manajemen makp

24
B. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) 1.Pendahuluan pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah system pemberian pelayanaan kesehatan kesistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat,dihaarapkan dapat memberikan arah terhadap pelayaanan keperawatan berdasarkan isu dimasyarakat. Berdasarkan keadaan diatas,perlu dikembangkan model praktik keperawatan yang diuji dengan memberikan pengamatan belajar praktik klinik kepada mahasisiwa (Ners dan spesialis),sehingga diharapkan mutu pelayanaan kesehatan bias meningkat. 2.Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Bab ini menyajikan tahap proses manajemen keperawatan yang meliputi data ,analisis SWOT, dan identifikasi masalah. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia model sisitem asuhan keperawatan juga harus berubah menuju praktik keperawatan professional , Model system asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah metode tim,primer,kasus,dan gabungan (moduler) 3.Langkah Pengolahan MAKP Langkah 1: Pengumpulan Data

Upload: frenky-azuandi

Post on 06-May-2017

233 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen makp

B. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1.Pendahuluan

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi organisasi

pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah system pemberian pelayanaan

kesehatan kesistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat,dihaarapkan

dapat memberikan arah terhadap pelayaanan keperawatan berdasarkan isu dimasyarakat.

Berdasarkan keadaan diatas,perlu dikembangkan model praktik keperawatan yang diuji

dengan memberikan pengamatan belajar praktik klinik kepada mahasisiwa (Ners dan

spesialis),sehingga diharapkan mutu pelayanaan kesehatan bias meningkat.

2.Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Bab ini menyajikan tahap proses manajemen keperawatan yang meliputi data ,analisis

SWOT, dan identifikasi masalah. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan

kesehatan yang terjadi di Indonesia model sisitem asuhan keperawatan juga harus berubah

menuju praktik keperawatan professional , Model system asuhan keperawatan yang dapat

dikembangkan adalah metode tim,primer,kasus,dan gabungan (moduler)

3.Langkah Pengolahan MAKP

Langkah 1: Pengumpulan Data

1.Sumber daya manusia (M1-Man)

a. Ketenangan

- Struktur organisasi

Ruangan interna Rumah Sakit Y dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh

wakil kepala ruangan , 3 ketua tim, 8 perawat pelaksana ,tata usaha bersama 5

pembatu orang sakit (POS) atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat<serta

tiga orang yang bertugas sebagai cleaning service(CS) .

Page 2: manajemen makp

- Jumlah tenaga di ruang interna RS Y (keperawatan maupun non keperawatan)

Tabel : komposisi ketenagaan keperawatan ruang interna RS Y

No. Kualifikasi Jumlah Masa kerja Jenis1 S-1 Keperawatan 2 5 tahun : 1 orang

3 tahun : 1 orangPNSPNS

2 D=3 Keperawatan 4 < 5 tahun : 2 orang5-10 tahun : 1 orang

4 bulan : 1 orang

PNSPNS

Honorer3 SPK 7 >25 tahun : 7 orang PNS4 Mahasiswa PSIK 4 1 bulan : 10 orang

Komposisi ketenagaan nonkeperawatan ruang interna RS Y

No. Kualifikasi Jumlah Jenis 1 Tata usaha 1 orang PNS2 Cleaning service 3 orang Honorer3 Ahli Gizi 2 orang PNS4 POS 5 orang Bervariasi

- Pengaturan ketenangan

jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat

ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu:

1. Perawatan minimal. Memerlukan waktu 1-2 jam sehari;

2. Perawatan parsial,memerluakn waktu 3-4jam sehari;

3. Perawatan total,memerlukan waktu 5-6 jam sehari.

Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien,kelompok menggunakan

klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem yaitu

teori Self Care Deficit , sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang

dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut Ratna Sitorus(2006)

