mekanisme pembentukan peraturan desa oleh badan
TRANSCRIPT
1
MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DESA OLEH BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DI DESA SELAT KECAMATAN
PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (SIP)
Dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
M ADI PRATAMA PUTRA
NIM : SIP. 130054
PEMBIMBING :
H. HERMANTO HARUN, LC., M.HI., PH.D
ULYA FUHAIDAH, S.HUM., M.HUM
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1441 H /2020 M
2
3
4
5
MOTTO
لََةَ قََامُىا الصَّ ِهِمْ وَأ زَبّ وَالَّذِيهَ اسْتجََابُىا لِ
مْ نَاهُ ا رَسَقْ نَهُمْ وَمِمَّ يْ مْ شُىرَيٰ بَ وَأمَْزُهُ
قُىنَ فِ (83)يُنْ
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka” (Q.S Asy-Syura : 38 )1
1Surah Asy-Syura : 38
v
6
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Dengan mengucapkan Alhamdulillah
Ku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua saya
SyamsulBakhriA.md(ayah)dan CindraDewi(ibu)
Yang telah membesarkan, mendidik, mengasihi saya dengan penuh kasih sayang
tanpa pernah merasa letih, serta telah berkorban seluruh jiwa dan raga demi
membuat saya menjadi seorang anak yang lebih berarti lagidanyang selalu
memberikan ku ketenangan, kenyamanan, motivasi, dandoa terbaik serta
menyisihkan finansial nya, sehingga aku bisa menyelesaikan studi ku.
Semoga keluh kesah dan air mata kalian menjadi aliran air yang mengalir di
surga Firdaus. Amiinn ya rabbal’alamin.
Dan kepada adik tercinta saya rizki dwiyansyah yang mana beliau maumembantu
saya dalam hal apapun menyangkut penyelesaians kripsi saya ini.
Takluput pula kepada kasih saya zelvia milani oktaviana yang selalu mensuport
saya untuk bergegas menyelasaikan studi akhir saya ini serta selalu setia
menemani saya dalam kondisi apapun.
Semoga mereka selalu dalam lindungan allah SWT.
vi
7
ABSTRAK
Badan Permusyawaratan desa (BPD) adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi pemerintahan desa dan sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. BPD
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana
Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Pemusyawaratan Desa di desa
selat. (2) Kendala-kendala apa saja yang ditemui dalam pembentukan PERDES di desa
selat.(3)serta solusi dari setiap kendala yang timbul dalam pelaksaan pembentukan
peraturan desa tersebut. Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikarenakan
merupakan penilitian yang menjuru kepada permasalahan dalam kehidupan kerja
organisasi pemerintah kemudian selanjutnyamengelompokan informasi kemudian
melakukan interprestasi untuk memberikan makna setelah analisis serta Melihat
kesenjangan Peraturan Perundang-undangan dalam kenyataan nya tidak sesuai dengan
ketentuannya yang meliputi dengan cara pendekatan, pengumpulan fakta-fakta sosial dan
hukum, wawancara/kuesioner,. Dari hasi penelitian Tentang Fungsi Badan
Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan Peraturan desa di Desa Selat belum sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 peraturan daerah kabupaten batanghari
Tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa. Badan
Permusyawaratan Desa yang masih kurangnya sumber daya manusia yang ada di desa
selat tersebut, dalam hal pendidikan yang masih rendah, kurangnya pelatihan dari
pemerintahan pusat guna untuk lebih memahami landasan undang-undang dalam
pembuatan peraturan desa dan kurangnya wadah aspirasi masyarakat dalam pembuatan
peraturan desa sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam pelaksanaan dan penerapan
peraturan yang telah dibuat.
Kata kunci: peraturan daerah kabupaten batanghari nomor 22 tahun 2007 tentang
pedoman pembentukan peraturan desa dan mekanisme penyusunan peraturan desa
vii
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Mekanisme
Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa, di Desa
Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari”.Kemudian tidak luput
pula sholawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, yang banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengakui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan daripihak, terutama
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan
adalah kata terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi
ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph. D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saiduddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, MH selaku dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saiduddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S.Th.I.,MA.,M.IR selaku pembantu dekan I, Bapak Dr.
Ruslan Abdul Ghani, SH selaku pembantu dekan II, Dan Bapak Dr. H. Ishak,
SH., M.Hum selaku pembantu dekan III, Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
9
4. Ibu Dr Irmawati sagala S.IP., M.SI selaku ketua jurusan dan bapak yudi armansyah
M.Hum selaku sekretaris jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak H. Hermanto Harun, Lc. M.Hi., Ph.D dan Ibu Ulya Fuhaidah S.Hum.,
M.Hum., Selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang banyak memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Semua pihak terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.
8. Bapak Jangcik selaku ketua BPD di Desa Selat, yang telah memberikan Izin
untuk melakukan Wawancara, untuk memperoleh pengumpulan Data Skripsi
Ini.
Namun di samping itu, skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya
di harapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran
maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jambi, Oktober 2020
Penulis
M. ADI PRATAMA PUTRA
SIP. 130054
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7
D. Kerangka Teori ......................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 13
BAB II METODE PENELITIAN ........................................................... 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 16
B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 16
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 17
D. Unit Analisis Data .................................................................... 18
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 19
F. Tekhnik Analisis Data ............................................................... 20
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 23
A. Aspek Geografis ....................................................................... 23
B. Aspek Demografi ...................................................................... 24
C. Aspek Pemerintahan ................................................................. 25
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 29
A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa Oleh Badan
Permusyawaratan Desa di Desa Selat .................................... 29
x
11
B. Kendala-Kendala Yang Ditemui Dalam Proses Pembentukan
Peraturan Desa di Desa Selat .................................................. 37
C. Solusi Terhadap Masalah Yang Ditemui pada saat
Melaksanakan Pembentukan Peraturan Desa di Desa Selat ... 39
BAB V PENUTUP .................................................................................... 41
A. Kesimpulan ............................................................................... 41
B. Saran ......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
12
DAFTAR SINGKATAN
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
PERDES : Peraturan Desa
UUD : Undang-Undang Dasar
UU : Undang-Undang
PERPU : Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PERMENDAGRI : Peraturan Pemerintah Dalam Negeri
PERDA : Peraturan Daerah
PEMDA : Pemerintah Daerah
PEMKAB : Pemerintah Kabupaten
PEMPROV : Pemerintah Provinsi
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Struktur Badan Permusyawaratan Desa
Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ....... 28
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut
asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu, pasal 18 undang-undang
dasar 1945 antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah indonesia atas
daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahanya ditetapkan
dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dan sistem pemerintahan negara dan hak asal-usul dalam
daerah yang bersifat istimewa.
Oleh karena itu ditetapkanlah undang-undang nomor 23 tahun 2014
tentang pemerintahan daerah (selanjutnya disingkat UU Nomor 23 Tahun
2014) yang mana sebelum terjadi perubahan atas undang-undang nomor 32
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Maka indonesia memiliki titik
reformasi khususnya dibidang pemerintahan daerah.
