materi semester v

22
Kromatografi adalah sebuah metode yang campuran komponen- komponennya dipisahkan pada sebuah kolom adsorban dalam sistem alir. Definisi kromatografi menurut IUPAC adalah sebuah metode pemisahan yang komponen-komponennya dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yang salah satu fasenya tetap (diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah yang dapat diketahui. Kromatografi memiliki berbagai macam tipe atau jenis teknik kromatografi. Jenis teknik kroamtografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, IEC (ion exchange chromatography), gel permeation chromatography (size exclusion), affinity chromatography, kromatografi gas, supercritical fluid chromatography, dan high performance liquid chromatography (Braithwaite & Smith 1999). Kromatografi memiliki istilah fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat beupa fase cair atau padat. Fase gerak biasanya berupa cair atau gas (Bansal 2003). Fase diam, yaitu sebuah film di atas permukaan partikel kecil atau dinding kapiler kolom sehingga menghadirkan area permukaan yang luas pada fase gerak. Sebuah campuran sampel ditambahkan pada fase gerak menjalani tahapan partisi atau interaksi adsorpsi pada batas fase diam dan fase gerak ketika sampel bergerak pada sistem kromatografi. Perbedaan sifat fisika dan kimia masing-masing komponen mengenali hubungan afinitas mereka untuk fase diam dan fase gerak sehingga komponen-komponen akan pindah (bergerak) pada tingkat perbedaan tergantung pada hasil perlambatan mereka dari atraksi pada fase diam. Komponen yang terlambat bergerak paling lambat dan dilarutkan terakhir (Braithwaite & Smith 1999). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah bentuk dari kromatografi adsorpsi padat cair yang fase diamnya dilumuri di atas plat. Ada perbedaan cara dalam melapisi plat, yaitu menuangkan, mencelupkan, menyemprotkan, dan melapisi. Plat yang digunakan dapat berupa plat kaca dan aluminium. Adsorban padat yang sering digunakan, yaitu silikia dan alumina. Bahan tersebut dicampur dengan bahan pengikat agar tdak terkelupas pada plat yang kering. Sampel ditambahkan sebagai larutan di dalam pelarut yang non polar di ujung plat dengan membentuk spot yang simetri. Proses pengulangan penambahan bertujuan mendapatkan beberapa miligram sampel. Pengamatan pada plat yang menggunakan silikia (mengandung larutan fluoresens) dengan menggunakan sinar UV

Upload: madeleine-pandiangan

Post on 31-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Semester V

Kromatografi adalah sebuah metode yang campuran komponen-komponennya dipisahkan pada sebuah kolom adsorban dalam sistem alir. Definisi kromatografi menurut IUPAC adalah sebuah metode pemisahan yang komponen-komponennya dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yang salah satu fasenya tetap (diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah yang dapat diketahui.  Kromatografi memiliki berbagai macam tipe atau jenis teknik kromatografi. Jenis teknik kroamtografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, IEC (ion exchange chromatography), gel permeation chromatography (size exclusion), affinity chromatography, kromatografi gas, supercritical fluid chromatography, dan high performance liquid chromatography (Braithwaite & Smith 1999). Kromatografi memiliki istilah fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat beupa fase cair atau padat. Fase gerak biasanya berupa cair atau gas (Bansal 2003).  Fase diam, yaitu sebuah film di atas permukaan partikel kecil atau dinding kapiler kolom sehingga menghadirkan area permukaan yang luas pada fase gerak. Sebuah campuran sampel ditambahkan pada fase gerak menjalani tahapan partisi atau interaksi adsorpsi pada batas fase diam dan fase gerak ketika sampel bergerak pada sistem kromatografi. Perbedaan sifat fisika dan kimia masing-masing komponen mengenali hubungan afinitas mereka untuk fase diam dan fase gerak sehingga komponen-komponen akan pindah (bergerak) pada tingkat perbedaan tergantung pada hasil perlambatan mereka dari atraksi pada fase diam. Komponen yang terlambat bergerak paling lambat dan dilarutkan terakhir (Braithwaite & Smith 1999).

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah bentuk dari kromatografi adsorpsi padat cair yang fase diamnya dilumuri di atas plat. Ada perbedaan cara dalam melapisi plat, yaitu menuangkan, mencelupkan, menyemprotkan, dan melapisi. Plat yang digunakan dapat berupa plat kaca dan aluminium. Adsorban padat yang sering digunakan, yaitu silikia dan alumina. Bahan tersebut dicampur dengan bahan pengikat agar tdak terkelupas pada plat yang kering. Sampel ditambahkan sebagai larutan di dalam pelarut yang non polar di ujung plat dengan membentuk spot yang simetri. Proses pengulangan penambahan bertujuan mendapatkan beberapa miligram sampel. Pengamatan pada plat yang menggunakan silikia (mengandung larutan fluoresens) dengan menggunakan sinar UV memperlihatkan lokasi spot-spot yang berpendar. Ketika fase gerak diiletakkan di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya diletakkan di bawah maka disebut ascending (Bansal 2003).

Kromatografi kertas hampir sama dengan kromatografi lapis tipis. Kromatografi kertas memisahkan larutan organic air dan larutan anorganik atau komponen polar yang tinggi seperti asam amino dan gula. Kertas yang digunakan mengandung air yang merupakan fase diam. Fase gerak umumnya adalah fase pelarut organik polar dan air (campuran pelarut yang mengandung air sebagai komponen). Fase diam kromatografi kertas bersifat cair (air) sedangkan fase geraknya juga cairan (pelarut organic dan air). Campuran sampel menjalani partisi atau distribusi di antara dua fase cairan. Sampel akan terpisah dengan nilai koefesien partisi yang berbeda. Kromatografi kertas merupakan salah satu contoh kromatografi partisi. Ketika fase gerak diiletakkan di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya diletakkan di bawah maka disebut ascending. Jika hasil kromatografi kertas kurang berwarna, ada dua metode umum yang digunakan untuk mendeteksi lokasi spot, yaitu menggunakan sinar UV dan reagen pewarna. Sinar UV digunakan ketika komponen mengandung zat fluoresens (berpendar). Kation seperti Co, Ni, Zn, dan Mn menggunakan reagen pewarna difenil karbazid sehingga menghasilkan warna masing-masing adalah ungu, merah, pink, da pink pucat. Reagen pewarna tersebut disemprotkan pada kertas dan hasilnya yang terlihat dilingkari oleh pensil (Krupadanam

Page 2: Materi Semester V

et al 2001). Kromatografi kertas terdapat distribusi antara air (diadsorbsi oleh kertas saring sekitar 20 %) dan pelarut bergerak (Bansal 2003).

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Prinsip

Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.Visualisasi

Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi. Tahapan ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji. Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan dengan larutan ninhidrin . Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu. Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.

Nilai Rf

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut :

Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip.Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.

Laporan Praktikum KLT KROMATOGRAFI LAPIS TIPISA. TUJUAN PERCOBAAN :

Page 3: Materi Semester V

1. Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi.2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT.B. DASAR TEORIKromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen- komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara 2 fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Pada dasarnya Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaannya terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben yang halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas.Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa diam yang berupa padatan dan fasa gerak yang merulakan campuran solven ( eluen ) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan. Eluen yang menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada pelat naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan, dikatakan terlalu polar. Sebaliknya, apabila noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak, berarti eluen tersebut kurang polar. Smpel yang biasanya berupa campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah satu sisi lempengan dalam bentuk larutan dengan jumlah kecil, biasanya beberapa mikroliter berisi sejumlah mikrogram senyawa. Cara termudah untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Hasil pengamatan akan nampak sebagai noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Perembesan eluen dihentikan setelah eluan hampir mencapai ujung kertas. Pada tahap ident8ifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan garga Rf-nya. Analisis dengan KLT yaitu1. Persiapan pelatUntuk pengujian cincin terkonsentrasi, pelat diberi tanda titik dengan pensil untuk tempat menotolkan noda dan tiap titik memiliki jarak yang sama panjangnya satu sama lain. Dan untuk penentuan Rf, pelat diberi tanda garis sebagai dengan pensil yang berjarak 1 cm dari bagian bawah dan 0,5 cm dari bagian atas. Pada pemberian tandadan garis ini tidak menggunakan tinta melainkan menggunkan pensil karena jika menggunakan tinta nanti tintanya bisa ikut berpendar atau memancarkan warna sebab tinta terdiri dari berbagai macam warna. 2. Pemilihan pelarut pengembang (eluen)Pemilihan eluen tergantung pada jenis analit yang akan dipisahkan. Eluen yang menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada pelat naik sampai batas atas pelat (solvent front) tanpa mengalami pemisahan berarti eluen terlalu polar. Sebaliknya jika noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak berarti eluen kurang polar. Untuk menguji kesesuain eluen dengan analit digunakan metode cincin terkonsentrasi yang memberikan gambar sebagai berikut

Page 4: Materi Semester V

Hasil kromatografi yang diadapat dari penggunaan eluen yang kurang polar, polar dan eluen yang sesuai adalah

3. Persiapan “Chamber”Chamber yang digunakan dapat berupa bejana, gelas, atau botol dari kaca dengan dasar rata. Bagian dalam chamber dilapisi dengan kertas saring sampai seluruh dinding chamber tertutup oleh kertas saring tetapi bagian atas chamber tidak tertutup kertas saring sekitar 2 –3 cm. Kemudian eluen yang digunakan dimasukkan kedalam chamber sebanyak 5 mL untuk menjenuhi kertas saring dengan uap eluen tersebut dan selama proses penjenuhan chamber harus ditutup dengan pelat kaca sampai kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring tidak boleh melebihi tinggi gelas karena uapnya dapat keluar melalui kertas saring yang berada di luar gelas sehingga chamber tidak jenuh lagi dan noda tidak naik. Jika kertas saring terlalu kecil maka chamber tidak akan jenuh semuanya sehingga noda sulit naik atau berkembang. 4. Tahap penotolan dan tahap pengembanganUntuk pengujian cincin terkonsentrasi, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda sampel yang sama kemudian setiap noda ditotolkan eluen yang berbeda. Sedangkan untuk penentuan Rf, pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda yang sama di batas bawah pelat. Kemudian pelat dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan. Penempatan pelat dilakukan dengan hati-hati sehingga lapisan tipis fasa diam pelat tidak bersentuhan dengan kertas saring di dalam chamber dan noda yang ditotolkan tidak terkena pelarut. Setelah pelat diletakkan dengan benar, chamber ditutup dan dibiarkan eluen merambat naik secara kapiler. Setelah eluen mencapai batasatas pelat, maka pelat segera diangkat dan noda yang terbentuk ditandai dengan pensil, kemudian diukur Rf-nya. Jika tidak ada noda yang terlihat maka pelat disemprot dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, amonium sulfida, dan sebagainya. Atau dengan cara menyinari pelat dengan lampu ultra violet atau menjenuhkan pelat dengan uap iodium.Cara menghitung Rf adalah

Cara menentukan simpangan baku adalah

C. ALAT DAN BAHANa. Pelat kaca yang berukuran 5x 2 cm dan 3 x 5 cmb. Pipa kapilerc. Pinset panjang

Page 5: Materi Semester V

d. Corong pemisah 100 mL 7 cm 10 cm dan tinggi e. Gelas yang memiliki dasar rata, lurus, diameter f. Kertas saring Whatman selebar bagian dalam gelas dan setinggi 2-3 cm dibawah mulut gelasg. Gelas ukur 10 mLh. Erlenmeyer 100 mLi. Kaja arlojij. Pelat kacak. Pelat cat airl. Metanol 25 gm. Daun pandan betawi yang sudah diblender kering

D. CARA/ALUR KERJA1. Persiapan SampelSampel: pandan betawi

Page 6: Materi Semester V

2. Persiapan pelat

3. Persiapan Eluena dan Tahap Penotolan dan Pengembangan Sampela. untuk cincin terkonsentrasi

b. untuk penentuan Rf

Page 7: Materi Semester V

4. Tahap penotolan dan pengembangan sampela. untuk cincin terkonsentrasi

b. untuk penentuan Rf

Page 8: Materi Semester V

E. DATA PENGAMATAN

Hasil Percobaan:No. Perlakuan HasilSebelum Sesudah1.

2.

Page 9: Materi Semester V

3.

4.

a.

b. Persiapan sampelDaun pandan betawi, kunyit, dan daun pacar masing-masing 15 gram diblender.• Daun pandan betawi + 10 ml metanol• Daun pacar + 10 ml metanol• Kunyit + 10 ml etanolFiltrat yang diperoleh dimasukkan dalam corong pisah kemudian diekstraksi

Persiapan pelat• Pelat yang akan digunakan dimasukkan ke dalam oven selama 10 menit. Ukuran pelat 3x5 cm.

Page 10: Materi Semester V

• Diberi titik-titik dengan pensil untuk menotolkan noda (jarak antar plot 1 cm sehingga muat 6 titik).• Pelat diberi batas dengan pensil, batas bawah 1 cm dan batas atas 0.5 cm.

Persiapan eluen:• Untuk cincin terkonsentrasi.Dicampurkan heksan : kloroform : etanol dengan perbandingan sbb:A. 1:4.5:4.5 D. 4:3:3B. 3:4:3 E. 4.5:4.5:1C. 3:3:4 F. 4.5:1:4.5• Untuk penentuan RfDimasukkan kertas saring kedalam gelas namun tidak sampai bagian atas.Dimasukkan 5 ml campuran eluen yang teh dipilih ke dalam gelas.

Tahap penotolan dan pengembangan sampel.Untuk cincin terkonsentrasi• Totolkan sampel 2-3 kali dengan pipa kapiler pada 6 titik yang telah di beri tanda pada pelat KLT sampai warnanya jelas. Diberi kode A-F untuk setiap noda.• Mengambil campuran pada vial A dengan menggunakan pipa kapiler, totolkan pada noda A-F. • Memperhatikan bentuk cincin yang terjadi dan menentukan perbandingan eluen mana yang paling sesuai untuk sampel.Untuk penentuan Rf.• Menotolkan 3 macam pigmen tanaman pada batas bawah KLT sebanyak 2-3 kali sehingga diperoleh noda yang cukup jelas.• Memasukkan pelat ke dalam gelas yang telah diberi eluen dengan menggunakan pinset (posisi bawah pelat menyentuh dasar gelas).• Menutup gelas tersebut dengan kaca dan biarkan sampai eluen tersebut menyentuh batas atas pelat.• Mengembil pelat dengan menggunakan pinset dan mengamati perubahan yang terjadi kemudian diberi tanda dengan pensil dan ditutup dengan selotip agar warna noda tidak memudar.• Menghitung nilai Rf komponen yang dihasilkan. Pandan betawi:Hijau tua (+)Kunyit: kuning tua (+)Daun pacar: Hijau tua (+)

Pandan betawi:Hijau tua (+)Kunyit: kuning tua (+)Daun pacar: Hijau tua (+)

Pandan betawi:Hijau tua (++)Kunyit: kuning tua (++)Daun pacar: Hijau tua (++)

Page 11: Materi Semester V

Pandan betawi:Hijau tua (++)Kunyit: kuning tua (++)Daun pacar: Hijau tua (++)

Lapisan bawah (Pigmen sampel)Pandan betawi:Hijau tua (++)Kunyit: kuningDaun pacar: Hijau (+)

Page 12: Materi Semester V

Elue yang tepat adalah eluen D.Dengan perbandingan Heksan : Kloroform : Etanol4 : 3 : 3

F. PERHITUNGAN DAN ANALISISPERHITUNGAN a. Pandan Betawi:

Page 13: Materi Semester V

Rf 1:A. = 0.6571B. –Rf 2:A. = 0.7143B. = 0.6857Rf 3:A. = 0.9428B. = 0.9143

b. Kunyit:Rf 1:A. = 0.5174B. = 0.5428Rf 2:A. = 0.6571B. –Rf 3:A. = 0.7428B. = 0.6286

c. PacarRf 1:A. = 0.3143B. = 0.3714Rf 2:A. = 0.4B. = 0.4286Rf 3:A. = 0.6286B. –Rf 4:A. = 0.8000B. –Rf 5:A. = 0.9428B. = 0.8857

Page 14: Materi Semester V

Tabel rata-rata harga Rf:Perhitungan Rf 1 Rf 2 Rf 3 Rf 4 Rf 5A B Rata2 A B Rata2 A B Rata2 A B Rata2 A B Rata2Pandan Betawi 0.6571 - 0.6571 0.7143 0.6857 0.7 0.9428 0.9143 0.9286 - - - - - -Kunyit 0.5714 0.5428 0.5571 0.6571 - 0.6571 0.7428 0.6286 0.6857 - - - - - -Pacar 0.3143 0.3714 0.3429 0.4000 0.4628 0.4143 0.6286 - 0.6286 0.8000 - 0.8000 0.9428 0.8857 0.9143

Perhitungan simpangan baku: a. Pandan Betawi:No

( )2

1. 0.6571 0.7619 - 0.1048 0.0109832. 0.7000 0.7619 - 0.0619 0.00383163. 0.9286 0.7619 0.1667 0.0277889( )20.0426035

S2 = = 0.0142012

b. Kunyit:No

( )2

1. 0.5571 0.6333 - 0.0762 0.00580642. 0.6571 0.6333 0.0238 0.00056643. 0.6857 0.6333 0.0524 0.0027458( )20.0091186

S2 = = 0.0030395

Page 15: Materi Semester V

c. Pacar:No

( )2

1. 0.3429 0.6200 - 0.2771 0.07678442. 0.4143 0.6200 - 0.2057 0.04231253. 0.6286 0.6200 0.0086 0.0000744. 0.8000 0.6200 0.1800 0.03245. 0.9143 0.6200 0.2943 0.0866125

S2 = = 0.0476367

ANALISISPembuatan filtrat sebaiknya tidak menggunakan tangan secara langsung. Karena selain dapat mengkontaminasi sampel, juga sangan berbahaya karena pelarut yang digunakan juga cukup berbahaya. Sehingga pada waktu pemerasan dapat menggunakan plastik. Dan juga tidak boleh menggunakan kertas saring agar klorofil dari daun tidak tertinggal di kertas saring. Setelah ketiga bahan dihaluskan kemudian diberi pelarut. Untuk masing-masing bahan mempunyai pelarut yang berbeda. Untuk ekstrak kunyit berwarna kuning tua setelah ditambahkan etanol warnanya berubah menjadi lebih tua. Untuk ekstrak daun pandan betawi berwarna hijau tua setelah ditambah metanol warnanya berubah menjadi lebih tua. Sedangkan untuk ekstrak daun pacar berwarna hijau tua setelah ditambahkan metanol warnya ekstrak berubah menjadi lebih tua.Filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan diekstraksi dengan diklorometan. Diklorometan sebagai pelarut organik yang bersifat non polar dapat melarutkan pigmen filtrat yang bersifat non polar. Setelah larutan dikocok searah, kemudian didiamkan beberapa saat sehingga terdapat 2 lapisan yang berbeda. Lapisan atas berwarna lebih jernih dan lapisan bawah lebih kental dan lebih tua warnanya. Lapisan bawah inilah yang digunakan sebagai pigmen sampel.Sebelum pelat digunakan sebaiknya dioven dahulu selama 10 menit yang bertujuan untuk mengaktifkan pelat dan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terikat dalam pelat. Setelah itu pelat yang

Page 16: Materi Semester V

akan digunakan untuk percobaan diberi titik-titik dengan pensil. Selanjutnya menotolkan sampel pada titik-titik yang telah dibuat tadi dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah itu masing-masing totolan diberi eluen. Eluen yang dipakai merupakan campuran antara heksan, kloroform dan etanol dengan perbandingan yang berbeda-beda. A. 1:4.5:4.5 B. 3:4:3 C. 3:3:4D. 4:3:3 E. 4.5:4.5:1 F. 4.5:1:4.5Berdasarkan percobaan dan pengamatan di pelat maka untuk percobaan penentuat Rf digunakan eluen D. Untuk penentuan Rf. Menotolkan 3 macam pigmen tanaman pada batas bawah KLT sebanyak 2-3 kali sehingga diperoleh noda yang cukup jelas. Memasukkan pelat ke dalam gelas yang telah diberi eluen dengan menggunakan pinset (posisi bawah pelat menyentuh dasar gelas). Menutup gelas tersebut dengan kaca dan biarkan sampai eluen tersebut menyentuh batas atas pelat. Mengembil pelat dengan menggunakan pinset dan mengamati perubahan yang terjadi kemudian diberi tanda dengan pensil dan ditutup dengan selotip agar warna noda tidak memudar.Menghitung nilai Rf komponen yang dihasilkan dengan menggunakan rumus:

Dan diperoleh nilai Rf untuk masing-masing sampel sebagai berikut:a. Pandan betawi: 0.6571, 0.7000, 0.9286b. Kunyit: 0.5571, 0.6571, 0.6857.c. Pacar: 0.3429, 0.4143, 0.6286, 0.8000, 0.9143

G. DISKUSIPada saat percobaan Kromatografi Lapis Tipis ini mengalami beberapa kendala antara lain:1. Persiapan sampel yang kurang tepat karena pada waktu pembuatan ekstrak diberi air, sehingga harus membuat ekstrak ulang sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.2. Cincin yang terbentuk pada pelat kurang bisa sempurna karena pada saat penotolan sampel dan eluen pada pelat posisi pipa kapiler tidak tegak lurus.3. Pada saat pernentuan Rf perpindahan warnanya tidak jelas hal ini dikarenakan:• Penotolan sampel kurang banyak.• Pada saat ekstraksi filtrat yang digunakan belum beripsah secara sempurna.• Eluen yang digunakan tidak cocok.

H. KESIMPULAN1. Komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi adalah larutan D dengan perbandingan heksan : kloroform : etanol = 4 : 3 : 3..2. Nilai Rf dari zat warna pada tanaman pandan betawi dengan menggunakan pelat KLT adalah Rf 1= 0.6571; Rf 2= 0.7000; Rf 3= 0.9286; Rf 4= -; Rf 5= -, dengan simpangan baku sebesar 0.0142012.3. Nilai Rf dari zat warna pada tanaman kunyit dengan menggunakan pelat KLT adalah Rf 1= 0.5571; Rf

Page 17: Materi Semester V

2= 0.6571; Rf 3= 0.6857; Rf 4= -; Rf 5= -, dengan simpangan baku sebesar 0.0030395.4. Nilai Rf dari zat warna pada tanaman pacar dengan menggunakan pelat KLT adalah Rf 1= 0.3429; Rf 2= 0.4143; Rf 3= 0.6286; Rf 4= 0.8; Rf 5= 0.9143, dengan simpangan baku sebesar 0.0476367.

I. TUGAS / JAWABAN PERTANYAAN1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar atau kurang polar? Mengapa?Jawab:Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar, maka seluruh noda yang ditotolkan pada pelat akan naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Sebaliknya, jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar, maka noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak.2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan penentuan R¬f?Jawab:Berfungsi untuk menjenuhkan gelas dengan uap pelarut setelah dibasahkan dengan uap dari campuran pelarut pengembang.3. Mengapa permukaan pelat KLT tidak boleh rusak?Jawab:Agar warna pada sampel dapat terpisah dengan baik.4. Mengapa pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven?Jawab:Agar pelat bebas dari molekul-molekul air yang terikat. Jumlah air yang terikat sangat berpengaruh pada pemisahan, karena air terikat sangat kuat pada adsorben sehingga menghambat terjadinya kesetimbangan dengan molekul-molekul analit5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil?Jawab:Karena warnanya tidak dapat menyebar pada pelat, dan tidak mempengaruhi warna pada sampel yang diujikan. Namun jika menggunakan pulpen, maka tinta pulpen warnanya akan menyebar dan mempengaruhi warna pada sampel.

J. DAFTAR PUSTAKAAzizah, Utiya dkk. 2008. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II : Dasar-Dasar Pemisahan Kimia. Surabaya : Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Sianita, Maria Monica. 2008. Kromatografi. Surabaya : Departemen Pendidikan Nasional, FMIPA, UNESA.Soebagio, dkk. 1999. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang