mdb mdb mdb

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada Bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan. Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan dalam menghadapi krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu, Bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan mengambil 1 | Volume dan Komposisi Portofolio

Upload: rani-annisa

Post on 20-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

MANAJEMEN DANA BANK

TRANSCRIPT

Page 1: MDB MDB MDB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga

bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan

penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan

mendasar pada Bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.

Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas

penerapan Manajemen Risiko. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi

permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih

cepat, serta Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan dalam menghadapi

krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia menyempurnakan

metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank

merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu, Bank wajib

memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian

dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan

penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan

mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Di lain pihak, Bank Indonesia

mengevaluasi, menilai Tingkat Kesehatan Bank, dan melakukan tindakan pengawasan yang

diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.

Meningkatnya kegiatan di dalam dunia perbankan semakin banyak nasabah yang dimiliki oleh

suatu bank, menuntut bank tersebut untuk memiliki tingkat manajemen yang baik terutama

dalam hal pengelolaan dana bank. Tingkat likuiditas merupakan suatu patokan baik tidaknya

suatu manajemen bank. Dalam hal memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah dan

memperoleh laba bagi banknya.

1 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 2: MDB MDB MDB

Aktiva produktif atau earning asset adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing

yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan

fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri dari Secondary Reserve (Giro pada bank lain,

Penempatan pada bank lain, Surat-surat berharga) Kredit yang diberikan, Penyertaan

( investasi dana jangka panjang )

Oleh karena untuk menjaga kualitas manajemen dananya dan juga tingkat likuiditasnya maka

salah satu langkah yang diambil oleh bank adalah dengan melakukan penyaluran dana

investasi dalam bentuk surat-surat berharga dan sekuritas lainnya. Dalam menentukan

seberapa besar nilai investasi atau penyaluran dananya bank perlu untuk melakukan

perhitungan terhadap keuntungan dan juga nilai balik yang dihasilkan oleh investasi yang

dipilihnya tersebut. Oleh sebab itu di bawah ini akan penulis coba untuk jelaskan mengenai

komposisi dan volume portofolio yang ideal bagi manajemen bank.

2 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 3: MDB MDB MDB

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian dan istilah

1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam

memenuhi kewajiban kepada Bank.

2. Funding Liquidity Risk: Risiko likuiditas pendanaan

3. Stakeholder: pemegang saham

4. Portofolio: kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan.

5. Primary reserve: adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran pada bank Indonesia

dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan.

6. Secondary reserve, adalah penempatan dana yang dapat memberikan pendapatan kepada

bank, yang terdiri atas surat-surat berharga yang paling likuid yang setiap saat dapat

dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank.

7. loan portofolio (kredit): adalah penyaluran dana dalam bentuk kredit

8. fixed assets, alokasi dana dalam bentuk aktiva tetap, seperti pembelian tanah,

pembangunan gedung kantor, pembelian alat operasional kantor, dan lainnya yang

ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.

9. Bunga Bank (Bank Interest): sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah

atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar presentase tertentu dari pokok

simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang dikenakan terhadap

pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya.

10. Capital Gain: keuntungan yang berasal dari selisih harga jual dan harga beli dari suatu

asset financial.

11. CAR (Capital Adequacy Ratio): merupakan ketentuan pemenuhan penyediaan modal

minimum bank-bank yang saat ini sebesar 8%. CAR adalah rasio antara modal dengan

aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

12. Cost of funds: adalah biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang dihimpunnya sebelum

diperhitungkan reserve requirement.

3 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 4: MDB MDB MDB

13. Divestasi: adalah pelepasan kepemilikan (modal/saham) pada suatu perusahaan.

14. Instrumen investasi pendapatan tetap (fixed income asset): adalah surat berharga yang

menawarkan pendapatan yang tetap dari waktu ke waktu. Di Indonesia surat berharga

dimaksud (biasanya obligasi) ditawarkan perusahaan sekuritas sebagai produk reksadana

pendapatan tetap. Repo, yang juga disebut RPs atau buybacks, sering digunakan sebagai

instrumen investasi pasar uang dan sebagai instrumen kebijakan moneter oleh Bank

Sentral.

15. Yield (Imbal Hasil): adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor dalam persentase

per tahun.

16. Pelaksana Penatausahaan Surat Utang Negara: adalah pihak ditunjuk oleh Pemerintah

untuk melakukan kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta agen

pembayar bunga dan pokok Surat Utang Negara.

