masterplan percepatan dan perluasan pembangunan indonesia koridor ekonomi papua-kepulauan maluku

16
TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU NAMA ANGGOTA: 1. Rika Sri Amalia (16309863) 2. Yogi Oktopianto (16309875) 3. Yurista Vipriyanti (16309876) UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

Upload: yogi-oktopianto

Post on 20-Jun-2015

2.300 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

TRANSCRIPT

Page 1: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN INDONESIA

KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

NAMA ANGGOTA:

1. Rika Sri Amalia (16309863)

2. Yogi Oktopianto (16309875)

3. Yurista Vipriyanti (16309876)

UNIVERSITAS GUNADARMA

2012

Page 2: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

1. PENDAHULUAN

Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat,

Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan

pusat pengembangan 3 sektor, yaitu :

a. Pangan (Pertanian)

b. Perikanan

c. Pertambangan nasional

a. Sektor Pertanian

Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan

bagi penduduknya. Namun perkembangan pertanian di kawasan timur khususnya Papua

dan kepulauan Maluku masih ketinggalan dari provinsi lainnya. Maka dari itu,

berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2007 Presiden

mengamanatkan agar dilakukan usaha percepatan pembangunan Provinsi Papua dan

Page 3: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Papua Barat yang meliputi beberapa aspek pembangunan salah satunya infrastruktur

pertanian pangan.

Dalam rangka mengantisipasi krisis pangan dan energi, kawasan Merauke telah

ditetapkan sebagai lumbung pangan dan energi, karena memiliki lahan datar dan subur.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan dibuatnya program

pengembangan MIFEE ( Merauke Integrated Food and Energy Estate) yang sesuai

dengan PP No. 18 Tahun 2010 tentang usaha budidaya tanaman.

MIFEE merupakan kegiatan usaha budidaya tanaman skala luas yang dilakukan

dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), modal, serta organisasi dan manajemen modern. Dengan

memanfaatkan lahan yang luas di Papua Barat, MIFFE melakukan beberapa strategi

untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian.

1. Mengolah Sumber daya lahan yang tersedia di Papua

2. Menjadikan Papua sebagai penghasil kelapa sawit terbesar

3. Menjadikan Papua dan Maluku sebagai penghasil devisa terbesar untuk negara

b. Sektor Perikanan

Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan

perlu dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang

terintegrasi, efisien, berkualitas, dengan konsepsi Minapolitan. Kawasan minapolitan

dikota Ambon ditetapkan oleh menteri kelautan dan Perikanan dengan SK No.

32/MEN/2010 tanggal 14 mei 2010 kemudian diikuti oleh SK wali kota Ambon tentang

kawasan minapolitan kota ambon dan SK tentang Pembentukan kelompok Kerja

(POKJA) Kota Ambon, dan didukung oleh sejumlah dokumen perencanaan yaitu

Rencana Induk Pengembangan Minapolitan, RPIJM, RPJP, RPJM, RTRW, Rencana

Page 4: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Detail Kawasan Strategis Perikanan Kota Ambon, Rencana Zonasi Kota Ambon, dan

Rencana Tata Ruang Pesisir.

Untuk mendukung program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang

menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, maka beberapa daerah di Maluku

yang merupakan daerah sentra perikanan bakal dijadikan sebagai Kota Minapolitan.

c. Sektor Pertambangan

Berdasarkan pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meiputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan

dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

Sumber daya mineral adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lagi, pada

suatu saat sumber daya tersebut tidak akan ada lagi di bumi, jika terus-menerus

digunakan. Demikian pula di Indonesia, meskipun kita memiliki berbagai macam

sumberdaya mineral, namun jika terus di ekploitasi maka suatu saat nanti akan habis.

Sektor pertambangan mempunyai manfaat sangat penting bagi pembangunan,

modernisasi, pertumbuhan ekonomi di banyak Negara di dunia, terlebih lagi bagi Negara-

negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun juga menimbulkan banyak persoalan

terhadap lingkungan hidup dan sosial dimana ia dioperasikan.

Page 5: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Tabel Potensi Mineral Tambang di Indonesia

Komoditas Sumber daya Cadangan Produksi Masa hidup

(tanpa

eksplorasi)

Batubara 50 milyar ton 5 milyar ton 160 juta ton 30 tahun

Emas (logam) 4,3 juta ton 2,5 juta ton 141,02 ton 19 tahun

Perak (logam) 11 juta ton 5 juta ton 285,21 ton 21 tahun

Timah (logam) 1,87 juta ton 399,8 ribu ton 66,28 ribu ton 7 tahun

Tembaga

(logam)

33,80 juta ton 22,27 juta ton 1,01 juta ton 31 tahun

Nikel (bijih) 820,82 juta ton 63,32 juta ton 4,40 juta ton 15 tahun

Sumber : DESDM, 2004

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa sumberdaya alam mineral di

Indonesia sangat besar dan terancam punah bila dieksploitasi secara berlebihan.

Page 6: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Dalam pengeksploitasian sumber daya alam dibutuhkan strategi pembangunan dalam

pertambangan agar sumber daya alam tersebut tidak cepat habis. Eksploitasi sumber daya

alam ini nantinya akan mempengaruh pembangunan infrastruktur yang ada di daerah

tersebut. sumber daya yang dikhususkan untuk pemeliharaan, perencanaan, dan penilaian

proyek harus ditingkatkan. Persediaan infrastruktur yang produktif tidak mungkin terus

bertambah, kecuali sumber daya yang dikhususkan untuk perencanaan dan pemeliharaan

benar-benar ditingkatkan.

Berikut ini adalah strategi bertahap pembangunan berkelanjutan yang diterapkan di

daerah Papua dan Papua Barat yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat adalah :

1. Mengoptimalkan hubungan fungsional antara Pemerintah Pusat, Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat, serta kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat

2. Melakukan percepatan pengembangan infrasturktur energi, komunikasi, perumahan,

air bersih dan sanitasi yang menjangkau seluruh wilayah

3. Mengembangkan ekonomi yang berdaya saing melalui pengembangan klaster pada

kawasan strategis di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memerhatikan

MP3EI pada koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku.

2. PERMASALAHAN

a. Sektor Pertanian

Ketertinggalan pembangunan sektor pertanian Papua terutama Papua Barat

disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

Page 7: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

a. Keterbatasan infrastruktur penunjang pertanian

b. Belum berkembangnya kelembagaan pertanian

c. Terbatasnya jumlah maupun tingkat keterampilan sumber daya manusia

d. Rendahnya minat investasi

e. Tidak kuatnya kepastian hukum bekenaan dengan penguasaan lahan

f. Belum berkembangnya teknologi pasca panen dan agroindustri, dan

g. Rendahnya akses petani terhadap pasar

Beberapa hal diatas menjadi kendala dalam pembangunan sektor pertanian di Papua,

namun disisi lain Papua Barat memiliki sumber daya lahan yang sangat berpotensi untuk

pengembangan pertanian. Berdasarkan atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia, dari

9,9 juta ha luas lahan di provinsi Papua Barat, seluas 2,7 juta ha berpotensi untuk

pertanian, tetapi baru sekitar 0,94 juta ha (33%) yang sudah dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian (BPS Papua Barat, 2006).

b. Sektor Perikanan

1. Mendorong pelaksanaan program Mega Minapolitan di Morotai

Minapolitan merupakan konsep manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan

dan perikanan. Program ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi

perikanan dan kelautan dengan fokus pada peningkatan produksi dan pendapatan

rakyat. Minapolitan merupakan sebuah model dari Revolusi Biru yang digalakkan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan mengubah mindset

pembangunan yang berorientasi darat ke berorientasi maritim. Sementara untuk

pemberdayaan masyarakat perikanan di Morotai telah memprogramkan berupa

pemberian bantuan pemberdayaan, pengadaan dermaga serta pengadaan kapal.

Page 8: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

2. Pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional

Maluku merupakan salah satu provinsi dengan bentuk kepulauan di wilayah

Indonesia bagian Timur dan terdiri dari beberapa gugusan pulau. Provinsi Maluku

memiliki luas wilayah total sebesar 712.479,65 km2 dan 92,4% dari luas tersebut

merupakan wilayah perairan laut (658.294,69 km2). Kondisi geografis inilah yang

menjadi salah satu alas an kuat untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan lumbung

ikan nasional di Maluku agar dapat segera mendongkrak peningkatan ekonomi daerah

maupun ekonomi nasional. Untuk mewujudkan Kepulauan Maluku sebagai Lumbung

Ikan Nasional (LIN), maka disusunlah Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung

Ikan Nasional yang mencakup rencana strategi dan rencana program pengembangan

wilayah.

Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 , untuk

sebuah kawasan minapolitan, pemerintah daerah perlu menyiapkan beberapa

persiapan yaitu Rencana Induk yang diimplementasikan melalui Rencana

Pengusahaan dan Rencana Tindak.

c. Sektor Pertambangan

Suatu strategi pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan secara ekonomi, jika

menciptakan penghasilan yang bertahan untuk beberapa generasi ke depan dan bukan

hanya untuk beberapa dekade. Tanpa perencanaan, eksploitasi sumber daya tak-

terbarukan akan mengalami siklus tumbuh-layu dan hanya meninggalkan kesempatan-

kesempatan yang sudah merosot. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan

bahwa permasalahan yang ada di kawasan pertambangan Indonesia ini adalah :

Page 9: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

1. Menangani eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh pihak illegal akibat

kurangnya peraturan yang mengikat masalah tersebut.

2. Regulasi perizinan usaha pertambangan yang ada di daerah Sorowako dan Timika,

untuk diperjelas di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR

KSN) Sorowako dan Timika.

3. PEMBAHASAN

a. Sektor Pertanian

Dengan mewujudkan ketahanan pangan nasional, diperlukannya pengendalian untuk

mengatur program MIFEE agar tidak melenceng dari tujuan awal. Berikut ini regulasi dan

kebijakan untuk melaksanakan pengembangan MIFEE tersebut, ada beberapa hal terkait

yang harus dilakukan antara lain :

Pengembangan lahan food estate secara bertahap diatur pada UU No. 2 Tahun 2012

tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

Percepatan proses pelepasan kawasan hutan untuk food estate karena pada program

Sosialisai pada masyarakat setempat tentang pelaksanaan dan manfaat program

MIFEE bagi kesejahteraan masyarakat

Infrastruktur pengembangan MIFEE juga memerlukan dukungan infrastuktur yang

meliputi :

Dibutuhkannya konektivitas darat yang menghubungkan kebun kelapa sawit dengan

lokasi penggilingan dan pelabuhan.

Peningkatan dan pengembangan jalan dan jembatan di masing-masing klaster sentra

produksi pertanian

pengembangan jaringan irigasi untuk pertanian

Page 10: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Pembangunan pabrik pupuk organik di Wasur, serapu, tanah miring, wapeko,

onggaya, sota dan proyek amoniak urea di tangguh

Pembangunan balai penelitian dan pengembangan teknologi pertanian.

Pendirian sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui

pelatihan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas perguruan tinggi, sebagaimana

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3 menyebutkan “melakukan

revitalisasi pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh kampung untuk

menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi masa depan Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat”.

b. Sektor Perikanan

Pembentukan Mega Minapolitan ini didasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil dengan memanfaatkan

wilayah Pesisir Maluku. Dalam penataan ruang dari Mega Minapolitan ini, pemerintah

daerah merujuk kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

06/MEN/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang

Penetapan Kawasan Minapolitan.

Tujuan program Mega Minapolitan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal 3 adalah meningkatkan produksi produk kelautan

dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, mengembangkan kawasan minapolitan

sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.

Dalam pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) dibutuhkan

pengembangan dukungan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan seperti :

Page 11: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

a Pelabuhan Perikanan

b Balai Benih Ikan

c Unit Pengolahan Ikan

d Pemukiman Nelayan

c. Sektor Pertambangan

1. Regulasi Eksploitasi Sumberdaya Alam

Untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, perlu ditetapkan Peraturan Presiden

tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung untuk Penambangan Bawah Tanah.

Pada UUD 1945 pada pasal 4 ayat 1, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2010 dan UU Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan mengenai penggunaan kawasan Hutan

lindung untuk penambangan bawah tanah.

Pada pasal 1 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan bahwa

Penambangan bawah tanah di hutan lindung adalah penambangan yang kegiatannya di

lakukan di bawah tanah (tidak langsung berhubungan dengan udara luar) dengan cara

terlebih dahulu membuat jalan masuk berupa sumuran atau terowongan (tunnel) atau

terowongan buntu termasuk sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan produksi di

hutan lindung.

Pada pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan proses

permohonan izin penggunaan kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan

bawah tanah. Dalam pasal ini proses permohonan secara tertulis oleh pemohon kepada

Menteri dengan tembusan kepada :

1. Menteri yang bertanggungjawab di bidang energi dan sumber daya mineral

Page 12: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

2. Menteri yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup

3. Gubernur setempat, dan

4. Bupati/walikota setempat

Permohonan izin harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Kelayakan usaha di bidang pertambangan yang dinyatakan di dalam Studi

Kelayakan Hasil Eksplorasi

2. Keputusan kelayakan lingkungan berdasarkan hasil penilian AMDAL yang

disesuaikan dengan fungsi pokok hutan lindung

3. Rekomendasi dari pihak bupati/walikota dan gubernur setempat

4. Pertimbangan teknis dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

izini atau perjanjian di sektor pertambangan

5. Rencana penggunaan kawasan hutan lindung dan penambangan di bawah tanah

6. Pernyataan kesanggupan di hadapan notaris

Bila regulasi Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dilaksanakan dengan baik,

maka penggunaan sumber daya alam dapat diawasi dan eksploitasi sumber daya alam

dapat diminimalisir.

Dalam rangka menunjang pembangunan industri dalam negeri perlu penataan kembali

pemberian izin usaha pertambangan untuk mineral bukan logam dan batuan dan

memberikan kepastian hukum bagi pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya

Pengusahaan Pertambangan Batubara mengenai tata cara permohonan izin usaha

pertambangan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Page 13: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

2. Kawasan Timika di Provinsi Papua dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRW) telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang

direncanakan masuk ke dalam tahapan pengembangan I.

Pengembangan kawasan strategis yang dimaksud diatas adalah pengembangan yang

difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat

ditingkatakan nilai tambahnya, sumber daya manusia terampil dan infrastruktur wilayah

yang memadai guna mendukung investasi yang berbasis pada potensi ekonomi lokal,

serta disinergikan dengan MP3EI pda koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR KSN) Sorowako

dan Timika adalah salah satu contoh Ruang Tata Ruang yang pola ruangnya

diperuntukkan sebagai kegiatan budidaya pertambangan. KSN Sorowako dan KSN

Timika merupakan KSN yang ditetapkan dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber

daya alam dan/atau teknologi tinggi. Berdasarkan isu strategisnya, KSN Sorowako

diarahkan terutama sebagai kawasan penghasil nikel terbesar se Indonesia.

Sesuai dengan amanat pasal 20 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan

pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan

rencana pembangunan jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah nasional, penataan ruang kawasan strategis nasional dan

penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Untuk provinsi Papua Barat diberlakukan pula RTRW Papua Barat yang didukung

oleh Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi

Page 14: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Papua Barat. Rencana Tata Ruang (RTR) Papua disusun berdasarkan 9 prinsip kebijakan

Nasional.

4. PENUTUP

A. Kesimpulan

Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat,

Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan

pusat pengembangan 3 sektor, yaitu :

a. Pangan (Pertanian)

b. Perikanan

c. Pertambangan nasional

Tiap sektor memiliki permasalahan yang nantinya mempengaruhi percepatan dan

perluasan pembangunan dari daerah tersebut.

Regulasi yang berhubungan dengan masterplan percepataan dan perluasan

pembangunan :

1. Sektor Pertanian

- UU No. 2 Tahun 2012

- Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3

2. Sektor Perikanan

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal tentang

Minapolitan

- Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau Kecil

Page 15: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/MEN/2010 tentang

Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang

Penetapan Kawasan Minapolitan.

3. Sektor Pertambangan

- Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011

- Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

- Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi

Provinsi Papua Barat

B. Saran

Koridor ekonomi di Papua – Kepulauan Maluku merupakan koridor ekonomi yang

memprioritaskan pemanfaatan sumber daya alam di wilayah tersebut. Ketidaksiapan

Pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya alam dapat menimbulkan

dampak negatif bagi daerah tersebut. Salah satunya adalah adanya eksploitasi sumber

daya alam pertambangan yang berlebihan dengan tidak memperhatikan dampak

lingkungan sekitar. Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah tersebut, dibutuhkan

regulasi peraturan daerah yang diperkuat dengan peraturan pemerintah pusat baik

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri maupun Undang-Undang. Regulasi tersebut

nantinya masih diperlukan pengawasan lapangan dalam menjalankan amanah dari

regulasi tersebut.

Page 16: MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

SUMBER

1. http://www.ptfi.com/operation/infrastruktur.asp

2. http://www.migas.esdm.go.id/#

3. http://distamben.papua.go.id/pr01111.htm

4. http://www.rtrwpapuabarat.info/fakta/pembangunan.php

5. http://www.ittc.co.id/rencana-induk.php