manajemen pengelolahan dan pengembangan …

72
MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF TAK BERGERAK (Studi kasus lembaga wakaf PP Muhamadiyah) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: SURYADI NIM: 1112044100077 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440/2019

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF

TAK BERGERAK

(Studi kasus lembaga wakaf PP Muhamadiyah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

SURYADI

NIM: 1112044100077

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440/2019

Page 2: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …
Page 3: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …
Page 4: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …
Page 5: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

v

ABSTRAK

Suryadi, NIM : 1112044100077, Manajemen Peneglolaan dan Pengembangan

Wakaf tak bergerak (Studi Kasus Lembaga Wakaf PP Muhammadiyah), Program

Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Skripsi ini merupakan upaya penjelasan bagaimana sebuah wakaf tak bergerak

yang berupa tanah dapat dikelola dengan baik sehingga dapat menjadi wakaf yang

produktif yang dilakukan oleh PP Muhamadiyah. Hal tersebut memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat agar dapat menjadi contoh atau

dapat memanfaatkan wakaf sebaik mungkin sehingga wakaf dapat dikelola dengan

baik sehingga dapat menjadi produktif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan

dan pengembangan wakaf tak bergerak (dalam hal ini tanah) yang dilakukan oleh

PP Muhammadiyah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

yang tertulis atau disebut juga metodelogi kualitatif yang berarti prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini juga menggunakan

penelitian kepustakaan yaitu dengan mengambil referensi pustaka yang relevan

dengan masalah ini.

Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa Manajemen

Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Tak Bergerak (dalam hal ini adalah

tanah) oleh PP Muhamadiyah dapat dikelola dengan baik karena adanya aturan

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya tersendiri.

Kata Kunci : Wakaf tak bergerak, PP Muhamadiyah (Studi kasus

lembaga Wakaf PP Muhamadiyah)

Pembimbing : 1. Sri Hidayati, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1954-2019

Page 6: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

vi

KATA PENGANTAR

Segala Piju bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memebrikan

rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Manajemen pengelolahan dan pengembangan wakaf tak bergerak

(Studi kasus lembaga wakaf PP Muhammadiyah)”. Shalawat serta salam semoga

tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memebawa

ummatnya menuju jalan yang lurus dan yang diridhoi Allah SAW.

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak rintangan dan hambatan yang datang

silih berganti. Namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak maka

peneliti dapat melewati semuanya tentunya dengan izin yang Maha Kuasa. Oleh

karena itu, penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H., Selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. Hj. Mesraini, SH, M.Ag., dan Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku

Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Sekertaris Program Studi

Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu memberikan

semangat dan arahan kepada penulis.

4. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku dosen

pembimbing yang selalu siap sedia dan tak kenal lelah saat membimbing

dan senantiasa mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dan

menjadi kebanggaan tersendiri kepada penulis karena telah dibimbing

orang hebat seperti beliau.

5. Kedua orang tua, ibuku tersayang Mulwarsih dan ayahku tercinta M.

Daud yang tidak pernah lelah memberikan doanya dan motivasinya

kepada peneliti, serta kakak-kakak ku Metta, Novi dan Riko yang

memberikan semangat disaat penulis merasa terjatuh dan terpuruk.

Page 7: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …
Page 8: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………..…………………….i

PERSETUJUAN BIMBINGAN ………………………………………………..………..ii

SURAT PERNYATAAN ………………………………………………………………..iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………………………............iv

ABSTRAK………………………………………………………………………...……..v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...........vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah ...................................................................................1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................4

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................................4

D.Review Studi Terdahulu ...................................................................................5

E.Metode Penelitian.............................................................................................6

F.Sistematika Penulisan .......................................................................................7

BAB II MANAJEMEN WAKAF

A. Manajemen .....................................................................................................8

1. Pengertian Manajemen ................................................................................8

2. Teori manajemen .........................................................................................8

3. Fungsi Manajemen ..................................................................................... 10

B.Wakaf Dalam Islam....................................................................................... 11

1. Pengertian Wakaf ...................................................................................... 11

2. Dasar Hukum Wakaf .................................................................................. 12

3. Rukun dan Syarat Wakaf ............................................................................ 15

4. Macam-macam Wakaf ............................................................................... 17

5. Undang-undang No 41 tahun 2004 tentang Wakaf ..................................... 18

C. Nazhir ........................................................................................................... 19

1.Pengertian Nazhir ....................................................................................... 19

2.Jenis-Jenis Nazhir ....................................................................................... 20

3.Syarat-Syarat Nazhir ................................................................................... 20

4.Kewajiban dan Hak Nazhir ......................................................................... 22

BAB III TATA CARA PENGELOLAAN PERWAKAFAN DI MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Singkat Organisasi Muhammadiyah ................................................ 25

Page 9: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

ix

B. Sejarah Perwakafan Di Muhammadiyah ........................................................ 27

C.Tata Cara Perwakafan di Muhammadiyah ...................................................... 29

1.Pendaftaran dan Pengurusan Tanah Wakaf oleh Muhammadiyah................. 29

2.Pemanfaatan tanah wakaf oleh Muhammadiyah .......................................... 36

BAB IV MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF

A.Manajemen Pengelolaan Wakaf Tak Bergerak oleh Muhammadiyah .............. 47

B. Manajemen Pengembangan Wakaf Tak Bergerak oleh Muhammadiyah ........ 54

C.Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Tak Bergerak Muhammadiyah57

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan.................................................................................................... 60

B.Saran.............................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam tidak hanya mengandung nilai ibadah saja, namun juga

mengandung nilai sosial, dan ada pula yang mengandung keduanya. Dari

salah satu ajaran Islam yang mengandung keduanya adalah tentang wakaf.

Ditinjau dari nilai sosial, wakaf mempunyai tugas yang berperan penting

dalam sebagian Masyarakat dalam beberapa kondisi. Kebijaksanaan Allah

SWT telah menciptakan manusia dengan sifat dan kemampuan yang berbeda-

beda menimbulkan adanya kaya dan miskin serta kuat dan lemah dalam

masyarakat. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan supaya yang kaya

memperhatikan yang miskin serta yang kuat membantu yang lemah.

Menurut cendekiawan muslim Sayyid Ameer Ali, Hukum wakaf

merupakan cabang yang terpenting dalam hukum Islam, karena ia terjalin ke

dalam seluruh kehidupan ibadah dan perekonomian sosial kaum muslim1.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa wakaf merupakan sumber daya

ekonomi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan

ekonomi. Artinya, pemanfaatan wakaf tidak hanya sebatas untuk kegiatan

keagamaan dan sosial belaka, namun juga dapat digunakan untuk menopang

perekonomian masyarakat.

Untuk mengembangkan kesejahteraan umat, AL-Quran telah

meletakkan dasar terutama agar harta yang dimiliki oleh individu-individu

tidak beredar diantara orang-orang kaya saja, yaitu dalam (Q.S. Al-Hasyr 59 :

7) :

1 Rachmadi,Usman. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2009. hlm

119.

Page 11: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

2

Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa Islam melarang konsentrasi

kekayaan pada individu tertentu. Prinsip ajaran Islam ada pada sistem zakat,

shadaqoh, hibah dan wakaf yaitu untuk mengeluarkan sebagian rezekinya

untuk menyantuni orang-orang fakir, miskin, serta orang-orang lemah dalam

masyarakat. Dengan demikian diharapkan wakaf sebagai salah satu

instrumen untuk membangun kesejahteraan umat.dapat berperan aktif

sehingga dapat mengentaskan kemiskinan yang melanda selama ini. Wakaf

merupakan salah satu dari sekian banyak penyerahan harta atau hak milik

secara ikhlas dari seorang kepada orang lain atau kepada suatu kelompok

misalnya yayasan untuk dimanfaatkan sebagai sarana ubudiyah dalam rangka

jihadi sabilillah. Oleh karena itu, Manfaatnya sangat besar untuk

perkembangan umat Islam. Diantaranya ayat-ayat Al-Quran yang mendasari

ibadah Wakaf adalah Q.S Ali Imron (03) : 92

Ditengah permasalahan yang ada berkembanglah suatu perekonomian

yang lebih adil yaitu sistem ekonomi syariah. Instrumen Pengentasan

kemiskinan yang dimiliki ekonomi syariah kini menjadi salah satu alternatif

pengentasan kemiskinan yang sedang dilirik. Salah satu instrumen

pengentasan kemiskinan tersebut adalah wakaf.

Page 12: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

3

Tanah merupakan jenis wakaf yang banyak diwakafkan dari seseorang

atau lembaga kepada orang lain atau yayasan. Oleh karena itu dalam

prosesnya tanah yang diwakafkan masih belum berjalan dengan tertib, efisien

serta produktif dalam pelaksanaannya, sehingga dalam berbagai kasus tanah

wakaf banyak yang tidak terpelihara dengan baik,tidak berjalan dengan

optimal dan kurang produktif.

Pada Umumnya wakaf digunakan hanya untuk tanah pemakaman,

mesjid, musholla, sekolah dan masih sedikit sekali yang dikelola secara

produktif. Peruntukan wakaf secara umum di Indonesia memang kurang

mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan cenderung hanya

digunakan untuk kepentingan peribadatan saja. Hal tersebut dipengaruhi oleh

keterbatasan umat Islam akan pemahaman wakaf yang sebenarnya bisa juga

digunakan ke arah produktif, sesungguhnya peranan wakaf dapat

dimanfaatkan dan ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat jika

dikelola secara produktif.

Berdasarkan uraian di atas, pihak yang memang bertanggung jawab

atas pengelolaan yang terjadi selama ini adalah nazhir (pihak yang mengelola

wakaf). Dalam penelitian ini penulis mengangkat Muhammadiyah sebagai

nazhir. Muhammadiyah sendiri sebagai organisasi keagamaan yang telah

memperoleh status badan hukum memiliki status sebagai nazhir yang telah

diakui Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004. Oleh karena itu,

Muhammadiyah membentuk suatu majelis yang khusus menangani hal

tersebut,yakni Majelis wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah sebagai

lembaga yang bergerak dibidang sosial keagamaan dikenal telah berhasil

membantu pemerintah dalam bidang pendidikan,kesehatan serta ekonomi

dalam pengelolaan Aset tanah wakaf menjadi produktif tidak hanya sebagai

tempat peribadatan saja tetapi sudah merambah ke rumah sakit dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih

dalam dan mengangkatnya dalam sebuah judul. “MANAJEMEN

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF TAK

BERGERAK OLEH MUHAMMADIYAH”

Page 13: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya jangkauan yang bisa digali, maka untuk memudahkan

dan mengarahkan pembahasan, penulis membatasi penulisan ini sebagai

berikut :

a. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada

manajemen pengelolaan wakaf tak bergerak yang berupa tanah yang

dikelola oleh Muhammadiyah.

b. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada

manajemen pengembangan wakaf tak bergerak yang berupa tanah

yang dikelola oleh Muhammadiyah.

2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang

penulis jadikan pembahasan dalam skripsi, antara lain :

a. Bagaimana Manajemen Pengelolaan Tanah Wakaf tak bergerak

yang di kelola oleh Muhammadiyah?

b. Bagaimana Manajemen Pengembangan Wakaf tak bergerak yang

dikelola oleh Muhammadiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka yang akan

menjadi tujuan penelitian penulis adalah

a. Untuk mengetahui Manajemen Pengelolaan Tanah Wakaf tak

beregrak yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

b. Untuk mengetahui Manajemen Pengembangan tanah Wakaf tak

bergerak yang dilakukan oleh Muhammadiyah

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Akademis

Sebagai sarana untuk menambahkan pengetahuan teoritis dan

wawasan mengenai manajemen pengelolahan dan pengembangan

Page 14: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

5

wakaf tak bergerak oleh Muhammadiyah sebagai acuan dan

literatur untuk penelitian selanjutnya.

b. Praktis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan lembaga

dalam rangka manajemen pengelolahan dan pengembangan wakaf

tak bergerak agar dapat meningkatkan produktivitas wakaf .

c. Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat

tentang manajemen pengelolahan dan pengembangan wakaf tak

bergerak agar pemahaman mereka tentang manajemen pengelolaan

dan pengembangan wakaf tak bergerak bertambah.

D. Review Studi Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa judul skripsi yang serupa dengan penulis:

1. Hasan Asyari (Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di

Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum AL-Yasini), UIN Malang.

Pada skripsi Hasan menjelaskan tentang pengelolaan dan pengembangan

wakaf produktif di yayasan pondok pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini.

2. Muhammad Razes (Optimalisasi wakaf dalam mewujudkan

kesejahteraan umat), UIN Yogyakarta. Pada skripsi Razes, Menjelaskan

Pengoptimalisasi tanah wakaf yang menghadapi kendala-kendala dalam

pelaksanaannya.

3. Alfi Fauziah (Manajemen Pengelolaan dana zakat, infak, shodaqah dan

wakaf), UIN, Malang. Pada Skripsi Alfi menjelaskan manajemen

pengelolaan dana zakat, infak, shodaqoh dan wakaf.

Dari skripsi tersebut, terdapat perbedaan dengan yang penulis teliti, yaitu:

1. Penulis akan menekankan pada manajemen pengelolaan dan

pengembangan tanah wakaf oleh Muhammadiyah.

2. Pada manajemen pengelolahan tanah wakaf produktif oleh

Muhammadiyah.

3. Manajemen pengelolaan dan pengembangan wakaf tak bergerak oleh

Muhammadiyah.

Page 15: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

6

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian mengemukakan secara teknis tentang cara atau metode

yang digunakan dalam suatu kegiatan penelitian. Adapun metode penelitian

yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif atau disebut juga metodelogi kualitatif yang berarti

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian ini adalah manajemen pengelolaan dan pengembangan

wakaf tak bergerak oleh Muhammadiyah.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis sosiologis yaitu suatu pendekatan yang dimaksud

untuk menjelaskan masalah yang diteliti dengan hasil penelitian yang

diperoleh dalam kaitannya dengan peraturan hukum dan melihat

kehidupan dan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat atau

dalam kenyataan. Dalam penelitian ini adalah manajemen pengelolaan

dan pengembangan wakaf tak bergerak oleh Muhammadiyah.

