masalah infiltrasi pada derah pperkotaan dan pemecahannya dengan menggunakan sumur resapan

Upload: ali-atur-rodiansyah

Post on 31-Oct-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MASALAH INFILTRASI PADA DERAH PPERKOTAAN DAN

    PEMECAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMUR RESAPAN

    MAKALAH

    UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

    Bahasa Indonesia Keilmuan

    Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

    Oleh

    Imam Barokah

    120722420596

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    JURUSAN GEOGRAFI

    PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI

    Mei 2013

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk

    kedalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang berasal dari

    infiltrasi ke tanah yang lebih dalam. Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan

    (speege). Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas

    infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan

    tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih

    kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah

    hujan.

    Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan

    intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak

    kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah

    untuk seterusnya mengalir ke sungai disekitar.

    Di kota-kota besar air hujan biasanya tertampung di jalan-jalan dan mengalir

    melalui saluran yang akan membawanya ketempat-tempat di mana dapat

    dituangkan ke dalam suatu sungai, danau, atau laut. System ini akan mempercepat

    limpasan permukaan, sehingga meningkatkan debit puncak di hilir daerah yang

    bersangkutan (Arafat,2008).

    Perkembangan fisik hususnya pada daerah perkotaan mengakibatkan

    terjadinya perubahan penggunaan lahan dari lahan terbuka menjadi lahan

    terbangun. Perubahan penggunaan lahan tersebut cenderung mengakibatkan luas

    lahan terbuka di kota semakin berkurang dan luas lahan terbangun semakin

    bertambah. Perubahan penggunaan lahan akan terus berlangsung sejalan dengan

    meningkatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga dimasa mendatang. Perubahan

    penggunaan lahan kota akan terus terjadi dengan kecepatan tinggi. cepatnya

    perubahan penggunaan Lahan dapat mengakibatkan terjadinya ketidak sesuaian

    didalam penggunaan lahan kota.

    Perubahan penggunaan lahan selain menambah proporsi luas lahan

    terbangun, juga mengurangi fungsi sebagai daerah resapan air hujan pada setiap

    daerah dengan banyaknya bangunan yang menutupinya. Alih guna lahan tersebut

    juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo et al.,2004) dan

  • 3

    menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah (Hairiah et al.,2004).

    Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut, perubahan tutupan lahan

    mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah

    makroinvertebrata di dalam tanah.

    Perubahan sifat biofisik akibat dapat mengganggu karakteristik hidrologi

    lahan di kota. Perubahan sifat biofisik akibat alih fungsi lahan terbuka bervegetasi

    menjadi lahan terbangun dapat meminimalkan kapasitas resapan air ke dalam

    tanah. Hal ini terjadi karena hilangnya fungsi vegetasi yang secara efektif dapat

    mengabsorbsi air hujan, mempertahankan laju infiltrasi dan kemampuan dalam

    menahan air (kapasitas retensi air). Resapan air lebih efektif pada lahan yang

    ditumbuhi vegetasi, karena vegetasi dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi.

    Perubahan penggunaan lahan dapat mengancam keberadaan air tanah di

    kota. Hal ini disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan menurunkan air tanah

    di kota (Suripin, 2002); padahal sumber utama air tanah berasal dari air hujan.

    Resapan air hujan melalui infiltrasi memegang peran penting karena menentukan

    keberlanjutan sistem air tanah, sehingga terganggunya resapan air dapat

    berdampak pada penurunan potensi air tanah di kota. Sumber penurunan resapan

    air berasal dari perubahan penggunaan lahan yaitu peningkatan lahan terbangun

    dan penyusutan lahan terbuka. Peningkatan lahan terbangun tersebut

    mengakibatkan penurunan resapan air. Penyusutan lahan terbuka dan penyusutan

    lahan tegalan mengakibatkan penurunan resapan air (Utaya, 2008). Penurunan

    resapan air akan terus meningkat jika tidak dilakukan upaya pengendalian

    perubahan penggunaan lahan.

