media, tembakau, dan pertarungan wacana

10
Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana Oleh: Alfa Gumilang Situsweb: pindai.org | Surel: [email protected] Twitter: @pindaimedia | FB: facebook.com/pindai.org

Upload: pindai-media

Post on 29-Jul-2015

202 views

Category:

News & Politics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

Oleh:

Alfa Gumilang

Situsweb: pindai.org | Surel: [email protected]

Twitter: @pindaimedia | FB: facebook.com/pindai.org

Page 2: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 2 | 10

Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

Oleh : Alfa Gumilang*

Siapa yang dapat memungkiri bahwa media adalah wadah yang sangat efektif dalam membentuk

opini publik? Dalam setiap gerakan, isu, sampai dengan promosi komersial, media memiliki peran

signifikan. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena peran untuk mempengaruhi dan

menggiring pandangan publik melekat dalam media.

Catatannya, ada kaidah-kaidah penulisan yang harus dihormati dan dilaksanakan oleh wartawan.

Dalam jurnalisme, kode etik jurnalistik menjadi satu pegangan yang wajib ditaati oleh wartawan

agar dapat memberikan informasi dan pemberitaan yang berimbang. Selain itu yang lebih penting

adalah terhindar dari bias kepentingan-kepentingan di belakang pemberitaan tersebut. Singkatnya,

jurnalisme mestinya bersifat independen. Hal ini tentu saja demi kepentingan publik yang lebih

besar dalam menyampaikan berbagai informasii.

Keberimbangan menjadi salah satu kata kunci dari sebuah penulisan berita, walau dalam berbagai

praktiknya hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Subyektifitas dari wartawan, redaktur bahkan juga

kebijakan redaksional media seringkali kita jumpai dalam berbagai pemberitaan. Contoh terdekat

misalnya dapat kita lihat pada masa pemilihan presiden beberapa waktu yang lalu. Dari sana

terlihat betapa subyektifitasnya media karena berita-berita yang muncul jelas berpihak dan partisan

pada afiliasi politiknya masing-masing.

Prinsip-prinsip jurnalisme yang ingin memberikan informasi yang berimbang dan obyekif, pelan-

pelan memudar. Dalam situasi semacam ini, pembaca mesti aktif memilah dan menilai mana media

yang dapat dipercaya sebagai rujukan informasi. Pembaca juga yang pada akhirnya akan

memberikan hukuman bagi media yang dianggap tidak berimbang dalam memberitakan sebuah

informasi.

Konstelasi Pertarungan Isu Pertembakauan

Dalam isu pertembakauan, media juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam memberikan

informasi kepada publik. Isu tentang rokok menjadi salah satu isu yang secara konsisten sering

hadir melalui berbagai pemberitaan dan varian framingnya. Isu ini seperti tak lekang oleh waktu

karena dari tahun ke tahun, isu pertembakauan selalu muncul dengan wajah baru.

Bertahun-tahun, diskursus ihwal kesehatan masih mendominasi dalam konstelasi isu

pertembakauan. Diskursus ini yang paling berhasil melekat dalam pikiran publik. Pergeseran

wacana dalam diskursus pertembakauan baru terjadi pada kisaran tahun 2010 dengan

diluncurkannya buku berjudul Nicotine War karya Wanda Hamiltonii. Mulai dari titik inilah,

pertarungan opini seputar pertembakauan di tingkat nasional menjadi sangat dinamis.

Page 3: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 3 | 10

Kelompok-kelompok baru muncul, memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada publik.

Informasi yang berhubungan dengan tembakau tak lagi berisi sisi buruk bagi kesehatan saja.

Diskursus yang muncul kemudian merentang sampai pada pembahasan terkait politik dagang di

balik isu pertembakauan, penyelamatan industri nasional kretek, kebudayaan, bahkan juga pada

gaya hidup.

Lambat laun medan perang wacana tersebut beralih. Salah satu medan perang yang sangat ketat

pertarungannya berada pada ranah pembuatan kebijakan atau regulasi. Berbagai kelompok

antirokok seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Lembaga Demografi FE UI,

Komnas Perlindungan Anak, dan lain-lain mendorong isu pertembakauan tersebut pada sektor

hukum. Sebagai tambahan informasi, dalam kampanye dan berbagai programnya kelompok-

kelompok ini dibiayai oleh Blommberg Initiativeiii.