3. Sumber Data

Sumber Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

a. Data Primer

1. Hasil wawancara dengan tokoh Muhammadiyah

2. Studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan wakaf produktif oleh Muhammadiyah

b. Data Sekunder

1. Al-Quran

2. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004

3. Buku-buku dan jurnal yang membahas tentang wakaf

Page 16: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

7

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

terdiri atas 5 bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab.

Sistematika penulisan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi pengantar umum pada penulisan

skripsi ini, meliputi; Latar Belakang masalah, Pembatasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi terdahulu, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan bab yang membahas tentang landasan teori yang meliputi

tinjauan umum tentang wakaf yang terdiri dari pengertian, dasar hukum,

rukun dan syarat, macam, dan Undang-undang No 41 tentang wakaf

kemudian tentang pengertian, teori dan fungsi manajemen.

Bab III tentang tata cara perwakafan di Muhammadiyah yang meliputi sejarah

singkat organisasi Muhammadiyah, tata cara perwakafan di Muhammadiyah

yang terdiri dari sub bag pendaftaran dan pengurusan, pemanfaatan dan

permasalahan yang terjadi dalam manajemen pengelolaan dan pengembangan

wakaf tak bergerak.

Bab IV tentang manajemen pengelolaan dan pengembangan wakaf oleh

Muhammadiyah yang membahas hasil dan pembahasan yang meliputi

analisis pengelolaan, analisis pengembangan, strategi pengembangan dan

tinjauan hukum Islam terhadap wakaf tak bergerak oleh Muhammadiyah

Bab V tentang Penutup. Dalam bab ini disampaikan beberapa kesimpulan

guna menjawab beberapa pertanyaan mendasar dari permasalahan yang ada di

skripsi ini. Penulis juga akan menyampaikan saran-saran yang diperlukan

sebagai catatan atas permasalahan dalam skripsi ini.

Page 17: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

8

BAB II

MANAJEMEN WAKAF

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Managemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang

kearah tujuan organisasional atau maksud-maskud yang nyata1.

2. Teori manajemen

Manajemen modern pada dasarnya dibangun atas dua konsep

utama, yaitu teori tentang perilaku organisasi (organizational behaviour)

dan manajemen kuantitatif (management science).

a. Teori Perilaku : pandangan-pandangan umum dalam teori perilaku

ini di tandai oleh tiga tingkatan kelompok perilaku, yaitu perilaku

individu per individu; perilaku antar kelompok-kelompok sosial, dan

perilaku antar kelompok sosial. Beberapa nama yang menganut teori ini

antara lain2; Douglas McGregor melalui teori X dan Y nya, Abraham

Maslow yang mengembangkan adanya hierarki kebutuhan dalam

penjelasannya tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi,

Frederich Herzberg yang menguraikan teori motivasi hiegenis atau teori

dua faktor, Robert Blake dan Jane Mouton yang mejelaskan lima gaya

kepemimpinan dengan kondisi manajerial (managerial grid), Chris

Argyris yang memandang organisasi sebagai sistem social atau sistem

antar hubungan budaya, Edgar Schein yang bayak meneliti dinamika

kelompok dalam organisasi dan sebagainya, Rensis Likert yang telah

mengidentifikasikan dan melakukan penelitiannya secara intensif

mengenai empat sistem manajemen dan Fred Fiedler yang menyarankan

pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.

1 Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen, Pt Bumi Aksara, Jakarta,2009, hlm 46. 2 Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen, Pt Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm 68.

Page 18: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

9

Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan oleh para

penganut teori perilaku tersebut dapat di rangkum sebagai berikut:

1) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer

individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.

2) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen

pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

3) Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan

harus dengan pertimbangan secara hati-hati.

4) Manajemen teknik dapat dipandang sebagai suatu proses

teknik secara ketat (peranan prosedur dan prinsip).

Selain empat pokok pikiran di atas, berdasarkan hasil riset perilaku

dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Manajer masa kini harus diberikan latihan dalam pemahaman

prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen.

2) Organisasi harus menjalankan iklim yang mendatangkan

kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh

kebutuhan mereka.

3) Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau

kegagalan pencapaian tujuan organisasi.

4) Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan

keterlibatan para karyawan.

5) Pola-pola pengawasan dan manajemen positif yang

menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap

pekerjaan.

6) Pekerjaan setiap karyawan harus disusun sedemikian rupa

sehingga memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari

pekerjaan tersebut.

b. Teori Kuantitatif (management scince): teori kuantitatif

memfokuskan perhitungan manajemen didasarkan atas perhitungan-

perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya. Dalam

setiap pemecahan masalah harus terlebih dahulu diketahu masalahnya

Page 19: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

10

dengan melakukan kegiatan-kegiatan riset ilmiah, riset operasional,

teknik-teknik ilmiah seperti kegiatan penganggaran modal, manajemen

aliran kas, pengembangan strategi produk, perencanaan program,

pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya.

Pendekatan-pendekatan semacam ini dikenal sebagai pendekatan

manajemen scince atau ilmu manajemen yang biasanya dengan

prosedur dan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah.

2) Menyusun model matematik.

3) Mendapatkan penyelesaian dari model.

4) Menganalisis model dan hasil yang diperoleh dari model.

5) Menetapkan pengawasan atas hasil-hasil.

6) Mengadakan implementasi kegiatan. Pemecahan masalah

manajemen dan pengambilan keputusan manajemen yang

didasarkan atas pendekatan kuantitatif ini harus memberikan

dasar kepada manajer menyangkut dasardasar pendekatan

yang rasional.

3. Fungsi Manajemen

Fungsi pokok managemen menurut George R Terry3: yang

membentuk manajemen sebagai salah satu proses, yaitu:

a. Planning: kegiatan yang menentuan berbagai tujuan dan

penyebab tindakan-tindakan selanjutnya.

b. Organizing: kegiatan membagi pekerjaan diantar anggota

kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan

yang diperlukan.

c. Actuating: kegiatan menggerakkan anggota-anggota kelompok

untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing.

d. Controlling: kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan

rencana-rencana yang telah ditentukan.

3 George R. Terry, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009, 73.

Page 20: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

11

e. Aliran sistem manajemen: sistem adalah sekumpulan atau

serangkaian dari beberapa unsur yang saling berhubungan atau

saling bergantung sehingga membentuk suatu kesatuan yang

kompleks yang merupakan suatu keseluruhan yang terdiri dari

bagian-bagian dalam susunan yang teratur secara logis berupa

prinsip-prinsip, doktrin atau semacamnya, dalam suatu bidang

pengetahuan atau pemikiran tertentu.

B. Wakaf Dalam Islam

1. Pengertian Wakaf

Menurut Anshori dan Baalbaki wakaf secara etimologi berasal dari

kata waqafa sinonim kata habasa yang memiliki arti berhenti, diam (al-

tamakkust), atau menahan (al-imsak)4. Ibnu Mandzur menambahkan al-

hubus wa wuqifa (sesuatu yang di wakafkan), seperti habasa al-faras fi

sabīlillah (ia mewakafkan kuda di jalan Allah), atau habasa al-dār fi

sabīlillahi (ia mewakafkan rumahnya di jalan Allah)5. Yusuf bin Hasan

menjelaskan, bahwa kata al-waqfu adalah bentuk masdar (gerund) dari

ungkapan waqfu al-syai’ yang berarti menahan sesuatu6.

Sedangkan para ulama memiliki perbedaan pendapat dalam

mengartikan wakaf sehingga membawa perbedaan pada hukum yang

ditimbulkannya. Hal itu sesuai dengan perbedaan mahzab yang telah

dianutnya. Adapun pendapat maasing-masing mahzab adalah sebagai

berikut :

a. Menurut Mahzab Syafi’I

1) Wakaf Menurut Imam Nawawi, menahan harta yang dapat

diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya, sementara

benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk

kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4 Abdul Ghofur Anshori. Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia Yogyakarta: Pilar

Media. 2005. hlm7 dan Rohi Baalbaki. Al-Mawrid. Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin. 1995.

hlm1220. 5 Ibnu Mandzur. Lisan al-‘Arab. Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Ta’lif wa al-Tarjamah. 1954.

hlm276. 6 Yusuf bin Hasan. Al-Dar al-Naqi fi Syarh Alfāzhi al-Kharqi. Jilid 1. Saudi Arabia: Dār

al-Mujtama’. 1990. hlm548.

Page 21: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

12

2) Wakaf Menurut Ibnu Hajar Al-Haitam dan Syaikh Umairah

adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga

keutuhan harta tersebut, dengan memutuskan kepemilikan

barang tersebut dari pemiliknya untuk hal yang dibolehkan.

b. Menurut Mahzab Hanafi

1) Wakaf menurut A. Imam Syarkhasi yaitu menahan harta dari

jangkuan kepemilikan orang lain (habsul mamluk’an al-tamlik

min al-ghair).

2) Al-Murghiny mendefinisi wakaf ialah menahan harta dibawah

tangan pemiliknya, disertai pemberian manfaat sebagai

sedekah (habsul’aini ala maliki al-Wakif wa tashaduq bi al-

manfa’ab).

c. Menurut Mazhab Malikiyah

Ibnu Arafah mendefinisikan wakaf ialah memberikan manfaat

sesuatu, pada batas waktu keberadaanya, bersamaan tetapnya wakaf

dalam kepemilikan si pemiliknya meski hanya perkiraan

(pengandaian).

2. Dasar Hukum Wakaf

Di dalam Al-quran wakaf memang tidak dijelaskan secara tersurat

tetapi secara tersirat disebutkan oleh ayat-ayat Al-quran dan contoh dari

Rasulullah SWT serta tradisi para sahabat. Dasar hukum wakaf tersebut

sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Beberapa ayat yang dapat digunakan sebagai pedoman atau

dasar seseorang untuk melakukan ibadah wakaf yaitu. Ayat Al-

Qur’an yang memerintahkan pemanfaatan harta untuk berbuat baik

kepada sesama Ayat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

i. Surat Ali Imran Ayat 92

Page 22: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

13

Artinya: Kamu Sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan

(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian

harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan

maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Dari ayat ini dapat dilihat bahwa kebaikan akan tercapai

dengan wakaf. Hal ini berdasarkan riwayat Abu Thalhah,

ketika beliau mendengar ayat tersebut, beliau bergegas untuk

mewakafkan sebagian harta yang ia cintai, yaitu Beirha

(sebuah kebun yang terkenal). Maka, ayat tersebut kemudian

menjadi dalil atas diisyaratkannya wakaf.

ii. Surat Ali Imran Ayat 115

Artinya: Dan apa saja yang mereka kerjakan, Maka sekali-

kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala) Nya, dan

Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertaqwa.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa wakaf adalah salah satu

diantara kebaikan-kebaikan. Dan dipastikan barang siapa

yang melakukan kebaikan dengan cara wakaf, maka dia akan

mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah.

iii. Surat Al- Baqarah ayat 261

Artinya: Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang-

orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah

serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,

paada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan

(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha

Luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa dengan berinfaq Allah

akan melipat gandakan pahala tanpa perhitungan hisab bagi

siapa saja yang dikehendaki-Nya, melipat gandakan rizkinya

Page 23: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

14

tanpa seorangpun yang mengetahui batas-batasnya,

melipatkgandakan rahmat-Nya yang tidak seorangpun

mengetahui jangkauan ukurannya. Infaq yang dimaksud

dalam ayat ini adalah infaq yang mengangkat derajat manusia

dan tidak mengotorinya, tidak menodai kehormatan dan tidak

mengotori perasaan, infaq yang terjadi dan bersumber dari

hati yang rela dan suci, serta semata-mata bertujuan mencari

keridhaan Allah. Makna infaq dalam ayat ini dapat juga

diartikan sebagai wakaf. Jadi barang siapa yang berwakaf

dengan niatan dan tujuan yang baik pasti akan

dilipatgandakan pahala baginya.

b. Al-Hadist

Dari Ibnu Umar, ia berkata Umar mengatakan kepada Nabi SAW.

Saya mempunyai seratus dirham dikaibar. Saya belum pernah

mendapatkan harta yang paling saya kagumi seperti itu. Nabi SAW

mengatakan kepada Umar. : “Tahanlah (jangan jual, hibahkan, dan

wariskan) asal (pokok)nya, dan jadikan buahnya sedekah untuk

sabilillah (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Dari ayat yang lain menceritakan kepada kami Qutaibah ibn

Said, menceritakan kepada kami Muhammad ibn Abdullah Al-

Anshari, menceritakan kepada kami ibnu Aun, bahwa dia berkata

Nafi’ telah menceritakan kepadaku Ibn Umar R.A., ia berkata

bahwa Umar ibn al-Khathhab memperoleh sebidang tanah di

kahibar, kemudian ia menemui Rasullah SAW, untuk memohon

Page 24: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

15

petunjuk. Umar berkata: ”Ya Rasullah, saya mendapatkan harta

sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?”

Rasullah bersabda: “Bila engkau mau engkau dapat menahan fisik

tanah itu, lalu sedekahkan manfaat (tanah itu), dia tidak menjual,

tidak mengibahkan dan tidak mewariskannya. (H.R Al-Bukhari).

3. Rukun dan Syarat Wakaf7

a. Rukun Wakaf : Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan

syaratnya. Rukun Wakaf tersebut sebagai berikut:.

1) Wakif (orang yang mewakafkan hartanya)

2) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan)

3) Nazhir (pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf)

4) Shighat (pernyataan atau ikrar Wakif sebagai suatu kehendak

untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).

b. Syarat Wakaf: Dari rukun-rukun yang telah dipaparkan tersebut,

masing-masing mempunyai syarat tersendiri yang harus dilakukan demi

syahnya pelaksanaan wakaf. Syarat-syarat tersebut sebagai berikut :

1) Wakif (orang yang berwakaf) disyaratkan mempunyai

kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal kompeten ) dalam

membelanjakan hartanya, kecakapan tersebut antara lain adalah

merdeka, berakal sehat, dewasa, tidak boros atau lalai.

2) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). Dalam

perwakafannya agar dianggap sah maka harus memenuhi

beberapa syarat sebagai berikut :

a) Harta wakaf tersebut memiliki nilainya. Dimana dalam

praktiknya harta yang diwakafkan dapat bernilai walau

dipindah tangankan dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi

bagaimanapun.

b) Harta wakaf jelas bentuknya. Dimana yang artinya harta

yang diwakafkan diketahui dengan yakin ketika benda

7 Elsi Kartika Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. PT Grasindo.Jakarta: 2007,hlm32

Page 25: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

16

tersebut diwakafkan sehingga tidak menimbulkan

persengketaan.

c) Harta wakaf merupakan hak milik dari Wakif.

d) Harta wakaf itu berupa benda yang tidak bergerak, seperti

tanah atau benda yang disesuaikan dengan wakaf yang ada.

3) Nazhir (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf).

Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini

ada dua macam pertama tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu

(ghaira mu’ayyan). Tertentu (mu’ayyan) adalah yang menerima

wakaf itu apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang

semuanya tertentu. Dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang

tidak tertentu (ghaira mu’ayyan) adalah tempat berwakaf itu

tidak ditentukan secara terperinci. Persyaratan bagi orang yang

menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia

mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li-al-

tamlik), maka orang muslim ,merdeka dan kafir zimmi yang

memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang

bodoh, hamba sahaya dan orang gila tidak sah menrima harta

wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan

pertama ialah yang menerima wakaf dapat menjadikan wakaf itu

untuk kebaikan dengannya, dapat mendekatkan diri dengan

Allah SWT dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan

Islam saja.

4) Shighat (pernyataan atau ikrar Wakif)

Shighat adalah sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan

sebagian harta bendanya. Syarat-syarat shighat berkaitan dengan

ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat, yaitu :

a) Ucapan itu harus mengandung kata-kata yang menunjukkan

kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan

batas waktu tertentu.

b) Ucapan itu harus segera direalisasikan segera, tanpa

disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.

Page 26: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

17

c) Ucapan itu bersifat pasti.

d) Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.

Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka

penguasaan atas wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak

dapat menarik lagi pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah

dan penguasaan harta tersebut telah berpindah kepemilikannya kepada

yang menerima wakaf secara umum.

4. Macam-macam Wakaf

Ada berbagai macam wakaf yang dikenal dalam Islam yang

dibedakan berdasarkan atas beberapa kriteria. Menurut Fyzee Asaf. A.A8.

yang mengutip pendapat Ameer Ali Membagi wakaf dalam 3 golongan

sebagai berikut:

a. Untuk kepentingan yang kaya dan yang miskin dengan tidak

berbeda,

b. Untuk keperluan yang kaya dan sesudah itu baru yang miskin, dan

c. Untuk keperluan yang miskin semata-mata.

Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir9, wakaf terbagi menjadi

wakaf ahli (keluarga atau khusus) dan wakaf umum (khairi). Wakaf ahli

merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu seseorang

atau lebih, baik keluarga Wakif atau bukan, misalnya mewakafkan buku-

buku untuk anak-anaknya yang mampu mempergunakan, kemudian

diteruskan kepada cucu-cucunya. Wakaf semacam ini dipandang sah dan

yang berhak menikmati harta wakaf adalah mereka yang ditunjuk dalam

pernyataan wakaf. Sedangkan Wakaf Umum merupakan wakaf yang sejak

semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak diusahakan untuk orang-

orang tertentu. Wakaf umum ini sejalan dengan amalan wakaf yang

mengatakan bahwa pahalanya akan terus mengalir, tetap dapat diambil

manfaatnya sehingga wakaf ini dapat dinikmati oleh masyarakat secara

luas dan merupakan sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan

8 Asaf A.A. Fyzee, Pokok-Pokok Hukum Islam II, (Tinta Mas, Jakarta, 1996), hlm 88 9 Ahmad Azhar Basyir, Wakaf, Izarah dan Syirkah (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987) hlm 54.

Page 27: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

18

masyarakat baik dalam bidang sosial-ekonomi, pendidikan, kebudayaan,

serta keagamaan.

Dalam pasal 16 Undang-Undang no 41 tahun 2004 Tentang Wakaf,

harta wakaf terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda

bergerak yaitu benda yang keberadaaannya terpaku atau tertancap pada

suatu tempat tertentu, meliputi: hak atas tanah sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum

terdaftar, bagunan atau bagian bangunan, tanaman atau benda lain yang

berkaitan dengan tanah, hak milik atas atas satuan rumah susun sesuai

dengan ketentuan syariah dan perundang-undangan yang berlaku, benda

tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan untuk benda bergerak yaitu

benda yang keberadaannya tidak tertancap atau terpaku pada suatu tempat

tertentu, meliputi : uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas

kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lain dengan ketentuan

sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti

mushaf, buku dan kitab.

5. Undang-undang No 41 tahun 2004 tentang Wakaf

Begitu pentingnya wakaf untuk memberdayakan masyarakat, maka

undang-undang wakaf yang mendukung pengelolaan wakaf secara

produktif sangat diperlukan. Oleh karena itu, sudah selayaknya umat Islam

menyambut baik lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf. Dalam Undang-Undang tersebut wakaf ialah perbuatan hukum

Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda

miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu

sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan

umum menurut syariah. Dalam undang-undang tersebut pula sudah

dimasukkan rumusan konsepsi fiqih wakaf baru di Indonesia yang antara

lain meliputi benda yang diwakafkan (mauquf bih), peruntukan wakaf

(mauquf alaih), sighat (ikrar) wakaf baik untuk benda tidak bergerak

maupun benda bergerak, kewajiban dan hak nazhir wakaf, dan lain-lain

yang menunjang pengelolaan wakaf produktif benda wakaf (mauquf bih)

Page 28: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

19

yang diatur dalam Undang-undang tentang Wakaf itu tidak dibatasi benda

tidak bergerak saja, tetapi juga benda-benda bergerak lainnya yang tidak

bertentangan dengan syariat Islam.

Lahirnya UU 41/2004 dan berbagai peraturan pelaksanaannya

merupakan perwujudan dari gagasan perlunya suatu peraturan negara

mengenai wakaf yang sebelumnya hanya diatur dalam kompilasi hukum

Islam yang ditetapkan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor I tahun 1991.

Dengan demikian hukum materi tentang wakaf yang dibahas dalam

berbagai kitab fiqih, dengan uraian yang cukup luas saat ini sudah diadopsi

dalam norma peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Proses taqnin (mempositifkan syariah kedalam hukum nasional ke

dalam undang-undang mennyebabkan materi hukum tentang wakaf dalam

kitab fiqih dan kompilasi hukum Islam telah berwujud menjadi “peraturan

tentang wakaf” yang terdapat dalam UU 41/2004 beserta peraturan

pelaksanaannya.

Sebagai konsekuensi transformasi hukum fiqih wakaf ke hukum

nasional, mengharuskan pelaksanaan perwakafan oleh pemerintah,

lembaga, dan badan atau organisasi keagamaan serta perseorangan harus

berdasarkan berbagai peraturan tentang wakaf yang berlaku di Indonesia.

C. Nazhir

1. Pengertian Nazhir

Nazhir memiliki arti menjaga, memelihara, mengelola serta

mengawasi. Jadi yang dimaksud dengan nazhir adalah orang yang diserahi

kekuasaan dan kewajiban untuk mengurus dan memelihara harta wakaf10.

Jadi pengertian naẓir menurut istilah adalah orang atau badan yang

memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuan harta wakaf11, Sedangkan

menurut Kompilasi Hukum Islam pengertian naẓir adalah kelompok orang

atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan

benda wakaf.

10 Ibnu Syihabal Ramli, Nihayahal Muhtaj, Juz IV, Beirut : Daaral Kitabal Alamiyah, 1996, hlm. 610. 11 Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988, hlm. 91.

Page 29: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

20

Nazhir adalah orang atau badan yang menerima benda wakaf dari

wakif untuk dikelola dan dikembangkan. Nazhir dalam wakaf merupakan

salah satu komponen yang paling penting dikarenakan berkembang atau

tidaknya tanah wakaf semua ada ditangan seorang nazhir.

2. Jenis-Jenis Nazhir

Dalam UU Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 9 diperinci jenis-jenis naẓir yang

meliputi :

a. Perseorangan, dengan syarat-syarat :

1) Warga Negara Indonesia

2) Beragama Islam

3) Dewasa

4) Amanah

5) Mampu secara jasmani dan rohani

6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hokum

b. Organisasi, organisasi yang hanya dapat menjadi nazhir apabila

memenuhi persyaratan :

1) Pengurus organisasi memenuhi persyaratkan nazhir

perorangan.

2) Organisasi yang dimaksud bergerak dibidang sosial,

Pendidikan, Kemasyarakatan dan/atau Keagamaan Islam.

c. Badan hukum. badan hukum disini hanya dapat menjadi nazhir apabila

memenuhi persyaratan :

1) Pengurus Badan Hukum memenuhi persyaratan nazhir

perorangan.

2) Badan Hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Badan hukum yang dimaksud bergerak di bidang sosial,

Pendidikan, Kemasyarakatan dan/atau Keagamaan Islam.

3. Syarat-Syarat Nazhir

Dalam kitab Fathul Wahab disebutkan bahwa syarat-syarat nazhir

adalah12 :

12 Abi Yahya Zakariaal Anshari, Fathul Wahab, Juz I, Semarang: Toha Putra,t.th, hlm.

259.

Page 30: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

21

a. Mempunyai sifat adil

b. Mampu membelanjakan apa yang ada padanya sebagai nazhir,

menjaga asalnya, mengumpulkan hasilnya serta membagikan

kepada yang berhak.

Selain syarat di atas dalam pasal 219 kompilasi hukum Islam juga

dijelaskan syarat-syarat nazhir sebagai berikut :

a. Nazhir Perorangan harus memenuhi persyaratan :

1) Warga Negara Indonesia

2) Beragama Islam

3) Dewasa

4) Sehat jasmani dan rohani

5) Tidak berada dibawah pengampuan

6) Bertempat tinggal dikecamatan letak tanah diwakafkan

b. Jika berbentuk badan hukum nazhir harus memenuhi

persyaratan :

1) Badan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia

2) Mempunyai perwakilan di kecamatan letak tanah

diwakafkan

Nazhir harus didaftarkan pada kantor urusan agama kecamatan setempat

setelah mendengar saran dari camat majelis ulama kecamatan untuk

mendapatkan pengesahan.

Naẓir sebelum melakukan tugas, harus mengucapkan sumpah di

hadapan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan disaksikan sekurang-

kurangnya oleh 2 orang saksi dengan isi sumpah sebagai berikut:

“Demi Allah, saya bersumpah, bahwa saya untuk diangkat menjadi naẓir

langsung atau tidak langsung dengan nama atau dalih apapun tidak

memberikan atau menjanjikan ataupun memberikan sesuatu kepada

siapapun juga. Saya bersumpah bahwa saya untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatan ini tiada sekali-kali akan menerima

langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau

pemberian. Saya bersumpah bahwa saya senantiasa akan menjunjung

Page 31: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

22

tinggi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada saya selaku

naẓir dalam pengurusan harta wakaf.”

Berdasarkan pasal 251 ayat 5, jumlah nazhir yang diperbolehkan

untuk satu unit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang dan sebanyak-

banyaknya 10 orang yang diangkat oleh Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan camat setempat.

4. Kewajiban dan Hak Nazhir

A. Kewajiban Nazhir

Tugas Nazhir menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf

pasal 11. Tugas-tugas nazhir ini diasumsikan dapat menjamin pengelolaan

benda wakaf secara optimal. Adapun Tugas-tugasnya sebagai berikut :

1) Melakukan Pengadministrasian harta benda wakaf

2) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi dan peruntukannya

3) Melindungi dan mengawasi harta benda wakaf. Hal pertama yang

perlu dilakukan dalam rangka melindungi harta benda wakaf,

pelaksanaan perwakafan itu harus dilakukan sesuai prosedur

yang resmi. Sebab dalam aturan perwakafan diatur mengenai

ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan, termasuk sanksi

bagi yang melanggarnya. Aturan perwakafan bersifat preventif

dalam mengantisipasi kemungkinan agar tidak terjadi pelanggaran

dalam pengelolaan perwakafan13.

4) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Selain tugas diatas dalam pasal 220 Kompilasi Hukum Islam juga

dijelaskan kewajiban nazhir adalah sebagai berikut :

a) Nazhir berkewajiban mengurus dan bertanggung jawab atas

kekayaan wakaf serta hasilnya, dan pelaksanaan perwakafan

sesuai dengan tujuan menurut ketentuan-ketentuan yang

diatur oleh Menteri Agama.

13 Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 59.

Page 32: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

23

b) Nazhir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas

semua hal yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kepala

Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.

c) Tata cara pembuatan laporan dilaksanakan sesuai dengan

peraturan Menteri Agama.

B. Hak Nazhir

Beberapa pendapat para ulama mengenai hak Nazhir :

1) Menurut Ulama Hanafiyah Nazhir berhak mendapatkan upahnya

apabila ia melaksanakan tugasnya dengan besaran 1/10, 1/8, dan

sebagainya sesuai ketentuan wakif. Jika wakif tidak menentukan

besarnya maka hakim yang akan menentukan besarnya14.

2) Menurut Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa pihak yang

menetapkan upah nazhir adalah wakif. Seanndainya wakif tidak

menetapkan maka nazhir tidak berhak menerima upah. Nazhir

berkah memperoleh upah apabila nazhir mengajukan upah

kepada hakim ,bila tidak mengajukan maka nazhir tidak berhak

memperoleh upah atau gaji. Sebagian ulama Syafi’iyah

berpandangan bahwa naẓir sebenarnya tidak berhak mengajukan

permohonan gaji kecuali sangat membutuhkan. Mereka

menganalogikan naẓhir dengan seorang wali harta anak kecil

dimana ia tidak berhak mengambil harta anak itu kecuali

secukupnya saja dengan cara yang ma’ruf ketika membutukan.15

Dari pendapat-pendapat fuqaha di atas dapat dikongklusikan

bahwa ulama sepakat naẓir memperoleh upah dari pekerjaan yang

dilakukan dalam pengelolaan wakaf, baik upah itu diambil dari

keuntungan pengelolaan wakaf atau sumber lain. Meskidemikian

pemberian upah naẓir harus seperlunya saja, tanpa ada maksud untuk

memperkaya diri.