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (2) Amandemen UUD
1945 ditentukan: “Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan
Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan”.2
2Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Pasal 18 ayat(2)
2
Demokrasi menjadi salah satu tatanan yang dipakai oleh hampir
seluruh negara di dunia termasuk di indonesia, tidak heran demokrasi sering
disebut kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Menyinggung pasal
18 ayat 2 UUD 1945 pemerintahan daerah , kabupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuas dalam pemerintahan terkecil yakni desa. Salah satu bentuk
kewenangan yang dapat dilakukan oleh desa adalah pembuatan peraturan
desa (PERDES) untuk menjalankan roda pemerintahan desa yang mengikat
warganya sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang wajib ditaati dalam
rangka meningkatkan pembangunan desa. Dalam rangka melaksanakan
kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai
legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
Tujuan dari pemberian otonomi tersebut adalah untuk dapat menjamin
terselenggaranya tugas-tugas pemerintah dan kelangsungan pembangunan
secara berdaya dan berhasil guna dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur, merata dan berkesinambungan, diharapkan kepada aparat
pemerintahan untuk dapat berperan dan berfungsi secara maksimal guna
mendorong dan merangsang untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan daerah/wilayah secara mandiri.
Pembangunan otonomi daerah yang dilaksanakan sesuai dengan
amanat undang-undang Dasar 1945 diarahkan untuk lebih mengembangkan
3
dan memacuh pembangunan daerah dan memperluas peran serta masyarakat
serta lebih meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
dengan memperhatikan kemungkinan dan pemanfaatan potensi daerah dan
secara saling mendukung dengan kemampuan nasional pelaksanaan otonomi
yang nyata dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.3
Otonomi Daerah adalah salah satu dari 6 Agenda reformasi di
samping pemberantasan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Penegakan
hukum dan Hak Azazi Manusia (HAM), penghapusan dwifungsi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Amandemen UUD 1945 dan
Demokratis. Pemberian Otonomi kepada daerah bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, kehidupan
yang demokratis, keadilan dan pemerataan, memelihara hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.4
Sebagai tindak lanjut ketentuan UUD 1945 tersebut, diatur lebih
lanjut dengan Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. (selanjutnya disingkat UU No.23 Tahun 2014). Didalam undang-
undang ini dikenal adanya tiga asas pemerintahan yaitu asas desentralisasi,
dekonsentralisasi, dan tugas pembantuan.Penerapan asas dekonsentrasi
mengharuskan adanya pembagian wilayah daerah, sampai pada tingkat yang
ada di bawahnya, yaitu kecamatan dan desa. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
3H.A.W. Widjaja, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia,(Jakarta:Rerika Cipta,1998),hal. 133
4Abdul Gaffar Karim, Persoalan Otonomi Daerah Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka
Belajar,2006),hal. 174
4
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyangkut Badan
Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan desa di tinjau dari Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2006 Kabupaten Batanghari. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (5):
pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut UU No. 23 Tahun 2014, yang di maksud desa adalah Desa
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempatberdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak
tradisional yang di akui dan dihormati dalam sistim pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.5 Landasan dalam pengaturan mengenai desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.H.A. Brasz (1975: 1)“Ilmu pemerintahan adalah
5Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
5
ilmu yang mempelajari cara lembaga pemerintahan umum disusun dan
difungsikan, baik ke dalam maupun ke luar terhadap warga nya.”6
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, Badan Permusyawaratan Desa (selanjutnya disebut BPD) berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyrakat.7 Fungsi Badan Permusyawaratan Desa perlu
diperkuat dalam rangka mendukung pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas dan wewenang nya.89
Demikian pula di Kabupaten Batanghari merupakan salah satu Daerah
Kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, dan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten ini adalah Kecamatan Pemayung yang di dalam Kecamatan ini
terdapat beberapa desa, diantaranya desa Selat. Mengacu kepada Peraturan
Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Berdasarkan penjelasan daripada undang-undang di atas tersebut,
maka landasan atas peraturan daerah nomor 6 tahun 2006 tentang badan
permusyawaratan desa maka terbitlah peraturan daerah kabupaten Batanghari
nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme
penyusunan peraturan desa yang di dalamnya mengatur seluruh tatanan serta
6Pipin Syarifin dan Deda Jubaedah, Pemerintahan daerah Di Indonesia ,(Bandung:CV.Pustaka
Setia, 2005), hal. 73. 7Penjelasan Undang-undang Nomor32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 209.
8Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
9 Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme
penyusunan peraturan desa
6
langkah demi langkah untuk membuat rancangan peraturan desa pada setiap
desa di kabupaten Batanghari.
Ketentuan umum yang berlaku yakni BPD sebagai mitra kerja kepala
desa dalam memperdayakan masyarakat dan sebagai penunjang pemerintahan
daerah kabupaten serta pelaksanaan fungsi dan tugas BPD di desa selat
kecamatan pemayung kabupaten batanghari sebagai penyelenggaraan
pemerintahan desa dirasa belum berjalan sebagaimana yang sudah diatur
dalam perundang-undangan yang berlaku. Misalnya dalam hal pembuatan
peraturan desa atau disingkat dengan PERDES seperti dalam hal pengambilan
keputusan, rapat bersama masyarakat , serta mensosialisasikan hasil dari
keputusan oleh BPD tersebut belum berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas penulis merasa tertarik
melakukan penelitian selanjutnya terhadap permasalahan yang terjadi di desa
selat kecamatan pemayung kabupaten batanghari, dengan judul : “Mekanisme
Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa di Desa
Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis
membahas permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh
BadanPermusyawaratan Desa di Desa Selat ?
2. Kendala-Kendala apa saja yang ditemui dalam pembentukan PERDES
di Desa Selat ?
7
3. Bagaimana solusi terhadap masalah yang ditemui pada saat
melaksanakan pembentukan PERDES di desa selat ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu :
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Pembentukan Peraturan
Desa Oleh Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Selat
b. Untuk menjelaskan Kendala-kendala apa saja yang di temui dalam
Pembentukan Peraturan Desa Di Desa Selat.
c. Serta mencari solusi dari setiap masalah yang ditemui pada saat
melaksanakan proses pembentukan PERDES di desa selat.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini dilihat dari dua aspek yakni secara
teori dan praktis, yaitu :
Kegunaan secara teori
a. Kegunaan secara teori untuk memberikan sumbangan pemikiran dan
menambah kepustakaan di bidang pemerintahan.
b. Agar lebih memahami cara serta pelaksanaan atas pedoman peraturan
daerah yang dibuat untuk dijadikan landasan sebagai pembuat
peraturan desa
8
Kegunaan secara praktis
a. kegunaan secara praktis, diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintahan desa pada umumnya dan khususnya pada pemerintahan
desa Selat Kecamatan pemayung Kabupaten Batanghari.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perundang-undangan
Teori dasar yang akan penulis gunakan yakni Peraturan Daerah
Kab. Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan
Desa dan di atur pelaksanaanya dalam peraturan daerah kabupaten
Batanghari nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pelaksanaan
pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa yang Di Dalam
peraturan Daerah ini terdapat uraian Wewenang, Hak dan Kewajiban
BPD
2. Asas desentralisasi
secara garis besar, asas desentralisasi adalah pelimpahan
kekuasaan dan kewenangan dari pusat kepada daerah dimana kewenangan
yang bersifat otonomi diberi kewenangan dapat melaksanakan
pemerintahanya sendiri tanpa intervensi dari pusat. 10
Menurut UU Nomor 5 tahun 1974, desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah, semata-mata
10
Jazim Hamidi, Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011)
hlm17-18.