Salah satu dorongan pada sektor hukum adalah dengan memasukkan butir tentang rokok dalam

UU Kesehatan No 36 Tahun 2009, yang kemudian dilanjutkan dengan penerapan PP 109 Tahun

2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi

Kesehatan. Selain itu kelompok-kelompok ini juga mendorong aksesi atau ratifikasi Framework

Convention of Tobacco Control (FCTC).

Sementara yang berhadapan dengan kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok yang

mendukung kretek atau tembakau sebagai salah satu aset bangsa, baik secara ekonomi maupun

budaya. Mereka mencoba peruntungannya dengan mendorong dibuatnya UU Pertembakauan yang

bertujuan untuk melindungi tembakau dari serangan kepentingan modal asing.

Walaupun secara praktis pertarungan sudah bergeser pada ranah regulasi, namun pembentukan

wacana melalui media tetap dilakukan. Tujuannya ada dua: untuk mendapatkan dukungan publik

dan sebagai bentuk tekanan politik kepada pejabat berwenang agar dapat segera menerima dan

melaksanakan tuntutannya.

Komunitas Kretek melakukan monitoring media terkait isu FCTC dan RUU Pertembakauan dalam

rentang waktu 2013 sampai dengan 2014. Hasil monitoring menunjukkan ketatnya pertarungan

kelompok antirokok dan protembakau dalam pembentukan opini publik. Pada isu FCTC, dari

sekitar 90 berita yang disaring dari 20 media online. 67 berita, atau sekitar 74%-nya menunjukan

sentimen negatif akan rencana ratifikasi FCTC yang didorong oleh kelompok anti rokok.

Pada umumnya opinion leader dari isu tersebut merupakan anggota DPR dan juga dari kelompok

petani tembakau yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI). Alasan

utama penolakan dari ratifikasi FCTC adalah kerugian besar yang akan dirasakan oleh petani

tembakau.

Sementara dalam isu RUU Pertembakauan, dari 26 berita yang disaring dari 20 media online.

Sebanyak 20 berita, atau sekitar 76% nya menunjukan sentimen negatif terhadap rencana

diberlakukannya RUU Pertembakauan.

Page 4: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 4 | 10

Adapun opinion leader dari kalangan kelompok antirokok yang menolak RUU Pertembakauan,

salah satunya adalah pengusaha besar Indonesia, Arifin Panigoro. Selain memiliki perusahaan

migas, Medco, ia juga merupakan penasihat Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT).

Hakim Sarimuda Pohan, anggota dari Komnas Perlindungan Tembakau adalah opinion leader

lainya. Salah satu isu yang kerap dimunculkan oleh para tokoh ini adalah bahwa dalam proses

RUU tersebut terindikasi adanya penyuapan dan tanpa naskah akademik.

Data monitoring tersebut menunjukkan betapa ketatnya pertarungan kedua kelompok dalam

pembentukan opini publik. Dalam ketatnya pertarungan tersebut, bagaimana media menunjukkan

keberimbangan dan independensi sebagaimana terlihat dari berita-berita yang dihasilkan? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan mengambil satu contoh media massa yang kerap

memberitakan isu pertembakauan.

Majalah TEMPO Menolak RUU Pertembakauan

“Siapa bilang anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak lihai berlegislasi? Mereka cekatan

menghilangkan aturan penting, dari ayat tentang nikotin hingga rancangan undang-undang

antirokok. Belakangan muncul lagi manuver baru: “Menyelendupkan” rancangan undang-

undang pertembakauan dalam daftar program legislasi nasional alias prolegnas 2013. Sebagian

anggota dewan bahkan rela berpayah-payah pergi ke daerah untuk mengkampanyekan rancangan

ini.”iv

Begitu kutipan alinea pertama dari rubrik opini di Majalah Tempo yang berjudul Manuver Aneh

Soal Tembakau edisi 27 Mei – 2 Juni 2013. Rubrik tersebut merupakan tajuk rencana redaksi dalam

edisi yang secara khusus membahas perihal pertembakauan. Sejak awal, pembaca disuguhkan

terlebih dahulu satu alinea yang bisa dilihat sudah menyimpulkan bahwa RUU pertembakauan

yang digagas oleh beberapa kelompok masyarakat tersebut adalah satu hal yang buruk.

Berangkat dari sini saja sudah terlihat “sikap politik” Majalah Tempo seperti ditulis dalam tajuk

rencana. Dalam media, tajuk rencana merupakan rubrik yang menjadi ruang untuk memperlihatkan

posisi redaksi terhadap sebuah isu. Sikap semacam ini, langsung maupun tidak langsung, tentu

akan menimbulkan bias kepentingan dan berpengaruh terhadap berita-berita yang dihasilkan. Hal

ini bisa menjadi indikasi tidak independennya sebuah media seperti yang ditekankan oleh Bill

Kovachv.

