manual plasenta

47
Manual removal of the placenta Incidence and clinical significance and Policies for manual removal of placenta at vaginal delivery: variations in timing within Europe (Manual removal dari Insiden Plasenta dan signifikansi klinis dan Kebijakan pengeluaran plasenta secara manual pada persalinan pervaginam: variasi pengaturan waktu di Eropa) Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 Ike Merdeka Wati (130104110006) Reni Oktaviani (130104110032) Tati Mulyati (130104110033) Mira Aryanti (130104110036) Euis Reni Nuraeni (130104110038)

Upload: rahmatul-ulya-s

Post on 14-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

MA

TRANSCRIPT

Manual removal of the placenta Incidence and clinical significance and

Policies for manual removal of placenta at vaginal delivery:

variations in timing within Europe

(Manual removal dari Insiden Plasenta dan signifikansi klinis dan Kebijakan pengeluaran plasenta secara manual pada persalinan pervaginam: variasi pengaturan waktu di Eropa)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Ike Merdeka Wati (130104110006)

Reni Oktaviani (130104110032)

Tati Mulyati (130104110033)

Mira Aryanti (130104110036)

Euis Reni Nuraeni (130104110038)

PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi karena atas rahmat dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW kepada keluarga beserta sahabatnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tim dosen pengajar dan pengampu mata kuliah Asuhan kebidanan

2. Orang tua kami yang tiada hentinya memberikan do’a serta dorongan baik moril

maupun materil

3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kontribusi positif baik bagi pembaca maupun penulis.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Bandung, Oktober 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.........................................................................4

B. Tujuan .....................................................................................4

BAB II KASUS ........................................................................................5

BAB III ANALISA KASUS......................................................................22

BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................23

BAB V PENUTUP ...................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pascapersalinan adalah penyebab penting kematian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.

Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:

a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva).b) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua

sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual plasenta.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

Mampu memahami secara menyeluruh tentang Manual Plasenta dan cara pengeluaran manual pasenta.

2. Tujuan khusus a) Mampu memahami yang dimaksud dengan manual plasenta.b) Mengetahui indikasi manual plasentac) Mengetahui langkah-langkah manual plasenta

BAB II

KASUS

PENGKAJIAN INTRANATAL

No. Reg : 94708 Jam : 22.00 WIB

Tanggal masuk : 28 Desember 2008 Tanggal keluar : 31 Desember 2008

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF

I. BIODATA

Nama Klien : Ny. U Nama Klien : Tn. W

Umur : 39 tahun Umur : 41 tahun

Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Golongan darah : O Golongan darah : B

Alamat rumah : Dsn. bangsal Alamat rumah : Dsn Bangsal 01/01

Ciasem, Subang 01/01 Ciasem, Subang

Asuhan pada tanggal : 28 Desember 2008 jam :22.00 WIB

II. KELUHAN

Ibu datang ke rumah sakit dengan keluhan perut mules disertai pengeluaran lendir

campur darah.

III. RIWAYAT KEHAMILAN

Riwayat Kehamilan Sekarang

GvPIVA0 : 40 minggu

HPHT : 22 Maret 2008

Taksiran Persalinan : 29 Desember 2008

Haid : Teratur Lamanya : 7 hari

Banyaknya : kira-kira menghabiskan 2-3 pembalut.

Siklus : 28 hari Dismenore : tidak

Gerakan janin yang dirasakan sekarang : + 10 x/ 12 jam, kuat

ANC/ berapa kali : di Bidan / 4 kali

Imunisasi TT1 tanggal : usia kehamilan 3 bulan, tempat : di puskesmas

TT2 tanggal : usia kehamilan 6 bulan, tempat : di puskesmas

Riwayat Kehamilan, Persalinan lalu

Hamil Ke-

Tahun Partus

Usia Kehamilan

Jenis Partus

Penolong Penyulit BB / JK

Nifas

I 1994 Aterm Spontan Dukun - 2600 g / ♂

Baik

II 1996 Aterm Spontan Dukun - 2900 g / ♂

Baik

III 2001 Aterm Spontan Dukun - 3300 g / ♂

Baik

IV 2006 Aterm Spontan Bidan / Dukun

Retensio Plasenta

3500 g / ♂

Baik

V 2008 ini

IV. AKTIFITAS SEHARI-HARI

a. Nutrisi dan Hidrasi

Makan terakhir ibu jam 17.00 jenisnya 1 potong roti, tidak ada pantangan dan

alergi makanan tertentu.

