mazhab sunni yang masih berkembang

27
MACAM-MACAM MAZHAB SUNNI Oleh Kelompok 2 Mursid Harisudin Al-Amin Indra Prilana Fitriana Rika Sulistyo Rini Arum S Laily Nafi’ah

Upload: mursid-sang-pencary-sejaty

Post on 18-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ilmu fiqh

TRANSCRIPT

MAZHAB SUNNI YANG MASIH BERKEMBANG

MACAM-MACAM MAZHAB SUNNIOleh Kelompok 2MursidHarisudin Al-AminIndra PrilanaFitrianaRika Sulistyo RiniArum SLaily Nafiah

Mazhab-Mazhab Sunni

Mazhab-Mazhab Sunni yang Masih Eksis Tokoh-tokoh Dasar-dasar penetapan hukum Penyebaran mazhab-mazhabMazhab-Mazhab Sunni yang Sudah Lenyap Tokoh-tokoh Pandangan-pandangan tokoh Lenyapnya mazhab-mazhab1. Mazhab-Mazhab Sunni yang Masih EksisMazhab HanafiMazhab MalikiMazhab SyafiiMazhab HambaliMazhab Hanafi

Tokoh: Imam Hanafi. Imam hanafi dilahirkan di kota Kufah pada tahun 80 H (699M), dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H. dalam usia 70 tahun. Nama beliau sejak kecil ialah Numan bin Tsabit bin Zauth bin Mah. Ayah beliau keturunan dari bangsa Persi (Kabul Afganistan) yang sudah menetap di Kufah. Hidup di masa Dinasti Umayyah selama 52 tahun, dan di masa Dinasti Abbasiyah selama 18 tahunMazhab Hanafi memakai Quran, Hadits, Fatwa sahabat. Berdasarkan riwayat-riwayat lain, Beliau juga menggunakan Ijma, Qiyas, Istihsan, dan Urf. Qiyas: Menghubungkan sesuatu yang belum ada hukumnya kepada nash yang ada setelah memperhatikan illat (inti permasalahan) yang sama antara keduanya. Istihsan: Istihsan menurut bahasa berarti menganggap baik atau mencari yang baik.

Lanjutan Menurut istilah Ulama ushul fiqh, istihsan ialah meninggalkan ketentuan qiyas yang jelas illatnya untuk mengamalkan qiyas yang samar illatnya, atau meninggalkan hukum yang bersifat umum dan berpegang kepada hukum yang bersifat pengecualian karena ada dalil yang memperkuatnya. Urf (adat Istiadat):ketentuan positif yang telah mapan dalam masyarakat dapat dikukuhkan sebagai hukum Islam sepanjang tidak bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah Nabi. Dalam riwayat lain, Beliau juga menggunakan Hillah Syariyyah, yaitu: suatu jalan yang dilalui sebagai upaya untuk keluar dari kesempitan dengan cara yang menurut Beliau diakui oleh SyaraMenjadi mazhab resmi negara pada masa dinasti Abbasiyah dan Turki Usmani. menjadi panutan besar ummat Islam di India, Cina, beberapa Negara Timur Tengah (Irak, Suriyah) dan sebagian ummat di Mesir dan beberapa negara lain, seperti UzbekistanMazhab MalikiTokoh: Imam Malik. Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H/712 M dan wafat tahun 179 H/796 M. Tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut Islam, mereka pindah ke Madinah. Belajar Qiraah kepada Nafi bin Abi Naim, lalu belajar Hadis kepada Ulama Madinah, seperti Ibnu Syihab az-Zuhri (51-124 H.), Nafi Maula bin Amr (w. 117 H.). ilmu fiqh yang dipelajarinya antara lain dari Rabiah bin Abdurrahman / Rabiah ar-Rayi (w. 136 H/753 M.). Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta, sebuah kitab Hadis bergaya Fiqh/ kitab fiqh bergaya Hadis.Dasar-dasar hukum yang diambil dan dipergunakan oleh Imam Maliki, yaitu: LanjutanAl-Quran, Sunnah Rasul, Ijmak para ulama, Qiyas, dan Istishlah (Mashalihul Mursalah). Mashlahah menurut bahasa: kepentingan, kebaikan. Mursalah: bebas, tidak terbatas, tidak terikat. Maslahah Mursalah: kepentingan dan kebaikan yang diperoleh secara bebas. Teori ini diilhami pada suatu paham bahwa syariah Islam bertujuan memelihara agama, nyawa, akal, keturunan/kehormatan, dan harta. Mendatangkan manfaat, kesejahteraan dan kedamaian bagi kepantingan masyarakat dan mencegah kemahdlaratan. Tiga syarat dalam ditetapkannya Maslahah Mursalah: 1. Kepentingan tersebut sejalan dengan jiwa syariat dan tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. 2. Persoalan yang diijtihadkan harus sesuatu yang menyinggung persoalan-persoalan kemanusiaan dan esensi dari maslahah itu harus masuk akal, sehingga bilamana dikemukakan pada ahlinya, mereka akan mengakuinya. 3. Kepentingan itu bersifat Dharuri.

LanjutanMazhab Maliki menjadi luas berkat peranan muridnya, diantaranya adalah Abu Muhammad Abdullah bin Wahab bin Muslim (w. 197 H.) dan Abdurrahman bin Kasim (w. 191 H.). mazhab Malik pernah menjadi mazhab utama di Hijaz, seperti di Makkah, Madinah, Basra, Mesir, Andalusia, Maroko, bahkan menjadi mazhab resmi Negara Maroko.Mazhab SyafiiNama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris Abbas ibn Utsman ibn SyafiI al-Muthalibi dari keturunan Muthalib bin Abdi Manaf, yaitu kakek keempat dari rasul dan kakek yang kesembilan dari asy-Syafii. Dengan demikian, beliau adalah keturunan dari keluarga bangsa Quraisy dan keturunan beliau bersatu dengan keturunan Nabi SAW pada Abdul Manaf (datuk Nabi yang ke-3). Imam Syafii dilahirkan di Guzzah suatu kampung dalam jajahan Palestina.Masih wilayah Asqalan pada tahun 150 H (767 M), bersamaaan dengan wafatnya Imam Hanafi.Kemudian beliau dibawa ibunya ke Mekkah dan dibesarkan disana.Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut:

LanjutanAl-Quran, beliau mengambil dengan makna yang lahir kecuali jika didapati alasan yang menunjukkan bukan arti yang lahir itu, yang harus dipakai atau dituruti.As-Sunnah, beliau mengambil Sunnah tidaklah mewajibkan yang mutawatir saja, tetapi yang Ahad pun diambil dan dipergunakan pula untuk menjadi dalil, asal telah mencukupi syarat-syaratnya, yakni selama perawi hadits itu orang kepercayaan, kuat ingatan dan bersambung langsung sampai kepada Nabi SAWIjma, bahwa para Sahabat semuanya telah menyepakatinya. Disamping itu, beliau berpendapat dan meyakini bahwa kemungkina ijma dan penyesuaian paham bagi segenap ulama itu tidak mungkin karena berjauhan tempat tinggal dan sulit berkomunuikasi.