17. Portofolio Investment: yaitu mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi

portofolio.

18. Market price: harga pasar

19. Instrument : Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asset

keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrument ekuitas entitas lain.

20. Resiko : Merupakan kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan

return yang diharapkan.

4 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 5: MDB MDB MDB

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komposisi dan Volume Portofolio

3.1.1 Portofolio Investasi

Portofolio adalah kumpulan saham / aset lain yang dimiliki oleh pemodal perorangan atau

lembaga. Adapun hakekat dari pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada

berbagai alternatif investasi sehingga risiko investasi (secara keseluruhan) akan dapat

dikurangi (diminimumkan). Tujuan dari pembentukan portofolio adalah menghindari resiko

dan menghasilkan pendapatan sesuai dengan tujuan. Portofolio secara harfiah memiliki

sekumpulan surat–surat. Teori ini disebut teori portofolio karena mempunyai cara

mengestimasikan dana kedalam bentuk suret-surat berharga, teori ini didasarkan pada

kenyataan bahwa pemilk modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat

berharga dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan kemudian ingin

mendapatkan santunan (penghasilan) yang lebih tinggi.

Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi

portofolio yang pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang

tersedia dan teknik- teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang

lebih baik. Sedangkan strategi portofolio pasif meliputi aktifitas investasi pada portofolio

yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Dalam teori ini risiko investasi dalam saham

didefinisikan sebagai investasi standar dan tingkat keuntungan. Teori portofolio memiliki 2

asumsi penting yaitu:

1. Keuntungan surat berharga adalah berpola distribusi normal

2. Para investor terkadang bersikap kurang atau tidak menyukai risiko (Risk averse)

(Gitosudarmo,1999:266).

Dalam menentukan komposisi dan volume pada portofolio ada yang disebut dengan

Portofolio efisien dimana portofolio ini merupakan kombinasi investasi yang memberikan

nilai return yang sama dengan tingkat risiko yang minimal atau dengan tingkat risiko yang

5 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 6: MDB MDB MDB

sama akan memberikan return yang maksimal (Brigham and Daves, 2004). Pembentukan

portofolio optimal dilakukan dengan memilih saham-saham berdasarkan return dan risiko

yang sesuai dengan profil investor. Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1995), portofolio

dikategorikan efisien apabila

1. Memiliki tingkat risiko yang sama

2. Mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi

3. Mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih

rendah.

Penentuan portofolio yang optimal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kalangan

investor institusional maupun investor individual. Portofolio yang optimal akan

menghasilkan return yang optimal dengan risiko moderat yang dapat

dipertanggungjawabkan. Langkah- langkah untuk menentukan komposisi protofolio yang

tepat dan efisien:

1. Menghitung pengembalian portofolio yang diharapkan (expected return)

2. Menghitung risiko portofolio yang diharapkan

Proses investasi portofolio, dalam melakukan investasi perlu dilakukannya

1. Menetapkan kebijakan investasi guna mengenali tujuan investasi dan risk and return yang

akan didapatkan.

2. Melakukan analisis sekuritas untuk membandingkan market price dengan intrinsic price

apakah terjadi mispriced atau tidak.

3. Membentuk portofolio, memilih sekuritas-sekuritas yang akan dibeli dan seberapa banyak

dana yang akan diinvestasikan.

4. Merevisi portofolio, memilih investasi mana yang harus diganti

5. Menilai kinerja portofolio

Kelima langkah di atas dilakukan guna mencegah terjadinya risiko dari portofolio yang

didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang di

masukkan dalam portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin membentuk portofolio yang

memiliki risiko rendah, maka saham–saham yang dipilih bukanlah sahams aham yang

memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, Kalau portofolio tersebut mewakili

6 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 7: MDB MDB MDB

kesempatan investasi yang ada, dengan proporsi sesuai dengan bobot investasi tersebut, maka

portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar (Husnan, 2001:104).

3.1.2 Portofolio Kredit

Beberapa trend yang sedang terjadi dalam industri perbankan di Indonesia beberapa

tahun belakangan adalah terjadinya pergeseran-pergeseran segmen pasar atau komposisi pasar

sejalan dengan perkembangan struktur ekonomi nasional dan pola pikir nasabah perbankan

yang cenderung makin banking minded. Untuk kredit, segmen pasar yang dituju oleh

perbankan saat ini sedang bergeser menuju ke segmen pasar yang lebih potensial dan lebih

rendah risikonya. Segmen pasar yang kini menjadi primadona bagi kredit perbankan adalah

segmen pasar konsumen dan segmen usaha mikro, kecil dan menengah.

