manajemen pnbp.doc

55
MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH 2013 Manajemen PNBP 2013 KELOMPOK 5 ALFIAN DWI CHANDRA (04), DIAN JUWITA SARI (10), LUTFIA NUR AFIFAH (16), RINO ROMADHONI (22), TAUFIK ISMAIL (28) SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA VII A

Upload: kakakchen

Post on 25-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MKP, PNBP, Manajemen PNBP

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen PNBP.doc

MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH

2013

Manajemen PNBP 2013KELOMPOK 5

ALFIAN DWI CHANDRA (04), DIAN JUWITA SARI (10), LUTFIA NUR AFIFAH (16), RINO ROMADHONI (22), TAUFIK ISMAIL (28)

SEKOLAH T INGGI AKUNTANSI NEGARA

VII A Akuntansi Reguler

Page 2: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

Manajemen Penerimaan Negara Bukan

PajakI. Definisi dan Klasifikasi PNBP

A. Landasan Hukum Pengelolaan PNBP

1. UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 merupakan landasan utama

penyelenggaraan pengelolaan PNBP. Sasaran yang diharapkan melalui Undang-undang

PNBP, selain tertib administrasi dan penyetoran PNBP ke Kas Negara, juga

memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembiayaan pembangunan agar dapat menikmati manfaat dari kegiatan yang

menghasilkan PNBP. Pada akhirnya pelaksanaan Undang 20 Tahun 1997 tentang PNBP

ini diarahkan pada upaya menunjang kebijaksanaan Pemerintah dalam pembangunan.

Parameter yang ingin dicapai antara lain peningkatan pertumbuhan ekonomi,

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta investasi diseluruh pelosok tanah air.

Jika sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP,

masih banyak ditemukan rekening antara di beberapa departemen/lembaga pemerintah

non departemen Maka setelh lahirnya Undang-Undang tersebut, Menteri Keuangan

mulai melakukan penertiban rekening yang ada di seluruh departemen/lembaga

pemerintah non departemen, dan menginstruksikan agar seluruh pungutan PNBP

disetorkan ke Kas Negara sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

1997 tentang PNBP.

Kelompok penerimaan yang termasuk dalam PNBP sesuai Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP meliputi:

a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;

b. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;

d. penerimaan dari kegiaatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;

Kelompok 5 Page 2

Page 3: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda

administrasi;

f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;

g. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Sedangkan jenis-jenis PNBP yang berlaku pada instansi pemerintah atau

Kementerian dan Lembaga, selanjutnya lebih lanjut diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP,

telah ditetapkan beberapa Peraturan Pemerintah sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP

Yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian

Rencana dan Laporan realisasi PNBP;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan PNBP;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,

Pembayaran, dan Penyetoran PNBP Terutang;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2010 tentang pengajuan dan penyelesaian

Keberatan atas Penetapan PNBP Yang Terutang.

Selain Peraturan Pemerintah tersebut diatas, telah diterbitkan beberapa peraturan

tentang tarif atas jenis PNBP dan Peraturan Menteri Keuangan tentang Izin

Penggunaan PNBP yang berlaku pada masingmasing Kementerian dan Lembaga.

2. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 tentang Keuangan Negara membawa

perubahan dalam pengelolaan keuangan negara. Selama ini dalam pengelolaan

keuangan negara masih digunakan ketentuan perundangan pada masa pemerintahan

kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan peralihan Undang-undang

Dasar 1945 yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) Stbl. 1925 Nomor 448 yang

diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1968.

Kelompok 5 Page 3

Page 4: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, maka pengelolaan

keuangan negara tidak lagi mengacu kepada Indische Comptabiliteitswet (ICW) Stbl.

1925 Nomor 448 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1968. Dengan

demikian beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

PNBP seharusnya juga harus direvisi dan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

B. Definisi, Kelompok, dan Jenis PNBP

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 20/1997 tentang PNBP, penerimaan

negara bukan pajak adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari

penerimaan perpajakan. Namun demikian, dengan diundangkannya UU no.17 Tahun

2003 tentang keuangan Negara dan Undang-undang tentang APBN, definisi PNBP

dalam UU Nomor 20 perlu disesuaikan yaitu dengan mengeluarkan penerimaan hibah

dari PNBP. Sehingga definisi penerimaan negara bukan pajak menjadi seluruh

penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan dan

penerimaan hibah.

Dalam UU tentang APBN saat ini PNBP dikelompokkan menjadi empat kelompok

besar yaitu:

1. Penerimaan sumber daya alam

Dalam kelompok ini, kita mengenal pendapatan sumber daya alam (SDA) migas

dan non-migas. Pendapatan SDA migas merupakan pendapatan yang diperoleh dari

bagian bersih pemerintah atas kerjasama pengelolaan sektor hulu migas. Pendapatan

SDA nonmigas dikenal dengan beberapa pendapatan sektoral yang cukup populis,

yaitu pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dan panas bumi.

2. Pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Pendapatan ini merupakan imbalan kepada pemerintah pusat selaku pemegang

saham BUMN (return on equity) yang dihitung berdasarkan persentase tertentu

terhadap laba bersih (pay-out ratio). Tidak kurang dari 70 BUMN yang menjadi

kontributor dividen secara reguler setiap tahunnya, dimana Pertamina menjadi

superior di atas BUMN lainnya. Di dalam APBN, pendapatan ini diklasifikasikan ke

Kelompok 5 Page 4

Page 5: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

dalam kelompok perbankan dan nonperbankan.

3. PNBP lainnya

Pada prinsipnya, PNBP lainnya meliputi berbagai jenis pendapatan yang dipungut

oleh Kementerian Negara/Lembaga atas produk layanan yang diberikan kepada

masyarakat. Termasuk di dalam kelompok ini adalah pendapatan atas pengurusan

SIM, STNK, dan surat nikah sebagaimana contoh di atas. Pungutan yang dilakukan

oleh instansi pemerintah tersebut dilakukan atas dasar Peraturan Pemerintah tentang

Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP pada K/L tertentu. Tidak kurang dari sepuluh ribu

jenis dan tarif PNBP yang dikenakan secara sah oleh instansi pemerintah.

4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

Seperti PNBP lainnya, pendapatan BLU diperoleh atas produk layanan instansi

pemerintah yang diberikan kepada masyarakat. Bedanya, pendapatan yang

diperoleh melalui mekanisme BLU ini dapat langsung digunakan oleh instansi yang

bersangkutan. Selain itu, jenis dan tarif PNBP BLU tidak ditetapkan melalui PP

melainkan Peraturan Menteri Keuangan.

Selain itu, Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

Negara Bukan Pajak disebutkan bahwa kelompok PNBP, meliputi jenis - jenis

penerimaan sebagai berikut :

1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah.

2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.

3. Penerimaan dari hasil-hasil kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.

4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.

5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan

denda administrasi.

6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah.

7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang - undang tersendiri.

Jenis PNBP yang berlaku pada setiap Kementerian/Lembaga antara lain sebagai

berikut :

1. PNBP pada Kementerian Luar Negeri :

Kelompok 5 Page 5

Page 6: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

a. Penerimaan dari pemberian surat perjalanan Republik Indonesia.

b. Penerimaan dari jasa pengurusan dokumen konsuler.

2. PNBP pada Kementerian Pertahanan dan Keamanan.

a. Penerimaan dari pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM).

b. Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Nomor Kendaraan(STNK).

c. Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK).

d. Penerimaan dari pemberian Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)

baru.

e. Penerimaan dari pelayanan kesehatan.

3. PNBP pada Kementerian Kehakiman

a. Penerimaan denda administrasi.

b. Penerimaan dari pelayanan jasa hukum.

c. Penerimaan dari penggunaan jasa tenaga narapidana dan hasil penjualan

barang keterampilannya.

d. Penerimaan dari pendaftaran ciptaan.

e. Penerimaan dari permintaan hak paten.

f. Penerimaan dari pemberian merek.

g. Penerimaan dari keimigrasian.

h. Penerimaan balai harta peninggalan.

i. Penerimaan pengadilan.

4. PNBP pada Kementerian Penerangan

a. Penerimaan dari siaran iklan.

b. Penerimaan dari siaran iklan spot Radio Republik Indonesia (RRI).

c. Penerimaan dari penyelenggaraan sensor film, video tape, kaset, film reklame

komersial dan non komersial.

d. Penerimaan dari pembuatan film untuk instansi pemerintah dan penyewaan

peralatan perfilman.

5. PNBP pada Kementerian Keuangan

a. Penerimaan denda administrasi atas keterlambatan penyampaian laporan

Kelompok 5 Page 6

Page 7: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

perusahaan di bidang pasar modal.

b. Penerimaan denda administrasi yang dikenakan pada pihak yang melanggar

peraturan perundang undangan di bidang pasar modal.

c. Penerimaan Bea Lelang.

d. Penerimaan dari biaya administrasi lelang swasta.

e. Penerimaan dari Bea Lelang Batal.

f. Penerimaan dari biaya administrasi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara

(BUPLN).

g. Penerimaan dari penjualan saham bagian Pemerintah.

h. Penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba badan usaha milik negara.

i. Penerimaan dari selisih lebih karena perubahan harga jual yang ditetapkan

Pemerintah atas persediaan gula pasir di gudang-gudang Bulog dan gudang

dari pabrik gula, dan persediaan pupuk di semua gudang Pusri.

j. Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan oleh Perusahaan

Pembiayaan.

k. Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan

laporan operasional tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dan

perhitungan laba rugi bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi

sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

l. Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan

laporan operasional tahunan bagi perusahaan pialang asuransi atau perusahaan

pialang reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

m.Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan bagi Dana

Pensiun.

n. Penerimaan kembali pinjaman yang disalurkan oleh Pemerintah.

o. Penerimaan dari laba bersih minyak.

p. Penerimaan bagian Pemerintah dari annual fee PT. Inalum.

6. PNBP pada Kementerian Perindustrian dan Perdagangan

a. Penerimaan dari biaya pengujian mutu barang dan sertifikasi mutu barang.

Kelompok 5 Page 7

Page 8: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

b. Penerimaan dari biaya jasa pelatihan.

c. Penerimaan dari pendaftaran perusahaan

d. Penerimaan dari penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA).

e. Penerimaan dari jasa pengujian/pemeriksaan tembakau.

f. Penerimaan dari jasa pembinaan petani tembakau oleh pabrikan rokok.

g. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan.

h. Penerimaan dari jasa pembinaan industri kecil.

i. Penerimaan dari jasa pelayanan teknis.

j. Penerimaan dari pengaturan tata niaga cengkeh.

k. Penerimaan dari jasa tera/tera ulang.

7. PNBP pada Kementerian Pertanian

a. Penerimaan dari pungutan pengusahaan perikanan.

b. Penerimaan dari pungutan hasil perikanan.

c. Penerimaan dari pungutan perikanan atas penggunaan kapal perikanan

berbendera asing dengan cara sewa untuk menangkap ikan di zona ekonomi

eksklusif Indonesia.

d. Penerimaan dari pungutan perikanan yang berasal dari hasil penangkapan atau

pembudidayaan.

e. Penerimaan dari hasil pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak.

f. Penerimaan dari penetapan pendaftaran dan pengujian mutu obat hewan.

g. Penerimaan dari pendapatan perubahan harga hasil produksi pusat veterinaria.

h. Penerimaan dari penjualan hasil pendidikan dan pelatihan, balai benih ikan dan

udang.

i. Penerimaan dari penjualan embrio ternak untuk bibit.

j. Penerimaan dari penjualan obat hewan, vaksin dan semen beku.

k. Penerimaan dari jasa tambah labuh.

l. Penerimaan dari jasa pengadaan es.

m. Penerimaan dari jasa pengadaan air sumur dan air minum.

n. Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas.

Kelompok 5 Page 8

Page 9: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

o. Penerimaan dari jasa karantina tumbuhan, ikan dan hewan.

p. Penerimaan dari jasa pelayanan diagnosa penyakit hewan.

q. Penerimaan dari jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian benih tanaman

pangan.

r. Penerimaan dari jasa pelayanan teknologi, penelitian dan pengembangan.

s. Penerimaan dari redistribusi ternak Pemerintah.

t. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pertanian.

8. PNBP pada Kementerian Pertambangan dan Energi

a. Penerimaan dari jasa teknologi di bidang pertambangan umum.

b. Penerimaan dari jasa penelitian/pengembangan dan jasa penerapan teknologi

pada puslitbang teknologi minyak dan gas bumi.

c. Penerimaan dari iuran tetap/landrent.

d. Penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti.

e. Penerimaan dari perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara.

f. Penerimaan dari jasa teknologi geologi tata lingkungan.

9. PNBP pada Kementerian Kehutanan

a. Penerimaan dari Provisi Sumber Daya Hutan.

b. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH).

c. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (IHPHTI).

d. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusaha Hutan (IHPH) Bambu.

e. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) Tanaman Rotan.

f. Penerimaan dari pengusahaan pariwisata alam.

g. Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, tanam hutan

raya dan taman wisata laut.

h. Penerimaan dari Iuran menangkap/mengambil dan mengangkut satwa liar dan

tumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-undang serta jarahan satwa

baru.

i. Penerimaan dari Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH).

j. Penerimaan dari Denda post audit dan tata usaha iuran hasil hutan.

Kelompok 5 Page 9

Page 10: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

k. Penerimaan dari pengambilan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi

Undang-undang dari alam maupun dari hasil penangkaran

10. PNBP pada Kementerian Pekerjaan Umum

a. Penerimaan dari jasa penyewaan peralatan dan jasa perbengkelan.

b. Penerimaan dari jasa laboratorium.

c. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan.

d. Penerimaan dari jasa pembuatan peta citra dari data media satelit.

e. Penerimaan dari jasa penyelidikan geoteknik.

f. Penerimaan dari jasa saran teknis dan pemeriksaan laboratorium.

g. Penerimaan dari jasa pengkajian mutu komponen.

11. PNBP pada Kementerian Perhubungan

a. Penerimaan dari pemberian surat izin mengemudi.

b. Penerimaan dari jasa pelabuhan penyeberangan laut, selat dan teluk.

c. Penerimaan dari jasa terminal dan fasilitas sandar kapal penyeberangan

sungai dan danau.

d. Penerimaan dari jasa kepelabuhan untuk kapal pelayaran dalam negeri dan

luar negeri pada pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan.

e. Penerimaan dari jasa dermaga dan penumpukan di pelabuhan unit pelaksana

teknis (UPT) kantor pelabuhan.

f. Penerimaan dari penyewaan tanah pelabuhan di pelabuhan unit pelaksana

teknis (UPT) kantor pelabuhan.

g. Penerimaan dari jasa pelayanan penerbangan (JP2) untuk penerbangan

internasional.

h. Penerimaan dari jasa pelayanan penumpang pesawat udara (JP3U) pada

bandar udara untuk angkutan udara luar negeri.

i. Penerimaan dari jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat

udara (JP4U) penerbangan internasional.

j. Penerimaan dari jasa pemeriksaan kesehatan.

k. Penerimaan dari pemberian dokumen penerbangan.

Kelompok 5 Page 10

Page 11: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

l. Penerimaan dari jasa pelayanan meteorologi dan geofisika dan penyewaan

peralatan.

m. Penerimaan dari sumbangan pembinaan pendidikan dan latihan (SPPL).

12. PNBP pada Kementerian Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

a. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pariwisata.

b. Penerimaan dari uang ujian perwira radio elektronika dan operator radio.

c. Penerimaan dari pemberian izin usaha jasa titipan.

d. Penerimaan dari pemberian izin amatir radio.

e. Penerimaan dari pemberian izin antene parabola penerima siaran televisi.

f. Penerimaan dari pemberian izin komunikasi radio antar penduduk (KRAP).

g. Penerimaan dari pemberian hak penyelenggaraan (BHP) frekuensi radio

konsesi.

h.Penerimaan dari pemberian izin hak penyelenggaraan (BHP) jasa

telekomunikasi.

i. Penerimaan dari jasa penyelenggaraan/pengawasan ujian amatir

13. PNBP pada Kementerian Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

a.Penerimaan dari pembinaan tenaga kerja Indonesia dalam rangka

pengembangan program Antar Kerja Antar Negara (AKAN).

b. Penerimaan dari jasa latihan kerja dan kursus latihan kerja (BLK/KLK).

c. Penerimaan dari pungutan Tenaga kerja Warga Negara Asing Pendatang

(TKWNAP).

d. Penerimaan dari pendayagunaan fasilitas hiperkes dan keselamatan kerja.

14. PNBP pada Kementerian Pendidikan Nasional

a. Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan.

b. Penerimaan karcis tanda masuk museum.

c. Penerimaan dari kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi

perguruan tinggi.

d. Penerimaan dari hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan

pendidikan tinggi.

Kelompok 5 Page 11

Page 12: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

e. Penerimaan dari sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga

pemerintahan, atau lembaga non pemerintah.

15. PNBP pada Kementerian Kesehatan

a. Penerimaan dari pemberian izin peredaran makanan dan minuman.

b. Penerimaan dari pemberian izin peredaran minuman keras.

c. Penerimaan dari pemberian izin pelayanan kesehatan oleh swasta.

d. Penerimaan dari pemberian izin mendirikan rumah sakit oleh swasta.

e. Penerimaan dari jasa pendidikan tenaga kesehatan.

f. Penerimaan dari jasa pemeriksaan laboratorium.

g. Penerimaan dari jasa pemeriksaan air secara kimia lengkap.

h. Penerimaan dari jasa Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4).

i. Penerimaan dari jasa Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM).

j. Penerimaan dari jasa pemeriksaan obat, minuman, makanan, kosmetika, dan

alat-alat kesehatan.

k. Penerimaan dari uji pemeriksaan spesimen.

l. Penerimaan dari jasa pelayanan rumah sakit.

16. PNBP pada Kementerian Agama

a. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan.

b. Penerimaan dari peradilan agama.

c. Penerimaan dari pencatatan nikah dan rujuk.

17. PNBP pada Kementerian Sosial

a. Penerimaan Pendidikan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

Bandung.

b. Penerimaan dari izin pengumpulan uang dan barang.

c. Penerimaan dari izin penyelenggaraan undian.

d. Penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah.

18. PNBP pada Kejaksaan Agung

a. Penerimaan dari penjualan barang rampasan.

b. Penerimaan dari penjualan hasil sitaan/rampasan.

Kelompok 5 Page 12

Page 13: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

c. Penerimaan dari ganti rugi dan tindak pidana korupsi.

d. Penerimaan biaya perkara.

e. Penerimaan lain-lain, berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan

hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak.

f. Penerimaan denda.

19. PNBP pada Lembaga Administrasi Negara

a. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan.

20. PNBP pada Badan Pusat Statistik

a. Penerimaan dari penjualan publikasi statistik.

21. PNBP pada Badan Tenaga Atom Nasional

a. Penerimaan dari hak dan perizinan penggunaan (kalibrasi).

b. Penerimaan dari jasa analisa (tenaga/pekerjaan).

c. Penerimaan dari penerbitan Sertifikat Bekas Radiasi Komoditi Ekspor/Impor.

22. PNBP pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

a. Penerimaan dari pelayanan jasa pemotretan jarak jauh.

23. PNBP pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

a. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan.

b. Penerimaan dari penjualan hasil penelitian.

c. Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas.

d. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa analisa, penelitian dan pengembangan

jasa konsultasi,pelayanan informasi, jasa rekayasa, jasa kalibrasi dan

metrologi, dan jasa tenaga ahli.

24. PNBP pada Arsip Nasional

a. Penerimaan dari pelayanan jasa kearsipan.

25. PNBP pada Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

a. Penerimaan dari penjualan hasil survey dan pemetaan.

26. PNBP pada Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi

a. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pengkajian, penelitian dan

pengembangan, dan pelayanan jasa teknologi.

Kelompok 5 Page 13

Page 14: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

27. PNBP pada Badan Pertanahan Nasional

a. Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan.

b. Penerimaan dari pemeriksaan tanah.

c. Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya.

d. Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya.

e. Penerimaan dari izin lokasi.

II. Forecasting yang Andal

Forecasting adalah proses analisis untuk memperkirakan masa depan dengan metode-

metode tertentu dan mempertimbangkan segala variabel yang mungkin berpengaruh di

dalamnya. Forecasting merupakan suatu estimasi tentang hal-hal yang paling mungkin tejadi

di masa mendatang berdasarkan eksplorasi dari masa lalu

Forecasting juga merupakan bagian dari future research. Forecasting bersifat eksploratif

dan berkaitan dengan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Artinya setiap hal yang akan

terjadi di masa depan tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun.

Forecasting dengan metode-metodenya akan menghasilkan suatu pemetaan mengenai

hal-hal yang paling mungkin terjadi di msasa yang akan datang. Kini forecasting telah

digunakan pada hampir seluruh disiplin ilmu, termasuk ilmu ekonomi dan seluruh aktifitas di

dalamnya. Misalnya dalam kegiatan ekonomi suatu perusahaan, seorang pengambil

keputusan akan melakukan eksplorasi dari masa lalu yang kemudian akan digunakan untuk

memprediksikan hal-hal yang paling mungkin terjadi di masa depan. Kegiatan tersebut

penting karena dapat mengurangi kemungkinan salah (error) dalam pengambilan keputusan.

Dalam hubungannya dengan penerimaan PNBP, kegiatan forecasting diperlukan untuk

menentukan jumlah target pendapatan yang akan diperoleh pada tahun anggaran tertentu,

menentukan tariff PNBP yang akan diterapkan serta penetapan jumlah pagu pengeluaran

PNBP yang akan digunakan di tahun anggaran tertentu.

A. Penentuan Tarif

Salah satu ketentuan dalam UU PNBP menyatakan bahwa tarif atas jenis ditetapkan

dengan UU atau Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur jenis dan tarif PNBP (Pasal 3

Kelompok 5 Page 14

Page 15: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

ayat 1 UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP). Selain itu, sesuai Pasal 3 ayat (2) UU

PNBP tarif PNBP yang diatur dalam UU atau PP, harus memperhatikan beberapa aspek

penting yaitu:

1. dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya;

2. biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP yang

bersangkutan; dan

3. aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat.

Mengapa penetapan tarif PNBP harus memperhatikan dampaknya terhadap

masyarakat? Hal ini tentu tidak terlepas dari peranan Pemerintah sebagai pelaksana

amanat rakyat yang tentunya tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Penetapan tarif

PNBP yang terlalu rendah akan berdampak pada berkurangnya pangsa pasar atau bahkan

matinya pasar dari industri pelayanan yang serupa dengan pelayanan yang diberikan

Pemerintah, misalnya jasa pengujian sampel. Dan sebaliknya pula apabila tarif PNBP

ditetapkan terlalu tinggi, masyarakat pengguna layanan PNBP akan merasa keberatan

pada saat melakukan pembayaran dan bahkan akan berdampak pada kenaikan biaya

produksi barang yang pada akhirnya harga jual akan melambung tinggi. Hal ini dapat

terjadi pada jenis PNBP yang berupa jasa sertifikasi produk yang merupakan bagian dari

syarat edar suatu produk.

Aspek selanjutnya yang harus dipenuhi dalam penetapan tarif PNBP berkaitan

dengan biaya penyelenggaraan dari PNBP itu sendiri. Meskipun tarif PNBP harus

memperhatikan dampak pengenaannya terhadap masyarakat, bukan berarti tarif PNBP

ditetapkan dengan tanpa mempertimbangkan biaya penyelenggaraannya sama sekali.

Bagaimanapun juga, Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah biaya untuk membiayai

kegiatan pelayanan yang menghasilkan PNBP dimaksud. Biaya penyelenggaraan di sini

terbatas hanya biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan PNBP dan tidak termasuk biaya-

biaya lain yang dikeluarkan instansi Pemerintah yang tidak berkaitan langsung dengan

PNBP. Namun, perlu digarisbawahi bahwa biaya penyelenggaraan bukanlah satu-satunya

acuan dalam penetapan tariff PNBP sehingga biaya penyelenggaraannya tidak secara

Kelompok 5 Page 15

Page 16: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

otomatis menjadi besaran tarif PNBP yang dikenakan kepada masyarakat pengguna

layanan. Koridor terakhir yang harus dipenuhi adalah aspek keadilan.

Hal ini tentu sudah merupakan suatu kaidah yang wajar dalam suatu negara yang

mengusung keadilan sosial sebagai salah satu sila dalam dasar negara. Keadilan dalam

penerapan suatu tarif PNBP dapat berbentuk dengan penerapan tarif yang berbeda-beda

untuk kelompok pengguna yang berbeda. Sebagai contoh, untuk pengguna layanan

pengujian sampel yang berasal dari kalangan mahasiswa, diberikan tarif diskon sebesar

50% dari tarif yang berlaku untuk masyarakat umum. Pembedaan tarif ini wajar

mengingat mahasiswa belum memiliki penghasilan sendiri dan mereka juga merupakan

calon pemimpin bangsa di masa depan.

Memperhatikan ketentuan perundangan tersebut di atas, penetapan tarif atas jenis

PNBP membutuhkan analisis dan pertimbangan yang cermat sebelum ditetapkan dalam

ketentuan perundangan termasuk melakukan sosialisasi kepada pihak terkait. Hal ini

perlu dilakukan agar pembebanan biaya atas jasa (pengaturan dan pelayanan) yang

diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat masih dalam skala kewajaran. Selain itu,

tarif yang ditetapkan masih dapat memberikan kemungkinan perolehan keuntungan atau

tidak menghambat kegiatan usaha masyarakat.

Berkaitan dengan aspek tersebut, pendekatan yang dilakukan dalam penentuan

besaran tarif PNBP yang ditetapkan dalam UU atau PP dapat dibedakan dalam tiga

kelompok utama, yaitu:

1. Pendekatan Zero or Cost Minus Tarif

Di dalam pendekatan ini, tarif PNBP yang dikenakan kepada masyarakat adalah nol

(gratis) atau lebih rendah dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan atau

penyediaan jasa (dalam rangka melaksanakan kegiatan pengaturan dan pelayanan)

yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Pengenaan tarif (bersifat subsidi) seperti ini

umumnya diberikan pada jasa pelayanan publik yang merupakan kebutuhan mendasar

bagi masyarakat. Kebutuhan mendasar masyarakat antara lain pendidikan dan

kesehatan.

2. Pendekatan Just Cost Tarif

Kelompok 5 Page 16

Page 17: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

Metode Just Cost Tarif merupakan cara penentuan tarif PNBP dengan menyamakan

antara tarif dengan biaya penyelenggaraan atau penyediaan jasa (dalam rangka

melaksanakan kegiatan pengaturan dan pelayanan) yang dikeluarkan oleh

Pemerintah. Pengenaan tariff seperti ini umumnya dikenakan atas jasa pelayanan

publik yang bukan merupakan kebutuhan dasar masyarakat dan/atau pemanfaatan

asset pemerintah antara lain laboratorium uji mutu dan gedung/balai pertemuan.

3. Pendekatan Cost Plus Tarif

Cara yang ketiga yakni bahwa tarif PNBP yang dikenakan kepada masyarakat adalah

lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan atau penyediaan jasa (dalam

rangka melaksanakan kegiatan pengaturan dan pelayanan) yang dikeluarkan oleh

Pemerintah. Pengenaan tarif seperti ini umumnya dikenakan atas jasa pengaturan dan

pelayanan publik tertentu dimana masyarakat memperoleh manfaat yang besar dari

jasa yang diberikan dan/atau untuk melindungi kelestarian lingkungan/alam. Sebagai

contoh pengenaan tarif PNBP di bidang pertambangan umum dan kehutanan.

B. Pengajuan dan Penetapan Jenis dan Tarif PNBP

Berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP, setiap

Kementerian/Lembaga yang mempunyai PNBP harus memiliki peraturan perundangan

(minimal Peraturan Pemerintah /PP) tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku

pada masing-masing Kementerian/ Lembaga. PP tersebut digunakan sebagai dasar

pemungutan atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Adapun proses penetapan

tarif dan jenis PNBP pada Kementerian/ Lembaga secara umum dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Pimpinan kementerian/lembaga (Instansi Pemerintah) menyampaikan usulan tarif atas

jenis PNBP yang berlaku pada kementerian/lembaga yang bersangkutan kepada

Menteri Keuangan.

2. Selanjutnya usulan besaran tarif tersebut dibahas oleh Kementerian Keuangan

bersama dengan kementerian/lembaga yang bersangkutan, Kementerian Hukum dan

HAM, serta Sekretariat Negara untuk mendapatkan justifikasi atas tarif yang

diusulkan. Selain itu, pembahasan juga bertujuan untuk mempelajari dampak atas

Kelompok 5 Page 17

Page 18: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

pengenaan tarif tersebut terhadap kementerian/lembaga dan masyarakat serta

memastikan pelayanan (jenis PNBP) yang diberikan merupakan kewenangan

kementerian/lembaga yang bersangkutan.

3. Jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada kementerian/lembaga hasil

pembahasan, disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat Menteri

Keuangan.

4. Kementerian Hukum dan HAM melakukan harmonisasi dan pembulatan terhadap

RPP dimaksud, untuk selanjutnya disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk

diproses lebih lanjut.

5. Menteri Keuangan menyampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi PP.

6. Setelah PP ditetapkan dan diundangkan, Kementerian/Lembaga wajib memungut dan

menyetorkan PNBP yang diperolehnya ke Kas Negara sesuai dengan tarif dalam PP.

Tidak semua kegiatan pelayanan publik dapat dikenakan PNBP, atau dengan kata lain

terdapat beberapa kegiatan yang tidak dapat dikenakan PNBP, seperti:

1. Kegiatan pelayanan yang seluruh biaya operasionalnya telah didanai secara penuh

dalam APBN, misalnya pelayanan penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

oleh Direktorat Jenderal Pajak dan pelayanan penerbitan Surat Perintah Pencairan

Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

2. Kegiatan pelayanan yang merupakan kewajiban Pemerintah untuk membiayainya

sesuai dengan amanat Undang-undang, misal: pelayanan Kementerian Sosial terhadap

anak-anak terlantar, tunanetra, dan lansia;

3. Kegiatan pelayanan yang ditetapkan berdasarkan kebijakan, misalnya bebas visa.

C. Penyusunan Target PNBP

Target atau Rencana PNBP merupakan hasil penghitungan atau penetapan

Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang diperkirakan secara realistis akan diterima dalam

1 (satu) tahun yang akan datang (1 Januari s.d. 31 Desember tahun yang akan datang).

Beberapa point yang harus diperhatikan dalam menyusun target PNBP, antara lain :

1. Target (rencana) PNBP disusun se-realistis mungkin dengan menggunakan formula

volume x tarif per jenis PNBP sesuai dengan PP tarif PNBP dan tarif layanan yang

Kelompok 5 Page 18

Page 19: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

ditetapkan Menkeu untuk satker BLU. Materi dalam Rencana dan Laporan Realisasi

PNBP sekurangnya memuat jenis, tarif, periode, dan jumlah PNBP

2. Penyusunan target (rencana) PNBP dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan dan

Keuangan masing – masing K/L.

3. Target disusun dengan mempertimbangkan data historis (realisasi 3 tahun),

4. Penyusunan target (rencana) PNBP dilakukan secara berjenjang naik sesuai

klasifikasi menurut organisasi, mulai dari Organisasi Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran tingkat terendah hingga yang tertinggi, yaitu dari tingkat

Satker/UPT, Unit Eselon I s.d. K/L.

5. Target di susun dengan pendekatan medium terms budget (telahdiperkirakan sampai

tahun x+3).

6. Dalam penyusunan target, masing – masing jenis PNBP dikelompokkan sesuai Akun

PNBP, dengan mengacu pada PMK No. 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun

Standar.

7. Pejabat Instansi Pemerintah wajib menyampaikan Rencana PNBP Tahun Anggaran

yang akan datang kepada Menteri. Penyampaian Rencana PNBP dilakukan secara

tertulis dan disampaikan paling lambat pada tanggal15 Juli Tahun Anggaran berjalan.

8. Dalam hal Pejabat Instansi Pemerintah tidak atau terlambat menyampaikan Rencana

PNBP, Menteri dapat menetapkan Rencana PNBP Pemerintah yang bersangkutan.

9. Dalam hal terdapat revisi Rencana PNBP Tahun Anggaran berjalan, Pejabat Instansi

Pemerintah menyampaikan revisi Rencana PNBP dimaksud paling lambat tanggal 15

Agustus Tahun Anggaran berjalan atau sebelum penyusunan perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran berjalan kepada Menteri. Jika Pejabat

Instansi Pemerintah tidak atau terlambat menyampaikan Revisi Rencana PNBP,

Menteri dapat menetapkan Rencana PNBP Pemerintah yang bersangkutan

10. Direktorat Jenderal Anggaran telah menyediakan aplikasi TRPNBP yang merupakan

aplikasi untuk membuat atau menyusun rencana maupun laporan realisasi PNBP.

Kelompok 5 Page 19

Page 20: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

11. Laporan Realisasi PNBP triwulanan disampaikan secara tertulis oleh Pejabat Instansi

kepada Menteri paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan yang bersangkutan

berakhir.

12. Laporan perkiraan realisasi PNBP triwulan IV disampaikan kepada Menteri paling

lambat tanggal 15 Agustus Tahun Anggaran berjalan.

D. Penyusunan Pagu Penggunaan PNBP

Dana PNBP pada prinsipnya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan dalam

rangka penyelenggaraan pelayanan yang menghasilkan PNBP itu sendiri sebagaimana

amanat Pasal 8 Undang-Undang No. 20 Tahun 1997. Penggunaan PNBP tersebut

dilakukan secara selektif dan tetap harus memenuhi terlebih dahulu ketentuan bahwa

seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara dan dikelola dalam

sistem APBN. Namun, yang perlu digarisbawahi, Kementerian/Lembaga baru dapat

menggunakan dana PNBP tersebut setelah mendapat persetujuan penggunaan sebagian

dana PNBP dari Menteri Keuangan. Adapun tata cara pengajuan dan penetapan atau

persetujuan atas jumlah PNBP yang dapat digunakan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan penggunaan sebagian dana

PNBP kepada Menteri Keuangan dengan dilengkapi proposal sesuai outline yang

antara lain berisi:

a. Latar belakang;

b. Visi dan misi;

c. Tugas pokok dan fungsi;

d. Realisasi PNBP dan penggunaan dana PNBP 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun

anggaran berjalan;

e. Pokok-pokok kebijakan PNBP;

f. Target PNBP TA yang dianggarkan;

g. Alasan/justifikasi kenaikan atau penurunan target PNBP TA yang dianggarkan

dari target tahun anggaran sebelumnya;

Kelompok 5 Page 20

Page 21: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

h. Besaran pagu yang diusulkan untuk dibiayai dari dana PNBP dengan mengacu

pada persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP yang ditetapkan Menteri

Keuangan;

i. Perkiraan target dan pagu penggunaan PNBP 3 (tiga) tahun yang akan datang dari

tahun yang dianggarkan.

2. Selanjutnya usulan penggunaan dana PNBP tersebut dibahas bersama oleh wakil dari

Kementerian Keuangan (dikoordinasikan oleh Direktorat PNBP, Direktorat Jenderal

Anggaran) dan Kementerian/Lembaga yang bersangkutan untuk mendapatkan

justifikasi atas usulan penggunaan beserta kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai

dari dana PNBP.

3. Berdasarkan hasil pembahasan, Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PNBP

melakukan analisis kelayakan atas usulan penggunaan PNBP. Analisis dilakukan

untuk memastikan kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai merupakan tugas dan

fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, tidak adanya duplikasi pembiayaan

serta berkaitan langsung dengan pelayanan yang menghasilkan PNBP. Selain itu,

analisis juga dilakukan untuk menilai kelayakan besaran satuan dan volume yang

digunakan agar sesuai dengan standar biaya yang berlaku.

4. Selanjutnya, Direktur Jenderal Anggaran mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai

beserta besaran dana (persentase) hasil analisis tersebut kepada Menteri Keuangan.

5. Menteri Keuangan menetapkan KMK tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian

Dana PNBP yang Berlaku pada Kementerian/Lembaga yang memuat unit yang

mendapatkan ijin beserta sumber PNBP, besaran persentase PNBP yang dapat

digunakan serta kegiatan yang dapat dibiayai dari PNBP pada Kementerian/Lembaga

yang bersangkutan.

6. Pimpinan Kementerian/Lembaga menerima KMK tentang Persetujuan Penggunaan

Sebagian Dana PNBP yang Berlaku pada Kementerian/Lembaga dan selanjutnya unit

yang bersangkutan dapat menggunakan sebagian dana PNBP setelah PNBP

disetorkan ke Kas Negara dan telah tercantum dalam dokumen anggarannya.

Kelompok 5 Page 21

Page 22: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

7. Berdasarkan hasil pembahasan target (rencana) PNBP, Direktorat PNBP menetapkan

pagu penggunaan PNBP dengan formula sebagai berikut :

X X = =

Pengalokasian pagu penggunaan PNBP lebih lanjut ke dalam program, sub program,

kegiatan, sub kegiatan, dan akun belanja dilakukan oleh Direktorat Anggaran I, II, III

dengan berpedoman pada juknis penyusunan RKA-KL serta KMK Persetujuan

Penggunaan Sebagian Dana PNBP.

III. Kebijakan Optimalisasi PNBP 2013

A. Penerimaan Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi (SDA Migas)

1. Pencapaian target lifting minyak mentah dan lifting gas bumi;

mendorong optimalisasi produksi pada lapangan eksisting termasuk

penerapan Enchaced Oil Recovery (EOR)

mempercepat pengembangan lapangan baru dan struktur idle

term and condition yang lebih menarik untuk wilayah kerja yang berada di

remote area dan/atau laut dalam

meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan regulasi perijinan, dan tumpang tindih

lahan dalam rangka peningkatan produksi minyak bumi nasional

melaksanakan inpres Nomor 2 Tahun 2012 tentang peningkatan produksi

Minyak Bumi Nasional

2. Efisiensi cost recovery dan mengupayakan penurunan angka rasio cost recovery

terhadap gross revenue;

Cost recovery adalah pengembalian atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan

(recoverable ost) oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan

menggunakan hasil produksi minyak bumi dan gas bumi (migas) sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku. Biaya eksplorasi dan eksploitasi yang

Kelompok 5 Page 22

Target (Rencana) PNBP

% yang Disetujui Menkeu Pagu Penggunaan PNBP

Page 23: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

dikeluarkan perusahaan migas kemudian diganti pemerintah setelah lapangan

migas berproduksi.

