masa depan bioenergi - pdf.forestdigest.com · selain kepada alumni fakultas kehutanan di seluruh...

76
F rest D gest 1 oktober-desember 2017 reportase KEELOKAN BUNAKEN YANG TERANCAM adventure menapaki gelap tanah wallacea 05 oktober-desember 2017 ISSN masa depan Bioenergi Bisakah kita mencapai target produksi energi terbarukan?

Upload: vuongkhuong

Post on 08-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 1o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

reportase

KEELOKAN BUNAKEN YANG TERANCAM

adventuremenapaki gelap

tanah wallacea

05oktober-desember 2017

ISSN

masa depanBioenergiBisakah kita mencapai targetproduksi energi terbarukan?

Page 2: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest2 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Page 3: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 3o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Page 4: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest4 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

SURAT - 5

ANGKA - 6

SAL AM KETUA - 7

PIGURA - 8, 9

KABAR KAMPUS - 10

KABAR ALUMNI - 12, 15

PENELITIAN - 42

KOLOM - 44, 46

TEKNOLOGI - 50

FOTOGRAFI - 62

BUKU- 64

WAWANCARA - 68

BINTANG - 72, 73

OASE - 74, 75menapaki gelap tanah wallacea

Penanggung JawabM. Awriya Ibrahim (E-16)

Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB

Pemimpin UmumGagan Gandara (E-29)

Pemimpin Redaksi Bagja Hidayat (E-33)

Sekretaris Drajad Kurniadi (E-32)

Dewan RedaksiOdjat Sudjatnika (E-22)

Muayat Ali Muhshi (E-22) R. Eko Tjahjono (E-25)

Yulita Vitalis (E-27) Librianna Arshanti (E-33)

Aryani (E-34) Rina Kristanti (E-37)

Gunanto Eko Saputro (E-38) Khulfi M. Khalwani (E-40)

Satrio Cahyo Nugroho (E-41) Kaka M. Prakasa (E-41)

Annisa Murthafiah (E-48)Anggun Rahayu Melyanti (E-48)

Hubungan Usaha dan EksternalStepi Hakim (E-27)

Hendra Wijaya (E-29)Atik Ratih Susanti (E-30)

Reni Rosmini Handayani (E-35)

EditorAndi Fadly Yahya (E-33)

ReporterM. Fahmi Alby (E-47)

Zahra Firdausi (E-48)

DesignerReza Ahda (E-45)

DistribusiUnit Kesekretariatan DPP HA-E IPB

AlamatSekretariat HA-E IPB,

Kampus Fakultas Kehutanan IPB, Jalan Lingkar Akademik Darmaga Bogor

16680

Kontak (Email)[email protected]

Forest Digest adalah majalah triwulanan yang diterbitkan Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor dan didistribusikan kepada alumni dan umum secara gratis. Redaksi mengundang alumni menulis artikel dengan panjang 4000 karakter dengan spasi dan format Microsoft Word disertai foto

penunjang.

Cover : Bio Energi Riwayatmu KiniLokasi : Lab. Penelitian Mahasiswa Fakultas Kehutanan

IPB (Prasetia Diputra dan Anik Widarti)Fotografer : R Eko Tjahjono

Tema edisi 6: Ekspedisi Taman NasionalKirim tulisan Anda seputar tema itu ke redaksi

sebelum 15 Desember 2017.

daftar isi

L APORAN UTAMA - 18

masa depan bioenergiTerwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Adventure- 70

Reportase- 54

keelokan bunaken yang terancam

Page 5: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

Surat

UNIVERSITAS negeri

Dengan hormat, kami sampaikan bahwa kiriman Bapak/Ibu majalah Forest Digest dengan Tema Prospek Hasil Hutan Kayu telah kami terima dengan baik. Untuk itu apabila ada terbitan edisi yang baru kami mohon dapat dikirim kembali.

- Dra. Reflin V. Mononimbar

Terimakasih kembali redaksi sampaikan pada keluarga besar Universitas Negeri Manado.

Wakil rektor bidang riset dan kerjasama ipb

Bersama ini, kami sampaikan bahwa majalah Forest Digest edisi 04 yang Saudara kirimkan telah kami terima dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih atas pengiriman majalah tersebut.

-Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.EngWakil Rektor Bidang Riset dan

Kerjasama

Terimakasih kembali redaksi sampaikan pada keluarga besar Institut Pertanian Bogor.

sekretariat jenderal KEMENTERIAN ketenaga kerjaan RI

Bersama ini, kami sampaikan ucapan terima kasih atas kerja sama dan perhatian Saudara yang telah mengirimkan majalah Forest Digest edisi 04. Kami telah menerima dan akan kami manfaatkan sebagai referensi dan informasi di perpustakaan kementerian.

-Sahat, SH.MH.Kepala Biro Humas Kementerian

Ketenaga Kerjaan Republik Indonesia

Terimakasih kembali redaksi sampaikan. Semoga majalah Forest Digest bermanfaat.

manado

Universitas sam ratulangi

Sehubungan dengan pengiriman majalah Forest Digest edisi 04 maka bersama ini disampaikan bahwa majalah tersebut telah diterima dengan baik. Besar harapan kami, kiranya informasi semacam ini dapat berlanjut pada masa-masa yang akan datang.

-Drs. Rolly J. Rarang, M.SiKepala UPT Perpustakaan Universitas Sam Ratulangi

Selamat 1 TahunForest Digest sudah 4 edisi ya? Kalau

begitu, Met milad ya Forest Digest..Semoga tulisan-tulisannya mampu

menjadi referensi pembangunan kehutanan dan lingkungan yang lebih baik, amin.

- Tomi Jafelda(Alumni Fahutan di Jambi)

kirim ke maduraHalo, Majalah Forest Digest. Tolong

kirimkan majalahnya ke Madura. Saya pesan semua edisi.

- Dedy bagus pramudi wardana. E36.

Sumbawa

Salam rimbawan. Mau tanya, Pak. Bagaimana ya cara dapetin majalah Forest Digest? Posisi saya di Kabupaten Sumbawa NTB.

- Aris AbdulAlumni Fahutan di Sumbawa

Keren sekaliSaya alumni Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB.Belum lama ini saya baca majalah

Forest Digest di sebuah lobi hotel waktu kunjungan dinas ke Bandung. Edisi 1 dan 2. Keren sekali. Majalah ini unik. Fotonya bagus-bagus.

Semoga terus menginspirasi.Salam,

- Elintia, FEM 43

Wish you all the bestHappy milad Forest Digest. Kami tunggu

edisi berikutnya. Wish You All The Best.

- Eka WidyasariAlumni di Bandung

Page 6: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest6 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Papua

kutipan

Angka

“Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan”

- Franklin D Roosevelt

“ Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri“

- Soekarno

potensi limbah biomassa menjadi listrik

15,588

5,062

9,215

1,937

151636

Sumatera KalimantanJawa - Bali -

Madura

Nusa Tenggara Sulawesi

Sumber: Statistik EBTKE 2015 (Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM 2015)

Maluku

67

Limbah biomassa terdiri dari kelapa sawit, tebu, karet, kelapa, padi, jagung, ubi kayu, kayu, sapi dan sampah kota.

2010 2011 2012 2013 2014 2015-0.143%

1.284%1.791%6.251%3.461%

-2.062%

74.95%63.43%

29.09%

17.96%25.00%

2.90%

Biomass Biofuel

Perkembangan Pertumbuhan Produksi Biomassa dan Biofuel

Sumber: http://www.reforminer.com

Page 7: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

salam ketua

Tak ada yang lebih menyenangkan selain menerima surat seperti ini: “Terima kasih atas kiriman majalah Saudara, akan kami koleksi untuk menambah referensi pembaca.” Surat itu ditulis Profesor Djoko Saryono, Kepala Perpustakaan Universitas Negeri Malang, untuk menanggapi kiriman majalah Forest Digest edisi 4.

Surat seperti ini kami terima hampir setiap bulan dari rektor universitas, kepala perpustakaan lembaga pemerintah, atau organisasi non-pemerintah, yang menerima kiriman majalah Forest Digest. Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat dengan isu lingkungan dan kehutanan dan dokumentasi.

Para penerima senang dikirimi majalah ini. Kami lebih senang lagi menerima pemberitahuan dari mereka bahwa majalah ini dibaca dan bermanfaat bagi

khalayak. Ini sesuai dengan misi Forest Digest yang ingin menambah referensi dalam isu lingkungan dan kehutanan, dengan memadukan artikel ilmiah dan tulisan populer.

Tak terasa, usia majalah ini telah setahun, telah empat kali terbit secara konsisten tiap tiga bulan. Kami belum pernah terlambat terbit dari jadwal yang kami tetapkan sendiri dalam tiap edisi.

Bagi kami, bertahan hingga satu tahun tak terbayangkan karena para pengelola majalah ini tak punya pengalaman dalam bidang jurnalistik, tak punya pengetahuan menulis, apalagi mengelola sebuah majalah. Kami baru sadar bahwa majalah perlu reporter, butuh desainer, perlu ada yang mengatur tata letak dan komposisi artikel, juga penamaan rubrik yang sesuai visi dan misi Forest Digest saat menyiapkan tiap edisi. Ketika menerbitkan pertama kali majalah ini setahun lalu, kami cemas apakah bisa menerbitkan edisi kedua dan seterusnya karena dihantui keruwetan menentukan tema dan mengumpulkan artikel yang cocok dan bagus.

Tantangan terberat mengelola majalah ternyata bukan hal-hal tersebut. Paling utama adalah patuh pada tenggat. Hanya tenggat yang bisa memacu kami untuk terus ingat kami punya majalah yang harus terbit karena kami telah menjanjikan membahas sebuah tema dalam edisi sebelumnya kepada pembaca. Hanya tenggat yang jadi alarm kami harus menggelar rapat di tengah kesibukan tiap awak redaksi yang bekerja dalam pelbagai bidang, di hari libur kerja. Para awak redaksi datang dari pelbagai profesi: pegawai negeri, konsultan, dosen, mahasiswa, ahli IT.

Sejak awal majalah ini disebarkan secara gratis, dan akan begitu seterusnya. Kami mengandalkan pemasukan dari iklan dan sumbangan para alumni Fakultas Kehutanan IPB untuk ongkos cetak dan ongkos kirim. Tak mudah mengelola media dengan cara seperti itu, tapi edisi kelima ini membuktikan selalu ada jalan dalam tiap kemauan. Para alumni mendukung sepenuhnya kerja probono awak redaksi. Pemasukan iklan dan sumbangan itu kami jadikan amanah sehingga tak sepeser pun awak redaksi dibayar untuk kerja keras mereka. Kami menyampaikan terima kasih tak terhingga untuk itu.

Sebagai majalah tiga bulanan kami sadar tak bisa berpacu dengan isu. Tema yang disiapkan tiga bulan sebelumnya akan segera basi ketika diterbitkan jika kami mengejar informasi yang aktual. Karena itu untuk setiap tema kami menonjolkan sikap redaksi atas isu-isu tersebut. Kami lebih banyak memuat kolom, artikel ilmiah, dan opini tentang sebuah masalah yang sedang hangat dibicarakan di bidang lingkungan dan kehutanan. Reportase dan Laporan Utama menyajikan liputan yang isunya tak terkurung oleh waktu.

Semoga dengan cara itu majalah Forest Digest memberi sumbangan pemikiran dalam perbaikan lingkungan dan kehutanan serta memberi perspektif kepada pembaca tentang sebuah isu, di luar soal informasi yang mungkin berguna bagi para pembaca. Ikhtiar ini tak sempurna, karena itu kami meminta para pembaca, para ahli, para stakeholder untuk tak sungkan menyampaikan kritik dan saran-saran bagi perbaikan majalah ini ke depan.

Kami berharap majalah ini terus ada, tetap terbit tepat waktu, terus menyapa Anda para pembaca, sampai 1.000 tahun lagi.

Salam rimbawan!

Salam Care and Respect,Ketua Umum HA-E IPB,

M. Awriya Ibrahim

Satu Tahun Forest Digest

“Sejak awal majalah ini disebarkan secara gratis, dan akan begitu seterusnya. Tak mudah mengelola media dengan cara seperti itu, tapi edisi kelima ini membuktikan selalu ada jalan dalam tiap kemauan. Para alumni mendukung sepenuhnya kerja probono awak redaksi. Kami menyampaikan terima kasih tak terhingga untuk itu.”

2.90%

Page 8: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest8 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

pigura

Page 9: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 9o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Mangrove sebagai sumber Energi

“Mangrove berperan besar dalam pengembangan dan pemanfaatan Bioenergi. Massa kayu mangrove sebagai bahan baku arang bakar, mampu menghasilkan kalori

hingga 19,2 MJ/kg dengan daya tahan pengapian yang cukup lama. Sedangkan pada bijinya mengandung

minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27-39 persen dari berat keringnya

(Soerawidjaja, 2005 dalam Csurhes, 2010).”

fotografer: r eko tjahjono

Page 10: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest10 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

kabar KAMPUS

JELAJAH POTENSI TAMAN NASIONAL KUTAIBERSAMA HIMAKOVA

Pada 21 Agustus 2017, 58 mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tiba di Kalimantan Timur.

Fakultas Kehutanan IPB bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kutai melaksanakan kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) 2017 di Taman Nasional Kutai dengan tema “Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kawasan Karst, Ekowisata, serta Kearifan Lokal di Taman Nasional Kutai, Provinsi Kalimantan Timur”. SURILI merupakan kegiatan tahunan HIMAKOVA yang diikuti oleh tujuh kelompok pemerhati, satu kelompok minat dan bakat, dan satu kelompok kajian sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Kegiatan SURILI 2017 dilaksanakan mulai 21 Agustus sampai dengan 29 Agustus 2017. Eksplorasi Taman Nasional

Kutai dibagi ke empat lokasi utama, yaitu Resort Rantau Pulung, Resort Teluk Pandan, Resort Sangkima, dan Resort Sangatta. Resort Rantau Pulung dijelajahi oleh Kelompok Pemerhati Mamalia “Tarsius”, Kelompok Pemerhati Burung “Perenjak”, Kelompok Pemerhati Herpetofauna “Phyton”, Kelompok Pemerhati Kupu-kupu “Sarpedon”, dan Kelompok Pemerhati Flora “Rafflesia”. Resort Teluk Pandan dijelajahi oleh Kelompok Pemerhati Gua “Hira”. Resort Sangkima dan Resort Sangatta dijelajahi oleh Kelompok Pemerhati Kupu-kupu “Sarpedon”, Kelompok Pemerhati Ekowisata “Tapak”, dan tim kajian sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kelompok minat dan bakat, Fotografi Konservasi “Flash” disebar ke setiap resort untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan kelompok kajian.

Setelah tujuh hari berada di lapangan, tim SURILI kembali ke Balai Taman

Nasional Kutai untuk mempresentasikan hasil sementara dari kegiatan SURILI 2017. Kepala Balai Taman Nasional Kutai, Nur Patria Kurniawan, mendukung penuh kegiatan SURILI 2017 yang menurutnya merupakan kegiatan yang baik untuk dilaksanakan rutin setiap tahun di berbagai kawasan konservasi. “Kegiatan ini sangat membantu Taman Nasional dalam menginventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di kawasan. Harapan saya, kedepannya SURILI tidak perlu lagi mencari tempat untuk dijadikan lokasi kegiatan berikutnya, namun pihak Taman Nasional yang akan meminta tim SURILI untuk datang membantu kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di kawasan tersebut,” kata Nur Patria Kurniawan.

Perjalanan tim SURILI 2017 masih belum berakhir. Setelah menyelesaikan tugas lapangan, tim SURILI kembali ke

surili. Seluruh anggota HIMAKOVA beserta pihak Taman Nasional Kutai dalam kegiatan Studi Konservasi Lingkungan.foto: HImakova

Page 11: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 11o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Koordinasi. Pertemuan sebelum dilaksanakannya kegiatan bersama pihak Taman Nasional Kutai.foto: himakova

tim pemerhati gua. Salah satu dari 7 Kelompok Pemerhati dalam HIMAKOVA. Selain itu, terdapat Kelompok Pemerhati Mamalia, Burung, Flora, Herpetofauna, Fotografi, dan Ekowisata.foto: himakova

Bogor untuk menyusun laporan kegiatan SURILI 2017. Keluaran dari kegiatan ini nantinya berupa laporan ilmiah, laporan semipopuler, film dokumenter, dan buku panduan lapangan keanekaragaman hayati Taman Nasional Kutai yang akan dipublikasikan dalam acara Seminar Nasional Hasil Ekspedisi pada bulan November mendatang. –

Page 12: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest12 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Ramadan, momen sekali setahun yang sangat ditungu-tunggu ini dimanfaatkan oleh Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB (HAE-IPB) untuk mempererat hubungan tali silaturahmi melalui kegiatan buka bersama. Kegiatan ini diadakan

pada hari Sabtu, 17 Juni 2017, bertempat di Gedung Auditorium Sylva Pertamina (ASP). Kegiatan dihadiri oleh civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB, termasuk pensiunan dosen, pegawai, mamang dan bibi yang pernah bekerja di kampus Fahutan IPB, serta janda dan anak yatim alumni Fakultas Kehutanan IPB.

Buka bersama ini mengusung tema “Rimbawan Peduli Rimbawan Berbagi”, diisi dengan sambutan-sambutan, tausiah singkat, buka bersama, dan penyerahan

kabar alumni

Rimbawan Peduli Rimbawan Berbagi

pembuka. Doa pembuka oleh dosen Fakultas Kehutanan, Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS.

buka puasa bersama. Sesi foto yang tidak boleh terlewatkan.fotografer: R Eko Tjahjono dan Zahra Firdausi

“Semangat dalam menjaga jalinan silaturahmi antar alumni adalah kunci. Ikatan yang kuat antar alumni dan civitas menjadi pondasi yang harus dijaga bersama.”

fotografer : R Eko Tjahjono dan Zahra Firdausi

bingkisan dari HAE IPB. M. Awriya Ibrahim selaku Ketua Umum HAE-IB dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan

sosial yang mendorong para alumni menyisihkan sebagian rezekinya untuk berzakat dan bersedekah di bulan suci sekaligus meningkatkan hubungan silaturahmi di antara keluarga besar

alumni Fakultas Kehutanan IPB.

Rinekso Soekmadi, Dekan Fakultas Kehutanan IPB, menambahkan, “Kegiatan Rimbawan Peduli

Page 13: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 13o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

rimbawan berbagi. Kegiatan untuk saling berbagi dan menjaga silaturahmi.fotografer: R Eko Tjahjono dan Zahra Firdausi

mendengar tausiah. Menunggu waktu berbuka.fotografer: R Eko Tjahjono dan Zahra Firdausi

sambutan. Ketua HAE-IPB, M. Awriya Ibrahim.

ini menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara alumni dan civitas akademika.” Menurut Frida, Ketua Panitia Rimbawan Peduli, kegiatan ini mendapat respon yang sangat baik dari para alumni. Dana yang terhimpun melalui rekening Yayasan HAE-IPB Peduli Bank BRI Cabang KLHK mencapai Rp. 150 juta dalam waktu lebih dari satu minggu.

Tausiah singkat disampaikan oleh Iwan Hilwan, dosen Fakultas Kehutanan IPB. Beliau mengingatkan untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan Ramadan yang mulia ini. Selain

itu, adik-adik SMP Dramaga juga turut hadir menghibur dengan lagu-lagu kasidah, dan dilanjutkan dengan buka bersama dan pembagian bingkisan.

Rimbawan Peduli merupakan salah satu kegiatan dari bidang sosial HAE-IPB. Kegiatan ini akan digelar rutin setiap tahun untuk menyalurkan bantuan kepada keluarga besar alumni yang membutuhkan dan mempererat ikatan silaturahmi di antara civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB. –

- Zahra Firdausi (E-48) dan Drajad Kurniadi (E-32)

Page 14: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest14 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

fahutanipb.comadalah portal media yang menjadi sumber informasi untuk Alumni Fahutan IPBdan masyarakat umum.

Portal ini merupakan Ofisial media HA-E IPB, yang menyediakan informasi dan berita tentang kegiatan HA-E IPB, bidang kehutanan dan umum.

Kontak:Kaka [email protected]

Page 15: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 15o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

PEDULI ROHINGYA“Kami ucapkan terima kasih

kepada Ketua Alumni dan Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang telah mempercayakan amanah ini kepada ACT. Kami yakin pemberian amanah ini bukan tanpa alasan, namun ada kepercayaan rekan-rekan Himpunan Alumni Kehutanan IPB setelah memperhatikan kiprah ACT selama ini.

Donasi untuk etnis Rohingya yang terkumpul sejumlah Rp. 101.600.000 telah kami terima dari Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB, Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc. dan Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.Trop."

kabar alumni

PENDERITAAN WARGA ROHINGYA HARUS SEGERA DIAKHIRI

Penderitaan yang dialami oleh etnis Rohingya di Provinsi Arakan, Myanmar akibat konflik berkepanjangan sungguh memprihatinkan. Ribuan warga Rohingnya dikabarkan meninggal dan puluhan ribu lainya terpaksa mengungsi untuk menghindari bentrok dengan Tentara Myanmar. Kondisi mereka di pengungsian pun mengenaskan karena hidup tanpa kewarganegaraan dengan berbagai keterbatasan.

Tragedi tersebut mengetuk hati banyak pihak, termasuk Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (HA-E IPB). Tak hanya mengecam kejadian keji tersebut, para rimbawan juga mengumpulkan donasi yang akan disalurkan untuk masyarakat Rohingya di Pengungsian.

“Kejadian yang menimpa Saudara kita di Rohingya merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan. Simpati dan empati seluruh alumni Fakultas Kehutanan IPB merupakan wujud kepedulian sekaligus ungkapan setia kawan bahwa segala bentuk penindasan harus dilawan dan dienyahkan dari muka bumi,” ujar

Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.Trop., Kamis, 13 September 2017.

Bantuan yang disalurkan merupakan sumbangan dari alumni Fakultas Kehutanan IPB yang ada di seluruh Indonesia. Donasi terkumpul sejumlah Rp. 101.600.000 (seratus satu juta enam ratus ribu rupiah) diserahkan oleh Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB, Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc. dan Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.Trop. kepada perwakilan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahmad Muslim pada hari Kamis, 14 September 2017 di Kampus Fakultas Kehutanan IPB. ACT diketahui telah beberapa waktu terjun langsung ke Myanmar.

Dana bantuan yang terkumpul hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu ini membuktikan bahwa kepedulian dan kepekaan sosial, tanpa memandang ras, kebangsaan maupun agama, sudah menyebar di seluruh alumni Fakultas Kehutanan IPB. Ketua Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB,

M. Awriya Ibrahim menyatakan bahwa kegiatan himpunan adalah kepedulian sosial yang diwadahi semangat Care and Respect.

Selain bantuan kemanusian untuk masyarakat Rohingya, selama ini HA-E IPB juga kerap memberikan bantuan sosial di berbagai wilayah di Indonesia yang terkena bencana. Melalui semangat Care and Respect, HA-E IPB juga menyalurkan dana perhatian bagi alumni dan keluarganya yang sakit dan meninggal, serta memberikan beasiswa kepada mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB yang kurang mampu. Khusus butir terakhir, diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik antara Fakultas Kehutanan dan HA-E IPB.

"Kami bersyukur dan bangga karena Pak Dekan giat membangun komunikasi dengan alumni dan sangat mendukung semangat Care and Respect," ujar Ketua Umum, Awriya Ibrahim mengakhiri wawancara tersebut.

-Gunanto Eko Saputro (E-38) dan Drajad Kurniadi (E-32)

Page 16: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest16 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

kabar alumni

Rapat Koordinasi dan Halal Bi Halal DPP HA-E IPB

Rapat koordinasi dan halal bi halal DPP HA-E IPB dengan Ketua Angkatan diselenggarakan secara sederhana pada Minggu, 23 Juli 2017. Rapat dipimpin oleh Ketua Umum DPP HA-E IPB, M. Awriya Ibrahim dan dihadiri oleh 15

orang DPP HA-E IPB dan 27 orang Ketua Angkatan. Agenda rapat koordinasi ini membicarakan update kegiatan HA-E IPB terbaru, pembagian majalah Forest Digest (FD) edisi 04 dan rompi seragam HA-E IPB, yang kemudian dilanjutkan dengan halal bi halal.

Acara di awali dengan sambutan dari Ketua Umum DPP HA-E IPB. Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang turut hadir juga menyampaikan beberapa hal terkait

pertemuannya dengan beberapa alumni di Provinsi Sulteng dan Babel, antara lain alumni disarankan menghubungi Komda setiap berkunjung ke lapangan, database alumni dan Komda masih perlu ditata dan dioptimalkan fungsinya, dan alumni yang belum merasakan manfaat aktif di HA-E IPB perlu dijangkau agar kedepannya manfaat HA-E IPB dapat lebih dirasakan oleh seluruh alumni.

Selain kegiatan tersebut, beberapa kegiatan HA-E IPB yang telah dilaksanakan, antara lain:

Konsolidasi Alumni Fakultas Kehutanan IPB telah dilaksanakan pada 20 Mei 2017 di Kampus Fakultas Kehutanan IPB, sekaligus peluncuran Alumni Executive Lounge dan Kartu Anggota HA-E IPB oleh Ibu Irene Retnaningsih, Senior Vice President PT BRI Tbk. Kartu anggota HA-E IPB ini dibuat atas kerja sama DPP HA-E IPB dengan PT BRI Tbk dan

telah terealisasi sebanyak 63 kartu. Selain berfungsi sebagai kartu anggota, kartu ini juga dapat digunakan sebagai kartu debit BRI.

Saat ini, DPP HA-E IPB masih memproses usulan pembuatan kartu anggota tahap selanjutnya kepada BRI Cabang Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta. Diharapkan nantinya seluruh alumni dapat segera membuat kartu anggota HA-E IPB yang dikoordinir oleh Ketua Angkatan masing-masing dan disampaikan kepada Unit Kesekretariatan (Sdri. Widia Ernawati Hp. 085719896718 atau Sdr. Drajad Kurniadi Hp. 081317959392), dengan menyertakan salinan KTP (dalam bentuk soft copy), NRP saat kuliah, nomor telepon, nama ibu kandung, dan biaya administrasi sebesar Rp. 20.000 (dapat menyusul).

“Rimbawan Peduli Rimbawan Berbagi” adalah tema dari kegiatan Rimbawan

koordinasi. Rapat koordinasi dan halal bi halal DPP HA-E IPB dengan ketua angkatan.foto: zahra firdaushi

Page 17: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 17o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Peduli Tahun 2017 yang dilaksanakan pada 17 Juni 2017 lalu di Kampus Fakultas Kehutanan IPB. Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian dan perhatian alumni Fakultas Kehutanan IPB kepada keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB. Dalam kegiatan ini diberikan bingkisan sebanyak 360 buah yang bersumber dari zakat mal dan infak yang diterima Panitia Rimbawan Peduli sebesar Rp. 170 juta dengan sisa anggaran sebesar Rp. 35 juta. Dana yang tersisa tersebut, sesuai hasil kesepakatan rapat koordinasi, disimpan di Rekening Yayasan HA-E IPB dan akan digunakan untuk kegiatan sosial atau Rimbawan Peduli selanjutnya.

