mekanisme pembentukan peraturan desa oleh badan

62
MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DI DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (SIP) Dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Syariah Oleh : M ADI PRATAMA PUTRA NIM : SIP. 130054 PEMBIMBING : H. HERMANTO HARUN, LC., M.HI., PH.D ULYA FUHAIDAH, S.HUM., M.HUM PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1441 H /2020 M

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

1

MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DI DESA SELAT KECAMATAN

PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (SIP)

Dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan

Pada Fakultas Syariah

Oleh :

M ADI PRATAMA PUTRA

NIM : SIP. 130054

PEMBIMBING :

H. HERMANTO HARUN, LC., M.HI., PH.D

ULYA FUHAIDAH, S.HUM., M.HUM

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1441 H /2020 M

Page 2: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

2

Page 3: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

3

Page 4: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

4

Page 5: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

5

MOTTO

لََةَ قََامُىا الصَّ ِهِمْ وَأ زَبّ وَالَّذِيهَ اسْتجََابُىا لِ

مْ نَاهُ ا رَسَقْ نَهُمْ وَمِمَّ يْ مْ شُىرَيٰ بَ وَأمَْزُهُ

قُىنَ فِ (83)يُنْ

Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya

dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat

antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan

kepada mereka” (Q.S Asy-Syura : 38 )1

1Surah Asy-Syura : 38

v

Page 6: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

6

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Dengan mengucapkan Alhamdulillah

Ku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua saya

SyamsulBakhriA.md(ayah)dan CindraDewi(ibu)

Yang telah membesarkan, mendidik, mengasihi saya dengan penuh kasih sayang

tanpa pernah merasa letih, serta telah berkorban seluruh jiwa dan raga demi

membuat saya menjadi seorang anak yang lebih berarti lagidanyang selalu

memberikan ku ketenangan, kenyamanan, motivasi, dandoa terbaik serta

menyisihkan finansial nya, sehingga aku bisa menyelesaikan studi ku.

Semoga keluh kesah dan air mata kalian menjadi aliran air yang mengalir di

surga Firdaus. Amiinn ya rabbal’alamin.

Dan kepada adik tercinta saya rizki dwiyansyah yang mana beliau maumembantu

saya dalam hal apapun menyangkut penyelesaians kripsi saya ini.

Takluput pula kepada kasih saya zelvia milani oktaviana yang selalu mensuport

saya untuk bergegas menyelasaikan studi akhir saya ini serta selalu setia

menemani saya dalam kondisi apapun.

Semoga mereka selalu dalam lindungan allah SWT.

vi

Page 7: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

7

ABSTRAK

Badan Permusyawaratan desa (BPD) adalah lembaga yang merupakan perwujudan

demokrasi pemerintahan desa dan sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. BPD

berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana

Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Pemusyawaratan Desa di desa

selat. (2) Kendala-kendala apa saja yang ditemui dalam pembentukan PERDES di desa

selat.(3)serta solusi dari setiap kendala yang timbul dalam pelaksaan pembentukan

peraturan desa tersebut. Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikarenakan

merupakan penilitian yang menjuru kepada permasalahan dalam kehidupan kerja

organisasi pemerintah kemudian selanjutnyamengelompokan informasi kemudian

melakukan interprestasi untuk memberikan makna setelah analisis serta Melihat

kesenjangan Peraturan Perundang-undangan dalam kenyataan nya tidak sesuai dengan

ketentuannya yang meliputi dengan cara pendekatan, pengumpulan fakta-fakta sosial dan

hukum, wawancara/kuesioner,. Dari hasi penelitian Tentang Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan Peraturan desa di Desa Selat belum sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 peraturan daerah kabupaten batanghari

Tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa. Badan

Permusyawaratan Desa yang masih kurangnya sumber daya manusia yang ada di desa

selat tersebut, dalam hal pendidikan yang masih rendah, kurangnya pelatihan dari

pemerintahan pusat guna untuk lebih memahami landasan undang-undang dalam

pembuatan peraturan desa dan kurangnya wadah aspirasi masyarakat dalam pembuatan

peraturan desa sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam pelaksanaan dan penerapan

peraturan yang telah dibuat.

Kata kunci: peraturan daerah kabupaten batanghari nomor 22 tahun 2007 tentang

pedoman pembentukan peraturan desa dan mekanisme penyusunan peraturan desa

vii

Page 8: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Mekanisme

Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa, di Desa

Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari”.Kemudian tidak luput

pula sholawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad

SAW, yang banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengakui, tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data

maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan daripihak, terutama

bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan

adalah kata terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi

ini, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph. D selaku Rektor UIN Sulthan

Thaha Saiduddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, MH selaku dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thaha Saiduddin Jambi.

3. Bapak Agus Salim, S.Th.I.,MA.,M.IR selaku pembantu dekan I, Bapak Dr.

Ruslan Abdul Ghani, SH selaku pembantu dekan II, Dan Bapak Dr. H. Ishak,

SH., M.Hum selaku pembantu dekan III, Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

viii

Page 9: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

9

4. Ibu Dr Irmawati sagala S.IP., M.SI selaku ketua jurusan dan bapak yudi armansyah

M.Hum selaku sekretaris jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak H. Hermanto Harun, Lc. M.Hi., Ph.D dan Ibu Ulya Fuhaidah S.Hum.,

M.Hum., Selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang banyak memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Semua pihak terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun

tidak langsung.

8. Bapak Jangcik selaku ketua BPD di Desa Selat, yang telah memberikan Izin

untuk melakukan Wawancara, untuk memperoleh pengumpulan Data Skripsi

Ini.

Namun di samping itu, skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya

di harapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran

maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

M. ADI PRATAMA PUTRA

SIP. 130054

ix

Page 10: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7

D. Kerangka Teori ......................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 13

BAB II METODE PENELITIAN ........................................................... 16

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 16

B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 16

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 17

D. Unit Analisis Data .................................................................... 18

E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 19

F. Tekhnik Analisis Data ............................................................... 20

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 23

A. Aspek Geografis ....................................................................... 23

B. Aspek Demografi ...................................................................... 24

C. Aspek Pemerintahan ................................................................. 25

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 29

A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa Oleh Badan

Permusyawaratan Desa di Desa Selat .................................... 29

x

Page 11: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

11

B. Kendala-Kendala Yang Ditemui Dalam Proses Pembentukan

Peraturan Desa di Desa Selat .................................................. 37

C. Solusi Terhadap Masalah Yang Ditemui pada saat

Melaksanakan Pembentukan Peraturan Desa di Desa Selat ... 39

BAB V PENUTUP .................................................................................... 41

A. Kesimpulan ............................................................................... 41

B. Saran ......................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xi

Page 12: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

12

DAFTAR SINGKATAN

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

PERDES : Peraturan Desa

UUD : Undang-Undang Dasar

UU : Undang-Undang

PERPU : Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PERMENDAGRI : Peraturan Pemerintah Dalam Negeri

PERDA : Peraturan Daerah

PEMDA : Pemerintah Daerah

PEMKAB : Pemerintah Kabupaten

PEMPROV : Pemerintah Provinsi

xii

Page 13: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Struktur Badan Permusyawaratan Desa

Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ....... 28

xiii

Page 14: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut

asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan

memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu, pasal 18 undang-undang

dasar 1945 antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah indonesia atas

daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahanya ditetapkan

dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar

permusyawaratan dan sistem pemerintahan negara dan hak asal-usul dalam

daerah yang bersifat istimewa.

Oleh karena itu ditetapkanlah undang-undang nomor 23 tahun 2014

tentang pemerintahan daerah (selanjutnya disingkat UU Nomor 23 Tahun

2014) yang mana sebelum terjadi perubahan atas undang-undang nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Maka indonesia memiliki titik

reformasi khususnya dibidang pemerintahan daerah.