Salah satunya dapat dilihat dari komposisi kredit menurut kelompok debiturnya yang

saat ini sudah dikuasai oleh nasabah perorangan sebesar 42,6%. Sebagai pembanding, pada

akhir 2002 debitur perorangan ini hanya menguasai 25,9% dari total portofolio kredit

perbankan. Kecenderungan ke segmen konsumen ini juga dapat dilihat pada portofolio kredit

menurut jenisnya. Kredit konsumtif sudah mencapai 26,5% dari total kredit pada September

2004 melebihi posisi akhir tahun 2000 dan 2002 yang masing-masing hanya sebesar 14,9%

dan 21,8%. Ini terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir ini kredit konsumtif meningkat

jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja.

kecenderungan ini juga terjadi pada produk dana dimana segmen pasar perorangan mencapai

lebih dari 60% dari total portofolio dana perbankan pada akhir September 2004, dibandingkan

hanya 55% pada akhir 2000.

Hal ini ditanggapi oleh bank-bank besar dengan mengalokasikan resources-nya secara

signifikan ke segmen konsumer ini, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, BCA dan BNI.

Akibatnya persaingan di segmen ini menjadi lebih ketat dan perbankan membangun

infrastruktur yang kuat di segmen ini. Pergeseran di sektor dana ini juga terjadi pada jenis

produknya yaitu mengarah pada peningkatan komposisi dana murah dan jangka pendek. Hal

ini terlihat makin menurunnya proporsi deposito sebagai dana mahal dari semula 54,2% pada

tahun 2000 menjadi 44,3% pada akhir September 2004.

7 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 8: MDB MDB MDB

Turunnya pangsa deposito berjangka disebabkan terutama oleh turunnya suku bunga

sehingga deposan banyak yang mengalihkan dananya ke instrumen keuangan lain yang lebih

menarik, seperti reksadana, obligasi dan saham. Ini terjadi terutama pada deposito berjangka

lebih dari 1 bulan, yang mengalami penurunan cukup besar, sedangkan deposito berjangka

waktu 1 bulan masih mengalami kenaikan. Selain itu, dana deposito kemungkinan juga

banyak yang berpindah ke tabungan mengingat selisih bunga antara kedua jenis simpanan

tersebut saat ini semakin kecil.

Perbankan sekarang sedang melakukan strategi pengembangan jaringan distribusi

yang bertujuan untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, lebih mudah dan lebih efisien.

dipicu oleh persaingan yang semakin ketat dan karakteristik segmen konsumer yang bersifat

massal, bank-bank besar berlomba menarik perhatian nasabah dengan paket-paket promosi

yang menarik. Disamping dengan menggunakan iklan di media massa, promosi yang sekarang

lazim digunakan adalah dengan menggunakan undian berhadiah untuk produk tabungan dan

penetapan bunga yang menarik untuk produk kredit perumahan.

Berdasarkan asset, Bank Mandiri masih menduduki peringkat pertama dengan total

asset Rp 240,4 triliun, diikuti BCA (Rp 148,8 triliun), BNI (Rp 135,9 triliun), BRI (Rp 107,0

triliun), Bank Danamon (Rp 57,6 triliun), BII (Rp 36,0 triliun), Bank Niaga (Rp 30,6 triliun),

BTN (Rp 26,7 triliun), Bank Permata (Rp 31,6 triliun) dan Lippo Bank (Rp 27,8 triliun)

(Supraptono, 2005). Sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam

bentuk portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset,

memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp 132,1

triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif masing-masing

bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif bankbank rekap. Bank Mandiri

memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun, diikuti BCA Rp 46,7 triliun dan

BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping obligasi, juga memiliki SBI yang cukup

besar dalam komposisi earning assetnya yang mencapai Rp 29,6 triliun.

Sedangkan sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam

bentuk portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset,

8 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 9: MDB MDB MDB

memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp 132,1

triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif masing-masing

bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif bank-bank rekap. Bank

Mandiri memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun, diikuti BCA Rp 46,7 triliun

dan BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping obligasi, juga memiliki SBI yang cukup

besar dalam komposisi earning assetnya yang mencapai Rp 29,6 triliun.

Dalam hal penyaluran pinjaman, Bank Mandiri tetap memimpin pasar dengan total

pinjaman mencapai Rp 88,6 triliun atau setara dengan 14,9% dari total kredit perbankan.

Peringkat kedua BRI sebesar Rp 62,3 triliun (10,5%), diikuti BNI Rp 57,9 triliun (9,7%).

Namun dari sisi pertumbuhan, Bank Permata mencapai pertumbuhan tertinggi dengan

pertumbuhan 54,2%, diikuti Bank Niaga 47,6%, BCA 37,4% dan BRI 30,9% (Supraptono,

2005).

Penghimpunan dana masyarakat tetap didominasi empat bank besar yakni Bank

Mandiri, BCA, BNI dan BRI. Bank Mandiri berada di posisi teratas dengan total dana Rp

169,9 triliun, dibayang-bayangi oleh BCA yang pada periode laporan mencatat pertumbuhan

tertinggi sebesar Rp 131,6 triliun. Peringkat ketiga dikuasai BNI dengan pangsa pasar Rp

105,0 triliun, diikuti BRI sebesar Rp 82,2 triliun. Berdasarkan jenis dana yang dihimpun, dana

Bank Mandiri didominasi oleh deposito (45,9%), dan dana BCA didominasi oleh tabungan

(52,4%). Sementara BNI memiliki komposisi dana yang relatif seimbang yakni 37,1%

tabungan, 35,7% deposito, dan 27,2% giro.

3.2 Komposisi Portofolio

Asset allocation

Alokasi aset strategis adalah pengalokasian porsi aset sesuai dengan horison investasinya.

Perumusan ini dilakukan sesuai dengan tujuan dan batasan investasi investor, serta dengan

mempertimbangkan profil resikonya.

Pada dasarnya, setiap jenis aset (asset class) memiliki profil imbal hasil dan risiko yang

berbeda. Masing-masing jenis aset juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Jika pada suatu

saat suatu aset naik nilainya, aset yang lain mungkin justru turun atau tidak naik nilainya,

9 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 10: MDB MDB MDB

demikian pula sebaliknya. Proses alokasi aset mencakup pembagian suatu portofolio investasi

ke dalam berbagai kategori aset, seperti saham, obligasi dan kas. Proses penentuan komposisi

aset dalam portofolio ini merupakan proses yang unik bagi setiap investor; alokasi aset yang

pas bagi seorang investor akan sangat bergantung pada horizon waktu berinvestasi serta

toleransi terhadap risiko. Jadi pada dasarnya alokasi asset portofolio dapat dikatakan sama

dengan komposisi portofolio.

Strategic asset allocation

Strategic asset allocation adalah metode alokasi asset yang berpedoman pada pembentukan

"base policy mix" atau komposisi dasar portofolio. Base policy mix ini merupakan kombinasi

berbagai asset secara proporsional berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan (expected

return). Contohnya, jika saham secara historis memberikan imbal hasil sebesar 20% per tahun

sedangkan obligasi memberikan imbal hasil 10% per tahun, maka portofolio dengan

komposisi 50% saham dan 50% obligasi dapat diharapkan memberikan imbal hasil (expected

return) per tahun sebesar 50% x 20% + 50% x 10% = 15%.

Strategic asset allocation merupakan strategi portofolio yang melibatkan rebalancing

portofolio untuk menjaga tujuan jangka panjang untuk alokasi aset. Pada saat portofolio

dibentuk, ditentukan suatu “base policy mix” berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan

(expected returns). Karena nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat

perubahan kondisi pasar, maka komposisi portofolio pun harus disesuaikan secara

berkesinambungan untuk memenuhi strategi investasi

3.3 Penerapan komposisi dan portofolio (investasi) pada salah satu bank

Salah satu contoh komposisi dan volume portofolio pada lembaga perbankan yaitu Bank BNI.

Dalam mengantisipasi perkembangan pasar, Bank BNI bekerjasama dengan BNI Securities

dan Bank ABN Amro menciptakan produk BNI Investment yang berkaitan dengan Reksa

Dana BNI Dana Plus. Portofolio yang dibentuk dengan memanfaatkan obligasi pemerintah

yang dimiliki oleh Bank. Pendapatan yang diterima oleh Bank BNI adalah pendapatan komisi

(fee based income) dari pengelolaan portofolio yang dilakukan setelah dikurangi dengan biaya

BNI Investment. Pendapatan komisi BNI Investment meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

10 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 11: MDB MDB MDB

apakah produk tersebut sudah menghasilkan fee based income yang optimal bagi Bank BNI

dan bagaimana mengoptimalkan portofolio yang ada dalam Reksa Dana BNI Dana Plus? 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan analisis kontribusi pendapatan komisi

BNI Investment terhadap peningkatan pendapatan komisi Bank BNI khususnya Divisi Tresuri

dan komposisi optimal portofolio Reksa Dana BNI Dana Plus. Penelitian dilakukan terhadap

portofolio Reksa Dana BNI Dana Plus, pendapatan komisi BNI Investment dan Nilai Aktiva

Bersih (NAB) BNI Dana Plus. Kegiatan penelitian dilakukan di Divisi Tresuri PT. Bank

Negara Indonesia (Persero) Tbk dari bulan Maret sampai dengan April 2004. Pendekatan

penelitian dengan metode deskriptif studi kasus, dimana data yang menjadi bahan penelitian

adalah data sekunder periode September 2003 sampai dengan Maret 2004, baik yang bersifat

kualitatif maupun kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah untuk mengetahui risiko dan

hasil yang diharapkan dari portofolio yang ada dengan bantuan software CAPM. 

Dari analisis yang dilakukan diperoleh gambaran perkembangan obligasi pemerintah yang

dimiliki oleh Bank BNI, perkembangan BNI Investment dan faktor yang mempengaruhi

perkembangannya. Analisis terhadap portofolio BNI Dana Plus dapat memgambarkan risiko

(standard deviation) dan hasil yang diharapkan (expected return). Trade - off antara hasil dan

risiko akan menghasilkan suatu kurva efisien set yang menggambarkan pada risiko minimal

dapat menghasilkan return tertentu atau hasil maksimal dengan risiko tertentu pula. 

Kebijakan investasi Reksa Dana BNI Dana Plus sesuai dengan persetujuan Bapepam, telah

ditetapkan bahwa minimal 80% dan maksimal 100% pada obligasi atau efek bersifat utang

lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah dan 20% maksimal pada efek pendapatan tetap dan

pasar uang yang diterbitkan oleh badan hukum Indonesia. Dengan kondisi ini ditetapkan

alternatif komposisi portofolio. 

Dengan simulasi komposisi dan hasil yang diharapkan akan diperoleh komposisi yang

menghasilkan pendapatan komisi paling maksimal. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis

adalah pendapatan komisi BNI Investment belum memberikan kontribusi maksimal bagi

pendapatan komisi Bank BNI khususnya Divisi Tresuri. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut

saran yang disampaikan adalah: 

11 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 12: MDB MDB MDB

Mengubah komposisi obligasi pemerintah dari 95% menjadi 80% dan obligasi korporat

dan pasar uang dari 5% menjadi 20%. Kondisi ini diperkirakan akan meningkatkan

pendapatan komisi BNI Investment secara maksimal. 

Pengelolaan portofolio Reksa Dana Dana Plus berdasarkan risiko dan return, dan

pemantauannya dilakukan secara berkesinambungan. 

Untuk menghindari risiko likiditas Bank BNI akibat redemption rush, maka bank tidak

wajib untuk membeli kembali obligasi pemerintah dari BNI Dana 

Plus. 

Melakukan upaya untuk mengurangi risiko yang dihadapi Bank BNI atas perbedaan

antara biaya yang dibayar pada investor BNI Investment dengan pendapatan ya ng

diterima dari BNI Dana Plus. 

3.4  Hubungan Faktor-Faktor Ekonomi Makro dengan Return Portofolio

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh variabel-variabel makro ekonomi

terhadap return saham telah banyak dilakukan dibanding dengan return portofolio, sehingga

dengan mengasumsikan bahwa portofolio yang terdiri dari beberapa saham yang telah

dibentuk terlebih dahulu dapat memperoleh hasil yang sama terhadap

pengaruhnya return saham dengan variabel makro. Penelitian yang berkaitan dengan

pengaruh variabel-variabel makro ekonomi terhadap return saham diantaranya Fama dan

French (1989; pada Ahmed dan Lockwood, 1998)) menemukan bahwa ada hubungan yang

kuat term premium dengan perubahan pasar saham disamping adanya perubahan setiap waktu

pada return sahamnya.