    Alternatif untuk mencegah terjadinya banjir atau genangan air hujan yang

    tidak dapat meresap pada daerah perkotaan dengan jumlah bangunan yang

    semakin meningkat adalah dengan pembuatan sumur resapan pada setiap area

    perumahan penduduk di perkotaan yang setidaknya pada daerah perkotaan tidak

    menyumbang air hujan pada daerah sekitarnya yang menjadikan genangan pada

    titik tertentu. yang akan menimbulkan masalah banjir dan masalah-masalah baru

    bagi masarakat sekitar pemukiman padat pada daerah perkotaan.

  • 4

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Kapasitas Infiltrasi ?

    2. Mengapa sumur resapan sangat berguna pada daerah Perkotaan ?

    3. Bagaimana Prinsip Kerja Sumur Resapan dan proses pembuatanya yang

    berbasis lingkungan?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan

    untuk memberikan pengetahuan kepada masarakat perkotaan pengaruh

    penggunaan lahan terhadap kapasitas infiltrasi, mengapa sumur resapan sangat

    berguna pada daerah perkotaan dan bagaimana prinsip kerja sumur resapan

    beserta pembuatanya yang bwrbasis lingkungan.

    2. PEMBAHASAN

    2.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Kapasitas Infiltrasi

    Kemampuan tanah dalam meresapkan air ditentukan oleh sifat tanah dan

    kondisi permukaan tanah yang akan mempengaruhi kriteri infiltrasinya. Jika tanah

    memiliki sifat relatif sama, maka kapasitas infiltrasi ditentukan oleh faktor kondisi

    permukaan tanah terutama penggunaan lahan dan fegetasi. Kapasitas infiltrasi

    terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap

    kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada

    kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan

    (acmad,2011).

    Tataguna tanah akan berpengaruh terhadap porsentase air yang meresap ke

    dalam tanah dengan aliran permukaan. Lahan yang penduduknya padat dan

    banyak bangunan, sumur resapan harus dibuat lebih banyak dan lebih besar

    volumenya. Baik dengan sumur resapan individual atau dengan sumur resapan

    secara kolektif untuk beberapa rumah. Program pelestarian air melalui sumur

    resapan harus ditempuh melalui pendekatan sosial ekonomi kemasyarakatan dan

    sosial budaya. Misalnya, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan

    masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, khususnya penerapan sumur

  • 5

    resapan, dengan penyuluhan-penyuluhan intensif melalui metoda yang sesuai

    dengan kehidupan masyarakat tersebut.

    Pada daerah yang telah padat penggunaan lahanya hususnya pada daerah

    perkotaan infiltrasi terjadi sangat lambat bahkan tidak terjadi sama sekali karena

    tutupan lahan yang menutupinya berupa bangunan-bangunan yang terus

    berkembang akibatnya pada daerah perkotaan air hujan tidak dapat meresap

    kedalam tanah yang menyebapkan sering meluapnya air hujan ketika turun hujan.

    Kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah

    terhadap air hujan. Contohnya tanah berpasir lebih mampu merembeskan air hujan

    dengan cepat sampai pada jenis tanah liat yang sangat lambat proses infiltrasinya.

    Menurut (Arsyad, 1976) kecepatan infiltrasi di pengaruhi oleh tekstur tanah yang

    Lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 1: Tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi

    Tekstur Tanah

    Kecepatan Infiltrasi

    (mm/jam)

    Kriteria

    Pasir berlempung

    Lempung

    Lempung berdebu

    Lempung berliat

    Liat

    25,00 - 50,00

    12,50 - 25,00

    7,50 - 15,00

    0,50 - 2,50

    < 0,50

    Sangat cepat

    Cepat

    Sedang

    Lambat

    Sangat lambat

    Sumber : Arsyad, 1976.

    Vegetasi juga menjadi faktor penentu besarnya kapasitas infiltrasi, yaitu

    semakin banyak dan besar ukuran vegetasi kapasitas infiltrasi semakin besar.

    Kapasitas infiltrasi pada lahan rumput dan tegalan yang cenderung rendah

    disebabkan kedua vegetasi memiliki akar serabut dengan kedalaman sangat

    terbatas kurang mendukung terjadinya proses infiltrasi. Sedangkan tingginya

    kapasitas infiltrasi pada lahan semak belukar disebabkan lahan ini mempunyai

    sistem perakaran yang lebih dalam pada tanah. komposisi vegetasi cukup

    bervariasi terdiri dari rumput liar, perdu, dan tanaman berbatang kayu yang

    mendukung terjadinya kecepatan proses infiltrasi yang berbeda-beda.

    Perbedaan kapasitas infiltrasi tersebut secara scientific benar, menurut

    Winanti (1996) pengaruh vegetasi terhadap infiltrasi ditentukan oleh sistem

    perakarannya yang berbeda antara tumbuhan berakar pendek, sedang, dan dalam.

    Adanya perbedaan kapasitas infiltrasi pada berbagai penggunaan lahan tersebut

  • 6

    menunjukkan bahwa faktor vegetasi terutama jenis vegetasi memiliki peran besar

    dalam menentukan kapasitas infiltrasi. Agustina(2012), mengatakan juga bahwa

    jenis penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap nilai rata-rata kapasitas

    infiltrasi lahan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 2; vegetasi dengan kecepatan infiltrasi

    Jenis penggunaan lahan

    Nilai rata-rata infiltrasi

    (mm/jam)

    Sawah

    Tegalan

    Semak belukar

    Kebun campuran

    0,52

    41,13

    50,20

    67,63

    Sumber; Agustina, 2012

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kapasitas infiltrasi pada tanah

    bervegetasi dengan sistem perakaran yang pendek,sedang dan dalam akan

    mempengaruhi infiltrasi daerah tersebut. Tampak bahwa kebun campuran yang

    memiliki sistem perakaran yang panjang cenderung lebih tinggi dibanding tanah

    bervegetasi dengan vegetasi perakaran dangkal, dan tipe vegetasi termasuk jenis,

    komposisi, dan kerapatan vegetasi sangat menentukan besar-kecilnya kapasitas

    infiltrasi. Peran vegetasi dalam meningkatkan infiltrasi karena keberadaan

    vegetasi dapat meningkatkan kandungan bahan organik, jumlah dan tebal seresah,

    dan biota tanah (Asdak, 2002) yang mendukung berlangsungnya proses infiltrasi.

    2.2 Sumur resapan sangat berguna pada daerah Perkotaan

    Cepatnya perubahan penggunaan lahan Daerah perkotaan akan

    mengakibatkan sulitnya terjadinya infiltrasi atau prosess meresapnya air hujan

    kedalam tanah karena dengan tertutupnya lahan oleh bangunan-bangunan

    menyebapkan infiltrasi pada tanah tidak bisa terjadi . Air yang tidak meresap bila

    tidak mengalir atau menguap akan menimbulkan genangan-genangan air yang

    dapat mencemari daerah perkotaan dan akan menjadi sumber bau pada lingkungan

    tersebut yang dapat menimbulkan masalah baru bagi masarakat sekitarnya.

    Pola curah hujan berubah drastis dikarenakan Kegiatan manusia di bidang

    industri dan transportasi modern yang berlangsung menghasilkan emisi gas

    buangan industri dan kendaraan bermotor yang menumpuk di udara selama

  • 7

    bertahun-tahun. Akumulasi bahan pencemar di atmosfer berupa gas-gas rumah

    kaca (GRK) kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena pemanasan global. Di

    antara gas-gas rumah kaca yang terpenting adalah karbon dioksida (CO2), metana

    (CH4), nitrat oksida (N2O), dan klorofluorokarbon (CFC). Semua menyumbang

    pada proses radiasi sinar matahari yang dipancarkan/dipantulkan bumi, sehingga

    suhu atmosfer permukaan bumi makin hangat dan memanas biasa disebut proses

    pemanasan global serta menyebabkan iklim berubah secara ekstrem. Pemanasan

    global memang terjadi berangsur-angsur melalui proses selama ratusan bahkan

    ribuan tahun, tetapi dampaknya sudah dirasakan di sini dan sekarang. Ketika suhu

    bumi semakin panas, pola curah hujan berubah drastis, iklim dan cuaca menjadi

    lebih ekstrem, seringnya timbul bencana kekeringan, badai, dan banjir.

    Tata guna tanah akan berpengaruh terhadap porsentase air yang meresap ke

    dalam tanah dengan aliran permukaan. Lahan yang penduduknya padat dan

    banyak bangunan, sumur resapan harus dibuat lebih banyak dan lebih besar

    volumenya. Baik dengan sumur resapan individual atau dengan sumur resapan

    secara kolektif untuk beberapa rumah. Program pelestarian air melalui sumur

    resapan harus ditempuh melalui pendekatan sosial ekonomi kemasyarakatan dan

    sosial budaya.

    Pada pembuatan sumur resapan air hujan yang turun dengan mudah air akan

    lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran

    permukaan (runoff). Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti

    akan banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air tersebut dapat

    dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat diekploitasi

    setiap saat. Jumlah aliran akan menurun karena adanya sumur resapan. Dengan

    demikian Pengaruh bahaya banjir pada daerh padat penduduk perkotaan dapat

    dihindari karena terkumpulnya air permukaan yang berlebihan disuatu lubang

    yang juga dapat Menurunkan aliran permukaaan yang akan menurunkan tingkat

    erosi tanah.

    Pentingnya penggunaan sumur resapan pada daerah perkotaan adalah untuk

    meresapkan air hujan yang tidak dapat meresap di karenakan tutupan lahan yang

    menutupinya. Beberapa manfaat sumur resapan diantaranya, (Arafat,2008) :

  • 8

    1. Pengendali banjir, banyak aliran permukaan yang dapat dikurangi melalui

    sumur resapan tergantung volume dan jumlah sumur resapan. Misalnya,

    sebuah kawasan yang jumlah rumahnya 1.000 buah, kalau masing-masing

    rumah membuat sumur resapan dengan volume 1 m3 berarti dapat

    mengurangi aliran permukaan sebesar 1.000 m3 air.

    2. Konservasi air tanah, peresapan air melalui sumur resapan sangat penting

    mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai

    konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat.

    Perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah

    dalam meresapkan air hujan yang jatuh. Sehingga menimbulkan genanagan.

    3. Menekan laju erosi, dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju

    erosi pun akan menurun. Apabila aliran permukaan menurun, tanah-tanah

    yang tergerus dan terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran

    permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan kecil.

    Jumlah aliran akan menurun karena adanya sumur resapan. Pengaruh

    positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpulnya air permukaan yang

    berlebihan disuatu tempat yang dihindarkan. Menurunnya aliran permukaaan ini

    juga akan menurunkan tingkat erosi tanah. Salah satu solusi yang tepat dan mudah

    di lakukan oleh masarakat perkotaan bila pembuatan sumur resapan benaar-benar

    diterapkan oleh masarakat pekotaan, Apalagi ditopang dengan pola curah hujan

    berubah drastis.

    2.3. Prinsip Kerja Sumur Resapan

    Sumur resapan merupakansumur atau lubang pada permukaan tanah yang di

    buat untuk menampung air hujan agar dapat meresap kedalam tanaah. Sumur

    resapan ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang

    untuk memsukan air ke dalam tanaah, sedangkaan sumur aur minum berfungsi

    untuk menaikan air tanah ke permukaan,

    Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan

    ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan

    tanah lebih lama Sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah

    sehingga air yang menjadi aliran permukan akan semakin berkurang dan banjir

  • 9

    akibat air hujn dapat di kendalikan. Prinsip kerja sumur resapan dapat dilihat pada

    Gambar di bawah ini:

    Gambar 1 : Prinsip kerja sumur resapan

    Konstruksi sumur resapan dapat berbentuk lingkaran dan bujur sangkar, dan

    dapat diterapkan pada lahan datar dan lahan pekarangan dengan permukaan air

    tanah minimum 1,50 meter dari muka tanah serta nilai permeabilitas tanah 2

    mm/jam. Air yang mengalir ke saluran adalah air hujan, bukan air limbah. Pada

    dasarnya sumur resapan dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang tersedia di

    lokasi. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk keamanan, sumur resapan dilengkapi

    dengan dinding ( Gambar 2). Bahan-bahan yang diperlukan untuk sumur resapan

    meliputi (arafat, 2008) :

    1. Saluran Pemasukan/ pengeluaran dapat menggunakan pipa besi, pipa paralon,

    buis beton, pipa tanah liat atau dari pasangan batu.

    2. Dinding sumur dapat menggunakan anyaman bambu, drum bekas, tangki

    fiberglass, pasangan batu bata atau buis beton.

    3. Dasar sumur resapan dan sela-sela antara galian tanah dan dinding tempat air

    meresap dapat diisi dengan ijuk atau kerikil.

    Untuk lebih jelasnya kontruksi sumur resapan dapat di lihat pada gambar

    berikut;

  • 10

    Gambar 2; kontruksi sumur resapan

    Dari gambar di atas Keunggulan penggunaan sumur resapan diantarnya

    adalah, Pelaksanaan di lapangan dapat dikerjakan dalam waktu cepat, Mudah

    dalam pemeliharaannya. Tidak dapat dijadikan sarang binatang, Dapat menambah

    potensi air tanah karena disamping menampung dan mengalirkan dan dapat pula

    meresapkan sebagian air hujan kedalam tanah, sehingga dapat membantu menjaga

    keseimbangan tata air dan menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang

    pada daerah perkotaan.

    3. PENUTUP

    3.1 Simpulan

    1. Daerah perkotaan dengan semakin padatnya penggunaan lahan infiltrasi

    terjadi sangat kecil bahkan tidak terjadi sama sekali Selain itu ditopang

    semakin berkurangnya vegetasi pada daerah perkotaan akan memperparah

    semakin rendahnya tingkat infiltrasi daerah perkotaan.

    2. Dengan semakin luasnya penggunaan lahan pada daerah perkotaan dan

    semakin sempitnya lahan terbuka, maka sumur resapan di rasakan perlu untuk

    menanggulangi air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah.

  • 11

    3. Selain itu sumur resapan berguna untuk membantu menjaga keseimbangan

    tata air dan menyelamatkan sumberdaya air tanah didaerah perkotaan.

    3.2 Saran

    1. Pada daerah perkotaan sumur resapan dirasakan sangat dibutuhkan sehinga

    perlunya kesadaran dari masyarakat dalam pembuatan sumur resapan guna

    mengendalikan air hujan yang berlebih.

    2. Perlunya diadakanya penanaman tanaman yang dapat mempercepat proses

    infiltrasi pada daerah perkotaan atau pembuatan ruang terbuka hijau untuk

    meresapkan sebagian air hujan pada daerah perkotaan.

    3. Perlunya ada sosialisasi dan peraturan khusus daerah perkotaan untuk

    memberlakukan pembuatan sumur resapan dan menyisakan ruang terbuka

    hijau untuk meresapkan air hujan.

    DAFTAR RUJUKAN

    Acmad, Mahmud. 2011. Hidrologi tehnik. universitas hasanudin. Makasar.

    Sulawesi Selatan.

    Arafat, Yassir (2008). Reduksi beban aliran drainase permukaan menggunakan

    sumur resapan. smartek.Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

    Tadulako. Palu .

    Dewi agustina., dewi liesnoor setyowati., dan sugiyanto. analisis kapasitas infiltrasi pada beberapa penggunaan lahan di kelurahan sekaran

    kecamatan gunungpati kota semarang. Semarang: Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Semarang

    Hairiah, K. dan Aini, F.K., 2005. Praktikum Biologi Tanah. Lab. Biologi Tanah

    Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

    Sitanala Arsyad, 1976. Dalam jurnal yassir Arafat, (2008). Reduksi beban aliran

    drainase permukaan menggunakan sumur resapan. smartek.Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Palu.

    Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbir Andi,

    Yogyakarta.

    Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidi, P., Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini, ZZ.,

    Khasanah, N., dan Kusuma, Z. 2004. Degradasi Sifat Fisik Tanah Sebagai

  • 12

    Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Sistem Kopi Monokultur: Kajian

    Perubahan Makroiporositas Tanah. J.Agrivita

    Utaya, Sugeng. 2008. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat

    Biofisik Tanah dan Kapasitas Infiltrasi di Kota Malang. Jurnal Forum

    Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 99-112. Malang: Jurusan

    Geografi FMIPA Universitas Negeri Malang

    Winanti, T. 1996. Pekarangan Sebagai Media Peresapan Air Hujan Dalam

    Upaya Pengelolaan Sumberdaya Air, Makalah disajikan dalam Konferensi

    Nasional Pusat Studi Lingkungan BKPSL, Tanggal 22-24 Oktober 1996 di

    Universitas Udayana, Denpasar Bali.