materi 4(io metabolisme_dena arista_10334719)
DESCRIPTION
metabolismeTRANSCRIPT
TUGAS
INTERAKSI OBAT
MATERI 4
” Interaksi Obat Pada Proses Metabolisme ”
Oleh :
Dena Arista (10334719)
Dosen Pembimbing:
Dra. Refdanita, M.Si, Apt
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai “Interaksi obat dalam proses Metabolisme”.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan oleh sebab itu,
kami mohon maaf dan menerima dengan baik ktitik dan saran yang membangun sebagai bahan
pembelajaran baru. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
.
Jakarta, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2. Tujuan............................................................................................................. 5
BAB II : METABOLISME
2.1. Biotransformasi............................................................................................... 6
2.2. Reaksi-Reaksi Biotransformasi....................................................................... 7
2.3. Pengaruh First Pass Effect .............................................................................. 9
2.4. Induksi Enzim................................................................................................. 10
2.5. Inhibisi Enzim................................................................................................. 11
BAB III : INTERAKSI OBAT PADA PROSES METABOLISME
3.1. Interaksi Obat.................................................................................................. 12
3.2. Terjadinya Interaksi Obat di Dalam Tubuh..................................................... 12
3.3. Interaksi Obat Pada Proses Biotransformasi.................................................... 13
BAB IV : KESIMPULAN............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17
BAB Iiii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika dua jenis obat atau lebih yang diambil secara bersamaan, ada kemungkinan akan ada
interaksi di antara kedua obat tersebut. Interaksi tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
efektivitas dan / atau efek samping dari obat tersebut. Hal ini juga dapat mengakibatkan efek
samping yang baru, yaitu efek samping yang tidak terlihat dengan menggunakan salah satu obat itu
sendiri. Kemungkinan interaksi obat meningkat sebagai jumlah obat yang diambil oleh pasien
meningkat. Oleh karena itu, orang-orang yang mengambil beberapa jenis obat untuk pengobatan
merupakan resiko besar untuk interaksi. Interaksi obat berkontribusi pada biaya kesehatan yang
disebabkan oleh biaya perawatan medis yang diperlukan untuk merawat mereka. Interaksi juga
dapat mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan yang dapat dihindarkan.
Interaksi obat ialah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya
bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Biasanya antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara
obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan
kandungan infus.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME)
obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sifat farmakodinamik obat
tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang
sama.
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
innteraksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga
interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat
dalam jumlah besar. Contoh interaksi obat lain yang kini digunakan untuk memberikan manfaat
adalah pemberian bersamaan karbidopa dan levodopa (tersedia sebagai karbidopa/levodopa).
Levodopa adalah obat anti parkinson dan untuk menimbulkan efek harus mencapai otak dalam
keadaan tidak termetabolisme. Bila diberikan sendiri, levodopa dimetabolisme di jaringan tepi di
luar otak, sehingga mengurangi efektivitas obat dan malah meningkatkan risiko efek samping.
Namun, karena karbidopa menghambat metabolisme levodopa di perifer, lebih banyak levodopa
mencapai otak dalam bentuk tidak termetabolisme sehingga risiko efek samping lebih kecil.
Dengan begitu banyaknya interaksi obat yang dapat terjadi antara obat yang satu dengan
obat yang lain, maka kami ingin mengulas lebih jauh tentang interaksi obat terutama yang
berhubungan dengan metabolisme.
I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas makalah “Interaksi Obat Pada Proses Metabolisme” adalah
untuk memberikan pengetahuan yang lebih jelas kepada rekan-rekan mahasiswa/i Farmasi Institut
Sains dan Teknologi Nasional tentang interaksi obat yang mempengaruhi metabolisme.
v
BAB II
METABOLISME
2.1. Biotransformasi
Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak proses rumit yang umumnya didasari
suatu rangkaian reaksi, yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu fase farmasetik, fase
farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
Biotransformasi merupakan bagian dari fase farmakokinetik yang menyebabkan penurunan
konsentrasi obat dalam organisme.
Karena senyawa lipofil sebagian besar direasorpsi kembali ke dalam tubuli ginjal
setelah filtrasi glomerulus, maka senyawa ini hanya dapat diekskresi dengan lambat melaui
ginjal. Karena itu seandainya senyawa ini tidak diubah secara kimia, mungkin berbahaya
karena bahan-bahan demikian menetap dalam tubuh dan terakumulasi terutama dalam
jaringan lemak. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa organism memiliki system enzim
yang dapat mengubah xenobiotika lipofil menjadi bahan yang lebih hidrofil dan lebih ,mudah
dapat diekskresi. Laju eliminasi bahan yang larut dalam lemak bergantung sebagian besar
kepada berapa cepat senyawa ini dimetabolisme menjadi senyawa-senyawa yang lebih larut
dalam air dalam organism. Proses perubahan senyawa asing disebut biotransformasi.
Biotransformasi terjadi terutama dalam hati dan hanya dalam jumlah yang sangat
kecil pada organ lain (misalnya dalam usus, ginjal, paru-paru, limpa, otot, kulit, atau dalam
darah). Enzim yang terlibat dalam biotransformasi terdapat terikat pada struktur dan di
samping itu tak terikat pada struktur. Enzim yang terikat pada struktur terlokalisasi terutama
dalam membrane reticulum endoplasma (misalnya monooksigenase, glukoronil-transferase)
dan sebagian juga dalam mitokondria. Enzim yang tak terikat pada struktur terdapat sebagai
enzim yang larut (misalnya esterase, amidase, sulfotransferase). Enzim-enzim ini sebagian
besar tak spesifik terhadap substrat. Ini berarti bahwa enzim mampu mengubah substrat
dengan struktur kimia yang sangat berbeda. Di samping organ-organ tubuh sendiri, flora usus
juga membantu biotransormasi.
2.2. Reaksi-Reaksi Biotransformasi
2.2.1. Reaksi Fase 1
Reaksi biotransformasi yang mengubah molekul obat secara oksidasi, reduksi, atau
hidrolisis disebut reaksi fase 1. Sedangkan pada reaksi fase 2 terjadi penggabungan
(konjugasi) molekul-molekul obat dan juga metabolit-metabolit yang terjadi pada
reaksi fase 1 dengan senyawa tubuh sendiri. Dalam banyak hal, diperlukan reaksi fase 1
sebagai persyaratan reaksi konjugasi.
a. Reaksi oksidasi
Yang sangat penting untuk biotransformasi adalah reaksi oksidasi yang
melibatkan oksidase, monooksigenase, dan dioksigenase. Oksidase mengoksidasi
melalui penarikan hidrogen atau elektron. Oleh monooksigenase, satu atom oksigen
dari molekul oksigen diikat pada bahan asing dan atom oksigen lain direduksi
menjadi air.
Sebaliknya dioksigenase memasukkan kedua atom dari satu molekul
oksigen ke dalam xenobiotika. Monooksigenase (mikrosom) yang mengandung
sitokrom P-450 dan juga sitokrom P-448 –yang merupakan protein hem- memiliki
makna tersebar untuk biotransformasi oksidasi obat.
Istilah sitokrom P-450 dan P-448 dipakai karena terjadi absorpsi kuat dari
cahaya pada panjang gelombang 450 dan 448nm setelah reduksi dengan natrium
ditionit dan penyeimbangan CO.
Mikrosom adalah bagian pecahan dari retikulum endoplasma yang terjadi
pada sentrifugasi terfraksinasi dari homogenate sel hati (fraksi mikrosom). Enzim
yang terikat pada mikrosom disebut enzim mikrosom.
Substrat mula-mula terikat pada sitokrom P-450 dengan besi bervalensi 3.
Sekarang melalui suatu rangkaian alih elektron, terjadi pengalihan elektron pada
besi, dengan demikian besi menjadi bervalensi 2 pada sitokrom P-450. Hal ini telah
terbukti pada pada NADPH dan flavoprotein.
Setelah pelekatan oksigen molekul dan pengambilan satu elektron lain
melalui rangkaian alih kedua, kompleks terner mengurai sambil meregenerasi
sitokrom P-450 dengan besi bervalensi 3, menjadi substrat yang terhidroksilasi (P-
OH) dan air:
P-H + O2 + NADPH + H+ P-OH + H20 + NADP+
Monooksigenase yang mengandung sitokrom mengkatalisis hidroksilasi alifatik dan
aromatic, epoksidasi ikatan rangkap olefinik dan aromatic, dealkilasi oksidatif
senyawa N-alkil, O-alkil, dan S-alkil, deaminasi oksidatif dan oksidasi tioeter dan
amin menjadi sulfoksida dan juga hidroksilamina.
vii
Enzim pengoksidasi yang penting lain adalah:
- Alkoholdehidrogenase, yang mendehidrasi alkohol, khususnya etanol
menjadi aldehida
- Monoaminoksidase, yang umumnya bekerja secara oksidasi pada emina
biogenic (missal katekolamin)
- Aldehida-oksidase, yang mengubah aldehida menjadi asam
- N-oksidase, yang tidak mengandung sitokrom P-450 melainkan FAD dan
mengubah amina sekunder menjadi hidroksilamina, amina tersier
menjadi N-oksida.
b. Reduksi
Dibandingkan dengan oksidasi, reduksi hanya memegang peranan kecil
pada biotransformasi. Senyawa karbonil dapat direduksi menjadi alkohol oleh
alkoholdehidrogenase atau aldo-ketoreduktase sitoplasma. Untuk penguraian
senyawa azo mejadi amina primer melalui tahap hidrazo tampaknya ada beberapa
enzim yang terlibat, diantaranya NADPH-sitoktrom P450-reduktase.
Yang masih belum diketahui seluruhnya ialah enzim yang terlibat dalam
reduksi senyawa nitro menjadi amina yang sesuai. Secara toksikologik berarti
dehalogenasi reduktif, misalnya pada karbromal serta dari karbontetraklorida
menjadi kloroform.
c. Biohidrolisis
Reaksi biohidrolisis penting:
- Penguraian ester dan amida menjadi asam dan alkohol serta amina oleh
esterase (amidase)
- Pengubahan epoksida menjadi diol berdampingan (visinal) oleh
epoksidahidratase (sinonim epoksidahidrolase)
- Hidrolisis asetal (glikosida) oleh glikosidase
Ester dan amida dihidrolisis oleh enzim yang sama menurut pengetahuan saat ini,
sesungguhnya ester lebih cepat dihidrolisis daripada amida. Enzim ini teradapat baik
intrasel maupun ekstrasel, terikat pada mikrosom dan dalam bentuk terlarut.
Untuk metabolism bahan asing, terutama penting sekali pseudokolin-esterase dan
yang disebut ali-esterase, yang menguraikan terutama ester alifatik dan amida serta
aril-esterase yang memiliki afinitas tinggi terhadap ester dan amida aromatik.
Epoksidahidratase, yang terapat dalam suatu kompleks nekaenzim dengan
monooksigenase, memiliki arti untuk penguraian epoksida.
2.2.2. Reaksi Fase 2
Reaksi konjugasi berlangsung melibatkan transferase yang kebanyakan spesifik.
Reaksi konjugasi mencakup:
a. Reaksi antara senyawa yang mempunyai gugus hidroksil-alkohol atau fenol, gugus
amino, gugus sulfhidril, dan sebagian juga gugus karboksil dengan senyawa tubuh
sendiri yang kaya akan energi
b. Reaksi penggabungan antara senyawa asing, setelah diaktivasi dengan senyawa
tubuh sendiri (tidak teraktivasi)
Reaksi fase 2 terpenting adalah:
a. Konjugasi dengan asam glukoronat aktif
b. Asam Amino (terutama glisin)
c. Sulfat aktif
d. Asam asetat aktif
e. S-adenosilmetionin
f. Serta pembentukan turunan asam merkapturat
2.3. Pengaruh First Pass Effect
Seluruh darah vena, saluran cerna dan dengan demikian juga senyawa-senyawa yang
terdapat didalamnya mencapai vena porta dan melalui ini darah memasuki hati. Jadi sebelum
obat-obat yang diabsorpsi dari mukosa lambung atau mukosa usus halus mencapai jantung
dan sirkulasi paru-paru serta sirkulasi tubuh, senyawa-senyawa harus melewati hati.
Agar berkhasiat, yang penting apakah dan berapa besar senyawa tersebut pada lintasan
pertama dimetabolisme oleh mukosa saluran cerna serta diekstraksi dan atau diubah secara
bikomia oleh hati. Dalam hal ini dikatakan pengaruh lintas pertama (first pass effect).
Pengaruh lintas pertama mengkarakterisasi bagian suatu bahan yang dimetabolisme
pada lintasan pertama ini atau ditahan oleh hati. Senyawa-senyawa yang pengaruh lintas
pertamanya relative besar adalah, misalnya, beta-bloker, propanolol, dan alprenolol,
anaestetika local, anti aringialidokain, hemoterapetika nitrofurantoin, dan khususnya obat
penyakit koroner nitrogliserin. Obat-obat ini diberikan perlingual tidak hanya karena
timbulnya kerja yang lebih cepat melainkan juga karena pengaruh lintas pertamanya.
ix
2.4. Induksi Enzim
Banyak xenobiotika (dan dengan demikian juga obat), khususnya senyawa yang larut
baik dalam lemak dengan masa kontak dalam hati yang lama, mampu menginduksi
peningkatan pembentukan enzim-enzim yang terlibat pada biotransformasi. Karena itu disebut
sebagai induktor (enzim) dan dibedakan menurut enzim yang diinduksi:
a. Jenis fenobarbital
b. Jenis metilkolantren
Induktor jenis fenobarbital, yang sangat penting untuk metabolisme bahan obat, menaikkan
proliferasi retikulum endoplasma dan dengan demikian bekerja menaikkan dengan jelas bobot
hati. Induksi menyangkut terutama sitokrom P-450, disamping itu, antara lain,
glukoroniltransferase, glutationtransferase, dan epoksidahidrolase lebih banyak dibentuk.
Induksi terjadi relative cepat dalam waktu beberapa hari.
Sebagai akibat induksi enzim maka kapasitas penguraian dan dengan demikian laju
biotranformasi meningkat. Peningkatan biotranformasi tidak hanya pada induktor enzim
meYlainkan juga obat-obat lain, bahan khasiat tubuh sendiri (misalnya hormone steroid) atau
senyawa essensial (misalnya vitamin D). Waktu paruh biologi semua senyawa ini
dipersingkat. Apabila inductor dihentikan, kapasitas penguraian dalam waktu beberapa hari
sampai beberapa minggu menurun sampai pada tingkat asalnya.
Untuk terapi dengan obat, induktor enzim meberi akibat berikut:
- Pada pengobatan jangka panjang dengan induktor enzim, terjadi penurunan konsentrasi
bahan obat yang dapat mencapai tingkat konsentrasi dalam plasma pada awal
pengobatan denngan dosis tertentu.
- Kadar bahan berkhasiat tubuh sendiri dalam plasma dapat menurun sampai dibawah
angka normal.
- Pada pemberian bersama obat lain terdapat bahaya interaksi obat yang kadang
berbahaya.
Selama pemberian induktor enzim, konsentrasi obat kedua dalam darah juga dapat menurun.
Apabila karena itu dosis ditinggikan untuk mendapatkan efek yang samamaka pada
penghentian induktor, kadar obat dalam darah dapat meningkat diatas angka kritis. Induktor
jenis metilkolantren, yang termasuk disini khususnya karbohidrat aromatic (missal benzpiren,
metilkolantren, fenantren) dan beberapa herbisida, terutama meningktkan sintesis sitokrom P-
448 dan sintesis glukoroniltransferase. Proliferasi retikulum endoplasma dan dengan demikian
kenaikan bobot hati hanya sedikit menonjol.
2.5. Inhibisi Enzim
Seperti halnya induksi enzim bekerja pada obat-obat yang secara kimia sangat berbeda
maka terdapat banyak bahan obat yang menghambat proses biotransformasi dan dengan
demikian dapat memperpanjang kerja dan menaikkan kerja senyawa-senyawa lain.
penghambatan penguraian secara kompetitif. Inhibisi enzim dapat terjadi sebagai berikut:
bahan obat menyebabkan penurunan sintesis atau menaikkan penguraian enzim retikulum
endoplasma, atau antara 2 obat atau beberapa obat terdapat persaingan tempat ikatan pada
enzim dan dengan demikian menyebabkan
xi
BAB III
INTERAKSI OBAT
PADA PROSES METABOLISME
3.1. Interaksi Obat
Pada penulisan resep, sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka
mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat
memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Menurut jenis mekanisme kerja dibedakan:
a. Interaksi obat farmakodinamik, meliputi:
Pengaruh berlawanan terhadap kadar gula
Pengaruh berlawanan tehadap tekanan darah
Peningkatan nefrotoksisitas dan ototoksisitas
Peningkatan relaksasi otot
Peningkatan toksisitas glikosida jantung
Peningkatan kecenderungan perdarahan
b. Intereksi obat farmakokinetik, meliputi:
Interaksi obat pada proses absorpsi
Interaksi obat pada proses distribusi
Interaksi obat pada proses biotransformasi
Interaksi obat pada proses eliminasi
3.2. Terjadinya Interaksi Obat di Dalam Tubuh
Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-obatan lain,
makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila ada peningkatan atau penurunan
dalam:
(1) penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh;
(2) distribusi obat dalam tubuh;
(3) perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme) ; dan
(4) penghapusan obat dari badan.
Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari dalam penyerapan,
metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi obat juga dapat terjadi bila dua obat yang
sama (tambahan) efek atau berlawanan (membatalkan) efek bertindak bersama pada tubuh.
Sumber lain dari interaksi obat terjadi ketika obat mengubah satu konsentrasi dari bahan yang
biasanya hadir di dalam tubuh. Perubahan yang substansi ini mengurangi atau meningkatkan
efek obat lain yang sedang diambil.
Kebanyakan obat-obatan yang diserap ke dalam darah dan kemudian pergi ke tempat tindakan
mereka. Kebanyakan obat yang berinteraksi diubah karena penyerapan terjadi di usus.
Terdapat berbagai potensi mekanisme melalui penyerapan obat-obatan dapat dikurangi.
Mekanisme ini termasuk perubahan dalam aliran darah ke usus, metabolisme (perubahan dari
obat) oleh usus, peningkatan atau penurunan pemindahan usus secara cepat (gerakan) di dalam
usus, perubahan keasaman di dalam perut, dan perubahan dari bakteri usus. Penyerapan obat
juga dapat dipengaruhi jika kemampuan obat untuk larut (solubility) diubah oleh obat lain, atau
jika substansi (misalnya makanan) mengikati obat dan mencegah penyerapannya.
3.3. Interaksi Obat Pada Proses Biotranformasi
oleh Kebanyakan obat dihapuskan melalui ginjal baik dalam bentuk yang tidak
berubah atau sebagai oleh-produk yang dihasilkan dari metabolisme (perubahan) dari obat
oleh hati. Oleh karena itu, hati dan ginjal adalah tempat yang sangat penting yang berpotensi
berinteraksinya obat. Beberapa obat dapat mengurangi atau meningkatkan metabolisme obat
lain oleh hati atau penghapusan mereka ginjal.
Metabolisme obat-obatan adalah proses yang melalui konversi tubuh (mengubah
atau memodifikasi) obat ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk tubuh menghilangkannya
melalui ginjal. (Proses ini juga mengubah obat yang diberikan dalam bentuk yang tidak
aktif menjadi bentuk yang aktif yang sebenarnya menghasilkan efek yang dikehendaki.)
Kebanyakan metabolisme obat berlangsung di hati, tetapi organ-organ lainnya juga dapat
berperan (misalnya, ginjal). The cytochrome P450 enzymes adalah sekelompok enzim dalam
hati yang bertanggung jawab atas sebagian besar metabolisme obat. Mereka, oleh karena itu
sering terlibat dalam interaksi obat. Obat-obatan dan beberapa jenis makanan dapat
meningkatkan atau menurunkan kegiatan enzim ini dan oleh karena itu akan mempengaruhi
konsentrasi obat-obatan yang dimetabolis oleh enzim ini. Peningkatan dalam kegiatan enzim
ini mengarah ke penurunan konsentrasi dan efek pada tindakan obat. Sebaliknya, penurunan
dalam aktivitas enzim mengarah ke peningkatan konsentrasi obat dan efek.
xiii
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu
sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung
cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara sipfofloksasin
dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%.
Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa
meninggikan kadar metadon secara bermakna. Dengan cara yang sama seperti albumin
plasma, mungkin terjadi persaingan terhadap enzim yang berfungsi untuk biotransformasi
obat, khususnya sitokrom P-450 dan dengan demikian mungkin terjadi metabolisme yang
diperlambat. Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan,
yaitu:
2.2.3. Pemacuan enzim (enzyme induction)
Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat objek)
sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan kecapatan eliminasi
(pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar obat dalam darah
dengan segala konsekuensinya. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat
disebut sebagai enzyme inducer. Induktor enzim misalnya kelompok barbiturat,
sebaliknya menyebabkan biotransformasi yang lebih cepat dari sejumlah besar obat.
Jika induktor enzim dihentikan dan dosis obat kedua tidak dikurangi pada saat yang
sama, maka kadang-kadang terdapat bahaya kelebihan dosis karena efek induksi
ditiadakan, dalam hal ini telah diketahui terjadinya kasus perdarahan yang parah jika
pasien infrak jantung meninggalkan rumah sakit dengan terapi antikoagulan dan di
rumah tidak menggunakan obat tidur lagi.
Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni :
- Rifampisin,
- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.
Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh
enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom hepar yang paling banyak dan paling mudah
dipicu.
Interaksi melalui induksi enzim
Induktor Penguraian dipercapat dari Kerja
FenobarbitalTurunan kumarin Antikoagulasi tidak cukup
Griseofulvin
Karbamazepin
Kontraseptiva oral Kegagalan kontrasepsiFenobarbital
Fenitoin
Rifampisin
Fenobarbital Griseofulvin Kerja tidak cukup
Fenobarbital Vitamin D Kerja tidak cukup
2.2.4. Penghambatan enzim (enzyme inhibitor)
Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat yang
mempunyai kernampuan menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal
sebagai penghambat enzim. Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah
meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena
terhambatnya proses eliminasi obat. Seperti misalnya penguaraian fenitoin atau
tolbutamida dihambat oleh isoniazid, kloramfenikol, atau antikoagulan. Kadar
difenilhidantoin dalam plasma dapat meningkat sampai daerah toksik. Bahan obat lain
yang menghambat metabolisme oksidasi senyawa lain adalah simetidin.
Obat-obat yang dikenal dengan menghambat aktifitas enzim metabolisme obat
adalah:
- kloramfenikol
- isoniazid
- simetidin
- propanolol
- eritromisin
- fenilbutason
- allopurinol
xv
Interaksi melalui penghambatan biotransformasi
InhibitorPenguaraian yang terhenti
dariKerja
KloramfenikolTurunan kumarin Bahaya pendarahan
Simetidin
Kloramfenikol
Tolbutamid HipoglikemiaTurunan kumarin
Sulfafenazol
Turunan kumarin Klorpropamid Hipoglikemia
Kloramfenikol
Difenilhidantion Ataksia
Simetidin
Turunan kumarin
Isoniazid
Sultiam
Simetidin
DiazepamEfek diperkuat dan
diperpanjangPropanolol
Metoprolol
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan yaitu
Inhibisi Enzim dan Induksi Enzim.
- Inhibisi enzim : obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B,
sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis (meningkatkan
efek obat)
- Induksi enzim : obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat yang
memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang,
sementara efektivitas obat A tidak berubah.(menurunkan efek obat)
- Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan obat-obat yang berinteraksi pada proses
metabolisme, antara lain :
No. Obat Objek Obat Praesipitan Mekanisme Interaksi Efek/Akibat
1
Turunan kumarin
FenobarbitalInduksi Enzim
Antikoagulasi
berkurang2 Griseofulvin
3 KloramfenikolInhibisi Enzim Bahaya pendarahan
4 Simetidin
5
Kontraseptiva oral
Karbamazepin
Induksi EnzimKegagalan
kontrasepsi
6 Fenobarbital
7 Fenitoin
8 Rifampisin
9 Griseofulvin Fenobarbital Induksi EnzimKerja griseofulvin
berkurang
10 Vitamin D Fenobarbital Induksi EnzimKerja Vitamin D
berkurang
11
Tolbutamid
Kloramfenikol Inhibisi Enzim Hipoglikemia
12 Sulfafenazol
13 Turunan kumarin
14 Klorpropamid
xvii
15
Difenilhidantion Inhibisi Enzim Ataksia
16 Kloramfenikol
17 Simetidin
18 Isoniazid
19 Sultiam
20 Diazepam
Simetidin Inhibisi EnzimEfek diperkuat dan
diperpanjang21 Propanolol
22 Metoprolol
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Kedokteran Medicinal Vol. 3, No. 01 Januari 2002
Ernst Mutschler, Dinamika Obat Edisi Kelima, ITB Bandung
Farmakologi Dan Terapi Edisi Kelima 1995 , Fakultas Kedokteran UI jakarta
www.Otsuka.co.id
www.farklin.com
xix