Majalah Forest Digest edisi 04 dengan tema “Hasil Hutan Bukan Kayu” telah diterbitkan pada Mei 2017. Jumlah cetakan setiap edisi sebanyak 4.000-5.000 eksemplar. Meskipun dibagikan secara gratis, masih terdapat kendala distribusi melalui Ketua Angkatan atau Komda. Ketua Angkatan dan Komda diharapkan lebih aktif mengkoordinasi distribusi majalah tersebut kepada anggotanya di seluruh Indonesia. Selain didistribusikan kepada alumni, majalah ini juga didistribusikan kepada seluruh perguruan tinggi terkemuka, Kementerian, Dinas Kehutanan Provinsi, asosiasi profesi dan perkayuan, dan pihak terkait lainnya. Jumlah kontribusi alumni untuk penerbitan majalah Forest Digest edisi 01

hingga 04 adalah sebesar Rp. 1.367.000, Rp. 7.850.000, Rp. 20.749.000 dan Rp. 1.350.000.

Seragam rompi HA-E IPB untuk DPP HA-E IPB (yang aktif) dan Ketua Angkatan juga telah dibuat dengan kualitas bahan yang sangat baik. Alumni Fahutan IPB lainnya yang ingin memiliki seragam tersebut, dapat memesan kepada DPP HA-E IPB dengan harga Rp. 500 ribu.

Kepengurusan Koperasi Darma Sylva Sejahtera (KDSS) telah diserahterimakan kepada Ketua Umum DPP HA-E IPB sejak Maret 2017. DPP HA-E IPB berkewajiban memfasilitasi penyelenggaraan RAT untuk menetapkan kepengurusan KDSS yang baru. Untuk pengelolaan Unit Usaha Kopi Oey, DPP HA-E IPB telah menunjuk Sdri. Yulita Vitalis Dwi Cahyani (Bidang Usaha) sebagai penanggung jawab dan telah melakukan “Kontrak Kerjasama Operasi Rumah Makan” dengan PT Boga Kreatif Internusa (Kopi Gayo) pada 1 Mei 2017. PT Boga Kreatif Internusa bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pengawasan karyawan, kualitas dan kuantitas pembelian bahan baku dan biaya operasional, serta pembuatan laporan keuangan. Sedangkan DPP HA-E IPB bertanggung jawab mengelola arus kas hasil usaha.

Untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pelanggan, Kopi Oey telah merenovasi beberapa ruangan dan menambah paket rapat dengan ruang berkapasitas maksimal atau lebih dari sepuluh orang. Sejak Maret 2017, nilai penjualan Kopi Oey mengalami peningkatan hampir 30 persen dibanding saat masih dikelola manajemen yang lama. Promosi dan inovasi perlu terus dilakukan untuk meningkatkan penjualan. Live music bekerja sama dengan Unit Kegiatan Kampus Musik IPB di akhir pekan dan

pembukaan akses masuk ke lokasi Kopi Oey dari parkir Damri dan pintu depan sedang dijajaki untuk menarik lebih banyak pengunjung. Seluruh alumni juga diharapkan memanfaatkan Kopi Oey untuk pertemuan atau rapat tim kecil.

Kegiatan-kegiatan sosial seperti bantuan terhadap alumni dan keluarganya yang meninggal dan sakit telah berjalan dengan baik. Usulan Wadek Bidang Kemahasiswaan (Ibu Lailan S.) mengenai bantuan pembayaran SPP dan biaya Praktek Umum Kehutanan (P3H) sebesar Rp. 1,2 juta per orang untuk beberapa mahasiswa telah ditanggapi oleh DPP HA-E IPB. HA-E IPB dapat memberikan bantuan pembayaran SPP seperti yang diusulkan, sedangkan bantuan biaya P3H yang belum termasuk dalam skema bantuan akan didiskusikan dengan Bidang Sosial.

Selain itu, usulan pemanfaatan areal 12 hektare di Blok Cikabayan untuk ekowisata atau kegiatan lainnya, termasuk usaha bioenergi dengan dukungan pihak ketiga, juga perlu segera ditindaklanjuti oleh HA-E IPB. Fakultas Kehutanan IPB sebagai pemegang otoritas pengelolaan perlu mendapat dukungan langsung dari alumni yang memiliki kompetensi usaha terkait.

Beberapa hal lain yang akan ditindaklanjuti adalah peningkatan komunikasi antara Komda dan alumni, khususnya pejabat di Kementerian dan dosen Fahutan IPB, dengan menyempatkan melakukan diskusi di setiap kunjungan ke daerah, perbaikan database alumni yang hingga saat ini mencapai 7.100 orang, dan penyampaian laporan-laporan kegiatan dan keuangan kepada alumni Fahutan IPB melalui Ketua Angkatan untuk pertanggungjawaban dan menjaga kepercayaan alumni kepada HA-E IPB. Selain itu, peningkatan care and respect antaralumni dan promosi SDM yang berasal dari alumni Fakultas Kehutanan IPB. –

- Drajad Kurniadi (Alumni E-32)

sesi serius. Pemaparan kegiatan yang telah dilakukan serta rencana kedepan menjadi agenda dalam rapat konsolidasi.foto: zahra firdausi

Page 18: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest18 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

F rest D gest

Laporan Utama

masadepanBioenergi

foto: M Zulfadli A (Mahasiswa Fahutan IPB)

Page 19: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 19o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

“Terwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memprioritaskan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi dalam rangka mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.” – PP Nomor 79 Tahun 2014

Page 20: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest20 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

sesuai amanat Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam PP Nomor 79 Tahun 2014, yang menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada total bauran energi nasional tahun 2025. Target ini kemudian diperkuat kembali dengan telah ditetapkannya Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang tertuang dalam Perpres Nomor 22 Tahun 2017. Target Pemerintah ini juga digaungkan dalam kancah internasional melalui komitmen dalam Paris Agreement pada COP-21, dengan pembangunan sektor EBT sebagai salah satu aksi mitigasi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan target 29 persen pada tahun 2030.

Hal ini menjadi tantangan yang tidak mudah, namun tidak mustahil untuk diwujudkan. Menurut Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M., Direktur Bioenergi,

“Indonesia merupakan negara kaya akan potensi sumber daya alam hayati yang potensial dikelola menjadi sumber energi berbasis bioenergi yang ramah lingkungan dengan tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi dan mendukung pemenuhan energi di Indonesia”. Pemanfaatan bioenergi dapat ditemui dari pemanfaatan limbah di sekitar kita, mulai dari limbah rumah tangga, peternakan, pertanian, kehutanan dan industri. Bioenergi tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri, namun juga dapat menjadi sumber bahan bakar yang bermanfaat untuk sektor transportasi dan rumah tangga.

Program Pengembangan Pembangkit Listrik berbasis Bioenergi

Indonesia dikaruniai potensi bioenergi yang sangat besar yang mencapai 32,6 GW. Pengembangan pembangkit listrik berbasis bioenergi (PLT Bioenergi) telah dikembangkan dengan mekanisme investasi swasta (Independent Power Producer/IPP), pemerintah maupun public private partnership (PPP) untuk jenis PLT Biomassa, Biogas dan Sampah Kota. Hal ini didukung dengan dikeluarkan Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pedoman PT PLN (Persero) dan pihak swasta dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis bioenergi tersebut.

Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati

Bioenergi tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan energi listrik semata, namun juga dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar sebagai pengganti fosil atau biasa disebut Bahan Bakar Nabati (BBN). Pemanfaatan BBN di Indonesia diatur dalam Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2008, yang telah mengalami perubahan kedua dengan Permen ESDM Nomor 20 Tahun 2014 dan perubahan ketiga dengan Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Sejak tahun 2016, mendatori tersebut sudah mencapai 20 persen yang membuat Indonesia menjadi negara yang menggunakan

Kebijakan pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi tidak hanya dimaksudkan sekedar menjadi alternatif penyediaan energi, namun diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjaga ketahanan energi

nasional. Ketergantungan terhadap energi fosil sudah harus ditinggalkan, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak tertua di dunia dengan cadangan yang relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhannya. Sejak tahun 1995 produksi minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan dari 1,6 juta Barrel Oil Per Day (BOPD) menjadi hanya 831 ribu BOPD tahun 2016. Hal ini mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan secara signifikan sebagai solusi tepat guna dalam permasalahan krisis energi.

Menurut Ir. Rida Mulyana, M.Sc., Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Pemanfaatan sumber energi baru terbarukan adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai generasi saat ini terhadap generasi mendatang.” Akan sangat tidak bijak apabila generasi saat ini menikmati energi berlebihan sedangkan generasi mendatang harus menerima akibat dari kelangkaan energi.

Pemerintah secara tegas menyatakan komitmen dalam pengembangan EBT

Oleh: Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M. (Direktur Bioenergi, Ditjen EBT dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM) dan Ir. Rida Mulyana, M.Sc. (Dirjen EBTKE)

bioenergi Alternatif. PLT Biogas sebagai salah satu PLT Bioenergi Tungku Sehat Hemat Energi.

Page 21: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 21o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

blending BBN-20 persen terbesar di dunia. Secara bertahap mendatori akan terus ditingkatkan hingga mencapai 30 persen pada tahun 2025.

Program Pengembangan Biogas

Implementasi biogas rumah tangga pada skala komunal atau industri dilaksanakan dengan anggaran pemerintah melalui kegiatan pembangunan infrastruktur bioenergi, dengan investasi swasta, dan secara semi komersial. Total digester biogas yang telah terbangun untuk skala rumah tangga mencapai lebih dari 26.000 unit.

Program Tungku Sehat Hemat Energi

Program ini bertujuan agar rumah

tangga di Indonesia beralih dari penggunaan tungku tradisional yang kaya akan polusi ke tungku biomassa yang sehat dan hemat energi. Program ini telah mulai diterapkan di wilayah perdesaan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara.

Program Pulau Ikonis Energi Terbarukan

Pulau Sumba telah dipilih sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan (Sumba Iconic Island/SII) dan ditargetkan pada 2020 telah 100 persen memanfaatkan sumber EBTnya. Lebih lanjut, program ini akan dikembangkan di pulau berukuran kecil dan sedang lainnya di Indonesia.

bioenergi. Kelapa sawit sebagai bahan baku BBN, dan Digester Biogas.

Program Pengembangan Bioenergi berbasis Hutan Energi

Pengelolaan hutan berkelanjutan adalah bagian penting dari aksi mitigasi perubahan iklim. Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengembangkan varietas pohon yang memiliki potensi sebagai bahan baku bioenergi di kawasan hutan produksi.

Tanah Indonesia subur dan beriklim tropis, apa saja bisa tumbuh di seluruh penjuru nusantara, misalnya saja, kelapa sawit, tebu, karet, padi, jagung, ubi, kayu, nyamplung, dan kaliandra. Dukungan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, akademisi dan peneliti merupakan hal yang penting dan krusial dalam pengembangan bioenergi. Hasil akhir berupa ketahanan energi nasional menjadi hal yang tidak sulit untuk diwujudkan.

Pengembangan bioenergi sebagai bagian dari EBT juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dengan peran antara lain peningkatan penyediaan energi, percepatan penyediaan akses energi modern dan berkontribusi dalam program penurunan GRK. Sektor EBT telah berkontribusi menuju perubahan Indonesia berdaulat secara politik, mandiri ekonomi dan berkepribadian berkebudayaan. –

bahan bakar nabati.Indonesia merupakan negara kaya akan potensi sumber daya alam hayati yang potensial dikelola menjadi sumber energi berbasis bioenergi yang ramah lingkungan.foto: nanang rofandi

Page 22: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest22 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, Pemerintah menyusun rancangan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dengan mengikutsertakan

Pemerintah Daerah serta memperhatikan pendapat dan masukan dari masyarakat. RUEN selanjutnya ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden. Pada bulan Maret 2017, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) berdasarkan usulan dari Pemerintah.

laporan utama

mengawal perpres rencana umum energi nasional (ruen)Oleh: Dewan Energi Nasional

Alur pikir Rencana Umum Energi Nasional mencakup:

1.

2.

Substansi RUEN merupakan penjabaran KEN termasuk proyeksi supply-demand energi per tahun mulai tahun 2015 hingga 2050 dengan tetap mengacu pada sasaran yang telah ditetapkan dalam KEN. Selain itu, juga menyusun kebijakan/program/proyek yang cukup kongkrit dalam rangka pemenuhan supply-demand energi hingga tahun 2025.

Pengawasan terhadap pelaksanaan RUEN dilakukan oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Pengawasan ini bertujuan agar target-target yang ditetapkan dalam KEN dan pelaksanaan matriks kegiatan dalam RUEN dapat tercapai. Pengawasan dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi pusat dan daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil pengawasan dibahas dalam Sidang Anggota DEN dan dilaporkan kepada Presiden sebagai Ketua DEN atau dibahas dalam Sidang Paripurna DEN.

Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan implementasi RUEN

1.

Kondisi pengelolaan energi saat ini, mencakup isu dan permasalahan energi saat ini, potensi energi, indikator energi dan ekonomi.Kondisi masa mendatang yang optimal yang ditandai dengan pencapaian sasaran-sasaran yang terdapat dalam KEN.Kebijakan, strategi dan program pengembangan.

Sinkronisasi Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dengan Program RUEN Sinkronisasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga yang terdapat dalam matriks RUEN telah dilakukan untuk memastikan program RUEN terintegrasi dalam Renstra K/L tersebut. Sinkronisasi juga dilaksanakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Sinkronisasi pada rencana sektoral energi seperti Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sangat penting untuk dilakukan.

Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja)Dewan Energi Nasional membentuk 4 Pokja, antara lain Pokja Fossil, Pokja Energi Baru Terbarukan (EBT),

workshop penyusunan rued-p. Dewan Energi Nasional.foto: dewan energi nasional

3.

2.

Page 23: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 23o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

2.

Lokakarya nasional dan regional serta bimbingan teknis penyusunan RUED telah dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan penyusunan RUED dengan mengundang seluruh provinsi. Penyusunan RUED ini juga didukung oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 yang mengharuskan Pemda menganggarkan kegiatan penyusunan RUED. –

sosialisasi dan implementasi. Workshop dihadiri oleh Menteri ESDM, Ignatius Jonan beserta jajaran Dewan Energi Nasional.

workshop regional sumatera.Progress penyusunan

RUED-P Regional Barat.

3.

Pokja Ketenagalistrikan dan Pokja Konservasi-Industri yang bertujuan mengawal pencapaian target masing-masing bidang.Pembinaan Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (P2RUED) Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi menyebutkan bahwa Daerah menyusun Rencana Umum Energi Daerah (RUED). RUED Provinsi adalah kebijakan Pemerintah Provinsi mengenai rencana pengelolaan energi tingkat provinsi yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan RUEN yang bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran RUEN. Pemerintah telah membentuk Tim Pembinaan RUED (P2RUED) untuk membantu daerah menyusun RUED Provinsi yang diharapkan selesai setahun setelah RUEN diterbitkan.

Substansi RUEN merupakan penjabaran KEN termasuk proyeksi supply-demand energi per tahun mulai tahun 2015 hingga 2050 dengan tetap mengacu pada sasaran yang telah ditetapkan dalam KEN.

Page 24: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest24 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

ENERGI TERBARUKAN DARI BIOMASA HUTAN:ANTARA POTENSI, TEKNOLOGI PENGGUNAAN & DUKUNGAN PARA PIHAK

Oleh: Asep Sugih Suntana, PhD (E-23)

Energi biomassa merupakan elemen penting dalam proses pembangunan di pelbagai negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Energi yang bersumber dari biomassa ini dapat menyediakan jumlah energi yang cukup untuk berjuta penduduk

bumi. Tata laksana penggunaan biomassa sebagai energi juga sangat fleksibel karena biomassa dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan pendekatan tradisional dan modern (nontradisional).

Penggunaan biomassa secara modern, dengan teknologi terkini, menjadi pilihan karena sumber energi yang lain semakin sulit diperoleh, tersedia dalam jumlah terbatas, dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang semakin berkurang. Teknologi yang dapat mengubah biomassa hutan (kayu) menjadi metanol (alkohol kayu) atau etanol, saat ini telah tersedia. Alkohol yang dihasilkan dapat digunakan sebagai

bahan bakar kendaraan atau pemutar turbin untuk menghasilkan listrik.

Karena sistemnya dapat dibangun dengan skala kecil dan bersifat mobil mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, teknologi penghasil energi ini dapat diterapkan di berbagai pelosok negeri, terutama di daerah penghasil biomassa hutan (dekat dengan areal perkebunan dan kehutanan). Di Indonesia, daerah penghasil biomassa rata-rata berada di daerah terpencil, susah diakses, dan sulit memperoleh bahan bakar minyak dengan harga yang wajar.

Teknologi pengubah biomassa menjadi alkohol ini pun bahkan bisa menjadi andalan BNPB (Badan Penanggulangan Bencana Alam) dalam membersihkan areal bencana dari limbah berupa kayu, ranting, atau biomassa lainnya. Seluruh “limbah bencana” tersebut diolah menjadi bahan bakar dan listrik yang dapat digunakan untuk memobilisasi bantuan ke dan di areal bencana. Jika terobosan ini dapat dilaksanakan akan memberikan dua manfaat besar, membersihkan limbah biomassa sekaligus menyediakan energi.

Indonesia memiliki lahan subur yang luas, sekitar 93 persen dari total luasan lahan dapat dikategorikan baik dan sedang dalam menghasilkan biomassa hutan. Hanya 7 persen yang dikategorikan buruk dan sulit untuk ditanami. Dengan total luasan tersebut, biomassa

seharusnya tidak terlalu sulit untuk dihasilkan, apalagi tanpa perlu memenuhi persyaratan yang ketat, seperti biomassa untuk kayu konstruksi, kayu lapis, serta bubur kayu dan kertas.

Sebuah studi tentang rerata produksi biomassa di hutan produksi, dipublikasikan di tahun 2012, menyebutkan bahwa jumlah biomassa yang dipanen dari hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia dapat mencapai 151-351 m3/ha/tahun, hutan alam produksi sebesar 16-43 m3/ha/tahun, dan hutan rakyat sebesar 0,32-11 m3/ha/tahun .

Biomassa yang dipanen dari hutan tanaman tersebut, misalnya 25 persen diasumsikan sebagai limbah yang terbengkalai dan diproses menjadi energi terbarukan, hasilnya akan cukup menggembirakan. Apalagi, jika pemerintah memberikan izin dan semua masalah administrasi lainnya dapat dikelola dengan baik. Dari dua unit pengelola hutan tanaman di Sumatera saja, dapat tersedia 52.000-73.000 sambungan listrik untuk rumah tangga selama setahun. Jumlah ini

dapat diperoleh dengan menggunakan teknologi terbaru yang mengubah kayu menjadi alkohol kayu atau metanol dan mengubah metanol menjadi listrik dan bahan bakar.

Apakah permintaan penggunaan biomassa hutan dan pertanian untuk energi yang bersifat tradisional masih signifikan?

“Penggunaan biomassa secara modern, dengan teknologi terkini, menjadi pilihan karena sumber energi yang lain semakin sulit diperoleh, tersedia dalam jumlah terbatas, dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang semakin berkurang.”

Penggunaan energi terbarukan dari kayu diperkirakan akan mengurangi emisi karbon sebesar 400 ribu ton jika diolah menjadi listrik dan 300 ton jika digunakan untuk mengurangi penggunaan bbm.

Page 25: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 25o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Pembakaran biomassa secara langsung masih banyak dilakukan, dari skala rumah tangga hingga skala industri. Industri tahu, tempe, kertas, semen dan tekstil masih mengandalkan pelet kayu untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar industri mereka. Kebutuhan ini, jika dikelola dengan baik, akan memberikan peluang besar bagi para pihak yang terkait dengan pengelolaan hutan dan lahan pertanian. Proses pembersihan lahan untuk musim tanam selanjutnya atau proses peremajaan tanaman karet dan kelapa sawit, misalnya, dapat menjadi sumber bahan baku untuk energi.

Industri pembuatan pelet dapat menjadi pilihan, dan dapat dibangun

mulai dari skala kecil hingga skala besar. Industri ini perlu ditempatkan di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat sediaan bahan baku, memiliki aksesibilitas yang baik termasuk akses ke pelabuhan, serta memiliki tata laksana administrasi perizinan yang murah dan tidak rumit. Pada kenyataannya, banyak penanaman modal asing (PMA) yang mendirikan industri pelet dan menyediakan dukungan investasi yang tidak sedikit meskipun masih terdapat beberapa kendala.

Kebutuhan akan pelet tidak hanya terbatas pada jenis industri yang disebutkan di awal, tapi juga berbagai jenis industri lain. Jepang, Korea, dan

beberapa negara Eropa merupakan pangsa pasar besar bagi pelet. Saat ini, kebutuhan biomassa untuk industri pembuatan pelet ditutupi dari sediaan cangkang kelapa sawit. Namun demikian, dalam jangka panjang, ketika Jepang menerapkan kebijakan pembangkit listrik tanpa nuklir, misalnya, kebutuhan akan pelet dipastikan meningkat dengan pesat.

Pilihan menggunakan biomassa hutan sebagai sumber energi perlu didukung oleh kalkulasi pengurangan emisi karbon. Jika hasil kalkulasinya positif dan jumlah pengurangan emisi signifikan, dapat menjadi peluang ekonomi alternatif yang nyata dan serius. Penggunaan energi terbarukan dari kayu diperkirakan akan

mengurangi emisi karbon sebesar 400 ribu ton jika diolah menjadi listrik dan 300 ton jika digunakan untuk mengurangi penggunaan bbm.

Tulisan ini hanya memaparkan potensi yang tersedia secara ringkas. Mewujudkannya dalam bentuk aksi nyata, memerlukan banyak persiapan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari sisi teknis maupun nonteknis.

Setiap pilihan energi memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu, terutama dalam hal teknis, biaya ekonomi, ketersediaan bahan baku, tantangan spasial, perubahan iklim, serta biaya lingkungan dan sosial. There is no such silver bullet, tidak ada penyelesaian masalah yang langsung dan tidak disertai dengan upaya serius dari para pihak. Semua perlu ditata dengan rapi dan dilaksanakan dengan tahapan yang ajek. –

pengepul kayu. Memanen biomasa untuk energi rumah tangga.foto: R eko tjahjono

Page 26: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest26 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

PONGAMIA SUMBER BAHAN BAKU BIODIESEL POTENSIAL DI PULAU JAWA

Oleh: Aam Aminah1), Supriyanto2), Iskandar Z Siregar2) dan Ani Suryani3)

1) Peneliti Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan2) Staf pengajar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB3) Staf pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB S

alah satu jenis bahan bakar nabati (biofuel) yang saat ini sedang digalakkan penggunaannya adalah biodiesel. Hal tersebut tertuang pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015 yang menyatakan

bahwa pada tahun 2025 diwajibkan

penggunaan biodiesel sebesar 30 persen dan 20 persen bioetanol dari total kebutuhan minyak solar dan bensin. Oleh karena itu, secara progresif dan konsisten pemerintah memberikan perhatian pada bahan bakar nabati. Sumber bahan bakar nabati dari berbagai jenis tanaman tersedia cukup banyak, namun eksplorasi potensi pemanfaatannya belum tuntas. Salah satu jenis tanaman tersebut adalah pongamia (Pongamia pinnata (L.) Pierre). Pongamia tumbuh di sepanjang pantai di Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Di Jawa, pongamia dapat ditemukan di pantai barat (Carita), pantai selatan (Batukaras dan Kebumen), dan pantai timur (Alas Purwo dan Baluran). Biji dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel.

Pongamia merupakan tanaman tahunan

sebaran. Peta lokasi tanaman pongamia di pulau Jawa (Carita, Batukeras, Kebumen, TN Alas Purwo dan TN Baluran).

“Secara progresif dan konsisten pemerintah memberikan perhatian pada bahan bakar nabati. Sumber bahan bakar nabati dari berbagai jenis tanaman yang tersedia di Indonesia cukup banyak, namun ekplorasi potensi pemanfaatannya belum tuntas.”

Page 27: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 27o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

dengan tajuk seperti payung. Tanaman ini dapat mencapai tinggi hingga 25 m dan diameter hingga 80 cm dengan batang berwarna abu-abu. Daunnya berwarna hijau tua mengkilap. Bunga berbentuk malai berwarna putih, merah muda dan ungu. Buahnya bertangkai pendek dan berbentuk polong (Prosea 2006) dengan panjang sekitar 42-54 mm, diameter 16-21 mm, berat 2-5 gram dan berisi 1-3 biji, tidak merekah bila masak. Bijinya berbentuk bulat hingga memanjang dan berwarna coklat bila sudah masak, dengan panjang 15-20 mm, diameter 12-14 mm dan berat 1,09-1,64 gram. Biji mulai berkecambah sekitar tujuh hari setelah ditabur di media tanah dan pasir. Kecambah tumbuh secara hipogeal. Selain dari biji yang dikecambahkan, bibit juga dapat berasal dari anakan yang tumbuh di bawah pohon (Aminah et al. 2017).

Biji pongamia asal pulau Jawa memiliki kandungan minyak berkisar antara 23,55-26,44 persen. Nilai ini hampir setara dengan kandungan minyak pada jarak pagar sebesar 30-35 persen. Biji pongamia juga memiliki kadar protein sebesar 1,75-2,70 persen, karbohidrat 46,99-57,21 persen, air 9,74-14,74 persen, abu 2,62-2,96 persen dan serat kasar

4,05-6,98 persen. Selain itu, biji pongamia mengandung asam lemak palmitat, stearat, oleat, linoleat dan linolenat. Asam lemak oleat dan linoleat, asam lemak dominan pada biji pongamia, merupakan asam lemak untuk bioenergi berkualitas tinggi yang diperlukan untuk transportasi. Kadar asam lemak oleat berkisar antara 39-54 persen, sedangkan asam lemak linoleat 18-26 persen. Kedua asam lemak tersebut merupakan asam lemak tidak jenuh sehingga bahan minyak tetap berbentuk cair pada suhu ruang (Aminah et al. 2017).

