masuknya islam di indonesia
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan
perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong
pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam
hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi
sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat-
pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka dapat saling
mengenal budayayang dibawa oleh masing-masing pedagangyang dapat dilihat dari bahasa,
barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab,
Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya
Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia
melalui pendekatan budaya.
sedang mengenai awal masuk isal mke pulau nusantara, cukup sulit untuk menentukan waktu
yang pasti, hal ini dikarenakan minimnya data-data kongkret yang mendukung untuk
mengugkapkan semua itu. Masalahnya bangsa Indonesia cukup lama mendekam di bawah
kaki pejajah, sedang penjajah sendiri tampaknya membawa isi ganda, di satu pihak ia adalah
imperialis yang berusaha untuk menguasai bangsa jajahanya, sementara di lain pihak
membawa misi injil. Karenanya tidak menutup kemungkinan adanya usaha-usaha pengaburab
atau menghilangkan bukti-bukti sejarah yang pada intinya merupakan penyelewengan
terhadap sejarah islam di Indonesia
Berikut ini beberapa pendapat tentang awalnya masuk islam ke Indonesia:
1. Prof. Syed Naquib al-Attas.
Catatan paling tua mengenai kemungkinan sudah bermukimnya orang-orang
muslim di kepulauan Indonesia adalah bersumber laporan Cina tentang
pemukiman Arab di Sumatera Utara yang dikepalai oleh seorang Arab pada tahun
55 atau 672 M
2. Gerini
Seorang sejarawan dalam further india and Indo Malay Archipelago, yang
didukung penulis Harry W. Hazzard dalam ‘’Atlas of Islamic History’’
menyatakan bahwa orang Islam yang pertama mengunjungi Indonesia amat boleh
jadi adalah saudagar Arab dalam abad ke-7M yang singgah di Sumatera ketika
mengadakan perjalanan menuju Cina.
3. Juned Pariduri.
Beliau bependapat bahwa di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang
berangka tahun Haa-Miim yang berarti tahun 48 H atau 670 M dengan demikian
agama islam sudah masuk di Barus Tapanuli Sumatera Utara pada tahun 670 M.
4. Thomas W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam menyatakan bahwa
pada abad ke-7 M di pantai Barat Pulau Sumatera sudah didapati suatu kelompok
perkampungan orang-orang Arab.
5. Pada seminar masuknya Islam di Indonesia yang di selenggarakan di Medan pada
tahun 1963 menyimpulkan sebagai berikut:
a. Menurut sumber bukti yang baru, Islam pertama kali dtang ke Indonesia pada
abad ke-7 M dibawa oleh pedagang dan mubalig dari negeri Arab.
b. Daerah yang pertama kali dimasuki ialah pantai barat Pulau Sumatera yaitu
daerah Baros. Tempat kelahiran ulama besar yang bernama Hamzah Fansyuri.
c. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam bangsa Indonesia
ikt aktif mengambil bagian yang berperan dan proses itu berjalan secara
damai.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, cukup memberikan gambaran kepada
kita bawa kuat dugaan bahwa islam memang benar-benar sudah masuk ke kepulauan
Nusantara pada sekitar abad ke-1 H atau 7 M, minimal kita bisa meragukan kebenaran
pendapat yang mengatakan bahwa Islam itu baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13
sebagaimana banak ditulis ahli-ahli sejarah non-islam.
Kenyataan tersebut apalagi bila kita hubungkan dengan sejarah masuknya Islam di Tiongkok-
Cina yaitu pada zaman Khalifah Ustman bin Affan yang pada waktu itu di Cina sedang
berkuasa Dinasti Tang dan Pedagang Islam bangsa Cina sndiri sudah dominan di daerah
Canton pada abad ke-2 H atau 8 M serta para ulama islam bangsa Tiongkok pada waktu itu
sudah ada yang menjadi Khatib dan imam jumat, maka tidak mustahil jika pada bad ke-7 M
sudah ada orang Islam yang masuk di Indonesia, mengingat letak geografis Indonesia sangat
strategis, berada di tengah perjalanan atara Timur Tengah dengan Tiongkok sudah berjalan
ramai sejak berabad-abad sebelum datangnya agama islam.
menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah,
terdapat pula 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di
atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal
negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Teori- teori
tersebut adalah sebagai berikut:
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal
dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.
Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran
agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya
bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di
samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para
mubaligh.
a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia
maupun para pedagang Indonesia .
Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir.
Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar
Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu
datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari
berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling
memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan,
bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang
umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para
pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia
yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan
kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada
sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang
dimasyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang
menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah
komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari
situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang.
Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal
para pengusaha perkapalan . Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan
internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan
arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para
pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu
masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-
kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara
sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan
ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda
Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore.
Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian
banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di
dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas
persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang
Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki
ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada
perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
c. Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai
pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh
yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini
berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu
menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di
samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan
Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang
yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini
dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah
tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan
(yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada
abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik . Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar
Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial .
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban,
Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di
Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara
menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa
Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni
bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak
antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa,
dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Sumber:
http://adeut.blogspot.com/2007/06/proses-masuk-dan-berkembangnya.html
http://islamic-ind.blogspot.com/
http://sciencebysweadwidodo.blogspot.com/
Drs. Hasbulloh, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: lintasan sejarah pertumbuhan dan
perkembanganya, Rajawali Pers, Jakarta, 1995