tidak menjamin
kerugian yang disebabkan oleh Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang
menyatakan pada pokoknya “.... untuk tidak menjamin kerugian yang disebabkan
oleh: (a) Praktek KKN, (b) penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan
dalam dokumen penawaran, (c) tindakan yang dindikasikan disebabkan oleh hal-
hal sebagaimana disebutkan dalam huruf a dab b diatas.”.
Sesungghunya salah satu syarat wajib dalam pelelangan ini adalah adanya
Jaminan Penawaran yang dikeluarkan/diterbitkan oleh perusahaan asuransi atau
bank. Dalam hal ini Pokja Pengadaan telah menetapkan format Jaminan
82
Penawaran untuk lelang Paket Rekonstruksi Tolango – Bulontio I dan Paket
Rekonstruksi Tolango – Bulontio II sebagaimana dimuat dalam dokumen lelang.
Dalam format yang diterbitkan oleh Pokja tersebut mengatur keberlakuan atau
dapat dicairkanya jaminan penawaran jika pihak terjamin:
1. Menarik kembali penawaranya selama dilaksanakanya pelelangan atau
sesudah dinyatakan sebagai pemenang;
2. Tidak menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah ditunjuk sebagai
pemenang, menandatangani kontrak, atau hadir dalam klarifikasi dan atau
verifikasi sebagai calon pemenang;
3. Terlibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Bahwasnya format yang ditetapkan oleh Pokja Pengadaan mengenai luas
jaminan kerugian ternyata berbeda dengan yang telah ditetapkan oleh OJK.
Beberapa dari peserta tender/lelang mengajukan penawaran dengan format sesiai
dengan ketentuan OJK yang jelas berbeda dengan format dari ketentuan Pokja
Pengadaan. Akibat dari adanya perbedaan format tersebut, Pokja Pengadaan
menguggurkan 4 (empat) peserta tender Paket Rekonstruksi Tolango – Bulontio
II, yaitu : PT. Mitha Prana Chasea, PT. Nugroho Lestari, PT. Gajah Tunggal, dan
PT. Bumi Karsa dengan alasan penawaran tidak sesuai format sebagaimana
disebutkan dalam Berita Acara Evaluasi Administrasi Nomor : POKJA-
PJN&SKPD-GTLO/APBN/2014/40.7 tanggal 15 Januari 2014.
83
Dengan digugurkanya 4 (empat) perusahaan tersebut serta PT. Kakas Karya
tidak menyerahkan Jaminan Penawaran asli mengakibatkan hanya tersisa PT.
Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya sebagai penawar terendah.Selain itu terdapat
kesamaan penyebab gugurnnya PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya di
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I serta PT. Kakas Karya di Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II, sebagai syarat dan ketentuan pelelangan,
Pokja Pengadaan telah memberikan dokumen lelang dan addendum yang harus
dipenuhi oleh peserta tender dalam menyusun dokumen penawaran pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I serta PT. Kakas Karya di Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan terhadap
penawaran para peserta tender alasan gugurnya PT. Nikita Raya dan PT. Maesa
Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I dan alasan gugurnya
PT. Kakas Karya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II adalah
dengan penyebab yang sama yaitu masing-masing tidak menyerahkan jaminan
penawaran asli.
Mengenai kesamaan format penulisan pada dokumen penawaran PT. Kakas
Karya, PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya yaitu ditemukanya kesamaan pada
dokumen penawaran pada file “surat penawaran” antara PT. Kakas Karya, PT.
Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya, selanjutnya penawaran antara PT. Nikita Raya
dan PT. Maesa Jaya pada dokumen penawaran perusahaan tersebut di Paket
84
Rekonstruksi Tolango Bulontio I, ketiga adalah kesamaan format/penulisan
dokumen antara PT. Kakas Karya dengan PT. Maesa Jaya pada dokumen
penawaran perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio II.
Selain itu, terdapat pula kesamaan beberapa harga satuan antara PT. Nikita
Raya dan PT. Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I serta
kesamaan harga satuan antara PT. Kakas Karya dengan PT. Maesa Jaya pada
Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I. Kesamaan beberapa harga satuan PT.
Kakas Karya dengan PT. Maesa jaya juga ditemukan pada Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio II. Terdapat pula adanya kesamaan jenis, kapasitasm
merk, tahun pembuatan dan kondisi peralatan pada dokumen peralatan minimal
utama milik PT. Kakas Karya dan PT. Nikita Raya. Kesamaan metadata file
dokumen penawaran dari PT. Kakas Karya, PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya
metadata merupakan hal-hal yang berkaitan dengan suatu file yang menjadi
identitas dari file tersebut, yang meliputi tittle, author, modifed, application, PDF
Producer.
Penulis menilai hal-hal yang dilakukan oleh POKJA dalam praktek tender
tersebut selaku Pejabat Pengadaan, telah melakukan kelalaian yang mengandung
unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan terhadap para peserta
tender, karena dengan mengabaikan surat dari OJK tersebut yang lebih dahulu
diterbitkan sebelum POKJA menerbitkan format standarnya yang menyebabkan
gugurnya peserta tender lain, terlebih hal-hal yang dilakukan oleh Pokja
85
Pengadaan terkait pengguguran peserta lelang lainya dengan mengabaikan
ketentuan OJK pada paket rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio II.
Pengguguran peserta tender tersebut merupakan suatu pencerminan maupun
suatu ketidaksungguh-sungguhan dalam pengevaluasian dokumen penawaran
yang dalam hal ini terdapat kesamaan dokumen diantara PT. Kakas Karya, PT.
Nikita Raya, dan PT. Maesa Jaya pada penawaran Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio II, Penulis nilai sebagai suatu bentuk usaha-usaha
persekongkolan vertikal terkait pemenangan tender kepada pihak tertentu menurut
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Oleh karena itu penulis juga
kembali setuju dengan keputusan Majelis Komisi KPPU.
1. Alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) Selaku
Panitia Tender Oleh KPPU.
Terdapat satu hal menarik dari perkara ini apabila melihat hasil putusan
Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015 ini yang juga penulis anggap sebagai salah satu temuan yang penulis
dapat. Yakni Terlapor I yang dinyatakan bersalah oleh Majelis KPPU secara sah
dan meyakinkan telah melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat. Namun
dalam putusanya, Terlapor I yaitu POKJA Pengadaan selaku Panitia tender tidak
dijatuhkan sanksi oleh majelis.
86
Dalam perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, terdapat kegiatan persekongkolan
tender menurut pasal Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
persekongkolan tender yang terjadi salah satunya adalah persekongkolan vertikal
yang dilakukan oleh POKJA Pengadaan (Terlapor I) selaku panitia tender,
dengan para pelaku usaha (Terlapor II,III, dan IV) dalam usaha pemenangan 2
(dua) paket pelelangan rekonstruksi jalan nasional Provinsi Gorontalo Tahun
anggaran 2014. Persekongkolan tender vertikal menurut Pedoman Pasal 22
tentang Larangan Persekongkolan tender diartikan sebagai persekongkolan yang
terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa
dengan panitia tender atau panitia lelang atau penggna barang dan jasa atau
pemilik atau pemberi pekerjaan.
Pada perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tender yang dilakukan pada kasus ini
merupakan tender yang dilaksanakan oleh Pemerintah, karena dalam hal ini
terkait rekonstruksi jalan nasional. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kegiatan
persekongkolan yang dilakukan oleh panitia tender yang dalam hal ini melibatkan
pemerintah, dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan korupsi. Namun apabila
hal tersebut merupakan salah satu dari tindakan korupsi makan dengan demikian
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidaklah lagi dapat berlaku, tetapi
seharusnya merujuk kepada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, yaitu
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001.
87
OECD report, bagian Indonesia, menjelaskan bahwa hubungan antara hukum
persaingan dan kegiatan korupsi di Indonesia terdapat dalam Pasal 22 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai larangan persekongkolan tender.
Persekongkolan secara vertikal antara pelaku usaha dan panitia tender tidak dapat
dipisahkan dari usaha korupsi.5 Dalam penanganan korupsi pada bidang
pengadaan barang/jasa publik tersebut melalui penegakan hukum persaingan,
KPPU dapat menggunakan beberapa cara guna menangani apabila terjadinya
praktik korupsi tersebut. Diantaranya melalu kerjasama dengan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Melalui mandat KPK dapat diperbantukan oleh Polisi,
dan Jaksa untuk bekerjasama untuk mencegah dan mengambil tindakan akan
kegiatan korupsi tersebut.
KPPU sebagai lembaga penegak hukum dalam kegiatan persaingan usaha,
dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 memiliki
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrasif sebagai
bentuk sanksi. Sanksi administratif diartikan sebagai perwujudan
overheidshandeling tentang keputusan, ketetapan, dan penetapan.6
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU berwenang
dalam melakukan tindakan administratif terhadap para pelaku usaha yang
5 Adifyan Rahmat Asga, Ditha Wiradiputra, Analisa Kedudukan Hukum Panitia Tender
Dalam Persekongkolan Tender Secara vertikal (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor 04/KPPU-L/2013),
(Jurnal FH UI Tahun 2014), h.17.
6 Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI, Pedoman Larangan Persekongkolan dalam Tender
berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999, h.4.
88
melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam penjelasanya
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini menjelaskan
bahwasanya KPPU hanya berwenang menjatuhkan sanksi administrasi ini hanya
kepada para pelaku usaha,7 namun tidak untuk pihak lain yang terlibat dalam
suatu pelanggaran Undang-Undang tersebut.
Pada Pasal 22 disebutkan bahwasanya “Pelaku usaha dilarang bersekongkol
dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”.8 dalam
hal ini disebutkan ada pihak lain yang bersekongkol dengan pelaku usaha, namun
Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini tidak menyebutkan
bahwasanya KPPU berwenang untuk memberikan sanksi administrasi kepada
pihak lain tersebut. Oleh karena itu dalam Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015, dengan mengacu pada Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam hal ini tidak bisa
menghukum pihak lain yang terlibat dalam persekongkolan tender tersebut yang
dalam perkara ini adalah POKJA Pengadaan selaku panitia tender yang
selanjutnya disebut Terlapor I berupa sanksi administratif.
7 Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. yang menyebutkan bahwa “Pelaku usaha adalah setiap
orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama, melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”.
8 Indonesia, Undang-Undang tentan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, Nomor Tahun 1999. Pasal 22.
89
Jika dilihat dari kewenangan KPPU dalam memberikan sanksi Pidana Pokok
dan Pidana Tambahan yang berpedoman pada bunyi Pasal 44 ayat (4) dan (5),
pelanggaran tersebut bersifat keperdataan, sepanjang pelaku usaha menerima
putusan serta menjalankan tindakan administratif yang dijatuhkan oleh komisi
kepadanya. Namun, apabila pelaku usaha tidak melaksanakan putusan yang telah
dijatuhkan oleh komisi tersebut atau tidak kooperatif dalam pelaksanaanya,
pelanggaran tersebut beralih menjadi salah satu dugaan terhadap terjadinya suatu
tindak pidana.9 Apabila pelaku tidak menjalankan putusan komisi tersebut, komisi
berwenang mengajukan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan
penyidikan.
Dapat disimpulkan bahwasanya wewenang komisi dalam penjatuhan sanksi
terhadap pelanggaran ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 hanyalah
sebatas sanksi administratif saja sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (2).
Namun terkait sanksi pidana, merujuk pada hukum acara pidana yang berlaku
(KUHAP) dan hal tersbut telah menjadi kewenangan dari Pengadilan Negeri.10
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak sama sekali mengatur terkait
9 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), Cet 1, ( Bandung; PT. Citra Aditya Bakti,2001), h.116.
10 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), Cet 1, ( Bandung; PT. Citra Aditya Bakti,2001), h.116.
90
kedudukan hukum panitia tender serta bagaimana sanksi yang diberikan apabila
panitia tender tersebut terbukti bersalah.
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menegaskan
bahwasanya KPPU adalah Komisi yang dibentuk untuk mengawasi Pelaku Usaha
dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Definisi tersebut terlihat jelas bahwa
hanya pelaku usaha-lah yang merupakan domain KPPU. Bila KPPU dalam
perkara ini menghukum mereka yang bukan merupakan pelaku usaha atau bahkan
menghukum mereka yang bukan merupakan pelaku usaha, maka KPPU telah
bertindak diluar yuridiksinya sendiri sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999. Dapat dikatakan perbuatan yang dilakukan oleh KPPU adalah cacat
hukum dan juga bertentangan dengan hukum.11
Penjelasan pada Pasal 3 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut, menyebutkan tujuan hukum persaingan usaha guna mencegah terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dapat ditimbulkan
oleh pelaku usaha. Jelas oleh karena itu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut hanya berlaku untuk para pelaku usaha saja. Apabila kedudukan, status,
serta subjek hukumnya tidak dapat dikategorikan sebagai pelaku usaha, maka
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut tidaklah berlaku bagi mereka.
11 Adifyan Rahmat Asga dan Ditha Wiradiputra, Analisa Kedudukan Hukum Panitia Tender
Dalam Persekongkolan Tender Secara vertikal (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor 04/KPPU-L/2013),
(Jurnal FH UI Tahun 2014), h.16.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian skripsi penulis, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada Putusan Perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-
L/2015 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi
Gorontalo Tahun Anggaran 2014, bahwasanya benar telah terjadi persekongkolan
dalam mekanisme tender pemenangan 2 paket rekonstruksi jalan nasional
tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan atas terpenuhinya unsur – unsur
pelanggaran yang dikategorikan sebagai suatu kegiatan persekongkolan tender.
Unsur-unsur yang terpenuhi tersebut adalah Unsur Pelaku Usaha. Unsur
Bersekongkol dalam hal ini terbukti terjadi atas persaingan semu yang terjadi
diantara Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV dalam hal ini dikatakan sebagai
Persekongkolan Horizontal dan terbukti adanya hubungan afiliasi diantara
ketiga terlapor tersebut. Terjadi Persekongkolan Vertikal diantara pelaku
usaha/pemenang tender dengan pihak lain yaitu POKJA Pengadaan sebagai
pemberi proyek dalam pengaturan pemenang tender. Unsur Pihak Lain juga
92
terpenuhi, yaitu dengan yang dimaksud pihak lain dalam perkara ini adalah
POKJA Pengadaan. Selanjutnya yaitu Unsur Dampak Persaingan, dalam hal ini
kegiatan persekongkolan yang dilakukan oleh para peserta tender bersana dengan
Panitia tender dalam proses pelelangan tersebut jelas mengakibatkan persaingan
usaha yang tidak sehat. Menimbulkan akibat hukum yang menyatakan Terlapor I,
Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Selain itu pula, Majelis
Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga menjatuhkan denda kepada Terlapor II,
Terlapor III dan Terlapor IV juga dibebankan dengan nominal yang berbeda-beda
dan harus disetorkan ke kas negara. Semua keputusan yang dipertimbangkan oleh
Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha serta sanksi yang diberikan kepada
para Terlapor, penulis anggap merupakan berdasarkan pertimbangan yang matang
serta mengacu kepada ketentuan peraturan per-Undang-Undangan yang berlaku
dengan relevansi demi terciptanya persaingan usaha yang sehat adil dan
transparan.
2. POKJA Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
dan SKPD Provinsi Gorontalo selaku Panitia Tender selanjutnya disebut sebagai
Terlapor I dinyatakan bersalah secara sah dan meyakinkan oleh Majelis KPPU,
namun tidak diberikan sanksi administratif, karena dengan alasan tidak satupun
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan usaha Tidak Sehat terdapat penjelasan terkait kewenangan KPPU
93
dalam hal ini dapat memberikan sanksi dalam bentuk apapun kepada pihak lain
yang terlibat dalam persekongkolan tender, khususnya panitia tender. Kedudukan
hukum panitia tender ataupun pihak lain belum diatur secara jelas dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan usaha Tidak Sehat. Perlu diingat bahwasanya panitia tender bukanlah
pelaku usaha dan maka dari itu tidak bisa dihukum melalui Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha
Tidak Sehat. Karena pada intinya tujuan daripada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak
Sehat adalah untuk mengatasi kegiatan anti persaingan sehat yang dilakukan oleh
para pelaku usaha dan bukan untuk pihak yang tidak termasuk dalam kategori
pelaku usaha tersebut
B. Saran.
Berdasarkan hasil penelitian skripsi penulis, dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Pada putusan perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-
L/2015 terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi
Gorontalo Tahun Anggaran 2014, para Terlapor II, III dan IV yang terbukti
melakukan Persekongkolan horizontal karena adanya hubungan afiliasi, para
Terlapor mengeluhkan dengan alasan ketidak tahuan, bahwasanya hubungan
94
afiliasi tersebut tidak diperbolehkan dalam suatu kegiatan tender karena dinilai
melanggar asas persaingan usaha sehat. Hal tersebut muncul dengan alasan para
Terlapor sebelumnya belum pernah sama sekali memperoleh sosialisasi terkait
tidak diperbolehkanya hubungan afiliasi tersebut dalam praktik tender. Ini dapat
menjadi pertimbangan untuk Pemerintah melalui panitia tender maupun pihak
yang diberikan mandat, agar dapat memberikan sosialiasi serta penyuluhan yang
jelas terkait ketentuan serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh para peserta
tender agar dapat berjalan sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Terhadap panitia tender seharusnya mendapat pengawasan yang lebih ketat dari
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, hal ini agar tidak terjadi kesewenangan
apabila terjadi indikasi kegiatan persekongkolan vertikal khususnya, dan apabila
KPPU tidak dapat memberikan sanksi kepada panitia tender diharapkan meminta
bantuan kepada KPK ataupun Pihak Kepolisian agar dapat menindaklanjuti
Panitia Tender yang melakukan kegiatan persaingan usaha tidak sehat tersebut,
karena mengingat kewenangan KPPU hanya diruang lingkup para pelaku usaha
saja.
95
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, Cahaya Prima Sentosa, 2012. H. 2.
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahanya, Sinar Grafika, 2008. H.5.
Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara
teks &konteks, e-book : 2009.
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Eight Edition, Editor in Chief West
Publishing co, 2004.
Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU No 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, Jurnal
Ilmu Hukum Yustisia 2007: h.2.
Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No.
26 Tahun ke VI, April 2002.
Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis dan Perbandingan
UU No. 5 Tahun 1999, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001. H. 72.
Fahmi M Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010).
Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009) h.1-2.
Jhony Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi
Penerapanya di Indonesia, (Malang:Bayu Media, 2006).
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Konpress, 2006) h.24.
John N. Adams & Roger Brownsword, -Understanding Law, Great Britain;
Fontana Press, Tahun 1992, h.135.
Knud Hansen; Law Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair
Business Competition, Jakarta; Katafis, 2002.
Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, Katalis-Publishing – Media Services, 2002. H. 323-
324.
96
Knud Hansen. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, Katalis-Publishing– Media Services, 2002. h.389.
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung
2002.
Lilik mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik
Peradilan (Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Materil, Pengadilan
Hubungan Industrial, Pengadilan Perkara Perdata Niaga). Cet. Ke-1,
(Bandung: Alumni, 2009).
Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong era persaingan sehat, Citra
Aditya Bakti.2003 cet.2 . h. 42.
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di
Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010).
Rocky Marbun, S.H, M.H., Persekongkolan Tender barang/jasa, Pustaka Yustisia,
Jakarta 2010.
Soekanto, Sarjono, dkk. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Jakarta, Rajawali Pers, 2011.
Susanti Adi Nugroho, Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha dalam
Litigasi Persaingan Usaha.CFISEL.Litigation Series.
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan
praktek serta penerapan hukumnya, Kencana prenada media group,
Jakarta, 2012.
Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, Jakarta; Sinar Grafika, 2009.
Y. Budianto Monareh, dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam
Hukum Persaingan Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-
1/2010 Dalam Proyek Donggi Senoro”, Universitas Indonesia 2011.(Tesis
S2, Universitas Indonesia 2011).
Yakub Adi Krisanto, “Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan KPPU tentang Persekongkolan Tender”, Jurnal Hukum Bisnis
24.No 2, Jakarta, Tahun 2005, h. 44-45.
Yuliana Juwita, Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum
Persaingan Usaha, Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan,
Jepang”, Universitas Indonesia 2012. (Tesis S2, Universitas Indonesia
2012).
97
Perundang –undangan
KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Pedoman Pasal 22; Pengertian tender mencangkup tawaran mengajukan harga
untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.
Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.
Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa, Pasal 3.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal
6d ayat 1.
Internet
https://konsen.wordpress.com/2013/10/12/jenis-jenis-metoda-pendekatan-karya-
tulis/
http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf
http://www.kppu.go.id/id/putusan
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan#Jalan_nasional
6 Februari 2017, http:// www.reformasihukum.org.
Jurnal
Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No.
