masalah harga daging di indonesia

14
MASALAH HARGA DAGING DI INDONESIA Setiap waktu-waktu tertentu seperti menjelang Ramadan, Lebaran dan Natal kenaikan harga pangan hampir selalu terjadi dan menjadi masalah rutin setiap tahun. Malahan kadang-kadang kenaikan harga pangan sudah dianggap tidak wajar. Misalnya, harga cabe rawit melonjak tajam dari sebelumnya Rp 22.908 - Rp 27.721 per kilogram pada bulan Mei-Juni 2013 menjadi Rp 27.721 - Rp 46.192 per kilogram pada bulan Juni-Juli 2013. Kenaikan harga sebesar 63,03 % tersebut menyebabkan andil dalam inflasiJuni 2013cukup tinggi yaitu 0.02 %. Sebagai upaya untuk mengatasi kenaikan harga pangan dalam negeri, pemerintah biasanya melakukan impor pangan dari negara lain. Dengan melakukan impor, diharapkan harga pangan dapat ditekan turun melalui peningkatan pasokan ke pasar dalam negeri. Kegiatan impor pada umumnya berhasil membuat harga pangan kembali ke tingkat harga yang wajar dan sekaligus dapat membuat harga pangan menjadi stabil. Namun dibalik upaya impor pangan tersebut, ada sisi lain yang perlu

Upload: fadly-rian-saputra

Post on 27-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah Harga Daging Di Indonesia

MASALAH HARGA DAGING DI INDONESIA

Setiap waktu-waktu tertentu seperti menjelang Ramadan, Lebaran dan

Natal kenaikan harga pangan hampir selalu terjadi dan menjadi masalah rutin

setiap tahun. Malahan kadang-kadang kenaikan harga pangan sudah dianggap

tidak wajar. Misalnya, harga cabe rawit melonjak tajam dari sebelumnya Rp

22.908 - Rp 27.721  per kilogram pada bulan Mei-Juni 2013 menjadi Rp 27.721 -

Rp 46.192 per kilogram pada bulan Juni-Juli 2013.  Kenaikan harga  sebesar

63,03 % tersebut menyebabkan andil dalam inflasiJuni 2013cukup tinggi yaitu

0.02 %.

Sebagai upaya untuk mengatasi kenaikan harga pangan dalam negeri,

pemerintah biasanya melakukan impor pangan dari negara lain. Dengan

melakukan impor, diharapkan harga pangan dapat ditekan turun melalui

peningkatan pasokan ke pasar dalam negeri.  Kegiatan impor pada umumnya

berhasil membuat harga pangan kembali ke tingkat harga yang wajar dan

sekaligus dapat membuat harga pangan menjadi stabil. Namun dibalik upaya

impor pangan tersebut, ada sisi lain yang perlu diwaspadai dalam jangka panjang.

Dalam melaksanakan impor pangan pokok seperti daging sapi, kedelai dan gula, 

pemerintah memberlakukan kebijakan kuota impor. secara umum kebijakan impor

kuota ditujukan untuk membatasi jumlah komoditas pangan tertentu yang diimpor

dari luar negeri dan sekaligus sebagai salah satu alat untuk mengendalikan harga

komoditas tertentu di pasar dalam negeri. Pembatasan ini biasanya diberlakukan

dengan memberikan lisensi impor yang sah kepada perusahaan tertentu dan

terbatas serta melarang impor tanpa lisens.

Page 2: Masalah Harga Daging Di Indonesia

Fenomena kenaikan harga pangan menjelang perayaan bulan suci

Ramadan oleh umat Islam di tanah air sudah diprediksi dan upaya penanganannya

telah diinstruksikan sejak tiga bulan sebelumnya. Kenyataannya sampai hari ini

kenaikan harga di pasar belum dapat dikendalikan. Ketika terjadi kenaikan

permintaan secara tiba-tiba, potensi sapi potong dalam negeri tidak dapat

digerakkan dengan segera, sehingga ketersediaan daging di pasar terganggu.

Dampaknya harga daging sapi terdongkrak naik cukup tinggi.  Kondisi ini diduga

merupakan akibat adanya hambatan dalam sistem distribusi daging sapi.

Pemerintah harus sadar bahwa persoalan harga daging tidak hanya terkait

dengan ketersediaan daging. Namun, ada persoalan lain yang mesti dicermati.

Faktanya, paket impor daging ini belum mampu mengatasi akar permasalahannya.

Seharusnya pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap impor karena jelas

hal ini akan membuat neraca perdagangan menjadi defisit. Kalau hal ini berlanjut

akan berkontribusi terhadap menurunnya nilai tukar rupiah.

Cara mengurangi ketergantungan impor itu yakni pemerintah harus

memperkuat peternakan rakyat di dalam negeri karena akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Di samping itu, kualitas daging dari peternakan lokal

terbukti jauh lebih baik dari daging impor. Kalau impor terus dilakukan

pemerintah, tentu secara jangka pendek maupun jangka panjang akan merugikan

peternak dalam negeri. Jangan sampai para peternak kehilangan gairah dalam

beternak.