14 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontemporer Pertama dan

Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf,

(Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2003), hlm 502. 15 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontemporer Pertama dan

Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf,

(Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2003), hlm. 503.

Page 33: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

24

Dalam Peraturan Perundang-undangan persoalan upah naẓir juga

diatur secara singkat. Dalam KHI Pasal 222 menyatakan bahwa:“Naẓir

berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang jenis dan jumlahnya

ditentukan berdasarkan kelayakan atas saran Majelis Ulama Kecamatan

dan Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat”16.Ketentuan KHI

tersebut belum menentukan kadar upah yang diberikan kepada naẓir.

Ukuran yang digunakan adalah kepantasan atas saran MUI dan KUA.

Berbeda dengan KHI, UU Nomor 41Tahun 2004 sudah menetapkan

kadar upah yang diterima naẓir. Dalam Pasal 12 diatur bahwa “Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, naẓir

dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%

(sepuluh persen)”17. Ketentuan Pasal 12 UU Nomor 41 Tahun 2004 di

atas sangat jelas dimana upah yang diterima naẓir berasal dari hasil

(keuntungan) pengelolaan wakaf maksimal sebanyak 10% (sepuluh

persen).Upah tidak diambil dari substansi atau pokok harta wakaf,

melainkan dari profit atau keuntungan pengelolaan. Karena kalau upah

diambil dari harta wakaf, maka harta wakaf itu pada akhirnya akan

habis18.

16 Rochmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia , (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.

69. 17 UU No. 41 Tahun 2004 Pasal 12 18 Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1997), hlm. 45.

Page 34: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

25

BAB III

TATA CARA PENGELOLAHAN PERWAKAFAN DI

MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Singkat Organisasi Muhammadiyah

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912

M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran

sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan

atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk

terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,

cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad

Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta1.

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.

Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan

(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Dan

tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang

ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat

menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian

ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat

Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas

dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai

Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah

menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada

tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.

Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-

ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari

1 Sejarah Muhammadiyah. Dikutip melalui website resmi organisasi:

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html. 2019. diakses 12 Januari 2019.

Page 35: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

26

Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan

Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran

para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,

Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal

kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan

atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-

ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai

Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi

konservatif.

Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8

Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi

yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan

pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten

Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912),

yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus

1914.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan

dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya

dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala

itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.

Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah

ialah antara lain:

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,

sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang

mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat

dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar

kemurniannya lagi Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat

Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan

suatu organisasi yang kuat. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga

pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak

lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.

Page 36: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

27

2. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit,

bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam

konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.

3. Dan karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan

pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan

zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di

kalangan rakyat2.

B. Sejarah Perwakafan Di Muhammadiyah

Dalam hubungannya dengan pemikiran pengelolaan harta benda wakaf,

maka Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan yang telah memperoleh

status badan hukum sejak masa pemerintahan kolonial belanda (1914), telah

menjalankan fungsinya sebagai Nazhir. Status organissasi (keagamaan) sebagai

Nazhir telah diakui Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, yaitu

dengan memberikan kemungkinan suatu organisasi keagamaan bertindak sebagai

nazhir harta benda wakaf.

Muhammadiyah sejak berdirinya tahun 1912 dikenal dengan semangat

pembaharuan dengan slogan kembali kepada Al-Quran dan As Sunnah, dalam

kegiatannya hampir tidak bisa terpisahkan dari unsur perwakafan tanah, karena

untuk mengurus harta benda wakaf dibentuk suatu majelis yang khusus

menangani hal tersebut, yakni majelis wakaf dan kehartabendaan. Berdasarkan

hasil Muktamar ke-45 di Malang pada tahun 2005, nomenklatur tersebut berubah

kembali menjadi semula (Majelis Wakaf dan Kehartabendaan).

Majelis Wakaf dan kehartabendaan yang dibentuk berdasarkan Anggaran

Dasar Muhammadiyah adalah : organ organisasi pembantu pimpinan, majelis ini

mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan dan mengamankan harta wakaf

dan harta kekayaan milik persyarikatan serta membimbing masyarakat dalam

melaksanakan wakaf, hibah, infaq dan shadaqah serta lainnya bersifat wakaf.

Selanjutnya pada jajaran organisasi tersebut, dibentuk pula majelis wakaf

dan kehartabendaan pada tiap-tiap pimpinan wilayah (provinsi), pimpinan daerah

2 Sumber : http://suara-Muhammadiyah.com/, or web http://Muhammadiyah.or.id diakses 12

Januari 2019

Page 37: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

28

(kabupaten/kota) dan pimpinan cabang (kecamatan), yang masing-masing adalah

pembantu pimpinan di wilayah, daerah, dan cabang, sekaligus kepanjangan tangan

dari majelis wakaf dan kehartabendaan pimpinan pusat Muhammadiyah.

Persyarikatan Muhammadiyah dalam surat keputusan dalam negeri No.SK

14/DDA/1972 tentang penunjukan persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan

hukum yang dapat mempunyai tanah dengan hak milik. Berdasarkan SK tersebut

maka seluruh aset persyarikatan Muhammadiyah diseluruh Indonesia baik wakaf

ataupun non wakaf terdaftar harus atas nama persyarikatan Muhammadiyah,

walaupun yang menghimpun atau nazhir wakaf dapat dilakukan oleh majelis

wakaf dan kehartabendaan wilayah, daerah ataupun cabang di wilayah kerja

masing-masing.

Perwakafan di Muhammadiyah memiliki peranan penting terhadap

perkembangan persyarikatan Muhammadiyah umumnya bagi umat Islam

Indonesia, persyarikatan Muhammadiyah berusaha memanfaatkan tanah-tanah

wakaf selain untuk sarana ibadah juga berusaha memanfaatkan tanah-tanah wakaf

untuk sarana sosial.

Muhammadiyah sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial keagamaan

dikenal telah berhasil membantu program pemerintah khususnya dalam bidang

pendidikan dan kesehatan serta ekonomi, Persyarikatan Muhammadiyah telah

memiliki aset berupa sekolah, mulai dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga

perguruan tinggi, serta rumah sakit yang tersebar diseluruh Indonesia.

Keberhasilan tersebut tidak luput dari perwakafan yang ada di persyarikatan

Muhammadiyah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menentukan bahwa tugas pokok Majelis

Wakaf dan Zakat, infaq, Shadaqoh yaitu :

1. Mengembangkan

Mengembangkan disini maksudnya yaitu melakukan suatu usaha

memajukan, memanfaatkan, memproduktifkan aset-aset persyarikatan yang

masih kosong atau terlantar.

Page 38: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

29

2. Mengamankan

Mengamankan disini maksudnya yaitu melakukan suatu usaha menjaga,

melindungi, memelihara, serta menyelesaikan segala persengketaan yang

ada terhadap tanah atau harta yang diwakafkan.

3. Membimbing

Membimbing disini maksudnya yaitu memberikan pengarahan, pelatihan

serta tuntunan serta meemberikan motivasi kepada masyarakat untuk

berwakaf, berinfak dan bershodaqoh.

C. Tata Cara Perwakafan di Muhammadiyah

Jenis wakaf yang ada di Muhammadiyah dibagi menjadi dua, yaitu

wakaf khusus, yaitu jenis wakaf yang memang sudah ditentukan langsug

oleh calon wakif. Misalnya calon wakif ingin mewakafkan uang untuk

dibangunkan sekolah. selain itu ada wakaf umum, yaitu calon wakif

menyerahkan seluruhnya harta yang ingin di wakafkan kepada pengelola

Muhammadiyah (nazhir). Misalnya calon wakif ingin mewakafkan uang,

dan pengurus Muhammadiyah merekomendasikan untuk uang

tersebutdapat dikelola untuk memajukan unit usaha Muhammadiyah.

Pada penelitian ini penulis ingin membahas lebih mendalam

mengenai penegelolaan dan manajemen wakaf yang ada di organisasi

Muhammadiyah yang berupa pemanfaatan tanah, atau disebut sebagai

Tanah Wakaf.

1. Pendaftaran dan Pengurusan Tanah Wakaf oleh Muhammadiyah.

Dalam perwakafan hal yang tidak kalah penting adalah

mengenai bagaimana praktek, proses atau tata cara dalam

melaksanakan wakaf yang dalam hal ini wakaf tanah. Proses

perwakafan yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan negara

yang telah ditentukan, yaitu tidak hanya berdasarkan UU No 41 Tahun

2005 Tentang Perwakafan saja, melainkan juga berdasarkan dengan

Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2006 Tentang pelaksanaan UU No

Page 39: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

30

41 Tahun 2004, Peraturan Menteri Agama No 4 Tahun 2009,

Peraturan Badan Wakaf Indonesia No 2 Tahun 2010, dan terakhir

harus berdasarkan dengan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam No Dj.III/420 Tahun 2009.

Untuk proses sebuah wakaf yang dalam hal ini wakaf tanah

maka dari itu penulis membuat menjadi 3 alur dimana yang pertama

sebelum tanah di wakafkan, saat tanah diwakafkan dan setelah tanah

diwakafkan.

Bagan 3.1 Tata cara perwakafan di Muhammadiyah

a. Sebelum tanah diwakafkan, ada beberapa hal yang perlu untuk

dipersiapkan terlebih dahulu oleh calon wakif ataupun calon nazhir.

Untuk calon wakif harus memastikan dokumen atau syarat-syarat

yang diwakafkan tersedia, memastikan lokasi wakaf tidak memiliki

sengketa yang diketahui oleh Lurah/Camat, melakukan keabsahan

administrasi harta seperti sertifikat tanah di BPN, terakhir perlu

dipastikan mengenai persetujuan dari anggota keluarga (suami, istri,

anak) untuk berfawakaf. Sedangkan calon Nazhir, harus menerima

penetapan persetujuan sebagai penerima wakaf dari hasil rapat pleno

pengurus Muhammadiyah, dan mengirimkan surat permohonan

kepada Pengurus Pusat Muhammadiyah untuk diterbitkan surat kuasa

sebagai Nazhir.

b. Saat tanah diwakafkan, Tata cara wakaf yang ditentukan oleh

perundang-undangan dimulai dari proses persiapan hingga

pelaksanaan ikrar wakaf yang meliputi :

1) Calon wakif (orang,badan,organisasi atau badan hukum) yang

akan mewakafkan tanah miliknya harus datang langsung

menemui Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai Pejabat

Sebelum Tanah DI

Wakafkan

Saat Tanah DI

Wakafkan

Setelah Tanah

DI Wakafkan

Page 40: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

31

Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar

wakaf. Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 1977 pasal ayat (5)

calon wakif menyerahkan persyaratan-persyaratan administratif

berupa :

a) Sertifikat tanah milik atau bukti kepemilikan tanah

lainnya. Sertifikat tanah diperlukan sebagai bukti bahwa

tanah yang akan di wakafkan adalah tanah miliknya.

Apabila belum ada sertifikat, bukti kepemilikan bisa

diganti dengan dokumen lainnya seperti : girik, pethuk,

dan lainnya.

b) Surat keterangan dari Kepala Desa atau Lurah. Surat ini

berisi keterangan bahwa tanah yang akan diwakafkan

betul-betul dapat dialihkan kepada pihak lain, karena tidak

terkait oleh sitaan atau sengketa tertentu. Surat keterangan

tersebut dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah yang

mewilayahi tanah yang akan diwakafkan. Surat keterangan

tersebut diperkuat oleh Camat setempat.

c) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah. Surat keterangan

pendaftaran tanah yang dimaksud adalah surat keterangan-

keterangan pendaftaran tanah yang diatur dalam PP

Nomor 10 Tahun 1961.

d) Ijin Bupati atau Walikota Kepala Sub Direktorat Agraria

Setempat. Pemberian surat ijin ini kewenangannya

didelegasikan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

(BPN) Kota atau Kabupaten. Surat ijin diperlukan untuk

mengetahui sejauh mana keadaan tanah wakaf pada masa

yang akan datang terkait tata kota. Misalnya, apakah

pemerintah sudah merencanakan penggunaan tanah

tersebut untuk proyek pembangunan tertentu. Jika

ternyata tanah tersebut sudah direncanakah

penggunaannya oleh pemerintah, maka Kepala BPN

setempat atas nama Bupati atau Walikota tidak akan

Page 41: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

32

mengijinkan, sebaliknya akan direkomendasikan tanah

yang lain untuk diwakafkan. Rekomendasi ini semata-

mata dimaksud agar pengelolaan tanah wakaf tidak

terganggu oleh sengketa. Dengan demikian salah satu

syarat bagi tanah wakaf tidak boleh bertentangan dengan

kepentingan pemerintah.

2) Sebelum dilakukan ikrar wakaf, PPAIW melakukan

pemeriksaan yang meliputi:

a) Maksud kehendak wakif, apakah wakaf itu dilakukan

tanpa adanya paksaan.

b) Meneliti dokumen dan surat-surat,apakah sudah

memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah (untuk

diwakafkan).

c) Meneliti saksi-saksi yang diajukan calon wakif apakah

sudah memenuhi syarat.

d) Mengesahkan susunan Nazhir

3) Langkah berikutnya, dihadapan PPAIW dan dua orang saksi,

wakif mengucapkan ikrar atau kehendak wakaf yang ditujukan

kepada naẓir yang telah disahkan. Ikrar wakaf tersebut

diucapkan secara lisan dengan jelas dan tegas di hadapan naẓir.