Tulisan tersebut dilanjutkan dengan asumsi bahwa yang ditunggu oleh publik adalah ratifikasi

FCTC. Redaksi Majalah Tempo tidak menunjukkan survei atau penelitian yang mendukung

klaimnya bahwa publik menunggu ratifikasi tersebut segera dilakukan. Yang ada, asumsi yang

bias tersebut muncul untuk menegasikan rencana RUU Pertembakauan.

RUU Pertembakauan sendiri diajukan oleh tiga kelompok masyarakat, yaitu oleh Koalisi Nasional

Penyelamatan Kretek (KNPK), Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), dan versi ketiga

diajukan Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya, RUU Pertembakauan adalah sebuah inisiasi dari

Page 5: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 5 | 10

para pemangku kepentingan di bidang pertembakauan yang menginginkan perlindungan

tembakau, produk tembakau, dan para pemangku kepentingan pertembakauan nasional dari

ancaman FCTC.

Bagi para pemangku kepentingan ini, FCTC akan sangat berbahaya mengingat konvensi tersebut

mencoba mengatur pertembakauan dari hulu sampai hilir. Bahayanya bahkan akan mengancam

pemerintah Indonesia yang tiap tahunnya mendapatkan triliunan rupiah dari cukai tembakau juga

pertanian. Sebagai catatan, industri tembakau membuka jutaan lapangan pekerjaan di berbagai

daerah di Indonesia. Pada titik ini, adanya perlindungan dari undang-undang akan membuat

pertembakauan terlebih dulu diproteksi sebelum ratifikasi FCTC. Dengan begitu, FCTC tidak

mengancam pendapatan negara dan juga tidak mengancam kelangsungan hidup jutaan orang yang

menggantungkan ekonominya dari tembakau.

Dasar inilah yang sepertinya luput dikupas oleh majalah Tempo. Dari berbagai tulisan yang dimuat

dalam edisi tersebut, majalah Tempo cenderung menyasar pada proses dan ihwal prosedural dari

RUU Pertembakauan tersebut. Bahkan lebih jauh lagi kita lihat, apa yang ditulis Majalah Tempo

– serta berbagai media lain – terlihat sinergis dengan langkah-langkah yang diambil kelompok

antirokok dalam upayanya menolak RUU Pertembakauan.

Dalam rentang waktu Mei sampai dengan Juni 2013, banyak media memberitakan pro dan kontra

RUU Pertembakauan yang kemudian disusul dengan gerakan dari kelompok antirokok. Komnas

Perlindungan Tembakau melalui Arifin Panigoro melaporkan RUU Pertembakauan tersebut ke

KPK dengan dugaan penyelundupan RUU ke Prolegnasvi. Dengan ramainya pemberitaan tersebut,

pembahasan RUU Pertembakauan di parlemen sempat menjadi tertunda. Namun demikian, sampai

dengan tulisan ini dibuat, tindak lanjut yang dilakukan oleh KPK dari laporan Komnas PT tersebut

tidak membuktikan bahwa RUU tersebut merupakan penyelundupan dan termasuk sebagai bentuk

korupsi.

Jika membaca Majalah Tempo edisi 27 Mei – 21 Juni 2013 tersebut, terlihat memang

ketidakberimbangan dari tujuh tulisan yang jelas ingin mengajak para pembaca untuk

menyimpulkan bahwa keberadaan RUU Pertembakauan dipaksakan oleh parlemen dan penuh

dengan muatan kepentingan industri rokok. Apalagi di majalah edisi tersebut tak dijelaskan secara

gamblang apa yang melatarbelakangi berbagai kelompok masyarakat mengajukan RUU

Pertembakauan.

Monitoring Media Pasca Keriuhan RUU Pertembakauan

Pascapelaporan RUU Pertembakauan yang dilakukan Komnas PT ke KPK, pembahasan mengenai

RUU tersebut meredup. Pemberitaan media yang sepanjang Mei dan Juni 2013 cukup masif

menjadi berkurang. Dari monitoring media yang dilakukan oleh Komunitas Kretek sepanjang Juli

2013, berita-berita yang muncul di media seolah-olah ingin mengatakan bahwa pemberitaan

Page 6: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 6 | 10

tentang isu tembakau kembali “normal”. Isu tentang bahaya rokok bagi kesehatan, pajak dan cukai,

serta kawasan tanpa rokok kembali menjadi konsumsi publik.