Pengumpulan data dalam hal ketenangan di ruang interna RSUD Y

dilakukan melalaui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat

ruangan maupun melalui koesioner. Berdasarkan hasil angket maupun koesioner

dengan perawat di ruangan sebagi responden, didapatkan data bahwa : 69,2%

Page 3: manajemen makp

perawat menyatakan bahwa pembagian tugas di ruangan secara structural sudah

baik namun pelaksanaanya masih belum jelas. Hasil wawancara dengan kepala

ruangan menyatak bahwa 60% kinerja perawat di ruangan sudah cukup baik,

namun 54% perawat masih berlatar pendidikan SPK. Melalaui

koesioner,didapatkan data bahwa 60% perawat merasa membutuhkan

kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih

tinggi atau mengikuti seminar dan pelatihan keperawatan. Kepala ruangan juga

menyatakan bahwa RS telah memberiakan kebijaksanaan kepada perawat untuk

mendapatkan beasiswa ,kesempatan untuk kuliah, seminar dan pelatihan

keperawatan. Menurut kepala ruangan , pemerintah telah mengeluarkan

kebijaksanaan tentang profesionalisme perawat mengngiat tuntutan masyarakat

akan kesehatan semakin meningkat , masyarakat juga membutuhkan pelayanann

yang baik . Rs juga mempunyai kebijakan untuk menerima pasien Askeskin dan

memberi kesempatan perawat asing untuk bekerja di RS

Berdasarkan hasil observasi,didapatkan data bahwa ruang interna dipimpin oleh

kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepal ruangan , 3 ketua tim, 8 perawat

pelaksana , tata usaha bersama 5 POS serta 3 orang yang bertugas sebagai CS,

Sekitar 60% pasien di ruamg interna memiliki tingkat ketergantungan total.

Jumlah tenaga lepas dinas perhari di ruangan adalah 3 dan totaljumlah perawat

adalah 13 orang dengan 2 orang bependidikan S-1 , 4 orang dari D-3 dan 7 orang

SPK yang dibagi menjadi 3 sif (waktu/gilir dinas) yakni,sif pagi 907.00 –

15.00),sif sore (15.00-23.00),dan sif malam (23.00-0630), Perawat mendapatkan

kesempatan untuk mengambil cuti satu kali dalam seminggU

2. Sarana dan prasarana (M2 – Material)

a. lokasi dan denah

Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini di lakkukan pada

ruang interna rumah sakit y dengan uraian sebagai Berikut:

Page 4: manajemen makp

Sebelah utara berbatasan dengan ruang bedah

Sebelah selatan berbatasan dengan ruang saraf

Sebelah barat merupakan arah belakang ruangan

Sebelah timur merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan

b. Peralatan dan fasilitas

Fasilitas untuk pasien

Tabel : daftar fasilitas untuk pasien ruang interna RS Y

No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan12345678

910

Tempat tidurMeja pasienKipas anginKursi rodaBranchartJam dindingTimbanganKamar mandi dan WCDapurWastafel

25 bed25 buah7 buah3 buah2 buah2 buah1 buah4 buah

1 buah2 buah

Cukup baikCukup baikCukup baikCukup baikCukup baikBaikBaikCukup baik

Cukup baikBaik

1 : 11 : 14/ruangan2-3/ruangan1/ruangan2/ruangan1/ruanganKls 2 = 1:2Kls 3 = 1:51/ruangan2/ruangan

--Perlu dikurangi-Perlu dikurangi--Perlu ditambah 1 kamar mandi--

fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas ruang kepala ruangan yamg

meliputi satu denagn ruang pertemuan perawat, satu kamar mandi

perawat/WC , ruang staf dokter ada disebelah barat nursing station .nursing

station berada ditengah ruangan di sebelah ruang staf dokter dan ruang pasien

kelas dua gudang berada disebelah selatan ruang ganti dan ruang ganti

perawat berada di sebelah utara .

