materi komisi rekomendasi -...

15
MATERI KOMISI REKOMENDASI Ketua: H. Masduki Baidlowi Wakil Ketua: H. Imdadun Rahmat Anggota: KH. Saiful Bahri Hj. Sri Mulyati Rofiqul Umam Arif Fachrudin H. Ahmad Rumadi H. Suadi D. Pranoto Ahmad Baso Kholid Saerozi Berly Martawardaya Khoirul Sholeh Rasyid Alisa Wahid Zamzam H. Ahmad Suaedy Hj. Anisa Rahmawati

Upload: trandang

Post on 19-Mar-2019

384 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

MATERI

KOMISI REKOMENDASI

Ketua: H. Masduki Baidlowi

Wakil Ketua:

H. Imdadun Rahmat

Anggota: KH. Saiful Bahri Hj. Sri Mulyati Rofiqul Umam Arif Fachrudin

H. Ahmad Rumadi H. Suadi D. Pranoto

Ahmad Baso Kholid Saerozi

Berly Martawardaya Khoirul Sholeh Rasyid

Alisa Wahid Zamzam

H. Ahmad Suaedy Hj. Anisa Rahmawati

Page 2: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

MATERI KOMISI REKOMENDASI

A. Rekomendasi ke-NU-an:

Membangkitkan kembali semangat dan gerakan Mabadi Khairo Ummah

Nahdlatul 'Ulama telah sejak awal memperhatikan aspek pembangunan karakter dan kualitas

kualitas jam'iyah dan jama'ah Nahdlatul 'Ulama. Pada tahun 1935, KH Machfud Siddiq

menginisiasi gerakan Mabadi' Khaira Ummah yang bermakna "dasar-dasar permulaan bagi

pembinaan umat terbaik."

Kalimat Khaira Ummah bersumber dari Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 110 yang berbunyi

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab

beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(S.Ali Imran:110)

Konsep Mabadi' Khaira Ummah ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya memenuhi

tujuan berdirinya NU sebagaimana tercantum dalam AD/ART yaitu menciptakan

kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat

manusia. Para ulama meyakini masalah pembinaan akhlaq, karakter, sikap mental dan

tingkah laku adalah syarat mutlak bagi pembinaan umat seutuhnya. Sebelum akhlaq atau

sikap mental terbina dengan baik, maka segala program pembinaan, perbaikan dan

pembangunan di berbagai bidang yang lain akan sulit terlaksana. Pemimpin-pemimpin NU

menunjuk beberapa prinsip dasar berupa nilai-

nilai paling strategis dari ajaran agama sebagai kunci pemecahan atau obatnya.

Pada muktamar NU tahun 1992, 3 butir akhlaq yang ditanamkan pada awalnya kemudian

dilengkapi dengan 2 butir tambahan, sehingga kita memiliki 5 butir akhlaq yang menjadi

prinsip dasar (panduan) dalam gerakan Mabadi Khaira Ummah, yaitu:

1. Asshidqu ( .kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan : ( الصدق

2. Al-amanah walwafa bil’ahdi ( بالعهد والوفى األمانه ) : dapat dipercaya, dapat

mempertanggungjawabkan amanah, dan menepati janji.

3. Atta’awun ( ألت عاو ن) : tolong-menolong, setia kawan, gotong-royong utamanya dalam

kebaikan dan taqwa.

4. Al-'adalah (ألعادلة): bersikap adil, obyektif, proporsional dan taat asas

5. Al Istiqomah (أالستقامه): konsisten, ajeg, berkesinambungan dan berkelanjutan.

Tekad untuk mengembangkan NU demi menciptakan kemaslahatan umat dengan sendirinya

mensyaratkan prinsip-prinsip dasar yang akan menjadi akhlaq organisasi. Tantangan

keumatan saat ini muncul dalam berbagai wujudnya, beberapa di antaranya: kemiskinan dan

kesejahteraan, kesenjangan kualitas umat (di satu sisi terjadi peningkatan jenjang pendidikan,

namun di sisi lain persoalan sosial yang semakin luas dan beragam), mobilitas warga NU dari

desa ke kota yang berakibat tercerainya Nahdliyin dari tradisi NU, kepengurusan NU yang

Page 3: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

belum mampu menjawab kebutuhan umat secara menyeluruh, munculnya kelompok-

kelompok Islam ekstrimis yang bertentangan dengan prinsip Aswaja NU, dan lain-lain.

Mempehatikan kondisi jam'iyah dan jama'ah Nahdlatul 'Ulama pada saat ini, maka semangat

dan gerakan Mabadi Khaira' Ummah sangat relevan untuk kembali diaktualisasikan. Gerakan

ini bukan hanya untuk panduan pengembangan karakter Nahdliyin saja, tetapi selayaknya

menjadi karakter kepengurusan dan organisasi NU, demi meningkatkan ketangguhan

organisasi dan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Praktik keorganisasian

juga diselaraskan agar tidak melanggar prinsip-prinsip dasar tersebut. Dengan demikian,

persoalan-persoalan seperti money politics, fokus kepada program-program kemaslahatan

umat, efektivitas kepengurusan, dan lain-lain; dapat diatasi.

Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan para

pemimpin NU sepanjang tahun 1935-1940an, yaitu dengan mengerahkan segenap elemen

jama'ah dan jam'iyah untuk secara masif mengkampanyekan kelima butir akhlaq. Dengan

penguatan gerakan ini, maka NU akan semakin mendekat kepada citra Khaira Ummah yang

dicita-citakan NU.

Memperkuat penanaman Paham dan Nilai Aswaja An-Nahdliyah melalui pendidikan

pesantren

Dewasa ini, tantangan bagi umat Islam di Indonesia dan khususnya tantangan bagi NU baik

jam'iyah dan jama'ah, semakin besar. Berbagai persoalan keumatan semakin rumit dan

melemahkan upaya menciptakan kemaslahatan masyarakat yang menjadi tujuan organisasi

NU. Salah satu tantangan khusus bagi NU adalah semakin lemahnya pemahaman umat

terhadap paham Aswaja an-Nahdliyah yang menjadi karakter dasar setiap Nahdliyin. Hal ini

terjadi karena berbagai faktor, di antaranya mobilitas penduduk yang tinggi, globalisasi yang

berdampak interaksi kultural, kesenjangan kesejahteraan penduduk Indonesia yang semakin

tajam dan tidak menguntungkan warga NU, dan lain-lain.

NU meyakini bahwa paham ASWAJA an-Nahdliyah adalah panduan bagi seluruh warga NU

dalam bersikap, berpikir, bertindak, bertradisi, dan berorganisasi. Karena itu, melemahnya

pemahaman atas prinsip ini akan berdampak kepada kualitas diri Nahdliyin di tengah pusaran

zaman yang penuh karut-marut persoalan. Lebih jauh lagi, kualitas Nahdliyin akan

berpengaruh pada ketangguhan NU sebagai jam'iyah.

Aswaja merupakan paham yang mengutamakan kemaslahatan yang lebih luas dalam

menyelesaikan berbagai persoalan umat. Nilai-nilai yang ditanamkan dan dipraktikkan

mengarahkan jama'ah dan jam'iyah NU untuk melaksanakannya. NU telah terbukti secara

konsisten mempraktikkan prinsip-prinsip syura (musyawarah), tawassuthiy (pola pikir

moderat), ishlahiy (reformatif), tathowwuri (dinamis), dan manhaji (metodologis) yang

senantiasa bersikap tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), „adalah (adil), musawah (setara),

dan hikmah (bijaksana).

Maka, melemahnya paham ASWAJA NU akan membuat umat menjauh dari prinsip dan

sikap di atas. Umat menjadi lebih rentan dan mudah dipengaruhi oleh paham esktrim yang

bertentangan dengan nilai dan paham ASWAJA. Bahkan, umat dapat dipengaruhi untuk

menafikkan dasar-dasar tradisi yang telah diletakkan para ulama pendiri dan pemimpin NU,

sebagaimana mulai marak terjadi akhir-akhir ini dengan perdebatan mengenai bid'ah dan

berbagai paham ASWAJA NU.

Page 4: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih serius untuk memperkuat paham ASWAJA An-

Nahdliyah sebagai sumbu kehidupan NU baik jam'iyah maupun jama'ahnya. Seluruh elemen

jam'iyah NU perlu menghidupkannya melalui berbagai dimensi kegiatan berorganisasi.

Secara khusus, peran pondok pesantren sebagai salah satu elemen terbesar dalam NU adalah

sangat krusial.

Pondok pesantren sebagai pusat kehidupan masyarakat setempat dan sebagai pusat

pendidikan lintas-generasi memegang peranan penting dalam penanaman paham ASWAJA

An-Nahdliyah. Pondok pesantren adalah pilihan utama warga NU, tidak hanya untuk belajar

ilmu pengetahuan, tetapi untuk mempersiapkan kematangan pribadinya. Kekuatan sistem

pendidikan dalam pondok pesantren adalah paduan ilmu pengetahuan, pengembangan

karakter pribadi, dan hidup bermasyarakat dalam gemblengan ulama. Ketiga unsur inilah

yang menjadi kunci efektivitas penanaman paham ASWAJA An-Nahdliyah.

NU perlu memperkuat pendekatan melalui pondok pesantren ini dengan beberapa strategi:

Menyusun sebuah perencanaan tingkat nasional yang komprehensif tentang

penanaman paham ASWAJA An-Nahdliyah.

Membangun sistem kerjasama nasional untuk memfasilitasi pelaksanaan program

dari tingkat pusat sampai lokal pesantren.

Melibatkan pondok pesantren dan RMI secara penuh.

Mengupayakan dukungan dan kerjasama dengan Pemerintah, baik pusat maupun

daerah, dalam pelaksanaan program-program penanaman paham ASWAJA An-

Nahdliyah melalui pondok pesantren

Keberhasilan penguatan paham ASWAJA An-Nahdliyah akan menghasilkan generasi

Nahdliyin unggulan (khaira ummah), menjaga dan mengembangkan ajaran ulama, dan siap

menjadi kader pemimpin bangsa. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar berlandaskan hikmah dan

mau‟izhah hasanah (nasehat yang santun) akan semakin terwujud. Dan tujuan organisasi NU:

menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan

martabat manusia pun akan lebih mudah untuk dicapai.

B. REKOMENDASI TENTANG KEUMATAN

1. Kondisi dan situasi keumatan (internal umat Islam) di Indonesia dewasa ini

membutuhkan perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam sendiri. Salah satunya

adalah berkembangnya dakwah oleh kelompok-kelompok tertentu diinternal Islam yang

keras yang membuat garis demakrasi yang tegas dan tegas antara dirinya dan kelompok

Islam di luar dirinya. Di satu sisi kelompok-kelompok tersebut mengklaim dirinyalah

sebagai pengamal ajaran Islam secara murni, di sisi lain suka menyalahkan golongan

umat Islam lainnya yang dianggap tidak menganut dan menjalankan Islam secara benar.

Melalui berbagai media dakwah, kelompok-kelompok ini dengan bersemangat memberi

label golongan umat Islam lainnya senang melakukan berbagai kegiatan bid‟ah,

menyatakan kelompok umat Islam lainnya berada dalam jalan yang sesat, atau bahkan

menyatakan orang lain sebagai musyrik atau kafir.

2. NU berpandangan kondisi ini sungguh tidak tepat untuk dibiarkan karena akan merusak

citra ajaran agama Islam dan citra umat Islam itu sendiri. Selain itu menimbulkan

keresahan dan kegelisahan serta kecemasan di kalangan mayoritas umat Islam yang

cinta damai, toleran, dan santun. Perasaan yang sama juga muncul dari orang Indonesia

Page 5: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

di luar Islam karena dalam lingkup lebih luas, gerakan kelompok-kelompok Islam garis

keras ini di tataran kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan dapat menyentuh atau

bersinggungan dengan kepentingan dan hak mereka. Adapun bagi negara dan

pemerintah, sikap dan perilaku sebagian kecil kelompok Islam garis keras tersebut

dapat menjadi pemicu bagi berkembangnya sikap dan kebijakan negara dan pemerintah

yang kurang kondusif dan ramah terhadap umat Islam Indonesia dan akan berdampak

kurang positif bagi kehidupan dan perkembangan umat Islam secara keseluruhan dan

dapat menyebabkan ketidakstabilan politik di tanah air.

3. Atas dasar itu, NU mendorong kepada semua komponen NU di seluruh penjuru tanah

air untuk menggelorakan dan meningkatkan kerja-kerja dakwah, baik bil lisan maupun

bil hal melalui semua media komunikasi yang ada untuk menyuarakan dakwah yang

damai, santun, teduh, moderat, dan toleran. Dalam melaksanakan dakwah teduh dan

santun tersebut, para dai dan daiyah, para muballigh dan muballighot, para kiai dan

tokoh NU, para pengurus dan aktivis NU untuk berpedoman kepada nilai-nilai Ahlus

Sunnah Wal Jamaah NU yang menjadi ciri khas NU, yakni tawassuth (moderat),

tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (tegak lurus), serta memposisikan

Islam sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta).

4. Apabila sampai saat ini berkembang paham di sebagian kelompok umat Islam

Indonesia yang tidak mencerminkan Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang bersikap

dan berperilaku tidak mencerminkan nilai-nilai Ahlus Sunnah Wal Jamaah

sebagaimana menjadi ciri NU, maka hal itu menunjukkan belum optimal dan efektifnya

kerja-kerja dakwah ormas-ormas Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah di tanah air. Untuk

itu, NU mendorong peningkatan kinerja dakwah ormas-ormas Islam di kalangan kaum

muslimin sampai tingkat akar rumput agar ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah yang

santun, damai, dan toleran dapat lebih mengakar dan menjadi panduan kehidupan umat

Islam Indonesia dari seluruh lapisan masyarakat.

C. REKOMENDASI BIDANG POLITIK

Sejak reformasi 1998, bangsa Indonesia sudah melaksanakan 4 (empat) kali pemilu

(1999, 2004, 2009 dan 2014) yang semuanya berjalan relatif baik. Dari sisi ini bisa dikatakan

implementasi demokrasi dengan sistem multi partai berjalan dengan baik. Masyarakat

Indonesia juga semakin terbiasa dengan perbedaan pilihan partai. Jika pemilu tahun 1999

sempat terjadi insiden kekerasan, namun hal dalam pemilu-pemilu berikutnya konflik politik,

terutama yang berbasis agama, semakin tidak terdengar. Demikian juga, sejak tahun 2005,

pemilihan kepala daerah secara langsung juga mulai dilakukan. Dengan segala kelebihan dan

kekurangannya, hal tersebut menunjukkan demokratisasi di Indonesia sudah berjalan dengan

baik. Dari sisi ini, Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu Negara demokrasi terbesar di

dunia.

Proses tersebut juga meruntuhkan mitos sebagian kalangan yang meragukan bahwa

demokrasi tidak compatible yang masyarakat muslim. Pengalaman Indonesia berdemokrasi

menunjukkan, umat Islam Indonesia bisa mempraktikkan demokrasi tanpa kehilangan jati diri

keislamannya. Berbeda dengan sejumlah negeri muslim yang masih terus bergolak, dilanda

konflik sectarian dan tidak mulus dalam proses transisi demokrasi, Indonesia bisa melewati

masa-masa kritis dengan relatif aman. Memang di sana-sini ada konflik dan pergolakan, tapi

bangsa Indonesia mampu melokalisasi kekerasan, sehingga tidak sampai meruntuhkan sendi-

sendi kebangsaan.

Page 6: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

Meski Indonesia sudah menjadi salah satu Negara demokrasi terbesar di dunia, namun

sejumlah persoalan mendasar masih terus menggelayuti bangsa in. Hal yang paling tampak

adalah belum adanya korelasi positif antara demokrasi yang berjalan selama ini dengan

keadilan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Bangsa ini juga belum terbebas dari gurita

korupsi.

Data yang dikeluarkan Transparansi Internasional (TII) menunjukkan Indeks Persepsi

Korupsi (IPK) Indonesia masih cukup memprihatinkan. IPK tahun 2012, Indonesia berada di

peringkat 118 dari 177 negara dengan skor 32 (skala 0-100). Di kawasan Asia Tenggara,

Indonesia berada di urutan ke-6 setelah Singapura (skor 87); Brunei (skor 55); Malaysia (skor

49) ; Thailand (skor 37); Filipina (skor 34); Timor Leste (skor 33). Tahun 2010 peringkat

Indonesia lebih baik, yaitu 110.

Skor IPK Indonesia tahun 2013, stagnan diangka 32 meskipun peringkatnya sedikit

lebih baik, yaitu peringkat 114. Skor Indonesia sedikit lebih baik dari Albania (31), Nepal

(31), Vietnam (31), dan sedikit lebih buruk dari Ethiopia (33), Kosovo (33), dan Tanzania

(33). Di ASEAN, skor Indonesia jauh di bawah Brunei (60) dan Malaysia (50). Indonesia

sedikit di bawah Filipina (36) dan Thailand (35). Namun skor Indonesia sedikit lebih baik

dari Vietnam (31), Timor Leste (30), Laos (26) dan Myanmar (21).

Data tersebut menunjukkan, meskipun setiap hari ada berita koruptor ditangkap KPK,

namun hal ini ternyata belum mempunyai korelasi positif terhadap IPK. Pemberantasan

korupsi memerlukan komitmen politik yang kuat dari pengelola Negara dan seluruh unsur

masyarakat. Komitmen inilah yang tampaknya masih bermasalah.

Penegakan hukum juga masih menjadi persoalan serius bangsa ini. Aparat penegak

hukum juga belum bisa sepenuhnya keluar dari sindiran: “tajam ke bawah, tumpul ke atas”.

Belum lagi persoalan yang terkait konflik lembaga penegak hukum, terutama Polri dan KPK,

yang hingga kini belum sepenuhnya pulih. Pelemahan KPK dan komplikasi hukum di sekitar

KPK dan pemberantasan korupsi menjadi persoalan pelik bangsa ini.

Partai politik sebagai pilar penting demokrasi juga belum menampakkan kinerja yang

memuaskan. Partai politik lebih sebagai sarana untuk merebut kekuasaan dan elitis daripada

sebagai sarana artikulasi kepentingan rakyat. Partai politik yang semestinya melindungi dan

memperjuangkan kepentingan rakyat, lebih banyak menjadi sarana melindungi kepentingan

para elitnya. Kita menyaksikan, kehidupan partai politik yang mengarah pada oligarkhi di

satu pihak, atau partai politik yang terpecah karena ketidakmampuan mengkanalisasi

kepentingan para elitnya. Partai politik hanya menjadi “rukun Negara demokrasi” yang lebih

menekankan pada aspek prosedural, daripada memperjuangkan substansi dan nilai-nilai dasar

demokrasi. Karena itu, perlu mendorong agar partai politik menjadi lebih sehat. Partai politik

yang sehat akan mengantarkan pada kehidupan demokrasi yang sehat, demokrasi yang sehat

akan mengantarkan pada kehidupan bangsa yang sehat pula.

Berdasar ilustrasi kehidupan politik tersebut, Nahdlatul Ulama merekomendasikan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Partai politik harus menjadi pilar untuk menyehatkan demokrasi, tidak boleh menjadi

pilar yang justru memperlemah demokrasi dengan tabiat partai yang hanya dijadikan

sebagai sarana untuk memperoleh kekuasaan politik. Menyehatkan partai politik bisa

pada level ideologi, integritas pengelola parpol, dan pendanaan partai politik. Harus

diakui, pendanaan partai politik menjadi persoalan serius. Meskipun dalam pemilu

dan pilpres KPU mewajibkan semua parpol membuat laporan keuangan, namun hal

itu belum sepenuhnya efektif untuk menjadikan parpol menjadi lebih bersih. Untuk

menyehatkan parpol pada aspek pendanaan, pemerintah sebaiknya mulai

Page 7: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

mempertimbangkan melakukan pendanaan melalui APBN secara lebih memadai

untuk operasional pengelolaan parpol. Hal ini dilakukan tentu bukan tanpa syarat,

terutama terkait dengan pengelolaan partai politik yang mengedepankan prinsip-

prinsip clean governance. Jika keuangan partai politik sepenuhnya dibiayai APBN,

maka kontrol keuangan partai politik lebih mudah dilakukan dan hal ini bisa

mendorong kehidupan partai lebih sehat karena tidak dibebani dengan mengumpulkan

uang untuk operasional. Jika sudah dibiayai APBN namun partai politik melalui

pengelolanya masih melakukan tindakan “tidak halal” maka bisa dikenai ancaman

yang tegas.

2. Pemberantasan korupsi harus menjadi gerakan semesta Indonesia. Seluruh komponen

masyarakat sudah pasti akan mendukung upaya pemerintah dan aparat penegak

hukum untuk melakukan pemberantasan korupsi. Sayangnya, masyarakat sudah

terlalu sering dibuat kecewa oleh aparat penegak hukum, terutama yang menangani

persoalan korupsi. Konflik Polri dan KPK hanya merupakan bagian kecil dari

kekecewaan rakyat yang mengindikasikan belum adanya kesepahaman dalam

pemberantasan korupsi. Bahkan, adanya indikasi untuk melemahkan satu penegak

hukum dengan penegak hukum yang lain jelas merupakan ironi besar bangsa ini.

D. BIDANG EKONOMI

I. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi yang dijalankan pemerintah sejak Indonesia merdeka

hingga kini belum sepenuhnya memenuhi salah satu amanat konstitusi, yaitu memajukan

kesejahteraan umum. Ekonomi memang tumbuh, tetapi belum merata. Kue ekonomi

membesar, tetapi baru dihasilkan dan dinikmati oleh segelintir orang. Pasal 33 UUD

1945 jelas menegaskan kehadiran negara sebagai instrumen penting pendorong

kesejahteraan umum. Negara bukan sekadar wasit, tetapi pelaku yang terlibat dalam

arena ekonomi melalui kebijakan fiskal (APBN) dan instrumen bisnis yang bernama

BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Pada masa Orde Lama, Presiden Soekarno mengumandangkan jargon Trisakti,

yaitu: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian

dalam kebudayaan. Jargon ini berhenti sebagai jargon karena gelora kehidapan politik

tidak dibarengi dengan pembangunan ekonomi. Ketika rezim berakhir, ekonomi

terpuruk, inflasi menembus 600 persen. Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto

menggemakan jargon Trilogi pembangunan: stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi,

dan pemerataan kesejahteraan. Ideologi ekonominya adalah trickle down effect:

pemerataan kesejahteraan merupakan dampak dari isi gelas yang penuh dan kemudian

menetes ke bawah. Strateginya, besarkan kue, remah-remahnya pasti akan dinikmati

banyak orang. Formulasi strateginya dituangkan dalam GBHN (Baris-garis Besar Haluan

Negara). Yang kemudian terjadi adalah gelasnya bocor, sehingga tidak pernah penuh dan

tetesannya tidak sampai ke bawah. Ketika Soeharto jatuh oleh gabungan krisis ekonomi

dan politik, kekuasaan penggantinya nyaris harus kembali membangun Indonesia dari

titik nol.

Orde Reformasi ditandai oleh transisi demokrasi yang mencakup liberalisasi

ekonomi dan politik. Kekuasaan Presiden Habibie, Gus Dur, dan Megawati berlangsung

pendek, sehingga belum sampai mengonsolidasikan pembangunan ekonomi. GBHN,

yang merupakan warisan Orde Baru, dihapuskan sehingga setiap Presiden “bebas”

Page 8: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

mengelola sendiri arah pembangunan ekonomi berdasarkan tafsir dan keyakinannya

terhadap konstitusi.

Presiden SBY berkuasa 10 tahun. Pada masanya, pembangunan ekonomi

dilakukan dengan membesarkan kue, yang terlihat dari lonjakan nominal APBN dan

PDB, yang naik lebih tiga kali lipat dalam satu dekade. Kelas menengah naik,

pendapatan per kapita tumbuh membesarkan hati. Namun, cacat pembangunan ekonomi

yang diwarisi sejak Orde Baru tidak hilang, yang dicirikan oleh trilogi ketimpangan,

yaitu ketimpangan pendapatan antarpenduduk, kesenjangan pembangunan antarkawasan,

dan diskrepansi pertumbuhan antarsektor ekonomi. Hal ini tercermin dari gini rasio yang

naik menembus level ketimpangan menengah (0,413), 81 persen PDB disumbang oleh

PDRB Jawa dan Sumatera, dan sektor ekonomi riil (tradable) penyerap tenaga kerja

tumbuh lambat dibanding sektor jasa dan keuangan (non-tradable). Pasar uang dan pasar

modal tumbuh pesat, tetapi sektor pertanian dan industri manufaktur terpuruk. Jumlah

petani menyusut akibat penyusutan lahan pertanian, menurunnya produktivitas lahan

karena serbuk-serbuk kimia, hancurnya infrastruktur irigasi, dan penguasaan benih oleh

sindikasi perusahaan asing.

Industrialisasi juga tidak berkembang baik karena Indonesia asyik menikmati

devisa dari ekspor komoditas primer berbasis sumber daya alam. Indonesia kenyang

devisa dari ekspor bahan baku mentah tanpa nilai tambah karena yang dijual adalah

“tanah air” untuk tambang mineral, CPO di sektor perekebunan, ikan mentah di sektor

kelautan dan seterusnya yang menjadikan Indonesia bangsa kuli di antara bangsa-bangsa

lain. Indonesia memasok dunia dengan bahan baku mentah, untuk dibeli kembali dengan

harga tinggi oleh sentuhan teknologi bangsa lain. Industri hilir sama sekali tidak tumbuh.

Berbagai komoditas pertanian unggulan, seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh,

rempah-rempah dan produk biji-bijian, dijual dalam bentuk mentah tanpa nilai tambah.

Akibatnya fatal: sumber daya alam terkuras habis, lingkungan rusak, tetapi rakyat tetap

miskin. Karena industrialisasi tidak berkembang, 70 persen tenaga kerja nasional

menyemut di sektor informal, yang bekerja subsisten yakni bekerja sekadar

menyambung hidup.

Presiden Jokowi datang dengan menggemakan kembali jargon Trisakti dengan

tagline: Revolusi Mental! Program-program unggulannya adalah realokasi subsidi BBM

untuk pembangunan infrastruktur energi dan pertanian. Jokowi juga berjanji

mengarusutamakan maritim sebagai basis ekonomi dan pertahanan. Jokowi harus

berpacu dengan waktu melawan kesabaran dan daya tahan rakyat terhadap naiknya

harga-harga barang akibat pencabutan dan pengurangan subsidi BBM. Jika mampu

meyakinkan rakyat, Jokowi akan bertahan karena program-programnya itu, jika betul-

betul dilaksanakan, baru akan dirasakan manfaatnya paling cepat tiga tahun.

I. Rekomendasi

NU berpendapat bahwa belum tercapainya maksud pembangunan ekonomi

sebagaimana amanat konstitusi adalah terutama karena penyimpangan kiblat yang

dilakukan para pengurus pemerintah terhadap roh dan jiwa konstitusi. Penyimpangan

yang dilakukan berlangsung baik dalam bentuk liberalisasi undang-undang yang durhaka

terhadap jiwa konstitusi, kebijakan fiskal yang tidak berjiwa konstitusi, dan fungsi

moneter yang terlepas dari amanat konstitusi.

Pertama, sejak reformasi, telah disahkan banyak undang-undang sektor

perekonomian, yang setelah diuji materi oleh Mahkamah Konstitusi, terbukti tidak

konstitusional seperti UU Migas, UU Sumber Daya Air, UU Perkebunan, dan UU

Penanaman Modal.

Page 9: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

Kedua, kebijakan fiskal dalam bentuk APBN juga belum mencerminkan spirit

memajukan kesejahteraan umum. Ini terbukti dari postur APBN yang bias kota, yang

memelihara terjadinya ketimpangan terus berlangsung antargenerasi. Belanja rutin

APBN untuk mengurus birokrasi lebih besar ketimbang anggaran infrastruktur pangan,

energi, dan kesehatan.

Ketiga, Bank Indonesia sebagai otoritas monoter terlepas dari fungsi sosial

karena perannya, menurut UU, hanya menjaga inflasi dan nilai tukar. Bank Indonesia

tidak mempunyai misi sosial untuk mengurangi kesenjangan. Karena itu, perbankan

nasional belum ramah terhadap kredit UKM dan pertanian. Data Kementerian KUKM

menunjukkan, 99,92 persen struktur usaha nasional berbentuk mikro dan kecil, tetapi

hanya 12 persen yang mendapatkan akses permodalan dari perbankan. Sektor pertanian

yang menyerap 38 persen tenaga kerja nasional, juga hanya 6 persen yang mendapatkan

kredit perbankan.

Bertolak dari kenyataan ini, NU merekomendasikan beberapa hal sbb:

1. Menyerukan kepada seluruh penyelenggara negara untuk patuh, loyal, dan setia

terhadap jiwa dan ruh konstitusi dalam menyelenggarakan pembangunan ekonomi.

Kesetiaan terhadap konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945, harus tercermin dalam

legislasi, politik, anggaran, dan kebijakan moneter. Produk legislasi yang “durhaka”

terhadap konstitusi harus segera dicabut. APBN harus bersemangat pemerataan

pembangunan dengan mengalokasikan porsi anggaran lebih besar untuk pendidikan,

pertanian, perdesaan, infrastruktur, KUKM, dan kesehatan. UU BI harus direvisi

dengan menambahkan fungsi sosial dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

2. Merekomendasikan kepada penyelenggara negara untuk menghidupkan kembali

GBHN sebagai kompas pembangunan yang berumur panjang, sehingga haluan

pembangunan tidak berubah setiap kali ganti pemerintahan. GBHN disahkan oleh Tap

MPR, yang kedudukan hukumnya, menurut UU No. 12 Tahun 2011, di bawah

konstitusi dan di atas undang-undang.

3. Merekomendasikan kepada penyelenggara negara untuk mengarusutamakan

kooperasi dalam pembangunan nasional sebagai soko guru perekonomian. Belajar

dari banyak negara penganut welfare-state, tidak mustahil sektor-sektor usaha yang

strategis dijalankan secara koperasi. Salah satu bank terbesar di Belanda, yaitu

Rabobank, berbentuk koperasi. Salah satu media terbesar di Jerman, Die

Tageszeitung, berbentuk koperasi. Bahkan Associated Press di Amerika Serikat pun

berbentuk koperasi. Salah satu satu pondok pesantren tertua di Indonesia, yaitu PP

Sidogiri, Pasuruan, membangun koperasi yang asetnya mencapai Rp 1,3 triliun.

Koperasi ini kemudian membentuk Bank bernama BPR Syariah UMMU.

Pengarusutamaan koperasi mengandaikan revisi UU No. 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian yang telah mereduksi koperasi sebagai lembaga keuangan berskema

permodalan finansial, tidak berbeda dengan perseroan, serta mengesampingkan modal

sosial sebagaimana dijiwakan konstitusi. Sektor-sektor yang bersifat high capital,

high risk, dan high technology seperti pertambangan migas, dikelola oleh BUMN.

Koperasi dan BUMN merupakan instrumen konstitusional untuk menyelenggarakan

pembangunan.

4. Merekomendasikan kepada PBNU untuk menyusun buku platform ekonomi sesuai

dengan khittah konstitusi dan khittah NU sebagai organisasi dîniyyah ijtimâ’iyyah.

Buku ini harus menggambarkan pandangan dan sikap NU terhadap pembangunan

nasional, haluan pembangunan nasional, dan rencana kerja NU dalam menggerakan

kegiatan ekonomi umat dan organisasi.

Page 10: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

E. BIDANG PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu penentu bagi kemajuan sebuah bangsa karena

menjadi salah satu saluran penting bagi terjadinya mobilitas sosial dan pertumbuhan kelas

menengah. Menjalani masa “bonus” demografi yang dimulai sejak 2015 hingga 2030 nanti,

Indonesia perlu merancang dan menjalankan strategi yang matang untuk menjalankan

program pendidikan bagi 65 juta anak muda usia 15-19 tahun.

Terlepas dari beberapa capaian positif yang diperoleh saat ini, ada beberapa persoalan

dalam dunia pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah maupun

masyarakat;

1. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, bangsa Indonesia harus terus

meningkatkan ketahanan dan daya saingnya di kancah globalisasi, yang ditandai

dengan perubahan paradigma dari keunggulan komaparatif (comparative advantage)

ke keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lonjakan kelas menengah sebagai

syarat utama menuju bangsa yang maju, dalam konteks persaingan global perlu

diimbangi dengan meningkatnya jumlah enterpreneur yang mampu melakukan

kapitalisasi terhadap kekayaan sumber daya alam yang ada serta mendorong

terjadinya transformasi tenaga kerja semaksimal mungkin. Data hingga April 2015

menunjukkan bahwa jumlah enterpreneur di Indonesia hanya sebesar 1,65% dari total

jumlah penduduk di Indonesia. Padahal, negara bisa menjadi maju paling tidak

didukung oleh 2%-3% enterpreneur. Hal ini menyebabkan kekayaan alam yang ada di

Indonesia tidak bisa secara maksimal dikelola secara mandiri, meskipun “eksploitasi”

dengan modal dan SDM asing terus dilakukan.

2. Konsep “knowledge economy” yang oleh WTO dan OECD ditindaklanjuti dengan

menjadikan pendidikan sebagai salah satu bidang jasa yang bisa diperjualbelikan

(komersil) telah melahirkan masalah-masalah serius di berbagai belahan dunia.

Pendidikan yang prinsip dasarnya adalah pelayanan hak rakyat untuk tujuan

pencerdasan kehidupan bangsa mengalami distorsi karena menjadi jasa yang

diperjualbelikan. Lebih dari itu, orientasi bisnis yang membabi buta juga menjadi

ancaman serius bagi pelestarian nilai-nilai kebangsaan, semangat nasionalisme, serta

berbagai kearifan lokal lainnya, dikarenakan praktek pendidikan hanya ditujukan

untuk melayani kepentingan-kepentingan industrialisasi di sektor-sektor komersil.

Secara sosial-budaya, praktek pendidikan yang seperti ini bahkan sudah membentuk

mindset tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang menganggap bahwa bahwa

untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas mereka harus membayar mahal.

Akibatnya, terjadi elitisasi pendidikan yang makin mempersempit akses pendidikan

bagi masyarakat luas serta kesenjangan mutu yang memilah-milah kelompok

masyarakat berdasarkan daya belinya terhadap pelayanan pendidikan.

3. Salah satu ciri sikap hidup bangsa Indonesia adalah moderat, toleran serta

mengedepankan dialog dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan

masyarakatnya yang majemuk dengan berbagai macam latar belakang, baik dari segi

agama, etnis, ras, dan sebagainya. Semangat Bhineka Tunggal Ika dalam

membangung masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera harus ditanamkan sejak

dini khususnya melalui lembaga pendidikan. Ke arah inilah pendidikan konsep

pendidikan karakter yang salah satunya diperkuat oleh dasar-dasar keagamaan

dikembangkan. Tapi, kondisi Indonesia sebagai negara yang terbuka dalam beberapa

hal justru menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok yang ingin menanamkan

Page 11: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

paham-paham radikal, khususnya di bidang keagamaan. Bahkan beberapa kelompok

dengan tanpa hambatan menjalankan gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan

NKRI melalui berbagai media pendidikan, kegiatan-kegiatan sosial dan politik. Sadar

atau tidak, sebagian dari muatan kurikulum keagamaan dan budi pekerti yang

diberikan di lembaga-lembaga pendidikan telah menyerap anasir-anasir tertentu dari

paham-paham semacam ini. Dalam posisi demikian, bangsa ini tidak boleh

dilengahkan oleh upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan yang hanya mengejar

indikator-indikator saintifik yang kasat mata yang ditetapkan oleh organisasi ataupun

lembaga-lembaga tertentu baik di level lokal, regional, maupun internasional. Di atas

semua itu, hal yang juga harus diperjuangkan adalah membangun konsep yang utuh

tentang bagaimana semangat keagamaan dan kebangsaan ditanamkan kepada peserta

didik agar menjadi manusia berkepribadian Indonesia yang menguasai ilmu

pengetahuan, mempunyai kecakapan hidup dan keterampilan individual dan sosial,

serta memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi kehidupan bersama.

Menghadapi masalah-masalah di atas, maka perlu ditetapkan fokus utama dan

dijalankan program-program pendidikan meliputi: (a) pengembangan kapasitas kelembagaan

dan mutu pendidikan berikut penguatan relevansinya terhadap kebutuhan-kebutuhan

pemberdayaan bangsa; (b) pengembangan infrastruktur pendidikan dengan menjadikannya

sebagai bidang layanan umum dan tidak dilakukan privatisasi terhadapnya; (c) pelibatan

secara optimal kelompok-kelompok keagamaan dan kebudayaan dalam pengembangan

pendidikan karakter serta menjadikannya sebagai tolak ukur utama dalam standar pendidikan

nasional dalam rangka peningkatan daya saing dan penguatan jati diri keagamaan dan

kebangsaan

F. NU DAN BONUS DEMOGRAFI

Sejak tahun 2012, Indonesia mengalami perubahan struktur jumlah penduduk.

Penduduk usia kerja (15-64 tahun) berjumlah lebih besar daripada penduduk usia anak dan

lansia (0-14 dan 60+ tahun). Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, setiap penduduk usia

kerja menanggung lebih sedikit kehidupan penduduk usia anak dan lansia. Jumlah penduduk

usia kerja akan mencapai 70 persen (180 juta jiwa). Sisanya sekitar 60 juta jiwa (30 persen),

adalah penduduk yang tidak produktif (anak dan lansia).

Dengan banyaknya penduduk usia kerja, diasumsikan akan banyak tenaga kerja yang tersedia

dan lapangan kerja yang tercipta. Rantai kegiatan ekonomi yang terjadi pun akan meningkat

pesat. Dengan jumlah tanggungan dalam keluarga yang lebih kecil, diasumsikan

kesejahteraan keluarga akan meningkat.

Bonus Demografi adalah istilah yang menunjukkan pesatnya ekonomi negara, karena

banyaknya penduduk usia kerja (usia produktif) dan sedikitnya tanggungan (usia non

produktif) ini. Indonesia akan mengalaminya antara tahun 2012-2034, dengan puncaknya

pada tahun 2028-2031. Berbagai negara (Korea Selatan, Thailand, Tiongkok, dan lain-lain)

telah membuktikan lonjakan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan kurun waktu

Bonus Demografi ini.

Pemerintah Indonesia pun saat ini memberikan perhatian lebih kepada persiapan Bonus

Demografi melalui kebijakan-kebijakan publik. Persiapan ini diperlukan sebab Bonus

Demografi tidak secara otomatis terjadi akibat menurunnya angka rasio ketergantungan dan

Page 12: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

besarnya penduduk usia produktif. Bila dipersiapkan dengan baik, dalam kurun waktu ini

jumlah penduduk yang bekerja/produktif dan menabung/berinvestasi akan meningkat pesat.

Bila tidak dipersiapkan dengan baik, peluang Bonus Demografi akan berubah menjadi Mimpi

Buruk Demografi, di mana negara akan memiliki banyak penduduk usia kerja yang

menganggur dan angka kemiskinan yang tinggi.

Beberapa hal terkait dengan Bonus Demografi adalah:

Kualitas SDM yang baik. Diperlukan sumber daya manusia yang sehat, terdidik, dan

terampil, sehingga produktif dan berorientasi investasi, bukan hanya konsumsi. Bila

penduduk usia produktif kurang terdidik dan terampil, peluang ekonomi tidak akan

dapat dikelola. Kesehatan dan pendidikan menjadi prioritas

Ketrampilan dan Kompetensi Tenaga Kerja perlu disiapkan secara khusus. Tanpa

daya saing dalam ketrampilan dan kompetensi tenaga kerja, penduduk Indonesia

hanya akan menjadi konsumen, bukan produsen. Apalagi dengan dimulainya

Masyarakat Ekonomi Eropa tahun 2015.

Struktur ekonomi yang memberikan ruang dan insentif kepada penduduk usia

produktif untuk bekerja dan berinvestasi. Kualitas SDM yang baik tanpa struktur

ekonomi yang memadai, akan mengakibatkan penduduk tidak dapat mengoptimalkan

potensi ekonominya. Sistem ekonomi kapitalistik dan liberalistik yang dikuasai

kelompok oligark perlu dikembalikan kepada semangat ekonomi konstitusi yang

berpihak kepada rakyat kecil.

Mobilitas penduduk yang terkelola dengan baik. Berdasarkan sensus penduduk tahun

2010, jumlah penduduk usia remaja di perkotaan sudah menjadi lebih besar daripada

di pedesaan. Gelombang urbanisasi terjadi karena faktor penghidupan di sektor

ekonomi agraria tidak menjanjikan peningkatan kesejahteraan.

Peledakan jumlah penduduk pada saat tahun bonus perlu dihindari, di mana kategori

usia dini dapat dijaga untuk tidak membesar. Bila penduduk usia produktif tidak

mampu merencanakan keluarganya dengan baik, maka angka ketergantungan akan

meningkat lebih cepat dan masa Bonus Demografi berakhir lebih cepat. Karena itu

program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi menjadi faktor kunci.

Tema kependudukan adalah tema yang tak dapat dilepaskan dari karakter dan peran NU

sebagai jam'iyah dan jama'ah, juga sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di

Indonesia.

Dalam AD/ART dinyatakan, NU sebagai jam'iyah bertujuan menciptakan kemaslahatan

masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.

Dengan demikian, NU memiliki kewajiban untuk mempersiapkan jama'ah NU agar dapat

memanfaat peluang Bonus Demografi ini. Kewajiban ini datang baik kepada jam'iyah NU,

kepada jama'ah, maupun sebagai kontribusi kepada bangsa dan negara. NU dituntut untuk

dapat mencermati dan merespons dengan baik berbagai tantangan dan peluang

kependudukan.

Terkait dengan peluang Bonus Demografi, merekomendasikan kepada PBNU untuk:

Page 13: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

1. Mengambil peran aktif dalam penyusunan kebijakan publik dan program pemerintah

untuk menghadapi Bonus Demografi, agar aspirasi jam'iyah dan jama'ah NU dapat

tersampaikan dan dikelola dengan baik.

a. Kebijakan pembangunan secara umum, yang lebih berpihak kepada rakyat

kecil.

b. Kebijakan ekonomi dan ketenagakerjaan yang memperkuat rakyat kecil dan

ekonomi agraria

c. Kebijakan Kependudukan yang mendukung pelayanan pendidikan, kesehatan,

dan keluarga berencana, terutama pada masyarakat desa

d. Kebijakan pendidikan yang mampu mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas

2. Menyusun strategi komprehensif untuk pengelolaan peluang dan tantangan Bonus

Demografi, yang diaplikasikan secara menyeluruh melalui semua elemen jam'iyah

dan jama'ah NU.

3. Memberikan mandat kepada banom dan lembaga NU yang terkait untuk secara

terfokus mengelola program-program terkait Bonus Demografi secara sistematis.

4. Dalam hal pendidikan dan kesehatan, NU perlu menyusun langkah strategis untuk

meningkatkan kualitas warga NU, agar dapat mencetak angkatan kerja yang sehat,

terdidik, dan terampil serta memiliki daya saing.

5. Dalam hal kesejahteraan keluarga, NU perlu menyusun program komprehensif untuk

mencetak keluarga maslahah. Karakter keluarga, penguatan ekonomi keluarga,

perencanaan keluarga, dan kesehatan reproduksi menjadi prioritas program.

G. REKOMENDASI INTERNASIONAL

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan warga dunia, dan berangkat dari ciri dan

karakteristik Nahdlatul Ulama sebagai cermin dari Islam Nusantara, maka tidak berlebihan

jika pada Mukatamr ke-33 ini PBNU mengajukan sejumlah rekomendasi baik kepada diri

sendiri sebagai pengurus PBNU yang akan datang, kepada pemerintah Indonesia maupun

kepada masyarakat dunia dan lembaga-lembaga dunia:

1. Tentang Palestina:

Meskipun pergeseran geopolitik dan aliansi antara berbagai kekuatan dan negara tampak

sedang terjadi di tingkat dunia dan Timur Tengah sekarang ini, namun satu hal bahwa nasib

dari mereka yang tertindas dan menjadi korban persaingan antar mereka, belum berubah.

Salah satu bangsa dan negara itu adalah Pelastina. Sudah sejak lama rakyat Palestina hidup di

bawah penindasan dan dirampas hak-haknya untuk merdeka di tangan Israel atas dukungan

kekuatan dunia, baik AS maupun PBB.

PBNU memandang bahwa rakyat dan negara Palestina adalah bangsa dan negara yang

plural yang di dalamnya bermukim penduduk dari berbagai agama dan etnis. Tidak ada

alasan untuk tidak mendukung kemerdekaan Palestina karena alasan agama dan etnis tertentu.

Penindasan terhadap bangsa lain dengan alasan apapun tidak bisa dibenarkan. Sebagai rakyat

yang mendiami sebuah tanah kelahiran dan milik sendiri, Palestina berhak memperoleh hak

hidup, hak memerintah dan hak mengolah alam yang ada di dalam dan di atasnya secara

mandiri tanpa campur tengan pihak lain, serta berhak memperoleh kedamaian. Maka

dukungan bagi kemerdekaan rakyat dan negara Palestina tidak bisa ditangguhkan.

Page 14: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

Oleh karena itu, PBNU mendukung sepenuhnya kemerdekaan negara Palestina dan

mendesak agar PBB segera memberikan dan mengesahkan keanggota negara Palestina

menjadi anggota resmi PBB dan memberikan hak yang setara dengan rakyat dan negara yang

merdeka manapun. PBNU juga mengimbau bagi bangsa dan negara yang cinta kepada

perdamaian, tanpa penindasan dan diskriminasi untuk mendukung bagi diakuinya negara

Pelestina sebagai anggota PBB yang sah dan resmi untuk memperoleh hak yang setara

dengan bangsa-bangsa merdeka yang lain.

2. Tentang Ancaman ISIS

Fenonena kekerasan yang mengatasnamakan agama dan melakukan intervensi kepada rakyat

di negara lain adalah membahayakan perdamaian dan harmoni bagi kehidupan negara dan

bangsa lainnya. Fenomena ISIS maupun kelompok dan jaringan lainnya yang membawa

agama dengan karakter kekerasan dan ideologi radikal dan fundamentalistik kini telah

merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Bahkan mereka telah

menguasai sejumlah tempat ibadah atau masjid baik yang dibangun oleh rakyat dengan cara

gotong royong maupun oleh pemerintah sendiri. Di tempat lain, mereka juga telah masuk dan

menguasai sebagian dari sendi-sendi para aparatur negara penjaga kedaulatan seperti TNI,

Polisi dan birokrasi.

Mereka bukan hanya merusak harmoni dan hidup saling menghormati yang menjadi

tradisi Islam Nusantara dan bangsa Indonesia melainkan mereka telah menggerogoti sendi-

sendi dan dasar negara Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi perekat kehidupan

bangsa Indonesia. Sedangkan pemerintah dan aparatnya cenderung berada di bawah tekanan

dan takut untuk bersikap tegas kepada mereka serta permisif terhadap ideologi anri dialog

dan cedening kepada kekerasan dan pemaksaan yang dibawa oleh mereka. Munculnya

berbagai peraturan baik nasional maupun lokal yang menyudutkan dan mendiskriminasi

rakyat pribumi tertentu adalah bukti bahwa pemerintah telah tidak berdaya dan permisif

terhadap ideologi yang membahayakan bangsa Indonesia tersebut. Ketidaktegasan

pemerintah dalam menanggulangi rong-rongan terhdap Pancasila dan bhineka tunggal ika itu

juga menunjukkan kelemahan pemerintah dalam menjaga eksistensi bangsa dan keutuhan

negara kesatuan Republik Indonesia.

NU hendak mengingatkan bahwa perkembangan tersebut sudah sampai pada tingkat

membahayakan bagi kehidupan bangsa Indonesia dan eksistensi negara kesatuan Republik

Indonesia. Pemerintah harus segera sadar untuk bertindak menghadapi mereka dengan sikap

tegas dan mengembalikan semangat Pancasila atas berbagai peraturan untuk melindungi

seluruh bangsa Indonesia tanpa membedakan etnis, agama dan asal-usul. PBNU mengimbau

agar pemerintah menegakkan sikap disiplin dalam bernegara dan berbangsa, serta

mengembalikan nilai-nilai luhur dan konstitusi yang mendasari kebangsaan Indonesia.

C. Tentang Rohingya:

Pada level Asia Tenggara kami juga melihat masih adanya negara-negara yang

memperlakukan diskriminasi terhadap pemeluk agama dan etnis minoritas, baik pribumi

maupun pendatang. Perlakuan yang paling ekstrim adalah pemerintah Myanmar atas etnis

Rohingya. Tanpa melihat latar belakang agama, etis atau apapun bagi Rohingya, perlakuan

pemerintah Myanmar yang menolak mengakui keberadaan mereka sebagai warganegara yang

telah tinggal ratusan tahun di negara itu sebelum negara itu merdeka, merupakan

pengkhianatan terhadap tugas negara bagi bangsanya sendiri. Penindasan, pengabaian

kesehatan dan pendidikan bagi anak, kekerasan dan pengusiran secara paksa dari negara itu

adalah pelanggaran berat bagi Hak Asasi Manusia.

Page 15: MATERI KOMISI REKOMENDASI - muktamar.nu.or.idmuktamar.nu.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Draft-Komisi... · Aktualisasi gerakan Mabadi Khaira Ummah dilakukan sebagaimana diteladankan

Oleh karena itu, NU mendesak agar pemerintah Myanmar menghentikan penindasan

dan pengusiran terhadap Rohingya. Pemerintah Indonesia sebagai salah satu negara besar di

Asia Tenggara dan inisiator bagi berdirinya ASEAN layak untuk mengambil peran menekan

pemerintah Myanmar agar menghentikan penindasan dan pengusrian terhadap Rohingya.

NU juga mendesak agar Amerika Serikat sebagai negara besar di dunia dan PBB sebagai

lembaga yang mewadahi negara dan bangsa untuk segera mengambil peran melindungi

Rohingya dan mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan diskriminasi, penindasan

dan pengusiran terhadap Rohingya.

Jika pemerintah Myanmar tidak juga menghentikan diskriminasi, penindasan dan

pengusiran serta tetap menolak memberikan status warganegara kepada Rohingya maka NU

mendesak agar AS dan PBB memberikan sangsi ekonomi dan politik kepada pemerintah

Myanmar dengan segera. Sangsi ini dimaksudkan agar pemerintah Myanmar sadar akan tugas

dan kewajibannya sebagai pemerintah sebuah bangsa, dan negara bertugas memberikan

perlindungan dan pelayanan kepada seluruh warganegara.

B. Tentang Komunitas Ekonomi ASEAN

Diberlakukannya ASEAN Commuity (Komuitas ASEAN) yang diajukan pada tahun 2015,

akan segera dirasakan pengaruhnya bagi pola komunikasi dan informasi serta pergerakan

manusia, bukan hanya sesama negara anggota ASEAN melainkan juga negara lain dari mana

pun, karena seluruh negara ASEAN terbuka bukan hanya untuk sesama warga aSEAN

melainkan juga di luarnya.

NU prihatin mengingat hal itu akan berpengaruh bagi nasib rakyat dalam jangka

panjang, kkususnya dalam hal ASEAN Economic Community (AEC) atau Komunitas

Ekonomi ASEAN. Itu berarti terjadinya integrasi ekonomi di antara negara-negara anggota

ASEAN. Persaingan lapangan kerja, produk-produk lokal dan harga serta ekspor – impor

akan bersaing secara bebas bukan hanya sesama negara ASEAN melainkan produk dari luar

ASEAN.

NU berpandangan bahwa melihat situasi pengagguran, kemiskinan, jarak ekonomi

antara kaya - miskin di Indonesia dan eksploitasi sumbedaya alam yang belum mampu

dikendalikan oleh pemerintah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Maka

Nahdlatul Ulama meminta dengan tegas dan keras kepada pemerintah Indonesia untuk

memperhitungkan betul implikasi pemberlakuan, baik ASEAN Community maupun ASEAN

Economic Community bagi Indonesia. Pemerintah harus melindungi sector-sektor ekonomi

kerakyatan yang justru terancam dengan permberlakukan AEC maupun AC.[ ]