Gambar hasil monitoring media yang dilakukan oleh Komunitas Kretek di bawah ini menunjukkan

fluktuasi isu RUU Pertembakauan sepanjang Mei sampai dengan Juli 2013. Juga dapat dilihat

gambaran pemberitaan media terkait isu pertembakauan dari berbagai sudut pandang tulisan.

Monitoring media yang dilakukan oleh Komunitas Kretek ini menggunakan Google Alert dengan

kata kunci “kesehatan”, “kawasan tanpa rokok”, “iklan dan sponsor rokok”, “cukai dan pajak

rokok”, “pertanian”, “tembakau”, “PP 109”, “RUU Pertembakauan”, “kampanye antirokok”, dan

kata kunci lainnya. Adapun media yang dimonitoring sebanyak 23 media online di Indonesia yaitu

aktual.co, antaranews.com, beritasatu.com, bisnis.com, detik.com, gatra.com, hukumonline.com,

inilah.com, jaringnews.com, jpnn.com, kompas.com, kompasiana.com, liputan6.com,

merdeka.com, metrotvnews.com, okezone.com, pelitaonline.com, republika.com, seruu.com,

tabloidbintang.com, tempo.co, tribunnews.com dan voaindonesia.com.

20%

14%

17%14%

13%

9%

5%5% 2% 1%

Isu Tembakau Mei 2013

Kesehatan

Kawasan Tanpa Rokok

Cukai dan Pajak Rokok

Iklan dan Sponsor Rokok

Pertanian danTembakau

Page 7: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 7 | 10

Dari ketiga gambar diatas, dapat dilihat bahwa ada penurunan tren pemberitaan seputar isu RUU

Pertembakauan. Tren ini terjadi khususnya pascaterbitnya Majalah Tempo tanggal 22 Mei 2013,

dan pelaporan Komnas PT ke KPK. Keduanya memiliki satu kesamaan pandangan terkait RUU

Pertembakauan yang dianggap sebagai penyelundupan. Sementara itu secara lebih luas sepanjang

tahun 2013, isu ihwal pertembakauan di media online bisa dilihat sebagai berikut :

11%

16%

11%

5%

31%

10%

5%5%

2% 2% 2%

Isu Tembakau Juni 2013

Pertanian

Kesehatan

Iklan dan SponsorRokok

Kawasan Tanpa Rokok

Pajak dan CukaiTembakau

RUU Tembakau

14%

16%

7%20%

12%6%

5%

6%6%

4% 4%

Isu Tembakau Juli 2013

Kesehatan

Pertanian

Iklan dan SponsorRokok

Kampanya Anti Rokok

Pajak dan Cukai

Industri Rokok

Perda KTR

Page 8: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 8 | 10

Sepanjang tahun 2013, ada 1.130 item berita mengenai isu tembakau. 504 item berita (45 %)

memiliki nada negatif, 342 item berita (30 %) memiliki nada positif, dan 284 item berita (25 %)

dengan nada netral.

Besarnya pemberitaan media tentang tembakau yang mempunyai kecenderungan negatif tentu

merugikan bagi mereka yang selama ini hidup dari pertembakauan termasuk para petani tembakau.

Sebagai contoh, berita tentang bahaya rokok bagi kesehatan yang terus direproduksi berlebih

tentunya akan merugikan konsumen rokok.

Contoh lainnya mengenai berita bahwa merokok dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ini tentu

sebuah pemberitaan yang sulit untuk diterima akal sehat. Berita tersebut dilansir dari sebuah

penelitian yang dilakukan oleh The British Lung Foundatioan, yang sempat dimuat oleh salah satu

media onlinevii. Berita-berita lainnya berisi tentang perokok pasif, yang terus direproduksi dan

membentuk opini seolah-olah hendak menyalahkan para konsumen rokok.

Jika mengacu pada berbagai pemberitaan dan dalam contoh Majalah Tempo seperti yang

disinggung dalam tulisan ini, apa sebenernya tujuan sebuah media dalam memberitakan berbagai

itu tembakau? Apa yang mendasari “sikap politik” media dalam melakukan framing pemberitaan

baik bagi kelompok pro maupun antitembakau?