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (2) Amandemen UUD

1945 ditentukan: “Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan

Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan”.2

2Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Pasal 18 ayat(2)

Page 15: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

2

Demokrasi menjadi salah satu tatanan yang dipakai oleh hampir

seluruh negara di dunia termasuk di indonesia, tidak heran demokrasi sering

disebut kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Menyinggung pasal

18 ayat 2 UUD 1945 pemerintahan daerah , kabupaten dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuas dalam pemerintahan terkecil yakni desa. Salah satu bentuk

kewenangan yang dapat dilakukan oleh desa adalah pembuatan peraturan

desa (PERDES) untuk menjalankan roda pemerintahan desa yang mengikat

warganya sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang wajib ditaati dalam

rangka meningkatkan pembangunan desa. Dalam rangka melaksanakan

kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai

legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

Tujuan dari pemberian otonomi tersebut adalah untuk dapat menjamin

terselenggaranya tugas-tugas pemerintah dan kelangsungan pembangunan

secara berdaya dan berhasil guna dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

adil dan makmur, merata dan berkesinambungan, diharapkan kepada aparat

pemerintahan untuk dapat berperan dan berfungsi secara maksimal guna

mendorong dan merangsang untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan daerah/wilayah secara mandiri.

Pembangunan otonomi daerah yang dilaksanakan sesuai dengan

amanat undang-undang Dasar 1945 diarahkan untuk lebih mengembangkan

Page 16: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

3

dan memacuh pembangunan daerah dan memperluas peran serta masyarakat

serta lebih meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

dengan memperhatikan kemungkinan dan pemanfaatan potensi daerah dan

secara saling mendukung dengan kemampuan nasional pelaksanaan otonomi

yang nyata dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.3

Otonomi Daerah adalah salah satu dari 6 Agenda reformasi di

samping pemberantasan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Penegakan

hukum dan Hak Azazi Manusia (HAM), penghapusan dwifungsi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Amandemen UUD 1945 dan

Demokratis. Pemberian Otonomi kepada daerah bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, kehidupan

yang demokratis, keadilan dan pemerataan, memelihara hubungan yang serasi

antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.4

Sebagai tindak lanjut ketentuan UUD 1945 tersebut, diatur lebih

lanjut dengan Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. (selanjutnya disingkat UU No.23 Tahun 2014). Didalam undang-

undang ini dikenal adanya tiga asas pemerintahan yaitu asas desentralisasi,

dekonsentralisasi, dan tugas pembantuan.Penerapan asas dekonsentrasi

mengharuskan adanya pembagian wilayah daerah, sampai pada tingkat yang

ada di bawahnya, yaitu kecamatan dan desa. Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

3H.A.W. Widjaja, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia,(Jakarta:Rerika Cipta,1998),hal. 133

4Abdul Gaffar Karim, Persoalan Otonomi Daerah Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka

Belajar,2006),hal. 174

Page 17: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

4

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyangkut Badan

Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang

merupakan perwujudan demokrasi pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan desa di tinjau dari Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 2006 Kabupaten Batanghari. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (5):

pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut UU No. 23 Tahun 2014, yang di maksud desa adalah Desa

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempatberdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak

tradisional yang di akui dan dihormati dalam sistim pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.5 Landasan dalam pengaturan mengenai desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.H.A. Brasz (1975: 1)“Ilmu pemerintahan adalah

5Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 18: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

5

ilmu yang mempelajari cara lembaga pemerintahan umum disusun dan

difungsikan, baik ke dalam maupun ke luar terhadap warga nya.”6

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, Badan Permusyawaratan Desa (selanjutnya disebut BPD) berfungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyrakat.7 Fungsi Badan Permusyawaratan Desa perlu

diperkuat dalam rangka mendukung pemerintah daerah dalam melaksanakan

tugas dan wewenang nya.89

Demikian pula di Kabupaten Batanghari merupakan salah satu Daerah

Kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, dan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten ini adalah Kecamatan Pemayung yang di dalam Kecamatan ini

terdapat beberapa desa, diantaranya desa Selat. Mengacu kepada Peraturan

Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Berdasarkan penjelasan daripada undang-undang di atas tersebut,

maka landasan atas peraturan daerah nomor 6 tahun 2006 tentang badan

permusyawaratan desa maka terbitlah peraturan daerah kabupaten Batanghari

nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme

penyusunan peraturan desa yang di dalamnya mengatur seluruh tatanan serta

6Pipin Syarifin dan Deda Jubaedah, Pemerintahan daerah Di Indonesia ,(Bandung:CV.Pustaka

Setia, 2005), hal. 73. 7Penjelasan Undang-undang Nomor32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 209.

8Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

9 Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme

penyusunan peraturan desa

Page 19: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

6

langkah demi langkah untuk membuat rancangan peraturan desa pada setiap

desa di kabupaten Batanghari.

Ketentuan umum yang berlaku yakni BPD sebagai mitra kerja kepala

desa dalam memperdayakan masyarakat dan sebagai penunjang pemerintahan

daerah kabupaten serta pelaksanaan fungsi dan tugas BPD di desa selat

kecamatan pemayung kabupaten batanghari sebagai penyelenggaraan

pemerintahan desa dirasa belum berjalan sebagaimana yang sudah diatur

dalam perundang-undangan yang berlaku. Misalnya dalam hal pembuatan

peraturan desa atau disingkat dengan PERDES seperti dalam hal pengambilan

keputusan, rapat bersama masyarakat , serta mensosialisasikan hasil dari

keputusan oleh BPD tersebut belum berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas penulis merasa tertarik

melakukan penelitian selanjutnya terhadap permasalahan yang terjadi di desa

selat kecamatan pemayung kabupaten batanghari, dengan judul : “Mekanisme

Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa di Desa

Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis

membahas permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh

BadanPermusyawaratan Desa di Desa Selat ?

2. Kendala-Kendala apa saja yang ditemui dalam pembentukan PERDES

di Desa Selat ?

Page 20: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

7

3. Bagaimana solusi terhadap masalah yang ditemui pada saat

melaksanakan pembentukan PERDES di desa selat ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Pembentukan Peraturan

Desa Oleh Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Selat

b. Untuk menjelaskan Kendala-kendala apa saja yang di temui dalam

Pembentukan Peraturan Desa Di Desa Selat.

c. Serta mencari solusi dari setiap masalah yang ditemui pada saat

melaksanakan proses pembentukan PERDES di desa selat.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini dilihat dari dua aspek yakni secara

teori dan praktis, yaitu :

Kegunaan secara teori

a. Kegunaan secara teori untuk memberikan sumbangan pemikiran dan

menambah kepustakaan di bidang pemerintahan.

b. Agar lebih memahami cara serta pelaksanaan atas pedoman peraturan

daerah yang dibuat untuk dijadikan landasan sebagai pembuat

peraturan desa

Page 21: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

8

Kegunaan secara praktis

a. kegunaan secara praktis, diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pemerintahan desa pada umumnya dan khususnya pada pemerintahan

desa Selat Kecamatan pemayung Kabupaten Batanghari.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perundang-undangan

Teori dasar yang akan penulis gunakan yakni Peraturan Daerah

Kab. Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan

Desa dan di atur pelaksanaanya dalam peraturan daerah kabupaten

Batanghari nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pelaksanaan

pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa yang Di Dalam

peraturan Daerah ini terdapat uraian Wewenang, Hak dan Kewajiban

BPD

2. Asas desentralisasi

secara garis besar, asas desentralisasi adalah pelimpahan

kekuasaan dan kewenangan dari pusat kepada daerah dimana kewenangan

yang bersifat otonomi diberi kewenangan dapat melaksanakan

pemerintahanya sendiri tanpa intervensi dari pusat. 10

Menurut UU Nomor 5 tahun 1974, desentralisasi adalah

penyerahan urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah, semata-mata

10

Jazim Hamidi, Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011)

hlm17-18.