Page 3: Masalah Harga Daging Di Indonesia

POSISI PETERNAK

Dalam perjalanan waktu ternyata kebijakan kuota impor  menghadapi

berbagai  kendala. Kendala pertama terkait dengan kesulitan mengetahui dengan

tepat data produksi pangan. Data prediksi produksi dari produk-produk pangan

sering kali over estimate atau melebihi dari capaian produksi yang sebenarnya.

Misalnya, untuk jagung, data produksi menunjukkan surplus tetapi kenyataannya

Indonesia masih melakukan impor. Sementara untuk daging, mengutip data dari

hasil survei pertanian Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 yang menyebutkan

stok sapi Indonesia mencapai 15,6 juta ekor,  tetapi dengan melihat kenyataan

harga daging sapi yang tetap masih tinggi maka diperkirakan data tersebut tidak

akurat. Hal ini terbukti dengan hasil survei BPS terakhir yang menunjukkan stok

sapi berkurang hingga menjadi 13,2 juta ekor.

Suatu hal  yang menjadi masalah  dalam penghitungan data produksi

sektor pertanian adalah bahwa luas lahan dijadikan asumsi. Demikian pula

konversi lahan yang terjadi di Jawa  sudah cukup masif, sementara data resmi

menunjukkan  pengurangan luas lahan  tidak signifikan. Penghitungan lain yang

juga sering kali keliru  adalah data tentang produktivitas tanaman. Produktivitas

tanaman sangat terpengaruh oleh infrastruktur pertanian seperti irigasi. Data resmi

menunjukkan produktivitas produk-produk pangan rata-rata meningkat setiap

tahun, padahal tingkat kerusakan infrastruktur pertanian masih banyak terjadi.

Akibat dari ketidaktepatan data produksi maka tidak mengherankan

signalnya kemudian muncul. Ketika permintaan naik dan pasokan tidak

mencukupi maka harga semakin tidak terkendali dan akibatnya pemerintah

Page 4: Masalah Harga Daging Di Indonesia

terpaksa mengimpor pangan melalui kuota impor untuk menjaga kestabilan harga

pangan di dalam negeri.

            Kendala kedua berhubungan dengan masih tidak baiknya good governance

dalam pelaksanaan kebijakan kuota impor pangan. Kasus impor daging sapi yang

mencuat dalam beberapa bulan terakhir ini menunjukkan kepada kita betapa good

governance masih  menjadi masalah. Kebijakan kuota impor ternyata

menguntungkan beberapa pihak terutama pengimpor dan oknum yang mempunyai

akses terhadap kekuasaan yang bisa mengeluarkan kebijakan kuota impor.

            Kebijakan kuota impor ini bisa  membuat rent seeker muncul. Karena

kebijakan kuota impor ini juga disertai dengan pembatasan pada perusahaan mana

yang bisa mengimpor, maka jumlah kuota yang diimpor biasanya dapat

mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Dalam situasi ini maka peluang

untuk menjadi rent seeker terjadi. Ada kemungkinan perhitungan kuota impor 

lebih rendah dari yang seharusnya sehingga harga komoditas pangan menjadi

lebih tinggi. Selisih harga beli di luar negeri dengan harga jual dalam negeri

menjadi semakin melebar, dan selisih ini yang bisa digunakan oknum untuk

meminta bagian dari keuntungan perusahaan pengimpor.

            Kebijakan kuota impor juga berpotensi menimbulkan kerugian bagi

konsumen. Bagi konsumen, kebijakan kuota impor akan mengurangi surplus

konsumen  yaitu perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam

mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk

memperoleh barang tersebut.  Akibatnya, tingkat kepuasan konsumen akan

tertekan dan mengurangi kesejahteraan sosial. Jika kuota impor dibatasi dengan

Page 5: Masalah Harga Daging Di Indonesia

volume jauh di bawah  defisit antara penawaran dan permintaan produk pangan

yang dihasilkan dalam negeri, maka harga komoditas pangan akan meningkat.

Peningkatan harga bisa menjadi tidak wajar dan kondisi ini membuat konsumen

dirugikan.

Ketidak beresan dalam impor daging telah menyebabkan peternak sapi

lokal tidak terlindungi. Rakyat peternak menderita karena kebijakan pemerintah.

Kita melihat di Tanjungpriok (Jakarta), bukan sekarang saja, tapi berpuluh tahun,

selalu ada daging ilegal. Jangan sampai daging ilegal bisa masuk di indonesia.

PEMENUHAN KEBUTUHAN DAGING MASYARAKAT

Kebutuhan akan daging biasanya meningkat pada Bulan Ramadhan,

apalagi menjelang dan saat Idul Fitri. Guna mengupayakan pemenuhan kebutuhan

daging bagi masyarakat, pemerintah melakukan berbagai upaya, upaya untuk

membuat harga daging bisa dijangkau oleh masyarakat, artinya tidak terlalu

mahal, dan upaya untuk memenuhi ketersediaan daging tersebut. Di pasar ternak

ini, sebagian besar ternak yang diperjual belikan adalah sapi dan sebagian kecil

lagi kerbau.

Dalam peninjauan tersrbut, Suswono berbincang-bincang langsung dengan

para pedagang dan pembeli sapi dan kerbau di pasar ternak tersebut. Rencana

pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging di tahun 2010 terlihat sebagai

sebuah perencanaan yang mungkin sulit dicapai. Hal ini terlihat dari masih

besarnya tingkat impor daging sekarang ini yang dilakukan pemerintah dan belum

siapnya masyarakat kita yang berkonsentrasi dalam peternakan.

Page 6: Masalah Harga Daging Di Indonesia

Namun, meningkatnya pertumbuhan peternakan-peternakan feedlot

dewasa ini memberi secercah harapan untuk terpenuhinya rencana swasembada

daging 2010 tersebut. Usaha feedlot yang tumbuh sebagai sebuah peternakan

rakyat adalah merupakan jalan yang sangat tepat, karena apabila konsep

peternakan digagas dan dibangun dari pondasi di lingkup masyarakat maka secara

tidak langsung akan ikut memperkokoh peternakan-peternakan besar dan ekonomi

Indonesia secara umum.

DEVISA NEGARA

Pemerintah bisa dibilang gagal sebenarnya secara ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi selama ini yang diagung-agungkan hanyalah bentuk kamuflase

makroekonomi yang lebih bersifat autopilot mengingat perekonomian kita yang

besar ditunjang oleh sumberdaya manusia dan alam yang besar yang terlalu sulit

untuk “jatuh” di saat kita tidak sedang terbang. Namun menilik lebih dalam ke

arah mikro, sebenarnya banyak bolongnya, salah satunya defisit neraca

perdagangan tadi.

Belakangan ini, kurs Rupiah kita anjlok terus. Banyak penyebabnya.

Menurut Pak Dahlan Iskan, 25% untuk membeli BBM, kemudian disubsidi dan

dijual ke masyarakat. Memang susahnya kita memiliki seorang presiden yang

kurang tegas. Sebetulnya kasus Rupiah anjlok dapat dihadapi tidak susah, dengan

cara KUOTA. (Daging sapi, bawang putih yang bergizi bagi penduduk Indonesia

saja bisa dikuota.

Page 7: Masalah Harga Daging Di Indonesia

Pemerintah harus segera mengkoreksi defisit neraca perdagangan yang ada

untuk stabilitas perekonomian. Tercatat paling tidak ada 3 alasan neraca

perdagangan kita yang negatif.

Kesalahan yang pertama adalah pemerintah tidak mendifersivikasi

komoditas ekspor dan negara tujuan ekspor. Selama ini barang primer menjadi

komoditas utama ekspor Indonesia, namun saat ini harga komoditas tambang,

energi yang menjadi andalan Indonesia cenderung mengalami penurunan.

Ditambah lagi perekonomian dunia yang masih dalam kondisi krisis, membuat

kinerja ekspor Indonesia semakin terpuruk.

Kedua adalah pemerintah tidak mengontrol impor bahan baku penolong

yang mencapai 70% dari total impor. Impor bahan baku akan diolah oleh industri

dan selanjutnya akan diekspor, seharusnya barang yang menjadi komoditas ekspor

memiliki muatan lokal yang lebih banyak.

ketiga adalah, pemerintah gagal mengendalikan subsidi BBM. Subsidi

membuat harga bahan bakar di Indonesia menjadi sangat murah, sehingga

membuat konsumsi masyarakat selalu melebihi kuota yang telah ditentukan

pemerintah. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat jalan terakhir

hanyalah impor, akibatnya defisit neraca perdagangan migas semakin membesar.

Kesalahan yang terakhir bagaimanapun sudah dikoreksi melalui pengurangan bbm

bersubsidi di akhir Juni lalu. Ini sudah lama dikritik di nasionalis.me.

TEKHNOLOGI PETERNAKAN

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) terus mendorong

kesuksesan program nasional swasembada daging 2014 dengan menerapkan

Page 8: Masalah Harga Daging Di Indonesia

program pengembangan teknologi peternakan ruminansia besar di Balai

Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T). Program tersebut

berupa pelatihan inseminasi buatan, pelatihan pembuatan pakan awetan, pelatihan

pembuatan pakan konsentrat, pembuatan silase, pakan organik, dan pelatihan

pembuatan olahan bakso.

Selain meningkatkan kemampuan SDM, Menristek juga menyebutkan

perlu adanya perbaikan mutu ternak dengan teknologi inseminasi buatan dan

embrio transfer. "Ya, dengan adanya teknologi ini diharapkan sapi-sapi yang

tadinya kurus menjadi gemuk, dan dengan inseminasi buatan juga bisa

menghasilkan ternak sapi yang diinginkan.

Page 9: Masalah Harga Daging Di Indonesia

Tugas IndividuPerundang-undangan dan kebijakan peternakanDr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si

“SOLUSI MENGHINDARI TERJADINYA IMPOR DAGING SAPI”

OLEH:

Nama : Nourmawati Dewi

Nim : I311 10 251

Prodi : Sosial Ekonomi Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013