26 Tahun VI, April 2002.
Daniel Jusuf Said Sembiring, Persekongkolan Tender Secara Vertikal dan
Gabungan Horizontal dan Vertikal di Indonesia Ditinjau dari Putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun 2013 sampai Tahun 2014”,
http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf, Juli 2016.
Di AS terdapat dua lembaga yang menangani perkara pelanggaran hokum
persaingan usaha, pertama adalah Federal Trade Commission (FTC)
yang dapat memeriksa dan memutus perkara, dan kedua adalah Antitrust
98
Division dari Departemen Kehakiman yang hanya memiliki kewenangan
menuntut.
Buku Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) Tahun 2012. Hal. 16
Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) Tahun 2015. Hal.4.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Jurnal Persaingan Usaha“, Jurnal Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Edisi 1 (Maret 2009), h.165.
Proyek ELIPS bekerja sama dengan Partnership for Business Competition,
Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, 1999,
h.126-127.
SALINAN
P U T U S A N
Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya
disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tentang
Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah
Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, yang dilakukan oleh:-------------
1. Terlapor I : Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi
Gorontalo Tahun Anggaran 2014, yang beralamat
kantor di Jalan Yusuf Hasiru Nomor 7, Kelurahan
Tanggikiki, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo;------
2. Terlapor II : PT Kakas Karya, yang beralamat kantor pusat di
Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas
Kabupaten Sorong, Papua Barat dan kantor cabang di
Kompleks Megamas Blok D1 Lantai 2, Manado;--------
3. Terlapor III : PT Nikita Raya, yang beralamat kantor di Jalan
Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-
Papua Barat dan berkantor cabang di Kompleks
Megamas Blok D1 Lt. 2, Manado ketika tender a quo
pindah ke Jalan Piere Tendean Nomor 106, Manado;--
4. Terlapor IV : PT Maesa Jaya, yang beralamat kantor di Jalan
Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-
Papua Barat dan berkantor cabang di Jalan Harapan
Nomor 149 Kelurahan Winangun Satu Lingk. IV
Kecamatan Malalayang Manado;---------------------------
Majelis Komisi: ----------------------------------------------------------------------- Setelah membaca Laporan Dugaan Pelanggaran; -------------------------------
2 SALINAN
Setelah membaca Tanggapan para Terlapor terhadap Laporan Dugaan
Pelanggaran; ---------------------------------------------------------------------------
Setelah mendengar keterangan para Saksi; --------------------------------------
Setelah mendengar keterangan Ahli; ----------------------------------------------
Setelah mendengar keterangan para Terlapor ; ----------------------------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; -
Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator dan
para Terlapor ; -------------------------------------------------------------------------
TENTANG DUDUK PERKARA
1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah menerima laporan
tentang adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 terkait Tender Rehab/ Pemeliharaan Jalan Lingkar
Timur Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran
2013; ------------------------------------------------------------------------------
2. Menimbang bahwa setelah dilakukan penyelidikan, pemberkasan dan
gelar laporan maka Komisi menyatakan layak untuk masuk ke tahap
pemeriksaan pendahuluan; ---------------------------------------------------
3. Menimbang bahwa selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan
Komisi Nomor 35/KPPU/Pen/XI/2015 tanggal 10 November 2015
tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015
(vide bukti A1); -------------------------------------------------------------------
4. Menimbang bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan
Pendahuluan tersebut, Komisi menetapkan pembentukan Majelis
Komisi melalui Keputusan Komisi Nomor 50/KPPU/Kep.3/XI/2015
tanggal 10 November 2015 tentang Penugasan Anggota Komisi
sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara
Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A2); -----------------------------------
5. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor
34/KMK/Kep/XI/2015 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan
Pendahuluan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, yaitu dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
20 November 2015 sampai dengan tanggal 5 Januari 2016 (vide bukti
A4); --------------------------------------------------------------------------------
6. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan
Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan
3 SALINAN
Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi
tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, dan Surat
Panggilan Sidang Majelis Komisi I kepada para Terlapor (vide bukti A7
s/d A18) ; -------------------------------------------------------------------------
7. Menimbang bahwa pada tanggal 20 November 2015, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi I dengan agenda Pembacaan
dan/atau Penyerahan Salinan Laporan Dugaan Pelanggaran oleh
Investigator kepada para Terlapor, yang dihadiri oleh Investigator dan
Terlapor I (Terlapor I Pengadaan III), Terlapor II (PT Kakas Karya),
Terlapor III (PT Nikita Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa Jaya) (vide
bukti B1); -------------------------------------------------------------------------
8. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I, Investigator
membacakan Laporan Dugaan Pelanggaran (LDP) yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti C33): ---------------
8.1 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dugaan
pelanggaran terkait dengan objek Pelelangan Paket
Rekonstruksi Jalan di lingkungan Satker PJN dan SKPD
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014 yang terdiri
dari Paket Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio I dan Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio II, Pasal 22 UU Nomor 5
Tahun 1999 dimana dalam ketentuan Pasal 22 UU Nomor 5
Tahun 1999 tersebut dinyatakan: -----------------------------------
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
8.2 Selanjutnya apabila dirinci unsur – unsur ketentuan Pasal 22
UU Nomor 5 Tahun 1999 tersebut maka dapat diuraikan
sebagai berikut: --------------------------------------------------------
8.2.1 Pelaku Usaha --------------------------------------------------
Pelaku usaha yang dimaksud dalam dugaan
pelanggaran Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam
tender tersebut adalah: --------------------------------------
8.2.1.1 PT Nikita Raya, beralamat di Jalan Tuturuga
Klamalu Distrik Aimas Sorong-Papua Barat
yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian
PT Nomor 08, Tanggal 16 November 2002 di
hadapan Notaris Semuel Lisina, SH., yang
diperbaharui dengan Akte Perubahan Nomor
4 SALINAN
01, Tanggal 01 Desember 2011 di hadapan
Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., dengan
kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan
Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan
lingkungan, termasuk perawatannya. ---------
8.2.1.2 PT Kakas Karya, beralamat di Jalan Tuturuga
Klamalu Distrik Aimas Sorong-Papua Barat
yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian
PT Nomor 08, Tanggal 13 Januari 2004 di
hadapan Notaris saal Bumela, SH yang
diperbaharui dengan Akte Perubahan Nomor
25, Tanggal 21 Januari 2013 dihadapan
Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH dengan
kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan
Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan
lingkungan, termasuk perawatannya. ---------
8.2.1.3 PT Maesa Jaya, beralamat di Jalan Tuturuga
Klamalu Distrik Aimas Sorong -Papua Barat
yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian
PT Nomor 06, Tanggal 09 Desember 2003 di
hadapan Notaris B. Rum Riviani Warsito, SH
yang diperbaharui dengan Akte Perubahan
Nomor 2, Tanggal 2 April 2009 di hadapan
Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH dengan
kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan
Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan
lingkungan, termasuk perawatannya. ---------
8.2.2 Pihak Lain ------------------------------------------------------
Dalam hal ini yang dimaksud pihak lain yang diduga
melakukan persekongkolan (secara langsung maupun
tidak langsung) telah dilakukan oleh: ---------------------
8.2.2.1 Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD
Provinsi Gorontalo yang diangkat
berdasarkan Revisi Surat Keputusan Kepala
Unit Layanan Pengadaan Balai Pelaksanaan
Jalan Nasional XI Nomor: HK. 01.22/KPTS-
ULP/BPJN XI/2013 Tentang Pokja
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di
5 SALINAN
Lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional XI Tahun Anggaran 2014. ------------
No Panitia Tender / Nama Penugasan 1. Ir. Jeffrey T. Moningkey Ketua 2. Franki Tangkudung Sekretaris 3. Ir. Farman Ali, MT Anggota 4. Friyanto Daud, ST Anggota 5. Ir. Agus Lagonda Anggota
8.2.3 Persekongkolan ------------------------------------------------
8.2.3.1 Persekongkolan Vertikal ------------------------
Bentuk persekongkolan vertikal yang
dilakukan dalam proses tender ini terindikasi
berdasarkan fakta-fakta pada saat proses
tender yang tidak wajar yang dilakukan oleh
Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD
Provinsi Gorontalo di Lingkungan Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional XI Tahun
Anggaran 2014 yang bertujuan memfasilitasi
perusahaan tertentu yang menawarkan
produk tertentu menjadi pemenang tender.
Hal tersebut didasarkan pada fakta dan
analisis sebagai berikut:--------------------------
1) Mengenai adanya pengabaian hubungan
afiliasi atau kelompok usaha yaitu
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya untuk mengikuti paket
tender yang sama yaitu: --------------------
a) Pelelangan Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango – Bulontio I di
lingkungan Satker PJN dan SKPD
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014. ------------------------
b) Pelelangan Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango – Bulontio II di
lingkungan Satker PJN dan SKPD
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014. ------------------------
2) Mengenai adanya pengabaian Pokja
dalam mengevaluasi peralatan yang
6 SALINAN
sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita
Raya dengan PT. Kakas Karya; ------------
a) Bahwa berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum (Permen
PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal
6d ayat 1 disebutkan; “Dalam hal
Penyedia megikuti beberap paket
pekerjaan konstruksi dalam waktu
bersamaan dengan menawarkan
peralatan yang sama untuk
beberapa paket yang diikuti dan
dalam evaluasi memenuhi
persyaratan pada masing-masing
paket pekerjaan, maka hanya dapat
ditetapkan sebagai pemenang pada
1 (satu) paket pekerjaan dengan
cara melakukan klarifikasi untuk
menentukan peralatan tersebut akan
ditempatkan, sedangkan untuk
paket pekerjaan lainnya dinyatakan
peralatan tidak ada dan dinyatakan
gugur.” -------------------------------------------
b) Bahwa berdasarkan alat bukti
dokumen terdapat kesamaan
peralatan utama minimal yang
ditawarkan oleh PT Nikita Raya
(Pemenang Paket Rekonstruksi
Tolango – Bulontio II) dengan
PT Kakas Karya (Pemenang Paket
Rekonstruksi Tolango – Bulontio I);
c) Bahwa dengan adanya kesamaan
peralatan yang ditawarkan oleh
PT Nikita Raya dengan PT Kakas
Karya, seharusnya Pokja
menggugurkan salah satu dari
peserta tersebut dan tidak
menjadikannya masing-masing
pemenang untuk paket yang
7 SALINAN
berbeda dengan waktu pelaksanaan
pekerjaan yang sama. -----------------
8.2.3.2 Persekongkolan Horizontal --------------------
Dalam tender ini, dugaan persekongkolan
yang dilakukan oleh PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya
didasarkan pada alasan dan fakta sebagai
berikut: ----------------------------------------------
1) Bahwa PT Nikita Raya, PT Kakas Karya
dan PT Maesa Jaya merupakan 1 (satu)
kelompok usaha dan atau terafiliasi yang
terbukti dari; --------------------------------
a) Kesamaan alamat, nomor telepon
dan nomor faks kantor ---------------
b) Adanya hubungan keluarga antara
Pemilik PT Nikita Raya dengan
PT Kakas Karya. Hal tersebut
terbukti dari kepemilikan Andre
Gerungan sebanyak 80% saham di
PT Nikita Raya dan Melisa
Gerungan memiliki 40% saham di
PT Kakas Karya dan Demmy B.
Gerungan memiliki 60% saham di
PT Kakas Karya sebagaimana
pengakuan Direktur PT Nikita Raya
Barce T. Nonggo. -----------------------
c) Andre Gerungan (Komisaris
PT Nikita Raya) dengan Melisa
Gerungan (Komisaris PT Kakas
Karya) adalah saudara kandung
dari pasangan Hangky Gerungan
(Ayah) dengan Meita Wala (Ibu). -----
d) Mantan Kepala Cabang Manado
PT Maesa Jaya Barce T. Nonggo
sekarang menjadi Direktur dan
pemegang saham di PT Nikita Raya.
e) Recky Roring (Direktur PT Maesa
Jaya) memiliki jabatan di PT Nikita
8 SALINAN
Raya dan PT Kakas Karya hal itu
terbukti dengan adanya nama
Recky Roring di akta Berita Acara
Rapat Pemegang Saham Luar biasa
tertanggal 20 Mei 2014. --------------
f) Recky Roring adalah orang yang
biasa diberikan kepercayaan
mengurus perusahaan milik
Hangky Gerungan; --------------------
g) Bahwa apabila mengacu pada
ketentuan Pasal 6 huruf e
Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ( Selanjutnya disebut
Pepres 54 Tahun 2010) disebutkan :
--------------------------------------------
“Para Pihak yang terkait dalam
pengadaan Barang/Jasa harus
mematuhi etika sebagai berikut: ----
e. menghindari dan mencegah
terjadinya pertentangan kepentingan
para pihak yang terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung
dalam proses Pengadaan Barang/
Jasa (conflict of interest); --------------
h) Bahwa ketentuan tersebut
dimaksudkan untuk menjamin
perilaku konsisten dari para pihak
dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan perannya, sehingga para pihak
tidak boleh memiliki/melakukan
peran ganda atau terafiliasi; ---------
i) Bahwa yang dimaksud dengan
afiliasi adalah keterkaitan
hubungan, baik antar Penyedia
Barang/Jasa, maupun antara
Penyedia Barang/Jasa dengan PPK
9 SALINAN
dan/atau anggota ULP/Pejabat
Pengadaan ntara lain meliputi
hubungan keluarga karena
perkawinan dan keturunan sampai
dengan derajat kedua, baik secara
horizontal maupun vertikal; ---------
j) Selain itu, ketentuan Pasal 19 ayat
4 Pepres 54 tahun 2010 dan
perubahannya Pepres 70 Tahun
2012 di disebutkan : ------------------
”Penyedia Brang/Jasa yang
keikutsertaannya menimbulkan
pertentangan kepentingan dilarang
menjadi penyedia Barang/Jasa” -----
k) Bahwa Pertentangan kepentingan
para pihak yang terkait, baik
langsung maupun tidak langsung
meliputi antara lain: ------------------
l) Dalam suatu badan usaha, anggota
Direksi atau Dewan Komisaris
merangkap sebagai anggota Direksi
atau Dewan Komisaris pada badan
usaha lainnya yang menjadi peserta
pada Pelelangan/Seleksi yang sama;
--------------------------------------------
m) Hubungan antara 2 (dua)
perusahaan yang dikendalikan, baik
langsung maupun tidak langsung
oleh pihak yang sama yaitu lebih
dari 50% (lima puluh persen)
pemegang saham. ---------------------
n) Bahwa selanjutnya, berdasarkan
ketentuan Pasal 5 huruf c, d dan e
Pepres 54 Tahun 2010 (Prinsip-
prinsip Pengadaan) dinyatakan
Pengadaan Barang / Jasa
menetapkan prinsip-prinsip
transparan, terbuka dan bersaing,
10 SALINAN
artinya pengadaan barang/jasa
harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara
penyedia barang/jasa yang setara
dan memenuhi syarat/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan
dan prosedur yang jelas dan
transparan; -----------------------------
o) Bahwa selanjutnya, berdasarkan
ketentuan pasal 17 ayat (6)
Undang-undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi
disebutkan “Badan-badan Usaha
yang dimiliki oleh satu atau
kelompok orang yang sama atau
berada pada kepengurusan yang
sama tidak boleh mengikuti
pelelangan untuk satu pekerjaan
konstruksi secara bersamaan; ------
p) Bahwa berdasarkan fakta yang
diperoleh, PT Kakas Karya dan
PT Nikita Raya adalah perusahaan
yang awalnya didirikan oleh Hengky
Gerungan dan PT Maesa Jaya
dipimpin oleh orang kepercayaan
Hengky Gerungan (Recky Roring)
sehingga ketiga perusahaan
tersebut merupakan perusahaan
yang berada dalam satu group; -----
q) Bahwa atas dasar ketentuan-
ketentuan tersebut sangat jelas
bahwa salah satu prinsip dasar
dalam pengadaan barang/jasa
adalah persaingan sehat antar
peserta yang setara; -------------------
11 SALINAN
r) Bahwa dalam hal terdapat dua atau
lebih peserta tender yang saling
terafiliasi dan mengikuti paket
tender yang sama, tentu akan
mengakibatkan peserta tender
tersebut menjadi memiliki posisi
tawar atau kemampuan bersaing
lebih tinggi dibandingkan peserta
tender yang lain karena memiliki
kesempatan untuk mengajukan dua
atau lebih penawaran pada satu
paket tender yang sama; -------------
s) Bahwa dalam hal terdapat dua atau
lebih peserta tender yang saling
terafiliasi dan mengikuti paket
tender yang sama, tentu akan
menimbulkan pertentangan
kepentingan (conflict of interest)
yang bertujuan untuk
mnguntungkan peserta tender
tertentu atau kelompoknya
sehingga dapat merugikan peserta
tender yang lain; -----------------------
t) Bahwa sebagai peserta tender yang
merupakan calon penyedia jasa,
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya seharusnya
mengetahui dan memahami
ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan tender yang telah
diuraikan dalam Pepres 54 Tahun
2010 dan perubahannya Pepres 70
Tahun 2012; ----------------------------
u) Oleh karena itu, keberadaan
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya sebagai peserta
tender pada paket tender yang sama
jelas bertentangan dengan prinsip
12 SALINAN
dasar tersebut karena telah
mengurangi tingkat persaingan
dalam tender dan melanggar prinsip
kesetaraan dalam tender; ------------
2) Mengenai Kesamaan Alamat, Nomor
Telepon dan Faximile PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya ------
a) Bahwa ditemukan kesamaan baik
alamat Kantor maupun nomor
telepon Kantor Pusat antara
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya yang Berlokasi di
Sorong Provinsi Papua Barat sesuai
dengan dokumen penawaran bagian
kualifikasi sebagaimana yang
diuraikan pada fakta alamat, nomor
telpon Telepon dan faksimili Para
Pihak. ------------------------------------
b) Bahwa Kantor PT Nikita Raya
Cabang Manado dan PT Kakas
Karya Cabang Manado berada
dalam satu gedung kantor yang
sama, PT Nikita Raya Cabang
Manado berada di lantai 1 dan
PT Nikita Raya Cabang Manado
berada lantai yang berlokasi di
Jalan Piere Tendean Kawasan
Megamas Blok D No. 1 Manado
dengan Nomor telepon dan nomor
Faximile sebagaimana di uraikan
dalam Fakta Alamat, Nomor Telepon
dan Faximile Para Pihak. ------------
c) Bahwa berdasarkan keterangan
para pihak alamat Kantor Pusat
PT Nikita Raya dan PT Kakas Karya
masih berada pada alamat yang
sama sedangkan alamat Kantor
Pusat PT Maesa Jaya telah pindah
13 SALINAN
sebagaimana diuraikan pada Fakta
Alamat, Nomor Telepon dan
Faximile Para Pihak. -------------------
d) Bahwa berdasarkan keterangan
para pihak dan penyelidikan
lapangan alamat kantor Cabang
PT Nikita Raya dan PT Kakas Karya
di Manado telah berubah dan tidak
berada dalam satu gedung kantor
lagi sebagaimana diuraikan dalam
Fakta Alamat, Nomor Telepon dan
Faximile Para Pihak. -------------------
e) Bahwa pada saat lelang Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango-
Bulontio I dan Paket Rekontruksi
Jalan Tolango-Bulontio II
berlangsung alamat, nomor telepon
dan faximile kantor Pusat dan
kantor Cabang PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya
adalah sama sehingga PT Nikita
Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya diduga kuat
bekerjasama untuk mengatur
PT Nikita Raya sebagai pemenang
pada Lelang Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio I dan
PT Kakas Karya sebagai pemenang
pada lelang Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio II. ------------
f) Bahwa dengan adanya kesamaan
alamat, nomor telepon dan nomor
faximile Kantor Pusat dan kantor
Cabang PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya maupun PT. Maesa Jasa
maka telah terjadi persekongkolan
horizontal dalam Lelang Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango
14 SALINAN
Bulontio I dan Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio II. ------------
3) Mengenai Penyusunan Dokumen
Penawaran ------------------------------------
a) Bahwa yang menyusun dokumen
lelang adalah John Regard dan
dibantu oleh tim dari PT Maesa
Jaya yaitu Adi Sitorus, Aldrin
Tumangke, Jeri Rindengan dan saat
ini sudah tidak bekerja lagi di
PT Maesa Jaya. John Regard
merupakan staf PT. Nikita Raya dan
saat ini sudah tidak bekerja di
PT Nikita Raya lagi sekitar bulan
Mei atau Bulan juni. ------------------
b) Bahwa dugaan Pelanggaran terkait
dokumen penawaran disusun oleh
orang/pihak yang sama dapat
dilihat dari pola kesamaan
metadata, harga satuan dan
format/penulisan dokumen
penawaran. -----------------------------
c) Bahwa dengan adanya pola
kesamaan metadata file dokumen
penawaran PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya
tersebut, kuat dugaan file tersebut
dibuat oleh pihak yang sama; -------
d) Bahwa dengan adanya pola harga
satuan dalam dokumen penawaran
PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya
dan PT. Maesa Jaya tersebut, kuat
dugaan file tersebut dibuat oleh
pihak yang sama. ----------------------
e) Bahwa dengan adanya format/
penulisan dokumen penawaran
dalam dokumen penawaran PT.
Nikita Raya, PT. Kakas Karya dan
15 SALINAN
PT. Maesa Jaya tersebut, kuat
dugaan file tersebut dibuat oleh
pihak yang sama. ----------------------
4) Mengenai kesamaan IP Address -----------
a) Bahwa berdasarkan Fakta yang
diuraikan terdapat kesamaan
Internet Protocol (IP) Addres dalam
proses upload dokumen penawaran
milik PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya dan PT. Maesa Jaya dengan
alamat IP 182.6.235.18. --------------
b) Bahwa IP Address merupakan
identitas numerik yang dilabelkan
pada 15 komputer yang berfungsi
sebagai alamat lokasi jaringan; -----
c) Bahwa dengan mengupload
dokumen dengan IP Addres yang
sama, dapat dipastikan tempat
melakukan upload dokumen berasal
dari tempat yang sama; ---------------
d) Bahwa adanya kesamaan IP Addres
antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas
Karya dan PT. Maesa Jaya maka
diduga pihak/orang yang mendaftar
dan men-upload dokumen
penawaran PT. Nikita Raya, PT.
Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya
pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio I dan
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II pihak/orang yang sama
di tempat yang sama pula. -----------
5) Mengenai pengaturan kelengkapan
dokumen penawaran PT. Nikita Raya,
PT. Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya ----
a) Bahwa keseriusan para peserta
tender dapat terlihat dalam
16 SALINAN
kesiapannya dalam menyusun dan
melengkapi dokumen penawaran. --
b) Bahwa PT. Kakas Karya pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I mampu memenuhi
seluruh persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Pokja dan menjadi
Pemenang, sedangkan pada paket
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II, PT. Kakas Karya dengan
sengaja tidak memenuhi
persyaratan berupa Tidak
Menyerahkan Jaminan Penawaran
Asli sehingga digugurkan oleh
Pokja. -----------------------------------
c) Bahwa tindakan PT. Kakas Karya
yang melengkapi dokumen
penawaran pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I dan tidak melengkapi
dokumen penawaran pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II diduga merupakan
upaya pengaturan kelengkapan
dokumen tender untuk
memenangkan tender Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I dan sengaja mengalah
pada tender Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango – Bulontio II. ----------
d) Bahwa PT. Nikita Raya pada Paket
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II mampu memenuhi
seluruh persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Pokja dan menjadi
Pemenang, sedangkan pada paket
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I, PT. Nikita Raya dengan
17 SALINAN
sengaja tidak memenuhi
persyaratan berupa Tidak
Menyerahkan Jaminan Penawaran
Asli sehingga digugurkan oleh Pokja
Pengadaan. -----------------------------
e) Bahwa tindakan PT. Nikita Raya
yang melengkapi dokumen
penawaran pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II dan tidak melengkapi
dokumen penawaran pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I diduga merupakan upaya
pengaturan kelengkapan dokumen
tender untuk memenangkan tender
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio II dan sengaja mengalah
pada Pelelangan Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango – Bulontio I. -----------
f) Bahwa PT. Maesa Jaya, pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I, PT. Maesa Jaya dengan
sengaja tidak memenuhi
persyaratan berupa Tidak
Menyerahkan Jaminan Penawaran
Asli dan pada Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango – Bulontio II, PT.
Maesa Jaya memasukkan
penawaran yang lebih tinggi dari
PT. Nikita Raya, sehingga
digugurkan oleh Pokja Pengadaan. -
8.2.3.3 Mengenai Dampak Persaingan ----------------
Dampak terjadinya tindakan persekongkolan
yang dilakukan oleh sesama peserta tender
dan/atau peserta tender dengan Panitia
Tender dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran
tersebut secara jelas telah mengakibatkan
persaingan usaha yang tidak sehat dalam
18 SALINAN
proses tender itu sendiri karena merupakan
tindakan tidak jujur dan melawan hukum
yang mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat. ------------------------------------------------
8.2.3.4 Kesimpulan ---------------------------------------
Berdasarkan verifikasi, klarifikasi, penelitian,
penilaian dan analisis dugaan pelanggaran
sebagaimana diuraikan tersebut di atas maka
Tim Investigator menyimpulkan terdapat
pelanggaran ketentuan Pasal 22 UU Nomor 5
Tahun 1999 yang dilakukan oleh: --------------
a) Pokja Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah Satker PJN dan SKPD
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014. ------------------------------
b) PT Kakas Karya. -----------------------------
c) PT Nikita Raya. -------------------------------
d) PT Maesa Jaya -------------------------------
9. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I tersebut, Ketua
Majelis Komisi memerintahkan Investigator untuk menyerahkan LDP
kepada masing-masing Terlapor dan selanjutnya Majelis Komisi
menetapkan Sidang Majelis Komisi II pada tanggal 26 November 2015
dengan agenda Penyerahan Tanggapan atas LDP disertai alat bukti
dari para Terlapor (vide bukti B1); -------------------------------------------
10. Menimbang bahwa pada tanggal 26 November 2015, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi II dengan agenda Penyerahan
Tanggapan Terlapor atas LDP serta Pengajuan Alat Bukti, yang
dihadiri oleh Investigator, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV (vide bukti B2); ----------------------------------------------------
11. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II tersebut, Terlapor I,
Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV telah menyerahkan
Tanggapan Terlapor atas LDP secara tertulis kepada Majelis Komisi.
(vide bukti B2); ------------------------------------------------------------------
12. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor I (Pokja
ULP) menyerahkan Tanggapan atas LDP yang pada pokoknya berisi
hal-hal sebagai berikut (vide bukti T1.1); ------------------------------------
12.1 Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan Paket
Rekonstruksi Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling
19 SALINAN
berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda dengan Berita
Acara Hasil Evaluasi yang berbeda pula, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan dapat diikuti oleh badan usaha yang
sama pada kedua paket tersebut; -------------------------------------
12.2 Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres
54 Tahun 2010 dan Permen No. 14 Tahun 2013 serta dalam
Dokumen Pengadaan Pasal 25.1 disebutkan : “peserta
menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website
www.pu.go.id sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam
LDP”; ------------------------------------------------------------------------
12.3 Terlapor I dalam melakukan evaluasi penawaran berdasarkan
file yang diupload oleh penyedia jasa dan melakukan klarifikasi
terhadap hal-hal yang dianggap kurang jelas; -----------------------
12.4 Pada paket Jalan Tolango Bulontio I hanya ada pemenang
(Terlapor II) dan tidak ada cadangan karena peserta lainnya
tidak memenuhi syarat adm sehingga dalam melakukan
evaluasi hanya dilakukan terhadap pemenang. Berdasarkan file
Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan Terlapor III di
paket Jalan Tolango Bulontio II dimana Terlapor III memiliki
peralatan berlebih sehingga bisa mendukung/ menyewakan
peralatan ke peserta lain untuk digunakan pada paket
pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat dikatakan
kedua peserta berada dalam satu kendali dan apabila pada
masa pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung
di peralatan yang sama maka hal tersebut masih dapat
dimungkinkan; ------------------------------------------------------------
12.5 Pada paket Jalan Tolango Bulontio II terdapat 1 pemenang
(Terlapor III) dan 1 cadangan (Terlapor IV) dimana peserta
lainnya dinyatakan tidak memenuhi syarat adm dan tidak
dilakukan evaluasi lebih lanjut; ----------------------------------------
12.6 Sesuai file Terlapor III dan Terlapor IV, Terlapor I menilai kedua
perusahaan tidak dalam satu kendali karena yang melakukan
penawaran adalah kantor cabang, alamat kantor cabang
berbeda, direksi berbeda, dan peralatan yang berbeda (tidak
saling mendukung); ------------------------------------------------------
12.7 Dalam dokumen pengadaan tahun 2014 belum mengatur
tentang IP Address sehingga kesamaan IP Address dari ketiga
20 SALINAN
peserta dianggap Terlapor I belum termasuk yang harus
dievaluasi dan bukan bentuk kerjasama (afiliasi) -------------------
13. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor II (PT
Kakas Karya), Terlapor III (PT Nikita Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa
Jaya) telah memberikan Kuasa kepada kantor hukum Doan V. Tagah
& Associates yang selanjutnya menyerahkan Tanggapan atas LDP
Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang pada pokoknya berisi
hal-hal sebagai berikut (vide bukti T2.1, T3.1, dan T4.1); -----------------
13.1 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mengakui
adanya hubungan kekerabatan antara kepemilikan perusahaan
tersebut; --------------------------------------------------------------------
13.2 Bahwa sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007,
Direksi merupakan eksekutif dalam perseroan diberi tugas,
kewajiban serta wewenang penuh untuk menjalankan
kepengurusan perseroan. Kewenangan yang besar tersebut
pada hakikatnya sangat rawan untuk disalahgunakan, hal ini
sebagaimana yang terjadi pada management lama dalam hal ini
dilakukan oleh Gretje Mantiri dan John Regar (oknum direksi)
pada perusahaan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang
secara langsung atau tidak langsung telah beritikad tidak baik
dan bertindak tidak jujur sehingga perusahaan Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV mengalami kerugian materiil
sejumlah Rp 60.000.000.000,00 kepada pihak ketiga yang
terkait dalam pelaksanaan proyek pekerjaan yang dikerjakan
Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV; -----------------------------
13.3 Bahwa sebagai akibat kerugian yang disebabkan oleh oknum
direksi tersebut, oknum direksi tersebut telah diberhentikan
dari jabatannya lalu diangkat direksi yang baru dan yang
bersangkutan telah dilaporkan kepada pihak Kepolisian Daerah
Sulawesi Utara; -----------------------------------------------------------
13.4 Bahwa menyangkut larangan afiliasi dalam proses tender
sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999,
merupakan suatu hal yang kurang dipahami oleh Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV oleh karenanya mohon kepada
Majelis Komisi untuk mempertimbangkan bahwa Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV belum pernah memperoleh
sosialisasi secara jelas terkait persekongkolan dalam tender
yang dianggap sebagai suatu pelanggaran; --------------------------
21 SALINAN
13.5 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mohon
pengampunan dari Majelis Komisi atas ketidaktahuan,
kekhilafan, dan kekeliruan mereka sehingga melakukan suatu
pelanggaran dalam mengikuti proses tender sebagaimana
perkara a quo; -------------------------------------------------------------
13.6 Bahwa dokumen kualifikasi yang disampaikan Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV telah sesuai dengan yang
disyaratkan di dalam penilaian kualifikasi (dokumen keuangan
maupun teknis) telah memenuhi persyaratan tersebut. Untuk
itu Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV merasa bahwa
dokumen kualifikasi yang disampaikan dalam pelelangan
memenuhi persyaratan sebagai peserta tender dan tidak
pernah mengatur dan ataupun melarang orang untuk
mengikuti tender dan atau membagi paket-paket pekerjaaan
tersebut; --------------------------------------------------------------------
13.7 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak
mengetahui adanya kesamaan Internet Protocol (IP address),
namun demikian ada kemungkinan dapat saja terjadi karena
pinjam meminjam peralatan komputer dan fasilitas internet
diantara para peserta adalah hal biasa dan secara yuridis
bukanlah suatu pelanggaran hukum; --------------------------------
13.8 Bahwa mengenai adanya dampak atas dugaan persekongkolan
yang dilakukan oknum direksi terdahulu, Terlapor II, Terlapor
III, dan Terlapor IV menyadari bahwa tindakan tersebut dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, tindakan yang
tidak jujur dan melawan hukum serta berpotensi menimbulkan
kerugian keuangan negara. Oleh karena itu Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV sekali lagi mohon pengampunan
dari Majelis Komisi dan mengharapkan pembinaan dari KPPU
agar pelanggaran ini tidak terulang di kemudian hari.-------------
14. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi,
selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor
11/KPPU/Pen/I/2016 tanggal 05 Januari 2016 tentang Pemeriksaan
Lanjutan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A24); -----------
15. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan,
Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor
01/KPPU/Kep.3/I/2016 tanggal 05 Januari 2016 tentang Penugasan
22 SALINAN
Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan
Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A25); -----------------------
16. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor
01/KMK/Kep/I/2016 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan
Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, yaitu dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 7 Januari
2016 sampai dengan tanggal 1 April 2016 (vide bukti A31); -------------
17. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan
Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Penetapan
Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi
tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan, dan Surat Panggilan
Sidang Majelis Komisi kepada para Terlapor (vide bukti A27, A28,
A29, A30, A32, A33); ------------------------------------------------------------
18. Menimbang bahwa pada tanggal 14 Januari 2016, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan
Saksi dari Investigator, Direktur Utama PT Nugroho Lestari, namun
yang bersangkutan tidak dapat menghadiri sidang dengan alasan ada
kegiatan di luar kota (vide bukti B3); ----------------------------------------
19. Menimbang bahwa pada tahap Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi untuk melakukan pemeriksaan
sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------
19.1 PT Nugroho Lestari sebagai Saksi pada tanggal 20 Januari
2016 (vide, B5); ---------------------------------------------------------
19.2 PT Mitha Prana Chasea sebagai Saksi pada tanggal 20 Januari
2016 (vide, B6); ---------------------------------------------------------
19.3 PT Bumi Karsa sebagai Saksi pada tanggal 05 Februari 2016
(vide bukti B7); ---------------------------------------------------------
19.4 Sdr. Jufri selaku Ahli IT pada tanggal 05 Februari 2016 (vide
bukti B9); ----------------------------------------------------------------
19.5 Deputi Direktur Pengawas Asuransi dan BPJS Kesehatan –
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia sebagai Saksi
pada tanggal 17 Februari 2016 (vide bukti B10); -----------------
19.6 Sdr. Ahmad Zikrullah sebagai Ahli Pengadaan pada tanggal 17
Februari 2016 (vide bukti B11); -------------------------------------
19.7 PT Bank Negara Indonesia (BNI) (Persero) Cabang Manado
sebagai Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B13);
23 SALINAN
19.8 PT Asuransi Jasaraharja Putera Cabang Manado sebagai
Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B14); ---------
19.9 PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Cabang Manado
sebagai Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B15);
19.10 Terlapor I, Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi
Gorontalo Tahun Anggaran 2014 (Pokja/ULP), yang didalam
persidangan ini dihadiri oleh Sdr. Jeffrey Tonny Moningkey,
selaku Ketua Pokja/ULP dan didampingi oleh Sdr. Franky
Tangkudung, selaku Sekretaris Pokja/ULP (vide bukti B16); --
19.11 Terlapor II, PT Kakas Karya, yang didalam persidangan ini
dihadiri oleh Sdr. Ben Henser Enok, selaku Direktur PT Kakas
Karya (vide bukti B17); ------------------------------------------------
19.12 Terlapor III, PT Nikita Raya, yang didalam persidangan ini
dihadiri oleh Sdr. Barce Tinus Nongko, selaku Direktur PT
Nikita Raya (vide bukti B20); -----------------------------------------
19.13 Terlapor IV, PT Maesa Jaya, yang didalam persidangan ini
dihadiri oleh Sdr. Recky Roring, selaku Direktur PT Maesa
Jaya (vide bukti B21); -------------------------------------------------
20. Menimbang bahwa pada tanggal 23 Maret 2016, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda pemeriksaan
alat bukti berupa surat dan/atau dokumen baik yang diajukan oleh
pihak Investigator maupun pihak Terlapor, yang dihadiri oleh
Investigator, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV (vide bukti B22):
21. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti
berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh pihak
Investigator sebagai berikut: --------------------------------------------------
Kode Nama Dokumen Nomor dok Sumber Keterang an
C1
Dokumen hasil pelelangan Paket
Jalan Tolango Bulontio I
n/a Pokja Pengadaan Copy
C2 Dokumen hasil
pelelangan Paket Tolango Bulontio II
n/a Pokja Pengadaan Copy
C3
Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham LB PT Nikita Raya
45 Nikita Raya Copy
C4
Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham LB PT Kakas Raya
42 Pokja Pengadaan Copy
24 SALINAN
C5 Surat Keputusan
Kepala ULP BJN XI TA 2014
HK.01.22/KPTS-
ULP/BPJNXI/1320
Pokja Pengadaan Copy
C6
Penyampaian Surat Keputusan Kepala ULP BPJN
XI
UM.01.03-Bb/BPJN-XI/1494
Pokja Pengadaan Copy
C7
Revisi Surat Keputusan Kepala
ULP BJN XI TA 2014
HK.01.22/KPTS-
ULP/BPJN XI/1493
Pokja Pengadaan Copy
C8
Perubahan Lampiran Surat
Keputusan Kepala ULP BPJN XI TA
2014
Pokja
Pengadaan Copy
C9
Surat Undangan Klarifikasi dan
verifikasi PT Kakas Karya
POKJA-PJN&SKP-
GTLO/APBN/2014/23.6a
Pokja Pengadaan Copy
C10
Surat Undangan Klarifikasi dan
verifikasi PT Nikita Raya
POKJA-PJN&SKP-
GTLO/APBN/2014/46.6a
Pokja Pengadaan Copy
C11
Surat Undangan Klarifikasi dan
verifikasi PT Maesa Jaya
POKJA-PJN&SKP-
GTLO/APBN/2014/46.6b
Pokja Pengadaan Copy
C12
Dokumen Pengadaan Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio II
Pokja
Pengadaan Copy
C13 Akta Pendirian
Perseroan Terbatas PT Nikita Raya
8 PT Nikita Raya Copy
C14 Akta Pendirian
Perseroan Terbatas PT Kakas Karya
8 PT Kakas Karya Copy
C15
Sanggahan Pengumuman
Pemenang Paket Tolango Bulontio II
006/BK-Dir.Opsl/201
4
PT Bumi Karsa Copy
C16 Jawaban Sanggahan
POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/2014/077.2
Pokja Pengadaan Copy
C17
Kronologis lelang dan dokumen
pengadaan Paket Tolango Bulontio I
Pokja Pengadaan Copy
C18
Kronologis lelang dan dokumen
pengadaan Paket Tolango Bulontio II
Pokja
Pengadaan Copy
25 SALINAN
C19
Dokumen Penawaran PT
Kakas Karya Paket Tolango Bulontio I
n/a Pokja Pengadaan Copy
C20
Dokumen Penawaran PT
Maesa Jaya Paket Tolango Bulontio I
n/a
Pokja
Pengadaan Copy
C21
Dokumen Penawaran PT
Nikita Raya Paket Tolango Bulontio I
n/a
Pokja
Pengadaan Copy
C22
Dokumen Penawaran PT
Kakas Karya Paket Tolango Bulontio II
n/a
Pokja
Pengadaan Copy
C23
Dokumen Penawaran PT
Maesa Jaya Paket Tolango Bulontio II
n/a
Pokja
Pengadaan Copy
C24
Dokumen Penawaran PT
Nikita Raya Paket Tolango Bulontio II
n/a Pokja Pengadaan Copy
C25 Surat Tanda
Terima Laporan Polisi
n/a PT Nikita Raya Copy
C26
Formulir Permohonan
Surety Bond PT Kakas Karya
n/a PT Asuransi Jasaraharja
Putera Copy
C27
Formulir Permohonan
Surety Bond PT Nikita Raya
n/a PT Asuransi Jasaraharja
Putera Copy
C28
Copy Biodata WNI Konsolidasi Pusat Dirjen Dukcapil
Kemendagri
C29 Jaminan
Penawaran PT Bumi Karsa
SB 0454497 PT Bumi Karsa copy
C30
Jaminan Penawaran PT Mitha Prana
Chasea
SC 13143234
PT Mitha Prana Chasea copy
C31 Jaminan
Penawaran PT Nugroho Lestari
SB 00119313
PT Nugroho Lestari Copy
C32
Keputusan Deputi Penegakan Hukum tentang Penugasan
Satuan Tugas Investigator dalam
Pemeriksaan Pendahuluan
Perkara 11/KPPU-L/2015
101.5/D.2/Kep/XI/2015 KPPU 3 lembar
C33 Laporan Dugaan
Pelanggaran terkait Dugaan
KPPU 42 halaman
26 SALINAN
Pelanggaran UU 5/1999 terkait
Pengadaan Barang/Jasa BPJN
XI Wil Gorontalo TA 2014
C34
Daftar Awal Saksi dan Ahli Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015
KPPU 2 lembar
C35
Keputusan Deputi Penegakan Hukum tentang Penugasan
Satuan Tugas Investigator dalam
Pemeriksaan Lanjutan Perkara 11/KPPU-L/2015
09/DH/Kep/I/2016 KPPU 3 lembar
C36
Kesimpulan Hasil Persidangan
Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015
KPPU 49 halaman
22. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti
berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor I
(Terlapor I Pokja Pengadaan) sebagai berikut: ------------------------------
22.1 Tanggapan Laporan Dugaan Pelanggaran Terlapor I (vide bukti
TI.1); -----------------------------------------------------------------------
22.2 Kesimpulan Hasil Persidangan (vide bukti TI.2); -------------------
23. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti
berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor II (PT
Kakas Karya) sebagai berikut: ------------------------------------------------
23.1 Surat Kuasa dari Terlapor II kepada Kuasa Doan.V Tagah &
Associate(vide bukti TII.1); ---------------------------------------------
24. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti
berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor III (PT
Nikita Raya) sebagai berikut: --------------------------------------------------
24.1 Surat Kuasa dari Terlapor III kepada Kuasa Doan.V Tagah &
Associate (vide bukti TIII.1); -------------------------------------------
25. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti
berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor IV (PT
Maesa Jaya) sebagai berikut: --------------------------------------------------
25.1 Surat Kuasa dari Terlapor IV kepada Kuasa Doan.V Tagah &
Associate (vide bukti TIV.1); -------------------------------------------
25.2 Tanggapan atas Laporan Dugaan Pelanggaran dari Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV (vide bukti TIV.2); ---------------------
27 SALINAN
25.3 Kesimpulan Hasil Persidangan dari Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV (vide bukti TIV.3). -----------------------------------------
26. Menimbang bahwa pada tanggal 30 Maret 2016, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Penyerahan
Kesimpulan Hasil Persidangan yang diajukan baik dari pihak
Investigator maupun pihak Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV (vide bukti B23); --------------------------------------------------
27. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut
(C36): ------------------------------------------------------------------------------
27.1 Bahwa Investigator tetap berpegang teguh dalil-dalil
sebagaimana diuraikan dalam Laporan Dugaan Pelanggaran
(LDP) Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Perkara
Nomor 11/KPPU-L/2015 yang telah disampaikan dalam Duduk
Perkara diatas; -----------------------------------------------------------
27.2 Bahwa selain menguraikan kronologi Pelelangan dalam LDP
dimaksud, Investigator menguraikan fakta lain sebagai berikut:
27.2.1 Pokja pengadaan menggugurkan peserta lelang dengan
mengabaikan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan pada
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II ------------
1) Bahwa sebelum lelang pada perkara ini
berlangsung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada
tanggal 18 September 2013 mengeluarkan Surat
Edaran Nomor SE.04/NB/2013 tentang
Pencantuman Klausula Dalam Polis Suretyship
untuk Tidak Menjamin Kerugian yang Disebabkan
oleh Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang
pada angka menyatakan pada pokoknya: -----------
“...untuk tidak menjamin kerugian yang
disebabkan oleh:
a. Praktek KKN
b. Penipuan/pemalsuan atas informasi yang
disampaikan dalam dokumen penawaran
c. Tindakan yang diindikasikan disebabkan
oleh hal-hal sebagaimana disebutkan dalam
huruf (a) dan (b) di atas.”
2) Bahwa salah satu syarat wajib dalam pelelangan
ini adalah adanya Jaminan Penawaran yang
28 SALINAN
dikeluarkan/diterbitkan oleh perusahaan
asuransi atau bank -------------------------------------
3) Bahwa dalam rangka pelelangan ini, Pokja
Pengadaan telah menetapkan format Jaminan
Penawaran untuk lelang Paket Rekonstruksi
Tolango-Bulontio I dan Paket Rekonstruksi
Tolango Bulontio II sebagaimana dimuat dalam
dokumen lelang; -----------------------------------------
4) Bahwa pada format yang ditetapkan oleh Pokja
Pengadaan pokoknya mengatur keberlakuan atau
dapat dicairkannya jaminan penawaran jika pihak
terjamin: --------------------------------------------------
a.) Menarik kembali penawarannya selama
dilaksanakannya pelelangan atau sesudah
dinyatakan sebagai pemenang; -----------------
b.) Tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
setelah ditunjuk sebagai pemenang,
menandatangani kontrak, atau hadir dalam
klarifikasi dan atau verifikasi sebagai calon
pemenang; ------------------------------------------
c.) Terlibat korupsi, kolusi dan nepotisme. -----
5) Bahwa dalam format yang ditetapkan oleh Pokja
Pengadaan mengenai luas jaminan kerugian
ternyata berbeda dengan yang telah ditetapkan
oleh OJK; -------------------------------------------------
6) Bahwa beberapa peserta lelang/tender
mengajukan jaminan penawaran yang formatnya
sesuai dengan ketentuan OJK tetapi berbeda
dengan format dari Pokja Pengadaan; ---------------
7) Bahwa sebagai akibat perbedaan format tersebut
di atas, Pokja Pengadaan telah menggugurkan 4
(empat) perusahaan peserta lelang Paket
Rekonstruksi Tolango Bulontio II, yaitu: PT Mitha
Prana Chasea, PT nugroho Lestari, PT Gajah
Tunggal, dan PT Bumi Karsa dengan alasan
Jaminan Penawaran tidak sesuai format sebagai
disebutkan dalam Berita Acara Evaluasi
29 SALINAN
Administrasi Nomor: POKJA-PJN&SKPD-
GTLO/APBN/2014/40.7 tanggal 15 Januari 2014;
8) Bahwa dengan digugurkannya 4 (empat)
perusahan peserta tersebut di atas dan PT Kakas
Karya karena tidak menyerahkan Jaminan
Penawaran yang Asli mengakibatkan hanya PT
Nikita Raya dan PT Maesa Jaya sebagai penawar
terendah; --------------------------------------------------
27.2.2 Kesamaan alamat, nomor telepon, faksimili antara PT
Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya --------
1) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran peserta
terdapat adanya alamat, nomor telepon, faksimili
antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT
Maesa Jaya yaitu di Jalan Tuturuga Klamalu
Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat dengan nomor
telepon 0951-332367 dan faksimili 0951-332367;
2) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran terdapat
kemiripan alamat kantor cabang PT Kakas Karya
di Manado dan kantor cabang PT Nikita Raya di
Manado yaitu di Kawasan Megamas Blok D,
Manado; ---------------------------------------------------
3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran peserta
didapatkan adanya kesamaan, nomor telepon, dan
faksimil kantor cabang Manado amtara PT Kakas
Karya, PT Nikita Raya dan PT maesa Jaya yaitu
nomor telepon 0431-8880887 dan faksimile 0431-
879679; ---------------------------------------------------
4) Bahwa berbagai kesamaan atau kemiripan alamat
maupun nomor telepon dan nomor faksimili dapat
digambarkan sebagai tabel berikut: ------------------
PT. Nikita Raya PT. Kakas Karya PT. Maesa Jaya
Alamat Kantor Pusat di Sorong
Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367
Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367
Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367
Alamat Kantor
Jalan Piere Tendean
Komp. Megamas Blok D1 Lt. 2,
Jl. Harapan No. 149 Kel.
30 SALINAN
Cabang Manado
Kawasan Megamas Blok D No. 1 Manado Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679
Manado. Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679
Winangun Satu Lingk. IV Kec. Malalayang Manado Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679
5) Bahwa berdasarkan keterangan Barce T. Nongko
selaku Direktur PT Nikita Raya pada tahap
penyelidikan tanggal 9 Oktober 2014 mengakui
kantor cabang Manado PT Nikita Raya pindah dari
Jalan Pierre Tendean Kawasan Megamas Blok D
nomor 1 Manado ke Jalan Pierre Tenderan Nomor
106 Manado; ---------------------------------------------
6) Bahwa berdasarkan keterangan Benhenser Enok
selaku Direktur PT Kakas Karya pada tahap
Penyelidikan tanggal 30 Oktober 2014, yang
bersangkutan mengakui Kantor cabang PT Kakas
Karya di Manado ada di Jalan Pierre Tenderan
tetapi lupa nomor jalannya; ---------------------------
7) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring
selaku Direktur PT Maesa Jaya pada tahap
Penyelidikan tanggal 20 November 2014
menyatakan pada pokoknya Kantor cabang PT
Maesa Jaya di Manado telah tutup dan alamat
kantor pusat di Sorong pindah dari Jalan
Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorang, Papua
Barat ke Jalan Sungai Maruni Komplek Ruko
Yupiter Nomor 7E Kota Sorong; -----------------------
8) Bahwa berdasarkan keterangan Benhenser Enok
pada saat penyelidikan lapangan pada tanggal 27
Januari 2015 di Manado, yang bersangkutan
mengakui bahwa kantor cabang PT Kakas Karya
di Manado sudah tidak ada, melainkan yang ada
di Gorontalo karena ada proyek disana yaitu di
Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto,
Kabupaten Gorontalo di belakang rumah dinas
Pemkab Gorontalo. --------------------------------------
31 SALINAN
27.2.3 Kesamaan penyebab gugurnya PT Nikita Raya dan PT
Masa Jaya di Rekosntruksi Jalan Tolango Bulontio I
serta PT Kakas Karya di Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio II. -------------------------------------------
1) Bahwa sebagai syarat dan ketentuan Pelelangan,
Pokja Pengadaan telah memberikan dokumen
lelang dan addendum yang harus dipenuhi oleh
peserta tender dalam menyusun dokumen
penawaran pada paket Rekosntruksi Jalan
Tolango Bulontio I serta PT Kakas Karya di Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II; ------------
2) Bahwa sistem evaluasi tender Rekosntruksi Jalan
Tolango Bulontio I serta PT Kakas Karya di Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II
menggunakan sistem gugur pasca kualifikasi; -----
3) Bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan
oleh Pokja Pengadaan terhadap penawaran para
peserta tender adalah sebagai berikut: --------------
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II
PT Kakas Karya
Pemenang PT Nikita Raya
Pemenang
PT Nikita Raya
GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli
PT Maesa Jaya
Pemenang Cadangan
PT Maesa Jaya
GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli
PT Maesa Jaya
GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli
4) Bahwa alasan gugurnya PT Nikita Raya dan PT
Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango-Bulontio I dan alasan gugurnya PT Kakas
Karya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio II adalah sama yaitu tidak menyerahkan
jaminan penawaran Asli. -----------------------------
27.2.4 Mengenai kesamaan format/penulisan pada dokumen
penawaran PT Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT
Maesa Jaya. ----------------------------------------------------
32 SALINAN
1) Bahwa terdapat kesamaan format/penulisan
dokumen penawaran pada file “surat penawaran”
antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT
Maesa Jaya; ----------------------------------------------
2) Bahwa kesamaan format/penulisan dokumen
penawaran antara PT Nikita Raya dengan PT
Maesa Jaya pada dokumen penawaran
perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi
Tolango Bulontio I, sedangkan format/penulisan
dokumen penawaran PT Kakas Karya berbeda; ----
3) Bahwa kesamaan format/penulisan dokumen
penawaran antara PT Kakas Karya dengan PT
Maesa Jaya pada dokumen penawaran
perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi
Tolango Bulontio II, sedangkan format/penulisan
dokumen penawaran PT Nikita Raya berbeda ------
4) Bahwa berbagai kesamaan format/penulisan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: -----------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
33 SALINAN
No.
2
3
4
5
7
2
3
4
6
Nama File
Surat Penawaran Paket Rekonstruksi Jalan Tolango -
Bulonti I
Surat Penawaran Paket Rekonstruksi Jalan Tolango -
Bulonti II
6
1Penulisan : Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo
Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo
1Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo
Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo
Penulisan : Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo
5
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan
Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013
Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I
Penulisan : Sepuluh
PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Tolango - Bulontio II) PT. Maesa Jaya
Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013
Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I
Penulisan : Sepuluh
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014
Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013
Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),
PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Tolango - Bulontio I)
Penulisan ; POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/002.3, tanggal 29 November 2013
Penulisan : adendum Dokumen Pengadaan,
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014
Penulisan ; POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/002.3, tanggal 29 November 2013
Penulisan : adendum Dokumen Pengadaan,
Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo
Ketentuan
Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014
Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013
Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),
Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II
Penulisan Sepuluh Milyar
Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014 -
POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/001.3
-
POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/001.3
-
-
Sepuluh Milyar
Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.
Kesamaan Format / Penulisan pada dokumen penawaran
-
-
27.2.5 Kesamaan beberapa harga satuan antara PT Nikita
Raya, dan PT Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi
Tolango Bulontio I serta kesamaan harga satuan
34 SALINAN
antara PT Kakas Karya dengan PT Maesa Jaya pada
Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I:. ------------------
1) Bahwa dokumen harga satuan merupakan salah
satu dokumen yang akan dievaluasi sehingga
dokumen tersebut harus ada; -------------------------
2) Bahwa PT Nikita Raya, PT Kakas Karya, dan PT
Maesa Jaya juga mengajukan dokumen harga
satuan dalam dokumen penawarannya; -------------
3) Bahwa terdapat kesamaan harga satuan pada
dokumen penawaran PT Nikita Raya dengan PT
Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio I; --------------------------------------
4) Bahwa beberapa kesamaan sebagaimana
disebutkan pada butir diatas diuraikan pada tabel
berikut: ----------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
35 SALINAN
No. Mata Pembayaran
Satuan Perkiraan Kuantitas Harga Satuan
(Rupiah) Jumlah Harga - harga
(Rupiah) Harga Satuan (Rupiah)
Jumlah Harga - harga (Rupiah)
Harga Satuan (Rupiah)
Jumlah Harga - harga (Rupiah)
a c d e f = (d x e)
1.2 LS 1.00 55,045,000 55,045,000 89,703,787 89,703,787 89,703,787 89,703,787 1.8 LS 1.00 17,840,000 17,840,000 10,072,000 10,072,000 10,072,000 10,072,000
72,885,000 99,775,787.00 99,775,787.00
2.1.(1) M3 1,322.64 44,498.61 58,855,641.53 73,376.57 97,050,786.54 73,376.57 97,050,786.54 2.2.(1) M3 716.43 606,741.02 434,687,468.96 510,414.09 365,675,966.50 501,656.09 359,401,472.56
493,543,110 462,726,753.04 456,452,259.10
3.1.(1a) M3 1,193.32 46,502.79 55,492,709 60,407.66 72,085,668.83 60,407.66 72,085,668.83 3.1.(2) M33.2.(1) M3 2,272.50 84,485.88 191,994,162 162,125.77 368,430,812.33 162,125.77 368,430,812.33 3.3 (1) M3 18,180.00 5,356.70 97,384,806 1,402.57 25,498,722.60 1,402.57 25,498,722.60
344,871,678 466,015,203.76 466,015,203.76
4.2.(2b) M3 909.00 307,757.76 279,751,804 239,766.39 217,947,648.51 234,426.79 213,093,952.11
279,751,804 217,947,648.51 213,093,952.11
DIVISI 5. PELEBARAN PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN5.1 (1) M3 1,818.00 549,310.38 998,646,271 524,256.41 953,098,153.380 516,014.87 938,115,033.66 5.1 (2) M3 2,727.00 504,760.83 1,376,482,783 486,891.30 1,327,752,575.10 480,377.48 1,309,989,387.96
2,375,129,054 2,280,850,728.48 2,248,104,421.62
6.1 (1)(a) Liter 15,453.00 13,729.37 212,159,955 11,894.65 183,808,026.45 11,894.65 183,808,026.45 6.1 (2)(a) Liter 6,363.00 13,775.18 87,651,470 12,489.63 79,471,515.69 12,489.63 79,471,515.69 6.3 (5a) Ton 1,553.40 599,864.43 931,829,406 643,471.60 999,568,783.44 639,391.78 993,231,191.05 6.3 (6a) Ton 2,337.69 593,450.92 1,387,304,281 588,930.87 1,376,737,805.49 601,288.16 1,405,625,318.75 6.3 (8a) Ton 245.48 11,117,938.92 2,729,231,646 11,246,340.00 2,760,751,543.20 11,246,340.00 2,760,751,543.20 6.3 (9) Kg 61.37 61,000.00 3,743,570 45,000.00 2,761,650.00 45,000.00 2,761,650.00
6.3 (10b) Kg 80,137.44 1,274.70 102,151,195 1,375.50 110,229,048.72 1,375.50 110,229,048.72
5,454,071,523 5,513,328,372.99 5,535,878,293.86
7.1. (7)a M37.1.(100 M37.3.(1) Kg7.3.(3) Kg7.9.(1) M3 194.68 741,360.09 144,327,982 649,138.07 126,374,199.47 639,747.54 124,546,051.09
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 144,327,982 126,374,199.47 124,546,051.09
8.4.(1) M3 340.88 159,246.81 54,284,053 224,634.95 76,573,561.76 224,634.95 76,573,561.76
54,284,053 76,573,561.76 76,573,561.76
10.1(1) LS10.1.(2) LS10.1.(3) LS 1.00 16,697,600.60 16,697,601 18,355,940.81 18,355,940.81 18,212,879.21 18,212,879.21 10.1.(4) LS 1.00 6,386,052.35 6,386,052 6,134,790.31 6,134,790.31 6,012,030.31 6,012,030.31 10.1.(5) LS 1.00 22,247,590.92 22,247,591 31,211,277.00 31,211,277.00 31,171,316.06 31,171,316.06
45,331,244 55,702,008.12 55,396,225.58
Total Total Total9,264,195,448 9,299,294,263.12 9,275,835,755.88
Nama Perusahaan
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio I
PT. Kakas Karya (Pemenang) PT. Maesa Jaya PT. Nikita Raya
Pemeliharaan Rutin Bahu JalanPemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan TimbunaPemeliharaan Rutin Perlengkapan JalanPemeliharaan Rutin Jembatan
Marka Jalan Termoplastik
DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTINPemeliharaan Rutin Perkerasan
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 8 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Pasangan Batu
DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
Beton Mutu Sedang dengan fc'10 MpaBaja Tulangan U 24 PolosBaja Tulangan U 32 Ulir
Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen
DIVISI 7. STRUKTURBeton Mutu Sedang dengan fc'20 Mpa
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Bahan Anti Pengelupasan
Lapis Pondasi Agregat Kelas ALapis Pondasi Agregat Kelas B
DIVISI 6. PERKERASAN ASPALLapis Resap Pengikat - Aspal CairLapis perekat - Aspal CairLaston lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)Laston lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)Aspal Keras
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)
Lapis Pondasi Agregat Kelas S
Jumlah harga pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Harga Pekerjaan)
Timbunan BiasaPenyiapan Badan Jalan
DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAHGalian BiasaGalian Batu
DIVISI 2. DRAINASEGalian untuk Selokan Drainase dan Saluran AirPasangan Batu dengan Mortar
Manajemen dan Keselamatan lalu Lintas
Uraian
b
DIVISI 1. UMUMMobilisasi
36 SALINAN
5) Bahwa terdapat kesamaan beberapa harga satuan
PT. Karya dengan PT. Maesa Jaya Pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II: ------------
No. Mata Pembayar
anSatuan
Perkiraan Kuantitas
Harga Satuan (Rupiah)
Jumlah Harga - harga (Rupiah)
Perkiraan Kuantitas
Harga Satuan (Rupiah)
Jumlah Harga - harga (Rupiah)
Perkiraan Kuantitas
Harga Satuan (Rupiah)
Jumlah Harga - harga (Rupiah)
a c d e f = (d x e) d e f = (d x e) d e f = (d x e)
1.2 LS 1.00 89,703,787 89,703,787 1.00 102,573,787 102,573,787 1.00 55,045,000 55,045,000 1.8 LS 1.00 10,072,000 10,072,000 1.00 10,072,000 10,072,000 1.00 17,840,000 17,840,000
99,775,787 112,645,787 72,885,000.00
2.1.(1) M3 1,322.64 73,376.57 97,050,786.54 1,080.00 73,376.57 79,246,695.60 1,080.00 44,498.61 48,058,498.80 2.2.(1) M3 716.43 501,656.09 359,401,472.56 585.00 510,414.09 298,592,242.65 585.00 606,741.02 354,943,496.70
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 456,452,259 377,838,938.25 403,001,995.50
3.1.(1a) M3 1,193.32 60,407.66 72,085,669 28,274.40 60,407.66 1,707,990,341.90 28,274.40 44,288.37 1,252,227,088.73 3.1.(2) M3 130.35 218,787.83 28,518,993.64 130.35 320,039.48 41,717,146.22 3.2.(1) M3 2,272.50 162,125.77 368,430,812 5,512.50 162,125.77 893,718,307.13 5,512.50 112,207.80 618,545,497.50 3.3 (1) M3 18,180.00 1,402.57 25,498,723 40,612.50 1,402.57 56,961,874.13 40,612.50 5,356.70 217,548,978.75
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 466,015,204 2,687,189,516.79 2,130,038,711.20
4.2.(2b) M3 909.00 234,426.79 213,093,952 2,205.00 239,766.39 528,684,889.95 2,205.00 307,757.76 678,605,860.80
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 213,093,952 528,684,889.95 678,605,860.80
DIVISI 5. PELEBARAN PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN5.1 (1) M3 1,818.00 516,014.87 938,115,034 4,061.25 524,256.41 2,129,136,345.113 4,061.25 549,310.38 2,230,886,780.78 5.1 (2) M3 2,727.00 480,377.48 1,309,989,388 6,091.88 486,891.30 2,966,083,372.64 6,091.88 504,760.83 3,074,942,405.06
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 2,248,104,422 5,095,219,717.76 5,305,829,185.84
6.1 (1)(a) Liter 15,453.00 11,894.65 183,808,026 33,725.75 11,894.65 401,155,992.24 33,725.75 13,729.37 463,033,300.28 6.1 (2)(a) Liter 6,363.00 12,489.63 79,471,516 13,888.25 12,489.63 173,459,103.85 13,888.25 13,775.18 191,313,143.64 6.3 (5a) Ton 1,553.40 639,391.78 993,231,191 3,404.78 659,971.60 2,247,058,104.25 3,404.78 635,150.58 2,162,547,991.77 6.3 (6a) Ton 2,337.69 601,288.16 1,405,625,319 5,123.74 621,930.87 3,186,612,075.85 5,123.74 628,359.97 3,219,553,112.69 6.3 (8a) Ton 245.48 11,246,340.00 2,760,751,543 535.72 11,246,340.00 6,024,889,264.80 535.72 11,480,480.41 6,150,322,965.25 6.3 (9) Kg 61.37 45,000.00 2,761,650 133.93 45,000.00 6,026,850.00 133.93 61,000.00 8,169,730.00
6.3 (10b) Kg 80,137.44 1,375.50 110,229,049 138,069.00 1,375.50 189,913,909.50 138,069.00 1,274.70 175,996,554.30
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 5,535,878,294 12,229,115,300.49 12,370,936,797.92
7.1. (7)a M3 55.44 1,720,149.90 95,365,110.46 55.44 1,942,808.40 107,709,297.70 7.1.(100 M37.3.(1) Kg7.3.(3) Kg 9,582.20 15,252.05 146,148,193.51 9,582.21 19,070.44 182,736,960.87 7.9.(1) M3 194.68 639,747.54 124,546,051 269.86 649,138.07 175,176,399.57 269.86 607,915.27 164,052,014.76
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 124,546,051 416,689,703.54 454,498,273.33