9
untuk mencapai suatu pemerintahan efisien. Pelimpahan yang
menghasilkan otonomi. Otonomi itu sendiri adalah kebebasan masyarakat
yang tinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan mengurus
kepentinganya sendiri. Namun tidak untuk semua hal, keamanan, hukum
dan kebijakan merupakan beberapa hal yang masih terpusat namun tetap
ada pendelegasian kepada daerah.11
3. Demokrasi
Secara umum demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang setiap
warga negara mempunyai hak yang setara dalam pengambilan suatu
keputusan yang akan memberikan efek dalam kehidupan mereka.
Demokrasi juga bisa diartikan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat. Dalam demokrasi, warga negara bisa diizinkan untuk
berpartisipasi aktif secara langsung atau juga melalui perwakilan dalam
melakukan perumusan, pengembangan serta pembuatan hukum.
Demokrasi juga sangat mempunyai arti penting bagi masyarakat
yang menggunakanya. Sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk
menentukan sendiri jalanya organisasi maupun pemerintahan negara
terjamin.12
4. Badan Permusyawaratan Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
yang dimaksud Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
11
UU Nomor 5 tahun 1974 12
Sofyan hadi,demokrasi(9november2015)
10
melaksanakanfungsi Pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan di tetapkan secara
demokratis.13
Sedangkan Menurut peraturan Daerah kabupaten Batanghari
Nomor 7 tahun 2013 Tentang Pemerintahan Desa Badan
Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa.14
5. Otonomi desa
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa ,Desa
memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat menentukan
susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah tangga, serta
memiliki kekayaan dan aset. oleh karena itu, eksistensi desa perlu
ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.
Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik
hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda
serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.15
13
Undang-Undang Negara RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 1 Ayat (4) 14
Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 7 Tahun 2013 tentang pemerintahan Desa pasal
1 Ayat (11) 15
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
11
6. Desa
Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa Pasal (1), desa adalah desa dan desa adat atau
yang di sebut dengan nama lain, selanjutnya di sebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
Dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut HAW. Widjaja, Dalm bukunyaOtonomi Desa Merupakan
Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh Desa adalah sautu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal
usul yang bersifat istimewah. Landasan pemikiran dalam mengenai
pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan
pemerintahan desa merupakan subsistem dari system penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat nya. Kepala desa bertanggung jawab
kepada Badan Perwakilan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tersebut kepada bupati.16
16
HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2005), hlm. 3
12
Jadi yang dimaksud dengan Judul Penelitian Ini adalah, Untuk mengetahui
bagaimana mekanisme pembuatan peraturan desa oleh BPD dan kendala-
kendala apa saja yang di temui dalam pembuatan perdes tersebut.
7. Mekanisme
Secara umum mekanisme merupakan suatu proses pelaksanaan suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang atau lebih dengan menggunakan
tatanan dan aturan serta adanya alur komunikasi dan pembagian tugas sesuai
dengan profesionalitas. Mekanisme juga memiliki beberapa unsur yang harus
ada, yaitu tatanan, komunikasi dan profesional:
a. Tatanan
Merupakan suatu pedoman dan batasan yang dilaksanakan oleh
individu maupun kelompok yang melaksanakan kegiatan guna untuk
terstrukturnya suatu kegiatan tersebut.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana individu satu dengan yang
lain saling berinteraksi baik melalui lisan, tulisan dan tingkah laku.
Dengan komunikasi inilah manusia dapat saling bertukar pikiran dan
mampu bekerjasama.
c. Profesional
Seringkali kita dengar dalam bahasa lainya adalah keahlian,
manusia memiliki keahlian yang masing-masinhnya berbeda. Dengan
keahlian itulah proses organisasi berjalan dengan baik.17
17
“Mekanisme,”http://PDIPM-lamongan.blogspot.co.idAkses Juli 2010
13
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yakni merupakan Penelitian-penelitian yang telah
dilakukanmengenai topik yang hampir sama dengan penelitian ini namun
memiliki sedikit perbedaan antara penelitan terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan, yakni :
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Paulina Dwijayanti
dengan judul tentang Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara
Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan Desa pada tahun 2013.
Dalam skrpsi ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi yang terjadi
antara pemerintah desa dan BPD dalam pembuatan peraturan desa tidak terjalin
baik, karena sering terjadi kesimpangsiuran antar yang satu dengan yang lain,
sepertinya adanya anggapan dari pemerintah desa yang menganggap BPD
bukan sebagai mitra melainkan lawan, serta BPD yang merasa bahwa
kehadiran mereka tidak dihargai. Komunikasi merupakan salah satu
persyaratan untuk mencapai koordinasi yang baik. Salah satu faktor yang
menghambat kinerja dari BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah
selain kekuasaan dominan pemerintah desa juga mereka terjebak rutinitas
harian mereka yaitu sebagi petani sehingga urusan dalam pemerintahan bukan
menjadi hal yang pokok dalam pekerjaan mereka, sehingga kinerja pelaksanaan
fungsi BPD belum dapat dilakukan secara maksimal karena terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu selain yang telah disampaikan diatas adalah
14
kurangnya pemahaman anggota BPD maupun masyarakat terkait lembaga desa
yang relatif masih baru ini.18
Sedangkan penelitian ini memliki perbedaan daripada pokok masalah
yakni penelitian terdahulu hanya membahas koordinasi antara BPD dan
perangkat desa dalam menyusun peraturan perundangan-undangan yang ada di
desa sedangkan penelitian sekarang ini membahas selain dari koordinasi juga
membahas masalah penyusunan langsung peraturan dan mekanisme
pembentukan peraturan desa yang dilaksanakan oleh anggota BPD dan
perangkat desa oleh sebab itu penelitian sekarang agar lebih terperinci dan
meluas nanti hasilnya.
Untuk penelitian terdahulu selanjutnya yakni dilaksanakan oleh Noviar
Satriadi yang membahas judul tentang Pengaruh Peran Badan
Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya
UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Di Kecamatan
Praya Barat)pada tahun 2013, dari hasil penelitian menunjukkan peran BPD
sesuai dengan temuan dalam penelitian ini belum mampu menjalankan peran
dan fungsinya secara efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
terutama berkaitan dengan fungsi legislasi desa, tetapi masih sebatas pada
pembentukan panitia pemilihan kepala desa dan pembuatan RAPBdes.19
Sedangkan pada penelitian sekarang memiliki perbedaan dan kesamaan yakni
untuk kesamaanya sama-sama membahas UU NO 32 tahun 2004 namun yang
18
Paulina Dwijayanti ,(tentang Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara Pemerintah Desa
dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan Desa) Skripsi Universitas Islam Negeri Malang, (2013) 19
Noviar Satriadi, (tentang Pengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan
Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Di
Kecamatan Praya Barat))Skrpsi ,(2013)
15
sudah di revisi dan perbedaanya yakni pada penelitian sekarang ini lebih
membahas kepada peraturan daerah nya untuk dijadikan landasan atas fungsi
serta tanggung jawab dai anggota BPD dalam pembentukan dan mekanisme
pembuatan peraturan desa.
16
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selat Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batanghari. keberadaan Badan permusyawaratan desa ini tepat di
desa selat menjadi lokasi tempat penelitian awal sampai penelitian ini berakhir
supaya sejalan dan tetap terfokus pada satu tujuan yakni .
Lama waktu penelitian ini kurang lebih setahun pada tahun 2017 dan
terus berlanjut sampai penelitian ini selesai hingga mendapat hasil akhir dari
penelitian ini.
B. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.20
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
kejadian yang terjadi dalam kesosialan masyarakat. Penelitian deskriptif dalam
buku metode penelitian karya nazir dijelaskan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode untuk meneliti status masyarakat, suatu situasi, sistem pemikiran
dan peristiwa yang terjadi21
Artinya penelitian ini bersifat memberikan gambaran Tentang Fungsi
BPD dalam pembentukan PERDES di Desa Selat.
20
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (cetakan. II; Jakarta: Kencana, 2012), hlm.68 21
Buku metode penelitian karya nazir
16
17
Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman
dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang relevan.
Sebagai studi kasus, penelitian ini juga ingin mengurai serta menjelaskan
secara komprehersif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu
organisasi, suatu program, atau suatu situasi sosial.22
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian,
yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek
penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan. Data primer tidak diperoleh melalui sumber perantara atau pihak
kedua dan seterusnya.23
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh
secara tidak langsung Dan ini diperoleh dengan cara mengutip sumber Dan
bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan yang menyangkut
penelitian tentang bpd, teori-teori dan pendapat dari para sarjana yang
diantaranya tertuang di dalam buku yang berkaitan dengan skripsi ini.
22
Sayuti Una (Tim Penguji), Pedoman Penulisan Skripsi...hlm.178 23
Ahmad Tanzeh, pengntar metode penelitian,(yogyakarta,penerbit teras,2009).Hlm 57-66
18
2. Sumber data yang diambil pada penelitian ini
a. Sumber data primer
Sumber data primer berasal dari dari hasil wawancara dilapangan
serta quisioner yang di sebarkan pada saat penelitian ini berlangsung
tepatnya di desa selat dalam proses ini melibatkan beberapa responden
yang sudah ditentukan
b. Sumber data sekunder
Sedangkan sumber data sekunder didapat dari buku yang
membahas mengenai judul penelitian ini dan beberapa undang-undang
penting yang mengatur tentang pedoman pembentukan dan mekanisme
pembentukan peraturan desa , e.journal dan sumber internet supaya
penelitian ini lebih banyak di dapat perbandingan serta referensinya
D. Unit Analisis Data
Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah kantor badan
permusyawaratan desa di desa selat yang bertempat pada kantor desa selat
kecamatan pemayung kabupaten Batanghari dikarenakan pada saat proses
pengambilan data di lapangan dibutuhkan informasi-informasi dari sejumlah
anggota serta perangkat terkait
Untuk daftar informan responden yang telah ditentukan berjumlah 8
orang yakni, ketua BPD desa selat, wakil ketua BPD desa selat, sekretaris
BPD desa selat, kepala desa desa selat, sekretaris desa desa selat, tokoh
masyarakat di desa selat, ketua penggerak pemuda di desa selat dan anggota
19
dari forum badan permusyawaratan di desa selat yang di dalamnya terdapat
pemuda dan pemudi.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan
observasi terlebih dahulu dengan pengamatan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan oleh BPD dari kegiatan sosial maupun secara non-sosial
kepada masyarakat maupun anggota BPD tersebut.
2. Wawancara
Langkah selanjutnya yakni melakukan wawancara, tujuanya untuk
mendapatkan informasi dan data yang jelas sehingga dapat membantu
terselasainya penelitian ini. Dalam hal ini untuk responden sudah
ditetapkan agar lebih dapat terperinci data-data yang diperoleh terkait jdul
dari penelitia ini
3. Dokumentasi
Langkah terakhir yang dilakukan ialah dokumentasi, yaitu mencari
data atau variable berupa catatan, transkip,foto, buku dan sebagainya.
Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat hasil dari data yang bersifat
tulisan maupun non-tulisan seperti quisioner.
20
F. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dan analisis data adalah suatu kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan, hasil dari pengumpulan data ini perlu diolah lagi yaitu mulai
dari editing sampai tabulasi data. Secara teknis, analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis interaktif sebagai mana
dikemukakan oleh Miles dan Huberman.24
Analisis ini terdiri dari reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya
dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan
wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga
akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
24
Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Skripsi (Syariah Press, Jambi: 2012) hlm
232.
21
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks
naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan
bagan. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman
menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative
research data in the past has been narrative text,”25
Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah data
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks
yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik dan nerwork (jejaring kerja).
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya,
tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di
dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif.
Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub
bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara,
dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 249.
22
3. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.26
Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi
jelas setelah diteliti.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm :252.
23
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geografis
Kabupaten Batanghari dibentuk pada 1 Desember 1948 melalui
Peraturan Komisaris Pemerintah Pusat di Bukit Tinggi Nomor 81/Kom/U,
tanggal 30 November 1948 dengan pusat pemerintahannya di Kota Jambi.
Pada tahun 1963, pusat pemerintahan daerah ini dipindahkan ke Kenali Asam,
10 km dari Kota Jambi. Kemudian pada tahun 1979, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 1979, ibu kota kabupaten yang terkenal kaya
akan hasil tambang ini pindah dari Kenali Asam ke Muara Bulian, 64 km dari
Kota Jambi sampai saat ini.
Kabupaten Batang Hari terletak di bagian Tengah Propinsi Jambi
dengan luas Wilayah 5.804,83 km Wilayah Kabupaten Batang Hari
dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Batang Tembesi dan Sungai
Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara lain adalah
Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas,
SungaiLingkar, Sungai Kejasung Besar, dan Sungai Jebak. Disamping
sungai besar tadi terdapat pula beberapa sungai Kecil yang merupakan
anak-anak sungai yaitu Sungai Aur, Sungai Bacang dan lain-lain Sungai
Batang hari yang menjadi sungai utama di wilayah ini dapat dijadikan
sebagai sumber kebutuhan air bersih dan sumber untuk pertanian sawah,
dengan demikian Sungai Batanghari mempunyai arti yang sangat penting
bagi masyarakat. Sungai Batanghari disamping dapat menghasilkan berupa
23
24
perikanan dan pertambangan pasir – batu juga digunakan sebagai
prasarana transportasi, prasarana irigasi, dan sumber air baku. Kondisi
hidrologi, wilayah Kabupaten Batang Hari dipengaruhi oleh DAS Batanghari
dan DAS Batang Tembesi.
Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi 1º15’
sampai dengan 2º2’ Lintang Selatan dan diantara 102º30’ Bujur Timur
sampai dengan 104º30’ Bujur Timur. Dalam lingkup propinsi letak
Kabupaten Batang Hari berada di wilayah bagian Tengah Propinsi dan
merupakan daerah perbukitan.
B. Aspek Demografi
Kabupaten Batanghari adalah salah satu kabupaten di bagian timur
Provinsi Jambi, Indonesia. Ibu kotanya ialah Muara Bulian. Kabupaten ini
adalah salah satu Kabupaten yang paling tinggi Tingkat Laju Pertumbuhan
Penduduknya, Sesudah Kabupaten Merangin. Persebaran penduduk di
Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada
tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas
wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan
penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2011, Kecamatan Muara Bulian
merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi di
wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 136 jiwa per km2. Kondisi tersebut
dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus
pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat
kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 103
25
jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan
Pemayung merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan
tingkat kepadatan 29 jiwa per km2. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut.
Selat adalah salah satu desa yang berada di KecamatanPemayung,
Kabupaten Batanghari, Jambi, Indonesia. Pada tahun 2018, desa ini
berpenduduk 3.408 jiwa. Populasi dari sumberdaya alam yang melimpah di
bidang sector pertanian dan perikanan serta memiliki pasar yang cukup besar
di kecamatanya menjadi salah satu ikon desa selat tersebut
.