Page 22: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

9

untuk mencapai suatu pemerintahan efisien. Pelimpahan yang

menghasilkan otonomi. Otonomi itu sendiri adalah kebebasan masyarakat

yang tinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan mengurus

kepentinganya sendiri. Namun tidak untuk semua hal, keamanan, hukum

dan kebijakan merupakan beberapa hal yang masih terpusat namun tetap

ada pendelegasian kepada daerah.11

3. Demokrasi

Secara umum demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang setiap

warga negara mempunyai hak yang setara dalam pengambilan suatu

keputusan yang akan memberikan efek dalam kehidupan mereka.

Demokrasi juga bisa diartikan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi berada

ditangan rakyat. Dalam demokrasi, warga negara bisa diizinkan untuk

berpartisipasi aktif secara langsung atau juga melalui perwakilan dalam

melakukan perumusan, pengembangan serta pembuatan hukum.

Demokrasi juga sangat mempunyai arti penting bagi masyarakat

yang menggunakanya. Sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk

menentukan sendiri jalanya organisasi maupun pemerintahan negara

terjamin.12

4. Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,

yang dimaksud Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang

11

UU Nomor 5 tahun 1974 12

Sofyan hadi,demokrasi(9november2015)

Page 23: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

10

melaksanakanfungsi Pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari

penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan di tetapkan secara

demokratis.13

Sedangkan Menurut peraturan Daerah kabupaten Batanghari

Nomor 7 tahun 2013 Tentang Pemerintahan Desa Badan

Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga

yang merupakan perwujudan demokrasi pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.14

5. Otonomi desa

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa ,Desa

memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat menentukan

susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah tangga, serta

memiliki kekayaan dan aset. oleh karena itu, eksistensi desa perlu

ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.

Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan

merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah

berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut.

Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli

berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik

hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda

serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.15

13

Undang-Undang Negara RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 1 Ayat (4) 14

Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 7 Tahun 2013 tentang pemerintahan Desa pasal

1 Ayat (11) 15

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Page 24: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

11

6. Desa

Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa Pasal (1), desa adalah desa dan desa adat atau

yang di sebut dengan nama lain, selanjutnya di sebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

Dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut HAW. Widjaja, Dalm bukunyaOtonomi Desa Merupakan

Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh Desa adalah sautu kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal

usul yang bersifat istimewah. Landasan pemikiran dalam mengenai

pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan

pemerintahan desa merupakan subsistem dari system penyelenggaraan

pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat nya. Kepala desa bertanggung jawab

kepada Badan Perwakilan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tersebut kepada bupati.16

16

HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2005), hlm. 3

Page 25: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

12

Jadi yang dimaksud dengan Judul Penelitian Ini adalah, Untuk mengetahui

bagaimana mekanisme pembuatan peraturan desa oleh BPD dan kendala-

kendala apa saja yang di temui dalam pembuatan perdes tersebut.

7. Mekanisme

Secara umum mekanisme merupakan suatu proses pelaksanaan suatu

kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang atau lebih dengan menggunakan

tatanan dan aturan serta adanya alur komunikasi dan pembagian tugas sesuai

dengan profesionalitas. Mekanisme juga memiliki beberapa unsur yang harus

ada, yaitu tatanan, komunikasi dan profesional:

a. Tatanan

Merupakan suatu pedoman dan batasan yang dilaksanakan oleh

individu maupun kelompok yang melaksanakan kegiatan guna untuk

terstrukturnya suatu kegiatan tersebut.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah proses dimana individu satu dengan yang

lain saling berinteraksi baik melalui lisan, tulisan dan tingkah laku.

Dengan komunikasi inilah manusia dapat saling bertukar pikiran dan

mampu bekerjasama.

c. Profesional

Seringkali kita dengar dalam bahasa lainya adalah keahlian,

manusia memiliki keahlian yang masing-masinhnya berbeda. Dengan

keahlian itulah proses organisasi berjalan dengan baik.17

17

“Mekanisme,”http://PDIPM-lamongan.blogspot.co.idAkses Juli 2010

Page 26: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

13

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yakni merupakan Penelitian-penelitian yang telah

dilakukanmengenai topik yang hampir sama dengan penelitian ini namun

memiliki sedikit perbedaan antara penelitan terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan, yakni :

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Paulina Dwijayanti

dengan judul tentang Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara

Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan Desa pada tahun 2013.

Dalam skrpsi ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi yang terjadi

antara pemerintah desa dan BPD dalam pembuatan peraturan desa tidak terjalin

baik, karena sering terjadi kesimpangsiuran antar yang satu dengan yang lain,

sepertinya adanya anggapan dari pemerintah desa yang menganggap BPD

bukan sebagai mitra melainkan lawan, serta BPD yang merasa bahwa

kehadiran mereka tidak dihargai. Komunikasi merupakan salah satu

persyaratan untuk mencapai koordinasi yang baik. Salah satu faktor yang

menghambat kinerja dari BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah

selain kekuasaan dominan pemerintah desa juga mereka terjebak rutinitas

harian mereka yaitu sebagi petani sehingga urusan dalam pemerintahan bukan

menjadi hal yang pokok dalam pekerjaan mereka, sehingga kinerja pelaksanaan

fungsi BPD belum dapat dilakukan secara maksimal karena terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi yaitu selain yang telah disampaikan diatas adalah

Page 27: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

14

kurangnya pemahaman anggota BPD maupun masyarakat terkait lembaga desa

yang relatif masih baru ini.18

Sedangkan penelitian ini memliki perbedaan daripada pokok masalah

yakni penelitian terdahulu hanya membahas koordinasi antara BPD dan

perangkat desa dalam menyusun peraturan perundangan-undangan yang ada di

desa sedangkan penelitian sekarang ini membahas selain dari koordinasi juga

membahas masalah penyusunan langsung peraturan dan mekanisme

pembentukan peraturan desa yang dilaksanakan oleh anggota BPD dan

perangkat desa oleh sebab itu penelitian sekarang agar lebih terperinci dan

meluas nanti hasilnya.

Untuk penelitian terdahulu selanjutnya yakni dilaksanakan oleh Noviar

Satriadi yang membahas judul tentang Pengaruh Peran Badan

Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya

UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Di Kecamatan

Praya Barat)pada tahun 2013, dari hasil penelitian menunjukkan peran BPD

sesuai dengan temuan dalam penelitian ini belum mampu menjalankan peran

dan fungsinya secara efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,

terutama berkaitan dengan fungsi legislasi desa, tetapi masih sebatas pada

pembentukan panitia pemilihan kepala desa dan pembuatan RAPBdes.19

Sedangkan pada penelitian sekarang memiliki perbedaan dan kesamaan yakni

untuk kesamaanya sama-sama membahas UU NO 32 tahun 2004 namun yang

18

Paulina Dwijayanti ,(tentang Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara Pemerintah Desa

dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan Desa) Skripsi Universitas Islam Negeri Malang, (2013) 19

Noviar Satriadi, (tentang Pengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan

Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Di

Kecamatan Praya Barat))Skrpsi ,(2013)

Page 28: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

15

sudah di revisi dan perbedaanya yakni pada penelitian sekarang ini lebih

membahas kepada peraturan daerah nya untuk dijadikan landasan atas fungsi

serta tanggung jawab dai anggota BPD dalam pembentukan dan mekanisme

pembuatan peraturan desa.

Page 29: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

16

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selat Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari. keberadaan Badan permusyawaratan desa ini tepat di

desa selat menjadi lokasi tempat penelitian awal sampai penelitian ini berakhir

supaya sejalan dan tetap terfokus pada satu tujuan yakni .

Lama waktu penelitian ini kurang lebih setahun pada tahun 2017 dan

terus berlanjut sampai penelitian ini selesai hingga mendapat hasil akhir dari

penelitian ini.

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang atau

perilaku yang diamati.20

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

kejadian yang terjadi dalam kesosialan masyarakat. Penelitian deskriptif dalam

buku metode penelitian karya nazir dijelaskan bahwa metode deskriptif adalah

suatu metode untuk meneliti status masyarakat, suatu situasi, sistem pemikiran

dan peristiwa yang terjadi21

Artinya penelitian ini bersifat memberikan gambaran Tentang Fungsi

BPD dalam pembentukan PERDES di Desa Selat.

20

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (cetakan. II; Jakarta: Kencana, 2012), hlm.68 21

Buku metode penelitian karya nazir

16

Page 30: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

17

Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman

dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang relevan.

Sebagai studi kasus, penelitian ini juga ingin mengurai serta menjelaskan

secara komprehersif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu

organisasi, suatu program, atau suatu situasi sosial.22

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian,

yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek

penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di

lapangan. Data primer tidak diperoleh melalui sumber perantara atau pihak

kedua dan seterusnya.23

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh

secara tidak langsung Dan ini diperoleh dengan cara mengutip sumber Dan

bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan yang menyangkut

penelitian tentang bpd, teori-teori dan pendapat dari para sarjana yang

diantaranya tertuang di dalam buku yang berkaitan dengan skripsi ini.

22

Sayuti Una (Tim Penguji), Pedoman Penulisan Skripsi...hlm.178 23

Ahmad Tanzeh, pengntar metode penelitian,(yogyakarta,penerbit teras,2009).Hlm 57-66

Page 31: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

18

2. Sumber data yang diambil pada penelitian ini

a. Sumber data primer

Sumber data primer berasal dari dari hasil wawancara dilapangan

serta quisioner yang di sebarkan pada saat penelitian ini berlangsung

tepatnya di desa selat dalam proses ini melibatkan beberapa responden

yang sudah ditentukan

b. Sumber data sekunder

Sedangkan sumber data sekunder didapat dari buku yang

membahas mengenai judul penelitian ini dan beberapa undang-undang

penting yang mengatur tentang pedoman pembentukan dan mekanisme

pembentukan peraturan desa , e.journal dan sumber internet supaya

penelitian ini lebih banyak di dapat perbandingan serta referensinya

D. Unit Analisis Data

Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah kantor badan

permusyawaratan desa di desa selat yang bertempat pada kantor desa selat

kecamatan pemayung kabupaten Batanghari dikarenakan pada saat proses

pengambilan data di lapangan dibutuhkan informasi-informasi dari sejumlah

anggota serta perangkat terkait

Untuk daftar informan responden yang telah ditentukan berjumlah 8

orang yakni, ketua BPD desa selat, wakil ketua BPD desa selat, sekretaris

BPD desa selat, kepala desa desa selat, sekretaris desa desa selat, tokoh

masyarakat di desa selat, ketua penggerak pemuda di desa selat dan anggota

Page 32: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

19

dari forum badan permusyawaratan di desa selat yang di dalamnya terdapat

pemuda dan pemudi.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan

observasi terlebih dahulu dengan pengamatan terhadap kegiatan yang

dilaksanakan oleh BPD dari kegiatan sosial maupun secara non-sosial

kepada masyarakat maupun anggota BPD tersebut.

2. Wawancara

Langkah selanjutnya yakni melakukan wawancara, tujuanya untuk

mendapatkan informasi dan data yang jelas sehingga dapat membantu

terselasainya penelitian ini. Dalam hal ini untuk responden sudah

ditetapkan agar lebih dapat terperinci data-data yang diperoleh terkait jdul

dari penelitia ini

3. Dokumentasi

Langkah terakhir yang dilakukan ialah dokumentasi, yaitu mencari

data atau variable berupa catatan, transkip,foto, buku dan sebagainya.

Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat hasil dari data yang bersifat

tulisan maupun non-tulisan seperti quisioner.

Page 33: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

20

F. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dan analisis data adalah suatu kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan, hasil dari pengumpulan data ini perlu diolah lagi yaitu mulai

dari editing sampai tabulasi data. Secara teknis, analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis interaktif sebagai mana

dikemukakan oleh Miles dan Huberman.24

Analisis ini terdiri dari reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya

dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan

wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga

akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.

24

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Skripsi (Syariah Press, Jambi: 2012) hlm

232.

Page 34: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

21

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau

menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks

naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan

bagan. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,

bagan antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text,”25

Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah data

teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks

yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik dan nerwork (jejaring kerja).

Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya,

tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di

dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub

bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara,

dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.

25

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 249.

Page 35: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

22

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.26

Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi

jelas setelah diteliti.

26

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm :252.

Page 36: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

23

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Aspek Geografis

Kabupaten Batanghari dibentuk pada 1 Desember 1948 melalui

Peraturan Komisaris Pemerintah Pusat di Bukit Tinggi Nomor 81/Kom/U,

tanggal 30 November 1948 dengan pusat pemerintahannya di Kota Jambi.

Pada tahun 1963, pusat pemerintahan daerah ini dipindahkan ke Kenali Asam,

10 km dari Kota Jambi. Kemudian pada tahun 1979, berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 12 Tahun 1979, ibu kota kabupaten yang terkenal kaya

akan hasil tambang ini pindah dari Kenali Asam ke Muara Bulian, 64 km dari

Kota Jambi sampai saat ini.

Kabupaten Batang Hari terletak di bagian Tengah Propinsi Jambi

dengan luas Wilayah 5.804,83 km Wilayah Kabupaten Batang Hari

dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Batang Tembesi dan Sungai

Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara lain adalah

Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas,

SungaiLingkar, Sungai Kejasung Besar, dan Sungai Jebak. Disamping

sungai besar tadi terdapat pula beberapa sungai Kecil yang merupakan

anak-anak sungai yaitu Sungai Aur, Sungai Bacang dan lain-lain Sungai

Batang hari yang menjadi sungai utama di wilayah ini dapat dijadikan

sebagai sumber kebutuhan air bersih dan sumber untuk pertanian sawah,

dengan demikian Sungai Batanghari mempunyai arti yang sangat penting

bagi masyarakat. Sungai Batanghari disamping dapat menghasilkan berupa

23

Page 37: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

24

perikanan dan pertambangan pasir – batu juga digunakan sebagai

prasarana transportasi, prasarana irigasi, dan sumber air baku. Kondisi

hidrologi, wilayah Kabupaten Batang Hari dipengaruhi oleh DAS Batanghari

dan DAS Batang Tembesi.

Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi 1º15’

sampai dengan 2º2’ Lintang Selatan dan diantara 102º30’ Bujur Timur

sampai dengan 104º30’ Bujur Timur. Dalam lingkup propinsi letak

Kabupaten Batang Hari berada di wilayah bagian Tengah Propinsi dan

merupakan daerah perbukitan.

B. Aspek Demografi

Kabupaten Batanghari adalah salah satu kabupaten di bagian timur

Provinsi Jambi, Indonesia. Ibu kotanya ialah Muara Bulian. Kabupaten ini

adalah salah satu Kabupaten yang paling tinggi Tingkat Laju Pertumbuhan

Penduduknya, Sesudah Kabupaten Merangin. Persebaran penduduk di

Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada

tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas

wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan

penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2011, Kecamatan Muara Bulian

merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi di

wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 136 jiwa per km2. Kondisi tersebut

dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus

pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat

kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 103

Page 38: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

25

jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan

Pemayung merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan

tingkat kepadatan 29 jiwa per km2. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

4.3 berikut.

Selat adalah salah satu desa yang berada di KecamatanPemayung,

Kabupaten Batanghari, Jambi, Indonesia. Pada tahun 2018, desa ini

berpenduduk 3.408 jiwa. Populasi dari sumberdaya alam yang melimpah di

bidang sector pertanian dan perikanan serta memiliki pasar yang cukup besar

di kecamatanya menjadi salah satu ikon desa selat tersebut

.

C. Aspek Pemerintahan

Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui

pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan

maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan

pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun

daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani

perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat

dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya. Pengembangan pusat-pusat

kegiatan dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam

ruang wilayah. Pengembangan pusat-pusat kegiatan diserasikan dengan sistem

permukiman, jaringan prasarana dan sarana, serta peruntukan ruang lain yang

berada di dalarn kawasan budidaya wilayah sekitarnya, yang ada maupun

Page 39: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

26

yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan mutu

pemanfaatan ruang yang ada.

Sistem pusat-pusat kegiatan atau sistem permukiman tidak bisa

dilepaskan dari tata ruang yang ada, karena permukiman merupakan salah

satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang. Sementara itu

penataan ruang sendiri pada dasarnya mengarahkan sistem permukiman.

Selain sistem perkotaan, Kabupaten Batang Hari juga memiliki sistem

perdesaan. Sistem perdesaan di Kabupaten Batang Hari memberikan

dukungan terhadap kegiatan perkotaan yang ada di Kabupaten Batang Hari.

Kawasan Perdesaan berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL).

Perdesaan di wilayah Batang Hari lebih kepada penyediaan bahan pangan

dan pusat pengolahan pertanian maupun pertambangan yang dimanfaatkan

ataupun dipasarkan pada wilayah perkotaan Kabupaten Batang

Hari.Wilayah perdesaan dilayani oleh masing-masing pusat

kecamatan.Untuk kebutuhan yang lebih besar, wilayah perdesaan dilayani

oleh adanya PPK di Kabupaten Batang Hari.

Adapun hirarki fungsi perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Batang

Hari Pemerintah lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat

kebijakan, pengendalian dan melakukan pengawasan. Sektor swasta lebih

banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas di bidang

ekonomi, sedangkan sektor masyarakat merupakan objek sekaligus subyek

dari sektor pemerintah maupun swasta. Karena di dalam masyarakat terjadi

interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya melalui

Page 40: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

27

partisipasi yang juga diamanatkan kepada masyarakat. Penyelenggaraan

pembangunan melalui penyelenggaraan pemerintah harus mampu

mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dan

Pemerintahan yang bersih ( Clean Governance), anti korupsi dan bebas

KKN, serta menjunjung tinggi prinsip partisipasi, rule of low, transparansi,

daya tanggap,berorientasi pada konsesus, keadilan, efektif dan efisien,

akuntabilitas, visi strategis.27

Dalam hal ini aspek pemerintahan tertuju pada suatu kecamatan yang

ada di kabupaten Batanghari yakni kecamatan pemayung lebih tepatnya desa

selat, desa ini memiliki sistem pemerintahan terstrktur dari desa yaitu suatu

lembaga yang digunakan sebagai tempat aspirasi wadah tamping dari

masyarakat yaitu badan permusyawaratan desa.

Badan permusyawaratan desa ini sudah lama berkembang dan berada

di tengah-tengah lingkungan masyarakat itu sendiri, adapun struktur bagan

perangkat desa selat yakni :

27

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Memengah (RPI2-JM)

Kawasan Strategis Nasional Kluster A

Kabupaten Batang Hari 2014

Page 41: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

28

STRUKTUR KOMPOSISI BPD

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SELAT

KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI

JANGCIK

KETUA

YAHYA

SEKRETARIS

M YUSUF

WAKIL KETUA

KHAIRUL

SEKSI AGAMA

JURIANTO

SEKSI AGAMA

BUDI

OLAHRAGA

HERMAN

OLAHRAGA

SUWITNO

KEMASYRAKA

TAN

SARINO

PENDIDIKAN

SAMINGUN

PEMERINTAHAN

RACHMAN

SEKSI ADAT

Page 42: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

29

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan

Desa di Desa Selat

Dalam rangka mewujudkan kepentingan desa, pemerintah daerah

memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah desa dalam

hal pembentukan peraturan perundang-undangan yang lazim disebut peraturan

desa, dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk

kepentingan masyarakat desa itu sendiri. Sesuai dengan undang-undang nomor

23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, desa mempunyai kewenangan

mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul

dan adat istiadatnya.

Pemerintahan daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat

membentuk pemerintahan desa yang terbentuk dari prakarsa masyarakat

setempat dengan memperhatikan hak asal-usul desa dan sosial masyarakat desa

setempat dengan memenuhi ketentuan yang berlaku dalam peraturan

perundang-undangan. Kewenangan diberikan merupakan wujud nyata dalam

pelaksanaan otonomi desa yang dimiliki oleh suatu desa.

Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat

persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa, dalam menyelenggarakan

otonomi desa. Peraturan desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum

dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam proses

pembuatan peraturan desa dibutuhkan partisipasi masyarakat, agar output dari

29

Page 43: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

30

peraturan desa dapat memenuhi aspek kebutuhan masyarakat setempat yang

disampaikan melalui Badan Pemusyawaratan Desa, supaya keberlakuan hukum

dan dapat dilaksanakan sesuai tujuan pembentukannya.

Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai salah satu

penyelenggara pemerintah desa keberadaan BPD dalam pemerintahan desa

adalah bukti keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah desa.

Di Desa Selat awal terbentuknya BPD yaitu pada tahun 2001 yang mana

sebagai ketua bapak Syafrizal dan Wakil Ketua Bapak Hipni jayo, dan pada

tahun 2007 BPD melakukan pemilihan kembali yaitu sebagai ketua Bapak

Asnawi, dan wakil Ketua Bapak Aziat, dan pada tahun 2013 pemilihan BPD

berlangsung lagi yaitu sebagai ketua Bapak Zainabun, dan Wakil Ketua Bapak

Jangcik. Bpd Pada Tahun 2013, Pelantikan Keanggotaannya pada tanggal 24

April 2013, dan Pelantikan Kepengurusannya Pada tanggal 2 Oktober 2013.

Penyusunan peraturan desa dalam membuat suatu kebijakan harus

didasarkan pada kepentingan masyarakat setempat sebagai landasan dalam

menunjang pembangunan. Gagasan dan masukan tersebut disampaikan kepada

BPD untuk dibahas bersama kepala desa dalam membuat kebijakan demi

kepentingan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Dalam Peraturan Daerah kabupaten Batanghari nomor 22 Tahun 2007

pasal 3 jenis peraturan perundang-undangan pada tingkat desa meliputi

peraturan desa dan peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa.

Selain memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan perundang-

undangan peraturan desa harus memperhatikan proses atau langkah-langkah

Page 44: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

31

dalam peraturan perundang-undangan yaitu tertera dalam Perda Nomor 22

Tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan

peraturan desa yang di mulai dari: Membuat Suatu Rancangan Peraturan Desa

yang diikut sertakan oleh seluruh anggota BPD dan DESA seminimalnya 70%

kehadiran dari angota tersebut,

Di desa selat ini anggotanya selalu hadir setiap musyawarah agar lebih

sempurna suatu peraturan desa yang akan di buat.

Di desa selat dalam membuat rancangan suatu peraturan desa sebagai

mana dikatakan oleh kepala desa selat yaitu:

Dalam membuat suatu peraturan desa di desa selat ini kami perangkat desa

bersama dengan saya selaku kepala desa di desa selat ini, pertama yang

dilakukan oleh kami yaitu rapat pemerintahan desa, di dalam rapat tersebut

kami membahas suatu masalah yang mana kami anggap penting dalam

pengaturan nya, contohnya Peraturan Desa Selat tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa , kemudian dalam pembuatan rancangan

peraturan desa tersebut kadang kalah kami perangkat desa melakukan

rapat dua kali karena menunggu persetujuan atau keputusan rapat bahwa

permasalahan tersebut memang perlu di buat peraturan desa, baru saya dan

perangkat desa membuat rancangan peraturan desa tersebut. Dalam

pembuatan rancangan peraturan desa tersebut kami berpedoman pada

Peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007, supaya kami dalam membuat

rancangan peraturan desa tersebut dapat tersusun sesuai dengan ketentuan

dan aturan yang berlaku dan dapat dilaksanakan dengan baik.28

Dari yang dikatakan oleh kepala desa Selat diatas dapat di lihat bahwa

dalam pembentukan peraturan desa di desa Selat inisiatif dalam pembuatan

peraturan desa berasal dari perangkat desa dan kepala desa Selat, sedangkan

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Pasal 6 bahwa Rancangan

28

Wawancara Dengan Asnawi , Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat 1 Juni 2017.

Page 45: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

32

peraturan desa di prakarsai oleh pemerintah desa dan dapat berasal dari asal

usul inisiatif BPD.

Sebagaimana di katakan kembali oleh Kepala Desa selat dia

mengatakan bahwa:

"Pembentukan Peraturan desa sangat di sayangkan adalah kurangnya peran

BPD dalam memberikan inisiatif atau masukan untuk pembentukan nya,

juga rancangan peraturan desa yang kami buat belum sepenuh nya

sempurna karena pengetahuan kami dalam proses pembentukan peraturan

desa tersebut belum sepenuh nya tahu jadi kami pun sering juga mencari

contoh peraturan desa lain untuk kami jadikan refrensi atau petunjuk

kedepan nya bagi kami dalam pembentukan rancangan peraturan desa

tersebut.29

Seiring sejalan nya kinerja kepala desa dan BPD desa selat, ketua BPD

desa selat pun mengatakan bahwa:

Saya selaku ketua BPD mewakili anggota-anggota saya keinginan kami

sangatlah besar untuk ikut serta dalam pembentukan peraturan desa, akan

tetapi kami menghadapi persoalan yang sangat rumit bagi kami itu belum

bisa, dikarenakan kurangnya pengetahuan kami dalam pembuatan

peraturan desa yang baik salah satu penyebab nya adalah tingkat

pendidikan kami masih renda.30

Apa yang dilihat dari perkatakan dari kepala desa dan ketua BPD desa

selat di atas, yang perlu di perhatikan dari pendapat beliau adalah langkah yang

di lakukan oleh pemerintahan desa Selat sudah sesuai dengan aturan yang

tertera dalam Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007,

akan tetapi rancangan peraturan desa tersebut belum sempuna karena

kurangnya peran BPD dalam memberikan inisiatif dalam pembentukan

Rancangan peraturan desa tersebut dan kurangnya pengetahuan pemerintahan

29

Wawancara Dengan Yahya Sekretaris Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat 2 Juni 2017. 30

Wawancara Dengan Jangcik, Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari-Selat2 Juni 2017.

Page 46: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

33

Desa dalam pembentukan peraturan desa di desa selat, sehingga

pembentukan peraturan desa di desa selat masih menemukan kesulitan dalam

proses pembentukan nya. Selanjutnya dalam pembahasan pembuatan peraturan

desa. Dalam pembentukan peraturan desa perlu adanya pembahasan rancangan

peraturan desa, yang pertama di lakukan dalam pembahasan rancangan

peraturan desa di desa selat separti yang di katakan oleh ketua BPD desa selat :

Kertas rancangan peraturan desa yang di buat oleh pemerintah desa di

sampaikan kepada saya (ketua BPD) selambat-lambatnya 3 hari atau 3 kali

24 jam sebelum rapat pembahasan, Saya mengumpulkan semua anggota

BPD, anggota BPD di desa saya ini ( desa selat) berjumlah 11 orang

karena faktor luas wilayah dan banyak nya penduduk yang mana di

Ketuai oleh saya ( Zainabun), Wakil Ketua (Jangcik), Sekretaris (Jurianto),

Seksi Bidang Pendidikan (Sarino), Seksi Bidang Pemerintahan (Samingun

dan Herman), Seksi Bidang Agama (Hairul), Seksi Bidang Adat (M.

Yusuf dan A. rahman), Seksi Bidang Kemasyarakatan (Suwitno), dan

Seksi Bidang Olahraga (Budi Widodo). Di desa selat ini sebenarnya tidak

ada menemuai masalah mengenai waktu penyampaian rancangan

peraturan desa, karena telah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan

daerah kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 200731

Pembahasan rancangan peraturan desa di lakukan dengan musyawarah

mufakat yang wajib di hadiri oleh seluruh angggota BPD, apabila anggota BPD

banyak berhalangan dan rapat di hadiri 2/3 anggota BPD maka rapat tersebut

tidak sah di karenakan tidak memenuhi syarat atau ketentuan dalam rapat.

Menurut ketua BPD desa selat yang menyangkut tentang rapat

peraturan desa tersebut ialah:

Rapat pembahasan rancangan peraturan desa di desa selat ini biasanya

dilakukan di rumah saya (ketua BPD) saya memanggil semua anggota

BPD, semua peraturan desa di desa selat ini tidak menemukan kendala-

kendala yang berarti tetapi pada saat membuat peraturan desa di desa selat

tentang pembanguna Gedung Paud, TK, dan Madrasah Takmiliyah

31

Wawancara Dengan Jangcik Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari-Selat 3 Juni 2017.

Page 47: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

34

Awaliyah itu rapat di lakukan sebanyak 2 kali hal ini di karenakan pada

saat rapat yang pertama kurang dari 2/3 dari jumlah anggota BPD, setalah

itu saya mengundang bapak kepala desa beserta perangkat desa kami pun

melakukan rapat kembali dan kemudian rapat kedua barulah kami dapat

menyelesaikan masalah rancangan peraturan desa tersebut.32

Langkah selanjutnya yang harus di lakukan dalam pembahasan

peraturan desa menurut sekretaris desa selat:

Setelah di tetapkan atau di setujui oleh BPD rancangan peraturan desa

tersebut di serahkan lagi ke kepala desa setelah itu kepala desa menyuruh

saya untuk meneruskan nya lagi ke kantor bagian hukum daerah kabupaten

Batanghari untuk diteliti, setelah itu di kembalikan lagi ke desa dan di

tanda tangani oleh kepala desa serta di undangkan pada lembaran desa

oleh saya (sekretaris desa) setalah itu di perbanyak agar diketahui semua

pihak.33

Dari apa yang di katakan oleh ketua BPD dan sekretaris desa selat

bahwa dalam pembahasan rancangan peraturan desa sudah sesuai dengan

ketentuan pearturan daerah kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 yaitu

tertera dalam pasal 8 yang berbunyi Rancangan Peraturan Desa dibahas secara

bersama oleh pemerintah desa dan BPD.

