manajemen sp2kp

14
SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional ) 1 Pengertian SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut : Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners. Pada metode keperawataan primer , hubungan profesional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.

Upload: fikih-diah-kusumasari

Post on 26-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Mnajamen Sistem SP2KP

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen SP2KP

SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional )

1 Pengertian

SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan

pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam

SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet

(PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode

modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer).

Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :

Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara

berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat

yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional. Terdapat satu orang perawat

professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan

keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana

keperawatan/Ners. Pada metode keperawataan primer , hubungan profesional dapat

ditingkatkan terutama dengan profesi lain.

Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan jumlah

tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada

metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien. Saat ini terdapat

beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi

metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang

lebih tinggi mampu mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung

jawabnya. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab

terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar

menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang

diberikan.

Page 2: Manajemen SP2KP

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996), secara

sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

a Nilai-nilai profesional sebagai inti model

Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak

klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan

atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien

dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan

asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan

akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk

tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA

agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

b Pendekatan Manajemen

Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang

jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP

adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan kemampuan

manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan

pemimpin yang efektif.

c Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi

keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan

mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra

sesuai kebutuhan klien.

d Hubungan professional

Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang

perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member

informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian

Page 3: Manajemen SP2KP

informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam penetapan

rencana tindakan medic.

e Sistem kompensasi dan penghargaan

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan

keperawatan yang professional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada

perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan

berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA

dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP

dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan

gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan

bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok

pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan

PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap

baik dari segi kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam

satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin

kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga

harus mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan lainnya.

2 Peran Managerial dan Leadership

Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan, mengkoordinir

kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan sebagian tindakan-

tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-sama dengan PA

mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk

klien yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab

profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien masuk

dan dievaluasi setiap hari. PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan sebagian

Page 4: Manajemen SP2KP

tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada PA. pembagian tanggung jawab

terhadap klien yang menjadi tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan

pasien dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.

Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP

bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan keperawatan

pada kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu memberikan

asuhan keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan tersebut dapat dilaksanakan

secara langsung, misalnya mendampingi PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada klien

atau secara tidak langsung pada saat melakukan konferens. PP juga harus senantiasa

memotivasi PA agar terus meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi

atau bahan bacaan yang diperlukan. Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA,

sebagai bagian dari peran kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki

kemampuan untuk mengatasi konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi

penengah yang bijaksana sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas

PA dalam membantu memberikan asuhan keperawatan.

3 Komunikasi tim melalui renpra, konferensi, dan ronde keperawatan

Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan kerjasama

profesional tim antara PP-PA. Komunikasi tersebut dapat melalui ;renpra, konferensi, dan

ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.

Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai ,

a Pedoman bagi PP-PA

b Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu

pengetahuan

Page 5: Manajemen SP2KP

Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk perencanaan

asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan

renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan keperawatan yang

telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama

secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini

menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan

( biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit ). Renpra seharusnya dibuat

sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah pasien masuk karena fungsinya

sebagai pedoman dan media komunikasi. Berdasarkan ketentuan tugas dan tanggung jawab

PP tidak sedang bertugas ( misalnya pada malam hari atau hari libur ), PA yang sebelumnya

telah didelegasikan dapat melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa

keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar pasien. Selanjutnya segera setelah PP

bertugas kembali maka pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan

dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh semua

PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-istilah

keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP menuliskan

rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output = pemasukan / pengeluaran )

tiap 24 jam". Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor

I/O, contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan

keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang sama

tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan

kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut. Pendelegasian tindakan

keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih dahulu harus memiliki kemampuan

masing-masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada PA adalah tanggung jawab dan

tanggung gugat seorang PP (Dunville dan McCuock, 2004). Tindakan yang telah

didelegasikan pada PA, PP tetap berkewajiban untuk tetap memonitor dan mengevaluasi

tindakan yang dilakukan oleh PA.

Page 6: Manajemen SP2KP

4 Komunikasi tim oleh konferensi

Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk membahas

kondisi pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya

merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci dan

sensitif dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi

akan efektif jika PP telah membuat renpra, dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan

dalam konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang

rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.

5 Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan ronde

keperawatan yang dilakuan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan

dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang diberikan.

6 Kerjasama dengan tim lain

Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf laboratorium dll.

Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut adalah :

a Mengkolaborasikan.

b Mengkomunikasikan.

c Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

d PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat pendidikan

dalam pengalamannya.

Page 7: Manajemen SP2KP

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang terkait dengan

perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan lain,

sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu perkembangan pasien selama

dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain

tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim

kesehatan yang lain, misalnya melalui ronde antar profesional.

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan komunikasi

langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim kesehatan dapat juga

terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut dibuat oleh PP tetapi

sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim kesehatan bahwa dokumentasi yang ada

juga dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain, seorang

PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan berkomunikasi, misalnya

memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau menggurui

atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari profesi lain,

merupakan kemampuan yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP

dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang terkait

dengan pengobatan dan perawatan pasien, misalnya dokter menjadwalkan pasien untuk di

rontgen dada dan di USG abdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari yang sama, maka

seorang PP harus mampu mengkoordinasikan semua kegiatan tersebut agar tidak melelahkan

dan membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam hal ini perawat dapat

menjadwal ulang semua kegiatan tadi.

Page 8: Manajemen SP2KP

7 Tantangan yang dihadapi dalam dinamika tim PP-PA dan tenaga kesehatan lainnya.

Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau tantangan yang dapat

dialami dalam membina kerjasama profesional dalam kelompok dan antar profesi. Tersebut

diantaranya adalah :

a PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya, misalnya tidak mampu

membuat renpra, atau memberikan pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan

kemampuan PA tersebut.

b PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA tidak mampu melakukan

tindakan yang sesuai dengan tugas yang telah didelegasikan oleh PP.

c Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai keberadaan profesi keperawatan.

d Adanya friksi diantara sesama PA.

Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai dinamika yang terjadi

dalam kelompok. Menghadapi tantangan tersebut seluruh pihak yang terkait dalam

komunikasi perawat pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care

Manajer) , kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA sendiri harus melakukan evaluasi

dan mencari alternatif penyelesaiannya.

8 Peran dan Tangguna Jawab Perawat sesuai dengan Jabatannya

a Peran Kepala Ruangan ( KARU)

1) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU.melakukan ronde keperawatan

kepada pasien yang dirawat.

2) Memimpin sharing pagi.

3) Memimpin operan.

4) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pagi hari.

5) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian

Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.

6) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.

7) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung

jawabnya.

Page 9: Manajemen SP2KP

8) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

b Peran Ketua Tim ( KATIM )

Tugas Utama : Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim

keperawatan di bawah koordinasinya.

1) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di

bawah koordinasinya pada saat Pre Croference

2) Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk

pasiennya.

3) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat PP

4) Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah koordinasinya

pada saat Post Conference.

c Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)

Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur.

1) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam

2) Memastikan PP melaksanakna follow up pasien tanggung jawabnya

3) Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat PP

4) Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang perawatan

5) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

d Perawat Pelaksana (PP) dan Perawat Asosiet (PA) :

Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi

tanggung jawabnya, merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan melakukan evaluasi (follow Up) perkembangan pasien.

1) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan oleh Pa

2) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.