C. Aspek Pemerintahan
Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui
pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan
maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan
pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun
daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani
perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat
dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya. Pengembangan pusat-pusat
kegiatan dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam
ruang wilayah. Pengembangan pusat-pusat kegiatan diserasikan dengan sistem
permukiman, jaringan prasarana dan sarana, serta peruntukan ruang lain yang
berada di dalarn kawasan budidaya wilayah sekitarnya, yang ada maupun
26
yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan mutu
pemanfaatan ruang yang ada.
Sistem pusat-pusat kegiatan atau sistem permukiman tidak bisa
dilepaskan dari tata ruang yang ada, karena permukiman merupakan salah
satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang. Sementara itu
penataan ruang sendiri pada dasarnya mengarahkan sistem permukiman.
Selain sistem perkotaan, Kabupaten Batang Hari juga memiliki sistem
perdesaan. Sistem perdesaan di Kabupaten Batang Hari memberikan
dukungan terhadap kegiatan perkotaan yang ada di Kabupaten Batang Hari.
Kawasan Perdesaan berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL).
Perdesaan di wilayah Batang Hari lebih kepada penyediaan bahan pangan
dan pusat pengolahan pertanian maupun pertambangan yang dimanfaatkan
ataupun dipasarkan pada wilayah perkotaan Kabupaten Batang
Hari.Wilayah perdesaan dilayani oleh masing-masing pusat
kecamatan.Untuk kebutuhan yang lebih besar, wilayah perdesaan dilayani
oleh adanya PPK di Kabupaten Batang Hari.
Adapun hirarki fungsi perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Batang
Hari Pemerintah lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat
kebijakan, pengendalian dan melakukan pengawasan. Sektor swasta lebih
banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas di bidang
ekonomi, sedangkan sektor masyarakat merupakan objek sekaligus subyek
dari sektor pemerintah maupun swasta. Karena di dalam masyarakat terjadi
interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya melalui
27
partisipasi yang juga diamanatkan kepada masyarakat. Penyelenggaraan
pembangunan melalui penyelenggaraan pemerintah harus mampu
mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dan
Pemerintahan yang bersih ( Clean Governance), anti korupsi dan bebas
KKN, serta menjunjung tinggi prinsip partisipasi, rule of low, transparansi,
daya tanggap,berorientasi pada konsesus, keadilan, efektif dan efisien,
akuntabilitas, visi strategis.27
Dalam hal ini aspek pemerintahan tertuju pada suatu kecamatan yang
ada di kabupaten Batanghari yakni kecamatan pemayung lebih tepatnya desa
selat, desa ini memiliki sistem pemerintahan terstrktur dari desa yaitu suatu
lembaga yang digunakan sebagai tempat aspirasi wadah tamping dari
masyarakat yaitu badan permusyawaratan desa.
Badan permusyawaratan desa ini sudah lama berkembang dan berada
di tengah-tengah lingkungan masyarakat itu sendiri, adapun struktur bagan
perangkat desa selat yakni :
27
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Memengah (RPI2-JM)
Kawasan Strategis Nasional Kluster A
Kabupaten Batang Hari 2014
28
STRUKTUR KOMPOSISI BPD
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SELAT
KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI
JANGCIK
KETUA
YAHYA
SEKRETARIS
M YUSUF
WAKIL KETUA
KHAIRUL
SEKSI AGAMA
JURIANTO
SEKSI AGAMA
BUDI
OLAHRAGA
HERMAN
OLAHRAGA
SUWITNO
KEMASYRAKA
TAN
SARINO
PENDIDIKAN
SAMINGUN
PEMERINTAHAN
RACHMAN
SEKSI ADAT
29
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Desa oleh Badan Permusyawaratan
Desa di Desa Selat
Dalam rangka mewujudkan kepentingan desa, pemerintah daerah
memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah desa dalam
hal pembentukan peraturan perundang-undangan yang lazim disebut peraturan
desa, dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk
kepentingan masyarakat desa itu sendiri. Sesuai dengan undang-undang nomor
23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, desa mempunyai kewenangan
mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul
dan adat istiadatnya.
Pemerintahan daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat
membentuk pemerintahan desa yang terbentuk dari prakarsa masyarakat
setempat dengan memperhatikan hak asal-usul desa dan sosial masyarakat desa
setempat dengan memenuhi ketentuan yang berlaku dalam peraturan
perundang-undangan. Kewenangan diberikan merupakan wujud nyata dalam
pelaksanaan otonomi desa yang dimiliki oleh suatu desa.
Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat
persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa, dalam menyelenggarakan
otonomi desa. Peraturan desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam proses
pembuatan peraturan desa dibutuhkan partisipasi masyarakat, agar output dari
29
30
peraturan desa dapat memenuhi aspek kebutuhan masyarakat setempat yang
disampaikan melalui Badan Pemusyawaratan Desa, supaya keberlakuan hukum
dan dapat dilaksanakan sesuai tujuan pembentukannya.
Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai salah satu
penyelenggara pemerintah desa keberadaan BPD dalam pemerintahan desa
adalah bukti keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah desa.
Di Desa Selat awal terbentuknya BPD yaitu pada tahun 2001 yang mana
sebagai ketua bapak Syafrizal dan Wakil Ketua Bapak Hipni jayo, dan pada
tahun 2007 BPD melakukan pemilihan kembali yaitu sebagai ketua Bapak
Asnawi, dan wakil Ketua Bapak Aziat, dan pada tahun 2013 pemilihan BPD
berlangsung lagi yaitu sebagai ketua Bapak Zainabun, dan Wakil Ketua Bapak
Jangcik. Bpd Pada Tahun 2013, Pelantikan Keanggotaannya pada tanggal 24
April 2013, dan Pelantikan Kepengurusannya Pada tanggal 2 Oktober 2013.
Penyusunan peraturan desa dalam membuat suatu kebijakan harus
didasarkan pada kepentingan masyarakat setempat sebagai landasan dalam
menunjang pembangunan. Gagasan dan masukan tersebut disampaikan kepada
BPD untuk dibahas bersama kepala desa dalam membuat kebijakan demi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat desa.
Dalam Peraturan Daerah kabupaten Batanghari nomor 22 Tahun 2007
pasal 3 jenis peraturan perundang-undangan pada tingkat desa meliputi
peraturan desa dan peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa.
Selain memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan peraturan desa harus memperhatikan proses atau langkah-langkah
31
dalam peraturan perundang-undangan yaitu tertera dalam Perda Nomor 22
Tahun 2007 tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan
peraturan desa yang di mulai dari: Membuat Suatu Rancangan Peraturan Desa
yang diikut sertakan oleh seluruh anggota BPD dan DESA seminimalnya 70%
kehadiran dari angota tersebut,
Di desa selat ini anggotanya selalu hadir setiap musyawarah agar lebih
sempurna suatu peraturan desa yang akan di buat.
Di desa selat dalam membuat rancangan suatu peraturan desa sebagai
mana dikatakan oleh kepala desa selat yaitu:
Dalam membuat suatu peraturan desa di desa selat ini kami perangkat desa
bersama dengan saya selaku kepala desa di desa selat ini, pertama yang
dilakukan oleh kami yaitu rapat pemerintahan desa, di dalam rapat tersebut
kami membahas suatu masalah yang mana kami anggap penting dalam
pengaturan nya, contohnya Peraturan Desa Selat tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa , kemudian dalam pembuatan rancangan
peraturan desa tersebut kadang kalah kami perangkat desa melakukan
rapat dua kali karena menunggu persetujuan atau keputusan rapat bahwa
permasalahan tersebut memang perlu di buat peraturan desa, baru saya dan
perangkat desa membuat rancangan peraturan desa tersebut. Dalam
pembuatan rancangan peraturan desa tersebut kami berpedoman pada
Peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007, supaya kami dalam membuat
rancangan peraturan desa tersebut dapat tersusun sesuai dengan ketentuan
dan aturan yang berlaku dan dapat dilaksanakan dengan baik.28
Dari yang dikatakan oleh kepala desa Selat diatas dapat di lihat bahwa
dalam pembentukan peraturan desa di desa Selat inisiatif dalam pembuatan
peraturan desa berasal dari perangkat desa dan kepala desa Selat, sedangkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Pasal 6 bahwa Rancangan
28
Wawancara Dengan Asnawi , Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat 1 Juni 2017.
32
peraturan desa di prakarsai oleh pemerintah desa dan dapat berasal dari asal
usul inisiatif BPD.
Sebagaimana di katakan kembali oleh Kepala Desa selat dia
mengatakan bahwa:
"Pembentukan Peraturan desa sangat di sayangkan adalah kurangnya peran
BPD dalam memberikan inisiatif atau masukan untuk pembentukan nya,
juga rancangan peraturan desa yang kami buat belum sepenuh nya
sempurna karena pengetahuan kami dalam proses pembentukan peraturan
desa tersebut belum sepenuh nya tahu jadi kami pun sering juga mencari
contoh peraturan desa lain untuk kami jadikan refrensi atau petunjuk
kedepan nya bagi kami dalam pembentukan rancangan peraturan desa
tersebut.29
Seiring sejalan nya kinerja kepala desa dan BPD desa selat, ketua BPD
desa selat pun mengatakan bahwa:
Saya selaku ketua BPD mewakili anggota-anggota saya keinginan kami
sangatlah besar untuk ikut serta dalam pembentukan peraturan desa, akan
tetapi kami menghadapi persoalan yang sangat rumit bagi kami itu belum
bisa, dikarenakan kurangnya pengetahuan kami dalam pembuatan
peraturan desa yang baik salah satu penyebab nya adalah tingkat
pendidikan kami masih renda.30
Apa yang dilihat dari perkatakan dari kepala desa dan ketua BPD desa
selat di atas, yang perlu di perhatikan dari pendapat beliau adalah langkah yang
di lakukan oleh pemerintahan desa Selat sudah sesuai dengan aturan yang
tertera dalam Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007,
akan tetapi rancangan peraturan desa tersebut belum sempuna karena
kurangnya peran BPD dalam memberikan inisiatif dalam pembentukan
Rancangan peraturan desa tersebut dan kurangnya pengetahuan pemerintahan
29
Wawancara Dengan Yahya Sekretaris Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat 2 Juni 2017. 30
Wawancara Dengan Jangcik, Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari-Selat2 Juni 2017.
33
Desa dalam pembentukan peraturan desa di desa selat, sehingga
pembentukan peraturan desa di desa selat masih menemukan kesulitan dalam
proses pembentukan nya. Selanjutnya dalam pembahasan pembuatan peraturan
desa. Dalam pembentukan peraturan desa perlu adanya pembahasan rancangan
peraturan desa, yang pertama di lakukan dalam pembahasan rancangan
peraturan desa di desa selat separti yang di katakan oleh ketua BPD desa selat :
Kertas rancangan peraturan desa yang di buat oleh pemerintah desa di
sampaikan kepada saya (ketua BPD) selambat-lambatnya 3 hari atau 3 kali
24 jam sebelum rapat pembahasan, Saya mengumpulkan semua anggota
BPD, anggota BPD di desa saya ini ( desa selat) berjumlah 11 orang
karena faktor luas wilayah dan banyak nya penduduk yang mana di
Ketuai oleh saya ( Zainabun), Wakil Ketua (Jangcik), Sekretaris (Jurianto),
Seksi Bidang Pendidikan (Sarino), Seksi Bidang Pemerintahan (Samingun
dan Herman), Seksi Bidang Agama (Hairul), Seksi Bidang Adat (M.
Yusuf dan A. rahman), Seksi Bidang Kemasyarakatan (Suwitno), dan
Seksi Bidang Olahraga (Budi Widodo). Di desa selat ini sebenarnya tidak
ada menemuai masalah mengenai waktu penyampaian rancangan
peraturan desa, karena telah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
daerah kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 200731
Pembahasan rancangan peraturan desa di lakukan dengan musyawarah
mufakat yang wajib di hadiri oleh seluruh angggota BPD, apabila anggota BPD
banyak berhalangan dan rapat di hadiri 2/3 anggota BPD maka rapat tersebut
tidak sah di karenakan tidak memenuhi syarat atau ketentuan dalam rapat.
Menurut ketua BPD desa selat yang menyangkut tentang rapat
peraturan desa tersebut ialah:
Rapat pembahasan rancangan peraturan desa di desa selat ini biasanya
dilakukan di rumah saya (ketua BPD) saya memanggil semua anggota
BPD, semua peraturan desa di desa selat ini tidak menemukan kendala-
kendala yang berarti tetapi pada saat membuat peraturan desa di desa selat
tentang pembanguna Gedung Paud, TK, dan Madrasah Takmiliyah
31
Wawancara Dengan Jangcik Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari-Selat 3 Juni 2017.
34
Awaliyah itu rapat di lakukan sebanyak 2 kali hal ini di karenakan pada
saat rapat yang pertama kurang dari 2/3 dari jumlah anggota BPD, setalah
itu saya mengundang bapak kepala desa beserta perangkat desa kami pun
melakukan rapat kembali dan kemudian rapat kedua barulah kami dapat
menyelesaikan masalah rancangan peraturan desa tersebut.32
Langkah selanjutnya yang harus di lakukan dalam pembahasan
peraturan desa menurut sekretaris desa selat:
Setelah di tetapkan atau di setujui oleh BPD rancangan peraturan desa
tersebut di serahkan lagi ke kepala desa setelah itu kepala desa menyuruh
saya untuk meneruskan nya lagi ke kantor bagian hukum daerah kabupaten
Batanghari untuk diteliti, setelah itu di kembalikan lagi ke desa dan di
tanda tangani oleh kepala desa serta di undangkan pada lembaran desa
oleh saya (sekretaris desa) setalah itu di perbanyak agar diketahui semua
pihak.33
Dari apa yang di katakan oleh ketua BPD dan sekretaris desa selat
bahwa dalam pembahasan rancangan peraturan desa sudah sesuai dengan
ketentuan pearturan daerah kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 yaitu
tertera dalam pasal 8 yang berbunyi Rancangan Peraturan Desa dibahas secara
bersama oleh pemerintah desa dan BPD.
Setelah tahapan diatas dilakukan langkah selanjutnya yaitu adalah
pengesahan dari bupati agar peraturan desa tersebut benar-benar sah menjadi
peraturan desa. Sesuai yang di katakan kepala desa selat Bapak Anang Cik dia
mengatakan:
Peraturan desa itu di katakan sah apabila sudah memenuhi langkah-
langkah dalam proses pengesahan nya yaitu rancangan peraturan desa
yang di setujui BPD dan saya (kepala desa), saya yang mengesahkan
peraturan desa tersebut setelah saya tanda tangani. 34
32
Wawancara Dengan Jangcik, Ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari-Selat 3 Juni 2017. 33
Wawancara Dengan Yahya Sekretaris Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari –
Selat 4 Juni 2017. 34
Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat5 Juni 2017.