Terakhir minum jam 20.00 sebanyak 1 gelas ukuran belimbing jenisnya air putih.

Ibu minum setiap harinya adalah air putih sebanyak 6 gelas.

b. Istirahat dan Tidur

Ibu mengatakan biasanya tidur selama 6 jam, kadang-kadang ibu juga tidur siang

selama 1-2 jam.

c. Personal Hygiene

Ibu mandi 2x sehari, dan menggosok gigi setiap mandi. Ibu mengatakan

membersihkan daerah kewanitaannya setiap kali setelah BAB dan BAK dengan

cara membasuh dari bagian depan ke bagian belakang dengan menggunakan air

bersih. Ibu menggunakan pakaian longgar seperti daster.

d. Hubungan Seksual

Ibu mengatakan tidak melakukan aktivitas seksual semenjak kehamilannya

berusia 9 bulan.

e. Eliminasi

Ibu BAK sehari lebih dari 6 kali dan BAB 1 kali konsistensinya lunak.

V. RIWAYAT KESEHATAN

Penyakit yang pernah atau sedang diderita

Ibu mengatakan tidak pernah ataupun sedang menderita penyakit tertentu.

Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit tertentu.

P e rilaku Kesehatan

Ibu mengatakan tidak meminum obat-obatan atau jamu, alkohol, dan tidak merokok.

Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulanan ( Depo

Progestin ).

VI. RIWAYAT SOSIAL

Ibu dan keluarga menginginkan anak ini.

Status pernikahan ibu menikah, pernikahan ini pernikahan yang ke-1 dan telah terbina

selama 17 tahun.

Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan anak - anaknya.

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)

1. KU : Baik Kesadaran : CM Keadaan

emosional: Stabil

2. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Respirasi : 20 x/menit, reguler

Nadi : 88 x/menit, reguler

Suhu : 37 OC

TB :154 cm

BB sebelum hamil : 47 kg

BB sekarang : 56 kg

Kenaikan BB : 9 kg

Lingkar lengan : 24cm

IMT :47/(1,54)2 = 19,8 (termasuk kategori normal)

3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Rambut terlihat hitam dan bersih.

Tidak teraba benjolan, rambut tidak rontok dan tidak berketombe.

b. Muka

Tidak terlihat oedema dan tidak pucat.

Tidak teraba oedema.

Mata

Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak pucat dan sklera putih.

Hidung

Pada hidung terlihat bersih, tidak ada pengeluaran dan polip

Telinga

Terlihat bersih dan fungsi pendengaran baik.

Bibir

Tidak pucat dan tidak ada stomatitis.

Gigi

Terlihat tidak ada caries dan ibu tidak menggunakan gigi palsu.

Lidah

Terlihat merah muda.

c. Leher

Tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar getah bening . pembesaran vena

jugularis, dan kelenjar tyroid.

d. Dada

- Jantung : Irama jantung: regular mur – mur : tidak ada gallop :tidak ada

- Paru-paru : Bunyi : bersih ronchi /whezing : tidak ada

- Payudara :

Pada payudara terlihat simetris, tidak ada benjolan, nampak hiperpigmentasi

pada areola, tidak terdapat retraksi dan tidak lecet.

Saat palpasi tidak teraba benjolan, pembesaran KGB pada axila, puting susu

menonjol, dan terdapat kolostrum pada kedua payudara.

e. Abdomen

Bentuk : Membesar sesuai usia kehamilan Luka parut : tidak ada

Striae : ada (gravidarum),

TFU : 34 cm

Leopold I : teraba lunak, bulat dan tidak melenting.

Leopold II : pada bagian kanan teraba bagian – bagian kecil janin

bagian kiri teraba ada tahanan keras datar memanjang

Leopold III : teraba keras, bulat dan sudah tidak dapat digoyangkan.

Leopold IV :bagian terendah sudah memasuki pintu atas panggul

(konvergen) 2/5.

TBJ : ( 34-11) X 155 = 3565 gram.