Fama (1981; pada Ahmed dan Lockwood, 1998) mengajukan suatu proposisi bahwa ada

hubungan negatif antara return pasar saham dengan tingkat inflasi, dikarenakan adanya faktor

permintaan uang (moneter). Secara garis besarnya Fama menemukan bukti empiris mengenai

hubungan negatifreturn saham dengan tingkat inflasi dan tingkat bunga. Ada juga hubungan

positif antara return saham dengan aktivitas ekonomi riil.

Solnik (1996; pada Ahmed dan Lockwood, 1998)) memberikan hasil regresi dari return pasar

saham terhadap tingkat bunga dan tingkat perubahan bunga di beberapa negara maju (1973-

12 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 13: MDB MDB MDB

1993). Hasilnya menunjukkan ada konsistensi tentang hubungan negatif antara return pasar

saham dengan tingkat bunga.

McQueen dan Roley (1993) berargumen bahwa respon para investor kepada ‘berita ekonomi’

bervariasi satu dengan lainnya, argumen pertama pada studinya bahwa return yang dapat

diprediksi merupakan hasil dari efisien pasar dengan ekspektasi return berubah selama

kondisi pasar yang bervariasi

Chan (1994; pada Ahmed dan Lockwood, 1998) menguji ketidakpastian inflasi dengan tingkat

bunga bebas risiko terhadap risiko yang dihadapi. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan

bahwa tingkat bunga bebas risiko terdapat informasi mengenai tingkat ekspektasi inflasi yang

akan datang. Beberapa indikator pasar modal juga menunjukkan ketidakkonsistenan, seperti

adanya risiko yang tinggi tetapi tidak diikuti oleh tingkat return yang tinggi. Keaadaan ini

kurang menarik investor (sebagai pemegang dana surplus), dan dana tersalur ke pasar uang.

Fokus terhadap proporsi aliran dana yang besar melalui pasar uang mungkin juga membuat

penentu kebijakan moneter untuk memberikan return yang memadai untuk menarik investor,

akibatnya tingkat bunga tinggi.

  Penyebab utama inflasi yang berhubungan dengan literatur ekonomi adalah pendekatan

moneteris. Inflasi terjadi karena adanya pertumbuhan volume uang yang beredar bertambah

melebihi dari permintaan akan uang, maka perbelanjaan untuk barang dan jasa bertambah

melebihi dari kapasitas produksi barang dan jasa ini, sehingga akan mengakibatkan kenaikan

harga. Dengan asumsi bahwa tingkat output nasional berada pada tingkat produksi dengan

kapasitas penuh (full-employment), maka akan diperoleh hubungan kausal yang langsung

antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan tingkat harga umum.

13 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 14: MDB MDB MDB

BAB III

KESIMPULAN

Maka kesimpulan yang didapat portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa

aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.

Dimana setiap unit bisnis harus mampu mengenali kinerja portofolionya dan membentuk

suatu komposisi yang optimal dalam mencapai target bisnis yang diberikan. Risiko

Portofolio dipengaruhi oleh Risiko masing-masing saham, proporsi dana yg

diinvestasikan pada masing-masing saham, kovarians (couvariance) / koefisien korelasi

antar saham dalam portofolio dan jumlah saham yg membentuk portofolio.

Dalam prakteknya bank melakukan pembentukan portofolio sebagai salah satu cara

manajemen bank dalam menjaga tingkat likuiditasnya dalam memenuhi permintaan

nasabah dalam bentuk penarikan uang tunai, sehingga jika kas bank tidak mencukupi

maka bank dapat menggunakan sejumlah portofolionya untuk memenuhi jumlah

kebutuhan uang tunai pada kas bank saat beroperasi melayani permitaan nasabah.

Namun, kehati-hatian dalam memilih portofolio yang akan dibentuk sangat disarankan

kepada bank, seperti jangka waktu portofolio yang akan dipilihnya apakah jangka pendek

atau jangka pendek, dan dilihat dari tingkat likuiditas portofolio itu sendiri apakah cukup

baik dan memilki return yang sesuai dengan keinginan bank dan cukup likuid untuk

dicairkan sewaktu-waktu.

14 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o

Page 15: MDB MDB MDB

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH5139.dir/doc.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21576/4/Chapter%20II.pdf

http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/31020-6-737175375436.doc

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/EEA6AEB4-CFC2-4796-8733-37B6E6D12794/24399/

SENo13_24_DPNP.pdf

15 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o