Berdasarkan hasil uji sifat fisikokimia, berat jenis minyak pongamia berkisar antara 0,84-0,95 g/m3, sedangkan standar berat jenis biodiesel menurut SNI 7182:2015 Biodiesel adalah sebesar 0,85-0,89 g/m3. Nilai kalor minyak mentah pongamia berkisar antara 8578,41-9232,76 kcal/kg, sedangkan standar minimal nilai kalor menurut SNI Biodiesel adalah sebesar 40 kcal/kg. Nilai viskositas berkisar 62-87 mPa•s, bilangan asam 2-15 mg/g, bilangan penyabunan 168-206 mg/g, dan bilangan iodin 79-90 mg/g. Dengan demikian, minyak mentah pongamia telah memenuhi standar minimal SNI untuk berat jenis dan nilai kalor, dan dapat dipertimbangkan menjadi minyak

biodiesel. Namun, untuk sifat fisikokimia lainnya terutama yang terkait viskositas, kadar air, bilangan asam, bilangan penyabunan dan bilangan iod, masih memerlukan proses lanjutan (Aminah et al. 2017).

Pongamia memiliki daya adaptasi yang tinggi dan dapat hidup pada kondisi tapak yang berbeda dengan habitat aslinya. Pongamia biasanya tumbuh pada tanah yang kurang subur bertekstur pasir di habitat aslinya, tetapi dapat juga tumbuh pada tanah bertekstur tanah liat, dengan ketinggian mulai dari 0 mdpl hingga 1200 mdpl dan tipe iklim A hingga F menurut Schmidt dan Fergusson. Oleh karena itu, tanaman ini dapat direkomendasikan untuk ditanam pada lahan-lahan marjinal atau lahan-lahan bekas tambang. Saat ini telah dilakukan budidaya tanaman pongamia seluas kurang lebih 2 hektare di Hutan Penelitian Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan tanaman palawija seperti padi gogo, jagung dan lengkuas. Pola penanaman ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Hutan Penelitian Parung Panjang. –

bahan baku biodiesel. Searah jarum jam: Bibit pongamia, Penanaman pongamia dengan sistem tumpang sari, Biji, Buah, dan Minyak Pongamia.foto: aam aminah

Page 28: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest28 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

Pelet Kayu Sumber Energi dari Masa Depan

Oleh: Saputra Nur Adi (Pusat Litbang Hasil Hutan)

Bahan bakar fosil berasal dari pelapukan sisa mahluk hidup. Prosesnya terjadi secara alami dan membutuhkan waktu jutaan tahun. Minyak bumi, batu bara dan gas alam merupakan bahan bakar fosil yang paling banyak digunakan.

Minyak bumi dan gas umumnya terbentuk secara bersamaan dari sisa tumbuhan dan hewan, hidrokarbon cair menjadi minyak bumi dan hidrokarbon gas menjadi gas alam. Sedangkan batubara berasal dari pelapukan dan sedimentasi sisa-sisa tumbuhan.

Bahan bakar fosil mulai banyak digunakan di Britania Raya pada akhir abad ke-18, tanda dimulainya revolusi industri. Mesin uap buatan James Watt tahun 1781 menjadi basis industri di era itu. Masa transisi ini mempengaruhi cara pandang dan perilaku manusia secara revolusioner. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya berubah secara drastis dan terus menyebar ke seluruh dunia. Perubahan

besar-besaran terjadi di pelbagai bidang. Tenaga manusia dan ternak yang sebelumnya sangat dibutuhkan di bidang pertanian, pertambangan, transportasi dan teknologi mulai tergantikan oleh mesin keluaran pabrik manufaktur.

Penggunaan bahan bakar fosil di era sekarang menjadi perhatian serius dunia. Setidaknya ada empat isu dasar yang menjadi pemicu mengapa mulai perlu dicari alternatif sumber bahan bakar fosil yaitu peningkatan jumlah penduduk, persediaan sumber energi fosil yang semakin menipis, dampak buruk terhadap lingkungan, dan perkembangan IPTEK.

Peningkatan Jumlah Penduduk

Divisi Sosial dan Ekonomi PBB mencatat bahwa jumlah penduduk terus meningkat secara signifikan di pelbagai belahan dunia. Sebanyak 6,9 miliar penduduk di tahun 2010, meningkat menjadi 7,2 miliar di pertengahan tahun 2013, dan 7,4 miliar di tahun 2015. PBB juga memprediksi akan ada 9,8 miliar penduduk di tahun 2050 dan 11,2 miliar di tahun 2100. Peningkatan ini dipicu oleh banyak faktor, terutama kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kedokteran. Kontribusi bidang kedokteran berhasil menekan

angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup manusia. Faktor lainnya, migrasi penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mencari tempat tinggal, meningkatkan pendapatan ekonomi, dan mencari sumber energi.

Di Indonesia, ledakan jumlah penduduk terjadi antara tahun 1971-1980 sebesar 24 persen. Jumlah penduduk sebanyak 119 juta di tahun 1971, meningkat menjadi 147

juta di tahun 1980. Laju pertumbuhan penduduk per dasawarsa menurut catatan BPS berada di kisaran 10-15 persen.

Peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan energi. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan energi. Namun, peningkatan tersebut tidak diimbangi ketersediaan cadangan sumber energi fosil. Kondisi ini memicu kompetisi penguasaan sumber energi, bahkan mengakibatkan krisis energi di pelbagai belahan dunia.

Persediaan Sumber Energi Fosil Semakin Menipis

Dunia menghadapi kenyataan semakin menipisnya persediaan sumber energi fosil. Beberapa negara maju mulai melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan energi fosil. Penggunaannya

“Peningkatan jumlah penduduk, sumber energi fosil yang semakin menipis dan dampak buruk penggunaan energi fosil terhadap lingkungan menuntut kita untuk mencari sumber energi baru dan terbarukan yang akan menjamin kehidupan umat manusia di masa depan.”

Kebutuhan pelet kayu dunia diperkirakan mencapai 50 juta metrik ton pada tahun 2020. Untuk Eropa, kebutuhan pelet kayu tercatat di atas 10 metrik juta ton pada tahun 2009 dan meningkat menjadi sekitar 13 juta metrik ton pada tahun 2010.

Page 29: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 29o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

pun terkesan stagnan sejak tahun 2010, dan berimbas pada fluktuasi harga yang mencapai titik terendah di tahun 2014.

Konsumsi energi fosil Indonesia didominasi oleh minyak (41,8 persen), batubara (29 persen) dan gas (23 persen). Sekitar 37 persen di antaranya digunakan untuk sektor industri. Kementerian ESDM di tahun 2014 memperkirakan cadangan minyak hanya bertahan untuk 12 tahun, gas 30 tahun, dan batubara cukup hingga 100 tahun ke depan.

Dampak Terhadap Lingkungan

Isu lingkungan menjadi propaganda paling gencar untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Negara-negara industri seperti Tiongkok dan Amerika menjadi penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK) dari pembakaran energi fosil. Negara-negara Uni Eropa bahkan menyumbang 3,78 juta ton (75 persen) emisi GRK dunia. Laju penggunaan energi fosil yang tak terkontrol ini akan mengancam kelangsungan makhluk hidup secara keseluruhan. Penggunaan energi fosil dipercaya memicu perubahan iklim global melalui pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer. GRK mengubah komposisi kimia di lapisan atmosfer yang mengakibatkan naiknya suhu bumi dan memicu bencana alam. Beberapa bencana alam akibat perubahan iklim, antara lain:

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sektor industri kehutanan, pertanian dan peternakan menyisakan sisa pengolahan produk, yang dikenal sebagai limbah biomassa. Limbah ini dapat menjadi sumber energi baru terbarukan

setelah dikonversi menjadi bentuk padat (biopelet, pelet kayu), cairan (bioetanol, biodiesel, biokerosen) atau gas. Salah satu teknik pengolahan yang dapat digunakan adalah teknik pemadatan (densifikasi), mengubah biomassa menjadi pelet atau briket untuk meningkatkan nilai kalornya. Kelebihannya, sumber energi biomassa ini dapat diperbaharui dan terjamin kontinuitas ketersediaannya.

Potensi Bahan Baku dan Pembuatan Pelet Kayu

Bahan baku pelet kayu mudah ditemukan. Limbah tebangan skala besar atau kecil, berupa daun, ranting, cabang dan potongan kecil kayu, atau limbah usaha penggergajian berpotensi sebagai bahan baku pelet kayu. Sentra-sentra pengolahan kayu, misalnya furnitur, pun dapat berkontribusi sebagai penyedia bahan baku.

Pelet kayu dapat diproduksi pada skala rumah tangga atau industri. Skala rumah tangga umumnya menggunakan mesin produksi berkapasitas di bawah 500 kg per jam, sedangkan skala industri menggunakan mesin berkapasitas satu ton, dua ton atau lima ton per jam. Pelet kayu skala rumahan diproduksi melalui lima

Cuaca EkstrimPola cuaca ekstrim di pelbagai belahan dunia mengakibatkan kekeringan atau banjir. Kekeringan menurunkan produktivitas tanaman pertanian dan mengganggu ketahanan pangan. Sedangkan banjir menimbulkan kerugian material dan nonmaterial.Gempa BumiPeningkatan aktivitas perut bumi berhubungan erat dengan pemanasan global. Pengamatan NASA mengungkapkan lapisan es dan permukaan bumi menyerap lebih banyak sinar matahari yang menciptakan panas dan meningkatkan suhu perut bumi. Dampaknya, peningkatan aktivitas gerakan seismik, tektonik dan vulkanik.

pelet kayu. Sumber energi masa depan.

Gelombang PanasGelombang panas pernah melanda beberapa negara, antara lain Tiongkok, Filipina, Brasil, Venezuela, Sri Lanka, India, Australia dan Nigeria. Musim panas tahun 2003 lalu misalnya menewaskan sekitar 70.000 orang di seluruh dunia. Tahun ini, tidak sedikit penduduk Tiongkok yang melakukan aktivitas rumah tangganya di sekitar sungai untuk mengurangi efek kenaikan suhu. Krisis Kepunahan Pola migrasi satwa liar di alam umumnya dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Peningkatan suhu menjadi indikator bagi satwa liar berpindah tempat. Namun, perubahan iklim yang terjadi melebihi kemampuan migrasi satwa liar. Para ahli berpendapat seperempat spesies bumi menuju kepunahan di tahun 2050.

foto: r eko tjahjono

Page 30: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest30 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

tahap, yaitu pencacahan dan penggilingan limbah kayu, pengeringan serbuk kayu, pencetakan pelet kayu, pendinginan, serta pengepakan dan penyimpanan.

Karakteristik mutu pelet kayu ditentukan berdasarkan SNI 8021:2014 yang meliputi beberapa parameter uji, yaitu kerapatan, keteguhan, kadar air, kadar zat terbang, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor.

Keunggulan dan Manfaat Pelet Kayu

Pelet kayu berpotensi besar sebagai sumber energi masa depan. Keunggulan pelet kayu dibanding bahan bakar fosil, antara lain (1) harga relatif lebih stabil yang didukung kampanye penggunaan energi ramah lingkungan dan insentif bagi industri penggunanya, (2) jenis

bahan baku pelet kayu bervariasi, sekitar 289 jenis tanaman energi, (3) memiliki sifat karbon netral atau tidak menambah emisi CO2, (4) keseragaman bentuk dan ukuran yang memudahkan dalam proses penyimpanan dan transportasi, (5) kandungan abu rendah dengan nilai kalor di kisaran 4.200 sampai 5.100 kCal/kg, dan (6) produksi skala rumah tangga atau industri.

Umumnya, pelet kayu dimanfaatkan sebagai penghasil panas, dan pada perkembangannya dimanfaatkan pula sebagai penghangat ruangan hingga bahan bakar pembangkit listrik. Pelet kayu sebagai bahan bakar digunakan dengan cara pembakaran langsung untuk menghasilkan panas dan listrik dengan efisiensi pembakaran sebesar 40 persen; co-firing, berdampingan dengan batubara dengan porsi 20 persen dan efisiensi pembakaran 33-37 persen; co-generation, untuk menghasilkan panas dan listrik dengan efisiensi 75-90 persen; dan gasifikasi biomassa menjadi gas untuk menghasilkan listrik dengan efisiensi 60 persen.

Potensi Pasar Domestik dan Mancanegara

Jawa Tengah, menurut data Bank Dunia, memiliki empat juta rumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar dan merupakan provinsi kedua terbesar pengguna kayu bakar sebagai sumber energi di Indonesia. Angka ketergantungan tertinggi pada kayu bakar dimiliki Nusa Tenggara Timur, sekitar 83,4 persen dari 1.010.000 rumah tangga di provinsi ini menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi utama.

Pengguna potensial pelet kayu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu masyarakat pinggiran kota dengan akses ke pelbagai pilihan bahan bakar tapi memilih biomassa yang lebih murah dan melimpah; konsumen potensial di pinggiran kota yang menggunakan biomassa sebagai bahan bakar pelengkap, selain LPG atau minyak tanah sebagai sumber utama bahan bakar; dan masyarakat pedesaan dan terpencil yang menggunakan biomassa sebagai bahan bakar primer karena keterbatasan infrastruktur dan biaya.

Kebutuhan pelet kayu dunia saat ini diperkirakan mencapai 20 juta metrik ton per tahun, dan mencapai 50 juta metrik ton di tahun 2020. Kebutuhan untuk Eropa saja tercatat di atas 10 juta metrik ton di tahun 2009 dan sekitar 13 juta metrik ton di tahun 2010. Angka ini terus meningkat seiring pembangunan pembangkit tenaga listrik dan kebutuhan bahan bakar penghangat di negara empat musim.

Dengan mempertimbangkan peningkatan jumlah penduduk dunia, sumber energi fosil yang kian menipis dan dampak buruk energi fosil terhadap lingkungan, maka pencarian sumber energi baru terbarukan menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi didukung dengan perkembangan pasar mancanegara yang menjanjikan. Indonesia dengan hutan tropisnya memiliki peran strategis sebagai penyedia sumber energi baru terbarukan untuk menjamin kehidupan umat manusia di masa depan. Perhatian khusus dan kolaborasi para pemangku kepentingan menjadi faktor penentu pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia, khususnya pelet kayu. –

mudah ditemukan. Bahan baku pelet kayu mudah ditemukan. Limbah tebangan skala besar atau kecil, berupa daun, ranting, cabang dan potongan kecil kayu, atau limbah usaha penggergajian berpotensi sebagai bahan baku pelet kayu.

foto: dede hermawan

Page 31: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 31o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Dapatkan majalah Forest Digest secara gratis.Kontak: [email protected]

Sekretariat Himpunan Alumni Fahutan IPBKampus Fahutan IPB Darmaga

Bogor

Page 32: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest32 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

Pengembangan Karbon Aktif sebagai Substitusi Antrasit di Pertambangan

Oleh: Jajang Roni A Kholik (PT DHM)

Biomassa sebagai sumber bioenergi fundamental

Sumber energi terbarukan menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dapat bersumber dari bioenergi berupa biomassa. Bioenergi adalah istilah umum bagi energi yang dihasilkan melalui material-material organik seperti limbah panen kayu, sisa tanaman pertanian, sekam, limbah pabrik, sampah perkotaan, atau kotoran hewan. Biomassa sebagai penyedia sumber stok karbon untuk energi masa depan dapat berfungsi sebagai pengaman energi dan konservasi keanekaragaman hayati di masa mendatang.

Energi fosil yang sulit diperbaharui dan semakin berkurang dari waktu ke waktu membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan energi yang disebut sebagai bauran energi. Kebijakan tersebut

menyebutkan jumlah penggunaan energi primer sebesar 15 persen pada tahun 2025 harus berasal dari sumber energi baru dan terbarukan yang terdiri dari geothermal, biofuel dan biomassa. PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional lebih lanjut menjelaskan bahwa fokus pemanfaatan energi baru dan terbarukan jenis biomassa dan sampah akan diarahkan untuk bidang ketenagalistrikan dan transportasi.

Pengolahan biomassa menjadi bioenergi dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu pembakaran biomassa padat, produksi bahan bakar cair, dan produksi bahan bakar gas. Biomassa hutan secara nyata dapat menghasilkan energi panas, tenaga listrik, dan bahan bakar, seperti untuk pembangkit listrik dan transportasi ramah lingkungan.

Nilai tinggi karbon aktif sebagai produk bioenergi

Salah satu bentuk teknologi dan pemanfaatan produk bioenergi adalah teknologi pembuatan arang (charcoal) dan pengembangan karbon aktif dari biomassa hutan. Konversi biomassa hutan menjadi arang merupakan salah satu pilihan bijak yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sekuestrasi karbon, karena karbon pada arang dapat disimpan dalam durasi yang lama dibanding dengan karbon dalam bentuk kayu.

Arang merupakan produk residu hitam berupa karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari bahan dasar tumbuhan atau hewan melalui

pemanasan. Arang terdiri dari 85-98 persen karbon dan sisanya dalam bentuk abu, uap air (asap cair) atau benda kimia lainnya.

Teknologi pembuatan arang yang paling modern adalah dengan sistem retort tertutup seperti yang digunakan PT Dharma Hutani Makmur. Proses karbonisasi dilakukan dengan menggunakan serangkaian scrubber gas. Potongan arang yang dihasilkan dimasukkan ke penyimpanan menurut urutan ukuran dan dikemas sebagai arang bongkahan, sedangkan debu halus sisa bongkahan kembali dicetak dengan mesin pembuat briket dan dikemas sebagai arang briket. Total produksi dari 25 retort yang terpasang saat ini adalah sebanyak 300 ton per bulan arang bongkah dan 100 ton per bulan arang briket.

Pada sektor pertanian dan kehutanan, penyiapan lahan seringkali dilakukan dengan pembakaran kayu yang dapat beresiko kebakaran dan menstimulus meningkatnya pemanasan global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer. Dengan mengkonversinya menjadi arang, dapat meminimalkan emisi dan menambah penghasilan masyarakat desa sekitar hutan. Arangnya juga dapat digunakan sebagai sumber energi, media tanam dan pupuk.

Peningkatan kualitas arang dengan cara menambahkan tahapan proses karbonisasi pada proses aktivasi arang di suhu tertentu (sekitar kurang lebih 9000C selama 3 jam) akan menghasilkan arang aktif (karbon aktif). Karbon aktif didefinisikan sebagai jenis karbon atau arang yang memiliki luas permukaan yang sangat besar dan porositas yang tinggi, biasanya permukaan

“Kebijakan Energi Nasional lebih lanjut menjelaskan bahwa fokus pemanfaatan energi baru dan terbarukan jenis biomassa dan sampah akan diarahkan untuk bidang ketenagalistrikan dan transportasi.”

Page 33: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 33o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

karena sangat sedikitnya unsur yang mudah menguap dan kandungan karbon yang sangat tinggi berkisar 85-95 persen. Nilai kalorinya mencapai 8.000 kkal/kg. Meskipun tidak dibakar sampai titik pengapian 5000C, antrasit memiliki daya pemanasan yang sangat kuat, dan menghasilkan panas yang konstan selama dibakar.

Karbon aktif juga telah digunakan di dunia pertambangan sejak dahulu untuk memisahkan emas dari larutan sianida. Karbon aktif yang digunakan harus memiliki kualitas yang sangat baik untuk mengoptimalkan proses pemisahan, mengurangi tingkat kehilangan emas, dan meminimalkan masalah perawatan. Karbon aktif yang ramah lingkungan dengan bahan bakunya yang melimpah dapat dikembangkan sebagai substitusi antrasit yang tidak lestari. Nilai kalori karbon aktif dari berbagai jenis biomassa hutan berkisar antara 3.000-7.000 kkal/kg. Nilai tersebut dapat dikembangkan

menjadi setara antrasit dengan pemilihan jenis kayu dan teknologi proses pembuatan yang tepat.

Substitusi ini akan mengurangi pengeluaran negara dan pengusaha pertambangan untuk mengimpor antrasit. Selain itu, dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat kecil untuk memproduksi karbon aktif dengan peralatan dan teknologi sederhana, dan menambah devisa dari sektor Kehutanan apabila dikembangkan untuk tujuan ekspor.

Sayangnya, proses pengembangan produk karbon aktif masih sering terkendala dan terhambat dengan keterbatasan dalam hal ilmu pengetahuan, teknologi dan alat uji coba laboratorium yang dimiliki perusahaan. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, pusat penelitian, akademisi, pelaku usaha, petani, dan lembaga swadaya masyarakat dalam proses dan pengembangan produk yang dihasilkan. –

arang. Produk arang industri kehutanan PT Dharma Hutani Makmur dalam bentuk bongkah dan briket.

dalamnya mencapai 400-1.600 m2 per gram karbon aktif dan volume pori-pori lebih dari 30 cm3 per 100 gram karbon aktif.

Karbon aktif merupakan produk yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki banyak manfaat. Pembuatan karbon aktif belum banyak dilakukan di Indonesia, padahal potensi bahan baku sangat melimpah, terutama dari limbah kegiatan pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI). Usaha ini dapat meminimalisir emisi karbon akibat proses pembusukan limbah tanaman. Selain itu, karbon aktif yang dihasilkan dapat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman yang akan meningkatkan mutu dan kualitas tanah dan fiksasi karbon, sehingga akumulasi deposit karbon dalam tanah akan semakin bertambah. Hal ini akan memberikan sumbangan dalam upaya pengurangan pemanasan global dalam bentuk carbon sink.

Pengembangan karbon aktif untuk pertambangan

Antrasit dikenal di dunia pertambangan sebagai produk batu bara yang menghasilkan pembakaran terbersih dari semua jenis batubara. Pembakaran berlangsung singkat dan tidak menghasilkan asap saat dibakar,

arang. Proses pembuatan arang.

Page 34: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest34 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

Hutan Untuk Energi

Oleh: Ir. Nanang Roffandi (E-4)

Tema peringatan Hari Hutan Internasional (International Forest Day) yang jatuh pada 21 Maret 2017 adalah Hutan dan Energi. Tema ini menunjukan betapa masyarakat internasional menaruh harapan besar kepada hutan hujan tropis dan perannya

dalam mengatasi tantangan perubahan iklim global.

Kementerian LHK turut berpartisipasi dalam peringatan tersebut dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang salah satunya adalah sosialisasi energi terbarukan berbasis biomassa hutan. Sayangnya, kegiatan yang disponsori GIZ tersebut minim peminat sehingga menimbulkan pertanyaan, apa yang salah?

Di sisi lain, substansi Persetujuan Paris yang diterjemahkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 menyebutkan perlunya peningkatan kerja sama para pihak dalam upaya penguatan pendidikan, pelatihan, kesadaran publik, partisipasi publik, dan akses publik terhadap informasi mengenai perubahan iklim. Harapan akhirnya adalah terbangunnya kesepahaman nasional sebagai modal dasar keberhasilan rencana

aksi terintegrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Pemerintah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perubahan Iklim) telah menetapkan Kontribusi Nasional (National Determined Contribution/NDC) yang akan dicapai melalui sektor kehutanan, energi, transportasi, limbah, proses industri dan penggunaan produk, dan pertanian. Sektor Kehutanan menempatkan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK sebagai National Vocal Point (NVP).

Peran dominan sektor Kehutanan menjadi penting karena emisi di Indonesia seperti dijelaskan dalam NDC tahun 2010 sebesar 63 persen berasal dari kegiatan alih guna lahan serta kebakaran hutan dan lahan. Sementara, dalam dokumen First Biennial Update Report (BUR) yang disampaikan kepada UNFCCC pada bulan Januari 2016 dinyatakan bahwa emisi GRK Nasional meningkat dari tahun 2000 dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor LULUCF termasuk kebakaran gambut (47,8 persen) dan sektor energi (34,9 persen).

Indonesia menjadi negara emitter karbon terbesar ke-6 di dunia pada tahun 2013, mengalahkan Brazil yang memiliki hutan hujan tropis terluas dunia, serta menghasilkan kebakaran hutan terburuk pada tahun 2014 dan 2015. Kondisi

tersebut adalah dampak dari pelepasan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas lebih dari 2 juta hektare pada tahun 2006-2015.

Peran hutan yang strategis sebagai inti lingkungan hidup, penunjang kehidupan, dan penyeimbang emisi gas rumah kaca dalam rencana aksi terintegrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah informasi peran hutan dalam menghasilkan energi terbarukan belum tersebar luas di kalangan kehutanan

sendiri. Hutan sebagai sumber energi baru dikenal sebatas pada pemanfaatan kayu bakar dan arang kayu. Sementara, hutan sebagai penghasil sumber energi padat, cair dan gas sebenarnya sudah mengemuka setelah Egon Gleisinger merilis bukunya yang terkenal The Coming Age of Wood pada tahun 1947. MAPEBHI bahkan mencatat sedikitnya ada 13 jenis sumber energi terbarukan yang dapat dibuat dari kayu.

Sementara itu, Inpres Nomor 1 Tahun 2006 yang menyatakan tugas Menteri Kehutanan

sebagai pemberi Izin Pemanfaatan Lahan Hutan yang tidak produktif untuk pengembangan bahan bakar berbahan baku nabati (biofuel) juga dirasakan sudah tidak sejalan lagi dengan NDC. Kementerian LHK seharusnya ditugaskan untuk menghasilkan energi terbarukan berupa bioenergi berbasis biomassa hutan secara berkelanjutan, bekerja sama dengan kementerian terkait, seperti Kementerian

“Hutan dapat berperan nyata dalam mengatasi krisis energi, sebagai bagian dari aksi terintegrasi mitigasi-adaptasi perubahan iklim yang terkoordinasikan.”

Untuk memenuhi harapan masyarakat nasional dan global, hutan dapat berperan nyata dalam mengatasi krisis energi, sebagai bagian dari aksi terintegrasi mitigasi-adaptasi perubahan iklim yang terkoordinasikan.

Page 35: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 35o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

hutan sebagai sumber energi terbarukan Tanaman hutan berkayu, tanaman budidaya tahunan yang berkayu, dan jenis tanaman lainnya untuk mendukung penyediaan bahan baku bioenergi

hutan untuk energi. Investasi pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan berbasis biomassa hutan sebagai bagian dari aksi terintegrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

ESDM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN. Kondisi lain yang juga penting dan harus dibangun adalah perubahan kebijakan, institusi dan pasar, seperti arahan Prof. Emil Salim dalam ceramah Pembangunan Berkelanjutan di Bappenas sepuluh tahun lalu.

Sayangnya, pengembangan sumber daya energi dari biomassa hutan terkesan lamban terlihat dari belum dimasukannya sumber daya hutan sebagai sumber daya energi terbarukan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) sebagai pelaksana dari amanat PP Kebijaksanaan Energi Nasional (KEN) Tahun 2014. Alasannya, potensi sumber daya hutan dianggap belum terukur sehingga hanya sebatas indication projection, belum berupa committed projection.