35
Apa yang di katakan oleh kepala desa selat di atas bahwa pengesahan
peraturan desa tidak menemukan kesulitan karena sudah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007.
Menyangkut masalah penyampaian peraturan desa di desa selat ini apa
yang di katakan oleh kepala desa selat:
Penyampaian peraturan desa ini saya yang menyampaikan kepada bupati
melalui camat sebagai bahan binaan paling lambat 7 hari setalah di
tetapkan peraturan desa tersebut, karna saya mengikuti aturan dalam
peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007.35
Peraturan desa wajib di sebar luas kan kepada masyrakat oleh
pemerintah desa, Menurut salah seorng masyarakat desa selat yang bernama
Adit dia mengatakan:
Pembentukan Peraturan desa di desa selat ini sama sekali tidak melibat kan
kami, apalagi penyebarluasan nya kami terkadang hanya mengetahui judul
tetapi isi nya kami tidak tahu, ada sebagian masyarakat pun banyak belum
mengetahui paraturan desa apa yang di buat, kami mengganggap itu suatu
kelalaian pemimpin desa.36
Dari apa yang dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat desa selat
tersebut Penyebarluasan peraturan desa tersebut belum terlaksana ataunbelum
maksimal, karena belum sesuai dengan katentuan Peraturan Daerah Kabupaten
Batanghari Nomor 22 Tahun 2007.
Langkah yang harus dilakukan dalam pembentukan peraturan desa
adalah mensosialisasikan bagaimana bentuk peraturan desa kepada masyarakat
desa. Perlu disosialisasika bentuk peraturan desa di desa selat ini agar
masyarakat desa selat ini mengetahui bahwa dibentuk suatu peraturan desa
35
Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat 5 Juni 2017. 36
Wawancara dengan Adit selaku toko masyarakat desa selat kecamatan pemayung kabupaten
Batanghari-Selat 6 Juni 2017.
36
tertentu. Di samping itu ada kemungkinan masyarakat desa memberikan
masukan terhadap materi yang termuat dalam peraturan desa tersebut. Terkait
dengan hal ini seperti yang dikatakan oleh kepala desa selat Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari yaitu:
Sebelum dan setelah peraturan desa yang akan kami bentuk di desa selat
ini, kami mengundang kalangan masyarakat untuk ikut bersosialisasi,
tujuan saya agar masyarakat tahu bahkan dapat mengkritisi peraturan desa
yang kami bentuk, terkadang masyarakat yang diundang ini tidak dapat
memenuhi undangan saya, maklum masyakat desa ini kebanyakan
mementingkan pekerjaan dari pada ini, akan tetapi tujuan akhir saya
mengundang masyarakat agar peraturan desa yang kami bentuk dapat
berlaku di tengah-tengah masyarakat.37
Penjelasan Kepala Desa Selat Kecamatan pemayung Kabupaten
Batanghari tersebut di atas juga di tegaskan oleh Ketua BPD desa selat yaitu:
Memang sudah tugas kami sebagai pemimpin desa memberitahukan
kepada masyarakat bahwa aparat desa telah membentuk peraturan desa,
terkadang masyarakat nya yang susah diajak kerja sama, karena
masyarakat di sini saya lihat menganggap sepeleh yang kami buat, dan
akhir nya kami selaku pemimpin desa juga yang di salahkan,tujuan kami
mengajak mereka rapat itu agar masyarakat desa ini dapat mendukung
akan berlakunya peraturan desa yang telah dibentuk tersebut.38
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa kepala Desa dan
ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung sudah menjalan kan tugas dan
Fungsi nya dengan baik, terutama dalam pembentukan Peraturan Desa.
Sebagaimana kita ketahui suatu pemerintahan Desa tidak akan berjalan dengan
baik tanpa dukungan dan dorongan masyarakat desa.
37
Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat 7 Juni 2017. 38
Wawancara Dengan Jangcik ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari- Selat 7 Juni 2017.
37
Di lihat dari penjelasan kepala Desa dan ketua BPD tentang
pembentukan Peraturan Desa di atas, dapat kita simpulkan bahwa
pelaksanaannya telah berjalan dengan baik, namun kurang nya dukungan dari
masyarakat di karenakan kurang nya pengetahuan akan pentingnya suatu
peraturan desa.
B. Kendala-Kendala yang ditemui dalam proses pembentukan Peraturan
Desa di Desa Selat
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembentukan peraturan desa lebih
menonjol kepada sumber daya manusianya yang masih rendah akan pendidikan
dan juga kurangnya pelatihan dari pemerintahan pusat .
Peraturan desa menurut saya sama dengan peraturan daerah, yang mana
peraturan daerah ruang lingkup nya lebih luas karena peraturan tersebut
mengatur beberapa desa dalam satu wilayah, sedangkan peraturan desa hanya
mengatur satu desa dan ruang lingkupnya berlaku pada desa yang
menggunakan kewengan tersebut yang merupakan produk hukum yang
mempunyai kekuatan yang mengikat dan sangat penting bagi pemerintah desa.
Untuk membentuk suatu peraturan desa yang di anggap sempurna harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang sangat luas, pengetahuan tersebut bisa di
dapat dari pendidikan formal maupun non formal, pendidikan formal dapat di
peroleh dari bangku kuliah terutama pendidikan mengenai ilmu hukum,
sedangkan pendidikan non formal bisa di peroleh dari banyak nya bertanya dari
yang berpengalaman dan adanya pelatihan pemerintah daerah ke desa-desa.
38
Di desa selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari jika bicara
tentang sumber daya masyarakat nya rata-rata pendidikan aparatur desa nya
sangat jauh dari ideal nya, sesuai apa yang dikatakan oleh kepala desa selat
kecamatan pemayung kabupaten Batanghari yaitu:
Di desa kami ini ( desa selat) kalau bicara tentang pendidikan aparatur desa
boleh dikatakan masih rendah, saya tidak membicarakan orang lain contoh
nya saja saya hanya tamatan SMA, dan aparatur desa lain nya pun hampir
sama dengan saya tingkat pendidikan nya dan ada juga yang tinggi dari
saya dan yang rendah dari saya tingkat pendidikan nya, misalnya ketua
BPD itu tingkat pendidikan nya tinggi dari saya beliau tamatan S1, tapi
lulusan di bidang agama, dari semua semua aparatur desa hanya dua orang
yang hanya tamatan S1 itu pun lulusan agama juga, jadi masalah sumber
daya masyarakat atau masalah pendidikan merupakan kendala yang sangat
berat bagi kami terutama dalam pembentukan peraturan desa, karena yang
lebih memahami membuat peraturan desa ini iyalah orang yang tamatan
jurusan hukum.39
Karena kepala desa dan BPD itu adalah mitra kerja desa, ketua BPD
desa selat pun mengatakan:
Saya ketua BPD yang tamatan S1 ini yang mana kita ketahui bahwa tata
cara pembentukan peraturan desa tersebut sama sekali tidak di pelajari di
bangku kuliah karna bukan jurusan saya, kalau masalah baca al-quran itu
boleh serahkan ke saya, mau bertanya pada anggota-anggota saya ini
beliau hanya tamatan rata-rata SLTP, jadi saya pun merasa bingung, ada
peraturan daerah Nomor 22 Tahun 2007 yang mengenai pedoman
pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan desa itupun hanya
contoh kerangkah nya saja yang tertera dalam peraturan tersebut, kami
karna bisa menyusun peraturan desa ini karena ada mahasiswa kukerta
disitulah kami banyak bertanya pada meraka bagaimana teknik
penyusunan nya.40
Dari apa yang dikatakan oleh kepala desa dan ketua BPD desa selat
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari kendala-kendala yang di hadapi
39
Wawancara Dengan Asnawi Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari-
Selat Juni 2017. 40
Wawancara Dengan Jangcik ketua BPD Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari-Selat 13 Juni 2017.