Jika ternyata wakif tidak mampu mengucapkan kehendak secara

lisan (karena tunawicara), maka wakif dapat menyatakan secara

isyarat. Pengucapan ikrar wakaf mencakup:

a) Identitas wakif

b) Pernyataan kehendak

c) Identitas tanah yang diwakafkan

d) Tujuan yang diinginkan

e) Nazhir dan Identitasnya

f) Saksi-saksi

Page 42: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

33

Pengucapan ikrar dalam Akta Ikrar Wakaf (AIW) harus

dilihat dan didengar langsung oleh saksi-saksi. Tanpa dilihat dan

didengar saksi-saksi secara langsung, maka kesaksian tersebut

tidak sah. Untuk keseragaman, bentuk dan model ikrar wakaf

yang diucapkan oleh wakif ditetapkan oleh Menteri Agama

sebagaimana diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 1977 Pasal 9

ayat (3). Tentang bentuk dan isi ikrar wakaf tersebut telah

ditentukan dalam peraturan Direktorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam tanggal 18 April 1978 No. Kep/D/75/78. Ikrar

wakaf tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis

(blangko ikrar wakaf bentuk W.1). Apabila wakif tidak dapat

menghadap PPAIW, maka wakif dapat membuat ikrar tertulis

dengan persetujuan dari Kepala Kementerian Agama Kabupaten

atau Kota yang mewilayahi tanah wakaf tersebut. Naskah

tersebut dibacakan kepada naẓir dihadapan PPAIW. Semua

pihak yang berkompeten selanjutnya menandatangani ikrar

wakaf (bentuk W.1).

4) PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.2)

rangkap empat dengan dibubuhi materai, dan selambat-

lambatnya satu bulan dibuat AIW harus telah dikirim dengan

pengaturan pendistribusian sebagai berikut :

a) Akta Ikrar Wakaf

i. Lembar pertama disimpan PPAIW

ii. Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan

pendaftaran tanah wakaf ke Kantor Agraria

setempat (W.7)

iii. Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat

b) Salinan Akta Ikrar Wakaf

i. Satu lembar pertama untuk wakif

ii. Lembar kedua untuk nazhir

Page 43: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

34

iii. Lembar ketiga untuk Kemenag Kabupaten atau

Kota

iv. Lembar keempat untuk Kepala Desa Setempat

Selanjutnya PPAIW mancatat dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf

(bentuk W.4 ) dan menyimpannya bersama AIW secara baik.

Adapun isi Ikrar Wakaf (AIW) paling sedikit memuat :

a) Nama dan identitas wakif

b) Nama dan Identitas nazhir

c) Data dan Keterangan harta benda wakaf

d) Peruntukan harta benda wakaf

e) Jangka waktu wakaf

Ketentuan mengenai jangka waktu wakaf dalam AIW

merupakan item tambahan sebagai konsekuensi dari adanya opsi

kebolehan wakaf jangka waktu tertentu. Hal ini sebagaimana

tercantum dalam UU Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf Pasal

1 yang menyatakan:

“Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan

atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu

sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah

atau kesejahteraan umum menurut syariah”.3

Tujuan dicantumkannya jangka waktu dalam AIW adalah

untuk mengetahui apakah harta benda yang diwakafkan wakif

dilepaskan kepemilikannya dalam jangka waktu selama-lamanya

atau hanya diwakafkan dalam jangka waktu tertentu. Adapun

tata cara perwakafan dan pendaftaran benda wakaf juga di atur

dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 223 dan Pasal 224 sebagai

berikut:

3 UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf

Page 44: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

35

Pasal 223

1) Pihak yang hendak berwakaf dapat menyatakan ikrar

wakaf dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf untuk

melaksanakan ikrar wakaf.

2) Isi dan bentuk ikrar wakaf ditentukan oleh Menteri

Agama.

3) Pelaksanaan ikrar demikian juga pembuatan Akta ikrar

wakaf, dianggap sah jika dihadiri dan disaksikan

sekurang-kurangnya 2 orang saksi.

4) Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak

yang mewakafkan diharuskan menyerahkan kepada

pejabat yang tersebut dalam pasal 215 ayat (6), surat-surat

sebagai berikut:

a) Tanda bukti kepemilikan harta benda

b) Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak

bergerak,

maka harus disertai surat keterangan dari Kepala Desa

yang

diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan

pemilikan benda tidak bergerak tersebut.

c) Surat atau dokumen tertulis yang merupakan

kelengkapan dari benda tidak bergerak yang

bersangkutan.

Pasal 224

Setelah Akta Ikrar Wakaf dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan dalam pasal 223 ayat (3) dan (4), maka Kepala

Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama naẓir yang

bersangkutan diharuskan mengajukan permohonan kepada

Camat untuk mendaftarkan perwakafan benda yang

bersangkutan guna menjaga keutuhan dan kelestarian.

Page 45: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

36

c. Setelah tanah diwakafkan, maka nahzir wajib untuk mengelola wakaf

sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki oleh Wakif. Adapun

kewajiban yang perlu dilakukan oleh Nazhir, yaitu:

1) Memelihara harta wakaf.

2) Mengembangkan wakaf sehingga tidak membiarkannya

terlantar dan tidak bermanfaat.

3) Melaksanakan syarat dari Wakif yang tidak menyalahi syara’.

4) Memperbaiki aset wakaf yang rusak sehingga kembali

bermanfaat.

5) Membagi hasil wakaf kepada pihak yang berhak

menerimanya tepat waktu dan tepat sasaran.

6) Membayarkan kewajiban yang timbul dan pengelolaan wakaf

dari hasil wakaf itu sendiri.

7) Mempersewakan harta wakaf tidak bergerak, seperti tanah

dan bangunan.

8) Menginvenstasikan harta wakaf untuk tambahan penghasilan.

9) Segala kerusakan harta wakaf disebabkan kelalaian Nazhir,

maka ia harus bertanggung jawab atas kerusakan itu dan

Nazhir dapat diberhentkan dari jabatannya.

2. Pemanfaatan tanah wakaf oleh Muhammadiyah

Jumlah tanah wakaf di Indonesia sangat banyak dan dengan

luasan yang cukup luas, dan sebarannya pun hampir diseluruh wilayah

provinsi di Indonesia. Menurut statistik dari Bimas Islam Kementrian

Agama Republik Indonesia mencapai 353.646 jumlahnya dengan

luasan mencapai 49.026 HA atau setara dengan 490.260.000 m2 . Tanah

ini tersebar diberbagai wilayah diseluruh penjuru Indonesia. Secara

terperinci berikut ini statistik perwakafan di Indonesia:

Page 46: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

37

Tabel 3.1

Data Tanah Wakaf Umum Pe-Provinsi se Indonesia4

No

Nama Wilayah Jumlah Luas

[Ha]

Sudah Sertifikat Belum Sertifikat

Jumlah Luas

[Ha] Jumlah

Luas

[Ha]

1 ACEH 12.010 7.967 5.892 833 6.118 7.135

2 SUMATERA UTARA

10.855 8.223 6.256 793 4.599 7.430

3 SUMATERA

BARAT

4.851 592 3.382 406 1.469 187

4 RIAU 7.876 2.053 2.757 453 5.119 1.600

5 JAMBI 6.055 963 3.191 377 2.864 586

6 SUMATERA SELATAN

3.701 418 1.847 141 1.854 277

7 BENGKULU 2.287 409 1.628 234 659 175

8 LAMPUNG 11.140 5.447 6.782 2.766 4.358 2.682

9 KEP. BANGKA

BELITUNG

1.086 201 746 151 340 50

10 KEPULAUAN RIAU 1.327 228 378 56 949 172

11 D K I JAKARTA 6.409 266 3.966 155 2.443 111

12 JAWA BARAT 68.853 4.738 38.698 2.206 30.155 2.533

13 JAWA TENGAH 90.150 4.538 68.176 3.397 21.974 1.141

14 D I YOGYAKARTA 9.791 346 8.830 309 961 37

15 JAWA TIMUR 58.620 3.870 32.869 2.142 25.751 1.728

16 BANTEN 14.408 1.007 8.216 528 6.192 479

17 BALI 1.430 209 1.290 188 140 21

18 NUSA TENGGARA

BARAT

8.372 1.296 5.448 832 2.924 464

19 NUSA TENGGARA

TIMUR

1.309 336 987 210 322 125

20 KALIMANTAN

BARAT

2.592 515 1.507 242 1.085 273

21 KALIMANTAN

TENGAH

2.924 648 1.650 330 1.274 318

22 KALIMANTAN

SELATAN

7.827 905 7.007 783 820 122

23 KALIMANTAN

TIMUR

2.535 655 1.242 197 1.293 457

24 KALIMANTAN

UTARA

390 130 152 99 238 32

25 SULAWESI UTARA 770 102 344 34 426 68

26 SULAWESI

TENGAH

2.145 891 1.361 136 784 755

27 SULAWESI 7.099 903 4.432 361 2.667 542

4 Diolah dari statistik wakaf pada Sumber: http://siwak.kemenag.go.id akses 12 januari 2019

Page 47: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

38

SELATAN

28 SULAWESI

TENGGARA

1.096 109 827 71 269 37

29 GORONTALO 1.850 383 936 271 914 112

30 SULAWESI BARAT 2.835 493 912 103 1.923 390

31 MALUKU 417 59 183 30 234 29

32 MALUKU UTARA 301 46 211 25 90 21

33 PAPUA 291 60 141 19 150 41

34 PAPUA BARAT 44 18 29 3 15 15

Jumlah 353.646 49.026 222.273 18.879 131.373 30.147

Dari tabel di atas nampak bahwa sebaran tanah wakaf ada

diseluruh propinsi di Indonesia, meskipun dengan tingkat yang berbeda-

beda. Untuk melihat urutan di propinsi mana yang memiliki tanah yang

paling luas, tabel berikut dapat menunjukkan dengan jelas.

Tabel 3.2

Luas Tanah Wakaf Per-Provinsi dengan Urutan Terluas5

NO Nama Wilayah Luas (m2)

1 SUMATERA UTARA 82.230.000

2 ACEH 79.670.000

3 LAMPUNG 54.470.000

4 JAWA BARAT 47.380.000

5 JAWA TENGAH 45.380.000

6 JAWA TIMUR 38.700.000

7 RIAU 20.530.000

8 NUSA TENGGARA BARAT 12.960.000

9 BANTEN 10.070.000

10 JAMBI 9.630.000

11 KALIMANTAN SELATAN 9.050.000

12 SULAWESI SELATAN 9.030.000

13 SULAWESI TENGAH 8.910.000

14 KALIMANTAN TIMUR 6.550.000

15 KALIMANTAN TENGAH 6.480.000

16 SUMATERA BARAT 5.920.000

17 KALIMANTAN BARAT 5.150.000

5 Diolah dari statistik wakaf pada Sumber: http://siwak.kemenag.go.id akses 12 januari 2019

Page 48: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

39

18 SULAWESI BARAT 4.930.000

19 SUMATERA SELATAN 4.180.000

20 BENGKULU 4.090.000

21 GORONTALO 3.830.000

22 D I YOGYAKARTA 3.460.000

23 NUSA TENGGARA TIMUR 3.360.000

24 D K I JAKARTA 2.660.000

25 KEPULAUAN RIAU 2.280.000

26 BALI 2.090.000

27 KEP. BANGKA BELITUNG 2.010.000

28 KALIMANTAN UTARA 1.300.000

29 SULAWESI TENGGARA 1.090.000

30 SULAWESI UTARA 1.020.000

31 PAPUA 600.000

32 MALUKU 590.000

33 MALUKU UTARA 460.000

34 PAPUA BARAT 180.000

Jumlah 490.240.000

Dari data diatas terlihat bahwa wakaf yang paling luas adalah di

daerah Provinsi Sumatera Utara seluas kira-kira 82.230.000 m2 atau

sekitar 8.223 hektar. Sedangkan yang kedua berada di Provinsi Aceh

yang juga dikenal dengan ajaran isamnya yang sangat kuat sehingga

dikenal dengan sebutan serambi mekahnya, dengan luasan tanah

wakafnya 79.670.000 m2 atau sekitar 7.967 hektar. Dan posisi ke-3

teratas yaitu di Provinsi lampung seluas 54.470.000 m2 atau sekitar

5.447 hektar.

Sedangkan tiga provinsi terbawah adalah maluku sekita

590.000m2 atau sekitar 590 hektar,maluku utara sekitar 460.000m2 atau

sekitar 460 hektar dan yang berada di urutan terakhir adalah papua barat

sekitar 180.000m2 atau sekitar 180 hektar.

Dari tabel 3.1 dan tabel 3.2 dapat terlihat terdapat perbedaaan

dimana jumlah banyaknya tanah wakaf juga tidak sebanding dengan

luas tanah yang diwakafkan sebagai contoh jumlah tanah wakaf di

Provinsi Jawa Tengah mencapai 90.150 jumlahnya sedangkan luas

tanahnya hanya 45.380.000m2 atau sekitar 4.538 hektar, begitu pula

Page 49: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

40

dengan Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah tanah wakaf 10.855

banyaknya tetapi dengan luas tanah wakaf yng paling luas dengan besar

82.230.000m2 atau sekitar 8.223 hektar. Lebih lanjut dapat di lihat dari

tabel berikut ini

Tabel 3.3

Jumlah tanah wakaf dan luasnya di seluruh Provinsi Indonesia6

NO Nama Wilayah Jumlah Luas (HA)

1 JAWA TENGAH 90150 4538

2 JAWA BARAT 68853 4738

3 JAWA TIMUR 58620 3870

4 BANTEN 14408 1007

5 ACEH 12010 7967

6 LAMPUNG 11140 5447

7 SUMATERA UTARA 10855 8223

8 D I YOGYAKARTA 9791 346

9 NUSA TENGGARA BARAT 8372 1296

10 RIAU 7876 2053

11 KALIMANTAN SELATAN 7827 905

12 SULAWESI SELATAN 7099 903

13 D K I JAKARTA 6409 266

14 JAMBI 6055 963

15 SUMATERA BARAT 4851 592

16 SUMATERA SELATAN 3701 418

17 KALIMANTAN TENGAH 2924 648

18 SULAWESI BARAT 2835 493

19 KALIMANTAN BARAT 2592 515

20 KALIMANTAN TIMUR 2535 655

21 BENGKULU 2287 409

22 SULAWESI TENGAH 2145 891

23 GORONTALO 1850 383

24 BALI 1430 209

25 KEPULAUAN RIAU 1327 228

26 NUSA TENGGARA TIMUR 1309 336

27 SULAWESI TENGGARA 1096 109

28 KEP. BANGKA BELITUNG 1086 201

6 Diolah dari statistik wakaf pada Sumber: http://siwak.kemenag.go.id akses 12 januari 2019

Page 50: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

41

29 SULAWESI UTARA 770 102

30 MALUKU 417 59

31 KALIMANTAN UTARA 390 130

32 MALUKU UTARA 301 46

33 PAPUA 291 60

34 PAPUA BARAT 44 18

Dengan melihat data tersebut, terlihat jelas bahwa wilayah yang

memiliki sejarah atau kultur Islam yang kental tidak secara otomatis

menduduki posisi teratas seperti Sumatera barat yang dikenal dengan

sangat religius bahkan memiliki kultur yang sangat dekat dengan Islam

ternyata berada pada urutan-urutan bawah dari semua provinsi yang

ada. Dan juga terlihat jelas bahwa banyaknya jumlah wakaf tidak

sebanding lurus dengan luasan tanah wakaf tersebut. Hal tersebut

dapat dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya tingginya jumlah

wakaf bisa jadi karena kesadaran masyarakat yang memang sudah baik

terhadap manfaat wakaf untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat,

sedangkan luasannya terbalik dibandingkan dengan jumlahnya bisa

jadi dikarenakan sempitnya atau sedikitnya luas lahan yang dapat di

wakafkan. Kesimpulan sementara yang dapat diambil yaitu bahwa

domsinasi Islam secara sosio dan kultur tidak selalu berbanding lurus

dengan luas tanahnya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi luasan

atau jumlah wakaf bisa dari tingkat kesadaran masyarakat terhadap

wakaf, sempit atau luasnya lahan di provinsi dan bisa juga dari kultur

atau sosio Islam.

Wakaf dalam Islam sebenarnya memiliki makna wakaf abadi

dikarenakan pahala yang diterima oleh pemberi wakaf (wakif) akan

berlipat ganda dan akan terus mengalir selama wakaf itu masih ada dan

masih dipergunakan. Wakaf inilah yang biasa disebut dengan shadaqoh

jariyah yang paling sempurna bentuknya. Berpedoman pada itu banyak

orang yang berlomba-lomba mewakafkan hartanya biasanya berupa

tanah untuk dipergunakan sebagai tempat ibadah, hal ini yang

melatarbelakangi sebagian besar pengembangan tanah wakaf dijadikan

Page 51: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

42

tempat ibadah seperti mesjid dan mushola. Hal tersebut dapat dilihat

dari tabel di bawah ini.

Tabel 3.4

Pemanfaatan Tanah Wakaf diIndonesia7

NO Nama Wilayah Jumlah Pemanfaatan Tanah Wakaf

Mesjid Mushola Sekolah Makam Pesantren

Sosial

lainnya

1 ACEH 4.411 5.063

367 844 506

1.233

2 SUMATERA UTARA 4.795 2.085

1.073 2.030 57

817

3 SUMATERA BARAT 2.533 1.300

474 34 136

469

4 RIAU 3.230 2.229

909 778 131

600

5 JAMBI 2.326 1.713

700 688 91

611

6 SUMATERA SELATAN 2.316 759

229 141 67

243

7 BENGKULU 1.348 230

148 341 31

188

8 LAMPUNG 4.715 3.523

841 680 496

897

9 KEP. BANGKA BELITUNG 631 169

79 158 10

39

10 KEPULAUAN RIAU 631 266

105 111 33

185

11 D K I JAKARTA 2.110 3.246

578 43 50

511

12 JAWA BARAT 36.992 10.352

7.857 2.040 3.332

8.427

13 JAWA TENGAH 34.978 34.820

10.160 1.336 2.336

6.944

14 D I YOGYAKARTA 6.442 1.106

844 62 299

617

15 JAWA TIMUR 22.485 21.025

7.814 1.037 2.533

4.080

16 BANTEN 7.053 3.062

1.623 964 439

1.393

17 BALI 435 248

112 199 50

386

18

NUSA TENGGARA

BARAT 3.824

2.029

543 1.122

341

526

19 NUSA TENGGARA TIMUR 765 82

172 175 10

102

20 KALIMANTAN BARAT 1.253 434

205 559 42

117

21 KALIMANTAN TENGAH 1.148 939

299 320 79

145

22 KALIMANTAN SELATAN 1.575 3.145

896 927 165

374

23 KALIMANTAN TIMUR 990 909

184 249 69

134

24 KALIMANTAN UTARA 223 81

37 9 29

21

25 SULAWESI UTARA 487 36

75 92 6

72

26 SULAWESI TENGAH 1.403 132

293 95 50

172

27 SULAWESI SELATAN 5.354 297

493 522 119

314

28 SULAWESI TENGGARA 914 8

62 47 8

59

29 GORONTALO 1.376 42

121 181 36

94

30 SULAWESI BARAT 1.889 177

255 317 68

123

31 MALUKU 299 32

10 71 9

15

32 MALUKU UTARA 108 91

22 40 3

37

7 Diolah dari statistik wakaf pada Sumber: http://siwak.kemenag.go.id akses 12 januari 2019

Page 52: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

43

33 PAPUA 144 92

22 0 2

31

34 PAPUA BARAT 3 0

0 1 0

1

Jumlah 159.186 99.722 37.602 16.213 11.633 29.977

Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan yang banyak

dimanfaatkan adalah untuk penggunaan mesjid yaitu sebesar 159.185

tanah wakaf disusul dengan mushola diposisi ke-2 yaitu sebesar 99.722

tanah wakaf dan dilanjutkan dengan yang lainnya.

Dari tabel pemanfaatan tanah wakaf diatas, nampak bahwa

pemanfaatan untuk keperluan ibadah dalam hal ini adalah mesjid

dan mushola jumlahnya sangat dominan, sedangkan kebalikkannya

pemanfaatan untuk keperluan sosial masih menduduki urutan rendah.

Sebenarnya pemanfaatan tanah wakaf menjadi tempat ibadah seperti

mesjid ataupun mushola tidak lah salah, hanya saja jika dipaksakan

untuk menjadi tempat ibadah dikarenakan pewakaf hanya ingin

fadhilah atau untuk meraih keutamaan saja dikarenakan kepercayaan

atau keyakinan si pewakaf jika dijadikan mesjid atau mushola maka

pahala akan terus mengalir selama di pergunakan itu akan menjadi

salah jika ternyata di tempat atau wilayah tersebut sudah banyak

terdapat tempat ibadah seperti mesjid atau mushola namun tetap

dipaksakan. Dalam hal tersebut maka pemanfaatan tanah wakaf

tersebut tidaklah optimal dan tidak produktif karena tidak sesuai dengan

kebutuhan atau kepentingan umat di wilayah tersebut.

Tabel 3.5

Daftar Tanah Wakaf Milik Persyarikatan Muhammadiyah Seluruh

Indonesia8

No Daerah

Muhammadiyah Bidang Tanah

Luas Tanah/M2

Sertifikat Wakaf

Sdh Blm

1 Lampung 490 2.552.265 85 405

2 Riau 305 2.346.650 52 253

8 Majelis Wakaf dan kehartabendaan PP Muhammadiyah, pimpinan pusat Muhammadiyah

Jakarta. 2012

Page 53: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

44

3 Bengkulu 120 2.040.634 22 98

4 Nusa Tenggara Timur 29 1.223.342 5 24

5 Sulawesi Selatan 277 1.142.289 87 190

6 Jawa Timur 1426 1.123.687 387 1039

7 Sumatera Selatan 230 1.080.050 29 201

8 Jawa Barat 894 1.026.280 281 613

9 D.I. Aceh 233 826.376 27 206

10 Kalimantan Selatan 219 640.123 101 118

11 Sumatera Utara 439 619.761 10 429

12 Sumatera Barat 389 499.090 119 270

13 Kalimantan Timur 94 426.519 9 85

14 Kalimantan Barat 70 384.733 33 37

15 Jambi 50 303.278 25 25

16 Nusa Tenggara Barat 60 265.597 43 17

17 Sulawesi Tengah 80 205.995 3 77

18 Gorontalo 82 163.574 39 43

19 Kalimantan Tengah 21 69.718 2 19

20 DKI Jakarta 41 18.376 4 37

21 Banten 14 17873 0 14

22 Sulawesi Tenggara 9 16.977 0 9

23 Bali 12 10.990 12 0

24 Bangka Belitung 2 8.024 0 2

25 Sulawesi Utara 17 4.290 10 7

26 Sulawesi Barat 30 71 5 25

27 Maluku 0 0 0 0

28 Maluku Utara 0 0 0 0

29 Papua 0 0 0 0

30 Papua Barat 0 0 0 0

JUMLAH 5.633 17.016.562 1.390 4.243

Setelah melihat pesebaran jumlah tanah wakaf dan

pemanfaatannya di seluruh Indonesia, maka pada tabel 3.5 dijabarkan

mengenai jumlah tanah wakaf yang dikelola oleh organisasi

Muhammadiyah di seluruh Indonesia yang termasuk kedalam wakaf

umum. Wakaf umum ini kemudian dikelola untuk dijadikan sebagai

Amal Usaha Organisasi Muhammadiyah. Adapun rincian nya

dijabarkan didalam tabel berikut:

Page 54: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

45

Tabel 3.6

Jenis Amal Usaha PP Muhammadiyah

No. Jenis Amal Usaha Jumlah

1 Sekolah 9.448

2. Masjid 6.118

3. Mushola 5.080

4. Rumah Sakit, Rumah Bersalin,

BKIA, BP, dll

2.119

5. Panti Asuhan, Santunan, 318

6. Rehabilitasi Cacat 82

7. Sekolah Luar Biasa (SLB) 71

8. Pondok Pesantren 67

9. Panti Jompo 54

Jumlah Tanah 20.945.504 m2

Benda wakaf yang datang ke Muhammadiyah kebanyakan

berupa tanah untuk dikelola. Berdasarkan jenis amal usaha

Muhammadiyah dapat di simpulkan bahwa Muhammadiyah

memanfaatkan tanah wakafnya kebayakan kedalam bidang pendidikan

terlihat dengan jelas dengan posisi sekolah di urutan pertama, dimana

sekolah tersebut terdiri dari semua jenjang pendidikan seperti TK, SD,

SMP, SMA dan bahkan hingga ke Universitas Muhammadiyah. Oleh

karena itu Muhammadiyah sudah sedikit maju dalam hal bidang

pemanfaatan tanah wakafnya walaupun pemanfaatan tanah wakaf juga

di peruntukkan untuk tempat ibadah, rumah sakit, pondok pesantren,

panti jompo, tahfizh Al-Quran, dan masih banyak lainnya.

Selain dikelola menjadi tempat yang kebermanfaatannya untuk

umat dan bergerak di jalan Allah SWT, tanah wakaf juga bisa

dikembangkan untuk menunjang pembangunan utama yang telah

dilakukan. Misalnya saja dalam pembangunan universitas, untuk

menunjangnya menjadi universitas yang semakin baik, pengelola bisa

mengembangkan dengan menambahkan tempat parkir sepeda,

Page 55: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

46

lapangan sepak bola, dan sebagainya. Selain itu misalnya ada

perkebunan seluas 5.000 H yang harus dikelola, untuk memaksimalkan

kebermanfaatan maka dapat ditambahkan membangun pabrik untuk

mengelola hasil perkebunan, bisa juga ditambahkan dengan disedikan

perumahan untuk karyawan, rumah sakit penunjang, dan sebagainya.

Dimana semua ini tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap atau

penunjang dari penggunaan utamanya saja.

Tidak dapat dipungkiri wakaf produktif masih sangat banyak

dapat dimanfaatkan dalam bidang-bidang lainnya seperti pertanian,

perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada tanah

wakafnya secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih dari hasil

pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak

sesuai dengan tujuan wakaf. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan

tanah wakaf yang produktif yang menjadi hambatan utama adalah hal

manajeman wakaf yang apabila tidak diperhatikan maka akan berimbas

pada penyelewengan dan penyalahgunaan dalam perwakafan sehingga

disini Muhammadiyah sebagai nazhir memiliki peran yang sangat

penting dalam hal manajemen perwakafannya, lebih lanjut akan

penulis bahas pada bab selanjutnya.

Page 56: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

47

BAB IV

MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN

WAKAF

Bab empat ini mengemukakan hasil penelitian berupa hasil wawancara

mendalam dan studi dokumentasi yang merupakan bagian dari proses

pengumpulan data dari peneliti. Pembahasan akan dilakukan untuk menjabarkan

hasil temuan lapangan yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini, serta

menganalisis hasil pengumpulan data sesuai dengan keranga teori yang sudah

ditentukan sebelumnya (melalui bab dua).

A. Manajemen Pengelolaan Wakaf Tak Bergerak oleh Muhammadiyah

Sebagai organisasi Islam, yang ingin menguatkan umat dengan Al-

Qur’an dan Sunnah, maka Muhammadiyah kerap kali melaksanakan

kegiatan-kegiatannya dengan melibatkan proses bimbingan atau pengarahan

suatu kelompok masyarakat sesuai dengan tujuan organisasional

Muhammadiyah. Salah satu bentuk kontribusi Muhammadiyah pada

kesejahteraan umat adalah dengan menjadi Nazhir atau pengelola harta

wakaf, oleh karena itu sistem pengorganisasian dibentuk baik dari tingkat

ranting hingga pusat. Muhammadiyah kemudian menempatkan orang-orang

yang dianggap tepat dalam sistem pengorganisasian untuk mengelola dan

mengembangkan benda wakaf yang masuk kedalam organisasi agar

kebermanfaatannya dapat maksimal untuk kepentingan umat.

a. Alur proses perwakafan benda—dalam hal ini tanah, di organisasi

Muhammadiyah

Kecenderungan seorang calon wakif yang ingin mewakafkan

benda/hartanya untuk dapat dikelola menjadi benda yang lebih

bermanfaat bagi umat adalah dengan menyerahkannya kepada pihak-

pihak yang dapat bertanggung jawab akan pengelolaan dan

Page 57: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

48

pengembangannya. Pengelola atau nazhir bisa nazhir perseorangan,

nazhir organisasi, atau nazhir berbadan hukum.