Padahal, Kementerian LHK melalui Direktorat Jenderal PHPL pernah mengidentifikasi sebanyak 34 perusahaan pemegang IUPHHK-HT di 16 provinsi

dengan total luas areal kerja lebih dari 1,3 juta hektare yang telah menyatakan komitmennya untuk membangun HTI Energi seluas tidak lebih 13 persen dari luas areal kerjanya. Namun, hasil identifikasi tersebut belum ditindaklanjuti dengan alasan belum adanya contoh best practice di lapangan. Kementerian LHK sendiri belum memiliki daftar potensi sumber daya hutan yang khusus ditujukan untuk menghasilkan energi terbarukan atau sebagai produk sampingan dan produk sekutu dari industri kayu.

Salah satu langkah strategis yang mungkin bisa dilakukan Kementerian LHK adalah menugaskan seluruh BUMN Kehutanan di bawah Perum Perhutani untuk memelopori pembangunan Hutan Tanaman Energi. Bentuk penugasan dapat berupa pemberian lahan masing-masing minimal seluas 5.000 ha yang disertai bantuan pendanaan dari Dana Reboisasi. Hal ini dapat dikatakan

sebagai wujud investasi pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan berbasis biomassa hutan sebagai bagian dari aksi terintegrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Langkah-langkah konkret tersebut diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk memasukan dan memperhitungkan sumber daya hutan sebagai sumber daya energi terbarukan dalam revisi PP Kebijakan Energi Nasional, juga sebagai jawaban atas tantangan perubahan iklim global.

Untuk memenuhi harapan masyarakat nasional dan global, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan agar hutan dapat berperan nyata dalam mengatasi krisis energi. Sementara, krisis perubahan iklim global dengan segala tantangannya sudah ada di depan mata. Tidak ada istilah terlambat untuk berbuat, dimulai dari diri sendiri, para rimbawan, dan pemangku kepentingan. –

foto: khulfi mk

Page 36: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest36 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

Pelet kayu Limbah Yang Bernilai Tambah

Oleh: Dr. Dede Hermawan (Staf pengajar Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB)

Paradigma industri pengolahan kayu harus segera berubah. Hasil sampingan proses produksi, seperti sebetan, potongan kayu kecil dan serbuk kayu, seringkali kali “divonis” sebagai limbah yang mengganggu lingkungan di sekitar pabrik dan

tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk membuangnya. Hasil sampingan yang selama ini dibuang tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tambah.

Sebetan, potongan kayu, dan serbuk kayu adalah hasil sampingan (by-products) industri perkayuan yang belum banyak dimanfaatkan secara komersial. Hasil sampingan tersebut sangat potensial untuk dijadikan bahan baku energi biomasa berupa pelet kayu, arang, dan briket.

PT Xylo Indah Pratama (PT XIP) adalah perusahaan yang memanfaatkan kayu pulai (Alstonia scholaris) sebagai bahan baku pembuatan pensil. PT XIP telah memproduksi pelet kayu dari limbah bahan setengah jadi dan limbah bahan jadi pensil dengan kapasitas produksi

sekitar 2,5 ton per jam di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Pelet kayu yang dihasilkan dari bahan setengah jadi pensil memiliki kualitas yang sangat tinggi dan telah memenuhi standar SNI 8021-2014.

Proses Produksi Pelet Kayu

Proses pembuatan pelet kayu cukup sederhana dan telah dikembangkan dengan teknologi yang sudah baku. Masalah utama yang perlu dipertimbangkan pada proses pembuatan produk ini adalah jenis kayu dan kadar air kayu yang akan diproses menjadi pelet kayu. Kedua karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pelet kayu, khususnya nilai kalori yang dihasilkan.

Persyaratan bangunan dan tenaga kerja untuk pabrik pelet relatif rendah. Elemen kunci pabrik pelet adalah memiliki kriteria untuk memilih peralatan dan kapasitas yang tepat, terutama ketika menangani volume produksi yang besar, yang pada tingkat investasi tertentu (untuk peralatan dengan kapasitas produksi 3 ton per jam)

dapat mencapai lebih dari Rp. 3 milyar. Namun demikian, beberapa masalah muncul seiring dengan peningkatan ukuran fasilitas. Masalah-masalah tersebut, antara lain pemanasan sendiri dari pelet selama penyimpanan, pendinginan pelet dalam volume besar, dan pemanfaatan jenis kayu lokal yang memiliki sifat yang berbeda dapat mempengaruhi parameter produksi.

Proses produksi pelet kayu meliputi tiga tahapan utama, yaitu pengeringan, penggilingan (grinding), dan densifikasi (pelleting). Tahap pengeringan merupakan tahapan produksi yang mengkonsumsi energi terbesar. Pada tahap ini dibutuhkan energi panas untuk mengeringkan bahan baku. Di Indonesia, pabrik pelet kayu umumnya menggunakan ketel (boiler) dengan bahan bakar diesel untuk melakukan proses pengeringan. Besarnya kebutuhan energi membuat proses ini menghabiskan biaya operasional yang paling tinggi dibandingkan proses lain.

Pabrik pelet kayu seharusnya sudah terintegrasi dengan pembangkit tenaga listrik bertenaga pelet kayu. Integrasi tersebut perlu dilakukan karena pada

“Sebetan, potongan kayu, dan serbuk kayu adalah hasil sampingan (by-products) yang belum banyak dimanfaatkan secara komersial. Hasil sampingan tersebut sangat potensial untuk dijadikan bahan baku energi biomasa berupa pelet kayu, arang, dan briket.”

No. Parameter Satuan Bahan Setengah Jadi Bahan Jadi SNI

1. Kadar air % 4,8 4,4 12,02. Kadar abu % 1,0 0,7 1,53. Kadar zat terbang % 78,9 79,3 80,04. Kadar karbon terikat % 15,3 15,6 14,0

5. Nilai kalor kkal/kg 4568 4969 4000

Tabel 1. Karakteristik Pelet Kayu dari Kayu Pulai.

Page 37: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 37o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

pembangkit tenaga listrik, 75 persen energi dari biomasa akan terkonversi menjadi energi panas, sedangkan 25 persen sisanya akan menjadi energi listrik.

Harga dan Pasar Pelet Kayu

Harga pelet kayu saat ini berkisar antara Rp. 1.100.000-Rp. 1.250.000 per ton (di pabrik). Apabila produksi per hari sebanyak 24 ton atau 7.200 ton per tahun, maka diperoleh pendapatan kotor sebesar Rp. 7,9-Rp. 9,0 milyar per tahun. Sebuah nilai yang sangat prospektif dari limbah kayu yang selama ini hanya dipandang sebelah mata, bahkan dianggap mengganggu.

Pasar pelet kayu sangat terbuka lebar, baik lokal maupun internasional. Pasar pelet kayu di tingkat lokal memiliki masa depan yang sangat menjanjikan, mengingat kebijakan pengelolaan energi nasional tahun 2005-2025. Sasaran kebijakan tersebut antara lain pada tahun 2025 akan tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi 26,2 persen, gas bumi meningkat menjadi 30,6 persen, batu bara meningkat menjadi 32,7 persen, panas bumi meningkat menjadi 3,8 persen, dan energi terbarukan meningkat menjadi 15 persen.

Namun, cadangan minyak bumi Indonesia hanya tersisa sebesar 1 persen dan gas bumi sebesar 1,4 persen dari total cadangan minyak dan gas bumi dunia, sedangkan cadangan batu bara hanya sebesar 3 persen dari cadangan batubara dunia. Dari data tersebut dapat diperkirakan Indonesia akan menjadi

pengimpor penuh minyak bumi dalam beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, pencarian energi alternatif yang ramah lingkungan sudah sangat mendesak. Salah satu energi alternatif adalah bahan bakar dari biomasa yang berbentuk pelet kayu. Sebagai gambaran, Jawa Barat saja membutuhkan pelet kayu sekitar 3.000 ton per bulan untuk industri minuman, makanan dan tekstil, serta pabrik pengolahan teh. Industri lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Sumatera juga sudah mulai memakai pelet kayu sebagai sumber energinya. Kapasitas produksi pelet kayu Indonesia masih jauh di bawah kebutuhan, yaitu sebesar 40.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan pelet kayu dunia mencapai sekitar 35 juta

Sebetan. Bahan baku pelet kayu.

ton pada tahun 2015 dan diperkirakan meningkat menjadi 54 juta ton pada tahun 2025. Pasar Eropa adalah tujuan ekspor pertama, disusul Jepang, Tiongkok dan Korea.

Strategi Pemenuhan Bahan Baku

Bahan baku menjadi titik kritis utama. Pemanfaatan limbah industri kayu untuk bahan baku pelet kayu tidak bisa menjamin kelangsungan proses produksi, apalagi untuk industri pelet kayu yang berorientasi ekspor. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menanam jenis-jenis penghasil kayu yang cepat tumbuh, mudah dalam pemeliharaan, dan memiliki nilai kalor yang tinggi.

Salah satu jenis penghasil kayu yang memiliki kriteria yang baik untuk ditanam sebagai kayu energi kaliandra merah ( ). Kaliandra merah dapat tumbuh pada ketinggian 400-600 mdpl dan menghasilkan biomasa sebesar 20-35 ton per hektare dengan nilai kalori sekitar 4.600 kkal per kg. Jenis ini dapat dipanen setelah berumur satu tahun, dan selanjutnya dipanen dua kali setahun selama 25 tahun. Penanaman skala luas dapat dilakukan di lahan sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain, seperti Perum Perhutani, Inhutani atau HTI. –

mesin pengolah pelet kayu.Pabrik pengolahan pelet kayu PT Xylo Indah Pratama.

pelet kayu. Sumber energi masa depan.foto: r eko tjahjono

Page 38: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest38 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

MENDONGKRAK NILAI TAMBAH limbah TEMPURUNG KELAPA

Oleh: Ardimen (E-27)

ENERGI ALTERNATIF DARI TEMPURUNG KELAPA

Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kelapa peringkat satu di kawasan Asia. Ketersediaan kelapa yang melimpah juga menghasilkan limbah tempurung kelapa yang melimpah. Melihat potensi tempurung kelapa yang melimpah dan tertumpuk percuma sebagai limbah yang tak termanfaatkan di pasar-pasar dan rumah penduduk, Ardimen (E27) pemilik usaha PT Bara Agung Semesta di Padalarang Bandung kemudian tergerak untuk memanfaatkannya.

Pada tahun 2008, Ardimen mulai mencari dan menggali berbagai informasi mengenai pemanfaatan limbah tempurung kelapa dalam jumlah besar menjadi produk yang bernilai tambah ekonomi. Ia kemudian bermitra dengan seorang rekan yang telah memiliki usaha pembuatan briket tempurung kelapa, sekaligus belajar langsung cara pemilihan bahan baku dan

pengolahan tempurung kelapa menjadi briket.

Ardimen memulai usaha pengolahan tempurung kelapa menjadi briket pada tahun 2008 dan memilih Kota Pariaman sebagai lokasi pertama dengan pertimbangan ketersediaan stok bahan baku tempurung kelapa. Seiring dengan usahanya yang mulai berjalan lancar di Kota Pariaman, Ardimen kemudian melebarkan sayap usahanya dengan merambah pasar briket di wilayah Jawa Barat. Rumah produksi briket tempurung kelapanya di wilayah Padalarang, Bandung mulai dibangun pada tahun 2013 dengan nama PT Bara Agung Semesta.

MANFAAT KELAPA

Kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun hingga buahnya. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, daunnya dapat dijadikan kerajinan tangan dan peralatan rumah tangga, daging buahnya dapat diolah menjadi makanan dan minyak goreng, air buahnya dapat dijadikan minuman yang menyegarkan, sedangkan sabutnya dapat dijadikan bahan baku pembuatan keset dan jok kursi.

Bagian keras dari buah kelapa atau sering disebut tempurung kelapa juga memiliki manfaat yang sangat besar. Bagian ini dapat digunakan sebagai bahan

baku utama pembuatan briket tempurung kelapa, salah satu sumber energi alternatif pengganti energi konvensional (minyak bumi, batubara, dan lain-lain) yang tidak dapat diperbarui.

NILAI LEBIH BRIKET ARANG DARI TEMPURUNG KELAPA

Briket dari tempurung kelapa termasuk kategori energi biomassa yang diolah dari sumber daya alam terbarukan.

Briket ini juga aman dan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan asap yang tebal seperti pada pembakaran menggunakan arang kayu.

Briket tempurung kelapa ini merupakan sumber energi alternatif yang potensial dan murah. Briket ini memiliki ketahanan bakar sekitar 2-3 jam untuk pembakaran nonstop, lebih lama dibandingkan arang kayu biasa. Selain itu, energi

panas dan jumlah karbon yang dihasilkan tergolong tinggi sehingga proses memasak menjadi lebih cepat jika menggunakan briket tempurung kelapa. Tingkat panas yang dihasilkan briket tempurung kelapa mencapai 7.340 kalori.

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, briket tempurung kelapa layak dipertimbangkan sebagai bahan bahan alternatif pengganti gas yang harganya terus naik dan langka di pasaran. Tak mengherankan jika banyak produsen

“Tempurung kelapa juga memiliki manfaat yang sangat besar. Bagian ini dapat digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan briket tempurung kelapa, salah satu sumber energi alternatif pengganti energi konvensional.”

Briket tempurung kelapa layak dipertimbangkan sebagai bahan bahan alternatif pengganti gas yang harganya terus naik dan langka di pasaran.

Page 39: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 39o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

hasil akhir. Cetakan adonan tempurung kelapa dipotong menggunakan mesin pemotong yang menghasilkan potongan briket berbentuk kubus.

yang kemudian mulai melirik potensi briket tempurung kelapa dan menciptakan kompor khusus briket. Sektor industri yang proses produksinya banyak menggunakan bahan bakar batu bara juga mulai mempertimbangkan penggunaan briket tempurung kelapa.

KRITERIA TEMPURUNG KELAPA YANG BAIK UNTUK BAHAN BAKU BRIKET

Untuk menghasilkan briket tempurung kelapa yang berkualitas, bahan bakunya dipilih dari tempurung kelapa yang telah tua dan berwarna coklat tua pada bagian luar dan hitam mengkilat pada bagian dalam. Tempurung kelapa genjah atau berumur singkat seperti puyuh, gading dan hibrida tidak layak digunakan sebagai bahan baku karena terlalu tipis dan rapuh.

PROSES PRODUKSI BRIKET TEMPURUNG KELAPA

Proses produksi briket tempurung kelapa terbilang sederhana, terdiri dari beberapa tahap utama, yaitu sortasi bahan, pencampuran bubuk dan perekat, pengempaan, dan pengeringan. Sortasi bahan diawali dengan pembakaran tempurung kelapa hingga hangus menggunakan sistem drum terbuka atau pirolisis. Pembakaran dengan sistem ini juga akan menghasilkan asap cair.

Setelah dibakar, tempurung kelapa ditumbuk hingga halus menggunakan mesin peremuk arang (hammer mill) atau penepung arang (disc mill) lalu diayak dengan ukuran ayakan 20 mesh untuk menghasilkan bubuk tempurung kelapa.

Proses selanjutnya adalah pencampuran bubuk dengan air dan tepung tapioka dengan takaran 4 persen menggunakan pengaduk (mixer). Hasil akhir adukan berupa adonan tempurung kelapa kemudian dimasukkan ke mesin cetak untuk dicetak menjadi bentuk dan ukuran tertentu. Setelah itu, cetakan adonan tempurung kelapa dipotong menggunakan mesin pemotong yang menghasilkan potongan briket berbentuk kubus.

Potongan-potongan kubus briket tersebut disusun dalam loyang. Loyang selanjutnya disusun sebanyak 4-5 tumpukan dan dijemur di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air briket. Untuk memperoleh briket yang kering sempurna, pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven selama 24 jam. Proses pengeringan dengan oven ini akan mengurangi kadar air hingga 5 persen.

Tahap akhir proses produksi briket tempurung kelapa adalah penyusunan dan pengemasan briket-briket yang telah dioven menggunakan kemasan yang kuat dan tahan terhadap kelembaban. Bahan kemasan yang digunakan biasanya tergantung dari permintaan pembeli. Pengemasan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan jenis inner plastic, inner-box dan master-box dengan ukuran berat bervariasi mulai dari 250 gram, 500

gram dan 1 kilogram. Untuk menjaga kualitas produksi

briket, uji laboratorium selalu dilakukan. Pengujian ini juga untuk menentukan jenis briket yang dihasilkan termasuk kategori briket biasa atau briket premium. Briket biasa biasanya digunakan untuk keperluan barbekyu. Asap cair (liquid smoke) yang dihasilkan pada proses pirolisis dapat digunakan untuk shisha.

PROSPEK BRIKET TEMPURUNG KELAPA

Briket tempurung kelapa sebagai sumber energi alternatif memiliki peluang pasar yang besar. Banyak negara termasuk Indonesia saat ini sedang giat mencari energi alternatif. Produksi briket tempurung kelapa tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, juga untuk memenuhi permintaan ekspor yang belum terpenuhi seluruhnya. Harga jual briket tempurung kelapa untuk konsumsi ekspor mencapai USD 1,2 per kilogram.

Ardimen dengan PT Bara Agung Semesta-nya sebagai produsen briket tempurung kelapa masih kewalahan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Selama ini, ekspor masih diprioritaskan untuk negara Timur Tengah, sedangkan permintaan ekspor untuk Jepang belum dapat terpenuhi karena keterbatasan jumlah produksi.

Kedepannya, secara perlahan tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya peningkatan produksi dengan berbagai inovasi dan teknologi tepat guna. Apalagi didukung dengan ketersediaan bahan baku tempurung kelapa yang melimpah. Dengan berbagai keunggulannya, sangat tepat jika briket tempurung kelapa termasuk kategori energi alternatif yang bernilai ekonomis tinggi dengan prospek pasar yang menjanjikan. –

- Yulita Vitalis Dwi Cahyani

foto: ardimen

Page 40: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest40 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

laporan utama

BIOETANOL AREN

Oleh: Ir. Djimlan Saleh (KKPH Unit V Boalemo)

Aren (Arenga pinnata Merr) dan kelompok palem lainnya tergolong tanaman penting di beberapa daerah di Indonesia. Aren merupakan tanaman multiguna yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Buah

betina aren dapat dijadikan manisan kolang-kaling yang sangat diminati di pasaran. Niranya dapat diolah menjadi gula aren, gula semut, nata pinnata dan bioetanol.

Nata pinnata dan bioetanol merupakan bentuk diversifikasi pemanfaatan dengan aplikasi iptek dan inovasi. Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif rumah tangga yang sangat prospektif dan memiliki kinerja yang setara dengan gas. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai campuran yang dapat menaikkan kualitas bahan bakar kendaraan.

Pohon aren yang tumbuh alami dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah kabupaten di Provinsi Gorontalo, terutama di wilayah kelola KPHP Unit V Boalemo. Berdasarkan hasil inventarisasi KPHP Boalemo pada tahun 2014, terdapat kurang lebih 15.000 pohon aren yang tersebar di tujuh wilayah kecamatan dan siap dideres untuk dimanfaatkan niranya.

Pohon aren yang dapat dideres niranya memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber bioenergi alternatif atau untuk produk pangan

lainnya. Dari satu pohon aren, dapat tumbuh 2-3 mayang dengan volume nira rata-rata per mayang yang dihasilkan dalam satu kali deres sebanyak 15-20 liter dan dapat dimanfaatkan selama 6 bulan. Pengambilan dilakukan dua kali sehari, yaitu pukul 06.00-07.00 pagi dan 04.00-05.00 sore.

Jika potensi 15.000 pohon aren di KPHP Boalemo dimanfaatkan niranya dari hanya satu mayang per pohon, maka dihasilkan nira kurang lebih sekitar 300.000 liter per hari atau 9.000.000 liter per bulan. Selain

“Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif rumah tangga yang sangat prospektif dan memiliki kinerja yang setara dengan gas.”

No. Perlakuan Katalisator Waktu Destilasi (jam)

Jumlah Hasil Konversi (liter)

Kadar Alkohol (%)

Warna

Ragi Urea NPK

1. 1 + + + 5 1,9 95 Kuning Jernih

2. 2 - - - 4 2,5 85 Bening

3. 3 - - - 7 1,5 78 Benih

4. 4 - - - 4 1,4 77 Benih

5. 5 + + + 6 2,0 92 Kuning Jernih

6. 6 - - - 4,5 1,7 82 Bening

7. 7 - - - 3 1,5 86 Bening

8. 8 - - - 4 2 88 Bening

9. 9 - - - 4 1,8 86 Bening

10. 10 - - - 4 1,8 79 Bening

11. 11 - - - 4 2 90 Bening

12. 12 - - - 4 1,9 72 Bening

13. 13 - - - 4 1,5 79 Bening

14. 14 - - - 4 2 86 Bening

15. 15 - - - 4 1,5 82 Bening

Tabel 1. Perlakuan Pengolahan Nira menjadi Bioetanol.

Keterangan: (+) = menggunakan katalisator (-) = tidak menggunakan katalisator

ENERGI ALTERNATIF RUMAH TANGGA

Page 41: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 41o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

itu, nira aren yang dihasilkan di wilayah KPHP Boalemo mengandung ragi alami sehingga memiliki produktivitas yang tinggi untuk diolah menjadi bioetanol, alternatif sumber energi baru terbarukan.

Proses Produksi Bioetanol Aren

Bioetanol diproduksi melalui tiga tahapan, yaitu pemanasan nira, fermentasi dan destilasi dengan menggunakan bahan baku nabati. Pada uji coba pengolahan nira menjadi bioetanol di KPHP Boalemo diketahui bahwa fermentasi tanpa penambahan katalisator memerlukan waktu destilasi yang singkat, namun kadar alkohol yang dihasilkan hanya sekitar 72-90 persen. Sedangkan fermentasi dengan penambahan katalisator memerlukan waktu destilasi yang lebih lama, namun kadar alkohol yang dihasilkan lebih tinggi, sekitar 92-95 persen.

Selain itu, dari uji coba yang dilakukan KPHP Boalemo bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK tersebut diketahui pula bahwa pengolahan dengan menggunakan kompor bioetanol (kombi) lebih hemat 50 persen dibandingkan dengan menggunakan kompor gas Elpiji tabung 3 kg.

Biaya yang dikeluarkan untuk produksi bioetanol tanpa penambahan katalisator lebih murah dibandingkan dengan penambahan katalisator dengan volume hasil

bioetanol yang sama, yaitu rata-rata 2 liter etanol per 25 liter nira untuk satu kali proses produksi. Meskipun produksi bioetanol dengan penambahan katalisator menghasilkan kadar alkohol yang tinggi, produksi bioetanol tanpa katalisator lebih efiesien dalam hal waktu dan biaya. Bioetanol yang dihasilkan pun tidak berwarna (bening).

Bioetanol dapat juga dimanfaatkan untuk kebutuhan farmasi dan sebagai pencampur parfum, avtur atau bahan bakar kendaraan. Namun, bioetanol yang dihasilkan di KPHP Boalemo hanya akan dijual ke pasar sebagai bahan bakar alternatif kompor bioetanol (kombi). Selain karena bahan bakunya yang cukup banyak tersedia, kombi lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan relatif aman karena digunakan dengan dengan gaya

gravitasi (sistim infus). Bioetanol dari nira yang dihasilkan

tersebut masih berupa etanol murni. Agar lebih ekonomis, bahan bakar kombi perlu dicampur dengan metanol yang berfungsi sebagai bahan aditif. Perbandingan campurannya adalah 1 liter etanol murni dicampur dengan 10 liter metanol, sehingga dihasilkan 11 liter bahan bakar kombi. Metanol dapat dibeli di pasaran dengan harga per tangki ISO sekitar Rp. 2.000-Rp. 3.000 per liter.

Dengan demikian, satu kali proses produksi bioetanol mix (campuran etanol dan metanol) yang siap pakai dengan kapasitas tabung 25 liter, dihasilkan 22 liter bioetanol mix dengan biaya produksi sebesar Rp. 146.000. Biaya

tersebut mencakup biaya 2 liter bioetanol murni tanpa katalisator sebesar Rp. 86.000 dan 20 liter metanol sebesar Rp. 60.000. Harga titik impasnya (Break Even Point) adalah Rp. 6.700 per liter. Jika dilepas ke pasaran dengan estimasi harga penjualan Rp. 8.000-Rp. 10.000 per liter, maka akan lebih hemat 50 persen dibandingkan dengan kompor gas Elpiji tabung 3 kg untuk penggunaan yang sama selama 6 jam nonstop.

Pada 10 Oktober 2017, atas inisiasi Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK, salah satu desa di wilayah KPHP Boalemo, yaitu Desa Botumoito, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo, telah ditetapkan menjadi Desa Mandiri Berbasis Aren. –

No. Bahan/Alat Jumlah Harga (Rp.)

1. Saguer/Nira Aren 25 liter 45.000

2. Ragi 1% 30.000

3. Urea 1% 500

4. NPK 1% 1.000

5. Gas 1 tabung 20.000

6. Listrik 3 jam 6.000

7. Biaya Harian Kerja (HOK) 3 jam 15.000

Total Biaya 117.500

No. Bahan/Alat Jumlah Harga (Rp.)

1. Saguer/Nira Aren 25 liter 45.000

2. Gas 1 tabung 20.000

3. Listrik 3 jam 6.000

4. Biaya Harian Kerja (HOK) 3 jam 15.000

Total biaya 86.000

Tabel 2. Estimasi Pembiayaan Nira Aren menjadi Bioetanol dengan Katalisator.

Tabel 3. Estimasi Pembiayaan Nira Aren menjadi Bioetanol tanpa Katalisator.

Jika potensi 15.000 pohon aren di KPHP Boalemo dimanfaatkan niranya dari hanya satu mayang per pohon, maka dihasilkan nira kurang lebih sekitar 300.000 liter per hari atau 9.000.000 liter per bulan.

Page 42: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest42 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

penelitian

Pemanfaatan limbah lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol

Oleh: Dr. Ina Winarni, S.Hut, M.Si.

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tahun ini, khususnya premium, sekitar 96.000 KL per hari atau 1,6 juta barel per hari (bph). Meningkat sangat tajam, seiring dengan meningkatnya penjualan kendaraan

bermotor. Sementara itu, produksi BBM masih sekitar 800.000 bph, sehingga dipastikan adanya defisit sekitar 600.000 KL. Konsumsi tersebut dipenuhi Pertamina dengan mengimpor premium sebanyak 96 juta barel, selain dari pengolahan kilang minyak dalam negeri sebanyak 84 juta barel. Untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil yang cadangannya terbatas dan tidak dapat diperbarui, energi alternatif yang ramah lingkungan mutlak diperlukan. Salah satunya, bahan bakar nabati (BBN) berupa bioetanol.