LanjutanQiyas, Imam SyafiI memakai Qiyas apabila dalam ketiga dasar hukum diatas tidak tercantum, juga dalam keadaan memaksa. Hukum Qiyas yang terpaksa diadakan itu hanya mengenai keduniaan atau muamalah, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah telah cukup sempurna dari al-Quran dan as-Sunnah.Istidlal (Istishhab), makna aslinya menarik kesimpulan suatu barang dari barang yang lain. Dua sumber utama yang diakui untuk ditarik kesimpulannya ialah adat kebiasaan dan undang-undang agama yang diwahyukan sebelum islam. Diakui, bahwa adat kebiasaan yang lazim di tanah Arab pada waktu datang Islam yang tidak dihapus oleh Islam, mempunyai kekuasaan hukum. Demikian pula adat dan kebiasaan yang lazim dimana-mana, jika tidak bertentangan dengan jiwa al-Quran atau tidak terang-terangan dilarang oleh al-Quran juga diperbolehkan.LanjutanMazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.Mazhab HambaliImam Hambali nama lengkapnya ialah al-Imam Abu Abdillah Ahmad ibn Hambal ibn Hilal Addahili as-Syaibani al-Maruzi, beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H. Ayahandanya bernama Muhammad as-Syaibani, sedangkan ibu beliau bernama Syarifah binti Maimunah binti Abdul Malik bin Sawadah binti Hindun as-Syaibani (wanita dari bangsa Syaibaniyah juga) dari golongan terkemuka kaum bani Amir. Beliau menuntut ilmu dari banyak guru yang terkenal dan ahli di bidangnya. Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah Yahya bin Said al Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, sufyan bin Uyainah dan Abu Dawud ath Thayalisi. Dari kalangan ahli fiqh adalah Waki bin Jarah, Muhammad bin Idris asy Syafii dan Abu Yusuf (sahabat Abu Hanifah)Dasar-dasar penetapan hukumImam Hambali dalam menetapkan suatu hukum adalah dengan berlandaskan kepada dasar-dasar berikut:Nash al-Quran dan Hadits, yakni apabila beliau mendapatkan nash, maka beliau tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan pendapat-pendapat sahabat yang menyalahinya.Fatwa sahaby, yaitu ketika beliau tidak memperoleh nash dan beliau mendapati sesuatu pendapat yang tidak diketahuinya bahwa hal itu ada yang menentangnya, maka beliau perpegang kepada pendapat ini, dengan tidak memandang bahwa pendapat itu merupakan ijmak.Pendapat sebagian sahabat, yaitu apabila terdapat beberapa pendapat dalam suatu masalah, maka beliau mengambil mana yang lebih dekat kepada al-Quran dan sunnah. Terkadang beliau tidak mau memberi fatwa, apabila beliau tidak memperoleh pentarjih bagi suatu pendapat itu.LanjutanHadits Mursal. Hadits Mursal akan tetap dipakai, jika tidak berlawanan dengan sesuatu atsar atau dengan pendapat seorang sahabat. Qiyas, baru beliau pakai apabila beliau memang tidak memperoleh ketentuan hukumnya pada sumber-sumber yang disebutkan pada point 1-4 di atas.Mazhab Hambali menjadi maazhab resmi di Negara Saudi Arabia yang menetapkan syariat Islam secara utuh. Baik dalam bidang al-Ahwal al-Syakhshiyyah, Hukum Perdata, Qishos, Hudud, (hukum zina, pecurian, dan perampokan).Karya terbesar yang memuat Mazhab Hambali adalah kitab al-Jami al-Kabir karya Ahmad bin Muhammad al-Khalal (w. 311 H.).

2. Mazhab-Mazhab Sunni yang telah PunahAz-ZhahiriAl-Auzai Ats-TsauriAl-LaitsAt-Tabhari1. Az-Zhahiri

Tokoh: Imam Daud Az-Zhahiri. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun 202 H, dengan nama Abu Sulaiman Daud ibn Ali al-Asbahani yang kemudian dikenal dengan sebutan Daud ad-Dhahiri.Sesuai dengan namanya, prinsip dasar mazhab ini adalah memahami nash (Al-Qur' an dan sunnah Nabi SAW) secara literal, selama tidak ada dalil lain yang menunjukkan bahwa pengertian yang dimaksud dari suatu nash bukan makna literalnya. Apabila suatu masalah tidak dijumpai hukumnya dalam nash, maka mereka berpedoman pada ijma. Ijma' yang mereka terima adalah ijma' seluruh ulama mujtahid pada suatu masa tertentu, sesuai dengan pengertian ijma' yang dikemukakan ulama usul fiqh. Kemudian, mereka juga menolak qiyas, istihsan, al-maslahah al-mursalah dan metode istinbat lainnya yang didasarkan pada ra'yu (rasio semata).LanjutanSekalipun para tokoh Mazhab az-Zahiri banyak menulis buku di bidang fiqh, mazhab ini tidak utuh karena pengikut fanatiknya tidak banyak. Akan tetapi, dalam literatur-literatur fiqh, pendapat mazhab ini sering dinukilkan ulama fiqh sebagai perbandingan antar mazhab. Mazhab ini pernah dianut oleh sebagian masyarakat Andalusia, Spanyol.2. Al-Auzai Tokoh: Al-Imam Abu Amer Abdur Rahman Ibn Muhammad Al-Auzai. Beliau lebih dikenal dengan nama al-Auzai, lahir di Balabaka pada tahun 88 H, dan wafat pada tahun 157 H, keluarganya berasal dari tawanan Ainun Tamar. Ketika muda ia belajar hadits, ia mempelajarinya dari Atha bin Abu Rabah, az-Zuhri dan orang-orang yang sederajat dan para pembesar hadits meriwayatkan hadits. Al-Imam Abu Amer Abdur Rahman Ibn Muhammad al-Auzai termasuk orang yang tidak menyukai qiyas.Dalam salah satu riwayat ia berkata: "Apabila engkau menemukan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah tersebut dan tinggalkanlah seluruh pendapat yang didasarkan kepada yang lainnya (selain Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW)."LanjutanPemikiran Mazhab al-Auza'i saat ini hanya ditemukan dalam beberapa literatur fiqh (tidak dibukukan secara khusus). Pemikiran al-Auza'i dapat dilihat dalam kitab fiqh yang disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (w. 310 H./923 M.; mufasir dan faqih) yang berjudul Ikhtilaf al-Fuqaha, dan dalam kitab al-Umm yang disusun Imam asy-Syafi'i.Mazhab al-Auza'i pernah dianut oleh masyarakat Suriah sampai Mazhab Syafi'i menggantikannya. Mazhab ini juga dianut masyarakat Andalusia, Spanyol, sebelum Mazhab Maliki berkembang di sana.Menurut Ali Hasan Abdul Qadir (ahli fiqh dari Mesir), Mazhab al-Auza'i tidak dianut lagi oleh masyarakat sejak awal abad kedua Hijriyah.3. Ats-Tsauri Tokoh: Abu Abdillah Sofyan bin Said al-Tsauri. Abu Abdillah Sofyan bin Said al-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 97 H, dan wafat pada tahun 161 H. Beliau adalah seorang mujtahid yang hidup pada masa seorang mujtahid besar yaitu Imam Hanifah, beliau termasuk imam ahli hadits. Para mujtahid saat itu mengakui atas pengetahuan agamanya, waranya, zuhudnya dan orang terpercaya dan ia juga seorang mujtahid yang mempunyai pengikut.Meskipun ia hidup pada masa Abu Hanifah, tetapi ia menjauhkan diri dari rayu, karena itu pandangannya dalam mengistinbathkan hukum berdasarkan hadits. Bila ia menghadapi suatu masalah, maka ia mencari penyelesaian pada al-Quran kemudian pada sunnah Rasulullah SAW.LanjutanKalau ia menghadapi hadits yang berbeda-beda, dia mengambil hadits yang diriwayatkan oleh perawi-perawi yang lebih utama. Apabila ia tidak memperoleh hadits, ia meninjau pendapat sahabat, apabila tidak didapati pendapat sahabat ia berijtihad atau tidak memberi fatwa.Mazhab ini pun tidak dianut masyarakat lagi sejak wafatnya penerus Mazhab as-Sauri, yaitu Abu Bakar Abdul Gaffar bin Abdurrahman ad-Dinawari pada tahun 406 H. Ia adalah seorang mufti dalam Mazhab as-Sauri di Masjid al-Mansur, Baghdad.4. Al-LaitsTokoh: Abdul Harits al-Laits Ibn Saad aal-Fahmi. Beliau adalah pendiri mazhab al-Laits, wafat pada tahun 175 H, beliau terkenal sebagai seorang ahli fiqh di Mesir pada masa Imam Syafii. As-Syafii berpendapat tentang al-Laits: Ia lebih pandai daripada Maliki. Hanya saja teman-temannya tidak mau membukukan pendapat-pedapatnya dan menyiarkan ke kalangan jumhur sebagaimana mereka membukukan pendapat-pendapat Maliki.Dalam mengistinbathkan hukum al-Laits tidak berbeda dengan cara Imam Maliki mengistinbathkan hukum yaitu berangkat dari hadits, selanjutnya beliau menggunakan maslahat mursalah manakala tidak ditemui hadits.Menurut Ali Hasan Abdul Qadir, mazhab ini telah punah dengan masuknya abad ke-3 H.5. At-Tabhari Tokoh: Abu Jafar Muhammad Ibnu Jarir Ath-Thabari. Beliau adalah pendiri mazhab ath-thabari, beliau lahir pada tahun 224 H, wafat pada tahun 310H di Baghdad.Beliau dikenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan ahli tafsir. Mula-mula beliau mempelajari fiqh asy-syafii dan Maliki serta fiqh ulama Kufah, kemudian melakukan ijtihad sendiri, yang mengalami perkembangan di Baghdad.Di samping seorang faqih, ia juga dikenal sebagai muhaddits dan mufassir. Kitabnya di bidang tafsir masih utuh sampai sekarang dan dipandang sebagai buku induk di bidang tafsir, yang dikenal dengan nama Jami' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an. Di bidang fiqh ath-Thabari juga menulis sebuah buku dengan judul Ikhtilaf al-Fuqaha.LanjutanDalam bidang fiqh at-Thabari dipengaruhi oleh dua aliran yaitu ahli hadits (SyafiI dan Maliki) dan aliran rayu di kufah.Akan tetapi dalam mengistinbathkan hokum dia lebih dekat kepada moderat seperti yang dijalani Imam SyafiI yaitu mengambil jalan tengah antara ahli hadits dan ahli rayu.Dasar-dasar pengambilan hukumnya adalah al-Quran, Sunnah, Ijmak dan Qiyas.Menurut Ibnu Nadim (w. 385 H./995 M.; sejarawan), tidak banyak ulama dan masyarakat yang mengikuti pemikiran fiqh ath-Thabari, sehingga sejak abad ke-4 H mazhab ini tidak mempunyai pengikut lagi.KesimpulanPerbedaan pola pikir yang menimbulkan bermacam pendapat dalam kalangan umat Islam khususnya perbedaan pendapat oleh tokoh-tokoh pembaharu Islam adalah sunnatullah yang tidak dapat dipungkiri lagi.Sehingga bermunculan berbagai macam mazhab, diantaranya adalah mazhab-mazhab Sunni yang masih berkembang sampai sekarang ataupun yang sudah punah.Mazhab-mazhab Sunni yang masih berkembang antara lain Imam Hanafi, Imam Maliki bin Anas, Imam SyafiI, dan Imam Ahmad bin Hambali. Sedangkan mazhab yang punah diantaranya adalah Imam Daud az-Zhahiri, al-AuzaI, al-Tsauri, al-Laits, dan at-Thabiri.Mazhab-mazhab ini tidak tersebar luas karena di antara pengikut-pengikutnya jarang yang mengkodifikasikannya menjadi suatu buku.

Akhir Kata: