manajemen pengelolaa an lipi

5/17/2018 Manajemen Pengelolaa an LIPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-pengelolaa-an-lipi 1/25

MEWUJUDKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN DARAT

SECARA TERINTEGRASI DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN

GANEWATI WURYANDARI, MA.,P DPENELITI P2P‐LIPI

SEMINAR “MENGGAGAS FORMAT IDEAL PENGELOLAAN BATAS

WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN SEBAGAI

HALAMAN DEPAN NKRI”

, ,

1



PENDAHULUAN

• Indonesia: negara kepulauan, 17.504 pulau, garis pantai > 80.290

km, berbatasan dgn 10 negara.

prioritas• Perbatasan: nilai strategis

– Hankam : kawasan perbtsan ‐ batas teritorial NKRI yg sangat berpengaruh thd

hankamnas.

–

Politik:

kawasan perbtsan tergol rawan konflik politis dgn neg tetangga,

krn adanyapersinggungan bts teritorial/yurisdiksi, esp. pd segmen perbtsan yg belum disepakati.

– Sos‐ek: kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi.

• Pengelolaan perbatasan yang paling jitu mel kombinasi pendekatan

keamanan dan pendekatan kesejahteraan.

• BAGAIMANAKAH MEWUJUDKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN

BATAS WIL NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN DARAT SEC

KOMPREHENSIF?

2



MANAJEMEN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA

DAN

KAWASAN

PERBATASANpp

• MANAJEMEN PENGELOLAAN BATAS

WILAYAH NEG DAN KAW PERBATASAN:

Sebuah indikasi kesungguhan drsebuah negara dalam menata

per a asan.

•

INDIKASI:

• Seperangkat aturan main, aturan

legal formal

• Kelembagaan

3

PEMERI NTAH DI ERA REFORMASI TELAH M ELAKUKAN LOMPATAN BESAR DALAM HAL

PENGELOLAA N PERBATASAN .



PENGELOLAAN PERBATASAN

ASPEK LEGAL

FORMAL

YANG

LEBIH

PROGRESIF

DAN

KOMPREHENSIF

23 Peraturan Perundangan (Penentuan

Batas dan Pengembangan Kawasan• Per res 12 2010: Badan Nasional Pen elola

Perbatasan)

• GBHN (1999): Kawasan perbtasan merpk

Perbatasan, bertugas untuk mengelola

batas wil dan kawasan perbatasan dakam

hal penetapan kebijakan dan program,

eneta an rencana kebutuhan an aran

prioritas pembangunan.

• UU 24/2000: Perjanjian Internasional

• UU 25/2000: Propenas. Program2 prioritas

pengkoordinasian pelaksanaan, evaluasi,

pengawasan dan perumusan keikutsertaan

masy dlm mempertahanankan wil perbtsan.

selama 5 th, mencakup pula soal wilayah

perbatasan.

• UU 7/2005: RPJPM 2004‐2009

• UU 17 2007: RPJPN 2005‐2025

• UU yang terkait dengan pengelolaan

keamanan di perbatasan yang kerap

menjadi landasan pengelolaan perbatasan:

pendkt pemb kawasan perbatasan dengan

2 pendkt (keamanan dan kesejahteraan)

• Perpres 78/2005: Pengelolaan Pulau‐Pulau

–

UU 3 2002

Perta anan,

– UU 2/2002 Kepolisian Negara RI

(Polri),

– UU 34 2004 TNI.ec er uar

• UU 43/2008: Wilayah Negara, mengatur

pembagian kewenangan ant Pem Pst,

Prop

dan Daerah dlm pengelolaan perbtsn .4



Per tahanan

PENGELOLAAN PERBATASAN

LA

KELEMBAGAAN

PARADI GMA

MA LAMA: Pendekatan Keamanan

Tidak sbg sebuah dae“terasing”,ttp “gerbang negara”, serambi

negara (foyer ), bukan sebuah

B

Per tahananKese jah te raan

(backyard) Aspek keamanan n kesejahteraan.

Asumsinya peningkatan kesej

RU

berkurangnya masalah keamanan.

KELEMBAGAAN

5

Badan Pengelola Perbatasan



• Meski telah memiliki beberapa payung hukum, perubahan paradigma ,

namun implementasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasanperbatasan masih belum menunjukkan hasil optimal.

ASPEK KEAMANAN

Masih menghadapi berbagai ancaman keamanan (konvensional/non konvensional).