DJJ : 152 x /menit, reguler, kuat

f. His : 1 – 2 x 10’ / 25” / kurang kuat

g. Genetalia

- Luar :

Vulva : tidak ada kelainan, varises : tidak ada,

pembengkakan : tidak ada

Cairan : lendir warna : jernih bau : anyir

- Periksa dalam :

Dinding vagina : tidak ada kelainan

Portio : tebal lunak

Pembukaan : 6 cm

selaput ketuban : positif

Presentasi : kepala UUK : kidep

Bagian lain yang teraba : tidak ada

hodge : II station : -1 molase : negatif

h. Anus : haemoroid : tidak ada

i. Ekstremitas

- Atas

Oedema : tidak ada kuku : bersih, pendek warna : tidak pucat

- Bawah

Bentuk : simetris oedema : tidak ada varises : tidak ada

Refleks Patela : +

2. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan Laboratorium : Hb : 11,8 gr/%

Leucosit sysmek : 12,200/ mm3

Trombosit sysmek : 204.000/ mm3

Waktu Perdarahan : 2 menit

Waktu Pembekuan : 5 menit

Glucosa darah : 100 mg/ dl

III. ASSESSMENT

Diagnosa :

- GV PIV A0 parturient aterm kala I fase aktif normal.

- Janin hidup, tunggal, intrauterin, puki, presentasi kepala, UUK kiri depan

Masalah Potensial : Perdarahan

Antisipasi Masalah Potensial : konsultasi dengan dokter OBGYN, melakukan

crossmath, observasi TTV, DJJ, his

IV. PLANNING

– Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dan terlihat senang terhadap informasi yang disampaikan.

– Konsultasi dengan dokter spesialis obstetric mengenai rencana persalinan

pervaginam.

– Melakukan observasi ibu dan janin yaitu nadi, his, dan DJJ setiap satu jam

sekali. TD, penurunan kepala dan suhu setiap 4 jam sekali.

– Memberi dukungan mental dan spiritual

Ibu merasa lebih tenang

– Memfasilitasi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu

Ibu minum teh manis dan makan cemilan

– Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas bila terjadi kontraksi

Ibu mengikuti anjuran bidan

KALA II

Tanggal: 29 Desember 2008 Jam: 02.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF

Keluhan utama:

Ibu mengeluh mules semakin sering dan kuat, dan adanya perasaan ingin mengedan.

II. DATA OBJEKTIF

KU: Baik Kesadaran: CM Keadaan Emosional: Stabil

TD: 120/70 mmHg Nadi: 88 x / menit

Respirasi : 24 x / menit Suhu: 37,40 C

His : kuat, 4 X 10’ , 45 “

DJJ : 150 x / menit, regular.

Vesika Urinaria: Kosong

• Turunnya bagian terendah : 0/5

Periksa dalam

• vulva vagina : tidak ada kelainan

• Portio : Tidak teraba

• Pembukaan : Lengkap

• Ketuban : Pecah spontan, Cairan putih jernih ± 200 cc, tidak berbau

• Presentasi : Kepala

• Hodge : IV

• Station : +2

• Bagian lain yang menyertai : Tidak ada

III. ASSESMENT

• Diagnosa:

GV PIV A0 parturient aterm kala II normal

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala UUK depan normal

• Masalah potensial : Perdarahan Postpartum

• Antisipasi masalah potensial :

Melakukan Pemasangan Infus

Persiapan Uterotonika

Mengecek Persediaan darah

IV. PLANNING

Jam: 02.00 WIB tanggal: 29 Desember 2008

• Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap

dan ibu sebentar lagi akan melahirkan, ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan terlihat sedikit tegang

• Mendekatkan alat partus, perlengkapan ibu dan bayi serta menggunakan alat

pencegahan infeksi sebagai penolong persalinan. Alat serta perlengkapan persalinan

telah di siapkan

• Menganjurkan ibu untuk mengedan ketika ada his dan ibu mengedan dengan kepala

diangkat melihat ke arah perut dan tangan memegang kaki untuk ditarik ke arah dada

dan bokong jangan di angkat serta beristirahat diantara kontraksi. Ibu mengedan

ketika ada his dan beristirahat diantara kontraksi serta melakukan anjuran yang telah

diberikan bidan

• Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum saat tidak ada his. Keluarga

mau membantu ibu

• Membantu ibu dalam mencari posisi yang nyaman, sesuai dengan keinginan ibu. Ibu

memilih posisi dorsal rekumben untuk melahirkan

• Meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi saat kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm dan meletakkan kain bersih yang

dilipat 1/3 agian di bawah bokong ibu . Handuk bersih terpasang diatas perut dan

dibawah bokong ibu

• Membuka tutup partus set dan memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Partus set telah dibuka dan sarung tangan DTT telah dipakai

• Melindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi kain bersih dan kering saat

kepala bayi terlihat 5 – 6 cm pada vulva, sementara tangan kiri menahan puncak

kepala bayi agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala.

Tangan kanan telah berada pada perineum dan tangan kiri terletak di atas sympisis,

kemudian kepala bayi lahir.

• Setelah kepala bayi lahir, mengecek lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat tidak ada

• Menunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar. Kepala telah mengadakan

putaran paksi luar dan menghadap ke paha kanan ibu.

• Melakukan biparietal kemudian mengarahkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan

dan mengarahkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang serta melakukan sangga

susur untuk menyanggah kepala, lengan, siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang lengan serta siku sebelah atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Kemudian pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari

– jari lainnya). Badan bayi telah lahir seluruhnya jam 02.15 WIB

• Memberi dukungan dan pujian kepada ibu. Ibu merasa lebih tenang

• Menilai bayi menangis atau tidak, warna kulit, tonus otot dan usaha bernafas bayi.

Bayi menangis spontan, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik

• Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lain kecuali telapak

tangan tanpa membersihkan verniks dan mengganti kain basah dengan kain yang

bersih dan kering serta membiarkan bayi diperut ibu. Bayi telah terbungkus kain

bersih dan kering dan berada diatas perut ibu dengan kepala bayi tertutup.

• Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak adanya bayi kedua. Kontraksi

baik dan tidak ada bayi kedua.

• Memberitahu ibu kalau ibu akan disuntik pada paha sebelah kanan. Jam 02.16 WIB

Ibu diberikan suntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar.

• Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira – kira 3 cm dari umbilikal dan

mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm

distal dari klem pertama kemudian lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut. Pemotongan tali pusat telah dilakukan

• Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Jam : 02.15 WIB

Bayi lahir : spontan

Jenis kelamin : perempuan

Berat badan : 3500 gr LK : 33 cm

Panjang badan : 49 cm APGAR SKOR : 7/10

KALA III

Tanggal: 29 Desember 2008 Jam 02.17 WIB

DATA SUBJEKTIF

Keluhan utama :

Ibu mengeluh merasa capek dan lemas tetapi merasa bahagia dengan kelahiran bayinya.

DATA OBJEKTIF

KU: Baik Kesadaran: Compos Mentis Keadaan Emosional: Stabil

Tanda – tanda vital

• TD : 110 / 70 mmHg Nadi : 84 x / menit

Respirasi : 24 x / menit Suhu : 37,2 0C

• TFU : Setinggi pusat

• Kontraksi : Baik

• Bayi kedua : Tidak ada

• Keadaan kandung kemih : Kosong

• Tanda – tanda pelepasan plasenta : Belum ada

ASSESMENT

Diagnosa : Ibu PVA0 parturient kala III normal

Masalah potensial : Perdarahan

Antisipasi masalah potensial : Persiapan Infus dan Uterotonika

PLANNING

Jam : 02.17 wib Tanggal: 29 Desember 2008

• Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dan bayi

dalam keadaan normal dan bidan akan melahirkan plasenta. Ibu mengerti dan merasa

senang.

• Meletakkan kain bersih di atas perut ibu untuk memeriksa fundus memastikan tidak

adanya bayi kedua. Setelah diperiksa tidak ada bayi kedua.

• Memindahkan klem pada tali pusat 5 cm dari vulva. Klem telah dipindahkan

• Meletakkan tangan kiri tepat diatas symfisis menahan secara dorso kranial dan tangan

kanan melakukan peregangan tali pusat sejajar lantai pada saat terjadi kontraksi.

Tangan kiri berada di atas sympisis dan tangan kanan melakukan PTT.

• Melakukan PTT hanya saat uterus sedang berkontraksi dan menghentikan PTT saat

uterus tidak berkontraksi sambil melakukan tekanan dorso cranial. Tanda – tanda

pelepasan plasenta tidak ada. Setelah 15 menit plasenta tidak lahir.

• Memberitahukan ibu bahwa ibu akan disuntik kembali dipaha kiri. Menyuntikkan

Oksitosin 10 IU IM jam 02.32 WIB

• Mengosongkan kandung kemih

• Melakukan PTT ulang.

KALA III Dengan Retensio Plasenta

Tanggal: 29 Desember 2008 Jam 02.47 WIB

DATA SUBJEKTIF

Keluhan utama :

Ibu mengeluh masih merasa capek dan cemas mengenai plasenta yang belum lahir.

DATA OBJEKTIF

KU: Baik Kesadaran: Compos Mentis Keadaan Emosional: Stabil

Tanda – tanda vital

• TD : 110 / 70 mmHg Nadi : 84 x / menit

Respirasi : 24 x / menit Suhu : 37,2 0C

• TFU : Setinggi pusat

• Kontraksi : Baik

• Bayi kedua : Tidak ada

• Keadaan kandung kemih : Kosong

• Tanda – tanda pelepasan plasenta : Belum ada

ASSESMENT

Diagnosa : Ibu PVA0 parturient kala III dengan Retensio Plasenta

Masalah potensial : Perdarahan, Syok

Antisipasi masalah potensial : Pemasangan Infus

PLANNING

Jam : 02.47 WIB Tanggal: 29 Desember 2008

• Mengukur TTV dan keadaan umum ibu.

• TD : 110 / 70 mmHg Nadi : 84 x / menit

Respirasi : 24 x / menit Suhu : 37,2 0C

• Memberitahukan ibu dan suami bahwa plasenta tidak bias lahir spontan, harus

dilakukan tindakan medis ( Informed Choice ). Ibu dan suami mengerti.

• Memberitahu ibu dan suami tindakan yang akan dilakukan dan meminta persetujuan

tertulis. Ibu dan Suami menyetujui dan menandatangani persetujuan medis ( Informed

Consent ).

• Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri. Lahirkan plasenta secara manual.

• Memasang infuse oksitosin 20 unit dalam 500 cc RL dengan 30 – 40 gtt per menit.

• Melakukan langkah – langkah manual plasenta.Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.

Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse. Lakukan kateterisasi kandung kemih. Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar. Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai. Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam

vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang

kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga

mencapai tempat implantasi plasenta. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal

jari telunjuk).Melepas Plasenta dari Dinding Uterus Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan,

pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.

Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.

Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.

Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.

Mengeluarkan Plasenta Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan

untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.

Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.

Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).

Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah

plasenta lahir. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

KALA IV

Tanggal: 29 Desember 2008 Jam: 02.50 WIB

I. DATA SUBJEKTIF

Keluhan utama: Ibu merasa letih tapi lega karena plasenta sudah lahir.

II. DATA OBJEKTIF

– KU: Baik Kesadaran: Compos Mentis Keadaan Emosional: Stabil

– TD : 110 / 70 mmHg Nadi: 88 x / menit

Respirasi : 24 x / menit Suhu: 37,0 C

– Tinggi fundus uteri : 1 jari di bawah pusat

– Keadaan kandung kemih : Kosong

– Jumlah perdarahan : Normal Jumlah : + 200 cc

– Keadaan perineum : utuh

III. ASSESMENT

Diagnosa: PVA0 parturient kala IV normal

Masalah potensial : Perdarahan

Antisipasi masalah potensial : Pemantauan TTV dan Perdarahan jalan lahir

IV. PLANNING

Jam: 02.50 WIB Tanggal: 29 Desember 2008

• Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam keadaan normal dan

plasenta telah lahir lengkap. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

• Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30

menit sekali pada jam kedua diantaranya TD, Nadi, Suhu, Respirasi, Tinggi fundus,

Kontraksi rahim uterus dan Perdarahan jalan lahir.

• Mengobservasi cairan input dan output.

Jam

ke

Waktu TD N Suhu TFU Kontraksi

Uterus

Kandung

Kemih

Perdarah

an

I

03.05 110/80 88 37 1 jari

bawah

pusat

Baik kosong Normal

03.15 110/80 88 1 jari

bawah

pusat

Baik Kosong Normal

03.30 110/80 86 1 jari

bawah

pusat

Baik kosong Normal

03.45 110/80 86 1 jari

bawah

pusat

Baik kosong Normal

II

04.15 110/80 84 37 2 jari

bawah

pusat

Baik kosong Normal

04.30 110/80 82 2 jari

bawah

pusat

Baik kosong Normal

• Memberi kenyamanan pada ibu dengan membersihkan badan, mengganti pakaian,

dan memakaikan pembalut. Ibu dalam keadaan nyaman.

• Mengajarkan kepada ibu dan keluarga bagaimana cara melakukan masase fundus uteri

yang baik yaitu dengan menggunakan palmar 4 jari yang diputar secara sirkuler

sampai teraba keras. Jika fundus terasa lembek minta ibu untuk memasase fundus. Ibu

dan keluarga mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan ibu serta keluarga mampu melakukan masase seperti

yang telah dijelaskan oleh bidan.

• Melakukan dekontaminasi alat dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, lalu cuci

dengan menggunakan detergen dan sikat lalu bilas sampai bersih. Sterilkan alat

dengan merebus selama 20 menit. Alat telah steril.

• Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk memberikan makan dan minum. Ibu

mau makan dan minum

• Melengkapi partograf.

V.EVALUASI

Jam: 06.30 WIB Tanggal: 29 Desember 2008

KU baik, Kesadaran Composmentis, TTV dalam batas normal :

TD : 120 / 80 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36,5 0C

R : 18 x/menit

TFU 2 Jari bawah pusat, Kontraksi baik, Perdarahan jalan lahir ± 10 cc Pemeriksaan ulang Hb

Hb : 11, 4 gr/ dl

Ibu sudah dapat menyusui bayinya, Kolostrum (+)

BAB III

ANALISA KASUS

Seorang ibu Grandemultipara datang ke rumah sakit dengan keluhan perut mules yang makin lama makin sering disertai adanya pengeluaran lendir campur darah. Ibu sudah merencanakan melahirkan di fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan sehubungan dengan ibu menyadari bahwa ibu memiliki resiko tinggi dan riwayat persalinan lalu yang kurang baik. Diagnosa ibu saat masuk ke rumah sakit dengan GV PIV A0

parturient aterm kala I fase aktif, janin tunggal, hidup, intrauterin, KU ibu dan janin baik.

Terbukti proses persalinan ibu tidak berjalan sesuai yang diharapkan, yakni pada kala III plasenta tidak lahir spontan. Namun, perlu dilakukan tindakan manual plasenta dan tidak terjadi perdarahan postpartum.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Teori

1. Pengertian

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

2. Etiologi

Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.

Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :

Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:

a. Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta

b. Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium

c. Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium

d. Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi :

a. perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan

c. Darah penderita terlalu banyak hilang

d. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,

e. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

3. Patofisiologi

Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :

a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc

c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.

d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

e. Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.

Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

Tanda dan Gejala Manual Plasenta

a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.

b. Pada pemeriksaan pervagina, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

c. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.

d. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

4. Teknik Manual Plasenta

Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar.

Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Gambar 1.A Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut

Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin),

sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta

Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.

Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.

Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

Komplikasi

Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi

sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

B. Pembahasan Jurnal

Postpartum masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu di kedua negara yang berpenghasilan tinggi. Dalam kelompok ini, dan khususnya di Eropa, kesenjangan antara negara-negara mengenai kematian ibu dan morbiditas perdarahan postpartum diketahui.

