maturity terhadap rating sukuk -...
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN
MATURITY TERHADAP RATING SUKUK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
YUSUF FADIL
NIM: 1112082000053
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN
MATURITY TERHADAP RATING SUKUK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
YUSUF FADIL
NIM: 1112082000053
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN
MATURITY TERHADAP RATING SUKUK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yusuf Fadil
NIM: 1112082000053
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Yusro Rahma, SE.,M.Si
NIP.19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 Oktober 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1 Nama : Yusuf Fadil
2 NIM : 1112082000053
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Leverage, dan
Maturity terhadap Rating Sukuk
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Oktober 2016
1. Masrul Huda, SE., M.Si.
NIP.19630506 201411 1 001
(___________________)
Penguji 1
2. Ismawati Haribowo, SE., M.Si.
NIP.19800909 201411 2 003
(___________________)
Penguji 2
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 22 Februari 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1 Nama : Yusuf Fadil
2 NIM : 1112082000053
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Leverage, dan
Maturity terhadap Rating Sukuk
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Februari 2017
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA.
NIP. 19760924 200604 2 002
(_________________)
Ketua
2. Yusro Rahma, SE., M.Si.
NIP. 19800506 200801 2 016
(_______________)
Sekretaris
3. Atiqah, SE., MS.AK.
NIP. 19820120 200912 2 004
(___________________)
Penguji Ahli
4. Yusro Rahma, SE., M.Si.
NIP. 19800506 200801 2 016
(___________________)
Pembimbing I
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yusuf Fadil
NIM : 1112082000053
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Februari 2017
Yang Menyatakan,
(Yusuf Fadil)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Yusuf Fadil
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10 Juli 1993
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 2 dari 3 bersaudara
6. Alamat : Jl. Nuri Raya 8 No.10 RT 01 RW 013
Kel. Cibodasari, Kec. Cibodas Kota
Tangerang
7. Telepon : 082298269496
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (1998-2005) : SD Negeri Cibodas 2 Tangerang
2. SMP (2005-2008) : SMP PGRI 36 Tangerang
3. SMA (2008-2011) : SMK Nusa Putra Tangerang
4. S1 (2012-2016) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMK Nusa Putra
2. Staf Divisi Keuangan Kantin KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2013-2014
3. Staf Divisi Keuangan Acara KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2014-2015
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. M. Yaya. S (Alm)
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 19 Maret 1955
3. Pekerjaan : PNS (Pensiunan)
4. Ibu : Erlina
5. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 April 1959
6. Pekerjaan : PNS
7. Alamat : Jl. Nuri Raya 8 No.10 RT 01 RW 013
Kel. Cibodasari, Kec. Cibodas Kota
Tangerang
8. Telepon : 081319170645
ix
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, AND
MATURITY ON RATING SUKUK
ABSTRACT
The purpose of this research was found an evidences regarding the influence of
corporate governance, leverage, and maturity on sukuk rating. This research based
on purposive sampling method. The populations of this research used financial and
non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) of 14
companies. Through the defined criteria, selected a sample of 12 companies with 3
years observation from 2012-2014. Hypothesis in this research were tested by
multiple regression analysis.
The results of this research indicated that board size influence on sukuk rating.
While board independent, leverage, and maturity did not influence on sukuk rating.
Keywords: Sukuk rating, board independent, board size, leverage, maturity
x
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN MATURITY
TERHADAP RATING SUKUK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh corporate
governance, leverage, dan maturity terhadap rating sukuk. Penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling sebagai metode pemilihan sampel.
Populasi penelitian adalah perusahaan keuangan dan non keuangan sebanyak 14
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria,
terpilih sampel berjumlah 12 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun dari
2012-2014. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
terhadap rating sukuk. Sedangkan dewan komisaris independen, leverage, dan
maturity tidak berpengaruh terhadap rating sukuk.
Kata Kunci: Rating sukuk, dewan komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, leverage, maturity
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN MATURITY
TERHADAP RATING SUKUK”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua saya, Alm. H. M. Yaya. S dan Erlina yang telah memberikan
semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang sangat berharga serta doa dan
dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.
2. Keluarga yang telah menyemangati dan memberikan banyak dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini terkhusus untuk adik ku Erwana Amarollah Sunarya.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing
Akademik penulis selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yusro Rahma,SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi.
7. Semua guru, dosen, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta
nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
xii
8. Sahabat-sahabat Akuntansi B 2012, Randi, Hery, Mayeda, Ilman, Rifai, Galih,
Farid, Revan, Yudhi, Rita, Latul, Vivi, Farida, Fitri, Annisa, Dina, Dita, Seren,
Kia, Fajar, Dara, Jian, Dwi, Nindy, Intan, terimakasih atas kekompakan dan
solidaritasnya selama ini.
9. Keluarga besar Akuntansi 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih
karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini.
10. Sahabat-sahabat KKN BERAKSI 2015 dan Desa Bendungan, terima kasih untuk
kehangatan dan pengalaman hidup yang sangat berharga yang kalian berikan.
11. Orang-orang terdekat saya, Ayu Della yang telah memberikan hadiah berupa
mug untuk menemani saya membuat skripsi dan Ilham serta Febri yang telah
memberikan semangat berupa doa.
12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Februari 2017
Yusuf Fadil
xiii
DAFTAR ISI
COVER COVER DALAM ........................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................... v
LEMBAR PERNYATAANKEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 15
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil .................................... 15
1. Teori Sinyal (Signalling Theory) .................................................................. 15
2. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................................................. 16
3. Obligasi dan Maturity ................................................................................... 19
4. Corporate Governance ................................................................................. 38
a. Dewan Komisaris Independen ............................................................... 40
b. Ukuran Dewan Komisaris ..................................................................... 41
5. Leverage ....................................................................................................... 42
xiv
B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................................... 44
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 49
D. Perumusan Hipotesis ........................................................................................ 50
1. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap rating sukuk ................ 50
2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap rating sukuk ....................... 51
3. Pengaruh leverage terhadap rating sukuk ................................................ 52
4. Pengaruh maturity terhadap rating sukuk................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 55
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 55
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 56
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 57
1. Statistik Deskriptif ...................................................................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 57
a. Uji Normalitas Data ............................................................................... 57
b. Uji Multikolonieritas ............................................................................. 59
c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................................... 60
d. Uji Autokorelasi .................................................................................... 62
3. Koefisien Determinasi (R2) ........................................................................ 63
4. Analisis Regresi Berganda ......................................................................... 64
5. Uji Hipotesis ............................................................................................... 65
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................................ 65
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ............................. 66
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 66
1. Variabel Independen (X). ........................................................................... 66
2. Variabel Dependen (Y). ............................................................................. 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 71
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 71
xv
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.................................................................... 72
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................................... 72
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 74
3. Hasil Koefisien Determinasi ...................................................................... 81
4. Uji Hipotesis ............................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 93
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 100
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Keistimewaan Sukuk .................................................................................. 32
Tabel 2 2 Perbedaan Sukuk dengan Obligasi Konvensional ...................................... 34
Tabel 2 3 Standar Peringkat Menurut Pefindo ............................................................ 36
Tabel 2 4 Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 44
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ........................................................................ 70
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ............................................................................... 71
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................................... 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) .................................... 76
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ......................................................................... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Park .............................................................................................. 80
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test ................................................................ 81
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi ....................................................................... 82
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F .......................................... 83
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan Individual : Uji Statistik t .......................................... 84
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 49
Gambar 4.1 Grafik Histogram..................................................................................... 75
Gambar 4 2 Grafik Normal Probability Plot ............................................................... 75
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Grafik Plot .............................................. 79
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Daftar Perusahaan ............................................................................... 101
Lampiran 1.2 Data Perusahaan ................................................................................. 102
Lampiran 1.3 Hasil Perhitungan ............................................................................... 105
Lampiran 1.4 Hasil Output SPSS .............................................................................. 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan faktor yang sangat penting di dalam pertumbuhan
ekonomi dalam tatanan keuagan dunia. Pasar modal juga bahkan tempat
berkembangnya perekonomian di dalam sebuah negara yang di mana pasar
modal bukan hanya sebagai fungsi ekonomi pendapatan bagi negara tetapi juga
sebagai tempat transaksi keuangan antara pihak yang mempunyai dana atau
penyedia dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana atau menerima
dana sebagai modal yaitu issuer dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pada
hakikatnya pasar modal tempat mencari keuntungan bagi para investor dan
tempat mencari dana bagi penerima modal. Berbagai instrumen keuangan di
pasar modal dapat diperdagangkan seperti surat berjangka panjang yang dapat
diperdagangkan di pasar modal. Investor tidak perlu menyediakan aktiva riil
untuk menginvestasikannya, cukup dengan membeli surat- surat berjangka
panjang seperti saham, obligasi, waran, obligasi konvertibel dan produk- produk
turunan (derivatif) seperti opsi.
Surat berjangka panjang salah satunya yang berkembang di pasar modal
adalah surat utang atau disebut sebagai obligasi. obligasi merupakan surat
berharga yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang
diberi pinjaman (issuer). Secara umum obligasi dapat diartikan
2
sebagai surat berharga yang berisi pernyataan berhutang sejumlah uang tertentu
dalam jangka waktu tertentu dari pihak yang menerbitkan obligasi kepada pihak
yang membeli obligasi. Dalam perjanjian suatu investasi, pihak investor memiliki
pengetahuan yang terbatas dibandingkan dengan pihak manajemen di dalam
perusahaan yang disebut dengan asymmetric theory atau ketidakseimbangan
porsi informasi, oleh karena adanya kondisi tersebut. Maka untuk pengambilan
keputusan investor biasanya menggunakan sinyal yang diberikan perusahaan,
salah satunya adalah pengumuman penerbitan obligasi. Penerbitan obligasi
dianggap sebagai good news oleh para investor dengan persepsi bahwa
perusahaan akan berprospek baik dan menguntungkan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, penerbitan obligasi dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pembiayaan pada perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Dalam menggunakan sumber pembiayaan dari luar atau pinjaman,
perusahaan lebih mengutamakan hal tersebut daripada menggunakan pendanaan
dengan tambahan modal dari pemegang saham baru (external equity).
Perusahaan memiliki kewenangan untuk menentukan kapan obligasi tersebut
diterbitkan setelah izin prinsip dari otoritas berwenang telah diperoleh dari
perusahaan. Keputusan perusahaan untuk menerbitkan obligasi biasanya sangat
dipengaruhi oleh harga pasar. Obligasi dapat diperjualbelikan dengan harga yang
lebih tinggi dari nilai nominalnya (at premium) apabila kondisi pasar sedang
ramai atau cenderung tinggi (bullish), atau sebaliknya lebih rendah dari nilai
nominalnya (at discount) jika kondisi pasar sedang lesu (bearish).
3
Fakta yang telah terjadi di pasar modal dunia selama beberapa tahun terakhir
ini adalah konsep keuangan berbasis syariah (islamic finance) yang saat ini telah
mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya konsep
syariah atau konsep berbasis islami secara universal dan digunakan tidak hanya
pada negara- negara Islam di kawasan Timur Tengah saja, tetapi juga oleh
banyak negara di kawasan Asia, Afrika, bahkan di Eropa. Konsep berbasis islami
atau syariah ini menekankan untuk perjanjian yang adil, sistem bagi hasil yang
lebih direkomendasikan, serta larangan terhadap riba, gharar, dan maysir.
Di mana riba adalah menetapkan bunga /melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang
dibebankan kepada peminjam. Kemudian gharar adalah semua jual beli yang
mengandung ketidakjelasan atau keraguan tentang adanya komoditas yang
menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang mengancam antara
untung dan rugi, pertaruhan atau perjudian, sedangkan maysir adalah setiap
permainan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu berupa materi yang diambil
dari pihak yang kalah untuk pihak yang menang atau bisa disebut spekulasi. Dari
pertimbangan konsep syariah tersebut maka membuat efek keuangan syariah banyak
diminati oleh para investor sehingga perusahaan-perusahaan berbasis syariah bahkan
konvenional seakan berlomba-lomba menerbitkan efek keuangan berbasis syariah di
pasar modal.
Berdasarkan Ernst & Young (2014), IFSB (2014), dan Oliver Wyman
(2009) yang dikutip melalui (mirajnews, 2016) bahwa pasar keuangan syariah
4
memiliki aset sekitar US $ 1,81 triliun. Berdasarkan laporan 2014 diungkapkan,
aset semua lembaga keuangan syariah (full syariah serta lembaga dengan jendela
syariah) yang meliputi perbankan komersial, dana, sukuk, takaful, dan segmen
lainnya. Rincian berdasarkan kategori adalah sebagai berikut: $ 1,346 miliar
untuk perbankan komersial, $ 33,4 miliar untuk takaful (asuransi), $ 295 miliar
untuk sukuk (obligasi syariah) yang luar biasa, $ 56 miliar pada dana, dan $ 84
miliar untuk kegiatan keuangan lainnya. Industri keuangan syariah telah
mengalami pertumbuhan yang kuat dan fenomenal selama beberapa tahun
terakhir dan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 17,3% antara 2009
dan 2014.
Dari pasar keuangan syariah tersebut, yang berkembang pesat saat ini selain
perbankan dan asuransi syariah yaitu salah satunya adalah sukuk. Sukuk
dipandang sebagai alternatif yang lebih baik dari pada berutang karena antara
lain mengandung unsur kerja sama dengan risiko yang lebih kecil dari pinjaman
konvensional lainnya namun tetap dengan keuntungan yang rendah meskipun
tidak terlalu tinggi dan tidak adanya unsur riba, gharar, dan maysir. Sukuk
sebagai salah satu efek syariah memiliki karakteristik yang berbeda dengan
obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan
bersama atas suatu aset atau proyek.
Menurut Dewan Standar Syariah Majelis Ulama Indonesia Fatwa No.
32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah (sukuk) didefinisikan sebagai suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
5
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin/fee,
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Berbeda antara
sukuk dan obligasi, sukuk diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan
dasar penerbitan (underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan
pada aset/proyek yang spesifik.
Contoh kasus perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak dan gas yaitu
East-Cameron di Lousianna, Amerika Serikat. Perusahaan tersebut menerbitkan
sukuk pertama di Amerika Serikat, tepatnya di perairan wilayah Lousiana.
Perusahaan tersebut menerbitkan sukuk dengan model sukuk al-musharakah.
Namun tanpa di sangka-sangka, topan dan badai menghantam Lousiana pada
pertengahan 2008 menghempaskan kilang penyedotan minyak lepas pantai milik
East Cameron ke tengah lautan yang dapat mengakibatkan ruginya perusahaan
East Cameron dan berdampak kepada para investor sukuk dan turunnya tingkat
rating sukuk dan menyebabkan East Cameron tak beroperasi lagi, maka mereka
tak mampu untuk membayar modal dasar para investor tersebut. Maka terjadilah
sengketa antara East Cameron dengan para investor. East Cameron bersikukuh
bahwa mereka ingin sukuk tersebut dianggap hutang saja, dan akan dibayar
dalam waktu tertentu. Namun ketika dibawa ke pengadilan Amerika Serikat,
pengadilan tersebut memenangkan para investor dengan memutuskan bahwa
sukuk bukanlah hutang, tetapi kepemilikan atas aset terkait. Maka dengan
demikian, minyak di lepas pantai tersebut diserahkan kepada para investor.
6
Dengan demikian sukuk bukan merupakan utang akan tetapi sukuk merupakan
bukti kepemilikan bersama atas aset/proyek yang dijadikan dasar penerbitan
(underlying asset).
Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk. Return yang
diperoleh pemegang obligasi sudah ditentukan berasal dari kupon atau besaran
bunga, sedangkan return yang diperoleh dari sukuk berasal dari besarnya
margin/fee serta sistem bagi hasil yang didasarkan atas aset atau produksi. Harga
jual obligasi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga pasar pada saat obligasi
tersebut ditawarkan. Sedangkan instrumen sukuk dijual pada nilai nominal
pelunasan jatuh temponya (at maturity par value) di pasar perdana. Harga yang
disepakati sesuai dengan harga nominalnya karena pada dasarnya instrumen
sukuk berbasis pada aset atau transaksi riil. Perusahaan yang menerbitkan sukuk
akan mendapatkan beberapa keuntungan. Selain mendapatkan dana untuk modal,
secara tidak langsung perusahaan tersebut telah memperluas cakupan investor.
Obligasi menjadi daya tarik investor konvensional, sedangkan sukuk menjadi
daya tarik investor konvensional dan investor syariah.
Nurakhiroh, dkk (2014) Sukuk mulai mewarnai pasar modal Indonesia sejak
tahun 2002. Perusahaan yang mempelopori penerbitan obligasi syariah yaitu PT
Indosat yang menerbitkan obligasi syariah senilai Rp 175 Miliar. Obligasi
syariah yang pertama terbit pada 2002 dan 2003 rata-rata menggunakan akad
7
mudarabah sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 menggunakan akad ijarah.
Akad ijarah sampai sekarang paling banyak diterbitkan, tercacat sampai 2010 ada
36 obligasi ijarah yang terbit dan hanya ada 10 obligasi mudarabah. Melis (2015)
pada tahun 2009, terjadi lonjakan penerbitan emisi sukuk dari 29 menjadi 43. Di
tahun 2009 terjadi kenaikan emisi sukuk mencapai 48%. Di tahun 2008 tercatat
nilai sukuk 5,4 triliun dan di akhir tahun 2009 tercatat nilai emisi sukuk sebesar
7 triliun. Peningkatan nilai emisi sukuk terus berlanjut pada tahun- tahun
berikutnya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) pada tahun 2011 menjadi 8
triliun, namun di tahun 2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan menjadi
16 triliunan. Kenaikan sebesar 3 triliun terjadi pada tahun 2015 dan sebesar 2
triliun pada tahun 2013. Pada bulan Juni 2016 nilai emisi sukuk mencapai 18,5
triliun, naik sebesar 2 triliun dari tahun sebelumnya.
Nilai emisi sukuk yang terus mengalami peningkatan menunjukan bahwa
banyak pihak yang menginvestasikan dananya pada instrumen ini. Salah satu
faktor pendukung meningkatnya nilai emisi sukuk adalah peringkat sukuk.
Investor memerlukan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam
mengkomunikasikan keputusan investasinya sehingga informasi keuangan
perusahaan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana yang ditanamkan. Informasi peringkat sukuk bertujuan untuk
menilai kualitas dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat
penting bagi investor karena dapat digunakan dalam mengambil keputusan
8
apakah sukuk tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat
risikonya.
Ada lembaga pemeringkat yang diakui di Indonesia berkerja sama dengan
Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo).
Penelitian ini menggunakan PT Pemeringkat Efek Indonesia atau yang lebih
dikenal dengan PT Pefindo sebagai acuan dalam menentukan peringkat sukuk.
Melis (2015) PT Pefindo merupakan rating agency tertua di Indonesia hingga
saat ini PT Pefindo telah memberi peringkat kepada lebih dari 500 perusahaan
dan pemerintah daerah. Selain itu, instrumen pasar modal seperti obligasi, sukuk,
medium-term notes telah diperingkat oleh PT Pefindo. PT Pefindo juga
merupakan market leader rating agency di Indonesia. Dengan menggunakan
peringkat yang diberikan oleh PT Pefindo diharapkan penelitian ini dapat
mencakup sebagian besar sukuk yang telah diterbitkan di Indonesia karena
kebanyakan sukuk diperingkat oleh PT Pefindo. Peringkat sukuk yang diberikan
oleh agen pemeringkat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade
dan non-investment grade. Obligasi investment grade memiliki peringkat AAA,
AA, A, dan BBB. Sedangkan untuk non-investment grade dengan peringkat BB,
B, CCC, dan D. Investment grade merupakan obligasi dengan risiko kredit yang
rendah sehingga berperingkat tinggi. Non investment grade merupakan obligasi
yang memiliki risiko tinggi sehingga berperingkat rendah.
Contoh kasus pada perusahaan milik Pemerintah Dubai yang bergerak
dalam berbagai bidang infrastruktur, salah satunya adalah Nakheel dalam proyek
9
properti. Nakheel yang terkenal adalah The Palm Island, perumahan yang berada
di tengah laut berbentuk pohon kurma. Sumber pendanaannya antara lain dengan
menggunakan sukuk. Nilai sukuk yang ditunda pembayaran pokoknya adalah
sebesar 3,52 miliar USD. Tanggal jatuh temponya adalah tanggal 14 Desember
2009, diusulkan ditunda hingga 30 Mei 2010. Penundaan ini tentunya
memberikan efek negatif bagi pemegang sukuk tersebut yang sangat
membutuhkan likuiditas. Hal ini menyebabkan jatuhnya harga sukuk tersebut
hingga -31,11% dalam satu hari pada tanggal 26 November 2009. Ketika harga
sukuk tersebut itu jatuh atau mengalami default sehingga nilainya pun sangat
jatuh. Hal ini berdampak pada penurunan rating sukuk perusahaan properti di
Dubai oleh Moody’s hingga dibawah investment grade bahkan menjadi junk dan
ini menyebabkan jatuhnya investasi yang terkait dengan sukuk Nakheel. Selain
kasus tersebut, ada juga terungkapnya kasus perusahaan East-Cameron di
Lousianna, Amerika Serikat yang berdampak pada turunnya rating sukuk.
Perusahaan pada dasarnya didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham Almilia dan Sifa (2006). Namun seringkali manjemen sebagai pihak
pengelola perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang hanya mementingkan
diri sendiri dengan mengabaikan pihak lain yang berkepentingan. Oleh
karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Hastuti (2005) GCG atau Good
Corporate Governance merupakan sistem yang mampu memberikan
10
perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders, termasuk di dalamnya
adalah shareholders, lenders, employees, executives, government, customers dan
stakeholders yang lain. Sistem corporate governance memberikan perlindungan
efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan
memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga
membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan
yang efisien dan sustainable di sektor korporat (Nasution dan Setiawan, 2007).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2012) mendefinisikan
corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan dan
para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-
hak dan kewajiban mereka. Terkait dengan besarnya potensi dan semakin
berkembangnya pasar syariah, dewasa ini perkembangan tersebut diiringi dengan
penerapan good corporate governance sehingga lembaga keuangan syariah atau
lembaga keuangan yang mengeluarkan produk syariah tidak hanya berlabel
syariah tetapi juga benar-benar bersikap profesional sehingga bisa bersaing
dengan lembaga keuangan konvensional dan produk keuangan konvensional
lainnya (Hariani, 2011).
Terkait dengan penawaran sukuk oleh perusahaan dan penerapan good
corporate governance pada perusahaan yang mengeluarkan sukuk, terdapat
komponen lain yang akan dipengaruhi dalam pengambilan keputusan, baik
investor maupun emiten. Akuntabilitas yang baik menyangkut internal, negara,
11
hukum maupun stakeholder lainnya. Pada praktik dari corporate governance
(CG) juga dapat membantu menjelaskan perbedaan peringkat utang antar
perusahaan yang tidak tertangkap di kondisi keuangan masing- masing
perusahaan (Bradley dkk, 2008). Studi Bhoraj dan Sengupta (2003) menemukan
adanya hubungan antara mekanisme CG dengan peringkat surat utang.
Menurutnya mekanisme CG dapat mengurangi risiko gagal bayar (default risk)
dengan cara mengurangi biaya agensi (agency cost) yaitu dengan memonitor
kinerja manajemen dan mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan
kreditur.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai rating sukuk sebagai variabel
dependen telah banyak dilakukan diantaranya penelitian yang dilakukan Afiani
(2013), Purwaningsih (2013), Kusbandiyah dan Wahyuni (2014), Nurakhiroh,
dkk (2014), dan Elhaj, dkk (2015). Penelitian ini menggunakan empat variabel
independen, yaitu dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
leverage, dan maturity. Variabel dewan komisaris independen sebelumnya
diteliti oleh Dali (2013) berkesimpulan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi, hasil yang sama juga
dihasilkan oleh Elhaj (2015) menemukan bahwa rating sukuk memiliki
hubungan positif dengan dewan komisaris independen. Namun hasil yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfandi dan Wasilah (2013)
persentase dewan komisaris independen tidak terbukti memiliki pengaruh pada
peringkat rating sukuk perusahaan. Sementara variabel ukuran dewan komisaris
12
diteliti oleh Elhaj (2015) dan Damayanti dan Fitriyah (2013) membuktikan
bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap
peringkat obligasi. Namun hasil berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan
oleh Irfandi dan Wasilah (2013) ukuran dewan komisaris tidak terbukti memiliki
pengaruh pada peringkat rating sukuk perusahaan di Indonesia.
Variabel leverage dan maturity diteliti sebelumnya oleh Nurakhiroh, dkk
(2014) bahwa rasio leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat sukuk dan
Arisanti, dkk (2014) menunjukan bahwa variabel umur (maturity) obligasi
berpengaruh negatif terhadap prediksi peringkat obligasi syariah di Indonesia.
Namun berbeda dengan penelitian Purwaningsih (2015) bahwa leverage secara
parsial tidak berpengaruh positif terhadap rating sukuk. Kemudian penelitian
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) yang menemukan bahwa maturity tidak
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi syariah.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian sebelumnya
yang masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik untuk dilakukan
penelitian yang serupa, penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian yang
dilakukan oleh Purwaningsih (2013), Kusbandiyah dan Wahyuni (2014), dan
Elhaj, dkk (2015) dengan perbedaan yaitu penelitian ini menggunakan sample
perusahaan tahun 2012 sampai 2014 yang sukuknya di rating oleh PT Pefindo
dan yang beredar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi rating sukuk, dengan mengambil judul
“PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN
13
MATURITY TERHADAP RATING SUKUK (STUDI PADA PERUSAHAAN
KEUANGAN DAN NON KEUANGAN YANG MENERBITKAN SUKUK
DI BURSA EFEK INDONESIA) “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap rating
sukuk?
2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap rating sukuk?
3. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap rating sukuk?
4. Apakah maturity berpengaruh negatif terhadap rating sukuk?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap rating
sukuk
b. Menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap rating sukuk
c. Menganalisis pengaruh leverage terhadap rating sukuk
d. Menganalisis pengaruh maturity terhadap rating sukuk
14
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik
bersifat praktis maupun teoritis, yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan tambahan untuk
membantu para manajer dalam menyusun rencana investasi dan
pendanaan perusahaan secara optimal.
b. Bagi Pengguna Eksternal Laporan Keuangan
Penelitian ini dapat memberi pertimbangan dalam mengambil
keputusan, seperti bagi investor atau calon investor sebelum mengambil
keputusan investasi.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam penelitian
selanjutnya dan diharapkan akan memberikan kontribusi ilmu
pengetahuan di bidang akuntansi.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan
manajemen dan pihak penerima informasi. Teori ini didasarkan pada
asimetri informasi, yaitu ketidakseimbangan perolehan informasi. Dalam
teori ini menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen
perusahaan dan berbagai pihak eksternal, berkaitan dengan informasi yang
dikeluarkan tersebut. Hal ini menjadikan alasan bagi pihak manajemen untuk
mengungkapkan informasi terkait laporan keuangan. Asimetri informasi
dapat terjadi diantara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang
kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen atau perbedaan yang sangat
signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga
saham. Menurut Jama’an (2008) signaling theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
16
mengurangi asimetri informasi. Menurut Restuti (2006) kualitas keputusan
investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan
dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk
mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding
pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat
sukuk perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal
kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan
yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. Kualitas informasi dari
peringkat sukuk diharapkan menjadi sinyal yang menyatakan kondisi
keuangan dan sinyal mengenai kinerja manajemen perusahaan terkait oleh
karena manajer turut memberikan informasi yang berkualitas dalam
peringkat obligasi sehingga dapat mengurangi asimetri informasi.
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku manusia dalam model ekonomi.
Pertama kali teori keagenan ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling
pada tahun 1976. Teori ini mendeskripsikan adanya pemisahan antara
kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control) dalam suatu perusahaan
17
atau entitas. Hubungan agensi ini didefinisikan sebagai kontrak antara satu
atau lebih orang, dimana principal mengikat orang lain (agent) untuk
melakukan pelayanan sesuai kepentingan principal yang melibatkan
pendelegasian beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara agent dengan principal. Jika kedua kelompok (agent
dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan
utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agent
tidak akan selalu bertindak terbaik untuk kepentingan principal, sehingga
memicu biaya keagenan (agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost)
terdiri dari:
a) Monitoring expenditures by the principle.
Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor perilaku
agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan (control) perilaku
agen melalui budget restriction, dan compensation policies
b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost
Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan
menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau
untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak
mangambil banyak tindakan.
18
c) Residual loss
Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen
setelah adanya agency relationship.
Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen
perusahaan ini merupakan kenyataan empiris yang tidak dapat dihindari dari
sebuah hubungan keagenan. Pertentangan dan tarik menarik kepentingan
antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam
agency theory dikenal sebagai asymmetric information yaitu informasi yang
tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang
tidak sama antara prinsipal dan agen. Dengan adanya hal tersebut, dalam
praktik pelaporan keuangan sering menimbulkan ketidaktransparanan yang
dapat menimbulkan konflik principal dan agen. Sedangkan Siallagan dan
Machfoedz (2006) dalam perspekif teori keagenan menyatakan bahwa agen
yang risk averse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan
mengalokasikan resources (berinvestasi) yang tidak meningkatkan nilai
perusahaan. Permasalahan agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan
perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan,
baik dalam bentuk investasi yang tidak layak, maupun dalam bentuk shirking
(kelalaian)
19
3. Obligasi dan Maturity
a. Pengertian Obligasi dan Maturity
Kata obligasi berasal dari bahasa belanda yaitu obligate atau
verplitching atau obligaat yang berarti kewajiban yang tidak dapat
ditinggalkan, atau surat utang suatu pinjaman negara atau daerah
swapraja atau persero dengan bunga tetap untuk si pemegang.
Sedangkan dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi mempunyai dua
pengertian, yaitu: pertama, surat pinjaman dengan bunga tertentu dari
pemerintah yang dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan; kedua,
surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku
bunga tertentu, dimana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menarik dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.
Sedangkan menurut Fakhrudin dan Hadianto (2001) pengertian
obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang yang berisi kontrak
antara pemberi pinjaman (dalam hal ini investor) dengan yang diberi
pinjaman (issuer). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang
menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. Secara umum
obligasi dapat diartikan sebagai surat berharga yang berisi pernyataan
berhutang sejumlah uang tertentu dalam jangka waktu tertentu dari
pihak yang menerbitkan obligasi kepada pihak yang membeli obligasi.
Atas hutang tersebut, penerbit obligasi akan membayar hutang secara
20
periodik hingga akhir masa jatuh tempo obligasi. Bunga obligasi ini
lebih dikenal dengan istilah kupon bunga yang sifatnya tetap dan
besarnya telah ditentukan diawal. Sedangkan menurut Sari (2007)
obligasi sebagai surat utang jangka panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi.
Maturity adalah batas waktu dari obligasi menunjukkan lamanya
waktu sampai penerbit obligasi mengembalikan nilai nominal obligasi
ke pemegang obligasi dan berakhirnya atau ditebusnya obligasi tersebut
(Keown dkk, 2008). Jangka waktu jatuh tempo (term to maturity) dari
suatu obligasi adalah jumlah tahun yang telah dijanjikan oleh emiten
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jatuh tempo (maturity) dari
obligasi mengacu pada tanggal berakhirnya eksistensi utang tersebut dan
hari di mana emiten akan menebus obligasi dengan membayar jumlah
yang terutang. Secara umum semakin panjang jatuh tempo suatu
obligasi maka semakin tinggi kupon atau bunganya (Almilia dan Devi,
2007). Perusahaan yang rating obligasinya tinggi mempunyai umur
obligasi yang pendek. Investor cenderung tidak menyukai obligasi
dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga
akan semakin besar.
21
b. Pengertian Obligasi Syariah ( Sukuk)
Obligasi Syariah atau Sukuk berasal dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab yakni (sak) bermakna akta atau sertifikat kepemilikan.
Sumber lain menyebutkan, kata tersebut kemudian menjadi asal dari
kata (cheque) dalam bahasa Eropa yang berarti sebuah dokumen yang
merepresentasikan sebuah kontrak (contracts) atau pengalihan
kepemilikan (conveyance of rights), obligasi (obligations) atau
kewajiban yang harus dipenuhi (monies done) berdasarkan prinsip
syariah. Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam Peraturan No.
18/POJK.04/2015 Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share), atas aset yang
mendasarinya. Sedangkan dalam Fatwa nomor 32/DSN-MUI/IX/2002,
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mendefinisikan
sukuk sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil margin atau fee, serta membayar kembali dana
obligasi saat jatuh tempo.
The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institution (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat dengan
nilai penyertaan yang sama, surat bukti penerimaan nilai dari sertifikat
22
dan menempatkan nilai tersebut dalam penggunaan yang telah
direncanakan. Nasir (2009) Sukuk merupakan ungkapan umum untuk
kepemilikan dan hak pada aset berwujud, barang dan jasa, maupun
ekuitas pada proyek dengan aktivitas investasi khusus. Pada dasarnya
sukuk adalah suatu bentuk sekuritisasi aset. Berbeda dengan obligasi
konvensional, di dalam transaksi sukuk harus dilandasi oleh aset yang
berwujud (tangible asset). Pendapatan yang diperoleh dari sukuk ini pun
berasal dari pemanfaatan dana yang tepat dan dijamin oleh aset yang
riil. Di dalam sukuk, underlying aset dibutuhkan sebagai jaminan bahwa
penerbitan sukuk didasarkan nilai yang sama dengan aset yang tersedia.
Oleh karenanya, aset harus memiliki nilai ekonomis, baik berupa
aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau
sedang dibangun. Adapun fungsi underlying asset tersebut adalah: (i)
untuk menghindari riba, (ii) sebagai prasyarat untuk dapat
diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan (iii) akan menentukan
jenis struktur sukuk. Dalam sukuk ijarah al muntahiya bittamliek atau
ijarah-sale and lease back, penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik
aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (beneficial title)
sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. Pada akhir
periode sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
23
c. Jenis Sukuk
1) Sukuk Mudarabah
Sukuk mudarabah adalah sukuk yang diterbitkan dengan akad
mudarabah, satu pihak menyediakan modal (rab al mal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib). Keuntungan dari
kerjasama antara kedua belah pihak akan dibagi berdasarkan
kesepakatan bersama. Sedangkan apabila terdapat kerugian, maka
kerugian akan ditanggung oleh penyedia modal. Pihak pemegang sukuk
berhak mendapat bagian keuntungan serta menanggung kerugian tanpa
ada jaminan atas keuntungan dan tanpa jaminan bebas dari kerugian.
Dalam akad sukuk mudarabah investor mengamanatkan dananya agar
dikelola oleh perusahaan. Maka perusahaan wajib menjalankan amanat
tersebut dengan benar. Obligasi mudarabah terdapat dalam Fatwa No.
33/DSNMUI/X/2002, antara lain:
a) Obligasi syariah mudarabah adalah obligasi syariah yang
berdasarkan akad mudarabah dengan memperhatikan substansi
Fatwa DSN-MUI No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan mudarabah
b) Emiten bertindak sebagai mudarib (pengelola modal),
sedangkan pemegang obligasi syariah mudarabah bertindak
sebagai sahibul mal (pemodal)
24
c) Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip
syariah
d) Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad
e) Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib
menjamin pengembalian dana dan pemodal dapat meminta
emiten membuat surat pengakuan utang
f) Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahtangankan selama
disepakati dalam akad.
2) Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian akad musyarakah, dimana terdapat dua pihak atau lebih yang
menggabungkan modal untuk membiayai suatu proyek atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan dan kerugian yang timbul akan ditanggung
bersama sesuai dengan proporsi partisipasi modal yang dikumpulkan.
3) Sukuk Murabahah
Sukuk murabahah adalah sukuk berdasarkan akad murabahah.
Murabahah adalah kontrak jual beli dimana penjual menjual barangnya
kepada pembeli ditambah dengan margin keuntungan
4) Sukuk Salam
Sukuk dengan kontrak pembayaran dimuka, yang dibuat untuk
barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan dalam akad
25
ini menjual komoditas sebelum komoditas diterima. Untuk itu penerima
komoditas salam sebelum menerimanya.
5) Sukuk Istisna
Jenis sukuk ini diterbitkan berdasarkan akad istisna di mana para
pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/aset. Sedangkan harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
proyek/aset ditentukan terlebih dahulu.
6) Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad
ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri melalui wakilnya menjual
atau menyewakan hak manfaat suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga dan periode yang disepakati tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset. Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili
kepemilikan aset yang keberadaannya jelas yang melekat pada sutu
kontrak sewa beli (lease). Bagi investor, sukuk ijarah lebih
menguntungkan karena dalam kondisi apapun akan menerima
keuntungan (return) berupa sewa yang dibayarkan oleh emiten sukuk.
Akad ijarah tercantum dalam DSN No. 80/DSNMUI/ III/ 2011 bahwa
ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu barang atau
pemberian jasa/pekerjaan dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa. DSN No. 41/DSN-MUI/III/2004 menyatakan bahwa obligasi
syariah adalah suatu surat jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
26
yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo. Imbalan hasil yang akan diberikan kepada pemegang sukuk
ijarah tersebut didapatkan dari hasil sewa dengan tingkat fee ijarah
tetap. Fee ijarah ini diperolah dari penyewaan dan telah ditentukan
sebelumnya. Sukuk ijarah menggunakan akad sewa sehingga besar
return yang diberikan sama sepanjang waktu sukuk berlaku. Akad
sukuk ijarah menerapkan akad yang berupa menyewa manfaat dari
suatu aset.
Berdasarkan aset atau proyek yang mendasari transaksinya, sukuk
dapat dikelompokkan menjadi:
a) Sukuk yang mewakili kepemilikan aset berwujud (sebagian besar
berupa transaksi sale and lease back)
b) Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa
c) Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio
investasi tertentu (sukuk musyarakah atau mudarabah)
d) Sukuk yang mewakili piutang atas barang yang diterima di masa
depan (sukuk murabahah, salam atau istisna).
Atas dasar proyek/aset yang mendasari tersebut sukuk dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Sukuk yang dapat diperdagangkan (tradable sukuk) yaitu sukuk
yang mewakili aset berwujud atau porsi kepemilikan dari
27
usaha/portofolio investasi tertentu, yaitu sukuk ijarah, sukuk
mudarabah, dan sukuk musyarakah.
b) Sukuk yang tidak dapat diperdagangkan (non tradable sukuk)
yaitu sukuk yang mewakili transaksi hutang piutang dalam
bentuk uang maupun barang seperti sukuk salam, sukuk istishna
atau sukuk murabahah.
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan
sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk
struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba.
Berdasarkan pengertian tersebut, obligasi syariah dapat
memberikan:
1) Bagi hasil berdasarkan akad mudarabah/ muqaradah /qirad atau
musyarakah. Karena akad mudarabah/musyarakah adalah kerja
sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan,
obligasi ini akan memberikan return dengan penggunaan term
indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan
tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.
2) Margin/fee berdasarkan akad murabahah, salam, istishna atau
ijarah. Dengan akad murabahah, salam, istishna sebagai bentuk
jualbeli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan
memberikan fixed return.
28
Return yang digunakan pada obligasi syariah mudarabah
menggunakan term indicative/expected return karena bersifat floating
dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan, sedangkan
pada obligasi syariah ijarah menggunakan akad sewa, sehingga besarnya
return yang diberikan sama atau tetap selama obligasi tersebut berlaku.
Dengan demikian investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi
menggunakan akad ijarah karena memberikan return yang tetap.
d. Berdasarkan Pembagian atau Pendapatan Hasil
Berdasarkan pada pembagian atau pembayaran hasil maka sukuk
dapat dibagi menjadi tiga jenis.
a. Sukuk Marjin
Sukuk Marjin adalah sukuk yang pembayaran pendapatannya
bersumber dari marjin keuntungan akad jual beli. Sukuk ini terdiri dari
sukuk murabahah, sukuk salam, dan sukuk istishna.
b. Sukuk Fee
Sukuk fee adalah sukuk yang membayarkan pendapatannya bersifat
tetap karena bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee, yaitu
sukuk ijarah.
c. Sukuk Bagi Hasil
Sukuk Bagi Hasil adalah sukuk yang pembayaran pendapatannya
berdasarkan bagi hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan
29
usahanya yang dibiayai, yaitu sukuk mudharabah dan sukuk
musyarakah.
e. Berdasarkan Basis Pembiayaan
Berdasarkan basis asetnya sukuk dapat dibagi menjadi dua jenis.
a. Sukuk Aset
Sukuk aset adalah pembiayaan yang berbasis pada aset. Sukuk yang
termasuk dalam sukuk aset adalah sukuk salam. Contohnya pembiayaan
produksi pertanian, sukuk istishna contohnya proyek konstruksi gedung
dan perumahan, atau infrastruktur lainnya, sukuk murabahah contohnya
pada usaha perdagangan, pembiayaan bahan baku produksi, sukuk ijarah
contohnya leasing.
b. Sukuk Penyertaan atau Sukuk Equity
Sukuk penyertaan atau sukuk equity adalah pembiayaan yang
berbasis pada penyertaan modal. Sukuk yang termasuk dalam sukuk
equity adalah sukuk mudarabah atau lebih dikenal pembiayaan bisnis
(business financing) dan sukuk musyarakah atau dikenal sebagai
kerjasama kemitraan (joint venture).
30
f. Pihak- pihak yang terlibat dalam Penerbitan Sukuk
Sunarsih (2008) Ada beberapa pihak yang saling terkait pasti akan
terlibat dalam penerbitan sukuk, pihak-pihak tersebut antara lain:
1) Obligor
Obligor adalah pihak yang bertanggung jawab atas
pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan
sampai dengan sukuk/obligasi syariah jatuh tempo. Dalam hal
sovereign sukuk, obligor-nya adalah pemerintah
2) Investor
Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas
imbalan, marjin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-
masing. Investor yang dimaksud disini bisa islamic investor ataupun
investor konvensional.
3) Special Purpose Vehicle (SPV)
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang
didirikan khusus untuk penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle
(SPV) berfungsi: (i) sebagai penerbit sukuk, (ii) menjadi counterpart
pemerintah atau corporate dalam transaksi pengalihan aset, (iii)
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.
31
4) Trustee, bisa Principle Trustee atau Co Trustee
Trustee mewakili kepentingan pembeli obligasi, trustee
melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang akan
menerbitkan obligasi, untuk meminimalkan resiko yang akan
ditanggung obligor.
5) Appraiser
Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penilaian
terhadap aktiva tetap perusahaan yang akan melakukan emisi, untuk
memperoleh nilai yang dipandang wajar.
6) Custody
Custody menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggung
jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan
memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodian
dan pemegang rekening. Kustodian bisa berupa lembaga
penyimpanan dan penyelesaiaan, perusahaan efek, dan bank umum
yang telah memperoleh persetujuan Bapepam.
7) Shariah Advisor
Penerbitan sukuk (obligasi syariah) harus terlebih dahulu
mendapatkan pernyataan kesesuaian prinsip syariah (syariah
compliance endorsement) untuk meyakinkan investor bahwa sukuk
(obligasi syariah) telah distruktur sesuai syariah
32
8) Arranger atau manajer investasi
Manajer investasi merupakan pihak yang mengelola dana yang
dititipkan investor untuk diinvestasikan di pasar modal.
g. Keistimewaan Sukuk
Dengan mengamati berbagai sifat umum mengenai sukuk, dapat
dilihat bahwa sukuk memiliki kualitas yang sama dengan semua pasar
lain yang berorientasi aseet keuangan konvensional, termasuk hal – hal
berikut:
Tabel 2.1 Keistimewaan Sukuk
Dapat
diperdagangkan
Sukuk mewakili pihak pemilik aktual
dari aset yang jelas, manfaat aset atau
kegiatan bisnis dan juga dapat
diperdagangkan pada harga pasar.
Dapat diperingkat Sukuk dapat diperingkat dengan mudah
oleh Agen Pemberi Peringkat regional
dan internasional.
Dapat ditambah Sebagai tambahan terhadap aset utama
atau kegiatan bisnis, sukuk dapat
dijamin dengan bentuk kolateral
berlandaskan syariah lainnya.
Fleksibelitas
hukum
Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan
secara nasional dan global dengan
pajak yang berbeda
Dapat ditebus Struktur sukuk diperbolehkan untuk
kemungkinan penebusan.
Sumber : Huda dan Nasution, 2007
33
Keistemewaan lain yang ada pada sukuk dalam referensi yang
berbeda adalah:
1. Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil
yang kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.
2. Pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk
jatuh tempo dijamin oleh pemerintah.
3. Dapat diperjual belikan di pasar sekunder.
4. Memungkinkan diperolehnya tambahan pengahasilan berupa
margin (capital again).
5. Aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty), dan
maysir (gambling).
6. Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan ajaran Islam.
h. Perbandingan Antara Obligasi Konvensional dan Sukuk
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan diantara kedua
instrumen obligasi konvensional dan sukuk. Keduanya tidak dapat
dikatakan duplikat namun tidak juga dapat dibilang berbeda secara
keseluruhan. Sukuk dan obligasi konvensional memiliki persamaan pada
pengaturan proses pendanaan. Menurut Hamidi (2003) dalam harga
penawaran, jatuh tempo, pokok obligasi saat jatuh tempo, dan rating
antara sukuk dengan obligasi konvensional tidak ada bedanya.
Perbedaan keduanya terdapat pada pendapatan dan return, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
34
Tabel 2.2 Perbedaan Sukuk dengan Obligasi Konvensional
Keterangan Sukuk Obligasi
Konvensional
Harga Penawaran 100% 100%
Jatuh Tempo 5 tahun 3,5 tahun
Pokok Obligasi saat jatuh
tempo
100% 100%
Pendapatan Bagi Hasil Bunga
Return 15,5-16% indikatif 15,5-16% tetap
Rating AA+ AA+
i. Rating Sukuk
Rating sukuk adalah merupakan suatu standarisasi yang diberikan
oleh lembaga pemeringkat sukuk yang sudah diakui baik oleh
pemerintah ataupun oleh lembaga luar negeri yang mencerminkan
kemampuan penerbit obligasi dan kesediaan sebagai indikator
ketepatwaktuan mereka dalam pembayaran pokok utang dan bagi hasil
dalam sukuk sesuai jadwal yang telah disepakati dan mencerminkan
skala risiko dari semua sukuk yang diperdagangkan. Lembaga- lembaga
pemeringkat sukuk ini menggunakan perhitungan kuantitatif serta
kualitatif dalam menilai kelayakan kredit bagi penerbit. Secara
keseluruhan dalam perhitungan tersebut, biasanya hanya perusahaan
yang mempunyai nilai baik atau perusahaan yang dapat nilai A yang
mempunyai nilai rating tertinggi dan perusahaan yang kurang baik atau
biasanya gagal bayar (default) yang mendapat nilai D yang memiliki
rating terendah. Peringkat (rating) yang diberikan oleh lembaga
Sumber : Hamidi, 2003
35
pemeringkat ini akan menyatakan apakah obligasi berada pada peringkat
investment grade atau non investment grade. Investment grade adalah
kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki
kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya. Sehingga bagi
investor yang mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih
rating investment grade. Praktik pada perusahaan lebih detail lagi.
Obligasi investment grade memiliki peringkat AAA, AA, A, dan BBB.
Sedangkan non investment grade adalah kategori bahwa suatu
perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan
dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang masuk kategori ini
biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Supaya bisa berhasil
umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi
sehingga disebut juga dengan high yield bond. Investor yang memilih
jenis obligasi ini biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif. Sebab
jika ternyata perusahaan berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya,
imbal hasil yang diterima bisa sangat tinggi. Untuk non-investment
grade dengan peringkat BB, B, CCC, dan D. Investment grade
merupakan obligasi dengan risiko kredit yang rendah sehingga
berperingkat tinggi. Non investment grade merupakan obligasi yang
memiliki risiko tinggi sehingga berperingkat rendah. Pada prinsipnya,
semakin rendah rating, berarti semakin tinggi risiko gagal bayar dan
berarti semakin besar pula imbal hasil (return) yang diharapkan oleh
36
investor. Di Indonesia memiliki lembaga pemeringkat efek yang disebut
PT Pefindo. Pemeringkatan sukuk sangat diperlukan untuk
mencerminkan kemampuan emiten memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo, dengan kualitas sukuk yang baik maka akan semakin
meningkatkan minat investor untuk memilih berinvestasi pada sukuk.
Salah satu tujuan peringkat sukuk adalah menyediakan informasi tentang
kondisi suatu perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa berbuat curang
dan pihak yang berminat terhadap sukuk perusahaan tersebut dapat
mengambil keputusan berdasarkan peringkat sukuk. Adapun teknis
pemeringkatan sukuk korporasi di Indonesia agak berbeda dengan
pemeringkatan obligasi korporasi konvensional karena dalam penerbitan
sukuk, pemeringkatan juga dilakukan dengan menelaah aset dasar atau
underlying asset yang digunakan sebagai jaminan untuk pelunasan
utang.
Tabel 2.3 Standar Peringkat Menurut Pefindo
Peringkat Keterangan
IdAAA(sy) Efek Utang dengan peringkat IdAAA(sy) merupakan
Efek Utang yang didukung oleh kemampuan Obligor
yang superior relatif dibanding entitas Indonesia
lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
IdAA(sy) Efek Utang dengan peringkat IdAA(sy) memiliki
kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi,
didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat
kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif
dibandingkan ekuitas Indonesia lainnya.
Bersambung ke halaman berikutnya
37
Peringkat Keterangan
IdA(sy) Efek Utang dengan Peringkat IdA(sy) memiliki
dukungan kemampuan Obligor yang kuat
dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka
terhadap perubahan keadaan yang merugikan
IdBBB(sy) Efek Utang dengan peringkat IdBBB(sy) didukung
oleh kemampuan obligor yang memadai relatif
dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan, namun
kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh
perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan.
IdBB(sy) Efek Utang dengan peringkat IdBB(sy) menunjukkan
dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah
relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap
keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak
menentu dan merugikan.
IdB(sy) Efek utang dengan peringkat IdB(sy) menunjukkan
parameter perlindungan yang sangat lemah.
Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya,namun adanya perubahan keadaan bisnis
dan perekonomian yang merugikan akan
memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi
kewajiban finansialnya.
IdCCC(sy) Utang dengan peringkat ini rentan terhadap non-
paymentdan tergantung pada bisnis yang
menguntungkan dan kondisi keuangan bagi obligor
untuk memenuhi hutang jangka panjangnya.
IdD(sy) Keamanan hutang pada peringkat ini dalam gagal
bayar, atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi
secara otomatis padakewajiban non-payment yang
pertama kali. Pengecualian dibenarkan
bilapembayaran bunga lewat dari tanggal jatuh tempo
yang dilakukan dalam masa tenggang.
Sumber : PT Pefindo, 2016
38
4. Corporate Governance
Corporate Governance menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (2002) adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan menurut The
Organization for Economic Corporation and Development (2004)
mengartikan Corporate Governance adalah sistem yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Corporate
governance berfungsi untuk mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban
mereka yang berperan terhadap kehidupan perusahaan termasuk para
pemegang saham, dewan pengurus, para manajer dan semua anggota,
stakeholder non-pemegang saham menurut pedoman umum Good Corporate
Governance Indonesia yang diterbitkan oleh KNKG (Komite Nasional
Kebijakan Governance) pada tahun 2006, memaparkan azas-azas GCG
sebagai berikut:
1) Transparansi
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
39
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
2) Akuntabilitas
Harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3) Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
4) Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
40
5) Kewajaran dan Kesetaraan
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan
(Corporate Governance) yang digunakan adalah dewan komisaris
independen dan ukuran dewan komisaris
a. Dewan Komisaris Independen
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan
komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada direksi. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
Lebih lanjut terdapat persyaratan wajib sebagai komisaris indepeden
yaitu bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak
langsung pada perusahaan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan
perusahaan, anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang
41
saham utama perusahaan tersebut, serta tidak mempunyai hubungan usaha
baik langsung maupun tidak langsung.
Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki dewan komisaris paling
kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris dengan salah satu
diantaranya adalah komisaris independen. Dalam hal dewan komisaris
terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris, jumlah komisaris
independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh
anggota dewan komisaris.
Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme
pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar
belakang akuntansi atau keuangan (KNKG, 2006).
b. Ukuran Dewan Komisaris
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006),
dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melakukan good
corporate governance. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas menurut (FCGI, 2000). Dengan
adanya fungsi dewan komisaris perusahaan dapat berjalan dengan lancar
42
serta akuntabilitas tetapi hanya sebatas itu karena dewan komisaris tidak
dapat mengambil keputusan dalam operasional perusahaan. Artinya bahwa
peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi
yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu
fungsi dewan komisaris mengawasi kinerja direksi sehingga timbul
akuntabilitas yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan para pemegang
saham. Salah satu indikator keefektifan struktur dewan perusahaan adalah
jumlah atau ukuran dewan komisaris. Dalam Undang-undang Perseroan
Terbatas No. 40 tahun 2007 pasal 108 ayat (5) mengatur anggota dewan
komisaris perusahaan terbuka termasuk diantaranya bank - bank yang telah
listing di BEI : “Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan
dengan jumlah anggota dewan komisaris yang lebih besar karena
menyangkut kepentingan masyarakat”.
5. Leverage
Syamsuddin (2002) mengemukakan bahwa : “Rasio leverage
merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana
yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) yang gunanya
untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan.
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana
asset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk
43
meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham yaitu
kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana untuk
memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan dengan
memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat
ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin
tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut akan memperbesar
jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat leverage ini bisa saja berbeda-
beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, atau dari satu
periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan, tetapi yang jelas,
semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi
serta semakin besar return atau penghasilan yang diharapkan. Sedangkan
menurut Sugiono dan Untung (2008) leverage adalah rasio pebandingan
antara total utang dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio leverage maka
akan besar risiko yang didapatkannya, karena semakin besar aset yang
didanai oleh utang. Semakin rendah leverage suatu perusahaan maka rating
sukuk yang diberikan akan semakin tinggi karena semakin besar kemampuan
bagi perusahaan untuk membayar kewajibannya.
44
B. Penelitian Sebelumnya
Berikut ini adalah tabel penelitian sebelumnya beserta dengan hasil penelitan.
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti /Tahun Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Afiani
(2013)
Pengaruh Likuiditas,
Produktivitas, Profitabilitas, dan
Leverage terhadap Peringkat
Sukuk
Variabel
leverage
Variabel likuiditas,
produktivitas dan
profitabilitas
Hasil menunjukan
likuiditas berpengaruh
positif signifikan terhadap
peringkat sukuk,
produktivitas tidak
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk,
profitabilitas berpengaruh
terhadap peringkat sukuk,
dan leverage tidak
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk
Bersambung ke halaman berikutnya
45
No. Peneliti /Tahun Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
2. Purwaningsih
(2013)
Faktor yang Mempengaruhi
Rating Sukuk yang ditinjau dari
Faktor Akuntansi dan Non
Akuntansi
Variabel
leverage dan
variabel
maturity
Variabel likuiditas
dan variabel secure
Hasil menunjukan bahwa
variabel leverage secara
parsial tidak berpengaruh
terhadap rating sukuk,
likuiditas secara parsial
tidak berpengaruh
terhadap rating sukuk,
secure secara parsial
berpengaruh terhadap
rating sukuk, maturity
secara parsial
berpengaruh terhadap
rating sukuk, dan variable
leverage, likuiditas,
secure, maturity secara
simultan berpengaruh
terhadap rating sukuk
46
No. Peneliti /Tahun Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
3. Irfandi dan
Wasilah
(2013)
Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Peringkat
Sukuk Perusahaan di Indonesia
Variabel dewan
komisaris
independen,
ukuran dewan
komisaris, dan
leverage
Variabel
blockholder,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
insider, ukuran
kantor akuntan,
komite audit, size,
ROA, liquidity
Hasil menunjukan bahwa
komite audit berpengaruh
signifikan terhadap
peringkat surat utang dan
sisanya selain komite
audit tidak berpengaruh
terhadap peringkat surat
utang
4. Nurakhiroh, dkk
(2014)
Pengaruh Rasio Keuangan
terhadap Rating Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai
Variable Intervening
Variabel
leverage
Variabel
profitabilitas,
likuiditas dan
manajemen laba
Hasil menunjukan bahwa
profitabilitas berpengaruh
terhadap manajemen laba,
likuiditas, dan leverage
tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba,
profitabilitas, dan
leverage berpengaruh
terhadap rating sukuk.
Likuiditas dan manajemen
laba tidak berpengaruh
terhadap rating sukuk
Bersambung ke halaman berikutnya
47
No. Peneliti /Tahun Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
5. Kusbandiyah
dan Wahyuni
(2014)
Analisis Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Obligasi Syariah : Studi Empiris
Pada Pasar Obligasi Syariah di
Indonesia
Variabel
leverage dan
variable tenor
(maturity)
Variabel firm size,
profit, coverage,
firm age, bank
debt, duration,
bond size dan
kualitas audit
Hasil menunjukkan
adanya pengaruh yang
positif antara ukuran
perusahaan dengan rating
sukuk, dan Variabel firm
size, profit, coverage, firm
age, bank debt, duration,
bond size dan kualitas
audit tidak ada pengaruh
signifikan
6. Pebruary (2016)
Pengaruh Rasio Profitabilitas,
Rasio Likuiditas, Rasio Leverage
dan Pendapatan Bunga terhadap
Rating Sukuk Korporasi Periode
2010- 2013
Variabel
leverage
Variabel
profitabilitas,
likuiditas, dan
pendapatan bunga
Hasil menunjukkan
bahwa rasio
profitabilitas, likuiditas,
leverage, dan pendapatan
bunga berpengaruh
signifikan terhadap
peringkat sukuk
Bersambung ke halaman berikutnya
48
No. Peneliti /Tahun Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
7. Arundina, dkk
(2013)
The Predictive Accuracy of Sukuk
Ratings; Multinominal Logistic
and Neural Network Inferences
Variabel
leverege
Variabel size,
liquidity, coverage,
profitability,
market activity
(share price),
specific variable
(sukuk structure,
guarantee status,
dan industrial
sector)
Hasil metode
Multinominal Logistic
and Neural Network
Inferences menunjukkan
bahwa share price, sukuk
structure, guarantee
status, industrial sector
berpengaruh signifikan
terhadap rating sukuk
8. Elhaj, dkk
(2015)
The Influence of Corporate
Governance, Financial Ratio, and
Sukuk Structure on Sukuk Rating
Variabel dewan
komisaris
independen,
ukuran dewan
komisaris, dan
leverage
Variabel chairman
duality,
profitability, dan
issue size
Hasil menunjukkan bahwa
chairman duality,board
size, board independent
berpengaruh positif
terhadap rating sukuk,
financial leverage
berpengaruh negatif
terhadap rating sukuk, dan
profitability dan issue size
berpengaruh positif
terhadap rating sukuk.
Bersambung ke halaman berikutnya
49
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian “Pengaruh Corporate Governance,
Leverage, Maturity terhadap Rating Sukuk” dapat digambarkan seperti:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Maturity
terhadap Rating Sukuk
Teori Sinyal dan Teori Agensi
Dewan Komisaris Independen
Independen
Ukuran Dewan Komisaris
Leverage
Maturity
Rating Sukuk
Analisis Data:
1. Statistik Deskriptif
2. Uji Asumsi Klasik
3. Koefisien Determinasi
4. Uji Hipotesis
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
50
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap rating sukuk
FCGI menetapkan bahwa jumlah minimal komisaris independen
adalah 30% dari seluruh anggota komisaris independen. Fungsi dari
komisaris independen adalah memonitor kinerja dari dewan direksi yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi (Damayanti
dan Fitriyah, 2013). Herawaty (2008) menyatakan bahwa komisaris
independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang
terjadi di antara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
menajemen serta memberikan nasihat kepada menajemen. Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
pengawasan agar tercipta perusahaan dengan tata kelola yang baik atau
Good Corporate Governance.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan komisaris
independen terhadap rating sukuk diantaranya penelitian Irfandi dan
Wasilah (2013) persentase dewan komisaris independen tidak terbukti
memiliki pengaruh pada peringkat rating sukuk perusahaan di Indonesia
sejalan dengan penelitian Utami (2013) yang mengungkapkan bahwa
tidak terdapat pengaruh dewan komisaris independen terhadap peringkat
obligasi sedangkan Elhaj (2015) menemukan bahwa rating sukuk
memiliki hubungan positif dengan dewan komisaris independen dan Dali
(2013) berkesimpulan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan
51
pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik
suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.1 : Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
rating sukuk
2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap rating sukuk
Menurut FCGI dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Utami, 2012). Hapsoro (2006)
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kinerja
perusahaan apabila ukuran dewan komisaris meningkat. Kinerja
perusahaan yang baik akan membuat peringkat obligasi menjadi naik.
(Klein, 2002 dalam Herawaty, 2008) yang menyatakan tindakan
memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari
luar perusahaan sehingga dapat mengontrol perusahaan dengan lebih
baik. Dengan adanya fungsi monitoring yang dilakukan secara baik oleh
komisaris independen maka hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan
sehingga peringkat obligasi pun menjadi naik.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh ukuran dewan komisaris
terhadap rating sukuk diantaranya penelitian Irfandi dan Wasilah (2013)
dan Utami (2012) ukuran dewan komisaris tidak terbukti memiliki
pengaruh pada peringkat rating sukuk perusahaan di Indonesia. Menurut
Dali, dkk (2015) ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan
52
tetapi memiliki hubungan yang positif terhadap peringkat obligasi.
Artinya sedikit atau banyaknya suatu dewan komisaris dalam sebuah
perusahaan belum tentu menghasilkan peringkat obligasi yang tinggi.
Sedangkan kesimpulan yang berbeda diperoleh dari penelitian Elhaj
(2015) dan Damayanti dan Fitriyah (2013) membuktikan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap peringkat
obligasi. Jadi semakin banyak atau semakin tinggi ukuran dewan
komisaris maka akan berpengaruh pada peringkat obligasi yaitu semakin
baik peringkat obligasi. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan
penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
rating sukuk
3. Pengaruh leverage terhadap rating sukuk
Leverage adalah rasio pebandingan antara total kewajiban dengan
total aktiva. Rasio leverage tinggi berarti perusahaan menggunakan utang
yang tinggi, penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan
profitabilitas, di lain pihak utang yang tinggi juga akan meningkatkan
resiko. Jika perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham yang baik maka rasio profitabilitas
tinggi. Hal ini menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset
yang semakin baik (Pebruary, 2016). Semakin tinggi rasio leverage maka
akan besar risiko yang didapatkannya, karena semakin besar aset yang
didanai oleh utang dan semakin rendah leverage suatu perusahaan maka
53
rating sukuk yang diberikan akan semakin tinggi karena semakin besar
kemampuan bagi perusahaan untuk membayar kewajibannya. Jadi
semakin tingginya rasio hutang maka resikonya pun akan semakin tinggi,
sehingga rating sukuk akan semakin rendah dan begitupun sebaliknya
(Purwaningsih, 2013).
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh leverage terhadap rating
sukuk menurut Mardiah dkk, (2016) rasio leverage berpengaruh
signifikan terhadap peringkat sukuk dan Nurakhiroh dkk (2014) bahwa
rasio leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap peringkat sukuk.
Hal yang sama juga dihasilkan oleh Pebruary (2016) rasio leverage
berpengaruh signifikan negatif terhadap peringkat sukuk maka semakin
tinggi debt equty ratio maka semakin rendah rating sukuk.
Menurut Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) bahwa leverage tidak
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi syariah. Kemudian
Elhaj, dkk (2015) penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh negatif
variabel leverage terhadap rating sukuk. Jadi, perubahan kenaikan
maupun penurunan leverage berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka
dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap rating sukuk
54
4. Pengaruh maturity terhadap rating sukuk
Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin
tinggi kupon atau bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan
(Fauziah, 2014). Obligasi dengan jatuh tempo (maturity) yang lebih
pendek akan dianggap kurang berisiko daripada obligasi jangka panjang,
dan hal ini direfleksikan dalam peringkat obligasi. Hal ini berisiko akan
terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang. Tinggi atau
rendahnya risiko yang ditanggung investor akan mempengaruhi peringkat
obligasi yang akan diperoleh. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh
maturity terhadap rating sukuk (Purwaningsih, 2013) pada variabel
maturity menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif antara variabel
maturity berpengaruh terhadap rating sukuk dan penelitian Arisanti, dkk
(2014) menunjukan bahwa variabel umur obligasi berpengaruh negatif
terhadap prediksi peringkat obligasi syariah di Indonesia yang artinya
semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati
investor karena dianggap risikonya lebih kecil dan begitupun sebaliknya
semakin panjang jangka waktu obligasi maka akan semakin kurang
diminati investor. Sedangkan menurut penelitian Sudaryanti, dkk (2011)
variable maturity tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap rating
sukuk. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu,
maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.4 : Maturity berpengaruh negatif terhadap rating sukuk
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji
pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari komposisi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, leverage dan maturity
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini ialah rating sukuk.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan dan non keuangan yang sukuknya tercatat dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa semua perusahaan yang telah menerbitkan sukuk periode
2012 – 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan dan non keuangan yang sukuk-nya tercatat dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI), penentuan sampel dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling method dari seluruh perusahaan bergerak di bidang
keuangan dan non keuangan yang sukuknya tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Purposive sampling merupakan pengambilan sampel dengan kritera
tertentu. Penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria sebagai berikut :
56
1. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan non keuangan yang
telah menerbitkan sukuk di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2014
2. Perusahaan yang terdaftar dalam PT Pefindo dalam tempo waktu
pengamatan
3. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk
periode 2012-2014 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan
memiliki data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang
diperlukan dalam penelitian
4. Perusahaan yang sukuk-nya tidak default (gagal bayar) pada tahun
2012-2014
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mempelajari
dan mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti
internet, buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil
cetakan maupun dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul
penelitian ini.
Pengumpulan data ini juga bertujuan untuk memperoleh data mengenai
laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini
yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
dan non keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website
www.idx.co.id, dan dari perusahaan sampel melalui website resmi perusahaan
57
serta perusahaan yang sukuknya diberi peringkat oleh PT Pefindo melalui
website www.pefindo.com
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini menggunakan perhitungan statistik
dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Service Solution) for
windows 22. Setelah data yang dibutuhkan penelitian ini telah diperoleh,
selanjutnya dilakukan analisis data penelitian, terdiri dari metode analisis
statistik deskriptif, uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis.
Penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
58
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data data observasi dengan data distribusi yang mendekati
distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat
histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah
sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2013).
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik akan menyesatkan apabila
tidak berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara
statistik bisa sebaliknya. Uji statistik lain yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-
parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2013), yaitu:
H0: Data residual berdistribusi normal
HA: Data residual tidak berdistribusi normal
59
Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal atau H0 ditolak.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel – variabel disebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel indpenden yang memiliki nilai korelasi antar variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloneritas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar
variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonearitas.
60
Multikolonearitas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolonearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen
dan di regresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonearitas yang masih dapat ditolerir.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
61
Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dna sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji
statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghozali,
2013).
Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan uji park untuk menguji heteroskedastisitas
secara statistik. Dasar analisis uji park ialah apabila koefisien
62
parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara
statistik di bawah dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa dalam data
model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan
sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka
asumsi homosdekastisitas pada data model tersebut tidak dapat
ditolak (Ghozali, 2013)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2013). Uji autokorelasi dilaksanakan dengan
Run Test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi
0,05. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat
pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
63
Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara
random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2013).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 atau (0 < x < 1). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossecion) relatif
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka pasti meningkat,
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti , nilai
adjusted dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013).
64
4. Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dalam analisis regresi,
selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2013). Pembuatan persamaan regresi berganda
dengan menggunakan output SPSS dilakukan dengan
menginterpretasikan angka-angka yang termuat di dalam Unstandardized
Coefficients B (Ghozali, 2013).
Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, leverage, dan maturity.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rating sukuk. Untuk
menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut digunakan rumus
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
keterangan:
Y : Rating Sukuk
β0 : Konstanta
β1,2,3,4 : Koefisien Regresi
X1 : Dewan Komisaris Independent
X2 : Ukuran Dewan Komisarist
X3 : Leverage
X4 : Maturity
65
e : Kesalahan regresi (regression error)
5. Uji Hipotesis
Dasar pengambilan keputusan dalam analisa regresi berganda adalah
dengan menggunakan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
dan uji signifikansi simultan (uji statistik F). Berikut penjelasan dari uji
statistik t dan uji statistik F:
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013)
Dalam menentukan nilai statistik F yaitu dengan menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah
sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sig. F > 0,05 maka Ha ditolak
namun jika sig. F < 0,05 maka Ha diterima menyatakan bahwa
semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013).
66
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Menurut Ghozali (2013) jika nilai statistik t hitung lebih tinggi
daripada t tabel maka H0 ditolak atau menerima hipotesis alternatif.
Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen. Menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah
sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak
namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen (Ghozali, 2013).
E. Operasional Variabel Penelitian
Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Terdiri
dari lima variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel Independen (X). Variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
a. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan yang tidak terafiliasi dengan perusahaan
pengaruh struktur dewan komisaris. Hal tersebut bisa mendefinisikan
67
mekanisme corporate governance melalui ukuran dewan komisaris
dan persentase dewan komisaris independen (Ashbaugh dkk, 2006)
Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur
dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari
seluruh anggota dewan komisaris.
b. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris bertanggung
jawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan
memberikan nasihat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh
dewan komisaris (KNKG, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka,
2007). Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris diukur dengan
menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris dalam
suatu perusahaan.
c. Leverage
Leverage merupakan rasio pebandingan antara total kewajiban
dengan total aktiva (Sugiono dan Untung, 2008). Semakin tinggi
rasio leverage maka akan besar risiko yang didapatkannya, karena
DKI = Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisarsis
(Ashbaugh dkk, 2006)
Jumlah Anggota Dewan Komisaris
(Ashbaugh dkk, 2006)
68
semakin besar aset yang didanai oleh utang. Semakin rendah
leverage suatu perusahaan maka rating sukuk yang diberikan akan
semakin tinggi karena semakin besar kemampuan bagi perusahaan
untuk membayar kewajibannya. Dalam penelitian ini rasio leverage
akan diukur menggunakan Debt to Asset Ratio yang menghitung
perbandingan total utang yang digunakan oleh perusahaan dengan
total aset yang dimiliki.
d. Maturity
Maturity menurut Widowati, dkk (2013) umur obligasi atau
maturity adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok pinjaman atau nilai
nominal obligasi dan bunga periodik yang dimilikinya. Dalam
penelitian ini maturity diukur dengan skala nominal yaitu dengan
variable dummy yaitu bernilai 1 jika sukuk tersebut mempunyai
umur kurang dari 5 tahun dan bernilai 0 jika sukuk tersebut
mempunyai umur lebih dari 5 tahun (Purwaningsih, 2013).
Total Debt
Total Asset
(Kusbandiyah dan Wahyuni, 2014)
69
2. Variabel Dependen (Y). Variabel dependen yang digunakan pada
penelitian ini adalah Rating Sukuk.
Rating sukuk merupakan sebuah standarisasi yang diberikan oleh
lembaga pemeringkat sekuritas yang terkenal dan terpercaya yaitu PT
Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) yang telah bekerjasama dengan
BEI (Bursa Efek Indonesia) kepada para penerbit obligasi yang dapat
memberikan kemampuan tingkat kepercayaan untuk para investor dalam
pembayaran bunga dan pokoknya sesuai dengan jadwal yang mereka
sepakati. Peringkat sukuk ini dapat membantu investor dalam memilih
sukuk yang berkualitas dan memberikan keuntungan. Peringkat obligasi
dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu investment grade yang
mencerminkan resiko kredit yang rendah dan speculative grade yang
mencerminkan risiko kredit yang tinggi. Peringkat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peringkat berkategori investment grade yang dibagi
ke dalam 4 klasifikasi, dengan angka 1 sampai dengan angka 4 Peringkat
obligasi idAAA diberi angka 4 sampai kepada peringkat idBBB diberi
angka 1 (Purwaningsih, 2013).
Rating Nilai
idAAA 4
idAA+ 3
idAA 3
idAA- 3
idA+ 2
idA 2
idA- 2
idBBB+ 1
idBBB 1
idBBB- 1
70
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel
No Variabel Indikator Skala
1 Dewan Komisaris
Independen
(Ashbaugh dkk, 2006) DKI = Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisarsis
Rasio
2 Ukuran Dewan Komisaris
(Ashbaugh dkk, 2006) UDK= Jumlah Anggota Dewan Komisaris Rasio
3 Leverage
(Kusbandiyah dan
Wahyuni, 2014)
LEV = Total Debt
Total Asset
Rasio
4 Maturity
(Purwaningsih 2013)
Maturity = bernilai 1 jika sukuk tersebut mempunyai umur kurang dari 5
tahun dan bernilai 0 jika sukuk tersebut mempunyai umur lebih dari 5 tahun
Nominal
5 Rating Sukuk
(Purwaningsih 2013)
Rating Nilai
idAAA 4
idAA+ 3
idAA 3
idAA- 3
idA+ 2
idA 2
idA- 2
idBBB+ 1
idBBB 1
idBBB- 1
Ordinal
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan pada sektor keuangan
dan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Berdasarkan kriteria, diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan per
tahun, periode pengamatan yang digunakan adalah 3 periode yaitu tahun 2012
sampai dengan tahun 2014. Sehingga total keseluruhan sampel awal yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel. Berikut sampel
perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian.
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan keuangan dan non keuangan yang
menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
14
2 (-) Perusahaan yang tidak terdaftar pada PT Pefindo (0)
3
(-) Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2012-
2014 dan tidak memiliki kelengkapan data yang
diperlukan dalam penelitian
(0)
4 (-) Perusahaan yang sukuk-nya default (gagal bayar)
pada tahun 2012-2014 (2)
Jumlah total sampel (12 perusahaan selama 3 tahun) 36
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
72
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013). Variabel yang digunakan di dalam penelitian
ini adalah variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah rating sukuk. Sedangkan variabel independen
dalam penelitian ini terdiri dari komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, leverage, dan maturity. Hasil dari uji statistik deskriptif dalam
penelitian ini disajikan pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel 4.2,
menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang ada di dalam penelitian
ini adalah sebanyak 36 sampel yang berasal dari 12 perusahaan-
perusahaan keuangan dan non keuangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama 3 periode, yaitu tahun 2012-2014.
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
RatingSukuk 36 2,00000 4,00000 2,5277778 ,65404723
DKI 36 ,00000 ,75000 ,3938889 ,16475571
UDK 36 3,00000 10,00000 5,6111111 2,00396433
LEV 36 ,15155 1,65928 ,7063403 ,28164867
Maturity 36 ,00000 1,00000 ,6666667 ,47809144
Valid N
(listwise) 36
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
73
Variabel dependen penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala
rasio, skala nominal dan ordinal. Variabel yang menggunakan skala rasio
adalah dewan komisaris independen (DKI), ukuran dewan komisaris
(UDK), dan leverage (LEV). Sedangkan variabel yang menggunakan
ordinal adalah rating sukuk dan nominal adalah maturity. Skala nominal
merupakan kelompok dari suatu subyek dan skala ordinal merupakan
pengukuran tingkatan peringkat dari tinggi sampai terendah. Skala
ordinal dan nominal tidak dimasukan dalam perhitungan statistik
deskriptif karena angka dan tingkatan peringkat tersebut hanya berfungsi
sebagai label kategori dan tingkatan.
Berdasarkan tabel 4.2, hasil statistik deskriptif penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris independen (DKI)
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,3938889 dengan standar deviasi sebesar
0,16475571. Nilai maksimum sebesar 0,75000 terletak pada perusahaan
PT Bank Sulselbar tahun 2013. Nilai minimum sebesar 0,00000 terletak
pada perusahaan PT Sumber Daya Sewatama tahun 2013.
Variabel ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki nilai rata-rata
sebesar 5,6111111 dengan standar deviasi sebesar 2,00396433. Nilai
minimum sebesar 3,00000 terletak pada perusahaan PT Bank Nagari
tahun 2013 sedangkan nilai maksimum sebesar 10,00000 terletak pada
perusahaan PT Indosat tahun 2013.
Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0,7063403 dengan
standar deviasi sebesar 0,28164867. Nilai maksimum sebesar 1,65928
74
terletak pada perusahaan PT Matahari Putra Prima tahun 2012 sedangkan
nilai minimum sebesar 0,15155 terletak pada perusahaan PT Bank
Muamalat tahun 2014.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa penggunaan model regresi
dalam penelitian layak untuk digunakan. Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik
(Ghozali, 2013).
Uji normalitas dengan analisis grafik dalam penelitian ini
menggunakan grafik normal probability plot. Hasil pengujian
normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat dihalaman selanjutnya
pada gambar 4.1 yang menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan
grafik histogram dan gambar 4.2 yang menunjukkan hasil uji
normalitas menggunakan grafik normal probability plot.
.
75
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 dapat
kita simpulkan bahwa grafik histogram memberikan hasil berupa pola
distribusi yang mendekati normal, sedangkan pada gambar 4.2 grafik
normal probability plot bisa kita lihat bahwa data menyebar di sekitar
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability
Plot
Gambar 4 2 Grafik Normal Probability Plot
76
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dari uji
normalitas menggunakan grafik dapat kita simpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
Selain melalui analisis grafik, penelitian ini juga menggunakan
uji normalitas melalui uji statistik. Dalam penelitian ini, digunakan
uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
memperkuat hasil normalitas data. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov
(K-S) memiliki tingkat signifikansi di atas α > 0,05 maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013). Hasil
pengujian normalitas data dengan menggunakan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,46767697
Most Extreme
Differences
Absolute ,100
Positive ,092
Negative -,100
Test Statistic ,100
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
77
Berdasarkan tabel 4.3, hasil uji normalitas menunjukkan
besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,100 dan tingkat
signifikansinya berada pada 0,200. Hasil ini menunjukkan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat
signifikansinya lebih dari 0,05.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan
lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang
dipakai ada atau tidaknya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hasil dari uji
multikolinearitas pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DKI ,714 1,401
UDK ,594 1,685
LEV ,905 1,104
Maturity ,596 1,678
a. Dependent Variable: Rating Sukuk
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
78
Berdasarkan tabel 4.4, hasil perhitungan pada kolom tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen. Sementara hasil perhitungan nilai variance
inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi pada penelitian ini.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot dan uji park.
Jika dalam grafik plot tidak ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik plot dalam penelitian ini disajikan dalam gambar
4.3.
79
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Grafik Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan grafik scatterplots yang ditunjukkan pada gambar
4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi yang dilakukan pada penelitian ini. Untuk memperkuat bukti
bahwa dalam model regresi pada penelitian ini tidak terdapat
heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji park. Dalam
penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji park
dengan ketentuan signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil dari uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.5.
80
Tabel 4.5 Hasil Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,771 1,718 -1,613 ,117
DKI ,167 1,827 ,019 ,092 ,928
UDK ,164 ,165 ,225 ,998 ,326
LEV -,737 ,949 -,142 -,776 ,443
Maturity ,104 ,689 ,034 ,151 ,881
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.5, hasil perhitungan pada kolom sig.
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05 yang berarti tidak ada
heteroskedastisitas antar variabel independen dan variable dependen.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,
2013).
Dalam penelitian ini, pengujian uji autokorelasi menggunakan
Run Test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi
0,05. Hasil dari uji autokorelasi dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel 4.6.
81
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test
Runs Test
Unstandardize
d Residual
Test Valuea ,08178
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 13
Z -1,860
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,063
a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6 nilai test adalah sebesar 0,08178 dengan
probabilitas 0,063 yang bernilai lebih besar dari 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai residual acak atau random, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model
regresi yang digunakan di dalam penelitian ini.
3. Hasil Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kemampuan
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dilihat dari nilai adjusted R2. Nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalam model (Ghozali, 2013). Hasil dari uji koefisien determinasi dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel 4.7.
82
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,699a ,489 ,423 ,49693452
a. Predictors: (Constant), DKI, UDK, LEV, Maturity
b. Dependent Variable: RatingSukuk
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Dari tabel 4.7 yang telah disajikan di atas, nilai adjusted R2
sebesar
0,423 yang berarti bahwa variabel-variabel independen yang ada dalam
penelitian ini dapat menjelaskan 42,3% variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu rating sukuk. Hasil ini menunjukkan bahwa model
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan variabel dependen,
sedangkan sisanya sebesar 57,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di
luar penelitian ini seperti kualitas audit dan ukuran perusahaan
(Kusbandiyah dan Wahyuni, 2013), jaminan sukuk dan likuiditas
(Purwaningsih, 2013), profitabilitas (Elhaj, 2015) yang sudah diteliti
dapat mempengaruhi rating sukuk.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara
hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pada
penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t).
83
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013). Dalam penelitian ini, variabel independen yang terdiri
dari dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
leverage, dan maturity secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen yaitu rating sukuk. Hasil dari uji signifikansi
simultan (uji statistik F) disajikan dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7,317 4 1,829 7,408 ,000b
Residual 7,655 31 ,247
Total 14,972 35
a. Dependent Variable: Rating Sukuk
b. Predictors: (Constant), DKI, UDK, LEV, Maturity
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Dari tabel 4.8, diperoleh nilai F adalah sebesar 7,408 dengan
nilai signifikansi 0,000. Dari hasil tersebut, nilai signifikansi lebih
kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian
yaitu sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen yang terdiri dari dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, leverage, dan maturity secara bersama-sama atau
84
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu rating
sukuk.
b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2013). Dalam penelitian ini, apakah variabel independen yang terdiri
dari dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
leverage, dan maturity secara individual mempengaruhi variabel
dependen yaitu rating sukuk. Hasil dari uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t) disajikan dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan Individual : Uji Statistik t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 2,302 ,567 4,056 ,000
DKI -1,045 ,603 -,263 -1,732 ,093
UDK ,170 ,054 ,522 3,129 ,004
LEV -,434 ,313 -,187 -1,386 ,176
Maturity -,016 ,228 -,012 -,069 ,945
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan pada hasil uji signifikansi individual (uji statistik t)
yang disajikan pada tabel 4.9 di atas, maka di dapat persamaan
regresi seperti berikut:
85
Rating Sukuk = 2,302 – 1,045 DKI + 0,170 UDK – 0,434 LEV –
0,16 Maturity + e
1) Nilai konstanta sebesar 2,302 artinya jika variabel dewan
komisaris independen (DKI), ukuran dewan komisaris (UDK),
leverage (LEV), dan maturity bernilai nol, maka variabel
dependen atau rating sukuk akan bernilai 2,302 satuan.
2) Koefisien regresi dewan komisaris independen (DKI) sebesar -
1,045 yang berarti jika variabel dewan komisaris independen
(DKI) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya
konstan, maka variabel dependen yaitu rating sukuk akan
menurun sebesar 1,045 satuan.
3) Koefisien regresi ukuran dewan komisaris (UDK) sebesar 0,170
yang berarti jika variabel ukuran dewan komisaris (UDK)
meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan,
maka variabel dependen yaitu rating sukuk akan meningkat
sebesar 0,170 satuan.
4) Koefisien regresi leverage (LEV) sebesar -0,434 yang berarti
jika variabel leverage (LEV) meningkat sebesar satu satuan dan
variabel lainnya konstan, maka variabel dependen yaitu rating
sukuk akan menurun sebesar 0,434 satuan.
5) Koefisien regresi maturity sebesar -0,016 yang berarti jika
variabel maturity meningkat sebesar satu satuan dan variabel
86
lainnya konstan, maka variabel dependen yaitu rating sukuk
akan menurun sebesar 0,016 satuan.
Berikut hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
dari variabel independen yang terdiri dari dewan komisaris
independen (DKI), ukuran dewan komisaris (UDK), leverage (LEV),
dan maturity terhadap variabel dependen yaitu rating sukuk.
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris Independen
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran dewan
komisaris (DKI) terhadap rating sukuk yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi negatif sebesar -1,045 yang
menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris independen
(DKI) meningkat maka sebaliknya variabel dependen yaitu
rating sukuk akan menurun sebesar 1,045 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,093. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel dewan komisaris independen lebih besar daripada 0,05
(0,93 > 0,05). Artinya dewan komisaris independen tidak
memiliki pengaruh terhadap rating sukuk. Dengan demikian
maka Ha1 yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap rating sukuk ditolak.
Koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai dewan komisaris independen maka semakin
turun juga nilai dari rating sukuk.
87
Hasil penelitian ini mendukung, karena tidak adanya
pengaruh yang mengindikasikan bahwa dengan kinerja yang
baik dari komisaris independen yang terdiri dari beberapa
komisaris itu dapat meningkatkan rating sukuk. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan Irfandi dan Wasilah
(2013) yang berkesimpulan bahwa meskipun perusahaan
memiliki tata kelola korporasi seperti komisaris independen dan
kinerja GCG yang baik, tidak menjamin perusahaan akan
memiliki peringkat rating sukuk yang tinggi.
Sejalan dengan penelitian Setyaningrum (2005) yang tidak
berpengaruh signifikan dan Damayanti dan Fitriyah (2013)
karena kemungkinan hal ini dikarenakan ketentuan minimum
30% belum cukup untuk memenuhi dewan komisaris
independen dalam mengambil kebijakan. Hal ini berpengaruh
pada kekuasaan dewan komisaris dalam memonitor. Jika
mayoritas atau 50% ukuran dewan komisaris dapat terpenuhi,
maka bisa dikatakan monitoring yang ada pada perusahaan
tersebut akan berjalan optimal karena kebijakan yang diambil
dapat langsung berpengaruh terhadap peringkat obligasi
perusahaan tersebut.
88
2) Ukuran Dewan Komisaris
Pengujian hipotesis mengenai ukuran dewan komisaris
(UDK) terhadap rating sukuk yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,170 yang
menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris (UDK)
meningkat maka variabel dependen yaitu rating sukuk akan
meningkat sebesar 0,170 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004.
Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel ukuran dewan
komisaris lebih kecil daripada 0,05 (0,004 < 0,05). Artinya
ukuran komisaris memiliki pengaruh terhadap rating sukuk.
Dengan demikian maka Ha2 yang menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap rating sukuk
diterima. Koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai ukuran dewan komisaris maka
semakin tinggi juga nilai dari rating sukuk.
Teori agensi menyatakan bahwa dewan komisaris adalah
penanggung jawab yang mengawasi tindakan manajemen.
Semakin banyak jumlah dewan komisaris maka semakin baik
pengendalian yang ada pada perusahaan tersebut. Jadi semakin
banyak atau semakin tinggi ukuran dewan komisaris maka akan
berpengaruh pada peringkat obligasi, yaitu semakin baik
peringkat obligasi (Damayanti dan Fitriyah, 2013).
89
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti dan Fitriyah (2013) dan penelitian yang dilakukan
oleh Elhaj, dkk (2015) yang membuktikan bahwa bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap
peringkat obligasi. Dengan adanya dewan komisaris maka
kinerja perusahaan akan semakin unggul dan memberikan
dampak positif terhadap rating sukuk dengan meningkatnya
peringkat sukuk. Namun, hasil ini berlawanan dengan Irfandi
dan Wasilah (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap rating sukuk.
3) Leverage
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh leverage (LEV)
terhadap rating sukuk yang telah dilakukan menghasilkan nilai
koefisien regresi negatif sebesar -0,434 yang menunjukkan
bahwa variabel leverage (LEV) meningkat maka sebaliknya
variabel dependen yaitu rating sukuk akan menurun sebesar
0,434 dengan nilai signifikansi sebesar 0,176. Nilai signifikansi
yang ditunjukkan variabel leverage lebih besar daripada 0,05
(0,176 > 0,05) Artinya leverage tidak berpengaruh terhadap
rating sukuk. Dengan demikian maka Ha3 yang menyatakan
bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating sukuk
ditolak.
90
Koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai leverage maka semakin turun juga nilai dari
rating sukuk. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) yang membuktikan
bahwa variabel leverage tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap rating sukuk yang berarti bahwa agen pemeringkat
tidak mempertimbangkan variabel leverage terhadap rating
sukuk.
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Mardiah, dkk (2016) dengan proksi DER
yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap peringkat sukuk. Dengan begitu leverage menjadi tolak
ukur untuk mengatahui peringkat sukuk
4) Maturity
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh maturity terhadap
rating sukuk yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien
regresi negatif sebesar -0,016 yang menunjukkan bahwa
variabel maturity meningkat maka sebaliknya variabel dependen
yaitu rating sukuk akan menurun sebesar 0,016 dengan nilai
signifikasi sebesar 0,945. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel maturity lebih besar daripada 0,05 (0,945 > 0,05).
Artinya variabel maturity tidak berpengaruh terhadap rating
91
sukuk. Dan dengan demikian maka Ha4 yang menyatakan
maturity berpengaruh negatif terhadap rating sukuk ditolak.
Koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai maturity maka semakin turun juga nilai dari
rating sukuk. Dengan adanya perusahaan yang memiliki obligasi
yang pendek ternyata menunjukkan bahwa rating obligasi yang
didapatkan adalah investment grade atau tidak memiliki resiko
yang banyak. Karena itu perusahaan dianjurkan memilih
perusahaan yang mempunyai umur kurang dari 5 tahun
(Purwaningsih, 2013).
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan
tersebut, tidak adanya pengaruh mengindikasikan bahwa tinggi
atau rendahnya umur obligasi tidak berdampak pada
meningkatnya peringkat sukuk. Maturity tidak memiliki
pengaruh yang kuat terhadap prediksi peringkat obligasi
sehingga investor boleh mengabaikan umur obligasi dalam
melakukan invenstasi obligasi (Magreta dan Nurmayanti, 2009).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Purwaningsih
(2013) yang berkesimpulan bahwa maturity berpengaruh negatif
terhadap rating sukuk. hasil tersebut juga di dapat dari penelitian
Arisanti, dkk (2014) yang memperoleh hasil maturity
berpengaruh negatif terhadap rating sukuk.
92
Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Almilia dan Devi (2007) yang berkesimpulan bahwa maturity
tidak berpengaruh negatif terhadap rating sukuk. Hasil serupa di
dapatkan oleh penelitian Kusbandiyah dan Wahyuni (2014)
bahwa varibel maturity tidak berpengaruh terhadap rating sukuk.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang dewan komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, leverage, dan maturity terhadap rating sukuk pada perusahaan
keuangan dan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab pembahasan
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap rating
sukuk. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Irfandi dan Wasilah (2013) dan Damayanti dan Fitriyah
(2013).
2. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap rating sukuk.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Damayanti dan Fitriyah (2013) dan Elhaj, dkk (2015).
3. Leverage tidak berpengaruh positif terhadap rating sukuk. Kesimpulan
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014).
4. Maturity tidak berpengaruh positif terhadap rating sukuk. Kesimpulan
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Kusbandiyah dan Wahyuni (2014).
94
B. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini,
maka beberapa saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya terkait
dengan rating sukuk perusahaan sehingga diharapkan penelitian selanjutnya
dapat memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal dengan
mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk
menambahkan atau mengganti variabel-variabel lain selain variabel yang
telah dimasukkan di dalam penelitian ini seperti kualitas audit, ukuran
perusahaan, jaminan sukuk, likuiditas, dan profitabilitas yang
diperkirakan dapat mempengaruhi rating sukuk.
2. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk
memperpanjang rentang waktu periode penelitian agar hasil yang di dapat
lebih baik.
3. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan lembaga pemeringkat lain selain dari PT Pefindo seperti
IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency), Moody’s Investor Service, dan
PT.Fitch.Rating.Indonesia.
95
DAFTAR PUSTAKA
AAOIFI, Statement on the Purpose and calculation of the Capital Adequacy,
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions,
Bahrain, 2003
Afiani, Damalia. (2013). Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, Dan
Leverage Terhadap Peringkat Sukuk (Studi Empiris Pada Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah Periode 2008-2010). Accounting Analysis
Journal, Vol. 2 No. 1.
Almilia, Lusiana Spica dan Sifa Lailul. (2006). Reaksi Pasar Publikasi Corporate
Governance Perception Index pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Symposium Nasional Akuntansi IX. Padang
Almilia, Luciana Spica dan Vieka Devi. (2007). Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Proceeding Seminar Nasional
Manajemen SMART. Bandung
Ashbaugh, Hollis, D. Collins and R. Lafond. (2006). The Effects of Corporate
Governance on Firms’ Credit Ratings. Journal of Accounting and
Economic, Vol. 42
Arisanti, Ike, Isti Fadah dan Novi Puspitasari. (2014). Analisis Faktor Keuangan
Dan Non-Keuangan Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi
Syariah (Studi Empiris Pada Perusahaan Penerbit Obligasi Syariah Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Jurnal Ekonomi
Akuntansi Dan Manajemen, Vol. 13 No. 1.
Arundina, Tika, Mohd Azmi Omar dan Mira Kartiwi. (2015). The predictive
accuracy of Sukuk ratings; Multinomial Logistic and Neural Network
inferences. Pacific- Basin Finance Journal, Vol 34.
Bhojraj, Sanjeev dan Parta Sengupta. (2003). Effect of Corporate Governace on
Bond Rating and Yields : The Role of Institutional Investors and Outside
Directors. The Journal of Business, Vol 76 No. 3.
Bradley, M, Dong Chen, George Dallas and Elizabeth Snyderwine. (2007). The
Relation between Corporate Governance and Credit Risk, Bond Yields and
Firm Valuation.
Dali, Chandra Ly, Sautma Ronni dan Mariana Ing Malelak. (2015). Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan Terhadap
Peringkat Obligasi. FINESTA,Vol 3 No. 1
Damayanti, Eka W. dan Fitriyah. (2013). Pengaruh Corporate Governance Dan
Rasio Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi. IQTISHODUNA, Vol. 9
No. 1.
96
Desai, Ismail Ibrahim. “Ekonomi Syariah Global : Kemajuan Besar dan
Tantangan”, artikel diakses pada tanggal 23 November 2016, dari
http://www.mirajnews.com/id/ekonomi-syariah-peluang-dan
tantangan/102382
Dewan Syari’ah Nasional. (2002). Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syari’ah
Dewan Syari’ah Nasional. (2004). Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 Tentang
Obligasi Syari'ah Ijarah
Dewan Syari’ah Nasional. (2011). Nomor 80/DSN-MUI/III/2011 Tentang
Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat
Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek
Elhaj, Mohamed Abulgasem A, Nurul Aini Muhamed and Nathasa Mazna Ramli.
(2015). The Influence of Corporate Governance, Financial Ratios, and
Sukuk Structure on Sukuk Rating. International Accounting and Bussines
Conference.
Endri. (2011). Corporate Governance Terhadap Peringkat Sukuk Korporasi di
Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan,Vol 15 No. 2.
Fakhruddin dan Sopian Hadianto. (2001). Perangkat dan Model Analisis Investasi
di Pasar Modal. Elex Media Komputindo. Jakarta
Fauziah, Yossy. (2014). Pengaruh Likuiditas, Leverage Dan Umur Obligasi
Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Padang. Vol 2 No. 1.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2006). What is Corporate
Governance, artikel diakses pada tanggal 15 November 2016 dari
http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-
governance.html
Ghozali, Imam. (2013) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Jakarta
Hariani, Dessy. (2011). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
terhadap Risiko Kredit dan Yield sukuk Ijarah korporasi.Tesis
Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Hamidi, M.Luthfi. (2003). Jejak- Jejak Ekonomi Syariah. Senayan Abadi
Publishing, Jakarta
Hastuti, Theresia Dwi. (2005). Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Listing di Bursa Efek Jakarta). Kumpulan Makalah Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo.
97
Herawaty, Vinola. (2008). Peran Praktik Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dan Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10 No. 2.
Heykal, Mohammad. (2012). Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. PT
Gramedia, Jakarta
Huda, Nurul dan Mohammad Heykal. (2007). Lembaga Keuangan Islam Tinjauan
Teoritis dan Praktis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. (2010). Investasi Pada Pasar Modal
Syariah. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Irfandi, Muhammad Edo dan Wasilah. (2013). Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Peringkat Rating Sukuk Perusahaan Di Indonesia.
Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia.
Jama’an. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas
Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan
(Studi Pada Perusahaan Publik Di BEJ), Tesis Strata- 2, Program Studi
Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang.
Jensen, M. C. and Meckling, W. H. (1976). Theory of Firm : Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol.3
Keown, Arthur J. dan John D. Martin. (2011). Manajemen Keuangan : Prinsip
dan Penerapan. Indeks, Jakarta
Kusbandiyah, Ani dan Sri Wahyuni. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat Obligasi Syariah: Studi Empiris Pada Pasar
Obligasi Syariah Di Indonesia. Seminar Nasional dan Call For Paper
Program Studi Akuntansi-FEB UMS.
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia
Magreta dan Poppy Nurmayanti. (2009). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau Dari Faktor Akuntansi dan Non
Akuntansi. Jurrnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11 No. 3
Malia, Lidiya dan Andayani. (2015). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Peringkat Sukuk, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol.4, No. 11.
Mardiah, Gina, Zaini Abdul Malik, Nurdin. (2016). Pengaruh Likuiditas,
Profitabilitas, dan Leverage terhadap Peringkat Sukuk. Prosiding
Keuangan dan Perbankan Syariah, Vol. 2 No. 1
Melis, Kalia. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 3 No. 2.
98
Nurakhiroh, Tsalatsah, Fachrurrozie dan Prabowo Yudo Jayanto. (2014).
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Rating Sukuk Dengan Manajemen
Laba Sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal, Vol. 3
No.1.
Nurkholis. Sukuk: Instrumen Investasi Yang Halal Dan Menjanjikan, artikel
diakses pada tanggal 22 November 2016, dari
http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/sukuk-instrumen-investasi-yang-halal-
dan-menjanjikan/
Organization for Economic Co-Operation and Development. (2004). OECD
Principles of Corporate Governance.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Nomor 80/POJK.04/2015 tentang Penerbitan
dan Persyaratan Sukuk
Pebruary, Silviana. (2016). Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage dan Pendapatan Bunga Terhadap Rating Sukuk Korporasi
Periode 2010-2013. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis.Vol. 13 No.1.
Purnamawati, Indah, (2013). Perbandingan Sukuk dan Obligasi (Telaah dari
Perspektif Keuangan dan Akuntansi). Jurnal Akuntansi Universitas
Jember (JAUJ), Vol. 11 No. 1.
Purwaningsih, Septi. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk Yang
Ditinjau Dari Faktor Akuntansi Dan Non-Akuntansi. Accounting Analysis
Journal, Vol. 2 No. 3.
Restuti, Maria Immaculata Mitha. (2006). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi Dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Volume 1 No. 3.
Ryandono ,Muhammad Nafik Hadi. (2008). Bursa Efek dan Investasi Syariah.
Cahaya Amanah, Surabaya
Sari, Melia Pramono.(2007). Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk
Memprediksi Peringkat Obligasi PT Pefindo. Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
Vol 14 No. 2.
Setyaningrum, Dyah. (2005). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Peringkat Surat Utang Perusahaan Di Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 2 No.2.
Siallagan, Hamonagan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
99
Sugiono, Arief dan Untung Edy. (2008). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan: Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa Dan Praktisi Perbankan.
Grasindo, Jakarta
Sunarsih. (2008). Potensi Obligasi Syariah Sebagai Sumber Pendanaan Jangka
Menengah dan Panjang bagi Perusahaan di Indonesia. Jurnal Asy- Syir’ah.
Vol. 42. No. 1.
Siswantoro, Dodik. Kasus Dubai World, subprime mortgage jilid 2?. artikel
diakses pada tanggal 21 November 2016, dari
https://staff.blog.ui.ac.id/dodik.siswantoro/2009/11/28/kasus-dubai-world
subprime-mortgage-jilid-2/
Sucipta, Ni Kadek Sirma Nila dan Henny Rahyuda. (2015). Pengaruh
Pertumbuhan Perusahaan, Likuiditas, Dan Maturity Terhadap Peringkat
Obligasi Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, Vol. 4 No. 3.
Sudarsono, Heri. (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonosia FE
UII, Yogyakarta
Sudaryanti, Neneng, Akhmad Affandi Mahfudz dan Ries Wulandari. (2011).
Analisis Determinan Peringkat Sukuk dan Peringkat Obligasi di Indonesia.
Islamic Finance dan Business Review, Vol 6 No. 2.
Syamsuddin, Lukman. (2002). Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi baru,
cetakan ketujuh. Rajawali Pers, Jakarta
Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka, B. Agus. (2007). Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada
Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi
X, IAI, Makassar
Utami, Ayu Gandar. (2012). Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi. Accounting Analysis Journal, Vol 1 No.2
Widowati, Dewi, Yeterina Nugrahanti, Ari Budi Kristianto. (2013). Analisis
Faktor Keuangan dan Non Keuangan Yang Berpengaruh Pada Prediksi
Peringkat Obligasi di Indonesia. Jurnal Manajemen, Vol 13 No.1.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
101
Lampiran 1.1 Daftar Perusahaan
Perusahaan Keuangan dan Non Keuangan yang Menjadi Sampel
No Nama Perusahaan Kode Emiten
1 PT Adhi Karya ADHI
2 PT Bank Muamalat BBMI
3 PT Bank Nagari BSBR
4 PT Bank Sulsel dan Sulbar BSSB
5 PT Indosat ISAT
6 PT Matahari Putra Prima LPPF
7 PT Mayora Indah MYOR
8 PT Mitra Adi Perkasa MAPI
9 PT Perusahaan Listrik Negara PPLN
10 PT Pupuk Kalimantan Timur PPKT
11 PT Salim Invomas Salim Pratama SIMP
12 PT Sumber Daya Sewatama SSMM
102
Lampiran 1.2 Data Perusahaan
NO Nama
Perusahaan
Variabel
2012 2013 2014
DKI UDK DKI UDK DKI UDK
1 ADHI 33% 6 33% 6 33% 6
2 BBMI 50% 6 50% 6 50% 6
3 BSBR 67% 3 67% 3 50% 4
4 BSSB 67% 3 75% 4 75% 4
5 ISAT 50% 10 40% 10 30% 10
6 LPPF 43% 7 33% 6 40% 5
7 MYOR 40% 5 40% 5 40% 5
8 MAPI 40% 5 40% 5 40% 5
9 PPLN 29% 7 22% 9 22% 9
10 PPKT 17% 6 17% 6 20% 5
11 SIMP 33% 3 33% 6 33% 6
12 SSMM 0% 4 33% 3 33% 3
103
Data Perusahaan
104
Data Perusahaan
105
Lampiran 1.3 Hasil Perhitungan
Tah
un
NO Nama
Perusahaan
VARIABEL
Rating Sukuk (Y) DKI (X1) UDK (X2) Leverage (X3) Maturity (X4)
20
12
1 ADHI 2 0,33 6 0,84999 1
2 BBMI 2 0,50 6 0,18093 0
3 BSBR 2 0,67 3 0,91233 0
4 BSSB 2 0,67 3 0,84701 1
5 ISAT 3 0,50 10 0,64879 0
6 LPPF 2 0,43 7 1,65928 1
7 MYOR 3 0,40 5 0,63049 1
8 MAPI 2 0,40 5 0,63732 1
9 PPLN 3 0,29 7 0,71009 0
10 PPKT 3 0,17 6 0,40246 1
11 SIMP 3 0,33 3 0,39446 1
12 SSMM 2 0,00 4 0,75593 1
20
13
13 ADHI 2 0,33 6 0,84071 1
14 BBMI 2 0,50 6 0,18055 0
15 BSBR 2 0,67 3 0,90592 0
16 BSSB 2 0,75 4 0,83645 1
17 ISAT 3 0,40 10 0,69704 0
18 LPPF 2 0,33 6 1,26605 1
19 MYOR 3 0,40 5 0,59899 1
20 MAPI 2 0,40 5 0,68906 1
21 PPLN 4 0,22 9 0,72870 0
22 PPKT 3 0,17 6 0,58738 1
23 SIMP 3 0,33 6 0,38576 1
24 SSMM 2 0,33 3 0,79281 1
201
4
25 ADHI 2 0,33 6 0,83253 1
26 BBMI 2 0,50 6 0,15155 0
27 BSBR 2 0,50 4 0,86708 0
28 BSSB 2 0,75 4 0,82807 1
29 ISAT 4 0,30 10 0,73343 0
30 LPPF 2 0,40 5 0,94790 1
31 MYOR 3 0,40 5 0,60154 1
32 MAPI 3 0,40 5 0,69959 1
33 PPLN 4 0,22 9 0,74377 0
34 PPKT 3 0,20 5 0,57675 1
106
Tah
un
NO Nama
Perusahaan
VARIABEL
Rating Sukuk (Y) DKI (X1) UDK (X2) Leverage (X3) Maturity (X4)
35
SIMP 3 0,33 6 0,50575 1
36 SSMM 2 0,33 3 0,80197 1
107
Lampiran 1.4 Hasil Output SPSS
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
RatingSukuk 36 2,00000 4,00000 2,5277778 ,65404723
DKI 36 ,00000 ,75000 ,3938889 ,16475571
UDK 36 3,00000 10,00000 5,6111111 2,00396433
LEV 36 ,15155 1,65928 ,7063403 ,28164867
Maturity 36 ,00000 1,00000 ,6666667 ,47809144
Valid N
(listwise) 36
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas: Histogram
Uji Normalitas : P-Plot
108
Uji Normalitas: Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,46767697
Most Extreme Differences Absolute ,100
Positive ,092
Negative -,100
Test Statistic ,100
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
3. Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DKI ,714 1,401
UDK ,594 1,685
LEV ,905 1,104
Maturity ,596 1,678
a. Dependent Variable: Rating Sukuk
109
4. Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,771 1,718 -1,613 ,117
DKI ,167 1,827 ,019 ,092 ,928
UDK ,164 ,165 ,225 ,998 ,326
LEV -,737 ,949 -,142 -,776 ,443
Maturity ,104 ,689 ,034 ,151 ,881
a. Dependent Variable: LnU2i
110
5. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi: Run Test
Runs Test
Unstandardize
d Residual
Test Valuea ,08178
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 13
Z -1,860
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,063
a. Median
6. Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,699a ,489 ,423 ,49693452
a. Predictors: (Constant), DKI, UDK, LEV, Maturity
b. Dependent Variable: RatingSukuk
7. Uji Hipotesis
Hasil Uji Signifikan Simultan : Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7,317 4 1,829 7,408 ,000b
Residual 7,655 31 ,247
Total 14,972 35
a. Dependent Variable: Rating Sukuk
b. Predictors: (Constant), DKI, UDK, LEV, Maturity
111
Hasil Uji Signifikansi Individual : Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 2,302 ,567 4,056 ,000
DKI -1,045 ,603 -,263 -1,732 ,093 ,714 1,401
UDK ,170 ,054 ,522 3,129 ,004 ,594 1,685
LEV -,434 ,313 -,187 -1,386 ,176 ,905 1,104
Maturity -,016 ,228 -,012 -,069 ,945 ,596 1,678
a. Dependent Variable: Rating Sukuk