3. Melakukan secara intensif penagihan atas penjualan hasil migas bagian

Pemerintah.

B. Penerimaan Sumber Daya ALam Non Minyak dan Gas Bumi (SDA Nonmigas)

1. Pertambangan Umum

Peningkatan produksi komoditas mineral dan batu bara

Peningkatan nilai tambah mineral melalui upaya peningkatan nilai tambah bahan

galian tambang

Penerapan jenis dan tariff PNBP yang berlaku untuk kegiatan pertambangan

Peningkatan pembinaan dan pengawasan mineral dan batubara serta inventarisasi

dan penyusunan produksi mineral dan batubara nasional

Inventarisasi dan verifikasi potensi PNBP pertambangan umum

2. Kehutanan

pengembangan sistem penatausahaan hasil hutan (PUHH) berbasis teknologi

informasi

peningkatan produksi dan diversifikasi usaha hutan alam

penerbitan ijin usahapemanfaatan hasil hutan kayu - hutan alam dan/atau restorasi

ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA)

penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman

3. Perikanan

peningkatan pelayanan dan penertiban perijinan usaha

peningkatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan

peningkatan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan

penyesuaian tarif PNBP yang lebih memberikan kepastian bagi wajib

bayar/pengguna jasa sektor kelautan dan perikanan

penyesuaian harga patokan ikan (HPI)

peningkatan jaminan usaha sektor kelautan dan perikanan

4. Panas bumi

Kelompok 5 Page 23

Page 24: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

pemberlakuan pajak penghasilan ditanggung Pemerintah (PPh DTP) bagi

pengusaha panas bumi yang ijin, kuasa, atau kontraknya ditandatangani sebelum

ditetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi.

intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan dan penyempurnaan ketentuan

peraturan, dan memberikan dukungan kebijakan fiskal dan nonfiskal untuk

investasi di sektor panas bumi

C. Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

1. pay out ratio (POR) 0 persen s.d 25 persen untuk BUMN sektor kehutanan, asuransi,

dan BUMN dengan akumulasi rugi

2. POR 5 persen s.d 55 persen untuk BUMN laba tanpa akumulasi rugi

3. POR 40 persen s.d 45 persen untuk PT. Pertamina

4. POR 30 persen untuk PT. PLN

5. tidak menarik dividen untuk BUMN laba yang mengalami kesulitan cash flow

6. optimalisasi investasi (capital expenditure) BUMN, terutama dari penyisihan laba

yang ditahan, untuk meningkatkan kinerjanya

D. Penerimaan PNBP Lainnya

1. Kementerian Komunikasi dan Informasi

Melaksanakan penagihan PNBP secara intensif kepada penyelenggara

telekomunikasi dan pengguna spektrum frekuensi radio yang bekerja sama

dengan BPKP untuk mengaudit wajib bayar

menegakkan hukum terhadap penyelenggaraan telekomunikasi dan pengguna

frekuensiradio

melakukan otomasi/modernisasi proses perijinan sehingga mempercepat dan

mempermudah proses pelayanan public

2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

melaksanakan sistem anggaran yang bersifat transparan dan akuntabel serta

berbasis pada aktifitas (activity based budgeting)

optimalisasi aset yang dimiliki dalam rangka meningkatkan nilai tambah lembaga

sesuai visi, misi, dan tujuan pendidikan tinggi

Kelompok 5 Page 24

Page 25: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

tidak ada kenaikan tarif uang kuliah/SPP untuk perguruan tinggi negeri

menggunakan tarif uang kuliah tunggal untuk perguruan tinggi negeri mulai tahun

2013, yaitu tarif dihitung berdasarkan harga satuan dari semua komponen yang

terkait dengan proses pembelajaran di perguruan tinggi

menyediakan bantuan operasional perguruan tinggi negeri oleh Pemerintah

sumbangan murni yang tidak terkait dengan penerimaan mahasiswa baru dari

masyarakat dapat diterima oleh perguruan tinggi negeri

3. Kementerian Kesehatan

meningkatkan ketertiban pengelolaan PNBP serta penyetoran PNBP

meningkatkan mutu pelayanan secara berkelanjutan sesuai dengan yang

dipersyaratkan

meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan

teknologi

4. Kepolisian Republik Indonesia

memperkuat Polres sebagai unit pelayanan terdepan polentas yang meliputi

pelayanan samsat, satpas, pelayanan BPKB dan pelayanan kecelakaan, serta

mendekatkan akses pelayanan kepada masyarakat

meningkatkan kemampuan SDM Polri melalui pendidikan dan pelatihan teknis,

dan fungsional lalu lintas

membangun jaringan online samsat di seluruh Polda dalam rangka online system

national traffic management center (NTMC)

menyiapkan pembangunan traffic management centre (TMC) di wilayah yang

terintegrasi dari tingkat Mabes Polri sampai dengan tingkat Polres, dalam rangka

mewujudkan keamanan keselamatan ketertiban dan kelancaran lalu lintas

(kamseltibcar);

menyelenggarakan kegiatan open government information (OGI) dalam rangka

keterbukaan informasi terhadap pelayanan publik di bidang SIM, BPKB, STNK

dan TNKB (SBST), antara lain dengan mengikuti kompetisi pelayanan publik

Kelompok 5 Page 25

Page 26: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

yang diselenggarakan oleh unit kerja presiden bidang pengawasan dan

pengendalian pembangunan (UKP4)

mencukupi kebutuhan blangko/formulir dalam rangka penyelenggaraan pelayanan

di bidang fungsi lalu lintas dan fungsi intelijen keamanan (intelkam) dan

mencukupi biaya listrik, telepon satuan pelayanan administrasi (satpas) serta

honor petugas pelaksana kegiatan PNBP

memperluas pelayanan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) sampai

dengan tingkat polsek (kecamatan) sebagai ujung tombak pelayanan Polri kepada

masyarakat

5. Kementerian Hukum dan HAM

menerapkan elektronik kartu ijin tinggal terbatas (E-KITAS) dan elektronik kartu

ijin tinggal tetap (E-KITAP)

mengembangkan sistem informasi manajemen keimigrasian (SIMKIN) secara

berkelanjutan

membangun system intelijen keimigrasian

membina dan mengelola PNBP di bidang keimigrasian

meningkatkan jumlah layanan hakkekayaan intelektual secara online

mengusulkan peningkatan jenis dan tariff atas jenis PNBP yang berlaku pada

Kementerian Hukum dan HAM.

6. Badan Pertanahan Nasional

membangun kepercayaan masyarakat pada BPN (trust building) melalui

sosialisasi tarif kepengurusan tanah di media cetak

meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran serta sertifikasi tanah

secara menyeluruh

memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah

menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah korban bencana alam dan daerah

konflik

membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan nasional (SIMTANAS)

dan sistem pengaman dokumen pertanahan di seluruh Indonesia

Kelompok 5 Page 26

Page 27: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

7. Kementerian Perhubungan

memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan lalu lintas angkutan sungai

danau penyeberangan (LLASDP)

melaksanakan pengujian kendaraan bermotor sesuai Standar Euro-2 untuk mobil

penumpang berkategori bahan bakar bensin dan sepeda motor

investasi terkait sarana dan prasarana pelayanan public

memberikan kepastian usaha di bidang angkutan laut untuk membina dan

memberdayakan ekonomi kepulauan Indonesia, melayani dan mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional guna menjamin kontinuitas arus barang

menciptakan iklim usaha yang sehat untuk melindungi kelangsungan hidup dan

pengembangan usaha pelayaran, termasuk pembinaan usaha-usaha tradisional dan

golongan ekonomi lemah

intensifikasi PNBP dengan cara meningkatkan penagihan terhadap wajib bayar

meninjau kembali tarif pelayanan jasa dalam PP 6 Tahun 2009 tentang Jenisdan

Tarif atas PNBP Kementerian Perhubungan

ekstensifikasi PNBP dengan caramengoptimalkan aset/BMN dan meningkatkan

kualitas sarana dan prasarana.

E. Optimalisasi PNBP BLU

IV. Sistem dan Administrasi PNBP

A. Prinsip-Prinsip Pengelolaan PNBP

1. Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. (Pasal 4 UU No. 20

Tahun 1997 tentang PNBP

2. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara pada waktunya. (Pasal 16 ayat

(3) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara)

3. Penerimaan Kementerian/Lembaga tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai

pengeluaran. (Pasal 16 ayat (3) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara)

Kelompok 5 Page 27

Page 28: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

4. Seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN. (Pasal 5 UU No. 20 Tahun 1997 tentang

PNBP)

5. Semua penerimaan yang menjadi hak negara dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN. (Pasal 3 ayat (5) UU No. 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara)

6. Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dalam UU atau PP yang menetapkan jenis PNBP

yang bersangkutan. (Pasal 3 ayat (2) UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP)

7. Dengan tetap memenuhi kewajiban menyetor langsung ke Kas Negara dan dikelola

dalam sistem APBN, Sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat digunakan untuk

kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang

bersangkutan.

8. Besarnya sebagian dana PNBP yang dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang

berkaitan dengan jenis PNBP ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

9. Instansi dapat menggunakan sebagian dana PNBP dimaksud setelah memperoleh

persetujuan dari Menteri Keuangan.

10. Persetujuan penggunaan PNBP dimaksud sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali oleh

Menteri Keuangan.

B. Waktu Pemungutan dan Penyetoran

Pemungutan PNBP merupakan tahap awal dari proses penyelenggaraan dan

pengelolaan PNBP. Berdasarkan waktu pemungutan, pemungutan PNBP menerapkan dua

prinsip, yaitu prinsip

1. Prinsip Pra Bayar

Cara ‘prabayar’ ini umumnya diterapkan pada jenis-jenis PNBP yang tarifnya telah

ditetapkan besarannya, atau dikenal dengan sebutan official assessment. prinsip Pra

Bayar menekankan pada (1) penetapan besaran tarif yang dilakukan oleh pemerintah

(official assessment), dan (2) Masyarakat membayar PNBP sebelum memperoleh

barang atau jasa dari Pemerintah.

2. Prinsip Pasca Bayar

Kelompok 5 Page 28

Page 29: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

Dalam pemungutan PNBP, prinsip ‘pasca bayar’, juga dipergunakan, namun dalam

penerapan yang berbeda. Contoh yang paling sederhana dari skema tersebut adalah

pemungutan PNBP yang berasal dari royalti pertambangan. Pengusaha pertambangan

dapat mengambil dan menikmati hasil tambangnya terlebih dahulu, baru kemudian

membayar kewajiban PNBP. Prinsip ‘pascabayar’ umumnya diberlakukan pada

PNBP yang dihitung sendiri oleh wajib bayar, atau self assessment dengan didasarkan

pada rumus dan peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, prinsip pasca

bayar dalam pemungutan PNBP menekankan pada (1) penetapan besaran tarif di

hitung sendiri oleh wajib bayar (self assessment), dan (2) PNBP dibayarkan setelah

wajib bayar memanfaatkan barang dan jasa Pemerintah.

C. Penentuan Jumlah PNBP Terutang

1. ditetapkan oleh Instansi Pemerintah

Pimpinan Instansi Pemerintah selaku Pengguna Anggaran wajib melakukan

penagihan dan/atau pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang.

Pimpinan Instansi Pemerintah selaku Pengguna Anggaran wajib mengangkat

Bendahara Penerimaan untuk menerima pembayaran, menyimpan, menyetorkan,

menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang diterima sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PNBP tersebut disetor

oleh Bendahara penerimaan dengan menggunakan formulir SSPB (Surat Setoran

Bukan Pajak).

2. dihitung sendiri oleh Wajib Bayar.

Dalam hal Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dihitung sendiri oleh

Wajib Bayar, Pimpinan Instansi Pemerintah atau Pejabat Instansi Pemerintah dapat

menetapkan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang. , Pimpinan

Instansi Pemerintah wajib melakukan penagihan terhadap Wajib Bayar yang sampai

dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang ditentukan belum melunasi

kewajibannya dan/atau masih terdapat kekurangan pembayaran jumlah Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang Terutang. Pimpinan Instansi Pemerintah menerbitkan

Surat Tagihan Pertama atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, yang

Kelompok 5 Page 29

Page 30: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

jika belum dilunasi juga akan terbit hingga Surat Tagihan ketiga (dengan selang

waktu masing-masing 1 bulan) sampai akhirnya Instansi Pemerintah menerbitkan

Surat Penyerahan Tagihan kepada instansi yang berwenang mengurus Piutang Negara

untuk diproses lebih lanjut penyelesaiannya. Wajib Bayar yang menghitung sendiri

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang harus menyampaikan surat tanda

bukti pembayaran yang sah kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal Anggaran.

Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dihitung dengan menggunakan

tarif:

1. Spesifik adalah tarif yang ditetapkan dengan nilai nominal uang.

Contoh: Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang = tarif x volume

Tarif = Rp50,00/m3 Volume = 1.000 m3

Maka jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah:

Rp50,00/m3 x 1.000 m3 =Rp50.000,00.

2. Advalorem adalah tarif yang ditetapkan dengan persentase (%) dikalikan dengan

dasar pengenaan tertentu. Dasar pengenaan tertentu merupakan satuan nilai yang

digunakan sebagai dasar perhitungan, antara lain Harga Patokan (HP), indeks harga,

kurs, pendapatan kotor, atau penjualan bersih.

Contoh: Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang = tarif x volume

Tarif = persentase x dasar pengenaan

Besaran persentase = 10% Dasar pengenaan = Rp1.000,00/m3

Tarif = 10% x Rp1.000,00/m3

Volume = 1.000 m3

Maka jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah: (10% x

Rp1.000,00/m3) x 1.000 m3= Rp100.000,00

Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang dihitung dengan

menggunakan tarif dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan volume. Selain

dihitung dengan menggunakan tarif, jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

Terutang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Wajib Bayar Pelaporan PNBP Khusus BUN

Kelompok 5 Page 30

Page 31: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

1. Proses Pencatatan Transaksi

Pencatatan realisasi dan piutang terkait dengan pendapatan yang dikelola oleh Satker

PNBP Khusus BUN dilakukan dalam dua mekanisme, manual dan elektronik.

Pencatatan manual dilakukan oleh tiga subdit yakni Subdit Penerimaan Minyak dan

Gas Alam, Subdit Penerimaan Panas Bumi dan Hilir Migas, dan Subdit Penerimaan

Laba BUMN. Secara periodik, ketiga subdit tersebut menyampaikan dokumen

transaksi realisasi PNBP kepada Subdit Data dan Dukungan Teknis untuk dilakukan

pembukuan secara elekronik. Pencatatan secara elektronik dilakukan dengan

menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA).

Output yang dihasilkan oleh aplikasi SAKPA adalah Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) dan Neraca. Kedua laporan tersebut dapat dibuat baik secara bulanan,

triwulanan, semesteran maupun tahunan.

2. Rekonsiliasi

Setiap bulan Direktorat PNBP melakukan rekonsiliasi atas realisasi pendapatan yang

dibukukan, dengan Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN) Ditjen

Perbendaharaan. Rekonsiliasi tersebut dilakukan untuk menyamakan angka realisasi

PNBP antara yang dicatat oleh Direktorat PNBP selaku unit akuntansi di tingkat

satker, dengan Direktorat PKN selaku pengelola sistem akuntansi kas umum negara

(SA KUN). Rekonsilasi juga dilakukan dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan (Dit. APK), DJPB bersama-sama dengan Sekretariat Ditjen Anggaran

selaku pengelola unit akuntansi pembantu pengguna anggaran tingkat eselon I

(UAPPA-E1).

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Laporan keuangan disampaikan secara berjenjang melalui UAPPA-E1 untuk

diteruskan ke Direktorat APK, DJPB. Laporan yang rutin disusun secara triwulanan

adalah LRA yang sudah direkonsiliasi dengan DJPB. Adapun neraca disusun setiap

triwulan dan menyajikan posisi saldo piutang migas dan piutang laba BUMN.

Disamping kedua laporan tersebut, disusun pula Catatan atas Laporan Keuangan

sebagai penjelas LRA dan Neraca baik untuk laporan semester I maupun tahunan.

Kelompok 5 Page 31

Page 32: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

Laporan keuangan tahunan disampaikan kepada DJPB selambat-lambatnya pada

tanggal 28 Februari pada tahun anggaran berikutnya. Laporan keuangan satker

tersebut dikonsolidasikan ke dalam Laporan KeuanganBA BUN untuk Transaksi

Khusus (999.99). Laporan keuangan ini menjadi salah satu objek pemeriksaan BPK

setiap tahunnya.

E. Sanksi

Sanksi denda sebanyak 2% perbulan dikenakan pada Wajib Bayar PNBP, jika

1. Dalam hal pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang melampaui

jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan.

2. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran kekurangan Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Terutang. Dengan batas maksimal 24 (dua puluh empat) bulan.

Dalam pasal 20 UU 20 Tahun 1997 disebutkan adanya ketentuan pidana untuk Wajib

Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (2), yang karena kealpaannya:

1. tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang; atau

2. menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang tetapi isinya

tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar, atau

tidak melampirkan keterangan yang benar, sehingga menimbulkan kerugian pada

pendapatan Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan

denda paling banyak sebesar 2 (dua) kali jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Terutang.

V. Pengendalian Kebocoran Penerimaan PNBP

PNBP menyumbang angka yang sangat besar tetapi tidak banyak yang masuk ke dalam

kas negara. Keberadaan PNBP dengan jumlah dana terkumpul sangat besar selama ini

menjadi pemicu adanya tindakan korupsi yang sulit dipantau. Sebab, dana yang terkumpul

selalu digunakan oleh instansi tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan sangat sedikit

dana PNBP itu yang diberikan kepada negara. Semuanya mempunyai alasan masing-masing

Kelompok 5 Page 32

Page 33: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

untuk berhak mengelola PNBP itu karena bukan pajak. Pada tahun 2011 masih terdapat

kebocoran PNBP di 28 Kementerian dan Lembaga (K/L) hingga Rp331,9 miliar.

Kebocoran terjadi karena:

1. penerimaan yang terlambat atau belum disetorkan ke kas negara,

2. kurang/belum dipungut, atau

3. digunakan langsung tanpa mekanisme APBN dan

4. dipungut melebihi tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)

5. pengelolaan dan pencatatan yang belum memadai

6. Keterbatasan auditor negara untuk dapat memeriksa potensi kebocoran

Akurasi dan akuntabilitas jumlah produksi minyak mentah siap jual (lifting)tidak pernah

diketahui pasti oleh DPR, apalagi oleh publik. Pasalnya, untuk menghitung kapasitas minyak

bumi yangdihasilkan dari perut bumi Indonesia dipakai alat hitung yang dipasang di tempat

pengeboran minyak.Meskipun alat pengukur itu terpasang, tidak ada jaminan angka lifting

yang selama ini diumumkan pemerintah adalahrealisasi sebenarnya.

Meski alat pengukur dipasang dengan benar, kolusi antara kontraktor eksplorasi dan

petugas bisa saja terjadi untuk menyembunyikan realisasi lifting yangsebenarnya, sehingga

potensi kebocoran penerimaan migas sangat mungkin terjadi di ladang-ladang eksplorasi.

Langkah-langkah pencegah kebocoran:

1. Dibentuknya suatu unit yang khusus menangani dansupervisi PNBP disejumlah K/L

dengan tingkat PNBP tinggi.

Misalkan di Kementerian ESDM banyak terjadi pungutan batubara di luar Jakarta, unit

khusus yang dibentuk dapat mengatur atau memantau PNBP itu. Tergantung besaran,

kalau kecil tidak ditangani unit besar, karena bisa digabung dengan unit lain.Namun

dikarenakan pembentukan unit khusus di sejumlah K/L dinilai memerlukan waktu lama,

yang bisa dilakukan pada saat ini adalah memperkuat fungsi supervisi pemerintah. Dalam

hal ini Kementerian Keuangan dapat meminta Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) untuk melakukan supervisi PNBP. Selain itu juga dilakukan

peningkatan pengawasan PNBP oleh BPK baik melalui audit kinerja ataupun audit

investigasi.

Kelompok 5 Page 33

Page 34: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

2. Penertiban dana off budget. Dana tersebut tidak dilaporkan ke Kementerian Keuangan

dan digunakan tanpa melalui mekanisme APBN. Misalnya Polri yang mempunyai

kewenangan menggunakan dana non APBN secara off budget dengan pencatatan sendiri

dan di luar mekanisme pengelolaan anggaran. Penggunaan dana tersebut akhirnya tidak

disertai bukti pertanggungjawaban yang valid dan berpotensi disalahgunakan.

Terdapat praktik instansi yang memungut dan mengelola PNBP tanpa terkait dengan

sistem penganggaran negara (nonbujeter). Misalnya pungutan sumbangan pembangunan

pendidikan di Kementerian Pendidikan Nasional dan pungutan pelayanan haji di

Kementerian Agama tak disetorkan ke kas negara. Padahal Pasal 4 dan Pasal 5 UU

20/1997 menghendaki Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) harus masuk bujet yang

dianggarkan karena merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN). Setiap instansi seharusnya menyetorkan pendapatannya ke bendaharawan

negara (Menteri Keuangan). Pengecualian diberikan kepada satuan kerja yang diubah

statusnya menjadi badan layanan umum, yang hanya diminta memberikan laporan.

3. Dilakukan revisi UU PNBP Tahun 1997 karena dianggap sudah tidak sesuai dengan

kondisi pada saat ini.

Pasal 3 UU 20/1997: Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dalam

Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang bersangkutan.

Penyesuaian tarif PNBP itu harus dengan PP sehingga membutuhkan waktu yang lama,

padahal kondisi harga komoditas dinilai sangat aktual. Dengan adanya fleksibilitas dan

penguatan, diharapkan masalah di K/L yang menjadi temuan di BPK karena perbedaan

prinsip penghitungan dapat dihindarkan.

4. Optimalisasi dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara

KementerianKeuangan (Kemenkeu) dengan seluruhK/L.

Optimalisasi PNBP merupakan salah satu dari upaya reformasi birokrasi, awal dari

sebuah reformasi keuangan. MoU adalah bentuk tindak lanjut menjaga penerimaan

negara, terutama PNBP. MoU ini merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 17 tahun 2011 tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi serta Pasal 9 PMK

Kelompok 5 Page 34

Page 35: Manajemen PNBP.doc

Manajemen PNBP 2013

192/PMK.02/2012 perihal peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak.

5. Menutup rekening penampung PNBP yang masih menggunakan nama pribadi pejabat

terkait. Sekitar 7.500 rekening telah ditutup dan penertiban itu berhasil menambah Rp 7,1

triliun setoran ke kas negara.

Kelompok 5 Page 35