Bioetanol diproduksi menggunakan pelbagai macam bahan baku, di antaranya nira, pati (generasi pertama), dan biomassa (generasi kedua). Dari ketiga bahan baku ini, biomassa yang melimpah ruah

ketersediaannya. Biomassa yang dimaksud adalah limbah kayu lignoselulosa, mengandung lignin dan selulosa. Pembuatan bioetanol dari lignoselulosa memerlukan proses perlakuan awal (pretreatment) sebelum sakarifikasi dan fermentasi. Tanpa proses tersebut, konversi selulosa akan sangat rendah, hanya sebesar 20 persen. Lignin yang terikat secara alami pada selulosa menghalangi kerja enzim selulase mengubah selulosa menjadi gula. Perlakuan awal akan menghilangkan hampir semua lignin yang menyelimuti selulosa dan hemiselulosa,meningkatkan kerja enzim selulase, dan mengurangi penyerapan selulase yang tidak produktif pada susbtrat. Perlakuan awal yang mudah, murah dan sering digunakan adalah metode pembuatan pulp (pulping) secara kimia (soda, kraft dan sulfit).

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIGNOSELULOSA

Pengolahan bioetanol dari limbah lignoselulosa umumnya terdiri dari empat tahap, yaitu perlakuan awal, hidrolisis, fermentasi, dan destilasi/penyulingan. Perlakuan awal mutlak

dilakukan apabila hidrolisis menggunakan proses enzimatik, atau tanpa perlakuan awal apabila menggunakan proses asam, misalnya asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4). Kerugian menggunakan proses asam, alat akan mengalami korosi sehingga memerlukan perawatan dengan biaya tinggi. Selain itu, proses ini akan menghasilkan bahan pengganggu (inhibitor) bersifat racun pada proses fermentasi, berupa senyawa furfural dan hidroksimetilfurfural, yang

perlu dinetralkan. Limbah yang dihasilkan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Keuntungannya, rendemen gula dan etanol yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan hidrolisis dengan proses enzimatik. Namun demikian, hidrolisis dengan proses enzimatik yang lebih ramah lingkungan menjadi fokus penulis pada pembuatan bioetanol dari limbah lignoselulosa.

PEMBUATAN BIOETANOL DARI

PULP LIMBAH KAYU SENGONProses pembuatan bioetanol dari limbah

kayu sengon tidak jauh berbeda dengan pengolahan bioetanol dari bahan baku lignoselulosa pada umumnya. Kadar lignin dan selulosa limbah kayu sengon yang digunakan adalah sebesar 26,6 persen dan 51,8 persen. Kandungan ligninnya yang masih tinggi perlu dikurangi dengan memberikan perlakuan awal untuk mendapatkan kadar etanol yang tinggi.

“Salah satu cara untuk mengatasi ketergantungan BBM dari fosil adalah dengan membuat energi alternatif selain minyak bumi, gas bumi dan batu bara (BBM) yang disebut bahan bakar nabati (BBN).”

Biomassa yang melimpah ruah ketersediaannya. Biomassa yang dimaksud adalah limbah kayu lignoselulosa, mengandung lignin dan selulosa.

Page 43: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 43o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

1. Pemasakan dengan Metode Kraft Pulping

Limbah kayu (sabetan) sengon yang telah diperkecil menjadi partikel berukuran kecil (chip), diberikan perlakuan awal dengan metode kraft pulping dengan larutan pemasak NaOH (16 persen) dan Na2S (30 persen) selama 2,5 jam pada suhu pemasakan 170°C. Pulp yang dihasilkan berupa substrat dengan kandungan lignin dan selulosa sebesar 2,5 persen dan 87,7 persen.

2. Hidrolisis Pulp Limbah Kayu Sengon

Proses selanjutnya adalah hidrolisis dengan menggunakan enzim selulase. Untuk dapat bekerja secara maksimal, enzim selulase harus berinteraksi langsung dengan selulosa pada substrat (pulp limbah kayu sengon) yang telah diberikan perlakuan awal. Proses hidrolisis dilakukan dengan menggunakan larutan bufer asam sitrat 0.05 M, surfaktan (Tween 20) satu persen, enzim sebanyak 10 dan 15 FPU/g substrat, dan substrat pulp limbah kayu sengon yang dimasukkan perlahan ke dalam alat hidrolisis lalu dibiarkan selama 48 jam pada suhu 50°C.

3. Fermentasi

Pada proses ini, karbohidrat (glukosa) diurai menjadi etanol dan CO2 dengan menambahkan ragi (khamir), urea dan NPK. Ragi (khamir) yang biasa digunakan adalah ragi roti (fermipan), Sacharomyces cerevisiae. Ragi berfungsi mengubah glukosa, manosa, dan galaktosa menjadi etanol, sedangkan urea dan NPK berfungsi sebagai bahan makanan ragi. Fermentasi dilakukan selama empat hari dan tertutup pada suhu ruang.

4. Destilasi (Penyulingan)

Proses destilasi atau penyulingan merupakan proses pemisahan senyawa kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan (titik didih). Etanol memiliki titik didih 78°C, lebih rendah daripada titik didih air. Oleh karena itu, alat destilasi diatur maksimal pada suhu 80°C, suhu ketika etanol akan memisahkan diri dari air dan ditampung pada wadah yang telah disediakan.

5. Bioetanol

Alkohol atau etanol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil

dengan dua atom karbon (C). Bioetanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol dan campuran bahan bakar kendaraan. Bioetanol digunakan berdasarkan kadar etanol yang dihasilkan. Untuk industri farmasi digunakan etanol dengan kadar 95-99,5 persen, sedangkan untuk bahan bakar digunakan etanol dengan kadar 99,5-100 persen. Salah satu kelebihan bieotanol sebagai bahan bakar adalah lebih ramah lingkungan, dengan kadar oktan 92, kadar oktan yang sama dengan Pertamax (oktan 92) atau lebih tinggi dari Premium (oktan 88).

Kadar bioetanol yang dihasilkan dari limbah pulp kayu sengon pada proses di atas hanya berkisar 7,25-17,7 persen, jauh dari kadar yang dipersyaratkan untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Proses lanjutan berupa pemurnian untuk meningkatkan kadar etanol yang dihasilkan. Namun, dalam rangka pengembangan bioenergi nasional, sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, diperlukan upaya yang lebih serius dalam mencari dan menemukan teknologi tepat guna yang dapat menghasilkan kadar etanol tinggi dari bahan baku limbah kayu yang tersedia melimpah di alam. –

biomassa. Untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil yang cadangannya terbatas dan tidak dapat diperbarui, energi alternatif yang ramah lingkungan mutlak diperlukan.

Page 44: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest44 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

kolom

BIO-ENERGI GENERASI IIPELUANG BISNIS MASA DEPAN SEKTOR KEHUTANAN INDONESIAoleh: Ir. Nanang Roffandi Ahmad (E-4)

Perubahan iklim, isu global yang bersengkarut dengan isu ketersediaan energi, pangan, kelangkaan air, dan rusaknya sumber daya alam menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan.

20 tahun sejak isu perubahan iklim ini pertama kali diangkat, masyarakat dunia mulai berpikir mengenai energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai pengganti bahan bakar fosil, energi tak terbarukan pada pembangunan ekonomi konvensional yang ternyata ikut menyumbang 80 persen total emisi GHG global. Bioenergi menjadi salah satu sumber energi potensial ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mulai dilirik oleh banyak orang.

Negara industri maju yang didorong oleh komitmen global telah memacu riset dan pengembangan teknologi baru untuk energi alternatif berupa EBT, khususnya bioenergi. Hal tersebut terlihat pada tingginya angka riset bioenergi di negara maju sebesar 27,5 persen, dibandingkan angka riset EBT lainnya yang tidak lebih dari 5 persen. Indonesia sebagai negara yang peduli terhadap penggunaan EBT menekankan penggunaan bioenergi berupa biomassa hutan yang dapat

menghasilkan panas, tenaga, dan bahan bakar.

Bioenergi berdasarkan asal bahan baku dan teknologi konversi yang digunakan dikelompokkan menjadi Bioenergi Generasi I yang menggunakan bahan baku tanaman pangan dan Bioenergi Generasi II yang menggunakan lignoselulosa dari limbah kayu hingga tanaman kayu energi. Bioenergi Generasi II memiliki teknologi konversi dan keluaran yang lebih beragam. Selain sumber energi padat seperti kayu bakar, kayu serpih (chips), briket kayu, pelet kayu, arang biasa (black charcoal), arang putih (white charcoal-metal cookes), biocoal dan arang pelet (wood

torrefaction), juga dihasilkan keluaran sumber energi cair berupa bioetanol (selulosa), biometanol dan biodiesel, dan sumber energi gas berupa syngas, dimethyl ether (DME) dan biohidrogen.

Bioenergi Generasi II sebagai alternatif sumber energi diharapkan mampu meningkatkan penyerapan dan penyimpanan karbon, mencegah emisi (carbon neutral/zero emission), dan tidak berbenturan dengan kepentingan pangan. Selain itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pelaksanaan komitmen pemerintah untuk

menurunkan emisi 29 persen pada tahun 2030, dan meningkatkan bauran energgi 23 persen pada tahun 2025 dan 31 persen pada tahun 2050.

Sesuai dengan program pemerintah yang mengarah pada pro growth, pro jobs, pro poors dan pro environment, Bioenergi

II di Indonesia dapat dikembangkan dan dikelola secara berkelanjutan dalam bentuk Hutan Tanaman Energi (HTE). Sistem pembangunan dan pengelolaan HTE dapat berupa Hutan Tanaman Industri, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Rakyat, Hutan Adat, dan Hutan/Kebun Energi, baik dalam skala besar atau kecil. Jika di Jerman petani hutan mendapatkan jaminan keuntungan sebesar 100 persen dari industri untuk keberlangsungan pasokannya, maka pengelolaan HTE di Indonesia seharusnya dapat dijamin oleh mekanisme penyerapan hasil kayu dengan harga yang adil dan kompetitif.

Hambatan dalam pengembangan Bionergi Generasi II ini pasti ada, terlebih lagi dalam perannya untuk upaya kemandirian dan ketahanan energi nasional. Ketersediaan sumber bahan baku yang potensial dan terukur berupa jenis kayu energi yang dikembangkan dalam HTE ternyata dipengaruhi oleh kondisi tempatan yang bervariasi. Sedikitnya ada 13 jenis kayu energi dan bambu berdaur pendek yang teridentifikasi layak untuk dikembangkan, namun hanya 6 jenis yang baru mulai dikembangkan karena keterbatasan anggaran.

Pengembangan kayu energi di negara maju digolongkan dalam Short Rotation Forestry (SRF) dengan menggunaan jenis tanaman poplar, willow dan robina. Poplar yang banyak ditanam di USA, Kanada, Uni Eropa, India dan Tiongkok dapat mencapai pertumbuhan riap sebesar 37 m3/ha/tahun di negara Jerman. Di Jerman, petani yang menanam sebagian lahan pertaniannya dengan jenis pohon SRF juga mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar EUR 500 per hektare karena dianggap memperbaiki lingkungan.

Bioenergi menjadi salah satu sumber energi potensial ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mulai dilirik oleh banyak orang.

Page 45: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 45o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Di Indonesia, pengembangan kayu energi perlu didukung penelitian dan pengembangan dengan sumber pendanaan yang kondusif (APBN, APBD, donor, dan lain-lain) agar dapat selaras dengan perkembangan teknologi konversinya. Dana tersebut sebaiknya dikelola secara khusus dan berkelanjutan, terutama untuk pengayaan jenis-jenis kayu energi, peningkatan produktivitas terkait nilai kalor, sistem silvikultur, pemuliaan pohon, dan pengayaan variasi genetik.

Faktanya, bukan hal mudah untuk mempromosikan bioenergi yang berasal dari biomassa hutan. Dari kacamata ekonomi, harganya dipastikan akan relatif lebih mahal karena pasar yang masih baru dan belum memperhitungkan eksternalitas positif dari lingkungan dan sosial, teknologi konversi yang masih mahal untuk bisa masuk ke Indonesia, infrastruktur yang belum memadai terutama di daerah terpencil, payung hukum yang mendorong internalisasi unsur lingkungan dan sosial dalam biaya produksi belum tersedia, serta pajak lingkungan terhadap polluters belum diterapkan. Karena harganya yang masih

terlalu mahal, penggunaan kayu sebagai bahan baku untuk produk selain bioenergi dianggap jauh lebih menguntungkan.

Kebijakan-kebijakan terkait bioenergi yang ada belum secara penuh mengakomodasi pengembangan bioenergi. Inpres Nomor 1 Tahun 2006, misalnya, masih memposisikan Kementerian Kehutanan hanya sebagai penyedia lahan dan belum dijadikan sebagai pengelola bioenergi yang berasal dari hutan dan biomasanya. Penyusunan kebijakan pembiayaan bagi pengembangan EBT juga telah diupayakan sebagaimana ketentuan UU Nomor 30 Tahun 2007, PP Nomor 79 Tahun 2014 dan kebijakan Sustainable Financing dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun status pengembangan bioenergi, khususnya Bioenergi Generasi II di dalam aturan pelaksanaannya masih belum jelas. Oleh karena itu, kebijakan kondusif yang dapat menarik sektor swasta untuk melakukan investasi sangat diperlukan.

Secara teknis, pengembangan teknologi untuk pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) yang menggunakan bioenergi cair dan gas masih terbatas. Upaya

kemitraan untuk memanfaatkan transfers of technology perlu segera dilakukan sebagaimana dicanangkan oleh UNFCCC dan Perjanjian Paris yang diratifikasi Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 25 Oktober 2016 melalui UU Nomor 16 Tahun 2016. Teknologi Gasifikasi Generasi III, Thermocemical Gasification, yang dapat menghasilkan Bioenergi Generasi II untuk kelompok cair dan gas (BtL) sedang dalam tahap pengembangan skala besar dan komersial, dan diperkirakan mulai dipasarkan antara tahun 2020-2025.

Melihat masa depan Bioenergi Generasi II, Indonesia perlu aktif bekerja sama dengan negara pengembang teknologi Bioenergi Generasi II yang dapat menyerap sumber bahan baku yang besar dengan lokasi kerja sama pengembangan di Indonesia. Semoga dalam sepuluh tahun kedepan HTE dan Bioenergi Generasi II akan menjadi salah satu pengungkit bagi bangkitnya kembali peran ekonomi kehutanan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia, dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. –

Bioenergi Generasi II. Tanaman hutan berkayu, tanaman budidaya tahunan yang berkayu, dan jenis tanaman lainnya untuk mendukung penyediaan bahan baku bioenergi.foto: nanang roffandi

Page 46: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest46 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

kolom

masih Prospekkah Membangun Hti Di Indonesia?Oleh: Kim Young Cheol (PT Korintiga Hutani)

Potret Perjalanan HTI di Indonesia

Hutan memiliki hubungan yang sangat erat dengan perubahan perkembangan manusia dan lingkungannya. Eksploitasi hutan yang cukup intens selama tahun 1967-1979 mengakibatkan kondisi potensi hutan alam di Indonesia semakin merosot. Dalam lokakarya Kini Menanam Esok Memanen di Bogor tahun 1984 telah muncul kekhawatiran kurangnya pasokan bahan baku bagi industri perkayuan di Indonesia. Pada periode tahun 1973-1982 eksploitasi hutan rata-rata mencapai 23,6 juta m3 per tahun, sementara pertumbuhan industri kayu nasional berkisar 2-20 persen. Lonjakan permintaan bahan kayu bertambah dengan dikeluarkannya kebijakan larangan

ekspor pada tahun 1980 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri.

Kebijakan ini mendorong tumbuhnya industri perkayuan dalam negeri dan meningkatkan ekspor kayu olahan. Namun, di sisi lain menyebabkan terjadinya eksploitasi hutan alam yang berlebihan. Maraknya pembalakan liar dan konversi hutan alam juga mempercepat perubahan kawasan hutan produktif menjadi kawasan hutan nonproduktif. Pada tahun 1980, perubahan tersebut tercatat mencapai 18 juta hektare di hutan alam Sumatera dan Kalimantan. Program rehabilitasi hutan yang diharapkan dapat mengatasi laju kerusakan hutan ternyata belum berhasil. Oleh karena itu, dilakukan program pembangunan hutan tanaman industri yang dapat menyelesaikan dua permasalahan tersebut, yaitu rehabilitasi hutan dan lahan dan pemenuhan

kebutuhan bahan baku kayu bagi industri perkayuan, dengan melibatkan banyak pihak termasuk pihak swasta.

Hutan tanaman industri adalah konsep pembangunan hutan yang bertujuan menciptakan kelestarian ekosistem lingkungan, produksi dan keberlanjutan peran sosial ekonomi sumber daya hutan. Sebagai landasan hukumnya, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 7 Tahun 1990 mengenai pembangunan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang diberikan izin selama jangka waktu 35 tahun ditambah daur tanaman pokok yang diusahakannya. Kegiatan pengusahaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin HPHTI meliputi penanaman hingga pemasaran hasil hutan. Dunia usaha memberikan respon positif pada program pembangunan HTI yang terlihat dari jumlah permohonan yang mencapai 145 unit pada tahun 1998. Jumlah yang disetujui sebanyak 98 unit pengelolaan HTI dengan luas 4,6 juta hektare. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 219 unit dengan luas 4,63 juta hektare pada tahun 2003 dan 277 unit dengan luas 10,53 juta hektare pada tahun 2014.

Melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 417/Kpts-II/1989, pemerintah membagi pengusahaan HPHTI menjadi hutan tanaman kayu pulp dan hutan tanaman kayu pertukangan. Selain itu, sesuai SKB Menteri Transmigrasi dan Menteri Kehutanan dengan Nomor SKB.81/Men/1990 dan Nomor 376/Kpts-II/1990 terkait program pemerataan kepadatan penduduk, pemerintah mengembangkan HPHTI-Trans yang pelaksanaanya bersifat mandatory melalui penunjukan 100 HPH. Program HTI-Trans difokuskan pada kegiatan menanam dengan tenaga kerja

daya dukung industri. Munculnya kekhawatiran kurangnya pasokan bahan baku bagi industri perkayuan di Indonesia harus dijawab kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi.

Page 47: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 47o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

persen dipenuhi dari penyertaan modal pemerintah (PMP), 32,5 persen dari pinjaman pemerintah tanpa bunga (DR 0 persen), dan 32,5 persen dari pinjaman pemerintah dengan suku bunga komersial. Namun, dukungan Dana Reboisasi yang digunakan untuk pembangunan HTI diberhentikan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2000 melalui surat Sekretaris Jenderal Nomor 549/II-Keu/2000 tanggal 20 April 2000 dan berdampak pada terhambatnya berbagai kegiatan pembangunan HTI hingga terhentinya seluruh kegiatan perusahaan.

Mengapa HTI gagal memenuhi harapan?

Kegagalan program pembangunan hutan tanaman industri memenuhi target sebagai penyedia bahan baku, dan untuk rehabilitasi lahan disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain:a.

dari luar daerah pada luas areal yang relatif kecil sehingga secara hitungan ekonomi tidak layak menurut perusahaan yang ditunjuk.

Pelibatan pihak swasta dalam pembangunan hutan tanaman karena pihak swasta memiliki infrastruktur dan permodalan yang kuat, serta pengalaman dalam mengelola hutan alam. Ketiga alasan tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengelolaan hutan tanaman. Perlu keseriusan dan komitmen yang kuat untuk membangun HTI karena butuh waktu yang lama untuk menyiapkan sarana prasana di dalamnya. Tingginya biaya dan rentang waktu investasi yang lama menyebabkan tidak banyak perusahaan swasta yang berhasil dalam mengelola izin HTI yang telah didapatkan dari pemerintah.

Sumber pendanaan pembangunan hutan tanaman umumnya berasal dari lembaga keuangan di dalam maupun luar negeri. Sayangnya, usaha pembangunan HTI hanya bisa layak bertahan jika suku bunga di bawah 10 persen. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan subsidi permodalan untuk memperkecil risiko kelayakan usaha dan sebagai insentif untuk menarik investor swasta. Untuk mendukung pembangunan hutan tanaman, sesuai SKB Menteri Keuangan dan Menteri Kehutanan Nomor 931/KMK.013/1990 dan Nomor 421/Kpts-II/1990 yang diperbaharui dengan surat Nomor 533/KMK.017/1994 dan Nomor 496/Kpts-II/1994, pinjaman Dana Reboisasi (DR) akan diberikan dan berlaku selama satu daur dengan pola sebagai penyertaan modal pemerintah.

Pada tahun 1996, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait permodalan pembangunan hutan tanaman, sebagaimana SK Menteri Kehutanan Nomor 375/Kpts-II/1996, yang mengharuskan investor menyediakan dana sebesar 21 persen dari modal keseluruhan yang diperlukan. Sisanya, 14

Langkah apa yang harus dilakukan?

Pemerintah perlu menciptakan suasana yang kondusif dan menarik bagi investor lokal dan asing dengan cara membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung iklim investasi. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan: a) memberikan kemudahan dan kecepatan dalam proses pengurusan izin HTI, b) menyediakan zonasi areal HTI dan HTR dalam satu wilayah kawasan HTI sehingga infrastruktur dapat dibangun dan digunakan bersama, seperti pada banyak kawasan industri terpadu, c) membuka izin ekspor log hasil kayu hutan tanaman, d) mendorong terciptanya jaringan kerja sama riset HTI, dan e) memberikan insentif berupa keringanan pajak maupun pinjaman lunak bagi investor.

Selain itu, ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan agar berhasil dalam membangun HTI di Indonesia, yaitu:

a.

Biomassa yang melimpah ruah ketersediaannya. Biomassa yang dimaksud adalah limbah kayu lignoselulosa, mengandung lignin dan selulosa.

Kegagalan Kebijakan PemerintahPemerintah seringkali mengeluarkan berbagai kebijakan yang tidak konsisten sehingga berdampak kontraproduktif dalam mendukung kelancaran dan kesuksesan pembangunan HTI. Ketidaksiapan Membangun HTI Skala Luas Kesiapan fisik, infrastruktur, sosial masyarakat, dan pengalaman perusahaan swasta yang berusaha di hutan tanaman tidak seimbang dengan kebijakan politis pemerintah yang besar dalam mendorong pembangunan HTI secara luas. Kegagalan PasarKondisi pasar kayu hasil hutan tanaman yang cenderung monopsoni ini berdampak pada harga jual kayu yang sangat tergantung dan ditentukan oleh pembeli. Pemilik HTI tidak memiliki banyak pilihan untuk menjual hasil panennya.

b.

c.

LingkunganIndonesia tidak hanya memiliki kawasan dengan keunggulan komparatif untuk pengembangan hutan tanaman, tetapi juga posisi strategis dalam pasar perkayuan di wilayah Asia yang sedang mengalami defisit pasokan bahan baku untuk industri perkayuan.GenetikFaktor genetik bibit sangat penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil riap yang tinggi. Benih unggul tanaman hutan dapat dihasilkan dengan riset dan teknologi, terutama dengan rekayasa genetik.Silvikultur intensif Pembangunan hutan tanaman akan berhasil jika pengelola unit usaha HTI menerapkan silvikultur secara intensif. Setiap tahapan kegiatan hutan tanaman perlu dilakukan tepat waktu sehingga pertumbuhan tanaman optimal.

b.

c.

Page 48: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest48 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

HTI Pertukangan, Harapan Masa Depan Kehutanan

Di tengah berbagai kendala dan permasalahan, HTI yang dikelola secara intensif dan profesional masih memiliki prospek sebagai usaha yang dapat diandalkan. Kebutuhan bahan baku industri kayu pertukangan di Indonesia meningkat dari 13,9 juta m3 pada tahun 2013 menjadi 15,4 juta m3 pada tahun 2014, dan terus meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 10 persen. HTI pertukangan yang profesional adalah jawaban untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu industri ini.

HTI pertukangan yang mengembangkan jenis kayu dengan bibit unggul dari hasil perhutanan klon (clonal forestry) diharapkan dapat memiliki riap tahunan rata-rata (MAI) minimal 40 m3/ha/tahun. Jika dihitung dengan asumsi riap tahunan rata-rata yang dapat ditebang sebesar 40 m3/ha/tahun dan dengan rujukan bahwa produktivitas hutan alam berdasarkan produksi rata-rata kayu HPH selama kurun waktu 40 tahun hanya sebesar 0,38 m3/ha/tahun maka keberhasilan produksi 1 hektare hutan tanaman pertukangan profesional dapat menggantikan 100 hektare hutan alam.

Integrasi antara HTI pertukangan tersebut dengan pabrik pengolahan kayu yang dikelola secara modern juga akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar dari pada usaha perkebunan kelapa sawit. Jika hal ini berhasil dikembangkan maka akan memberikan dampak yang positif dalam upaya merehabilitasi kawasan nonproduktif, menekan eksploitasi hutan alam, serta mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global.

PT Korintiga Hutani dan HTI Pertukangan

PT Korintiga Hutani (KTH) membangun hutan tanaman sejak dikeluarkannya SK Menteri Kehutanan Nomor 219/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 a.n. PT Aspex Paper seluas kurang lebih 92.150 hektare di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah dengan jenis tanaman pokok Acacia mangium dan Eucalyptus pellita.

Pembangunan hutan tanaman dimulai dengan membangun persemaian lengkap di Indokayu seluas 10 hektare dengan kapasitas 1.500.000 bibit per bulan. Selain itu, Bagian Riset & Pengembangan PT KTH melalui kegiatan perhutanan klon terus mengupayakan klon terbaik yang dapat menghasilkan riap tanaman yang tinggi, kualitas bagus dan tahan hama penyakit.

PT KTH melakukan penanaman secara mekanis seluas kurang lebih 11.000 hektare per tahun. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif mulai dari bersih jalur, tebas total, pendangiran, pemupukan, pemangkasan hingga pencegahan hama penyakit dan pengendalian bahaya kebakaran. Hasilnya, PT KTH telah mencapai MAI terbaik sebesar 24,56 m3/ha/tahun pada daur pertama dan terus dikembangkan untuk dapat mencapai MAI sebesar 40 m3/ha/tahun pada daur yang kedua.

Krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Akibat krisis global ini, Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2007, 6,2 persen pada tahun 2008, dan terus menurun hingga mencapai 4,5 persen pada tahun 2009 (BPS). Dampak langsung dari krisis ekonomi ini bagi PT KTH adalah pembatalan rencana investasi membangun industri pulp mekanik.

Pada tahun 2010, PT KTH bekerja sama dengan OJI Paper membangun industri pengolahan kayu terpadu berupa pabrik kayu serpih dengan kapasitas 500.000 BDT per tahun, pabrik venir dengan kapasitas 90.000 m3 per tahun, kayu gergajian berkapasitas 35.000 m3 per tahun untuk menampung dan memanfaatkan hasil

panen kayu daur pertama. Kayu serpih yang dihasilkan oleh industri kayu terpadu tersebut diekspor ke Jepang.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil panen hutan tanaman, pada tahun 2014 PT KTH melakukan investasi dengan membangun Bio-power Plant dengan kapasitas 7,3 MWatt. Bahan bakar pembangkit tenaga listrik ini 100 persen berasal dari kulit kayu hutan tanaman. Dari kapasitas yang dihasilkan, 4 MWatt dipakai untuk keperluan sendiri, sedangkan sisanya sebesar 3,3 MWatt dijual kepada PLN. Pada tahun ini juga, PT KTH membangun pabrik pelet kayu dengan kapasitas 100.000 ton per tahun yang hasil produksinya diekspor ke Korea.

Pada tahun 2016, PT KTH mengembangkan HTI kelas pertukangan dengan menggunakan klon unggul dari jenis Eucapytus pellita, jenis klon yang diseleksi berdasarkan kriteria berbatang lurus, tidak mudah pecah, cepat tumbuh, dan tahan hama dan penyakit. Dengan klon ini, PT KTH berusaha meraih mimpi untuk dapat membangun hutan tanaman pertukangan dengan riap dan produktivitas yang tinggi, yang kelak akan menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri perkayuan. Dengan riap dan produktivitas yang tinggi, HTI pertukangan yang dikelola secara intensif dan professional akan memiliki prospek menggantikan peran hutan alam dalam usaha kehutanan.

Kedepannya, pada tahun 2022 PT KTH akan membangun sebuah industri kayu lapis otomatis yang dirancang untuk dapat memanfaatkan kayu sampai dengan diameter kecil, sehingga semua hasil kayu dari hutan tanaman dapat dimanfaatkan secara efisien dan optimal. –

Page 49: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 49o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Page 50: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest50 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

teknologi

Produksi Bioetanol menggunakan Mesin Hasil Rekayasa

Energi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia menggunakan energi. Energi yang paling banyak digunakan saat ini berasal dari sumber energi fosil. Hanya saja, sumber energi ini tidak dapat diperbarui dan

cadangannya di alam semakin menipis seiring penggunaannya. Keterbatasan sumber energi fosil berpotensi menimbulkan krisis energi di masa depan. Tekanan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan energi menjadi pemicu krisis energi global. Pada titik ini, sumber energi alternatif diperlukan untuk mengantisipasi kelangkaan energi fosil.

Para ahli berusaha mencari sumber energi alternatif pengganti sumber energi fosil. Salah satunya, pengolahan bahan nabati menjadi bioetanol. Bioetanol adalah cairan hasil fermentasi gula menggunakan bantuan mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pendukung makanan, minuman dan kosmetik, atau pengganti minyak tanah dan bensin.

Bahan baku pembuatan bioetanol dapat diperoleh dengan mudah, baik bahan berpati seperti umbi-umbian, bahan berselulosa seperti limbah kayu, maupun bahan bergula seperti nira tebu, nira aren, nira kelapa dan nira nipah. Bahan baku berpati dan berselulosa dapat diolah menjadi bioetanol setelah melalui proses hidrolisis, penguraian selulosa kompleks menjadi larutan yang mengandung gula. Sedangkan bahan baku bergula, termasuk larutan gula hasil hidrolis, dapat langsung difermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Proses pembuatan bioetanol melalui tiga tahap, yaitu penyiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian/destilasi.

Penyiapan Bahan BakuPenyiapan bahan baku bioetanol

dilakukan untuk meningkatkan kandungan dan rendemen bioetanol. Bahan baku berupa nira dapat langsung diolah menjadi bioetanol, sedangkan bahan baku berupa padatan berpati atau berselulosa harus terlebih dahulu dikonversi menjadi larutan. Tahap awal perlakuan untuk bahan baku padatan adalah pencacahan bahan padatan menjadi

partikel berukuran kecil menggunakan golok atau mesin pencacah elektrik. Hasil cacahan tersebut kemudian digiling menjadi serbuk halus.

Tahap pemasakan terdiri dari proses pencairan (likuifikasi) dan pemecahan ikatan gula (sakarifikasi). Proses pencairan dilakukan dengan mencampur serbuk hasil penggilingan dan air dengan perbandingan 1:3, 1 kg serbuk pati/selulosa untuk 3 liter air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dengan menggunakan tangki pengaduk hasil rekayasa pada kisaran suhu 25-1000C dan diaduk hingga menjadi larutan.

Penambahan enzim alfa amilase dilakukan dengan perbandingan 1:1, 1 ml enzim untuk 1 kg serbuk pati/selulosa, untuk mengencerkan pati/selulosa yang mengental karena proses pemanasan. Enzim ini akan memotong rangkaian ikatan molekul pati/selulosa menjadi gula sederhana seperti maltosa atau glukosa. Secara sederhana, proses pencairan sempurna ditandai dengan warna cairan yang kecoklatan dan bening. Sedangkan pada proses pencairan tidak sempurna, larutan terlihat masih kental dan berwarna keputihan, menandakan serbuk pati/selulosa belum terlarut selama proses pengadukan. Waktu normal proses pencairan berkisar 5-10 menit, dan dapat ditambah selama 5 menit jika proses pencairan belum sempurna.

Proses sakarifikasi adalah pemecahan desktrin, karbohidrat yang terbentuk selama proses pemasakan pati/selulosa menjadi gula. Proses ini dilakukan dengan menambahkan enzim amiloglukosidase pada cairan pati hasil likuifikasi dengan perbandingan 1:1. Proses sakarifikasi ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 76 jam, tetapi dapat dipersingkat dengan

“Salah satu hasil pencarian sumber energi alternatif fosil adalah pengolahan bahan nabati menjadi bioetanol. Bahan pembuatan bioetanol dapat kita temukan dengan mudah di sekitar kita. Bahan berpati, berselulosa atau nira dapat diolah menjadi bioetanol melalui proses fermentasi.”

Oleh: Djeni Hendra, Saputra Nur Adi dan Heru S. Wibisono (Pusat Litbang Hasil Hutan, Kementerian LHK)

Page 51: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 51o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

menambahkan enzim amiloglukosidase secara bertahap.

Proses ini kemudian dilanjutkan dengan pasteurisasi, pemanasan untuk membunuh organisme merugikan seperti bakteri. Larutan hasil pencairan atau cairan nira dipanaskan hingga mencapai suhu 600C selama 10 menit pada kondisi bebas kontaminan. Setelah itu, dibiarkan untuk menurunkan suhu hingga sama dengan suhu ruangan.

Reaktor pasteurisasi hasil rekayasa yang digunakan memiliki diameter 380 mm dan tinggi 650 mm. Reaktor ini terbuat dari baja nirkarat (stainless steel) dengan ketebalan 1,5 mm dan kapasitas terpasang mencapai 60 liter. Tungku pembakaran reaktor dapat menggunakan pelet kayu/kayu bakar atau gas LPG dan dilengkapi pengaduk manual di bagian atasnya.

FermentasiFermentasi secara sederhana

merupakann proses pemecahan senyawa organik kompleks menjadi sederhana untuk menghasilkan energi. Fermentasi dapat dilakukan dengan kehadiran oksigen (aerob) atau tanpa oksigen (anaerob). Pada proses aerob, fermentasi dilakukan dengan bantuan bakteri untuk memecah senyawa organik menjadi gula.

Pembuatan bioetanol pada umumnya dilakukan secara anaerob. Kehadiran oksigen pada fermentasi bioetanol akan memicu respirasi yang menghambat proses fermentasi. Fermentasi dengan menggunakan ragi (Saceharomyces cerevisiae) telah lama dilakukan untuk menghasilkan etanol di industri makanan, minuman atau kosmetik. Penggunaan ragi didasarkan pada kemampuan ragi yang dapat mengubah larutan gula menjadi etanol dan CO2 secara efisien. Penguraian kandungan gula tidak menimbulkan bau. Jika berbau busuk, artinya ada kehadiran oksigen atau terjadi kontaminasi pada bahan.

Bahan untuk fermentasi diambil dari larutan hasil pasteurisasi sebanyak 25 persen. Larutan tersebut dicampur dengan 1 persen ragi (Saceharomyces cerevisiae) dan diaduk hingga menjadi homogen. Ragi

yang telah bekerja optimal pada proses fermentasi ditandai dengan keberadaan gelembung pada larutan. Larutan yang telah dicampur ragi kemudian dikembalikan ke larutan hasil pasteurisasi dan didiamkan selama 72 jam. Selama periode tersebut, larutan diaduk selama 2 menit setiap 6-8 jam. Proses fermentasi dapat dipercepat dengan menambahkan NPK sebanyak 1 persen sebagai input makanan ragi.

Hasil fermentasi dapat mengandung kotoran atau senyawa tak larut. Untuk

mengatasinya, digunakan penyaring berukuran 80 mesh atau yang lebih halus, atau ditambahkan arang. Zat karbon aktif pada arang dapat mengikat kotoran dan mengendapkan senyawa tak larut.

Reaktor fermentasi hasil rekayasa memiliki diameter 380 mm dan tinggi 650 mm. Reaktor ini dibuat dari baja nirkarat (stainless steel 304) dengan ketebalan 1,5 mm dan kapasitas terpasang 70 liter. Reaktor ini dilengkapi dengan dudukan tabung dan termometer manual untuk mengontrol suhu di dalam reaktor.

Pemurnian/DestilasiPemurnian dilakukan untuk

memisahkan etanol dari larutan berdasarkan perbedaan titik didih atau kemampuan menguapnya. Titik didih etanol murni adalah 780C, sedangkan titik didih air 1000C. Pemanasan pada suhu 78-1000C akan mengakibatkan etanol menguap dan mengalir melalui unit kondensor menghasilkan etanol berkonsentrasi 95-99,9 persen volume. Pada unit kondensor, air dialirkan sebagai pendingin

Mesin destilasi hasil rekayasa memiliki diameter 380 mm dan tinggi 600 mm. Mesin destilasi ini terbuat dari bahan baja nirkarat (stainless steel 304) dengan ketebalan 1,5 mm dengan

kapasitas terpasang mencapai 60 liter. Tungku pembakaran reaktor dapat menggunakan pelet kayu/kayu bakar atau gas. Mesin destilasi ini dilengkapi dengan termometer, indikator tinggi air pemanas, kran pembuangan air, dan kran pembuangan sisa bahan nira.

Aplikasi BioetanolBioetanol memiliki banyak manfaat,

antara lain sebagai campuran BBM yang dapat menaikkan bilangan oktan, bahan bakar kompor rumah tangga, bahan pelarut/katalis, dan pupuk cair.

Bioetanol yang diproduksi dengan mesin rekayasa telah diaplikasikan pada kompor rumah tangga. Kompor yang digunakan juga merupakan hasil rekayasa, dikenal dengan istilah kombinol (kompor bioetanol). Hasil aplikasi menunjukkan bioetanol dengan kadar 70-80 persen dapat menyalakan kompor selama 3-4 jam. Begitu pula bioetanol dengan kadar 80-90 persen dapat menyalakan kompor selama 5,5 jam. Jika kadar bioetanol lebih tinggi, daya nyala kompor dapat meningkat lebih lama.

Mesin pengolah bioetanol P3HH (tipe I dan II) dapat dimiliki hanya dengan harga Rp. 42.500.000 dengan kapasitas 60 liter. Mesin ini telah didiseminasikan kepada masyarakat di beberapa daerah, antara lain Cirebon dan Boalemo. Bahkan, Boalemo sedang dikembangkan sebagai desa mandiri berbasis aren dan akan dijadikan model desa mandiri di Indonesia. Desa mandiri ini memanfaatkan aren sebagai bahan baku untuk diolah menjadi bioetanol dan produk pangan fungsional. Bioetanol aren yang dihasilkan akan digunakan sebagai sumber energi kompor rumah tangga dan diproyeksikan menjadi pengganti gas Elpiji. Bioetanol aren diyakini lebih efisien dibandingkan dengan gas elpiji.

Reaktor generasi II merupakan penyempurnaan dari reaktor generasi I. Perbedaannya terletak pada sumber energi yang digunakan. Reaktor generasi I menggunakan energi listrik, sedangkan generasi II dapat menggunakan listrik, kompor dan kayu bakar. Dengan demikian, reaktor generasi II lebih adaptif jika digunakan di daerah yang belum dialiri listrik. –

Bahan baku pembuatan bioetanol dapat diperoleh dengan mudah. Umbi-umbian, limbah kayu, maupun bahan bergula seperti nira tebu dapat diolah menjadi bioetanol setelah melalui proses hidrolisis.

Page 52: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest52 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

profil alumni

Helmi Basalamah

Luasnya hutan Indonesia dengan segala manfaat dan masalah di dalamnya membentuk sebuah hubungan yang unik. Keterlibatan manusia menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri meskipun pada akhirnya berujung pada benturan kepentingan akan kelestarian hutan tersebut.

Pada kondisi ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadi lembaga pemerintahan yang memiliki peran utama dalam menjaga ritme pengelolaan hutan agar tetap lestari. Pertarungan mempertahankan prinsip-prinsip lingkungan dalam bisnis pengelolaan hutan memerlukan sumber daya manusia yang cakap dan kompeten untuk menunjang kinerja Kementerian LHK secara menyeluruh.

Tidak mudah untuk bisa menceritakan sosok utama di Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BP2SDM) yang bertanggung jawab atas

tersedianya sumber daya manusia tangguh bagi Kementerian LHK. Sikapnya yang rendah hati dan lebih banyak mengamati membuat Bapak Ir. Helmi Basalamah, M.M. sebagai sosok yang sulit ditebak pemikirannya. Bagi ayah empat anak dan kakek dari dua cucu ini, jabatan sebagai Kepala BP2SDM adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di kemudian hari, bukan sebuah prestasi yang patut dibanggakan.

Menjadi rimbawan sukses merupakan wujud nyata dari totalitasnya dalam berkarya. Tidak heran jika pria kelahiran 19 November 1961 ini selalu konsisten memegang teguh prinsip-prinsip yang diyakini akan membawanya ke arah tujuannya dalam bekerja. Menurut beliau, manusia jangan hanya mengedepankan intelegensi dalam bertindak tetapi juga ketekunan dalam menjalankan setiap amanah, kebesaran hati dan kesabaran untuk bertahan dalam situasi sulit, serta tetap menjaga semangat dan stamina agar tidak turun. Namun, yang terpenting dari semua itu adalah doa dan tawakal.

mengabdi DENGAN HATIMustahil untuk dapat memegang teguh prinsip-prinsip tersebut tanpa doa dan tawakal.

Menimba ilmu di Fakultas Kehutanan IPB bersama Angkatan 18 dan mulai bertugas menjadi abdi masyarakat di bidang kehutanan setelah lulus di tahun 1986, beliau harus menghadapi berbagai macam situasi yang dianalogikan sebagai alat bantu pekerjaan. Naik dan turun bahkan sampai harus melepaskan jabatan pernah beliau alami. Namun, baginya semua itu merupakan proses belajar, bukan menjadi alasan menurunnya ritme kerja dan stamina. Beliau selalu dinamis mengikuti kemajuan teknologi tetapi tetap fokus pada tujuan dasar bekerja.

Menurut beliau, tantangan terbesar saat bekerja dan berkarya di bidang kehutanan, bukanlah dari hal-hal teknis tetapi pada orang-orang yang berada di sekitar pekerjaan tersebut. Bekerja sama dalam sebuah tim yang anggotanya berganti-ganti secara dinamis terkadang sangat menyulitkan. Fokus pada tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan dapat terganggu atau berkurang sehingga pekerjaan tidak dapat dilakukan secara efisien.

Kementerian LHK, dalam pandangan beliau, merupakan sebuah badan dengan berbagai proses bisnis yang memiliki misi mewujudkan hutan yang lestari untuk kemaslahatan masyarakat. Untuk mendukung kinerja Kementerian LHK mewujudkan misi tersebut, diperlukan kelengkapan sumber daya manusia yang kompeten yang dididik dan dilatih seiring dengan pola karirnya. Terciptanya kawasan hutan lestari merupakan kepuasan dalam bekerja dan berkarya di Kementerian LHK dan akan menjadi bukti dari keberhasilan kinerja seluruh sistem di dalamnya.

Sumber daya manusia yang berkinerja baik akan tampak pada keluaran yang dihasilkan, yaitu hutan yang terkelola secara lestari. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah bagaimana upaya memenuhi seluruh standar yang dibutuhkan secara internal sehingga keluaran yang dihasilkan dapat terlihat secara nyata. Jawabannya, dimulai dengan membangun jejaring, memperbanyak

Page 53: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 53o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

komunikasi, serta menguatkan sikap dan tingkah laku yang baik. Sebagai alumni Fakultas Kehutanan IPB, menciptakan sumber daya manusia yang kompeten menjadi tantangan tersendiri karena beliau harus paham mengenai bisnis dan manusia yang ada di dalam Kementerian LHK.

Program mewujudkan ketercukupan sumber daya manusia yang kompeten sebenarnya telah dimulai saat masih bertugas di Biro Perencanaan dan kemudian dilanjutkan di BP2SDM. Sejalan dengan bergulirnya program Kementerian LHK, yaitu 12,7 juta hektare hutan sosial atau hutan untuk rakyat yang membuka akses kesempatan kepada masyarakat untuk ikut mengelola dan mewujudkan hutan lestari, dibutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi yang sesuai

dengan kebutuhan pengelolaan hutan skala kecil yang lestari. Menurut beliau, sumber yang prospektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dari Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK). Siswa SMKK yang dibina di tingkat kabupaten dan dekat dengan kelompok tani diharapkan mampu mengisi tenaga profesional kehutanan pada tingkat tapak. Nantinya, setiap SMKK juga diharapkan dapat memiliki dan mampu mengelola Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sendiri sebagai tempat praktik langsung, baik dari segi teknis, manajemen, hingga pemasaran.

juga dipikirkan oleh beliau. Program magang bagi mahasiswa yang belum lulus dan perekrutan lulusan terbaik, menurut beliau, dapat mengisi posisi manajemen di tingkat pembuat kebijakan. Penting untuk menarik minat lulusan kehutanan dan menanamkan keteguhan hati sebagai rimbawan untuk kembali ke hutan dan sukses di bidang ini.

Selama beliau berkecimpung sebagi rimbawan di dunia kehutanan, ada rasa bangga terhadap almamater Fakultas Kehutanan IPB. Alumni Fakultas Kehutanan IPB memiliki kelebihan dalam hal kepedulian dan respek, layaknya sebuah keluarga. Nilai lebih tersebut seharusnya tetap dijaga dan dijadikan modal untuk membangun jejaring dan mempererat tali silaturahmi. –

-Librianna Arshanti (E33)

rutinitas. Kegiatan sehari-hari Ir. Helmi Basalamah, M.M. Penyiapan sumber daya manusia yang

kompeten pada tingkat Sarjana Kehutanan

pemberian penghargaan. Menjadi rimbawan sukses merupakan wujud nyata dari totalitasnya dalam berkarya.

Jika enggan mengambil risiko, Anda tak akan pernah kalah.

Tapi tanpa berani menanggung risiko, Anda tak akan pernah menang.

– Richard Nixonfoto: r eko tjahjono

foto: helmi basalamah

foto: helmi basalamah

Page 54: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest54 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

reportase

KEELOKAN BUNAKEN YANG TERANCAM

Kawasan Bunaken seluas 75.265 hektare di Teluk Manado ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1991 dan ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1995. Taman nasional ini berada di wilayah perairan segitiga emas

yang sangat kaya akan terumbu karang dan ikan-ikan eksotis yang menjadi daya tariknya. Terdapat lima pulau yang termasuk dalam taman nasional ini, yaitu pulau Naen, pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Siladen, dan pulau Mantehage beserta anak pulau yang ada di sekelilingnya.

Menurut Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Ari Subiantoro, waktu yang tepat untuk mengunjungi pulau Bunaken adalah bulan Mei hingga Agustus. Pada bulan tersebut ombak dan arus air cukup tenang. Pengunjung dapat menikmati diving maupun snorkeling dengan kondisi air yang jernih dan suhu udara yang relatif hangat.

“Wah, pas dengan waktu kedatangan kami di bulan Juni,” batinku. Benar saja. Saat speedboat merapat di dermaga pulau Bunaken, terik matahari seakan terlupakan. Lautan luas menarik tubuh kami seolah menciptakan

gaya gravitasi tersendiri. Tidak usah bingung jika tidak membawa peralatan diving atau snorkeling. Di dermaga pulau Bunaken, selain pedagang cendera mata, juga banyak yang menyewakan peralatan dengan harga standar.

Sangat mudah untuk mencapai Bunaken. Dari Bandara Sam Ratulangi Manado, kita bisa langsung menuju pasar Bersehati, Marina, dan pelabuhan Manado, lalu dilanjutkan dengan moda transportasi laut, speedboat ataupun kapal nelayan. Waktu tempuh rata-rata kurang dari setengah jam. Jangan khawatir dengan penginapan di Bunaken, karena banyak tersedia homestay dengan beragam fasilitas. Pastikan Anda membawa uang tunai yang cukup.

Menurut juru mudi speedboat, terdapat banyak titik penyelaman yang akan membuat kami berdecak kagum, yaitu Bunaken Timur, Mandolin, Reruntuhan Kapal, Tanjung Kopi, Tembok Lekuan, dan Puncak Barakuda. Kami kemudian mencoba snorkeling di bagian barat pulau Bunaken. Beberapa titik untuk snorkeling tampak indah meskipun ada bagian terumbu karang yang rusak dan direhabilitasi. Batas antara bagian ujung hamparan terumbu karang dengan bagian laut yang dalam juga tampak jelas. Sunyi dan sangat menawan.

Menjelang sore, saya menghabiskan waktu snorkeling dengan membawa sedikit remah biskuit untuk memancing ikan mendekat. Berenang dikelilingi puluhan

“Penyaring sampah berupa jeruji besi mungkin perlu dipasang di tiap mulut sungai untuk meminimalisir sampah. Namun, upaya ini juga akan sia-sia jika kebiasaan membuang sampah sembarangan tetap dilakukan.”

elok. Salah satu sudut Bunaken yang menenangkan hati.foto: khulfi mk

Page 55: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 55o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

ikan warna-warni di atas terumbu karang menjadi pengalaman yang luar biasa. Bunaken tidak hanya memiliki ekosistem laut dan terumbu karang, tetapi juga hutan bakau, pesisir, dan hutan dataran rendah di pulaunya. Rehat dari bermain di laut, kita juga bisa melakukan trekking di jalur yang sudah ada.

Surga di bumi Minahasa ini juga tak lepas dari masalah klasik. Jumlah kunjungan wisatawan yang menjadi indikator keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata terkadang tidak memperhatikan batasan daya dukung dan daya tampung kawasan pelestarian alam yang menjadi destinasinya. “Sejak kebijakan bebas visa diterapkan dan rute penerbangan Manado – Tiongkok banyak dibuka, memang diakui kunjungan wisatawan mancanegara terutama dari Tiongkok meningkat drastis. Bayangkan, cukup dengan Rp. 3 juta kita bisa pulang pergi dari Manado ke Shanghai atau sebaliknya,” ujar Ari Subiantoro.

“Sayangnya, wisatawan asal Tiongkok sering kami jumpai membawa lengkap peralatan masak. Jadi, mereka justru

masak di sini. Maunya kami, mereka belanja dan beli segala sesuatu di sini agar roda ekonomi lokal semakin berputar. Masalah lainnya adalah sampah. Semakin banyak kunjungan, devisa memang meningkat, tetapi kuantitas sampah ke laut juga meningkat,” ujarnya lebih lanjut.

Pada bulan-bulan tertentu saat musim hujan, banyak sampah yang terdampar ke pulau-pulau di kawasan Bunaken. Sampah-sampah tersebut, menurut Ari Subiantoro, tidak hanya berasal dari kota Manado. Ada tujuh sungai yang bermuara di Teluk Manado. Sampah yang terbawa luapan air sungai dan embusan angin Barat akan hanyut ke laut lepas, menuju kawasan Bunaken. Sampah-sampah tersebut akan mencemari laut, merusak terumbu karang, dan mengurangi keindahan kawasan.

“Setiap sebulan sekali, seluruh stakeholder terkait, khususnya dari pemerintah, diwajibkan oleh Gubernur untuk ikut piket bergiliran membersihkan sampah dari laut. Tidak tanggung-tanggung, sampah yang kami kumpulkan kadang bisa lebih dari satu ton,” kata Ari Subiantoro. Penyaring sampah berupa

jeruji besi mungkin perlu dipasang di tiap mulut sungai untuk meminimalisir sampah. Namun, upaya ini juga akan sia-sia jika kebiasaan membuang sampah sembarangan tetap dilakukan.

Penanganan sampah adalah penanganan dari hulu hingga hilir. Kebiasaan masyarakat setempat dan wisatawan yang mengganggap sepele masalah sampah harus diperbaiki, bahkan jika perlu harus ditindak tegas, agar moleknya Teluk Manado yang mendunia tidak ternoda. –

- Khulfi MK (E-40)

terbawa sampai laut. Sampah-sampah tersebut akan mencemari laut, merusak terumbu karang, dan mengurangi keindahan kawasan.foto: khulfi mk

Page 56: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest56 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

reportase

INGAT MANADO, INGAT ANOA BREEDING CENTRE

Dalam buku catatan petualangan berjudul The Malay Archipelago yang terbit tahun 1869, sang penulis Alfred Russel Wallace menggambarkan sedikit tentang anoa, “Anoa depressicornis, atau sapi-utan, atau sapi liar dari Melayu,

adalah hewan yang telah menimbulkan banyak kontroversi, apakah hewan itu harus digolongkan sebagai sapi, kerbau

atau kijang. Hewan ini lebih kecil daripada ternak liar lainnya, dan dalam banyak hal tampaknya mendekati antelop, seperti sapi dari afrika. Tanduk sapi ini sangat halus dan tajam ketika masih muda, tetapi menjadi lebih tebal dan bergerigi di bagian bawahnya ketika umurnya semakin tua.”

Namun, satu setengah abad setelah petualangan Alfred Russel Wallace, populasi satwa endemik pulau Sulawesi ini diperkirakan hanya tersisa kurang dari 5000 ekor (IUCN 2007). Pada tahun 1986, dua spesies satwa langka ini, anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa

dataran tinggi (Bubalus quarlesi), berubah status menjadi Endangered atau Terancam Punah. CITES juga memasukkan keduanya dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjualbelikan, sedangkan Pemerintah Indonesia memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

“Perburuan untuk dikonsumsi dagingnya menyebabkan penurunan populasi satwa ini di alam. Untuk mendukung upaya konservasi ex situ anoa

“Selain faktor reproduksi dan ancaman perburuan, kerusakan hutan sebagai habitat anoa juga ditengarai sebagai penyebab semakin sulitnya satwa ini dijumpai di alam.”

Page 57: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 57o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

kiri ke kananAnoa Breeding Centre. Upaya konservasi ex situ anoa sebagai satwa identitas Sulawesi.Dodi Garnadi. Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado.

sebagai satwa identitas Sulawesi, Balitbang LHK Manado telah membangun Anoa Breeding Centre (ABC) Manado. Upaya ini dapat terlaksana berkat kolaborasi dari berbagai pihak, khususnya BKSDA Sulawesi Utara, pemerintah daerah, dan pihak swasta seperti PT Cargill melalui program CSR,” tutur Dodi Garnadi, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado.

ABC Manado diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada bulan Februari 2015. Berlokasi di belakang rumah kayu Woloan di area BP2LHK Manado, kandang-kandang anoa dengan berbagai ukuran berderet rapi, lengkap dengan tumbuhan pakannya. Semula terdapat tujuh ekor anoa, dua jantan dan lima betina, yang menghuni kandang-kandang tersebut. Rambo, Ana Rita, Manis dan Denok adalah nama-nama anoa yang sempat tercatat langsung saat penulis berkunjung. ABC Manado juga menampung anoa milik masyarakat yang diserahkan sebagai bentuk kesadaran mereka menyelamatkan satwa langka ini.

Pada bulan Februari lalu, seekor bayi anoa telah dilahirkan di ABC Manado. Ada cerita mendebarkan saat proses kelahirannya, karena kondisi bayi dalam keadaan sungsang ketika akan dilahirkan.

Namun, upaya tanggap dari tim kerja ABC Manado, yang terdiri dari dokter hewan, penjaga dan peneliti, akhirnya mereka terselamatkan. Sang induk, Denok, dan bayinya kemudian dipisahkan ke kandang yang lebih luas.

Adalah drh. Adven Simamora, seorang dokter hewan, dan Diah Irawati Dwi Arini, peneliti Anoa yang setiap hari berinteraksi dengan anoa di ABC Manado. Dua wanita ini paham betul dengan tingkah laku dan kebiasaan anoa. Menurut penjelasan mereka, anoa memiliki sifat agresif, soliter dan monogami. Anoa dapat kawin dan memiliki anak pada umur dua hingga tiga tahun. Masa kehamilannya yang cukup lama berkisar sembilan hingga sepuluh bulan dan hanya melahirkan satu ekor anak setiap melahirkan. “Hanya mau dengan satu jantan, sehingga lambat berkembang di alam. Pengamatan terhadap siklus estrus atau birahi anoa di

ABC Manado dilakukan untuk menunjang proses reproduksi. Tujuannya adalah penambahan jumlah individu melalui perkawinan secara alami,” kata mereka.

Selain faktor reproduksi dan ancaman perburuan, kerusakan hutan sebagai habitat anoa juga ditengarai sebagai penyebab semakin sulitnya satwa ini dijumpai di alam. Penyadartahuan mutlak diberikan kepada masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar habitat anoa. Tidak hanya sebatas memperkenalkan anoa sebagai satwa yang dilindungi, tetapi juga tentang kerusakan habitat yang dapat menyebabkan hilangnya satwa identitas Sulawesi ini.

Permasalahan klasik dalam upaya konservasi

ex situ anoa di ABC Manado adalah keterbatasan anggaran. Tidak dipungkiri, untuk menyediakan fasilitas kesehatan satwa, sumber daya manusia, pakan dan penunjang lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pihak BP2LHK Manado sangat menyambut baik adanya upaya kemitraan dan kerja sama dari pihak manapun.

Jika Anda ingin belajar tentang anoa, maka datanglah ke Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado, tepatnya di Jl. Raya Adipura, Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Kota Manado. Selain Anoa Breeding Centre, juga terdapat arboretum dengan berbagai koleksi pohon dan pusat pembibitan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.

Ingat Manado, ingat anoa. –

- Khulfi MK (E-40)

Jika Anda ingin belajar tentang anoa, maka datanglah ke Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado, tepatnya di Jl. Raya Adipura, Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Kota Manado.

foto: khulfi mk

Page 58: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest58 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

reportase

Wisata Hutan Desa di Pulau Dewata

Kemolekan pantai, gunung, danau, seni dan budaya pulau dewata, tampaknya selalu memberikan eksotisme tersendiri bagi siapa pun yang pernah, atau baru pertama kali mengunjunginya. Catatan perjalanan saya di akhir bulan Agustus

ini, melihat sisi eksotisme Bali yang lain, yaitu hutan dan masyarakatnya.

Hutan Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, salah satu lokasi perhutanan sosial di Bali, menjadi pilihan saya. Tidak sulit untuk mencapai hutan desa yang berada utara kota Denpasar ini. Akses jalan yang sudah sangat baik dapat ditempuh kurang dari 2 jam. Perjalanan tidak akan terasa karena keindahan pemandangan danau Baratan di Bedugul, lalu Danau Buyan dan Danau

Tamblingan yang memikat, bahkan seakan mengajak untuk singgah dan mengabadikannya dengan kamera.

Saya bertemu dengan Pak Mangku di sebuah warung sederhana, satu-satunya warung yang terlihat di pinggir jalan beraspal yang membelah bukit hutan lindung di Desa Selat. Mangku Budiasa adalah Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang mengelola hutan Desa Selat seluas 552 ha. Hutan Desa Selat adalah satu diantara tujuh hutan desa di Kabupaten Buleleng yang areal kerjanya telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2010, namun baru memperoleh Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dari Gubernur Bali pada tahun 2015. Enam hutan desa lainnya berada di Desa Wanagiri (250 hektare), Desa Sudaji (90 hektare), Desa Lemukih (988 hektare), Desa Galungan (712 hektare), Desa Telaga (96 hektare), dan Desa Tejakula (353 hektare).

Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa, sedangkan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) adalah hak pengelolaan pada kawasan hutan lindung atau hutan produksi yang diberikan kepada lembaga desa. Potensi yang dimiliki hutan Desa Selat adalah rotan seluas 55 hektare, serta obyek wisata spritual dan wisata alam berupa air terjun dan rumah pohon. Hanya sekitar 127 hektare atau 23 persen dari luas hutan Desa Selat yang masih alami, sisanya sekitar 350 hektare adalah hutan yang telah direhabilitasi melalui pengkayaan dan penanaman, dan 75 hektare yang rencananya akan direhabilitasi.

Hutan Desa Selat memiliki fungsi lindung sehingga bentuk pemanfaatan yang boleh dilakukan oleh masyarakat adalah pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan hasil hutan bukan kayu. “Di desa ini, masyarakat lebih

sisi lain bali. Hutan Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.foto: khulfi mk

Page 59: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 59o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

lanskap. Melihat sisi eksotisme Bali yang lain, yaitu hutan dan masyarakatnya.foto: khulfi mk

menyegani awik-awik atau hukum adat daripada hukum positif milik pemerintah. Peraturan adat lebih mengikat. Apabila menebang sebatang pohon secara ilegal dan ketahuan oleh pecalang jagawana, akan terkena sanksi denda materi dan kewajiban menanam sepuluh batang pohon yang harus dipastikan hidup. Beda desa, beda pula awik-awik-nya,” kata Pak Mangku.

Hebatnya, masyarakat Desa Selat telah menyiapkan Rencana Kerja Tahunan pertamanya yang meliputi kegiatan rehabilitasi lanjutan, peningkatan pengawasan hutan, pengelolaan hasil hutan bukan kayu untuk kerajinan, pengembangan wisata spritual dan wisata alam, pembangunan pusat informasi dan area parkir, dan pengembangan SDM. Di beberapa titik di sepanjang jalan yang kami lalui, masyarakat memanfaatkan lahan untuk agroforestri bunga pecah seribu (hortensia) dengan tanaman kehutanan.

Tak lama berdiskusi, Pak Mangku pamit untuk mempersiapkan diri mengikuti rangkaian upacara pengabenan. Selain sebagai Ketua Bumdes, Pak Mangku juga bertugas di pura Desa Selat. Kami pun sepakat untuk melanjutkan diskusi esok hari.

Suasana sejuk dan asri menyambut saat saya menaiki canopy bridge dan rumah

pohon yang terbuat dari bambu di salah satu obyek wisata di Hutan Desa Selat. Pemandangan pantai Lovina di utara pulau Bali terlihat di kejauhan. Pada sisi lain, terdapat camping ground dan sumber air yang sedang dibangun. Tidak dikenakan biaya tiket untuk masuk ke obyek wisata ini. Gratis! Hanya tersedia sebuah kotak bertuliskan dana punia di depan gerbang gapura bagi pengunjung yang ingin menyumbang.

Lokasi Hutan Desa Selat sebenarnya sangat strategis. Saya dapat membayangkan setelah para wisatawan puas bermain di Denpasar dan menikmati Kebun Raya Eka Karya, Danau Baratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan, mereka singgah berkemah di camping ground Hutan Desa Selat sebelum melanjutkan perjalanan ke pantai Lovina untuk melihat atraksi lumba-lumba di habitatnya.

Pantai Lovina dapat dicapai hanya dalam setengah jam perjalanan dari Hutan Desa Selat. Di sekitar pantai ini banyak ditemukan kafe, bar, resor dan hotel dari kelas ekonomi sampai VVIP. Wisatawan mancanegara pun tampak semakin ramai menjelang malam.

Keesokan paginya, saya memilih melihat atraksi lumba-lumba, meskipun banyak yang menawarkan paket snorkeling dan diving. Atraksi lumba-lumba biasanya

dimulai pukul 6 pagi. Cukup dengan membayar Rp. 100.000 per orang, kita dapat menaiki perahu nelayan menuju laut lepas. Pemandangan matahari terbit tampak begitu indah dari perahu. Sayangnya, perahu yang berburu lumba-lumba terlalu ramai pagi itu. Kawanan lumba-lumba hanya terlihat empat kali. Saya akhirnya memuaskan diri dengan melakukan snorkeling, menikmati keindahan akuarium alam di utara pantai Lovina.

Siang harinya, saya kembali ke Hutan Desa Selat. Kembali bertemu dengan ak Mangku dan berbagi suka duka mempertahankan hutan lindung dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat di Desa Selat.

“Dulu, tidak mudah untuk memperoleh akses berupa Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD). Meskipun telah ditetapkan oleh Menteri sejak tahun 2010, SK HPHD dari Gubernur baru turun tahun 2015. Kami sampai harus berdemo di kantor DPRD. Saya sendiri tidak tahu di mana letak kelambatannya. Kalau memang kami kurang mampu, kenapa kami tidak dibimbing. Baru akhir-akhir ini saja mulai banyak perhatian. Kedepannya mungkin kami juga bisa menggandeng perusahaan BUMN atau swasta untuk bekerja sama membangun hutan desa ini,” tutur Pak Mangku.

Ada sebuah ironi. Di tengah glamornya pariwisata Bali, masih ada sekitar 4,25 persen penduduk Bali yang hidup di bawah garis kemiskinan (BPS Provinsi Bali 2016). Angka melek huruf, tingkat partisipasi angkatan kerja, rasio gini, dan daya beli masyarakat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi angka kemiskinan di Provinsi Bali. Melalui penguatan kelembagaan dan pemberian akses kelola hutan negara kepada masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan menekan rasio gini sehingga angka kemiskinan di Bali juga menurun.

Mengunjungi hutan desa di Bali mengajarkan saya bagaimana hutan lindung yang selama ini dikelola dengan prinsip kehati-hatian, ternyata dapat dipercayakan secara legal formal kepada masyarakat sekitar hutan untuk dikelola secara lestari. –

-Khulfi M. Khalwani (E40)

Page 60: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest60 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

inforial

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM MENUJU KEDAULATAN RAKYAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

Upaya-upaya pengelolaan di Kawasan Konservasi Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC) dilakukan bukan hanya demi kepentingan pelestarian alam semata tetapi juga demi terciptanya keseimbangan antara kepentingan ekologi

dengan kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Aktualisasi pola-pola pemanfaatan sumber daya alam berkedaulatan rakyat mulai dikembangkan di TNGC berdasarkan peraturan yang berlaku, menuju pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan membuka akses bagi masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.

Aktualisasi tersebut merupakan penjabaran kerja arahan nawa cita yang mengharuskan manajemen pemerintahan hadir dan mampu mewujudkan kemanfaatan bagi masyarakat. Lebih dari

itu, pemberian akses kepada masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan sumber daya alam sudah merupakan kebutuhan karena sesungguhnya kawasan hutan tersebut juga merupakan halaman rumah mereka.

Pengelolaan kawasan hutan dan keanekaragaman hayati di hutan konservasi TNGC berjalan seiring dengan penerapan konsep Pembayaran Jasa Lingkungan (Payment Environment Services/PES). Konsep ini mengharuskan siapa pun yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan untuk membayar demi keberlanjutan penyediaan jasa tersebut, dan siapa pun yang berperan sebagai penyedia jasa lingkungan harus mendapat kompensasi.

Kekayaan sumber daya alam dan peran pentingnya sebagai sistem penyangga kehidupan di sekitarnya membuat

TNGC memiliki posisi strategis sebagai kawasan yang kaya sebagai penyedia jasa lingkungan. Ada empat jenis jasa

lingkungan yang dikenal oleh masyarakat, yaitu tata air, keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, dan keindahan lanskap. Namun, baru tiga jenis mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang telah diterapkan, yaitu tata air, keanekaragaman hayati, dan keindahan lanskap.

Mekanisme transaksi Pembayaran Jasa Lingkungan kawasan hutan dan keanekaragaman hayati merupakan mekanisme pemberian imbal jasa berupa

pembayaran finansial dan nonfinansial, baik berdasarkan regulasi maupun sukarela, dari pengguna jasa kepada pengelola hutan atau mitra pengelola hutan atas jasa lingkungan yang disediakan, jika dan hanya jika penyedia jasa menjamin keberlanjutan penyediaan jasa lingkungannya berkelanjutan (lestari).

Berdasarkan konsep dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan tersebut, skema pembayaran jasa lingkungan antara penyedia dan pengguna jasa lingkungan yang dilakukan di TNGC adalah:

1. Skema Pembayaran Pemerintah dengan Perusahaan (Government to Private)

Skema pembayaran ini dilakukan untuk jasa lingkungan pemanfaatan air dan wisata alam, antara Balai TNGC sebagai penyedia jasa dengan badan usaha milik negara dan swasta sebagai pengguna jasa.

tata kelola. Pengelolaan kawasan hutan dan keanekaragaman hayati di hutan konservasi TNGC berjalan seiring dengan penerapan konsep Pembayaran Jasa Lingkungan.

Aktivitas pemanfaatan jasa lingkungan di TNGC telah melibatkan sekitar 40 desa penyangga dan 1.497 KK sebagai mitra pengelola.

foto: Tngc

Page 61: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 61o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Perusahaan pengguna jasa lingkungan pemanfaatan air, antara lain PDAM Kab. Cirebon, PDAM Kota Cirebon, PDAM Kab. Kuningan, PT Pertamina Cirebon, PT Indocement Cirebon, CV Jagaraga, CV TRJ dan CV Tirta Mekar. Sementara itu, perusahaan pengguna jasa lingkungan wisata alam (keindahan lanskap) adalah PDAU Kertaraharja yang telah memiliki izin prinsip dari Izin Usaha Pemanfaatan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) di 6 lokasi ODTWA TNGC dan CV Wisata Putri Mustika yang memiliki 5 jenis Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA).

Mekanisme transaksi pembayaran jasa lingkungan pemanfaatan air dan wisata alam yang dilakukan oleh perusahaan kepada pemerintah berupa transaksi finansial melalui pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang nilainya ditentukan berdasarkan PP Nomor 12 Tahun 2014 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerian Kehutanan.

2. Skema Pembayaran Pemerintah dengan Masyarakat (Government to Community)

Skema pembayaran pemerintah dengan masyarakat ini dilakukan untuk jasa lingkungan pemanfaatan air di TNGC antara Balai TNGC sebagai penyedia

jasa dengan masyarakat dari kelompok tani, desa dan sekolah di sekitar kawasan hutan yang telah memiliki Izin Pemanfaatan Air (IPA) nonkomersial yang dikeluarkan oleh Balai TNGC. Hingga tahun 2016 telah terdaftar sekitar 26 pemegang izin.

Mekanisme transaksi pembayaran berupa transaksi non-finansial berdasarkan kerelaan (voluntary base). Pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah dapat berupa komitmen dan kontribusi membantu kegiatan-kegiatan pelestarian Balai TNGC seperti restorasi, pengayaan tanaman

pada sumber mata air, pengendalian kebakaran hutan, perlindungan dan pengamanan hutan, dan lain-lain.

Skema pembayaran ini juga dilakukan untuk jenis pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam oleh masyarakat pengunjung, dan jenis pembayaran iuran dan pungutan dari pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA), kepada masyarakat mitra pengelola TNGC. Hingga bulan Juni 2017, Balai TNGC telah mengeluarkan 80 lembar IUPJWA berupa izin jasa perjalanan wisata, izin jasa pramuwisata, dan izin jasa makanan minuman kepada masyarakat penyangga.

Mekanisme transaksi pembayaran untuk jasa lingkungan wisata alam berupa transaksi finansial melalui pembayaran karcis masuk kawasan konservasi, sedangkan untuk iuran dan pungutan dari pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) melalui pembayaran iuran dan pungutan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang nilainya ditentukan berdasarkan PP Nomor 12 Tahun 2014. Jumlah pendapatan pemerintah hingga bulan Juni 2017 dari pembayaran karcis PNBP sebesar Rp. 1.083.905.000 dan dari iuran dan pungutan izin PNBP sebesar Rp. 17.450.000.

3. Skema Pembayaran Masyarakat dengan Masyarakat (Community to Community)

Skema pembayaran ini telah dilakukan untuk jenis pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dan keanekaragaman hayati antara masyarakat mitra pengelola TNGC dan masyarakat pengunjung. Masyarakat mitra pengelola TNGC sebagai penyedia jasa, merupakan kelompok masyarakat desa-desa penyangga di sekitar TNGC dan telah membuat kesepakatan (SPKS) dengan Balai TNGC, sedangkan pengguna jasa adalah masyarakat pengunjung yang bersedia membayar jasa lingkungan dan jasa pelayanan kunjungan di kawasan TNGC.

Mekanisme transaksi pembayaran berupa transaksi finansial berdasarkan kerelaan (voluntary base) melalui pembayaran jasa lingkungan dan jasa pelayanan kunjungan yang nilainya ditawarkan oleh masyarakat penyedia jasa. Nilai finansial tersebut membentuk efek pengganda bagi perputaran kegiatan ekonomi masyarakat mitra pengelola dan masyarakat sekitar hutan, hingga bulan Juni 2017 diperkirakan volume transaksinya mencapai Rp. 12.530.746.000.

Selama dua setengah tahun terakhir, upaya pengelolaan kegiatan sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan telah dapat menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesadaran lingkungan, dan menambah kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Hingga bulan Juni 2017, aktivitas pemanfaatan jasa lingkungan di TNGC telah melibatkan sekitar 40 desa penyangga dan 1.497 KK sebagai mitra pengelola. Masyarakat juga bersedia berinvestasi untuk pembangunan sarana prasarana pengelolaan yang selanjutnya secara administrasi dihibahkan kepada pemerintah.

Selain itu, upaya pengelolaan sumber daya alam di TNGC ini berdampak positif terhadap budaya asli setempat dan pelestarian alam di kawasan TNGC. Masyarakat setempat memiliki jati diri dan rasa bangga yang tumbuh dari rasa berdaulat dalam mengelola sumber daya alam dan kesejahteraan ekonomi yang meningkat. –

TNGC. Pengelolaan kawasan.foto: Tngc

Page 62: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest62 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

fotografi

Pulau Rambutsurga kecil di Kepulauan seribu

Fotografer: R. Eko Tjahjono (alumni Fahutan IPB)alvin hahuly (fotografer)

Bagai sebuah upacara penyambutan, burung-burung air itu bermanuver melintas di atas kepala dan menari di antara perciknya ombak pesisir, sesaat setelah perahu tertambat di dermaga yang jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta.

Suaka Margasatwa Pulau Rambut dengan permukaan daratan yang tertutup mangrove, menjadi habitat penting bagi migrasi burung-burung air dari daratan benua Australia ke wilayah tropis. Tercatat lebih dari 56 species burung migran hidup dan beranak pinak di sela-sela daratan pulau yang selalu basah.

Page 63: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 63o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Kiri, dari atas ke bawah: (1) pohon burung; (2) rumah untuk keluarga; (3) obrolan pagi Pecuk Hitam; (4) saat senja hampir malam.

Kanan, dari atas ke bawah: (1) Bluwok yang semakin langka; (2) lompatan-lompatan kecil.

Page 64: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest64 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

resensi buku

Trilogi Surga Dunia

SURGA dunia ada di Indonesia. Jika kita baca trilogi ini, apa yang tak ada di bagian dunia lain ada di sini: pantai, danau dan ngarai purba, gua, rimba perawan, juga aneka flora dan fauna. Indonesia begitu kaya, begitu mempesona.

Buku-buku ini adalah reportase yang menukik ke jantung tempat-tempat itu. Ceritanya hidup karena tak hanya memotret keindahan alam tapi juga kisah di baliknya. Para penulis yang menyusun buku ini percaya bahwa setiap peristiwa, setiap tempat, selalu menyediakan cerita unik yang menyertainya. Mereka pun tak hanya mendeskripsikan tapi menyelami alam pikir manusia-manusia yang lahir dan hidup di sana.

Barangkali karena mereka para jurnalis. Buku-buku ini adalah format baru dari edisi majalah Tempo dalam edisi-edisi khusus wisata selama tiga tahun (2013-2016). Maka kekurangan nyata dari buku yang bagus ini adalah perbaruan data. Jarak antara penerbitan majalah dan penerbitan buku oleh Kepustakaan Populer Gramedia kurang lebih 2-3 tahun, sehingga ongkos pulang-pergi ke sebuah objek mungkin saja berubah jika dibaca sekarang.

Soalnya, informasi ini penting bagi para pelancong. Buku-buku panduan pariwisata

umumnya hanya menyajikan cerita tempat dan keindahannya belaka, tanpa informasi memadai bagaimana kita bisa mencapainya dan menyesap pengalaman seperti yang dialami para penulis itu. Informasi soal transportasi dan akomodasi itu penting, apalagi perjalanan ke tempat-tempat terpencil itu sulit.

Kita bisa mengabaikan kekurangan ini karena toh kita bisa mencari informasi soal itu melalui Internet. Dunia maya acap menyajikan informasi yang tak terduga-duga. Sepanjang pelosok-pelosok itu bukan pulau yang suwung, informasinya pasti tersedia di Internet, betapa pun terpencilnya.

Selebihnya adalah kisah-kisah lokal Indonesia yang kaya dan berwarna. Di Togean, misalnya, kepulauan di Sulawesi Tengah yang kian ramai dikunjungi turis itu menyimpan cerita pilu tentang rusaknya terumbu karang oleh aktivitas politik. Demokrasi membuat setiap orang berebut meminta dipilih. Cara terbaik adalah memberi peluang kemudahan ekonomi. Celakanya, para politisi di sana menjamin pengeboman laut kepada para nelayan yang abai pada keberlangsungan lingkungan mereka. Cerita pariwisata bertaut dengan politik dan kehidupan sehari-hari yang tak mudah dipecahkan.

Tempat-tempat lain punya masalahnya sendiri. Tapi dari sana kita tahu alam permai yang dipuja-puja sebagai kekayaan Indonesia itu memang hanya sebatas slogan saja. Kita tak pandai menjaga apalagi mempromosikannya. Kearifan-kearifan lokal bersitegang dengan pengelolaan modern yang justru malah jadi bumerang. Negara hadir untuk memungut pajak tapi abai menjaga alam agar tetap sentosa.

Ada yang aneh bahwa promosi surga-surga Indonesia lewat buku ini membuat kita jadi punya kesimpulan sebaiknya tempat-tempat itu tetap tersembunyi untuk menjaga keasliannya, seusai menamatkan seluruh cerita dalam tiga buku ini. –

- Bagja Hidayat (E-33)

Judul: 100 Surga TersembunyiPenyunting: Qaris Tajudin, dkkPenerbit: Kepustakaan Populer GramediaTebal: vii + 206 halaman

Judul: Hikayat 45 Danau IndonesiaPenyunting: Qaris Tajudin, dkkPenerbit: Kepustakaan Populer GramediaTebal: vii + 206 halaman

Judul: Kisah Berdesir dari Pesisir LautPenyunting: Budi Setyarso, dkkPenerbit: Kepustakaan Populer GramediaTebal: vii + 147 halaman

Page 65: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 65o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

resensi buku

Ekspedisi Serba Tanggung

MENULIS pengalaman personal acap gagal karena satu hal: abai pada detail. Kekuatan Tristes Tropiques yang ditulis Claude Lévi-Strauss, antropolog Prancis tentang “jalan-jalannya” ke hutan Amazon di Brasil pada 1955, adalah reportase pada detail yang dipadukan dengan kesan, analisis, dan menyandarkannya pada keluasan literatur.

Maka buku babon sosiologi dan antropologi itu menjadi semacam memoar ilmiah yang bisa membantu menjelaskan hubungan lingkungan dan manusia serta perubahan-perubahannya. Dari Strauss kita bisa paham mengapa rum Puerto Rico lebih sengak dibanding rum Martinique, yakni dari cara membuatnya. Rum Puerto Rico diolah di pabrik, sementara rum Martinique disuling dari peralatan yang belum diganti sejak abad 18. Bagi Strauss, kontras itu menunjukkan bagaimana peradaban tropis bekerja, dengan pengaruh alam dan kebudayaan.

Tentu saja buku Cerita dari Timur yang ditulis mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada ini tak akan sampai pada analisis semacam itu. Tapi, agaknya bahannya cukup untuk membuat reportase sejenis untuk menggambarkan bagaimana hidup orang-orang Indonesia di lima taman nasional, yang jauh, yang tradisional, yang memelihara kepercayaan nenek moyang untuk memelihara alam.

Sayangnya bahan yang bagus itu tak diolah menjadi buku yang enak dibaca. Banyak informasi yang disajikan dengan tanggung, tak detail, padahal penting sebagai informasi dan pengetahuan. Bahasa dan cara menuliskannya seperti skripsi yang belum diperiksa dosen pembimbing: kutipan literatur jadi mengganggu alih-alih menambah kokoh reportase. Ada banyak kutipan buku tapi hanya berhenti sebagai nama pengarang

dalam tanda kurung. Temuan-temuan mereka tentang burung dan fauna tak dibandingkan dengan temuan Wallace untuk mengetahui perubahannya selama tiga abad.

Selain tak ada informasi bagaimana cara mencapai Desa Rawa Biru di pedalaman Merauke, yang masih hidup 52 buaya muara, buku ini absen menyampaikan pikiran-pikiran penduduk lokal. Apa yang mereka pikirkan saat memburu Walabi atau Kasuari, apa yang mereka harapkan ketika desa mereka jadi Taman Nasional? Penduduk lokal dan narasumber buku ini hanya disebut nama depan, alih-alih profil dari masing-masing orang.

Agaknya itu terjadi karena sejak awal para penulis dan editornya gagal merumuskan fokus buku ini: hendak napak tilas ekspedisi Alfred Wallace atau sekedar jalan-jalan melihat aneka burung dan mencoba memanjat dinding karst? Fokus ini kian hilang karena anak-anak muda ini lebih senang berceramah tentang pentingnya perlindungan alam ketika membahas adat berburu suku Malind-Anim di Papua dan pamer kemampuan menuruni gua vertikal sedalam 300 meter.

Yang lumayan menghibur adalah foto-foto dan ilustrasinya, di luar caption yang perlu kaca pembesar untuk bisa membacanya. Dengan foto berwarna dan kertas yang bagus, informasi dari foto-foto itu jauh lebih banyak dibanding deskripsi kata-kata. Burung warna-warni dan gambar taman nasional dari udara jauh lebih hidup ketimbang cerita-cerita para penulisnya.

Buku ini perlu ditulis ulang dengan mewawancarai puluhan anggota ekspedisi. Mereka kelihatannya menyembunyikan informasi selama berhari-hari berada di hutan-hutan alam Indonesia yang megah dan kaya akan informasi flora dan fauna. Benar kata Puthut E.A, penulis cerita pendek dari UGM, yang namanya tercetak di sampul sebagai endorser: melakukan ekspedisi dan menuliskan laporannya dalam sebuah buku adalah dua hal berbeda. –

- Bagja Hidayat (E-33)

Judul: Cerita dari Timur, Catatan Perjalanan Ekspedisi Taman NasionalPenulis: Indra Hermawan, Novitasari Ratna Dewi, Okti Fathony Purnama, Dyah Ratna Widi AtmajaPenerbit: Gadjah Mada University PressEdisi: Maret 2017 (edisi revisi)Tebal: 235 halaman

Page 66: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest66 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

resensi buku

Filosofi Pensil

PERNAHKAH Anda membayangkan asal-usul sebatang pensil dan bagaimana proses pembuatannya? Mungkin yang terbayang di benak Anda sesederhana rupa pensil itu sendiri. Namun, ternyata tidaklah demikian. Ada proses yang panjang, sejak dari sebatang pohon yang ditanam di hutan, kebun atau pekarangan hingga menjadi pensil yang terpajang apik di rak-rak toko atau supermarket. Proses itu melibatkan banyak pelaku, dari petani, tengkulak, pengepul, industri, peretail dan lain-lain, dengan berbagai macam aspek sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan. Proses yang cukup kompleks untuk sebatang pensil.

Oleh para penulis yang berlatar belakang bidang pengolahan hasil hutan, kompleksitas proses tersebut diuraikan secara gamblang dalam buku Filosofi Pensil (Subsistem Pengolahan Hasil Hutan). Buku ini bercerita tentang proses subsistem pengolahan yang dilalui sebatang pensil. Bagaimana pensil dibuat dari kayu bulat, permasalahan yang dihadapi, teknologi, inovasi, juga peluang dan tantangan industri pensil. Ada pula cerita menarik upaya para petani hutan rakyat di Musi Rawas, Sumatera Selatan yang menanam pohon pulai (Alstonia spp.) di lahan mereka. Meskipun disajikan dengan bahasa yang sederhana, buku ini tetap kaya informasi. Pembaca dengan mudah dapat memahami isinya. Juga selipan pesan moral dan nilai kehidupannya.

Salah satu pesan moral yang diajarkan oleh pensil adalah ia dekat dengan kesalahan. Namun, berbeda dengan pulpen atau spidol, kesalahan-kesalahan tersebut lebih mudah diperbaiki. Sebuah pesan moral yang penting untuk kita yang selalu tak luput dari kesalahan. Kahlil Gibran pernah berujar Dia yang selalu memperbaiki kesalahan dan apa yang dia tidak tahu, lebih baik dibandingkan seekor keledai yang dibebani buku-buku. –

- Anita Hafsari (E-42)

Judul: Filosofi Pensil (Subsitem Pengolahan Hasil Hutan)Penulis: Andestian Wijaya, Dede Hermawan, Latif Halim, Sugeng BudihartaPenerbit: Terbit PressEdisi: Mei 2017 (cetakan pertama)Tebal: 187 halaman

Page 67: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 67o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Page 68: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest68 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

wawancara

Biopelet Bahan Bakar Alternatif Industri Rumah Tangga

Oleh: Dr. Lisman Suryanegara (LIPI)

Apa yang melatarbelakangi ketertarikan Anda mengembangkan riset biopelet?

Latar belakang pendidikan dan tugas saya sebagai peneliti di Laboratorium Biomaterial di LIPI menggugah minat saya terhadap pengembangan biopelet di Indonesia.

Bagaimana kaitan antara penggunaan energi konvensional dengan pengembangan biopelet?

Sampai saat ini, 90 persen sumber energi nasional masih dipenuhi dari energi dari fosil. Sementara cadangan sumber energi fosil yang tersedia semakin berkurang, tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 8 persen. Perlu dicari sumber energi yang

lestari untuk memenuhi kebutuhan tersebut, apalagi setelah pemerintah mencanangkan pengembangan sumber energi terbarukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Salah satu sektor yang membutuhkan pasokan energi yang lestari adalah sektor industri kreatif, seperti industri pangan dan tekstil yang saat ini terus berkembang dengan pesat. Sebagai contoh, terdapat sedikitnya 300 industri rumah tangga kerupuk di kawasan Jabodetabek yang setiap bulannya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 28 juta untuk membeli gas bersubsidi. Penggunaan gas bersubsidi yang semestinya ditujukan untuk masyarakat kurang mampu tersebut menimbulkan ketidakadilan dan membebani negara.

Apa yang dimaksud dengan biopelet dan pelet kayu?

Biopelet adalah pelet yang terbuat dari bahan organik berserat, dikempa dan dicetak dengan atau tanpa penambahan perekat. Biopelet dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil maupun kayu bakar. Sedangkan pelet kayu adalah biopelet berbahan baku kayu, umumnya menggunakan kayu sengon, jabon atau mangium.

Bagaimana potensi pengembangan biopelet di Indonesia?

Saat ini, telah dikembangkan biopelet yang menggunakan berbagai limbah organik, seperti ampas kopi, ampas teh, serta tandan dan batang sawit yang memiliki nilai kalori lebih tinggi dari kayu. Bahan organik lain, seperti sorgum dan kina juga telah dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan biopelet, meskipun memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari pelet kayu yang ditetapkan SNI, yaitu 4.000 kalori per gram.

Dengan perkembangan industri kreatif yang pesat di Indonesia saat ini, kebutuhan bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan juga akan semakin tinggi. Biopelet, termasuk pelet kayu, yang memiliki harga kompetitif dan lebih ramah lingkungan menjadi pilihan terbaik.

Sebagai contoh, biaya bahan bakar industri kerupuk sebesar Rp. 28 juta dapat ditekan menjadi hingga Rp. 15 juta dengan menggunakan pelet kayu sebanyak 3 ton pelet kayu per bulan. Selain itu, PT PTPN membutuhkan sedikitnya 3 ribu ton kayu pelet pengganti kayu bakar untuk pengeringan daun teh, sedangkan industri tekstil membutuhkan sedikitnya 30 ribu ton kayu pelet per bulan untuk menggantikan batubara sebagai sumber

“Dengan perkembangan industri kreatif yang pesat di Indonesia saat ini, kebutuhan bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan juga akan semakin tinggi. Biopelet, termasuk pelet kayu, yang memiliki harga kompetitif dan lebih ramah lingkungan menjadi pilihan terbaik.”

Page 69: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 69o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

bahan bakarnya.

Pasar internasional, seperti Jepang, Korea dan dan negara-negara Eropa, juga terbuka lebar untuk produk biopelet yang terbuat dari bahan baku yang lestari. Berdasarkan kunjungan ke beberapa lokasi di Indonesia dan informasi yang saya terima, produksi biopelet, khususnya pelet kayu, cukup potensial.

Industri pelet kayu di Jambi dan Kediri mampu menghasilkan pelet kayu sebanyak 1.000 ton per bulan, di Tangerang

dan Bekasi dengan kisaran produksi sebesar 600-700 ton per bulan, serta di Majalengka, Cirebon dan Solo dengan kisaran produksi sebesar 100-200 ton per bulan. Sementara itu, pelet kayu dari industri di Kalimantan Selatan dengan kapasitas produksi sebesar 2.000 ton per bulan dan Semarang sebesar 15.000 ton per bulan khusus untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

Apa saran Anda untuk pengembangan biopelet di Indonesia?

Kondisi pasokan bahan bakar dan kebijakan pemerintah memberi celah potensi pasar untuk bahan bakar biopelet maupun pelet kayu yang dapat digarap. Pengembangan biopelet sangat membantu pemerintah menciptakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil dan menekan subsidi bahan bakar untuk industri.

Peneliti di lingkup biomaterial dapat berkontribusi dengan melakukan inovasi produksi biopelet dari bahan dan limbah organik yang potensial diproduksi di Indonesia. Pengembangan alat pembakaran yang sederhana, murah dan aman juga perlu dilakukan untuk mendukung penggunaan biopelet di kalangan industri rumah tangga. Namun, pengkajian biopelet sebaiknya tidak hanya terbatas pada aspek teknis saja, tetapi juga aspek kelangsungan usaha, termasuk pemenuhan bahan baku, penentuan harga dan pasar.

Hal yang terpenting adalah pemerintah dapat mendukung pengembangan biopelet dengan mengatur konversi bahan bakar fosil atau bahan bakar tidak terbarukan melalui regulasi yang tepat. –

- Rina Kristiati (E-37)

Page 70: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest70 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Adventure

Menapaki Gelap di Tanah Wallacea

Dunia itu seluas langkah kaki, jelajahi dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya. Kata-kata yang ditulis oleh Soe Hok Gie ini menjadi motivasi kami untuk terus menjelajahi alam

Indonesia dan mengungkap keindahan yang terkandung di dalamnya.

Ekspedisi, Gua dan Maluku adalah tiga hal yang menjadi alasan kami memutuskan untuk menjelajahi sisi timur Indonesia. Sebuah perjalanan dari rumah kami, Bivak Rimpala Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

menuju pulau kecil nan elok, Ternate. Dari jendela pesawat di Bandar Udara Sultan Baabullah, Ternate, Gunung Gamalama yang terlihat menakjubkan menyambut kedatangan kami yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah Maluku. Perjalanan lalu dilanjutkan ke Sofifi hingga Taman Nasional Aketajawe Lolobata di pulau Halmahera, Maluku Utara.

Ekspedisi dilakukan selama tiga minggu dari tanggal 22 Juni sampai dengan 14 Juli 2015 untuk menginventarisasi dan memetakan gua di Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Berbeda dengan banyak tempat di permukaan bumi yang telah dijelajahi, keindahan di bawah permukaan bumi masih sedikit yang terungkap.

Tim ekspedisi yang beranggotakan tujuh

orang dibagi menjadi tim pemetaan gua sebanyak lima orang dan tim dokumentasi gua sebanyak dua orang. Persiapan dilakukan di Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, mulai dari logistik hingga persiapan penelusuran gua dengan teknik SRT (Single Rope Technique), berjaga-jaga jika kami menemukan gua vertikal. Ada antusiasme yang besar di antara anggota tim di hari-hari menjelang keberangkatan ke lapangan dan juga ada tantangan tersendiri karena dilakukan di bulan Ramadan.

Petualangan kami dimulai di Desa Waekobe, tepatnya di Resort Akejira. Ada tujuh gua yang kami temukan, yaitu Gua Mamara, Gua Simon, Gua Pikoy, Gua Maruku, Gua Yamul, Gua Waebulen, dan Gua Pece. Enam gua di antaranya berhasil kami petakan. Semua gua temuan merupakan gua horizontal yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Butuh perjuangan dan kesabaran selama pencarian gua. Selain letaknya yang sangat berjauhan satu sama lain, kondisi medan dengan topografi yang curam dan menanjak tidak mudah untuk dilewati. Namun, semua rasa lelah dan keluh kesah hilang saat kami menemukan surga yang tersembunyi di balik tanah. Surga yang hampir sebagian orang tak menyadarinya.

Setelah delapan hari berada di Resort Akejira, kami melanjutkan perjalanan ke resort terakhir, Resort Binagara. Di resort ini, kami hanya bisa menjelajahi satu gua karena terbatasnya waktu yang diberikan. Gua tersebut kami beri nama Gua Rimpala. Gua yang unik karena memiliki aliran sungai bawah tanah yang cukup dalam dan lorong terpanjang di antara seluruh gua yang kami jelajahi. Gua ini juga memiliki banyak ornamen dan biota gua di dalamnya. menapaki gelap. Keindahan chamber di Gua Mamara.

Oleh: Rimbawan Pecinta Alam

“Ekspedisi yang bermula dari mimpi ini berhasil kami selesaikan. Ekspedisi yang menyisakan kebanggaan, pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan pada keindahan lanskap, flora, fauna dan kawasan karst di tanah Wallacea, tanah Seribu Pulau.”

Page 71: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 71o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

Selain melakukan pemetaan gua, kami juga melakukan eksplorasi biospeleologi atau biota gua. Jenis biota yang kami temukan, antara lain kalacemeti, jangkrik gua, laba-laba, kepiting, udang, sugili, dan kelelawar. Selain didokumentasikan dalam bentuk foto, beberapa biota juga kami kumpulkan sebagai spesimen. Sebanyak

30 spesimen dari delapan gua dapat kami bawa pulang untuk diidentifikasi di LIPI Bogor. Sayangnya, hanya 14 jenis yang berhasil teridentifikasi karena bagian tubuh beberapa spesimen tidak lengkap atau sudah hancur saat diawetkan dengan alkohol.

pemetaan gua. Dalam ekspedisi ini 6 dari 7 gua yang ditemukan berhasil terpetakan. Semua gua temuan merupakan gua horizontal dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Ekspedisi yang bermula dari mimpi ini berhasil kami selesaikan. Ekspedisi yang menyisakan kebanggaan, pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan pada keindahan lanskap, flora, fauna dan kawasan karst di tanah Wallacea, tanah Seribu Pulau. –

Ekspedisi. Gua Mamara dengan ornamen guanya yang menawan dan Gua Waebuleng dengan chamber luas yang kami temukan.

Page 72: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest72 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

bintang

SIGIT WARDANA

MENCARI ENERGI ALTERNATIF

Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber daya alam tak terbarukan. Artinya, minyak dan gas bumi atau migas akan habis jika dikonsumsi terus-menerus. Menurut Sigit Wardana, kita harus berhemat dan menggunakan energi minyak dan gas bumi dengan cara yang lebih efisien. Selain itu, mulai mencari sumber-sumber energi lain yang bisa dimanfaatkan. Sigit Wardana atau

akrab dipanggil Sigit adalah salah satu penyanyi Indonesia yang cukup peduli dengan isu migas.

Di sela kesibukannya bermain musik dan menjalankan label rekaman dan manajemen artis baru yang bernama MANS Entertainment, pria 39 tahun kelahiran Bogor ini masih menyempatkan waktu melakukan wawancara ekslusif dengan Forest Digest terkait isu migas. “Sebagian besar wilayah Indonesia ini kan terdiri dari hutan. Pastinya akan semakin mudah mendapatkan kayu yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif,” kata Sigit.

Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi alternatif sebaiknya ditujukan untuk industri besar yang bisa menjadi sumber energi alternatif sehingga bisa menghemat biaya produksi dan akan lebih efektif dan efesien dalam penggunaannya. Menurut aktor FTV ini, tidak menutup kemungkinan ia akan menggunakan sumber energi alternatif selain minyak dan gas bumi. Selama tidak merepotkan, aman, bersih, dan nyaman untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. –

- Zahra Firdhausi (E-48)

Page 73: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest 73o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

MARSYA GUSMAN Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Peraih Best Talent 2016 di ajang kecantikan Miss Earth 2016, Marsya Gusman menyadari bahwa menjaga lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Ia optimis bumi bisa menjadi lebih baik dengan membiasakan gaya hidup yang ramah lingkungan. Pemanfaatan bioenergi dari limbah industri dan produk sampingan dari pertanian sebagai sumber energi alternatif bisa menjadi salah satu cara kita untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari. “Indonesia kaya akan hasil pertanian yang bisa kita manfaatkan dengan baik. Salah satu contohnya memanfaatkan biomassa kelapa sawit. Meskipun masih menimbulkan pro dan kontra, biomassa kelapa sawit bisa menjadi salah satu bioenergi yang cocok digunakan di Indonesia,” kata pemenang Miss Internet 2017 saat wawancara eksklusif dengan Forest Digest.

Wanita yang sedang disibukkan dengan kegiatan Miss Internet yang diselenggarakan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ini menjelaskan bahwa penggunaan energi alternatif yang berasal dari kayu hutan masih mungkin untuk dilakukan. Bioenergi dari kayu dapat digunakan untuk skala industri rumah tangga maupun skala industri besar.

Namun, penggunaannya harus diperhatikan karena hutan di Indonesia saat ini dalam kondisi kritis, apalagi ditambah dengan isu illegal logging. Pemanfaatan kayu sebagai bioenergi jangan sampai mengancam keberadaan hutan Indonesia. –

- Zahra Firdhausi (E-48)

Page 74: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

F rest D gest74 o k t o b e r - d e s e m b e r 2 0 1 7

OASE

PENINDASAN berasal dari prasangka. Kalimat ini diucapkan Bu Gates, guru sekolah dasar di Desa Maycomb—kampung fiktif yang diciptakan Harper Lee dalam novel To Kill A Mockingbird. Ini kampung kumuh dengan orang-orang yang akrab tapi saling curiga di dekat sungai Alabama di selatan Amerika. Di tahun 1933 itu, depresi hebat yang menghunjam dunia akibat malaise sampai juga di kota ini.

Pada 21 November 1934, kampung itu geger karena seorang negro telah ditangkap. Ia, Tom Robinson, dituduh menganiaya dan memperkosa perempuan muda kulit putih. Di tahun 1930-an, negro di Amerika belum dianggap sebagai manusia seutuhnya. Rasialisme berkembang bahkan jauh setelah R.A. Kartini menyuarakan persamaan hak penduduk tanah jajahan nun di Jepara. Tom diajukan ke peradilan dengan vonis bersalah yang sudah tertera di keningnya jauh sebelum hakim mengetuk palu, karena ia berkulit hitam yang hidup di antara orang-orang kulit putih.

Bagi orang kulit putih, negro berarti picik, jahat, bejat. Maka Tom yang tangan kirinya buntung diajukan ke muka hakim dengan tuntutan vonis mati. Atticus Finch, seorang pengacara berhati malaikat, membelanya. Ia bisa membuktikan, di zaman ketika teknologi sidik jari belum ditemukan, negro 24 tahun itu tak bersalah karena luka-luka di tubuh perempuan kulit putih itu khas akibat pukulan orang kidal. Atticus berhasil mengungkap penganiaya perempuan itu tak lain ayahnya sendiri.

Prasangka dan curiga yang mengakar di masyarakat Maycomb membuat pembuktian dan pembelaan Atticus sia-sia. Para juri, orang-orang kulit putih itu, tetap menyatakan Tom bersalah dan ia dikirim ke penjara. Di sana ia dibunuh sipir dengan alasan negro yang cacat itu hendak melarikan diri dengan memanjat tembok. Tujuh belas peluru membolongi tubuhnya yang hitam. Prasangka berubah jadi pembantaian.

Harper Lee tak menjelaskan akar rasialisme di Maycomb itu. Ia hanya mempertanyakan, lewat Scout yang

Prasangkapolos, mengapa orang Maycomb bisa mengutuk Hitler yang jauh tapi membenci Tom Robinson yang dekat karena ia hitam? Sebab kebencian itu tak melulu akibat berita palsu yang direkayasa ayah perempuan muda itu. Ikatan sosial, budaya, berita, pergaulan menjadi dasar berkembangnya rasialisme.

Soalnya, kata Atticus Finch, penindasan bisa dilakukan siapa saja. Ketika ia dihujat semua orang kulit putih di Maycomb

karena membela Tom, pada saat yang sama orang-orang negro juga menolak dua anaknya masuk gereja mereka. Para negro itu marah atas prasangka dan kesemena-menaan orang kulit putih kepada mereka yang hitam. Rasialisme telah melahirkan rasialisme berikutnya. Demikian seterusnya.

Dengan kata lain, rasialisme tak lahir dari gen. Rasialisme muncul karena kebencian yang disebabkan oleh ketidakmampuan kita menerima perbedaan. Rasialisme tak seperti rasa takut Scout dan James Finch (dua anak Atticus Finch yang menuturkan alur cerita novel ini) kepada Boo Ridley yang mengurung diri di rumah selama 25 tahun. Takut itu insting yang inheren, seperti kita takut kepada hantu meski belum pernah bertemu dan melihatnya.

Ketika bertemu mungkin kita tak akan setakut seperti sebelumnya. James

dan Scout akhirnya bersahabat dengan Boo Ridley. Prasangka karena ketakutan terhadap Boo pupus begitu mereka bertemu dan bercengkerama. Sementara prasangka orang Maycomb terhadap negro lahir dari kebencian dan stereotip. Kebencian seperti ini tak akan hilang kendati kebenaran muncul di depan mata. Harper Lee seperti sedang meramal dunia di zaman Facebook dan Twitter ini, ketika orang yang menyebarkan kebohongan

tak merasa bersalah ketika dusta itu terungkap.

Rasialisme tumbuh oleh kesombongan. Holocaust muncul karena Hitler merasa perlu menegakkan kebanggaan bangsa Aria atas suku-suku bangsa lain. Kebanggaan dan menepuk dada pada hal-hal yang menjadi predikat manusia itulah yang melahirkan rasisme. Aku Jawa, maka aku ada. Aku Islam, maka aku berbeda.

Keangkuhan-keangkuhan primordial ini agaknya akan muncul sepanjang manusia ada di dunia, kendati ada manusia lain yang terus memeranginya. Di Amerika Serikat, 70 tahun setelah kejadian yang menginspirasi Harper Lee menulis To Kill A Mockingbird, kecurigaan rasial dan keangkuhan primordial malah meluas. Ada

sekelompok orang yang merasa orang kulit putih berhak atas tanah Amerika. Ada sekelompok orang yang merasa orang yang tak berkulit putih tak berhak hidup berdampingan dengan mereka.

Presiden Donald Trump yang rasis pun mendapat dukungan mayoritas sehingga ia menjadi Presiden Amerika Serikat. Di saat bersamaan, tulisan Presiden Barrack Obama yang mengutip Nelson Mandela di Twitter tentang kita yang lahir tak membenci orang lain karena ras dan agama disukai lebih dari 3 juta orang. Barangkali ini yang disebut paradoks zaman modern. Rasialisme berkembang justru ketika informasi cukup dan pintu ke arah pengetahuan terbuka lebar.

Dan rasialisme tak punya tanah air: ia ada di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja. –

- Bagja Hidayat (E-33)

Page 75: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat

OASE

Pada abad terdahulu, ketika zaman baru saja dimulai manusia, batu melawan batu untuk membuat percikan api. Pada lompatan zaman berikutnya, diperlukan ranting kering dan kayu yang saling beradu untuk menyalakan api. Kepesatan teknologi akhirnya melahirkan energi panas untuk menghasilkan api. Saat inilah era bahan bakar minyak sebagai sumber energi dimulai.

Semua manusia bergembira mendapatkan segala hal menjadi serba mudah. Kendaraan, kompor dan mesin-mesin penggerak dianggap sebagai uluran tangan malaikat untuk mempermudah hidup. Kegembiraan yang melupakan satu hal penting. Sumber energi fosil bukanlah hasil sihir! Bahan bakar ini dihasilkan selama proses jutaan tahun.

Belum lagi populasi manusia yang bukan lagi bertambah, tapi meledak! Kebutuhan akan bahan bakar fosil ikut meningkat secara super signifikan. Cadangannya di perut bumi terbatas, sementara kebutuhan energi tidak

JANGAN TERLAMBAT MEMFOSILKAN ENERGI FOSIL!terbatas. Semua pemikir kemudian memutar kepala, memeras otak habis-habisan. Adakah sumber energi alternatif yang kelak tidak lagi menjadi alternatif, tapi sanggup menjadi substitusi utama energi fosil?

Jawabannya memang belum tuntas. Meski jalan ke arah sana sudah semakin cerdas. Biofuel mulai menampakkan muka manisnya. Energi terbarukan yang tampil sederhana di awalnya, yakin akan menjadi primadona pada saatnya. Perdu jarak yang semenjana ternyata bisa menjawab kebutuhan akan minyak solar. Minyak sawit yang di negeri ini adalah penguasa lahan, cukup sahih untuk dijadikan biosolar. Singkong yang selama ini dianggap sebagai barang ndeso, sungguh meyakinkan ditransformasi menjadi bioetanol.

Pergulatan yang terjadi kini bukan lagi tersedia atau tidak tersedia. Bukan lagi bisa atau tidak bisa. Namun, pada dominansi perdagangan bahan bakar fosil yang dikuasai kartel, yang mulai

merasa sangat terganggu. Lalu timbul operasi tak senyap dengan cara melakukan kampanye-kampanye terselubung dibalut jargon kelestarian. Juga usaha keras agar harga bahan mentah biodiesel terlalu tinggi untuk bisa diproduksi secara masif dan massal. Ulah kartel minyak fosil ini tentu saja sulit dibuktikan. Namanya juga terselubung.

Lalu bagaimana selanjutnya? Apakah hanya cukup sampai di sini? Ada alternatif, tapi dibiarkan saja. Tentu saja tidak! Perjuangan belum selesai. Jalan mendaki masih harus dilalui. Tapi dengan satu syarat. Jangan sampai semuanya terlambat! Sampai saat mesin-mesin berhenti bersuara karena kehabisan daya. Lalu kita semua hanya bisa terbelalak dan merintih putus asa. Lalu separuh dunia padam dengan populasi berkurang seketika secara dahsyat. Itu malapetaka! –

- Mim Yudiarto (E-27)

Page 76: masa depan Bioenergi - pdf.forestdigest.com · Selain kepada alumni Fakultas Kehutanan di seluruh Indonesia, kami memang mengirimkan majalah ini kepada lembaga-lembaga yang berkutat