Lama manajemen aktif kala III persalinan adalah faktor risiko potensial perdarahan postpartum yang dapat dimodifikasi pada saat persalinan pervaginam, tapi tidak ada bukti definitif bahwa intervensi awal untuk melahirkan plasenta secara manual akan mencegah perdarahan postpartum. Kami melaporkan banyaknya variasi antara negara-negara di Eropa dalam kebijakan tentang waktu melahirkan plasenta secara manual. Dua kelompok negara dengan jelas diidentifikasi kebijakan yang berbeda. Dari perspektif ini, perbandingan internasional dapat memberikan informasi yang berharga dan menghasilkan hipotesis baru dengan mengidentifikasi kebijakan atau praktek-praktek yang bervariasi. Di bidang pencegahan perdarahan postpartum, sejumlah percobaan terkontrol acak telah menyimpulkan bahwa manajemen aktif kala III persalinan mengurangi risiko perdarahan postpartum, meskipun ada perbedaan dalam definisi manajemen aktif dan komponen individu belum semuanya telah diuji separately. Meskipun demikian, sekarang sering direkomendasikan untuk pencegahan perdarahan postpartum. Sejumlah penelitian observasional pada persalinan pervaginam telah menunjukkan hubungan antara lamanya manajemen aktif kala III yang dilakukan tenaga kesehatan dengan kejadian perdarahan postpartum.

Artikel ini didasarkan pada data yang dikumpulkan sebagai bagian dari Efrat proyek (Proyek Eropa pada Kebidanan tentang Perdarahan, Pengurangan, Sikap, Trial dan sistem pencegahan dini), sebuah kolaborasi Eropa yang melibatkan 14 negara : Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Hungaria, Irlandia, Italia, Belanda, Norwegia, Portugal, Spanyol, Swiss dan Inggris. Fokus keseluruhan dari proyek ini adalah tentang pencegahan dan manajemen perdarahan postpartum. Salah satu komponennya adalah survei dilakukan untuk menggambarkan kebijakan saat ini tentang manajemen aktif kala III dan manajemen langsung perdarahan postpartum di unit bersalin yang ada di 14 negara.

Survei ini meliputi semua unit bersalin di sebagian Negara - negara peserta, kecuali untuk Spanyol di mana ia dilakukan di Catalonia, Portugal di mana hanya unit umum yang disurvei dan Perancis di mana sampel dari enam wilayah yang disertakan. Sebuah kuesioner pos dikirim ke unit masing-masing pada tahun 2003, ditujukan kepada bidan atau dokter kandungan dengan keseluruhan manajemen tanggung jawab. Jumlah kuesioner dikirim berkisar 29 dari Denmark dan 719 dari Italia.

Untuk analisis ini, lama waktu sebelum pengeluaran plasenta secara manual dibagi ke dalam kurang dari 30 menit dan lebih dari 30 menit.

Tabel 1 sampel dan respon rata-rata

Negara Sampel ibu Hamil

Jumlah responden

Jumlah kuesioner yang diterima

Respon rata-rata

AustraliaBelgium Denmark FinlandFranceHungaryIrelandItalyThe Netherlands Norway PortugalSpainSwitzerlandUK

SemuaSemuaSemuaSemua6 negaraSemuaSemuaSemuaSemuaSemuaSemua ibu hamilcataloniaSemuaSemua

1041292933132982271999555262130354

33105233310998222159146375368242

31,781,479,3100,082,6100,0100,029,991,983,671,285,552,368,4

HasilTabel 1 menunjukkan tingkat respon untuk masing-masing negara. Respon bervariasi dari 30% di Italia dan Austria sampai 100% di Finlandia, Hungaria dan Irlandia, dan berada di atas 65% di 11 dari 14 negara.

Kebanyakan negara memiliki kebijakan yang dominan, yang dilaporkan oleh mayoritas unit. Di Belanda, Denmark, Finlandia dan Norwegia, lebih dari 80% dari unit melaporkan kebijakan menunggu 60 menit atau lebih setelah persalinan sebelum mengeluarkan plasenta secara manual, dalam kasus di mana wanita itu mendapatkan epidural. Di Spanyol, Belgia, Prancis, Hungaria dan Portugal, 70% atau lebih dari unit telah melaporkan kebijakan menunggu 30 menit atau kurang sebelum mengeluarkan plasenta secara manual dalam kasus di mana wanita itu mendapatkan epidural. Dalam kelompok negara, waktu yang disarankan rata-rata untuk manual plasenta adalah 30 menit, kecuali untuk Spanyol di mana waktu yang dianjurkan rata-rata adalah 20 menit.

Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan dimana Survei ini dilakukan pada tahun 2003. Ada kemungkinan bahwa kebijakan unit bersalin tentang melahirkan plasenta secara manual telah berubah sejak saat itu dan bahwa hasil yang diberikan di sini tidak mencerminkan kebijakan mereka saat ini. Karena tidak ada hasil baru yang diterbitkan pada topik, namun perubahan tersebut tampaknya tidak mungkin. Selain

itu, survei ini tidak berupaya untuk mengumpulkan data tentang praktik klinis sesungguhnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.

Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.

Lama manajemen aktif kala III persalinan merupakan potensi dimodifikasi faktor risiko perdarahan postpartum pada persalinan pervaginam, tapi bukti tentang jeda waktu yang optimal untuk melahirkan plasenta secara manual adalah ambivalen. Yang ditandai perbedaan diamati antara 14 negara Eropa yang berpartisipasi dalam kebijakan tentang melahirkan plasenta secara manual dapat mencerminkan perbedaan dalam interpretasi dari bukti yang tersedia. Sebuah uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk menyediakan definitif bukti mengenai risiko dan manfaat dari tindakan melahirkan plasenta secara manual dalam waktu yang berbeda setelah persalinan pervaginam.

B. Saran 1. Masyarakat Luas

Masyarakat maupun ibu-ibu dalam masa kehamilannya, dapat menjaga kesehatan selama hamil dengan maksimal, makan-makanan yang bergizi, konsumsi Fe dan istirahat yang cukup agar selama proses persalinan tidak terjadi kegawatan. Serta mampu memahami alasan dilakukannya manual plasenta apabila plasenta belum lahir > 30 menit setelah bayi lahir dan terjadi perdarahan agar dapat menyelamatkan pasien sesegera mungkin.

2. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan harus mengetahui sedini mungkin penyebab plasenta tidak lahir segera setelah bayi lahir, serta melakukan tindakan segera apabila pasien mengalami perdarahan kala III, dan merupakan indikasi untuk dilakukanya manual plasenta dan untuk menurunkan angka kematian ibu.

DAFTAR PUSTAKA

DINKES, 2008, PAKET PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI DABN NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF ( PONEK ) Asuhan Obstetri Esensial, JNPK-KR

N. Baergen, Rebecca, 2011, Manual of Benirschke and Kaufmann's Pathology of the Human Placenta.

C Deneux-Tharaux, A Macfarlane, C Winter, W-H Zhang, S Alexander, M-H Bouvier-Colle, 2008, Policies for manual removal of placenta at vaginal delivery: variations in timing within Europ, www.blackwellpublishing.com/bjog

Lampiran

PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA

Persiapan Sebelum Tindakan Pasien Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah

dibersihkan. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah Medikamentosa Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2

mg/kg BB) Sedative (Diazepam 10 mg) Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin) Cairan NaCl 0,9% dan RL Infuse Set Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%) Oksigen dengan regulator

Penolong Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang

Instrument Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G Mangkok tempat plasenta : 1 Kateter karet dan urine bag : 1 Benang kromk 2/0 : 1 rol Partus set

DAFTAR TILIK MANUAL PLASENTA

PROSEDUR MANUAL PLASENTA

LANGKAH KLINIK

A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

I. PASIEN

II. PENOLONG ( Operator dan Asisten )

C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN

D. TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI

1. Instruksikan asisten untuk untuk memberikan sedative dan analgetik melalui karet infuse

2. Lakukan kateterisasi kandung kemih Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan

3. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai

4. Secara Obstetrik masukkan satu tangan ( punggung tangan kebawah ) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah

5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri

6. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

7. Buka tangan Obstetrik menjadi seperti member salam ( ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk )

E. MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS

1. Tentuka implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah Bila berada di belakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila di

bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas

Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara

plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap ke dinding dalam uterus

Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama ( punggung tangan pada dinding kavum uteri ) tetapi tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan

2. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu ( pasien ), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit

F. MENGELUARKAN PLASENTA

1. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus

2. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan

3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan menarik plasenta keluar ( hindari percikan darah )

4. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan

5. Lakukan sedikit pendorongan uterus ( dengan tangan luar ) ke dorsokranial setelah plasenta lahir Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

G. DEKONTAMINASI PASCATINDAKAN

H. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN

I. PERAWATAN PASCATINDAKAN

1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan

2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia

3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal – hal penting untuk dipantau

4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan

5. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan