mekanisme pengaturan tender rekonstruksi...

192
MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : Fachri Hafizd NIM : 1113048000074 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: tranmien

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL

PROVINSI GORONTALO

Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Fachri Hafizd

NIM : 1113048000074

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH
Page 3: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH
Page 4: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH
Page 5: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

iv

ABSTRAK

FACHRI HAFIZD. NIM 1113048000074. MEKANISME PENGATURAN TENDER

REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO Studi Kasus Putusan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi

Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. 1438 H/2017 M. x +82 halaman + 4 halaman Daftar Pustaka + 84 halaman Lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi praktik

persekongkolan yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta untuk mengetahui

pertimbangan hukum serta penerapan hukum yang dilakukan oleh KPPU untuk mengadili perkara

tersebut terhadap para pelaku bisnis yang melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang praktek persekongkolan tender. Metode Penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yang mengacu kepada norma-norma hukum serta peraturan

perundang-undangan, literatur, dan pendapat ahli. Penelitian ini menggunakan pendekatan

perundang-undangan dan konseptual. Peraturan perundanga-undangan yang tercantum dalam

penelitian ini diantaranya adalah Undang- Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar Pengadaan

Barang dan Jasa, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang

dan Jasa, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013. Hasil Penelitian ini

menunjukan bahwa putusan KPPU menyatakan para Terlapor secara sah dan meyakinkan telah

melanggar Pasal 22 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil investigasi yang

termuat didalamnya.

Kata kunci : Persekongkolan, Tender, Pengadaan, Afiliasi, KPPU.

Pembimbing : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H, M.H.

Indra Rahmatullah S.HI, M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1999 sampai Tahun 2015

Page 6: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tidak lupa shalawat dan

salam Penulis sampaikan hanya bagi teladan kita Nabi besar Muhammad SAW. Diantara sekian

banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang

islamiyah yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,

sehingga oleh karenanya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “MEKANISME

PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO

Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015”. Adapun

maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan tugas ini Penulis menjumpai beberapa hambatan, namun

berkat dukungan serta bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya Penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu,oleh karena itu melalui kesempatan ini

Penulis menyampaikan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua

pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Segala sesuatu yang salah

datangnya hanya dari Penulis sebagai manusia dan seluruh hal yang benar datangnya hanya dari

Allah swt, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Harapan Penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan bagi pembaca lain

pada umumnya.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu

Thamrin,. S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan saran serta kritiknya terhadapa penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., dan Indra Rahmatullah, SH.I, MH. Selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing Penulis dengan

penuh kesabaran dan ketelitian, dan tidak henti-hentinya memberikan masukan, saran

maupun kritik serta motivasi yang membangun demi kebaikan serta terselelesaikanya skripsi

ini.

Page 7: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

vi

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

dosen Program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

beserta nasihatnya dengan tulus dan tanpa pamrih, semoga dapat bermanfaat bagi Penulis dan

senantiasa Allah S.W.T yang akan membalasnya.

5. Kedua orangtua Penulis ayahnda Dr. M. ALI HANAFIAH SELIAN. S.H., M.H., dan Ibunda

ELFIDARITA yang senantiasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, yang tidak henti-

hentinya memberikan semangat, do’a, saran, dan dukungan dalam bentuk moril maupun

materil semenjak Penulis lahir hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan juga

adik-adik tercinta FARAH MUMTAZ dan FAKHIRA AZYULISKA yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada Penulis demi terselesaikanya penulisan skripsi

ini.

6. Kakek Penulis H. NASRULLAH, Bapak Ir. R.M. SAKTI ARDJUNAWAN dan Ibu

ELFIRISNI, Ibu Dr. ELFARISNA M.Si, yang telah Penulis anggap menjadi orangtua kedua

penulis, serta Abangnda EFSA SAPUTRA B.Sc., kakak sepupu penulis yang sejak kecil

telah bersama serta menjadi salah satu panutan Penulis. Dengan tanpa henti memberikan

semangat, kritik dan kerap kali memberikan dukungan serta motivasi dalam bentuk moril

maupun materil untuk penyelesaian dan kelancaran pembuatan skripsi ini dan dalam

kehidupan penulis, tak jarang pula mendengarkan keluh kesah penulis. Semoga Allah S.W.T

dapat membalasnya.

7. Saudara – saudaraku dari Audit Bahagia yang selalu setia ada dalam susah senang Penulis

semenjak Penulis pertama kali menjajakan kaki di kampus UIN Jakarta hingga

terselesaikanya penulisan skripsi ini. Dengan gelak tawa kalian maupun argumentasi diantara

kita yang tidak akan pernah penulis lupakan, dan selalu ada memberikan saran serta motivasi

sangat bermanfaat bagi Penulis demi terselesaikanya penulisan skripsi ini. Semoga Allah

S..W.T senantiasa menjaga silaturahmi kita semua,menyertai perjalanan kaki kita semua dan

mempertemukan kita dengan kesuksesan di masa mendatang. Saudara; Iqbal, Falah, Shabir,

Daryanto, Ryan, Hanafi, Prama, Raden, Jafar, Fachrizal, Pangki, Prama, Reyza, Ivan, Irfan,

Topan, Budi. “You are the real MVP guys”.

8. Teman -teman seperjuangan Ilmu Hukum 2013, atas kebersamaan maupun kritik dan saranya

terhadap skripsi ini. Semoga senantiasa diberkahi oleh Allah S.W.T. dan diberikan

kesuksesan di masa mendatang. Adik – adik junior Ilmu Hukum. Syifa, Yasmine, Euis.

Semoga kalian juga diberikan kelancaran oleh Allah S.WT. dalam menyelesaikan penulisan

skripsinya kelak.

9. PT. Mitra Mandala Jaya yang telah memberikan kesempatan Penulis untuk menjadi tempat

pembelajaran selama 3 bulan terkait praktek bisnis dan mengilhami lahirnya penulisan

skripsi ini terkait praktek tender serta persaingan usaha dalam bisnis.

10. Segenap staff dan Karyawan Perpusatakaan Utama & Fakultas UIN Syarief Hidayatullah

Jakarta.

Page 8: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. v

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah. ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 8

C. Pembatasan dan Rumusan masalah ....................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10

E. Kajian (Review) Studi Terdahulu ........................................................................ 11

F. Kerangka Teori dan Konseptual .......................................................................... 14

G. Metode Penelitian ................................................................................................ 16

H. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 19

BAB II. PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER DAN

PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA

A. Persekongkolan dan Tender Secara Umum ......................................................... 21

1. Pengertian Persekongkolan ........................................................................... 22

2. Pengertian Tender ......................................................................................... 26

B. Persekongkolan Tender ........................................................................................ 29

C. Tinjauan tentang Pengadaan Barang / Jasa dan di Indonesia .............................. 34

D. Kedudukan KPPU dalam Negara Serta Tugas dan Kewenanganya .................... 40

Page 9: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

ix

BAB III. PIHAK YANG TERLIBAT SERTA PROSES PERSEKONGKOLAN TENDER

2 (dua) PAKET PENGADAAN REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL

GORONTALO

A. Pihak-pihak yang terkait dalam pengadaan rekonstruksi jalan nasional daerah

Gorontalo ............................................................................................................. 49

B. Mekanisme proses persekongkolan tender 2 (dua) paket pengadaan rekonstruksi

jalan nasional daerah Gorontalo ........................................................................... 55

C. Indikasi Terjadinya Persekongkolan dalam Tender ............................................. 58

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NO

11/KPPU-L/2015 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET

REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL DAERAH PROVINSI GORONTALO

A. Posisi Kasus ......................................................................................................... 63

B. Dasar Putusan Majelis.......................................................................................... 66

C. Analisis Putusan ................................................................................................... 72

1. Alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) Selaku Panitia

Tender Oleh KPPU ......................................................................................... 85

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 91

B. Saran .................................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 95

Page 10: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Salinan Putusan Perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.

Page 11: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.

Pada era modern seperti sekarang ini intensitas praktik bisnis sangatlah tinggi,

sehingga persaingan terjadi disetiap aspek praktik bisnis. Pada dasarnya persaingan

itu penting dilakukan, karena dengan timbulnya persaingan usaha diantara para

pelaku bisnis akan memaksa perusahaan penyedia barang/jasa untuk menekan

biaya menjadi lebih rendah, memaksa perusahaan berinovasi agar menjadi lebih

baik dan dapat memenuhi standar kualitas yang lebih baik, dengan adanya

persaingan usaha tersebut dengan sendirinya akan timbul iklim pelayanan yang

lebih baik dan akan berefek pada keuntungan dan kepuasan para pemakai

barang/jasa.

Selain itu persaingan dapat menjadi landasan fundamental bagi kinerja di atas

rata-rata untuk jangka panjang dan dinamakanya keunggulan bersaing yang lestari

(sustainable competitive advantage) yang dapat diperoleh melalui tiga strategi

generik, yakni keunggulan biaya, difrensiasi, dan fokus biaya.1

Pengadaan barang atau jasa pada proyek sebuah perusahaan atau instansi

pemerintahan kerap kali melalui proses lelang umum atau dikenal dengan

sebutan tender. Hal tersebut dimaksudkan oleh penyelenggara tender untuk

mendapatkan harga barang atau jasa semurah mungkin dan tetap dengan kualitas

sebaik mungkin. Tujuan utama dari tender akan dapat tercapai apabila prosesnya

1 Jhony Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapanya di

Indonesia, (Malang:Bayu Media, 2006), h.102-103

Page 12: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

2

berlangsung secara adil dan sehat sehingga pemenang benar-benar

ditentukan oleh penawarannya (harga dan kualitas barang atau jasa yang

diajukan). Konsekuensi sebaliknya bisa saja terjadi apabila dalam proses tender

tersebut terjadi sebuah persekongkolan.

Sebelum dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, kerap kali terjadi

suatu tender dilakukan dengan tidak transparan, artinya sebelum tender dilakukan

telah dapat diketahui bakal pemenang tender tersebut, walaupun pelaksanan

tender tetap dilaksanakan dengan beberapa peserta tender, hal ini mengakibatkan

pelaku usaha tersebut merasa diperlakukan dengan tidak jujur (unfair). Hal ini

dapat terjadi akibat adanya tindakan persekongkolan (conspiracy).2

Secara umum yang dimaksud dengan bersekongkol adalah suatu kerja sama

yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan

dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu.3 Dalam

hal ini terdapat kerjasama diantara para pelaku usaha tersebut yang diikuti oleh 2

atau bahkan lebih daripada para peserta tender demi mendapatkan bagian

pekerjaan dari kegiatan pemenangan suatu tender tersebut, yang seharusnya dapat

timbul sebuah persaingan yang sehat diantara peserta tender. Namun pada

kenyataanya yang terjadi ialah tidak terciptanya proses persaingan, karena akibat

dari sudah adanya tindak persekongkolan tersebut sehingga persaingan tersebut

hanyalah formalitas belaka diantara para peserta tender.

2Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan praktek

serta penerapan hukumnya, (Kencana prenada media group, Jakarta, 2012), h. 277

3Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h. 288

Page 13: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

3

Pengertian persekongkolan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

dapat ditemukan dalam Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

yaitu: persekongkolan ataupun konspirasi usaha diartikan sebagai “bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan

maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang

bersekongkol”.

Bryan A. Garner menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan

adalah

“conspiracy an agreement by two or more persons to commit an

unlawfull act, coupled with an intent to achieve the agreement’s

objective, and (in most state) action or conduct that furthers the

agreement: a combination for an unlawful porpuse ”.4

Dari pendapat Bryan A.Garner tersebut dapat difahami bahwa,

persekongkolan (conspiracy) merupakan keterlibatan kerjasama antara dua atau

lebih pelaku usaha yang secara bersama demi mencapai suatu tujuan tertentu

dengan melakukan suatu tindakan kriminal serta melawan hukum.

Persekongkolan (conspiracy) juga kerap kali disamakan dengan istilah Kolusi

(collusion) yakni, “A secret agreement between two or more people for advice or

produlent purpose.”5.

4 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, (Eight Edition, Editor in Chief West Publishing

co), h.329

5 Knud Hansen; Law Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business

Competition, (Jakarta; Katafis, 2002), h 323-324.

Page 14: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

4

Sesungguhnya para pelaku usaha tidak dapat melakukan kesepakatan dengan

pihak lain yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pemberi

proyek, penyelenggara tender, dan/atau di antara mereka sendiri untuk mengatur

dan/atau menentukan pemenang tender.6

Dalam pengawasan persaingan usaha tersebut pemerintah Republik Indonesia

membentuk sebuah lembaga yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

yang berperan dalam pengawasan pelaksanaan Undang-Undang tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Komisi Pengawas

Persaingan Usaha dimaksudkan untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang

efisien melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang menjamin adanya

kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha tanpa adanya

kecurangan yang dilakukan para pelaku bisnis. KPPU juga berupaya untuk

mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Upaya KPPU

menjamin agar setiap para pelaku usaha yang membuka bisnisnya di Indonesia

berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, selain itu pula untuk

mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku ekonomi

tertentu.

Dari hasil penulisan sementara penulis berdasarkan data yang di dapat, dari

penelusuran di KPPU, ternyata perkara kasus pelanggran UU No. 5 Tahun 1999

Pasal 22 tentang Persekongkolan Tender yang telah ditangani sepanjang 2013-

2015, cukup banyak, dengan data seperti tabel di bawah ini , :

6 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h. 112

Page 15: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

5

Tabel 1. Perkara KPPU pelanggaran UU No 5 Tahun 1999

kurun waktu 2013-2015.7

Tahun Jumlah Perkara

Masuk

Perkara

Persekongolan

2013 12 kasus 3 kasus

2014 19 kasus 4 kasus

2015 18 kasus 12 kasus

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 12

perkara yang masuk terkait pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, 3 diantaranya adalah

perkara persekongkolan. Pada tahun 2014, dari 19 kasus yang masuk terdapat 4

kasus yang merupakan persekongkolan tender.Data terakhir ialah yang cukup

mencengangkan, terdapat 12 kasus persekongkolan tender dari 18 kasus yang

ditangani KPPU.8

Di Indonesia, persekongkolan tender (bid rigging) dapat dikatakan sebagai

hal yang lumrah terjadi, kolusi yang terjadi antara penyelenggara dan peserta

tender juga merupakan hal yang biasa sehingga dapat dikatakan tender yang

diselenggarakan hanyalah sekedar formalitas belaka.9 Persekongkolan tender

pada dasarnya merupakan suatu bentuk perjanjian dan/atau perbuatan untuk

7KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA » PUTUSAN

http://www.kppu.go.id/id/putusan/)

8(http://www.kppu.go.id/id/putusan/ diakses 12 oktober, 2016 pukul 22.45).

9 Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No. 26 Tahun

ke VI, April 2002.

Page 16: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

6

mengatur tender agar dimenangkan oleh pelaku usaha atau kelompok usaha

tertentu, dan dapat menyebabkan harga yang tidak wajar (jauh) lebih tinggi

dibanding kuantitas dan/atau kualitas produk yang diberikan, dalam praktik

persekongkolan ini juga biasanya diiringi dengan terjadinya praktik korupsi,

apabila pemberi tender terbesar umumnya adalah pemerintah. Tender adalah

tawaran pengajuan harga untuk memborong suatu pekerjaan berupa pengadaan

barang dan/atau penyediaan jasa.10 Persekongkolan diatur pada Pasal 22 sampai

Pasal 24 dalam Undang-undang Anti Monopoli, yang dalam hal ini merupakan

sebuah perbuatan yang dilarang.

Hal ini dikarenakan tidak adanya lagi sebuah proses yang adil dan

transparan, sehingga tidak menimbulkan pasar yang kompetitif karena adanya

praktik dominasi tersebut. Selain itu, akibat dari tejadinya persekongkolan

tersebut adalah akan menghilangkan persaingan antar pelaku usaha, dalam sistem

ekonomi pasar yang mengandalkan pada proses persaingan, membuat para

produsen harus bertindak ecara efisien dan juga inovatif, namun kenyataan pada

praktiknya kebanyakan para pelaku usaha atau produsen mengelakkan persaingan

tersebut, justru produser membuat penguasaan pasar dengan berkolaborasi antar

pelaku usaha.11

Persekongkolan yang dikenal dalam tender, terbagi dalam 3 kategori yaitu: 1.

Persekongkolan horizontal, 2. Persekongkolan vertikal dan 3. Persekongkolan

Horizontal dan vertikal. Persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang

10 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika), 2009, h. 113

11 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di Indonesia,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 175

Page 17: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

7

terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama para

pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya.12 Kedua yakni

persekongkolan vertikal yaitu persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau

beberapa pelaku usaha ataupun penyedia barang dan jasa dengan panitia tender

atau panitia lelang, atau pengguna barang dan jasa, atau pemilik, atau pemberi

pekerjaan.13 Terakhir, persekongkolan horizontal dan vertikal, hal ini terjadi

diantara panitia tender atau panitia lelang, atau pengguna barang dan jasa, atau

pemilik, atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan

jasa.14 Kesempatan berusaha yang terjaga akan membuka lebar kesempatan

konsumen untuk mendapatkan pilihan produk yang lebih variatif dan berkualitas,

yang memang sudah menjadi hak bagi para konsumen. Berjalannya kehidupan

ekonomi yang menjamin keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan

kepentingan umum ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Diantara kasus mengenai persekongkolan tender yang telah ditangani oleh

KPPU adalah kasus Tender terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di

Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, Perkara Nomor

11/KPPU-L/2015. Dalam kasus ini terjadi sebuah pelanggaran dalam bentuk

persekongkolan vertikal yang dilakukan dalam proses tender.

12 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan praktek

serta penerapan hukumnya, (Jakarta; Kencana prenada media group), 2012, h. 293

13 Susanti Adi Nugrohp, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h.297

14 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, , h. 299

Page 18: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

8

Persekongkolan ini terindikasi berdasarkan fakta-fakta pada saat proses

tender yang tidak wajar yang dilakukan oleh Pokja Pelaksanaan Jalan

Nasional/SKPD Provinsi Gorontalo di Lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan

Nasional XI Tahun Anggaran 2014 yang bertujuan memfasilitasi perusahaan

tertentu yang menawarkan produk tertentu menjadi pemenang tender. Selain itu

pula terdapat dugaan praktik persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh PT

Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya yang diduga kuat merupakan 1

(satu) kelompok usaha dan atau terafiliasi. Atas latar belakang yang telah

dipaparkan tersebut maka penulis tertarik mengkaji masalah ini lebih jauh dan

hasilnya penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul, “MEKANISME

PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL

PROVINSI GORONTALO Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.

B. Identifikasi Masalah

Terkait latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka terdapat

masalah yang diidentifikasikan dalam beberapa poin, yaitu:

1. Terjadinya pelanggaran Pasal 22 yang telah diatur dalam Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat?

2. Terdapat indikasi kelalaian yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD

Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014 selaku Terlapor I karena lalai

dalam mengevaluasi dokumen tender.?

Page 19: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

9

C. Pembatasan dan Rumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian kualitatif, pembatasan masalah merupakan salah satu

tahapan yang sangat menentukan walaupun sifatnya masih tentatif.15 Dalam hal

ini batasan masalah yakni seputar adanya praktik persekongkolan dalam

tender dan penerapanya yang termasuk pada persaingan usaha tidak sehat.

Tiap ulasan-ulasan materi pada skripsi ini terbatas hanya melihat praktik

persekongkolan dalam hukum persaingan usaha tersebut, tidak membahas

seluruh jenis daripada praktik persiangan usaha tidak sehat. Kegunaan

daripada batasan masalah yang saya timbulkan ini ada untuk membatasi

pembahasan materi saya agar lebih terarah dan fokus sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman serta pemecahan konsentrasi pembahasan nantinya.

Adapun ruang lingkup permasalahan dalam pembahasan ini, mencangkup

seputar praktik persekongkolan dalam tender yang jelas bertentangan dengan

hukum persaingan usaha. Selain itu, demi terciptanya suatu iklim persaingan

usaha yang sehat dan adil tanpa adanya bentuk anti persaingan usaha dan

dominasi dalam suatu pihak tertentu.

2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

a. Bagaimana dasar pertimbangan hukum Majelis Komisi Pengawas

Persaingan Usaha atas perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tersebut?

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2002.

h. 65.

Page 20: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

10

b. Apa alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) selaku

panitia tender oleh KPPU?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang telah penulis uraikan sebelumnya dalam latar belakang

permasalahan diatas, maka tujuan dalam penelitian skripsi ini antara lain

adalah:

a. Untuk mengetahui akibat hukum yang dapat ditimbulkan apabila terjadi

praktik persekongkolan tersebut yang jelaslah melanggar daripada

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang digunakan serta penerapan

hukum yang dilakukan oleh KPPU untuk mengadili perkara tersebut

terhadap para pelaku bisnis yang melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang praktek persekongkolan tender.

2. Manfaat Penelitian

Pada penulisan skripsi hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi pengetahuan dibidang hukum khususnya baik secara teoritis maupun

praktis.

a. Manfaat Teoritis

Page 21: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

11

1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam

perkembangan ilmu hukum khususnya pada bidang hukum

persaingan usaha.

2) Hasil daripada penulisan ini diharapkan dapat memberikan serta

menambah referensi penulisan hukum persaingan usaha khususnya

mengenai persekongkolan tender serta menjadi masukan daripada

penulisan selanjutnya dalam penulisan karya ilmiah pada masa yang

akan datang.

3) Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang selama ini telah ditempuh dalam

bangku perkuliahan dalam menganalisis maupun penerapanya secara

langsung dilapangan.

b. Manfaat Praktis

1) Menjadi salah satu sarana dalam pengembangan serta penalaran pola

pikir ilmiah dalam penerapan ilmu hukum yang telah didapatkan

sebelumnya.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat informasi bagi

seluruh kalangan masyarakat, pelaku usaha, maupun pemerintah

dalam setiap detail dari hasil penulisan karya ilmiah ini.

E. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Agar dapat terhindar dari kesan duplikasi penulisan skripsi, maka penulis

telah melakukan penelusuran terhadap penulisan terdahulu sebelumnya yang

Page 22: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

12

bersangkutan dengan penulisan ini, didapatlah beberapa hasil penulisan terdahulu

diantaranya:

1. Mengenai kajian terdahulu terdapat penulisan yang dilakukan oleh Yuliana

Juwita, yang berjudul “Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan

Hukum Persaingan Usaha, Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan,

Jepang”, Universitas Indonesia 2012.16 Perbedaan pada penulisan ini dengan

penulisan yang penulis lakukan ialah Yuliana mengkaji mengenai

bagaimanakah pengaturan Larangan Persekongkolan Tender dalam Hukum

Persaingan Usaha di Indonesia dan di Jepang, sedangkan penulis lebih

terfokus kepada apa akibat hukum yang ditimbulkan dari praktik

persekongkolan tender terhadap para pelaku usaha dalam proses persaingan

dalam tender tersebut.

2. Kajian studi terdahulu lainya adalah penulisan oleh Y. Budianto Monareh,

dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam Hukum Persaingan

Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-1/2010 Dalam Proyek

Donggi Senoro, Universitas Indonesia 2011.17 Perbedaan pada penelitian ini

dengan penelitian yang penulis lakukan ialah, pada penelitian yang dilakukan

oleh Budianto terkait mengenai pelaksanan kewenangan dan peraturan yang

dimiliki KPPU untuk mengatasi masalah persaingan usaha tidak sehat –

persekongkolan dalam tender.Sedangkan penulis membahas mengenai aspek

16 Yuliana Juwita, Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha,

Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan, Jepang”, Universitas Indonesia 2012. (Tesis S2,

Universitas Indonesia 2012).

17 Y. Budianto Monareh, dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam Hukum

Persaingan Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-1/2010 Dalam Proyek Donggi Senoro,

Universitas Indonesia 2011.(Tesis S2, Universitas Indonesia 2011).

Page 23: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

13

yang digunakan KPPU sehingga pelaku usaha dapat dikategorikan melakukan

sebuah praktik persekongkolan dalam pemenangan tender tersebut.

3. Buku dengan judul “Persekongkolan Tender barang/jasa” yang ditulis oleh

Rocky Marbun, S.H, M.H. tahun 2010. Buku ini menjelaskan, seluk-beluk

mengenai pengadaan barang/jasa, sekaligus sebagai fungsi kontrol sosial

masyarakat, selain lembaga-lembaga yang memang telah diamanatkan oleh

undang-undang untuk mengawasi dan mengontrol proses pengadaan

barang/jasa di lingkungan pemerintahan dan BUMN/BUMD.18 Perbedaan

dengan skripsi penulis adalah penulis lebih mengkaji khusus kepada akibat

persekongkolan tender studi kasus putusan dari KPPU Nomor 11/KPPU-

L/2015, tidak membahasnya secara umum seperti yang dituliskan dibuku

tersebut.

4. Jurnal yang berjudul “Persekongkolan Tender Secara Vertikal dan Gabungan

Horizontal dan Vertikal di Indonesia Ditinjau dari Putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Tahun 2013 sampai Tahun 2014” dituliskan oleh Daniel

Jusuf Said Sembiring tahun 2016. Pada jurnal ini memaparkan mengenai

persekongkolan tender dengan bentuk vertikal dan gabungan antara vertikal

dan horizontal menurut putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun

2013 sampai dengan 2014 secara keseluruhan.19 Perbedaan dengan skripsi

penulis adalah mengkaji jenis persekongkolan apa yang dilakukan oleh

perusahan yang tersandung kasus menurut keputusan KPPU Nomor

18 Rocky Marbun, S.H, M.H, Persekongkolan Tender barang/jasa, (Jakarta; Pustaka

Yustisia), 2010.

19 http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf

Page 24: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

14

11/KPPU-L/2015 serta mengetahui alasan serta unsur-unsur terjadinya

persekongkolan tender tersebut.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Kerangka teori merupakan dukungan dasar pemikiran dalam rangka

pemecahan masalah yang dihadapi penulis, sedangkan kerangka konseptual

merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep

khusus yang ingin diteliti ataupun akan diteliti. Tujuan dari kerangka teoritis dan

konseptual ini adalah membatasi luasnya pengertian mengenai pembahasan hal-

hal yang menyangkut dengan penulisan ini. Kerangka yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Kerangka Teoritis

a) Persekongkolan

Bersekongkol secara umum merupakan pengertian dari kerja sama yang

dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapa pun dan

dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu.

Namun secara yuridis dalam Pasal 1 butir 8 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999, diartikan sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan oleh

pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai

pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.

b) Tender

Tender dijelaskan pada Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999,

merupakan tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu

Page 25: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

15

pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.

Pengertian tender ini meliputi :

i. Tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan

suatu pekerjaan;

ii. Tawaran mengajukan harga untuk mengadakan barang atau jasa;

iii. Tawaran mengajukan harga untuk membeli suatu barang dan/atau jasa;

iv. Tawaran mengajukan harga untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.

c) Jalan Nasional

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam system

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan

jalan strategis nasional, serta jalan tol.20

Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a Peraturan

Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan terdiri atas:

1) jalan arteri primer;

2) jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi;

3) jalan tol; dan

4) jalan strategis nasional.

Mengenai masalah perizinan,rekomendasi dan dispensasi jalan nasional,

kecuali jalan tol, dapat dilimpahkan kepada gubernur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan wajib pula dilaporkan kepada Menteri.

Hal ini tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 55

ayat (1) dan (2) tentang Jalan.

20 https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan#Jalan_nasional, 23 november 2016.

Page 26: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

16

2. Kerangka Konseptual

a. Pelaku Usaha

Pengertian dari pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri mamupun bersama-sama

melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam

bidang ekonomi, hal ini merupakan penjelasan menurut Undang-undang

Nomor Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha.

b. Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menurut undang-undang nomor

70 tahun 2012 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh

Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang

prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

G. Metode Penulisan

1. Tipe Penulisan

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang menempatkan hukum sebagai bangunan sistem norma21.

2. Pendekatan Masalah

21 Fahmi M Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penulisan Hukum, (Jakarta: Lembaga Penulisan

UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 31

Page 27: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

17

Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan perundang-undangan

(statute approach) dan juga menggunakan pendekatan konseptual (conseptual

approach).Maksud dari pendekatan perundang-undangan (statute approach)

merupakan penelaahan Undang-undang maupun regulasi peraturan terkait

dengan tema dari skripsi yang ditulis.Cangkupan ruang lingkup penulisan

terdiri atas penulisan terhadap hukum, sumber-sumber hukum dan juga

digunakan guna menganalisa permasalahan yang dibahas secara benar yang

terkait dengan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Dalam hal ini perundang-undangan yang dimaksud ialah Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang di gunakan antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Pada penulisan penulisan ini terdapat bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya memiliki otoritas.Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan atau putusan-putusan hukum.22 Bahan

hukum yang terdapat di tulisan ini antara lain UU No. 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

dan Putusan KPPUNomor 11/KPPU-L/2015 tentang Dugaan Pelanggaran

Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

22 Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141

Page 28: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

18

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan ini

terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Persaingan Usaha,

Hukum Bisnis, Hukum Perusahaan, maupun Jurnal-Jurnal atau materi

hukum lain nya yang mendukung penulisan ini.

c. Bahan non Hukum

Merupakan bahan atau rujukan yang sekiranya dapat memberikan

petunjuk dan juga dapat membantu memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder sebelumnya.Diantaranya ialah kamus

hukum, ensiklopedia, berita hukum dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengerjaan penulisan penulisan ini terdapat metode pengumpulan

data dalam yang terdiri atas bahan-bahan hukum primer, sekunder, maupun

bahan non hukum yang telah di dapatkan kemudian dipadukan dan disusun

sesuai dengan hierarkinya.

5. Analisis Data

Praktik dalam penganalisisan data dalam kegiatan penulisan ini diawali

dengan mengkompilasi berbagai dokumen peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta dilengkapi pula dengan bahan hukum lainnya yang

berhubungan dengan judul yang sekiranya terdapat keterkaitan. Selanjutnya

dari hasil tersebut, dikaji isi (content), kata-kata (word), makna (meaning),

simbol, ide, tema-tema dan berbagai pesan lainnya yang terdapat dalam isi

undang-undang tersebut sehingga dapat dipaparkan.

Page 29: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

19

6. Teknik Penulisan

Pada tahapan mengenai teknik penulisan serta pedoman yang digunakan

penulis dalam penulisan skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah penulisan

karya ilmiah dan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan penjelasan menyeluruh mengenai isi skripsi ini, oleh

karena itu dibuatlah sistematika penulisan skripsi yang terangkum sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan, pada bagian bab ini dipaparkan latar belakang masalah,

perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II, PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER

SERTA PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA, dalam bab ini

pengertian mengenai persekongkolan, jenis-jenis persekongkolan, indikasi

persekongkolan dalam tender dan dampak persekongkolan.

BAB III, PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET PENGADAAN

REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL GORONTALO .Dalam bab ini, akan

dijelaskan tentang kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam

legalitasnya, mengenai praktik tender dan tender pengadaan alat berat.

BAB IV, Analisis Putusan ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS

PERSAINGAN USAHA NOMOR 11/KPPU-L/2015 TENTANG

Page 30: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

20

PERSEKONGKOLAN TENDER 2 (dua) PAKET REKONSTRUKSI JALAN

NASIONAL DAERAH PROVINSI GORONTALO Bab ini merupakan inti dari

penulisan skripsi, dalam bab ini akan dibahas duduk perkara, Penyelesaian oleh

KPPU analisis putusan KPPU terhadap kasus dugaan pelanggaran Dugaan

Pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

BAB V, Penutup . Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi

ini, dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 31: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

21

BAB II

PERATURAN TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SERTA

PENGADAAN BARANG / JASA DI INDONESIA

A. Persekongkolan dan Tender Secara Umum

Dalam ruang lingkup bisnis, persaingan usaha merupakan sebuah hal yang

lumrah terjadi. Hal ini menyusul tingkat pasar yang tinggi, serta diikuti oleh

maraknya para pelaku usaha yang bersaing disetiap lini dalam pasar bisnis,

menyusul pesatnya pertumbuhan ekonomi. Namun hal ini haruslah diiringi

dengan perilaku yang adil dan relevan, keberpihakan maupun kecurangan dalam

perilaku bisnis dalam persaingan usaha dapat menimbulkan pasar persaingan

usaha yang tidak lagi kompetitif, yang dapat berefek pada rendahnya daya saing

para pelaku usaha dan terbatasnya tingkat kreatifitas dan kualitas daripada para

pelaku usaha. Hukum persaingan usaha merupakan seperangkat aturan hukum

yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha,

yang meliputi hal-hal yang boleh dan hal-hal yang dilarang oleh pelaku usaha.1

Terkadang perilaku maupun struktur pasar terkadang tidak dapat diprediksi,

sehingga tidak jarang para pelaku usaha melakukan suatu usaha kecurangan,

pembatasan yang dilakukan dapat menyebabkan sebagian ataupun beberapa

pelaku usaha merugi bahkan mematikan bisnis pelaku usaha lainya. Berikut

1 Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009), h. 1-2.

Page 32: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

22

merupakan ketentuan Undang-Undang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha tidak

sehat sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999:2

1) Undang-Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

1. Pengertian Persekongkolan

Persekongkolan atau konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory)

secara umum adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab

tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik,

sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya,

direncanakan diam-diam dilakukan oleh sekumpulan kelompok rahasia, oleh

sebagian orang, atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh demi

mencapai suatu tujuan tertentu. Persekongkolan mempunyai karakteristik

tersendiri, karena dalam persekongkolan (conspiracy/konspirasi) terdapat

kerjasama yang melibatkan dua atau lebih pelaku usaha yang secara bersama-

sama melakukan tindakan melawan hukum.

Istilah persekongkolan (conspiracy) pertama kali ditemukan pada Antitrust

Law di USA yang didapat melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung Amerika

Serikat, berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 The Sherman Act 1890, dimana

dalam pasal tersebut dinyatakan ;

“….. persekongkolan untuk menghambat perdagangan

…..(….conspiracy in restraint of trade…..) ”.3

2 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong era persaingan sehat, (Jakarta;

Citra Aditya Bakti), 2003 cet.2 . h. 42.

Page 33: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

23

Mahkamah Tertinggi USA juga menciptakan istilah “concerted action” untuk

mendefinisikan istilah persekongkolan dalam hal menghambat perdagangan, dan

kegiatan saling menyesuaikan berlandaskan pada persekongkolan guna

menghambat perdagangan serta pembuktiannya dapat disimpulkan dari kondisi

yang ada.

Berdasarkan pengertian di USA itulah, maka persekongkolan merupakan

suatu perjanjian yang konsekuensinya adalah perilaku yang saling menyesuaikan

(conspiracy is an agreement which has consequence of

concerted action).4

Namun demikian ada juga yang menyamakan istilah persekongkolan

(conspiracy/konspirasi) dengan istilah Collusion (kolusi), yakni sebagai :

“A secret agreement between two or more people for

deceiful or produlent purpose “.

Artinya, bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjanjian rahasia yang

dibuat oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan

yang sama artinya dengan konspirasi dan cenderung berkonotasi negatif/buruk.5

Para pelaku usaha tidak dapat melakukan kesepakatan dengan pihak lain

yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pemberi proyek,

penyelenggara tender, dan /atau diantara mereka sendiri untuk mengatur dan/atau

3 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks

&konteks,( e-book : 2009), h. 146.

4 Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, (Katalis-Publishing – Media Services), 2002. h. 323-324.

5 Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis dan Perbandingan UU No.

5 Tahun 1999, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001). h. 72.

Page 34: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

24

menentukan pemenang dalam suatu praktik tender. Selain itu pula para pelaku

usaha tidak dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk mendapatkan

informasi tentang kegiatan yang termasuk rahasia perusahaan, dan pelaku usaha

dilarang bekerja sama dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan/atau

pemasaran produk dengan maksud agar produk tertentu berkurang di pasar baik

dalam segi kuantitas, kualitas, maupun ketetapan waktu.6

Praktik persekongkolan atau konspirasi ini tidak diperbolehkan karena

dianggap dapat menimbulkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain

itu juga dapat terjadi penggelembungan harga (mark-up) yang dinilai dapat

menguntungkan beberapa pihak dan infisiensi yang berefek pada kerugian negara

dan masyarakat secara luas. Persekongkolan atau konspirasi adalah segala bentuk

kerja sama diantara para pelaku usaha, dengan atau tanpa melibatkan pihak selain

pelaku usaha, untuk memenangkan persaingan secara tidak sehat dan praktik ini

merupakan salah satu praktik yang paling merugikan negara dan masyarakat

secara luas.7 Praktik persekongkolan dapat terjadi apabila para pelaku usaha

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:8

1) Memperoleh dan menggunakan fasilitas eksklusif dari pihak yang terkait

secara langsung maupun tak langsung dengan pemberi proyek dan/atau

penyelenggara tender shingga dapat menyusun penawaran yang lebih

baik;

6 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 112.

7 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 112-113.

8 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 113.

Page 35: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

25

2) Membuat kesepakatan dengan pihak yang terkait secara langsung maupun

tak langsung dengan pemberi proyek, penyelenggara tender, dan/atau

diantara mereka untuk menentukan pemenangan secara bergilir pada

serangkaian tender;

3) Membuat kesepakatan dengan pihak yang terkait secara langsung maupun

tak langsung dengan pemberi proyek, penyelenggara tender, dan/atau

diantara mereka untuk menentukan pemenang, baik untuk dikerjakan

secara bersama maupun dengan kompensasi tertentu;

4) Menggunakan kesempatan eksklusif melakukan penawaran tender

sebelum waktu yang ditetapkan.

Yang dimaksudkan dengan fasilitas eksklusif yang diberikan oleh

penyelenggara tender dan/atau pihak terkait kepada para pelaku usaha dapat

berupa informasi tertentu berupa:9

1) Nilai proyek dan/atau struktur penawaran pelaku usaha lain.

2) Informasi dini yang diberikan jauh sebelum disampaikan kepada pelaku

usaha lain;

3) Peraturan tertentu yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha lain,

4) Penetapan pemenang yang direkayasa peserta tender yang lain hanya

diperlakukan sebagai pembanding dan sebelumnya sudah dipastikan kalah

dan sebagainya.

9 Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), h 113.

Page 36: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

26

2. Pengertian Tender

Mengenai penjelasan tentang tender menurut Pasal 22 Undang- Undang

Nomor 5 Tahun 1999 adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong

suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.

Pengertian tender meliputi:10

a) Tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu

pekerjaan:

b) Tawaran mengajukan harga untuk mengadakan barang atau jasa:

c) Tawaran mengajukan harga untuk membeli suatu barang dan/atau jasa;

d) Tawaran mengajukan harga untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.

Tender ditawarkan oleh pengguna barang dan/atau jasa kepada para pelaku

usaha yang memiliki kredibilitas serta kapabilitas berdasarkan alasan efektivitas

dan efisiensi yang memadai. Adapun alasan-alasan lain tender pengadaan barang

dan/atau jasa adalah:

a) Memperoleh penawaran terbaik untuk harga dan kualitas;

b) Memberi kesempatan yang sama bagi semua pelaku usaha yang memenuhi

persyaratan untuk menawarkan barang dan jasanya, serta;

c) Menjamin transparansi dan akuntabilitas pengguna barang dan jasa kepada

publik, seperti membangun atau merenovasi gedung pemerintah.

Selanjutnya ruang lingkup tender meliputi;

a) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk memborong suatu

pekerjaan, seperti membangun atau merenovasi gedung pemerintah.

10 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan

praktek serta penerapan hukumnya, , (Jakarta; Kencana prenada media group, 2012), h 280.

Page 37: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

27

b) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk pengadaan barang,

seperti memasok kebutuhan alat-alat tulis dan perlengkapan kantor di

instansi pemerintah.

c) Tawaran untuk mengajukan harga terendah untuk menyediakan jasa seperti:

jasa cleaning service atau jasa konsultan keuangan di lembaga

Pemerintah.11

d) Tawaaran untuk mengajukan harga tertinggi seperti penawaran atau

penjualan lelang barang-barang inventaris atau barang sitaan pemerintah

yang perolehanya melanggar hukum.12

Dalam praktiknya, pengertian tender sama dengan pengertian dari lelang atau

pengadaan barang atau jasa. Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk

menyediakan kebutuhan barang atau jasa dengan cara menciptakan persaingan

yang sehat diantara penyedia barang atau jasa tersebut yang setara dan memenuhi

syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti

oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia jasa

terbaik.13

Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam

pelaksanaanya tender wajib memenuhi asas keadilan, keterbukaan, dan tidak

11 Yakub Adi Krisanto, “Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik

Putusan KPPU tentang Persekongkolan Tender”, Jurnal Hukum Bisnis 24.No 2, (Jakarta, Tahun

2005), h. 44-45.

12 Pedoman Pasal 22; Pengertian tender mencangkup tawaran mengajukan harga untuk

menjual suatu barang dan/atau jasa.

13 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan

praktek serta penerapan hukumnya, (Jakarta; Kencana prenada media group, 2012), h. 282.

Page 38: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

28

diskriminatif. Tender juga harus memperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan

dengan asas-asas persaingan usaha yang sehat, yaitu :

a) Tender tidak bersifat diskriminatif, dapat dipenuhi oleh semua calon

peserta tender dengan kompetensi yang sama;

b) Tender tidak diarahkan pada pelaku usaha tertentu dengan kualifikasi

dan spesifikasi teknis tertentu;

c) Tender tidak mempersyaratkan kualifikasi dan spesifikasi teknis

produk tertentu;

d) Tender harus bersifat terbuka, transparan, dan diumumkan dalam

media massa dalam jangka waktu yang cukup.

Oleh sebab itu, tender harus dilakukan secara terbuka untuk umum dengan

pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman secara luas

dan resmi untuk penerangan umum dan bilamana dumungkinkan, melalui media

elektronik sehingga dunia usaha atau masyarakat luas yang berminat dan

memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.14 Berdasarkan pengertian tersebut

maka cakupan dasar penerapan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

adalah tender atau tawaran mengajukan harga yang dapat dilakukan melalui;

a) Tender terbuka,

b) Tender terbatas,

c) Pelelangan umum, dan

d) Pelelangan terbatas.

14 Dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang atau Jasa

Pemerintah dapat dilakukan secara elektronik, pengadaan secara E-Procurement adalah

pengadaan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan

transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dengan cara E-tendering atau e-

purchasing.

Page 39: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

29

B. Persekongkolan Tender

Mengenai pengertian lebih lanjut dari persekongkolan tender, dijelaskan

dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam Pasal 1 Ayat (8) menjelaskan bahwa

persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan

oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai

pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, persekongkolan termasuk dalam

bentuk kegiatan yang dilarang yang diatur dalam Pasal 22, 23, dan 24.15

Pada kegiatan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan adanya

perjanjian, tetapi bisa dalam bentuk kegiatan lain yang tidak mungkin diwujudkan

dalam suatu perjanjian. Undang-Undang Anti Monopoli melarang setiap

persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain dengan tujuan untuk

mengatur dan/atau menentukan pemenangan suatu tender. Hal tersebut dinilai

merupakan perbuatan curang dan tidak fair untuk para peserta tender lainya.

Karena pada dasarnya sudah inherent dalam istilah “tender” bahwasanya

pemenangnya tidaklah dapat diatur-atur, melainkan peserta dengan tawaran

terbaiklah yang akan menjadi pemenangnya. Oleh sebab itu persekongkolan

terkait pengaturan pemenangan tender ini dapat mengakibatkan persaingan usaha

yang tidak sehat.

15 KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 40: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

30

Berdasarkan Pasal 22, 23 dan 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999,

ditentukan bentuk-bentuk persekongkolan yaitu sebagai berikut:16

a. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan

atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya persaingan usaha tidak sehat. (Pasal 24 Undang-Undang No. 5

Tahun 1999);

b. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan

informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia

perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat. (Pasal 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999);

c. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha

pesaingnya dengan maksud agar barang dan jasa yang ditawarkan atau

dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah,

kualitas maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan. (Pasal 24 Undang-

Undang No. 5 Tahun 1999).

Lebih lanjut secara khusus, Undang-Undang No.5 Tahun 1999 mengatur

secara rinci mengenai kegiatan persekongkolan tender pada Pasal 22.

Berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang

Larangan Persekongkolan dalam Tender, praktek persaingan usaha tidak sehat

tentang persekongkolan dapat terjadi apabila memenuhi unsur-unsur sabagai

berikut:

16 KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 41: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

31

a. Unsur Pelaku Usaha

Penjelasan mengenai pelaku usaha adalah tiap orang perorangan atau

badan usaha baik yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi (Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999).

b. Unsur Bersekongkol

Bersekongkol merupakan bentuk kerjasama dan dilakukan oleh

pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun diantara kedua

belah pihak dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta

tender tertentu. Unsur bersekongkol antara lain dapat berupa:

1) Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih;

2) Secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan

penyesuaian dokumen dengan peserta lain;

3) Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;

4) Menciptakan persaingan semu;

5) Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan.

c. Unsur Pihak Lain

Pihak lain dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai berikut:17

1) Bentuk pertama adalah persekongkolan horizontal, yakni tindakan

kerjasama yang dilakukan oleh para penawar tender, misalnya

17 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks

&konteks,(e-book : 2009), h. 152.

Page 42: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

32

mengupayakan agar salah satu pihak ditentukan sebagai pemenang

dengan cara bertukar informasi harga serta menaikkan atau

menurunkan harga penawaran. Dalam kerjasama semacam ini,

pihak yang kalah diperjanjikan akan mendapatkan sub kontraktor

dari pihak yang menang atau dengan mendapatkan sejumlah uang

sebagai sesuai kesepakatan diantara para penawar tender.

2) Bentuk kedua adalah persekongkolan tender secara vertikal, artinya

bahwa kerjasama tersebut dilakukan antara penawar dengan panitia

pelaksana tender. Dalam hal ini, biasanya panitia memberikan

berbagai kemudahan atas persyaratan-persyaratan bagi seorang

penawar, sehingga dia dapat memenangkan penawaran tersebut.

3) Bentuk ketiga adalah persekongkolan horizontal dan vertikal, yakni

persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau

pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan

dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa.

Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang

terkait dalam proses tender, misalnya tender fiktif yang melibatkan

panitia, pemberi pekerjaan, dan pelaku usaha yang melakukan

penawaran secara tertutup.

d. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat

Persaingan usaha tidak sehat yang dimaksud dalam hal ini adalah

persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan

Page 43: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

33

atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur

atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Kegiatan persekongkolan dalam tender ini dapat dilakukan oleh satu atau

lebih peserta yang menyetujui satu peserta dengan harga yang lebih rendah, dan

kemudian melakukan penawaran dengan harga di atas harga perusahaan yang

direkayasa sebagai pemenang. Karena itu, persekongkolan dalam penawaran

tender dianggap menjadi unsur penghalang terciptanya persaingan yang sehat di

kalangan para pelaku usaha yang melakukan usaha di bidang yang bersangkutan.

Pada pelaksanaan proses penawaran tender, tujuan utama yang akan dicapai

adalah dapat memberikan kesempatan yang berimbang bagi semua penawar dalam

hal ini para pelaku usaha, sehingga dapat menghasilkan harga yang paling murah

dengan output/keluaran yang optimal dan berhasil guna.

Sejujurnya, harga murah bukanlah target utama yang menjadi tolak ukur

untuk menentukan pemenang dalam pengadaan barang dan/jasa. Melalui

mekanisme penawaran tender sedapat mungkin dihindarkan kesempatan untuk

melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar dengan panitia

penyelenggara lelang. Dalam Pasal 3 Keppres No. 80 Tahun 2003 yang mengatur

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan

pula, bahwa dalam rangka pengadaan barang/jasa wajib diterapkan berbagai

prinsip, antara lain Efisiensi, Efektif, Terbuka dan bersaing, Transparan,

Adil/tidak diskriminatif, serta Akuntabel.18

18 Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara teks

&konteks, (e-book : 2009), h.149.

Page 44: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

34

C. Tinjauan tentang Pengadaan Barang / Jasa dan di Indonesia.

Pengadaan barang dan jasa merupakan suatu mekanisme yang dilakukan oleh

Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap dengan maksud mendapatkan barang

dan/atau jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu.

Pengadaan barang dan jasa secara umum,atau pengadaan barang dan jasa yang

pembiayaanya baik yang sebagian dibebankan kepada APBD/APBN maupun

seluruhnya diatur secara terperinci dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun

2003 yang kemudian diubah menjadi Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004

dan yang terakhir diubah kedalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

Selanjutnya mengenai Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Pada praktiknya pengadaan dan jasa berawal dari adanya transaksi

pembelian/penjualan barang dipasar secara langsung (tunai). Selanjutnya

berkembang dengan adanya pembuatan dokumen pertanggungjawaban (pembeli

dan penjual), hingga pada akhirnya melewati pengadaan dan proses pelelangan.

Selanjutnya pihak pengguna menyampaikan dagtar barang yang akaan dibeli tidak

hanya kepada satu tetapi kepada bebrapa penyedia barang. Dengan cara meminta

penawaran kepada beberapa penyedia barang, dengan meminta penawaran kepada

beberapa penyedia barang tersebut, pengguna dapat memilih harga penawaran

yang termurah dari tiap jenis barang yang akan dibeli.

Page 45: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

35

Cara tersebut merupakan cikal-bakal adanya pengadaan barang dengan cara

lelang.19 Pembelian barang tidak terbatas pada pembelian barang yang telah

dipasarkan saja, namun pembelian barang juga bisa dilakukan terhadap barang

yang belum tersedia dipasaran. Pembelian tersebut bisa dilakukan dengan cara

pesanan. Agar barang dapat menjadi sesuai seperti yang diinginkan oleh pemesan,

maka pihak pemesan (pengguna) menyusun nama, jenis, jumlah barang yang

dipesan beserta spesifikasinya secara tertulis dan menyerahkanya kepada pihak

penyedia barang. Dokumen ini selanjutnya disebut dokumen pemesanan barang

yang menjadi cika-bakal dokumen lelang.20

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi kemajuan serta

perubahan disetiap lini bidang kehidupan ekonomi, salah satunya adalah kegiatan

pengadaan barang dan jasa. Jika sebelumnya pengadaan barang dan jasa

merupakan kegiatan jual beli langsung disuatu tempat (pasar), namun kini

pengadaan barang melalui media teknologi informasi seperti internet telah dapat

dilakukan dan berlaku dimana saja oleh masyarakat. Pengadaan barang dan jasa

atau dalam istilah asing disebut sebagai procurement muncul karena adanya

kebutuhan akan suatu barang atau jasa, mulai dari yang terkecil hingga berbagai

kebutuhan jasa lainya seperti konsultasi hukum, keuangan dan lainya.

Istilah pengadaan barang dan jasa atau procurement diartikan secara luas,

dapat diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan

pelaksanaan atau administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan

19 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012). h. 2.

20 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 3.

Page 46: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

36

atau jasa lainya. Pengadaan barang dan jasa tak hanya sebatas pada pemilihan

rekanan proyek dengan bagian pembelian (purchasing) atau perjanjian resmi

kedua belah pihak saja, namun mencangkup seluruh proses sejak awal

perencanaan, persiapan perijinan, penentuan pemenang tender, hingga tahap

pelaksanan dan proses administrasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa

seperti jasa konsultasi.

Pengadaan barang dan jasa di pemerintah meliputi seluruh kontrak pengadaan

antara pemerintah (departemen pemerintah, badan usaha, milik negara, dan

lembaga negara lainya) dan perusahaan (milik negara atau swasta) maupun

perorangan.21 Pada prinsipnya pemilihan penyedia barang dan jasa harus

dilakukan dengan cara swakelola, penunjukan langsung maupun pelelangan.

Dalam hal ini pelelangan bertujuan agar tercapainya persaingan yang kompetitif

dan dapat diperoleh penawaran yang efisien, dengan tetap mengedepankan

prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa yaitu, transparan, adil, dan persaingan

yang sehat.

Penunjukan atau pemilihan langsung hanya dapat dilakukan dalam kondisi

terpaksa. Kriteria penunjukan langsung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 adalah:22

a) Pekerjaan nilai kecil paling tinggi Rp. 100 juta. Apabila diperlukan

mekanisme proses pengadaanya ditetapkan lebih lanjut oleh Pimpro (pimpinan

proyek) atau pejabat tertinggi diinstansi/daerah yang bersangkutan.

21 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 4.

22 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 75.

Page 47: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

37

b) Satu kali lelang ulang gagal dan hanya satu peserta yang memenuhi syarat.

Jika pekerjaan mendesak/khusus untuk jasa konstruksi dilakukan dengan

persetujuan Menteri atau Gubernur atau/Bupati/Walikota. Mendesak yang

dimaksud yakni penanganan darurat terkait dengan keselamatan masyarakat yang

pelaksanaanya tidak dapat ditunda, dan perlu diperhatikan/diyakini benar dalam

menetapkan kriteria yang dimaksud dengan penanganan darurat dan keselamatan

masyarakat. Sedangkan khusus yang dimaksud adalah pekerjaan kompleks yang

hanya satu pengusaha yang dapat melaksanakan. Kriteria pemilihan langsung

berdasarkan Pasal 37 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 adalah Pengadaan pekerjaan

yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

rupiah). Dapat dilakukang dengan cara:

a) Pelelangan sederhana untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainya; atau

b) Pemilihan Langsung untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.

Prinsip transparansi menjadi penting agar membuka kesempatan terhadap

semua pelaku usaha seluas-luasnya untuk berpartisipasi sebagai peserta tender dan

berkompetisi secara sehat. Persaingan sehat dan antidiskriminasi serta

transparansi merupakan hal yang dijunjung tinggi dalam hal pengadaan barang

dan jasa pemerintah sekaligus menjadi prinsip utama. Berikut merupakan prinsip-

prinsip yang diatur dalam Pasal 3 Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar

Pengadaan Barang dan Jasa:23

23 Keppres 80/2003, Tentang Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa, Pasal 3.

Page 48: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

38

a) Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan

dan dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang diterapkan dalam

waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;

b) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang

telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai

dengan sasaran yang diterapkan;

c) Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui

persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan

memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang

jelas dan transparan;

d) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan

barang/jasa termasuk syarat teknis adminstrasi pengadaan, tata cara evaluasi,

hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi

peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada

umumnya;

e) Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua

calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan

kepada pihak tertentu, dengan cara dan/atau alasan apapun;

f) Akuntabel, verarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun

manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan

pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang

berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Page 49: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

39

Dalam kedudukanya pengadaan barang dan jasa tidaklah selalu memiliki

tingkatan yang sama namun terbagi atas beberapa bagian yang berbeda-beda,

berikut merupakan kedudukan pengadaan barang dan jasa antara lain dalam

pelaksanaan pembangunan (fisik dan non fisik), dalam kegiatan yang dibiayai dari

pinjaman luar negeri, dan dalam menajemen logistik (persediaan):24

a) Kedudukan pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan

pembangunan meliputi:

i. Perencanaan (Planning)

ii. Pemrograman (Programming)

iii. Penganggaran (Budgeting)

iv. Pengadaan (Procurement)

v. Pelaksanaan kontrak dan pembayaran (Contract Implementation

and Payment)

vi. Penyerahan pekerjaan selesai

vii. Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operation And Maintenance).

b) Kedudukan pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan/proyek yang

dibiayai dai pinjaman luar negeri meliputi:

i. Loan agreement;

ii. Annual work plan;

iii. Annual budgeting;

iv. Procurement;

v. Contract Implementation;

24 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Cahaya Prima Sentosa, 2012), h. 5-6.

Page 50: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

40

vi. Disbursement status;

vii. Application procurement.

c) Kedudukan pengadaan barang dan jassa dalam manajemen logistik

meliputi:

i. Perencanaan;

ii. Penganggaran/;

iii. Pengadaan;

iv. Penyimpanan/penggudangan;

v. Distribusi/penyaluran;

vi. Evaluasi/status stok.

Untuk selanjutnya pengaturan mengenai barang dan jasa diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, yang merupakan pengganti dari

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang dinilai tidak lagi relevan.

D. Kedudukan KPPU dalam Negara Serta Tugas dan Kewenanganya.

1. Kedudukan KPPU dalam Negara.

Pada praktiknya tidak dapat dipungkiri sengketa dalam persaingan usaha bisa

saja timbul diantara para pelaku usaha, maupun dengan negara dalam hal ini

pemerintah yang berwenang. Pada dasarnya sengketa persaingan usaha pada

dasarnya merupakan sengketa perdata.25 Sengketa diantara para pelaku usaha

sebenarnya dapat diselesaikan diantara para pelaku usaha saja melalui asosiasi

25 John N. Adams & Roger Brownsword, Understanding Law, (Great Britain; Fontana

Press, Tahun 1992), h.135.

Page 51: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

41

yang yang juga didirikan oreh para pelaku usaha tersebut, apabila sengketa yang

timbul tersebut tidak menyangkut unsur-unsur publik.

Namun terkadang hal ini dianggap kurang relevan dan kurang tegas, terkait

apabila sebuah asosiasi tidak berwenang menjatuhkan sanksi yang bersifat publik

dan melakukan penyitaan apapun. Seiring perkembangan hukum persaingan

usaha, penyelesaian sengketa persaingan usaha tidaklah semata-mata hanya

merupakan sengketa perdata, tetapi terkadang ditemukan pelanggaran yang

memenuhi unsur pidana maupun administrasi yang merugikan masyarakat dan

juga perekonomian negara. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan

penyelesaian sengketa persaingan usaha dilakukan juga secara pidana. 26

Untuk penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan usaha dibutuhkan

penanganan yang berbeda dengan tindak pidana pada umumnya. Negara

memberikan kewenangan khusus kepada sebuah institusi. Institusi ini dibentuk

serta diberikan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, di Indonesia institusi yang

memiliki kewenangan dalam penanganan penyelesaian sengketa persaingan usaha

adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).27

Alasan lain mengapa diperlukanya suatu institusi khusus untuk

menyelesaikan kasus praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah

26 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan

praktek serta penerapan hukumnya,( Jakarta: Kencana prenada media group, 2012), h. 540.

27 Di AS terdapat dua lembaga yang menangani perkara pelanggaran hokum persaingan

usaha, pertama adalah Federal Trade Commission (FTC) yang dapat memeriksa dan memutus

perkara, dan kedua adalah Antitrust Division dari Departemen Kehakiman yang hanya memiliki

kewenangan menuntut.

Page 52: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

42

meminimalisir terjadinya pertumpukan perkara yang beraneka ragam di

pengadilan. Dibuatnya suatu institusi khusus yang berkonsentrasi pada perkara

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dianggap sebagai salah satu

alternatif penyelesaian sengketa (alternative dispute resolution), yang dimaksud

alternatif dalam hal ini adalah penyelesaian sengketa diluar ranah pengadilan.

Dalam konteks ketatanegaraan KPPU merupakan lembaga negara

komplementer (state auxiliary organ)28 yang mempunyai wewenang berdasarkan

UU No 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha.

Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk

diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas

lembaga negara pokok (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif)29 yang sering juga

disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi). Peran sebuah lembaga

independen semu negara (quasi) menjadi penting sebagai upaya responsif bagi

negara-negara yang tengah transisi dari otoriterisme ke demokrasi.30

Kini Indonesia telah memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur

tentang ketentuan persaingan usaha, hal ini diharapkan dapat menjadi landasan

terciptanya pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan berkembang dengan sehat,

serta terhindar dari praktik pemusatan kekuasaan praktik bisnis kepada suatu

perorangan maupun golongan tertentu, seperti praktik monopoli maupun

28 Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU No 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, (Jurnal Ilmu

Hukum Yustisia 2007), h. 2.

29 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Konpress, 2006) h. 24.

30 6 Februari 2017 http:// www.reformasihukum.org.

Page 53: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

43

persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan ketentuan Pasal 37 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999, lembaga yang ditunjuk melakukan pengawasan adalah

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Disamping lembaga tersebut,

berdasarkan Pasal 44 ayat (2) dari undang-undang ini terdapat pula lembaga lain

yang dapat menjadi penegak pelaksanaan undang-undang ini yaitu, penyidik dan

pengadilan.31

Pengaturan tentang penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan

usaha diatur dalam beberapa peraturan yang telah dikodifikasi kan yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

b. Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha atau KPPU, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 80 Tahun 2008;

c. Peraturan Komisi Nomor 2 tahun 2008 tentang Kewenangan Sekretariat

Komisi dalam Penanganan Perkara;

d. Peraturan Komisi (PERKOM) Nomor 1 Tahun 2006 yang kemudian

diperbarui dengan PERKOM Nomor 1 Tahun 2010, tentang Tata Cara

Penanganan Perkara di KPPU;

e. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003 mengenai Tata Cara

Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU yang telah

diperbarui dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005;

31 Proyek ELIPS bekerja sama dengan Partnership for Business Competition, Persaingan

Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, 1999, h.126-127.

Page 54: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

44

f. HIR/RBg atau hukum acara perdata, yaitu untuk ketentuan hukum acara

perdata jika pelaku usaha menyatakan keberatan atas putusan KPPU sesuai

dengan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, atau apabila

terdapat gugatan perdata yang didasarkan pada adanya putusan KPPU yang

telah berkekuatan hukum tetap (follow-on claims);

g. KUHAP, yaitu ketentuan hukum acara pidana jika perkara tersebut

dilimpahkan kepada pihak penyidik sesuai Pasal 44 ayat (4) Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999.32

Meskipun sebagai lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan yang

melekat pada satu lembaga hukum, KPPU tetaplah harus memperhatikan asas-

asas serta ketentuan yang harus pula dicermati oleh KPPU dalam menangani suatu

perkara persaingan usaha, sebagai berikut:33

1) Asas praduga tidak bersalah (Presumption of innocence).

Asas ini bermakna bahwasanya setiap pihak yang diperiksa harus dianggap

tidak bersalah sebelum adanya keputusan hukum tetap yang menyatakan

kesalahanya secara sah. Oleh karena itu KPPU diharapkan tidak memberikan

informasi/ publikasi maupun pernyataan kepada publik mengenai perkara

yang sedang diperiksa sebelum adanya keputusan yang sah.

2) Prinsip Kerahasiaan Informasi.

32 Pasal 44 ayat (4) UU No. 5 Tahun 1999; apabila ketentuan sebgaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak dijalankan oleh pelaku usaha, komisi menyerahkan putusan

tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai.

33 Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha dalam Litigasi

Persaingan Usaha”.(CFISEL.Litigatiom Series), h.177.

Page 55: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

45

Sesuai dengan peraturan yang diatur pada Keputusan KPPU No.

06/KPPU/Kep/XI/2000 tentang Kode Etik dan Mekanisme Kerja KPPU (Kode

Etik KPPU). Pada bagian V butir 4 Kode Etik KPPU, secara tegas dinyatakan

bawa anggota KPPU dilarang memberikan berbagai informasi kepada publik

yang dapat mempengaruhi keputusan komisi atas suatu perkara yang

ditanganinya. Karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi putusan KPPU

dikemudian hari.

3) Asas audi et alteram partem.

Asas ini mengandung arti bahwasanya dalam mengadili suatu perkara harus

dapat memberikan keadilan secara berimbang kepada para pihak, dan tidak

membeda-bedakan atau mendiskriminasi suatu golongan/pihak. Diatur dalam

Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

sudah diubah dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

2. Tugas dan Kewenangan KPPU.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya KPPU telah diatur dengan

terperinci dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan diulangi

kembali pada Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999. Yaitu sebagai

berikut:

Pasal 35 UU No.5 Tahun 1999 menentukan bahwa tugas tugas KPPU terdiri

dari:

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Page 56: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

46

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat.

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha.

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur

dalam Pasal 36.

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang

berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU

No.5/1999.

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden

dan DPR.

Dalam menjalankan tugas tugasnya tersebut, Pasal 36 UU No.5/1999

memberi wewenang kepada KPPU untuk:

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan

Page 57: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

47

oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan komisi sebagai

hasil penelitiannya.

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau

tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan UU No.5/1999.

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran ketentuan UU No.5/1999.

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi

ahli atau setiap orang yang dimaksud dalam nomor 5 dan 6 tersebut diatas

yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.

h. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan UU No.5/1999.

i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain

untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

pelaku usaha lain atau masyarakat.

k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang

melanggar ketentuan UU No.5/1999.

Page 58: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

48

Oleh sebab itu, KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan

penyelidikan dan akhirnya memutuskan apakah pelaku usaha tertentu telah

melanggar UU No.5/1999 atau tidak. Pelaku usaha yang merasa keberatan

terhadap Putusan KPPU tersebut diberikan kesempatan selama 14 hari setelah

menerima pemberitahuan putusan tersebut untuk mengajukan keberatan ke

Pengadilan Negeri. KPPU merupakan lembaga administratif., selain itu pula

KPPU dituntut untuk bertindak demi kepentingan umum. KPPU berbeda dengan

pengadilan perdata yang menangani hak-hak subyektif perorangan.

Maka dengan demikian, KPPU harus mementingkan kepentingan umum dari

pada kepentingan perorangan dalam menangani dugaan pelanggaran hukum

antimonopoli.34 Hal ini selaras dengan tujuan UU No.5/1999 yang tercantum

dalam Pasal 3 huruf a UU No.5/1999 yakni untuk “menjaga kepentingan umum

dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

34 Knud Hansen. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, (Katalis-Publishing– Media Services, 2002), h. 389.

Page 59: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

49

BAB III

PIHAK YANG TERLIBAT DAN PROSES PERSEKONGKOLAN TENDER

2 (dua) PAKET PENGADAAN REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL

GORONTALO

A. Pihak-pihak yang Terkait Dalam Tender Pengadaan Rekonstruksi Jalan

Nasional Gorontalo.

Dalam suatu praktek pengadaan barang dan jasa pada umumnya dilakukan

melalui sebuah pelelangan / tender. Dalam proses pelelangan pengadaan tersebut

terdapat pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Secara garis besar pihak yang

dimaksud adalah pihak pengguna yang membeli suatu barang atau jasa, dan pihak

penyedia yang menjual barang yang dibutuhkan tersebut kepada pengguna. Pihak

pengguna adalah pihak yang membutuhkan suatu barang atau jasa dan

mengajukan permintaan kepada para penyedia atau jasa tersebut, ataupun

mengajukan permintaan untuk mengerjakan suatu proyek atau pekerjaan tertentu.

Dalam teknis pelaksanaanya, pihak pengguna membentuk suatu panitia

pengadaan guna melaksankan seluruh proses pengadaan mulai dari penyusunan

dokumen pengadaan, melakukan seleksi dan memilih para calon penyedia barang

dan jasa, meminta penawaran dan mengevaluasi penawaran, mengusulkan calon

Page 60: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

50

penyedia barang dan jasa serta membantu pengguna dalam menyiapkan dokumen

kontrak, atau sebagian dari tugas tersebut.1

Dalam kasus pelaksanaan pelelangan 2 paket rekonstruksi Jalan di

lingkungan satuan kerja pelaksanaan jalan nasional dan satuan kerja perangkat

daerah wilayah provinsi gorontalo terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam

praktek pengadaan tersebut yang terbagi atas beberapa pihak, sesuai dengan

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang

dan Jasa Bab 3 Pasal 7 ayat (1) dengan rincian sebagai berikut:2

• Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia

Barang/Jasa terdiri atas:

a) PA/KPA;

b) PPK;

c) ULP/Pejabat Pengadaan; dan

d) Panitia / Pejabat Penerima hasil pekerjaan.

1. PA/KPA

Pengguna anggaran adalah istilah yang digunakan pada peraturan pengadaan

barang dan jasa pemerintah Indonesia yang merujuk pada pejabat pemegang

kewenangan penggunaan anggaran yang berada di kementerian, lembaga, bagian

dari satuan kerja perangkat daerah atau pejabat yang disamakan pada institusi

1 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, (Jakarta; Sinar Grafika, 2008), h.5. 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan

Jasa, Bab 3 Pasal 7 ayat (1).

Page 61: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

51

pengguna.3Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah. Baik pejabat pengguna anggaran (PA) atau kuasa pengguna

anggaran (KPA) mengambil keputusan untuk menggunakan anggaran setelah

melakukan langkah-langkah berikut ini:

a. melakukan identifikasi dan analisa kebutuhan sesuai dengan Rencana Kerja

Pemerintah/Daerah;

b. menyusun dan menetapkan rencana penganggaran;

c. melakukan penetapan kebijakan umum;

d. penyusunan KAK dan pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).

Setelah semua hal tersebut dilaksanakan oleh PA/KPA, selanjutnya

dilakukan penyerahan RUP kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Unit

Layanan Pengadaan (ULP)/ Pejabat Pengadaan untuk dilakukan pengkajian ulang

RUP.

2. PPK

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggung jawab

atas pelaksanaan pengadaan barang atau jasa.4

Tugas pokok dan kewenangan pejabat pembuat komitmen meliputi:5

3 Peraturan Presiden RI No.70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Pasal 1 angka 7 dan Pasal 11.

5 Buku Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2012), h. 16.

Page 62: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

52

a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang

meliputi:

1) spesifikasi teknis barang atau jasa;

2) harga perkiraan sendiri;

3) rancangan kontrak;

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang atau Jasa;

c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani kuitansi/Surat Perintah

Kerja (SPK)/surat perjanjian;

d. Melaksanaan kontrak dengan penyedia barang atau jasa

e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak

f. Melaporkan pelaksanaan atau penyelesaian pengadaan barang atau jasa

kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran

g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang atau jasa kepada

pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran dengan Berita Acara

Penyerahan

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan

hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada pengguna anggaran atau kuasa

pengguna anggaran setiap triwulan; dan

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pengadaan barang

atau jasa.

Page 63: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

53

3. ULP/Pejabat Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan

Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat

pada unit yang sudah ada6.

a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa

b. menetapkan Dokumen Pengadaan

c. menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran

d. mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan

papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE

untuk diumumkan di portal Pengadaan Nasional

e. menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi

f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang

masuk

g. Khusus untuk Kelompok Kerja ULP :

1) menjawab sanggahan

2) menetapkan pemenang pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya yang bernilai paling tinggi Rp 100 Milyar

6 Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2015), h. 4.

Page 64: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

54

3) menetapkan pemenang seleksi jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi

Rp 10 Milyar

4) menyampaikan hasil pemilihan dan salinan Dokumen Pemiihan Penyedia

Barang/Jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen

5) menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa

6) membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada Kepala Unit

Layanan Pengadaan

a) Khusus untuk Pejabat Pengadaan :

i. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk pengadaan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling

tinggi Rp 200 juta.

ii. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk pengadaan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling

tinggi Rp 50 juta.

iii. Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan

Penyedia Barang/Jasa kepada PPK.

iv. Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang.Jasa

kepada PA/KPA

v. Membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada PA/KPA

b) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

pengadaan barang/jasa kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa

Pengguna Anggaran.

Page 65: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

55

Dalam kasus ini yang berlaku sebagai ULP adalah POKJA (kelompok

kerja) pengadaan barang/jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan

SKPD Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, beralamat kantor di Jalan Yusuf

Hasiru Nomor 7, Kelurahan Tanggiki Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Yang

oleh KPPU selanjutnya dinilai lalai sehingga terjadi praktek persekongkolan

vertikal dengan salah satu peserta tender.

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia atau pejabat yang ditetapkan

oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertugas

memeriksa dan menerima hasil pekerjaan dalam bidang pengadaan.7 Pada kasus

ini yang bertindak sebagai pejabat penerima hasil pekerjaan adalah PT. Kakas

Karya, PT. Nikita Raya, dan PT. Maesa Jaya. Yang selanjutnya oleh KPPU

diduga melakukan persekongkolan tender dan saling terafiliasi satu dengan lainya.

B. Mekanisme Proses Persekongkolan Tender 2 (dua) Paket Pengadaan

Rekonstruksi Jalan Nasional Gorontalo.

Regulasi- regulasi yang dikeluarkan pemerintah merupakan acuan utama dari

penegakan hukum di Indonesia. Namun regulasi tersebut dapat berjalan dengan

efektif apabila dijalankan sesuai tugas beserta wewenangnya masing-masing.

Setiap pelaku usaha berhak diperlakukan sama dan adil dimata hukum “Equality

before the law”, demi mendapatkan kesejahteraanya. Oleh sebab itu, lembaga

7 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Page 66: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

56

penegak hukum berperan andil dalam pengaturan kebijakan pelaksanaan hak dan

kewajiban untuk melindungi setiap para pelaku usaha maupun masyarakat dari

tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan tidak mensejahterakan maupun

kecurangan yang dilakukan pihak-pihak yang dapat merugikan pelaku usaha

lainya maupun masyarakat secara luas.

Dalam praktek bisnis persaingan usaha merujuk pada Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, yang menjadi landasan utama sekaligus menjadi payung hukum bagi

tiap para pelaku usaha demi terciptanya iklim persaingan yang adil dan sehat

sehingga setiap prosedur penegakan hukumnya harus senantiasa berjalan sesuai

dengan komitmen KPPU sebagai lembaga independen yang melaksanakan hukum

persaingan usaha.8

Pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persekongkolan Tender

Pasal 22 dijelaskan bahwasanya

“pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan

atau menentukan pemenang tender sehingga dapat menyebabkan terjadinya

persaingan usaha tidak sehat”.

8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Jurnal Persaingan Usaha“, (Jurnal Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Edisi 1, Maret 2009), h.165.

Page 67: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

57

Pada kasus ini diduga telah terjadi persekongkolan terkait pemenangan tender

pengadaan 2 paket rekonstruksi yang telah dilakukan oleh Pejabat ULP serta

Panitia tender.

Pada dugaan pertama, yang diidentifikasikan sebagai bentuk persekongkolan

yang bersifat vertikal adalah persekongkolan yang dilakukan antara pihak Pokja

pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD Gorontalo yang dalam hal ini berlaku sebagai

Pejabat Pengadaan dengan para panitia tender yaitu PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya, dan PT. Maesa Jaya. Hal ini menyusul adanya proses tender yang dinilai

tidak wajar yang dilakukan oleh Pokja SKPD Gorontalo, yang dianggap

memfasilitasi pihak tertentu yang menawarkan produk tertentu untuk menjadi

pemenang tender. Hal ini menyusul adanya pengabaian hubungan afiliasi atau

kelompok usaha yaitu, antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa

Jaya, untuk mengikuti paket tender yang sama yaitu :

1) Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I di lingkungan Satker

PJN dan SKPD wilayah Gorontalo tahun anggaran 2014.

2) Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II di lingkungan Satker

PJN dan SKPD wilayah Gorontalo tahun anggaran 2014.

Pada dugaan kedua selanjutnya disebut sebagai persekongkolan horizontal

yang dilakukan antara para peserta tender, yakni PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya, dan PT. Maesa Jaya. Yang berdasarkan dokumen banyak terdapat

keterkaitan hubungan satu perusahaan dengan lainya diantara ketiga perusahaan

Page 68: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

58

tersebut. Mulai dari management, kesamaan teknis dokumen serta terdapat unsur-

unsur kesengajaan yang dilakukan dalam proses persaingan untuk mendapatkan

tender. Oleh karena itu kuat dugaan diantara ketiga perusahaan tersebut terafiliasi

satu dengan lainya. Afiliasi secara istilah berarti suatu cara mengembangkan

bisnis dengan cara memanfaatkan sosialisasi yang secara terarah dilakukan oleh

individu, badan usaha atau organisasi dan kedua belah pihak akan mendapatkan

keuntungan seperti yang sudah disepakati bersama.

Dari praktek ini dapat tejadi pembentukan kontrak sosial yang menghasilakn

sebuah pertalian. Dalam perusahaan yang dimaksud perusahaan terafiliasi adalah

perusahaan yang secara efektif dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung

dengan perusahaan atau beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau

kepemilikan atau kepengurusan yang sama atau saling berhubungan.

C. Indikasi Terjadinya Persekongkolan dalam Tender.

Dalam praktek persaingan usaha apabila terjadi adanya persekongkolan

dalam tender antar Penyedia Barang/Jasa dapat diindikasikan dengan adanya

berbagai macam hal diantaranya ditandai dengan terpenuhi sekurang-kurangnya 2

(dua) indikasi di bawah ini :

1) Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja,

bahan, alat, analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau

Page 69: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

59

spesifkasi barang yang ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau

dukungan teknis;

a) Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja, bahan,

alat, analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang

yang ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis; Poin ini

merujuk pada pelanggaran larangan yang diatur dalam UU No. 5/2009

tentang perjanjian yang dilarang. Diantaranya Pasal 4 tentang oligopoli

ayat 1 dan 2 :

(i) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau

pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(ii) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama

melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau

jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga)

pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%

(tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa

tertentu.

2) Seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS;

a) Seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS. Kalimat seluruh

penawaran menunjukkan bahwa rincian HPS yang semestinya rahasia,

Page 70: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

60

seperti diatur dalam Pasal 66 ayat 3, telah dilanggar atau bocor ke

penyedia.

3) Adanya keikutsertaan beberapa Penyedia Barang/Jasa yang berada

dalam 1 (satu) kendali;

a) Adanya keikutsertaan beberapa Penyedia Barang/Jasa yang berada

dalam 1 (satu) kendali; Indikasi ini lebih merefer pada larangan yang

diatur dalam UU No. 5/2009 pasal 26 dan 27 yaitu :

Pasal 26 : Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau

komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang

merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain, apabila

perusahaan-perusahaan tersebut:

i. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau

ii. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha;

atau

iii. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa

tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 27 : Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa

perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang

sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa

Page 71: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

61

perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar

bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:

i. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai

lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang

atau jasa tertentu;

ii. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai

lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.

4) Adanya kesamaan/kesalahan isi dokumen penawaran, antara lain

kesamaan/kesalahan pengetikan, susunan, dan format penulisan;

a) Indikasi ini seringkali ditemui pada penawaran yang berasal dari satu

group usaha atau berbeda group/perusahaan namun menggunakan

tenaga pembuat penawaran yang sama. Praktek penggunaan tenaga

pembuat penawaran menunjukkan bahwa penyedia memiliki

keterbatasan kapabilitas namun punya motivasi yang kuat untuk

memenangkan pemilihan.

Kesamaan/kesalahan dokumen teknis antar penawaran dapat dilihat

diantaranya kesamaan format dokumen, analisa harga satuan dan lain

sebagainya.

5) Jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan

nomor seri yang berurutan.

Page 72: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

62

a) Penerbit jaminan penawaran apalagi yang memiliki jaringan sangat luas

menerbitkan jaminan berdasarkan nomor urut penerbitan sehingga

penerbitan jaminan penawaran secara kolektif dijadikan salah satu

indikasi bahwa penyedia yang menawar berada dalam satu kendali.

Terkait indikasi-indikasi tersebut baru dapat dijadikan bukti terjadinya

persekongkolan apabila minimal terpenuhi 2 diantara 5 indikasi. Untuk itu pokja

harus cerdas dan cermat mengambil keputusan. Terkait surat dukungan teknis yang

sama apakah sudah dapat dinyatakan bersalah dan melanggar ketentuan, bahwasanya

kesamaan surat dukungan teknis tidak serta merta dapat dijadikan dasar

persekongkolan menurut Perpres 54/2010 pasal 83 selama indikasi yang lain tidak

terpenuhi.

Page 73: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

63

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

NOMOR 11/KPPU-L/2015 TENTANGPERSEKONGKOLAN TENDER

REKONSTRUKSI JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO

Pemaparan terkait persekongkolan tender pada rekonstruksi jalan nasional

provinsi Gorontalo yang telah dijelaskan pada bagian Bab sebelumnya akan

dikaitkan dengan Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015. Dalam bab ini akan

dibahas mengenai posisi kasus, petimbangan hukum putusan majelis KPPU dan

isi putusan majelis KPPU dari hasil Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015.

Penulis juga akan memberikan analisis terhadap putusan tersebut, dengan

menjawab rumusan masalah yang sudah ada tersebut.

A. Posisi Kasus

Dalam hal ini Pokja dinilai dengan sengaja mengabaikan evaluasi peralatan

sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya dan PT. Kakas Karya. Dalam

dokumen penawaran ditemukan adanya kesamaan peralatan utama minimal yang

ditawarkan oleh PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Rekonstruksi Tolango –

Bulontio II) dengan PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Rekonstruksi Tolango –

Bulontio I ).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor

14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 berbunyi

Page 74: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

64

“Dalam hal penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan

konstruksi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan

peralatan yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan

dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket

pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada

1 (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk

menentukan peralatan tersebut akan ditempatkan, sedangakan

untuk paket kpekerjaan lainya dinyatakan peralatan tidak ada

dan dinyatakan gugur”,

oleh karena itu pengabaian yang dilakukan oleh Pokja Gorontalo jelaslah

melanggar Peraturan Menteri tersebut.

Bahwasanya dengan adanya kesamaan peralatan yang ditawarkan oleh PT.

Nikita Raya dengan PT. Kakas Karya, seharusnya Pokja menggugurkan salah satu

dari peserta tersebut serta tidak menjadikan masing-masing pemenang untuk

paket yang berbeda namun dengan waktu pelaksanaan pekerjaan yang sama.

Dugaan kedua, selanjutnya dikatakan sebagai persekongkolan horizontal.

Berdasarkan hasil putusan KPPU tersebut, terjadi suatu praktek persekongkolan

yang dilakukan oleh PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya, hal

tersebut berdasarkan fakta-fakta hasil investigasi bahwasanya ketiga perusahaan

tersebut terbukti merupakan 1 (satu) kelompok usaha yang terafiliasi. Hal tersebut

dibuktikan berdasarkan hasil temuan investigator yaitu:

Page 75: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

65

1. Terdapat kesamaan alamat, nomor telpon dan nomor fax kantor dari ketiga

perusahaan tersebut;

2. Selanjutnya adanya hubungan keluarga diantara para pemilik PT. Nikita

Raya dengan PT. Kakas Karya, hal tersebut berdasarkan kepemilikan saham

Andre Gerungan sebanyak 80% di PT. Nikita Raya dan Melisa Gerungan memilik

40% saham di PT. Kakas Karya serta Demmy B Gerungan memiliki 60% saham

di PT. Kakas Karya berdasarkan pengakuan Direktur PT. Nikita Raya.

Bahwasanya Andre Gerungan dan Melisa Gerungan merupakan saudara kandung;

3. Terdapat kesamaan mengenai penyusunan dokumen penawaran tender hal

tersebut didasarkan pada pola kesamaan metadata, harga satuan serta format

penulisan dari dokumen penawaran yang diterbitkan;

4. Mengenai kesamaan IP address, yaitu suatu identitas numerik yang

dilabelkan pada 15 komputer yang berfungsi sebagai alamat lokasi jaringan,

terdapat kesamaan IP adress dari ketiga perusahaan tersebut yang diduga

dikerjakan oleh pihak /orang yang sama serta tempat yang sama pula;

5. Mengenai pengaturan kelengkapan dokumen penawaran. Hal tersebut

terkait penyusunan kelengkapan dokumen penawaran. Hal tersebut didasarkan

pada PT. Kakas Karya dapat memenuhi seluruh persyaratan pada paket

rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio I serta menjadi pemenang. Namun pada

paket rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio II, dengan sengaja tidak memenuhi

persyaratan dengan tidak menyerahkan jaminan penawaran asli sehingga

digugurkan oleh POKJA. Sedangkan hal sebaliknya dilakukan oleh PT. Nikita

Page 76: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

66

Raya yakni, dapat memenuhi seluruuh persyaratan pada paket rekonstruksi jalan

Tolango – Bulontio II, serta menjadi pemenang. Namun pada paket rekonstruksi

jalan Tolango – Bulontio I, dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan dengan

tidak menyerahkan jaminan penawaran asli sehingga digugurkan oleh POKJA.

Selanjutnya PT. Maesa Jaya pada paket rekonstruksi Tolango – Bulontio I,

dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan dengan tidak menyerahkan jaminan

penawaran asli, dan pada paket rekonstruksi Tolango – Bulontio II, PT. Maesa

Jaya memasukkan penawaran yang lebih tinggi dari PT. Nikita Raya, sehingga

digugurkan oleh POKJA pengadaan.

Selanjutnya adalah mengenai dampak persaingan yang timbul dari tindakan

persekongkolan yang dilakukan oleh sasama peserta tender tersebut dengan

panitia tender atau Kuasa Pengguna Anggaran, telah mengakibatkan timbulnya

persaingan usaha yang tidak sehat pada jalanya proses tender tersebut, karena

merupakan tindakan yang tidak jujur serta melawan hukum yang mengakibatkan

persaingan usaha yang tidak sehat.

B. Dasar Putusan Majelis

Setelah melalui tahap-tahap pemeriksaan pendahuluan serta tahap

pemeriksaan lanjutan, majelis memberikan putusan atas perkara Nomor 11/

KPPU-L/ 2015, berdasarkan pertimbangan unsur-unsur yang terpenuhi menurut

Page 77: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

67

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan uraian sebagai berikut:

1. Unsur pelaku usaha.

Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam pasal 1 angka 5 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 adalah perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk

badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; dalam perkara ini yang dimaksud pelaku

usaha adalah PT. Kakas Karya (Terlapor II), PT. Nikita Raya (Terlapor III), dan

PT. Maesa Jaya (Terlapor IV) dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi.

2. Unsur Bersekongkol.

Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan pedoman Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan Dalam

Tender adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain

atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan

peserta tender tertentu; unsur bersekongkol dapat berupa:

a. Kerjasama dua pihak atau lebih;

b. Secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan

penyesuaian dokumen dengan peserta lainya;

c. Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;

Page 78: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

68

d. Menciptakan persaingan semu;

e. Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan;

f. Tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam

rangka memenangkan peserta tender tertentu;

g. Pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak

terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang

mengikuti tender, dengan cara melawan hukum;

Tindakan yang dilakukan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV berupa

kerjasama antara dua pihak atau lebih dan/atau secara terang-terangan atau diam-

diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainya dengan

cara sebagai berikut:

a. Tentang adanya hubungan keluarga antara Terlapor III dan Terlapor II;

b. Tentang kesamaan alamat, nomor telpon, nomor faksa Terlapor II,

Terlapor III membuktikan adanya kerjasama diantara Terlapor II dan Terlapor III;

c. Tentang adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen penawaran

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV;

d. Tentang kesamaan IP Adress antara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor

IV;

e. Tentang pengaturan kelengkapan dokumen penawaran.

Page 79: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

69

Bahwa unsur-unsur tersebut merupakan unsur bersekongkol sesuai dalam

pedoman Pasal 22 huruf : (a) kerjasama antara dua pihak atau lebih, (b) secara

terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen

dengan peserta tender lainya, (c) membandingkan dokumen tender sebelum

penyerahan, (d) menciptakan persaingan semu. Bahwa dengan demikian,

persekongkolan horizontal terpenuhi.

Selanjutnya berdasarkan analisis tentang persekongkolan vertikal dengan

uraian sebagai berikut:

a. Terlapor I mengabaikan hubungan afiliasi atau kelompok usaha Terlapor

II, Terlapor III dan Terlapor IV untuk mengikuti paket tender yang sama;

b. Terlapor I mengabaikan evaluasi peralatan yang sama yang ditawarkan

oleh Telapor II, Terlapor III dan Terlapor IV merupakan bukti fasilitasi Terlapor

II untuk menjadi pemenang tender paket Tolango Bulontio I dan Terlapor III

untuk menjadi pemenang tender Paket Tolango Bulontio II.

Bahwa tindakan yang diuraikan tersebut merupakan unsur bersekongkol

sesuai Pedoman Pasal 22 huruf (e) sampai dengan huruf (g) yakni: “menyetujui

dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan; tidak menolak melakukan

suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa

tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta

tender tertentu; pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau

pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang

Page 80: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

70

mengikuti tender”. Dengan demikian persekongkolan vertikal pada Pelelangan

2 paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan

Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014 terpenuhi.

Pihak lain dalam perkara ini merupakan para pihak secara horizontal dan atau

vertikal yang peranya masing-masing bersekongkol satu sama lain untuk

memenangkan tender tersebut dengan uraian sebagai berikut;

3. Unsur Pihak Lain.

a. Pihak lain secara horizontal adalah perusahaan yang mengikuti tender

tetapi tidak memenangkan paket pekerjaan dan terlibat dalam kerjasama dalam

mengatur pemenang tender pada paket tender Tolango Bulontio I , yakni Terlapor

III dan Terlapor IV. Sedangkan pihak lain secara horizontal pada paket tender

Tolango Bulontio II adalah Terlapor II dan Terlapor IV;

b. Subjek hukum lain selanjutnya yang terlibat dalam persekongkolan

vertikal adalah Terlapor I yakni;

c. Pihak lain secara horizontal dalam tender perkara a quo adalah Terlapor

II, Terlapor III, dan Terlapor IV;

d. Pihak lain secara vertikal dalam tender perkara a quo adalah Terlapor I;

Maka dengan uraian tersebut dengan demikian unsur pihak lain dalam

perkara ini terpenuhi .

Page 81: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

71

4. Unsur Mengatur dan/atau Menentukan Pemenang Tender.

Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud dengan mengatur dan atau

menentukan pemenang tender yakni, “suatu perbuatan para pihak yang terlibat

dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untukk menyingkirkan

pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta

tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan pemenang

tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang,

peryaratan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender dan sebagainya”.

Penentuan pemenang tender tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut;

a. Adanya tindakan Terlapor I dengan sengaja mengabaikan fakta-fakta

kesamaan sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya;

b. Adanya kerjasama dalam bentuk komunikasi diantara Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV sehingga ditemukan kesamaan alamat, nomor

telepon dan faks milik Terlapor II dan Terlapor III, adanya kerjasama dalam

penyusuan dokumen penawaran, adanya kesamaan IP address, dan adanya

pengaturan kelengkapan penawaran milik Terlapor II, dan Terlapor III dan

Terlapor IV;

Dengan demikian unsur mengatur dan/atau menentukan pemenang tender

terpenuhi.

5. Unsur dapat Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Menurut Pasal 1 angka 6 dan pedoman Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat

adalah “persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi

Page 82: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

72

dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak

jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”. Dengan uraian

sebagai berikut;

a. Terlapor I yang mengabaikan hubungan afiliasi Terlapor II, Terlapor III

dan Terlapor IV untuk mengikuti tender yang sama dan adanya kelalaian Terlapor

I mengevaluasi peralatan yang sama yang ditawarkan Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV;

b. Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV yang melakukan kerjasama dan

persaingan semu sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa tindakan tersebut

merupakan tindakan yang tidak jujur dan menghambat persaingan usaha;

c. Persekongkolan tender yang dilakukan oleh para Terlapor dalam perkara a

quo tersebut menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat diantara peserta

tender lainya, tindakan tidak jujur dan melawan hukum yang dapat

menghilangkan persaingan dan berpotensi menumbulkan kerugian negara;

Dengan uraian-uraian tersebut, dengan demikian unsur-unsur dapat

mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat terpenuhi.

C. Analisis Putusan

Dalam memutus suatu perkara hakim dituntut untuk selalu dapat memenuhi

kriteria yang dapat memenuhi hasrat akan keadilan hukum (legal justice),

Page 83: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

73

keadilan sosial (social justice), dan keadilan moral (moral justice), meskipun

terkadang satu diantara ketiganya jarang dapat berdampingan beriringan satu

sama lain dan memenuhi ketiga unsur tersebut dalam satu putusan secara

bersamaan. Selain itu pula suatu putusan diharapkan dapat memenuhi ketentuan

terkait kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan

keadilan (gerechtigkeit).1

Berdasarkan rujukan Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tentang

pembahasan mengenai persekongkolan horizontal terkait adanya pengabaian

hubungan keluarga diantara peserta tender atau terafiliasi antara PT. Nikita Raya

(Terlapor III) dan PT. Kakas Karya (Terlapor II), hal tersebut terbukti dari

kepemilikian Andre Gerungan sebanyak 80% saham di PT. Nikita Raya, Melisa

Gerungan memiliki 40% saham di PT. Kakas Karya dan Demmy B. Gerungan

memiliki 60% saham di PT. Kakas Karya sebagaimana pengakuan Direktur Pt.

Nikit Raya Barce T. Nonggo, Andre Gerungan (Komisaris PT. Nikita Raya)

dengan Melisa Gerungan (Komisaris PT. Kakas Karya) merupakan saudara

kandung dari pasangan Hangky Gerungan (ayah) dan Meit Wala (ibu).

Mantan Kepala Cabang Manado PT. Maesa Jaya Barce T. Nonggo sekarang

menjadi Direktur dan Pemegang saham di PT. Nikita Raya. Recky Roring

(Direktur PT. Maesa Jaya) memiliki jabatan di PT. Nikita Raya dan PT. Kakas

1 Lilik mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan (Hukum

Acara Perdata, Hukum Acara Materil, Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perkara Perdata

Niaga). Cet. Ke-1, (Bandung: Alumni, 2009), h. 164.

Page 84: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

74

Karya) terbukti dari adanya nama Recky Roring di akta Berita Acara Rapat

Pemegang Saham Luar Biasa tertanggal 20 Mei 2014. Recky Roring adalah orang

yang biasa diberikan kepercayaan mengurus perusahaan milik Hangky Gerungan.

Berikut merupakan ilustrasi keterkaitan kepemilikan saham diantara ketiga

perusahaan tersebut:

Tabel 4.1

PT Nikita

Raya

PT Kakas

Karya

PT

Maesa Jaya

Andrea

Gerungan

80 %

saham

Melisa

Gerungan

40%

saham

Demmy

Bendeker

Gerungan

60%

saham

Geritje A

Mantiri

20 %

saham

Page 85: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

75

Selanjutnya keterkaitan kepengurusan antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya, dan PT. Maesa Jaya dengan ilustrasi sebagai berikut:

Tabel 4.2

PT Nikita

Raya

PT Kakas

Karya

PT Maesa

Jaya

Hengky

Gerungan

Komisaris Direktur

Pertama

Andre

Gerungan

Komisaris

Melisa

Gerungan

Komisaris

Demmy B

Gerungan

Direktur

Linda

Oktavia Rawung

80%

saham

Recky Roring 20 %

saham

Page 86: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

76

Meita

Wala

Direktur

pertama

Zelti Toar Komisaris

Pertama

Recky

Roring

Kuasa

Komisaris

Kuasa

komisaris

direktur

Direktur

Linda

Oktavia

Rawung

Komisaris

Berdasarkan uraian serta hasil ilustrasi tersebut hal yang dilakukan oleh

POKJA Pengadaan yang dinilai tidak sungguh-sungguh dalam mengevaluasi

melakukan pemeriksaan terkait hubungan afiliasi tersebut, panitia seharusnya

melakukan pemeriksaan secara mendetail serta klarifikasi dokumen terhadap para

peserta tender tentang adanya kesamaan pemegang saham yakni antara PT. Nikita

Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya, serta mengantisipasi adanya

kemungkinan pertentangan kepentingan, karena dalam tahap evaluasi kualifikasi

para penyedia mengisi form tanpa perlu membawa dokumen asli dan mengikuti

tahapan klarifikasi yang dapat dilihat dalam berita acara evaluasi sesuai dengan

Page 87: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

77

Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal

57 ayat 1 poin c butir (8) tentang pembuktian dokumen klarifikasi.

Ahli LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Achmad Zikrullah berpendapat adanya hubungan keluarga atau afiliasi diantara

para peserta tender dilarang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 6 huruf (e) dengan kutipan sebagai

berikut: “Para Pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

harus mematuhi etika sebagai berikut”:

“e). menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan

kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa”

Pada penjelasan Pasal 6 huruf e dijelaskan yang dimaksud dengan afiliasi

adalah keterkaitan hubungan, antar Penyedia Barang/Jasa, maupun antara

Penyedia Barang/Jasa dengan PPK dan/atau anggota ULP/Pejabat Pengadaan,

antara lain meliputi:2

1. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan

derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

2. PPK/Pejabaat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung

mengendalikan atau menjalankan perusahaan Penyedia Barang/Jasa;

2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 6 huruf

(e).

Page 88: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

78

3. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung

maupun tidak langsung oleh pihak yang sama yaitu lebih dari 50% (lima puluh

perseratus) pemegang saham dan/atau salah satu pengurusnya sama.

Dalam suatu pekerjaan tender, hubungan kekeluargaan dan kepemilikan yang

sama (afiliasi) merupakan bentuk persaingan semu dalam praktik tender, serta

merupakan indikasi dari adanya persekongkolan dalam tender, sesuai dalam

penjelasan pada Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Persekongkolan Dalam tender.

“adanya pemegang saham yang sama diantara peserta atau

panitia atau pemberi pekerjaan maupun pihak lain yang terkait secara

langsung dengan tender/lelang (benturan kepentingan)”.3

Oleh karena itu penulis sependapat dengan keputusan Majelis Komisi KPPU

terkait adanya hubungan kekeluargaan atau afiliasi diantara para peserta tender

dalam hal ini PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya, yang

secara jelas dilarang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Hal ini karena dengan terbuktinya adanya hubungan

kekeluargaan diantara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya,

membuktikan bahwasnya terdapat kerjasama diantara ketiga Terlapor tersebut

sehingga dapat disimpulkan terjadi persaingan semu diantara ketiga Terlapor.

3 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktik

Serta Penerapan Hukumnya, h.321.

Page 89: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

79

Tujuan utama dari Perpres Nomor 54 Tahun 2010, bertujuan agar dapat

menjaga tender tetap aman dari tindak praktik kecurangan demi menciptakan

persaingan usaha yang sehat dan fair (adil) sebagaimana sesuai dari harapan Pasal

22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persiangan Usaha Tidak Sehat. Namun dengan adanya keterkaitan hubungan

kekeluargaan antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya, dan PT. Maesa Jaya,

justru membuat persaingan dalam praktik tender tersebut tidak lagi relevan dan

menghilangkan harapan dari terciptanya persaingan usaha yang sehat dan adil

tersebut.

Tentang Persekongkolan Vertikal, terkait adanya pengabaian Pokja dalam

pengevaluasian peralatan yang sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya dan

PT. Kakas Karya yang melanggar ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

(Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 disebutkan; “ Dalam hal

penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi dalam waktu bersamaan

dengan menawarkan peralatan yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan

dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan,

maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenangn pada 1 (satu) paket pekerjaan

dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan peralatan tersebut akan

ditempatkan, sedngkan untuk paket pekerjaan lainya dinyatakan peralatan tidak

ada dan dinyatakan gugur”4.

4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1.

Page 90: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

80

Sedangkan dalam alat bukti dokumen terdapat kesamaan peralatan utama

minimal yang ditawarkan oleh PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Rekonstruksi

Tolango – Bulontio II ) dengan PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Rekonstruksi

Tolango – Bulontio I), seharusnya dengan adanya kesamaan peralatan yang

ditawarkan tersebut Pokja menggugurkan salah satu dari 2 peserta tender tersebut,

bukan justru menjadikanya keduanya pemenang dari dua paket tender yang

berbeda dengan waktu pelaksanaan yang sama. Dalam hal ini Penulis kembali

setuju dengan Putusan Majelis Komisi KPPU, karena Pokja dianggap telah

dengan sengaja mengabaikan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU)

Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal 6d ayat 1 tersebut.

Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres Nomor 54

Tahun 2010 dan Permen Nomor 14 Tahun 2013 disebutkan bahwa “peserta

menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website www.pu.go.id

sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam LDP”. Namun pada paket jalan

Tolango – Bulontio I hanya terdapat pemenang yaitu PT. Kakas Karya dan tidak

ada cadangan karena peserta tender lainya dinggap tidak memenuhi syarat

administrasi, sehingga dalam melakukan evaluasi hanya dilakukan terhadap

pemenang.

Berdasarkan file Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan Terlapor

III di Paket Jalan Tolango Bulontio II dimana Telapor III memiliki peralatan

berlebih sehingga dapat mendukung/menyewakan peralatan ke peserta lain untuk

Page 91: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

81

digunakan pada paket pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat

dikatakan kedua peserta berada dalam satu kendali dan apabila pada masa

pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung diperalatan yang sama

maka hal tesebut dapat dimungkinkan.

Selanjutnya pada paket Jalan Tolango Bulontio II terdapat 1 pemenang

PT.Nikita Raya dan 1 cadangan yakni PT. Maesa Jaya dimana peserta lainya

dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi dan tidak dilakukan evaluasi lebih

lanjut. Namun faktanya pengguguran peserta tender/lelang yang dilakukan oleh

Pokja Pengadaan, didasarkan oleh adanya pengabaikan ketentuan Otoritas Jasa

Keuangan pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II.

Bahwasanya sebelum berlangsungnya proses lelang pada perkara ini Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.04/NB/2013

tentang Pencantuman Klausula Dalam Polis Suretyship untuk tidak menjamin

kerugian yang disebabkan oleh Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang

menyatakan pada pokoknya “.... untuk tidak menjamin kerugian yang disebabkan

oleh: (a) Praktek KKN, (b) penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan

dalam dokumen penawaran, (c) tindakan yang dindikasikan disebabkan oleh hal-

hal sebagaimana disebutkan dalam huruf a dab b diatas.”.

Sesungghunya salah satu syarat wajib dalam pelelangan ini adalah adanya

Jaminan Penawaran yang dikeluarkan/diterbitkan oleh perusahaan asuransi atau

bank. Dalam hal ini Pokja Pengadaan telah menetapkan format Jaminan

Page 92: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

82

Penawaran untuk lelang Paket Rekonstruksi Tolango – Bulontio I dan Paket

Rekonstruksi Tolango – Bulontio II sebagaimana dimuat dalam dokumen lelang.

Dalam format yang diterbitkan oleh Pokja tersebut mengatur keberlakuan atau

dapat dicairkanya jaminan penawaran jika pihak terjamin:

1. Menarik kembali penawaranya selama dilaksanakanya pelelangan atau

sesudah dinyatakan sebagai pemenang;

2. Tidak menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah ditunjuk sebagai

pemenang, menandatangani kontrak, atau hadir dalam klarifikasi dan atau

verifikasi sebagai calon pemenang;

3. Terlibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Bahwasnya format yang ditetapkan oleh Pokja Pengadaan mengenai luas

jaminan kerugian ternyata berbeda dengan yang telah ditetapkan oleh OJK.