17%

12%

25%10%

12%

9%

3%

4%2% 2%

2%

2%

Isu Tembakau Tahun 2013

Pajak dan Cukai

PP 109

Kesehatan

Pertanian

Industri Rokok

Kawasan Tanpa Rokok

Isu Anti Rokok

FCTC

RUU Pertembakauan

Isu Kretek

Internasional

Page 9: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 9 | 10

Pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan satu investigasi yang lebih mendalam. Apalagi ia

melibatkan kebijakan redaksional dan dapur sebuah media. Ia membutuhkan sebuah analisis

wacana yang bisa menunjukkan pertautan antara teks berita yang dihasilkan dengan situasi

ekonomi politik yang ada di belakang sebuah media. Tulisan ini tidak berpretensi menjawab

pertanyaan itu sampai tuntas. Penulis hanya menunjukan gejala-gejala yang terlihat dari teks-teks

berita yang diproduksi media.

Pertarungan wacana di media yang malih rupa menjadi pertarungan regulasi tentu juga memiliki

dampak signifikan bagi para pemangku kepentingan pertembakauan. Misalnya saja bisa dilihat

dari kewajiban mencantumkan peringatan bergambar pada bungkus rokok. Aturan ini memaksa

industri rokok untuk mengubah cetakan bungkus rokok dan memproduksi ulang bungkus rokok

dengan peringatan bergambar.

Ini sama artinya dengan penambahan biaya produksi. Bagi industri besar dengan modal besar,

penambahan modal tentu bukan sebuah hal yang sulit. Namun bagi industri kecil rumahan,

penambahan modal tentunya merupakan pekerjaan rumah dan beban tersendiri. Belum lagi

dampak pewacanaan diversifikasi tanaman tembakau dan rancangan pembatasan kadar tar dan

nikotin dari produk tembakau (rokok).

Hal tersebut tentu sangat merugikan petani tembakau Indonesia. UU Kesehatan, PP 109, Peraturan

Menteri Kesehatan tahun 2013, berbagai Perda terkait Kawasan Tanpa Rokok dan produk hukum

lainnya semakin hari semakin menggerus para pemangku kepentingan pertembakauan. Ratifikasi

atau aksesi FCTC yang akan dilakukan pemerintah hanya akan semakin memperburuk kondisi.

Semua produk hukum tersebut tidak lahir begitu saja. Bertahun-tahun sebelum produk hukum

tersebut dibuat dan disahkan, kampanye dan wacana telah lebih dahulu dikumandangkan. Pada

titik ini, media memiliki peran sentral dalam pertarungan wacana maupun pembentukan opini

publik ihwal isu tembakau tersebut. Dengan peran sentral yang dimilikinya, tanpa landasan

independensi dan keberimbangan, media hanya akan menjadi alat propaganda bagi kepentingan

tertentu.

*Penulis aktif di Komunitas Kretek. Bisa dihubungi lewat akun Twitter @alfagumilang

Page 10: Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana

PINDAI.ORG –Media, Tembakau, dan Pertarungan Wacana/ 17 Desember 2014

H a l a m a n 10 | 10

i Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Pantau ii Buku ini diterbitkan oleh INSIST Press pada tahun 2010, dan bedah buku Perang Nicotin ini dilakukan diberbagai kota di Indonesia. Buku tersebut memberikan satu informasi bahwasanya berbagai kampanye anti rokok yang begitu marak didunia, tidak murni memberikan informasi bahaya kesehatan dari rokok. Namun dibelakangnya berisikan kepentingan dagang dari industri farmasi yang ingin menjual produk Nicotine Replacement Teraphy (produk pengganti rokok). iii Salamudin Daeng. 2011. Kriminalisasi Berujung Monopoli. Jakarta: Indonesia Berdikari iv Majalah Tempo. Agar Merokok Dianggap Sehat. edisi 27 Mei – 2 Juni 2013, halaman 31. v Seorang wartawan senior berasal dari Amerika Serikat, yang menjadi panutan banyak jurnalis didunia. Pernah bekerja sebagai kepala biro The New York Times, editor The Atlanta Journal dan penulis buku Sembilan Elemen Journalisme. vi Kompas, http://nasional.kompas.com/read/2013/06/28/1947498/Dugaan.Kongkalikong.Legislator.dalam.RUU.Pertembakauan.Dilaporkan.ke.KPK, diakses pada tanggal 21 Oktober 2014 pukul 17.14 vii Merokok Bisa Menyebabkan Gangguan Jiwa, Rakyat Sulsel Online, http://rakyatsulsel.com/merokok-bisa-menyebabkan-gangguan-jiwa.html, diakses pada tanggal 21 Oktober 2014, pukul 19.29