materi penyuluhan kesehatan

6
Materi Penyuluhan Kesehatan PERILAKU KEKERASAN A. Pendahuluan Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa k rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusia bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merus alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banya dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga memadai sehingga selama perawatan klien, seyogyanya keluarga mendapat pendidikan kesehatan tentangcara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). B. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang maladaptie dimana indiidumelakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai dirisendiri, orang lainbahkan dapat merusak lingkungan. !lien yang mengalami masalah ini harus diinterensi sehingga p ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diteri perilaku aserti"., yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. #eng aserti" seorang indiidu dapat mengekspresikan rasa marahnya secara langsu sehingga akan menimbulkan perasaan lega dan peredaan ketegangan yang diala ($kemat). C. Rentang Respon Marah %espon marah pada indiidu sangatberariasi. $da yang mampu mengungkapkan secara langsung, ada juga yang selalu memendam perasaannya jika marah. $da yang walau dalam keadaan marah tampak biasa saja, tetapi a yang kalau marah ditampilkan dalam bentuk yang sangat agresi" bahkan cendr Ners UIN Alauddin Angkatan VI Kelompok XII &

Upload: zulkifli-bakri-sallipadang

Post on 05-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi Penyuluhan Kesehatan

TRANSCRIPT

Penyuluhan kesehatan

Materi Penyuluhan Kesehatan

PERILAKU KEKERASANA. Pendahuluan

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien, seyogyanya keluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

B. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang maladaptive dimana individu melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Klien yang mengalami masalah ini harus diintervensi sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku asertif., yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Dengan asertif seorang individu dapat mengekspresikan rasa marahnya secara langsung sehingga akan menimbulkan perasaan lega dan peredaan ketegangan yang dialami (Akemat).

C. Rentang Respon Marah

Respon marah pada individu sangat bervariasi. Ada yang mampu mengungkapkan secara langsung, ada juga yang selalu memendam perasaannya jika marah. Ada yang walau dalam keadaan marah tampak biasa saja, tetapi ada yang kalau marah ditampilkan dalam bentuk yang sangat agresif bahkan cendrung mengancam keselamatan orang lain. Kondisi ekspresi marah yang berfariasi pada individu dapat digambarkan dalam bentuk rentang respon marah sebagai berikut :

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Asertif

Frustrasi Pasif Agresif

Kekerasan

D. Faktor Predisposisi

Faktor yang melatar belakangi terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor berikuit dialami oleh individu :

1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

2. Perilaku reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menadopsi perilaku kekerasan.

3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)dan kontorol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

E. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diriyang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.

Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

F. Tanda dan Gejala

Pada pengkajiaan awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara :

Observasi :

Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klein.

G. Pengobatan Medik.

Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :

1. Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).

1. Anti depresan, contohnya Amitriptilin.

2. Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.

3. Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.

4. Obat lain :Naltrexon, Propanolol.

H. Penanganan (Keperawatan)

Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.

Strategi tindakan itu terdiri dari :

1. Strategi preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.

2. Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.

3. Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.Penyuluhan

Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluha klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :

1. Bantu klien mengidentifikasi marah.

2. Berikan kesempatan untuk marah.

3. Praktekkan ekspresi marah.

4. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.

5. Identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.

Latihan Asertif

Latihan aserti bertujuan agar klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berkomunikasi langsung dengan orang lain.

2. Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak beralasan.

3. Mampu menyatakan keluhan.

4. Mengekspresikan apresiasi yang sesuai.

Tahap latihannya meliputi :

1. Diskusikan bersama klien cara ekspresi marah selama ini.

2. Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan masalah baru.

3. Jelaskan cara-cara asertif.

4. Anjurkan klien untuk memperagakannya.

5. Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata.

I. Cara Mengatasi marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)

Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :

Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot

Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang terang,sikap keluarga yang lembut

Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk

Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg telah dilatih di rs)pada lingkungan

Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan ibadah

Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus

Berteriak menjerit, memukul

Terima marah klien, diam sebentar

Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)

Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai

Cari gara-gara

Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)

Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan nafas

Marah melalui humor

Jaga humor tidak menyakiti orang lain

Amati ekspresi muka orang yang jadi sasaran

Diskusi cara umum yang sesuaiPerlu Diperhatikan :

Berikan obat sesuai dengan aturan pakai

Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)

Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat mungkin jangan diikat atau dikurung.

PAGE 2Ners UIN Alauddin Angkatan VI

Kelompok XII