Beberapa dari peserta tender/lelang mengajukan penawaran dengan format sesiai

dengan ketentuan OJK yang jelas berbeda dengan format dari ketentuan Pokja

Pengadaan. Akibat dari adanya perbedaan format tersebut, Pokja Pengadaan

menguggurkan 4 (empat) peserta tender Paket Rekonstruksi Tolango – Bulontio

II, yaitu : PT. Mitha Prana Chasea, PT. Nugroho Lestari, PT. Gajah Tunggal, dan

PT. Bumi Karsa dengan alasan penawaran tidak sesuai format sebagaimana

disebutkan dalam Berita Acara Evaluasi Administrasi Nomor : POKJA-

PJN&SKPD-GTLO/APBN/2014/40.7 tanggal 15 Januari 2014.

Page 93: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

83

Dengan digugurkanya 4 (empat) perusahaan tersebut serta PT. Kakas Karya

tidak menyerahkan Jaminan Penawaran asli mengakibatkan hanya tersisa PT.

Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya sebagai penawar terendah.Selain itu terdapat

kesamaan penyebab gugurnnya PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya di

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I serta PT. Kakas Karya di Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II, sebagai syarat dan ketentuan pelelangan,

Pokja Pengadaan telah memberikan dokumen lelang dan addendum yang harus

dipenuhi oleh peserta tender dalam menyusun dokumen penawaran pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I serta PT. Kakas Karya di Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan terhadap

penawaran para peserta tender alasan gugurnya PT. Nikita Raya dan PT. Maesa

Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I dan alasan gugurnya

PT. Kakas Karya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II adalah

dengan penyebab yang sama yaitu masing-masing tidak menyerahkan jaminan

penawaran asli.

Mengenai kesamaan format penulisan pada dokumen penawaran PT. Kakas

Karya, PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya yaitu ditemukanya kesamaan pada

dokumen penawaran pada file “surat penawaran” antara PT. Kakas Karya, PT.

Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya, selanjutnya penawaran antara PT. Nikita Raya

dan PT. Maesa Jaya pada dokumen penawaran perusahaan tersebut di Paket

Page 94: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

84

Rekonstruksi Tolango Bulontio I, ketiga adalah kesamaan format/penulisan

dokumen antara PT. Kakas Karya dengan PT. Maesa Jaya pada dokumen

penawaran perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio II.

Selain itu, terdapat pula kesamaan beberapa harga satuan antara PT. Nikita

Raya dan PT. Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I serta

kesamaan harga satuan antara PT. Kakas Karya dengan PT. Maesa Jaya pada

Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I. Kesamaan beberapa harga satuan PT.

Kakas Karya dengan PT. Maesa jaya juga ditemukan pada Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio II. Terdapat pula adanya kesamaan jenis, kapasitasm

merk, tahun pembuatan dan kondisi peralatan pada dokumen peralatan minimal

utama milik PT. Kakas Karya dan PT. Nikita Raya. Kesamaan metadata file

dokumen penawaran dari PT. Kakas Karya, PT. Nikita Raya dan PT. Maesa Jaya

metadata merupakan hal-hal yang berkaitan dengan suatu file yang menjadi

identitas dari file tersebut, yang meliputi tittle, author, modifed, application, PDF

Producer.

Penulis menilai hal-hal yang dilakukan oleh POKJA dalam praktek tender

tersebut selaku Pejabat Pengadaan, telah melakukan kelalaian yang mengandung

unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan terhadap para peserta

tender, karena dengan mengabaikan surat dari OJK tersebut yang lebih dahulu

diterbitkan sebelum POKJA menerbitkan format standarnya yang menyebabkan

gugurnya peserta tender lain, terlebih hal-hal yang dilakukan oleh Pokja

Page 95: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

85

Pengadaan terkait pengguguran peserta lelang lainya dengan mengabaikan

ketentuan OJK pada paket rekonstruksi jalan Tolango – Bulontio II.

Pengguguran peserta tender tersebut merupakan suatu pencerminan maupun

suatu ketidaksungguh-sungguhan dalam pengevaluasian dokumen penawaran

yang dalam hal ini terdapat kesamaan dokumen diantara PT. Kakas Karya, PT.

Nikita Raya, dan PT. Maesa Jaya pada penawaran Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio II, Penulis nilai sebagai suatu bentuk usaha-usaha

persekongkolan vertikal terkait pemenangan tender kepada pihak tertentu menurut

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Oleh karena itu penulis juga

kembali setuju dengan keputusan Majelis Komisi KPPU.

1. Alasan Tidak Dihukumnya POKJA Pengadaan (Terlapor I ) Selaku

Panitia Tender Oleh KPPU.

Terdapat satu hal menarik dari perkara ini apabila melihat hasil putusan

Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015 ini yang juga penulis anggap sebagai salah satu temuan yang penulis

dapat. Yakni Terlapor I yang dinyatakan bersalah oleh Majelis KPPU secara sah

dan meyakinkan telah melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat. Namun

dalam putusanya, Terlapor I yaitu POKJA Pengadaan selaku Panitia tender tidak

dijatuhkan sanksi oleh majelis.

Page 96: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

86

Dalam perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, terdapat kegiatan persekongkolan

tender menurut pasal Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

persekongkolan tender yang terjadi salah satunya adalah persekongkolan vertikal

yang dilakukan oleh POKJA Pengadaan (Terlapor I) selaku panitia tender,

dengan para pelaku usaha (Terlapor II,III, dan IV) dalam usaha pemenangan 2

(dua) paket pelelangan rekonstruksi jalan nasional Provinsi Gorontalo Tahun

anggaran 2014. Persekongkolan tender vertikal menurut Pedoman Pasal 22

tentang Larangan Persekongkolan tender diartikan sebagai persekongkolan yang

terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa

dengan panitia tender atau panitia lelang atau penggna barang dan jasa atau

pemilik atau pemberi pekerjaan.

Pada perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tender yang dilakukan pada kasus ini

merupakan tender yang dilaksanakan oleh Pemerintah, karena dalam hal ini

terkait rekonstruksi jalan nasional. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kegiatan

persekongkolan yang dilakukan oleh panitia tender yang dalam hal ini melibatkan

pemerintah, dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan korupsi. Namun apabila

hal tersebut merupakan salah satu dari tindakan korupsi makan dengan demikian

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidaklah lagi dapat berlaku, tetapi

seharusnya merujuk kepada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, yaitu

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001.

Page 97: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

87

OECD report, bagian Indonesia, menjelaskan bahwa hubungan antara hukum

persaingan dan kegiatan korupsi di Indonesia terdapat dalam Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai larangan persekongkolan tender.

Persekongkolan secara vertikal antara pelaku usaha dan panitia tender tidak dapat

dipisahkan dari usaha korupsi.5 Dalam penanganan korupsi pada bidang

pengadaan barang/jasa publik tersebut melalui penegakan hukum persaingan,

KPPU dapat menggunakan beberapa cara guna menangani apabila terjadinya

praktik korupsi tersebut. Diantaranya melalu kerjasama dengan KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi). Melalui mandat KPK dapat diperbantukan oleh Polisi,

dan Jaksa untuk bekerjasama untuk mencegah dan mengambil tindakan akan

kegiatan korupsi tersebut.

KPPU sebagai lembaga penegak hukum dalam kegiatan persaingan usaha,

dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 memiliki

kewenangan untuk menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrasif sebagai

bentuk sanksi. Sanksi administratif diartikan sebagai perwujudan

overheidshandeling tentang keputusan, ketetapan, dan penetapan.6

Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU berwenang

dalam melakukan tindakan administratif terhadap para pelaku usaha yang

5 Adifyan Rahmat Asga, Ditha Wiradiputra, Analisa Kedudukan Hukum Panitia Tender

Dalam Persekongkolan Tender Secara vertikal (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor 04/KPPU-L/2013),

(Jurnal FH UI Tahun 2014), h.17.

6 Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI, Pedoman Larangan Persekongkolan dalam Tender

berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999, h.4.

Page 98: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

88

melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam penjelasanya

Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini menjelaskan

bahwasanya KPPU hanya berwenang menjatuhkan sanksi administrasi ini hanya

kepada para pelaku usaha,7 namun tidak untuk pihak lain yang terlibat dalam

suatu pelanggaran Undang-Undang tersebut.

Pada Pasal 22 disebutkan bahwasanya “Pelaku usaha dilarang bersekongkol

dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender

sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”.8 dalam

hal ini disebutkan ada pihak lain yang bersekongkol dengan pelaku usaha, namun

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini tidak menyebutkan

bahwasanya KPPU berwenang untuk memberikan sanksi administrasi kepada

pihak lain tersebut. Oleh karena itu dalam Putusan Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015, dengan mengacu pada Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam hal ini tidak bisa

menghukum pihak lain yang terlibat dalam persekongkolan tender tersebut yang

dalam perkara ini adalah POKJA Pengadaan selaku panitia tender yang

selanjutnya disebut Terlapor I berupa sanksi administratif.

7 Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. yang menyebutkan bahwa “Pelaku usaha adalah setiap

orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama, melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”.

8 Indonesia, Undang-Undang tentan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, Nomor Tahun 1999. Pasal 22.

Page 99: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

89

Jika dilihat dari kewenangan KPPU dalam memberikan sanksi Pidana Pokok

dan Pidana Tambahan yang berpedoman pada bunyi Pasal 44 ayat (4) dan (5),

pelanggaran tersebut bersifat keperdataan, sepanjang pelaku usaha menerima

putusan serta menjalankan tindakan administratif yang dijatuhkan oleh komisi

kepadanya. Namun, apabila pelaku usaha tidak melaksanakan putusan yang telah

dijatuhkan oleh komisi tersebut atau tidak kooperatif dalam pelaksanaanya,

pelanggaran tersebut beralih menjadi salah satu dugaan terhadap terjadinya suatu

tindak pidana.9 Apabila pelaku tidak menjalankan putusan komisi tersebut, komisi

berwenang mengajukan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan

penyidikan.

Dapat disimpulkan bahwasanya wewenang komisi dalam penjatuhan sanksi

terhadap pelanggaran ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 hanyalah

sebatas sanksi administratif saja sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (2).

Namun terkait sanksi pidana, merujuk pada hukum acara pidana yang berlaku

(KUHAP) dan hal tersbut telah menjadi kewenangan dari Pengadilan Negeri.10

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak sama sekali mengatur terkait

9 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999), Cet 1, ( Bandung; PT. Citra Aditya Bakti,2001), h.116.

10 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999), Cet 1, ( Bandung; PT. Citra Aditya Bakti,2001), h.116.

Page 100: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

90

kedudukan hukum panitia tender serta bagaimana sanksi yang diberikan apabila

panitia tender tersebut terbukti bersalah.

Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menegaskan

bahwasanya KPPU adalah Komisi yang dibentuk untuk mengawasi Pelaku Usaha

dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli

dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Definisi tersebut terlihat jelas bahwa

hanya pelaku usaha-lah yang merupakan domain KPPU. Bila KPPU dalam

perkara ini menghukum mereka yang bukan merupakan pelaku usaha atau bahkan

menghukum mereka yang bukan merupakan pelaku usaha, maka KPPU telah

bertindak diluar yuridiksinya sendiri sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Dapat dikatakan perbuatan yang dilakukan oleh KPPU adalah cacat

hukum dan juga bertentangan dengan hukum.11

Penjelasan pada Pasal 3 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tersebut, menyebutkan tujuan hukum persaingan usaha guna mencegah terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dapat ditimbulkan

oleh pelaku usaha. Jelas oleh karena itu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tersebut hanya berlaku untuk para pelaku usaha saja. Apabila kedudukan, status,

serta subjek hukumnya tidak dapat dikategorikan sebagai pelaku usaha, maka

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut tidaklah berlaku bagi mereka.

11 Adifyan Rahmat Asga dan Ditha Wiradiputra, Analisa Kedudukan Hukum Panitia Tender

Dalam Persekongkolan Tender Secara vertikal (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor 04/KPPU-L/2013),

(Jurnal FH UI Tahun 2014), h.16.

Page 101: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian skripsi penulis, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pada Putusan Perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-

L/2015 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja

Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi

Gorontalo Tahun Anggaran 2014, bahwasanya benar telah terjadi persekongkolan

dalam mekanisme tender pemenangan 2 paket rekonstruksi jalan nasional

tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan atas terpenuhinya unsur – unsur

pelanggaran yang dikategorikan sebagai suatu kegiatan persekongkolan tender.

Unsur-unsur yang terpenuhi tersebut adalah Unsur Pelaku Usaha. Unsur

Bersekongkol dalam hal ini terbukti terjadi atas persaingan semu yang terjadi

diantara Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV dalam hal ini dikatakan sebagai

Persekongkolan Horizontal dan terbukti adanya hubungan afiliasi diantara

ketiga terlapor tersebut. Terjadi Persekongkolan Vertikal diantara pelaku

usaha/pemenang tender dengan pihak lain yaitu POKJA Pengadaan sebagai

pemberi proyek dalam pengaturan pemenang tender. Unsur Pihak Lain juga

Page 102: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

92

terpenuhi, yaitu dengan yang dimaksud pihak lain dalam perkara ini adalah

POKJA Pengadaan. Selanjutnya yaitu Unsur Dampak Persaingan, dalam hal ini

kegiatan persekongkolan yang dilakukan oleh para peserta tender bersana dengan

Panitia tender dalam proses pelelangan tersebut jelas mengakibatkan persaingan

usaha yang tidak sehat. Menimbulkan akibat hukum yang menyatakan Terlapor I,

Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Selain itu pula, Majelis

Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga menjatuhkan denda kepada Terlapor II,

Terlapor III dan Terlapor IV juga dibebankan dengan nominal yang berbeda-beda

dan harus disetorkan ke kas negara. Semua keputusan yang dipertimbangkan oleh

Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha serta sanksi yang diberikan kepada

para Terlapor, penulis anggap merupakan berdasarkan pertimbangan yang matang

serta mengacu kepada ketentuan peraturan per-Undang-Undangan yang berlaku

dengan relevansi demi terciptanya persaingan usaha yang sehat adil dan

transparan.

2. POKJA Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional

dan SKPD Provinsi Gorontalo selaku Panitia Tender selanjutnya disebut sebagai

Terlapor I dinyatakan bersalah secara sah dan meyakinkan oleh Majelis KPPU,

namun tidak diberikan sanksi administratif, karena dengan alasan tidak satupun

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan usaha Tidak Sehat terdapat penjelasan terkait kewenangan KPPU

Page 103: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

93

dalam hal ini dapat memberikan sanksi dalam bentuk apapun kepada pihak lain

yang terlibat dalam persekongkolan tender, khususnya panitia tender. Kedudukan

hukum panitia tender ataupun pihak lain belum diatur secara jelas dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan usaha Tidak Sehat. Perlu diingat bahwasanya panitia tender bukanlah

pelaku usaha dan maka dari itu tidak bisa dihukum melalui Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha

Tidak Sehat. Karena pada intinya tujuan daripada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak

Sehat adalah untuk mengatasi kegiatan anti persaingan sehat yang dilakukan oleh

para pelaku usaha dan bukan untuk pihak yang tidak termasuk dalam kategori

pelaku usaha tersebut

B. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian skripsi penulis, dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Pada putusan perkara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-

L/2015 terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja

Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah Provinsi

Gorontalo Tahun Anggaran 2014, para Terlapor II, III dan IV yang terbukti

melakukan Persekongkolan horizontal karena adanya hubungan afiliasi, para

Terlapor mengeluhkan dengan alasan ketidak tahuan, bahwasanya hubungan

Page 104: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

94

afiliasi tersebut tidak diperbolehkan dalam suatu kegiatan tender karena dinilai

melanggar asas persaingan usaha sehat. Hal tersebut muncul dengan alasan para

Terlapor sebelumnya belum pernah sama sekali memperoleh sosialisasi terkait

tidak diperbolehkanya hubungan afiliasi tersebut dalam praktik tender. Ini dapat

menjadi pertimbangan untuk Pemerintah melalui panitia tender maupun pihak

yang diberikan mandat, agar dapat memberikan sosialiasi serta penyuluhan yang

jelas terkait ketentuan serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh para peserta

tender agar dapat berjalan sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Terhadap panitia tender seharusnya mendapat pengawasan yang lebih ketat dari

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, hal ini agar tidak terjadi kesewenangan

apabila terjadi indikasi kegiatan persekongkolan vertikal khususnya, dan apabila

KPPU tidak dapat memberikan sanksi kepada panitia tender diharapkan meminta

bantuan kepada KPK ataupun Pihak Kepolisian agar dapat menindaklanjuti

Panitia Tender yang melakukan kegiatan persaingan usaha tidak sehat tersebut,

karena mengingat kewenangan KPPU hanya diruang lingkup para pelaku usaha

saja.

Page 105: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

95

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, Cahaya Prima Sentosa, 2012. H. 2.

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai

Permasalahanya, Sinar Grafika, 2008. H.5.

Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha antara

teks &konteks, e-book : 2009.

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Eight Edition, Editor in Chief West

Publishing co, 2004.

Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU No 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, Jurnal

Ilmu Hukum Yustisia 2007: h.2.

Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No.

26 Tahun ke VI, April 2002.

Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis dan Perbandingan

UU No. 5 Tahun 1999, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001. H. 72.

Fahmi M Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010).

Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2009) h.1-2.

Jhony Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapanya di Indonesia, (Malang:Bayu Media, 2006).

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Konpress, 2006) h.24.

John N. Adams & Roger Brownsword, -Understanding Law, Great Britain;

Fontana Press, Tahun 1992, h.135.

Knud Hansen; Law Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair

Business Competition, Jakarta; Katafis, 2002.

Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, Katalis-Publishing – Media Services, 2002. H. 323-

324.

Page 106: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

96

Knud Hansen. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, Katalis-Publishing– Media Services, 2002. h.389.

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung

2002.

Lilik mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik

Peradilan (Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Materil, Pengadilan

Hubungan Industrial, Pengadilan Perkara Perdata Niaga). Cet. Ke-1,

(Bandung: Alumni, 2009).

Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong era persaingan sehat, Citra

Aditya Bakti.2003 cet.2 . h. 42.

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di

Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010).

Rocky Marbun, S.H, M.H., Persekongkolan Tender barang/jasa, Pustaka Yustisia,

Jakarta 2010.

Soekanto, Sarjono, dkk. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

Jakarta, Rajawali Pers, 2011.

Susanti Adi Nugroho, Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha dalam

Litigasi Persaingan Usaha.CFISEL.Litigation Series.

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, dalam teori dan

praktek serta penerapan hukumnya, Kencana prenada media group,

Jakarta, 2012.

Suyud Margono; Hukum Anti Monopoli, Jakarta; Sinar Grafika, 2009.

Y. Budianto Monareh, dengan judul “Masalah Persekongkolan Tender dalam

Hukum Persaingan Usaha – Studi Kasus Putusan KPPU No.35/KPPU-

1/2010 Dalam Proyek Donggi Senoro”, Universitas Indonesia 2011.(Tesis

S2, Universitas Indonesia 2011).

Yakub Adi Krisanto, “Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik

Putusan KPPU tentang Persekongkolan Tender”, Jurnal Hukum Bisnis

24.No 2, Jakarta, Tahun 2005, h. 44-45.

Yuliana Juwita, Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum

Persaingan Usaha, Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan,

Jepang”, Universitas Indonesia 2012. (Tesis S2, Universitas Indonesia

2012).

Page 107: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

97

Perundang –undangan

KPPU, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pedoman Pasal 22; Pengertian tender mencangkup tawaran mengajukan harga

untuk menjual suatu barang dan/atau jasa.

Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11/KPPU-L/2015.

Keppres 80/2003 Tentang Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa, Pasal 3.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang

dan Jasa.

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal

6d ayat 1.

Internet

https://konsen.wordpress.com/2013/10/12/jenis-jenis-metoda-pendekatan-karya-

tulis/

http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf

http://www.kppu.go.id/id/putusan

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan#Jalan_nasional

6 Februari 2017, http:// www.reformasihukum.org.

Jurnal

Ditha Wiridiputra, Fenomena Persekongkolan, Tabloid Mingguan KONTAN No.

26 Tahun VI, April 2002.

Daniel Jusuf Said Sembiring, Persekongkolan Tender Secara Vertikal dan

Gabungan Horizontal dan Vertikal di Indonesia Ditinjau dari Putusan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun 2013 sampai Tahun 2014”,

http://e-journal.uajy.ac.id/10597/1/JurnalHK10983.pdf, Juli 2016.

Di AS terdapat dua lembaga yang menangani perkara pelanggaran hokum

persaingan usaha, pertama adalah Federal Trade Commission (FTC)

yang dapat memeriksa dan memutus perkara, dan kedua adalah Antitrust

Page 108: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

98

Division dari Departemen Kehakiman yang hanya memiliki kewenangan

menuntut.

Buku Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah. Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP) Tahun 2012. Hal. 16

Konsolidasi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Terbitan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP) Tahun 2015. Hal.4.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha “Jurnal Persaingan Usaha“, Jurnal Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Edisi 1 (Maret 2009), h.165.

Proyek ELIPS bekerja sama dengan Partnership for Business Competition,

Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, 1999,

h.126-127.

Page 109: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

SALINAN

P U T U S A N

Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya

disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 tentang

Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

terkait Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan di Lingkungan Satuan Kerja

Pelaksanaan Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Wilayah

Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014, yang dilakukan oleh:-------------

1. Terlapor I : Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker

Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi

Gorontalo Tahun Anggaran 2014, yang beralamat

kantor di Jalan Yusuf Hasiru Nomor 7, Kelurahan

Tanggikiki, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo;------

2. Terlapor II : PT Kakas Karya, yang beralamat kantor pusat di

Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas

Kabupaten Sorong, Papua Barat dan kantor cabang di

Kompleks Megamas Blok D1 Lantai 2, Manado;--------

3. Terlapor III : PT Nikita Raya, yang beralamat kantor di Jalan

Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-

Papua Barat dan berkantor cabang di Kompleks

Megamas Blok D1 Lt. 2, Manado ketika tender a quo

pindah ke Jalan Piere Tendean Nomor 106, Manado;--

4. Terlapor IV : PT Maesa Jaya, yang beralamat kantor di Jalan

Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-

Papua Barat dan berkantor cabang di Jalan Harapan

Nomor 149 Kelurahan Winangun Satu Lingk. IV

Kecamatan Malalayang Manado;---------------------------

Majelis Komisi: ----------------------------------------------------------------------- Setelah membaca Laporan Dugaan Pelanggaran; -------------------------------

Page 110: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

2 SALINAN

Setelah membaca Tanggapan para Terlapor terhadap Laporan Dugaan

Pelanggaran; ---------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar keterangan para Saksi; --------------------------------------

Setelah mendengar keterangan Ahli; ----------------------------------------------

Setelah mendengar keterangan para Terlapor ; ----------------------------------

Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; -

Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator dan

para Terlapor ; -------------------------------------------------------------------------

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah menerima laporan

tentang adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 terkait Tender Rehab/ Pemeliharaan Jalan Lingkar

Timur Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran

2013; ------------------------------------------------------------------------------

2. Menimbang bahwa setelah dilakukan penyelidikan, pemberkasan dan

gelar laporan maka Komisi menyatakan layak untuk masuk ke tahap

pemeriksaan pendahuluan; ---------------------------------------------------

3. Menimbang bahwa selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan

Komisi Nomor 35/KPPU/Pen/XI/2015 tanggal 10 November 2015

tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015

(vide bukti A1); -------------------------------------------------------------------

4. Menimbang bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan

Pendahuluan tersebut, Komisi menetapkan pembentukan Majelis

Komisi melalui Keputusan Komisi Nomor 50/KPPU/Kep.3/XI/2015

tanggal 10 November 2015 tentang Penugasan Anggota Komisi

sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara

Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A2); -----------------------------------

5. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

34/KMK/Kep/XI/2015 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan

Pendahuluan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, yaitu dalam jangka

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal

20 November 2015 sampai dengan tanggal 5 Januari 2016 (vide bukti

A4); --------------------------------------------------------------------------------

6. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan

Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan

Page 111: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

3 SALINAN

Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi

tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, dan Surat

Panggilan Sidang Majelis Komisi I kepada para Terlapor (vide bukti A7

s/d A18) ; -------------------------------------------------------------------------

7. Menimbang bahwa pada tanggal 20 November 2015, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi I dengan agenda Pembacaan

dan/atau Penyerahan Salinan Laporan Dugaan Pelanggaran oleh

Investigator kepada para Terlapor, yang dihadiri oleh Investigator dan

Terlapor I (Terlapor I Pengadaan III), Terlapor II (PT Kakas Karya),

Terlapor III (PT Nikita Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa Jaya) (vide

bukti B1); -------------------------------------------------------------------------

8. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I, Investigator

membacakan Laporan Dugaan Pelanggaran (LDP) yang pada

pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti C33): ---------------

8.1 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dugaan

pelanggaran terkait dengan objek Pelelangan Paket

Rekonstruksi Jalan di lingkungan Satker PJN dan SKPD

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014 yang terdiri

dari Paket Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio I dan Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio II, Pasal 22 UU Nomor 5

Tahun 1999 dimana dalam ketentuan Pasal 22 UU Nomor 5

Tahun 1999 tersebut dinyatakan: -----------------------------------

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk

mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat

8.2 Selanjutnya apabila dirinci unsur – unsur ketentuan Pasal 22

UU Nomor 5 Tahun 1999 tersebut maka dapat diuraikan

sebagai berikut: --------------------------------------------------------

8.2.1 Pelaku Usaha --------------------------------------------------

Pelaku usaha yang dimaksud dalam dugaan

pelanggaran Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam

tender tersebut adalah: --------------------------------------

8.2.1.1 PT Nikita Raya, beralamat di Jalan Tuturuga

Klamalu Distrik Aimas Sorong-Papua Barat

yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian

PT Nomor 08, Tanggal 16 November 2002 di

hadapan Notaris Semuel Lisina, SH., yang

diperbaharui dengan Akte Perubahan Nomor

Page 112: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

4 SALINAN

01, Tanggal 01 Desember 2011 di hadapan

Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., dengan

kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan

Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan

lingkungan, termasuk perawatannya. ---------

8.2.1.2 PT Kakas Karya, beralamat di Jalan Tuturuga

Klamalu Distrik Aimas Sorong-Papua Barat

yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian

PT Nomor 08, Tanggal 13 Januari 2004 di

hadapan Notaris saal Bumela, SH yang

diperbaharui dengan Akte Perubahan Nomor

25, Tanggal 21 Januari 2013 dihadapan

Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH dengan

kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan

Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan

lingkungan, termasuk perawatannya. ---------

8.2.1.3 PT Maesa Jaya, beralamat di Jalan Tuturuga

Klamalu Distrik Aimas Sorong -Papua Barat

yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian

PT Nomor 06, Tanggal 09 Desember 2003 di

hadapan Notaris B. Rum Riviani Warsito, SH

yang diperbaharui dengan Akte Perubahan

Nomor 2, Tanggal 2 April 2009 di hadapan

Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, SH dengan

kegiatan usaha di bidang usaha Sipil dengan

Sub bidang Usaha yaitu Jalan raya, Jalan

lingkungan, termasuk perawatannya. ---------

8.2.2 Pihak Lain ------------------------------------------------------

Dalam hal ini yang dimaksud pihak lain yang diduga

melakukan persekongkolan (secara langsung maupun

tidak langsung) telah dilakukan oleh: ---------------------

8.2.2.1 Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD

Provinsi Gorontalo yang diangkat

berdasarkan Revisi Surat Keputusan Kepala

Unit Layanan Pengadaan Balai Pelaksanaan

Jalan Nasional XI Nomor: HK. 01.22/KPTS-

ULP/BPJN XI/2013 Tentang Pokja

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di

Page 113: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

5 SALINAN

Lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan

Nasional XI Tahun Anggaran 2014. ------------

No Panitia Tender / Nama Penugasan 1. Ir. Jeffrey T. Moningkey Ketua 2. Franki Tangkudung Sekretaris 3. Ir. Farman Ali, MT Anggota 4. Friyanto Daud, ST Anggota 5. Ir. Agus Lagonda Anggota

8.2.3 Persekongkolan ------------------------------------------------

8.2.3.1 Persekongkolan Vertikal ------------------------

Bentuk persekongkolan vertikal yang

dilakukan dalam proses tender ini terindikasi

berdasarkan fakta-fakta pada saat proses

tender yang tidak wajar yang dilakukan oleh

Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional/SKPD

Provinsi Gorontalo di Lingkungan Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional XI Tahun

Anggaran 2014 yang bertujuan memfasilitasi

perusahaan tertentu yang menawarkan

produk tertentu menjadi pemenang tender.

Hal tersebut didasarkan pada fakta dan

analisis sebagai berikut:--------------------------

1) Mengenai adanya pengabaian hubungan

afiliasi atau kelompok usaha yaitu

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya untuk mengikuti paket

tender yang sama yaitu: --------------------

a) Pelelangan Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango – Bulontio I di

lingkungan Satker PJN dan SKPD

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014. ------------------------

b) Pelelangan Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango – Bulontio II di

lingkungan Satker PJN dan SKPD

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014. ------------------------

2) Mengenai adanya pengabaian Pokja

dalam mengevaluasi peralatan yang

Page 114: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

6 SALINAN

sama yang ditawarkan oleh PT. Nikita

Raya dengan PT. Kakas Karya; ------------

a) Bahwa berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum (Permen

PU) Nomor 14/PRT/M/2013, Pasal

6d ayat 1 disebutkan; “Dalam hal

Penyedia megikuti beberap paket

pekerjaan konstruksi dalam waktu

bersamaan dengan menawarkan

peralatan yang sama untuk

beberapa paket yang diikuti dan

dalam evaluasi memenuhi

persyaratan pada masing-masing

paket pekerjaan, maka hanya dapat

ditetapkan sebagai pemenang pada

1 (satu) paket pekerjaan dengan

cara melakukan klarifikasi untuk

menentukan peralatan tersebut akan

ditempatkan, sedangkan untuk

paket pekerjaan lainnya dinyatakan

peralatan tidak ada dan dinyatakan

gugur.” -------------------------------------------

b) Bahwa berdasarkan alat bukti

dokumen terdapat kesamaan

peralatan utama minimal yang

ditawarkan oleh PT Nikita Raya

(Pemenang Paket Rekonstruksi

Tolango – Bulontio II) dengan

PT Kakas Karya (Pemenang Paket

Rekonstruksi Tolango – Bulontio I);

c) Bahwa dengan adanya kesamaan

peralatan yang ditawarkan oleh

PT Nikita Raya dengan PT Kakas

Karya, seharusnya Pokja

menggugurkan salah satu dari

peserta tersebut dan tidak

menjadikannya masing-masing

pemenang untuk paket yang

Page 115: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

7 SALINAN

berbeda dengan waktu pelaksanaan

pekerjaan yang sama. -----------------

8.2.3.2 Persekongkolan Horizontal --------------------

Dalam tender ini, dugaan persekongkolan

yang dilakukan oleh PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya

didasarkan pada alasan dan fakta sebagai

berikut: ----------------------------------------------

1) Bahwa PT Nikita Raya, PT Kakas Karya

dan PT Maesa Jaya merupakan 1 (satu)

kelompok usaha dan atau terafiliasi yang

terbukti dari; --------------------------------

a) Kesamaan alamat, nomor telepon

dan nomor faks kantor ---------------

b) Adanya hubungan keluarga antara

Pemilik PT Nikita Raya dengan

PT Kakas Karya. Hal tersebut

terbukti dari kepemilikan Andre

Gerungan sebanyak 80% saham di

PT Nikita Raya dan Melisa

Gerungan memiliki 40% saham di

PT Kakas Karya dan Demmy B.

Gerungan memiliki 60% saham di

PT Kakas Karya sebagaimana

pengakuan Direktur PT Nikita Raya

Barce T. Nonggo. -----------------------

c) Andre Gerungan (Komisaris

PT Nikita Raya) dengan Melisa

Gerungan (Komisaris PT Kakas

Karya) adalah saudara kandung

dari pasangan Hangky Gerungan

(Ayah) dengan Meita Wala (Ibu). -----

d) Mantan Kepala Cabang Manado

PT Maesa Jaya Barce T. Nonggo

sekarang menjadi Direktur dan

pemegang saham di PT Nikita Raya.

e) Recky Roring (Direktur PT Maesa

Jaya) memiliki jabatan di PT Nikita

Page 116: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

8 SALINAN

Raya dan PT Kakas Karya hal itu

terbukti dengan adanya nama

Recky Roring di akta Berita Acara

Rapat Pemegang Saham Luar biasa

tertanggal 20 Mei 2014. --------------

f) Recky Roring adalah orang yang

biasa diberikan kepercayaan

mengurus perusahaan milik

Hangky Gerungan; --------------------

g) Bahwa apabila mengacu pada

ketentuan Pasal 6 huruf e

Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah ( Selanjutnya disebut

Pepres 54 Tahun 2010) disebutkan :

--------------------------------------------

“Para Pihak yang terkait dalam

pengadaan Barang/Jasa harus

mematuhi etika sebagai berikut: ----

e. menghindari dan mencegah

terjadinya pertentangan kepentingan

para pihak yang terkait, baik secara

langsung maupun tidak langsung

dalam proses Pengadaan Barang/

Jasa (conflict of interest); --------------

h) Bahwa ketentuan tersebut

dimaksudkan untuk menjamin

perilaku konsisten dari para pihak

dalam melaksanakan tugas, fungsi

dan perannya, sehingga para pihak

tidak boleh memiliki/melakukan

peran ganda atau terafiliasi; ---------

i) Bahwa yang dimaksud dengan

afiliasi adalah keterkaitan

hubungan, baik antar Penyedia

Barang/Jasa, maupun antara

Penyedia Barang/Jasa dengan PPK

Page 117: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

9 SALINAN

dan/atau anggota ULP/Pejabat

Pengadaan ntara lain meliputi

hubungan keluarga karena

perkawinan dan keturunan sampai

dengan derajat kedua, baik secara

horizontal maupun vertikal; ---------

j) Selain itu, ketentuan Pasal 19 ayat

4 Pepres 54 tahun 2010 dan

perubahannya Pepres 70 Tahun

2012 di disebutkan : ------------------

”Penyedia Brang/Jasa yang

keikutsertaannya menimbulkan

pertentangan kepentingan dilarang

menjadi penyedia Barang/Jasa” -----

k) Bahwa Pertentangan kepentingan

para pihak yang terkait, baik

langsung maupun tidak langsung

meliputi antara lain: ------------------

l) Dalam suatu badan usaha, anggota

Direksi atau Dewan Komisaris

merangkap sebagai anggota Direksi

atau Dewan Komisaris pada badan

usaha lainnya yang menjadi peserta

pada Pelelangan/Seleksi yang sama;

--------------------------------------------

m) Hubungan antara 2 (dua)

perusahaan yang dikendalikan, baik

langsung maupun tidak langsung

oleh pihak yang sama yaitu lebih

dari 50% (lima puluh persen)

pemegang saham. ---------------------

n) Bahwa selanjutnya, berdasarkan

ketentuan Pasal 5 huruf c, d dan e

Pepres 54 Tahun 2010 (Prinsip-

prinsip Pengadaan) dinyatakan

Pengadaan Barang / Jasa

menetapkan prinsip-prinsip

transparan, terbuka dan bersaing,

Page 118: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

10 SALINAN

artinya pengadaan barang/jasa

harus terbuka bagi penyedia

barang/jasa yang memenuhi

persyaratan dan dilakukan melalui

persaingan yang sehat di antara

penyedia barang/jasa yang setara

dan memenuhi syarat/kriteria

tertentu berdasarkan ketentuan

dan prosedur yang jelas dan

transparan; -----------------------------

o) Bahwa selanjutnya, berdasarkan

ketentuan pasal 17 ayat (6)

Undang-undang Nomor 18 Tahun

1999 tentang Jasa Konstruksi

disebutkan “Badan-badan Usaha

yang dimiliki oleh satu atau

kelompok orang yang sama atau

berada pada kepengurusan yang

sama tidak boleh mengikuti

pelelangan untuk satu pekerjaan

konstruksi secara bersamaan; ------

p) Bahwa berdasarkan fakta yang

diperoleh, PT Kakas Karya dan

PT Nikita Raya adalah perusahaan

yang awalnya didirikan oleh Hengky

Gerungan dan PT Maesa Jaya

dipimpin oleh orang kepercayaan

Hengky Gerungan (Recky Roring)

sehingga ketiga perusahaan

tersebut merupakan perusahaan

yang berada dalam satu group; -----

q) Bahwa atas dasar ketentuan-

ketentuan tersebut sangat jelas

bahwa salah satu prinsip dasar

dalam pengadaan barang/jasa

adalah persaingan sehat antar

peserta yang setara; -------------------

Page 119: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

11 SALINAN

r) Bahwa dalam hal terdapat dua atau

lebih peserta tender yang saling

terafiliasi dan mengikuti paket

tender yang sama, tentu akan

mengakibatkan peserta tender

tersebut menjadi memiliki posisi

tawar atau kemampuan bersaing

lebih tinggi dibandingkan peserta

tender yang lain karena memiliki

kesempatan untuk mengajukan dua

atau lebih penawaran pada satu

paket tender yang sama; -------------

s) Bahwa dalam hal terdapat dua atau

lebih peserta tender yang saling

terafiliasi dan mengikuti paket

tender yang sama, tentu akan

menimbulkan pertentangan

kepentingan (conflict of interest)

yang bertujuan untuk

mnguntungkan peserta tender

tertentu atau kelompoknya

sehingga dapat merugikan peserta

tender yang lain; -----------------------

t) Bahwa sebagai peserta tender yang

merupakan calon penyedia jasa,

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya seharusnya

mengetahui dan memahami

ketentuan-ketentuan yang

berkaitan dengan tender yang telah

diuraikan dalam Pepres 54 Tahun

2010 dan perubahannya Pepres 70

Tahun 2012; ----------------------------

u) Oleh karena itu, keberadaan

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya sebagai peserta

tender pada paket tender yang sama

jelas bertentangan dengan prinsip

Page 120: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

12 SALINAN

dasar tersebut karena telah

mengurangi tingkat persaingan

dalam tender dan melanggar prinsip

kesetaraan dalam tender; ------------

2) Mengenai Kesamaan Alamat, Nomor

Telepon dan Faximile PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya ------

a) Bahwa ditemukan kesamaan baik

alamat Kantor maupun nomor

telepon Kantor Pusat antara

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya yang Berlokasi di

Sorong Provinsi Papua Barat sesuai

dengan dokumen penawaran bagian

kualifikasi sebagaimana yang

diuraikan pada fakta alamat, nomor

telpon Telepon dan faksimili Para

Pihak. ------------------------------------

b) Bahwa Kantor PT Nikita Raya

Cabang Manado dan PT Kakas

Karya Cabang Manado berada

dalam satu gedung kantor yang

sama, PT Nikita Raya Cabang

Manado berada di lantai 1 dan

PT Nikita Raya Cabang Manado

berada lantai yang berlokasi di

Jalan Piere Tendean Kawasan

Megamas Blok D No. 1 Manado

dengan Nomor telepon dan nomor

Faximile sebagaimana di uraikan

dalam Fakta Alamat, Nomor Telepon

dan Faximile Para Pihak. ------------

c) Bahwa berdasarkan keterangan

para pihak alamat Kantor Pusat

PT Nikita Raya dan PT Kakas Karya

masih berada pada alamat yang

sama sedangkan alamat Kantor

Pusat PT Maesa Jaya telah pindah

Page 121: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

13 SALINAN

sebagaimana diuraikan pada Fakta

Alamat, Nomor Telepon dan

Faximile Para Pihak. -------------------

d) Bahwa berdasarkan keterangan

para pihak dan penyelidikan

lapangan alamat kantor Cabang

PT Nikita Raya dan PT Kakas Karya

di Manado telah berubah dan tidak

berada dalam satu gedung kantor

lagi sebagaimana diuraikan dalam

Fakta Alamat, Nomor Telepon dan

Faximile Para Pihak. -------------------

e) Bahwa pada saat lelang Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango-

Bulontio I dan Paket Rekontruksi

Jalan Tolango-Bulontio II

berlangsung alamat, nomor telepon

dan faximile kantor Pusat dan

kantor Cabang PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya

adalah sama sehingga PT Nikita

Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya diduga kuat

bekerjasama untuk mengatur

PT Nikita Raya sebagai pemenang

pada Lelang Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio I dan

PT Kakas Karya sebagai pemenang

pada lelang Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio II. ------------

f) Bahwa dengan adanya kesamaan

alamat, nomor telepon dan nomor

faximile Kantor Pusat dan kantor

Cabang PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya maupun PT. Maesa Jasa

maka telah terjadi persekongkolan

horizontal dalam Lelang Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango

Page 122: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

14 SALINAN

Bulontio I dan Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio II. ------------

3) Mengenai Penyusunan Dokumen

Penawaran ------------------------------------

a) Bahwa yang menyusun dokumen

lelang adalah John Regard dan

dibantu oleh tim dari PT Maesa

Jaya yaitu Adi Sitorus, Aldrin

Tumangke, Jeri Rindengan dan saat

ini sudah tidak bekerja lagi di

PT Maesa Jaya. John Regard

merupakan staf PT. Nikita Raya dan

saat ini sudah tidak bekerja di

PT Nikita Raya lagi sekitar bulan

Mei atau Bulan juni. ------------------

b) Bahwa dugaan Pelanggaran terkait

dokumen penawaran disusun oleh

orang/pihak yang sama dapat

dilihat dari pola kesamaan

metadata, harga satuan dan

format/penulisan dokumen

penawaran. -----------------------------

c) Bahwa dengan adanya pola

kesamaan metadata file dokumen

penawaran PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya

tersebut, kuat dugaan file tersebut

dibuat oleh pihak yang sama; -------

d) Bahwa dengan adanya pola harga

satuan dalam dokumen penawaran

PT. Nikita Raya, PT. Kakas Karya

dan PT. Maesa Jaya tersebut, kuat

dugaan file tersebut dibuat oleh

pihak yang sama. ----------------------

e) Bahwa dengan adanya format/

penulisan dokumen penawaran

dalam dokumen penawaran PT.

Nikita Raya, PT. Kakas Karya dan

Page 123: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

15 SALINAN

PT. Maesa Jaya tersebut, kuat

dugaan file tersebut dibuat oleh

pihak yang sama. ----------------------

4) Mengenai kesamaan IP Address -----------

a) Bahwa berdasarkan Fakta yang

diuraikan terdapat kesamaan

Internet Protocol (IP) Addres dalam

proses upload dokumen penawaran

milik PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya dan PT. Maesa Jaya dengan

alamat IP 182.6.235.18. --------------

b) Bahwa IP Address merupakan

identitas numerik yang dilabelkan

pada 15 komputer yang berfungsi

sebagai alamat lokasi jaringan; -----

c) Bahwa dengan mengupload

dokumen dengan IP Addres yang

sama, dapat dipastikan tempat

melakukan upload dokumen berasal

dari tempat yang sama; ---------------

d) Bahwa adanya kesamaan IP Addres

antara PT. Nikita Raya, PT. Kakas

Karya dan PT. Maesa Jaya maka

diduga pihak/orang yang mendaftar

dan men-upload dokumen

penawaran PT. Nikita Raya, PT.

Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya

pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio I dan

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II pihak/orang yang sama

di tempat yang sama pula. -----------

5) Mengenai pengaturan kelengkapan

dokumen penawaran PT. Nikita Raya,

PT. Kakas Karya dan PT. Maesa Jaya ----

a) Bahwa keseriusan para peserta

tender dapat terlihat dalam

Page 124: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

16 SALINAN

kesiapannya dalam menyusun dan

melengkapi dokumen penawaran. --

b) Bahwa PT. Kakas Karya pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I mampu memenuhi

seluruh persyaratan yang telah

ditetapkan oleh Pokja dan menjadi

Pemenang, sedangkan pada paket

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II, PT. Kakas Karya dengan

sengaja tidak memenuhi

persyaratan berupa Tidak

Menyerahkan Jaminan Penawaran

Asli sehingga digugurkan oleh

Pokja. -----------------------------------

c) Bahwa tindakan PT. Kakas Karya

yang melengkapi dokumen

penawaran pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I dan tidak melengkapi

dokumen penawaran pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II diduga merupakan

upaya pengaturan kelengkapan

dokumen tender untuk

memenangkan tender Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I dan sengaja mengalah

pada tender Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango – Bulontio II. ----------

d) Bahwa PT. Nikita Raya pada Paket

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II mampu memenuhi

seluruh persyaratan yang telah

ditetapkan oleh Pokja dan menjadi

Pemenang, sedangkan pada paket

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I, PT. Nikita Raya dengan

Page 125: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

17 SALINAN

sengaja tidak memenuhi

persyaratan berupa Tidak

Menyerahkan Jaminan Penawaran

Asli sehingga digugurkan oleh Pokja

Pengadaan. -----------------------------

e) Bahwa tindakan PT. Nikita Raya

yang melengkapi dokumen

penawaran pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II dan tidak melengkapi

dokumen penawaran pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I diduga merupakan upaya

pengaturan kelengkapan dokumen

tender untuk memenangkan tender

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio II dan sengaja mengalah

pada Pelelangan Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango – Bulontio I. -----------

f) Bahwa PT. Maesa Jaya, pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I, PT. Maesa Jaya dengan

sengaja tidak memenuhi

persyaratan berupa Tidak

Menyerahkan Jaminan Penawaran

Asli dan pada Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango – Bulontio II, PT.

Maesa Jaya memasukkan

penawaran yang lebih tinggi dari

PT. Nikita Raya, sehingga

digugurkan oleh Pokja Pengadaan. -

8.2.3.3 Mengenai Dampak Persaingan ----------------

Dampak terjadinya tindakan persekongkolan

yang dilakukan oleh sesama peserta tender

dan/atau peserta tender dengan Panitia

Tender dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran

tersebut secara jelas telah mengakibatkan

persaingan usaha yang tidak sehat dalam

Page 126: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

18 SALINAN

proses tender itu sendiri karena merupakan

tindakan tidak jujur dan melawan hukum

yang mengakibatkan persaingan usaha tidak

sehat. ------------------------------------------------

8.2.3.4 Kesimpulan ---------------------------------------

Berdasarkan verifikasi, klarifikasi, penelitian,

penilaian dan analisis dugaan pelanggaran

sebagaimana diuraikan tersebut di atas maka

Tim Investigator menyimpulkan terdapat

pelanggaran ketentuan Pasal 22 UU Nomor 5

Tahun 1999 yang dilakukan oleh: --------------

a) Pokja Pengadaan Barang / Jasa

Pemerintah Satker PJN dan SKPD

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014. ------------------------------

b) PT Kakas Karya. -----------------------------

c) PT Nikita Raya. -------------------------------

d) PT Maesa Jaya -------------------------------

9. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I tersebut, Ketua

Majelis Komisi memerintahkan Investigator untuk menyerahkan LDP

kepada masing-masing Terlapor dan selanjutnya Majelis Komisi

menetapkan Sidang Majelis Komisi II pada tanggal 26 November 2015

dengan agenda Penyerahan Tanggapan atas LDP disertai alat bukti

dari para Terlapor (vide bukti B1); -------------------------------------------

10. Menimbang bahwa pada tanggal 26 November 2015, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi II dengan agenda Penyerahan

Tanggapan Terlapor atas LDP serta Pengajuan Alat Bukti, yang

dihadiri oleh Investigator, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV (vide bukti B2); ----------------------------------------------------

11. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II tersebut, Terlapor I,

Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV telah menyerahkan

Tanggapan Terlapor atas LDP secara tertulis kepada Majelis Komisi.

(vide bukti B2); ------------------------------------------------------------------

12. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor I (Pokja

ULP) menyerahkan Tanggapan atas LDP yang pada pokoknya berisi

hal-hal sebagai berikut (vide bukti T1.1); ------------------------------------

12.1 Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan Paket

Rekonstruksi Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling

Page 127: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

19 SALINAN

berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda dengan Berita

Acara Hasil Evaluasi yang berbeda pula, akan tetapi tidak

menutup kemungkinan dapat diikuti oleh badan usaha yang

sama pada kedua paket tersebut; -------------------------------------

12.2 Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres

54 Tahun 2010 dan Permen No. 14 Tahun 2013 serta dalam

Dokumen Pengadaan Pasal 25.1 disebutkan : “peserta

menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website

www.pu.go.id sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam

LDP”; ------------------------------------------------------------------------

12.3 Terlapor I dalam melakukan evaluasi penawaran berdasarkan

file yang diupload oleh penyedia jasa dan melakukan klarifikasi

terhadap hal-hal yang dianggap kurang jelas; -----------------------

12.4 Pada paket Jalan Tolango Bulontio I hanya ada pemenang

(Terlapor II) dan tidak ada cadangan karena peserta lainnya

tidak memenuhi syarat adm sehingga dalam melakukan

evaluasi hanya dilakukan terhadap pemenang. Berdasarkan file

Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan Terlapor III di

paket Jalan Tolango Bulontio II dimana Terlapor III memiliki

peralatan berlebih sehingga bisa mendukung/ menyewakan

peralatan ke peserta lain untuk digunakan pada paket

pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat dikatakan

kedua peserta berada dalam satu kendali dan apabila pada

masa pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung

di peralatan yang sama maka hal tersebut masih dapat

dimungkinkan; ------------------------------------------------------------

12.5 Pada paket Jalan Tolango Bulontio II terdapat 1 pemenang

(Terlapor III) dan 1 cadangan (Terlapor IV) dimana peserta

lainnya dinyatakan tidak memenuhi syarat adm dan tidak

dilakukan evaluasi lebih lanjut; ----------------------------------------

12.6 Sesuai file Terlapor III dan Terlapor IV, Terlapor I menilai kedua

perusahaan tidak dalam satu kendali karena yang melakukan

penawaran adalah kantor cabang, alamat kantor cabang

berbeda, direksi berbeda, dan peralatan yang berbeda (tidak

saling mendukung); ------------------------------------------------------

12.7 Dalam dokumen pengadaan tahun 2014 belum mengatur

tentang IP Address sehingga kesamaan IP Address dari ketiga

Page 128: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

20 SALINAN

peserta dianggap Terlapor I belum termasuk yang harus

dievaluasi dan bukan bentuk kerjasama (afiliasi) -------------------

13. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor II (PT

Kakas Karya), Terlapor III (PT Nikita Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa

Jaya) telah memberikan Kuasa kepada kantor hukum Doan V. Tagah

& Associates yang selanjutnya menyerahkan Tanggapan atas LDP

Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang pada pokoknya berisi

hal-hal sebagai berikut (vide bukti T2.1, T3.1, dan T4.1); -----------------

13.1 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mengakui

adanya hubungan kekerabatan antara kepemilikan perusahaan

tersebut; --------------------------------------------------------------------

13.2 Bahwa sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007,

Direksi merupakan eksekutif dalam perseroan diberi tugas,

kewajiban serta wewenang penuh untuk menjalankan

kepengurusan perseroan. Kewenangan yang besar tersebut

pada hakikatnya sangat rawan untuk disalahgunakan, hal ini

sebagaimana yang terjadi pada management lama dalam hal ini

dilakukan oleh Gretje Mantiri dan John Regar (oknum direksi)

pada perusahaan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang

secara langsung atau tidak langsung telah beritikad tidak baik

dan bertindak tidak jujur sehingga perusahaan Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV mengalami kerugian materiil

sejumlah Rp 60.000.000.000,00 kepada pihak ketiga yang

terkait dalam pelaksanaan proyek pekerjaan yang dikerjakan

Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV; -----------------------------

13.3 Bahwa sebagai akibat kerugian yang disebabkan oleh oknum

direksi tersebut, oknum direksi tersebut telah diberhentikan

dari jabatannya lalu diangkat direksi yang baru dan yang

bersangkutan telah dilaporkan kepada pihak Kepolisian Daerah

Sulawesi Utara; -----------------------------------------------------------

13.4 Bahwa menyangkut larangan afiliasi dalam proses tender

sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999,

merupakan suatu hal yang kurang dipahami oleh Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV oleh karenanya mohon kepada

Majelis Komisi untuk mempertimbangkan bahwa Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV belum pernah memperoleh

sosialisasi secara jelas terkait persekongkolan dalam tender

yang dianggap sebagai suatu pelanggaran; --------------------------

Page 129: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

21 SALINAN

13.5 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mohon

pengampunan dari Majelis Komisi atas ketidaktahuan,

kekhilafan, dan kekeliruan mereka sehingga melakukan suatu

pelanggaran dalam mengikuti proses tender sebagaimana

perkara a quo; -------------------------------------------------------------

13.6 Bahwa dokumen kualifikasi yang disampaikan Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV telah sesuai dengan yang

disyaratkan di dalam penilaian kualifikasi (dokumen keuangan

maupun teknis) telah memenuhi persyaratan tersebut. Untuk

itu Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV merasa bahwa

dokumen kualifikasi yang disampaikan dalam pelelangan

memenuhi persyaratan sebagai peserta tender dan tidak

pernah mengatur dan ataupun melarang orang untuk

mengikuti tender dan atau membagi paket-paket pekerjaaan

tersebut; --------------------------------------------------------------------

13.7 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak

mengetahui adanya kesamaan Internet Protocol (IP address),

namun demikian ada kemungkinan dapat saja terjadi karena

pinjam meminjam peralatan komputer dan fasilitas internet

diantara para peserta adalah hal biasa dan secara yuridis

bukanlah suatu pelanggaran hukum; --------------------------------

13.8 Bahwa mengenai adanya dampak atas dugaan persekongkolan

yang dilakukan oknum direksi terdahulu, Terlapor II, Terlapor

III, dan Terlapor IV menyadari bahwa tindakan tersebut dapat

mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, tindakan yang

tidak jujur dan melawan hukum serta berpotensi menimbulkan

kerugian keuangan negara. Oleh karena itu Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV sekali lagi mohon pengampunan

dari Majelis Komisi dan mengharapkan pembinaan dari KPPU

agar pelanggaran ini tidak terulang di kemudian hari.-------------

14. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi,

selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor

11/KPPU/Pen/I/2016 tanggal 05 Januari 2016 tentang Pemeriksaan

Lanjutan Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A24); -----------

15. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan,

Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor

01/KPPU/Kep.3/I/2016 tanggal 05 Januari 2016 tentang Penugasan

Page 130: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

22 SALINAN

Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan

Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A25); -----------------------

16. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

01/KMK/Kep/I/2016 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan

Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015, yaitu dalam jangka waktu paling

lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 7 Januari

2016 sampai dengan tanggal 1 April 2016 (vide bukti A31); -------------

17. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan

Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Penetapan

Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi

tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan, dan Surat Panggilan

Sidang Majelis Komisi kepada para Terlapor (vide bukti A27, A28,

A29, A30, A32, A33); ------------------------------------------------------------

18. Menimbang bahwa pada tanggal 14 Januari 2016, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan

Saksi dari Investigator, Direktur Utama PT Nugroho Lestari, namun

yang bersangkutan tidak dapat menghadiri sidang dengan alasan ada

kegiatan di luar kota (vide bukti B3); ----------------------------------------

19. Menimbang bahwa pada tahap Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi untuk melakukan pemeriksaan

sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------

19.1 PT Nugroho Lestari sebagai Saksi pada tanggal 20 Januari

2016 (vide, B5); ---------------------------------------------------------

19.2 PT Mitha Prana Chasea sebagai Saksi pada tanggal 20 Januari

2016 (vide, B6); ---------------------------------------------------------

19.3 PT Bumi Karsa sebagai Saksi pada tanggal 05 Februari 2016

(vide bukti B7); ---------------------------------------------------------

19.4 Sdr. Jufri selaku Ahli IT pada tanggal 05 Februari 2016 (vide

bukti B9); ----------------------------------------------------------------

19.5 Deputi Direktur Pengawas Asuransi dan BPJS Kesehatan –

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia sebagai Saksi

pada tanggal 17 Februari 2016 (vide bukti B10); -----------------

19.6 Sdr. Ahmad Zikrullah sebagai Ahli Pengadaan pada tanggal 17

Februari 2016 (vide bukti B11); -------------------------------------

19.7 PT Bank Negara Indonesia (BNI) (Persero) Cabang Manado

sebagai Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B13);

Page 131: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

23 SALINAN

19.8 PT Asuransi Jasaraharja Putera Cabang Manado sebagai

Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B14); ---------

19.9 PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Cabang Manado

sebagai Saksi pada tanggal 25 Februari 2016 (vide bukti B15);

19.10 Terlapor I, Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satuan

Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi

Gorontalo Tahun Anggaran 2014 (Pokja/ULP), yang didalam

persidangan ini dihadiri oleh Sdr. Jeffrey Tonny Moningkey,

selaku Ketua Pokja/ULP dan didampingi oleh Sdr. Franky

Tangkudung, selaku Sekretaris Pokja/ULP (vide bukti B16); --

19.11 Terlapor II, PT Kakas Karya, yang didalam persidangan ini

dihadiri oleh Sdr. Ben Henser Enok, selaku Direktur PT Kakas

Karya (vide bukti B17); ------------------------------------------------

19.12 Terlapor III, PT Nikita Raya, yang didalam persidangan ini

dihadiri oleh Sdr. Barce Tinus Nongko, selaku Direktur PT

Nikita Raya (vide bukti B20); -----------------------------------------

19.13 Terlapor IV, PT Maesa Jaya, yang didalam persidangan ini

dihadiri oleh Sdr. Recky Roring, selaku Direktur PT Maesa

Jaya (vide bukti B21); -------------------------------------------------

20. Menimbang bahwa pada tanggal 23 Maret 2016, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda pemeriksaan

alat bukti berupa surat dan/atau dokumen baik yang diajukan oleh

pihak Investigator maupun pihak Terlapor, yang dihadiri oleh

Investigator, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV (vide bukti B22):

21. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti

berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh pihak

Investigator sebagai berikut: --------------------------------------------------

Kode Nama Dokumen Nomor dok Sumber Keterang an

C1

Dokumen hasil pelelangan Paket

Jalan Tolango Bulontio I

n/a Pokja Pengadaan Copy

C2 Dokumen hasil

pelelangan Paket Tolango Bulontio II

n/a Pokja Pengadaan Copy

C3

Akta Berita Acara Rapat Umum

Pemegang Saham LB PT Nikita Raya

45 Nikita Raya Copy

C4

Akta Berita Acara Rapat Umum

Pemegang Saham LB PT Kakas Raya

42 Pokja Pengadaan Copy

Page 132: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

24 SALINAN

C5 Surat Keputusan

Kepala ULP BJN XI TA 2014

HK.01.22/KPTS-

ULP/BPJNXI/1320

Pokja Pengadaan Copy

C6

Penyampaian Surat Keputusan Kepala ULP BPJN

XI

UM.01.03-Bb/BPJN-XI/1494

Pokja Pengadaan Copy

C7

Revisi Surat Keputusan Kepala

ULP BJN XI TA 2014

HK.01.22/KPTS-

ULP/BPJN XI/1493

Pokja Pengadaan Copy

C8

Perubahan Lampiran Surat

Keputusan Kepala ULP BPJN XI TA

2014

Pokja

Pengadaan Copy

C9

Surat Undangan Klarifikasi dan

verifikasi PT Kakas Karya

POKJA-PJN&SKP-

GTLO/APBN/2014/23.6a

Pokja Pengadaan Copy

C10

Surat Undangan Klarifikasi dan

verifikasi PT Nikita Raya

POKJA-PJN&SKP-

GTLO/APBN/2014/46.6a

Pokja Pengadaan Copy

C11

Surat Undangan Klarifikasi dan

verifikasi PT Maesa Jaya

POKJA-PJN&SKP-

GTLO/APBN/2014/46.6b

Pokja Pengadaan Copy

C12

Dokumen Pengadaan Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio II

Pokja

Pengadaan Copy

C13 Akta Pendirian

Perseroan Terbatas PT Nikita Raya

8 PT Nikita Raya Copy

C14 Akta Pendirian

Perseroan Terbatas PT Kakas Karya

8 PT Kakas Karya Copy

C15

Sanggahan Pengumuman

Pemenang Paket Tolango Bulontio II

006/BK-Dir.Opsl/201

4

PT Bumi Karsa Copy

C16 Jawaban Sanggahan

POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/2014/077.2

Pokja Pengadaan Copy

C17

Kronologis lelang dan dokumen

pengadaan Paket Tolango Bulontio I

Pokja Pengadaan Copy

C18

Kronologis lelang dan dokumen

pengadaan Paket Tolango Bulontio II

Pokja

Pengadaan Copy

Page 133: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

25 SALINAN

C19

Dokumen Penawaran PT

Kakas Karya Paket Tolango Bulontio I

n/a Pokja Pengadaan Copy

C20

Dokumen Penawaran PT

Maesa Jaya Paket Tolango Bulontio I

n/a

Pokja

Pengadaan Copy

C21

Dokumen Penawaran PT

Nikita Raya Paket Tolango Bulontio I

n/a

Pokja

Pengadaan Copy

C22

Dokumen Penawaran PT

Kakas Karya Paket Tolango Bulontio II

n/a

Pokja

Pengadaan Copy

C23

Dokumen Penawaran PT

Maesa Jaya Paket Tolango Bulontio II

n/a

Pokja

Pengadaan Copy

C24

Dokumen Penawaran PT

Nikita Raya Paket Tolango Bulontio II

n/a Pokja Pengadaan Copy

C25 Surat Tanda

Terima Laporan Polisi

n/a PT Nikita Raya Copy

C26

Formulir Permohonan

Surety Bond PT Kakas Karya

n/a PT Asuransi Jasaraharja

Putera Copy

C27

Formulir Permohonan

Surety Bond PT Nikita Raya

n/a PT Asuransi Jasaraharja

Putera Copy

C28

Copy Biodata WNI Konsolidasi Pusat Dirjen Dukcapil

Kemendagri

C29 Jaminan

Penawaran PT Bumi Karsa

SB 0454497 PT Bumi Karsa copy

C30

Jaminan Penawaran PT Mitha Prana

Chasea

SC 13143234

PT Mitha Prana Chasea copy

C31 Jaminan

Penawaran PT Nugroho Lestari

SB 00119313

PT Nugroho Lestari Copy

C32

Keputusan Deputi Penegakan Hukum tentang Penugasan

Satuan Tugas Investigator dalam

Pemeriksaan Pendahuluan

Perkara 11/KPPU-L/2015

101.5/D.2/Kep/XI/2015 KPPU 3 lembar

C33 Laporan Dugaan

Pelanggaran terkait Dugaan

KPPU 42 halaman

Page 134: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

26 SALINAN

Pelanggaran UU 5/1999 terkait

Pengadaan Barang/Jasa BPJN

XI Wil Gorontalo TA 2014

C34

Daftar Awal Saksi dan Ahli Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015

KPPU 2 lembar

C35

Keputusan Deputi Penegakan Hukum tentang Penugasan

Satuan Tugas Investigator dalam

Pemeriksaan Lanjutan Perkara 11/KPPU-L/2015

09/DH/Kep/I/2016 KPPU 3 lembar

C36

Kesimpulan Hasil Persidangan

Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015

KPPU 49 halaman

22. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti

berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor I

(Terlapor I Pokja Pengadaan) sebagai berikut: ------------------------------

22.1 Tanggapan Laporan Dugaan Pelanggaran Terlapor I (vide bukti

TI.1); -----------------------------------------------------------------------

22.2 Kesimpulan Hasil Persidangan (vide bukti TI.2); -------------------

23. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti

berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor II (PT

Kakas Karya) sebagai berikut: ------------------------------------------------

23.1 Surat Kuasa dari Terlapor II kepada Kuasa Doan.V Tagah &

Associate(vide bukti TII.1); ---------------------------------------------

24. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti

berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor III (PT

Nikita Raya) sebagai berikut: --------------------------------------------------

24.1 Surat Kuasa dari Terlapor III kepada Kuasa Doan.V Tagah &

Associate (vide bukti TIII.1); -------------------------------------------

25. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti

berupa surat dan/atau dokumen yang diajukan oleh Terlapor IV (PT

Maesa Jaya) sebagai berikut: --------------------------------------------------

25.1 Surat Kuasa dari Terlapor IV kepada Kuasa Doan.V Tagah &

Associate (vide bukti TIV.1); -------------------------------------------

25.2 Tanggapan atas Laporan Dugaan Pelanggaran dari Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV (vide bukti TIV.2); ---------------------

Page 135: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

27 SALINAN

25.3 Kesimpulan Hasil Persidangan dari Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV (vide bukti TIV.3). -----------------------------------------

26. Menimbang bahwa pada tanggal 30 Maret 2016, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Penyerahan

Kesimpulan Hasil Persidangan yang diajukan baik dari pihak

Investigator maupun pihak Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV (vide bukti B23); --------------------------------------------------

27. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Hasil

Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut

(C36): ------------------------------------------------------------------------------

27.1 Bahwa Investigator tetap berpegang teguh dalil-dalil

sebagaimana diuraikan dalam Laporan Dugaan Pelanggaran

(LDP) Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Perkara

Nomor 11/KPPU-L/2015 yang telah disampaikan dalam Duduk

Perkara diatas; -----------------------------------------------------------

27.2 Bahwa selain menguraikan kronologi Pelelangan dalam LDP

dimaksud, Investigator menguraikan fakta lain sebagai berikut:

27.2.1 Pokja pengadaan menggugurkan peserta lelang dengan

mengabaikan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan pada

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II ------------

1) Bahwa sebelum lelang pada perkara ini

berlangsung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada

tanggal 18 September 2013 mengeluarkan Surat

Edaran Nomor SE.04/NB/2013 tentang

Pencantuman Klausula Dalam Polis Suretyship

untuk Tidak Menjamin Kerugian yang Disebabkan

oleh Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang

pada angka menyatakan pada pokoknya: -----------

“...untuk tidak menjamin kerugian yang

disebabkan oleh:

a. Praktek KKN

b. Penipuan/pemalsuan atas informasi yang

disampaikan dalam dokumen penawaran

c. Tindakan yang diindikasikan disebabkan

oleh hal-hal sebagaimana disebutkan dalam

huruf (a) dan (b) di atas.”

2) Bahwa salah satu syarat wajib dalam pelelangan

ini adalah adanya Jaminan Penawaran yang

Page 136: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

28 SALINAN

dikeluarkan/diterbitkan oleh perusahaan

asuransi atau bank -------------------------------------

3) Bahwa dalam rangka pelelangan ini, Pokja

Pengadaan telah menetapkan format Jaminan

Penawaran untuk lelang Paket Rekonstruksi

Tolango-Bulontio I dan Paket Rekonstruksi

Tolango Bulontio II sebagaimana dimuat dalam

dokumen lelang; -----------------------------------------

4) Bahwa pada format yang ditetapkan oleh Pokja

Pengadaan pokoknya mengatur keberlakuan atau

dapat dicairkannya jaminan penawaran jika pihak

terjamin: --------------------------------------------------

a.) Menarik kembali penawarannya selama

dilaksanakannya pelelangan atau sesudah

dinyatakan sebagai pemenang; -----------------

b.) Tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan

setelah ditunjuk sebagai pemenang,

menandatangani kontrak, atau hadir dalam

klarifikasi dan atau verifikasi sebagai calon

pemenang; ------------------------------------------

c.) Terlibat korupsi, kolusi dan nepotisme. -----

5) Bahwa dalam format yang ditetapkan oleh Pokja

Pengadaan mengenai luas jaminan kerugian

ternyata berbeda dengan yang telah ditetapkan

oleh OJK; -------------------------------------------------

6) Bahwa beberapa peserta lelang/tender

mengajukan jaminan penawaran yang formatnya

sesuai dengan ketentuan OJK tetapi berbeda

dengan format dari Pokja Pengadaan; ---------------

7) Bahwa sebagai akibat perbedaan format tersebut

di atas, Pokja Pengadaan telah menggugurkan 4

(empat) perusahaan peserta lelang Paket

Rekonstruksi Tolango Bulontio II, yaitu: PT Mitha

Prana Chasea, PT nugroho Lestari, PT Gajah

Tunggal, dan PT Bumi Karsa dengan alasan

Jaminan Penawaran tidak sesuai format sebagai

disebutkan dalam Berita Acara Evaluasi

Page 137: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

29 SALINAN

Administrasi Nomor: POKJA-PJN&SKPD-

GTLO/APBN/2014/40.7 tanggal 15 Januari 2014;

8) Bahwa dengan digugurkannya 4 (empat)

perusahan peserta tersebut di atas dan PT Kakas

Karya karena tidak menyerahkan Jaminan

Penawaran yang Asli mengakibatkan hanya PT

Nikita Raya dan PT Maesa Jaya sebagai penawar

terendah; --------------------------------------------------

27.2.2 Kesamaan alamat, nomor telepon, faksimili antara PT

Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya --------

1) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran peserta

terdapat adanya alamat, nomor telepon, faksimili

antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT

Maesa Jaya yaitu di Jalan Tuturuga Klamalu

Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat dengan nomor

telepon 0951-332367 dan faksimili 0951-332367;

2) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran terdapat

kemiripan alamat kantor cabang PT Kakas Karya

di Manado dan kantor cabang PT Nikita Raya di

Manado yaitu di Kawasan Megamas Blok D,

Manado; ---------------------------------------------------

3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran peserta

didapatkan adanya kesamaan, nomor telepon, dan

faksimil kantor cabang Manado amtara PT Kakas

Karya, PT Nikita Raya dan PT maesa Jaya yaitu

nomor telepon 0431-8880887 dan faksimile 0431-

879679; ---------------------------------------------------

4) Bahwa berbagai kesamaan atau kemiripan alamat

maupun nomor telepon dan nomor faksimili dapat

digambarkan sebagai tabel berikut: ------------------

PT. Nikita Raya PT. Kakas Karya PT. Maesa Jaya

Alamat Kantor Pusat di Sorong

Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367

Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367

Jalan Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorong - Papua Barat. Telp. 0951-332367 Fax. 0951-332367

Alamat Kantor

Jalan Piere Tendean

Komp. Megamas Blok D1 Lt. 2,

Jl. Harapan No. 149 Kel.

Page 138: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

30 SALINAN

Cabang Manado

Kawasan Megamas Blok D No. 1 Manado Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679

Manado. Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679

Winangun Satu Lingk. IV Kec. Malalayang Manado Telp. 0431-8880887 Fax. 0431-879679

5) Bahwa berdasarkan keterangan Barce T. Nongko

selaku Direktur PT Nikita Raya pada tahap

penyelidikan tanggal 9 Oktober 2014 mengakui

kantor cabang Manado PT Nikita Raya pindah dari

Jalan Pierre Tendean Kawasan Megamas Blok D

nomor 1 Manado ke Jalan Pierre Tenderan Nomor

106 Manado; ---------------------------------------------

6) Bahwa berdasarkan keterangan Benhenser Enok

selaku Direktur PT Kakas Karya pada tahap

Penyelidikan tanggal 30 Oktober 2014, yang

bersangkutan mengakui Kantor cabang PT Kakas

Karya di Manado ada di Jalan Pierre Tenderan

tetapi lupa nomor jalannya; ---------------------------

7) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring

selaku Direktur PT Maesa Jaya pada tahap

Penyelidikan tanggal 20 November 2014

menyatakan pada pokoknya Kantor cabang PT

Maesa Jaya di Manado telah tutup dan alamat

kantor pusat di Sorong pindah dari Jalan

Tuturuga Klamalu Distrik Aimas Sorang, Papua

Barat ke Jalan Sungai Maruni Komplek Ruko

Yupiter Nomor 7E Kota Sorong; -----------------------

8) Bahwa berdasarkan keterangan Benhenser Enok

pada saat penyelidikan lapangan pada tanggal 27

Januari 2015 di Manado, yang bersangkutan

mengakui bahwa kantor cabang PT Kakas Karya

di Manado sudah tidak ada, melainkan yang ada

di Gorontalo karena ada proyek disana yaitu di

Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto,

Kabupaten Gorontalo di belakang rumah dinas

Pemkab Gorontalo. --------------------------------------

Page 139: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

31 SALINAN

27.2.3 Kesamaan penyebab gugurnya PT Nikita Raya dan PT

Masa Jaya di Rekosntruksi Jalan Tolango Bulontio I

serta PT Kakas Karya di Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio II. -------------------------------------------

1) Bahwa sebagai syarat dan ketentuan Pelelangan,

Pokja Pengadaan telah memberikan dokumen

lelang dan addendum yang harus dipenuhi oleh

peserta tender dalam menyusun dokumen

penawaran pada paket Rekosntruksi Jalan

Tolango Bulontio I serta PT Kakas Karya di Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II; ------------

2) Bahwa sistem evaluasi tender Rekosntruksi Jalan

Tolango Bulontio I serta PT Kakas Karya di Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II

menggunakan sistem gugur pasca kualifikasi; -----

3) Bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan

oleh Pokja Pengadaan terhadap penawaran para

peserta tender adalah sebagai berikut: --------------

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II

PT Kakas Karya

Pemenang PT Nikita Raya

Pemenang

PT Nikita Raya

GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli

PT Maesa Jaya

Pemenang Cadangan

PT Maesa Jaya

GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli

PT Maesa Jaya

GUGUR, karena tidak menyerahkan jaminan penawaran Asli

4) Bahwa alasan gugurnya PT Nikita Raya dan PT

Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango-Bulontio I dan alasan gugurnya PT Kakas

Karya pada Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio II adalah sama yaitu tidak menyerahkan

jaminan penawaran Asli. -----------------------------

27.2.4 Mengenai kesamaan format/penulisan pada dokumen

penawaran PT Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT

Maesa Jaya. ----------------------------------------------------

Page 140: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

32 SALINAN

1) Bahwa terdapat kesamaan format/penulisan

dokumen penawaran pada file “surat penawaran”

antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT

Maesa Jaya; ----------------------------------------------

2) Bahwa kesamaan format/penulisan dokumen

penawaran antara PT Nikita Raya dengan PT

Maesa Jaya pada dokumen penawaran

perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi

Tolango Bulontio I, sedangkan format/penulisan

dokumen penawaran PT Kakas Karya berbeda; ----

3) Bahwa kesamaan format/penulisan dokumen

penawaran antara PT Kakas Karya dengan PT

Maesa Jaya pada dokumen penawaran

perusahaan tersebut di Paket Rekonstruksi

Tolango Bulontio II, sedangkan format/penulisan

dokumen penawaran PT Nikita Raya berbeda ------

4) Bahwa berbagai kesamaan format/penulisan

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: -----------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

Page 141: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

33 SALINAN

No.

2

3

4

5

7

2

3

4

6

Nama File

Surat Penawaran Paket Rekonstruksi Jalan Tolango -

Bulonti I

Surat Penawaran Paket Rekonstruksi Jalan Tolango -

Bulonti II

6

1Penulisan : Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo

Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo

1Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo

Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo

Penulisan : Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo

5

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan

Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013

Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I

Penulisan : Sepuluh

PT. Nikita Raya (Pemenang Paket Tolango - Bulontio II) PT. Maesa Jaya

Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013

Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I

Penulisan : Sepuluh

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014

Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013

Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),

PT. Kakas Karya (Pemenang Paket Tolango - Bulontio I)

Penulisan ; POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/002.3, tanggal 29 November 2013

Penulisan : adendum Dokumen Pengadaan,

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio I

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014

Penulisan ; POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/002.3, tanggal 29 November 2013

Penulisan : adendum Dokumen Pengadaan,

Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo

Ketentuan

Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014

Penulisan ; POKJA-PJN7&SKPD-GTLO/APBN/004.3 tanggal 18 Desember 2013

Penulisan : (serta Adendum Dokumen Pengadaan),

Penulisan ; Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II

Penulisan Sepuluh Milyar

Tempat dan tanggal dokumen ; Manado, 03 Januari 2014 -

POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/001.3

-

POKJA-PJN&SKPD-GTLO/APBN/001.3

-

-

Sepuluh Milyar

Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker PJN dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Pokja ULP tidak terkait untuk menetapkan penawaran terendah sebagai pemenang. Apabila dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan kami tidak akan menuntukt ganti rugi dalam bentuk apapun.

Kesamaan Format / Penulisan pada dokumen penawaran

-

-

27.2.5 Kesamaan beberapa harga satuan antara PT Nikita

Raya, dan PT Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi

Tolango Bulontio I serta kesamaan harga satuan

Page 142: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

34 SALINAN

antara PT Kakas Karya dengan PT Maesa Jaya pada

Paket Rekonstruksi Tolango Bulontio I:. ------------------

1) Bahwa dokumen harga satuan merupakan salah

satu dokumen yang akan dievaluasi sehingga

dokumen tersebut harus ada; -------------------------

2) Bahwa PT Nikita Raya, PT Kakas Karya, dan PT

Maesa Jaya juga mengajukan dokumen harga

satuan dalam dokumen penawarannya; -------------

3) Bahwa terdapat kesamaan harga satuan pada

dokumen penawaran PT Nikita Raya dengan PT

Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio I; --------------------------------------

4) Bahwa beberapa kesamaan sebagaimana

disebutkan pada butir diatas diuraikan pada tabel

berikut: ----------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

Page 143: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

35 SALINAN

No. Mata Pembayaran

Satuan Perkiraan Kuantitas Harga Satuan

(Rupiah) Jumlah Harga - harga

(Rupiah) Harga Satuan (Rupiah)

Jumlah Harga - harga (Rupiah)

Harga Satuan (Rupiah)

Jumlah Harga - harga (Rupiah)

a c d e f = (d x e)

1.2 LS 1.00 55,045,000 55,045,000 89,703,787 89,703,787 89,703,787 89,703,787 1.8 LS 1.00 17,840,000 17,840,000 10,072,000 10,072,000 10,072,000 10,072,000

72,885,000 99,775,787.00 99,775,787.00

2.1.(1) M3 1,322.64 44,498.61 58,855,641.53 73,376.57 97,050,786.54 73,376.57 97,050,786.54 2.2.(1) M3 716.43 606,741.02 434,687,468.96 510,414.09 365,675,966.50 501,656.09 359,401,472.56

493,543,110 462,726,753.04 456,452,259.10

3.1.(1a) M3 1,193.32 46,502.79 55,492,709 60,407.66 72,085,668.83 60,407.66 72,085,668.83 3.1.(2) M33.2.(1) M3 2,272.50 84,485.88 191,994,162 162,125.77 368,430,812.33 162,125.77 368,430,812.33 3.3 (1) M3 18,180.00 5,356.70 97,384,806 1,402.57 25,498,722.60 1,402.57 25,498,722.60

344,871,678 466,015,203.76 466,015,203.76

4.2.(2b) M3 909.00 307,757.76 279,751,804 239,766.39 217,947,648.51 234,426.79 213,093,952.11

279,751,804 217,947,648.51 213,093,952.11

DIVISI 5. PELEBARAN PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN5.1 (1) M3 1,818.00 549,310.38 998,646,271 524,256.41 953,098,153.380 516,014.87 938,115,033.66 5.1 (2) M3 2,727.00 504,760.83 1,376,482,783 486,891.30 1,327,752,575.10 480,377.48 1,309,989,387.96

2,375,129,054 2,280,850,728.48 2,248,104,421.62

6.1 (1)(a) Liter 15,453.00 13,729.37 212,159,955 11,894.65 183,808,026.45 11,894.65 183,808,026.45 6.1 (2)(a) Liter 6,363.00 13,775.18 87,651,470 12,489.63 79,471,515.69 12,489.63 79,471,515.69 6.3 (5a) Ton 1,553.40 599,864.43 931,829,406 643,471.60 999,568,783.44 639,391.78 993,231,191.05 6.3 (6a) Ton 2,337.69 593,450.92 1,387,304,281 588,930.87 1,376,737,805.49 601,288.16 1,405,625,318.75 6.3 (8a) Ton 245.48 11,117,938.92 2,729,231,646 11,246,340.00 2,760,751,543.20 11,246,340.00 2,760,751,543.20 6.3 (9) Kg 61.37 61,000.00 3,743,570 45,000.00 2,761,650.00 45,000.00 2,761,650.00

6.3 (10b) Kg 80,137.44 1,274.70 102,151,195 1,375.50 110,229,048.72 1,375.50 110,229,048.72

5,454,071,523 5,513,328,372.99 5,535,878,293.86

7.1. (7)a M37.1.(100 M37.3.(1) Kg7.3.(3) Kg7.9.(1) M3 194.68 741,360.09 144,327,982 649,138.07 126,374,199.47 639,747.54 124,546,051.09

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 144,327,982 126,374,199.47 124,546,051.09

8.4.(1) M3 340.88 159,246.81 54,284,053 224,634.95 76,573,561.76 224,634.95 76,573,561.76

54,284,053 76,573,561.76 76,573,561.76

10.1(1) LS10.1.(2) LS10.1.(3) LS 1.00 16,697,600.60 16,697,601 18,355,940.81 18,355,940.81 18,212,879.21 18,212,879.21 10.1.(4) LS 1.00 6,386,052.35 6,386,052 6,134,790.31 6,134,790.31 6,012,030.31 6,012,030.31 10.1.(5) LS 1.00 22,247,590.92 22,247,591 31,211,277.00 31,211,277.00 31,171,316.06 31,171,316.06

45,331,244 55,702,008.12 55,396,225.58

Total Total Total9,264,195,448 9,299,294,263.12 9,275,835,755.88

Nama Perusahaan

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio I

PT. Kakas Karya (Pemenang) PT. Maesa Jaya PT. Nikita Raya

Pemeliharaan Rutin Bahu JalanPemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan TimbunaPemeliharaan Rutin Perlengkapan JalanPemeliharaan Rutin Jembatan

Marka Jalan Termoplastik

DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTINPemeliharaan Rutin Perkerasan

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 8 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Pasangan Batu

DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR

Beton Mutu Sedang dengan fc'10 MpaBaja Tulangan U 24 PolosBaja Tulangan U 32 Ulir

Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen

DIVISI 7. STRUKTURBeton Mutu Sedang dengan fc'20 Mpa

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Bahan Anti Pengelupasan

Lapis Pondasi Agregat Kelas ALapis Pondasi Agregat Kelas B

DIVISI 6. PERKERASAN ASPALLapis Resap Pengikat - Aspal CairLapis perekat - Aspal CairLaston lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)Laston lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)Aspal Keras

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan)

Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Jumlah harga pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Harga Pekerjaan)

Timbunan BiasaPenyiapan Badan Jalan

DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAHGalian BiasaGalian Batu

DIVISI 2. DRAINASEGalian untuk Selokan Drainase dan Saluran AirPasangan Batu dengan Mortar

Manajemen dan Keselamatan lalu Lintas

Uraian

b

DIVISI 1. UMUMMobilisasi

Page 144: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

36 SALINAN

5) Bahwa terdapat kesamaan beberapa harga satuan

PT. Karya dengan PT. Maesa Jaya Pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango-Bulontio II: ------------

No. Mata Pembayar

anSatuan

Perkiraan Kuantitas

Harga Satuan (Rupiah)

Jumlah Harga - harga (Rupiah)

Perkiraan Kuantitas

Harga Satuan (Rupiah)

Jumlah Harga - harga (Rupiah)

Perkiraan Kuantitas

Harga Satuan (Rupiah)

Jumlah Harga - harga (Rupiah)

a c d e f = (d x e) d e f = (d x e) d e f = (d x e)

1.2 LS 1.00 89,703,787 89,703,787 1.00 102,573,787 102,573,787 1.00 55,045,000 55,045,000 1.8 LS 1.00 10,072,000 10,072,000 1.00 10,072,000 10,072,000 1.00 17,840,000 17,840,000

99,775,787 112,645,787 72,885,000.00

2.1.(1) M3 1,322.64 73,376.57 97,050,786.54 1,080.00 73,376.57 79,246,695.60 1,080.00 44,498.61 48,058,498.80 2.2.(1) M3 716.43 501,656.09 359,401,472.56 585.00 510,414.09 298,592,242.65 585.00 606,741.02 354,943,496.70

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 456,452,259 377,838,938.25 403,001,995.50

3.1.(1a) M3 1,193.32 60,407.66 72,085,669 28,274.40 60,407.66 1,707,990,341.90 28,274.40 44,288.37 1,252,227,088.73 3.1.(2) M3 130.35 218,787.83 28,518,993.64 130.35 320,039.48 41,717,146.22 3.2.(1) M3 2,272.50 162,125.77 368,430,812 5,512.50 162,125.77 893,718,307.13 5,512.50 112,207.80 618,545,497.50 3.3 (1) M3 18,180.00 1,402.57 25,498,723 40,612.50 1,402.57 56,961,874.13 40,612.50 5,356.70 217,548,978.75

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 466,015,204 2,687,189,516.79 2,130,038,711.20

4.2.(2b) M3 909.00 234,426.79 213,093,952 2,205.00 239,766.39 528,684,889.95 2,205.00 307,757.76 678,605,860.80

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 213,093,952 528,684,889.95 678,605,860.80

DIVISI 5. PELEBARAN PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN5.1 (1) M3 1,818.00 516,014.87 938,115,034 4,061.25 524,256.41 2,129,136,345.113 4,061.25 549,310.38 2,230,886,780.78 5.1 (2) M3 2,727.00 480,377.48 1,309,989,388 6,091.88 486,891.30 2,966,083,372.64 6,091.88 504,760.83 3,074,942,405.06

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 2,248,104,422 5,095,219,717.76 5,305,829,185.84

6.1 (1)(a) Liter 15,453.00 11,894.65 183,808,026 33,725.75 11,894.65 401,155,992.24 33,725.75 13,729.37 463,033,300.28 6.1 (2)(a) Liter 6,363.00 12,489.63 79,471,516 13,888.25 12,489.63 173,459,103.85 13,888.25 13,775.18 191,313,143.64 6.3 (5a) Ton 1,553.40 639,391.78 993,231,191 3,404.78 659,971.60 2,247,058,104.25 3,404.78 635,150.58 2,162,547,991.77 6.3 (6a) Ton 2,337.69 601,288.16 1,405,625,319 5,123.74 621,930.87 3,186,612,075.85 5,123.74 628,359.97 3,219,553,112.69 6.3 (8a) Ton 245.48 11,246,340.00 2,760,751,543 535.72 11,246,340.00 6,024,889,264.80 535.72 11,480,480.41 6,150,322,965.25 6.3 (9) Kg 61.37 45,000.00 2,761,650 133.93 45,000.00 6,026,850.00 133.93 61,000.00 8,169,730.00

6.3 (10b) Kg 80,137.44 1,375.50 110,229,049 138,069.00 1,375.50 189,913,909.50 138,069.00 1,274.70 175,996,554.30

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 5,535,878,294 12,229,115,300.49 12,370,936,797.92

7.1. (7)a M3 55.44 1,720,149.90 95,365,110.46 55.44 1,942,808.40 107,709,297.70 7.1.(100 M37.3.(1) Kg7.3.(3) Kg 9,582.20 15,252.05 146,148,193.51 9,582.21 19,070.44 182,736,960.87 7.9.(1) M3 194.68 639,747.54 124,546,051 269.86 649,138.07 175,176,399.57 269.86 607,915.27 164,052,014.76

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 124,546,051 416,689,703.54 454,498,273.33

8.4.(1) M3 340.88 224,634.95 76,573,562 826.88 224,634.95 185,746,147.46 826.88 159,246.81 131,678,002.25

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 8 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 76,573,562 185,746,147.46 131,678,002.25

10.1(1) LS10.1.(2) LS10.1.(3) LS 1.00 18,212,879.21 18,212,879 1.00 18,355,940.81 18,355,940.81 1.00 16,697,600.60 16,697,600.60 10.1.(4) LS 1.00 6,012,030.31 6,012,030 1.00 6,134,790.31 6,134,790.31 1.00 6,386,052.35 6,386,052.35 10.1.(5) LS 1.00 31,171,316.06 31,171,316 1.00 31,211,277.00 31,211,277.00 1.00 22,247,590.92 22,247,590.92

55,396,226 55,702,008.12 45,331,243.87

Total Total Total9,275,835,756 21,688,832,009.35 21,592,805,070.70

Pemeliharaan Rutin JembatanPemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan

Pasangan Batu

DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINORMarka Jalan Termoplastik

DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTINPemeliharaan Rutin PerkerasanPemeliharaan Rutin Bahu JalanPemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbun

Baja Tulangan BJ 32 Polos

Laston lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)Laston lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)Aspal KerasBahan Anti PengelupasanBahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen

DIVISI 7. STRUKTURBeton Mutu Sedang dengan fc'20 Mpa (K-250)Beton Mutu Sedang dengan fc'10 MpaBaja Tulangan U 24 Polos

Lapis perekat - Aspal Cair

DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALANLapis Pondasi Agregat Kelas S

Lapis Pondasi Agregat Kelas ALapis Pondasi Agregat Kelas B

DIVISI 6. PERKERASAN ASPALLapis Resap Pengikat - Aspal Cair

DIVISI 2. DRAINASEGalian untuk Selokan Drainase dan Saluran AirPasangan Batu dengan Mortar

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAHGalian BiasaGalian BatuTimbunan BiasaPenyiapan Badan Jalan

Jumlah harga pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Harga Pekerjaan)

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio IPT. Kakas Karya PT. Maesa Jaya PT. Nikita Raya (Pemenang)

Uraian

b

DIVISI 1. UMUMMobilisasiManajemen dan Keselamatan lalu Lintas

Nama Perusahaan

27.2.6 Adanya kesamaan Jenis, Kapasitas, Merk, Tahun

Pembuatan dan kondisi Peralatan pada Dokumen

Peralatan Minimal Utama milik PT Kakas Karya, dan

PT Nikita Raya. ------------------------------------------------

Page 145: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

37 SALINAN

1) Bahwa setiap peserta/perusahaan yang

mengajukan penawaran pada tender/pelelangan

pada perkara aquo harus mengajukan Daftar

Peralatan Minimal utama yang akan digunakan

apabila memenangkan tender/pelelangan ini ------

2) Bahwa PT Kakas Karya dan PT Nikita Raya juga

mengajukan Dokumen Daftar Peralatan Utama

Minimal; --------------------------------------------------

3) Bahwa berdasarkan alat bukti dokumen

penawaran PT Kakas Karya dan PT Nikita Raya

terdapat kesamaan peralatan utama minimal yang

ditawarkan oleh PT Nikita Raya (pemenang Paket

Rekontruksi Tolango Bulontio I) dengan PT Kakas

Karya (pemenang Paket Rekonstruksi Tolango

Bulontio II); -----------------------------------------------

4) Bahwa daftar peralatan utama minimal yang

ditawarkan PT Nikita Raya yaitu: ---------------------

5) Bahwa peralatan utama minimal yang ditawarkan

PT. Kakas Karya yaitu: ---------------------------------

6) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring

selaku Direktur PT. Maesa Jaya menyatakan

bahwa PT. Maesa Jaya ada ketergantungan alat

pada PT. Nikita Raya: -----------------------------------

Page 146: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

38 SALINAN

Nama File : : :Title : : :Author : : :Created : : :Modified : : :Application : : :PDF Producer : : :PDF Version : : :

PT. Kakas Karya (Pemenang)

Metadata Paket Rekonstruksi Jalan Tolango - Bulontio I

1.5GPL Ghostscript 8.151.4

PT. Maesa JayaSurat Penawaran-userFriday, January 03, 2014, 6:41:05 AMFriday, January 03, 2014, 6:41:05 AMMicrosoft Office Word 2007Microsoft Office Word 2007GPL Ghostscript 8.15

1.4

PT. Nikita RayaSurat PenawaranRAB Rekons jln Tolango-Bulontio I.xlsmnameFriday, January 03, 2014, 8:04:30 AMFriday, January 03, 2014, 8:04:30 AMPScript5.dll Version 5.2.2

Surat PenawaranRAB Rekons jln Tolango-Bulontio I.xlsmnameFriday, January 03, 2014, 11:15:53 AMFriday, January 03, 2014, 11:15:53 AMPScript5.dll Version 5.2.2

7) Bahwa berdasarkan dokumen lembar verifikasi

terhadap dokumen kualifikasi serta sertifikasi

kelayakan Asphalt Mixing Plant (AMP) PT Kakas

Karya, menyebutkan AMP yang digunakan oleh PT

Kakas Karya untuk Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio I didukung oleh PT Nikita Raya. -

27.2.7 Kesamaan metadata file dokumen penawaran dari PT

Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya --------

1) Bahwa metadata merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan suatu file yang menjadi identitas

dari file itu sendiri (BAP Ahli Jufri); ------------------

2) Bahwa setiap file pada dasarnya memiliki

metadata termasuk file dalam bentu “pdf” yang

meliputi tittle, author, modifed, application, PDF

Producer dan PDF version (BAP Ahli Jufri); ----------

3) Bahwa pada tahap pemasukan penawaran pada

pengadaan perkara aquo, para peserta

lelang/tender mengajukan penawaran harga

dengan mengupload melalui media internet; -------

4) Bahwa metadata file pdf “Surat Penawaran” antara

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa

Jaya memiliki kesamaan yang dapat dilihat pada

tabel berikut: ---------------------------------------------

Page 147: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

39 SALINAN

5) Bahwa berkaitan dengan metadata tersebut, pada

Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio I, (dari properties) “tanggal” PT Nikita

Raya, PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya

dokumen tersebut dibuat hampir bersamaan

waktunya, selain itu antara file Surat Penawaran

PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya terdapat

kesamaan tittle, appplication, PDF producer, PDF

version, dan author (vide BAP Ahli Jufri); -----------

6) Bahwa berdasarkan metadata tersebut, Ahli

berpendapat pada Pelelangan Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio II, pada file propertiesnya

ada kesamaan tittle, application, PDF producer,

dan PDF version antara PT Maesa Jaya dan PT

Kakas Karya. Terdapat juga kesamaan created dan

modifed PT Nikita Raya, PT Maesa Jaya dan PT

Kakas Karya (vide BAP Ahli Jufri); --------------------

7) Bahwa dari data tersebut, terdapat pola dimana

pemenang menggunakan file asli (word) yang

langsung diubah ke format pdf sedangkan

pendampingnya menggunakan aplikasi convert

pdf (vide BAP Ahli Jufri); -------------------------------

27.2.8 Kesamaan Internet Protocol (IP) Address antara

PT Kakas Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya ----

Page 148: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

40 SALINAN

1) Bahwa pelelangan dalam perkara aquo ini

menggunakan metode e-procurement (e-proc),

dimana para peserta mengajukan penawarannya

dengan mengunggah melalui media internet; ------

2) Bahwa diketahui PT Kakas Karya mengupload/

mengunggah dokumen penawaran pada tanggal 3

Januari 2014 dengan internet protocol (IP)

182.6.235.18 dan PT Maesa Jaya mengupload/

mengunggah dokumen penawaran tanggal 3

Januari 2014 dengan IP 182.6.235.18 juga; --------

3) Bahwa pada saat melakukan upload dokumen

penawaran pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio I tanggal 3 Januari 2014,

PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa

Jaya memiliki/menggunakan IP Address yang

sama yaitu 182.6.235.18 sebagaimana diuraikan

pada tabel berikut: --------------------------------------

Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.2.114.195 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.164

PT. Kakas Karya PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya

4) Bahwa pada saat melakukan upload dokumen

penawaran pada Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio II tanggal 3 Januari 2014, PT Nikita

Raya, PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya

memiliki IP Address yang sama yaitu 182.6.235.18

sebagaimana diuraikan pada tabel berikut: --------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

Page 149: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

41 SALINAN

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------

Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.5.246.248 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.5.246.248 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.107 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18

PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya PT. Kakas Karya

5) Bahwa fakta sebagaimana disebutkan pada butir

di atas menunjukkan mereka melakukan upload/

mengunggah dokumen penawaran di

media/alat/komputer/tempat yang sama sehingga

IP-nya sama (vide bukti BAP Ahli Jufri); -------------

27.2.9 Surat Dukungan Bank PT Kakas Karya Dianulir oleh

Bank BNI Cabang Manado; ----------------------------------

1) Bahwa dokumen lelang/pengadaan mewajibkan

para peserta lelang/tender mendapatkan Surat

Dukungan Bank; ----------------------------------------

2) Bahwa PT Kakas Karya dalam dokumen

penawarannya juga menyertakan Surat Dukungan

Bank; ------------------------------------------------------

3) Bahwa dalam dokumen penawaran PT Kakas

Karya Paket Rekonsturksi Jalan Tolango Bulontio

II, bagian “K.Modal kerja” dituliskan bahwa PT

Kakas Karya mendapatkan Surat Dukungan

Keuangan dari Bank BNI Cabang Manado Nomor :

Page 150: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

42 SALINAN

5047/MND-MPO/SKDK/XII/2013 tanggal 31

Desember 2013; -----------------------------------------

4) Bahwa pihak BNI Cabang Manado, melalui Surat

Nomor Mdo/4/2588 tanggal 11 Agustus 2015

menyatakan tidak ada dalam administrasi BNI,

data surat dukungan Bank BNI Nomor :

5047/MND-MPO/SKDK/XII/2013 tanggal 31

Desember 2013 (vide bukti BAP Saksi BNI cabang

Manado); --------------------------------------------------

27.2.10 Pengakuan Dokumen Penawaran PT Nikita Raya dan

PT Maesa Jaya disusun oleh Orang yang Sama. ---------

1) Bahwa berdasarkan keterangan Rock Roring

selaku Direktur PT Maesa Jaya pada tanggal 20

November 2014, pada pokoknya menyatakan yang

menyusun dokumen lelang adalah John Regard

dan dibantu oleh tim dari PT Maesa Jaya yaitu Adi

Sitorus, Aldrin Tumangke, Jeri Rindengan (dan

saat ini sudah tidak bekerja lagi di PT Maesa

Jaya). John Regard merupakan staf PT Nikita

Raya dan saat ini sudah tidak bekerja di PT Nikita

Raya lagi sekitar bulan Mei atau Juni; --------------

2) Bahwa berdasarkan keterangan Andre Gerungan

selaku Komisaris PT Nikita Raya, adalah John

Regar yang menyusun dokumen penawaran PT

Nikita Raya; ----------------------------------------------

3) Bahwa berdasarkan keterangan Recky Roring

selaku Direktur PT Maesa Jaya mengakui ada

kesepakatan antara PT Nikita Raya dan PT Kakas

Karya dengan PT Maesa Jaya sebagai pendamping

dalam lelang dan PT Maesa Jaya tidak mendapat

fee apapun dari kesepakatan tersebut melainkan

hanya untuk melengkapi syarat dalam lelang

minimal 3 (tiga) perusahaan (vide BAP Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV); --------------------------

27.2.11 Keterkaitan Kepemilikan Saham antara PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya dan PT Maesa Jaya -----------------------

1) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT

Nikita Raya pada bagian lembar Form Isian

Page 151: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

43 SALINAN

Kualifikasi untuk Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio II, diketahui pengurus

perusahaan yaitu: Andre Gerungan sebagai

komisaris memiliki 80% (delapan puluh persen)

saham dan Geritje A. Mantiri sebagai Direktur

memiliki 20% (dua puluh persen) saham; -----------

2) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT

Kakas Karya pada bagian Lembar Form Isian

Kualifikasi untuk Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio I, diketahui Melisa Gerungan

sebagai komisaris memiliki 40% (empat puluh

persen) saham, Demmy B Gerungan sebagai

Direktur memiliki 60% (enam puluh persen)

saham; ----------------------------------------------------

3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT

Maesa Jaya pada bagian Lembar Form Isian

Kualifikasi untuk paket Rekonstruksi Jalan

Tolango Bulontio II diketahui pengurus

perusahaan yaitu: Lidya Oktavia Rawung sebagai

komisaris memiliki 80% (delapan puluh persen)

saham dan Recky Roring sebagai Direktur

memiliki 20% (dua puluh persen) saham (vide BAP

Terlapor IV); ----------------------------------------------

4) Bahwa keterkaitan kepemilikan saham

sebagaimana disebutkan pada butir-butir di atas

diilustrasikan dalam tabel berikut: -------------------

Tabel keterkaitan Kepemilikan saham

PT Nikita Raya

PT Kakas Karya

PT Maesa Jaya

Andrea Gerungan 80 persen saham

Melissa Gerungan 40 persen saham

Demmy Bendeker Gerungan

60 persen saham

Geritje A Mantiri 20 persen saham

Linda Oktavia Rawung

80 persen saham

Recky Roring 20 persen saham

Page 152: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

44 SALINAN

27.2.12 Keterkaitan Kepengurusan antara PT Nikita Raya,

PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya ----------------------

1) Bahwa berdasarkan Akta Nomor 08 Pendirian

Perseroan Terbatas PT. Nikita Raya pada hari

sabtu tanggal 16 November 2002 oleh Notaris

Samuel Laisina, S.H. dinyatakan bahwa Komisaris

Pertama PT. Nikita Raya yaitu Hangky Gerungan

dan Direktur Pertama PT. Nikita Raya yaitu Meita

Wala. ------------------------------------------------------

2) Bahwa berdasarkan Akta Nomor 8 Pendirian

Perseroan Terbatas PT. Kakas Karya pada hari

selasa tanggal 13 Januari 2004 oleh Notaris Saal

Bumela, S.H. dinyatakan bahwa Komisaris

pertama PT. Kakas Karya yaitu Zelti Toar dan

Direktur pertama PT. Kakas Karya yaitu Hangky

Gerungan; ------------------------------------------------

3) Bahwa berdasarkan dokumen penawaran PT

Maesa Jaya pada bagian Lembar Form Isian

Kualifikasi untuk paket Rekontruksi Jalan

Tolango Bulontio II diketahui pengurus

perusahaan yaitu Lidya Oktavia Rawugn sebagai

komisaris dan Recky Roring sebagai Direktur (vide

BAP Terlapor IV); ----------------------------------------

4) Bahwa Reckry Roring adalah orang kepercayaan

Hengky Gerungan (Bapak Kandung dari Andre

Gerungan dan Melisa Gerungan); --------------------

5) Bahwa pada akta Nomor 42 tanggal 20 Mei 2014

terkait Berita Acara Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa PT. Kakas Karya oleh Notaris

Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., terdapat nama Recky

Roring (Direktur PT. Maesa Jaya) selaku yang

diberi kuasa dan karenanya sah bertindak untuk

dan atas nama mewakili Melisa Gerungan

(Pemegang 2.000 saham dengan Jabatan

Komisaris di PT. Kakas Karya) dan Demmy

Bendeker Gerungan (Pemegang 3.000 saham

dengan Jabatan Direktur); -----------------------------

Page 153: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

45 SALINAN

6) Bahwa padaAkta Nomor 45 Tanggal 20 Mei 2014

terkait Berita Acara Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa PT. Nikita Raya oleh Notaris

Yoseph Pieter Ipsan IE, SH., terdapat nama Recky

Roring (Direktur PT. Maesa Jaya) selaku yang

diberi kuasa dan karenanya sah bertindak untuk

dan atas nama mewakili Andre Gerungan

(Pemegang 4.800 saham dengan Jabatan

Komisaris di PT. Nikita Raya); -------------------------

7) Bahwa keterkaitan kepengurusan sebagaimana

disebutkan pada butir di atas diilustrasikan

dalam tabel berikut: ------------------------------------

PT Nikita Raya

PT Kakas Karya

PT Maesa Jaya

Hengky Gerungan

Komisaris Direktur pertama

Andre Gerungan

komisaris

Melisa Gerungan

Komisaris

Demmy B Gerungan

Direktur

Meita Wala Direktur pertama

Zelti Toar Komisaris pertama

Recky Roring

Kuasa komisaris

Kuasa komisaris direktur

Direktur

Linda Oktavia Rawung

Komisaris

27.2.13 Hubungan keluarga antara Pemilik/pemegang

saham/pengurus PT Nikita Raya, PT Kakas Karya dan

PT Maesa Jaya ------------------------------------------------

1) Bahwa berdasarkan data dari milik Kantor Dinas

Catatan Sipil Manado, Hengky Gerungan menikah

dengan Meita Wala (vide BAP Terlapor II, Terlapor

III, dan Terlapor IV, dok Siak Konsolidasi Bio Data

Kependudukan) ------------------------------------------

2) Bahwa berdasarkan data dari milik Kantor Dinas

Catatan Sipil Manado pernikahan/perkawinan

tersebut, Hengky Gerungan setidaknya memiliki 3

(tiga) orang anak yang terkait dengan perkara ini,

Page 154: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

46 SALINAN

yaitu Andre Gerungan, Melisa Gerungan, dan

Demmy Gerungan ; -------------------------------------

3) Bahwa Hengky Gerungan adalah komisaris PT

Nikita Raya sekaligus Direktur Pertama PT Kakas

Karya; -----------------------------------------------------

4) Bahwa Andre Gerungan adalah pemilik/pemegang

80% (delapan puluh persen) saham sekaligus

Komisaris PT Nikita Raya. -----------------------------

27.2.14 Tentang perpindahan Karyawan di antara PT Nikita

Raya, PT Kakas Karya, dan PT Maesa Jaya ---------------

1) Bahwa Benhenser Enok yang pada saat

lelang/tender ini berlangsung merupakan staf

perpajakan PT Nikita Raya kemudian sejak 20 Mei

2014 menjadi Direktur sekaligus pemegang saham

PT Kakas Karya berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa dalam Akta Notaris

Yoseph Pieter IE,SH Nomor 42; -----------------------

2) Bahwa pada saat tender/lelang berlangsung,

Barce T Nongko,SE menjabat sebagai Kepala

Cabang PT Maesa Jaya di Manado tetapi yang

bersangkutan menjadi Direktur sekaligus

pemegang saham PT Nikita Raya sejak 20 Mei

2014 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa dalam Akta Notaris Yoseph Pieter

IE,SH Nomor 45. -----------------------------------------

27.3 Dugaan Pelanggaran ---------------------------------------------------

27.3.1 Unsur pelaku usaha ------------------------------------------

Bahwa uraian unsur pelaku usaha sebagaimana dalam

Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya

Investigator menyatakan PT Kakas Karya, PT Nikita

Raya, dan PT Maesa Jaya merupakan pelaku usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 5

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; -------------------

27.3.2 Unsur bersekongkol ------------------------------------------

Bahwa uraian unsur bersekongkol sebagaimana dalam

Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya

Investigator menyatakan: ------------------------------------

Page 155: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

47 SALINAN

27.3.2.1 Bahwa terdapat persekongkolan horisontal

diantara peserta tender/lelang dengan pihak

lain, dalam bentuk persaingan semu (shame

competition) diantara menyatakan PT Kakas

Karya, PT Nikita Raya, dan PT Maesa Jaya

dalam mengikuti pelelangan perkara ini; ------

27.3.2.2 Bahwa perilaku persaingan semu diantara PT

Kakas Karya, PT Nikita Raya, dan PT Maesa

Jaya dilakukan dengan cara menyusun

dokumen penawaran secara bersama-sama

atau oleh orang sama berdasarkan pada

fakta-fakta: -----------------------------------------

1) Kesamaan penyebab gugurnya PT Nikita

Raya dan PT Maesa Jaya di paket

Rekonstruksi Jalan Tolangao Bulontio I

serta gugurnya PT Kakas Karya di Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II

sebagaimana diuraikan pada 27.2.3 di

atas;--------------------------------------------

2) Kesamaan format/penulisan pada

dokumen penawaran PT Kakas Karya, PT

Nikita Raya dan PT Maesa Jaya

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.4 di atas; --------------------------------

3) Kesamaan beberapa harga satuan antara

PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya pada

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio I serta kesamaan beberapa

harga satuan PT Kakas Karya dengan PT

Maesa Jaya pada Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio II sebagaimana

diuraikan pada angka 27.2.5 di atas; ----

4) Adanya kesamaan jenis, kapasitas,

merk, tahun pembuatan dan kondisi

peralatan pada dokumen peralatan

minimal utama milik PT Kakas Karya

dan PT Nikita Raya sebagaimana

diuraikan pada angka 27.2.6 di atas; ----

Page 156: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

48 SALINAN

5) Kesamaan metadata file dokumen

penawaran dari PT Kakas Karya, PT

Nikita Raya dan PT Maesa Jaya

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.7 di atas; --------------------------------

6) Kesamaan internet protocol (IP) Address

antara PT Kakas Karya, PT Nikita Raya,

dan PT Maesa Jaya sebagaimana

diuraikan pada angka 27.2.8 di atas; ----

7) Pengakuan dokumen penawaran PT

Nikita Raya dan PT Maesa Jaya disusun

oleh orang yang sama sebagaimana

diuraikan pada angka 27.2.10 di atas. --

27.3.2.3 Bahwa persaingan semu antara PT Kakas

Karya, PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya

yang merupakan salah satu bentuk

persekongkolan terjadi karena ketiganya

merupakan 1 (satu) kelompok usaha

berdasarkan pada fakta-fakta: ------------------

1) Adanya keterkaitan kepemilikan

diantara ketiga pelaku usaha tersebut

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.11 di atas; ------------------------------

2) Adanya keterkaitan kepengurusan

diantara ketiga pelaku usaha tersebut

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.12 di atas; ------------------------------

3) Adanya hubungan kekeluargaan

diantara ketiga pelaku usaha tersebut

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.13 di atas; ------------------------------

4) Ketiganya juga berkantor di alamat yang

sama sebagaimana diuraikan pada

angka 27.2.2 di atas. ------------------------

27.3.2.4 Bahwa terdapat persekongkolan vertikal

antara pelaku usaha pemenang lelang/tender

dengan pihak lain yaitu Pokja Pengadaan

dengan cara:----------------------------------------

Page 157: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

49 SALINAN

1) Menggugurkan peserta lelang dengan

mengabaikan Ketentuan OJK pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio II

sebagaimana diuraikan pada angka

27.2.1 di atas; --------------------------------

2) Pokja Pengadaan tidak secara sungguh-

sungguh dalam melakukan

evaluasi/pemeriksaan dokumen

penawaran PT Kakas Karya, PT Nikita

Raya, dan PT Maesa Jaya pada lelang

kedua paket dan mengabaikan berbagai

kesamaan sebagaimana diuraikan pada

angka 27.2.2 sampai dengan 27.2.9 dan

keterkaitan kepemilikan saham,

kepengurusan, hubungan keluarga

sebagaimana fakta-fakta pada angka

27.2.11 sampai dengan 27.2.13 di atas. -

27.3.3 Unsur pihak lain ----------------------------------------------

Bahwa uraian unsur pihak lain sebagaimana dalam

Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya

Investigator menyatakan: ------------------------------------

27.3.3.1 Bahwa yang dimaksud pihak lain dalam

perkara ini adalah Pokja Pengadaan

sebagaimana diuraikan pada angka 8.2.1 di

atas; -------------------------------------------------

27.3.3.2 Bahwa para Terlapor peserta

pelelangan/tender yang kalah (selain

pemenang) telah menjadi pendamping bagi

pemenang lelang/tender. -------------------------

27.3.4 Unsur Dampak Persaingan ----------------------------------

Dampak terjadinya tindakan persekongkolan yang

dilakukan oleh sesama peserta tender dan/atau

peserta dengan Panitia Pokja secara jelas

mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat

dalam proses pelelangan/tender itu sendiri karena

merupakan tindakan tidak jujur dan melawan hukum

yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. ----

Page 158: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

50 SALINAN

28. Menimbang bahwa Terlapor I, Pokja Pelaksanaan Jalan Nasional dan

SKPD Provinsi Gorontalo, menyerahkan Kesimpulan Hasil

Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut

(vide bukti T1.2): ----------------------------------------------------------------

28.1 Paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio I dan Paket

Rekonstruksi Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling

berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda dengan Berita

Acara Hasil Evaluasi yang berbeda pula, akan tetapi tidak

menutup kemungkinan dapat diikuti oleh badan usaha yang

sama pada kedua paket tersebut; ------------------------------------

28.2 Dalam melakukan proses evaluasi, Pokja berdasarkan Perpres

54 Tahun 2010 dan Permen No. 14 Tahun 2013 serta dalam

Dokumen Pengadaan Pasal 25.1 disebutkan : “peserta

menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP website

www.pu.go.id sesuai jadwal sebagaimana tercantum dalam

LDP”. -----------------------------------------------------------------------

28.3 Bahwa dalam dokumen pengadaan Pasal 31 mengatur : ---------

28.3.1 Evaluasi penawaran dilakukan dengan sistem gugur; -----

28.3.2 Pokja melakukan evaluasi penawaran yang meliputi . -----

28.3.2.1.1. Evaluasi administrasi; ----------------------------

28.3.2.1.2. Evaluasi teknis ------------------------------------

28.3.2.1.3. Evaluasi harga -------------------------------------

28.4 Bahwa melakukan evaluasi administrasi sebagaimana telah

dijelaskan dalam dokumen pengadaan, pada syarat substansial

yang diminta berdasarkan dokumen pengadaan

dipenuhi/dilengkapi, pokja hanya memeriksa ada atau tidak

persyaratan tersebut dalam dokumen penawaran peserta.

Apabila salah satu daripada persyaratan tersebut tidak ada,

maka penawaran tidak memenuhi persyaratan administras; ----

28.5 Selanjutnya jika dokumen yang dipersyaratkan telah semua

dipenuhi, Pokja harus memeriksa kebenaran isi dan

kesesuaian klausul yang dipersyaratakan dalam dokumen

pengadaan selanjutnya dan apabila memenuhi syarat, maka

dilanjutkan ke tahap evaluasi teknis. Apabila ditemukan

ketidaksesuaian isi maupun substansi maka penawaran

dinyatakan tidak memenuhi persyaratan administrasi; ----------

28.6 Bahwa dalam melakukan evaluasi teknis, Pokja ULP memeriksa

kebenaran isi dan kesesuaian klausul yang dipersyaratkan

Page 159: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

51 SALINAN

dalam dokumen pengadaan apabila memenuhi syarat,

selanjutnya dilanjutkan ke tahap evaluasi harga. Apabila

ditemukan ketidaksesuaian isi maupun substansi maka

penawaran dinyatakan tidak memenuhi syarat teknis; -----------

28.7 Bahwa dalam melakukan evaluasi harga, Pokja ULP memeriksa

kebenaran isi dan kesesuaian klausul yang dipersyaratkan

dalam dokumen pengadaan apabila memenuhi syarat,

selanjutnya dilanjutkan ke tahap evaluasi kualifikasi. Apabila

ditemukan ketidaksesuaian isi maupun substansi maka

penawaran dinyatakan tidak memenuhi persyaratan

kualifikasi; ----------------------------------------------------------------

28.8 Selanjutnya Pokja melakukan pembuktian kualifikasi terhadap

calon pemenang dan calon pemenang 1 dan 2 (apabila ada)

dengan cara melakukan verifikasi keaslian dokumen; ------------

28.9 Bahwa pada hasil evaluasi Jalan Tolango Bulontio I, hanya PT

Kakas Karya yang memenuhi persyaratan administrasi,

persyaratan teknis, persyaratan harga dan persyaratan

kualifikasi. Sementara PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya tidak

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena tidak memenuhi

persyaratan administrasi dan tidak dilanjutkan evaluasi teknis,

evaluasi harga serta evaluasi kualifikasi; ----------------------------

28.10 Dalam standar bidding document (SBD) BAB VII Tata Cara

Evaluasi Kualifikasi point 10 menyebutkan “Memiliki surat

keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta

untuk mengikuti pengadaan pekerjaan konstruksi paling

kurang 10 persen dari nilai total HPS. Dalam hal kemitraan

yang menyampaikan surat dukungan keunagan hanya lead

firm, dalamhal ini Pokja menyadari kelalaian dimana hanya

melihat nomor dan nominal yang tercantum dalam asli surat

dukungan bank yang diserahkan tanpa melihat nama bank

yang menerbitkan;-------------------------------------------------------

28.11 Bahwa pada hasil evaluasi Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio II, penyedia jasa yang memenuhi persyaratan

administrasi, lalu evaluasi teknis, dan lanjut evaluasi harga ke

hanya 2 (dua) yaitu PT Nikita Raya dan PT Maesa Jaya.

Sedangkan PT Kakas Karya tidak dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut karena tidak sesuai dengan Pasal 13.11 evaluasi

administrasi poin b.1 syarat substansial yang diminta

Page 160: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

52 SALINAN

berdasarkan dokumen pengadaan..., sehingga tidak dilanjutkan

ke evaluasi teknis; -------------------------------------------------------

28.12 Sedangkan terhadap PT Mitha Prana Chasea, PT Nugroho

Lestari, PT Gajah Tunggal, dan PT Bumi Karsa tidak dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut karena tidak sesuai dengan Oasak

31.11 evaluasi administrasi poin b.3 Jaminan penawaran

memenuhi ketentuan sebagai berikut..., sehingga tidak

dilanjutkan evaluasi teknis; -------------------------------------------

28.13 Bahwa diterbitkannya Surat Edaran dari OJK sangat

bertentangan dengan standar bidding document (SBD) sesuai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14 Tahun 2013 dan

tidak dilaksanakan oleh seluruh perusahaan asuransi seperti

jaminan penawaran yang diterbitkan oleh PT Askrindo

Gorontalo; -----------------------------------------------------------------

28.14 Bahwa Permen PU No 14/PRT/M/2013 Pasal 6d ayat 2

disebutkan, “ketentuan hanya dapat ditetapkan sebagai

pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dapat dikecualikan dengan syarat

kapasitas dan produktifitas peralatan secara teknis dapat

menyelesaikan pekerjaan lebih dari 1 (satu) paket”. Berdasarkan

dokumen elektronik PT Kakas Karya di paket Jalan Tolango

Bulontio I dan PT Nikita Raya di paket Jalan Tolango Bulontio II

memiliki peralatan yang berlebih sehingga bisa

mendukung/menyewakan peralatan yang tidak terpakai ke

peserta lain untuk digunakan pada paket pekerjaan yang

berbeda sehingga hal tersebut tidak dapat dikatakan kedua

peserta berada dalam satu kendali. Apabila pada masa

pelaksanaan diketahui kedua peserta saling mendukung

dengan peralatan yang sama, maka hal tersebut masih dapat

dimungkinkan dengan menghitung kapasitas produksi dari alat

yang dipakai. -------------------------------------------------------------

29. Menimbang bahwa Terlapor II (PT Kakas Karya), Terlapor III (PT Nikita

Raya), dan Terlapor IV (PT Maesa Jaya) dalam satu kuasa hukum

yang sama, Doan V. Tagah & Associates, menyerahkan Kesimpulan

Hasil Persidangan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, yang pada

pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T4.2): ---------------

Page 161: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

53 SALINAN

29.1 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV mengakui

adanya hubungan kekerabatan antara kepemilikan perusahaan

tersebut; -------------------------------------------------------------------

29.2 Bahwa sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007,

Direksi merupakan eksekutif dalam perseroan diberi tugas,

kewajiban serta wewenang penuh untuk menjalankan

kepengurusan perseroan. Kewenangan tersebut

disalahgunakan oleh oknum direksi yang secara langsung atau

tidak langsung telah beritikad tidak baik dan bertindak tidak

jujur sehingga perusahaan Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV mengalami kerugian; -------------------------------------

29.3 Bahwa atas tindakan tersebut Direksi telah diberhentikan dari

jabatannya dan dilaporkan ke pihak Kepolisian Daerah

Sulawesi Utara; ----------------------------------------------------------

29.4 Bahwa masing-masig Terlapor II dan Terlapor III adalah

direktur perseroan sebagaimana Akta Perubahan yang

menggantikan posisi oknum direksi yang sudah digantikan; ----

29.5 Bahwa dalam fakta persidangan Terlapor I, menyatakan tidak

sempat melakukan klarifikasi terhadap adanya kesalahan

pengetikan dalam dokumen kualifikasi Terlapor II; ---------------

29.6 Bahwa dalam fakta persidangan Terlapor I, menyatakan

pihaknya tidak dapat menggugurkan peserta tender oleh

karena kesalahan pengetikan dalam dokumen kualifikasi; ------

29.7 Bahwa dalam fakta persidangan Saksi PT Askrindo,

menyatakan pihaknya mengeluarkan dokumen jaminan

penawaran dengan format sebagaimana yang diminta oleh

perusahan kontraktor. Pasal-pasal substansi dalam jaminan

penawaran yang dikeluarkan pihaknya bisa berubah sesuai

dengan permintaan perusahaan kontraktor; -----------------------

29.8 Bahwa fakta persidangan Saksi PT Jasaraharja Putera,

menyatakan pihaknya mengeluarkan jaminan penawaran

dengan format sebagaimana disyaratkan dalam dokumen

tender perkara aquo; ----------------------------------------------------

29.9 Bahwa selama proses persidangan Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV menyatakan tidak melihat fakta hukum yang

membuktikan adanya upaya untuk berkomunikasi dan atau

melakukan tindakan yang mempengaruhi kewenangan Terlapor

I dalam menjalankan tupoksinya; ------------------------------------

Page 162: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

54 SALINAN

29.10 Bahwa selama persidangan tidak terdapat fakta hukum yang

membuktikan bahwa kelalaian Terlapor I disebabkan atau

dikarenakan tindakan dan atau upaya dari Terlapor II, Terlapor

III, dan Terlapor IV;------------------------------------------------------

29.11 Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV memohon

pengampunan kepada Majelis Komisi atas ketidaktahuan serta

kekhilafan dan kekeliruan sehingga melakukan suatu

pelanggaran dalam mengikuti proses tender aquo; ----------------

30. Menimbang bahwa setelah berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan

Lanjutan, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 17/KPPU/Pen/IV/2016 tanggal 04 April

2016 tentang Musyawarah Majelis Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-

L/2015 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal berakhirnya Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A94); -----------

31. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi,

Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor

25/KPPU/Kep.3/IV/2016 tanggal 04 April 2016 tentang Penugasan

Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi Dalam Musyawarah Majelis

Komisi Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015 (vide bukti A95); --------------

32. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Surat

Pemberitahuan dan Petikan Penetapan Musyawarah Majelis kepada

para Terlapor (vide bukti A97, A98, A99, dan A100); ---------------------

33. Menimbang bahwa setelah melaksanakan Musyawarah Majelis

Komisi, Majelis Komisi menilai telah memiliki bukti dan penilaian

yang cukup untuk mengambil putusan. ------------------------------------

Page 163: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

55 SALINAN

TENTANG HUKUM

Setelah mempertimbangkan Laporan Dugaan Pelanggaran, Tanggapan

masing-masing Terlapor terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran,

keterangan para Saksi, keterangan para Ahli, keterangan para Terlapor ,

surat-surat dan atau dokumen, Kesimpulan Hasil Persidangan yang

disampaikan baik oleh Investigator maupun masing-masing Terlapor

(fakta persidangan), Majelis Komisi menilai, menganalisa, menyimpulkan

dan memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang

telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 yang diduga dilakukan oleh para Terlapor dalam

Perkara Nomor 11/KPPU-L/2015. Dalam melakukan penilaian dan

analisa, Majelis Komisi menguraikan dalam beberapa bagian, yaitu: -------

1. Tentang Para Terlapor ; --------------------------------------------------------

2. Tentang Dugaan Pelanggaran; ------------------------------------------------

3. Tentang Persekongkolan Horizontal; -----------------------------------------

4. Tentang Persekongkolan Vertikal; --------------------------------------------

5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999; ------------------------------------------------------------------------------

Berikut uraian masing-masing bagian sebagaimana tersebut di atas; -------

1. Tentang Para Terlapor --------------------------------------------------------------

1.1 Terlapor I, Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satker

Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi Gorontalo

Tahun Anggaran 2014, yang beralamat kantor di Jalan Yusuf

Hasiru Nomor 7, Kelurahan Tanggikiki, Kecamatan Sipatana,

Kota Gorontalo, berdasarkan Revisi Surat Keputusan Kepala Unit

Layanan Pengadaan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XI Nomor:

HK. 01.22/KPTS-ULP/BPJN XI/1493 tentang Pembentukan

Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional XI Tahun Anggaran 2014 – Pokja

Pelaksanaan Jalan Nasinal/SKPD (Selanjutnya disebut Terlapor

I) yang strukturnya sebagai berikut: (vide dokumen I.C-7): --------

No Pokja/Nama Jabatan 1. Ir. Jeffrey T. Moningkey Ketua 2. Franki Tangkudung Sekretaris 3. Ir. Farman Ali, MT Anggota 4. Friyanto Daud, ST Anggota 5. Ir. Agus Lagonda Anggota

Page 164: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

56 SALINAN

1.2 Terlapor II, PT Kakas Karya, merupakan salah satu peserta

dalam pelelangan dalam perkara ini, beralamat kantor pusat di

Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas Kabupaten

Sorong, Papua Barat dan kantor cabang di Kompleks Megamas

Blok D1 Lantai 2, Manado, yang didirikan berdasarkan Akta

Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 08 tanggal 13 Januari 2004

di hadapan notaris Saal Bumela,SH yang diperbaharui dengan

Akta Perubahan Nomor 25 tanggal 21 Januari 2013 di hadapan

Notaris Yoseph Pieter Ipsan IE,SH dengan kegiatan usaha di

bidang sipil dengan sub bidang usaha yaitu jalan raya, jalan

lingkungan, termasuk perawatannya. (selanjutnya disebut

Terlapor II); -----------------------------------------------------------------

1.3 Terlapor III, PT Nikita Raya, merupakan salah satu peserta

dalam pelelangan dalam perkara ini, yang beralamat kantor di

Jalan Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-Papua

Barat dan berkantor cabang di Kompleks Megamas Blok D1 Lt. 2,

yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas

Nomor 08 tanggal 16 November 2002 di hadapan Notaris Semuel

Lisina,SH, yang diperbaharui dengan Akta Perubahan Nomor 01

tanggal 01 Desember 2011 di hadapan Notaris Yoseph Pieter Ipsa

IE,SH, dengan kegiatan usaha di bidang usaha sipil dengan sub

bidang usaha yaitu jalan raya, jalan lingkungan termasuk

perawatannya. (selanjutnya disebut Terlapor III); --------------------

1.4 Terlapor IV, PT Maesa Jaya, merupakan salah satu peserta

dalam pelelangan perkara ini, yang beralamat kantor di Jalan

Tuturuga Kelurahan Klamalu Distrik Aimas, Sorong-Papua Barat

dan berkantor cabang di Jalan Harapan Nomor 149 Kelurahan

Winangun Satu Lingk. IV Kecamatan Malalayang Manado, yang

dalam penanganan perkara ini beralamat di Jalan Piere Tendean

Nomor 106, Manado, yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian

Perseroan Terbatas Nomor 06 tanggal 09 Desember 2003 di

hadapan Notaris B.Rum Riviani Warsito,SH yang diperbaharui

dengan Akta Perubahan Nomor 02 tanggal 2 April 2009 di

hadapan Notaris Yoseph Pieter Ipsa IE,SH dengan kegiatan usaha

di bidang usaha sipil dengan sub bidang usaha yaitu jalan raya,

jalan lingkungan termasuk perawatannya (selanjutnya disebut

Terlapor IV). -----------------------------------------------------------------

Page 165: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

57 SALINAN

2. Tentang Dugaan Pelanggaran; ------------------------------------------------

2.1. Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 yang dilakukan oleh para Terlapor adalah sebagai berikut: -

2.1.1. Persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh Terlapor

II, Terlapor III, dan Terlapor IV dalam rangka mengatur

pemenang tender ditunjukkan dengan hal-hal sebagai

berikut: -------------------------------------------------------------

2.1.1.1. Adanya hubungan keluarga antara Pemilik PT.

Nikita Raya dengan PT. Kakas Karya; --------------

2.1.1.2. Adanya kesamaan alamat, nomor telepon dan

nomor faks kantor Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV; ---------------------------------------------

2.1.1.3. Adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen

penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV; ---------------------------------------------

2.1.1.4. Adanya kesamaan IP Address; -----------------------

2.1.1.5. Adanya pengaturan kelengkapan dokumen

penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV; ---------------------------------------------

2.1.2. Persekongkolan Vertikal yang dilakukan antara Terlapor I

dengan Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dalam rangka

mengatur pemenang tender dilakukan sebagai berikut: ----

2.1.2.1. Mengenai adanya pengabaian hubungan afiliasi

atau kelompok usaha yaitu Terlapor II, Terlapor

III dan Terlapor IV untuk mengikuti paket tender

yang sama; ----------------------------------------------

2.1.2.2. Mengenai adanya pengabaian Pokja dalam

mengevaluasi peralatan yang sama yang

ditawarkan oleh Terlapor II dan Terlapor III; ------

2.2. Dugaan Pelanggaran Pelelangan Pasal 22 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Paket Rekonstruksi

Jalan dilingkungan Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan

Nasional (PJN) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2014. Adapun paket-paket

pekerjaan yang menjadi obyek perkara ini adalah sebagai

berikut: ----------------------------------------------------------------------

a Nama Paket : Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I

Page 166: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

58 SALINAN

Nilai Total HPS : Rp. 10,280,000,000,- (Sepuluh Milyar Dua Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah)

Sumber Pendanaan

: APBN Tahun Anggaran 2014

b Nama Paket : Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II

Nilai Total HPS : Rp. 23.978.000.000,- (Dua Puluh Tiga Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Delapan Juta Rupiah)

Sumber Pendanaan

: APBN Tahun Anggaran 2014

3. Tentang Persekongkolan Horizontal; ---------------------------------------

3.1 Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999, persekongkolan dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk,

yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan

gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal; ------------

3.2 Bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan horizontal adalah

persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia

barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia

barang dan jasa pesaingnya; --------------------------------------------

3.3 Bahwa penilaian dan analisa Majelis Komisi terkait dengan

persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh para Terlapor

adalah sebagai berikut (vide bukti C1, C2, C3, dst, C36) ; ---------

3.3.1 Adanya hubungan keluarga antara Pemilik PT Nikita

Raya dengan PT Kakas Karya; ---------------------------------

3.3.1.1 Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan

adanya hubungan keluarga antara pemilik

PT Nikita Raya dengan PT Kakas Karya

sebagaimana telah diuraikan dalam butir

12.2.3.2.1 Tentang Duduk Perkara di atas,

diperkuat dengan ditemukannya bukti: -----------

3.3.1.1.1. Adanya hubungan keluarga antara

Pemilik PT Nikita Raya dengan PT

Kakas Karya. Hal tersebut terbukti

dari kepemilikan Andre Gerungan

sebanyak 80% (delapan puluh persen)

saham di PT Nikita Raya dan Melisa

Gerungan memiliki 40% (empat puluh

persen) saham di PT Kakas Karya dan

Page 167: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

59 SALINAN

Demmy B. Gerungan memiliki 60%

(enam puluh persen) saham di

PT Kakas Karya sebagaimana

pengakuan Direktur PT Nikita Raya

Barce T. Nongko; -------------------------

3.3.1.1.2. Andre Gerungan (Komisaris PT Nikita

Raya) dengan Melisa Gerungan

(Komisaris PT Kakas Karya) adalah

saudara kandung dari pasangan

Hangky Gerungan (Ayah) dengan

Meita Wala (Ibu); -------------------------

3.3.1.1.3. Mantan Kepala Cabang Manado

PT Maesa Jaya Barce T. Nongko

sekarang menjadi Direktur dan

pemegang saham di PT Nikita Raya; --

3.3.1.1.4. Recky Roring (Direktur PT Maesa

Jaya) memiliki jabatan di PT Nikita

Raya dan PT Kakas Karya hal itu

terbukti dengan adanya nama Recky

Roring di akta Berita Acara Rapat

Pemegang Saham Luar biasa

tertanggal 20 Mei 2014; -----------------

3.3.1.1.5. Recky Roring adalah orang yang

biasa diberikan kepercayaan

mengurus perusahaan milik Hangky

Gerungan; ---------------------------------

3.3.1.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam Tanggapannya menyatakan pada

pokoknya mengakui memiliki hubungan

kekerabatan diantara para pemilik perusahaan.

Bahwa menyangkut larangan afiliasi dalam

proses tender sebagaimana diatur dalam Pasal

22 UU No. 5 Tahun 1999, merupakan suatu hal

yang kurang dipahami oleh Terlapor II, Terlapor

III dan Terlapor IV oleh karenanya mohon

kepada Majelis Komisi untuk

mempertimbangkan bahwa Terlapor II, Terlapor

III, dan Terlapor IV belum pernah memperoleh

Page 168: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

60 SALINAN

sosialisasi secara jelas terkait persekongkolan

dalam tender yang dianggap sebagai suatu

pelanggaran; -------------------------------------------

3.3.1.3. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam kesimpulannya menyatakan Terlapor II,

Terlapor III dan Terlapor IV mengakui adanya

hubungan kekerabatan antara kepemilikan

perusahaan tersebut; ---------------------------------

3.3.1.4. Bahwa berdasarkan fakta persidangan Majelis

Komisi memperoleh keterangan yang

menyatakan sebagai berikut: -----------------------

3.3.1.4.1. Bahwa Terlapor II mengakui segala

perbuatan yang dituduhkan dalam

Laporan Dugaan Pelanggaran dan

meminta maaf karena tidak

mengetahui mengenai Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------

3.3.1.4.2. Bahwa Terlapor III mengakui segala

perbuatan yang dituduhkan dalam

Laporan Dugaan Pelanggaran dan

meminta maaf karena tidak

mengetahui mengenai Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------

3.3.1.4.3. Bahwa Terlapor IV mengakui segala

perbuatan yang dituduhkan dalam

Laporan Dugaan Pelanggaran dan

meminta maaf karena tidak

mengetahui mengenai Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999; ---------

3.3.1.4.4. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr.

Ahmad Zikrullah selaku Ahli dari

Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)

menyatakan pada pokoknya

berdasarkan Pasal 83 huruf e Perpres

Nomor 54 Tahun 2010, indikasi

persekongkolan minimal ditunjukkan

oleh 2 (dua) indikasi. Jika fakta-fakta

Page 169: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

61 SALINAN

dimaksud (adanya hubungan afiliasi,

adanya kesamaan nomor telepon,

kerjasama dalam pembuatan

dokumen, kesamaan IP Address,

adanya penagaturan kelengkapan

dokumen penawaran) terbukti benar

adanya maka merupakan indikasi

persaingan usaha tidak sehat. Panitia

(Terlapor I) harus melakukan

klarifikasi kepada peserta tender jika

terbukti maka panitia tender dapat

menggugurkannya; ----------------------

3.3.1.5. Bahwa Majelis Komisi memperoleh fakta dari

Ahli jika ditemukan kesamaan metode

pelaksanaan di awal proses evaluasi maka

Terlapor I bisa memanggil peserta untuk

dilakukan klarifikasi dan jika terbukti dan

Terlapor I yakin maka peserta bisa digugurkan; -

3.3.1.6. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan Pasal

17 ayat (6) Undang-undang Nomor 18 Tahun

1999 tentang Jasa Konstruksi yang menyatakan

badan-badan usaha yang dimiliki oleh satu atau

kelompok orang yang sama atau berada pada

kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti

pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi

secara bersamaan; ------------------------------------

3.3.1.7. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan Pasal

19 ayat 4 Pepres 54 tahun 2010 dan

perubahannya Pepres 70 Tahun 2012

disebutkan ”Penyedia Barang/Jasa yang

keikutsertaannya menimbulkan pertentangan

kepentingan dilarang menjadi penyedia

Barang/Jasa”. Bahwa pertentangan kepentingan

yang dimaksud adalah dalam suatu badan

usaha, anggota Direksi atau Dewan Komisaris

merangkap sebagai anggota Direksi atau Dewan

Komisaris pada badan usaha lainnya yang

Page 170: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

62 SALINAN

menjadi peserta pada Pelelangan/Seleksi yang

sama; ----------------------------------------------------

3.3.1.8. Bahwa Majelis Komisi menilai dalam hal

terdapat dua atau lebih peserta tender yang

saling terafiliasi dan mengikuti paket tender

yang sama, akan menimbulkan pertentangan

kepentingan (conflict of interest) yang bertujuan

untuk menguntungkan peserta tender tertentu

atau kelompoknya sehingga dapat merugikan

peserta tender yang lain; -----------------------------

3.3.1.9. Bahwa Majelis Komisi menilai dalam hal

terdapat dua atau lebih peserta tender yang

saling terafiliasi dan mengikuti paket tender

yang sama, akan mengakibatkan peserta tender

tersebut menjadi mempunyai posisi tawar atau

kemampuan bersaing lebih tinggi dibandingkan

peserta tender yang lain karena memiliki

kesempatan untuk mengajukan dua atau lebih

penawaran pada satu paket tender yang sama; -

3.3.1.10. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai

hubungan kekeluargaan diantara peserta tender

dalam perkara a quo mengakibatkan adanya

persaingan semu diantara peserta tender yang

mempunyai hubungan kekeluargaan; -------------

3.3.2. Tentang adanya kesamaan alamat, nomor telepon dan

nomor faksmili kantor Terlapor II dan Terlapor III; ---------

3.3.2.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan pada

pokoknya Kantor Terlapor III Cabang Manado

dan Terlapor II Cabang Manado berada dalam

satu gedung kantor yang sama, Bahwa pada

saat lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango-

Bulontio I dan Paket Rekontruksi Jalan Tolango-

Bulontio II berlangsung alamat, nomor telepon

dan faximile kantor Pusat dan kantor Cabang

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV adalah

sama sehingga Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV diduga kuat bekerjasama untuk

Page 171: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

63 SALINAN

mengatur Terlapor III sebagai pemenang pada

Lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio I dan Terlapor IV sebagai pemenang

pada lelang Paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio II; ---------------------------------------------

3.3.2.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam Tanggapannya menyatakan pada

pokoknya mohon pengampunan dari Majelis

Komisi atas ketidaktahuan, kekhilafan, dan

kekeliruan mereka sehingga melakukan suatu

pelanggaran dalam mengikuti proses tender

sebagaimana tender perkara a quo; ----------------

3.3.2.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut:

3.3.2.3.1. Berdasarkan keterangan Terlapor II

dalam tahap penyelidikan

menyatakan mengakui kantor cabang

PT Kakas Karya berada di Jalan

Pierre Tendean; ---------------------------

3.3.2.3.2. Berdasarkan keterangan Terlapor III

dalam Sidang Majelis Komisi

menyatakan bahwa pada saat tender

perkara a quo, antara Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV berada

dalam 1 (satu) kantor yang sama; -----

3.3.2.3.3. Berdasarkan keterangan Terlapor IV

dalam tahap penyelidikan

menyatakan kantor cabang PT Maesa

Jaya di Manado telah tutup dan

alamat kantor Pusat di Sorong pindah

dari Jalan Tuturuga Klamalu Distrik

Aimas ke Jalan Sungai Maruni

Kompleks Ruko Yupiter Nomor 7E,

Kota Sorong; ------------------------------

3.3.2.4. Bahwa Majelis Komisi menilai dengan adanya

kesamaan alamat, nomor telepon dan faksimili

diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

menyebabkan hilangnya persaingan keduanya

Page 172: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

64 SALINAN

dalam tender ini. Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV tidak tertutup kemungkinan

melakukan komunikasi selama mengikuti tender

karena berada dalam satu wilayah yang sama; --

3.3.2.5. Bahwa Majelis Komisi menilai sebagaimana

diatur dalam Pasal 83 huruf e Perpres Nomor 70

Tahun 2012 yang mengatur adanya indikasi

persekongkolan sekurang-kurangnya 2 (dua)

syarat yang harus dipenuhi, antara lain adanya

keikutsertaan beberapa penyedia yang berada

dalam 1 (satu) kendali perusahaan; ---------------

3.3.2.6. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai

dengan adanya eksistensi hubungan

kekeluargaan Terlapor II dan Terlapor III yang

bahkan diperkuat dengan adanya kesamaan

alamat, nomor telepon dan nomor faksimili

Terlapor II dan Terlapor III membuktikan adanya

kerjasama diantara Terlapor II dan Terlapor III

sehingga menciptakan persaingan semu

diantara Terlapor II dan Terlapor III yang

mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat

dan menghambat pelaku usaha lain untuk

bersaing secara kompetitif; --------------------------

3.3.3. Tentang adanya kerjasama dalam penyusunan dokumen

penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor

IV ; ------------------------------------------------------------------

3.3.3.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran menyatakan pada pokoknya bahwa

yang menyusun seluruh dokumen lelang milik

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV adalah

John Regard dengan dibantu oleh tim dari

Terlapor IV yaitu Adi Sitorus, Aldrin Tumangke,

Jeri Rindengan. John Regard merupakan staf

Terlapor III dan saat ini sudah tidak bekerja di

Terlapor III lagi sekitar bulan Mei atau Bulan

juni. Bahwa dugaan Pelanggaran terkait

dokumen penawaran disusun oleh orang/pihak

yang sama dapat dilihat dari pola kesamaan

Page 173: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

65 SALINAN

metadata, harga satuan dan format/penulisan

dokumen penawaran; ---------------------------------

3.3.3.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam Tanggapannya menyatakan pada

pokoknya dokumen kualifikasi yang disampaikan

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV telah

sesuai dengan yang disyaratkan di dalam

penilaian kualifikasi (dokumen keuangan

maupun teknis) telah memenuhi persyaratan

tersebut. Untuk itu Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV merasa bahwa dokumen kualifikasi

yang disampaikan dalam pelelangan memenuhi

persyaratan sebagai peserta tender dan tidak

pernah mengatur dan ataupun melarang orang

untuk mengikuti tender dan atau membagi

paket-paket pekerjaaan tersebut; -------------------

3.3.3.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -

3.3.3.3.1. Bahwa Terlapor III menyatakan dalam

Sidang Majelis Komisi pada pokoknya

Terlapor III mengakui antara Terlapor

II, Terlapor III, dan Terlapor IV adalah 1

(satu) grup yang secara bersama-sama

mengikuti tender pada perkara a quo; -

3.3.3.3.2. Bahwa Terlapor IV telah mengakui

adanya persekongkolan antara Terlapor

II, Terlapor III dan Terlapor IV

sebagaimana telah diuraikan dalam

LDP; ------------------------------------------

3.3.3.4. Bahwa Majelis komisi berpendapat perusahaan-

perusahaan tersebut merupakan entitas hukum

yang berbeda yang seharusnya bersaing satu

sama lain dalam tender perkara a quo, namun

fakta dan bukti-bukti persidangan menunjukkan

bahwa tindakan tersebut sengaja dilakukan

untuk menciptakan persaingan semu; -------------

3.3.3.5. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi

berpendapat adanya kerjasama antara Terlapor

Page 174: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

66 SALINAN

II, Terlapor III dan Terlapor IV dalam persesuaian

penyusunan dokumen kualifikasi dan dokumen

penawaran diantara ketiganya membuktikan

adanya persekongkolan horizontal antara

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV; -----------

3.3.4. Tentang Kesamaan IP Address; ----------------------------------

3.3.4.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran dan kesimpulan menyatakan pada

pokoknya berdasarkan Fakta yang diuraikan

terdapat kesamaan Internet Protocol (IP) Address

dalam proses upload dokumen penawaran milik

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV dengan

alamat IP 182.6.235.18. Bahwa dengan men-

upload dokumen dengan IP Address yang sama,

dapat dipastikan tempat melakukan upload

dokumen berasal dari tempat yang sama; ---------

Log In IP Addres Log In IP Addres Log In IP Addres3 Januari 2014 182.2.114.195 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.18 3 Januari 2014 39.214.26.1073 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 182.6.235.183 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.1643 Januari 2014 39.213.108.164

PT. Kakas Karya PT. Nikita Raya PT. Maesa Jaya

3.3.4.2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam tanggapannya menyatakan pada

pokoknya Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor

IV tidak mengetahui adanya kesamaan Internet

Protocol (IP address), namun demikian ada

kemungkinan dapat saja terjadi karena pinjam

meminjam peralatan komputer dan fasilitas

internet diantara para peserta adalah hal biasa

dan secara yuridis bukanlah suatu pelanggaran

hukum; --------------------------------------------------

Page 175: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

67 SALINAN

3.3.4.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -

3.3.4.3.1. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr.

Ahmad Zikrullah selaku Ahli dari

Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)

menyatakan pada pokoknya jika ada

kesamaan IP address maka

kemungkinan pertama, dokumen di-

upload di komputer yang sama di

LPSE. Kemungkinan kedua, dokumen

diupload menggunakan komputer

yang sama di luar LPSE. Jika hal

tersebut benar maka ada indikasi

persekongkolan; --------------------------

3.3.4.3.2. Bahwa berdasarkan keterangan Sdr

Jufri tidak dimungkinkan adanya satu

IP Address yang sama pada saat

bersamaan pada dua

komputer/perangkat yang berbeda

dan di dua lokasi yang berbeda; -------

3.3.4.4. Bahwa Majelis Komisi menilai ketidaktahuan

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV atas

kesamaan IP Address dan bukan merupakan

suatu pelanggaran hukum merupakan bentuk

ketidakpedulian Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV terhadap aturan pengadaan yang

sesuai dengan prinsip persaingan usaha yang

sehat; ----------------------------------------------------

3.3.4.5. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai

adanya kesamaan IP Address antara Terlapor II,

Terlapor III dan Terlapor IV membuktikan adanya

persekongkolan horizontal diantara Terlapor II,

Terlapor III dan Terlapor IV; --------------------------

3.3.5. Tentang adanya pengaturan kelengkapan dokumen

penawaran diantara Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor

IV; -------------------------------------------------------------------

Page 176: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

68 SALINAN

3.3.5.1. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran pada pokoknya menyatakan

Terlapor II pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio I mampu memenuhi seluruh

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Terlapor I

dan menjadi pemenang, sedangkan pada paket

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II,

Terlapor II dengan sengaja tidak memenuhi

persyaratan berupa Tidak Menyerahkan Jaminan

Penawaran Asli sehingga digugurkan oleh

Terlapor I; -----------------------------------------------

3.3.5.2. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran pada pokoknya menyatakan

Terlapor III pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio II mampu memenuhi seluruh

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Terlapor I

dan menjadi pemenang, sedangkan pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio I, Terlapor

III dengan sengaja tidak memenuhi persyaratan

berupa Tidak Menyerahkan Jaminan Penawaran

Asli sehingga digugurkan oleh Terlapor I; ---------

3.3.5.3. Bahwa Investigator dalam Laporan Dugaan

Pelanggaran pada pokoknya menyatakan

Terlapor IV, pada Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio I, dengan sengaja tidak

memenuhi persyaratan berupa Tidak

Menyerahkan Jaminan Penawaran Asli dan pada

Paket Rekonstruksi Jalan Tolango – Bulontio II,

Terlapor IV memasukkan penawaran yang lebih

tinggi dari Terlapor III, sehingga digugurkan oleh

Terlapor I; -----------------------------------------------

3.3.5.4. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam tanggapannya menyatakan pada

pokoknya Bahwa dokumen kualifikasi yang

disampaikan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor

IV telah sesuai dengan yang disyaratkan di

dalam penilaian kualifikasi (dokumen keuangan

maupun teknis) telah memenuhi persyaratan

Page 177: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

69 SALINAN

tersebut. Untuk itu Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV merasa bahwa dokumen kualifikasi

yang disampaikan dalam pelelangan memenuhi

persyaratan sebagai peserta tender dan tidak

pernah mengatur dan ataupun melarang orang

untuk mengikuti tender dan atau membagi

paket-paket pekerjaaan tersebut; -------------------

3.3.5.5. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh fakta; ----------------------------

3.3.5.5.1. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV telah mengakui adanya

persekongkolan antara Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV

sebagaimana telah diuraikan dalam

LDP; -----------------------------------------

3.3.5.6. Bahwa Investigator dalam Kesimpulan

menyatakan pada pokoknya terdapat kesamaan

alasan digugurkannya Terlapor III dan Terlapor

IV pada paket Rekonstruksi Jalan Tolango

Bulontio I dan alasan digugurkannya Terlapor II

pada paket Rekonstruksi Jalan Tolango Bulontio

II adalah sama yaitu tidak menyerahkan jaminan

penawaran asli; ----------------------------------------

3.3.5.7. Bahwa Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

dalam kesimpulan menyatakan pada pokoknya

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV memohon

pengampunan kepada Majelis Komisi atas

ketidaktahuan serta kekhilafan dan kekeliruan

sehingga melakukan suatu pelanggaran dalam

mengikuti proses tender perkara a quo; ------------

3.3.5.8. Bahwa Majelis Komisi menilai dengan adanya

pengaturan kelengkapan dokumen penawaran

menunjukkan adanya komunikasi diantara

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV dalam

membuat dokumen penawaran yang dikuatkan

dengan adanya fakta persidangan; -----------------

3.3.5.9. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan tidak

menangnya Terlapor IV dalam Paket Tolango

Page 178: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

70 SALINAN

Bulantio I dan Paket Tolango Bulontio II

merupakan bentuk kerjasama diantara Terlapor

II, Terlapor III dan Terlapor IV dengan

menempatkan Terlapor IV sebagai pendamping

pemenang dalam kedua paket tender tersebut;---

3.3.5.10. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai

Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV telah

secara terang-terangan maupun diam-diam

melakukan tindakan penyesuaian dokumen

dengan peserta lainnya dalam tender perkara a

quo; --------------------------------------------------------------------

4. Tentang Persekongkolan Vertikal; -------------------------------------------

4.1. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22, persekongkolan vertikal

adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau

beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan

panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan

jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan; ---------------------------

4.2. Bahwa penilaian dan analisa Majelis Komisi terkait dengan

persekongkolan vertikal yang dilakukan oleh Terlapor I dengan

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV berupa kelalaian Terlapor

I dalam melakukan evaluasi administrasi dan evaluasi

kualifikasi adalah sebagai berikut: -------------------------------------

4.2.1. Tentang adanya pengabaian hubungan afiliasi atau

kelompok usaha yaitu Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV untuk mengikuti paket tender yang sama; ----

4.2.1.1. Bahwa dalam Laporan Dugaan Pelanggaran,

Investigator menyatakan pada pokoknya Terlapor

I melakukan pengabaian hubungan afiliasi

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV yang

mengikuti paket tender yang sama yaitu

Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan Tolango –

Bulontio I di lingkungan Satker PJN dan SKPD

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran

2014 dan Pelelangan Paket Rekonstruksi Jalan

Tolango – Bulontio II di lingkungan Satker PJN

dan SKPD Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014; ----------------------------------------

Page 179: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

71 SALINAN

4.2.1.2. Bahwa dalam kesimpulan Investigator, pada

pokoknya menyatakan Terlapor I mengabaikan

beberapa kesamaan dokumen penawaran peserta

tender; ---------------------------------------------------

4.2.1.3. Bahwa Terlapor I dalam tanggapannya

menyatakan pada pokoknya Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango Bulontio I dan Paket Rekonstruksi

Bulontio II adalah dua paket yang tidak saling

berkaitan dengan peserta lelang yang berbeda

dengan Berita Acara Hasil Evaluasi yang berbeda

pula, akan tetapi tidak menutup kemungkinan

dapat diikuti oleh badan usaha yang sama pada

kedua paket tersebut; ---------------------------------

4.2.1.4. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -

4.2.1.4.1. Bahwa Terlapor I pada pokoknya

menyatakan mengakui lalai dan tidak

teliti dalam melakukan evaluasi

dokumen penawaran karena tidak

membandingkan dokumen penawaran

dari masing-masing peserta secara

mendetail; -----------------------------------

4.2.1.4.2. Bahwa berdasarkan keterangan dari

Ahli Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah, Sdr

Ahmad Zikrullah. Ketika Terlapor I

mendapatkan indikasi terkait dengan

kesaman teknis, kesamaan dokumen,

kesamaan HPS, pengendalian

perusahaan oleh pihak lain dalam satu

tender, dan kesamaan jaminan

penawaran pada peserta tender maka

Terlapor I harus melakukan klarifikasi;

4.2.1.4.3. Bahwa dengan adanya fakta

persidangan dalam poin 4.2.1.4.1 dan

4.2.1.4.2 Tentang Hukum di atas,

Majelis Komisi menilai Terlapor I dalam

perkara a quo lalai dan abai sebagai

Page 180: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

72 SALINAN

Panitia Tender karena banyak

ditemukan kesamaan dalam dokumen

penawaran Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV; ----------------------------------

4.2.1.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat sebagaimana

dikuatkan oleh Ahli Sdr Ahmad Zikrullah

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah, bahwa Terlapor I harus melakukan

klarifikasi jika sudah menemukan minimal 2

(dua) indikasi adanya persaingan tidak sehat; ----

4.2.1.6. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi

berpendapat adanya bentuk fasilitasi Terlapor I

kepada Terlapor II dalam Paket Pelelangan

Tolango Bulontio I menjadi pemenang dan

Terlapor III dalam Paket Pelelangan Tolango

Bulontio II yang membuktikan adanya bentuk

persekongkolan vertikal antara Terlapor I dengan

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV. -----------

4.2.2. Tentang adanya pengabaian Pokja dalam mengevaluasi

peralatan yang sama yang ditawarkan oleh Terlapor II

dan Terlapor III; --------------------------------------------------

4.2.2.1. Bahwa dalam Laporan Dugaan Pelanggaran,

Investigator pada pokoknya menyatakan terdapat

kesamaan peralatan utama minimal yang

ditawarkan oleh Terlapor III (Pemenang Paket

Rekonstruksi Tolango – Bulontio II) dengan

Terlapor II (Pemenang Paket Rekonstruksi

Tolango – Bulontio I); ----------------------------------

4.2.2.2. Bahwa Terlapor I dalam Tanggapannya

menyatakan pada pokoknya Pada paket Jalan

Tolango Bulontio I hanya ada pemenang

(Terlapor II) dan tidak ada cadangan karena

peserta lainnya tidak memenuhi syarat adm

sehingga dalam melakukan evaluasi hanya

dilakukan terhadap pemenang. Berdasarkan file

Terlapor II di paket Jalan Tolango Bulontio I dan

Terlapor III di paket Jalan Tolango Bulontio II

Page 181: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

73 SALINAN

dimana Terlapor III memiliki peralatan berlebih

sehingga bisa mendukung/ menyewakan

peralatan ke peserta lain untuk digunakan pada

paket pekerjaan berbeda sehingga hal tersebut

tidak dapat dikatakan kedua peserta berada

dalam satu kendali dan apabila pada masa

pelaksanaan diketahui kedua peserta saling

mendukung di peralatan yang sama maka hal

tersebut masih dapat dimungkinkan; --------------

4.2.2.3. Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis

Komisi memperoleh keterangan sebagai berikut: -

4.2.2.3.1. Bahwa Terlapor II menyatakan tidak

pernah merasa difasilitasi oleh Terlapor

I untuk menjadi pemenang dan tidak

mengetahui mengenai kesamaan

dokumen penawaran diantara Terlapor

II sampai dengan Terlapor IV; ------------

4.2.2.3.2. Bahwa berdasarkan keterangan dari

Sdr Ahmad Zikrullah, selaku Ahli LKPP

yang berpendapat jika peserta

mencantumkan alat yang sama berarti

membicarakan kapasitas. Ketika alat

tersebut digunakan apakah

memungkinkan untuk mengerjakan

pekerjaan di waktu yang bersamaan.

Dengan keadaan demikian Terlapor I

wajib melakukan klarifikasi kepada

para peserta tender yang mengajukan

peralatan yang sama; ----------------------

4.2.2.4. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan

dikuatkan oleh keterangan Ahli LKPP yang

menyatakan pada pokoknya Terlapor I

seharusnya melakukan evaluasi dan mengetahui

ada kesamaan dokumen di antara para peserta

yang berarti merupakan pelanggaran persaingan

usaha tidak sehat dalam pelelangan; ---------------

4.2.2.5. Bahwa Majelis Komisi menilai pengabaian

Terlapor I dalam melakukan evaluasi dokumen

Page 182: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

74 SALINAN

merupakan bentuk fasilitasi Terlapor II untuk

menjadi pemenang tender pada Paket

Rekonstruksi Jalan Tolango–Bulontio I dan

Terlapor III pemenang pada Paket Rekonstruksi

Jalan Tolango–Bulontio II; ----------------------------

5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999; ----------------------------------------------------------------------

5.1. Menimbang bahwa Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 mengatur sebagai berikut: ----------------------------------------

“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk

mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat” ----------

5.2. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak

terjadinya pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur

sebagai berikut: ------------------------------------------------------------

5.2.1. Unsur Pelaku Usaha; ----------------------------------------------

5.2.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal

1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

adalah orang perorangan atau badan usaha, baik

yang berbentuk badan hukum atau bukan badan

hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-

sama melalui perjanjian, menyelenggarakan

berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; --

5.2.1.2. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam

perkara ini adalah PT Kakas Karya (Terlapor II),

PT Nikita Raya (Terlapor III), dan PT Maesa Jaya

(Terlapor IV) sebagaimana dimaksud dalam

Bagian Tentang Hukum butir 1.2. sampai dengan

1.4 di atas; -----------------------------------------------

5.2.1.3. Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha

terpenuhi; -----------------------------------------------

5.2.2. Unsur Bersekongkol; ----------------------------------------------

5.2.2.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol

berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang

Page 183: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

75 SALINAN

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Persekongkolan dalam Tender (selanjutnya

disebut “Pedoman Pasal 22”) adalah kerjasama

yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak

lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara

apapun dalam upaya memenangkan peserta

tender tertentu; ------------------------------------------

5.2.2.2. Bahwa menurut Pedoman Pasal 22, unsur

bersekongkol tersebut dapat berupa: ----------------

a. kerjasama dua pihak atau lebih; ------------------

b. secara terang-terangan maupun diam-diam

melakukan tindakan penyesuaian dokumen

dengan peserta lainnya; -----------------------------

c. membandingkan dokumen tender sebelum

penyerahan; -------------------------------------------

d. menciptakan persaingan semu; --------------------

e. menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya

persekongkolan; ------------------------------------------------

f. tidak menolak melakukan suatu tindakan

meskipun mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan

untuk mengatur dalam rangka memenangkan

peserta tender tertentu; ------------------------------

g. pemberian kesempatan eksklusif oleh

penyelenggara tender atau pihak terkait secara

langsung maupun tidak langsung kepada pelaku

usaha yang mengikuti tender, dengan cara

melawan hukum; ----------------------------------------------

5.2.2.3. Bahwa berdasarkan analisis tentang

Persekongkolan Horizontal sebagaimana

diuraikan dalam Tentang Hukum butir 3,

tindakan yang dilakukan oleh Terlapor II, Terlapor

III dan Terlapor IV berupa kerjasama antara dua

pihak atau lebih dan/atau secara terang-terangan

atau diam-diam melakukan tindakan

penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya

dengan cara sebagai berikut; -------------------------

Page 184: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

76 SALINAN

5.2.2.3.1. Tentang adanya hubungan keluarga

Terlapor III dengan Terlapor II yang

mengakibatkan adanya persaingan

semu diantara peserta tender yang

mempunyai hubungan kekeluargaan; --

5.2.2.3.2. Tentang Kesamaan alamat, nomor

telepon, nomor faks Terlapor II,

Terlapor III membuktikan adanya

kerjasama diantara Terlapor II dan

Terlapor III sehingga menciptakan

persaingan semu diantara Terlapor II

dan Terlapor III yang mengakibatkan

persaingan usaha tidak sehat dan

menghambat pelaku usaha lain untuk

bersaing secara kompetitif; ---------------

5.2.2.3.3. Tentang adanya kerjasama dalam

penyusunan dokumen penawaran

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

menunjukkan bahwa tindakan tersebut

sengaja dilakukan untuk menciptakan

persaingan semu; --------------------------

5.2.2.3.4. Tentang kesamaan IP Address

merupakan bentuk ketidakpedulian

Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

terhadap aturan pengadaan yang

sesuai dengan prinsip persaingan

usaha yang sehat; --------------------------

5.2.2.3.5. Tentang pengaturan kelengkapan

dokumen penawaran membuktikan

bahwa Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV telah secara terang-

terangan maupun diam-diam

melakukan tindakan penyesuaian

dokumen dengan peserta lainnya dalam

tender perkara a quo; ----------------------

5.2.2.4. Bahwa tindakan sebagaimana diuraikan dalam

butir 5.2.2.1 sampai dengan 5.2.2.3 merupakan

bentuk unsur bersekongkol sebagaimana diatur

Page 185: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

77 SALINAN

dalam Pedoman Pasal 22 huruf: (a) kerjasama

antara dua pihak atau lebih, (b) secara terang-

terangan maupun diam-diam melakukan

tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta

lainnya, (c) membandingkan dokumen tender

sebelum penyerahan, (d) menciptakan persaingan

semu; -----------------------------------------------------

5.2.2.5. Bahwa dengan demikian, persekongkolan

horizontal pada Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi

Jalan di Lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan

Jalan Nasional dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014 terpenuhi; ----------------------------

5.2.2.6. Bahwa berdasarkan analisis tentang

Persekongkolan Vertikal sebagaimana diuraikan

dalam Tentang Hukum butir 4 adalah sebagai

berikut; ---------------------------------------------------

5.2.2.6.1. Bahwa tindakan Terlapor I yang

mengabaikan hubungan afiliasi atau

kelompok usaha Terlapor II, Terlapor III

dan Terlapor IV untuk mengikuti paket

tender yang sama membuktikan

adanya bentuk persekongkolan vertikal

antara Terlapor I dengan Terlapor II,

Terlapor III dan Terlapor IV; --------------

5.2.2.6.2. Bahwa tindakan Terlapor I yang

mengabaikan melakukan evaluasi

peralatan yang sama yang ditawarkan

oleh Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV merupakan bentuk fasilitasi

Terlapor II untuk menjadi pemenang

tender pada Paket Tolango Bulontio I

dan Terlapor III untuk menjadi

pemenang tender pada Paket Tolango

Bulontio I; -----------------------------------

5.2.2.6.3. Bahwa tindakan sebagaimana

diuraikan pada butir 5.2.2.6.1 dan

5.2.2.6.2 diatas merupakan bentuk

Page 186: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

78 SALINAN

unsur bersekongkol sebagaimana

diatur dalam Pedoman Pasal 22 huruf

(e) sampai dengan huruf (g): menyetujui

dan atau memfasilitasi terjadinya

persekongkolan; tidak menolak

melakukan suatu tindakan meskipun

mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa tindakan tersebut

dilakukan untuk mengatur dalam

rangka memenangkan peserta tender

tertentu; pemberian kesempatan

ekslusif oleh penyelenggara tender atau

pihak terkait secara langsung maupun

tidak langsung kepada pelaku usaha

yang mengikuti tender, melawan

hukum; --------------------------------------

5.2.2.6.4. Bahwa dengan demikian

persekongkolan vertikal pada

Pelelangan 2 Paket Rekonstruksi Jalan

di Lingkungan Satuan Kerja

Pelaksanaan Jalan Nasional dan

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun

Anggaran 2014 terpenuhi; ---------------

5.2.2.7. Unsur Pihak Lain; ----------------------------------------

5.2.2.7.1. Bahwa menurut Pedoman Pasal 22,

yang dimaksud dengan unsur Pihak

Lain adalah: ---------------------------------

“para pihak (vertikal dan horizontal)

yang terlibat dalam proses tender yang

melakukan persekongkolan tender baik

pelaku usaha sebagai peserta tender

dan atau subjek hukum lainnya yang

terkait dengan tender tersebut”; ----------

5.2.2.7.2. Bahwa yang dimaksud dengan pihak

lain dalam perkara ini adalah para

pihak secara horizontal dan atau

vertikal yang dalam perannya masing-

Page 187: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

79 SALINAN

masing bersekongkol satu sama lain

untuk memenangkan tender dalam

perkara a quo, yang diuraikan sebagai

berikut; --------------------------------------

5.2.2.7.3. Bahwa yang menjadi pihak lain secara

horizontal adalah perusahaan yang

mengikuti tender tetapi tidak

memenangkan paket pekerjaan dan

terlibat dalam kerja sama dalam

mengatur pemenang pada paket

Pekerjaan Jalan Tolango Bulontio I,

yaitu Terlapor III dan Terlapor IV.

Sedangkan pihak lain secara horizontal

pada paket Pekerjaan Jalan Tolango

Bulontio II adalah Terlapor II dan

Terlapor IV; ----------------------------------

5.2.2.7.4. Bahwa terkait subjek hukum lainnya

yang merupakan pihak lain yang

terlibat dalam persekongkolan vertikal

adalah Terlapor I, Pokja Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Satker

Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD

Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran

2014; -----------------------------------------

5.2.2.7.5. Bahwa yang menjadi pihak lain secara

horizontal dalam tender perkara a quo

adalah Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV: ----------------------------------

5.2.2.7.6. Bahwa yang menjadi pihak lain secara

vertikal dalam tender perkara a quo

adalah Terlapor I; --------------------------

5.2.2.7.7. Bahwa dengan demikian unsur pihak

lain terpenuhi; -----------------------------

5.2.3. Unsur Mengatur dan/atau Menentukan Pemenang

Tender; ---------------------------------------------------------------

Bahwa menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan atau

menentukan pemenang tender adalah; -------------------------

Page 188: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

80 SALINAN

“suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses

tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk

menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya

dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu

dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan

pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal

penetapan kriteria pemenang, persyarataan teknik,

keuangan, spesifikasi, proses tender dan sebagainya”;

5.2.3.1. Bahwa penentuan pemenang tender dilakukan

dengan cara sebagai berikut; -------------------------

5.2.3.1.1. Adanya tindakan Terlapor I yang

dengan sengaja mengabaikan fakta-

fakta kesamaan sebagaimana diuraikan

dalam bagian Tentang Hukum butir

4.2.1 sampai dengan butir 4.2.2; --------

5.2.3.1.2. Adanya kerjasama dalam bentuk

komunikasi diantara Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV sehingga

ditemukan kesamaan alamat, nomor

telepon dan faks milik Terlapor II dan

Terlapor III, adanya kerjasama dalam

penyusuan dokumen penawaran,

adanya kesamaan IP Addresss, dan

adanya pengaturan kelengkapan

penawaran milik Terlapor II, Terlapor III

dan Terlapor IV; ----------------------------

5.2.3.1.3. Bahwa dengan demikian unsur

mengatur dan/atau menentukan

pemenang tender terpenuhi; ------------

5.2.4. Unsur dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak

sehat; -----------------------------------------------------------------

5.2.4.1. Bahwa menurut pasal 1 angka 6 dan Pedoman

Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat adalah; --

“persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau

pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan

dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha”;

Page 189: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

81 SALINAN

5.2.4.2. Bahwa tindakan Terlapor I yang mengabaikan

hubungan afiliasi Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV untuk mengikuti tender yang sama

dan adanya kelalaian Terlapor I untuk

mengevaluasi peralatan yang sama yang

ditawarkan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor

IV sebagaimana diuraikan dalam bagian tentang

hukum butir 4.1 dan 4.2 di atas merupakan

bentuk perbuatan melawan hukum; ----------------

5.2.4.3. Bahwa tindakan Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV yang melakukan kerjasama dan

persaingan semu sebagaimana diuraikan dalam

bagian tentang hukum butir 3.3.1 sampai dengan

butir 3.3.5 di atas merupakan tindakan yang

tidak jujur dan menghambat persaingan usaha; --

5.2.4.4. Bahwa tindakan persekongkolan tender yang

dilakukan oleh para Terlapor dalam perkara a quo

jelas telah menimbulkan persaingan usaha yang

tidak sehat diantara peserta tender lainnya,

karena hal tersebut merupakan tindakan tidak

jujur dan melawan hukum yang dapat

menghilangkan persaingan dan berpotensi

menimbulkan kerugian negara; ----------------------

5.2.4.5. Bahwa dengan demikian, unsur dapat

mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat

terpenuhi; -----------------------------------------------

6. Tentang Rekomendasi Majelis Komisi; ------------------------------------

6.1 Majelis Komisi merekomendasikan kepada Walikota Gorontalo

Provinsi Gorontalo cq Kepala Unit Layanan Pengadaan Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional XI untuk memberikan sanksi

administratif kepada Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Satker Pelaksanaan Jalan Nasional dan SKPD Provinsi Gorontalo

Tahun Anggaran 2014 selaku Terlapor I karena lalai dalam

mengevaluasi dokumen tender sehingga melanggar Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;--------------------------------

6.2 Meninjau ulang kompetensi seluruh Pokja Pengadaan dengan

memberikan bimbingan teknis secara intensif kepada seluruh

Unit Layanan Pengadaan di lingkungan instansi terkait sehingga

Page 190: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

82 SALINAN

pelelangan berikutnya dapat dilaksanakan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha sebagaimana

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; --------

7. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus; -----------

Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:--------------------------------

7.1 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang

meringankan bagi Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV karena

telah bersikap baik dan kooperatif dalam Sidang Majelis Komisi; -

7.2 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang

meringankan bagi Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV karena

telah mengakui perbuatannya; ------------------------------------------

8. Tentang Diktum Putusan dan Penutup; -----------------------------------

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta, penilaian, analisis dan

kesimpulan di atas, serta dengan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: -----------------------------

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan

Terlapor IV, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal

22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; --------------------------------

2. Menghukum Terlapor II, membayar denda sebesar

Rp 331.000.000,00 (tiga ratus tiga puluh satu juta rupiah) yang

harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda

pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------

3. Menghukum Terlapor III, membayar denda sebesar

Rp 630.000.000,00 (enam ratus tiga puluh juta rupiah) yang harus

disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda

pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------

Page 191: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

83 SALINAN

4. Menghukum Terlapor IV, membayar denda sebesar

Rp 106.000.000,00 (seratus enam juta rupiah) yang harus disetor

ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di

bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas

Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------

5. Memerintahkan Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV

melakukan pembayaran denda dan menyerahkan salinan bukti

pembayaran denda tersebut ke KPPU. ------------------------------------

Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang

Majelis Komisi pada hari Jumat tanggal 22 April 2016 oleh Majelis

Komisi yang terdiri dari Saidah Sakwan, M.A. sebagai Ketua Majelis

Komisi; Dr. Syarkawi Rauf, S.E., M.E., dan Ir. M. Nawir M.Sc. masing-

masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dan dibacakan di muka

persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Selasa

tanggal 17 Mei 2016, dengan dibantu oleh Dewi Meryati, S.Kom, M.H.,

Luqman Nurdhiansyah, S.H. dan Yanti Christine, S.H. masing-masing

sebagai Panitera.

Ketua Majelis Komisi,

Ttd

Saidah Sakwan, M.A.

Anggota Majelis Komisi,

Ttd

Dr. Syarkawi Rauf, S.E.,M.E.

Anggota Majelis Komisi,

Ttd

Ir. M. Nawir Messi, M.Sc.

Koordinator Panitera,

ttd

Dewi Meryati., S.Kom., M.H.

Panitera,

ttd Luqman Nurdhiansyah, S.H.

ttd

Yanti Christine, S.H.

Page 192: MEKANISME PENGATURAN TENDER REKONSTRUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42248/1/FACHRI... · KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH

84 SALINAN

Salinan sesuai dengan aslinya,

SEKRETARIAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Direktur Persidangan

M. Hadi Susanto