8.4.(1) M3 340.88 224,634.95 76,573,562 826.88 224,634.95 185,746,147.46 826.88 159,246.81 131,678,002.25
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 8 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 76,573,562 185,746,147.46 131,678,002.25
10.1(1) LS10.1.(2) LS10.1.(3) LS 1.00 18,212,879.21 18,212,879 1.00 18,355,940.81 18,355,940.81 1.00 16,697,600.60 16,697,600.60 10.1.(4) LS 1.00 6,012,030.31 6,012,030 1.00 6,134,790.31 6,134,790.31 1.00 6,386,052.35 6,386,052.35 10.1.(5) LS 1.00 31,171,316.06 31,171,316 1.00 31,211,277.00 31,211,277.00 1.00 22,247,590.92 22,247,590.92
55,396,226 55,702,008.12 45,331,243.87
Total Total Total9,275,835,756 21,688,832,009.35 21,592,805,070.70
Pemeliharaan Rutin JembatanPemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan
Pasangan Batu
DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINORMarka Jalan Termoplastik
DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTINPemeliharaan Rutin PerkerasanPemeliharaan Rutin Bahu JalanPemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbun
Baja Tulangan BJ 32 Polos
Laston lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)Laston lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)Aspal KerasBahan Anti PengelupasanBahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen
DIVISI 7. STRUKTURBeton Mutu Sedang dengan fc'20 Mpa (K-250)Beton Mutu Sedang dengan fc'10 MpaBaja Tulangan U 24 Polos
Lapis perekat - Aspal Cair
DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALANLapis Pondasi Agregat Kelas S
Lapis Pondasi Agregat Kelas ALapis Pondasi Agregat Kelas B
DIVISI 6. PERKERASAN ASPALLapis Resap Pengikat - Aspal Cair
DIVISI 2. DRAINASEGalian untuk Selokan Drainase dan Saluran AirPasangan Batu dengan Mortar
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAHGalian BiasaGalian BatuTimbunan BiasaPenyiapan Badan Jalan
Jumlah harga pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Harga Pekerjaan)
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio IPT. Kakas Karya PT. Maesa Jaya PT. Nikita Raya (Pemenang)
Uraian
b
DIVISI 1. UMUMMobilisasiManajemen dan Keselamatan lalu Lintas
Nama Perusahaan
27.2.6 Adanya kesamaan Jenis, Kapasitas, Merk, Tahun
Pembuatan dan kondisi Peralatan pada Dokumen
Peralatan Minimal Utama milik PT Kakas Karya, dan
PT Nikita Raya. ------------------------------------------------
37 SALINAN
1) Bahwa setiap peserta/perusahaan yang
mengajukan penawaran pada tender/pelelangan
pada perkara aquo harus mengajukan Daftar
Peralatan Minimal utama yang akan digunakan
apabila memenangkan tender/pelelangan ini ------
2) Bahwa PT Kakas Karya dan PT Nikita Raya juga
mengajukan Dokumen Daftar Peralatan Utama
Minimal; --------------------------------------------------
3) Bahwa berdasarkan alat bukti dokumen
penawaran PT Kakas Karya dan PT Nikita Raya
terdapat kesamaan peralatan utama minimal yang
ditawarkan oleh PT Nikita Raya (pemenang Paket
Rekontruksi Tolango Bulontio I) dengan PT Kakas
Karya (pemenang Paket Rekonstruksi Tolango
Bulontio II); -----------------------------------------------
4) Bahwa daftar peralatan utama minimal yang
ditawarkan PT Nikita Raya yaitu: ---------------------
5) Bahwa peralatan utama minimal yang ditawarkan
PT. Kakas Karya yaitu: ---------------------------------
6) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring
selaku Direktur PT. Maesa Jaya menyatakan
bahwa PT. Maesa Jaya ada ketergantungan alat
pada PT. Nikita Raya: -----------------------------------
38 SALINAN
Nama File : : :Title : : :Author : : :Created : : :Modified : : :Application : : :PDF Producer : : :PDF Version : : :
PT. Kakas Karya (Pemenang)
Metadata Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio I
1.5GPL Ghostscript 8.151.4
PT. Maesa JayaSurat Penawaran-userFriday, January 03, 2014, 6:41:05 AMFriday, January 03, 2014, 6:41:05 AMMicrosoft Office Word 2007Microsoft Office Word 2007GPL Ghostscript 8.15
1.4
PT. Nikita RayaSurat PenawaranRAB Rekons jln Tolango-Bulontio I.xlsmnameFriday, January 03, 2014, 8:04:30 AMFriday, January 03, 2014, 8:04:30 AMPScript5.dll Version 5.2.2
Surat PenawaranRAB Rekons jln Tolango-Bulontio I.xlsmnameFriday, January 03, 2014, 11:15:53 AMFriday, January 03, 2014, 11:15:53 AMPScript5.dll Version 5.2.2
7) Bahwa berdasarkan dokumen lembar verifikasi
terhadap dokumen kualifikasi serta sertifikasi
kelayakan Asphalt Mixing Plant (AMP) PT Kakas
Karya, menyebutkan AMP yang digunakan oleh PT
Kakas Karya untuk Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio I didukung oleh PT Nikita Raya. -
27.2.7 Kesamaan metadata file dokumen penawaran dari PT
Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya --------
1) Bahwa metadata merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan suatu file yang menjadi identitas
dari file itu sendiri (BAP Ahli Jufri); ------------------
2) Bahwa setiap file pada dasarnya memiliki
metadata termasuk file dalam bentu “pdf” yang
meliputi tittle, author, modifed, application, PDF
Producer dan PDF version (BAP Ahli Jufri); ----------
3) Bahwa pada tahap pemasukan penawaran pada
pengadaan perkara aquo, para peserta
lelang/tender mengajukan penawaran harga
dengan mengupload melalui media internet; -------
4) Bahwa metadata file pdf “Surat Penawaran” antara
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa
Jaya memiliki kesamaan yang dapat dilihat pada
tabel berikut: ---------------------------------------------
39 SALINAN
5) Bahwa berkaitan dengan metadata tersebut, pada
Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio I, (dari properties) “tanggal” PT Nikita
Raya, PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya
dokumen tersebut dibuat hampir bersamaan
waktunya, selain itu antara file Surat Penawaran
PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya terdapat
kesamaan tittle, appplication, PDF producer, PDF
version, dan author (vide BAP Ahli Jufri); -----------
6) Bahwa berdasarkan metadata tersebut, Ahli
berpendapat pada Pelelangan Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio II, pada file propertiesnya
ada kesamaan tittle, application, PDF producer,
dan PDF version antara PT Maesa Jaya dan PT
Kakas Karya. Terdapat juga kesamaan created dan
modifed PT Nikita Raya, PT Maesa Jaya dan PT
Kakas Karya (vide BAP Ahli Jufri); --------------------
7) Bahwa dari data tersebut, terdapat pola dimana
pemenang menggunakan file asli (word) yang
langsung diubah ke format pdf sedangkan
pendampingnya menggunakan aplikasi convert
pdf (vide BAP Ahli Jufri); -------------------------------
27.2.8 Kesamaan Internet Protocol (IP) Address antara
PT Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya ----
40 SALINAN
1) Bahwa pelelangan dalam perkara aquo ini
menggunakan metode e-procurement (e-proc),
dimana para peserta mengajukan penawarannya
dengan mengunggah melalui media internet; ------
2) Bahwa diketahui PT Kakas Karya mengupload/
mengunggah dokumen penawaran pada tanggal 3
Januari 2014 dengan internet protocol (IP)
182.6.235.18 dan PT Maesa Jaya mengupload/
mengunggah dokumen penawaran tanggal 3
Januari 2014 dengan IP 182.6.235.18 juga; --------
3) Bahwa pada saat melakukan upload dokumen
penawaran pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio I tanggal 3 Januari 2014,
PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa
Jaya memiliki/menggunakan IP Address yang
sama yaitu 182.6.235.18 sebagaimana diuraikan
pada tabel berikut: --------------------------------------
Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.2.114.195 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.164
PT. Kakas Karya PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya
4) Bahwa pada saat melakukan upload dokumen
penawaran pada Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio II tanggal 3 Januari 2014, PT Nikita
Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya
memiliki IP Address yang sama yaitu 182.6.235.18
sebagaimana diuraikan pada tabel berikut: --------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
41 SALINAN
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.5.246.248 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.5.246.248 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.107 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18
PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya PT. Kakas Karya
5) Bahwa fakta sebagaimana disebutkan pada butir
di atas menunjukkan mereka melakukan upload/
mengunggah dokumen penawaran di
media/alat/komputer/tempat yang sama sehingga
IP-nya sama (vide bukti BAP Ahli Jufri); -------------
27.2.9 Surat Dukungan Bank PT Kakas Karya Dianulir oleh
Bank BNI Cabang Manado; ----------------------------------
1) Bahwa dokumen lelang/pengadaan mewajibkan
para peserta lelang/tender mendapatkan Surat
Dukungan Bank; ----------------------------------------
2) Bahwa PT Kakas Karya dalam dokumen
penawarannya juga menyertakan Surat Dukungan
Bank; ------------------------------------------------------
3) Bahwa dalam dokumen penawaran PT Kakas
Karya Paket Rekonsturksi Jalan Tolango Bulontio
II, bagian “K.Modal kerja” dituliskan bahwa PT
Kakas Karya mendapatkan Surat Dukungan
Keuangan dari Bank BNI Cabang Manado Nomor :
42 SALINAN
5047/MND-MPO/SKDK/XII/2013 tanggal 31
Desember 2013; -----------------------------------------
4) Bahwa pihak BNI Cabang Manado, melalui Surat
Nomor Mdo/4/2588 tanggal 11 Agustus 2015
menyatakan tidak ada dalam administrasi BNI,
data surat dukungan Bank BNI Nomor :
5047/MND-MPO/SKDK/XII/2013 tanggal 31
Desember 2013 (vide bukti BAP Saksi BNI cabang
Manado); --------------------------------------------------
27.2.10 Pengakuan Dokumen Penawaran PT Nikita Raya dan
PT Maesa Jaya disusun oleh Orang yang Sama. ---------
1) Bahwa berdasarkan keterangan Rock Roring
selaku Direktur PT Maesa Jaya pada tanggal 20
November 2014, pada pokoknya menyatakan yang
menyusun dokumen lelang adalah John Regard
dan dibantu oleh tim dari PT Maesa Jaya yaitu Adi
Sitorus, Aldrin Tumangke, Jeri Rindengan (dan
saat ini sudah tidak bekerja lagi di PT Maesa
Jaya). John Regard merupakan staf PT Nikita
Raya dan saat ini sudah tidak bekerja di PT Nikita
Raya lagi sekitar bulan Mei atau Juni; --------------
2) Bahwa berdasarkan keterangan Andre Gerungan
selaku Komisaris PT Nikita Raya, adalah John
Regar yang menyusun dokumen penawaran PT
Nikita Raya; ----------------------------------------------
3) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring
selaku Direktur PT Maesa Jaya mengakui ada
kesepakatan antara PT Nikita Raya dan PT Kakas
Karya dengan PT Maesa Jaya sebagai pendamping
dalam lelang dan PT Maesa Jaya tidak mendapat
fee apapun dari kesepakatan tersebut melainkan
hanya untuk melengkapi syarat dalam lelang
minimal 3 (tiga) perusahaan (vide BAP Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV); --------------------------
27.2.11 Keterkaitan Kepemilikan Saham antara PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya -----------------------
1) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT
Nikita Raya pada bagian lembar Form Isian
43 SALINAN
Kualifikasi untuk Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio II, diketahui pengurus
perusahaan yaitu: Andre Gerungan sebagai
komisaris memiliki 80% (delapan puluh persen)
saham dan Geritje A. Mantiri sebagai Direktur
memiliki 20% (dua puluh persen) saham; -----------
2) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT
Kakas Karya pada bagian Lembar Form Isian
Kualifikasi untuk Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio I, diketahui Melisa Gerungan
sebagai komisaris memiliki 40% (empat puluh
persen) saham, Demmy B Gerungan sebagai
Direktur memiliki 60% (enam puluh persen)
saham; ----------------------------------------------------
3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT
Maesa Jaya pada bagian Lembar Form Isian
Kualifikasi untuk paket Rekonstruksi Jalan
Tolango Bulontio II diketahui pengurus
perusahaan yaitu: Lidya Oktavia Rawung sebagai
komisaris memiliki 80% (delapan puluh persen)
saham dan Recky Roring sebagai Direktur
memiliki 20% (dua puluh persen) saham (vide BAP
Terlapor IV); ----------------------------------------------
4) Bahwa keterkaitan kepemilikan saham
sebagaimana disebutkan pada butir-butir di atas
diilustrasikan dalam tabel berikut: -------------------
Tabel keterkaitan Kepemilikan saham
PT Nikita Raya
PT Kakas Karya
PT Maesa Jaya
Andrea Gerungan 80 persen saham
Melissa Gerungan 40 persen saham
Demmy Bendeker Gerungan
60 persen saham
Geritje A Mantiri 20 persen saham
Linda Oktavia Rawung
80 persen saham
Recky Roring 20 persen saham
44 SALINAN
27.2.12 Keterkaitan Kepengurusan antara PT Nikita Raya,
PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya ----------------------
1) Bahwa berdasarkan Akta Nomor 08 Pendirian
Perseroan Terbatas PT. Nikita Raya pada hari
sabtu tanggal 16 November 2002 oleh Notaris
Samuel Laisina, S.H. dinyatakan bahwa Komisaris
Pertama PT. Nikita Raya yaitu Hangky Gerungan
dan Direktur Pertama PT. Nikita Raya yaitu Meita
Wala. ------------------------------------------------------
2) Bahwa berdasarkan Akta Nomor 8 Pendirian
Perseroan Terbatas PT. Kakas Karya pada hari
selasa tanggal 13 Januari 2004 oleh Notaris Saal
Bumela, S.H. dinyatakan bahwa Komisaris
pertama PT. Kakas Karya yaitu Zelti Toar dan
Direktur pertama PT. Kakas Karya yaitu Hangky
Gerungan; ------------------------------------------------
3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT
Maesa Jaya pada bagian Lembar Form Isian
Kualifikasi untuk paket Rekontruksi Jalan
Tolango Bulontio II diketahui pengurus
perusahaan yaitu Lidya Oktavia Rawugn sebagai
komisaris dan Recky Roring sebagai Direktur (vide
BAP Terlapor IV); ----------------------------------------
4) Bahwa Reckry Roring adalah orang kepercayaan
Hengky Gerungan (Bapak Kandung dari Andre
Gerungan dan Melisa Gerungan); --------------------
5) Bahwa pada akta Nomor 42 tanggal 20 Mei 2014
terkait Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa PT. Kakas Karya oleh Notaris
Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., terdapat nama Recky
Roring (Direktur PT. Maesa Jaya) selaku yang
diberi kuasa dan karenanya sah bertindak untuk
dan atas nama mewakili Melisa Gerungan
(Pemegang 2.000 saham dengan Jabatan
Komisaris di PT. Kakas Karya) dan Demmy
Bendeker Gerungan (Pemegang 3.000 saham
dengan Jabatan Direktur); -----------------------------
45 SALINAN
6) Bahwa padaAkta Nomor 45 Tanggal 20 Mei 2014
terkait Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa PT. Nikita Raya oleh Notaris
Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., terdapat nama Recky
Roring (Direktur PT. Maesa Jaya) selaku yang
diberi kuasa dan karenanya sah bertindak untuk
dan atas nama mewakili Andre Gerungan
(Pemegang 4.800 saham dengan Jabatan
Komisaris di PT. Nikita Raya); -------------------------
7) Bahwa keterkaitan kepengurusan sebagaimana
disebutkan pada butir di atas diilustrasikan
dalam tabel berikut: ------------------------------------
PT Nikita Raya
PT Kakas Karya
PT Maesa Jaya
Hengky Gerungan
Komisaris Direktur pertama
Andre Gerungan
komisaris
Melisa Gerungan
Komisaris
Demmy B Gerungan
Direktur
Meita Wala Direktur pertama
Zelti Toar Komisaris pertama
Recky Roring
Kuasa komisaris
Kuasa komisaris direktur
Direktur
Linda Oktavia Rawung
Komisaris
27.2.13 Hubungan keluarga antara Pemilik/pemegang
saham/pengurus PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan
PT Maesa Jaya ------------------------------------------------
1) Bahwa berdasarkan data dari milik Kantor Dinas
Catatan Sipil Manado, Hengky Gerungan menikah
dengan Meita Wala (vide BAP Terlapor II, Terlapor
III, dan Terlapor IV, dok Siak Konsolidasi Bio Data
Kependudukan) ------------------------------------------
2) Bahwa berdasarkan data dari milik Kantor Dinas
Catatan Sipil Manado pernikahan/perkawinan
tersebut, Hengky Gerungan setidaknya memiliki 3
(tiga) orang anak yang terkait dengan perkara ini,
46 SALINAN
yaitu Andre Gerungan, Melisa Gerungan, dan
Demmy Gerungan ; -------------------------------------
3) Bahwa Hengky Gerungan adalah komisaris PT
Nikita Raya sekaligus Direktur Pertama PT Kakas
Karya; -----------------------------------------------------
4) Bahwa Andre Gerungan adalah pemilik/pemegang
80% (delapan puluh persen) saham sekaligus
Komisaris PT Nikita Raya. -----------------------------
27.2.14 Tentang perpindahan Karyawan di antara PT Nikita
Raya, PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya ---------------
1) Bahwa Benhenser Enok yang pada saat
lelang/tender ini berlangsung merupakan staf
perpajakan PT Nikita Raya kemudian sejak 20 Mei
2014 menjadi Direktur sekaligus pemegang saham
PT Kakas Karya berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa dalam Akta Notaris
Yoseph Pieter IE,SH Nomor 42; -----------------------
2) Bahwa pada saat tender/lelang berlangsung,
Barce T Nongko,SE menjabat sebagai Kepala
Cabang PT Maesa Jaya di Manado tetapi yang
bersangkutan menjadi Direktur sekaligus
pemegang saham PT Nikita Raya sejak 20 Mei
2014 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa dalam Akta Notaris Yoseph Pieter
IE,SH Nomor 45. -----------------------------------------
27.3 Dugaan Pelanggaran ---------------------------------------------------
27.3.1 Unsur pelaku usaha ------------------------------------------
Bahwa uraian unsur pelaku usaha sebagaimana dalam
Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya
Investigator menyatakan PT Kakas Karya, PT Nikita
Raya, dan PT Maesa Jaya merupakan pelaku usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; -------------------
27.3.2 Unsur bersekongkol ------------------------------------------
Bahwa uraian unsur bersekongkol sebagaimana dalam
Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya
Investigator menyatakan: ------------------------------------
47 SALINAN
27.3.2.1 Bahwa terdapat persekongkolan horisontal
diantara peserta tender/lelang dengan pihak
lain, dalam bentuk persaingan semu (shame
competition) diantara menyatakan PT Kakas
Karya, PT Nikita Raya, dan PT Maesa Jaya
dalam mengikuti pelelangan perkara ini; ------
27.3.2.2 Bahwa perilaku persaingan semu diantara PT
Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT Maesa
Jaya dilakukan dengan cara menyusun
dokumen penawaran secara bersama-sama
atau oleh orang sama berdasarkan pada
fakta-fakta: -----------------------------------------
1) Kesamaan penyebab gugurnya PT Nikita
Raya dan PT Maesa Jaya di paket
Rekonstruksi Jalan Tolangao Bulontio I
serta gugurnya PT Kakas Karya di Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II
sebagaimana diuraikan pada 27.2.3 di
atas;--------------------------------------------
2) Kesamaan format/penulisan pada
dokumen penawaran PT Kakas Karya, PT
Nikita Raya dan PT Maesa Jaya
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.4 di atas; --------------------------------
3) Kesamaan beberapa harga satuan antara
PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya pada
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio I serta kesamaan beberapa
harga satuan PT Kakas Karya dengan PT
Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio II sebagaimana
diuraikan pada angka 27.2.5 di atas; ----
4) Adanya kesamaan jenis, kapasitas,
merk, tahun pembuatan dan kondisi
peralatan pada dokumen peralatan
minimal utama milik PT Kakas Karya
dan PT Nikita Raya sebagaimana
diuraikan pada angka 27.2.6 di atas; ----
48 SALINAN
5) Kesamaan metadata file dokumen
penawaran dari PT Kakas Karya, PT
Nikita Raya dan PT Maesa Jaya
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.7 di atas; --------------------------------
6) Kesamaan internet protocol (IP) Address
antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya,
dan PT Maesa Jaya sebagaimana
diuraikan pada angka 27.2.8 di atas; ----
7) Pengakuan dokumen penawaran PT
Nikita Raya dan PT Maesa Jaya disusun
oleh orang yang sama sebagaimana
diuraikan pada angka 27.2.10 di atas. --
27.3.2.3 Bahwa persaingan semu antara PT Kakas
Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya
yang merupakan salah satu bentuk
persekongkolan terjadi karena ketiganya
merupakan 1 (satu) kelompok usaha
berdasarkan pada fakta-fakta: ------------------
1) Adanya keterkaitan kepemilikan
diantara ketiga pelaku usaha tersebut
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.11 di atas; ------------------------------
2) Adanya keterkaitan kepengurusan
diantara ketiga pelaku usaha tersebut
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.12 di atas; ------------------------------
3) Adanya hubungan kekeluargaan
diantara ketiga pelaku usaha tersebut
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.13 di atas; ------------------------------
4) Ketiganya juga berkantor di alamat yang
sama sebagaimana diuraikan pada
angka 27.2.2 di atas. ------------------------
27.3.2.4 Bahwa terdapat persekongkolan vertikal
antara pelaku usaha pemenang lelang/tender
dengan pihak lain yaitu Pokja Pengadaan
dengan cara:----------------------------------------
49 SALINAN
1) Menggugurkan peserta lelang dengan
mengabaikan Ketentuan OJK pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II
sebagaimana diuraikan pada angka
27.2.1 di atas; --------------------------------
2) Pokja Pengadaan tidak secara sungguh-
sungguh dalam melakukan
evaluasi/pemeriksaan dokumen
penawaran PT Kakas Karya, PT Nikita
Raya, dan PT Maesa Jaya pada lelang
kedua paket dan mengabaikan berbagai
kesamaan sebagaimana diuraikan pada
angka 27.2.2 sampai dengan 27.2.9 dan
keterkaitan kepemilikan saham,
kepengurusan, hubungan keluarga
sebagaimana fakta-fakta pada angka
27.2.11 sampai dengan 27.2.13 di atas. -
27.3.3 Unsur pihak lain ----------------------------------------------
Bahwa uraian unsur pihak lain sebagaimana dalam
Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya
Investigator menyatakan: ------------------------------------
27.3.3.1 Bahwa yang dimaksud pihak lain dalam
perkara ini adalah Pokja Pengadaan
sebagaimana diuraikan pada angka 8.2.1 di
atas; -------------------------------------------------
27.3.3.2 Bahwa para Terlapor peserta
pelelangan/tender yang kalah (selain
pemenang) telah menjadi pendamping bagi
pemenang lelang/tender. -------------------------
27.3.4 Unsur Dampak Persaingan ----------------------------------
Dampak terjadinya tindakan persekongkolan yang
dilakukan oleh sesama peserta tender dan/atau
peserta dengan Panitia Pokja secara jelas
mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat
dalam proses pelelangan/tender itu sendiri karena
merupakan tindakan tidak jujur dan melawan hukum
yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. ----
50 SALINAN
28. Menimbang bahwa Terlapor I, Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional dan
SKPD Provinsi Gorontalo, menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut
(vide bukti T1.2): ----------------------------------------------------------------
28.1 Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan Paket
Rekonstruksi Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling
berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda dengan Berita
Acara Hasil Evaluasi yang berbeda pula, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan dapat diikuti oleh badan usaha yang
sama pada kedua paket tersebut; ------------------------------------
28.2 Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres
54 Tahun 2010 dan Permen No. 14 Tahun 2013 serta dalam
Dokumen Pengadaan Pasal 25.1 disebutkan : “peserta
menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website
www.pu.go.id sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam
LDP”. -----------------------------------------------------------------------
28.3 Bahwa dalam dokumen pengadaan Pasal 31 mengatur : ---------
28.3.1 Evaluasi penawaran dilakukan dengan sistem gugur; -----
28.3.2 Pokja melakukan evaluasi penawaran yang meliputi . -----
28.3.2.1.1. Evaluasi administrasi; ----------------------------
28.3.2.1.2. Evaluasi teknis ------------------------------------
28.3.2.1.3. Evaluasi harga -------------------------------------
28.4 Bahwa melakukan evaluasi administrasi sebagaimana telah
dijelaskan dalam dokumen pengadaan, pada syarat substansial
yang diminta berdasarkan dokumen pengadaan
dipenuhi/dilengkapi, pokja hanya memeriksa ada atau tidak
persyaratan tersebut dalam dokumen penawaran peserta.
Apabila salah satu daripada persyaratan tersebut tidak ada,
maka penawaran tidak memenuhi persyaratan administras; ----
28.5 Selanjutnya jika dokumen yang dipersyaratkan telah semua
dipenuhi, Pokja harus memeriksa kebenaran isi dan
kesesuaian klausul yang dipersyaratakan dalam dokumen
pengadaan selanjutnya dan apabila memenuhi syarat, maka
dilanjutkan ke tahap evaluasi teknis. Apabila ditemukan
ketidaksesuaian isi maupun substansi maka penawaran
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan administrasi; ----------
28.6 Bahwa dalam melakukan evaluasi teknis, Pokja ULP memeriksa
kebenaran isi dan kesesuaian klausul yang dipersyaratkan
51 SALINAN
dalam dokumen pengadaan apabila memenuhi syarat,
selanjutnya dilanjutkan ke tahap evaluasi harga. Apabila
ditemukan ketidaksesuaian isi maupun substansi maka
penawaran dinyatakan tidak memenuhi syarat teknis; -----------
28.7 Bahwa dalam melakukan evaluasi harga, Pokja ULP memeriksa
kebenaran isi dan kesesuaian klausul yang dipersyaratkan
dalam dokumen pengadaan apabila memenuhi syarat,
selanjutnya dilanjutkan ke tahap evaluasi kualifikasi. Apabila
ditemukan ketidaksesuaian isi maupun substansi maka
penawaran dinyatakan tidak memenuhi persyaratan
kualifikasi; ----------------------------------------------------------------
28.8 Selanjutnya Pokja melakukan pembuktian kualifikasi terhadap
calon pemenang dan calon pemenang 1 dan 2 (apabila ada)
dengan cara melakukan verifikasi keaslian dokumen; ------------
28.9 Bahwa pada hasil evaluasi Jalan Tolango Bulontio I, hanya PT
Kakas Karya yang memenuhi persyaratan administrasi,
persyaratan teknis, persyaratan harga dan persyaratan
kualifikasi. Sementara PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya tidak
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena tidak memenuhi
persyaratan administrasi dan tidak dilanjutkan evaluasi teknis,
evaluasi harga serta evaluasi kualifikasi; ----------------------------
28.10 Dalam standar bidding document (SBD) BAB VII Tata Cara
Evaluasi Kualifikasi point 10 menyebutkan “Memiliki surat
keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta
untuk mengikuti pengadaan pekerjaan konstruksi paling
kurang 10 persen dari nilai total HPS. Dalam hal kemitraan
yang menyampaikan surat dukungan keunagan hanya lead
firm, dalamhal ini Pokja menyadari kelalaian dimana hanya
melihat nomor dan nominal yang tercantum dalam asli surat
dukungan bank yang diserahkan tanpa melihat nama bank
yang menerbitkan;-------------------------------------------------------
28.11 Bahwa pada hasil evaluasi Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio II, penyedia jasa yang memenuhi persyaratan
administrasi, lalu evaluasi teknis, dan lanjut evaluasi harga ke
hanya 2 (dua) yaitu PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya.
Sedangkan PT Kakas Karya tidak dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut karena tidak sesuai dengan Pasal 13.11 evaluasi
administrasi poin b.1 syarat substansial yang diminta
52 SALINAN
berdasarkan dokumen pengadaan..., sehingga tidak dilanjutkan
ke evaluasi teknis; -------------------------------------------------------
28.12 Sedangkan terhadap PT Mitha Prana Chasea, PT Nugroho
Lestari, PT Gajah Tunggal, dan PT Bumi Karsa tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut karena tidak sesuai dengan Oasak
31.11 evaluasi administrasi poin b.3 Jaminan penawaran
memenuhi ketentuan sebagai berikut..., sehingga tidak
dilanjutkan evaluasi teknis; -------------------------------------------
28.13 Bahwa diterbitkannya Surat Edaran dari OJK sangat
bertentangan dengan standar bidding document (SBD) sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14 Tahun 2013 dan
tidak dilaksanakan oleh seluruh perusahaan asuransi seperti
jaminan penawaran yang diterbitkan oleh PT Askrindo
Gorontalo; -----------------------------------------------------------------
28.14 Bahwa Permen PU No 14/PRT/M/2013 Pasal 6d ayat 2
disebutkan, “ketentuan hanya dapat ditetapkan sebagai
pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dikecualikan dengan syarat
kapasitas dan produktifitas peralatan secara teknis dapat
menyelesaikan pekerjaan lebih dari 1 (satu) paket”. Berdasarkan
dokumen elektronik PT Kakas Karya di paket Jalan Tolango
Bulontio I dan PT Nikita Raya di paket Jalan Tolango Bulontio II
memiliki peralatan yang berlebih sehingga bisa
mendukung/menyewakan peralatan yang tidak terpakai ke
peserta lain untuk digunakan pada paket pekerjaan yang
berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat dikatakan kedua
peserta berada dalam satu kendali. Apabila pada masa
pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung
dengan peralatan yang sama, maka hal tersebut masih dapat
dimungkinkan dengan menghitung kapasitas produksi dari alat
yang dipakai. -------------------------------------------------------------
29. Menimbang bahwa Terlapor II (PT Kakas Karya), Terlapor III (PT Nikita
Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa Jaya) dalam satu kuasa hukum
yang sama, Doan V. Tagah & Associates, menyerahkan Kesimpulan
Hasil Persidangan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T4.2): ---------------
53 SALINAN
29.1 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mengakui
adanya hubungan kekerabatan antara kepemilikan perusahaan
tersebut; -------------------------------------------------------------------
29.2 Bahwa sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007,
Direksi merupakan eksekutif dalam perseroan diberi tugas,
kewajiban serta wewenang penuh untuk menjalankan
kepengurusan perseroan. Kewenangan tersebut
disalahgunakan oleh oknum direksi yang secara langsung atau
tidak langsung telah beritikad tidak baik dan bertindak tidak
jujur sehingga perusahaan Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV mengalami kerugian; -------------------------------------
29.3 Bahwa atas tindakan tersebut Direksi telah diberhentikan dari
jabatannya dan dilaporkan ke pihak Kepolisian Daerah
Sulawesi Utara; ----------------------------------------------------------
29.4 Bahwa masing-masig Terlapor II dan Terlapor III adalah
direktur perseroan sebagaimana Akta Perubahan yang
menggantikan posisi oknum direksi yang sudah digantikan; ----
29.5 Bahwa dalam fakta persidangan Terlapor I, menyatakan tidak
sempat melakukan klarifikasi terhadap adanya kesalahan
pengetikan dalam dokumen kualifikasi Terlapor II; ---------------
29.6 Bahwa dalam fakta persidangan Terlapor I, menyatakan
pihaknya tidak dapat menggugurkan peserta tender oleh
karena kesalahan pengetikan dalam dokumen kualifikasi; ------
29.7 Bahwa dalam fakta persidangan Saksi PT Askrindo,
menyatakan pihaknya mengeluarkan dokumen jaminan
penawaran dengan format sebagaimana yang diminta oleh
perusahan kontraktor. Pasal-pasal substansi dalam jaminan
penawaran yang dikeluarkan pihaknya bisa berubah sesuai
dengan permintaan perusahaan kontraktor; -----------------------
29.8 Bahwa fakta persidangan Saksi PT Jasaraharja Putera,
menyatakan pihaknya mengeluarkan jaminan penawaran
dengan format sebagaimana disyaratkan dalam dokumen
tender perkara aquo; ----------------------------------------------------
29.9 Bahwa selama proses persidangan Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV menyatakan tidak melihat fakta hukum yang
membuktikan adanya upaya untuk berkomunikasi dan atau
melakukan tindakan yang mempengaruhi kewenangan Terlapor
I dalam menjalankan tupoksinya; ------------------------------------
54 SALINAN
29.10 Bahwa selama persidangan tidak terdapat fakta hukum yang
membuktikan bahwa kelalaian Terlapor I disebabkan atau
dikarenakan tindakan dan atau upaya dari Terlapor II, Terlapor
III, dan Terlapor IV;------------------------------------------------------
29.11 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV memohon
pengampunan kepada Majelis Komisi atas ketidaktahuan serta
kekhilafan dan kekeliruan sehingga melakukan suatu
pelanggaran dalam mengikuti proses tender aquo; ----------------
30. Menimbang bahwa setelah berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan
Lanjutan, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 17/KPPU/Pen/IV/2016 tanggal 04 April
2016 tentang Musyawarah Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-
L/2015 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal berakhirnya Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A94); -----------
31. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi,
Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor
25/KPPU/Kep.3/IV/2016 tanggal 04 April 2016 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi Dalam Musyawarah Majelis
Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A95); --------------
32. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan Petikan Penetapan Musyawarah Majelis kepada
para Terlapor (vide bukti A97, A98, A99, dan A100); ---------------------
33. Menimbang bahwa setelah melaksanakan Musyawarah Majelis
Komisi, Majelis Komisi menilai telah memiliki bukti dan penilaian
yang cukup untuk mengambil putusan. ------------------------------------
55 SALINAN
TENTANG HUKUM
Setelah mempertimbangkan Laporan Dugaan Pelanggaran, Tanggapan
masing-masing Terlapor terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran,
keterangan para Saksi, keterangan para Ahli, keterangan para Terlapor ,
surat-surat dan atau dokumen, Kesimpulan Hasil Persidangan yang
disampaikan baik oleh Investigator maupun masing-masing Terlapor
(fakta persidangan), Majelis Komisi menilai, menganalisa, menyimpulkan
dan memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang
telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 yang diduga dilakukan oleh para Terlapor dalam
Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015. Dalam melakukan penilaian dan
analisa, Majelis Komisi menguraikan dalam beberapa bagian, yaitu: -------
1. Tentang Para Terlapor ; --------------------------------------------------------
2. Tentang Dugaan Pelanggaran; ------------------------------------------------
3. Tentang Persekongkolan Horizontal; -----------------------------------------
4. Tentang Persekongkolan Vertikal; --------------------------------------------
5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999; ------------------------------------------------------------------------------
Berikut uraian masing-masing bagian sebagaimana tersebut di atas; -------
1. Tentang Para Terlapor --------------------------------------------------------------
1.1 Terlapor I, Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi Gorontalo
Tahun Anggaran 2014, yang beralamat kantor di Jalan Yusuf
Hasiru Nomor 7, Kelurahan Tanggikiki, Kecamatan Sipatana,
Kota Gorontalo, berdasarkan Revisi Surat Keputusan Kepala Unit
Layanan Pengadaan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XI Nomor:
HK. 01.22/KPTS-ULP/BPJN XI/1493 tentang Pembentukan
Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional XI Tahun Anggaran 2014 – Pokja
Pelaksanaan Jalan Nasinal/SKPD (Selanjutnya disebut Terlapor
I) yang strukturnya sebagai berikut: (vide dokumen I.C-7): --------
No Pokja/Nama Jabatan 1. Ir. Jeffrey T. Moningkey Ketua 2. Franki Tangkudung Sekretaris 3. Ir. Farman Ali, MT Anggota 4. Friyanto Daud, ST Anggota 5. Ir. Agus Lagonda Anggota
56 SALINAN
1.2 Terlapor II, PT Kakas Karya, merupakan salah satu peserta
dalam pelelangan dalam perkara ini, beralamat kantor pusat di
Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas Kabupaten
Sorong, Papua Barat dan kantor cabang di Kompleks Megamas
Blok D1 Lantai 2, Manado, yang didirikan berdasarkan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 08 tanggal 13 Januari 2004
di hadapan notaris Saal Bumela,SH yang diperbaharui dengan
Akta Perubahan Nomor 25 tanggal 21 Januari 2013 di hadapan
Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE,SH dengan kegiatan usaha di
bidang sipil dengan sub bidang usaha yaitu jalan raya, jalan
lingkungan, termasuk perawatannya. (selanjutnya disebut
Terlapor II); -----------------------------------------------------------------
1.3 Terlapor III, PT Nikita Raya, merupakan salah satu peserta
dalam pelelangan dalam perkara ini, yang beralamat kantor di
Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-Papua
Barat dan berkantor cabang di Kompleks Megamas Blok D1 Lt. 2,
yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Nomor 08 tanggal 16 November 2002 di hadapan Notaris Semuel
Lisina,SH, yang diperbaharui dengan Akta Perubahan Nomor 01
tanggal 01 Desember 2011 di hadapan Notaris Yoseph Pieter Ipsa
IE,SH, dengan kegiatan usaha di bidang usaha sipil dengan sub
bidang usaha yaitu jalan raya, jalan lingkungan termasuk
perawatannya. (selanjutnya disebut Terlapor III); --------------------
1.4 Terlapor IV, PT Maesa Jaya, merupakan salah satu peserta
dalam pelelangan perkara ini, yang beralamat kantor di Jalan
Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-Papua Barat
dan berkantor cabang di Jalan Harapan Nomor 149 Kelurahan
Winangun Satu Lingk. IV Kecamatan Malalayang Manado, yang
dalam penanganan perkara ini beralamat di Jalan Piere Tendean
Nomor 106, Manado, yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas Nomor 06 tanggal 09 Desember 2003 di
hadapan Notaris B.Rum Riviani Warsito,SH yang diperbaharui
dengan Akta Perubahan Nomor 02 tanggal 2 April 2009 di
hadapan Notaris Yoseph Pieter Ipsa IE,SH dengan kegiatan usaha
di bidang usaha sipil dengan sub bidang usaha yaitu jalan raya,
jalan lingkungan termasuk perawatannya (selanjutnya disebut
Terlapor IV). -----------------------------------------------------------------
57 SALINAN
2. Tentang Dugaan Pelanggaran; ------------------------------------------------
2.1. Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 yang dilakukan oleh para Terlapor adalah sebagai berikut: -
2.1.1. Persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh Terlapor
II, Terlapor III, dan Terlapor IV dalam rangka mengatur
pemenang tender ditunjukkan dengan hal-hal sebagai
berikut: -------------------------------------------------------------
2.1.1.1. Adanya hubungan keluarga antara Pemilik PT.
Nikita Raya dengan PT. Kakas Karya; --------------
2.1.1.2. Adanya kesamaan alamat, nomor telepon dan
nomor faks kantor Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV; ---------------------------------------------
2.1.1.3. Adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen
penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV; ---------------------------------------------
2.1.1.4. Adanya kesamaan IP Address; -----------------------
2.1.1.5. Adanya pengaturan kelengkapan dokumen
penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV; ---------------------------------------------
2.1.2. Persekongkolan Vertikal yang dilakukan antara Terlapor I
dengan Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dalam rangka
mengatur pemenang tender dilakukan sebagai berikut: ----
2.1.2.1. Mengenai adanya pengabaian hubungan afiliasi
atau kelompok usaha yaitu Terlapor II, Terlapor
III dan Terlapor IV untuk mengikuti paket tender
yang sama; ----------------------------------------------
2.1.2.2. Mengenai adanya pengabaian Pokja dalam
mengevaluasi peralatan yang sama yang
ditawarkan oleh Terlapor II dan Terlapor III; ------
2.2. Dugaan Pelanggaran Pelelangan Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Paket Rekonstruksi
Jalan dilingkungan Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan
Nasional (PJN) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014. Adapun paket-paket
pekerjaan yang menjadi obyek perkara ini adalah sebagai
berikut: ----------------------------------------------------------------------
a Nama Paket : Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I
58 SALINAN
Nilai Total HPS : Rp. 10,280,000,000,- (Sepuluh Milyar Dua Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah)
Sumber Pendanaan
: APBN Tahun Anggaran 2014
b Nama Paket : Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II
Nilai Total HPS : Rp. 23.978.000.000,- (Dua Puluh Tiga Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Delapan Juta Rupiah)
Sumber Pendanaan
: APBN Tahun Anggaran 2014
3. Tentang Persekongkolan Horizontal; ---------------------------------------
3.1 Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999, persekongkolan dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk,
yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan
gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal; ------------
3.2 Bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan horizontal adalah
persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia
barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia
barang dan jasa pesaingnya; --------------------------------------------
3.3 Bahwa penilaian dan analisa Majelis Komisi terkait dengan
persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh para Terlapor
adalah sebagai berikut (vide bukti C1, C2, C3, dst, C36) ; ---------
3.3.1 Adanya hubungan keluarga antara Pemilik PT Nikita
Raya dengan PT Kakas Karya; ---------------------------------
3.3.1.1 Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan
adanya hubungan keluarga antara pemilik
PT Nikita Raya dengan PT Kakas Karya
sebagaimana telah diuraikan dalam butir
12.2.3.2.1 Tentang Duduk Perkara di atas,
diperkuat dengan ditemukannya bukti: -----------
3.3.1.1.1. Adanya hubungan keluarga antara
Pemilik PT Nikita Raya dengan PT
Kakas Karya. Hal tersebut terbukti
dari kepemilikan Andre Gerungan
sebanyak 80% (delapan puluh persen)
saham di PT Nikita Raya dan Melisa
Gerungan memiliki 40% (empat puluh
persen) saham di PT Kakas Karya dan
59 SALINAN
Demmy B. Gerungan memiliki 60%
(enam puluh persen) saham di
PT Kakas Karya sebagaimana
pengakuan Direktur PT Nikita Raya
Barce T. Nongko; -------------------------
3.3.1.1.2. Andre Gerungan (Komisaris PT Nikita
Raya) dengan Melisa Gerungan
(Komisaris PT Kakas Karya) adalah
saudara kandung dari pasangan
Hangky Gerungan (Ayah) dengan
Meita Wala (Ibu); -------------------------
3.3.1.1.3. Mantan Kepala Cabang Manado
PT Maesa Jaya Barce T. Nongko
sekarang menjadi Direktur dan
pemegang saham di PT Nikita Raya; --
3.3.1.1.4. Recky Roring (Direktur PT Maesa
Jaya) memiliki jabatan di PT Nikita
Raya dan PT Kakas Karya hal itu
terbukti dengan adanya nama Recky
Roring di akta Berita Acara Rapat
Pemegang Saham Luar biasa
tertanggal 20 Mei 2014; -----------------
3.3.1.1.5. Recky Roring adalah orang yang
biasa diberikan kepercayaan
mengurus perusahaan milik Hangky
Gerungan; ---------------------------------
3.3.1.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam Tanggapannya menyatakan pada
pokoknya mengakui memiliki hubungan
kekerabatan diantara para pemilik perusahaan.
Bahwa menyangkut larangan afiliasi dalam
proses tender sebagaimana diatur dalam Pasal
22 UU No. 5 Tahun 1999, merupakan suatu hal
yang kurang dipahami oleh Terlapor II, Terlapor
III dan Terlapor IV oleh karenanya mohon
kepada Majelis Komisi untuk
mempertimbangkan bahwa Terlapor II, Terlapor
III, dan Terlapor IV belum pernah memperoleh
60 SALINAN
sosialisasi secara jelas terkait persekongkolan
dalam tender yang dianggap sebagai suatu
pelanggaran; -------------------------------------------
3.3.1.3. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam kesimpulannya menyatakan Terlapor II,
Terlapor III dan Terlapor IV mengakui adanya
hubungan kekerabatan antara kepemilikan
perusahaan tersebut; ---------------------------------
3.3.1.4. Bahwa berdasarkan fakta persidangan Majelis
Komisi memperoleh keterangan yang
menyatakan sebagai berikut: -----------------------
3.3.1.4.1. Bahwa Terlapor II mengakui segala
perbuatan yang dituduhkan dalam
Laporan Dugaan Pelanggaran dan
meminta maaf karena tidak
mengetahui mengenai Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------
3.3.1.4.2. Bahwa Terlapor III mengakui segala
perbuatan yang dituduhkan dalam
Laporan Dugaan Pelanggaran dan
meminta maaf karena tidak
mengetahui mengenai Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------
3.3.1.4.3. Bahwa Terlapor IV mengakui segala
perbuatan yang dituduhkan dalam
Laporan Dugaan Pelanggaran dan
meminta maaf karena tidak
mengetahui mengenai Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------
3.3.1.4.4. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr.
Ahmad Zikrullah selaku Ahli dari
Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
menyatakan pada pokoknya
berdasarkan Pasal 83 huruf e Perpres
Nomor 54 Tahun 2010, indikasi
persekongkolan minimal ditunjukkan
oleh 2 (dua) indikasi. Jika fakta-fakta
61 SALINAN
dimaksud (adanya hubungan afiliasi,
adanya kesamaan nomor telepon,
kerjasama dalam pembuatan
dokumen, kesamaan IP Address,
adanya penagaturan kelengkapan
dokumen penawaran) terbukti benar
adanya maka merupakan indikasi
persaingan usaha tidak sehat. Panitia
(Terlapor I) harus melakukan
klarifikasi kepada peserta tender jika
terbukti maka panitia tender dapat
menggugurkannya; ----------------------
3.3.1.5. Bahwa Majelis Komisi memperoleh fakta dari
Ahli jika ditemukan kesamaan metode
pelaksanaan di awal proses evaluasi maka
Terlapor I bisa memanggil peserta untuk
dilakukan klarifikasi dan jika terbukti dan
Terlapor I yakin maka peserta bisa digugurkan; -
3.3.1.6. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan Pasal
17 ayat (6) Undang-undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi yang menyatakan
badan-badan usaha yang dimiliki oleh satu atau
kelompok orang yang sama atau berada pada
kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti
pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi
secara bersamaan; ------------------------------------
3.3.1.7. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan Pasal
19 ayat 4 Pepres 54 tahun 2010 dan
perubahannya Pepres 70 Tahun 2012
disebutkan ”Penyedia Barang/Jasa yang
keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi penyedia
Barang/Jasa”. Bahwa pertentangan kepentingan
yang dimaksud adalah dalam suatu badan
usaha, anggota Direksi atau Dewan Komisaris
merangkap sebagai anggota Direksi atau Dewan
Komisaris pada badan usaha lainnya yang
62 SALINAN
menjadi peserta pada Pelelangan/Seleksi yang
sama; ----------------------------------------------------
3.3.1.8. Bahwa Majelis Komisi menilai dalam hal
terdapat dua atau lebih peserta tender yang
saling terafiliasi dan mengikuti paket tender
yang sama, akan menimbulkan pertentangan
kepentingan (conflict of interest) yang bertujuan
untuk menguntungkan peserta tender tertentu
atau kelompoknya sehingga dapat merugikan
peserta tender yang lain; -----------------------------
3.3.1.9. Bahwa Majelis Komisi menilai dalam hal
terdapat dua atau lebih peserta tender yang
saling terafiliasi dan mengikuti paket tender
yang sama, akan mengakibatkan peserta tender
tersebut menjadi mempunyai posisi tawar atau
kemampuan bersaing lebih tinggi dibandingkan
peserta tender yang lain karena memiliki
kesempatan untuk mengajukan dua atau lebih
penawaran pada satu paket tender yang sama; -
3.3.1.10. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai
hubungan kekeluargaan diantara peserta tender
dalam perkara a quo mengakibatkan adanya
persaingan semu diantara peserta tender yang
mempunyai hubungan kekeluargaan; -------------
3.3.2. Tentang adanya kesamaan alamat, nomor telepon dan
nomor faksmili kantor Terlapor II dan Terlapor III; ---------
3.3.2.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan pada
pokoknya Kantor Terlapor III Cabang Manado
dan Terlapor II Cabang Manado berada dalam
satu gedung kantor yang sama, Bahwa pada
saat lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango-
Bulontio I dan Paket Rekontruksi Jalan Tolango-
Bulontio II berlangsung alamat, nomor telepon
dan faximile kantor Pusat dan kantor Cabang
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV adalah
sama sehingga Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV diduga kuat bekerjasama untuk
63 SALINAN
mengatur Terlapor III sebagai pemenang pada
Lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio I dan Terlapor IV sebagai pemenang
pada lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio II; ---------------------------------------------
3.3.2.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam Tanggapannya menyatakan pada
pokoknya mohon pengampunan dari Majelis
Komisi atas ketidaktahuan, kekhilafan, dan
kekeliruan mereka sehingga melakukan suatu
pelanggaran dalam mengikuti proses tender
sebagaimana tender perkara a quo; ----------------
3.3.2.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut:
3.3.2.3.1. Berdasarkan keterangan Terlapor II
dalam tahap penyelidikan
menyatakan mengakui kantor cabang
PT Kakas Karya berada di Jalan
Pierre Tendean; ---------------------------
3.3.2.3.2. Berdasarkan keterangan Terlapor III
dalam Sidang Majelis Komisi
menyatakan bahwa pada saat tender
perkara a quo, antara Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV berada
dalam 1 (satu) kantor yang sama; -----
3.3.2.3.3. Berdasarkan keterangan Terlapor IV
dalam tahap penyelidikan
menyatakan kantor cabang PT Maesa
Jaya di Manado telah tutup dan
alamat kantor Pusat di Sorong pindah
dari Jalan Tuturuga Klamalu Distrik
Aimas ke Jalan Sungai Maruni
Kompleks Ruko Yupiter Nomor 7E,
Kota Sorong; ------------------------------
3.3.2.4. Bahwa Majelis Komisi menilai dengan adanya
kesamaan alamat, nomor telepon dan faksimili
diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
menyebabkan hilangnya persaingan keduanya
64 SALINAN
dalam tender ini. Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV tidak tertutup kemungkinan
melakukan komunikasi selama mengikuti tender
karena berada dalam satu wilayah yang sama; --
3.3.2.5. Bahwa Majelis Komisi menilai sebagaimana
diatur dalam Pasal 83 huruf e Perpres Nomor 70
Tahun 2012 yang mengatur adanya indikasi
persekongkolan sekurang-kurangnya 2 (dua)
syarat yang harus dipenuhi, antara lain adanya
keikutsertaan beberapa penyedia yang berada
dalam 1 (satu) kendali perusahaan; ---------------
3.3.2.6. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai
dengan adanya eksistensi hubungan
kekeluargaan Terlapor II dan Terlapor III yang
bahkan diperkuat dengan adanya kesamaan
alamat, nomor telepon dan nomor faksimili
Terlapor II dan Terlapor III membuktikan adanya
kerjasama diantara Terlapor II dan Terlapor III
sehingga menciptakan persaingan semu
diantara Terlapor II dan Terlapor III yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
dan menghambat pelaku usaha lain untuk
bersaing secara kompetitif; --------------------------
3.3.3. Tentang adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen
penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor
IV ; ------------------------------------------------------------------
3.3.3.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran menyatakan pada pokoknya bahwa
yang menyusun seluruh dokumen lelang milik
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV adalah
John Regard dengan dibantu oleh tim dari
Terlapor IV yaitu Adi Sitorus, Aldrin Tumangke,
Jeri Rindengan. John Regard merupakan staf
Terlapor III dan saat ini sudah tidak bekerja di
Terlapor III lagi sekitar bulan Mei atau Bulan
juni. Bahwa dugaan Pelanggaran terkait
dokumen penawaran disusun oleh orang/pihak
yang sama dapat dilihat dari pola kesamaan
65 SALINAN
metadata, harga satuan dan format/penulisan
dokumen penawaran; ---------------------------------
3.3.3.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam Tanggapannya menyatakan pada
pokoknya dokumen kualifikasi yang disampaikan
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV telah
sesuai dengan yang disyaratkan di dalam
penilaian kualifikasi (dokumen keuangan
maupun teknis) telah memenuhi persyaratan
tersebut. Untuk itu Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV merasa bahwa dokumen kualifikasi
yang disampaikan dalam pelelangan memenuhi
persyaratan sebagai peserta tender dan tidak
pernah mengatur dan ataupun melarang orang
untuk mengikuti tender dan atau membagi
paket-paket pekerjaaan tersebut; -------------------
3.3.3.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -
3.3.3.3.1. Bahwa Terlapor III menyatakan dalam
Sidang Majelis Komisi pada pokoknya
Terlapor III mengakui antara Terlapor
II, Terlapor III, dan Terlapor IV adalah 1
(satu) grup yang secara bersama-sama
mengikuti tender pada perkara a quo; -
3.3.3.3.2. Bahwa Terlapor IV telah mengakui
adanya persekongkolan antara Terlapor
II, Terlapor III dan Terlapor IV
sebagaimana telah diuraikan dalam
LDP; ------------------------------------------
3.3.3.4. Bahwa Majelis komisi berpendapat perusahaan-
perusahaan tersebut merupakan entitas hukum
yang berbeda yang seharusnya bersaing satu
sama lain dalam tender perkara a quo, namun
fakta dan bukti-bukti persidangan menunjukkan
bahwa tindakan tersebut sengaja dilakukan
untuk menciptakan persaingan semu; -------------
3.3.3.5. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi
berpendapat adanya kerjasama antara Terlapor
66 SALINAN
II, Terlapor III dan Terlapor IV dalam persesuaian
penyusunan dokumen kualifikasi dan dokumen
penawaran diantara ketiganya membuktikan
adanya persekongkolan horizontal antara
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV; -----------
3.3.4. Tentang Kesamaan IP Address; ----------------------------------
3.3.4.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan pada
pokoknya berdasarkan Fakta yang diuraikan
terdapat kesamaan Internet Protocol (IP) Address
dalam proses upload dokumen penawaran milik
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV dengan
alamat IP 182.6.235.18. Bahwa dengan men-
upload dokumen dengan IP Address yang sama,
dapat dipastikan tempat melakukan upload
dokumen berasal dari tempat yang sama; ---------
Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.2.114.195 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.164
PT. Kakas Karya PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya
3.3.4.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam tanggapannya menyatakan pada
pokoknya Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor
IV tidak mengetahui adanya kesamaan Internet
Protocol (IP address), namun demikian ada
kemungkinan dapat saja terjadi karena pinjam
meminjam peralatan komputer dan fasilitas
internet diantara para peserta adalah hal biasa
dan secara yuridis bukanlah suatu pelanggaran
hukum; --------------------------------------------------
67 SALINAN
3.3.4.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -
3.3.4.3.1. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr.
Ahmad Zikrullah selaku Ahli dari
Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
menyatakan pada pokoknya jika ada
kesamaan IP address maka
kemungkinan pertama, dokumen di-
upload di komputer yang sama di
LPSE. Kemungkinan kedua, dokumen
diupload menggunakan komputer
yang sama di luar LPSE. Jika hal
tersebut benar maka ada indikasi
persekongkolan; --------------------------
3.3.4.3.2. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr
Jufri tidak dimungkinkan adanya satu
IP Address yang sama pada saat
bersamaan pada dua
komputer/perangkat yang berbeda
dan di dua lokasi yang berbeda; -------
3.3.4.4. Bahwa Majelis Komisi menilai ketidaktahuan
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV atas
kesamaan IP Address dan bukan merupakan
suatu pelanggaran hukum merupakan bentuk
ketidakpedulian Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV terhadap aturan pengadaan yang
sesuai dengan prinsip persaingan usaha yang
sehat; ----------------------------------------------------
3.3.4.5. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai
adanya kesamaan IP Address antara Terlapor II,
Terlapor III dan Terlapor IV membuktikan adanya
persekongkolan horizontal diantara Terlapor II,
Terlapor III dan Terlapor IV; --------------------------
3.3.5. Tentang adanya pengaturan kelengkapan dokumen
penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor
IV; -------------------------------------------------------------------
68 SALINAN
3.3.5.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran pada pokoknya menyatakan
Terlapor II pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio I mampu memenuhi seluruh
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Terlapor I
dan menjadi pemenang, sedangkan pada paket
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II,
Terlapor II dengan sengaja tidak memenuhi
persyaratan berupa Tidak Menyerahkan Jaminan
Penawaran Asli sehingga digugurkan oleh
Terlapor I; -----------------------------------------------
3.3.5.2. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran pada pokoknya menyatakan
Terlapor III pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio II mampu memenuhi seluruh
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Terlapor I
dan menjadi pemenang, sedangkan pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I, Terlapor
III dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan
berupa Tidak Menyerahkan Jaminan Penawaran
Asli sehingga digugurkan oleh Terlapor I; ---------
3.3.5.3. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan
Pelanggaran pada pokoknya menyatakan
Terlapor IV, pada Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio I, dengan sengaja tidak
memenuhi persyaratan berupa Tidak
Menyerahkan Jaminan Penawaran Asli dan pada
Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II,
Terlapor IV memasukkan penawaran yang lebih
tinggi dari Terlapor III, sehingga digugurkan oleh
Terlapor I; -----------------------------------------------
3.3.5.4. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam tanggapannya menyatakan pada
pokoknya Bahwa dokumen kualifikasi yang
disampaikan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor
IV telah sesuai dengan yang disyaratkan di
dalam penilaian kualifikasi (dokumen keuangan
maupun teknis) telah memenuhi persyaratan
69 SALINAN
tersebut. Untuk itu Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV merasa bahwa dokumen kualifikasi
yang disampaikan dalam pelelangan memenuhi
persyaratan sebagai peserta tender dan tidak
pernah mengatur dan ataupun melarang orang
untuk mengikuti tender dan atau membagi
paket-paket pekerjaaan tersebut; -------------------
3.3.5.5. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh fakta; ----------------------------
3.3.5.5.1. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV telah mengakui adanya
persekongkolan antara Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV
sebagaimana telah diuraikan dalam
LDP; -----------------------------------------
3.3.5.6. Bahwa Investigator dalam Kesimpulan
menyatakan pada pokoknya terdapat kesamaan
alasan digugurkannya Terlapor III dan Terlapor
IV pada paket Rekonstruksi Jalan Tolango
Bulontio I dan alasan digugurkannya Terlapor II
pada paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio
II adalah sama yaitu tidak menyerahkan jaminan
penawaran asli; ----------------------------------------
3.3.5.7. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
dalam kesimpulan menyatakan pada pokoknya
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV memohon
pengampunan kepada Majelis Komisi atas
ketidaktahuan serta kekhilafan dan kekeliruan
sehingga melakukan suatu pelanggaran dalam
mengikuti proses tender perkara a quo; ------------
3.3.5.8. Bahwa Majelis Komisi menilai dengan adanya
pengaturan kelengkapan dokumen penawaran
menunjukkan adanya komunikasi diantara
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV dalam
membuat dokumen penawaran yang dikuatkan
dengan adanya fakta persidangan; -----------------
3.3.5.9. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan tidak
menangnya Terlapor IV dalam Paket Tolango
70 SALINAN
Bulantio I dan Paket Tolango Bulontio II
merupakan bentuk kerjasama diantara Terlapor
II, Terlapor III dan Terlapor IV dengan
menempatkan Terlapor IV sebagai pendamping
pemenang dalam kedua paket tender tersebut;---
3.3.5.10. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai
Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV telah
secara terang-terangan maupun diam-diam
melakukan tindakan penyesuaian dokumen
dengan peserta lainnya dalam tender perkara a
quo; --------------------------------------------------------------------
4. Tentang Persekongkolan Vertikal; -------------------------------------------
4.1. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22, persekongkolan vertikal
adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau
beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan
jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan; ---------------------------
4.2. Bahwa penilaian dan analisa Majelis Komisi terkait dengan
persekongkolan vertikal yang dilakukan oleh Terlapor I dengan
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV berupa kelalaian Terlapor
I dalam melakukan evaluasi administrasi dan evaluasi
kualifikasi adalah sebagai berikut: -------------------------------------
4.2.1. Tentang adanya pengabaian hubungan afiliasi atau
kelompok usaha yaitu Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV untuk mengikuti paket tender yang sama; ----
4.2.1.1. Bahwa dalam Laporan Dugaan Pelanggaran,
Investigator menyatakan pada pokoknya Terlapor
I melakukan pengabaian hubungan afiliasi
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV yang
mengikuti paket tender yang sama yaitu
Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –
Bulontio I di lingkungan Satker PJN dan SKPD
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran
2014 dan Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan
Tolango – Bulontio II di lingkungan Satker PJN
dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014; ----------------------------------------
71 SALINAN
4.2.1.2. Bahwa dalam kesimpulan Investigator, pada
pokoknya menyatakan Terlapor I mengabaikan
beberapa kesamaan dokumen penawaran peserta
tender; ---------------------------------------------------
4.2.1.3. Bahwa Terlapor I dalam tanggapannya
menyatakan pada pokoknya Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango Bulontio I dan Paket Rekonstruksi
Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling
berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda
dengan Berita Acara Hasil Evaluasi yang berbeda
pula, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dapat diikuti oleh badan usaha yang sama pada
kedua paket tersebut; ---------------------------------
4.2.1.4. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -
4.2.1.4.1. Bahwa Terlapor I pada pokoknya
menyatakan mengakui lalai dan tidak
teliti dalam melakukan evaluasi
dokumen penawaran karena tidak
membandingkan dokumen penawaran
dari masing-masing peserta secara
mendetail; -----------------------------------
4.2.1.4.2. Bahwa berdasarkan keterangan dari
Ahli Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah, Sdr
Ahmad Zikrullah. Ketika Terlapor I
mendapatkan indikasi terkait dengan
kesaman teknis, kesamaan dokumen,
kesamaan HPS, pengendalian
perusahaan oleh pihak lain dalam satu
tender, dan kesamaan jaminan
penawaran pada peserta tender maka
Terlapor I harus melakukan klarifikasi;
4.2.1.4.3. Bahwa dengan adanya fakta
persidangan dalam poin 4.2.1.4.1 dan
4.2.1.4.2 Tentang Hukum di atas,
Majelis Komisi menilai Terlapor I dalam
perkara a quo lalai dan abai sebagai
72 SALINAN
Panitia Tender karena banyak
ditemukan kesamaan dalam dokumen
penawaran Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV; ----------------------------------
4.2.1.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat sebagaimana
dikuatkan oleh Ahli Sdr Ahmad Zikrullah
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah, bahwa Terlapor I harus melakukan
klarifikasi jika sudah menemukan minimal 2
(dua) indikasi adanya persaingan tidak sehat; ----
4.2.1.6. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi
berpendapat adanya bentuk fasilitasi Terlapor I
kepada Terlapor II dalam Paket Pelelangan
Tolango Bulontio I menjadi pemenang dan
Terlapor III dalam Paket Pelelangan Tolango
Bulontio II yang membuktikan adanya bentuk
persekongkolan vertikal antara Terlapor I dengan
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV. -----------
4.2.2. Tentang adanya pengabaian Pokja dalam mengevaluasi
peralatan yang sama yang ditawarkan oleh Terlapor II
dan Terlapor III; --------------------------------------------------
4.2.2.1. Bahwa dalam Laporan Dugaan Pelanggaran,
Investigator pada pokoknya menyatakan terdapat
kesamaan peralatan utama minimal yang
ditawarkan oleh Terlapor III (Pemenang Paket
Rekonstruksi Tolango – Bulontio II) dengan
Terlapor II (Pemenang Paket Rekonstruksi
Tolango – Bulontio I); ----------------------------------
4.2.2.2. Bahwa Terlapor I dalam Tanggapannya
menyatakan pada pokoknya Pada paket Jalan
Tolango Bulontio I hanya ada pemenang
(Terlapor II) dan tidak ada cadangan karena
peserta lainnya tidak memenuhi syarat adm
sehingga dalam melakukan evaluasi hanya
dilakukan terhadap pemenang. Berdasarkan file
Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan
Terlapor III di paket Jalan Tolango Bulontio II
73 SALINAN
dimana Terlapor III memiliki peralatan berlebih
sehingga bisa mendukung/ menyewakan
peralatan ke peserta lain untuk digunakan pada
paket pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut
tidak dapat dikatakan kedua peserta berada
dalam satu kendali dan apabila pada masa
pelaksanaan diketahui kedua peserta saling
mendukung di peralatan yang sama maka hal
tersebut masih dapat dimungkinkan; --------------
4.2.2.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis
Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -
4.2.2.3.1. Bahwa Terlapor II menyatakan tidak
pernah merasa difasilitasi oleh Terlapor
I untuk menjadi pemenang dan tidak
mengetahui mengenai kesamaan
dokumen penawaran diantara Terlapor
II sampai dengan Terlapor IV; ------------
4.2.2.3.2. Bahwa berdasarkan keterangan dari
Sdr Ahmad Zikrullah, selaku Ahli LKPP
yang berpendapat jika peserta
mencantumkan alat yang sama berarti
membicarakan kapasitas. Ketika alat
tersebut digunakan apakah
memungkinkan untuk mengerjakan
pekerjaan di waktu yang bersamaan.
Dengan keadaan demikian Terlapor I
wajib melakukan klarifikasi kepada
para peserta tender yang mengajukan
peralatan yang sama; ----------------------
4.2.2.4. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan
dikuatkan oleh keterangan Ahli LKPP yang
menyatakan pada pokoknya Terlapor I
seharusnya melakukan evaluasi dan mengetahui
ada kesamaan dokumen di antara para peserta
yang berarti merupakan pelanggaran persaingan
usaha tidak sehat dalam pelelangan; ---------------
4.2.2.5. Bahwa Majelis Komisi menilai pengabaian
Terlapor I dalam melakukan evaluasi dokumen
74 SALINAN
merupakan bentuk fasilitasi Terlapor II untuk
menjadi pemenang tender pada Paket
Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio I dan
Terlapor III pemenang pada Paket Rekonstruksi
Jalan Tolango–Bulontio II; ----------------------------
5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999; ----------------------------------------------------------------------
5.1. Menimbang bahwa Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 mengatur sebagai berikut: ----------------------------------------
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat” ----------
5.2. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak
terjadinya pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur
sebagai berikut: ------------------------------------------------------------
5.2.1. Unsur Pelaku Usaha; ----------------------------------------------
5.2.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal
1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
adalah orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian, menyelenggarakan
berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; --
5.2.1.2. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam
perkara ini adalah PT Kakas Karya (Terlapor II),
PT Nikita Raya (Terlapor III), dan PT Maesa Jaya
(Terlapor IV) sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Tentang Hukum butir 1.2. sampai dengan
1.4 di atas; -----------------------------------------------
5.2.1.3. Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha
terpenuhi; -----------------------------------------------
5.2.2. Unsur Bersekongkol; ----------------------------------------------
5.2.2.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol
berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang
75 SALINAN
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Persekongkolan dalam Tender (selanjutnya
disebut “Pedoman Pasal 22”) adalah kerjasama
yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak
lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara
apapun dalam upaya memenangkan peserta
tender tertentu; ------------------------------------------
5.2.2.2. Bahwa menurut Pedoman Pasal 22, unsur
bersekongkol tersebut dapat berupa: ----------------
a. kerjasama dua pihak atau lebih; ------------------
b. secara terang-terangan maupun diam-diam
melakukan tindakan penyesuaian dokumen
dengan peserta lainnya; -----------------------------
c. membandingkan dokumen tender sebelum
penyerahan; -------------------------------------------
d. menciptakan persaingan semu; --------------------
e. menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan; ------------------------------------------------
f. tidak menolak melakukan suatu tindakan
meskipun mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk mengatur dalam rangka memenangkan
peserta tender tertentu; ------------------------------
g. pemberian kesempatan eksklusif oleh
penyelenggara tender atau pihak terkait secara
langsung maupun tidak langsung kepada pelaku
usaha yang mengikuti tender, dengan cara
melawan hukum; ----------------------------------------------
5.2.2.3. Bahwa berdasarkan analisis tentang
Persekongkolan Horizontal sebagaimana
diuraikan dalam Tentang Hukum butir 3,
tindakan yang dilakukan oleh Terlapor II, Terlapor
III dan Terlapor IV berupa kerjasama antara dua
pihak atau lebih dan/atau secara terang-terangan
atau diam-diam melakukan tindakan
penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya
dengan cara sebagai berikut; -------------------------
76 SALINAN
5.2.2.3.1. Tentang adanya hubungan keluarga
Terlapor III dengan Terlapor II yang
mengakibatkan adanya persaingan
semu diantara peserta tender yang
mempunyai hubungan kekeluargaan; --
5.2.2.3.2. Tentang Kesamaan alamat, nomor
telepon, nomor faks Terlapor II,
Terlapor III membuktikan adanya
kerjasama diantara Terlapor II dan
Terlapor III sehingga menciptakan
persaingan semu diantara Terlapor II
dan Terlapor III yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat dan
menghambat pelaku usaha lain untuk
bersaing secara kompetitif; ---------------
5.2.2.3.3. Tentang adanya kerjasama dalam
penyusunan dokumen penawaran
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
menunjukkan bahwa tindakan tersebut
sengaja dilakukan untuk menciptakan
persaingan semu; --------------------------
5.2.2.3.4. Tentang kesamaan IP Address
merupakan bentuk ketidakpedulian
Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
terhadap aturan pengadaan yang
sesuai dengan prinsip persaingan
usaha yang sehat; --------------------------
5.2.2.3.5. Tentang pengaturan kelengkapan
dokumen penawaran membuktikan
bahwa Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV telah secara terang-
terangan maupun diam-diam
melakukan tindakan penyesuaian
dokumen dengan peserta lainnya dalam
tender perkara a quo; ----------------------
5.2.2.4. Bahwa tindakan sebagaimana diuraikan dalam
butir 5.2.2.1 sampai dengan 5.2.2.3 merupakan
bentuk unsur bersekongkol sebagaimana diatur
77 SALINAN
dalam Pedoman Pasal 22 huruf: (a) kerjasama
antara dua pihak atau lebih, (b) secara terang-
terangan maupun diam-diam melakukan
tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta
lainnya, (c) membandingkan dokumen tender
sebelum penyerahan, (d) menciptakan persaingan
semu; -----------------------------------------------------
5.2.2.5. Bahwa dengan demikian, persekongkolan
horizontal pada Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi
Jalan di Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan
Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat
Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014 terpenuhi; ----------------------------
5.2.2.6. Bahwa berdasarkan analisis tentang
Persekongkolan Vertikal sebagaimana diuraikan
dalam Tentang Hukum butir 4 adalah sebagai
berikut; ---------------------------------------------------
5.2.2.6.1. Bahwa tindakan Terlapor I yang
mengabaikan hubungan afiliasi atau
kelompok usaha Terlapor II, Terlapor III
dan Terlapor IV untuk mengikuti paket
tender yang sama membuktikan
adanya bentuk persekongkolan vertikal
antara Terlapor I dengan Terlapor II,
Terlapor III dan Terlapor IV; --------------
5.2.2.6.2. Bahwa tindakan Terlapor I yang
mengabaikan melakukan evaluasi
peralatan yang sama yang ditawarkan
oleh Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV merupakan bentuk fasilitasi
Terlapor II untuk menjadi pemenang
tender pada Paket Tolango Bulontio I
dan Terlapor III untuk menjadi
pemenang tender pada Paket Tolango
Bulontio I; -----------------------------------
5.2.2.6.3. Bahwa tindakan sebagaimana
diuraikan pada butir 5.2.2.6.1 dan
5.2.2.6.2 diatas merupakan bentuk
78 SALINAN
unsur bersekongkol sebagaimana
diatur dalam Pedoman Pasal 22 huruf
(e) sampai dengan huruf (g): menyetujui
dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan; tidak menolak
melakukan suatu tindakan meskipun
mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk mengatur dalam
rangka memenangkan peserta tender
tertentu; pemberian kesempatan
ekslusif oleh penyelenggara tender atau
pihak terkait secara langsung maupun
tidak langsung kepada pelaku usaha
yang mengikuti tender, melawan
hukum; --------------------------------------
5.2.2.6.4. Bahwa dengan demikian
persekongkolan vertikal pada
Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan
di Lingkungan Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun
Anggaran 2014 terpenuhi; ---------------
5.2.2.7. Unsur Pihak Lain; ----------------------------------------
5.2.2.7.1. Bahwa menurut Pedoman Pasal 22,
yang dimaksud dengan unsur Pihak
Lain adalah: ---------------------------------
“para pihak (vertikal dan horizontal)
yang terlibat dalam proses tender yang
melakukan persekongkolan tender baik
pelaku usaha sebagai peserta tender
dan atau subjek hukum lainnya yang
terkait dengan tender tersebut”; ----------
5.2.2.7.2. Bahwa yang dimaksud dengan pihak
lain dalam perkara ini adalah para
pihak secara horizontal dan atau
vertikal yang dalam perannya masing-
79 SALINAN
masing bersekongkol satu sama lain
untuk memenangkan tender dalam
perkara a quo, yang diuraikan sebagai
berikut; --------------------------------------
5.2.2.7.3. Bahwa yang menjadi pihak lain secara
horizontal adalah perusahaan yang
mengikuti tender tetapi tidak
memenangkan paket pekerjaan dan
terlibat dalam kerja sama dalam
mengatur pemenang pada paket
Pekerjaan Jalan Tolango Bulontio I,
yaitu Terlapor III dan Terlapor IV.
Sedangkan pihak lain secara horizontal
pada paket Pekerjaan Jalan Tolango
Bulontio II adalah Terlapor II dan
Terlapor IV; ----------------------------------
5.2.2.7.4. Bahwa terkait subjek hukum lainnya
yang merupakan pihak lain yang
terlibat dalam persekongkolan vertikal
adalah Terlapor I, Pokja Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD
Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran
2014; -----------------------------------------
5.2.2.7.5. Bahwa yang menjadi pihak lain secara
horizontal dalam tender perkara a quo
adalah Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV: ----------------------------------
5.2.2.7.6. Bahwa yang menjadi pihak lain secara
vertikal dalam tender perkara a quo
adalah Terlapor I; --------------------------
5.2.2.7.7. Bahwa dengan demikian unsur pihak
lain terpenuhi; -----------------------------
5.2.3. Unsur Mengatur dan/atau Menentukan Pemenang
Tender; ---------------------------------------------------------------
Bahwa menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan atau
menentukan pemenang tender adalah; -------------------------
80 SALINAN
“suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses
tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk
menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya
dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu
dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan
pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal
penetapan kriteria pemenang, persyarataan teknik,
keuangan, spesifikasi, proses tender dan sebagainya”;
5.2.3.1. Bahwa penentuan pemenang tender dilakukan
dengan cara sebagai berikut; -------------------------
5.2.3.1.1. Adanya tindakan Terlapor I yang
dengan sengaja mengabaikan fakta-
fakta kesamaan sebagaimana diuraikan
dalam bagian Tentang Hukum butir
4.2.1 sampai dengan butir 4.2.2; --------
5.2.3.1.2. Adanya kerjasama dalam bentuk
komunikasi diantara Terlapor II,
Terlapor III, dan Terlapor IV sehingga
ditemukan kesamaan alamat, nomor
telepon dan faks milik Terlapor II dan
Terlapor III, adanya kerjasama dalam
penyusuan dokumen penawaran,
adanya kesamaan IP Addresss, dan
adanya pengaturan kelengkapan
penawaran milik Terlapor II, Terlapor III
dan Terlapor IV; ----------------------------
5.2.3.1.3. Bahwa dengan demikian unsur
mengatur dan/atau menentukan
pemenang tender terpenuhi; ------------
5.2.4. Unsur dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat; -----------------------------------------------------------------
5.2.4.1. Bahwa menurut pasal 1 angka 6 dan Pedoman
Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat adalah; --
“persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha”;
81 SALINAN
5.2.4.2. Bahwa tindakan Terlapor I yang mengabaikan
hubungan afiliasi Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV untuk mengikuti tender yang sama
dan adanya kelalaian Terlapor I untuk
mengevaluasi peralatan yang sama yang
ditawarkan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor
IV sebagaimana diuraikan dalam bagian tentang
hukum butir 4.1 dan 4.2 di atas merupakan
bentuk perbuatan melawan hukum; ----------------
5.2.4.3. Bahwa tindakan Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV yang melakukan kerjasama dan
persaingan semu sebagaimana diuraikan dalam
bagian tentang hukum butir 3.3.1 sampai dengan
butir 3.3.5 di atas merupakan tindakan yang
tidak jujur dan menghambat persaingan usaha; --
5.2.4.4. Bahwa tindakan persekongkolan tender yang
dilakukan oleh para Terlapor dalam perkara a quo
jelas telah menimbulkan persaingan usaha yang
tidak sehat diantara peserta tender lainnya,
karena hal tersebut merupakan tindakan tidak
jujur dan melawan hukum yang dapat
menghilangkan persaingan dan berpotensi
menimbulkan kerugian negara; ----------------------
5.2.4.5. Bahwa dengan demikian, unsur dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
terpenuhi; -----------------------------------------------
6. Tentang Rekomendasi Majelis Komisi; ------------------------------------
6.1 Majelis Komisi merekomendasikan kepada Walikota Gorontalo
Provinsi Gorontalo cq Kepala Unit Layanan Pengadaan Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional XI untuk memberikan sanksi
administratif kepada Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi Gorontalo
Tahun Anggaran 2014 selaku Terlapor I karena lalai dalam
mengevaluasi dokumen tender sehingga melanggar Pasal 22
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;--------------------------------
6.2 Meninjau ulang kompetensi seluruh Pokja Pengadaan dengan
memberikan bimbingan teknis secara intensif kepada seluruh
Unit Layanan Pengadaan di lingkungan instansi terkait sehingga
82 SALINAN
pelelangan berikutnya dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; --------
7. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus; -----------
Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:--------------------------------
7.1 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang
meringankan bagi Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV karena
telah bersikap baik dan kooperatif dalam Sidang Majelis Komisi; -
7.2 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang
meringankan bagi Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV karena
telah mengakui perbuatannya; ------------------------------------------
8. Tentang Diktum Putusan dan Penutup; -----------------------------------
Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta, penilaian, analisis dan
kesimpulan di atas, serta dengan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: -----------------------------
MEMUTUSKAN
1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan
Terlapor IV, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; --------------------------------
2. Menghukum Terlapor II, membayar denda sebesar
Rp 331.000.000,00 (tiga ratus tiga puluh satu juta rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------
3. Menghukum Terlapor III, membayar denda sebesar
Rp 630.000.000,00 (enam ratus tiga puluh juta rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------
83 SALINAN
4. Menghukum Terlapor IV, membayar denda sebesar
Rp 106.000.000,00 (seratus enam juta rupiah) yang harus disetor
ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------
5. Memerintahkan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV
melakukan pembayaran denda dan menyerahkan salinan bukti
pembayaran denda tersebut ke KPPU. ------------------------------------
Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang
Majelis Komisi pada hari Jumat tanggal 22 April 2016 oleh Majelis
Komisi yang terdiri dari Saidah Sakwan, M.A. sebagai Ketua Majelis
Komisi; Dr. Syarkawi Rauf, S.E., M.E., dan Ir. M. Nawir M.Sc. masing-
masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dan dibacakan di muka
persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Selasa
tanggal 17 Mei 2016, dengan dibantu oleh Dewi Meryati, S.Kom, M.H.,
Luqman Nurdhiansyah, S.H. dan Yanti Christine, S.H. masing-masing
sebagai Panitera.
Ketua Majelis Komisi,
Ttd
Saidah Sakwan, M.A.
Anggota Majelis Komisi,
Ttd
Dr. Syarkawi Rauf, S.E.,M.E.
Anggota Majelis Komisi,
Ttd
Ir. M. Nawir Messi, M.Sc.
Koordinator Panitera,
ttd
Dewi Meryati., S.Kom., M.H.
Panitera,
ttd Luqman Nurdhiansyah, S.H.
ttd
Yanti Christine, S.H.
84 SALINAN
Salinan sesuai dengan aslinya,
SEKRETARIAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Direktur Persidangan
M. Hadi Susanto