Para calon wakif yang datang ke Muhammadiyah biasanya memilih

Muhammadiyah sebagai Nazhir karena telah berbadan hukum dan

memiliki reputasi yang baik dalam pengelolaan dan pengembangan

benda wakaf. Sebagai organisasi besar yang tersebar diseluruh

Indonesia, para calon wakif tidak perlu mendatangi Pengurus Pusat

(PP) Muhammadiyah jika mereka ingin mewakafkan tanahnya, cukup

dengan mendatangi pengurus tingkat ranting/daerah terdekat dengan

lokasi calon wakif berada.

Setelah memilih Muhammadiyah untuk mengelola dan

mengembangkan benda wakaf/tanah wakafnya, maka calon wakif

kemudian melakukan ikrar kepada pengurus Muhammadiyah sehingga

telah resmi menjadi wakif—orang yang mewakafkan harta/bendanya.

Setelah wakif yang melakukan ikrar, pengurus Muhammadiyah juga

melakukan ikrar untuk mengelola tanah wakafnya yang kemudian

pengurus Muhammadiyah disebut sebagai Nazhir. Ikrar yang dilakukan

kedua belah pihak kemudian dituangkan secara tertulis, resmi

disaksikan dan disahkan oleh notaris yang kemudian disebut sebagai

Ikrar Wakaf.

Setelah ikrar wakaf dibuat, maka Nazhir berkewajiban untuk

mengirimkan surat pemberitahuan sekaligus meminta persetujuan PP

Muhammadiyah agar mereka dapat melaksanakan amanat yang telah

diberikan oleh wakif. Setelah PP Muhammadiyah memberikan izin

pelaksanaan, maka Nazhir telah diperbolehkan untuk mengelola tanah

wakaf tersebut.

Tahapan selanjutnya adalah proses perencanaan dalam pengelolaan

tanah wakaf. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

direncanakan sendiri oleh nazhir atau wakif ingin turut serta dalam

proses perencanaan. Setelah itu hasil diskusi kemudian disusun menjadi

sebuah proposal perencanaan. Tim pembuat perencanaan dapat

mengajukan beberapa ide dan menjadi beberapa proposal, didalamnya

Page 58: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

49

lengkap dengan anggaran dan keberamanfaatan apa yang akan

dilakukan untuk tanah wakaf ini. Setelah itu, ide proposal yang dibuat

kemudian diajukan untuk diadakan sidang musyawarah pengurus

Muhammadiyah, tidak jarang pada proses ini juga melibatkan anggota

PP Muhammadiyah. Didalam sidang tersebut, kemudian didiskusikan

ide mana yang paling dibutuhkan dan memiliki kebermanfaatan lebih

untuk umat, teturama disekitar wilayah tanah itu berada.

Setelah ide ditentukan, maka dilakukan penunjukkan tim ahli atau

orang-orang utama yang akan bertanggung jawab dalam pengelolaan

tanah wakaf ini. Muhammadiyah sendiri harus memastikan bahwa

orang-orang yang dipilih adalah mereka yang benar-benar menguasai

hal tersebut. Misalnya pengelolaan tanah akan diperuntukkan sebagai

sarana kesehatan, maka tim ahli ini setidaknya harus memiliki

pengetahuan pada bidang kesehatan dan tidak bisa sembarangan orang

ditunjuk untuk mengelola. Semua harus sesuai dengan bidang masing-

masing yang dikuasai agar tanah yang di wakafkan tidak terbengkalai.

Tahapan terakhir adalah proses pelaksanaan atau pembangunan

tanah wakaf. Pada tahapan ini, tidak semua tanah wakaf pasti langsung

dibangunkan bangunan baru, melainkan dapat dikelola untuk

mengembangkan bangunan yang sudah ada. Adapaun lebih jelasnya

akan dijabarkan pada subbab yang lain.

Berdasarkan dengan keterangan tersebut diatas, peneliti kemudian

menyederhanakan melalui bagan berikut sebagai bagan alur proses

perwakafan di Muhammadiyah:

Wakaf Umum

Wakaf Khusus

Wakif mendatangi

Muhammadiah

sebagai calon Nazhir

(Baik ditingkat Ranting,

Wilayah, Pusat)

Wakif melakukan ikrar akan

memberikan benda wakafnya

Nazhir juga melakukan ikrar untuk

mengelola wakafnya

(Ikarar dituangkan dalam bentuk

Membuat

perencanaan

pengelolaan

benda wakaf

Page 59: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

50

Bagan 4.1 : Alur Proses Perwakafan di Organisasi Muhammadiyah

b. Bentuk pengorganisasian dan pengelolaan tanah wakaf

1) Pengorganisasian Sumber Daya Manusia

Pengorganisasian dalam mengelola tanah wakaf, bekaitan

dengan penunjukkan tim ahli. Seperti yang telah dikatakan

sebelumnya, bahwa tim ahli adalah orang-orang yang memiliki

tanggung jawab dalam kebermanfaatan tanah wakaf ini, tanggung

jawabnya bukan hanya kepada Muhammadiyah secara organisasi,

wakif sebagai orang yang mewakafkan hartanya, namun juga

bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Sehingga pemilihan tim

ahli ini juga harus berdasarkan dua kriteria utama, yaitu :

- Amanah

- Memiliki ilmu atau keahlian dibidang tersebut

Dua kriteria ini merupakan syarat wajib dan mutlak yang

harus dipenuhi jika ingin mengelola tanah wakaf yang ada di

Muhammadiyah. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Rutny

M Saleh, Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

Pimpinan Pusat Muhammadiyah:

“Mereka (tim ahli) bisa disebut pengelola, panitia, atau nazir

intern. Apa saja boleh disebut. Asalkan orang yang memang

benar-benar ahli. Tidak bisa sembarangan orang, ini harus

disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau mau membangun

rumah sakit, kita tidak bisa meminta ahli ekonomi saja yang

terlibat. Tetapi ahli kesehatan juga perlu untuk membantu

proses pengembangannya” (Rutny, 2019)

Pelaksanaan

Pembangunan

Page 60: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

51

Selain harus merupakan orang yang ahli dibidangnya atau

orang yang memiiki ilmu, tim ini harus orang yang amanah. Seleksi

juga dilakukan secara internal, dengan melihat track record

masing-masing orang, sekali lagi hal ini diperkuat karena

Muhammadiyah sangat menjunjung tinggi kepercayaan yang telah

diberikan kepada mereka. Tim ini kemudian bertanggung jawab

dari proses pembangunan awal hingga pengelolaan serta

pengembangan tanah wakaf tersebut. Proses pelaporan juga

menjadi bagian dari kewajiban yang harus mereka jalani.

Didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki peranan berbeda-

beda sesuai dengan bidang keahliannya, dengan tujuan yang sama

yaitu berdakwah dijalan Allah SWT. Pada proses ini, PP

Muhamadiyah tidak turut serta dalam penunjukkan nazhir tingkat

wilayah/daerah, mereka hanya perpaku pada pengawasan setelah

proses ini selesai dibentuk saja.

2) Pengelolaan Tanah Wakaf

Muhammadiyah tidak bisa selalu memenuhi keinginan dari

para wakif seratus persen sama. Oleh karena itu Muhammadiyah

membagi dua jenis wakaf, yaitu wakaf khusus dan wakaf umum.

Untuk wakif yang meminta secara spesifik benda wakafnya

dikelola menjadi bangunan tertentu disebut sebagai wakaf khusus.

Sedangkan wakaf umum yaitu wakif memberikan kebebasan

kepada nazhir untuk mengelola tanah wakafnya secara penuh

asalkan tetap untuk kepentingan umat.

Muhammadiyah sendiri lebih banyak mengelola wakaf secara

umum, dimana semua disesuaikan dengan kebutuhan dari daerah

setempat. Misalnya ada wakif yang memiliki tanah seluas 500m2

dan ingin mewakafkannya untuk kepentingan umat dan diserahkan

sepenuhnya kepada Muhammadiyah dalam pengelolaannya. Jika

Muhammadiyah merasa bahwa daerah lain memerlukan

Page 61: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

52

pengembangan, maka tanah tersebut juga bisa di jual dan uangnya

bisa digunakan untuk mengembangkan tempat tersebut.

c. Permasalahan yang muncul

Sebagai organisasi berbadan hukum yang sah, mengelola benda

wakaf dari para wakif bukanlah hal yang baru bagi organisasi ini.

Meskipun demikian, permasalahan dalam proses pengelolaan kerap kali

terjadi meskipun tidak terlalu banyak. Hal ini senada dengan yang

dikatakan oleh Wakil Ketua Bidang Pertanahan, Bapak Rutny M. Saleh,

yaitu:

“Sejauh ini memang tidak terlalu banyak masalah yang muncul,

karena kami percaya bahwa proses pengelolaan wakaf ini

merupakan bagian dari panggilan hati. Meskipun ada, bisa jadi

karena faktor ketersediaan dana dari organisasi

Muhammadiyah ini untuk membangun atau mengembangkan

bangunan baru misalnya.” (Rutny, 2019)

Pak Rutny mengatakan bahwa sebagai organisasi,

Muhammadiyah tidak bisa selalu memenuhi keinginan dari para wakif

seratus persen sama. Oleh karena itu Muhammadiyah membagi dua

jenis wakaf, yaitu wakaf khusus dan wakaf umum. untuk wakif yang

meminta secara spesifik benda wakafnya untuk dikelola menjadi

bangunan tertentu disebut sebagai wakaf khusus. Misalnya wakif

mewakafkan tanah dan meminta untuk dibangunkan Rumah Tahfidz

Al-Qur’an. Hal ini yang tidak selalu bisa diakomodir oleh

Muhammadiyah, karena setelah Wakif menghibahkan tanahnya,

Muhammadiyah sendiri tidak selalu memiliki post dana untuk bisa

selalu membangunkan apa yang selalu di minta oleh Wakif. Sedangkan

salah satu peran Nazir adalah melaksanakan pengelolaan benda wakaf

sesuai dengan kehendak Wakif.

Page 62: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

53

Melihat kondisi seperti ini, maka Muhammadiyah

mengkategorikan jenis wakaf umum demi menanggulangi

permasalahan ini. Pada wakaf umum, benda wakaf tetap dimanfaatkan

untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam, namun

pengelolaannya dibicarakan secara bersama-sama. Tanah wakaf yang

tadi tidak bisa langsung di bangunkan Tahfidz Al-Qur’an, disarankan

untuk di jual dan dananya bisa diwakafkan untuk pembangunan sekolah

atau pesantren yang sudah ada. Hal ini merupakan kesepakatan

bersama, Wakif tetap bisa menyumbangkan hartanya di jalan islam, dan

Muhammadiyah sebagai Nazir tetap bisa menjalankan perannya sebagai

pengelola yang amanah. Hal ini didukung oleh pernyataan Rutny:

“Itu tetap namanya mewakafkan. Apakah dalam bentuk wakaf,

sodakoh, maupun infak, sebenarnya yang lebih penting adalah

hati kita sudah diniatkan untuk bisa berkontribusi pada

kepentingan mengembangkan agama” (Rutny, 2019)

d. Bentuk pengawasan

Sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, maka

menjaga amanah dari masyarakat merupakan hal yang sangat prioritas

bagi Muhammadiah. Oleh karena itu, setiap wakaf yang dikelola oleh

Muhammadiyah tidak akan luput dari pengawasan Pimpinan Pusat

Muhammadiyah, dari tingkat ranting hingga tingkat pusat.

“Karena dibuat dan dibangun dengan mengatasnamakan

Muhammadiyah, maka pengawasan tetap harus dilakukan oleh

Pimpinan Pusat, Jangan sampai nama Muhammadiyah menjadi

tidak benar. Semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-

prinsip perserikatan Muhammadiyah” (Rutny, 2019)

Muhammadiyah sendiri telah membentuk tim bernama Lembaga

Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK), yang memiliki tugas pokok

sebagai berikut:

Page 63: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

54

1) Menyusun dan memasyarakatkan sistem pengelolaan adan

Amal Usahanya

2) Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan,

persyarikatan, pembantu pimpinan dan amal usahanya.

3) Melakukan kajian tentang sistem keuangan umum sebagai

pertimbangan bagi pimpinan persyarikatan dalam kebijakan

kauangan.

Tim LPPK ini bertugas sebagai auditor internal Muhammadiyah,

dan berperan dalam sistem pengawasan pada pengelolaan dan

pengembangan di seluruh cabang dan ranting Muhammadiyah di

Indonesia. Salah satu kelemahan organisasi Muhammadiyah ini adalah

sistem administrasi dan pelaporannya. Muhammadiyah menganut

sistem amanah dan terpercaya, sehingga selama tidak ada

penyelewengan dana atau kebermanfaatan wakaf, maka dianggap sudah

cukup. Oleh karena itu sering kali laporan dari masing-masing cabang

dan ranting terbiasa dilakukan secara lisan pada rapat-rapat tahunan

yang digelar oleh Muhammadiyah. LPPK juga bertugas setaun dua kali

untuk mengawasi keuangan masing-masing wilayah.

“Gimana yah, dalam setiap pembangunan itu kami tidak

lakukan secara Top Down melainkan secara bottom up. Jadi

ranting, cabang, dan daerah wilayah mereka sendiri yang

membangun. Kami percaya mereka yang membangun dari

kebutuhan dan dari mereka sendiri, sehingga kepercayaan akan

menjadi nilai yang utama” (Rutny, 2019)

B. Manajemen Pengembangan Wakaf Tak Bergerak oleh Muhammadiyah

1. Bentuk Pengembangan tanah wakaf

Selain dikelola menjadi tempat yang kebermanfaatannya untuk

umat dan bergerak di jalan Allah SWT, tanah wakaf juga bisa

dikembangkan untuk menunjang pembangunan utama yang telah

dilakukan. Misalnya saja dalam pembangunan universitas, untuk

menunjangnya menjadi universitas yang semakin baik, pengelola bisa

Page 64: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

55

mengembangkan dengan menambahkan tempat parkir sepeda, lapangan

sepak bola, dan sebagainya. Selain itu misalnya ada perkebunan seluas

5.000H yang harus dikelola, untuk memaksimalkan kebermanfaatan

maka dapat ditambahkan membangun pabrik untuk mengelola hasil

perkebunan, bisa juga ditambahkan dengan disedikan perumahan untuk

karyawan, rumah sakit penunjang, dan sebagainya. Dimana semua ini

tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap atau penunjang dari

penggunaan utamanya saja namun kebermanfaatannya menjadi lebih

luas.

2. Syarat melakukan pengembangan tanah wakaf

Hal utama yang perlu untuk diperhatikan ketika nazhir ingin

melakukan pengembangan tanah wakaf adalah dengan tidak mengubah

tujuan awal tanah itu dikelola. Jika sedari awal tanah tersebut

diperuntukkan untuk membangun tempat ibadah, maka tidak bisa tiba-

tiba dialih fungsikan menjadi sekolah—dan menghilangkan fungsi

tempat ibadahnya.

Pengembangan yang dilakukan harus bersifat penambah atau

supporting system dari pengelolaan tanah utama. Tujuan dilakukannya

adalah agar kebermanfaatannya dapat menjadi lebih luas, hal ini sangat

baik untuk wakif dari sisi amal jariyah yang diberikan namun juga

sangat baik untuk umat secara umum yang juga dapat menikmati

kebermanfaatan ini.

3. Permasalahan yang timbul ketika proses pengembangan

Pada proses pengembangan terkait dengan jangka waktu benda

wakaf tersebut dikelola oleh Nazir atau dalam hal ini Muhammadiyah.

Kendala yang sering muncul adalah ketika Wakif sudah meninggal

dunia, ahli waris sering kali menuntut kembali benda wakaf yang sudah

diberikan. Hal ini sering terjadi jika pada proses awal pemberian benda

wakaf tidak segera dituangkan dalam akta notaris.

Page 65: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

56

“Makanya saya sangat menyarankan untuk sudah clear dan

clean sejak dari awal sekali. Karena kita tidak tahu bagaimana

manusia, kadang niat suka berubah-berubah seiring

berjalannya waktu” (Rutny, 2019)

Selain itu, benda wakaf yang sedang di kelola memerlukan

pengembangan untuk semakin memberikan pelayanan yang berkualitas

bagi umat. Seperti misalnya setelah Universitas di bangun, untuk

meningkatkan prestasi mahasiswanya maka diperlukan adanya

pengembangan fasilitas-fasilitas penunjang. Kendala biaya lagi-lagi

muncul sebagai isu utama dari proses pengembangan benda wakaf ini.

Oleh karena itu kerjasama antar lembaga Muhammadiyah pun perlu

untuk dilakukan. Berdasarkan keterangan sekertaris bidang wakaf

Muhammadiah Bapak Budi, perkembangan organisasi Muhammadiyah

di wilayah pulau Jawa sudah jauh lebih berkembang dan maju

dibandingkan dengan di wilayah lainnya. Sehingga memungkinkan

untuk wilayah yang sudah maju ini membantu organisasi di wilayah

lainnya seperti yang telah dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah

Solo, mereka telah memiliki penghasilan lebih dari ratusan milliar dari

hasil Amal Usaha Muhammadiyah yang telah mereka kembangkan.

Universitas Muhammadiyah Solo telah berhasil memberikan dana

pinjaman untuk pengembangan Universitas Muhammadiyah

Tangerang.

“Kami menyebutnya back to back. Jadi dari kami untuk kami

juga. Semua itu dilakukan tentunya atas sepengetahuan dan

perizinan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Diteliti dahulu,

apakah Tangerang sanggup untuk membayar kembali. Apa yang

bisa mereka bawa sebagai bukti kesanggupannya. Misalnya

menunjukkan cash flow organisasnya, jumlah mahasiswa yang

sudah ada, dan sebagainya. Setelah itu baru kami membantu

untuk bicarakan dengan pihak bank yang mengelola uang

UMS” (Budi, 2019)

Page 66: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

57

“Itu semua yang bisa membuat Muhammadiyah bisa

berkembang dengan baik. Bahkan sampai yang di pelosok-

pelosok daerah” (Rutny, 2019)

4. Bentuk pengawasan dari pusat terhadap pengembangan tanah wakaf

Pengawasan yang dilakukan terhadap pengembangan tanah wakaf

yang ada di bawah naungan Muhammadiyah sama dengan bentuk

pengawasan dalam pengelolaannya, yaitu melalui Lembaga Pembina

dan Pengawas Keuangan (LPPK) Muhammadiyah. Mereka menerima

laporan setahun dua kali dari tingkat ranting, daerah., dan wilayah.

Kegiatan ini dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses manajemen

pengelolaan dan pengembangan wakaf di organisasi Muhammadiyah.

C. Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Tak Bergerak

Muhammadiyah

Dalam prakteknya dunia perwakafan masyarakat masih berorientasi

pada pemahaman bahwa wakaf merupakan ajaran agama yang bersifat ibadah

saja sehingga masih banyak masyarakat yang mewakafkan hartanya berupa

tanah digunakan untuk sarana ibadah atau tempat ibadah, padahal wakaf

dapat digunakan dalam tatanan sosial artinya wakaf bisa dimanfaatkan untuk

menyejahterahkan umat dan tidak hanya sekedar sebagai sarana individual

saja. Faktanya harta-harta yang diwakafkan dalam hal ini tanah wakaf paling

banyak digunakan untuk dijadikan mesjid atau mushola. Sehingga

keberadaan wakaf ini belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas

karena hanya untuk kepentingan bersifat konsumtif. Pola perkembangan

diatas sangatlah tidak memungkinkan diterapkan lagi disaat zaman yang

sudah berubah serta roda perekonomian yang sudah semakin

memprihaatinkan ini, padahal wakaf sangat potensial sebagai salah satu

instrument Islam untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Penerapan wakaf seperti hal diatas menyebabkan wakaf tidak

berkembang dengan baik bahkan cenderung menjadi beban pengelolaan atau

malah tidak terurus dan bahkan hilang diambil alih oleh orang-orang yang

tidak berkepentingan sehingga pengelolaan wakaf seperti diatas tidak

Page 67: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

58

mungkin lagi untuk diterapkan pada masa sekarang maupun masa mendatang.

Hal tersebut adalah akibat dari tidak adanya pengawasan terhadap

pengelolaan wakaf . Wakaf hanya dapat berkembang dengan baik apabila

dikelola secara profesional. Manajemen profesional ini harus dijadikan

semangat dalam pengelolaan harta wakaf dalam rangka mengambil manfaat

yang lebih luas dan lebih nyata untuk kepentingan masyarakat banyak. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan yang profesional sehingga

berdampak pada pengembangan wakaf yang produktif disini peran nazhir

sangat penting.

Dalam hal ini Muhammadiyah sebagai nazhir telah melaksanakan

kewajibannya dengan baik, yaitu telah melakukan pendataan awal yang jelas,

berusaha untuk mengelola dan mengembangkan harta beda wakaf sesuai

dengan tujuan, fungsi, dan peruntukkannya, melakukan pelaksanaan

perwakafan sesuai dengan prosedur resmi dengan melibatkan notaris dalam

pembuatan ikrar wakaf, serta membuat badan pengawas internal dalam proses

pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf dibawah Muhammadiyah.

Meskipun tidak ada keterangan lebih lanjut apakah badan pengawas internal

(LPPK) Muhammadiyah melakukan pelaporan berkala kepada Kepala

Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat dan Badan Wakaf Indonesia.

Selain itu dalam proses pemilihan nazhir juga telah memenuhi persyaratan

utama, yaitu amanah dan telah melalui proses seleksi yang sangat serius di

tataran internal pengurus.

Ketentuan yang menegaskan bahwa organisasi yang ditunjuk wakif

sebagai nazhir, menjadi landasan hukum bagi Muhammadiyah sebagai

organisasi keagamaan untuk bertindak sebagai nazhir. Dalam hal ini yang

dipandang sebagai nazhir adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang

dalam pelaksanaannya dapat memberikan kuasa kepada pengurus

Muhammadiyah dimanapun sebagai nazhir, khususnya pengurus dilokasi

harta benda wakaf berada.

Page 68: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

59

Muhammadiyah dalam fungsi manajemen pengelolaan dan

pengembangan tanah wakaf.

Muhammadiyah juga telah melaksanakan fungsi manajemen

pengelolaan sebaik mungkin; setelah menerima tanah wakaf dan nazhir

telah ditentukan Muhammadiyah kemudian membuat perencanaan

pengelolaan dan pengembangan dengan sangat baik melalui proses

sidang musyawarah. Dimana hal ini merupakan bentuk keseriusan

Muhammadiyah dalam menindaklanjuti benda wakaf yang harus

dikelola. Selain itu dalam pengorganisasian dan mewujudkan tanah

wakaf yang dipercayakan oleh wakif, Muhammadiyah juga sangat

berhati-hati dalam pemilihan nazhir. Mereka menginginkan orang-orang

yang tepat, yang memiliki pengetahuan serta kemampuan dalam

mengelola dan mengembangkan tanah wakaf tersebut. Hal ini untuk

mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika tanah wakaf

tidak dikelola oleh orang yang tepat.

Pada tahapan pengawasan, dengan adanya badan internal audit atau

LPPK Muhammadiyah juga merupakan hal yang menambah kredibilitas

Muhammadiyah sebagai salah satu lembaga penerima wakaf. Mereka

memastikan dengan baik bagaimana perkembangan pengelolaan dan

pengembangan tanah wakaf ditingkat ranting atau daerah. Terakhir,

Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di

Indonesia telah menjalankan fungsi manajemen yang baik dalam tatanan

sistem manajemen pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf. Mereka

tidak hanya melibatkan internal pusat untuk mengatur harta benda wakaf

didaerah tetapi juga memberikan kepercayaan penuh hingga tinggat

ranting untuk bersama-sama bertanggung jawab menjaga amanah wakif.

Page 69: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pengelolaan harta wakaf khususnya tanah, yang dilakukan

oleh organisasi Muhammadiyah dilakukan dari tingkat ranting,

cabang, hingga tingkat daerah. Sedangkan ditingkat pusat hanya

bersifat koordinasi dan pengawasan saja.

2. Calon wakif dapat mendatangi langsung organisasi Muhammadiyah di

daerahnya jika ingin mewakafkan hartanya, dan organisasi langsung

membuat laporan hingga tingkat pusat mengetahui. Sehingga proses

pengelolaan baru bisa dilakukan setelah mendapatkan izin dari tingkat

pusat.

3. Proses perencanaan dalam pengelolaan harta wakaf dapat dilakukan

langsung ditingkat daerah/cabang.

4. Harta wakaf di organisasi Muhammadiyah dibagi menjadi dua; yaitu

wakaf khusus dan wakaf umum. Untuk wakaf khusus merupakan jenis

wakaf yang memang sudah ditentukan langsug oleh calon wakif

sedangkan wakaf umum yaitu calon wakif menyerahkan seluruhnya

harta yang ingin di wakafkan kepada pengelola Muhammadiyah

(nazhir).

5. PP Muhammadiyah memiliki lembaga internal audit sendiri, yang

disebut sebagai Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK).

Mereka bertugas sebagai pengawas dan penerima laporan keuangan

dari setiap pengelolaan wakaf di seluruh ranting dan cabang seluruh

Indonesia.

6. Harta wakaf dapat dikembangkan menjadi bentuk lain namun tidak

mengubah tujuan awal dari pengelolaan harta tersebut. Misalnya

awalnya tanah di wakafkan untuk pendidikan, boleh dikembangkan

Page 70: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

61

dengan mendirikan sarana olahraga untuk menunjang murid-murid

yang sekolah agar tetap bugar.

7. Masalah yang paling sering timbul dari pengelolaan harta wakaf yaitu

tentang proses sertifikasi di awal oleh wakif, yang kadang belum

sampai selesai ke notaris, sehingga di perjalannnya saat sudah

bertahun-tahun dan pemiliknya meninggal ahli waris suka menuntut

balik.

B. Saran

Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan maka saran yang dapat

peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah seharusnnya data-data dari

tanah wakaf yang telah di manfaatkan atau telah berkembang bisa terkumpul

di pusat, sehingga mudah dalam hal pencarian data tidak terhenti hanya di

ranting atau daerah saja.

Page 71: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

62

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. 2003. Hukum Wakaf Kajian Kontemporer

Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta

Penyelesaian atas Sengketa Wakaf. Jakarta: Dompet Dhuafa Republika.

Ali, Daud.1988. Sistem Ekonomi Islam, Zakat, dan Wakaf. Jakarta: UI Press.

Anshori, Abdul Ghofur. 2005. Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia

Anshari, Abi Yahya Zakariaal & Wahab, Fathul. Juz 1. Semarang: Toha Putra

Baalbaki, Rohi. 1995. Al-Mawrid. Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin.

Basyir, Ahmad Azhar. Wakaf, Izarah dan Syirkah.Bandung: PT. Al-Ma’arif,

1987).

Fyzee, Asaf A.A. Pokok-pokok Hukum Islam II, (Tinta Mas, Jakarta, 1996).

Hasan, Yusuf bin. 1990. Al-Dar al-Naqi fi Syarh Alfāzhi al-Kharqi. Jilid 1.

Saudi Arabia: Dār al-Mujtama’

Mandzur, Ibnu. 1954. Lisan al-‘Arab. Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Ta’lif wa

al-Tarjamah

Praja, Juhaya S. 1997. Perwakafan di Indonesia Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya. Bandung: Yayasan Piara.

Priyono. Pengantar Manajemen. Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2007

Ramli, Ibnu Syihabal & Muhtaj, Nihayahal. 1996. Juz IV, Beriut: Daaral Kitabal

Alamiyah.

Rozalinda. 2015. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sari, Elsi Kartika. Pengantar hukum zakat dan wakaf. Jakarta:PT Grasindo, 2007

Page 72: MANAJEMEN PENGELOLAHAN DAN PENGEMBANGAN …

63

Terry, George R., Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Yogyakarta: Pilar Media.

Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang No 41 tahun 2004 tentang Wakaf

Sumber Lain:

Database internal Majelis Wakaf dan kehartabendaan PP Muhammadiyah,

pimpinan pusat Muhammadiyah Jakarta. 2012.

Data Statistik Wakaf. Dikutip melalui website resmi organisasi:

http://siwak.kemenag.go.id akses pada 12 januari 2019

Sejarah Muhammadiyah. Dikutip melalui website resmi organisasi:

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html.

2019. diakses pada 12 Januari 2019.