Identifikasi beberapa kasus:

• 2003 : Sipadan‐Ligitan

• Sep‐

Okt 2005 :

9

x insiden kekerasan,

perang batu,

pembakaran

ladang/gubuk. Tumpang‐tindih klaim lahan 3 km2 di desa

Manusasi (TTU‐NTT).

nasional Timor Leste (BPU/UPF) di sungai Malibaka, Kab.Belu.

6



IMPLEMENTASI

DAN

MASALAHNYA

KalImantan Timur‐Sabah

pembalakan

hutan,

buruh

migran

tak

terdokumentasi

(undocumented migrant workers), penyelundupan

human tra ickin ketertin alam emban unan masalah terorisme transnasional

Transit perdagangan narkoba

Papua – PNG Daerah perbatasan sering dijadikan tempat pelarian

orang‐orang yang

melakukan pelanggaran hukum.

Pelintas batas ilegal

Pen elundu an baran ‐baran ile al dan ke iatanperdagangan ilegal

7



Kalimantan Barat –

Perekrutan

Askar Wathaniyah

dari WNI

di wilayah.

Ketidakjelasan

pa o‐pa operbatasan

8



IMPLEMENTASI DAN MASALAHNYA

ASPEK SOSIAL EKONOMI

• Tingkat sosial‐ekonomi rendah.

• Aksesbilitas masyarakat thd ekonomi

terbatas.

• Keterbatasan ketersediaan sarana danprasarana jalan, angkutan transportasi dan

pasokan listrik

9




Belum memiliki

1

main baku

dan

grand design.

PROBLEMATIKA Model

PERBATASAN INDONESIA wilayah dan

kawasan

perbatasan yang

dikembangkan

10

parsial.



Pengelolaan kawasan perbatasan:

1. Komite2 erbatasan: forum

kerjasama Ind

‐neg tetangga (General Border Committee

(GBC) RI‐Malaysia, Joint Border Committee (JBC) Ind‐PNG, JBC

n ‐ mor es e, or er omm ee ‐ p na.

. , . instansi pem dg 35 program perbatasan.

3. Unit/badan khusus di dae yg menangani pengelolaankawasan perbtsan yg bekerjasama dgn neg tetangga. Sosek Malindo di Kalbar, Kaltim dan Riau; Badan Perbtsn n

kerjasama daerah (BPKD) di Papua. 11



Persoalan Yang Muncul :

entu e em agaan

GBC RI

‐Mal:

Panglima

TNI;

JBC

RI

‐PNG

n RI

‐TL:

Kemendagri;

BC RI‐Filipina: Panglima Wirabuana

2. Hub

em

st‐daerah

belum

memiliki

mekanisme

jelas.

Sejauhmana wewenang daerah melakukan kerjasama dg

pem neg

lain,

bgm

bentuk

kerjasama

itu

mendukung

grand

strategy dari pengelolaan perbtsn dari pem pst td pernah

. .

12



Persoalan Yang Muncul : 3 Bentuk kelembagaan

3. Persoalan kontrol dan monitoring.

Ketiadaan koordinasi yg jelas, ad hoc dan sgt sektoral,

maka

evaluasi, pengawasan dan implementasi kebijk sulit

a u an. ampa nya, su t muncu program yg susta na e

4. Lemah hubungan koordinatif • Ketidakjelasan “komando”‐‐‐ Hanya menjdi bag dr kebijk

.

• Pemahaman dan program beragam, terkait dengan soal visi serta tupoksi masing2.

• Akibatnya, kurangnya integrasi dan sinkronisasi cakupan dan

tujuan program

antara

institusi

satu

lainnya. 13




kementerian, lembaga

2

relatif minim, dalam

rangka meningkatkan

POLITIK ANGGARAN kesejahteraan masyarakat

maupun dalam

mengem ang an infrastruktur kawasan

14




.

memenuhi tuntutan

publik,

terutama

dalam

kejelasan

wilayah

negara dan pembagian kewenangan pengelolaan antara Pusat .

• UU ini

juga

menopang

pembentukan

institusi

khusus

baru

yang bertanggungjawab atas pengelolaan perbatasan (Perpres

No.12 Tahun 2010 tentang Badan Pengelola Nasional Perbatasan).

15



MENGGAGAS MANAJEMEN PENGELOLAAN YANG

BEBERAPA HAL

YANG

PATUT

DIPERHATIKAN:

Perangkat Kebijakan dan Kelembagaan.

Perubahan karakteristik dari ersoalan

perbatasan.

16



Menggagas …….

PERANGKAT ATURAN DAN KELEMBAGAAN

• Keberadaan UU 43/2008 tentang Wilayah Negara sudah menjawab

(1) kejelasan

mengenai

batas

negara

(2) kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan

perbatasan

(3) pembentukan badan khusus pengelola perbatasan (Perpres

12/2010)

• Fungsi dan peran BNPP harus segera diimplementasikan dengan

lainnya dan pemerintah daerah. Ini untuk mengatasi persoalan

koordinasi dan sinergi yang absen selama ini dalam pengelolaan

a as w aya negara an awasan per a asan.

•

Liaison Officer (LO) BNPP 17



Menggagas......

• UU 43/2008 msh sgt umum/administratif,

dan meskipun BNPP mel Perpres 12/2010

,

kedua produk

aturan

hukum

tsb

belum

menyentuh sec spesifik manajemen

Pasal

2 (asas);

Pasal

3

(Tuj);

Pasal

10

wilayah perbatasan, “menjaga keamanan”

merpk bag kewenangan pem pusat.

• Manajemen pengelolaan keamanan di

perbatasan merupakan salah satu unsur PINTU PERBATASAN DI MOTAMASIN

perbatasan secara komprehensif.

18



MENGGAGAS….

• Ketidakjelasan manajemen pengelolaan keamanan di perbatasan

ini pada kenyataannya menyebabkan “ketidakamanan” di

perbatasan, karena ketidakjelasan dalam siapa sesungguhnya

memiliki kewenan an “komando” dlm en elolaan keamanan di

perbatasan.

, , , , .

• Ilustrasi : Pembedaan ”Pintu” dan ”Garis” Perbatasan.

• Kewenangan TNI yg besar dalam soal pengelolaan perbatasan:

o Memunculkan persepsi kuatnya pendekatan keamanan

o erug an masyara a secara sos a , e onom maupun u aya

19



Menggagas……..

Institusi pengelola kawasan perbatasan hrs memperhatikan

,

spt menonjolnya

ancaman

keamanan

non

‐tradisional,

pengaruh globalisasi dan integrasi ekonomi.

Perbatasan

td

cukup

dimaknai

sec

statis

dlm

dimensi

,

globalisasi yang meningkatkan interdependensi dan

interpenetrasi global.

Interdependensi dan interpenetrasi menihilkan kapasitas neg

.

20



Menggagas……..

• Fungsi militer dan ek tradisional di perbatasan sdh

semakin menurun, namun kontrol thd perbtsn tetap

harus dilaksanakan.

• Clandestine Transnational Actors (CTA), non state actors

untuk motif pol (teroris), motif ek (migrasi ilegal, spt

pengungsi n pencari kerja, penyelundupan dsb)

21



Menggagas……….

• Pola manajemen baru dlm pengelolaan perbatasan.

ungs per a asan a ang, namun pr or as

kontrolnya bergeser

td

lagi

pd

antisipasi

serangan

militer,

tt d u a a ene akan hukum n efektivitas liberalisasi

ek.

• Fenomena CTA menjadi prioritas sekurisasi di

perbatasan.

• Konsolidasi agensi yang mengelola perbatasan dan

badan

imigrasi. 22



wilayah negara

dan

kawasan

perbatasan

darat

meru akan suatu kebutuhan an tidak da at

ditunda dengan menimbang eksistensi permasalahan

dalam pengelolaan

perbatasan

di

masa

lampau

dan

perubahan global.

Keberadaan BNPP

memberikan

angin

sejuk

bagi

upaya penyelesaian masalah perbatasan secara

ompre ens .

23



Penutup

Manajemen pengelolaan perbatasan di masa depan harus

1. Mem erce at im lementasi eran fun si dan hubun an

koordinatif BNPP.

2. Manajemen pengelolaan perbatasan secara komprehensif arus uga meng utserta an e eng apan unsur mana emen

pengelolaan keamanan perbatasan yang masih belum jelas.

3. Institusi en elola erbatasan harus mem erhatikan ula

berbagai perubahan karakteristik persoalan perbatasan,

terutama dg fenomena CTA. Untuk itu perlu diperjelas

, , ,

dan aparat keamanan, mel konsolidasi agensi dan perlunya

pemikiran Smart Diplomacy. 24



TERIMA KASIH

25

manajemen pengelolaa an lipi

Documents