Setelah tahapan diatas dilakukan langkah selanjutnya yaitu adalah

pengesahan dari bupati agar peraturan desa tersebut benar-benar sah menjadi

peraturan desa. Sesuai yang di katakan kepala desa selat Bapak Anang Cik dia

mengatakan:

Peraturan desa itu di katakan sah apabila sudah memenuhi langkah-

langkah dalam proses pengesahan nya yaitu rancangan peraturan desa

yang di setujui BPD dan saya (kepala desa), saya yang mengesahkan

peraturan desa tersebut setelah saya tanda tangani. 34

32

Wawancara Dengan Jangcik, Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari-Selat 3 Juni 2017. 33

Wawancara Dengan Yahya Sekretaris Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari –

Selat 4 Juni 2017. 34

Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat5 Juni 2017.

Page 48: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

35

Apa yang di katakan oleh kepala desa selat di atas bahwa pengesahan

peraturan desa tidak menemukan kesulitan karena sudah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007.

Menyangkut masalah penyampaian peraturan desa di desa selat ini apa

yang di katakan oleh kepala desa selat:

Penyampaian peraturan desa ini saya yang menyampaikan kepada bupati

melalui camat sebagai bahan binaan paling lambat 7 hari setalah di

tetapkan peraturan desa tersebut, karna saya mengikuti aturan dalam

peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007.35

Peraturan desa wajib di sebar luas kan kepada masyrakat oleh

pemerintah desa, Menurut salah seorng masyarakat desa selat yang bernama

Adit dia mengatakan:

Pembentukan Peraturan desa di desa selat ini sama sekali tidak melibat kan

kami, apalagi penyebarluasan nya kami terkadang hanya mengetahui judul

tetapi isi nya kami tidak tahu, ada sebagian masyarakat pun banyak belum

mengetahui paraturan desa apa yang di buat, kami mengganggap itu suatu

kelalaian pemimpin desa.36

Dari apa yang dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat desa selat

tersebut Penyebarluasan peraturan desa tersebut belum terlaksana ataunbelum

maksimal, karena belum sesuai dengan katentuan Peraturan Daerah Kabupaten

Batanghari Nomor 22 Tahun 2007.

Langkah yang harus dilakukan dalam pembentukan peraturan desa

adalah mensosialisasikan bagaimana bentuk peraturan desa kepada masyarakat

desa. Perlu disosialisasika bentuk peraturan desa di desa selat ini agar

masyarakat desa selat ini mengetahui bahwa dibentuk suatu peraturan desa

35

Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat 5 Juni 2017. 36

Wawancara dengan Adit selaku toko masyarakat desa selat kecamatan pemayung kabupaten

Batanghari-Selat 6 Juni 2017.

Page 49: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

36

tertentu. Di samping itu ada kemungkinan masyarakat desa memberikan

masukan terhadap materi yang termuat dalam peraturan desa tersebut. Terkait

dengan hal ini seperti yang dikatakan oleh kepala desa selat Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari yaitu:

Sebelum dan setelah peraturan desa yang akan kami bentuk di desa selat

ini, kami mengundang kalangan masyarakat untuk ikut bersosialisasi,

tujuan saya agar masyarakat tahu bahkan dapat mengkritisi peraturan desa

yang kami bentuk, terkadang masyarakat yang diundang ini tidak dapat

memenuhi undangan saya, maklum masyakat desa ini kebanyakan

mementingkan pekerjaan dari pada ini, akan tetapi tujuan akhir saya

mengundang masyarakat agar peraturan desa yang kami bentuk dapat

berlaku di tengah-tengah masyarakat.37

Penjelasan Kepala Desa Selat Kecamatan pemayung Kabupaten

Batanghari tersebut di atas juga di tegaskan oleh Ketua BPD desa selat yaitu:

Memang sudah tugas kami sebagai pemimpin desa memberitahukan

kepada masyarakat bahwa aparat desa telah membentuk peraturan desa,

terkadang masyarakat nya yang susah diajak kerja sama, karena

masyarakat di sini saya lihat menganggap sepeleh yang kami buat, dan

akhir nya kami selaku pemimpin desa juga yang di salahkan,tujuan kami

mengajak mereka rapat itu agar masyarakat desa ini dapat mendukung

akan berlakunya peraturan desa yang telah dibentuk tersebut.38

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa kepala Desa dan

ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung sudah menjalan kan tugas dan

Fungsi nya dengan baik, terutama dalam pembentukan Peraturan Desa.

Sebagaimana kita ketahui suatu pemerintahan Desa tidak akan berjalan dengan

baik tanpa dukungan dan dorongan masyarakat desa.

37

Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat 7 Juni 2017. 38

Wawancara Dengan Jangcik ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari- Selat 7 Juni 2017.

Page 50: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

37

Di lihat dari penjelasan kepala Desa dan ketua BPD tentang

pembentukan Peraturan Desa di atas, dapat kita simpulkan bahwa

pelaksanaannya telah berjalan dengan baik, namun kurang nya dukungan dari

masyarakat di karenakan kurang nya pengetahuan akan pentingnya suatu

peraturan desa.

B. Kendala-Kendala yang ditemui dalam proses pembentukan Peraturan

Desa di Desa Selat

Dari uraian hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

menjadi kendala dalam pelaksanaan pembentukan peraturan desa lebih

menonjol kepada sumber daya manusianya yang masih rendah akan pendidikan

dan juga kurangnya pelatihan dari pemerintahan pusat .

Peraturan desa menurut saya sama dengan peraturan daerah, yang mana

peraturan daerah ruang lingkup nya lebih luas karena peraturan tersebut

mengatur beberapa desa dalam satu wilayah, sedangkan peraturan desa hanya

mengatur satu desa dan ruang lingkupnya berlaku pada desa yang

menggunakan kewengan tersebut yang merupakan produk hukum yang

mempunyai kekuatan yang mengikat dan sangat penting bagi pemerintah desa.

Untuk membentuk suatu peraturan desa yang di anggap sempurna harus

dilengkapi dengan pengetahuan yang sangat luas, pengetahuan tersebut bisa di

dapat dari pendidikan formal maupun non formal, pendidikan formal dapat di

peroleh dari bangku kuliah terutama pendidikan mengenai ilmu hukum,

sedangkan pendidikan non formal bisa di peroleh dari banyak nya bertanya dari

yang berpengalaman dan adanya pelatihan pemerintah daerah ke desa-desa.

Page 51: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

38

Di desa selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari jika bicara

tentang sumber daya masyarakat nya rata-rata pendidikan aparatur desa nya

sangat jauh dari ideal nya, sesuai apa yang dikatakan oleh kepala desa selat

kecamatan pemayung kabupaten Batanghari yaitu:

Di desa kami ini ( desa selat) kalau bicara tentang pendidikan aparatur desa

boleh dikatakan masih rendah, saya tidak membicarakan orang lain contoh

nya saja saya hanya tamatan SMA, dan aparatur desa lain nya pun hampir

sama dengan saya tingkat pendidikan nya dan ada juga yang tinggi dari

saya dan yang rendah dari saya tingkat pendidikan nya, misalnya ketua

BPD itu tingkat pendidikan nya tinggi dari saya beliau tamatan S1, tapi

lulusan di bidang agama, dari semua semua aparatur desa hanya dua orang

yang hanya tamatan S1 itu pun lulusan agama juga, jadi masalah sumber

daya masyarakat atau masalah pendidikan merupakan kendala yang sangat

berat bagi kami terutama dalam pembentukan peraturan desa, karena yang

lebih memahami membuat peraturan desa ini iyalah orang yang tamatan

jurusan hukum.39

Karena kepala desa dan BPD itu adalah mitra kerja desa, ketua BPD

desa selat pun mengatakan:

Saya ketua BPD yang tamatan S1 ini yang mana kita ketahui bahwa tata

cara pembentukan peraturan desa tersebut sama sekali tidak di pelajari di

bangku kuliah karna bukan jurusan saya, kalau masalah baca al-quran itu

boleh serahkan ke saya, mau bertanya pada anggota-anggota saya ini

beliau hanya tamatan rata-rata SLTP, jadi saya pun merasa bingung, ada

peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007 yang mengenai pedoman

pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa itupun hanya

contoh kerangkah nya saja yang tertera dalam peraturan tersebut, kami

karna bisa menyusun peraturan desa ini karena ada mahasiswa kukerta

disitulah kami banyak bertanya pada meraka bagaimana teknik

penyusunan nya.40

Dari apa yang dikatakan oleh kepala desa dan ketua BPD desa selat

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari kendala-kendala yang di hadapi

39

Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-

Selat Juni 2017. 40

Wawancara Dengan Jangcik ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari-Selat 13 Juni 2017.