Page 5: manajemen makp

Fasilitas dan alat kesehatan yang ada di ruang interna Rumah Sakit Y

Tabel Daftar fasilitas dan alat kesehatan ruang interna RS Y

No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal UsulanStetoskopHb meterUrometerLemari EsCom stenlistTabung O2SenterBak InjeksiEmber sampah pasienPapan tulis/white boardLemari kacaLemari besiTensimeterPinset anatomisPinset cirurgisGunting nekrotomiGunting perbanKorentang dan tempatBengkokSuctionTeleponKomputerAlat pemadam kebakaranLemari obatLampu daruratSpuit gliserinKereta obatStandar baskomStandar infusAmbu bagKursi lipatManometer O2 lengkapStandar O2Termometer

5 buah2 buah2 buah1 buah4 buah5 buah2 buah8 buah3 buah2 buah2 buah1 buah5 buah10 buah10 buah10 buah3 buah5 buah10 buah2 buah1 buah1 set1 buah1 buah2 buah1 buah4 buah5 buah10 buah1 buah10 buah2 buah1 buah5 buah

Baik BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik2 rusakBaikBaik1 rusak

2/ruangan2/ruangan2/ruangan1/ruangan3/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan1:11/ruangan1/ruangan1/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan1/ruangan1/ruangan1/ruangan2/ruangan2/ruangan2/ruangan1/ruangan2/ruangan1:11/ruangan5/ruangan2/ruangan2/ruangan5/ruangan

Dikurangi---DikurangiDikurangiDikurangiDikurangiDitambah 22DikurangiDikurangi-DikurangiDikurangiDikurangiDikurangiDikurangiDikurangiDikurangi------Ditambah 1DikurangiDikurangiDitambah 15-Dikurangi-Ditambah 1Ditambah 1

c. Administrasi penunjang

sarana dan prasarana di ruang rawat inap interna RS Y sudah cukup baik.

Fasilitas penunjang seperti empat kamar mandi ,satu tempat parker,dan satu kantin

Page 6: manajemen makp

kondisinya cukup baik. Tetapi idealnya kamar mandi kelas dua = 1:2 dan kelas tiga =

1:5 , satu tempat parker/ruangan , satu kantin/ ruangan sehingga perlu ditambah satu

kamar mandi. Ventilasi udara terdapat 10 jendela dan kondisinya cukup baik . Setiap

pagi dan sore ruanagn dibersihkan oleh petugas CS dan kondisinya ruangan cukup

tenang . Jumlah tabung O2 ada lima buah , perlu dikurangi tiga , sebab idealnya hanya

ada dua per ruangan . Semua perawat ruangan mampu menggunakannya dengan baik.

Kondisi administrasi penunjang cukup baik, Kondisi administrasi penunjang cukup

baik,yang terdi atas : 1 buku injeksi, 1 buku observasi,20 lembar dokumentasi, 1 buku

observasi suhu dan nadi, dan 1 buku overran,nurse station ada satu,ruanagn biasanya

digunakan sebagai ruang pertemuran perawat , kadang – kadang perawat mengobrol

dan menggosip disana .tempat ruang karu tersendiri disebelah ruang staf dokter

sebaiknya di pindah jadi satu dengan nurse station sebab idealnya ruang karu jadi

satu dengan nurse station sebab idealnya ruang karu jadi satu dengan nurse station .

3.Metode asuhan keperawatan (M3- Method)

a. Penerapan MAKP

Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang digunakaan saat ini

didapatkan bahwa model yang digunakaan Ruang Interna RS Y adalah metode Tim. Sebnayak

11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang digunakan

sesuai dengan visi dan misi ruangan .

Dari hasil wawancara,angket,observasi serta dari data sekunder tentang efektifitas dan efisinsi

model asuhan keperawatan,didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini

rata – ratalama pasien rawat inap ruang interna adalah 7-14 hari. Perawat mengatakan bahawa

tidak terjadi penurunan keercayaan pasien. Ini dilihat dari banyak nya jumlah pasien rujukan dari

puskesmas maupun klinik – klinik lain. Sebnyaknya 9 dari 11 perawat (81,8%) menyatakan

bahwa model yang digunakan saat ini tidak terlalu membebani kerja . Msalah pembiayaan

terpusat langsung ,jadi bias dikatakan ,tergantung dari alokasi anggaran yang disediakan rumah

sakit untuk tiap – tiap ruangan . Kritikan yang diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan

Page 7: manajemen makp

kurangnya sumber daya tenaga sehingga pelayanan menjadi kurang optimal .

Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model askep , didapatkan

bahwa 7 dari 11 perawat (63,6%) mengatakan bahwa komunikasi antrprofesi terlaksana cukup

baik,sedangkan rencana askep antarsif berkelanjutan. Hal ini didukung dengan adanya data

dokumentasi semau perawat mengatakan bahawa pernah mendapat teguran dari ketua tim

tentang kinerja yang telah dilakukan . hanya saja teguran tersebut berupa masukan – masukan .

sebnyak 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan bahwa merasa telah melakukan tugasnya sesuai

standar yang telah di tetapkan .

Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang tanggung jawab dan pembagian tugas ,

didapatkan 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan yang kadang

kadang tidak berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda tingkatanya . Sebnyak 5 dari 11

perawat (45,45%)memberikan jawab yang kurang sesuai dengan metode tim yang telah

digunakan . Sebanyak 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa kurang mengetahui

kebutuhan perawatan pasien secara keseluruhan yang sedang dialami.

b. Overan

Overan dilakukan dua kali dalam sehari,yaitu pada pergantian sif malam ke pagi (pukul 07.00)

dan pagi ke sore (pukul 14.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan

dinas,tetapi dari kousioner yang telah dibagikan diperoleh data : 100% perawat menyatakan

pelaksanann overan kadang kadang tepat waktu denagn alasan , 7 perawat (63,63%) mengatakan

anggota tim belum lengkap, 4 perawat (36,36%) mengatakan data belum disalin. Kegiatan ini

dipimpin langsung oleh kepala ruangan . untuk hal hal yang perlu dipersiapkan dalam overan,

semua perawat dapat menyebutkan dengan bnar dan menyiapkan hal hal yang perlu disampaikan

selama overan , dari 11 perawat hanya 5 perawat (45,45%) yang mencantumkan masalh

keperawatan , 6 perawat lainnya (54,54%) menyatakan mereka langsung menggunakan diagnosis

dokter agar lebuh efisien . Dalam detiap overan selalu ada klarifikasi langsung tanaya jawab dan

validitas terhadap semua hal yang dioverkan.seratus persen perawat mengetahui hal – hal prinsip

tentang teknik penyampaina overan ketika didepan pasien yang meliputi : penggunaan volume

suara yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien disebelahnya sesuatu yang dianggap

rahasia disampaiakn dengan bahasa medis,dan lain-lain. Selalu ada interaksi dengan pasien saat

overan berlangsung ,minimal menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini,semalam bias tidur

Page 8: manajemen makp

atau tidak. Lama overan bervariasi tergantung kondisi pasien , semakin banyak yang akan

dilaporkan semakin lama waktunya , menurut hasil kuesioner, biasanya tidak lebih dari lima

menit untuk tiap pasien

Pelaporan overan dicatat dalam buku khusus yang akan ditandatangani oleh perawat yang

melaporkan ,perawat yang menerima laporan dan kepala ruangan . Setelah pelaksanaan overan,

kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan

sif selanjutnya . Kemudian overan akan ditutup oleh kepala ruangan .

c. Ronde keperawatan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan,pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Interna

belum optimal (dari 81,8% perawat ruangan dan karu),hal ini dikarenakan jumlah pasien yang

lebih banyak dari jumlah perawat. Hanya 81,8% perawt yang tahu tentang ronde

keperawatan.81,8% perawt ruangan mau dan ingin berubah dalam pelaksanaan ronde yang lebih

optimal.Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan ronde keperawatan cukup mampu dalam

melaksanakn tugasnya. Tim yang dibentuk berkisar 3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh

kepala ruangan

d.pengolahan logistic dan obat

Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat adalah semua perawat mengemukakan

jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah ada sentralisasi obat.ini

bias dilihat adanya ruangan khusus obat (ruang SO).

Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat sedangkan alat-alat

kesehatan hanaya sebagian ada dengan jumlah terbatas. Selama ini obat-obatan bagi pasien

sendiri dengan jumlah terbatas.Selama ini obat obatan bagi pasien sendiri dengan kepemilikan

akan tetapi proses keluar masuknya di dokumentasiakan . semua perawat mengatakan bahwa

selalu memberi etiket kepemilikan pada obat obat yang ada.

e.Perencanaan pulang(discharge planning)

Page 9: manajemen makp

Dari hasil observasi yang dilakukan ,perencanaan pulang sudah dilaksanakan akan tetapi hanya

dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanay pada saat pasien pulang. Isi Foramat perencanaan

pulang hanaya tentang penjelasan penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya

jika kambuh.dalam melakukan perencanaan pulang,perawat tidak pernah memberikan brosur

maupun leaflet pada pasien,sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah

diberikan oleh para perawat

f.supervisi

Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan praktik manajemen

keperawatan,didapatkan data bahwa kelengkapan dupervisi diruangan belum memenuhi standar

yang telah ditetapkan. Saat supervise injeksi IV dengan kepala ruangan tidak tersedia alas injeksi

IV dan sebagian besar perawat mengabaikan persiapan yang harus dilakukan kepada pasien.

Format untuk supervisiruangan yang ada hanya format supervisi untuk injeksi IV,sedangkan

format supervise lainnya masih belumbaku. Kepala ruangan secara langsung melakukan

supervise kepada ketia tim dan ketiua tim secara langsung melakukan supervvisi kepada perawat

pelaksana kemudian ketua tim melaporkan hasil supervise perawat pelaksana kepada kepala

ruangan(supervise tidak langsung) dan hasil ini dijadiakan kokumentasi untuk ruangan .

g.Dokumentasi

Model dokumentasi keperawatan yang digunakan di Ruang Interna adalah Model dokumentasi

POR(problem Oriented Record).Dari hasil observasi,dokumentasi keperawatan yang dilakukan

meliputi pengkajian yang menggunakn system head to toe dan ROS (review of body

system),serta diagnosis keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.Format

pengkajian sudah ada sehinggan dapat memudahkan perawat dalam mengkaji.

Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual(belum ada komputerisasi).catatan

keperawatan berisikan jawaban terhadap order dokter dan tindakan mandiri perawat

4. Keuangan (M4- Money)

Biaya perawatan pasien di ruang Interna sebagian besar dari umum ? biaya

sendiri, Askes PNS, dan pihak ketiga .

5. Pemasaran (M5 – marketing,termasuk mutu)

Page 10: manajemen makp

Dilain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim marketing

secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa

kesehatan .perawat memberiakn pelayanan seoptimal mungkin denagan

memberikan perawatan secara paripurna ,sehingga pelayanan di ruangan layak

untuk di promosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan

Langkah 2: Analisis SWOT

Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan

1. Pengisisan item internal factors (IFAS) dan external factor (EFAS). Cara pengisian IFAS

dan EFAS disesuaiakan denagan komponen yang ada dalam pengumpulan data (bias

merujuk pada data focus dan contoh pengu,mpulan data pada bagian lain di dalam buku

ini). Data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan

(weakness) dan kekuatan (strength) dan efas yang meliputi aspek peluang (opportunity)

dan ancaman(ancaman)

2. Bobot . beri bobot masing masing factor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0

tidak penting ,berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap strategi perusahann

3. Peringkat (rating) . Hitung peringkat masing – masing factor denagn memberiakn skala

mulai 4 ( sangat baik0 sampai dengan 1 (kurang0 berdasarkan pengaruh factor tersebut.

Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara

observasi,wawancara, pengukuran langsung .faktor kekuatan dan peluang

menggambarkan nilai kinerja positif,sebaliknya factor kelemhan dan anacaman

menggambarkan nilai kinerja yang negative. Kemudian ,bobot dikali dengan peringkat

untuk mendapatkan nilai masing – masing factor

4. Setelah didapatkan nilai masing – masing factor ,mka auntuk mendapatkan nilai IFAS

adalah kekuatan dikurangi kelemahan (s-w) dan EFAS adalah peluang dikurangi

ancaman (O-T ). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukan di dalam diagram

laying (Kit kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan

letak kuadran.

Page 11: manajemen makp

a. Pada kuadran WO , strategi perencanaan bersifat progresif trun around dengan tujuan

meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan (peluang)

b. Pada kuadran SO,strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan

mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang yang lebih

dalam menghadapi persaingan

c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan merubah

kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi factor ancaman dari luar

d. Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan

mempertahankan eksistensi supaya institusi / perusahaan tetap ada dan dapat

menjalankan fungsinya secara optimal

Langkah 3: identifikasi masalah

Contoh identifikasi masalah

1. Ketenagaan(M1)

a. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien

b. Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya

c. Kurang displinya pegawai

d. Pembagian tugas masih belum jelas

e. 5,54% perawat masih berlatar pendidikan SPK penyebab:

Prioritas masalah:

1) Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien

2) Kurang disiplinya perawat ruangan

3) Rendahnya kesejahteraan perawat

2. Sarana dan prasarana

a. Belum terpakainya srana dan prasarana secara optimal;

b. Nurse station belum termanfaatkan secara optimal

c. Kurangnya kamar mandi ,ember sampah pasien,spuit,gliserin,tiang infus,standar O2

dan thermometer

Prioritas masalh:

Page 12: manajemen makp

Sarana dan prasarana yang dimiliki ruanagan belum terpakai secara

optimal

Jumlah peralatan tidak sesuai dengan ratio pasien

3. Metode (M3)

Penerapan model:

a. Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksannan model yang telah ada

b. Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara

komprehensif

c. Job yang kadang – kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang berbeda

tingkatannnya (kurang jelas)

d. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang

digunakan

Proritas masalah:

Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model makp yang telah

ada

Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara

komprehensif

Job yng kadang kadang tidak sesuai denagn lulusan akademik yang berbeda

tingkatnya (kurang jelas)

Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang

digunakan

Dokumentasi keperawatan :

a. System pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi)

b. Belum semua tindakan perawat didokumentasikan :

c. Pendokumentasian tidak segera dilakukan setelah melakuakan tindakan tetapi kadang –

kadang dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan ruang memungkinkan

d. Catatan perkembanagn pasien kurang berkesinambunagn dan kurang lengkap

e. Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi

Page 13: manajemen makp

f. Dari 20 rekam medis pasien yang ada, hanaya ada 12 rekam medis yang ditulis dengan

lengkap dan tepat waktu

Prioritas masalahnya:

Pemahaman dan pengaplikasikan perawat tentang format pendokumentasian

kurang benar dan kurang tepat

Kurang displinnya perawat dalam melakukan dokumentasi yang komprehensif

Ronde keperawatan:

a. Ronde keperawatan adalah kegiatan yangb belum dapat dilaksanakan secara optimal di

ruang interna

b. Tim yang di bentuk cukup mampu dalam pelaksannan ronde dan penyelesaian tugas

c. Jumlah perawat yang tidak seimbang dengan pasien

Prioritas masalh:

Ronde keperawatan belum terlaksana secara optimal atau secara rutin karena

kesempatan perawat yang terbatas

Tim yang dibentuk hanya cukup mampu membantu dalam pelaksanaan ronde

keperawatan dan penyelesaian tugas yang berkaitan dengan maslah yang dibahas

dalam ronde keperawatan

Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan maslah yang terjadi diruanagn telah

dilaksanakan tetapihanay diikuti oleh sebagian perawat

Sentraisasi obat:

a. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal

b. Selama ini format yang ada masih obat oral dan injeksi dan yang lain tercampur

pada salh satu dari keduanya

c. Selama ini belum ada format persetujaun sentralisasi obat untuk pasien

d. Alat alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas :

e. Teknik sentralisasi obat belum jelas

Prioritas masalah:

Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal

Selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien

Page 14: manajemen makp

Alat alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas

Teknik sentralisasi belum jelas

Supervise

1. Belum ada uraian yang jelas tentang supervise

2. Belum mempunyai formatyang baku dalam pelaksanaan supervise

3. Kurangnya program pelatihan dan soaialisi tentang supervise

Prioritas masalh:

Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal

Selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien

Alat alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas

Teknik sentralisasi obat belum jelas

Overan

a. Perawat kurang displin waktu overan

b. Masalah keperawatan lebih focus pada diagnose medis

c. Perawat kesulitan mendokumentasikan overan karena formatnya kurang sistematis

d. Data hanya ditulis disecarik kertas sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan

e. Dokumentasi masih terbatas sehungga rencana tindakan belum spesifik

Prioritas masalah :

Perawat kurang disiplin waktu dan overan

Masalah keperawatan lebih focus pada diagnosis medis

Data hanya ditulis disecarik kertas sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan

Perawat kesulitan mendokumentasikan overan karena formatnya kurang

sistematis

Dokumentasikan overan masih terbatas sehingga penyusunan rencana tindakan

belum spesifik

Perencanaan pulang:

a. Pelaksanaan perencanaan pulang belum optimal;

b. Tidak tersedianya brosur / leaflet untuk pasien saat melakukan perencanaan pulang;

Page 15: manajemen makp

c. Tidak tersediannya anggaran untuk perencanaan pulang;

d. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada setiap pasien/keluarga;

e. Belum optimalnya pendokumentasian perencanaan pulang.

Prioritas masalah:

Perencanaan pulang belum terlaksana sesuai dengan standar yang baku

4. Keuangan (M4)

5. Mutu (M5)

a. Keselamatan pasien(pasien jatuh,kesalahan medikasi,flebitis,infeksi

nasokomial,restrain,decubitus)

b. Kepuasan pasien;

c. Kecemasan pasien;

d. Kenyamanaan(nyeri)

e. Perawatan diri;

f. Pengetahuan pasien.

Langkah 4: perencanaan (Rencana Strategis)

Aplikasi perencanaan keperawatan berdasarkan metode BSC

Page 16: manajemen makp

Keuangan Pelanggan SDMProses bisnis

Peningkatan profitabilitas

Peningkatan efisiensi biaya

Mampu menciotakan kepuasan terhadap harapan pelanggan

Menciptakan pelanggan yang loyal terhadap RS

Mengembangkan SI yang mendukung proses pelayanan

Adanya protap UP pada setiap tindakan invasif keperawatan

Tercapainya standar pelayanan prima

Inovasi produk dan layanan

Memberikan kesempatan belajar bagi perawat ke tingkat yang lebih tinggi

Peningkatan produktivitas pegawai

Mengikutsertakan perawat dalam berbagai seminar dan pelatihan

Keuangan Pelanggan SDMProses bisnis

TARGET Efisiensi biaya 95% Alokasi anggaran dana

digunakan sesuai dengan kebutuhan ruangan secara efisien

Peningkatan pendapatan ruangan

TARGET Penguasaan standar

ASKEP 100% Keluhan pasien (secara

langsung, surat kaleng, dan lain – lain) minimal

Tersedia info kebutuhan dan harapan pelanggan pada up date setiap bulan

TARGET Penguasaan askep Kelengkapan dok askep

100% Respon time perawat

<5 menit Inovasi layanan setiap 6

bulan Perawat melakukan

pelayanan sesuai protap dan sistem prosedur

TARGET Penilaian SDM tahun

2008: 75% baik, dan meningkat 5% setiap tahun

Pelayanan kebutuhan pendidikan dan pelatihan profesi bagi tenaga keperawatan

Peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat

PROGRAM Pengadaan usaha kecil

(penjualan minuman dingin, alat keperluan pribadi, pulsa, dan lain – lain.

Penyusunan rencana anggaran yang akurat

Efisiensi penggunaan alat (set balutan)

PROGRAM Survei kepuasan

pelanggan terhadap kinerja perawat

Adanya protap yang jelas dan dilaksanakan dengan baik

Melengkapi sarana dan prasarana

Mengikutsertakan perawat dalam berbagai pelatihan dan seminar

PROGRAM Penyusunan dan

penerapan protap surveillance infeksi nasokomial

Rekayasa produk pelayanan

Bedside teaching Ronde keperawatan Evaluasi sistem

informasi Penyusunan struktur

organisasi dan deskripsi tugas perawat ruangan interna

PROGRAM Peningkatan pelatihan

dan seminar untuk meningkatkan kinerja perawat

Penyusunan kebutuhan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja keperawatan

Penyediaan informasi adanya beasiswa pendidikan bagi perawat