39
dalam pembentukan peraturan desa di desa selat masalah sumber daya
masyarakat nya, tingkat pendidikan dari aparatur desa masih banyak yang
rendah.oleh sebab itu kurangnya pemahaman mereka atas landasan undang-
undang yang menjadi pedoman dalam pembentukan dan mekanisme
pembuatan peraturan desa tersebut.
C. Solusi terhadap masalah yang ditemui pada saat melaksanakan
pembentukan PERDES di Desa Selat
Berdasarkan hasil penelitian pada saat proses pembuatan dan kendala
yang ditemui dilapangan ada beberapa hal yang harus ditinjau ulang yakni
landasan undnag-undang nomor 22 tahun 2007 tentang pedoman pelaksanaan
dan mekanisme pembentukan peraturan desa harus ada perubahan secara
emosional sehingga lebih dapat dipahami oleh masyarakat yang menjadi
anggota penyelenggara demokrasi di desa, agar itu harus lebih di perinci lagi
undang-undang yang mengatur pedoman pembentukan peraturan desa agar
mudah dipahami.
Selain itu juga dari hasil wawancara diatas hamper seluruh anggota
BPD hanya sebatas sekolah dasar(SD) jadi sumberdaya masyarakat yang masih
rendah menjadi salah satu faktor penghambat kurangnya pemahaman atas
peraturan yang dibuat pemerintah daerah guna menjadi pokok landasan mereka
membuat suatu rancangan undang-undang , oleh sebab itu maka faktor
pendidikan menjadi hal penting untuk menjadi anggota BPD atau DESA
40
supaya tidak lagi terjadi kurangnya pemahaman mengenai tugas pokok dan
fungsi dari masing-masing anggota BPD
Kurangnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang sangat
penting untuk menambah wawasan anggota BPD dan DESA dalam penerapan
undang-undang, untuk itu harus ada seminar dan pertemuan antara BPD dan
pemerintahan pusat guna untuk memberi wawasan mengenai peraturan serta
landasan yang harus mereka laksanakan sebagai anggota pemerintahan di desa
dalam melaksanakan salah satu kewajiban meraka yakni membuat suatu
rancangan undang-undang dan peraturan desa agar dapat diterima oleh
masyarakat sekitar.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama dari hasil Penelitian yang saya lakukan maka Mekanisme
Pembentukan Peraturan Desa dalam pelaksanaanya sudah hampir sesuai
mengikuti pedoman atas undang-undang nomor 22 tahun 2007. Serta tugas
pokok dan fungsi dari anggota BPD sudah dilaksanakan sesuai peraturan
daerah kabupaten Batanghari nomor 6 tahun 2006 tentang hak dan kewajiban
anggota BPD dalam menyusun peraturan desa.
Kedua yakni yang menjadi Kendala-kendala yang di temui oleh
aparatur desa dalam Pembentukan Peraturan Desa di Desa selat Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari yakni :
- Masalah Pendidikan dan Sumber Daya Masyarakat nya masih rendah.
- Kurang nya Pelatihan dari pemerintah Daerah kepada Masyarakat/aparatur
Desa dalam mensosialisasikan aturan-aturan dalam proses pembentukan
peraturan desa tersebut
- Kurangnya peran masyarakat dalam proses musyawarah untuk mengambil
suatu keputusan yang menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat
suatu rancangan undang-undang.
B. Saran
Dengan kesimpulan yang di atas tadi maka saran penulis yang ingin di
sampaikan Agar Pembentukan Peraturan Desa di Desa Selat Kecamatan
41
42
Pemayung Kabupaten Batanghari sesuai dengan aturan yang tertera di
Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, Maka
aparatur desa harus lebih memahami atau mempelajari bagaimana cara
pembentukan peraturan desa yang benar sesuai dengan ketentuan Peraturan
Daerah Nomor 22 Tahun 2007. Serta harus adanya inisiatif dan kerjasama
antara masyarakat dan aparatur desa supaya menjadi lebih baik .
Dari segi pemerintahan harus ada yang selalu memonitoring dan
mengevaluasi kerja dari anggota BPD supaya tidak terjadi hal yang tidak di
inginkan seperti kurangnya kesadaran anggotanya untuk menghadiri rapat
musyawarah guna untuk membuat suatu peraturan desa.
Untuk mengatasi Kendala yang di hadapi oleh Pemerintah Desa Selat
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari dalam Pembentukan Peraturan
Desa maka perlu dilakukan Pelatihan dari Pemerintah Daerah kepada aparatur
Pemerintah Desa Berkaitan dengan Pembentukan Peraturan desa.
43
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdul Gaffar Karim. Persoalan Otonomi Daerah Indonesia. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. 2006.
H.A.W. Widjaja. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta. Renika
Cipta.1998.
H.A.W. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh.
Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.2005.
I. Nyoman Beratha. Desa Masyarakat desa dan Pembangunan Desa. Jakarta.
Ghalia Indonesia.1982.
Lexy j. Moleong.Metodelogi Penelitian Kualiatif.Bandung.PT Remaja.2008.
Pipin Syrifin dan Deda Jubaedah. Pemerintahan Daerah Di Indonesia.
Bandung.CVPustaka Setia.2005.
Rozali Abdullah. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung. Jakarta.PT RajaGrafindo Persada.2005.
Sayuti Una.Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi).Jambi: Syariah Press.2014.
W. Gulo.Metodologi Penelitian. Jakarta.PT Grasindo.2007.
B.SUMBER INTERNET
Noviar Satriadi (2013).Pengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah (Studi Di Kecamatan Praya Barat).
(https://www.google.com/searchPengaruh Peran Badan Permusyawaratan Desa
Dalam Pembentukan Peraturan desa dengan keluarnya UU NO. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah)
Paulina Dwijayanti (2013). Komunikasi dan Koordinasi yang Sinergi Antara
Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pembuatan Peraturan
44
Desa.(https://adoc.tips/komunikasi-dan-koordinasi-yang-sinergi-antara-
pemerintah-des.html)
C.PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia,Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun
1945.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa.
Peraturan daerah Kabupaten Batanghari Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
46
47
48
49
CURRICULUM VITAE
Nama : M Adi Pratama Putra
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/ tanggal lahir : Jambi, 27 oktober 1995
Nim : SIP.130054
Alamat : Lr. Melati rt08/03 kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Nama ayah : Syamsul BakhriA.Md
Nama ibu : Cindra Dewi
Pekerjaan Orang Tua : PNS
Alamat Orang Tua : Lr. Melati rt08/03 kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Riwayat Pendidikan :
a. SD/MI, Tahun Lulus : SDN 82/IX pijoan 1007
b. SMP/MTS, Tahun Lulus : SMPN 1 muaro jambi 2010
c. SMA/MA, Tahun Lulus : SMAN 1 muaro jambi 2013
Jambi, Oktober 2020
Penulis
M.ADI PRATAMA PUTRA