Page 52: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

39

dalam pembentukan peraturan desa di desa selat masalah sumber daya

masyarakat nya, tingkat pendidikan dari aparatur desa masih banyak yang

rendah.oleh sebab itu kurangnya pemahaman mereka atas landasan undang-

undang yang menjadi pedoman dalam pembentukan dan mekanisme

pembuatan peraturan desa tersebut.

C. Solusi terhadap masalah yang ditemui pada saat melaksanakan

pembentukan PERDES di Desa Selat

Berdasarkan hasil penelitian pada saat proses pembuatan dan kendala

yang ditemui dilapangan ada beberapa hal yang harus ditinjau ulang yakni

landasan undnag-undang nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pelaksanaan

dan mekanisme pembentukan peraturan desa harus ada perubahan secara

emosional sehingga lebih dapat dipahami oleh masyarakat yang menjadi

anggota penyelenggara demokrasi di desa, agar itu harus lebih di perinci lagi

undang-undang yang mengatur pedoman pembentukan peraturan desa agar

mudah dipahami.

Selain itu juga dari hasil wawancara diatas hamper seluruh anggota

BPD hanya sebatas sekolah dasar(SD) jadi sumberdaya masyarakat yang masih

rendah menjadi salah satu faktor penghambat kurangnya pemahaman atas

peraturan yang dibuat pemerintah daerah guna menjadi pokok landasan mereka

membuat suatu rancangan undang-undang , oleh sebab itu maka faktor

pendidikan menjadi hal penting untuk menjadi anggota BPD atau DESA

Page 53: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

40

supaya tidak lagi terjadi kurangnya pemahaman mengenai tugas pokok dan

fungsi dari masing-masing anggota BPD

Kurangnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang sangat

penting untuk menambah wawasan anggota BPD dan DESA dalam penerapan

undang-undang, untuk itu harus ada seminar dan pertemuan antara BPD dan

pemerintahan pusat guna untuk memberi wawasan mengenai peraturan serta

landasan yang harus mereka laksanakan sebagai anggota pemerintahan di desa

dalam melaksanakan salah satu kewajiban meraka yakni membuat suatu

rancangan undang-undang dan peraturan desa agar dapat diterima oleh

masyarakat sekitar.

Page 54: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

41

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertama dari hasil Penelitian yang saya lakukan maka Mekanisme

Pembentukan Peraturan Desa dalam pelaksanaanya sudah hampir sesuai

mengikuti pedoman atas undang-undang nomor 22 tahun 2007. Serta tugas

pokok dan fungsi dari anggota BPD sudah dilaksanakan sesuai peraturan

daerah kabupaten Batanghari nomor 6 tahun 2006 tentang hak dan kewajiban

anggota BPD dalam menyusun peraturan desa.

Kedua yakni yang menjadi Kendala-kendala yang di temui oleh

aparatur desa dalam Pembentukan Peraturan Desa di Desa selat Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari yakni :

- Masalah Pendidikan dan Sumber Daya Masyarakat nya masih rendah.

- Kurang nya Pelatihan dari pemerintah Daerah kepada Masyarakat/aparatur

Desa dalam mensosialisasikan aturan-aturan dalam proses pembentukan

peraturan desa tersebut

- Kurangnya peran masyarakat dalam proses musyawarah untuk mengambil

suatu keputusan yang menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat

suatu rancangan undang-undang.

B. Saran

Dengan kesimpulan yang di atas tadi maka saran penulis yang ingin di

sampaikan Agar Pembentukan Peraturan Desa di Desa Selat Kecamatan

41

Page 55: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

42

Pemayung Kabupaten Batanghari sesuai dengan aturan yang tertera di

Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, Maka

aparatur desa harus lebih memahami atau mempelajari bagaimana cara

pembentukan peraturan desa yang benar sesuai dengan ketentuan Peraturan

Daerah Nomor 22 Tahun 2007. Serta harus adanya inisiatif dan kerjasama

antara masyarakat dan aparatur desa supaya menjadi lebih baik .

Dari segi pemerintahan harus ada yang selalu memonitoring dan

mengevaluasi kerja dari anggota BPD supaya tidak terjadi hal yang tidak di

inginkan seperti kurangnya kesadaran anggotanya untuk menghadiri rapat

musyawarah guna untuk membuat suatu peraturan desa.

Untuk mengatasi Kendala yang di hadapi oleh Pemerintah Desa Selat

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari dalam Pembentukan Peraturan

Desa maka perlu dilakukan Pelatihan dari Pemerintah Daerah kepada aparatur

Pemerintah Desa Berkaitan dengan Pembentukan Peraturan desa.

Page 56: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

43

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abdul Gaffar Karim. Persoalan Otonomi Daerah Indonesia. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar. 2006.

H.A.W. Widjaja. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta. Renika

Cipta.1998.

H.A.W. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh.

Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.2005.

I. Nyoman Beratha. Desa Masyarakat desa dan Pembangunan Desa. Jakarta.

Ghalia Indonesia.1982.

Lexy j. Moleong.Metodelogi Penelitian Kualiatif.Bandung.PT Remaja.2008.

Pipin Syrifin dan Deda Jubaedah. Pemerintahan Daerah Di Indonesia.

Bandung.CVPustaka Setia.2005.

Rozali Abdullah. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung. Jakarta.PT RajaGrafindo Persada.2005.

Sayuti Una.Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi).Jambi: Syariah Press.2014.

W. Gulo.Metodologi Penelitian. Jakarta.PT Grasindo.2007.

B.SUMBER INTERNET

Noviar Satriadi (2013).Pengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam

Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah (Studi Di Kecamatan Praya Barat).

(https://www.google.com/searchPengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa

Dalam Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah)

Paulina Dwijayanti (2013). Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara

Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan

Page 57: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

44

Desa.(https://adoc.tips/komunikasi-dan-koordinasi-yang-sinergi-antara-

pemerintah-des.html)

C.PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia,Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun

1945.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Badan

Permusyawaratan Desa.

Peraturan daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.

Page 58: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

45

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 59: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

46

Page 60: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

47

Page 61: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

48

Page 62: MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN

49

CURRICULUM VITAE

Nama : M Adi Pratama Putra

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/ tanggal lahir : Jambi, 27 oktober 1995

Nim : SIP.130054

Alamat : Lr. Melati rt08/03 kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi

Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

Nama ayah : Syamsul BakhriA.Md

Nama ibu : Cindra Dewi

Pekerjaan Orang Tua : PNS

Alamat Orang Tua : Lr. Melati rt08/03 kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi

Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

Riwayat Pendidikan :

a. SD/MI, Tahun Lulus : SDN 82/IX pijoan 1007

b. SMP/MTS, Tahun Lulus : SMPN 1 muaro jambi 2010

c. SMA/MA, Tahun Lulus : SMAN 1 muaro jambi 2013

Jambi, Oktober 2020

Penulis

M.ADI PRATAMA PUTRA