mediasi hakim
TRANSCRIPT
HAKIM DAN MEDIASI(Studi Tentang Pemaknaan Hakim Terhadap Mediasi
Kasus Perdata Di Pengadilan Negeri Pekalongan)
Oleh : Dr. Shinta Dewi Rismawati, SH MH
H. Saif Askari, SH MHDrs. H. Muslih Husein, M.Ag
2
Latar Belakang
Realitas Sosial •Tumpukan kasus kasasi di MA dari tahun ke tahun terus meningkat (16.725 kasus)• Banyak Hakim PN & PA gagal melaksanakan tugas mediasi contoh PN Medan dari 405 kasus, hanya 1 yg berhasil (2008) sementara PA Pekalongan dari 534 kasus hanya 2 yg berhasil atau sekitar 0,2 s/d 0,8% dari perkara yg masuk tiap tahun (2010)• Mediasi : upaya win win solution yg menjamin kepuasan (batin) serta kepastian hukum para pihak• Hakim gagal menjalankan fungsinya sebagai mediator• asumsi dikembangkan
Fakta Hukum
• Tugas utama hakim adalah mewujudkan keadilan, kemanfatan serta kepastian hukum (UUD 1945)•Tugas wajib hakim adalah mendamaikan para pihak, sesuai dengan hukum acara (HIR), UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA, Kode etik profesi hakim & Perma No 1 tahun 2008
3
2. Apakah benar Hakim PN Pekalongan menganut budaya pragmatisme dalam memediasi pekara perdata di PN Pekalongan, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkannya?
1. Bagaimanakah Hakim PN Pekalongan memaknai peraturan tentang mediasi yang ada saat ini serta implementasinya dalam menangani kasus Perdata di PN Pekalongan?
Fokus Studi dan Perumusan Masalah
Fokus Studi :Hakim merupakan salah
satu aktor penting dalam mediasi , sehingga pemaknaan
hakim memiliki peran yangcukup signifikan dalam
penyelesaian kasus-kasusPedata, akan tetapi realitasnya
Tdk demikian.Apa yg sesungguhnya terjadi, Mengapa hal tersebut sering
terjadi, apakah norma hukumnyayg kurang akomodatif-operasional
ataukah krn bersumber dr makna-makna yg slm ini di
pahami dan terkonstruksi dibalik mind set aktor
4
Tujuan &Kontribusi
Mengungkapkan pemaknaan hakim terhadapPeraturan ttg mediasi serta implementasinya saat
Menangani kasus perdata di PNPekalongan
Mengungkapkan budaya pragmatisme hakim dalammemediasi kasus perdata di PN Pekalongan serta faktor-
Faktor yang menyebabkannya
TEORETIS1. Pengembangan ilmu hukum terkait dengan metode penafsiran hakim dan penemuan hukum oleh hakim2. Pengembangan tentang teori/ konsep pemaknaan serta keadilan 3. Pengembangan hukum acara di peradilan
PRAKTIS:1. Bahan referensi bagi hakim dalam menjalankan tugasnya sehingga Sesuai dengan kode etik profesi hakim2. Bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan (legislatif-eksekutif) dalam membuat peraturan organik di bidang mediasi secara jelas & operasional3. Bahan pertimbangan untuk membuat model pelatihan mediasi yang representatif bagi pihak-pihak yang terlibat dalam mediasi
Tujuan Penelitian
Kontribusi penelitian
Originalitas Penelitian
Penulis Fokus Kebaruannya
Shinta Dewi Rismawati, 2009, STAIN Pekalongan, Model Konstruksi Hukum Hakim dalam Memutus Perkara KDRT (Kajian Legal Hermeunitik Terhadap Putusan Hakim di PN Pekalongan)
Putusan Hakim PN Pekalongan dalam memutus pekara KDRT telah melakukan 3 tahapan dalam legal hermeneutic, yakni teks, konteks dan kontekstualisasi meskipun sangat sederhana dengan metode intepretasi gramatikal, dan 2). Putusan hakim PN Pekalongan ternyata selain mempertimbangkan faktor-faktor hukum (yuridis) ternyata juga memperhatikan faktor-faktor non hukum, yakni sikap dan penampilan dari terdakwa dan saksi
Meskipun locusnya sama, akan tetapi fokus, paradigma maupun teori yang digunakan untuk menganalisis berbeda, sebab kajian ini lebih menekankan pada aspek pemaknaan hakim tentang mediasi baik terhadap teks maupun konteksnya
Triana Sofiani, 2010, STAIN Pekalongan, Mediasi Di Pengadilan Agama (Kajian Terhadap Upaya Efektivitas Pelaksanaan Mediasi Perkara Perceraian Pasca Perma No 1 Tahun 2008 di Pengadilan Agama Se-eks Karisidenan Pekalongan
Upaya mediasi pekara perceraian di Pengadilan Agama di eks Karisidenan Pekalongan belum berjalan efektif, karena faktor-faktor sebagai berikut : ketrampilan untuk menjadi mediator belum memadai, jumlah mediator dengan perkara perceraian tidak sebanding, mediasi seringkali hanya dilakukan oleh hakim yang menangani perkara, pemahaman para pihak yang berpekara terhadap mediasi dan manfaat mediasi masih kurang.
Locus, fokus, paradigma maupun teori yang digunakan untuk menganalisis berbeda secara signifikan, sebab kajian ini lebih menekankan pada aspek pemahaman hakim terhadap mediasi baik dalam teks, konteks maupun implementasinya
Penulis Fokus Kebaruannya
Mariannur Purba, 2004, USU, Medan, Pelaksanaan Mediasi Berdasarkan Perma No 2 tahun 2003 Di Pengadilan Negeri Medan
Pelaksanaan mediasi di PN Medan tidak berjalan efektif, sebab dalam satu tahun hanya mampu menyelesaikan kasus mediasi 1. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tersebut antara lain bersifat internal dan eksternal. Faktor internal adalah para pihak yang berpekara tidak memiliki niatan untuk melakukan perdamaian dan faktor eksternal antara lain : proses mediasi hanya berlangsung hanya sekitar 10-45 menit/pertemuan, dan pertemuan hanya berlangsung 1 sampai 3 yang dilakukan pada pagi hari sebab siang hari hakim sibuk dengan profesinya, dan ketidak mampuan mediator dan advokat untuk mencapai perdamaian tersebut.
Locus, fokus, paradigma serta teori yang digunakan untuk menganalisis berbeda secara signifikan, sebab kajian ini lebih menekankan pada aspek pemahaman hakim terhadap mediasi baik dalam teks, konteks maupun implementasinya
Farika, 2009, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Mediasi Dalam Perkara Cerai dengan alasan Riddah (Studi Kasus di Pengadilan Agama Denpasar)
Penyelesaian perkara cerai alasan riddah hal yang harus di bahas atau diupayakan adalah kembalinya agama pihak yang murtad pada agama Islam, karena tidak mungkin dapat rujuk jika salah satu pihak masih menganut agama yang berbeda dengan pasangannya. Jika pihak yang murtad bersedia kembali memeluk Islam maka perceraiannya pun dapat diupayakan ruju’
Locus, fokus, paradigma maupun teori yang digunakan untuk menganalisis berbeda secara signifikan, sebab kajian ini lebih menekankan pada aspek pemahaman hakim terhadap mediasi baik dalam teks, konteks maupun implementasinya
( H. Blumer )
Teori dan Konsep Yang Digunakan Untuk Menganalisis
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK(Herbert Blummers)
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada berdasarkan pandangannya terhadap sesuatu tersebut, makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain dan makna-makna tersebut disempurnakan pada saat interaksi sosial tersebut berlangsung
KONSEP MEDIASIMediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator
Tradisi Penelitian Kualitatif, Paradigma konstruktivismePendekatan socio legal
Data Primer
Metode Penelitian
Data Skunder
Teknik pengumpulan data : Studi kepustakaan
Teknik analisis data : Model interaktif
Teknik pengumpulan data : Observasi dan wawancara mendalam dgn teknik snowball
UU Kekuasaan Kehakiman,UU MA dan
HIR
Peraturan organik lainnya
PERMA No 1 Tahun 2008
Key informan : Hakim PN yang memeriksa kasus perdataInforman : tergugat, pengugat serta pengacara yang terkait
dengan kasus perdata, pegawai serta Ketua PN
Teknik pengecekan data : Triagulasi DataSumber dan metode
Instrumen utama : peneliti
Meaning, persepsi, sikap/ekspresi & tindakan subjek
Konsep mediasi
Aturan mediasi
Implementasimediasi
Lokasi Penelitian
PN Pekalongan
Mediasi Sebagai produk
konstruksi sosial
Metodologis :Hermeneutik (verstehen)-
content analisys (teks maupun konteks)
Mencoba memahamiPemaknaan hakim ttg
mediasi
Ontologis :Hukum adlh hasil
konstruksiSubjek sesuai
konteks(hukum bersifat unik, spesifik &
relatif)
Epistimologis :Pendekatan kualitatif-
peneliti mencoba menyatu dengan subjek utk mengetahui serta
memahami pemaknaan hakim ttg mediasi
Aksiologis :Peneliti sbg fasilitator
transformatif intelektual- antar subjek dlm memahami
pemaknaan hakim ttg mediasi
Konsep Hukum sebagai manifestasi makna-makna simbolik para subjek sebagaimana tampak dalam interaksi sosialnya
TEMUAN DAN ANALISISPemaknaan Hakim PN Pekalongan Terhadap Teks Peraturan Tentang Mediasi Dan
Implementasinya Dalam Menangani Kasus Perdata, maka Hakim PN Pekalongan mengatakan :
• Sudah tahu serta membaca peraturan Per-UU-an ttg mediasi krn tuntutan tugas sebagai hakim• Teks Per-UU-an ttg mediasi relatif baik, akomodatif & detail, tapi sulit dilaksanakan apabila dilakukan secara sakleg krn berbagai alasan• Mediasi adalah : 1. Suatu prosedur penyelesaian sengketa para pihak secara damai dengan melibatkan pihakketiga sebagai mediator. 2. Memediasi adalah bagian tugas wajib hakim dlm
menyelesaikan pekara, jika tidak dilakukan putusan bisa batal demi hukum
3. Memediasi adalah tuntutan peraturan yang justru menambahi beban kerja (nambahin gawean-ribet)
• Dari 239 perkara perdata yang masuk (Januari-September 2011) tdk ada yang diputus dg mediasi
• Implementasi mediasi dalam perkara perdata ternyata sulit, karena berbagai alasan baik yang bersifat internal maupun eksternal
•.
Analisis : Pemaknaan seseorang ttg suatu realitas dibangun/dikonstruksi
setelah mereka berinteraksi sosial, itu pula yg terjadi pada
Hakim PN Pekalongan. Pemaknaan mereka ttg mediasi terkonstruksi setelah mereka
berinteraksi dgn Teks Peraturan Per-UU-an ttg mediasi serta setelah berinteraksi dengan para pihak (konteks), maka pemaknaan mrk menjadi berbeda, baik dalam taraf
konsep maupun praksis
TEMUAN DAN ANALSISIAKAR PRAGMATISME HAKIM PN PEKALONGAN DALAM MEDIASI PERKARA PERDATA
Budaya pragmatisme ternyata menjangkiti Hakim PN Pekalongan dalam memediasi perkara perdata, sehingga mediasi yg dilakukan bersifat formalitas-rutinitas belaka, tdk dilakukan serius, krn alasan-alasan :1. Faktor Internal :• Kemampuan/skill hakim dlm mediasi kurang• Mediasi tidak lebih tugas wajib-tuntutan UU• Mediasi justru membebani-pekerjaan
tambahan (ribet)• Mediasi tidak berimbas pada keuntungan
ekonomis-finansial• Memisahkan ranah duniawi dan ukrowi saat
melaksanakan tugas2. Faktor Eksternal :• Minimnya pengetahuan para pihak ttg mediasi• Budaya masyarakat yg memandang afdol jika
diperiksa dg acara biasa-khususnya pengacara
• Minimnya sarana dan prasarana
•.
Analisis : Pragmatisme lebih
menekankan asas kepraktisan dan utility (kemanfaatan).
Hakim PN Pekalongan dalam mediasi perkara perdata
ternyata dihinggapi budaya pragmatisme, dengan
memaknai mediasi tidak lain adalah tugas wajib/tuntutan dari UU semata, memediasi justru menambahin beban
tugas (ribet) serta tidak mendatangkan keuntungan finansial sehingga dihindari, apalagi para pihak juga tdk
menyukai prosedur ini
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
SIMPULAN :1. Perbedaan pemaknaan Hakim PN Pekalongan
thd teks per-UU-an ttg mediasi serta konteks saat mjd mediator ternyata berbeda stlh mereka berinteraksi dgn teks maupun konteks, sehingga tindakan mereka dalam tataran praksis-implementatif, juga menimbulkan perbedaan Hakim di PN Pekalongan mengaku telah membaca teks serta mempraktekkan mediasi. Teks peraturan perundang-undangan tentang mediasi dinilai baik serta detail, akan tetapi dalam tataran praksis dirasakan sulit untuk dilaksanakan karena berbagai alasan.
2. Hakim PN Pekalongan dalam melaksanakan mediasi perkara perdata cenderung bersifat pragmatis (melaksanakan rutinitas saja, bersifat formalitas ), karena faktor internal maupun faktor eksternal.
•.
REKOMENDASI :1. Perlu penambahan wawasan, pengetahuan &
pengalaman hakim ttg mediasi
2. Pembangunan sarana dan prasarana yg memadai
3. Sosialisasi kepada masyarakat ttg mediasi
SEKIAN DAN TERIMA KASIH