manajemen kinerja dan

207

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN KINERJA DAN
Page 2: MANAJEMEN KINERJA DAN

MANAJEMEN KINERJA DAN PENJAMINAN MUTU

PENDIDIKAN

(Teori dan Praktik)

Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd.

Penerbit

Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi

Telp. (0741) 60731, email: [email protected]

Page 3: MANAJEMEN KINERJA DAN

ii

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) Penulis : Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd. Editor : Sohiron, M.Pd.I Layout : Cahaya Firdaus Design Cover : Cahaya Firdaus Team

Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-60957-4-9 viii, 203 hal (15,5x23 cm) Cetakan Tahun 2020 Alamat Penerbit : Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi Telp. (0741) 60731, email: [email protected]

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang

Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan Hak Eklusif bagi Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundanga-undangan yang berlaku

Lingkup Hak Cipta Pasal 72 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat 1 atau pasal 49 ayat 1 dan 2 dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau paling banyak Rp. 5.000.000.000,-

2. Barang siapa dengan dengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dipidana dengan penjara paling lam 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,-

Page 4: MANAJEMEN KINERJA DAN

iii

KATA PENGANTAR

بسـم الله الر حمن الرحيم والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه أجمعبن الحمد لله رب العالمين والصلاة

Ungkapan segala puji dan syukur yang teramat dalam

keharibaan Sang Maha Agung dan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “MANAJEMEN KINERJA DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (Teori dan Praktik)”. Buku ini merupakan disertasi penulis yang tulis pada tahun 2012 yang telah edit ulang sesuai dengan perkembangan teori dan kebijakan pendidikan.

Diharapkan buku ini memberikan sumbangan kepada pengembangan teori administrasi pendidikan, terutama tentang penjaminan mutu pada sekolah dasar. Secara praktis, buku ini memberikan sumbangan Penjamiman Mutu Pendidikan khususnya kepada Lembaga Penjaminan Mutu Penddikan (LPMP). Buku ini sangat penting untuk dibaca bagi praktisi pendidikan, akademisi, maupun mahasiswa khususnya program studi Manajemen Pendidikan, karena buku ini berdasarkan kajian teoritis maupun paparan praktis berdasarkan yang berbasis riset.

Penulis menyadari bahwa buku ini bukanlah merupakan karya yang sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan agar buku ini lebih sempurna kedepannya. Akhirnya kepada Allah SWT penulis mohon ampun dan kepada pembaca semua penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, Juli 2020 Penulis,

Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd.

Page 5: MANAJEMEN KINERJA DAN

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................ iv DAFTAR TABEL ..................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................... viii BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1

BAB II MANAJEMEN KINERJA

A. Kinerja Organisasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan ................................ 14

B. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja ................ 35 C. Model Manajemen Kinerja .............................. 38 D. Analisis Kinerja ................................................ 43

BAB III SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Konsep Mutu .................................................... 45 B. Konsep Kontrol Mutu, Jaminan Mutu dan

Mutu Terpadu ................................................. 51 C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ............ 52

BAB IV MANAJEMEN KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN

MUTU PENDIDIKAN

A. Konsep Manajemen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ........................ 60

B. Fungsi Manajamen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ....................... 63 1. Perencanaan .............................................. 64 2. Pelaksanaan ............................................... 66 3. Monitoring ................................................ 67 4. Review ....................................................... 70

Page 6: MANAJEMEN KINERJA DAN

v

BAB V MANAJEMEN KINERJA LPMP DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Jambi) A. Hasil Kajian

1. Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi .......................................................... 72

2. Pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ............................ 93

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi .......................................................... 118

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ........................................................... 123

B. Pembahasan Hasil Kajian 1. Perencanaan program yang dilaksanakan

LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi .......................................................... 145

2. Pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ............................ 154

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi .......................................................... 164

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ........................................................... 169

Page 7: MANAJEMEN KINERJA DAN

vi

C. Model hipotetik pengembangan Manajemen Kinerja LPMP dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar ................................................. 175

D. Kesimpulan...................................................... 185

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................... 188 RIWAYAT HIDUP ................................................................... 198

Page 8: MANAJEMEN KINERJA DAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel. 5.1: Tujuan dan Sasaran Program LPMP Jenjang Sekolah Dasar Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 . 78

Tabel. 5.2: Rencana program/kegiatan LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009 ...................... 84

Tabel. 5.3: Program Kerja LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2010 ................................... 86

Tabel. 5.4: Program Kerja LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2011 ................................... 90

Tabel. 5.5: Rincian Kegiatan Seksi PMS yang telah dilaksanakan pada Jenajng Sekolah Dasar tahun 2009 ........................................................................ 94

Tabel. 5.6: Rincian Kegiatan PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009 ............................................................ 96

Tabel. 5.7: Rincian Kegiatan FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009 ................................................. 98

Tabel 5.8: Rincian Kegiatan Seksi PMS pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2010 ................................................. 101

Tabel 5.9: Rincian Kegiatan Seksi PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2010 ................................................. 105

Tabel 5.10: Rincian Kegiatan Seksi FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2010 ................................... 107

Tabel 5.11: Rincian Kegiatan Seksi PMS pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2011 ................................................. 111

Tabel 5.12: Rincian Kegiatan Seksi PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2011 ................................................. 113

Tabel 5.13: Rincian Kegiatan Seksi FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2011 ................................... 115

Page 9: MANAJEMEN KINERJA DAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Indikator Kinerja menurut Hersey, Blanchard,

dan Johnson .......................................................... 23 Gambar 2.2: Proses Perbaikan Menurut Krajewski & Ritzman

................................................................................ 26 Gambar 2.3. Siklus Manajemen Kinerja Deming ................... 38 Gambar 2.4. Siklus Manajemen Kinerja Torrington Dan Hall 39 Gambar 2.5. Model Manajemen Kinerja Costello .................. 40 Gambar 2.6. Sekuen Manajemen Kinerja Amstron dan Baron 41 Gambar 3.1: Hirarki Konsep Mutu ......................................... 52

Gambar 5.1 Model Perencanaan Strategik Whittaker ... 73 Gambar 5.2. Alur Kerja LPMP Provinsi Jambi ....................... 83

Gambar 5.3. Grafik Realisasi Pelaksanaan Program LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009-2011.............................................. 117

Gambar 5.4. Grafik Realisasi Pencapaian Pelaksanaan Program LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009-2011 .................... 118

Gambar 5.5. Model Hipotetik Pengembangan Manajemen Kinerja LPMPDalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar ...................................... 180

Page 10: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 1

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Melihat definisi di atas, sesungguhnya pendidikan mempunyai dua tujuan sekaligus. Pertama, sebagai kegiatan sosial kolektif. Artinya, pendidikan ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial. Kedua, realitas diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi diri dan sesamanya dalam masyarakat bangsa menuju masa depan. Fungsi pendidikan bukan sekadar pelaksanaan kebijakan nasional atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, tetapi sebagai salah satu kekuatan sosial yang memberi corak dan arah bagi kehidupan masyarakat di masa depan.

Demi mencapai tujuan itu, pembangunan pendidikan di Indonesia bertumpu pada tiga aspek, yaitu aspek pemerataan dan perluasan, mutu dan relevansi, serta tata kelola yang baik. Ketiga aspek tersebut secara simultan dibangun untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian, tak lantas pembangunan pendidikan tersebut menjadi sederhana. Hal itu disebabkan faktor-faktor lain yang membuat pembangunannya menjadi

Page 11: MANAJEMEN KINERJA DAN

2 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

sedemikian kompleks, misalnya pertambahan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, budaya yang beragam, dan kebijakan yang diskontinu.

Salah satu isu yang menarik dikaji dalam konstelasi pembangunan pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan yang rendah (Sholeh, 2007: 146). Gejala rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan muncul sebagai topik diskusi di kalangan teoretisi, praktisi, juga orang awam, sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan.

Pandangan pertama melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan sarana dan prasarana, hingga evaluasi belajar. Pandangan kedua melihat mutu pendidikan melalui prosesnya. Pandangan ini mengangggap kurikulum tidak perlu berstruktur ketat, yang penting siswa dapat belajar aktif. Pandangan ketiga melihat mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat belajar, buku pelajaran, perpustakaan, dan prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat mutu pendidikan dari efektivitas dan efisiensi pengelolaan satuan pendidikan.

Dibalik semua itu dapat dirasakan bahwa adanya ketertinggalan yang signifikan mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, pendidikan seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.

Bila di amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di

Page 12: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 3

Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

Adapun menurut Mailani Kasim dalam http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: (1). Rendahnya sarana fisik, (2). Rendahnya kualitas guru, (3). Rendahnya kesejahteraan guru, (4). Rendahnya prestasi siswa, (5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6). Rendahnya relevansi pendidikan (7). Mahalnya biaya pendidikan.

Umaedi dalam http://www.ssep.net/director.html ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.

Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979, 1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini

Page 13: MANAJEMEN KINERJA DAN

4 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

diindikasikan dengan nilai hasil evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat dikategorikan konstan dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, Tedjasudhana (2005) mengatakan: merasa sangat prihatin dengan pendapat dari beberapa kalangan yang menyatakan bahwa standar kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal di Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5.

Dilihat dari kualitas SDM sebagai produk pendidikan, The Global Competitiveness Report menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-44 pada 2010-2011 atau naik dari posisi 54 pada 2009-2010. Sementara tentang kemampuan ilmuwan (scientist) dan teknokrat (engineer), Indonesia berada pada tingkat ke-31 dan dalam kerja sama teknologi antarindustri dan kerja sama penelitian antara industri dan perguruan tinggi, berada pada rangking ke-26 dan 38. Di samping itu, tingkat kualitas penelitian Indonesia bertengger di peringkat ke-44 dan kapasitas inovasi Indonesia berada pada urutan ke-30 (LPMP, 20).

Selanjutnya menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all bahwa peringkat Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun 2011 merosot ke peringkat 69. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI)

berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.

Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai

Page 14: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 5

posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109). Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD). http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun

Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun 2011 terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.

Masalah relevansi pendidikan sebagai cerminan mutu pendidikan yang rendah setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini terlalu teoretis dan kurang strategis. Ashari (2009: 11) menyebutnya sebagai pendidikan yang kurang membumi. Di banyak aspek, pendidikan tidak mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat (aspek sosiologis), falsafah bangsa (aspek filosofis), hakikat anak didik (aspek psikologis), dan hakikat pengetahuan (aspek bidang ilmu) secara sinergis. Keempat aspek tersebut harus dipadukan secara sinergis dalam sebuah sistem kehidupan yang nyata (real life sistem) yang lebih bermakna (meaningful), sehingga dapat menciptakan manusia yang tidak hanya mempunyai pola pikir tinggi, tetapi diikuti pula oleh daya rohani, fisik, dan sosial yang tinggi pula.

Kedua, terjadi mismatch dunia pendidikan dengan kebutuhan (Bolton, 2000). Ashari (2009: 12) menyebutnya sebagai pendidikan yang antirealitas. Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi berjalan terpisah. Lembaga-lembaga itu lebih mengedepankan profesionalitas dan mengesampingkan adaptabilitas. Dampaknya tidak hanya terkait jumlah pengangguran yang membengkak, tapi juga lulusan yang telah bekerja pun kurang dapat berkontribusi secara proaktif bagi dirinya sendiri, keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negara.

Page 15: MANAJEMEN KINERJA DAN

6 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Tidak mengherankan bila sebagian orang yang telah bekerja justru menjadi beban bagi lembaganya. Kasus korupsi, kolusi, nepotisme, perebutan kekuasaan, rendahnya citra hukum dan disiplin masyarakat, meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta kejahatan, lambannya pemulihan krisis ekonomi dan sosial yang marak dewasa ini, merupakan sebagian bukti bahwa pendidikan yang selama ini dilaksanakan kurang bermakna (meaningful).

Mutu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Sukmadinata, dkk. (2006: 8) merangkum masalah pendidikan terkait mutu meliputi banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.

Di antara faktor tersebut, guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan faktor utama yang memengaruhi mutu pendidikan (Sagala, 2007: 24). Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan harus selalu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan pengembangan tersebut dapat berupa peningkatan profesionalisme dasar atau penyesuaian dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan pemerintah. Pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (bdk. Sagala, 2007: 26-27).

Sumber daya manusia (SDM) pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah organisasi. Peran SDM sangat penting untuk kemajuan dan perubahan organisasi. Karena SDM memengaruhi efektivitas dan efisiensi peran, fungsi, dan tujuan organisasi, perhatian terhadap SDM harus diberikan terus dengan memelihara dan melatih SDM dengan berbagai cara melalui serangkaian kegiatan dan program yang bersifat menambah pengetahuan dan keterampilan. Saat ini banyak organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan atau program guna meningkatkan kinerja karyawannya.

Page 16: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 7

Kegiatan atau program tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan, seminar, workshop, konseling, maupun studi banding guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap, serta peningkatan kinerja atau sekadar mendapatkan pengetahuan baru. Meski demikian, terkadang setelah mengikuti pelatihan, kinerja individu tetap tidak sesuai dengan harapan.

Demikian juga lembaga pendidikan, jika ingin tujuannya tercapai sesuai harapan, setiap individu di dalamnya (terutama guru atau tenaga pendidik) harus dapat menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik akan memengaruhi tugas yang diberikan kepadanya berhasil atau tidak. Tenaga pendidik yang tidak memiliki atau memiliki sedikit pengetahuan dan keterampilan akan menghambat keberhasilan lembaga pendidikan. Karena itu, setiap tenaga pendidik harus melakukan pemeliharaan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilannya. Sikap dan nilai yang dimiliki tenaga pendidik terhadap lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Guna mencapai keberhasilan dalam tugas dan tujuan lembaga pendidikan, setiap tenaga pendidik atau guru harus terus mengembangkan sikap yang dimiliki agar tercipta iklim belajar yang diinginkan.

Pengembangan SDM pendidikan, khususnya tenaga pendidik, sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan peningkatan kualitas SDM tenaga pendidikan, diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat.

Masalah-masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas perlu segera dicarikan solusi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya penerbitan Permendiknas Nomor 07/2007 yang mengatur bahwa Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai lembaga pemerintah pusat yang ada di setiap provinsi berkewajiban mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada sekolah dasar dan menengah dalam upaya penjaminan mutu pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Mendiknas RI Nomor 7 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, struktur organisasi LPMP terdiri atas tiga seksi, yakni seksi program dan sistem informasi, seksi pemetaan mutu dan supervisi, dan seksi fasilitasi sumber daya pendidikan.

Page 17: MANAJEMEN KINERJA DAN

8 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Satori dalam (http://gurupembaharu.com/home/ sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mempertegas bahwa Peraturan tersebut mengisyaratkan langkah pemberdayaan tugas pokok dan fungsi yang menyangkut: (1) pemetaan mutu pendidikan, (2) supervisi dalam rangka pengembangan mutu, (3) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan, dan (4) fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab Quality Assurance and Improvement

pemberdayaan LPMP difokuskan pada fungsi bimbingan, arahan, dan saran/bantuan teknis.

Oleh karena itu Satori dalam (http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mengatakan juga bahwa LPMP sebagai institusi pelayanan Dirjen PMPTK melalui direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan hendaknya mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu kependidikan yang meliputi berbagai aspek baik peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan maupun mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut LPMP dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang tersistem dan terstruktur dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar, kegiatan yang dilaksanakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sama juga halnya di Inggris penjaminan mutu pendidikan di naungi oleh sebuah lembaga penjaminan mutu yakni QAA (Quality Assurance Agency) yang mempunyai kesamaan dengan LPMP. Misinya adalah untuk menjaga standar dan meningkatkan kualitas pendidikan Inggris.

Page 18: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 9

QAA Menawarkan saran, bimbingan dan dukungan untuk membantu pendidikan Inggris dan lembaga lainnya memberikan pengalaman siswa terbaik. QAA melakukan review lembaga dan mempublikasikan laporan merinci temuan. Laporan QAA menyoroti praktek yang baik dan mengandung rekomendasi untuk membantu meningkatkan kualitas. Para peer reviewer pada tim review QAA memiliki pengalaman terbaik dalam memberikan penilaian pendidikan. Untuk mendukung standar dan mempromosikan peningkatan kualitas pendidikan, QAA mempublikasikan berbagai titik referensi dan bimbingan. Publikasi ini banyak digunakan oleh staf akademik Inggris yang bertanggung jawab dalam membentuk pengalaman siswa. QAA dalam menjamin mutu pendidikan di Inggris memiliki strategi untuk tahun 2011-2014 adalah: (a). Memenuhi semua kebutuhan siswa dan dihargai oleh mereka. (b). Menjaga standar pendidikan di Inggris dalam konteks internasional (c). Perbaikan pendidikan yang bermutu tinggi di Inggris. (d). Meningkatkan pemahaman publik akan standar pendidikan yang berkualitas. http://www.qaa.ac.uk/aboutus/Pages/default.aspx

Di Amerika lembaga penjaminan mutu pendidikan yang terkenal dan mempunyai pengaruh global pendidikan internasional yang dikenal CQAIE (the center for quality assurance international education), pusat Jaminan Mutu dalam Pendidikan

Internasional, dengan kantor di metropolitan Washington, DC, Hanoi, Vietnam dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, adalah kegiatan kolaboratif dari pendidikan dan kualitas dan jaminan kompetensi masyarakat baik di Amerika Serikat dan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain yang peduli dengan masalah kualitas dan keadilan dalam akademis internasional dan mobilitas profesional, credentialing dan pengakuan. Pusat memfasilitasi studi perbandingan kualitas nasional dan mekanisme jaminan kompetensi untuk meningkatkan upaya dalam negara dan mempromosikan mobilitas antara sistem nasional (http://www.cqaie.org/).

Untuk tujuan tersebut, kegiatan The Center terbagi dalam tiga kategori utama: (a). Kegiatan Nasional, (b). Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pelatihan dalam Jaminan Kualitas, akreditasi (c). Perencanaan Strategis untuk Jaminan Kualitas

Page 19: MANAJEMEN KINERJA DAN

10 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

pendidikan, advokasi dan perencanaan dalam globalisasi serta transnasional profesi kualitas pendidikan.

CQAIE membantu negara dalam pengembangan atau peningkatan sistem jaminan kualitas untuk pendidikan pasca sekolah menengah (termasuk pendidikan tinggi dan pekerjaan / pelatihan kejuruan) melalui kerja dengan Departemen, Lembaga Jaminan Mutu Nasional dan Lembaga. Stafnya memberikan bantuan pada berbagai tahap: desain (termasuk legislasi

penyusunan atau mengembangkan kebijakan nasional); perencanaan strategis pada tingkat kelembagaan atau sistemik untuk jaminan kualitas, implementasi (termasuk program pelatihan nasional atau institusional) dan evaluasi (termasuk extern yang al internasional kajian sistem nasional dan lembaga individu).

Sejak didirikan pada tahun 1991, Pusat ini telah bekerja di negara dengan sedikitnya dua pertiga dari negara dengan sistem jaminan kualitas nasional dan global. Pusat ini bekerja melalui berbagai Departemen yang terkait dengan Pendidikan Tinggi, Kejuruan / Pelatihan Kerja, Tenaga Kerja dan Kesehatan. Dr Marjorie Perdamaian Lenn, Presiden Pusat, diminta oleh Bank Dunia untuk kembali melakukan pengembangan kapasitas yang efektif antara sistem jaminan kualitas nasional di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini melibatkan 2004 Bank Dunia publikasi Jaminan Penguatan Kualitas dan Akreditasi di Asia Timur dan Pasifik yang mempromosikan regionalisasi jaringan lembaga jaminan mutu. Publikasi ini menjadi dasar bagi kategori baru dari hibah pengembangan oleh Bank Dunia, dimulai dengan Kualitas Jaringan Pasifik berkembang Asia dan diikuti oleh jaringan regional baru untuk Amerika Latin, Afrika dan Arab Amerika. Pusat diberikan yang pertama ini hibah pengembangan dan program hibah global kini dikelola oleh UNESCO (United Nations Educational Organisasi), Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dengan kantor pusat di Paris.

Dari tugas dan fungsi lembaga penjaminan mutu Inggris dan Amerika di atas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya penjaminan mutu yang dilakukan lembaga QAA dan CQAIE untuk peningkatan penjaminan mutu pendidikan baik secara nasional dan global.

Dengan demikian bahwa LPMP, QAA Inggris dan CQAIE Amerika memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama yakni

Page 20: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 11

sama-sama melakukan sistem penjaminan mutu pendidikan melalui penguatan pencapaian standar nasional pendidikan di negara masing-masing.

Melihat kinerja LPMP provinsi Jambi berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti nampak bahwa kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi belum optimal. Hal tersebut nampak dari masih rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dilihat dari masih rendahnya capaian nilai siswa dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada UASBN di SD yakni IPA, matematika, bahasa Indonesia.

Dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada kegiatan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) , nilai matematika berada di posisi terendah, yakni 0,75. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 10 untuk pelajaran tersebut sebanyak 360 siswa SD. „‟Untuk siswa dari Madrasah Ibtidaiyah tidak ada," jelas Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Ramli Samosir kepada Koran ini. Menurutnya dari 2.296 SD dan 59 MI baik negeri maupun swasta yang mengikuti ujian nasional dengan jumlah peserta UASBN 57.255, hanya SD 53/I Ladang Peris Kabupaten Batanghari berhasil meraih nilai tertinggi. Perolehan nilai mereka tersebut yakni 27,46. Dikatakannya, untuk kelulusan siswa sendiri ditentukan oleh pihak sekolah. „‟Kita tidak bisa mengintervensi keputusan sekolah,‟‟ tegasnya. http://www.jambiekspres.co.id/index.php/radar-jambi/ 3723-matematika-terendah-nilai-uasbn-diumumkan

Di Kota Jambi, tercatat 219 SD negeri dan swasta yang menggelar UASBN. Jumlah peserta 9.800 orang. Pada tahun 2010 lalu, di Kota Jambi ada lima siswa yang tidak lulus. Menurut Rifa‟i Kadis kota, hasil UASBN tersebut dijadikan sebagai salah satu penilaian untuk kelulusan siswa. http://jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=12895:rata-rata-sekolah-lulus-100-persen&catid=1: metroja

Dari apa yang di sampaikan Ramli Samosir Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Rifa‟i Kadis kota bahwa rata-rata nilai hasil UASBN SD di provinsi Jambi masih rendah, walaupun rata –rata kelulusan SD cukup tinggi , ini dikarenakan nilai UASBN dihargai 60% sedangkan di tambah dengan nilai UAS

Page 21: MANAJEMEN KINERJA DAN

12 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

sekolah dihargai 40%. Jadi sekolah mempunyai 40% untuk menutupi kekurangan nilai UASBN, dengan demikian kelulusan SD cukup tinggi walaupun hasil UASBNnya sangat rendah.

Jelas bahwa belum optimalnya kinerja LPMP pada penjaminan mutu sekolah dasar hal ini dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu pendidikan belum terlaksana dengan baik. Berarti bahwa manajemen kinerja LPMP masih perlu ditingkatkan pelaksanaanya, terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review.

Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut dinyatakan oleh Deming (dalam Amstrong dan Denton, 1998: 57) dijelaskan bahwa fungsi-fungsi manajemen kinerja meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Perencanaan dilaksanakan untuk menetapkan visi, misi, tujuan dan program kerja organisasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Pelaksanaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengimplementasikan atau merealisasikan Perencanaan program yang telah dibuat. Pada pelaksanaan ini diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi di antaranya adalah sumber daya manusia, fasilitas, nilai-nilai, budaya, dan kerjasama yang terdapat di dalam organisasi. Pada aspek monitoring, organisasi dapat melakukan perbaikan pada berbagai tahapan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Dalam monitoring disediakan lembaran-lembaran pengamatan dan penilaian sehingga Monitoring program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Pada tahapan review, dilakukan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang direncanakan, mulai dari persiapan sampai dengan hasil akhir.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik meneliti kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di wilayah tersebut. Karena pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu dalam kerangka sistem pendidikan nasional memerlukan investasi institusi (capacity building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang, terutama yang menduduki posisi managerial.

Page 22: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 13

Strategi perubahan dimulai dari membangun apa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana dengan sensitivity training, simulation, dan case analyses. Karena pada dasarnya penjaminan mutu

merupakan serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, program dan lembaga pendidikan.

Ketertarikan itu diperkuat kenyataan bahwa kinerja LPMP provinsi Jambi yang berperan melakukan pemetaan mutu, pengeloaan informasi manajemen mutu, memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan, dan melakukan evaluasi mutu pendidikan di provinsi Jambi, masih ibarat jauh api dari panggangnya. Karena sampai sekarang mind set-nya kebanyakan masih training minded. Hal ini dapat dimaklumi, sudah sekian lama LPMP yang sebelumnya bernama BPG (Balai Pelatihan Guru) itu semata-mata menjadi tempat pelatihan (training centre).

Page 23: MANAJEMEN KINERJA DAN

14 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

BAB II

MANAJEMEN KINERJA

A. Kinerja Organisasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan

Pengertian efektivitas sangat bervariasi. Rumusan yang berbeda-beda tersebut disebabkan arti dari efektivitas tergantung dari sudut mana didefinisikan. Namun demikian, pandangan dari para pakar tersebut memiliki kesamaan bahwa efektivitas mengandung pengertian sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan.

Stephen P. Robbins (1995: 58), misalnya, menyatakan bahwa efektivitas kerja harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends) dibanding cara (means). Efektivitas juga dapat dikatakan sebagai produk (by product), meski ada yang memandang sebagai proses (by process). Efektivitas sebagai produk adalah usaha untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan. Pengertian ini merujuk pada hasil guna, yang berbeda dari efisiensi yang merujuk pada proses kerja (Danim, 2005: 119). Dalam pengertian ini, efektivitas sebagai produk didasarkan pada tingkat pencapaian tujuan sebuah lembaga atau organisasi.

Sebagaimana disinggung di atas, kata efektivitas dibedakan dengan kata efisiensi, walau kerap juga disamakan. Dalam pengertian umum, kata efisiensi biasanya dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya (input), sementara efektivitas dihubungkan dengan tujuan (output). Wibowo (2010: 80-81) lebih jauh membedakan keduanya.

Efisiensi mengandung makna doing thing right, melakukan sesuatu dengan cara yang benar. Kemampuan melakukan sesuatu dengan baik adalah merupakan konsep input-output. Manajer yang efisien adalah yang mencapai output atau hasil, yang diukur dari input (tenaga, bahan dan waktu) yang dipergunakan untuk

mencapainya. Manajer yang mampu meminimalkan biaya sumber daya yang dipergunakan untuk mencapai tujuan adalah bertindak secara efisien.

Efektivitas mengandung makna doing the right things, melakukan sesuatu hal yang benar. Manajer yang memilih tujuan yang tidak tepat (memproduksi kendaraan besar padahal

Page 24: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 15

permintaan lebih banyak pada kendaraan kecil) adalah manajer yang tidak efektif, walaupun kendaraan besar diproduksi dengan efisien. Tidak ada efisiensi yang dapat menggantikan efektivitas. Efektivitas merupakan kunci sukses organisasi. Sebelum memfokuskan pada efisiensi, kita harus yakin telah menemukan hal yang benar untuk dilakukan.

Cara mengetahui tingkat efektivitas suatu kegiatan atau kinerja biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi saat ini dengan prestasi yang diperoleh bila semua sumber daya yang dimiliki dapat dikelola secara optimal dan objektif. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas selalu bermakna bagi tercapainya tujuan.

Berdasarkan pengertian efektivitas di atas, dapat diidentifikasi bahwa efektivitas umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau lembaga. Efektivitas selalu mengacu pada tujuan organisasi sekaligus kepada kelangsungan organisasi itu. Karena itu efektivitas diukur melalui produk suatu organisasi yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik) serta diukur dalam kaitannya dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun unsur pokok dari sebuah organisasi. Di samping itu, efektivitas juga diukur dengan bagaimana kemampuan anggota suatu organisasi dikembangkan dalam melakukan tugas-tugas organisasi. Gibson (1998: 28) menyatakan bahwa efektivitas dapat dipandang dari tiga perspektif, yakni (1) efektivitas dari sudut pandang individu, (2) efektivitas dari sudut pandang kelompok, dan (3) efektivitas dari sudut pandang organisasi. Ini mengandung pengertian bahwa efektivitas memiliki tiga tingkatan yang merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, yakni efektivitas individu berada pada tingkatan awal untuk menuju efektivitas kelompok maupun organisasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah dikeluarkan/digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.

Page 25: MANAJEMEN KINERJA DAN

16 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Dengan demikian efektivitas tidak lepas dari faktor tujuan, faktor sumber daya manusia, dan faktor sistem organisasi yang dikaitkan dengan kondisi waktu dan target jumlah serta kualitas. Di sini terlihat bahwa efektivitas bersifat multidimensi, sehingga strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung pada spesifikasi faktor dari permasalahan yang dihadapi organisasi. Namun sekali lagi, penting digarisbawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif.

Secara operasional efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan dalam mencapai tujuan. Sejalan dengan pengertian tersebut, Idochi Anwar (2004: 120) menekankan bahwa kegiatan yang efektif adalah setiap upaya dan pengorbanan yang diberikan untuk suatu tindakan yang memberikan hasil yang lebih tinggi dan bermutu. Dalam hal ini terdapat tiga faktor yang patut dipertimbangkan dalam mengamati tingkat efektivitas suatu pekerjaan, yakni (a) keluaran yang dihasilkan, (b) kepuasan para pekerja, dan (c) pertumbuhan serta pengembangan staf, baik yang menyangkut keterampilan dan kecerdasan individu maupun yang terkait dengan proses interaksi yang positif dalam pelaksanaan tugas.

Lebih jauh Stephen P. Robbins (1995: 58-77) menyatakan empat model pendekatan untuk menilai efektivitas sebuah organisasi, yakni: 1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment), misalnya

memaksimalkan laba, meningkatkan mutu dan kualitas lulusan, dan sebagainya.

2. Pendekatan sistem. Pendekatan ini lebih menekankan pada cara-cara memeroleh masukan, memproses masukan, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas serta keseimbangan dalam sistem.

3. Pendekatan konstituensi strategis, yakni menekankan pada terpenuhinya tuntutan konstituen yang memberikan dukungan untuk kelangsungan hidup organisasi.

4. Pendekatan nilai-nilai bersaing, yaitu mempertemukan sejumlah besar kriteria mengenai efektivitas kerja ke dalam model yang masing-masing menekankan kepada fleksibilitas aspek kemanusiaan (human relation model), aspek organisasi (open system model), dan aspek tujuan (rational goal model).

Page 26: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 17

Menurut Jusuf Irianto (2002: 157), efektivitas adalah kinerja yang memosisikan program secara utuh dalam kerangka perencanaan manajemen strategi dan dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang teratur. Sementara Jhon Soeprianto (2001: 61) mengatakan bahwa agar kinerja efektif, beberapa hal perlu diperhatikan, yakni (1) menggunakan manajer, (2) menentuan tujuan, (3) ada umpan-balik (feed back), (4) mendukung program terus-menerus, (5) memerlukan partisipasi anggota organisasi. Selanjutnya Daniel L. Duke (1987: 50) mengatakan bahwa efektivitas sebagai bagian dari suatu keberhasilan baik segi teknik maupun nonteknik dalam berbagai keterampilan kerja dan Katz (1980: 44-45) menyebut bahwa efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas, laba, dan sebagainya. Definisi terakhir ini menunjukkan bahwa produktivitas merupakan bagian dari efektivitas.

Dengan demikian, efektivitas sebenarnya merupakan tujuan dari fungsi manajerial sebuah organisasi. Robbins & Coultar mengatakan “manajemen sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif” (dalam Wibowo, 2010: 2). Mengutip Stoner & Freeman, Wibowo (2010: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui fungsi planning dan decision making, organizing, leading dan controlling... sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.

Sementara kinerja atau performansi (performance) sering

diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Menurut Wibowo (2010: 2 dan 7), kinerja mempunyai makna lebih luas, tidak sekadar hasil kerja, tapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Armstrong & Baron (dalam Wibowo, 2010: 2; bdk. 7) mendefinisikan kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Page 27: MANAJEMEN KINERJA DAN

18 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Sedangkan menurut Soekarno K. (1986: 42) yang dimaksud kinerja adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Singkatnya, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut; kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Untuk mencapai kinerja yang efektif, diperlukan apa yang disebut manajemen kinerja. Dengan pemahaman tentang kinerja dan manajemen di atas, bisa dikatakan bahwa manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola. Bacal (dalam Wibowo, 2010: 8) memandang manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dan atasan. Proses komunikasi tersebut meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Sebagai proses komunikasi, manajemen kinerja merupakan suatu sistem, memiliki sejumlah bagian yang semua harus diikutsertakan.

Kalau Bacal menekankan pada proses komunikasi, Armstrong dalam Wibowo (2010: 8) melihat manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebuah organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam kerangka tujuan, standar, dan persyaratan atribut yang disepakati.

Sebelumnya, Armstrong, bersama Baron, memandang manajemen kinerja sebagai pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individual. Keduanya juga mengutip Fletcher yang berpendapat bahwa manajemen kinerja berkaitan dengan pendekatan menciptakan visi bersama tentang maksud dan tujuan organisasi, membantu karyawan memahami dan mengenal bagiannya dalam memberikan kontribusi, serta mengelola dan meningkatkan kinerja baik di tingkat individu maupun organisasi (Wibowo, 2010: 8).

Dari pendapat-pendapat tersebut, diketahui bahwa dasar pelaksanaan manajemen kinerja adalah perumusan tujuan, terdapat konsensus dan kerja sama, sifatnya berkelanjutan, terjadi

Page 28: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 19

komunikasi dua arah, dan terdapat umpan balik (bdk. Wibowo, 2010: 2-3 dan 11-17).

Pelaksanaan manajemen kinerja akan memberikan manfaat bagi organisasi, tim, dan individu. Manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada keseluruhan unit kerjanya. Pekerja memainkan peran kunci atas keberhasilan organisasi. Seberapa baik pemimpin mengelola kinerja bawahannya akan secara langsung memengaruhi kinerja individu, unit kerja, dan seluruh organisasi. Jika kinerja memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efektif, pemahaman akan tujuan, motivasi, dan harga dirinya akan meningkat.

Dengan demikian, manajemen kinerja merupakan kebutuhan mutlak bagi organisasi untuk mencapai tujuan dengan mengatur kerja sama secara harmonis dan terintegrasi antara pemimpin dan bawahannya. Manajemen ini diawali dengan perumusan dan penetapan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan organisasi dicapai melalui serangkaian kegiatan, dengan mengerahkan semua sumber daya yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Tujuan yang diharapkan itu merupakan titik awal dalam perencanaan kinerja organisasi.

Dari tujuan tersebut, dirancang sumber daya yang diperlukan, baik sumber daya alam, sumber daya kapital, sumber daya manusia, teknologi, dan mekanisme kerja yang ditempuh dalam mencapai tujuan organisasi. Memang perencanaan kinerja dipengaruhi berbagai faktor eksternal yang berada di luar kekuasaan organisasi. Namun yang tidak kalah penting adalah faktor internal yang masih merupakan kewenangan organisasi itu.

Dengan demikian kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah disusun. Impelementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan memengaruhi sikap dan perilaku sumber daya manusia itu sendiri dalam menjalankan kinerja.

Kinerja juga ditunjukkan oleh bagaimana proses kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam proses pelaksanaan

Page 29: MANAJEMEN KINERJA DAN

20 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

aktivitas harus dilakukan monitoring, penilaian, dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya manusia. Melalui monitoring, dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja secara periodik dan untuk mengetahui pencapaian kemajuan kinerja dilakukan prediksi apakah terjadi deviasi pelaksanaan terhadap rencana yang dapat mengganggu pencapaian tujuan.

Atas dasar penilaian tersebut, dilakukan review bersama antara atasan dan bawahan untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan dalam proses kinerja. Berdasarkan hasil review, diberikan umpan balik untuk melakukan koreksi terhadap perencanaan kinerja maupun implementasi kinerja. Di sisi lain, untuk meningkatkan kinerja, dilakukan pembinaan sumber daya manusia melalui coaching, mentoring, dan counselling. Kemampuan

sumber daya manusia selalu ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan.

Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi antara progress yang direncanakan dan kenyataan. Jika terdapat deviasi berupa progress yang lebih rendah dari rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan tercapai.

Seberapa jauh tujuan tersebut dapat dicapai mencerminkan hasil kerja atau prestasi kerja dan sering kali dinyatakan sebagai kinerja organisasi dan menunjukkan performansi organisasi. Terhadap hasil kerja organisasi, dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh hasil kerja yang dicapai terhadap tujuan yang diinginkan. Hasil kerja organisasi dapat sama dengan tujuan yang ditetapkan, namun dapat pula lebih besar atau bahkan lebih kecil dari harapan. Evaluasi itu akan digunakan sebagai umpan balik atau feedback dalam proses manajemen kinerja. Di samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melakukan perbaikan kinerja organisasi di masa datang.

Evaluasi juga dilakukan terhadap hasil kerja individu dan organisasi. Keberhasilan kinerja individu sangat berpengaruh terhadap hasil kerja organisasi. Evaluasi kinerja individu ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan pekerja, peringkat pekerja, penggajian, kompensasi, promosi, dan penentuan dalam jabatan. Terkait evaluasi atau penilaian kinerja individu, Attword & Dimmock (1999: 116) menunjukkan arti pentingnya penilaian kinerja ... berlandaskan anggapan bahwa jika kinerja karyawan

Page 30: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 21

diteliti dan umpan balik diberikan, dorongan untuk bekerja secara lebih efektif seharusnya meningkat. Masalah motivasi karyawan yang tidak ditangani atau ditangani secara tidak baik dapatlah dinyatakan sebagai „orang yang baik tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan atau seberapa baik mereka bekerja‟ dan „tidak seorang pun mengetahui adanya orang yang tidak baik‟.

Evaluasi kinerja mempunyai arti penting karena dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan kinerja organisasi. Atas dasar evaluasi kinerja tersebut, dapat dirumuskan umpan balik yang perlu diberikan untuk tahapan proses kinerja yang akan datang. Lebih rinci, tujuan evaluasi kinerja adalah (Attword & Dimmock, 1999: 116-117): 1. Membantu meningkatkan kinerja yang sudah ada. 2. Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan. 3. Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan. 4. Menyepakati rencana untuk pengembangan karyawan di masa

depan. 5. Menilai potensi di masa depan untuk kenaikan pangkat. 6. Memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja

mereka. 7. Memberikan konsultasi kepada karyawan mengenai peluang

karier. 8. Menentukan taraf kinerja karyawan untuk maksud peninjauan

gaji. 9. Mendorong para manajer untuk berpikir dengan cermat

mengenai kinerja staf mereka pada umumnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya, termasuk gaya kepemimpinan dan perilaku mereka sendiri.

Di samping itu, dapat pula dirumuskan langkah perbaikan terhadap manajemen kinerja selanjutnya. Perbaikan manajemen kinerja di satu sisi dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan di sisi lain dapat meningkatkan kepuasan kerja sumber daya manusia di dalamnya.

Menurut Attword & Dimmock (1999: 117), sebelum melakukan penilaian atau evaluasi kinerja, sebaiknya penilai menentukan sistem penilaian yang digunakan. Sistem evaluasi itu, menurut mereka, sebaiknya merupakan “sistem sendiri”. Namun demikian, secara umum setidaknya terdapat tiga sistem evaluasi yang pernah ada (Attword & Dimmock, 1999: 118-122). Pertama,

Page 31: MANAJEMEN KINERJA DAN

22 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

sistem penilaian berdasarkan kepribadian. Sistem ini berusaha mengukur ciri kepribadian, seperti kecerdasan, kesetiaan, rasa keterikatan, atau daya-dorong. Sistem ini berangkat dari anggapan bahwa kemampuan pribadi memengaruhi kinerja.

Kedua, sistem penilaian yang berkiblat pada kemampuan. Sistem ini berusaha menjembatani kesenjangan antara kemampuan yang disyaratkan dan kinerja seseorang. Kesenjangan itu terjadi karena tidak otomatis kemampuan pribadi, seperti dalam sistem penilaian pertama, digunakan saat bekerja. Pendekatan ini menghendaki agar organisasi memilih karyawan yang punya pengetahuan, keterampilan, dan berbagai kemampuan yang memungkinkan kinerja optimal.

Ketiga, sistem penilaian yang berkiblat pada hasil atau peninjauan kinerja. Penilaian ini memusatkan perhatian pada hasil yang dicapai sebagai prestasi kerja. Sistem ini mendorong penilai melihat dengan cermat apa yang telah dicapai di waktu yang baru berlalu dan yang secara realistis dapat diharapkan di masa datang.

Dalam rangka penilaian atau pengukuran atau evaluasi kinerja, terdapat apa yang disebut sebagai indikator kinerja (performance indicators) dan ukuran kinerja (performance measures). Beberapa kalangan menyamakan keduanya dan menggunakannya secara bergantian, namun banyak juga yang membedakan. Bagi yang membedakan, pengukuran kinerja dikaitkan dengan hasil yang dapat dikuantitatifkan dan mengusahakan data setelah kejadian (post-event), sementara indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya dapat ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang dapat diamati. Indikator kinerja juga menganjurkan sudut pandang prospektif (harapan ke depan) ketimbang retrospektif (melihat ke belakang).

Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson dalam Wibowo (2010: 77) berpendapat bahwa terdapat tujuh indikator kinerja sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:

Page 32: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 23

Menurut Wibowo (2010: 77), dari tujuh indikator kinerja tersebut, dua indikator punya peran sangat penting, yakni motif (motive) dan tujuan (goals). Hal itu dikarenakan kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan untuk melakukannya diperlukan adanya motif. Tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan. Dengan demikian, tujuan dan motif menjadi indikator utama dari kinerja.

Meski dua indikator tersebut menjadi yang terpenting, bagi Wibowo, dukungan dari indikator lain, yakni sarana (means), kompetensi (competence), peluang (opportunity), standar (standard), dan umpan balik (feedback) juga niscaya. Indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan dengan berikut (Wibowo, 2010: 77-80): 1. Tujuan, yakni keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari

atau diupayakan oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Hal ini berarti bahwa tujuan menunjukkan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut, kinerja baik individu, kelompok, maupun organisasi diupayakan untuk mencapainya. Kinerja berhasil bila dapat mencapai tujuan.

2. Standar, yaitu suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita berhasil atau tidak. Kinerja seseorang dikatakan sukses bila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara bawahan dan atasan.

Motive

Competen

Means

Feedback

Goals

OpportuStandard

Gambar 2.1: Indikator Kinerja menurut Hersey, Blanchard, dan

Johnson

Page 33: MANAJEMEN KINERJA DAN

24 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

3. Umpan balik, merupakan masukan yang digunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam mencapai tujuan yang ditetapkan standar. Umpan balik penting ketika kita mempertimbangkan tujuan sebenarnya (real goal). Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya, dapat dilakukan perbaikan kinerja. Dengan demikian, antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling melengkapi.

4. Sarana atau alat, yakni sumber daya yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Sarana merupakan faktor penunjang untuk mencapai tujuan. Tanpa sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana semestinya. Tanpa alat, sebuah pekerjaan tidak mungkin dapat dilakukan.

5. Kompetensi, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Dengan demikian kompetensi merupakan prasyarat utama dalam kinerja, karena kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan atau melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Motif, yaitu alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada pekerja dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu untuk melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan, dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.

7. Peluang, yaitu kesempatan yang diberikan agar seseorang menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbang pada adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yakni ketersediaan waktu dan kemampuan atau kompetensi untuk memenuhi syarat. Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia dalam arti diberi peluang. Sementara itu, selain indikator kinerja, juga ada yang dinamakan ukuran kinerja (performance measures). Sebagaimana

Page 34: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 25

telah disinggung di atas, pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai yang diharapkan. Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja. Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata dan terukur. Bila kinerja tidak dapat diukur, tidak dapat dikelola. Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu diketahui seperti apa kinerja saat ini. Jika deviasi kinerja dapat dikukur, kinerja dapat diperbaiki.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, indikator kinerja (performance indicators) dan ukuran kinerja (performance measures) difungsikan dalam rangka penilaian atau pengukuran atau evaluasi kinerja. Di sini, bila terdapat deviasi atau jarak (gap) antara rencana kinerja dan kinerja yang telah berjalan, baik indikator maupun ukuran kinerja bertugas menyelaraskannya dengan rencana awal atau dengan tuntutan atas kondisi yang berkembang. Dengan demikian, muara dari indikator dan ukuran kinerja adalah perbaikan kinerja.

Namun, perbaikan kinerja tidak hanya dilakukan bila prestasi kerja tidak seperti yang diharapkan atau tidak sesuai dengan rencana. Perbaikan kinerja harus tetap dilakukan walaupun seseorang, tim, atau organisasi telah mencapai prestasi kerja yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan organisasi, tim, atau individu di masa depan dapat dan seyogianya menetapkan target kuantitatif dan target kualitatif yang lebih tinggi. Dengan perbaikan ini, terbuka peluang bagi organisasi, tim, maupun individu untuk berkembang dan mengembangkan diri.

Menurut Wibowo (2010: 396), perbaikan kinerja pada hakikatnya “merupakan proses transformasi kondisi kinerja saat ini menuju pada keadaan kondisi kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang.” Perbaikan itu dapat dilakukan setelah kondisi kinerja saat ini diketahui dan diperbaindingkan dengan kondisi kinerja yang diharapkan. Bila terjadi kesenjangan (gap) kinerja, dilakukan analisis permasalahan yang terjadi. Setelah itu dicarikan solusi dan kemampuan yang diperlukan untuk mengatasi,

Page 35: MANAJEMEN KINERJA DAN

26 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

menentukan siapa saja yang terlibat dalam perbaikan, dan menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan.

Karena itu, dalam proses perbaikan kinerja, hal yang harus dilakukan adalah (1) analisis kondisi kinerja sekarang; (2) analisis kondisi kinerja yang diharapkan; (3) identifkasi masalah; (4) investigasi penyebab; (5) mencari solusi; (6) analisis kemampuan yang diperlukan; (7) analisis personal yang terlibat; (8) tindak lanjut perbaikan (Wibowo, 2010: 396-403).

Di dalam manajemen mutu, perbaikan kinerja terbaik adalah perbaikan yang berlangsung terus-menerus atau berkelanjutan atau tersistem. Perbaikan ini tidak bisa dipisahkan dari operasi. Jadi antara operasi dan perbaikan menyatu. Konsep ini berasal dari konsep Keizen (Jepang), yang kemudian dikenal sebagai continuous improvement (Wibowo, 2010: 279).

Menurut Lee J. Krajewski & Larry P. Ritzman (dalam Wibowo, 2010: 280), perbaikan berkelanjutan dilakukan melalui sebuah siklus yang oleh keduanya digambarkan sebagai berikut:

Siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Wibowo, 2010: 280-281): 1. Plan. Di tahap ini proses (aktivitas, metode, atau kebijakan)

yang perlu perbaikan diseleksi. Setelah itu proses yang terpilih dianalisis terkait data, ditetapkan tujuan kualitatif dan

PLAN DO

ACT CHECK

Gambar 2.2: Proses Perbaikan Menurut Krajewski & Ritzman Sumber: Wibowo (2008: 280)

Page 36: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 27

perbaikannya, dan didiskusikan berbagai cara mencapai tujuan.

2. Do. Pada tahap ini rencana dijalankan dan progress dimonitor.

Data dikumpulkan secara kontinu untuk mengukur perbaikan dalam proses. Setiap perubahan dalam proses didokumentasikan dan direvisi sesuai kebutuhan.

3. Check. Data yang dikumpulkan selama tahap Do dianalisis untuk menemukan hasil yang dicapai dan rencana yang ditetapkan pada tahap Plan. Jika muncul kekurangan mencolok, Plan harus dievaluasi ulang.

4. Act. Bila hasilnya sukses, proses yang direvisi didokumentasikan sehingga menjadi prosedur standar.

Administrasi pendidikan merupakan sistem pengurusan pendidikan agar berjalan secara optimal mencapai tujuan pendidikan secara efektif (T.J. Sergiovani, 1987: 53). Sistem penyelenggaraan itu tidak boleh mengalami stagnasi dalam pertumbuhan dan penyelenggaraannya apalagi bila sampai mengalami penggerusan sehingga tidak lebih dari pekerjaan perkantoran dan surat menyurat. Kondisi seperti itu menimbulkan dampak yang tidak disadari berbagai kalangan yang berakibat pendidikan berjalan tanpa arah dan cenderung terombang ambing tidak memiliki fondasi sistemik yang konkrit. Administrasi Pendidikan pada semua level aparatur terkait menjadi faktor kunci sukses membangun mutu pendidikan (T.J.Sergiovanni, 1980: 55).

Webster (1962) dalam Cohn (1979:2) mengemukakan definisi pendidikan: “education is the process of trainning and developing the knowledge, skill, mind, character, etc, especially by formal schooling”.

Untuk itu, aktivitas-aktivitas kependidikan melibatkan penciptaan dan pendistribusian pengetahuan, tanpa memandang bahwa kesemuanya ini dilakukan di dalam lembaga-lembaga pendidikan formal atau di mana pun, sepanjang lembaga tersebut merupakan lembaga pembelajaran.

Said (1998:16) mengemukakan pendapatnya, bahwa “pendidikan dapat dilihat sebagai suatu organisasi. Di dalamnya terlibat unsur-unsur seperti tujuan, manusia, teknologi, dan integrasi. Untuk tercapainya tujuan pendidikan diperlukan suatu koordinasi unsur-unsur tersebut. Usaha koordinasi ini disebut administrasi”.

Page 37: MANAJEMEN KINERJA DAN

28 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Administrasi adalah keseluruhan proses dengan mana sumber-sumber manusia dan materil yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian maksud-maksud organisasi secara efisien (Sutisna, 1989:19). Sedangkan Schermerhorn, Jr. (1997:4) mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1990:2) menjelaskan administrasi pendidikan merupakan perpaduan dua kata yang membentuk satu makna sebagai penerapan ilmu administrasi yang mencakup kegiatan pembinaan, pengembangan, dan pengendalian usaha-usaha pendidikan dalam suatu kerja sama sejumlah orang. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi prosedur: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan bimbingan, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi dengan menggunakan segala sumber daya yang tersedia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.

Sejalan dengan itu, G.Z. Roring dalam bukunya Administrasi pendidikan memberi pengertian tentang administrasi pendidikan: “Administrasi pendidikan adalah cara bekerja dengan orang-orang di dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif yang berarti mendatangkan hasil yang baik, tepat dan benar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”

Purwanto (2000: 3-4) mengemukakan administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spiritual maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi di dalam proses administrasi pendidikan, segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasi dan dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.

Sutisna (1989:29) mengemukakan pendapatnya dalam pandangan yang lain tentang administrasi pendidikan, yaitu kiranya teori administrasi pendidikan bisa diartikan sebagai seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang secara

Page 38: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 29

sistematis menjelaskan perilaku dalam organisasi pendidikan. Sedang tujuan administrasi secara umum ialah untuk menjamin bahwa sistem pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu sesuai dengan tujuan dan rencana tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sagala (2000: 40) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan merupakan terapan dari sosiologi, psikologi, dan juga antrophologi. Karena administrasi pendidikan menyangkut urusan pengelolaan sumberdaya manusia dalam upaya meningkatkan kualitasnya”.

Menurut Argyris (1995: 315) yang menjadi tangggung jawab administrasi pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah (1) pencapaian tujuan lembaga pendidikan secara efektip dan optimal, (2) merajut sistem organisasi pendidikan secara terintegrasi, (3) melakukan penyesuaian dengan kekuatan dan tuntutan perubahan (Argyris,1995: 315), dan oleh TJ.Segiovani ditambahkan dengan tugas memelihara dan mengembangkan pola kultur lembaga pendidikan (TJ.Segiovani, 2003: 59). Pendapat itu memposisikan administrasi pendidikan harus dapat menjadi modal para administrator mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan bermutu menumbuhkan iklim organisasi pendidikan yang harmonis dan inspiratif, mengurus dan memberdayakan segenap sarana prasana fasilitas menjadi memadai untuk OTL (oportunity to learn) mengembangkan tata kerja yang konsudif untuk maju dan kreatif. Memberikan pembudayaan dan pemberdayaan. Keempat dimensi itu dipakai sebagai kreteria untuk mengukur efektivitas penyelenggaraan administrasi pendidikan ataupun lembaga pendidikan efektif.

Dalam upaya untuk peningkatan mutu pendidikan nasional seiring dengan kebijakan otonomi daerah, telah berlangsung pembenahan optimalisasi penyelenggaraan tanggung jawab admnistrasi pendidikan yang dilangsungkan dengan menjadikan sistem administrasi dari model tertutup (ekskulusif) atau sistem komando dan dilengkapi dengan juklak dan juknis menjadi model terbuka (inkulusif) yang membuka partisipasi aktif semua aparatus dan steakholder dan shareholder pendidikan. Memperbaiki sistem penataan administarasi pendidikan dari berbasis pada sasaran (targeting) menjadi

Page 39: MANAJEMEN KINERJA DAN

30 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

berbasis pada mutu yang ditentukan dengan mengacu kepada standarisasi dan kompetensi, merubah pola kerja dari pembahagian tugas yang birokratik menjadi team work yang

professional dengan melakukan reorientasi kerja dan fungsi pemberdayaan yang lebih bersifat akademik. Merubah pola kinerja yang bersifat konsumtif yaitu memberikan pemenuhan kebutuhan, kemudahan, ketersediaan menjadi investatif memberikan akses yang luas dan terbuka terhadap hal tersebut dalam hal peningkatan ketrampilan, produktivitas induvidu dan masyarakat dan hari depan masyarakat pendidikan dan manusia umumnya (TJ.Segiovani, 2003: 59). Merubah pola penganggaran yang fasilitatif menjadi akomodatif konstributif dengan menyertakan partisipasi masyarakat pendidikan dengan disertai perubahan pola penganggaran yang berbasis program menjadi berbasis kinerja. Serta perubahan sistem evaluasi dari evaluasi hasil menjadi evaluasi berkesinambungan.

Administrasi pendidikan memiliki karakteristik satu untuk semua dan semua untuk satu sebagaimana yang tercermin dalam dialog antara Plato dengan Socrates. Menurut Willower dan Forsyth dalam Murphy and Louis (1999: 2), unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Unsur Pemersatu (Unifying Elements):

“… an ongoing line of scholarship on democratic, participative, and open administration and institutions, reflecting melioristic intentions and commitments; second, a continuing reliance on logic and evidence in research even among those who are critical of objectivity; and third, a number of associations, rituals, and symbolic activities that have served to affirm common goals.”

Menurut Willower dan Forsyth, unsur pemersatu dalam bidang administrasi pendidikan, terdiri dari tiga komponen sebagai berikut: komponen pertama, jalur kesarjanaan yang didasarkan kepada administrasi dan institusi yang berifat demokratis, partisipatif dan terbuka dan menunjukkan niat dan komitmen yang sungguh-sungguh; komponen kedua, penyandaran terus menerus atas logika dan bukti dalam riset, sekalipun di kalangan orang-orang yang memiliki objektivitas yang kritis; komponen ketiga, jumlah asosiasi, upacara dan kegiatan-kegiatan simbolik yang telah berperan dalam mengukuhkan tujuan-tujuan bersama.

Page 40: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 31

2. Unsur Pembhinekaan ( Diversifying Elements) Mengenai unsur kedua, Willower dan Forsyth dalam

Murphy and Louis (1999: 5-7) menyatakan sebagai berikut: “The first diversfying elements examined is the variety of roles and specializations that are found in educational administration, a field devoted to both scholarship and its applications to practise. The second is variously referred to as differences in philosophy, world views, ideology or politics.”

Willower dan Forsyth menyatakan bahwa unusr-unsur pembhinekaan dalam administrasi pendidikan meliputi dua hal sebagai berikut: Pertama, banyaknya peran dan spesialisasi yang ada dalam bidang administrasi pendidikan, yaitu suatu bidang yang khusus mengkaji masalah scholarship dan aplikasinya dalam

praktik. Kedua, adanya perbedaan-perbedaan pilsafat, pandangan dunia, ideologi maupun politik.

Peran dan spesialisasi bidang ini mencerminkan kegiatan-kegiatannya yang banyak dan majemuk. Termasuk diantaranya adalah organisasi-organisasi kependidikan dan jabatan-jabatan kependidikan, dampak dari berjenjangnya pemerintahan dan sekolah, pentingnya pokok bahasan pengajaran dengan orientasi kepada pemakaian praktik, perlunya mempertahankan hubungan-hubungan simbolistis dengan sekolah dan para pengelola sekolah, maupun dengan komunitas dan asosiasi cendikiawan, serta signifikansi cita-cita philosophis dan pengetahuan teoritis serta empiris dalam lingkungan sekolah semacam ini yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Sebagai kesimpulan dari berbagai definisi yang disampaikan para pakar, Sagala (2000:39) mengemukakan, Bahwa administrasi pendidikan pada intinya adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu atau potensi dalam suatu aktivitas kelembagaan, baik personal, spiritual dan material, yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan. Artinya administrasi pendidikan adalah suatu proses atau peristiwa mengkoordinasikan sejumlah kegiatan yang saling bergantung dari orang-orang dan kelompok-kelompok baik kegiatan yang berada pada pemerintahan maupun satuan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses atau peristiwa itu dilakukan dalam bentuk kerjasama yang berada dalam suatu sistem

Page 41: MANAJEMEN KINERJA DAN

32 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

administrasi, sehingga tingkat pencapaian tujuan dapat diukur melalui kegiatan tersebut.

Administrasi pendidikan merupakan suatu sistem yang terkait dengan suatu institusi pendidikan, yang meliputi serangkaian kegiatan dan kerjasama sejumlah orang dengan mengkoordinasikan kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai suatu tujuan secara optimal. Di samping itu bahwa kriteria keberhasilan administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan, dan untuk hal ini diperlukan proses administrasi pendidikan, paling tidak meliputi perilaku dalam berorganisasi, dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pembinaan sumber daya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka penulis menganggap bahwa administrasi pendidikan merupakan suatu proses pengaturan komponen manusia, komponen material, dan lingkungan sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk melaksanakan program pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Luasnya ruang lingkup administrasi pendidikan, memerlukan adanya indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan administrasi pendidikan. Menurut Engkoswara (1990:29), ukuran keberhasilan pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan pada proses, suasana atau efesiensi.

Udin S. Saud (2008: 8) mengatakan konsep dasar administrasi pendidikan bisa dilihat dari tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Proses

Proses pendidikan merupakan suatu keseluruhan aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam berbagai dimensi baik internal maupun eksternal, baik kebijakan maupun operasional, baik edukatif maupun manajerial, baik pada tingkatan makro (nasional), regional, institusional, maupun instruksional dan individual; baik pendidikan dalam jalur sekolah maupun luar sekolah, dan sebagainya. Proses pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Faktor-faktor yang menentukan kualitas proses pendidikan suatu sekolah adalah terletak pada unsur-unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem.

Page 42: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 33

Salah satu unsurnya ialah guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan instruksional.

Pendekatan proses berkaitan dengan manajerial yang dimulai dari: a. Perencanaan adalah proses penelitian secara luas yang diikuti

dengan pengembangan alternatif pilihan dan rencana persiapan.

b. Pelaksanaan merupakan implementasi dari sesuatu (program) yang sudah direncanakan.

c. Pengawasan adalah sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins, 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki. Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja, 2001). Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih dahulu.

2. Pendekatan Esensi

Administrasi pendidikan dapat didefinisikan berdasarkan persfektif esensi, yang terdiri dari: a. Pengambilan keputusan

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dinilai dari sudut pandang prosesnya. Artinya penentuan pengambilan keputusan yang baik, efektif, dan berkualitas merupakan suatu penetapan definisi berdasarkan atas proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini dimaksudkan agar individu mencapai hasil yang maksimal. Supaya maksimal maka pengambilan keputusan harus rasional. Melalui pengambilan keputusan yang rasional maka individu membuat pilihan.

Page 43: MANAJEMEN KINERJA DAN

34 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

b. Organisasi menurut Keith Davis (1996:15-19) dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

c. Kebijakan: Tilaar (2008:139) mendifinisikan kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.

d. Kepemimpinan: adanya berbagai gaya kepemimpinan sehingga perlu memilih gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi masing-masing.

e. Quality Dalam konsep yang lebih luas, kualitas pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pendidikan yang menyangkut proses dan atau hasil ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu.

f. Efisiensi dan efektifitas Pada intinya administrasi pendidikan merupakan serangkaian aktivitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Administrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Serangkaian aktivitas yang dilakukan harus berkualitas.

Page 44: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 35

3. Pendekatan substansi

Substansi administrasi pendidikan (tugas-tugasnya, prosesnya, asas-asasnya, dan prilaku administrasi), hal ini makin memperkuat bahwa administrasi pendidikan mempunyai bidang dengan cakupan luas yang saling berkaitan, sehingga pemahaman tentangnya memerlukan wawasan yang luas serta antisipatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat di samping pendalaman dari segi perkembangan teori dalam hal manajemen/administrasi.

B. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja

Manajemen Kinerja yang baik untuk menuju organisasi berkinerja tinggi, harus mengikuti kaidah-kaidah berikut ini: http://dwiiba.wordpress.com/ 1. Terdapat suatu indikator kinerja (key performance indicator)

yang terukur secara kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya. Tentu saja ukuran ini harus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Jika pada organisasi bisnis atau komersial, maka indikator kinerjanya adalah berbagai aspek finansial seperti laba, pertumbuhan penjualan, lalu indikator pemasaran seperti jumlah pelanggan, dan sebagainya. Pada organisasi pemerintahan maka ukuran kinerja tentu berbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat (akuntabilitas eksternal atau publik). Semuanya harus terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kinerja sudah mencapai target atau belum. Michael Porter, seorang profesor dari Harvard Business School mengungkapkan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja, biasanya tidak bisa diharapkan mampu mencapai kinerja yang memuaskan para pihak yang berkepentingan (stakeholders).

2. Semua ukuran kinerja tersebut biasanya dituangkan ke dalam suatu bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kinerja (performance contract). Dengan adanya kontrak kinerja, maka atasan bisa menilai

Page 45: MANAJEMEN KINERJA DAN

36 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

apakah si bawahan sudah mencapai kinerja yang diinginkan atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai, baik sasaran pancapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai (lag) serta program kerja untuk mencapainya (lead). Hal ini dicantumkan agar pada saat evaluasi nanti

berbagai pihak bisa bersikap fair, tidak melihat hasil akhir semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang bawahan belum mencapai semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah melaksanakan semua program kerja yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap harus memberikan reward untuk dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum tercapai. Ini juga bisa menjadi basis untuk perbaikan di masa yang akan datang (continuous improvements).

3. Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu (1) perencanaan kinerja berupa penetapan indikator kinerja, lengkap dengan berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, lalu (2) pelaksanaan, di mana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah perubahan tersebut, dan terakhir (3) evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kinerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu.

4. Adanya suatu sistem reward dan punishment yang bersifat konstruktif dan konsisten dijalankan. Konsep reward ini tidak melulu bersifat finansial, melainkan juga dalam bentuk lain, seperti promosi, kesempatan pendidikan, dan sebagainya. Reward dan punishment diberikan setelah melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan indikator kinerja yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu performance appraisal atau penilaian kinerja terlebih dahulu sebelum reward dan punishment diberikan. Hati-hati dengan pemberian punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan jauh lebih bermanfaat.

5. Terdapat suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian

kinerja yang relatif obyektif, yaitu dengan melibatkan berbagai

Page 46: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 37

pihak. Konsep yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajat, di mana penilaian kinerja dilakukan oleh atasan, rekan sekerja, pengguna jasa, serta bawahan. Pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, tetapi berpikir bersama mampu mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati obyektif. Dengan demikian, ternyata berpikir bersama jauh lebih obyektif daripada berpikir sendiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian 360 derajat. Walaupun banyak kritik yang diberikan terhadap konsep ini, tetapi cukup banyak yang menggunakannya di berbagai organisasi. Tetapi dalam penerapannya mesti hati-hati, karena aspek kematangan organisasi (organization maturity) sangat berpengaruh di sini.

6. Terdapat suatu gaya kepemimpinan (leadership style) yang mengarah kepada pembentukan organisasi berkinerja tinggi. Inti dari kepemimpinan seperti ini adalah adanya suatu proses coaching, counseling, dan empowerment kepada para bawahan atau sumber daya manusia di dalam organisasi. Satu aspek lain yang sangat penting dalam gaya kepemimpinan adalah, sikap followership, atau menjadi pengikut. Bayangkan jika semua orang menjadi komandan di dalam organisasi, lantas siapakah yang menjadi pelaksana? Bukannya kinerja tinggi yang muncul, melainkan kekacauan di dalam organsiasi (chaos). Sejatinya, pada kondisi tertentu seseorang harus memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi pada situasi yang lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga merupakan bagian dari sebuah sistem organisasi yang lebih besar, yang harus dia ikuti..

7. Menerapkan konsep manajemen SDM berbasis kompetensi. Umumnya organisasi berkinerja tinggi memiliki kamus kompetensi dan menerapkan kompetensi tersebut kepada hal-hal penting, seperti manajemen kinerja, rekruitmen dan seleksi, pendidikan dan pengembangan, dan promosi. Seperti yang diuraikan pada awal makalah ini, kompetensi tersebut setidaknya mencakup 3 (tiga) hal, yaitu kompetensi inti organsiasi, kompetensi perilaku, serta kompetensi teknikal yang spesifik terhadap pekerjaan. Jika kompetensi ini sudah dibakukan di dalam organisasi, maka kegiatan manajemen SDM akan menjadi lebih transparan, dan pimpinan organisasi

Page 47: MANAJEMEN KINERJA DAN

38 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

juga dengan mudah mengetahui kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki untuk membawa organisasi menjadi berkinerja tinggi.

C. Model Manajemen Kinerja

Proses tentang bagaimana manajemen kinerja seharusnya dijalankan diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda oleh para pakar, mulai dari yang sangat sederhana dan mendasar sampai pada proses yang mendalam. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Model Deming

Deming dalam Amstrong dan Denton (1998) menjelaskan bahwa proses manajemen kinerja dimulai dengan menyusun rencana, melakukan tindakan pelaksanaan, memonitor jalannya dan hasil pelaksanaan, dan akhirnya melakukan review atau peninjauan kembali atas jalannya pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.

Manajemen kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja dan dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3. Siklus Manajemen Kinerja Deming

Sumber: Michael Amstrong dan Angela Baron, Performance Management, 1998: 57

Berdasarkan gambar di atas nampak bahwa hasil kegiatan monitoring dan review dapat menyimpulkan adanya pencapaian kemajuan sesuai dengan rencana. Namun dapat terjadi adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai. Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk

Rencana

Tindaka

n Revie

w

Monitor

Page 48: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 39

memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses kinerja akan berulang kembali melalui tahapan-tahapan tersebut di atas, model proses kinerja Deming dinamakan Siklus.

2. Model Torrington dan Hall

Torrington dan Hall dalam Amstrong dan Denton (1998) menggambarkan proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih dahulu harapan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudian, ditentukan dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan.

Sementara itu, pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali dan penilaian terhadap kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja. Standar kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Proses manajemen kinerja Torrington dan Hall dapat disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.4. Siklus Manajemen Kinerja Torrington Dan Hall

Sumber: Michael Amstrong dan Angela Baron, Performance Management, 1998: 57

3. Model Costello

Proses manajemen kinerja dikemukakan oleh Costello dalam bentuk siklus seperti di bawah ini. Siklus dimulai dengan melakukan persiapan perencanaan sehingga dapat dibuat suatu

Menentukan harapan

kinerja

Mendukung

kinerja

Mengelola standar kinerja

Mereview dan menilai

kinerja

Page 49: MANAJEMEN KINERJA DAN

40 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

rencana dalam bentuk rencana kinerja dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja, diberikan coaching pada sumber daya manusia dan dilakukan pengukuran kemampuan kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan terhadap kemajuan pekerjaan dan apabila diperlukan dilakukan perubahan rencana.

Coaching dan review dilakukan secara berkala dan pada akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian tersebut dipergunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana tahun berikutnya.

Gambar 2.5. Model Manajemen Kinerja Costello Sumber: Sheilla J. Costello, Effevtive Performance Management,

1994: 8

4. Model Amstrong dan Denton

Amstrong dan Denton mengemukakan siklus manajemen kinerja sebagai sekuen atau urutan. Proses manajemen kinerja dilihat sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Preplanning

Performance and

Development Plan

Merit Raise of

Salary

Determination

Interim Coaching

Annual Performance

Appraisal and Development

Review

Progress Review

Progress Review Interim Coaching

Progress Review Interim Coaching

Page 50: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 41

Sekuen atau urutan kegiatan manejemen kinerja tersebut oleh Amstrong dan Denton disajikan dalam bentuk gambar berikut.

Gambar 2.6. Sekuen Manajemen Kinerja Amstron dan Baron Sumber: Michael Amstrong dan Angela Baron, Performance

Management, 1998: 56

a. Misi Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja. Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya. Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan

Corporate Mission and Stragic Goals

Business and Departemental

Plans and Goals

Performance and

Development

Agreement

Competence

Requirement

s Performance

Standard

Performance and

Development Plans

Competence Evidende

Action – Work and Development

Continous – Monitoring And Feedback

Performance

Measurement

Formal Review, Feedback

and Joint Assesment

Rating Financial Reward

Page 51: MANAJEMEN KINERJA DAN

42 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada prestasi.

b. Rencana dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi organisasi dan tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini terjadi, tujuan departemen ditentukan lebih dahulu.

c. Kesepakatan Kinerja dan Pengembangan; merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan kinerja menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang progres terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bawahan.

d. Rencana Kinerja dan Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan.

e. Tindakan Kerja dan Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.

f. Monitoring dan Umpan Balik berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang adalah proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan sikap keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua arah antara supervisor dan pekerja sepanjang tahun.

g. Review Formal dan Umpan Balik; dalam melakukan review, pimpinan memberi kesempatan kepada bawahan untuk memberi komentar tentang kepemimpinan. Review mencakup tentang: pencapaian sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai,

Page 52: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 43

kontribusi terhadap nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan pribadi, pertimbangan tentang masa depan, perasaan dan aspirasi tentang pekerjaan, dan komentar terhadap dukungan manajer. Hasil review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja.

h. Penilaian Kinerja Menyeluruh; penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi kerja. Tingkatan penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis organisasi dan pekerjaan yang dilakukan. (Amstrong dan Denton, 1998: 56-57)

D. Analisis Kinerja

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut: 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).

2. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

3. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelaah secara seksama.

4. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).

Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005) menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Kinerja adalah kemampuan kerja, sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan.

Kata “kinerja” adalah terjemahan dari kata “performance” dalam bahasa inggris yang berarti pekerjaan, perbuatan,

Page 53: MANAJEMEN KINERJA DAN

44 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

penampilan datau pertunjukan. Sedangkan kinerja dalam istilah ilmu administrasi dan ilmu manajemen para pakar memberi definisi kinerja dengan pengertian yang hampir sama antara satu dengan yang lain. Kirk Patrick dan Nixon (1984) mengartikan kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (direncanakan) sebelumnya. Murphy dan clevelend (1995) memberi pengertian kinerja sebagai perhitungan hasil akhir (contable out comes) , atau dalam istilah lue and asars (dalam keban 1995) sebagai tingkat pencapaian hasil atau penyelesaian terhadap tujuan organisasi (degree of accomplishment). Sedangkan Drucker (1978) menyatakan bahwa kinerja adalah uji tuntas terhadap institusi (performance is the ultimate teste for any institution). (Wibowo, 2010: 133).

Dari pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja adalah manifestasi proses dan hasil karya yang dicapai oleh suatu institusi. Ukuran keberhasilan suatu institusi mencakup seluruh kegiatan setelah melalui uji tuntas terhadap tujuan usaha yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dari pengertian tersebut, tercakup beberapa unsur penting yang ada dalam suatu kinerja, yaitu : pertama, adanya institusi baik berupa lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institution) seperti sistem pengaturan; kedua, adanya tujuan yang telah ditetapkandan diusahakan pencapaiannya; ketiga, adanya isntrumen yang digunakan dalam pelaksanaan ujian tuntas. Gibson, ivanchevic dan donelli (1996: 211) menyatakan bahwa ada tiga perspektif kinerja, yaitu : 1) kinerja individu, berupa konstribusi kerja karyawan sesuai status dan perannya dalam organisasi; 2) kinerja tim (kelompok) , berupa kontribusi yang diberikan oleh karyawan atau tim secara keseluruhan; 3) kinerja organisasi adalah kontribusi nyata dari kinerja individu dan tim secara keseluruhan.

Page 54: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 45

BAB III

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Pengertian Mutu

Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan yang mungkin

selama ini paling kurang dikelola. Mutu berasal dar bahasa Latin ”qualis” yang artinya what kind of (Usman, 2009: 511). Istilah mutu merupakan istilah yang sulit didefinisikan dengan tepat dan memiliki definisi yang variatif dan sangat licin (Salis, 2008: 59). Menurut Deming mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Menurut Juran mutu ialah kecocokan dengan produk. Sedangkan menurut Crosby mutu ialah kesesuaian dengan yang syaratkan (Usman, 2009: 511). Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Sebuah alasan yang paling mungkin dalam memahami karakter mutu yang membingungkan tersebut adalah bahwa ia merupakan sebuah gagasan yang dinamis. Kekuatan emosi dan moral yang dimiliki mutu membuatnya menjadi sebuah gagasan yang sulit untuk diseragamkan.

Mutu merupakan suatu ide yang dinamis bukan yang kaku. Beberapa konsekuensi praktis yang signifikan sehingga memunculkan perbedaan-perbedaan makna mutu. Oleh karena itu membutuhkan pembahasan komprehensif berkaitan dengan definisi mutu.

1. Mutu sebagai Konsep yang Absolut

Mutu sebagai konsep yang absolut sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, merupakan suatu idealisme yang tidak dapat di kompromikan. Dalam definisi yang absolut, suatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli (Salis, 2008: 51). Mutu terdiri dari sejumlah keistemewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk (Gaspersz, 2005: 5).

Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dengan biaya yang mahal. Produk-produk

Page 55: MANAJEMEN KINERJA DAN

46 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

tersebut dapat dinilai serta dapat membuat puas dan bangga para pemiliknya. Sebagai contoh mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan istimewa, mahal dan memiliki interior dari kulit. Dalam kasus ini langka dan mahal adalah dua nilai penting dalam definisi mutu. Mutu dalam pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Sebenarnya, mutu dalam pengertian yang sedemikian, lebih tepat disebut dengan high quality atau top quality (mutu tinggi).

Pandangan tentang mutu yang bersifat absolut ini membawa implikasi bahwa dalam memproduksi barang atau jasa digunakan kriteria untuk menilai mutu dan kriteria itu ditentukan oleh produsen atau pemasok barang. Atas dasar kriteria itu produsen menentukan mutu barang atau jasa yang diproduksinya. Oleh karena itu, dalam manajemen produksi, agar dihasilkan produk yang bermutu di lembaga yang bersangkutan biasanya ada yang menjalankan fungsi pengendalian mutu (quality control), yakni suatu divisi, bidang atau staf yang bertugas melakukan penilaian (judgment) berdasarkan kriteria tertentu terhadap barang yang diproduksi sebelum dilempar ke pasar, apakah termasuk katagori tidak bermutu, atau bermutu tinggi.

Dalam manajemen produksi, melakukan pengendalian mutu setelah suatu barang diproduksi seringkali menimbulkan kerugian. Kerugian itu mungkin disebabkan oleh adanya sejumlah hasil produksi yang gagal (tidak bermutu). Oleh karena itu, gerakan mutu memikirkan tentang proses produksi yang bisa menjamin barang yang diproduksi itu memenuhi kriteria yang ditetapkan. Konsep tentang mutu yang bersifat absolut dewasa ini telah berubah. Perubahan itu dapat diidentifikasi dari orientasinya, yakni yang semula berorientasi pada produsen bergeser pada pelanggan.

2. Konsep Relatif tentang Mutu

Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi suatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu

Page 56: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 47

merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai standar atau belum (Gaspersz, 2005: 53).

Mutu dalam definisi relatif sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan (Tjiptono dan Diana, 2003: 2).

Definisi relatif tentang mutu memiliki dua aspek, pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Cara pertama, penyesuaian diri terhadap spesifikasi sering disimpulkan sebagai sesuai dengan tujuan dan manfaat. Kadang kala definisi ini sering dinamai definisi produsen tentang mutu. Mutu bagi produsen bisa di peroleh melalui produk atau layanan yang memenuhi spesifikasi awal yang telah ditetapkan dalam gaya yang konsisten. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah sistem, yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance sistem), yang memungkinkan roda produksi menghasilkan produk-produk yang secara konsisten, sesuai dengan standar atau spesifikasi tertentu. Sebuah produk dikatakan bermutu selama produk tersebut secara konsisten sesuai dengan tuntutan pembuatnya.

3. Definisi Mutu menurut Pelanggan

Mutu dapat didefinisikan sebagai suatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang sering kali kita abaikan dari definisi ini, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan (Salis, 2008: 55).

Dengan demikian, Mutu suatu produk bukan semata-mata ditentukan oleh produsen melainkan juga ditentukan oleh pelanggan. Keterlibatan pelanggan dalam menentukan mutu

Page 57: MANAJEMEN KINERJA DAN

48 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

suatu produk, baik barang maupun jasa adalah dengan cara produsen mempertimbangkan harapan dan kebutuhan pelanggan terhadap produk-produk yang dihasilkan, apakah memuaskan atau memenuhi kebutuhan mereka. Mutu suatu produk adalah paduan sifat-sifat produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggannya, baik yang tersirat maupun yang tersurat (Tjiptono dan Diana, 2003: 4).

Atas dasar ini, dalam manajemen produksi ada suatu mekanisme penjaminan agar produk yang dihasilkan bermutu dengan sekecil mungkin kegagalan. Penjaminan ini berkaitan dengan proses, sumber daya manusia dan material termasuk alat yang digunakan, yang dikenal dengan penjaminan mutu (quality assurance). penjaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk

menjamin bahwa proses produksi produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Penjaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Crosby adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). penjaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (righ first time every time). Penjaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab tenaga kerja (Salis, 2008: 58). Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal dengan sistem penjaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai standar. Standar-standar mutu di atur oleh prosedur yang ada dalam sistem penjaminan mutu. Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga pelanggan atau stakeholders memperoleh kepuasan (Muhaimin, 2005: 11).

Penjaminan mutu ini tidak hanya dilaksanakan pada saat barang itu selesai diproduksi, tetapi mulai dari bahan (masukan mentah), proses dan alat yang digunakan, sampai kepada produk yang dihasilkan. Penerapan pendekatan manajemen mutu itu tidak lagi memerlukan pengendalian mutu setelah produk dihasilkan, melainkan semua sumber daya dan fakor yang terkait dengan proses produksi dikelola agar terjamin dihasilkannya produk yang bermutu. Sistem manajemen mutu semacam ini dikenal dengan penjaminan mutu.

Page 58: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 49

Tujuan utama dari sistem manajemen mutu ini adalah untuk mencegah atau memperkecil terjadinya kesalahan dalam proses produksi dengan cara mengusahakan agar setiap langkah yang dilaksanakan selama proses produksi diawasi sejak permulaan proses produksi itu. Apabila terjadi kesalahan dalam proses produksi itu segera dilakukan perbaikan sehingga terjadinya kerugian yang lebih besar bisa dihindari. Penerapan manajemen mutu seperti ini memiliki nilai keunggulan, yaitu adanya standar kerja dan produk yang ditetapkan terlebih dahulu serta adanya upaya untuk mengawasi produksi secara ketat. Meskipun dalam jangka pendek untuk memulai penerapan sistem manajemen mutu seperti ini relatif mahal, karena harus tersedia berbagai sumberdaya khusunya sumber daya manusia yang andal, namun dalam jangka panjang sistem ini sangat menguntungkan, karena dapat dicegahnya pemborosan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan dalam proses produksi.

Dengan demikian produk yang dihasilkan terjamin mutunya, dalam arti bisa memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan. Dalam perspektif manajemen mutu, mengendalikan mutu suatu produk setelah dihasilkan bisa menghadapi resiko terjadinya sejumlah produk yang tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses produksi lebih mahal. Dalam bidang pendidikan logika inipun dapat diterapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengelolaan mutu dalam bentuk jaminan atau assurance, bahwa semua aspek yang terkait dengan layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah mencapai standar mutu tertentu sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Konsep yang terkait dengan hal ini dalam manajemen mutu dikenal dengan Quality Assurance (QA) atau Penjaminan Mutu.

Penyelenggaraan pendidikan dapat dianalogkan dengan proses produksi industri, khususnya industri jasa. Lembaga pendidikan (sekolah/madrasah dan perguruan tinggi) dapat dipandang sebagai lembaga yang memproduksi atau menjual jasa (service) kepada para pelanggannya. Pelanggan pendidikan meliputi pelanggan internal dan pelangan eksternal. Pelanggan internal adalah pengajar atau guru dan tenaga kependidikan serta tenaga administratif, sedangkan pelanggan eksternal dipilah-pilah menjadi pelanggan primer, sekunder dan tersier. Pelanggan

Page 59: MANAJEMEN KINERJA DAN

50 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

eksternal primer sekolah adalah siswa, pelanggan sekunder adalah pemerintah, orang tua atau masyarakat yang membiayai pendidikan, dan pelanggan tersier adalah lembaga pendidikan pada jenjang berikutnya atau para pemakai lulusan.

Dengan berpegang pada konsep di atas, maka mutu suatu lembaga pendidikan ditentukan oleh sejauh mana pelanggan-pelanggan baik internal maupun eksternal itu merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan itu. Hal ini berarti bahwa sekolah bermutu adalah sekolah yang pelaksanaan pendidikannya atau pelayanan yang diberikannya sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggannya. Apakah suatu lembaga pendidikan dapat memberi layanan yang sesuai atau melebih harapan dan kepuasan pelanggannya merupakan pertanyaan kunci dalam menilai mutunya. Untuk ini perlu ada kriteria penilaian pada masing-masing dimensi mutu, seperti hasil belajar, pembelajaran, materi pembelajaran, dan pengelolaan. Dimensi hasil belajar dapat dipandang sebagai dimensi keluaran atau output, sedangkan dimensi pengelolaan dan pembelajaran dapat dipandang sebagai dimensi proses, sementara bahan pembelajaran merupakan dimensi masukan atau input.

Semua ini harus menjadi fokus dalam penilaian terhadap mutu suatu lembaga pendidikan. Keberadaan mutu suatu lembaga pendidikan adalah paduan sifat-sifat layanan yang diberikan yang menyamai atau melebihi harapan serta kepuasan pelanggannya, baik yang tersurat maupun tersirat. Untuk mengupayakan agar layanan yang diberikan itu memberi kepasan kepada pelanggannya maka berbagai jenis pelayanan dan pelanggannya masing-masing perlu dipilah-pilah. Sebagaimana dijelaskan di atas pelanggan lembaga pendidikan dikategrikan ke dalam dua macam, yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Ini berarti lembaga itu harus memberi pelayanan kepada pihak-pihak yang ada di dalam atau menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan pendidikan di lembaga itu (pelanggan internal), yaitu pengajar dan karyawan; dan pihak-pihak yang bukan menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan pendidikan itu (pelanggan eksternal), yaitu siswa, orang tua pemerintah dan masyarakat penyandang dana, dan pemakai lulusan.

Page 60: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 51

Jadi, lembaga pendidikan bermutu adalah lembaga yang mampu memberi layanan yang sesuai atau melebihi harapan guru, karyawan, siswa, penyandang dana (orang tua, masyarakat dan pemerintah), dan pemakai lulusan. Dengan memilah-milah pelanggan dapat diidentifikasi berbagai jenis layanan berdasarkan pelanggannya.

B. Konsep Kontrol Mutu, Jaminan Mutu dan Mutu Terpadu

Definisi tentang mutu, perlu dipahami tiga gagasan tentang mutu. Ada perbedaan-perbedaan yang mendasar antara kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan mutu terpadu (total quality) (Salis, 2008: 58).

Kontrol mutu secara historis merupakan konsep mutu yang paling tua. Ia melibatkan deteksi dan eliminasi komponen-komponen atau produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Ini merupakan sebuah proses paska produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat. Kontrol mutu biasanya dilakukan oleh pekerja-pekerja yang dikenal sebagai pemeriksa mutu. Inspeksi dan pemeriksa adalah metode-metode umum dari kontrol mutu dan sudah digunakan secara luas dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standar-standar telah dipenuhi atau belum.

Jaminan mutu berbeda dengan kontrol mutu sebelum maupun ketika proses tersebut berlangsung. Penekanan ini bertujuan untuk mencegah terjadi kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Crosby adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (righ first time every time). Jaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab tenaga kerja dibandingkan kontrol mutu, meskipun sebenarnya inspeksi tersebut juga memberi peranan dalam jaminan mutu (Salis, 2008: 58). Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal dengan sistem jaminan mutu, yang

Page 61: MANAJEMEN KINERJA DAN

52 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai standar. Standar-standar mutu di atur oleh prosedur yang ada dalam sistem jaminan mutu.

TQM (Total Quality Management) merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah usaha menciptakan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam konsep mutu pelanggan adalah raja. Dengan memuaskan pelanggan, bisa dipastikan bahwa mereka akan kembali lagi dan memberitahu teman-temannya tentang produk atau layanan tersebut. Ini disebut dengan istilah mutu yang menjual (sell-on quality). Persepsi dan harapan pelanggan tersebut diakui sebagai suatu yang bersifat jangka pendek dan bisa berubah-ubah. Demikian juga dengan organisasi, ia harus menemukan metode-metode yang tepat untuk mendekatkan diri dengan pelanggan mereka agar dapat merespon perubahan selera, kebutuhan dan keinginan mereka.

Gambar 3.1: Hirarki Konsep Mutu

Sumber: Edward Salis, Total Quality Management in Educational, 2008: 60

C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Dalam era globalisasi saat ini, sudah menjadi suatu kewajiban bagi institusi pendidikan untuk menerapkan majemen yang bermutu dalam menyelenggarakan sebuah pendidikan. Hal ini dikarenakan arah proses pendidikan sudah tidak lagi pada proses pemaksaan sebuah negara bahwa masyarakat harus mengenyam pendidikan. Semakin meningkatnya nilaii kesadaran

Inpeksi

Kontrol

Mutu Deteksi

Jaminan Mutu

Penjegahan

Manajemen Mutu

Terpadu Perbaikan yang Kontinyu

Page 62: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 53

masyarakat akan pentingnya pendidikan, maka semakin bertambahlah tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dewasa ini, masyarakat dapat melihat instansi pendidikan mana yang bermutu atau yang tidak, sehingga persaingan di antara instansi pendidikan semakin meningkat sejalan dengan harapan yang diinginkan oleh masyarakat. Sebuah instansi pendidikan yang tidak dapat memberikan layanan yang baik tentunya akan ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.

Layanan pendidikan yang diberikan oleh instansi pendidikan haruslah sesuai atau melebihi kebutuhan dari harapan pelanggan. Sebuah layanan pendidikan tentunya bersifat relatif, dimana mutunya akan dikatakan baik bila dapat memuaskan dengan ukuran sesuai dengan atau melebihi kebutuhan pelanggang yang bersangkutan. Dengan demikian tingkat kepuasan dari pelanggang setelah menerima jasa pendidikan merupakan indikator penting dalam keberhasilan dari sebuah institusi pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. Untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan pendidikan tentunya institusi pendidikan harus dapat memberikan jaminan dan keyakinan bahwa proses penetapan layanan pendidikan dan pemenuhan standar mutu pendidikan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan oleh instansi pendidikan.

Dikarenakan masyarakat kita saat ini membutuhkan sebuah jaminan dan kepercayaan akan baiknya layanan dari pendidikan yang diberikan oleh setiap institusi pendidikan, maka sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap institusi pendidikan untuk memberikan jaminan kepada masyarakat dengan menerapkan sistem penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan di institusinya. Sistem penjaminan mutu dalam pendidikan merupakan suatu pendekatan dalam memberikan jaminan dan kepercayaan kepada pelanggan tentang mengelola institusi pendidikan berdasarkan nilai filosofi dan nilai teknis bahwa peningkatan mutu layanan harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur sekolah sejak dini secara terpadu dan berkesinambungan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggang baik masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan pendekatan sistem penjaminan mutu ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu, menjaga

Page 63: MANAJEMEN KINERJA DAN

54 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

mutu layanan serta selalu meningkatkan mutu layanan secara berkesinambungan.

Menurut Rinda Hedwig yang dikutip oleh Arif Rohman dan Giri Wiyono (2008: 4) sistem penjaminan mutu bisa dilakukan baik secara menyeluruh maupun dalam bentuk berjenjang. Menyeluruh berarti seluruh proses yang terkait di dalam penyelenggaraan sekolah seperti penerimaan siswa baru, proses belajar mengajar, hingga proses meluluskan lulusan yang dijaminkan mutunya. Sedangkan yang dimaksud dengan bertahap adalah sekolah dapat melakukan penjaminan mutu hanya pada proses pembelajarannya saja. Bahkan penjaminan mutu juga bisa dilakukan hanya pada satu kelas saja tetapi kemudian ditingkatkan hingga seluruh proses kegiatan di sekolah dapat dijaminkan. Tujuan dari adanya sistem penjaminan mutu pendidikan bermanfaat, baik bagi pihak internal maupun eksternal institusi pendidikan. Tujuan penjaminan (Assurance) terhadap mutu sebagai berikut. 1. Membantu institusi pendidikan dalam perbaikan dan

peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan akan layanan pendidikan yang diberikan melalui praktek yang terbaik dengan selalu melakukan inovasi yang bermanfaat.

2. Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat clan dapat dipercaya.

3. Membantu institusi pendidikan dalam menyediakan dan memberikan informasi pada pelanggan dan masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten akan standar layanan pendidikan yang telah dicapai.

4. Membantu institusi pendidikan dalam memberikan jaminan kepada para pelanggan bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar nasional dan sesuai dengan keinginan mereka.

1. Komponen Penjaminan Mutu Pendidikan

Quality assurance merupakan keseluruhan rencana dan kegiatan yang sistematis dalam rangka memberikan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari sebuah mutu. Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari

Page 64: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 55

kebutuhan pelanggan. Oleh karenanya, sistem penjaminan mutu tentunya harus didukung oleh proses evaluasi secara terus-menerus sebagai alat bagi manajemen. Penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa mutu dapat berfungsi secara baik dan efektif. Komponen dari penjaminan mutu pendidikan adalah : a. Dilaksanakan pada level sekolah.

Banyak kegagalan yang terjadi dalam penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dikarenakan para pelaku dari proses tersebut banyaknya datang dari pihak eksternal instansi pendidikan. Instansi pendidikan dituntut untuk dapat mengembangkan penjaminan mutu sebagai suatu sistem yang utuh dan mandiri sehingga dapat menjadi sebuah cultural akan mutu. Setiap anggota dari institusi pendidikan tersebut sesungguhnya memiliki peran aktif dalam menentukan mutu sekolahnya. Mereka bekerjasama sebagai suatu tim yang solid. Selain itu institusi pendidikan harus memiliki tujuan, sasaran dan target yang jelas. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dituntut secara eksplisit menetapkan program dan target dari penjaminan mutu yang ingin diberikan kepada para pelanggan.

b. Kepemimpinan yang baik. Sistem penjaminan mutu pendidikan sudah seharusnya

dipandang sebagai sesuatu yang kultural, suatu perubahan mendasar tentang bagaimana individu-individu dan kelompok memahami pekerjaan mereka dan peran mereka. Penciptaan kultur ini tentunya dihasilkan oleh kepemimpinan kepala institusi pendidikan yang baik. Kepala institusi pendidikan harus senantiasa memahami institusinya sebagai suatu sistem organik. Untuk itu seorang kepala harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan dengan manajer dengan lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa, lebih bersandar pada kerja sama dalam menjalankan tugas dibanding bersandar pada kekuasaan atau SK. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi, bukannya menciptakan rasa takut dengan selalu menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu

Page 65: MANAJEMEN KINERJA DAN

56 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

daripada menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu. Seorang pemimpin institusi pendidikan harus dapat mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana menjemukan.

c. Didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif

Proses akan pengumpulan data tentang kinerja institusi pendidikannya mutlak dilaksanakan sebagai bahan utama dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dimulai dari sesuatu yang jelas dan dengan tujuan yang jelas pula. Oleh karena itu, dengan tidak disertai data yang jelas dan akurat, upaya peningkatan mutu akan kabur dan keputusan yang diambil dalam peningkatan mutu akan lebih banyak bersifat spekulatif.

d. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Proses sistem penjaminan mutu pendidikan

merupakan upaya panjang yang memerlukan pengerahan daya pikiran, tenaga dan dana. Semua potensi harus dikerahkan secara bersama, berkesinambungan dan konsisten dalam jangka waktu yang relatif panjang. Periode penerapan sistem penjaminan mutu harus dapat dimonitor seberapa jauh prosesnya telah berjalan, standar apa yang telah dicapai dan seberapa jauh lagi tujuan akan dapat diraih.

e. Memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah secara total.

Sebagai suatu sistem organik, maka proses penjaminan mutu di institusi pendidikan harus dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur yang ada didalamnya seperti pimpinan, guru, pegawai administrasi, siswa, dan orang tua siswa. Institusi pendidikan berada pada bagian terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan. Masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan dan orang tua siswa merupakan partner peningkatan mutu, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai penentu kerangka dasar kebijakan pendidikan. bagi institusi pendidikan dalam rangka peningkatan mutu.

Paradigma pendidikan selama ini memandang sekolah sebagai suatu proses produksi, yang menempatkan siswa sebagai input yang akan diproses dan nantinya menjadi out-

Page 66: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 57

put yang bermutu. Paradigma sistem semacam ini, sering memperlakukan siswa sebagai sesuatu yang pasif. Sistem penjaminan mutu memandang pendidikan di institusi pendidikan sebagai proses pelayanan jasa yang memposisikan siswa, orang tua siswa dan masyarakat sebagai konsumen. Karena itu kepuasan konsumen merupakan ukuran keberhasilan peningkatan mutu.

2. Karakteristik Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem penjaminan mutu dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output yang dalam pendidikan berupa layanan. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari hasil layanan dan memperbaiki kekurangannya. Tujuan pertama dari sistem penjaminan mutu ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat memberikan layanan yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang beragam. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi atau memberikan layanan yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi puas. Prinsip-prinsip dari penjaminan mutu pendidikan adalah : a. Peningkatan secara berkesinambungan

Fokus dari institusi pendidikan bukan diarahkan pada jangka pendek, melainkan diarahkan pada peningkatan kualitas jangka panjang. Inovasi konstan, peningkatan dan perubahan merupakan inti dari penjaminan mutu dan institusi tersebut dalam pelaksanaan harus melakukan perbaikan secara berlanjut.

b. Perubahan budaya Institusi pendidikan sudah saatnya untuk merubah budaya lama dengan budaya baru yang selalu mengedepankan mutu sehingga kesadaran dengan sendirinya akan hadir di setiap anggota instasi pendidikan.

Page 67: MANAJEMEN KINERJA DAN

58 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

c. Komunikasi organisasi Adanya suatu komunikasi yang efektif , baik secara internal maupun secara eksternal, antara semua pelanggan. Semua jaringan dan media komunikasi baik secara vertikal maupun horizontal perlu dioptimalkan. Hal ini sangat diperlukan untuk membentuk iklim kondusif bagi terciptanya budaya mutu yang diharapkan.

d. Menjaga hubungan dengan pelanggan Institusi pendidikan harus selalu menjaga kedekatan dengan pelanggan serta memiliki obsesi yang kuat terhadap pemenuhan mutu sesuia keinginan pelanggan. Pemimpinan institusi pendidikan harus memprioritaskan dan memuaskan pelanggan.

e. Kolega sebagai pelanggan Fokus akan keinginan pelanggan bukan sekedar memenuhi kebutuhan pelanggan yang datang dari luar, akan tetapi kolega-koleganya yang ada di dalam institusi pendidikan itu sendiri juga merupakan pelanggan. Keseimbangan dalam memenuhi semua pelanggan baik internal maupun eksternal harus dilakukan secara proporsional.

f. Pemasaran internal Pemasaran internal adalah alat untuk mengkomunikasikan berbagai informasi kepada guru dan staf guna meyakinkan mereka tentang apa yang terjadi di institusi mereka, sehingga para guru dan staf memiliki kesempatan untuk memberikan idea atau gagasan umpan balik tentang penjaminan mutu.

g. Profesionalisme dan fokus pelanggan Menunjukkan kepedulian pada standar akademik yang memadai serta mempersatukan unsur terbaik bagi profesionalisme dengan malaksanakan proses penjaminan mutu merupakan modal penting untuk meraih sukses. Fokuskan keprofesionalannya adalah kepada keinginan dan kepuasan pelanggan dalam jangka panjang.

Sedangkan karakteristik dari penjaminan mutu pendidikan adalah sebagai berikut: a. Selalu fokus pada pelanggan. Pelanggan yang dimaksud

adalah bukan hanya pihak luar seperti siswa, orang tua siswa tetapi juga pelanggan internal, yaitu seluruh anggota seperti

Page 68: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 59

guru dan staf yang berinteraksi langsung pada proses layanan satu dengan layanan yang lain dalam institusi pendidikan.

b. Perhatian pada kegiatan pengembangan secara berkelanjutan. Penjaminan mutu memiliki komitmen untuk tidak pernah puas dengan suatu mutu. Mutu yang diinginkan bukan hanya “baik” tetapi harus “sangat baik”. Institusi pendidikan harus memiliki filosofi bahwa mutu selalu dapat dikembangkan.

c. Fokus pada proses. Penjaminan mutu memfokuskan pada proses kerja untuk memberikan layanan jasa sehingga selalu harus dilakukan pengembangan secara berkelanjutan.

d. Pengembangan mutu pada keseluruhan organisasi. Penjaminan mutu menggunakan definisi mutu yang sangat luas. Tidak hanya berkaitan dengan layanan akhir, tetapi juga bagaimana institusi pendidikan melakukan proses penerimaan komplain, dan bagaimana menangani komplain dengan sopan.

e. Pengukuran yang akurat. Penjaminan mutu menggunakan teknik statistik untuk mengukur setiap variabel penting dalam kegiatan organisasi. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan-kegiatan membandingkan dengan standar yang berbeda atau melalui kegiatan benchmark untuk mengidentifikasi masalah, menulusuri akar masalah, dan menghilangkan penyebab dari masalah tersebut.

f. Pemberdayaan sumber daya manusia. Proses penjaminan mutu menempatkan manusia sebagai sesuatu yang harus dikembangkan dalam upaya untuk mengembangkan proses. Tim kerja merupakan hal yang harus dikembangkan dalam kaitan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Page 69: MANAJEMEN KINERJA DAN

60 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

BAB IV

MANAJEMEN KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Konsep Manajemen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan

Manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh kesuksesan.

Terdapat beberapa pandangan para pakar tentang pengertian manajemen kinerja. Bacal (1999: 4) memandang manajemen kinerja sebagai “proses komunikasi” yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas tentang pemahaman mengenai pekerjaan yng akan dilakukan. Proses komunikasi meurpakan suatu sistem, memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsertakan, apabila manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer, dan karyawan.

Berbeda dengan Bacal yang menekankan pada proses komunikasi, Amstrong (2004: 29) lebih melihat manajemen kinerja sebagai “sarana” untuk. Mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati.

Amstrong dan Denton (1998: 7) sebelumnya berpandangan bahwa manajemen kinerja adalah “pendekatan strategis dan terpadu” untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Mereka juga mengutip pendapat Fletcher yang menyatakan manajemen kinerja sebagai berkaitan dengan pendekatan “menciptakan visi bersama” tentang maksud dan tujuan organisasi, membantu karyawan memahami, dan mengenal

Page 70: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 61

bagiannya dalam memberikan kontribusi, dan dalam melakukannya, mengelola, dan meningkatkan kinerja baik individu maupun organisasi.

Sementara itu, Schwartz (1999: vii) memandang manajemen kinerja sebagai “gaya manajemen” yang dasarnya adalah komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut penetapan tujuan, memberikan umpan balik baik dari manajer kepada karyawan maupun sebaliknya dari karyawan kepada manajer, demikian pula penilaian kinerja. Di sini tampak bahwa Schwartz melihat manajemen kinerja hanya sebagai salah satu gaya manajemn, namun dari sisi substansinya mirip dengan pandangan Bacal sebagai suatu proses komunikasi.

Costello (1994: 3) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan “dasar dan kekuatan pendorong” yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan alokasi sumber daya.

Dengan memerhatikan pandangan para pakar di atas, dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen kinerja memberikan manfaat bukan hanya bagi organisasi tetapi juga manajer, dan individu. Menurut Wibowo (2010: 10), manfaat manajemen kinerja bagi organisasi antara lain adalah dalam menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja, memotivasi pekerja, meningktkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar keterampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahan basis perencanaan karier, membantu menahan pekerja terampil untuk tidak pindah, mendukung inisiatf kualitas total dan pelayanan pelanggan, dan mendukung program perubahan budaya.

Sedangkan manfaat manajemen kinerja bagi manajer antara lain berupa mengusahakan klarifikasi kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual,

Page 71: MANAJEMEN KINERJA DAN

62 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

mengusahakan penghargaan nonfinansial dan staf, mengusahakan dasar untuk membantu pekerja yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau kembali kinerja dan tingkat kompetensi (Wibowo, 2010: 10-11).

Sementara itu, manfaat manajemen kinerja bagi individu antara lain dalam bentuk memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu mengembangkan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara bekerja dikelola dan dijalankan (Wibowo, 2010: 11)

Menurut Costello (1994: 6), manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.

Apabila pekerja jelas memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien dan produktif, pemahaman akan tujuan, harga diri dan motivasinya akan meningkat. Dengan demikian, manajemen kinerja memerlukan kerjasama, saling pengertian, dan komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan.

Cakupan manajemen kinerja meliputi kegiatan menganalisis tujuan unit kerja dan memastikan bahwa terdapat hubungan dengan tujuan menyeluruh organisasi, menganalisis keterampilan pekerja dan penugasan yang diberikan dalam kaitannya dengan tujan unit kerja. Mengomunikasikan dengan jelas tujuan dan harapan kinerja setiap pekerja dan mendapatkan kesepakatan atas tujuan dan harapan tersebut, mengenal dan memperkenalkan kinerja baik dari setiap pekerja, mengenal di mana kinerja yang masih perlu diperbaiki dan memberikan dukungan yang diperlukan pekerja untuk memperbaiki kinerjanya. (Wibowo, 2010: 21)

Manajemen kinerja berkepentingan dengan setiap orang yang terlibat dalam organisasi, bukan hanya manajer. Hal ini

Page 72: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 63

menolak anggapan bahwa hanya manajer yang akuntabel atas kinerja timnya dan menggantinya dengan keyakinan bahwa tanggung jawab dibagi bersama di antara manajer dan anggota tim. Dalam arti bahwa manajer memandang mereka sebagai pelanggan untuk kontribusi manajerial dan pelayanan yang dapat disediakan.

Proses manajemen kinerja melakukan pendekatan holistik untuk mengelola kinerja yang menjadi kepentingan setiap orang dalam organisasi. Namun, tidak perlu menjadi praktik universal, manajemen kinerja dibawakan dengan berbagai tingkat keberhasilan dan komitmen pekerja. Manajemen kinerja bersangkutan dengan masalah pengelolaan semua sumber daya dalam organisasi yang menjadi masukan, proses pelaksanaan kinerja, keluaran atau hasil kinerja, dan manfaat atau dampak dari suatu kinerja.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan pada setiap jenjang dapat menerapkan manajemen kinerja sebagai wujud kepedulian terhadap pelaksanaan dan pengembangan program yang dilaksanakan. Penjaminan mutu merupakan suatu sistem dalam manajemen mutu yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan proses produksi dengan cara mengusahakan agar setiap langkah yang dilaksanakan diawasi sejak permulaan proses produksi tersebut.

Proses penjaminan mutu pendidikan atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) mutu pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pimpinan melainkan tanggung jawab seluruh stakeholder pendidikan, (2) melakukan tindakan yang benar pada permulaan kegiatan berarti mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan penjaminan mutu, (3) keberhasilan penjaminan mutu tidak terlepas dari iklim dan budaya masyarakat setempat oleh sebab itu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut sehingga mutu yang diharapkan dapat dicapai dengan baik.

B. Fungsi Manajamen Kinerja Dalam Lembaga Penjaminan

Mutu Pendidikan

Berdasarkan model-model manajamen kinerja tersebut, dalam penelitian ini diterapkan model manajemen kinerja

Page 73: MANAJEMEN KINERJA DAN

64 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

menurut Deming, yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Masing-masing fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan kinerja menurut Bacal (1995:54) dalam wibowo mengatakan bahwa perencanaan kinerja merupakan bagian terpenting manajemen kinerja. Perencanaan melihat masa depan untuk memaksimalkan kinerja yang akan datang dan bukannya menganalisis kinerja yang lalu. Perencanaan kinerja merupakan proses di mana pekerja dan manajer bekerja bersama merencanakan apa yang harus dilakukan pekerja dalam setahun mendatang, mendefinsikan bagaimana kinerja harus, mengidentifikasi dan merencanakan mengatasi hambatan dan mendapatkan saling pengertian tentang pekerjaan. Wibowo (2010:66) Tujuan proses perencanaan kinerja paling baik diwujudkan dalam bentuk outcomes atau manfaat. Sebagai kesimpulan proses perencanaan kinerja diharapkan tugas pekerjaan dan sasaran pekerjaan akan sejalan dengan tujuan dan sasaran unit kerja dan perusahaan. Pekerja akan memahami hubungan antara tanggung jawabnya dengan tujuan dengan tujuan menyeluruh. Uraian tugas dan tanggung jawab akan dimodifikasi mencerminkan setiap perubahan dalam konteks pekerjaan.

T. Hani Handoko (2003: 25), mengemukakan bahwa perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.

Dengan adanya perencanaan, seorang manajer memiliki gambaran arah yang akan dituju dari setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Adapun langkah-langkah pokok dalam perencanaan adalah sebagai berikut: a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai

berikut: (a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d)

Page 74: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 65

ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.

b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.

c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.

Robbins dan Coulter (1999: 21) mengemukakan empat tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non manajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya. Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan. Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi menunjukan adanya hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan.

Muhklis (2009: 8) mengemukakan bahwa dalam perencanaan terdapat unsur-unsur: (1) rasional (dibuat dengan pemikiran yang rasional; tidak secara khayalan/angan-angan; harus dapat dilaksanakan); (2) estimasi (dibuat berdasarkan analisa fakta dan perkiraan yang mendekati/estimate; untuk

Page 75: MANAJEMEN KINERJA DAN

66 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

pelaksanaan yang akan segera dikerjakan); (3) preparasi (dibuat sebagai persiapan/preparasi; pedoman/patokan tindakan yang akan dilakukan/bukan untuk yang telah lalu); (4) operasional (dibuat untuk dilaksanakan; untuk keperluan tindakan-tindakan kemudian dan seterusnya; bukan yang telah lalu). Lebih lanjut dikemukakan Muhklis (2009: 9) bahwa sifat perencanaan meliputi: (1) faktual (dibuat berdasarkan fakta/data; memperkirakan kejadian yang akan datang dalam tindakan pelaksanaan kelak); (2) rasional (masuk akal, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan angan-angan), (3) fleksibel (dapat mengikuti perkembangan kemajuan masyarakat, perubahan situasi dan kondisi; dapat diubah /disempurnakan sesuai keadaan/tidak merubah tujuan), dan (4) kontinu/berkesinambungan (dipersiapkan untuk tindakan yang terus menerus dan berkelanjutan; tidak untuk sekali tetapi untuk selamanya).

Dengan demikian perencanaan merupakan kegiatan memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2. Pelaksanaan

Mukhlis (2009: 15-16) mengemukakan bahwa fungsi pelaksanaan adalah: (1) komunikasi, berbicara dengan bawahan, memberi penjelasan dan penerangan, memberikan isyarat, meminta keterangan, memberikan nota, mengadakan pertemuan, rapat briefing, pelajaran, wejangan dan sebagainya, (2) human relation, memperhatikan nasib bawahan sebagai manusia dan selalu ada keseimbangan antara kepentingan pribadi pegawai, mengembangkan kegembiraan dan semangat kerja yang sebaik-baiknya dan kepentingan umum organisasi, (3) leadership, menunjukkan dan membuat bawahan merasa bahwa mereka dilindungi dan dibimbing, bahwa mereka mempunyai seorang

Page 76: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 67

sumber pimpinan dan penerangan dalam menghadapi kesulitan dan masalah pekerjaan maupun pribadi keluarga (inti pelaksanaan), (4) pengembangan eksekutif, bBerusaha agar setiap bawahan dapat mengambil keputusan sendiri yang tepat dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing, agar setiap bawahan terbuka dan atas prakarsa sendiri selalu berusaha untuk menekan biaya, memperkuat disiplin, meningkatkan mutu kerja dan sebagainya, (5) mengembangkan rasa tanggung jawab, (6) mengembangkan sikap pada bawahan untuk tidak menerima apabila tidak melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, (7) pemberian komando, memberi perintah, instruksi, direktif, meminta laporan dan pertanggungjawaban, memberi teguran dan pujian, (8) mengadakan pengamatan, atas pekerjaan dan aktivitas bawahan langsung, (9) pemeliharaan moral dan disiplin, (10) mendidik serta memberi contoh kepada bawahan tentang apa yang baik dan patut dilaksanakan, menjaga ketertiban, kesopanan dan kerukunan.

Dengan demikian, pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Pelaksanaan artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership) http://artikelrande.blogspot.com /2010/07/manajemen-dan-kepemimpinan.html 3. Monitoring

Menurut Hafid (2009: 1) bahwa monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program./ Memantau perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan, dan monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

Casely & Kumar (dalam Hafid, 2009: 1) memberikan definisi monitoring bisa bervariasi tetapi pada dasarnya prinsip yang digunakan adalah sama, yaitu: "Monitoring adalah penilaian yang terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan proyek didalam

Page 77: MANAJEMEN KINERJA DAN

68 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

konteks jadwal-jadwal pelaksanaan dan terhadap penggunaan input-input proyek oleh kelompok sasaran didalam konteks harapanharapan rancangan. Monitoring adalah kegiatan proyek yang integral, bagian penting dari praktek manajemem yang baik dan karena itu merupakan bagian yang integral dari manajemen sehari-hari.

Monitoring yang dilakukan adalah dengan metoda pengumpulan dan analisis informasi secara teratur. Kegiatan ini dilakukan secara internal untuk menilai apakah masukan sudah digunakan, apakah dan bagaimana kegiatan dilaksanakan, dan apakah keluaran dihasilkan sesuai rencana. Monitoring berfokus secara khusus pada efisiensi. Sumber data yang penting untuk monitoring adalah Alat Verifikasi pada tingkat Kegiatan dan Keluaran yang umumnya merupakan dokumen internal seperti: Laporan bulanan / triwulan, catatan kerja dan perjalanan, catatan pelatihan, notulen rapat dan sebagainya pada perjalanan pelaksanaan selama kurun waktu tertentu.

Kaji Ulang adalah bentuk monitoring yang lebih penting, dilakukan dalam frekuensi yang lebih rendah; biasanya per satu tahun, pada akhir suatu tahapan, atau pada akhir kegiatan. Telaah ulang berfokus khusus pada keefektifan dan dampak langsung dari masing-masing kegiatan yang dilaksanakan dalam Program. Dalam telaah ulang kita menilai apakah kegiatan telah menghasilkan keluaran sesuai rencana dan apa dampak keluaran telah membantu tercapainya tujuan proyek atau program. Bagi banyak organisasi, “telaah ulang” disebut sebagai evaluasi. Sumber data yang penting untuk ditinjau adalah alat verifikasi di tingkat keluaran dan tujuan yang umumnya bersifat internal dan eksternal, seperti laporan tengah tahun dan tahunan, laporan dari pihak terkait, dokumen dokumen pengumpulan data, laporan konsultan dan sebagainya.

Monitoring dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : (1). Monitoring melalui kunjungan lapangan (field visits), (2).

Monitoring melalui laporan kemajuan yang di peroleh dari laporan dari masing-masing Satuan Penanggung Jawab Program baik itu yang menangani program/kegiatan ungkitan penunjang dan ungkitan utama yang meliputi persentase target dan realisasi serapan dana serta persentase target dan realisasi kemajuan kegiatan.

Page 78: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 69

Menurut Websterns (dalam http://amcreative. wordpress.com/pemantauan-kurikulum/) monitoring atau pemantauan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek penampilan dan aktifitas yang dikerjakan. Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan di sekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa yang dirasakan di dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.

Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di dalam kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran utama di dalam kegiatan monitoring ini. Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana. Monitoring dilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah.

Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan suatu proyek; kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring (http://amcreative.wordpress.com/pemantauan-kurikulum/).

a. Pemantaun Langsung

Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan. Agar pengumpulan informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi pengumpulan data yaitu;

Page 79: MANAJEMEN KINERJA DAN

70 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

1) Mempersiapkan instrument pengumpulan data; misalnya dengan menyiapkan daftar isi.

2) Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

3) Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat informasi yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya (sesuai dengan tujuan monitoring).

4) Memerlukan biaya yang relative besar karena bukan saja factor jarak (tranformasi) tetapi juga untuk mengirim petugas monitoring ke lokasi.

5) Memerlukan ketelitian yang lebih, sebab dengan wawancara langsung, seringkali hasilnya tidak sesuai bila petugas monitoring tidak pandai-pandai mengali data yang baikdan benar.

b. Pemantauan Tidak Langsung

Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat pimpinan pemantau

4. Review

Review mengandung makna meninjau kembali atas segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, baik yang menyangkut kebijakan, strategi, perencanaan mupun pelaksanaan. Review yang efektif merupakan inti keberhasilan manajemen. Memahami bagaimana proses review bekerja, dan mengenal bagaimana sistem yang dikelola baik menguntungkan pekerja dan organisasi.

Wibowo (2010: 194-195) menjelaskan bahwa review kinerja merupakan penilaian formal oleh atasan atau manajer terhadap bawahannya atas kinerjanya dalam waktu tertentu yang disepakati. Review kinerja merupakan proses yang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Atasan sebagai penilai sering disebut the appraiser, dan bawahan yang dinilai dinamakan the appraiser.

Arti penting review kinerja menurut Ken Lawson (dalam Wibowo, 2010” 195) adalah: (1) feedback; semua pekerja perlu dan

Page 80: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 71

ingin tahu dengan sungguh-sungguh seberapa tingkat keberhasilannya. Proses formal memungkinkan semua aspek kinerja individual dinilai dengan cara yang diatur secara objektif. (2) improving performance (memperbaiki kinerja). Semua pekerja perlu mengetahui seberapa baik sekarang ini mereka menjalankan tanggung jawabnya, sebelum mereka dapat dimotivasi memperbaiki bidang kelemahannya atau membangun kerja baik lebih lanjut. Hal ini juga membuat pekerja dapat menghadapi setiap masalah kinerja. (3) determining pay raises (mempertimbangkan kenaikan upah/gaji). Tidak semua organisasi memilih cara ini, tetapi pada umumnya semakin baik kinerja maka akan semakin baik kompensasi finasial yang diterima. (4) renewal of the work contact (pembaruan kontrak kerja).

Review kinerja yang dilakukan dengan baik membuat pekerja mempunyai komitmen pada organisasi dan secara efektif meningkatkan motivasi pekerja. (5) detemine development needs (mempertimbangkan kebutuhan pengembangan). Review kinerja memungkinkan manajer mengamati kebutuhan pengembangan dan pelatihan staf.

Page 81: MANAJEMEN KINERJA DAN

72 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

BAB V

MANAJEMEN KINERJA LPMP DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS PADA LPMP PROVINSI JAMBI)

A. Hasil Kajian

1. Perencanaan Program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi

LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan bertugas untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan oleh Permendiknas No.7 Tahun 2007, bahwa untuk melaksanakan penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Permendiknas tersebut, maka fungsi LPMP adalah melakukan: a. Pemetaan mutu sekolah dasar dan menengah termasuk TK,

RA, atau bentuk lain yang sederajat; b. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu

sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;

c. Supervisi satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional;

d. Fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam proses penjaminan mutu pendidikan; dan

e. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP. Berdasarkan tugas dan fungsinya, LPMP Provinsi Jambi

bergiat diri untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, LPMP Provinsi Jambi menyusun rencana strategik yang merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana strategik mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, cara

Page 82: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 73

mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijaksanaan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan (Inpres No. 7 Tahun 1999).

Dalam menyusun rencana strategik, LPMP Provinsi Jambi menggunakan model yang ditawarkan Whittaker (1993) sebagaimana tampak dalam gambar berikut:

Gambar 5.1 Model Perencanaan Strategik Whittaker

Program kerja yang disusun didasarkan pada visi, misi,

tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Visi merupakan suatu keadaan yang ingin diwujudkan di masa datang. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat bekarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah sesuatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan Kepala LPMP Provinsi Jambi bahwa:

visi LPMP Provinsi Jambi adalah menjadi lembaga terdepan dalam proses penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah berstandar nasional berwawasan global dengan nuansa kebersamaan. Visi tersebut dirumuskan

MONITOR

IMPLEMENT &

PROVIDE

FEEDBACK

VALUE

VISSION

GOAL

CORPORATE

OBJEKTIVE

STRATEGY

CRITICAL SUCCESS FACTOR

STRATEGIC

ANALYSIS &

CHOICE

ASUMSI

EXTERNAL

ANALYSIS

INTERNAL

ANALYSIS

MISSION

ESTABLISH ACCOUNTABI

LITY IMPLEMENT

PLAN

Page 83: MANAJEMEN KINERJA DAN

74 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

secara bersama-sama melalui rapat LPMP yang dihadiri oleh seluruh pegawai dan widyaiswara (N. 02-02-2012).

Selanjutnya berdasarkan data observasi yang dilakukan bahwa visi LPMP Provinsi Jambi adalah ”Menjadi lembaga terdepan dalam proses penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah berstandar nasional berwawasan global dengan nuansa kebersamaan.”

Lebih lanjut menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi bahwa: Rumusan visi LPMP hendaknya (a) mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi; (b) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas; (c) mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik yang terdapat dalam sebuah organisasi; (d) memiliki orientasi terhadap masa depan sehingga segenap jajaran harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan organisasinya; (e) mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi; dan (f) mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi (I.K. 02-02-2012).

Pada sisi lain Kepala Seksi PSI menyatakan bahwa dengan rumusan visi LPMP yang jelas diharapkan mampu:

(a) menarik komitmen dan menggerakkan orang; (b) menciptakan makna bagi kehidupan anggota organisasi; (c) menciptakan standar keunggulan; dan (d) menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan. Visi instansi perlu ditanamkan pada setiap unsur organisasi sehingga menjadi visi bersama (shared vision) yang pada gilirannya mampu mengarahkan dan menggerakkan segala sumber daya instansi (N. 03-02-2012).

Dengan demikian, jelaslah bahwa visi merupakan suatu pikiran yang melampaui realita sekarang, sesuatu yang ingin kita wujudkan di masa datang yang belum pernah kita miliki sebelumnya, suatu keadaan yang kita yakini akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Visi dirancang untuk memberi inspirasi dan memotivasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masa depan organisasi. Visi memberikan

Page 84: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 75

arah kepada manajemen dalam proses pembuatan keputusan agar setiap keputusan yang dibuat selalu berlandaskan dan merujuk kepada visi organisasi yang telah disepakati. Visi ibarat magnet yang mempunyai kekuatan yang mampu menggugah, mengundang, memanggil dan menyerukan kepada setiap anggota organisasi untuk beramai-ramai memasuki gerbang masa depan yang lebih baik bagi eksistensi organisasi dan kesejahteraan seluruh anggota organisasi.

Pencapaian visi tidak lepas dari adanya perumusan misi sebagai penjabaran dari visi yang ditetapkan. Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tupoksinya. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki instansi pemerintah dari peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan teknologi sesuai dengan strategi yang telah dipilih. Perumusan misi instansi pemerintah harus memperhatikan masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang untuk perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik. Rumusan misi hendaknya mampu: (a) melingkup semua pesan yang terdapat dalam visi; (b) memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai; (c)memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh instansi pemerintah; dan (d) memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.

Selanjutnya berdasarkan hasil dokumen peneliti bahwa rumusan misi LPMP adalah terdiri atas enam point sebagaimana berikut: a. Mengelola dan mengembangkan sistem informasi mutu

pendidikan melalui akurasi data mutu pendidikan b. Melakukan pemetaan mutu pendidikan, pendidik dan tenaga

kependidikan melalui supervisi, evaluasi dan monitoring yang terprogram dan berkelanjutan

c. Memfasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

d. Mengembangkan administrasi organisasi, manajemen dan sumberdaya manusia melalui implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam rangka peningkatan kinerja lembaga

e. Memperluas akses melalui jejaring dengan lembaga-lembaga pengembangan pendidikan dalam upaya peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

Page 85: MANAJEMEN KINERJA DAN

76 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

f. Menggalang kemitraan dengan stakeholder dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di daerah secara terus menerus dan berkelanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa misi merupakan alasan eksistensial (reason for being) berdirinya suatu organisasi. Suatu organisasi tidak akan berdiri bila tidak ada misi yang akan dijalankan. Karena ada misi, suatu organisasi menjadi ada. Dengan demikan pernyataan misi suatu organisasi akan memberikan gambaran jelas tentang jenis produk (barang atau jasa) yang ditawarkan, pelanggan yang dilayani, dan ciri khas organisasi dalam menghantarkan produk kepada pelanggan yang menjadikan organisasi tersebut unik atau berbeda dengan organisasi lain. Misi adalah instrumen yang sangat bernilai untuk mengarahkan rumusan strategi dan pelaksanaan strategi, merupakan pondasi dalam mengambil keputusan strategis. Bahkan misi adalah common thread yang menyatukan seluruh aktivitas organisasi. Misi sebenarnya menjelaskan hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah dasar organisasi, sekaligus sebagai pendorong lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi.

Oleh karena itu, penyusunan program kerja tentunya harus tetap mengacu pada visi dan misi yang ingin dicapai oleh LPMP. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala LPMP Provinsi Jambi, yang mengatakan:

“Program kerja yang kami susun di LPMP Provinsi Jambi merupakan upaya untuk mencapai visi dan misi. Oleh karena itu, segala kebijakan dan kegiatan yang akan kami kerjakan semua berpedoman dan mengacu pada visi dan misi tersebut. Begitu juga untuk mengukur keefektivan kinerja, maka yang menjadi tolok ukurnya adalah ketercapaian visi dan misi organisasi ini. Artinya, semakin besar ketercapaian yang diperoleh, maka semakin efektif kinerja yang dilaksanakan”. (N, 02-02-2012)

Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa visi dan misi merupakan acuan penyusunan program kerja, karena program kerja itu sendiri ditujukan untuk mencapai visi dan misi organisasi. Karena visi organisasi ditetapkan berdasarkan kekuatan sumber daya organisasi, dengan mengantisipasi peluang dan tantangan di masa depan serta terus berupaya memperbaiki

Page 86: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 77

kekurangan-kekurangan yang ada. Visi organisasi harus dipahami oleh semua anggota organisasi, tidak hanya manajemen tetapi juga karyawan, serta menjadi tugas pimpinan untuk menerjemahkan dan membagi visi ke karyawan hingga tingkat bawah.

Mengacu pada rumusan visi dan misi di atas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut: a. Memiliki data mutu pendidikan, pendidik dan tenaga

kependidikan yang akurat. b. Terpenuhinya layanan data mutu bagi para pemangku

kepentingan. c. Terpetakannya mutu pendidikan, pendidik, dan tenaga

kependidikan di 10 Kab/Kota. d. Tersusunnya program rekomendasi penjaminan mutu

pendidik dan tenaga kependidikan yang relevan di 11 kab/kota.

e. Meningkatnya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas dan memiliki kompetensi secara signifikan.

f. Memiliki struktur organisasi yang mantap dan SDM yang berkualitas.

g. Penerapan SMM ISO 9001:2000 dalam upaya penjaminan mutu pendidikan

Tahap berikutnya dalam perumusan rencana strategik yang dilakukan LPMP Provinsi Jambi adalah melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunity, thread). Melalui analisis SWOT ini akan teridentifiasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi oleh suatu organisasi. Kecuali itu, dari hasil-hasil analisis SWOT ini dapat pula diidentifikasi faktor-faktor yang akan menentukan keberhasilan suatu organisasi mengemban visi dan misinya.

Menurut Kepala Bagian Tata Usaha bahwa: Perumusan rencana di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jambi didasarkan pada perencanaan sebelumnya. Bila terdapat rencana tahun lalu yang tidak terlaksana maka dimasukkan lagi ke dalam perencanaan tahun ini ditambah dengan item-item lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan lembaga. Selain itu, terdapat aspek-aspek yang perlu perencanaan

Page 87: MANAJEMEN KINERJA DAN

78 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

berkelanjutan yang dilaksanakan setiap tahunnya. (Y. 04-02-2012)

Tahap yang dianggap LPMP Provinsi Jambi paling krusial dalam penyusunan rencana strategik adalah perumusan tujuan (goals) dan sasaran (objectives). Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1-5 tahunan (Inpres No. 7 Tahun 1999). Sedangkan sasaran (objective) adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan, atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur (Inpres No.7 Tahun 1999).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, LPMP Provinsi Jambi menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2008-2012 ke dalam 8 (delapan) bidang garapan, yaitu: Organisasi dan Manajemen, Sumber Daya Manusia, Fasilitas, Pendidikan dan Pelatihan, Pembinaan Sekolah, Penjaminan Mutu Pendidikan, Kemitraan dan Jaringan Kerja, dan Pengkajian dan Pengembangan. Adapun tujuan dan sasaran untuk setiap bidang garapan khusus pada jenjang sekolah dasar adalah sebagai berikut:

Tabel. 5.1 Tujuan dan Sasaran Program LPMP Jenjang Sekolah Dasar

Provinsi Jambi Tahun 2009-2012

Bidang Tujuan Sasaran

Organisasi & Manajemen

Membangun Organisasi dan Manajemen yang Handal.

1. Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan visi dan misi.

2. Mengembangkan uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang unit kerja.

3. Menyusun STOK sesuai dengan tugas pokok LPMP sebagai penjamin mutu pendidikan.

4. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen.

5. Menciptakan iklim kerja yang

Page 88: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 79

Bidang Tujuan Sasaran

kondusif.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Memperkuat kemampuan sumber daya manusia.

1. Menyusun peta kompetensi seluruh peta kompetensi seluruh pegawai.

2. Menyusun master plan program pengembangan staf.

3. Meningkatkan kompetensi seluruh pegawai.

4. Meningkatkan etos kerja seluruh pegawai.

5. Meningkatkan kemampuan sosial-emosional seluruh pegawai.

6. Menyusun sistem pengembangan karir pegawai.

Fasilitas Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan standar kerja.

1. Menyusun standar kebutuhan fasilitas gedung (sarana dan prasarana) LPMP Provinsi Jambi.

2. Mengevaluasi kondisi fasilitas. 3. Mengembangkan fasilitas

gedung (sarana dan prasarana). 4. Mengembangkan manajemen

pemeliharaan fasilitas gedung (sarana dan prasarana).

Pendidikan dan Pelatihan

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berkualitas

1. Mengembangkan desain diklat bagi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

2. Mengembangkan manajemen diklat.

3. Melaksanakan diklat yang relevan.

4. Melaksanakan monitoring (ME) diklat.

Pembinaan Sekolah

Melaksanakan kegiatan pembinaan sekolah.

1. Melaksanakan pemetaan kondisi dan potensi sekolah.

2. Mengembangkan model-model sekolah yang bermutu.

3. Memfasilitasi peningkatan kinerja sekolah.

Page 89: MANAJEMEN KINERJA DAN

80 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Bidang Tujuan Sasaran

4. Melaksanakan kegiatan peningkatan motivasi dan kreativitas siswa, guru dan kepala sekolah.

Penjaminan Mutu Pendidikan

Melaksanakan penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah.

1. Mengembangkan sistem pengujian dan sertifikasi mutu sekolah dasar dan menengah.

2. Menjamin penerapan standar mutu sekolah dasar dan menengah di sekolah.

3. Menjamin pelaksanaan implementasi kurikulum pada sekolah penerima dana BBE/LSE.

Kemitraan dan Jaringan Kerja

Membangun kemitraan dan jaringan kerja.

1. Membangun kemitraan dan jaringan kerja dengan 2 (dua) lembaga pendidikan di tingkat global.

2. Membangun kemitraan dan jaringan kerja dengan 4 (empat) lembaga pendidikan di tingkat regional.

3. Membangun kemitraan dan jaringan kerja dengan industri, lembaga pemerintah dan swasta tingkat nasional.

4. Membangun kemitraan dan jaringan kerja dengan industri, lembaga pemerintah dan swasta tingkat lokal.

Pengkajian dan Pengembangan

Melakukan pengkajian dan pengembangan sekolah dasar dan menengah.

1. Mengkaji dan mengembangkan kinerja pembelajaran sekolah dasar dan menengah.

2. Mengkaji dan mengembagakan manajemen sekolah yang bermutu.

3. Mengkaji dan mengembangkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya pada lingkup sekolah dasar dan menengah.

4. Mengkaji implementasi

Page 90: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 81

Bidang Tujuan Sasaran

kebijakan sekolah dasar dan menengah.

5. Mengkaji relevansi dan subtansi materi pembelajaran terhadap pencapaian standar kompetensi siswa.

6. Mengkaji dan mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif.

7. Mengkaji pengaruh KTSP terhadap penjaminan mutu pendidikan.

8. Mengkaji pengaruh program MBS terhadap penjaminan mutu pendidikan.

9. Mengkaji manfaat program subsidi guru, KJM, dan guru bantu terhadap penjaminan mutu pendidikan.

10. Mengembangkan model-model penelitian.

Sumber: Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun berjalan.

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa tujuan masing-masing bidang pada jenjang sekolah dasar adalah sebagai berikut bidang organisasi dan manajemen dengan satu tujuan dan 5 sasaran, bidang sumber daya manusia (SDM) dengan satu tujuan dan 6 sasaran, bidang fasilitas dengan satu tujuan dan 4 sasaran, bidang pendidikan dan pelatihan dengan satu tujuan dan 4 sasaran, bidang pembinaan sekolah dengansatu tujuan dan 4 sasaran, bidang penjaminan mutu pendidikan dengan satu tujuan dan 3 sasaran, bidang kemitraan dan jaringan kerja dengan satu tujuan dan 4 sasaran, dan bidang pengkajian dan pengembangan dengan satu tujuan dan 10 sasaran.

Berdasarkan tujuan dan Sasaran Program LPMP Jenjang Sekolah Dasar Provinsi Jambi tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang menjadi titik tolak upaya penerapan program penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di LPMP Provinsi Jambi, diantaranya dengan memperbaiki alur kerja LPMP Provinsi Jambi dengan mengedepankan pelaksanaan kegiatan

Page 91: MANAJEMEN KINERJA DAN

82 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

pada TUPOKSI masing-masing seksi subbag sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 49 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Berdasarkan hasil penelaahan terhadap permen tersebut, LPMP Provinsi Jambi merencanakan alur kerja sebagai berikut:

Page 92: MANAJEMEN KINERJA DAN

G

am

ba

r 5.

2. A

lur

Kerj

a L

PM

P P

rov

insi

Jam

bi

Sek

si P

emet

aa

n M

utu

Da

n

Su

pe

rvis

i P

end

idik

an

IN

PU

T :

E

va

lua

si D

iri

Lem

ba

ga

pen

did

ika

n F

orm

al

da

n N

on

Fo

rma

l

H

asi

l U

N

D

ata

Ak

red

ita

si

D

ata

Ser

tifi

ka

si

D

ata

PT

K F

orm

al

da

n

No

n F

orm

al

PR

OS

ES

:

P

eng

am

bil

an

Da

ta

P

eng

ola

ha

n d

an

An

ali

sis

Da

ta

P

emet

aa

n D

ata

Mu

tu

OU

TP

UT

:

H

asi

l A

na

lisi

s D

ata

Mu

tu P

end

idik

an

P

eta

Mu

tu P

end

idik

an

R

eko

men

da

si

Pen

jam

ina

n m

utu

Sek

si P

rog

ram

da

n S

iste

m

Info

rma

si

INP

UT

:

H

asi

l A

na

lisi

s D

ata

Mu

tu P

end

idik

an

P

eta

Mu

tu

Pen

did

ika

n

R

eko

men

da

si

Pen

jam

ina

n m

utu

P

RO

SE

S :

P

eny

eba

rlu

asa

n D

ata

Mu

tu P

end

idik

an

P

eny

usu

na

n P

rog

ram

Pen

jam

ina

n m

utu

P

eng

elo

laa

n s

iste

m

info

ma

si

OU

TP

UT

:

P

rog

ram

Pen

jam

ina

n

mu

tu P

end

idik

an

S

iste

m i

nfo

rma

si

Mu

tu P

end

idik

an

SU

B B

AG

IAN

UM

UM

DA

N K

EL

OM

PO

K

Sek

si F

asi

lita

si

Su

mb

er

Da

ya

P

end

idik

an

INP

UT

:

P

rog

ram

P

enja

min

an

mu

tu

Pen

did

ika

n

PR

OS

ES

:

D

ikla

t-D

ikla

t

B

lock

gra

nt

L

ay

an

an

B

imb

ing

an

Te

kn

is

OU

TP

UT

:

P

enja

min

an

mu

tu

Pen

did

ika

n

S

eko

lah

L

emb

ag

a

Pen

did

ika

n

No

n F

orm

al

P

end

idik

an

da

n

Ten

ag

a

Kep

end

idik

an

P

emer

inta

h P

usa

t

P

emer

inta

h

Pro

vin

si

P

emer

inta

h

K

ab

up

ate

n/

Ko

ta

S

eko

lah

P

end

idik

da

n

Ten

ag

a

Kep

end

idik

an

L

emb

ag

a

Pen

did

ika

n N

on

F

orm

al

M

asy

ara

ka

t

Page 93: MANAJEMEN KINERJA DAN

84 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Berdasarkan alur kerja di atas, LPMP Provinsi Jambi merencanakan distribusi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan alur kerja tersebut. Adapun kegiatan untuk tahun berjalan-2011 berdasarkan masing-masing seksi, khusunya pada sekolah dasar dapat dilihat sebagai berikut:

a. Rencana program / kegiatan LPMP Tahun 2009 pada jenjang

Sekolah Dasar

Pada tahun berjalan ini ada 26 rencana program/ kegiatan dengan 46 volume kegiatan yang diprogramkan LPMP dengan rincian seksi pemetaan mutu supervisi (PMS) 6 item rencana kegiatan dengan 10 volume pelaksanaanya, seksi program sistim imformasi (PSI) 10 item rencana kegiatan dengan 13 volume pelaksanaan, sedangkan seksi fasilitasi sumberdaya pendidikan (FSDP) 7 item rencana kegiatan. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 5. 2 Rencana program/kegiatan LPMP Provinsi Jambi Jenjang

Sekolah Dasar Tahun 2009

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

1 Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi UASBN

PMS 1 Paket

2 Workshop Analisis Hasil UASBN

PMS 1 Paket

3 Program Pendampingan ke Setiap Kabupaten/Kota Dalam Rangka Pemetaan Mutu PTK

PMS 1 Paket

4 Evaluasi Proses PMS 5 Kali

5 Evaluasi Produk PMS 5 Kali

6 Evaluasi Pemenuhan Fasilitas dan Peningkatan SDM

PMS 2 Kali

7 Sertifikasi guru dan pengawas PSI 1 Paket

8 Penyusunan program penjaminan mutu LPMP Jambi

PSI 1 Paket

9 Pengembangan data base mutu PSI 1 Paket

Page 94: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 85

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK)

10 Pengembangan media publikasi mutu pendidikan mudah akses (buletin, web site)

PSI 1 Paket

11 Gebyar LPMP se-Sumatera PSI 1 Kali

12 Persiapan Pemberian Blockgrant Sertifikasi Tunjangan Profesi dan Bimbingan Karya Ilmiah Online

PSI 1 Kali

13 Lomba Kreatifitas Guru TK, SLB, dan SDLB dalam Pembelajaran Tingkat Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

14 Porseni Guru PSI 3 Kali

15 Workshop Program Bermutu bagi KKG/MGMP/KKPS/MKPS

PSI 2 Kali

16 Diklat Karya Ilmiah dan Lomba Penulisan Ilmiah Remaja (LPIR)

PSI 1 Kali

17 Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah

FSDP 1 Kali

18 Workshop KTSP FSDP 4 Kali

19 Workshop Penjaminan Mutu Pendidikan Bagi Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi

FSDP 1 Kali

20 Bimbingan karya tulis ilmiah FSDP 3 Kali

21 Bimbingan dan bantuan teknis quality assurance

FSDP 1 Kali

22 Diklat kepengawasan sekolah FSDP 2 Kali

23 Pembekalan pemilihan Guru, Kepsek, Pengawas berprestasi tingkat provinsi

FSDP 3 Kali

24 Pembekalan Pemilihan Guru, FSDP 1 Kali

Page 95: MANAJEMEN KINERJA DAN

86 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi/Berdedikasi Tingkat Nasional

25 Workshop sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan

FSDP 1 Kali

26 Orientasi leadership and school management

FSDP 1 Kali

Jumlah Kegiatan 46 Keg Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2009

b. Rencana program/kegiatan LPMP Tahun 2010

Pada tahun 2010 ini ada 47 rencana program/ kegiatan dengan 123 volume kegiatan yang diprogramkan LPMP jenjang sekolah dasar dengan rincian seksi pemetaan mutu supervisi (PMS) 25 item rencana kegiatan dengan 54 volume pelaksanaanya, seksi program sistim imformasi (PSI) 12 item rencana kegiatan dengan 13 volume pelaksanaan, sedangkan seksi fasilitasi sumberdaya pendidikan (FSDP) 10 item rencana kegiatan dengan 38 volume pelaksanaan. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 5.3 Program Kerja LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar

Tahun 2010

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

1 2 3 4 1 Perencanaan dan Penyusunan

Instrument Program penjaminan mutu PTK

PMS 1 Paket

2 Supervisi di Satuan Pendidikan

PMS 1 Paket

3 Analisis dan Penyusunan Laporan supervise

PMS 1 Paket

4 Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi

PMS 1 Paket

Page 96: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 87

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

5 Seminar Hasil Supervisi Satuan Pendidikan

PMS 1 Kali

6 Program Pendampingan ke Setiap Kabupaten/Kota Dalam Rangka Pemetaan Mutu PTK

PMS 1 Paket

7 Workshop Sertifikasi Guru PMS 1 Kali 8 Quality Assurance Mapping in

Province PMS 2 Kali

9 Pengolahan Data Quality Assurance

PMS 1 Paket

10 Layanan, Bimbingan, Bantuan Teknis 8 SNP

PMS 12 Kali

11 Workshop Analisis Hasil UASBN dengan LPTK

PMS 1 Paket

12 Persiapan Pemberian Kualifikasi Guru dan Tunjangan Profesi

PMS 1 Paket

13 Rakor Kemitraan Dengan LPTK Tentang Peningkatan Kualifikasi Guru & Tunjangan Profesi

PMS 1 Paket

14 Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

PMS 1 Paket

15 Pengolahan Data Hasil Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

PMS 1 Paket

16 Bantuan Peningkatan Kualifiasi Guru

PMS 2 Paket

17 Evaluasi Proses PMS 5 Kali 18 Evaluasi Produk PMS 5 Kali 19 Evaluasi Pemenuhan Fasilitas

dan Peningkatan SDM PMS 2 Kali

20 Rekomendasi Data Mutu Pendidikan Jenjang SMA berdasarkan Hasil Kajian Supervisi

PMS

1

Paket

21

Pelatihan Tutor KKG dan MGMP District Core Team (DCT) Program Bermutu

PMS 1 Kali

22 Orientansi Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah

PMS 2 Kali

Page 97: MANAJEMEN KINERJA DAN

88 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

KKPS/MKPS Program BERMUTU

23 Diklat Guru Pemandu dan Guru Inti Program BERMUTU

PMS 2 Kali

24 Diklat Tutor KKG/MGMP/KKKS/MKKS Pendamping BERMUTU Program BERMUTU Tahun 2010

PMS 7 Kali

25 Penyusunan program penjaminan mutu LPMP Jambi

PSI 1 Paket

26 Pengembangan data base mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK)

PSI 1 Paket

27 Pengembangan media publikasi mutu pendidikan mudah akses (buletin, web site)

PSI 1 Paket

28 Sertifikasi guru dan pengawas PSI 1 Paket 29 Diklat Penulisan Karya Ilmiah

Dan Pembinaan LPIR PSI 1 Kali

30 Program Creating Learning Communities For Children (CLCC) Se-Provinsi Jambi

PSI 1 Paket

31 Porseni Guru Se-Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

32 Diklat Karya Tulis Ilmiah (KTI) Online

PSI 1 Kali

33 Pembekalan Program Quality Assurance

PSI 1 Kali

34 Lomba Kreatifitas Guru TK, SDLB/SLB Tingkat Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

35 Lomba Seni Guru Tingkat Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

36 Workshop KTSP FSDP 3 kali 37 School Leadership Training FSDP 2 Kali 38 Pembekalan PTK (Calon Guru

Inti SD) Daerah Terpencil Dalam Provinsi Jambi

FSDP 1 Kali

39 Pembekalan Calon Kepala FSDP 1 Kali

Page 98: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 89

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

Sekolah Kota Jambi 40 Pembekalan Guru, Kepala

Sekolah, Pengawas Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

FSDP 3 Kali

41 Pemilihan Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010

FSDP 4 Kali

42 Musyawarah Guru Mata Pelajaran

FSDP 1 Kali

43 Peningkatan Kompetensi Guru Se-Provinsi Jambi

FSDP 37 Kali

44 Orientasi Calon Kepala Sekolah di Provinsi Jambi

FSDP 1 Kali

45 Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT

FSDP 3 Kali

46 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Program Induksi Guru Baru/Pemula

FSDP 1 Kali

47 Workshop Pembinaan Peningkatan Pembelajaran Cluster Regional I

FSDP 1 Kali

Jumlah Kegiatan 123 Keg Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2010

c. Rencana program/kegiatan LPMP Tahun 2011

Pada tahun 2011 ini ada 45 rencana program/ kegiatan dengan 78 volume kegiatan yang diprogramkan LPMP untuk jenjang sekolah dasar dengan rincian seksi pemetaan mutu supervisi (PMS) 25 item rencana kegiatan dengan 46 volume pelaksanaanya, seksi program sistim imformasi (PSI) 10 item rencana kegiatan dengan 10 volume pelaksanaan, sedangkan seksi fasilitasi sumberdaya pendidikan (FSDP) 11 item rencana kegiatan dengan 21 volume pelaksanaan. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 99: MANAJEMEN KINERJA DAN

90 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Tabel. 5.4 Program Kerja LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar

Tahun 2011

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

1 Perencanaan dan Penyusunan Instrument Program penjaminan mutu PTK

PMS 1 Paket

2 Supervisi di Satuan Pendidikan

PMS 1 Paket

3 Analisis dan Penyusunan Laporan supervise

PMS 1 Paket

4 Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi

PMS 1 Paket

5 Seminar Hasil Supervisi Satuan Pendidikan

PMS 1 Kali

6 Program Pendampingan ke Setiap Kabupaten/Kota Dalam Rangka Pemetaan Mutu PTK

PMS 1 Paket

7 Workshop Sertifikasi Guru PMS 1 Kali 8 Quality Assurance Mapping

in Province PMS 2 Kali

9 Pengolahan Data Quality Assurance

PMS 1 Kali

10 Pelatihan District Core Team (DCT) Program BERMUTU

PMS 1 Kali

11 Sosialisasi Tahap II Program BERMUTU

PMS 1 Kali

12 Diklat Guru Pemandu dan Guru Inti Program Bermutu

PMS 1 Kali

13 Pelatihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pemandu Program Bermutu

PMS 1 Kali

14 Layanan, Bimbingan, Bantuan Teknis 8 SNP

PMS 12 Kali

15 Workshop Analisis Hasil UASBN dengan LPTK

PMS 1 Paket

16 Persiapan Pemberian Kualifikasi Guru dan

PMS 1 Kali

Page 100: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 91

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

Tunjangan Profesi 17 Rakor Kemitraan Dengan

LPTK Tentang Peningkatan Kualifikasi Guru & Tunjangan Profesi

PMS 1 Kali

18 Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

PMS 1 Kali

19 Pengolahan Data Hasil Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

PMS 1 Kali

20 Bantuan Peningkatan Kualifiasi Guru

PMS 3 Kali

21 Evaluasi Proses PMS 5 Kali 22 Evaluasi Produk PMS 5 Kali 23 Evaluasi Pemenuhan

Fasilitas dan Peningkatan SDM

PMS 2 Kali

24 Rekomendasi Data Mutu Pendidikan Jenjang SMA berdasarkan Hasil Kajian Supervisi

PMS 1 Paket

25 Penyusunan program penjaminan mutu LPMP Jambi

PSI 1 Paket

26 Pengembangan data base mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK)

PSI 1 Paket

27 Pengembangan media publikasi mutu pendidikan mudah akses (buletin, web site)

PSI 1 Paket

28 Sertifikasi guru dan pengawas

PSI 1 Paket

29 Sosialisasi dan Workshop Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan Dengan Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB)

PSI 1 Kali

30 Diklat Pendidikan Untuk PSI 1 Kali

Page 101: MANAJEMEN KINERJA DAN

92 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

Pengembangan, Pemberdayaan dan Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B)

31 Lomba Kreativitas Guru TK Dalam Pembelajaran Se-Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

32 Lomba Membuat Alat Peraga atau Media Pembelajaran Guru SLB/SDLB Se-Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

33 Diklat Pengembangan Karakter Bangsa

PSI 1 Kali

34 Porseni Guru Tingkat Provinsi Jambi

PSI 1 Kali

35 Workshop KTSP FSDP 1 Kali 36 Peningkatan Kompetensi

Guru Se-Provinsi Jambi FSDP 3 Kali

37 Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT

FSDP 3 Kali

38 Pembekalan Pengawas/Kepala Sekolah TK/SD Se-Provinsi Jambi

FSDP 2 Kali

39 Pembekalan Penerima Block Grant Daerah Terpencil

FSDP 1 Kali

40 Fasilitasi Pembentukan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Tingkat Provinsi Jambi

FSDP 1 Kali

41 TOT Guru Pemandu Bagi KKG Penerima Block Grant Se-Provinsi Jambi Jenjang Menengah

FSDP 1 Kali

42 TOT Guru Inti dan Guru Pemandu Bagi MGMP Penerima BLOCK GRANT

FSDP 3 Kali

43 Diklat Kepala Sekolah dan FSDP 3 Kali

Page 102: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 93

No Rencana Program/Kegiatan Penanggung

Jawab Volume

Pengawas Sekolah In 1 44 Diklat Kepala Sekolah dan

Pengawas Sekolah In 2 FSDP 2 Kali

45 Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa Bagi Guru SMK Se-Provinsi Jambi

FSDP 1 Kali

Jumlah Kegiatan 78 Keg Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2011

2. Pelaksanaan Progam LPMP dalam proses Penjaminan Mutu Sekolah Dasar di Propinsi Jambi

Kinerja baru akan dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan pelaksanaan program kerja dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi. Begitu juga pengukuran terhadap efektivitas kinerja di LPMP Provinsi Jambi dalam proses penjaminan mutu pendidikan, maka yang akan menjadi ukuran adalah hasil yang telah dicapai LPMP dalam melaksanakan program kerja guna terealisasinya visi dan misi organisasi.

Manajemen kinerja dalam bentuk perencanaan merupakan “pendekatan strategis dan terpadu” untuk mencapai sukses berkelanjutan pada organisasi. Untuk itu perlu memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu.

Menurut Kepala LPMP Provinsi Jambi bahwa: Program penjaminan mutu pada setiap jenjang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah direncanakan. Meskipun terdapat beberapa kegiatan yang melenceng dari perencanaan tetapi itu tidak mengurangi optimalisasi dari pelaksanaan kegiatan dan tujuan yang hendak dicapai. (N. 02-02-2012) Berdasarkan data yang diperoleh, kegiatan yang

dilaksanakan LPMP Provinsi Jambi dalam kurun waktu 2009 – 2011 dapat dilihat dari data rincian kegiatan jenjang sekolah dasar per tahun, dapat dilihat sebagai berikut:

Page 103: MANAJEMEN KINERJA DAN

94 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

a. Program kegiatan yang di laksanakan pada tahun 2009 untuk Jenjang Sekolah Dasar

Sesuai dengan Permendiknas no 7 tahun 2008 tentang penjaminan mutu sekolah dasar, untuk itu LPMP telah melakukan kegiatan mengacu pada tugas dan fungsi masing-masing seksi. 1) Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi (PMS)

Pada tahun berjalan telah melakukan kegiatan yang relevan dengan tugas dan fungsi PMS di antaranya: melaksanakan kegiatan sosialisasi bahan pengembangan standar mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Sosialisasi Program Sertifikasi melalui media TVRI, Sertifikasi Guru dan Pengawas Tahun berjalan. Melakukan pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan pembentukan Tim Pemantau Independen (TPI) UASBN 2009. Melakukan analisis data hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan pelaksanaan Workshop Analisis Hasil UN. Melakukan penyusunan laporan hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi TPI UN. Melakukan perancangan model-model pembelajaran di sekolah dalam bentuk kegiatan Pendataan dan pemetaan profil KKG/MGMP/KKKS/ MKKS/ KKPS/MKPS di Prov. Jambi dan Diklat Penilaian Pendidikan. Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi PMS selama tahun berjalan pada tabel dibawah ini:

Tabel. 5.5 Rincian Kegiatan Seksi PMS yang telah dilaksanakan pada

Jenajng Sekolah Dasar tahun 2009

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Sosialisasi Program

Sertifikasi Melalui Media TVRI

2 Mar PMS

2 Sertifikasi Guru dan Pengawas Tahun berjalan

2-7 Mar PMS

3 Membentuk TPI UASBN tahun berjalan

Maret PMS

Page 104: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 95

4 Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi TPI UASBN

20-22 Juli PMS

5 Workshop Analisis Hasil UASBN

28-30 Juli PMS

6 Pendataan dan pemetaan profil KKG/MGMP/KKKS/ MKKS/ KKPS/MKPS di Prov. Jambi

17 Okt-17 Nov

PMS

7 Diklat Penilaian Pendidikan

18-20 Des PMS

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi

2) Seksi Program dan Sistem Informasi (PSI) Pada tahun berjalan telah melaksanakan kegiatan yang

relevan dengan fungsi dan tugas PSI diantaranya : Menyusun program kerja seksi dalam bentuk kegiatan Penyusunan program penjaminan mutu LPMP Jambi. Melakukan penyiapan perangkat dan pengembangan sistem informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi Jambi dalam bentuk Pengembangan media publikasi mutu pendidikan mudah akses (website), Kegiatan Persiapan Pemberian Blockgrant Sertifikasi Tunjangan Profesi dan Bimbingan Karya Ilmiah Online. Melakukan pengumpulan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi Jambi. Melakukan pengolahan data mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi Jambi. Melakukan pemutakhiran data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi Jambi. Melakukan penyajian dan penyebarluasan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi Jambi dalam bentuk kegiatan Pengembangan data base mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK). Melakukan pemberian layanan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah melalui kegiatan Workshop Program Bermutu bagi KKG/MGMP tahun berjalan, Workshop Program Bermutu bagi KKPS/ MKPS tahun berjalan. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi. Di tahun berjalan ini pada seksi PSI melakukan kegiatan diluar tupoksi yang di tetapkan antara lain kegiatan tersebut adalah: Forum Ilmiah dalam rangka Gebyar LPMP se-Sumatera , Diklat Karya Ilmiah dan Lomba Penulisan Ilmiah Remaja (LPIR), Lomba

Page 105: MANAJEMEN KINERJA DAN

96 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Kreatifitas Guru TK, SLB, dan SDLB Dalam Pembelajaran Tingkat Provinsi Jambi, Kegiatan Porseni Guru Angkatan I,II dan III.

Hasil intervieuw dengan Kepala Seksi Program Sistim Informasi (PSI) Bapak Nurrahman mengatakan bahwa:

Ada juga kegiatan merupakan titipan pusat kegiatan yang dilakukan diluar tupoksi PSI itu merupakan kegiatan pusat yang dilaksanakan di daerah dan sebagai penyelenggaranya adalah PSI walaupun program itu diluar tupoksi yang telah ditetapkan (NR, 02-02-2012). Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi PSI selama

tahun berjalan pada tabel dibawah ini :

Tabel. 5.6 Rincian Kegiatan PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Penyusunan program

penjaminan mutu LPMP Jambi

3-10 Jan PSI

2 Pengembangan media publikasi mutu pendidikan mudah akses (web site)

19-25 Jan PSI

3 Forum Ilmiah dalam rangka Gebyar LPMP se-Sumatera

14-16 Feb PSI

4 Kegiatan Persiapan Pemberian Blockgrant Sertifikasi Tunjangan Profesi dan Bimbingan Karya Ilmiah Online

23-24 Mei PSI

5 Lomba Kreatifitas Guru TK, SLB, dan SDLB Dalam Pembelajaran Tingkat Provinsi Jambi

14-17 Ags PSI

6 Kegiatan Porseni Guru Angkatan I

11-16 Okt PSI

7 Pengembangan data base mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK)

18-20 Okt PSI

8 Kegiatan Porseni Guru 23-25 Okt PSI

Page 106: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 97

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Angkatan II

9 Porseni Guru Angkatan III 23-25 Nov PSI 10 Workshop Program

Bermutu bagi KKG/MGMP

4-7 Des PSI

11 Workshop Program Bermutu bagi KKPS/ MKPS

10-14 Des PSI

12 Diklat Karya Ilmiah dan Lomba Penulisan Ilmiah Remaja (LPIR)

15-17 Des PSI

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2009

3) Seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP)

Pada tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan yang relevan dengan fungsi dan tugas FDSP melakukan penyusunan program kerja seksi. Melakukan penyiapan bahan dan fasilitasi pengelolaan sumberdaya sekolah dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat dalam bentuk kegiatan Rapat Kerja seksi FSDP untuk penyiapan bahan dan fasilitas program kerja seksi. Melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar isi, standar proses dan standar kompetensi lulusan dalam bentuk kegiatan Bintek Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Workshop Karya Ilmiah Guru, Workshop KTSP Guru Madrasah Se-Provinsi Jambi. Melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam bentuk kegiatan Workshop Penjaminan Mutu Pendidikan Bagi Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi, Kegiatan Workshop KTSP PENJASORKES, Workshop KTSP Guru Madrasah Se-Provinsi Jambi. Melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan dalam kegiatan Workshop Pengembangan SSN Menuju SBI Bagi Kasek dan Pengelola SMP SSN Tingkat Provinsi Jambi, Workshop Of Education Quality Insurance Se- Provinsi Jambi, Workshop Pengembangan SSN Menuju SBI Bagi Guru SMP SSN Tingkat

Page 107: MANAJEMEN KINERJA DAN

98 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Provinsi Jambi. Melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar penilaian pendidikan dalam bentuk kegiatan Kegiatan Pembekalan Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi, Kegiatan Pembekalan Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi, Kegiatan Pembekalan Pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi. Melakukan kerja sama fasilitasi sumber daya pendidikan dalam bentuk kegiatan Diklat Pengawas Departemen Agama (DEPAG) Se-Provinsi Jambi, Orientasi Guru SMP/SM Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Orientasi Calon Kepala Sekolah SD, SMP, SMA. Melakukan penyusunan laporan hasil fasilitasi peningkatan sumber daya pendidikan. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan melakukan penyusunan laporan Seksi (J.A, 05-02-2012).

Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi FSDP selama tahun berjalan pada tabel dibawah ini :

Tabel. 5.7

Rincian Kegiatan FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Bintek Peningkatan

Kompetensi Kepala Sekolah Kabupaten Tanjung Jabung Timur

3-6 Jan FSDP

2 Workshop Penjaminan Mutu Pendidikan Bagi Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi

6-8 Jan FSDP

3 Workshop Karya Ilmiah Guru

28-31 Jan FSDP

4 Kegiatan Workshop KTSP PENJASORKES

25-28 Feb FSDP

5 Workshop KTSP Guru Madrasah Se-Provinsi Jambi

28 Apr-2 Mei

FSDP

6 Diklat Pengawas Departemen Agama (DEPAG) Se-Provinsi Jambi

9-12 Mar FSDP

7 Kegiatan Pembekalan 1-5 Juli FSDP

Page 108: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 99

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

8 Kegiatan Pembekalan Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

1-5 Juli FSDP

9 Kegiatan Pembekalan Pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

1-5 Juli FSDP

10 Kegiatan Pembekalan Pemilihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi/ Berdedikasi Tingkat Nasional

3-6 Ags FSDP

11 Workshop Of Education Quality Insurance Se- Provinsi Jambi

19-22 Okt FSDP

12 Workshop Pengembangan SSN Menuju SBI Bagi Kasek dan Pengelola SMP SSN Tingkat Provinsi Jambi

4-5 Nov FSDP

13 Orientasi Calon Kepala Sekolah SD, SMP, SMA Kabupaten Tanjung Jabung Timur

6-8 Nov FSDP

14 Workshop Pengembangan SSN Menuju SBI Bagi Guru SMP SSN Tingkat Provinsi Jambi

10-11 Nov FSDP

15 Workshop Penyusunan KTI bagi PTK Kabupaten Muaro Jambi

3-6 Des FSDP

16 Workshop Implementasi KTSP SDLB dan SLB Kabupaten/Kota Provinsi Jambi

15-16 Des FSDP

17 Bimbingan Teknis Karya Ilmiah

21-23 Des FSDP

18 Diklat Peningkatan 21-24 Des FSDP

Page 109: MANAJEMEN KINERJA DAN

100 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Kompetensi Pengawas Sekolah

19 Orientasi Guru Kabupaten Tanjung Jabung Timur

26-28 Des FDSP

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2009

b. Pelaksanaan program kegiatan LPMP Tahun 2010

Di tahun 2010 ini kegiatan LPMP diawali dengan rapat kerja, adapun hasil dari rapat kerja tersebut telah ditetapkan program atau kegiatan LPMP yang akan dilaksanakan pada tahun 2010. Sama dengan tahun sebelumnya bahwa pelaksana kegiatan tertumpu pada masing-masing seksi, yakni seksi Pemetaan Mutu Supervisi (PMS), seksi Program Sistim Informasi (PSI) dan seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP).

1) Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi (PMS)

Menyusun program kerja seksi dalam bentuk kegiatan Perencanaan dan Penyusunan Instrument Program penjaminan mutu PTK. Melakukan penyiapan bahan pengembangan standar mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Supervisi sekolah terhadap penerapan standar nasional pendidikan jenjang SD di Kota Jambi (SD Negeri/Swasta), Analisis dan Penyusunan Laporan supervisi, Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi, Seminar Hasil Supervisi Satuan Pendidikan. Melakukan penyiapan perangkat pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Workshop Sertifikasi Guru, Diklat Pembekalan Program Quality Assurance, Persiapan Pemberian Kualifikasi Guru dan Tunjangan Profesi,, Penyusunan Rekomendasi Data Mutu Pendidikan Jenjang SMA berdasarkan Hasil Kajian Supervisi, Pelatihan Tutor KKG dan MGMP District Core Team (DCT) Program Bermutu, Orientasi Pengawas Sekolah KKPS/MKPS Program BERMUTU, Orientasi Kepala Sekolah KKKS/MKKS Program BERMUTU, TOT Kepala Sekolah dan Pengawas Tingkat Provinsi Dalam Program Induksi Guru Pemula Program, TOT Kepala Sekolah dan Pengawas Tingkat Provinsi (Penilaian Kinerja Guru Pemula) Program BERMUTU 2010, dan

Page 110: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 101

Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Dalam Penilaian Kinerja Guru Pemula Program BERMUTU Tahun 2010 (A.A 05-02-2012).

Lebih lanjut dinyatakan oleh Kepala Seksi PMS bahwa dilakukan pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dalam bentuk kegiatan Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1. Melakukan analisis data hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Workshop Analisis Hasil UASBN dan Pengolahan Data Hasil Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1. Melakukan penyusunan laporan hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi TPI UN. Melakukan perancangan model-model pembelajaran di sekolah dalam bentuk kegiatan Diklat Penilaian Pendidikan, Diklat Guru Pemandu Program BERMUTU, Diklat Guru Inti Program BERMUTU dan Diklat Pembekalan Program Quality Assurance. Melakukan penyiapan bahan kerja sama dengan lembaga dan masyarakat dalam proses penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Rakor Kemitraan Dengan LPTK Tentang Peningkatan Kualifikasi Guru & Tunjangan Profesi, Diklat Tutor KKG Pendamping BERMUTU Program BERMUTU Tahun 2010, Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi. Menyusun laporan. Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi PMS selama tahun 2010 pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8 Rincian Kegiatan Seksi PMS pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun

2010

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

1 Perencanaan dan Penyusunan Instrument Program penjaminan mutu PTK

2-6 Peb PMS

2 Supervisi sekolah terhadap penerapan standar nasional pendidikan jenjang SMA di Kota Jambi (SMA

20 Mar-25 Apr

PMS

Page 111: MANAJEMEN KINERJA DAN

102 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

Negeri/Swasta) 3 Analisis dan Penyusunan

Laporan supervise 18-22 Mei PMS

4 Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi

25-29 Mei PMS

5 Seminar Hasil Supervisi Satuan Pendidikan

1-3 Juni PMS

6 Program Pendampingan ke Setiap Kabupaten/Kota Dalam Rangka Pemetaan Mutu PTK

2 -14 Maret

PMS

7 Workshop Sertifikasi Guru 23 - 25 Peb PMS 8 Diklat Pembekalan

Program Quality Assurance 6-10 Des PMS

9 Pengolahan Data Quality Assurance

20-28 Mar PMS

10 Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi TPI UASBN

22-24 Juli PMS

11 Workshop Analisis Hasil UASBN

27-29 Juli PMS

12 Persiapan Pemberian Kualifikasi Guru dan Tunjangan Profesi

27-29 Jan PMS

13 Rakor Kemitraan Dengan LPTK Tentang Peningkatan Kualifikasi Guru & Tunjangan Profesi

30 Jan-1 Feb

PMS

14 Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

2-10 Ags PMS

15 Pengolahan Data Hasil Monitoring & Evaluasi Program Kualifikasi D4/S1

29 Ags-2 Sept

PMS

16 Diklat Penilaian Pendidikan

15-17 Des PMS

17 Penyusunan Rekomendasi Data Mutu Pendidikan Jenjang SMA berdasarkan Hasil Kajian Supervisi

3-9 Okt PMS

Page 112: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 103

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

18 Pelatihan Tutor KKG dan MGMP District Core Team (DCT) Program Bermutu

14-18 Juli PMS

19 Orientasi Pengawas Sekolah KKPS/MKPS Program BERMUTU

16-18 Okt PMS

20 Orientasi Kepala Sekolah KKKS/MKKS Program BERMUTU

16-18 Okt PMS

21 Diklat Guru Pemandu Program BERMUTU

16-18 Okt PMS

22 Diklat Guru Inti Program BERMUTU

20-22 Okt PMS

23 Diklat Tutor KKG Pendamping BERMUTU Program BERMUTU Tahun 2010

5-9 Des PMS

24 Diklat Tutor KKG Pendamping BERMUTU Program BERMUTU Tahun 2010

5-9 Des PMS

25 Diklat Tutor KKKS Pendamping Bermutu Program Bermutu Tahun 2010

14-18 Des PMS

26 Diklat Tutor MKKS Pendamping Bermutu Program Bermutu Tahun 2010

14-18 Des PMS

27 Diklat Tutor KKPS/MKPS Kabupaten Pendamping BERMUTU

20-24 Des PMS

28 TOT Kepala Sekolah dan Pengawas Tingkat Provinsi Dalam Program Induksi Guru Pemula Program BERMUTU 2010

29 Nov-3 Des

PMS

29 TOT Kepala Sekolah dan Pengawas Tingkat Provinsi (Penilaian Kinerja Guru

5-9 Des PMS

Page 113: MANAJEMEN KINERJA DAN

104 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

Pemula) Program BERMUTU 2010

30 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Dalam Penilaian Kinerja Guru Pemula Program BERMUTU Tahun 2010

14-18 Des PMS

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2010

2) Seksi Program Sistim Informasi (PSI)

Menyusun program kerja seksi. Melakukan penyiapan perangkat dan pengembangan sistem informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi dalam bentuk kegiatan Publikasi Database NUPTK online. Melakukan pengumpulan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi dalam bentuk kegiatan Pendataan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Provinsi Jambi Tahun 2010. Melakukan pengolahan data mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi dalam bentuk kegiatan Pendataan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Provinsi Jambi Tahun 2010. Melakukan pemutakhiran data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi dalam bentuk kegiatan Publikasi Database NUPTK online (NR. 04-02-2012).

Lebih lanjut Kepala LPMP menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seksi PSI pada penjaminan mutu jenjang sekolah dasar adalah melakukan penyajian dan penyebarluasan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi dalam bentuk kegiatan Publikasi Database NUPTK online. Melakukan pemberian layanan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam kegiatan Publikasi Database NUPTK online. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi dan menyusun laporan seksi. Di tahun 2010 ini masih ditemukan juga beberapa kegiatan seksi (PSI) yang tidak sesuai dengan tupoksi , antara lain kegiatan tersebut adalah : Diklat Penulisan Karya Ilmiah Dan Pembinaan LPIR, Pembekalan Program Creating Learning Communities For Children (CLCC) Se-Provinsi Jambi, Porseni Guru Se-Provinsi Jambi, Lomba Kreatifitas Guru TK, SDLB/SLB Tingkat Provinsi Jambi, Diklat

Page 114: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 105

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Online, Lomba Seni Guru Tingkat Provinsi Jambi. Hasil intervieuw dengan Kepala LPMP Provinsi Jambi Bapak Nuryanto mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan diluar tupoksi PSI itu merupakan kegiatan tambahan yang di intruksikan dari pusat untuk dilaksanakan di LPMP Provinsi Jambi dan sebagai penyelenggaranya adalah PSI walaupun program itu diluar tupoksi yang telah ditetapkan (N. 02-02-2012)

Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi PSI selama tahun 2010 pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.9 Rincian Kegiatan Seksi PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun

2010

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Pendataan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PTK) Provinsi Jambi Tahun 2010

5 Mei-5 Juni PSI

2 Publikasi Database NUPTK online

1-5 Juli PSI

3 Diklat Penulisan Karya Ilmiah Dan Pembinaan LPIR

18-20 Des PSI

4 Pembekalan Program Creating Learning Communities For Children (CLCC) Se-Provinsi Jambi

18-24 Mar PSI

5 Porseni Guru Se-Provinsi Jambi

22-25 Okt PSI

6 Diklat Karya Tulis Ilmiah (KTI) Online

18-24 Des PSI

7 Lomba Kreatifitas Guru TK, SDLB/SLB Tingkat Provinsi Jambi

22-25 Nov PSI

8 Lomba Seni Guru Tingkat Provinsi Jambi

23-25 Nov PSI

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2010

Page 115: MANAJEMEN KINERJA DAN

106 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

3) Seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP) Kegiatan yang dilaksanakan oleh seksi fasilitas sumber daya

pendidikan menurut pernyataan kepala seksi adalah menyusun laporan kerja seksi, melakukan pemberian fasilitasi dalam proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan Pembekalan Program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD, Workshop Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bagi Guru Madrasah Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Pengawas SMP/SMA Se-Provinsi Jambi dan Workshop Peningkatan Kompetensi Guru SMP RSBI dan Diklat Peningkatan Imtaq PTK Bagi Guru SD/MI Se-Provinsi Jambi (JA.. 06-02-2012)

Lebih lanjut menurut Jhon Abri kepala seksi FSDP bahwa : Kegiatan yang dilaksanakan oleh seksi PSI dalam penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar adalah Melakukan pemberian fasilitasi dalam evaluasi hasil belajar dalam bentuk kegiatan Kegiatan School Leadership Training Bagi Kepala SMA Se-Provinsi Jambi, Diklat School Leadership Training. Melakukan pemberian fasilitasi dalam pengelolaan sumber daya pendidikan dalam bentuk kegiatan Pembekalan PTK (Calon Guru Inti SD) Daerah Terpencil Dalam Provinsi Jambi, Pembekalan Program Lesson Study Bagi Guru Inti SMP dan SMA Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Calon Kepala Sekolah Kota Jambi, Diklat Peningkatan Imtaq PTK Bagi Guru SD/MI Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi, Pembekalan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi dan Pembekalan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi. Melakukan pemberian fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan dalam bentuk kegiatan Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010, Pembekalan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi, pemilihan Guru PLB Berdedikasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010, Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010, Pemilihan Pengawas Sekolah Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru TK Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran IPA Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran Matematika Se - Provinsi Jambi, Diklat

Page 116: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 107

Peningkatan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling SMA Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran IPA Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran Matematika Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kesenian SMA Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Indonesia SD Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling SMA Se - Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Inggris SMA Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kesenian SMP Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Se-Provinsi Jambi , Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Bisnis dan Manajemen SMK Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Pariwisata SMK Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPS Ekonomi SMA Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPS Ekonomi SMP Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Pertanian SMK Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Otomotif SMK Se-Provinsi Jambi, Orientasi Calon Kepala Sekolah, Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT dan Workshop Pembinaan Peningkatan Pembelajaran Cluster Regional I. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi dan Menyusun laporan seksi (JA.,06-02-2012).

Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi FSDP selama tahun 2010 pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.10 Rincian Kegiatan Seksi FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar

Tahun 2010

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Pembekalan Program

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD

21-23 Feb FSDP

2 Workshop Kurikulum Tingkat Satuan

9-11 Juni FSDP

Page 117: MANAJEMEN KINERJA DAN

108 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Pendidikan (KTSP) Bagi Guru Madrasah Se-Provinsi Jambi

3 Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi

1-5 Feb FSDP

4 Diklat School Leadership Training

29 Nov-4 Des FSDP

5 Pembekalan PTK (Calon Guru Inti SD) Daerah Terpencil Dalam Provinsi Jambi

10-16 Mar FSDP

6 Pembekalan Calon Kepala Sekolah Kota Jambi

18-22 Mar FSDP

7 Diklat Peningkatan Imtaq PTK Bagi Guru SD/MI Se-Provinsi Jambi

2-6 Juni FSDP

8 Pembekalan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

26-28 Juni FSDP

9 Pembekalan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

23-25 Juni FSDP

10 Pembekalan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi

1-2 Juli FSDP

11 Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010

1-5 Juli FSD

12 Pemilihan Guru PLB Berdedikasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010

1-5 Juli FSDP

13 Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010

14-18 Juli FSDP

Page 118: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 109

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 14 Pemilihan Pengawas

Sekolah Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2010

14-18 Juli FSDP

15 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru TK Se - Provinsi Jambi

1-5 Ags FSDP

16 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran IPA Se - Provinsi Jambi

7-11 Ags FSDP

17 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SD Mata Pelajaran Matematika Se - Provinsi Jambi

7-11 Ags FSDP

18 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SD Se - Provinsi Jambi

13-17 Ags FSDP

19 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPA SD Se - Provinsi Jambi

13-17 Ags FSDP

20 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Indonesia SD Se - Provinsi Jambi

13-17 Ags FSDP

21 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Seni Budaya SD Se - Provinsi Jambi

2-6 Sept FSDP

22 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPS SD Se - Provinsi Jambi

2-6 Sept FSDP

23 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Penjas SD Se-Provinsi Jambi

23-27 Okt FSDP

24 Orientasi Calon Kepala Sekolah

15-17 Des FSDP

25 Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block

27-30 Des FSDP

Page 119: MANAJEMEN KINERJA DAN

110 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Grant Berbasis ICT

26 Workshop Pembinaan Peningkatan Pembelajaran Cluster Regional I

21-23 Des FSDP

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2010

c. Pelaksanaan program kegiatan LPMP Jenjang Sekolah Dasar

pada tahun 2011

Pada tahun 2011 kegiatan LPMP sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya diawali dengan rapat kerja. Hasil dari rapat kerja tersebut telah ditetapkan sebagai program atau kegiatan LPMP satu tahun kedepan yakni pada tahun 2011. Pelaksanaan kegiatan dan program ini sepenuhnya tertumpu pada masing-masing seksi, yakni seksi Pemetaan Mutu Supervisi (PMS), seksi Program Sistim Informasi (PSI) dan seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP).

1) Seksi Pemetaan Mutu Supervisi (PMS)

Menyusun program kerja seksi dalam bentuk kegiatan Perencanaan dan Penyusunan Instrument Program penjaminan mutu PTK. Melakukan penyiapan bahan pengembangan standar mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Supervisi di satuan pendidikan jenjang SD Tahap I (Kab. Tanjabtim, Bungo, Ma. Jambi, Kerinci), Supervisi di satuan pendidikan jenjang SD Tahap II (Kab. Tebo, Merangin, Sarolangun, Tanjabbar, Batangahari), Supervisi 4 standar nasional pendidikan jenjang SD di Kabupaten Ma. Jambi, Diklat EDS dan MASPD pada Pemerintah Daerah, Sosialisasi Tahap II Program BERMUTU, Diklat Guru Pemandu dan Guru Inti Program Bermutu, Pelatihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pemandu Program Bermutu, Sosialisasi Tahap II Program BERMUTU, Pelatihan District Core Team (DCT) Program BERMUTU. Melakukan penyiapan perangkat pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Workshop Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan Monitoring Sekolah. Melakukan pemantauan, pengkajian, dan

Page 120: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 111

evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Pelatihan Petugas ME (Evaluasi dan Supervisi) Program BERMUTU Tahun 2010. Melakukan analisis data hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Workshop Analisis Hasil UASBN dengan LPTK. Melakukan penyusunan laporan hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Analisis dan Penyusunan Laporan supervisi, Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi. Melakukan perancangan model-model pembelajaran di sekolah dalam bentuk kegiatan Seminar Hasil Supervisi Pendidikan Jenjang SD Se-Provinsi Jambi.Melakukan penyiapan bahan kerja sama dengan lembaga dan masyarakat dalam proses penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah dalam bentuk kegiatan Workshop Analisis Hasil UASBN dengan LPTK. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi dan Menyusun laporan (AA..06-02-2012)

Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi PMS selama tahun 2011 pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.11 Rincian Kegiatan Seksi PMS pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun

2011

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Perencanaan dan

Penyusunan Instrument Program penjaminan mutu PTK

4-7 Feb PMS

2 Supervisi di satuan pendidikan jenjang SD Tahap I (Kab. Tanjabtim, Bungo, Ma. Jambi, Kerinci)

12-15 Juli PMS

3 Supervisi di satuan pendidikan jenjang SD Tahap II (Kab. Tebo, Merangin, Sarolangun, Tanjabbar, Batangahari)

19-22 Juli PMS

4 Supervisi 4 standar nasional pendidikan jenjang SD di Kabupaten

25 -30 Juli PMS

Page 121: MANAJEMEN KINERJA DAN

112 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Ma. Jambi

5 Diklat EDS dan MASPD pada Pemerintah Daerah

13-17 Des PMS

6 Analisis dan Penyusunan Laporan supervise

3-8 Ags PMS

7 Analisis dan Penyusunan Rekomendasi Supervisi

15-17 Ags PMS

8 Seminar Hasil Supervisi Pendidikan Jenjang SD Se-Provinsi Jambi

2-4 Des PMS

9 Sosialisasi Tahap II Program BERMUTU

12-14 Nov PMS

10 Diklat Guru Pemandu dan Guru Inti Program Bermutu

29 Juli-6 Ags PMS

11 Pelatihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pemandu Program Bermutu

18-24 Ags PMS

12 Pelatihan District Core Team (DCT) Program BERMUTU

24-30 Sept PMS

13 Workshop Analisis Hasil UASBN dengan LPTK

21-23 Juni PMS

14 Workshop Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan Monitoring Sekolah

11-15 Okt PMS

15 Pelatihan Petugas ME (Evaluasi dan Supervisi) Program BERMUTU Tahun 2010

19-23 Okt PMS

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2011

2) Seksi Program Sistem Informasi (PSI)

Di awali dengan menyusun program kerja seksi. Melakukan penyiapan perangkat dan pengembangan sistem informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi. Melakukan pengumpulan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi. Melakukan pengolahan data mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi jambi dengan bentuk kegiatan

Page 122: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 113

Pengembangan data base mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK). Melakukan pemutakhiran data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi. Melakukan penyajian dan penyebarluasan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah di provinsi. Melakukan pemberian layanan data dan informasi mutu sekolah dasar dan menengah. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi. Menyusun laporan seksi. Di tahun 2011 ini masih ditemukan juga beberapa kegiatan seksi (PSI) yang tidak sesuai dengan tupoksi , antara lain kegiatan tersebut adalah : Sosialisasi dan Workshop Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan Dengan Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB), Diklat Pendidikan Untuk Pengembangan, Pemberdayaan dan Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B), Diklat Pendidikan Untuk Pengembangan, Pemberdayaan dan Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B), Lomba Kreativitas Guru TK Dalam Pembelajaran Se-Provinsi Jambi, Lomba Membuat Alat Peraga atau Media Pembelajaran Guru SLB/SDLB Se-Provinsi Jambi, Diklat Pengembangan Karakter Bangsa dan Porseni Guru Tingkat Provinsi Jambi. Hasil intervieuw dengan Kepala Sub Bagian Umum LPMP Provinsi Jambi Bapak Yuzirizal mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan diluar tupoksi PSI itu merupakan kegiatan tambahan yang di intruksikan dari pusat untuk dilaksanakan di LPMP Provinsi Jambi dan sebagai penyelenggaranya adalah PSI walaupun program itu diluar tupoksi yang telah ditetapkan (NR, 06-02-2012).

Berikut rincian kegiatan seksi PSI selama tahun 2011 dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.12 Rincian Kegiatan Seksi PSI pada Jenjang Sekolah Dasar Tahun

2011

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab 1 Pengembangan data base

mutu pendidikan Prov. Jambi (Sekolah, PTK)

21-25 Juli PSI

2 Sosialisasi dan Workshop Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru

23-25 Apr PSI

Page 123: MANAJEMEN KINERJA DAN

114 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Penanggung

Jawab Dalam Jabatan Dengan Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB)

3 Diklat Pendidikan Untuk Pengembangan, Pemberdayaan dan Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B)

13-19 Juli PSI

3 Lomba Kreativitas Guru TK Dalam Pembelajaran Se-Provinsi Jambi

20-23 Juli PSI

4 Lomba Membuat Alat Peraga atau Media Pembelajaran Guru SLB/SDLB Se-Provinsi Jambi

20-23 Juli PSI

5 Diklat Pengembangan Karakter Bangsa

29 Sept-3 Okt PSI

6 Porseni Guru Tingkat Provinsi Jambi

22-25 Nov PSI

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2011

3) Seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP)

Menyusun laporan kerja seksi. Melakukan pemberian fasilitasi dalam proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan Workshop Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Se-Provinsi Jambi dan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Seni Musik SMP Se-Provinsi Jambi. Melakukan pemberian fasilitasi dalam evaluasi hasil belajar dalam bentuk kegiatan Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa Bagi Guru SMK Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Penjas SMP Keahlian Tae Kwon Do Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru PTK Dalam Penilaian Pendidikan Se-Provinsi Jambi, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru PTK Dalam Penilaian Pendidikan Se-Provinsi Jambi. Melakukan pemberian fasilitasi dalam pengelolaan sumber daya pendidikan dalam bentuk kegiatan Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block

Page 124: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 115

Grant Berbasis ICT, Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT II, Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT, Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi, Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi, Pembekalan pengawas sekolah berprestasi se-provinsi Jambi dan pembekalan Penerima Block Grant Daerah Terpencil. Melakukan pemberian fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan dalam bentuk kegiatan Fasilitasi Pembentukan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Tingkat Provinsi Jambi, TOT Guru Pemandu Bagi KKG Penerima Block Grant Se-Provinsi Jambi Jenjang Menengah, TOT Guru Inti Bagi MGMP SMA Penerima BLOCK GRANT, TOT Guru Inti Bagi MGMP Penerima Block Grant Daerah Terpencil, TOT Guru Pemandu Bagi KKG Penerima Block Grant Daerah Terpencil, Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 1 Angkatan I, Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 1 Angkatan II, Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 1 Angkatan III, Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 2 Angkatan I, Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 2 Angkatan II. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi dan Menyusun laporan seksi (JA. 07-02-2012).

Berikut rincian kegiatan yang dilaksanakan seksi FSDP selama tahun 2011 pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.13 Rincian Kegiatan Seksi FSDP pada Jenjang Sekolah Dasar

Tahun 2011

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

1 Diklat Peningkatan Kompetensi Guru PTK Dalam Penilaian Pendidikan Se-Provinsi Jambi

19-25 Apr FSDP

2 Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT

12-16 Jan FSDP

3 Pelatihan Master Teacher 27-31 Jan FSDP

Page 125: MANAJEMEN KINERJA DAN

116 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT II

4 Pelatihan Master Teacher KKG/MGMP Penerima Dana Block Grant Berbasis ICT

13-17 Juni FSDP

5 Pembekalan Pengawas TK/SD Se-Provinsi Jambi

23-27 Mar FSDP

6 Pembekalan Kepala Sekolah Dasar Se-Provinsi Jambi

12-16 Apr FSDP

7 Pembekalan pengawas sekolah berprestasi se-provinsi Jambi

2-6 Juni FSDP

8 Pembekalan Penerima Block Grant Daerah Terpencil

16-19 Apr FSDP

9 Fasilitasi Pembentukan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Tingkat Provinsi Jambi

22-26 Mei FSDP

10 TOT Guru Pemandu Bagi KKG Penerima Block Grant Se-Provinsi Jambi Jenjang Menengah

23-30 Mei FSDP

11 TOT Guru Inti Bagi MGMP SMA Penerima BLOCK GRANT

7-12 Juni FSDP

12 TOT Guru Inti Bagi MGMP Penerima Block Grant Daerah Terpencil

13-18 Juli FSDP

13 TOT Guru Pemandu Bagi KKG Penerima Block Grant Daerah Terpencil

13-18 Juli FSDP

14 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 1 Angkatan I

20-24 Sept FSDP

15 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 1

25-29 Sept FSDP

Page 126: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 117

No Program/Kegiatan Tanggal Kegiatan

Penanggung Jawab

Angkatan II 16 Diklat Kepala Sekolah dan

Pengawas Sekolah In 1 Angkatan III

1-5 Okt FSDP

17 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 2 Angkatan I

19-21 Nov FSDP

18 Diklat Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah In 2 Angkatan II

9-11 Des FSDP

Sumber : Dokumentasi LPMP Provinsi Jambi Tahun 2011

Berikut akan disajikan grafik realisasi pelaksanaan program di LPMP Provinsi Jambi Tahun 2009-2011

Gambar 5.3. Grafik Realisasi Pelaksanaan Program LPMP Provinsi

Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009-2011

Sedangkan tingkat pencapaian program tahun 2009-2011 di

LPMP Provinsi Jambi dapat dilihat pada grafik berikut.

Page 127: MANAJEMEN KINERJA DAN

118 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Gambar 5.4. Grafik Realisasi Pencapaian Pelaksanaan Program

LPMP Provinsi Jambi Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2009-2011

Berkenaan dengan sajian data mengenai pencapaian

program kerja di LPMP Provinsi Jambi, Kepala LPMP Provinsi Jambi menjelaskan bahwa dari volume kegiatan secara keseluruhan memang tidak semua kegiatan dapat terlaksana, baik itu disebabkan oleh kurangnya pembiayaan maupun dari luasnya cakupan wilayah yang harus diberikan pelayanan dan pemetaan mutu pendidikannya.

3. Monitoring Program yang dilaksanakan LPMP dalam proses

penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, tuntutan penjaminan mutu (quality assurance) merupakan keharusan karena

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan menanamkan budaya bermutu merupakan bagian dari akuntabilitas. Akuntabilitas menggunakan prinsip-prinsip yang tidak memberi peluang untuk merubah konsep dan implementasi perencanaan, baik perubahan terhadap program, besaran dana pelaksanaan maupun sasaran.

Menurut kepala LPMP bahwa: Monitoring akan memberikan akuntabilitas dan mampu membatasi ruang gerak terjadinya perubahan dan pengulangan serta revisi perencanaan. Sebagai alat kontrol

Page 128: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 119

akuntabilitas publik memberi kepastian pada aspek-aspek penting perencanaan, dan pelaksanaan program LPMP bidang dikdas (N, 08-02-2012).

Guna mencapai akuntabilitas terhadap penyelenggaraan pendidikan baik di pusat, provinsi maupun Kab/kota diperlukan kegiatan monitoring sebagai wahana kontrol dan pengendalian program mulai dari proses perencanaan, implementasi, output dan outcome yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mewujudkan akuntabilitas dibutuhkan adanya program monitoring dengan menggunakan suatu aturan, ukuran dan kriteria sebagai indikator keberhasilan suatu pekerjaaan atau perencanaan.

Lebih lanjut menurut Kepala LPMP mengatakan bahwa: Monitoring ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu tahap pertama persiapan (perencanaan), tahap ke dua proses monitoring dan pelaksanaan pengumpulan data dan tahap ke tiga pengolahan data hasil pelaksanaan monitoring (N. 08-02-2012)

Selanjutnya Yuzirizal Kepala Bagian Tata Usaha mengatakan bahwa:

Langkah-langkah monitoring yang dilaksanakan oleh LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan jenjang sekolah dasar di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:(Y. 08-02-2012)

a. Persiapan

Pada tahap persiapan kegiatannya meliputi penyusunan desain, pembahasan desain, penetapan metode, sumber data, sample, teknik pengolahan data, waktu pelaksanaan monitoring serta menyiapkan alat pengumpul data, dan mengadakan persiapan teknis maupun administrasi. 1) Penyusunan Desain Kegiatan

Penyusunan desain kegiatan monitoring mengacu pada kerangka acuan (TOR) yang telah disusun dan butir kegiatan yang teralokasi dalam pembiayaan DIPA tahun berjalan.

2) Pembahasan Desain Kegiatan Setelah tersusun desain tersebut perlu dibahas secara bersama-sama dengan pihak-pihak terkait di lingkungan LPMP seperti

Page 129: MANAJEMEN KINERJA DAN

120 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

aspek-aspek yang akan dipantau dan dievaluasi, waktu pelaksanaan, metode yang digunakan, petugas yang terlibat sehingga diperoleh masukan dalam rangka penyempurnaan desain kegiatan agar lebih mudah dilaksanakan.

3) Koordinasi dengan Instansi Terkait Koordinasi dengan instansi terkait perlu dilakukan agar pelaksanaan kegiatan nanti dapat berjalan lancar, serta mendapat dukungan dan kontribusi yang dibutuhkan.

4) Penyusunan dan Pembahasan Instrumen Penyusunan dan pembahasan instrumen akan menghasilkan satu perangkat instrumen yang lengkap dan menyeluruh mencakup aspek-aspek yang akan dimonitor dan dievaluasi. Aspeknya adalah kesesuaian dan ketepatan antara perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan dana pembantuan.

5) Penetapan Metode Adapun metode yang digunakan dalam rangka melaksanakan monitoring sebagai berikut: a) Study Pustaka, yaitu penelurusan dokumen untuk

mengetahui gambaran lengkap mengenai latar belakang rencana dan realisasi program penjaminan mutu pendidikan pada DIPA tahun berjalan.

b) Kunjungan lapangan, yaitu untuk melihat langsung kegiatan yang sedang atau telah dilaksanakan serta kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh unit kerja.

c) Dokumentasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai keberadaan unit kerja yang dikunjungi berupa foto-foto.

d) Kuesioner/angket yang digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang ketenagaan, sarana prasarana pendidikan yang ada, dan bagaimana pemanfaatan dana block grant.

e) Wawancara (indepth interview) yaitu proses tanya jawab

untuk memperoleh data tentang efektivitas pelaksanaan program termasuk pemanfaatan dana block grant.

f) Observasi/pengamatan untuk mengkonfirmasikan dari obyek yang diamati.

6) Penentuan Sumber Data/Responden

Page 130: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 121

Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat diperlukan adanya penetapan sumber data. Untuk kegiatan monitoring terpadu LPMP menetapkan sumber data.

7) Penentuan Sampel Mengingat waktu yang terbatas monitoring tidak dapat dilaksanakan pada seluruh jenjang dan sasaran, untuk itu perlu diambil sample. Sampel tersebut menjadi alat untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam monitoring.

8) Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan diolah secara computer dengan menggunakan program exel, dianalisis dan dideskripsi secara kuantitatif dan kualitatif.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan monitoring diharapkan dapat digali sebanyak mungkin hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program peningkatan pendidikan baik yang berupa keunggulan maupun kelemahannya. Agar memperoleh hasil monitoring yang optimal maka diperlukan data yang benar-benar akurat dan ada pada sasaran (lembaga), yang dikumpulkan melalui instrumen dan format-format yang telah disediakan, kemudian data tersebut diolah dan digunakan sebagai referensi dalam penyusunan laporan yang nantinya dijadikan sebagai salah satu bahan pengambilan kebijakan LPMP.

Seperti yang dikatakan As‟ari seksi PMS: Monitoring yang kami laksanakan akan memberikan masukan sebagai bahan kajian dalam mengambil kebijkan LPMP kedepan lebih baik dan menyentuh pada permasalahan mutu sekolah dasar di lapangan. (AA. 08-02-2012) Pelaksanaan monitoring LPMP dalam proses penjaminan

mutu pendidikan meliputi beberapa langkah kegiatan: 1) Penggandaan dan Penyebaran Instrumen

Sebelum instrumen tersebut disebarkan kepada responden maka perlu digandakan terlebih dahulu sebanyak sasaran responden yang akan diambil.

2) Penetapan Petugas Monitoring Sebagai upaya penjaminan mutu program LPMP, maka kegiatan monitoring tidak dilaksanakan secara parsial dari

Page 131: MANAJEMEN KINERJA DAN

122 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

tiap-tiap subdit melainkan dilaksanakan secara terpadu dari semua Subdit di lingkungan LPMP. Untuk itu penetapan petugas ditentukan secara proporsional dengan melibatkan unsur: a) Staf di lingkungan LPMP b) Tim Asistensi Pusat c) Forum/Asosiasi d) Inspektorat Kriteria Petugas monitoring: a) Memiliki surat tugas dari Kepala LPMP b) Memahami dan mengetahui tentang program pendidikan c) Mampu menjelaskan isi instrumen terhadap responden d) Mampu melakukan wawancara (indepth interview), untuk

menggali informasi tambahan diluar permasalahan yang ada pada instrumen

3) Pembekalan Teknis Petugas Agar kegiatan monitoring tidak mengalami kerancuan di lapangan, maka panitia penyelenggara kegiatan monitoring mengadakan pertemuan dengan petugas monitoring. Petugas perlu diberi pembekalan terlebih dahulu mengenai waktu, tempat dan sasaran monitoring sehingga nantinya ada keseragaman dan kesamaan persepsi dalam melaksanakan tugas. Pembekalan petugas ini dimaksudkan agar : a) Memahami dan melaksanakan monitoring sesuai dengan

isi panduan kegiatan. b) Memahami instrumen pengumpulan data. c) Melaksanakan kegiatan monitoring. d) Melakukan pengecekan terhadap isian instrumen oleh

responden di lapangan. e) Membuat laporan singkat tentang hasil pelaksanaan

monitoring termasuk saran untuk pelaksanaan program yang akan datang (bentuk laporan terlampir)

f) Menyerahkan instrumen monitoring yang telah terisi beserta laporan singkat tersebut kepada LPMP untuk diolah dan dianalisis.

4) Waktu dan Tempat Monitoring dilaksanakan pada bulan Mei sampai November tahun berjalan. Sedangkan Lokasi monitoring di 4 kab/kota

Page 132: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 123

5) Pelaksanaan Monitoring Pelaksanaan monitoring dilakukan secara terpadu melalui kunjungan lapangan dengan menggunakan instrumen/angket yang telah dipersiapkan. Untuk menambah dan memperjelas informasi petugas dapat melakukan wawancara langsung kepada responden.

6) Pelaporan Petugas Pelaksana monitoring Setiap petugas yang telah melaksanakan tugas monitoring, menyerahkan laporan secara tertulis dan semua instrumen yang telah diisi oleh responden maksimal 7 hari setelah tugas dilaksanakan kepada Kepala LPMP Cq Seksi Evaluasi Subdit Program.

4. Review Program yang dilaksanakan LPMP dalam Proses

Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar di Propinsi Jambi

Menurut Kepala LPMP Langkah-langkah review pemetaan mutu yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Jambi pada jenjang sekolah melalui tahapan sebagai berikut (N. 08-02-2012):

a. Persiapan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut: 1) Pemetaan awal kinerja

Kegiatan ini dilakukan melalui observasi dan pendataan sekolah dengan mengacu pada standar-standar pendidikan yang ditetapkan BSNP. Kegiatan dimaksud untuk memperoleh data dan informasi awal tentang kinerja sekolah. Data dan informasi ini memungkinkan dilakukannya pemetaan profil mutu/kinerja sekolah sebagai acuan awal dalam ancangan penetapan standar sekolah yang mengacu pada ke 8 Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh BSNP dan implementasi model penjaminan mutu pendidikan.

2) Pembuatan Panduan Penjaminan Mutu Pembuatan panduan penjaminan mutu dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada sekolah dalam pelaksanaan model penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan sekolah dengan bimbingan/arahan/support oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan semua pihak-pihak pemangku kepentingan

Page 133: MANAJEMEN KINERJA DAN

124 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

(stakeholder). Pedoman ini akan membantu semua pemangku kepentingan dalam penyamaan persepsi dalam pelaksanaan model.

3) Penyiapan Instrumen Monitoring Setelah standar telah ditetapkan dan diimplementasikan di sekolah, pihak LPMP menyusun instrumen monitoring sebagai alat untuk mengevaluasi keterlaksanaan standar yang telah ditetapkan. Kegiatan penyiapan instrument monitoring melalui tahapan; penyusunan instrument, uji coba, pengolahan dan analisis, review, dan validasi instrument. Instrumen yang sudah divalidasi selanjutnya dapat digunakan dalam kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan standar tersebut.

4) Penyiapan instrumen SSE Instrumen School Self-Evaluation (SSE) disusun sebagai alat untuk melakukan evaluasi diri oleh sekolah masing-masing. Kegiatan ini disusun secara bersama-sama antara sekolah, LPMP dan Dinas Pendidikan serta dengan dukungan para pakar. Dalam penyiapan instrumen SSE tetap melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: penyusunan instrumen, uji coba, pengolahan dan analisis, review, dan validasi instrumen.

5) Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada pihak sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan SSE secara efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP.

b. Pelaksanaan SSE

1) Penerapan Standar Nasional Pendidikan PP NO.19 Tahun 2005 Pasal 94 poin b menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan PP ini paling lambat pada tahun 2012.

2) Monitoring Kegiatan monitoring dilaksanakan pihak pengawas sekolah secara rutin setiap (bulanan) dengan mengacu pada standar-standar pendidikan yang telah ditetapkan, sedangkan monitoring yang dilaksanakan LPMP sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan.

Seperti yang dikatakan Kasubsi PMS Nurul huda bahwa:

Page 134: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 125

LPMP melaksanaan SSE melibatkan semua seksi yang berada dijajaran LPMP serta berkoordinasi penjadualan pengawasan dengan pengawas sekolah, agar pengawasan berjalan rutin dan berkesinambungan. (NH.05-02-2012)

c. Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE

Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada pihak sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan SSE secara efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP.

Pihak sekolah melakukan evaluasi dengan menggunakan instrumen SSE. Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh pihak sekolah secara mandiri. Laporan SSE dikirimkan sekolah ke Dinas Pendidikan dan LPMP untuk dijadikan bahan tindaklanjut atau program penjaminan mutu sekolah.

d. Audit Internal

Audit internal dapat dilakukan oleh sekolah dalam bentuk peer-assessment. Khususnya, yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yang merupakan komponen sangat penting dalam penjaminan mutu, peer-assessment dapat dilakukan dalam bentuk observasi kelas antar guru semata pelajaran.

e. Perumusan program pengembangan/penjaminan mutu sekolah.

Hasil Evaluasi Mandiri dan hasil audit internal yang dilakukan sekolah dijadikan bahan kajian oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan sekolah terkait untuk merumuskan program pengembangan/penjaminan mutu sekolah.

f. Pelaksanaan pengembangan/penjaminan mutu sekolah

Pelaksanaan pengembangan/penjaminan mutu sekolah berkaitan dengan standar nasional pendidikan dilakukan oleh sekolah dengan pihak LPMP, Dinas Pendidikan dan Perguruan Tinggi sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Page 135: MANAJEMEN KINERJA DAN

126 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

1) Standarisasi program sistim informasi manajemen mutu Seksi PSI

Sistem informasi penjaminan mutu pendidikan dapat didifisinikan sebagai database yang terkomputerisasi dan telah terseleksi dengan baik yang menyimpan sejumlah data, informasi dan indicator penting tentang mutu pendidikan dari waktu ke waktu dan dijalankan oleh personil yang terlatih dalam mengumpulkan data, memasukan data, memproses data dan menganalisa data agar dapat disebarluaskan kepada pengguna data. System informasi penjaminan mutu tidak hanya merupakan serangkaian gagasan konsep. Sitem informasi penjaminan mutu merupakan system oprasional yang melaksanakan beragam fungsi untuk menghasilkan data, informasi, dan indicator yang berguna bagi penjaminan mutu pendidikan. Dengam demikian, desainnya ditentukan oleh kebutuhan data yang diinginkan dan hasilnya harus memiliki nilai guna.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Widyaiswara Budi Hartono bahwa Education Quality Assurance Information System (EQAIS) sangat diperlukan oleh LPMP untuk memperoleh informasi tentang 8 standar mutu pendidikan yang telah diterapkan oleh Kemendiknas seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar penilaian, dan standar pembiayaan. Informasi ini digunakan untuk mengetahui tingkatan mutu sekolah yang ada di provinsi. Selanjutnya informasi ini digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan mutu sekolah tersebut. Dalam menjalankan EQAIS perlu adanya kerjasama yang erat antara LPMP dengan pemerintah daerah karena sebagian besar proses EQAIS dilakukan oleh para personel di pemerintah daerah seperti pengumpulan data, memasukan data dan memproses data. Oleh karena itu yang terpenting dalam pelaksanaan EQAIS adalah menyamakan persepsi akan proses dan tujuan pelaksanaan kegiatan EQAIS dengan pihak pemerintah daerah (BH, 09-02-2012).

Menurut Kepala Bagian Tata Usaha bahwa permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan EQAIS adalah:

Page 136: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 127

Proses penggorganisasian dengan pemerintah daerah. Karena secara keorganisasian, LPMP dan pemerintah daerah terpisah secara structural. Permasalahan yang lain adalah kurangnya kemampuan personel dalam melaksanakan EQAIS di LPMP maupun di daerah terutama dalam hal kemampuan memproses data (Y. 09-02-2012).

Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya perlu adanya upaya yang kuat dalam membina hubungan kerjasama antara LPMP dengan pemerintah daerah. Kegiatan koordinasi harus senantiasa dilakukan untuk menyamakan persepsi dan tujuan dari pelaksanaan EQAIS ini. Selain itu perlu juga dilaksanakan pelatihan bersama antara LPMP dan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kemampuan personel dalam melaksanakan EQAIS.

2) Provinsi Sebagai Policy Center standarisasi mutu

pendidikan Jambi

Menurut kepala LPMP Provinsi Jambi bahwa dalam menetapkan kebijakan dalam penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar dilakukan hal-hal sebagai berikut: (N. 02-02-2012) a) Menetapkan Kebijakan SIM penjaminan mutu pendidikan di

tingkat provinsi dan menentukan sasaran serta menetapkan standar-standar minimal penjaminan mutu pendidikan di tingkat provinsi berdasarkan 8 standar pendidikan nasional.

b) Merancang kebutuhan data tentang penjaminan mutu pendidikan di lingkungan provinsi

c) Menganalisis data statistik mutu pendidikan dan menuangkannya sebagai bahan perencanaan dan program penjaminan mutu di tingkat provinsi.

d) Mengelola Portal pendidikan di provinsi yang dibantu oleh Tim IT dan LPMP.

e) Bekerja sama dengan LPMP dalam mengembangkan sistem informasi penjaminan mutu provinsi, dalam hal: (1) Menetapkan sistem/struktur database (2) Menetapkan arsitektur sistem jaringan (3) Menetapkan sistem aplikasi (4) Pedoman pengumpulan dan analisis serta pendistribusian

data penjaminan mutu

Page 137: MANAJEMEN KINERJA DAN

128 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

f) Melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program penjaminan mutu oleh penyelenggaraan sekolah

g) Melaporkan data statistik mutu pendidikan tingkat provinsi ke pusat

3) LPMP Sebagai Info Center standarisasi mutu pendidikan

Jambi

Kepala LPMP mengatakan bahwa: LPMP disamping memberikan info tentang keseluruhan tentang pendidikan dan tenaga kependidikan juga sebagai pusat standarisasi mutu pendidikan Jambi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:(N. 02-02-2012) a) Menetapkan kuesioner tentang penjaminan mutu pendidikan

berdasarkan ketentuan standar pendidikan nasional dan berdasarkan rancangan kebutuhan data dari provinsi untuk digandakan dan disalurkan ke dinas kabupaten/kota.

b) Menata database tingkat provinsi yang diperoleh melalui transfer data elektronik dari dinas kab/kota.

c) Mengolah data menjadi statistik mutu pendidikan, melakukan analisis data statistik mutu pendidikan, mengirim data elektronik dan dokumen tentang rancangan program penjaminan mutu pendidikan ke provinsi.

d) Mengembangkan kapasitas Kabupaten/ Kota, serta kecamatan (UPTD) dalam pengelolaan pendataan penjaminan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan dan ketentuan 8 standar pendidikan nasional

e) Menyusun pedoman pengumpulan data dan memberikan pelatihan prosedur pengumpulan data dan pengolahan data statistik bagi setiap kabupaten/kota, kecamatan dan pengawas sekolah.

f) Membantu provinsi dalam melaksanakan pembinaan, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program penjaminan mutu oleh penyelenggara sekolah.

g) Menyebarluaskan informasi mutu pendidikan kepada para stakeholder di provinsi

Page 138: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 129

4) Melaporkan data statistik mutu pendidikan tingkat provinsi ke pusat

Betapa pentingnya data-data daerah untuk di kaji di pusat, begitupun LPMP Jambi mengirimkan data staistik mutu pendidikan Jambi kepusat. Seperti yang dikatakan kepala seksi PSI Nurrahman bahwa: (NR.03-02-2012) a) Data tersebut berisi data statistik mutu pendidikan

rekapitulasi dari seluruh Dinas Kab/Kota sebagai Data Center b) Melakukan pengumpulan, mengedit data, memasukkan data

ke dalam data base, mengatur, memproses, dan menganalisis data dari setiap kecamatan (UPTD).

c) Melakukan update database: setiap tahun atau setiap ada perubahan data (data baru) berdasarkan data dari kecamatan (UPTD)

d) Pengolahan data statistik mutu pendidikan di wilayah kabupaten/kota dan mengirimkanya ke provinsi dan LPMP sebagai bahan untuk penyusunan rencana dan program penjaminan mutu.

e) Membentuk baseline data elektronik f) Mengirim (transfer) data elektronik ke provinsi dan LPMP g) Menyiapkan personel SIM yang terdiri dari bagian IT dan

bagian administrasi yang bertugas untuk: Mengadministrasikan, Menyebarkan, Memonitor, Mengumpulkan data, melakukan entri data,menganalisis data, memperbaiki hardware/LAN, dan mengembangkan software/program aplikasi SIM.

h) Mendayagunakan data statistik mutu pendidikan yang diperoleh dari kecamatan untuk dijadikan sebagai bahan perencanaan dan program penjaminan mutu di tingkat kabupaten/kota,

i) Melaksanakan pembinaan, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program penjaminan mutu oleh penyelenggara sekolah.

5) Dinas Kecamatan (UPTD)

Dinas kecamatan mempunyai peranan penting dalam bertugas mengupulkan dan memasukkan serta mengupdate data

Page 139: MANAJEMEN KINERJA DAN

130 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

base sekolah. Adapun langka-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Melakukan pengumpulan, mengedit data, memasukkan data

ke dalam data base, dan mengatur data dari setiap sekolah. b) Melakukan update database: setiap tahun atau setiap ada

perubahan data (data baru) berdasarkan kuesioner baru atau laporan perubahan data

c) Membentuk baseline data elektronik d) Mengirim (transfer) data elektronik ke dinas kabupaten/kota e) Menyiapkan personel SIM yang terdiri dari bagian IT, bagian

administrasi dan pengawas sekolah yang bertugas untuk: Mengadministrasikan, Menyebarkan, Mengumpulkan data, melakukan entri data, merawat hardware/LAN, dan mengaplikasikan software SIM

f) Pengawas Sekolah Sebagai Koordinator Pengumpulan Data Di Setiap Sekolah

g) Membimbing para pengumpul data untuk melaksanakan pengisian kuesioner di sekolah

h) Mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi pengumpulan data yang dilakukan oleh sekolah

i) Memeriksa, mengedit dan mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh para pengumpul data

j) Menyampaikan kuesioner terisi ke kecamatan (UPTD)

6) Sekolah Sebagai Sumber Data

Untuk mengetahui bagaimana pencapaian 8 standar nasional pendidikan di sekolah harus melalui pengisian format yang telah di tetapkan LPMP dengan melalui langka-langka sebagai berikut: a) Mengidentifikasi penjaminan mutu pendidikan berdasarkan 8

standar pendidikan nasional dengan menggunakan format yang sudah distandarkan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian)

b) Melakukan up-dating data mutu pendidikan setiap tahun melalui pengisian kuesioner yang disebarkan oleh pengawas sekolah.

Page 140: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 131

c) Mengesahkan kebenaran data yang ada dalam kuesioner dan dikirimkan ke kecamatan (UPTD)

7) Fasilitasi sumberdaya pada satuan pendidikan seksi (FSDP)

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional, LPMP berperan dan berfungsi penting dalam pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan, termasuk pada komponen pemetaan mutu dan analisa mutu pendidikan di setiap provinsi. Untuk menjalankan fungsi LPMP tersebut, LPMP Provinsi Jambi terus membangun kerjasama yang kuat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, P4TK, LPTK, Perguruan Tinggi, Balai Pendidikan dan Pelatihan Kemenag. LPMP Provinsi Jambi juga memanfaatkan widyaiswara, pengawas, dosen maupun staf lainnya untuk memberikan keahlian dan dukungan kepada Dinas Kota/Kabupaten dalam mengimplementasikan SPMP di tingkat Kota/Kabupaten.

Kepala LPMP Provinsi Jambi menjelaskan bahwa: Dalam memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan LPMP melakukan penjaminan mutu terhadap sekolah-sekolah tersebut, berikut prosedur penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Jambi adalah sebagai berikut (N. 09-2-2012) :

a) Prosedur Penjaminan

Sebagaimana tertulis dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, LPMP bertugas membantu Pemerintah Daerah dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Karena badan atau kelengkapan pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam hal menentukan kelayakan, kinerja, dan produktivitas satuan pendidikan di daerah adalah Badan Akreditasi Sekolah Daerah (BASDA) yang meliputi Badan Akreditasi Sekolah-Propinsi (BAS-Prop) dan Badan Akreditasi Sekolah-Kabupaten/Kota (BAS-Kab/Kota), maka perlu adanya kerjasama yang erat antara LPMP dan BASDA yang diharapkan mampu menciptakan sinergi yang optimal dalam upaya penjaminan mutu pendidikan di daerah.

Dalam menjalankan fungsi layanan ini, LPMP Provinsi Jambi bekerjasama dengan BAS Provinsi maupun BAS

Page 141: MANAJEMEN KINERJA DAN

132 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Kabupaten/Kota karena memang lingkup kerja LPMP meliputi semua jenjang pendidikan dalam lingkungan sekolah dasar dan menengah, sementara BAS-Provinsi bertanggungjawab pada jenjang SMA serta SMK dan BAS-Kabupaten/Kota bertanggung jawab pada jenjang TK, SD serta SMP.

b) Pola Layanan Penjaminan Mutu

Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, LPMP menggunakan 2 jenis pola layanan, yaitu: (1) Pola layanan yang bersifat supervisi, bimbingan, arahan, saran

dan bantuan teknis Pola layanan LPMP yang bersifat supervisi, bimbingan,

arahan, saran dan bantuan teknis terhadap satuan pendidikan yang belum memenuhi standar akreditasi yang telah ditetapkan ini digunakan untuk menangani permasalahan yang berkenaan dengan standar proses dan standar penilaian pendidikan.

Pola layanan Penjaminan Mutu yang akan dikembangkan oleh LPMP guna pencapaian standardisasi mutu pendidikan adalah: (a) Ada kesepakatan antara LPMP dengan satuan pendidikan

tentang kinerja guru yang akan ditingkatkan. (b) Kinerja yang akan ditingkatkan adalah aspek-aspek

kinerja guru dalam proses pembelajaran yang spesifik, seperti: penyusunan perangkat pembelajaran, menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, evektif dan menyenangkan, pendalaman dan penguasaan materi bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas, serta teknik menangani anak bermasalah dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah proses layanan penjaminan mutu yang dikembangkan adalah:

(a) Pertemuan awal - Menciptakan hubungan yang baik dengan cara

menjelaskan makna supervisi sehingga partisipasi guru meningkat.

- Menemukan aspek-aspek kinerja apa dalam proses pembelajaran yang perlu diperbaiki/ditingkatkan.

Page 142: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 133

- Menemukan bentuk perbaikan pada sub topik bahan pelajaran tertentu.

(b) Persiapan - Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang sesuai dengan bentuk perbaikan yang disepakati.

- LPMP membuat instrumen untuk kepentingan observasi dan pendampingan.

(c) Pelaksanaan - Guru melaksanakan pembelajaran dengan RPP yang

telah dibuat. - LPMP melakukan pendampingan terhadap satuan

pendidikan. (d) LPMP melakukan advokasi.

(2) Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil

kajian Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil

kajian ini digunakan untuk menangani permasalahan yang berkenaan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan serta standar pembiayaan.

LPMP bersama para ahli baik ahli pendidikan maupun ahli dari berbagai disiplin ilmu bertemu dalam suatu forum kajian tentang mutu. Hasil kajian itu selanjutnya direkomendasikan kepada dinas pendidikan sebagai bahan pengambilan keputusan yang akan diimplementasikan oleh sekolah. Namun apabila dinas pendidikan merasa bahwa hasil kajian tersebut masih kurang tepat, dinas pendidikan juga bisa memberikan revisi melalui forum kajian tentang mutu pendidikan. Selain itu, LPMP juga bisa memberikan bantuan berupa saran kepada sekolah, demikian pula sebaliknya, sekolah juga bisa memberikan evaluasinya terhadap hasil-hasil kajian yang telah dilakukan oleh LPMP.

c) Sistem Pendampingan dalam proses penjaminan mutu pendidikan

Menurut Kepala Bagian Tata Usaha bahwa dalam kerangka program sekolah pendampingan, LPMP mengembangkan suatu sistem/pola kegiatan pendampingan yang melibatkan berbagai

Page 143: MANAJEMEN KINERJA DAN

134 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

unsur pejabat struktural dan fungsional LPMP. Kegiatan pendampingan dapat dilaksanakan dalam dua kegiatan utama, yaitu (1) IHT (In-house Training) atau INSET (in-service training), (2) ONSET (On-service Training) (Y. 04-02-2012). (1) IHT (In-house Training)

Sesudah didapat profil mutu sekolah pendampingan, LPMP melakukan penyusunan program pendampingan. Profil ini akan menjadi base-line data yang akan menjadi dasar awal untuk menentukan kegiatan pendampingan. Salah satu program awal kegiatan pendampingan adalah IHT. Semua unsur sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah tersebut perlu mendapat informasi tentang prinsip-prinsip dasar yang mencakup delapan standar pendidikan.

Dalam IHT itu guru dilatih untuk mengembangkan berbagai instrumen yang diperlukan dalam mengimplementasikan kurikulum. Salah satu kegiatan itu adalah mengembangkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Selain itu, guru juga mendapatkan pelatihan dan workshop untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan landasan filosofis KTSP yaitu pembelajaran yang berbasis pengembangan kompetensi. IHT ini dapat dilaksanakan di sekolah dalam beberapa pertemuan awal secara berkala.

Selain IHT, para guru dari sekolah pendampingan dapat diikutkan dalam kegiatan pelatihan yang relevan dalam in-service training (INSET) yang dilaksanakan di LPMP. Kegiatan INSET akan dapat membekali para guru dengan pemahaman konsep dan workshop pengembangan KTSP secara intensif dan mendalam. Dengan kegiatan IHT atau in-service training (INSET), kepala sekolah dan guru serta staf diharapkan mempunyai wawasan yang benar tentang implementasi manajemen sekolah menuju kualifikasi sekolah berstandar nasional. Wawasan dan pengetahuan yang benar stake holder diharapkan dapat diimplementasikan pada delapan standar nasional pendidikan dengan baik dan lancar.

(2) ONSET ( On-service Training ) Sesudah IHT atau INSET pihak sekolah siap

melaksanakan program pendidikan guna mencapai delapan

Page 144: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 135

standar nasional pendidikan. Tentu saja dalam tahun-tahun pertama pelaksanaan program sekolah, pihak sekolah masih banyak menghadapi berbagai kendala dan hambatan. Hal ini sangat wajar terjadi. Oleh sebab itu, sekolah pendampingan perlu mendapat pendampingan secara langsung ketika mereka mempraktikkan program pelaksanaan pendidikan, baik kegiatan di kelas maupun kegiatan manajerial lainnya.

Pendampingan ini dilaksanakan oleh berbagai unsur pejabat di LPMP secara berkala, baik pada tataran manajemen sekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta wakilnya, maupun pada tataran manajemen pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Para pendamping dari LPMP adalah para pejabat struktural dan fungsional/widyaiswara akan datang ke sekolah pendampingan secara berkala dan berkesinambungan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan inilah yang disebut on-service training (ONSET)

Seiring dengan diberlakukannya UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan , menuntut suatu lembaga yang dapat melakukan penjaminan mutu pendidikan secara optimal sesuai dengan standar pendidikan agar sesuai dengan standar nasional pendidikan yang ditetapkan‟

Berkaitan dengan hal tersebut, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) selaku UPT Depdiknas yang berkedudukan di setiap Provinsi, melaksanakan tugas pokok dan fungsi seperti dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 tahun 2007. Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa fungsi LPMP sebagai berikut : (a) Pemetaan mutu sekolah dasar dan menengah termasuk

TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; (b) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu

sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;

(c) Supervisi satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional;

Page 145: MANAJEMEN KINERJA DAN

136 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

(d) Fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam proses penjaminan mutu pendidikan; dan

(e) Pelaksanaan urusan administrasi LPMP. Menyikapi pernyataan di atas LPMP Provinsi Jambi

harus melaksanakan tupoksi tersebut terutama dikaitkan dengan implementasi / penerapan 8 Standar Nasional Pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi sekolah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, LPMP Provinsi Jambi melaksanakan kegiatan supervisi yang difokuskan pada 4 Standar Nasional Pendidikan, sesuai dengan kebijakan Dirjen PMPTK yaitu : Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian dan Standar Pengelolaan

Selanjutnya berdasarkan observasi terhadap dokumentasi penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar di LPMP nampak bahwa keempat standar yang menjadi wewenang LPMP tersebut, sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 PP Nomor 19 Tahun 2005, didefinisikan sebagai berikut: 1. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

3. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Page 146: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 137

4. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Untuk lebih jelasnya hasil supervisi sekolah pada jenjang SD di uraikan sebagai berikut :

Pelaksanaan supervisi sekolah satuan pendidikan jenjang SD ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sekolah jenjang SD di Kabupaten/ Kota baik Negeri maupun Swasta dalam menerapkan standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian. Kemudian pelaksanaan supervisi sekolah satuan pendidikan jenjang SD mengindentifikasi permasalahan-permasalahan pada setiap sekolah jenjang SD terkait dengan penerapan standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian. Selanjutnya pelaksanaan supervisi sekolah satuan pendidikan jenjang SD sebagai acuan atau dasar penyusunan program-program penjaminan mutu pendidikan oleh lembaga baik LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, maupun Sekolah.

Harapan yang diinginkan dari pelaksanaan supervisi sekolah satuan pendidikan jenjang SD ini adalah terpetakannya kondisi sekolah jenjang SD pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi baik Negeri maupun Swasta dalam menerapkan standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian. Harapan selanjutnya teridentifikasinya permasalahan-permasalahan pada setiap sekolah jenjang SD yang terdapat pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi terkait dengan penerapan standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian sehingga tersusunnya program-program penjaminan mutu pendidikan oleh lembaga baik LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

Sasaran pelaksanaan supervisi sekolah di satuan pendidikan jenjang SD dilaksanakan di 10 Kabupaten/Kota yakni Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Bungo, Kota Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Yang menjadi sasaran pelaksanaan supervisi sekolah adalah Kepala Sekolah dan tiga Orang Guru dari masing-masing sekolah yang bersangkutan.

Page 147: MANAJEMEN KINERJA DAN

138 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Petugas pelaksana supervisi di satuan pendidikan jenjang SD pada tiap kabupaten adalah tiga orang terdiri dari Unsur Pimpinan, Widyaiswara dan Staff Pembantu Pimpinan LPMP Provinsi Jambi dan dibantu oleh petugas Kabupaten/Kota yaitu Pengawas Sekolah.

Berdasarkan hasil analisis supervisi satuan pendidikan tentang penerapan empat standar nasional pendidikan, yang meliputi standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian pada jenjang SD yang terdapat di Provinsi Jambi dapat disimpulkan bahwa Secara umum semua sekolah telah menerapkan 4 (empat) Standar Pendidikan Nasional dengan Presentase sebagai berikut yakni:

a. Penerapan Standar Isi 74% b. Penerapan Standar Proses 82% c. Penerapan Standar Pengelolaan 80% d. Penerapan Standar Penilaian 86%

(Dokumen Laporan Pelaksanaan Supervisi satuan pendidikan Jenjang SD tahun 2010/2011)

Setiap sekolah masih membutuhkan bimbingan sesuai dengan permasalahannya. Di Provinsi Jambi penerapan standar nasional pendidikan yang masih perlu di tingkatkan berdasarkan urutan prioritas adalah sebagai berikut yakni :

a. Standar isi tentang dokumen mulok di sekolah b. Standar Proses tentang mengembangkan silabus di sekolah c. Standar Pengelolaan tentang tugas dan tanggung jawab

PTK di sekolah. d. Standar penilaian tentang pembelajaran remedial

Pada pelaksanaannya Penerapan 4 Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar pengelolaan dan standar penilaian) pada jenjang SD di Provinsi Jambi bila di lihat secara keseluruhan penerapan ≤ 80%, dan tentunya masih perlu membutuhkan bimbingan atau pembinaan lebih lanjut. Hasil analisis supervisi satuan pendidikan ini dapat dijadikan referensi dan pedoman penyusunan program Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP Provinsi Jambi) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan sekolah yang bersangkutan guna penjaminan mutu sekolah/pendidikan khususnya di Provinsi Jambi. Kategori persentase pencapaian penerapan SNP (Standar Nasional Pendidikan) dengan rincian sebagai berikut :

Page 148: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 139

Katergori ”sangat baik” : 81% - 100%

Katergori ”baik” : 61% - 80%

Katergori ”sedang” : 31% - 60%

Katergori ”kurang baik” : 21% - 30%

Katergori ”tidak baik” : 1% - 20% Catatan : Sekolah sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) jika aspek-aspek pada setiap standar sudah mencapai kategori sangat baik (81% - 100%).(rujukan LPMP Provinsi Jambi)

Melihat hasil dari pelaksanaan supervisi pada jenjang SD di Provinsi Jambi adalah ≤ 80% ,maka dapat di kategorisasikan bahwa persentase pencapaian penerapan SNP jenjang SD adalah kategori ”baik” (61% - 80%) .Setelah melakukan kategorisasi hasil supervisi jenjang SD di Provinsi Jambi maka dapat diberikan secara rinci tentang aspek-aspek yang masih memerlukan pembinaan pada jenjang SD di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :

1. Standar Isi

Kerangka Dasar Struktur Kurikulum - Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum - Setiap kelompok mata pelajaran mempunyai kurikulum

dan strukturnya - Menyusun kurikulum mulok - Dokumen mulok di sekolah - Kegiatan pengembangan diri di sekolah Beban Belajar - Merumuskan beban belajar di sekolah - Menerapkan kegiatan pembelajaran seusai dengan

ketentuan beban belajar - Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur oleh guru mata pelajaran

2. Standar Proses

Perencanaan Proses Pembelajaran

- Mengembangkan silabus di sekolah - Memilih metode pembelajaran dalam setiap RPP Pelaksanaan Proses Pembelajaran - Jumlah maksimal rombel jenjang SD

- Pemilihan buku teks pembelajaran untuk peserta didik

Page 149: MANAJEMEN KINERJA DAN

140 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

- Kegiatan elaborasi dalam proses pembelajaran

- Kegiatan konfirmasi dalam pelaksanaan pembelajaran Pengawasan Proses Pembelajaran - Cara kepala sekolah melakukan evaulasi proses

pembelajaran - Cara pengawas sekolah melakukan evaluasi proses

pembelajaran - Penguatan dan penghargaan yang diberikan guru yang

telah memenuhi standar - Teguran yang diberikan guru yang belum memenuhi

standar - Kesempatan guru yang kompetensinya dibawah standar

untuk meningkatkan wawasan

3. Standar pengelolaan

Perencanaan Program

- Merumuskan visi sekolah - Merumuskan dan menetapkan misi sekolah - Dasar perumusan tujuan sekolah - Dasar penyusunan rencana kerja jangka menengah dan

tahunan sekolah Pelaksanaan Rencana Kerja

- Kriteria sekolah dalam menyusun KTSP - Menyusun Kalender pendidikan di sekolah - Tanggung jawag guru terhadap mutu kegiatan

pembelajaran yang di ampunya - Menyusun program pemberdayaan PTK - Upaya sekolah untuk mendukung PTK - Tugas dan tanggung jawab PTK di sekolah - Menyusun pengelolaan sarana dan prasarana - Pengelolaan perpustakaan Pengawasan dan Evaluasi - Menyusun program pengawasan sekolah Kepemimpinan Sekolah

- Penentuan wakil kepala sekolah SIM - Sistem Informasi Manajemen di sekolah

Page 150: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 141

4. Standar Penilaian

Mekanisme dan Prosedur Penilaian - Pembelajaran Remedial - Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan Penilaian Oleh Pendidik - Menginformasikan silabus mata pelajaran kepada peserta

didik - Menyusun silabus dengan mengembangkan indikator

pencapaian dan memilih teknik penilaian yang sesuai

Dari hasil pelaksanaan supervisi sekolah dalam penerapan standar nasional pendidikan yang dilakukan oleh LPMP Jambi pada jenjang SD secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rata-rata penerapan standar nasional pendidikan di Provinsi Jambi sudah berjalan baik, dapat dilihat hasil kategorisasi dengan rata-rata 80% untuk jenjang SD. Dihubungkan dengan kategorisasi rentang 61% - 80% maka posisi supervisi sekolah di Provinsi Jambi untuk jenjang SD dalam kategori ”BAIK”. Dari kondisi riel di atas tentunya sekolah jenjang SD, masih perlu membutuhkan bimbingan atau pembinaan lebih lanjut dalam upaya penjaminan mutu dan kualitas pendidikan di Provinsi Jambi sehingga kategorisasi standar nasional pendidikan di provinsi jambi menjadi ”SANGAT BAIK” kedepannya.

Faktor pendukung kinerja adalah hal-hal yang harus berjalan dengan baik untuk menjamin keberhasilan suatu lembaga. Sesuai dengan potensi dan kondisi LPMP Provinsi Jambi faktor-faktor yang akan menentukan keberhasilan LPMP Provinsi Jambi dalam mengemban misinya adalah sebagai berikut: 1) Landasan Konstitusi

Dalam melaksanakan tupoksinya LPMP Provinsi Jambi memiliki dasar hukum yang kuat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan No.087/O/2003 tangal 04 Juli 2003. Dengan demikian LPMP memiliki kewenangan untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi.

2) Sumber Daya Manusia Yang Memadai. Untuk menunjang terlaksananya program kegiatan LPMP dalam upaya penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi ,

Page 151: MANAJEMEN KINERJA DAN

142 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Saat ini LPMP Provinsi Jambi memiliki pegawai sebanyak 74 orang, terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang mendukung kinerja program yang akan dilakukan LPMP. Selain sumber daya dengan berbagai disiplin ilmu juga di dukung oleh total quality manajemen yang mumpuni dengan mendapatkan serifikat ISO 9001, UKAS Quality Management dan KAN. Guna meningkatkan kualitas kinerja pegawai LPMP Provinsi Jambi, LPMP mengikut sertakan staff pegawainya kedalam pelatihan-pelatihan atau diklat yang berkenaan dengan sumber daya manusia menuju profesionalisme, apalagi di masa kini teknologi dan informasi semakin berkembang pesat, sehingga menuntut kualitas kerja yang harus mengikuti perkembangan teknologi infromasi.

3) Fasilitas Untuk melaksanakan salah satu misinya yaitu menyelenggarakan diklat bagi tenaga kependidikan, LPMP Provinsi Jambi telah memiliki fasilitas seperti; laboran MIPA, IPS, Seni, ruang kelas, multimedia, perpustakaan, aula, asrama, makan, sarana olah raga, dan tempat ibadah, aula dan ruang sidang yang menunjang dalam mekanisme program kerja LPMP dalam upaya penjaminan mutu pendidikan. Penggunaan sarana prasarana yang ada semaksimal mungkin di gunakan untuk pelaksanaan program-program kegiatan yang berkenaan dengan upaya penjaminan mutu pendidikan.

4) Tenaga Widyaiswara LPMP Provinsi Jambi telah memiliki 9 oang widyaiswara yang ber pengalaman yang cukup dalam menyelenggarakan diklat khususnya diklat guru, sehingga telah memiliki coursware yang

memadai mulai dari struktur program, silabus, bahan ajar, instrumen evaluasi, dan lain sebagainya.

5) Jaringan Kerja dan Kemitraan LPMP Provinsi Jambi telah memiliki jaringan kerja dan kemitraan dengan beberapa instansi terutama dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota dalam berbagai bidang kegiatan seperti; pelatihan tenaga pendidikan, pengangkatan guru bantu, peningkatan kualifikasi pendidikan guru SD, melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dengan pola in dan on service training.

Page 152: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 143

Program Kemitraan di Satuan Pendidikan Sekolah dan Madrasah 1) Pendampingan implementasi SPMP di sekolah dan madrasah 2) Pendampingan implementasi evaluasi diri sekolah (EDS) di

sekolah dan Madrasah 3) Pendampingan implementasi monitoring sekolah oleh

pemerintah 4) daerah (MSPD) di 11 kabupaten dan kota 5) Pendampingan implementasi CLCC dan PAIKEM bagi

sekolah dan madrasah 6) Pendampingan penulisan karya ilmiah guru pada sekolah dan

madrasah 7) Pendampingan implementasi lesson study di sekolah dan

madrasah 8) Pendampingan pemenuhan standar nasional pendidikan

meliputi: standar isi, SKL, proses, penilaian, dan PTK 9) Pendampingan peningkatan kompetensi profesional pada

sekolah dan madrasah 10) Pendampingan implementasi pembelajaran berbasis ICT pada

sekolah dan madrasah 11) Pendampingan implementasi SSN, RSBI, dan SKM pada

sekolah. B. Pembahasan Hasil Kajian

Dalam upaya untuk penjaminan mutu pendidikan nasional pada jenjang sekolah dasar seiring dengan kebijakan otonomi daerah, telah berlangsung pembenahan optimalisasi penyelenggaraan tanggung jawab admnistrasi pendidikan yang dilangsungkan dengan menjadikan sistem administrasi dari model tertutup (ekskulusif) atau sistem komando dan dilengkapi dengan juklak dan juknis menjadi model terbuka (inkulusif) yang membuka partisipasi aktif semua aparatur dan steakholder dan shareholder pendidikan. Memperbaiki sistem

penataan administarasi pendidikan dari berbasis pada sasaran (targeting) menjadi berbasis pada mutu yang ditentukan dengan mengacu kepada standarisasi dan kompetensi, merubah pola kerja dari pembahagian tugas yang birokratik menjadi team work yang professional dengan

Page 153: MANAJEMEN KINERJA DAN

144 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

melakukan reorientasi kerja dan fungsi pemberdayaan yang lebih bersifat akademik. Merubah pola kinerja yang bersifat konsumtif yaitu memberikan pemenuhan kebutuhan, kemudahan, ketersediaan menjadi investatif memberikan akses yang luas dan terbuka terhadap hal tersebut dalam hal peningkatan ketrampilan, produktivitas induvidu dan masyarakat dan hari depan masyarakat pendidikan dan manusia umumnya (Jhons & Morphet, 1975). Merubah pola penganggaran yang fasilitatif menjadi akomodatif konstributif dengan menyertakan partisipasi masyarakat pendidikan dengan disertai perubahan pola penganggaran yang berbasis program menjadi berbasis kinerja. Serta perubahan sistem evaluasi dari evaluasi hasil menjadi evaluasi berkesinambungan.

Kinerja LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi pada jenjang sekolah dasar. Secara umum pembahasan bisa dibedakan menjadi tiga. Pertama, konteks eksternal sistem pendidikan di Indonesia. Ini penting karena, bagaimanapun, LPMP berada dalam sebuah sistem besar pendidikan Indonesia. Sebagaimana deskripsi tentang LPMP dalam bab sebelumnya, dalam mengetengahkan konteks sistem pendidikan di Indonesia, pembahasan juga memakai perspektif historis. Harapannya, sistem pendidikan yang dipakai sekarang bisa dibandingkan dengan sistem yang pernah ada sebelumnya. Kedua, konteks internal Provinsi Jambi. Ini untuk memberikan gambaran tentang daerah tempat LPMP yang dibahas dalam penelitian ini. Konteks internal pertama-tama mengemukakan tentang Provinsi Jambi secara umum, lembaga pendidikan di Provinsi Jambi, dan mutu pendidikan di daerah tersebut. Dalam melihat mutu pendidikan, dipakai indikator yang “paling dianggap” oleh masyarakat banyak, yakni hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Di sini, hasil UASBN di Provinsi Jambi akan dipaparkan. Ketiga, akan dikemukakan kinerja LPMP Provinsi Jambi. Kinerja tersebut dibagi menjadi dua, yakni kinerja internal terkait manajemen diri LPMP Provinsi Jambi dan kinerja eksternal yang menjadi tugas LPMP. Empat kinerja terkait program pokok LPMP akan dilihat, yakni pemetaan mutu pendidikan, pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan, supervisi pendidikan, dan fasilitasi sumber daya pendidikan.

Page 154: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 145

Selanjutnya, sesuai dengan masalah penelitian maka pembahasan tentang kinerja LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi pada jenjang sekolah dasar difokuskan pada empat hal sebagai berikut:

1. Perencanaan Program yang dilaksanakan LPMP dalam

Proses Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar di Propinsi Jambi

Perencanaan strategik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1-5 tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana strategik mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijaksanaan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan (Inpres No. 7 Tahun 1999). Berangkat dari pengertian ini, penyusunan rencana strategik melalui proses yang cukup panjang.

Dalam menyusun rencana strategik, LPMP Provinsi Jambi menggunakan model yang ditawarkan Whittaker, maka proses perencanaan strategik diawali dengan perumusan misi organisasi. Vincent Gaspersz (1997: 90) memberikan pengertian tentang misi sebagai “pernyataan bisnis dari suatu organisasi”. Sementara Mulyadi (1988: 100) memberikan pengertian misi sebagai “jalan pilihan (the chosen track) suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi costumer-nya” dan Suwarsono (1996: 170) mendefinisikan misi merupakan “jawaban terhadap pertanyaan what is our business untuk masa sekarang dan masa yang akan datang”.

Visi LPMP Provinsi Jambi yakni “menjadi lembaga terdepan dalam penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah berstandar nasional berwawasan global dengan nuansa kebersamaan” merupakan rumusan visi yang tidak didasari oleh identifikasi terhadap kondisi internal dan eskternal pendidikan di provinsi tersebut. Visi tersebut disusun dan dirumuskan dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Sementara, menurut Vincent Gaspersz (1997:80), pengertian visi adalah penglihatan jauh ke masa depan dari manajemen serta merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa depan. Visi memberikan arah dan inspirasi kepada

Page 155: MANAJEMEN KINERJA DAN

146 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

manajemen dalam proses pembuatan keputusan agar setiap keputusan yang dibuat itu berlandaskan pada visi perusahaan serta memungkinkan untuk mencapai visi perusahaan itu.

Pengertian tidak jauh berbeda dikemukakan pula oleh Mulyadi (1998: 120) yang memberikan pengertian visi sebagai “kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang, yang menjanjikan kesejahteraan bagi organisasi melalui penyediaan produk/jasa yang berkualitas bagi masyarakat.” Pengertian yang lebih operasional diberikan oleh LAN, yaitu visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat bekarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah sesuatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita and citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

Rumusan visi hendaknya (a) mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi; (b) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas; (c) mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik yang terdapat dalam sebuah organisasi; (d) memiliki orientasi terhadap masa depan sehingga segenap jajaran harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan organisasinya; (e) mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi; dan (f) mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

Rumusan visi yang jelas diharapkan mampu: (a) menarik komitmen dan menggerakkan orang; (b) menciptakan makna bagi kehidupan anggota organisasi; (c) menciptakan standar keunggulan; dan (d) menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan. Visi instansi perlu ditanamkan pada setiap unsur organisasi sehingga menjadi visi bersama (shared vision) yang pada gilirannya mampu mengarahkan dan menggerakkan segala sumber daya instansi.

Dengan demikian, visi merupakan suatu pikiran yang melampaui realita sekarang, sesuatu yang ingin kita wujudkan di masa datang yang belum pernah kita miliki sebelumnya, suatu keadaan yang kita yakini akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Visi dirancang untuk memberi inspirasi dan memotivasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masa depan organisasi. Visi memberikan arah kepada manajemen

Page 156: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 147

dalam proses pembuatan keputusan agar setiap keputusan yang dibuat selalu berlandaskan dan merujuk kepada visi organisasi yang telah disepakati. Visi ibarat magnet yang mempunyai kekuatan yang mampu menggugah, mengundang, memanggil dan menyerukan kepada setiap anggota organisasi untuk beramai-ramai memasuki gerbang masa depan yang lebih baik bagi eksistensi organsisasi dan kesejahteraan seluruh anggota organisasi.

Selanjutnya visi tersebut dijabarkan ke dalam misi sebagai berikut: mengelola dan mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan melalui akurasi data mutu pendidikan, melakukan pemetaan mutu pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi, evaluasi dan monitoring yang terprogram dan berkelanjutan, memfasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, mengembangkan administrasi organisasi, manajemen dan sumberdaya manusia melalui implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam rangka peningkatan kinerja lembaga, memperluas akses melalui jejaring dengan lembaga-lembaga pengembangan pendidikan dalam upaya peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, dan menggalang kemitraan dengan stakeholder dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di daerah secara terus menerus dan berkelanjutan. Dalam misi tersebut nampak jelas aspek global dan kebersamaan. Misi yang ada hanya untuk peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan pada skala kerjasama di antara berbagai lembaga pendidikan, khususnya penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang dilakukan secara terus menerus.

Kotler (dalam Salusu, 1996: 121) menjelaskan bahwa misi merupakan pernyataan tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.

Pengertian lebih spesifik diberikan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), yakni misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang

Page 157: MANAJEMEN KINERJA DAN

148 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan negara.

Oleh sebab itu dalam merumuskan misi, LPMP dapat memperjelas rumusannya dan menyesuaikannya dengan kondisi internal dan eksternal daerah. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki LPMP sesuai dengan strategi yang telah dipilih. Perumusan misi harus memerhatikan masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang untuk perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik. Rumusan misi hendaknya mampu: (a) melingkup semua pesan yang terdapat dalam visi; (b) memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai; (c)memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh instansi pemerintah; dan (d) memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.

Dengan demikian, misi merupakan alasan eksistensial (reason for being) berdirinya suatu organisasi. Suatu organisasi tidak akan berdiri bila tidak ada misi yang akan dijalankan. Karena ada misi, suatu organisasi menjadi ada. Dengan demikan pernyataan misi suatu organisasi akan memberikan gambaran jelas tentang jenis produk (barang atau jasa) yang ditawarkan, pelanggan yang dilayani, dan ciri khas organisasi dalam menghantarkan produk kepada pelanggan yang menjadikan organisasi tersebut unik atau berbeda dengan organisasi lain. Misi adalah instrumen yang sangat bernilai untuk mengarahkan rumusan strategi dan pelaksanaan strategi, merupakan pondasi dalam mengambil keputusan strategis. Bahkan misi adalah common thread yang menyatukan seluruh aktivitas organisasi

(Wheelan dalam Salusu, 1996: 122). Misi sebenarnya menjelaskan hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah dasar organisasi, sekaligus sebagai pendorong lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi (Koteen dalam Salusu, 1996: 123).

Tahap berikutnya setelah perumusan misi adalah merumuskan visi, yaitu suatu keadaan yang ingin diwujudkan di masa datang. George L. Morissey (1996: 61) memberikan definisi tentang visi sebagai “representasi dari keyakinan kita mengenai bagaimana seharusnya bentuk organisasi kita di masa depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik, dan stakeholders

penting lainnya.”

Page 158: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 149

Visi dan misi yang dibuat dirumuskan dalam tujuan yang hendak dicapai untuk jangka waktu tertentu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Perumusan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) merupakan salah satu tahap dalam siklus perencanaan. Dalam siklus perencanaan, tujuan perencanaan dirumuskan lebih dulu, dan kemudian rencana dikembangkan berdasar tujuan tersebut. Meskipun demikian, dalam siklus perencanaan itu sendiri terjadi kesaling-tergantungan (interdependensi) antar tahap, misal kaji-ulang terhadap rencana yang sudah dilaksanakan mungkin akan mendorong dikaji ulangnya tujuan perencanaan. Dari data yang ada nampak bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh LPMP bidang sekolah dasar tidak seluruhnya merupakan penjabaran dari visi dan misi yang sudah dirumuskan sebelumnya.

Dalam menyusun tujuan yang hendak dicapai LPMP Jambi belum memperhatikan dengan baik keterkaitannya dengan sasaran. Keterkaitan tersebut berkenaan dengan karakter bahwa "tujuan" bersifat luas dan umum (broad and general), sedangkan "sasaran" bersifat lebih rinci dan memperlihatkan langkah atau gerakan menuju pencapaian tujuan. Karakteristik ini terjadi karena: (1) biasanya tujuan dibuat atau dirumuskan oleh para "politisi", dan (2) sasaran dibuat rinci dan terukur dalam arti dapat untuk mengukur ketercapaian tujuan (yang penting untuk keperluan pengarahan implementasi dan pengendalian).

Dalam merumuskan tujuan, LPMP belum memperhatikan kesamaan dan perbedaan tujuan. Hal ini dikarenakan tujuan yang sama dapat melahirkan sasaran yang berbeda, karena antara lain: (1) diusulkan oleh perencana yang berbeda, (2) terkait pada area/kawasan yang berbeda, dan (3) diusulkan untuk suasana dialog yang berbeda (dialog antara perencana profesional dengan memberi tugas atau politisi). Sasaran atau seperangkat sasaran yang berbeda dapat menuju tujuan yang sama tapi dengan biaya dan keuntungan yang berbeda-beda. Hal lainnya yang berhubungan erat dengan perumusan tujuan adalah hubungan antar tujuan atau antar sasaran. Pengukuran pencapaian tujuan memerlukan kriteria kinerja (performance criteria ). Untuk sistem yang diberlakukan oleh LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan tidak dibatasi pada aspek-aspek tertentu saja tetapi bersifat fleksibel, karena sistem bersifat hierarki dan memuat

Page 159: MANAJEMEN KINERJA DAN

150 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

unsur-unsur yang mempunyai interrelasi, maka tujuan dapat bersifat komprehensif (menyeluruh).

Berdasarkan seluruh uraian di atas bahwa LPMP Provinsi Jambi dalam menyusun dan menetapkan visi, misi, tujuan dan program kerja belum melakukan analisis yang mendalam tentang permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan. Visi LPMP disusun sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebudayaan tanpa melihat apakah visi tersebut dapat dicapai atau tidak. Demikian pula dengan penjabaran misi belum dilakukan melalui analisis dan pertimbangan-pertimbangan potensi lokal dalam penjaminan mutu pendidikan.

Keberagaman latar belakang sosial, budaya dan pendidikan yang dimiliki karyawan LPMP Provinsi Jambi tentu akan membentuk sistem nilai yang berbeda-beda. Perbedaan sistem nilai tersebut dapat memengaruhi kelancaran perjalanan organisasi, bahkan tidak tertutup kemungkinan dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi. Karena itu, LPMP Provinsi Jambi membangun sistem nilai yang diyakini kebenarannya secara bersama oleh seluruh anggota organisasi. Dengan demikian, diharapkan tercipta persepsi yang sama tentang hal-hal yang berhubungan dengan baik-buruk, benar-salah, dan lain sebagainya, sehingga sistem nilai individu yang berbeda-beda dapat diikat dengan suatu sistem nilai organisasi yang disepakati bersama oleh seluruh anggota organisasi, yang selanjutnya dikenal dengan istilah core value (nilai-nilai inti).

Core value sangat diperlukan dalam suatu organisasi untuk memberikan jiwa dalam setiap sistem manajemen yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas organisasi. Dia dapat berfungsi sebagai rambu-rambu untuk menuntun setiap aktivitas baik individu maupun unit kerja agar tidak keluar dari ketentuan yang telah disepakati bersama. Dia juga dapat mengukur apakah suatu keputusan atau kebijakan telah diputuskan secara benar.

Tahap berikutnya dalam perumusan rencana strategik yang dilakukan LPMP Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar adalah melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunity, thread). Melalui analisis SWOT ini akan teridentifiasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi oleh suatu organisasi. Kecuali itu, dari hasil-

Page 160: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 151

hasil analisis SWOT ini dapat pula diidentifikasi faktor-faktor yang akan menentukan keberhasilan suatu organisasi mengemban visi dan misinya.

Tahap yang dianggap LPMP Provinsi Jambi paling krusial dalam penyusunan rencana strategik adalah perumusan tujuan (goals) dan sasaran (objectives). Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1-5 tahunan (Inpres No. 7 Tahun 1999). Sedangkan sasaran (objective) adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan, atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur (Inpres No.7 Tahun 1999).

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan nampak bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh LPMP khususnya bidang sekolah dasar sebanyak 8 tujuan dengan 40 sasaran yang hendak dicapai dalam jangka waktu tiga tahun. Sedangkan untuk tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek dan jangka panjang tidak dicantumkan dengan jelas. Hal ini mengindikasikan bahwa perencanaan yang matang dengan merumuskan tujuan dengan jelas dan tempat akan memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan tersebut.

Sehubungan dengan perumusan tujuan Friedmann menganjurkan untuk membedakan antara "tujuan berdasar kinerja" (performance goals) dan "tujuan berdasar pencapaian" (achievement goals). Tujuan berdasar kinerja secara keseluruhan (sebagai suatu sistem) dan merupakan fokus perencanaan kebijaksanaan (policy planning); perencanaan kebijaksanaan bertujuan untuk memelihara keseimbangan dinamika sebagai suuatu sistem sosio-keruangan yang keseimbangannya mudah terpengaruh. Tujuan berdasar pencapaian berkaitan dengan upaya memelihara atau meraih tingkat pencapaian tertentu dalam berbagai kegiatan fungsional atau sektor seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Tujuan berdasar pencapaian ini menjadi fokus perencanaan program (program planning); perencanaan program dilakukan di tiap sektor atau kegiatan fungsional. Friedmann menganjurkan bahwa tujuan berdasar kinerja perlu diwadahi ke dalam suatu kerangka penjaminan

Page 161: MANAJEMEN KINERJA DAN

152 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

mutu atau rencana kebijaksanaan (policies plan), dan dari kerangka atau rencana ini diturunkan pedoman penyusunan program spesifik untuk meraih tujuan berdasar pencapaian bagi setiap bidang atau sektor yang menjadi perhatian kota tersebut untuk jangka waktu lima sampai sepuluh tahun.

Pembedaan antar dua macam tujuan yang dijelaskan Friedman di atas adalah sangat penting untuk diperhatikan oleh para perencana. Penjelasan tersebut menunjukkan ke dalam penghayatan teori sistem dan analisis sistem, dan berdasar ini kita perlu melihat tujuan sebagai hasil antara/hasil akhir/kinerja yang kita inginkan dari rencana kota. Tambahan lagi, dengan menggunakan pendekatan sistem, perencana menyadari bahwa suatu kota, seperti halnya setiap sistem, bersifat hierarkis. Setiap komponen dari sistem (misal: permukiman, jaringan air limbah) juga merupakan sistem bagi dirinya sendiri, bagi arsitek atau ahli teknik sipil, yang bertujuan mendapatkan solusi optimum bagi tiap sistemnya masing-masing. Solusi optimal tersebut dapat ditetapkan dari suatu kisaran (range) yang luas.

Dengan dirumuskannya tujuan dan sasaran, maka terdapatlah suatu rencana kerja yang akan dicapai dalam periode tertentu. LPMP Provinsi Jambi pada jenjang sekolah dasar untuk tahun 2009 merencanakan 46 kegiatan dengan frekeunsi pelaksanaan sebanyak 46 kali. Rencana program kegiatan LPMP tahun 2009 tidak merata sebaran volume kegiatannya per paket, dapat dilihat pada rencana kegiatan no 4 dan 5 (lihat tabel 5.2) yakni evaluasi proses dan evaluasi produk masing-masing 5 kali pada seksi PMS sisanya rata-rata per paket 1 kali. Pada seksi PSI rencana kegiatan no 14 yakni porseni guru 3 kali dan workshop program bermutu bagi KKG/MGMP/KKPS/MKPS 2 kali sisanya rata-rata perpaket 1 kali. Sedangkan pada seksi FSDP rencana kegiatan no 18 yakni workshop KTSP 4 kali, kegiatan no 20 dan 23 masing-masing 3 kali yakni bimbingan karya tulis ilmiah dan pembekalan pemilihan guru, kepsek, pengawas berprestasi tingkat provinsi, serta 2 kali program workshop pengembangan SSN menuju SBI bagi kepsek, guru dan pengelola SMP SSN tingkat provinsi, ditambah diklat kepengawasan sekolah. Dengan demikian sesungguhnya rencana program kegiatan tahun berjalan ini belum nampak target-target capaian mana yang lebih di utamakan serta bersentuhan langsung dengan penjaminan mutu

Page 162: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 153

sekolah. Contoh kegiatan no 3 yakni program pendampingan ke setiap kabupaten/kota dalam rangka pemetaan mutu hanya 1 kali padahal ini sangat penting seharusnya 5 kali ketimbang melakukan evaluasi proses dan evaluasi produk masing-masing 5 kali.

Pada tahun 2010 LPMP bidang Sekolah Dasar merencanakan 47 kegiatan dengan frekeunsi pelaksanaan sebanyak 123 kali (lihat tabel 5.3). Rencana program kegiatan LPMP tahun 2010 inipun tidak merata sebaran volume kegiatannya per paket sama halnya dengan tahun berjalan, dapat dilihat pada rencana kegiatan no 10 yakni layanan, bimbingan, dan bantuan teknis 8 SNP sebanyak 12 kali volume kegiatan, terus rencana kegiatan no 18 dan 19 yakni evaluasi proses dan evaluasi produk masing-masing 5 kali volume kegiatan dan rencana kegiatan no 25 yakni diklat tutor KKG/MGMP/KKKS/MKKS pendamping BERMUTU program bermutu tahun 2010 sebanyak 7 kali volume kegiatan pada seksi PMS sisanya rata-rata per paket 1 kali. Pada seksi PSI rencana kegiatan no 31 yakni program lesson study bagi guru inti SD se-propinsi jambi 2 kali volume kegiatan sisanya rata-rata perpaket 1 kali. Sedangkan pada seksi FSDP rencana kegiatan no 48 yakni peningkatan kopetensi guru sebanyak 37 kali volume kegiatan, workshop KTSP, pembekalan guru, kepala sekolah, pengawas berprestasi tingkat propinsi jambi dan pelatihan master teacherKKG/MGMP penerima dana block grant berbasis ICT masing-masing 3 kali volume kegatan, kegiatan no 46 pemilihan kepala sekolah, guru, pengawas berprestasi tingkat propinsi jambi tahun 2010 4 kali volume kegiatan dan sisanya masing-masing 1 dan 2 kali volume kegiatan. Dengan demikian sesungguhnya rencana program kegiatan tahun 2010 ini belum nampak target-target capaian mana yang lebih di utamakan serta bersentuhan langsung dengan penjaminan mutu sekolah. Contoh kegiatan no 38 yakni workshop KTSP hanya 3 kali padahal ini sangat penting seharusnya lebih dari 5 kali ketimbang melakukan pemilihan kepala sekolah, guru, pengawas berprestasi sampai 4 kali volume kegiatan.

Sedangkan untuk tahun 2011, kegiatan yang direncanakan pada jenjang sekolah dasar sebanyak 45 kegiatan dengan frekuensi pelaksanaan 78 kali (lihat tabel 5.4). Rencana program kegiatan LPMP tahun 2011 ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2010.

Page 163: MANAJEMEN KINERJA DAN

154 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Ketidakmerataan sebaran volume kegiatannya per paket sama halnya dengan tahun berjalan. Ini dapat dilihat pada rencana kegiatan no 14 yakni layanan, bimbingan, dan bantuan teknis 8 SNP sebanyak 12 kali volume kegiatan, terus rencana kegiatan no 21 dan 22 yakni evaluasi proses dan evaluasi produk masing-masing 5 kali volume kegiatan dan rencana kegiatan no 20 yakni bantuan peningkatan kualifikasi guru 3 kali volume kegiatan pada seksi PMS sisanya rata-rata per paket 1 kali. Pada seksi PSI rencana kegiatan semuanya 1 kali volume kegiatan sisanya rata-rata perpaket 1 kali. Sedangkan pada seksi FSDP rencana kegiatan no 36, 37, 42, 43 yakni peningkatan kopetensi guru sebanyak 3 kali volume kegiatan, pelatihan master teacherKKG/MGMP penerima dana block grant berbasis ICT 3 kali volume kegatan, TOT guru inti dan guru pemandu bagi MGMP penerima block grant, diklat kepala sekolah dan pengawas masing-masing 3 kali volume kegiatan dan sisanya masing-masing 1 dan 2 kali volume kegiatan.

Dengan demikian sesungguhnya rencana program kegiatan tahun 2010 ini belum nampak target-target capaian mana yang lebih di utamakan serta bersentuhan langsung dengan penjaminan mutu sekolah. Contoh kegiatan yakni program pendampingan ke setiap kabupaten/kota dalam rangka pemetaan mutu PTK hanya 1 kali volume padahal ini sangat penting seharusnya lebih dari 5 kali ketimbang melakukan evaluasi proses dan evaluasi produk masing-masing 5 kali volume kegiatan dalam satu tahun 2011 saja

2. Pelaksanaan Program LPMP dalam Penjaminan mutu

pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi

Penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jambi pada jenjang sekolah dasar dilaksanakan pada tiga seksi, yaitu seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi (PMS), seksi Program dan Sistem Informasi (PSI) dan seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP).

a. Pelaksanaan Program pada Seksi PMS untuk Jenjang Sekolah Dasar

Pada seksi PSM terdapat 10 kegiatan yang direncanakan pada tahun 2009 dan hanya 7 item kegiatan yang terlaksanakan. 7 item kegiatan yang terlaksana itu ada yang tidak direncanakan,

Page 164: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 155

tetapi dilaksanakan. Dengan demikian sesungguhnya ada ketidak konsistenan antara rencana program yg telah di tetapkan dengan realisasi pelaksanaan kegiatan dilapangan. Tentu hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP tidak matang di dalam merumuskan rencana program kegiatan sehingga berakibat tidak ter ukurnya capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan, dengan kata istilah “lain yg direncanakan lain pula yang dikerjakan”. Stephen P. Robbins (1995: 58), menyatakan bahwa efektivitas kerja harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends) dibanding cara (means). Efektivitas juga dapat dikatakan sebagai produk (by product), sebagai produk efektifitas adalah usaha untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. Pengertian ini merujuk pada hasil guna, yang berbeda dari efisiensi yang merujuk pada proses kerja (Danim, 2004: 119). Dalam pengertian ini juga mempertegas bahwa efektivitas sebagai produk yang didasarkan pada tingkat pencapaian tujuan sebuah program atau kegiatan lembaga atau organisasi.

Pada tahun 2010, terdapat 30 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi PMS, sedangkan melihat pada perencanaan program kegiatan untuk tahun 2010 ini seksi PMS adalah 24 item volume kegiatan artinya ada 6 item volume kegiatan yang tidak direncanakan tapi terlaksana, tetapi telah dilaksanakan. Dengan demikian sesungguhnya ada ketidak konsistenan antara rencana program yg telah di tetapkan dengan realisasi pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan tahun berjalan ter ulang kembali. Tentu hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum matang dalam membuat rencana program kegiatan sehingga berakibat tidak ter ukurnya capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan, dengan kata istilah “lain yg dibicarakan lain pula yang dikerjakan”.

Pada tahun 2011, terdapat ada 17 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi PMS, sedangkan melihat perencanaan program kegiatan untuk tahun 2010 ini seksi PMS adalah 24 item volume kegiatan artinya ada 7 item volume kegiatan yang tidak direncanakan tetapi dilaksanakan. Dengan demikian terdapat ketidak sesuaian antara rencana program yg telah di tetapkan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan

Page 165: MANAJEMEN KINERJA DAN

156 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

tahun berjalan ter ulang kembali. Dengan demikian menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum memuaskan dalam membuat serta merencanakan program kegiatan sehingga berakibat tidak tepat sasaran antara rencana dengan capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan tersebut.

b. Pelaksanaan Program pada Seksi PSI

Pada seksi PSI program untuk jenjang sekolah dasar pada tahun 2009, terdapat 12 item yang direncanakan dan terdapat 10 item kegiatan yang dilaksanakan. Artinya ada 2 item kegiatan yang tidak direncanakan tapi ada dalam pelaksanaan. Dengan demikian sesungguhnya ada ketidak konsistenan antara rencana program yg telah di tetapkan LPMP dengan realisasi pelaksanaan kegiatan dilapangan. Tentu hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP tidak matang di dalam merumuskan rencana program kegiatan sehingga berakibat tidak ter ukurnya capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan, dengan kata istilah “lain yg direncanakan lain pula yang dikerjakan”.

Pada tahun 2010, terdapat 8 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi PSI, sedangkan melihat perencanaan program kegiatan untuk tahun 2010 ini seksi PSI adalah 12 item volume kegiatan artinya ada 4 item volume kegiatan yang tidak terlaksanakan. Sesungguhnya ada ketidak sesuaian antara rencana program yg telah di tetapkan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan tahun berjalan ter ulang kembali. Tentu hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum matang dalam membuat serta merencanakan program kegiatan sehingga berakibat tidak tepat sasaran antara rencana dengan capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan.

Pada tahun 2011, terdapat 6 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi PSI, sedangkan melihat pada perencanaan program kegiatan untuk tahun 2011 ini seksi PMS adalah 10 item volume kegiatan artinya ada 4 item volume kegiatan yang tidak dilaksanakan. Dengan demikian, terdapat ketidak sesuaian antara rencana program yg telah di tetapkan

Page 166: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 157

dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan tahun 2010 ter ulang kembali. Dengan demikian menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum memuaskan dalam membuat serta merencanakan program kegiatan sehingga berakibat tidak tepat sasaran antara rencana dengan capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan tersebut.

c. Pelaksanaan Program pada Seksi FSDP

Pada seksi PSDP, terdapat 19 item kegiatan yang telah dilaksanakan pada seksi FSDP untuk tahun 2009, sedangkan melihat perencanaan program kegiatan untuk tahun berjalan ini seksi PSI adalah 12 item volume kegiatan artinya ada 7 item kegiatan yang tidak direncanakan tapi ada dalam pelaksanaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat ketidak konsistenan antara rencana program yg telah di tetapkan LPMP dengan realisasi pelaksanaan kegiatan dilapangan. Tentu hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP tidak matang di dalam merumuskan rencana program kegiatan sehingga berakibat tidak ter ukurnya capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan, dengan kata istilah “lain yg direncanakan lain pula yang dikerjakan”.

Pada tahun 2010, terdapat 26 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi FSDP, sedangkan melihat perencanaan program kegiatan untuk tahun 2010 ini seksi FSDP adalah 5 item volume kegiatan artinya ada 15 item volume kegiatan yang dilaksanakan tanpa direncanakan. Dengan demikian, terdapat ketidak sesuaian antara rencana program yg telah di tetapkan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan tahun berjalan ter ulang kembali. Dengan demikian menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum memuaskan dalam membuat serta merencanakan program kegiatan sehingga berakibat tidak tepat sasaran antara rencana dengan capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan.

Pada tahun 2011, terdapat 1 item volume kegiatan yang terlaksanakan pada seksi FSDP, sedangkan pada perencanaan program kegiatan untuk tahun 2011 ini seksi FSDP adalah 11 item

Page 167: MANAJEMEN KINERJA DAN

158 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

volume kegiatan artinya ada 11 item volume kegiatan yang tidak direncanakan tetapi dilaksanakan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat ketidak sesuaian antara rencana program yg telah di tetapkan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, sama juga dengan tahun 2010 ter ulang kembali. Dengan demikian menunjukkan bahwa efektifitas kinerja LPMP belum memuaskan dalam membuat serta merencanakan program kegiatan sehingga berakibat tidak tepat sasaran antara rencana dengan capaian tujuan yang sudah ditargetkan pada saat ditetapkannya rencana program kegiatan tersebut.

Dari uraian kegiatan di atas dapat dilihat bahwa realisasi program kegiatan di LPMP Provinsi Jambi untuk jenjang sekolah dasar pada tahun berjalan sebanyak 37 kegiatan dengan rincian kegiatan masing-masing seksi adalah 7 kegiatan seksi PMS, 12 kegiatan seksi PSI dan 19 kegiatan seksi FSDP. Jika dibandingkan dengan rencana program kerja LPMP Provinsi Jambi Tahun berjalan yang telah merencanakan kegiatan sebanyak 53 kegiatan, berarti realisasi kegiatan di tahun berjalan hanya terlaksana 70% , dengan demikian antara program kegiatan yang ditergetkan dengan capaian kegiatan yang dilaksanakan belum memenuhi harapan program kerja LPMP secara keseluruhan

Pelaksanaan program penjaminan mutu di LPMP provinsi Jambi khusus pada jenjang sekolah dasar, didasarkan pada Analisis SWOT Penjaminan mutu Kinerja LPMP sebagai berikut:

a. Kekuatan

Beberapa potensi atau kekuatan yang dimiliki LPMP Provinsi Jambi dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) LPMP Provinsi Jambi memiliki dasar hukum yang kuat untuk

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan No.087/O/2003 tangal 04 Juli 2003.

2) Jumlah SDM yang memadai. Saat ini LPMP Provinsi Jambi memiliki pegawai sebanyak 74 pegawai terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan untuk jenjang sekolah dasar 18 orang. Untuk melaksanakan salah satu misinya yaitu menyelenggarakan diklat bagi tenaga kependidikan, LPMP Provinsi Jambi telah memiliki fasilitas seperti; laboran MIPA, IPS, Seni, ruang kelas,

Page 168: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 159

multimedia, perpustakaan, aula, asrama, makan, sarana olah raga, dan tempat ibadah, aula dan ruang sidang.

3) LPMP Provinsi Jambi telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelenggarakan diklat khususnya diklat guru sekolah dasar, sehingga telah memiliki coursware yang memadai mulai dari struktur program, silabus, bahan ajar, instrumen evaluasi, dan lain sebagainya.

4) LPMP Provinsi Jambi telah memiliki jaringan kerja dan kemitraan dengan beberapa instansi terutama dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota dalam berbagai bidang kegiatan seperti; pelatihan tenaga pendidikan, pengangkatan guru bantu, peningkatan kualifikasi pendidikan guru SD, melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dengan pola in dan on service training.

b. Kelemahan

Di samping memiliki kekuatan, LPMP Provinsi Jambi juga memiliki sejumlah kelemahan yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Etos kerja sebagian staf masih rendah. Hal ini terlihat jelas

dengan masih adanya staf yang belum bisa hadir sesuai dengan ketentuan jam kerja. Kecuali itu inovasi dan kreatifitas serta prakarsa sebagian staf juga masih rendah. Artinya masih sedikit staf yang mampu bekerja secara profesional dan masih banyak diantara staf yang lebih mengutamakan hak daripada kewajiban.

2) Suasana kerja masih dirasakan oleh sebagian kecil staf kurang kondusif, dimana nuansa kekeluargaan yang tercermin dalam kebersamaan belum tercipta seperti yang diharapkan.

3) Sistem pemeliharaan sarana dan prasarana yang kurang efesien, sehingga sebahagian sarana dan prasarana termasuk lingkungan belum mendapatkan pemeliharaan yang semestinya.

4) Dukungan pembiayaan kurang memadai sesuai kebutuhan pelayanan yang bermutu.

Page 169: MANAJEMEN KINERJA DAN

160 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

c. Peluang

Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan LPMP Provinsi Jambi dalam mengemban misinya, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Kebijakan otonomi daerah telah menimbulkan terjadinya

disparitas mutu pendidikan antara satu daerah dengan daearh lainnya. Hal ini dapat terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten dan kota di Jambi. Hal ini merupakan peluang bagi LPMP Provinsi Jambi dalam meningkatkan kinerja pendidikan di Jambi, khususnya pada kabupaten/kota yang IPM-nya tergolong rendah.

2) Masih banyaknya sekolah di daerah terpencil yang membutuhkan pembinaan dalam hal peningkatan kompetensi guru, pengembangan manajemen sekolah, pengembangan fasilitas, pengembangan alat bantu pengajaran, dan lain sebagainya.

3) Adanya sejumlah daerah di lingkungan Provinsi Jambi yang memiliki PAD tinggi dan memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan pendidikan. Di sisi lain, daerah tersebut belum memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk meningkatkan kinerja pendidikan, sehingga dengan demikian kehadiran LPMP Provinsi Jambi masih sangat dibutuhkan sebagai mitra dalam rangka memajukan pendidikan di daerah tersebut.

4) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat pesat dapat menjadi peluang bagi LPMP Provinsi Jambi dalam merancang model-model pembelajaran jarak jauh.

5) Di Jambi terdapat beberapa perguruan tinggi dan lembaga diklat yang representatif, sehingga hal ini dapat dijadikan peluang oleh LPMP Provinsi Jambi untuk membangun kemitraan dalam menangani penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi,

d. Ancaman

Di samping adanya peluang, LPMP Provinsi Jambi harus pula siap menghadapi sejumlah ancaman yang diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 170: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 161

1) Kebijakan otonomi daerah telah membawa euforia yang berlebihan bagi sebahagian daerah, sehingga tidak lagi bersedia menerima keterlibatan instansi pusat dalam menangani pendidikan di daerahnya, sehingga banyak program-program penjaminan mutu pendidikan khususnya yang berkenaan dengan penjaminan mutu tenaga kependidikan telah dilaksanakan sendiri meskipun dengan manajemen dan sumberdaya yang serba terbatas.

2) Anggaran pendidikan masih kurang memadai untuk biaya operasional penyelenggaraan pendidikan di sekolah apalagi untuk melaksanakan program-program pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan.

3) Adanya lembaga diklat dan instansi di lingkungan Dinas Pendidikan yang melaksanakan kegiatan serupa dengan kegiatan-kegiatan LPMP Provinsi Jambi, sehingga untuk beberapa program kegiatan, pelanggan mempunyai pilihan selain LPMP Provinsi Jambi.

4) Koordinasi antar sesama dinas pendidikan kabupaten/kota dengan dinas pendidikan provinsi di lingkungan provinsi Jambi masih rendah. Sehingga tidak mudah bagi LPMP Provinsi Jambi mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai penjamin mutu sekolah dasar dan menengah.

Dalam menyusun analisis SWOT, LPMP provinsi Jambi kurang memperhatikan tingkat peluang, tantangan, ancaman dan kelemahan secara cermat sehingga berpengaruh dalam pelaksanaan program yang direncanakan. Adanya tumpah tindah atau kesalahan dalam pelaksanaan program disebabkan salah satunya oleh analisis SWOT yang kurang tepat.

Namun, dari semua kegiatan yang termasuk ke dalam program unggulan LPMP provinsi Jambi sebenarnya telah terlaksana semuanya. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bagaimana LPMP Provinsi Jambi melaksanakan peran dan fungsinya sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Dari berbagai kegiatan yang telah direncanakan dalam penjaminan mutu pendidikan pada jenjang sekolah dasar tersebut terlihat masih banyak kegiatan yang belum dapat terlaksana,

Page 171: MANAJEMEN KINERJA DAN

162 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

dalam hal ini memang diakui disebabkan oleh masih kurangnya alokasi anggaran untuk pelaksanaan semua kegiatan dan luasnya wilayah yang harus diberikan layanan mutu pendidikan. Selanjutnya menurut Sheilla J. Costello, Effevtive Performance Management, 1994: 8 LPMP dalam menjalankan programnya setidaknya melakukan dua hal.

Coaching dan review secara berkala dan pada akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian tersebut dipergunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana tahun berikutnya. Begitupun juga Attword & Dimmock (1999: 117) mengatakan bahwa dalam rangka penilaian atau pengukuran atau review kinerja, terdapat apa yang disebut sebagai indikator kinerja (performance indicators) dan ukuran kinerja (performance measures). Apa yang dikatakan Attword dan dimmock yakni indikator dan ukuran kerja itu harus jelas dan transparan dan bisa diakses semua orang, sementara LPMP bekerja berdasarkan rutinitas saja ini menunjukkan manajemen kinerja LPMP belum berjalan optimal. Untuk itu (Wibowo, 2008:77) mengatakan bahwa ada tujuh indikator kinerja yang harus dilakukan LPMP agar kinerjanya lebih baik kedepannya karena indikator mempunyai peran sangat penting, yakni indikator: motif (motive), tujuan (goals), sarana (means), kompetensi (competence), peluang (opportunity), standar (standard), dan umpan balik (feedback). (Wibowo, 2008: 77) Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan untuk melakukannya diperlukan adanya motif. Tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan. Dengan demikian, tujuan dan motif menjadi indikator utama dari kinerja.

Di dalam manajemen mutu, perbaikan kinerja terbaik adalah perbaikan yang berlangsung terus-menerus atau berkelanjutan atau tersistem. Perbaikan ini tidak bisa dipisahkan dari operasi. Jadi antara operasi dan perbaikan menyatu. Konsep ini berasal dari konsep Keizen (Jepang), yang kemudian dikenal sebagai continuous improvement (Wibowo, 2008: 279).

Namun demikian menurut LPMP mereka telah menerapkan strategi yang cukup baik, karena LPMP telah mampu memilah dan memilih beberapa program yang menjadi prioritas utama yang merupakan program unggulan LPMP Provinsi Jambi.

Page 172: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 163

Pemilihan prioritas ini dilakukan agar tercipta efektivitas kinerja di LPMP, karena dengan minimnya anggaran dan luasnya cakupan wilayah kerja LPMP, kadang tidak semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan. Dengan adanya program unggulan ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi.

Alasan klasik yang dikemukakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar yakni keterbatasan dana dan luasnya jangkauan wilayah layanan sehingga dari program kegiatan yang telah direncankan sering tidak terlaksana. Alasan seperti ini tidak seharusnya terkemuka karena apabila efektifitas kinerja organisasinya baik dan di tambah dengan kepemimpinan dengan visi yang kuat tentu hal ini tidak terjadi.

Amstrong (1994; 1-2) menegaskan dalam bukunya “improving Organizaiton effectiveness ada beberapa faktor yang memberi pengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja organisasi agar organisasi itu baik yaitu: a) organisasi harus memiliki tujuan yang jelas dengan strategi yang terarah pada pencapaian tujuan organisasi; b) organisasi harus memiliki kepemimpinan dengan visi yang kuat; c) organisasi harus memiliki tim manajemen yang kuat dan solid; d) organisasi harus memiliki para pekerja dengan motivasi yang kuat, komitmen yang tinggi dan terampil; e) organisasi harus memiliki sistem nilai dengan penekanan pada kinerja , produktifitas, mutu, kepuasan pelanggan, kerja sama dan fleksibilitas dalam tindakan; f) organisasi harus memiliki kerja kelompok yang efektif dengan win lose conflict yang terkendali; g) organisasi harus memiliki inovasi dan improvisasi yang berkelanjutan; h) organisasi harus memiliki kemampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan dengan cepat dan tepat; i) organisasi harus memiliki kemampuan mengelola perubahan dan perkembangan; k) organisasi harus memiliki pengelolaan keuangan yang tepat dan sesuai dengan pembiayaan terkendali dan efisien.

Apa yang dikemukan amstrong setidaknya akan menjadi masukan bagi perbaikan organisasi LPMP dalam penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar kedepan sehingga LPMP sebagai penjamin mutu pendidikan di propinsi Jambi memiliki marwah dan citra yang baik. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Page 173: MANAJEMEN KINERJA DAN

164 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

lembaga, LPMP Provinsi Jambi bertugas membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan sekolah dasar dan menengah serta pendidikan nonformal dalam upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 2.

3. Monitoring Program yang dilaksanakan LPMP dalam proses

penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi

Dalam konteks penyelenggaraan Program penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar, kegiatan monitoring diartikan sebagai kegiatan memantau dan melakukan evaluasi berbagai aspek dan tahapan penyelenggaraan Program yang meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) permasalahan dan upaya pemecahan, (4) hasil yang dicapai, (5) pelaporan yang meliputi: laporan pelaksanaan kegiatan, dan laporan pertanggung jawaban keuangan, (6) dampak program

Tujuan pelaksanaan monitoring yang dilaksanakan oleh LPMP provinsi Jambi pada jenjang sekolah dasar adalah tersedianya data dan informasi tentang tingkat kinerja secara berkala serta rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan agar Program terselenggara dan mencapai tujuannya sesuai dengan yang direncanakan. Di antara tujuan yang ingin dicapai adalah (1) tersusunnya Rancang Bangun sistem monitoring sesuai dengan karakteristik Program meliputi: monitoring terhadap Manajemen Penyelenggaraan Program secara keseluruhan termasuk penyaluran dan pemanfaatan Block Grant oleh kelompok kerja. (2) tersedianya instrumen monitoring Program yang akurat, sistematis, obyektif, dan praktis. (3). Tersedianya petugas yang memiliki kompetensi serta komitmen dan memahami etika dalam melaksanakan monitoring Program dari ketiga unsur terkait; Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Konsultan Independen. (4) Tersedianya jadwal dan tahap-tahap pelaksanaan monitoring Program untuk setiap komponen. (5) Terlaksananya monitoring Program secara tepat waktu, tepat prosedur, tepat sasaran, dan tepat hasil. (6) Tersusunnya laporan monitoring Program yang

Page 174: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 165

komprehensif untuk setiap komponen dan tahap pelaksanaannya.

Dari pelaksanaan monitoring LPMP terdapat beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan, seperti pada tahapan perencanaan atau persiapan. Pihak LPMP hanya menerima program-program yang disampaikan oleh setiap bagian dan seksi-seksi tanpa melihat apakah program yang dibuat telah dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal lembaga. Monitoring pada pelaksanaan tidak dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut nampak dari adanya ketidak konsistenan pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah dibuat.

Selanjutnya, sasaran monitoring yang dilaksanakan oleh LPMP provinsi Jambi pada bidang dikdas terutama dalam penjaminan mutu pendidikan untuk aspek persiapan atau perencanaan meliputi: (1) Prosedur penyusunan perencanaan, (2) Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan, (3) Hasil perencanaan dan pemanfaatannya, (4) Kesesuaian baseline data dan indikator-indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan tujuan program. (5) Kelengkapan administrasi dan dokumen perencanaan. (6) Khusus untuk PMME Pemberian Block Grant, sasaran meliputi ketersediaan, akuntabilitas, serta, konsistensi penggunaan kriteria pemberian Block Grant.

Kenyataannya sasaran yang dituju oleh program tersebut tidak sesuai peruntukkannya. Hal tersebut karena kriteria yang ada tidak dapat dipenuhi oleh penerima blockgrand sehingga untuk menyukseskan program penjaminan mutu pada jenjang sekolah dasar pihak LPMP mencari alternatif lain dalam penilaian dan penentuan penerima blockgrand.

Dalam pelaksanaan monitoring LPMP Provinsi Jambi untuk penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar menetapkan sasaran monitoring adalah (1) Kesesuaian prosedur, kriteria dan jadwal kegiatan yang dilaksanakan dengan yang direncanakan (2) Ketersediaan, penyaluran dan pemanfaatan sumber daya untuk setiap kegiatan sebagaimana direncanakan termasuk penyaluran dan penggunaan dana Block Grant ke kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui LPMP. (3) Ketercapaian tonggak-tonggak keberhasilan (milestone) untuk

setiap tahapan sebagaimana yang diharapkan. (4) Hambatan dan

Page 175: MANAJEMEN KINERJA DAN

166 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan serta pemecahannya. (5) Kelengkapan administrasi dan dokumen pelaksanaan kegiatan.

Pemanfaatan hasil monitoring pada LPMP Provinsi khususnya pada sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1) Hasil kedua kegiatan utama monitoring diberikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan di tingkat nasional dan kabupaten/kota serta LPTK. (2) Harus dibuat laporan tertulis secara komprehensif dari penyelenggaraan dan hasil kedua kegiatan monitoring tersebut dan disampaikan kepada Depdiknas, Pemerintah Daerah, dan Bank Dunia. (3) Hasil monitoring dipublikasikan secara berkala melalui buletin internal dan website Ditjen PMPTK untuk diketahui oleh kelompok sasaran dan pemangku kepentingan lainnya agar diperoleh akuntabilitas publik bagi program di samping untuk mendapat masukan bagi perbaikan. (4) Hasil monitoring dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan program.

Meskipun hasil monitoring yang dilaksanakan masih terdapat yang belum sesuai standar, namun hasil tersebut tetap dipublikasikan pada media-media yang tersedia di LPMP. Hal itu dimaksudkan agar hasil tersebut menjadi bahan pertimbangan pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan baik dalam penjaminan mutu pendidikan maupun dalam peningkatan sumber daya manusia di lingkungan pendidikan provinsi Jambi.

Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada jenjang sekolah dasar adalah mengembangkan strategi pelaksanaan kegiatan monitoring yang meliputi:

Tahap I: Penyiapan Sistem

Kegiatan Tahap I ini meliputi 5 (lima) sub-kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan Sistem

Meliputi penyusunan: TOR, Kerangka Kerja Pemantauan (Monitoring Framework), Kerangka Kinerja Program (Results Framework), Prosedur, Kriteria Petugas, dan Instrumen, serta Jadwal Pelaksanaan.

Page 176: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 167

2. Pelatihan Petugas. Pelatihan ini diberikan kepada calon petugas dari semua unsur agar mampu menerapkan prosedur dan menggunakan instrumen serta pembuatan Action Plan, serta penyusunan laporan.

3. Implementasi Action Plan. Action Plan tersebut berisi jadwal pelaksanaan sosialisasi dan ujicoba terbatas instrumen monitoring di daerah peserta.

4. Supervisi Implementasi Action Plan Tenaga Bantuan Teknis dan sejumlah petugas dari pusat akan ditugaskan ke daerah (secara sampel) untuk memberikan bimbingan dan berbagai masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan Action Plan.

5. Pemberian Tenaga Bantuan Teknis Tenaga Bantuan Teknis (Konsultan) akan memberikan bantuan keahliannya kepada penyelenggara Program BERMUTU dalam seluruh rangkaian kegiatan Tahap I yang meliputi pengembangan sistem, perancangan dan penyelenggaraan pelatihan petugas, supervisi implementasi action plan, serta melakukan meta-evaluasi pelaksanaan kegiatan monitoring. Konsultan ini juga akan memastikan bahwa hasil/temuan monitoring ditindaklanjuti dengan baik sehingga materi maupun program untuk guru-guru yang mengajar di daerah terpencil menjadi lebih baik dan sesuai dengan karakteristik sosial dan budaya setempat.

Tahap II: Pelaksanaan monitoring

Tahap ini terdiri dari 3 (tiga) sub kegiatan yaitu sebagaimana berikut ini. 1. Pelaksanaan

Dalam tahap ini sejumlah pertugas yang telah lulus dalam mengikuti diklat khusus ditugaskan untuk melakukan monitoring dengan ketentuan:

a. Petugas yang terlibat harus yang telah mengikuti dan lulus dari diklat petugas monitoring

b. Komposisi petugas untuk setiap lokasi terdiri dari 3 (tiga) orang petugas yang terdiri dari unsur PMPTK atau yang diwakili oleh petugas dari P4TK dan atau LPMP, unsur

Page 177: MANAJEMEN KINERJA DAN

168 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan unsur pemangku kepentingan lainnya dari LPTK terkait atau dari unsur asosiasi profesi.

Pelaksanaan monitoring dilakukan dengan merujuk kepada rancang-bangun yang telah ditetapkan secara nasional meliputi: prosedur, instrumen, sumber data dan informasi, serta etika petugas. 2. Pelaporan Hasil Monitoring

a. Laporan disusun oleh Petugas monitoring yang terlatih sebagaimana telah disebutkan di atas, selanjutnya laporan diserahkan kepada PCU dengan tembusan kepada DIU sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan.

b. Laporan dianalisis oleh tim yang ditunjuk oleh PCU dan merekomendasikan berbagai tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pihak terkait.

c. Hasil analisis dibahas dalam sebuah pertemuan dengan Steering Committee sebagai sosialisasi dan memperoleh masukan guna penyempurnaan rekomendasi tindak lanjut.

d. Pihak terkait menindaklanjuti rekomendasi sesuai dengan isi dan jadwal yang direkomendasikan dan membuat laporan hasil tindak lanjut.

e. PCU mempublikasikan hasil monitoring melalui GIM dan saluran komunikasi lainnya termasuk website „Bindiklat‟.

Keseluruhan proses monitoring tersebut belum dilaksanakan secara terstruktur dan terprosedur dengan baik. Terdapat tahapan kegiatan yang tidak dilaksanakan oleh LPMP, seperti pelatihan petugas dan pengembangan sistem. Pelatihan petugas monitoring dilaksanakan oleh LPMP tetapi dalam bentuk administratif saja dan tentang teknik monitoring yang baik tidak diberikan sehingga terjadi kekeliruan dalam pemberian informasi kepada pihak yang dimonitoring. Pada aspek pengembangan sistem, pihak LPMP belum secara optimal mengembangkan prosedur pelaksanaan monitoring. Monitoring yang dilaksanakan dari tahun ke tahun sama dengan format penilaian/monitoring yang sama sementara program yang dilaksanakan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pendidikan. Kurang optimalnya pelaksanaan monitoring tersebut menyebabkan turunnya tingkat

Page 178: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 169

kelulusan pada berbagai jenjang pendidikan, terutama pada jenjang sekolah dasar.

Monitoring tersebut meskipun masih belum optimal tetapi secara keseluruhan kegiatan monitoring telah dilaksanakan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.

4. Review Program yang dilaksanakan LPMP dalam Proses

Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar di Propinsi Jambi

Istilah review dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment). Review kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana program dilaksanakan, akan tetapi meliputi apakah program tersebut dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

Di LPMP Provinsi Jambi review dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kaidah-kaidah yang berlaku. Tahapan yang dilakukan pada review dalam usaha penjaminan mutu pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi; persiapan, pelaksanaan SSE, fasilitas persiapan pelaksanaan SSE, audit internal, perumusan program pengembangan, dan pelaksanaan pengembangan.

Persiapan yang dilaksanakan oleh LPMP sehubungan dengan review belum dilaksanakan secara optimal. Persiapan yang dilaksanakan mengacu pada persiapan-persiapan pada kegiatan-kegiatan lainnya atau tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja LPMP dalam melaksanakan review program pada tahapan persiapan belum memperhatikan aspek-aspek yang telah ditetapkan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan program.

Pada kegiatan pelaksanaan SSE, petugas yang ditugaskan belum bekerja sesuai dengan program yang telah direncanakan. Format yang disediakan kadangkala tidak diisi dengan baik. Hal ini tentunya berpengaruh pada objek yang direview dan menjadikan sekolah tersebut tidak termotivasi untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pelaksanaan yang tidak optimal disertai dengan

Page 179: MANAJEMEN KINERJA DAN

170 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

ketidak konsistenan dalam pengisian format yang disediakan menyebabkan hasil yang dicapai tidak maksimal.

Demikian pula halnya dengan tahapan-tahapan lainnya, seperti tahapan audit internal dan pengembangan program. Kedua tahapan tersebut yang tidak dilaksanakan sama sekali. Hal itu dikarenakan audit internal memerlukan tenaga ahli sementara tenaga yang tersedia di LPMP provinsi Jambi untuk tenaga ahli audit belum tersedia. Demikian pula halnya dengan pengembangan program hasil review.

Dengan demikian keseluruhan kegiatan review yang dilaksanakan oleh LPMP dalam penjaminan mutu sekolah dasar belum dilaksanakan secara optimal. William N. Dunn menyatakan bahwa review merupakan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, review berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan” (Dunn, 2003:608). Pengertian di atas menjelaskan bahwa review merupakan hasil kebijakan yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Jambi di mana pada kenyataannya mempunyai nilai dari hasil tujuan atau sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu proses kerja adalah review kinerja. Review kinerja membantu pimpinan untuk mengambil keputusan dalam suatu kebijakan, nilai yang dihasilkan dari evaluasi membuat suatu kebijakan bermanfaat bagi pelayanan publik.

Berdasarkan uraian di atas, maka review kinerja pada lembaga LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan jenjang sekolah dasar merupakan suatu proses penilaian kinerja aparatur yang dilakukan untuk melihat tanggung jawab pekerjaannya setiap hari apakah terjadi peningkatan atau penurunan sehingga pemimpin bisa memberikan suatu motivasi penunjang untuk melihat kinerja aparatur kedepannya. Review harus sering dilakukan agar masalah yang di hadapi dapat diketahui dan dicari jalan keluar yang baik.

Review kinerja merupakan suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.” (Simanjuntak, 2005:103). Berdasarkan

Page 180: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 171

pengertian tersebut maka review kinerja merupakan suatu proses yang digunakan oleh pimpinan untuk menentukan prestasi kerja seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya menurut tugas dan tanggung jawabnya.

Dengan demikian review kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Selain itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

Selanjutnya review kinerja merupakan suatu proses untuk mengetahui sejauh mana kinerja aparatur bila dibandingan dengan serangakain standarisasi yang dilakukan untuk bekerja sesuai komunikasi informasi yang telah diberikan oleh pimpinan. Review kinerja dilakukan juga untuk menilai seberapa baik aparatur bekerja setelah menerima informasi dan berkomunikasi dengan aparatur yang lain agar pekerjaan sesuai dengan kemauan pimpinan dan kinerja para aparatur itu sendiri dapat terlihat secara baik oleh pimpinan dan masyarakat selaku penilai.

Fungsi review kinerja pada lembaga pendidikan khususnya pada LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan jenjang sekolah dasar sebagai berikut : 1. Memberikan balikan kepada aparatur ternilai mengenai

kinerjanya. Ketika merekrut pegawai (ternilai), aparatur harus melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerja.

2. Alat promosi dan demosi. Hampir disemua sistem review kinerja, hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan memberikan promosi kepada aparatur ternilai yang kinerjanya memenuhi ketentuan pembarian promosi. Promosi dapat berupa kenaikan gaji, pemberian bonus atau komisi, kenaikan pangkat atau menduduki jabatan tertentu. Sebaliknya, jika kinerja aparatur ternilai tidak memenuhi standar atau buruk, instansi menggunakan hasilnya sebagai dasar untuk memberikan demosi berupa penurunan gaji, pangkat atau jabatan aparatur ternilai.

Page 181: MANAJEMEN KINERJA DAN

172 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

3. Alat memotivasi ternilai. Kinerja ternilai yang memenuhi standar, sangat baik, atau superior, review kinerja merupakan alat untuk memotivasi kinerja aparatur. Hasil evaluasi dapat digunakan instansi untuk memotivasi aparatur agar mempertahankan kinerja yang superior dan meningkatkan kinerja baik atau sedang.

4. Penentuan dan pengukuaran tujuan kinerja. Sistem review kinerja yang menggunakan prinsip manajemen by objectives,

review kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja aparatur ternilai pada awal tahun.

5. Konseling kinerja buruk. Review kinerja, tidak semua aparatur mampu memenuhi standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Hal itu mungkin karena ia menghadapi masalah pribadi atau ia tidak berupaya menyelesaikan pekerjaannya secara masksimal. Bagi aparatur seperti ini penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya kinerja ternilai dan mengupayakan peningkatan kinerja ditahun mendatang. Konseliang dapat dilakukan sebelum review kinerja jika atasan dapat mengetahui kelambanan aparatur.

6. Pemberdayaan aparatur. Review kinerja merupakan alat untuk memberdayakan aparatur agar mampu menaiki tangga atau jenjang karier. Evaluasi kinera menentukan apakah kinerja aparatur dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk meningkatkan kariernya.

Berdasarkan fungsi di atas, review kinerja merupakan alat yang di gunakan oleh instansi pemerintahan atau organisasi tertentu untuk menilai kinerja para aparatur yang lamban. Review kinerja untuk memotivasi para aparatur untuk meningkatkan kinerjanya, pemberian konseling membantu para aparatur untuk mencegah kinerja yang terlalu lamban sehingga sebelum di adakan review kinerja para pemipin sudah lebih dulu menjalankan konseling untuk mengadakan perbaikan pada waktu mendatang. Review kinerja merupakan alat motivasi bagi para aparatur untuk menaikan standar kerja mereka, selain sebagai alat untuk memotivasi, review kinerja juga untuk mengukur tujuan kerja serta memberdayakan para aparatur.

Sasaran-sasaran review kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan jenjang sekolah dasar adalah sebagai berikut :

Page 182: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 173

1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan periodik, baik kinerja aparatur maupun kinerja organisasi.

2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para aparatur melalui audit keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat menyelenggarakan program pelatihan dengan tepat.

3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan tanggung jawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode yang selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus dicapai, sarana dan prasaranan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.

4. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi, dan kalau mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dan pimpinannya itu untuk menyusun suatu proposal mengenai sistem bijak (merit system) dan sistem promosi lainnya, seperti imbalan (reward system recommendation).

Review kinerja yang dilaksanakan oleh LPMP merupakan sarana untuk memperbaikai mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi. Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan terpercaya dalam bidangnya. Kinerja sangat tergantung dari para pelaksananya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam corporate planningnya. Perhatian hendaknya ditujukan kepada kinerja, suatu

konsepsi atau wawasan bagaimana kita bekerja agar mencapai yang terbaik. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat memimpin orang-orang dalam melaksanakan kegiatan dan membina mereka sama pentingnya dan sama berharganya dengan kegiatan organisasi. Jadi, fokusnya adalah kepada kegiatan bagaimana usaha untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerja dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Untuk mencapai itu perlu diubah cara bekerja sama dan bagaimana melihat atau meninjau kinerja itu sendiri. Dengan demikian pimpinan dan karyawan yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan review kinerja harus pula dievaluasi secara periodik.

Page 183: MANAJEMEN KINERJA DAN

174 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Review kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk mengavaluasi kinerja LPMP secara periodik yang ditentukan oleh organisasi, adapun tujuan dari review kinerja dalam penjaminan mutu pendidikan jenjang sekolah dasar tersebut antara lain : 1. Pengembangan

Dapat digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu ditraining dan membantu evaluasi hasil training. Dan juga dapat membantu pelaksanaan Conseling antara atasan dan bawahan sehingga dapat dicapai usaha-usaha pemecahan masalah yang dihadapi pegawai.

2. Pemberian Reward Dapat digunnakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif dan promosi. Berbagai organisasi juga menggunakan untuk membarhentikan pegawai.

3. Motivasi Dapat digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa tanggungjawab sehingga mereka terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.

4. Perencanaan SDM Dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan keterampilan serta perencanaan SDM.

5. Kompensasi Dapat memberikan informasi yang digunakan untuk menentukan apa yang harus diberikan kepada pegawai yang berkinerja tinggi atau rendah dan bagaimana prinsip pemberian kompensasi yang adil.

6. Komunikasi Evaluasi merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan bawahan menyangkut kinerja pegawai. Sistem review kinerja sebagaimana yang dikembangkan di atas sangat membantu sebuah manajemen kerja baik instansi pemerintah maupun swasta untuk memperbaiki kinerja pegawai yang kurang maksimal, tujuan review kinerja ini untuk membangun semangat kerja para pegawai dan mempertahankan kinerja yang baik dan memperbaiki komunikasi kerja.

Page 184: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 175

C. Model hipotetik Pengembangan Manajemen Kinerja LPMP Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar

1. Rasional

Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 7 tahun 2007 bahwa untuk melaksanakan penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Permendiknas tersebut, maka fungsi LPMP adalah melakukan: a. Pemetaan mutu sekolah dasar dan menengah termasuk TK,

RA, atau bentuk lain yang sederajat; b. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu

sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;

c. Supervisi satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional;

d. Fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan sekolah dasar dan menengah, termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam proses penjaminan mutu pendidikan; dan

e. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP. Melihat pada permendiknas di atas bahwa LPMP sebagai

lembaga yang diberikan kepercayaan dan kewenangan penuh dalam penjaminan mutu pendidikan di tingkat daerah sebagai pemanjangtangan pemerintah pusat untuk menjaga keterjaminan mutu pendidikan di daerah yang mengacu pada ketercapaiannya standar nasional pendidikan.

Oleh karena itu pendidikan menjadi leading sector dalam

pembangunan bangsa. Sudah barang tentu LPMP sebagai bagian terpenting dalam melakukan penjaminan mutu pendidikan secara nasional. Tugas dan tanggung jawab LPMP diberi tugas untuk mengimplementasikan SNP (Standar Nasional Pendidikan) agar dapat di jadikan sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan. Sehingga LPMP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto pasal 1 ayat (1) PP No. 19

Page 185: MANAJEMEN KINERJA DAN

176 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

2005 dinyatakan bahwa lingkup dari SNP meliputi 8 standar yaitu : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi kelulusan, (4) standar pendidik dan tenaga pendidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengolahan, (7) standar pembiyaan, dan (8) standar penilaian.

Dalam temuan penelitian menunjukkan gambaran bahwa kurang optimalnya manajemen kinerja LPMP yang menimbulkan permasalahan dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring, review. Akibat belum optimalnya pendayagunaan manajemen kinerja LPMP menempatkan posisi LPMP belum mampu menampilkan kinerja penjaminan mutu pendidikan. Di samping itu, faktor kemampuan intelektual, kemampuan profesional, motivasi, persepsi LPMP yang positif terhadap pokok dan fungsinya, struktur organisasi yang menjelaskan posisi dan peran LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan, serta lingkungan internal dan eksternal LPMP turut pula menentukan kinerja LPMP.

Oleh sebab itu, model pengembangan manajemen kinerja LPMP merupakan salah satu bagian dari menajemen SDM kependidikan yang propesional. Model pengembangan manajemen kinerja LPMP tersebut akan memberikan peluang bersaing pada LPMP yang lain, sehingga memungkinkan lahirnya LPMP yang handal dan menguasai dan memahami tupoksinya dalam penjaminan mutu pendidikan, yang pada glirannya akan memberikan dampak yang positif bagi efektifitas proses kinerja penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi.

2. Tujuan

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dalam merumuskan aspek-aspek kinerja LPMP ini yang jadi tujuan adalah: (1) aspek perencanaan program penjaminan mutu sekolah dasar. (2) aspek pelaksanaan program penjamianan mutu sekolah dasar. (3) aspek monitoring pelaksanaan program penjaminan mutu sekolah dasar. (4) aspek review pelaksanaan program penjaminan mutu sekolah dasar. (5) aspek follow-up (tindak lanjut) dari hasil review program.

Manfaat yang di peroleh dari pengembangan model manajemen kinerja ini adalah agar manajemen kinerja LPMP

Page 186: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 177

dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar kedepan lebih efektif, efisien dan akuntabel.

3. Asumsi – asumsi

a. LPMP dapat diasumsikan sebagai organisasi yang mampu memberikan penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar.

b. LPMP memerlukan pilar pengelolaan manajemen kinerja yang efektif melalui komitmen, konsistensi dan motivasi dalam perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring program dan review program penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar.

c. Prespektif kinerja LPMP sebagai sebuah lembaga penjaminan mutu. Visi dan misi meminta semua pihak yang terkait pada manajemen LPMP untuk mengimplementasikannya ke dalam proses dan sistem kinerja yang mantap, efektif, efisien, inovatif dan responsif terhadap perkembangan penjaminan mutu pendidikan. Sehingga diharapkan mampu mencapai kualitas dan hasil penjaminan mutu yang mengacu pada pencapaian standar mutu pendidikan nasional.

d. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi LPMP pada umumnya diindentikkan dengan capaian kinerja pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pen capaian standar mutu pendidikan nasional; fasilitasi sumberdaya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan;pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

e. LPMP dapat melakukan pengembangan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) atau bentuk lainnya yang sederajat; melakukan penyiapan perangkat sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA)

Page 187: MANAJEMEN KINERJA DAN

178 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

atau bentuk lainnya yang sederajat; melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) dan bentuk lainnya yang sederajat; melakukan pemutahiran data dan informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) dan bentuk lainnya yang sederajat; melakukan kerja sama pengembangan program dan sistem informasi.

f. LPMP dapat melakukan pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat sesuai dengan standar nasional pendidikan; melakukan penyusunan bahan dan supervisi penjaminan mutu pendidikan; melakukan verifikasi mutu pendidikan untuk program tindaklanjut supervisi; melakukan analisis hasil pemetaan dan supervisi mutu pendidikan; melakukan diseminasi hasil supervisi kepada propinsi dan kabupaten/kota serta stakeholders lainnya; melakukan kerja sama pemetaan dan supervisi mutu pendidikan; melakukan penyusunan rekomendasi hasil pemetaan dan supervisi mutu pendidikan kepada unit kerja/instansi terkait dan stakeholders pendidikan lainnya.

g. LPMP dapat melakukan penyiapan bahan dan fasilitasi pengelolaan sumberdaya pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar isi, standar proses dan standar kompetensi lulusan; melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar pendidik dan tenaga kependidikan; melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan;melakukan pemberian layanan, bimbingan, dan bantuan teknis implementasi standar penilaian pendidikan; melakukan kerja sama fasilitasi sumber daya pendidikan.

Page 188: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 179

4. Visualisasi model

Model hipotetik pengembaan manajemen kinerja ini merupakan pengembangan dari model siklus manajemen kinerja Deming. Pada siklus deming manajemen kinerja di awali dari perencanaan, pelaksanaan, monitor dan review setelah itu kembali ke perencanaan. Dari model tersebut menurut peneliti perlu dikembangkan dengan menanmbah follow-up setelah review

karena ada hasil review yang harus segera di tindak lanjuti pada program berjalan tidak perlu menunggu lama, atau dijadikan catatan untuk di masukkan pada program kerja yang akan datang.

Diharapkan dari pengembangan model deming ini akan memberi kebaiakan pada manajemen kinerja LPMP kedepan. Adapun model Manajemen Kinerja LPMP Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah ini.

Dari gambar 5.5 tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: LPMP sebagai institusi memiliki visi misi organisai, dari visi misi tersebut dirumuskan dalam bentuk rencana strategis (renstra) LPMP untuk 4 tahun kedepan selanjutnya renstra di laksanakan oleh masing-masing seksi yakni seksi PSI, seksi PMS dan seksi FSDP. Pelaksanaan kinerja mengacu pada model manajemen kinerja deming yang telah dikembangkan yakni diawali dengan perencanaan program seksi PSI, PMS, FSDP. Pelaksanaan program seksi PSI, PMS, FSDP, monitoring pelaksanaan program, melakukan review terhadap program dan hasil review segera di tindak lanjuti (follow-up) agar permasalahan segera diatasi, tidak menunggu masuk pada rencana program tahun berikutnya.

Demikianlah pengembangan model manajemen kinerja deming ini dikembangkan dengan menambahkan follow-up atau tindak lanjut hasil review sebelum nanti di programkan pada renstra yang akan datang. Semoga model ini bermanfaat bagi perbaikan kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi.

Page 189: MANAJEMEN KINERJA DAN

Gam

bar

5.5

. M

od

el

Hip

ote

tik

Pen

ge

mb

an

gan

Ma

na

jem

en

Kin

erj

a L

PM

P

Dala

m P

enja

min

an

Mu

tu S

ek

ola

h D

asa

r

Ren

stra

Tu

po

ksi

Pro

gra

m k

erj

a

PS

I,

PM

S

da

n

FS

DP

LP

MP

Pen

jam

ina

n

Mu

tu

Pen

did

ikan

pad

a

Sek

ola

h

Dasa

r

Vis

i

Mis

i

Per

enca

na

an

Pel

ak

sa

na

an

Mo

nit

o

r

Fo

llo

w

Up

Rev

ie

w

Page 190: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 181

5. Strategi implementasi

Perencanaan strategis (renstra) merupakan langka awal yang dilakukan LPMP agar mampu menjawab segala tuntutan lingkungan strategik, baik itu lokal, nasional, regional dan global. Melalui pendekatan strategik yang jelas dan sinergis, maka LPMP dapat menyelaraskan antara visi dan misinya. Selanjutnya visi misi di jadikan dasar di dalam membuat renstra, tujuan, sasaran, indikator, kebijakan dan program.

Untuk mewujudkan rencana strategis, telah dilakukan seleksi dan program prioritas yang harus dilaksanakan setiap tahunnya melalui kegiatan rapat kerja baik seksi PSI, PMS, FSDP, Bagian umum. Hasil raker tersebut diolah dan dijabarkan melalui program dan kegiatan yang diprioritaskan pada kegiatan yang banyak memberikan kontribusi pada visi dan misi untuk mewujudkan tujuan khususnya peningkatan kinerja penjaminan mutu pendidikan di propinsi Jambi.

Standar kinerja memiliki dua aspek sasaran yakni: (1) kemampuan LPMP dlam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, (2) motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya, baik secara individu maupun kelompok dalam posisi jabatan yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh kerena itu motivasi dalam kinerja LPMP bergantung pada harapan semua struktur didalamnya. Motivasi kerja yang tinggi dalam organisasi kalau ia bekeyakinan bahwa harapannya akan terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa stuktur yang tidak mempunyai harapan pada organisasi tempat bekerja, tentu kualitas kerjanya sulit untuk meingkat. Harapan struktur LPMP pada organisasi biasanya tercermin pada: (1) kondisi kerja yang baik, (2) merasa diikutsertakan dan proses pengambilan keputusan terutama yang menyangkut tentang seksinya, (3) penghargaan yang wajar bagi prestasi kerja tinggi, (4) kesempatan promosi dan berkembang dalam organisasi, (5) ada pengertian pimpinan LPMP jika bawahan menghadapi masalah pribadi, (6) jaminan diperlukan secara adil dan objektif, (7) pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan.

Oleh karena itu maka untuk meningkatan pelayanan penjaminan mutu pendidikan perlu difokuskan pada kopetensi pribadi (personal competencies), kompetensi profesional

Page 191: MANAJEMEN KINERJA DAN

182 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

(professional competencies). Dengan demikian manajemen kinerja LPMP akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di provinsi Jambi. 6. Indikator keberhasilan pengembangan manajemen

kinerja LPMP.

a. Prilaku kinerja yang harus ditingkatkan sebagai alat ukur kinerja struktur LPMP adalah: 1) Komitmen terhadap tugas : dapat menuntujukkan

prilaku yang sungguh-sungguh terhadap pencapaian target dan hasil program kegiatan yang telah ditetapkan dalam tugas pokok dan fungsinya.

2) Moralitas kerja: dapat menghindari bentuk-bentuk penyalah gunaan prosedur untuk kepentingan pribadi atau kelmpok.

3) Semangat kerja: dapat menerima dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan penuh ketekunan.

4) Konstruktif : dapat mengajukan kritik, saran, usul untuk peningkatan hasil penjaminan mutu pendidikan.

5) Adaftif: dapat memahami setiap petunjuk, instruksi, atau saran untuk perbaikan dan peningkatan penjaminan mutu pendidikan.

6) Parsipatif: dapat menentukan perenan keterlibatan dirinya dalam pengajaran yang menuntut penyelesaian secara kelompok dengan betul tanpa meninggalkan tugas pokoknya dengan menawarkan bantuan untuk berpartisipasi menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang belum selesai sesuai dengan kemampuan dirinya.

7) Kooperatif: dapat menghargai perbedaan kemampuan masing-maasing orang dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab bersama.

b. Prilaku kinerja yang berhubungan dengan rekan sejawat (human behavior/colleague behavior). 1) Kepercayaan terhadap diri sendiri : dapat

menghargai potensi dan kemampuan dirinya

Page 192: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 183

dengan melaksanakan yang menjadi tugas pokoknya.

2) Integritas : dapat membedakan antara tindakan yang baik dan tindakan yang tidak baik, dan kemudian di implementasikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

3) Kepedulian sosial : dapat menunjukkan tenggang rasa terhadap persoalan dan kesulitan yang dihadapi rekan sejawatnya dengan memberikan bantuan sesuai dengan posisi tugas dirinya.

4) Keterbukaan: dapat menerima kritikan, saran, dan pendapat atasan atau rekan sejawat dengan lapang dada atas kekurangan dan atau kesalahan dalam menjalankan tugas.

5) Objektivitas: dapat mengakui hasil rekan sejawat dalam kelompoknya sebagai hasil dan prestasi bersama.

6) Pragmatis: dapat bekerja dengan apa adanya dengan memamfaatkan sarana dan fisilitas yang ada dengan mengkondisikan suasana yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

7) Fasilitatif: dapat melayani dan memberikan bantuan terhadap kebutuhan rekan sejawat atau pihak lain yang meminta bantuan pada dirinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

8) Komunikatif/supel: dapat menempatkan diri dalam pergaulan dengan rekan sejawat dengan atribut, tutur kata dan bahasa dan tindak tanduk yang sesuai dengan waktu, tempat dan suasana kerja.

7. Penilaian

Berdasarkan pemikiran sebagaimana dipaparkan di atas, maka analisis penilaiannya adalah: a. Hasil analisis efektifitas kinerja kegiatan;

1) Pembinaan, koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, review dan follow up (tindak lanjut) antara visi, misi, tujuan, sasaran, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan yang tinggi.

Page 193: MANAJEMEN KINERJA DAN

184 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

2) Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi.

3) Penyusunan rencana program rencana kerja dan anggaran, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi.

4) Implementasi rencana program, pelaksanaan program, monitoring program, review program dan pollow up program secara konsisten dan komitmen yang tinggi dalam penjaminan mutu pendidikan demi terpenuhinya pencapaian standar pendidikan nasional.

b. Analisis Efisiensi 1) Penerapan program penjaminan mutu pendidikan,

meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara perencanaan dengan realisasi yang terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata model pengembangan manajemen kinerja dalam penjamian mutu pendidikan ini cukup efisien.

2) Penerapan program penjaminan mutu pendidikan, meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara pelaksanaan, dengan realisasi yang terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata model pengembangan manajemen kinerja dalam penjamian mutu pendidikan ini cukup efisien.

3) Penerapan program penjaminan mutu pendidikan, meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara monitoring dengan realisasi yang terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta

membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata model pengembangan manajemen kinerja dalam penjamian mutu pendidikan ini cukup efisien.

4) Penerapan program penjaminan mutu pendidikan, meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara review, dengan realisasi yang

Page 194: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 185

terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata model pengembangan manajemen kinerja dalam penjamian mutu pendidikan ini cukup efisien.

5) Penerapan program penjaminan mutu pendidikan, meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara pollow-up, dengan realisasi

yang terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata model pengembangan manajemen kinerja dalam penjamian mutu pendidikan ini cukup efisien.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan yang dilaksanakan oleh LPMP pada jenjang

pendidikan sekolah dasar meliputi berbagai aspek penjaminan mutu pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan dirumuskan mengacu pada visi dan misi dan diuraikan melalui tujuan yang hendak dicapai dan kemudian dibuat program kerja tahunan, menengah dan jangkan panjang. Perencanaan dalam bentuk program yang dibuat LPMP belum optimal dan belum melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, terutama yang berhubungan erat dengan penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar. Perencanaan dan program kerja LPMP di dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2008-2012 ke dalam 8 (delapan) bidang garapan yang tersebar dalam program kerja masing-masing seksi di LPMP yakni: seksi program dan sistim informasi (PSI), seksi pemetaan mutu dan supervisi (PMS) dan seksi fasilitasi sumberdaya pendidik (FSDP).

2. Pelaksanakan program kegiatan LPMP kurun waktu tahun 2009-2011 pada seksi PMS telah melaksanakan 54 volume

Page 195: MANAJEMEN KINERJA DAN

186 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

kegiatan, seksi PSI melaksanakan 27 volume kegiatan, seksi FSDP melaksanakan 97 volume kegiatan. Dari berbagai kegiatan yang telah direncanakan tersebut terlihat masih banyak kegiatan yang belum dapat terlaksana. Miskipun ditemukan ketidak sesuaian antara rencana program yang dibuat dengan implementasi kegiatan yang dilaksanakan. Terdapat ketidaksingkronan antara rencana program yang sudah ditetapkan dengan sebahagian program kegiatan yang dilaksanakan. Bahkan ditemukan kegiatan dadakan yang tidak terdapat dalam program yang telah di tetapkan jusru dilaksanakan dengan menukar kegiatan yang telah terprogram. Volume kegiatan tidak dibuat berdasarkan skala kegiatan yang terprioritaskan sehingga capaian sasaran dari program belum optimal.

3. Monitoring yang dilakukan oleh LPMP dalam penjaminan mutu sekolah dasar meliputi keseluruhan kegiatan. Monitoring yang dilaksanakan meliputi keseluruhan tahapan: persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan hasil. Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan LPMP ditemukan beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan pada tahapan perencanaan atau persiapan. Program yang disampaikan seksi-seksi tanpa melalui analisis sesuai dengan keinginan monitoring. Sehingga monitoring yang dilakukan belum dirasakan memberikan hasil yang optimal dalam rangka penjaminan mutu sekolah dasar.

4. Review yang dilakukan LPMP berkaitan pada langkah-langkah kegiatan yang berhubungan dengan menghasilkan output yang dalam penjaminan mutu pendidikan berupa layanan. Review ini mengacu pada optimalisasi kinerja ketiga seksi yakni seksi PMS, PSI dan FSDP. Yang ada di LPMP. Dalam melakukan review LPMP terlihat tidak melakukan persiapan yang matang hal ini dapat dilihat dari petugas yang di tugaskan belum bekerja sesuai harapan format yang disediakan kadangkala tidak diisi dengan baik. Sehingga berpengaruh pada objek yang di review dan menjadikan sekolah tersebut tidak termotivasi untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar. Ketidak konsistenan dalam mengisi format yang disediakan menyebabkan hasil

Page 196: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 187

yang dicapai tidak maksimal. 5. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja LPMP

belum optimal dikarenakan lebih mengerjakan tugas yang bukan tugasnya seperti DIKLAT dan WORKSHOP lihat pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor: 07. 2007.

Page 197: MANAJEMEN KINERJA DAN

188 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab (2008), “Anatomi Organisasi dan

Kepemimpinan Pendidikan, Telaah terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan”. Bandung Alfabeta.

Akdon & Aan Komariah (2005). “Supervisi Pendidikan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Amstrong, (1998), Social Intelligence, " Harvard University Press Amstrong, D.G. & J.J. Denton (1998). Instructional skills handbook.

Englewood Cliffs: Educational Technology Publications.

Anwar Idochi & Yayat Hidayat Amir, (2004). Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep, & Issu. Program Pasca Sarjana UPI.

Argyris, Swanson. (1995). Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. Ohio: Merril an Imprint of Prentice Hall. Englewood.Clifts, New Jersey Colombus.

Attaword dan Dimmock. (1999). Administrasi Negara. Terjemahan. Jakarta: Rineka Cipta

Bacal, Bruce T. (1999), Customer Driven Project Management. New

York: Mc Graw Hill. Inc. Bambang Sumintono, “School-Based Management Policy and Its

Practices at DistrictLevel inthe Post New Order Indonesia”, Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 41-67.

Bastian, Indra. (2001). Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta, Ekosonia Fakultas Ekonomi UII

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1998). Qualitative Research for Education: An Intriduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Cohn, Elchanan. (1997), The Ekonomics of Education. Revised Edition. Massachusetts: A Subsidiary of Harper & Row Publisher, Inc.

Convey, Petty. (1998). Human Recources Fungtion in Educational Administration. New Jersey: Prentice Hall.

Page 198: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 189

Cornelia J. Benny, (2005) “Pengembangan Manajemen Dosen di Perguruan Tinggi sebagai upaya meningkatkan mutu kinerja dosen di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung”.

Costello, M. (1994). Educational Administration. New York: Mc Graw Hill. Inc

Danim, Sudarwan. (2005). Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Davis, Keith. (1996). Human Recources and Personal Management. 5thed. New York: McGraw Hil. Inc.

Duke, Daniel L. (1987) Efektive Organisational Education. New York: Jhon Wiley

Engkoswara, http://my.opera.com/GIPS0N/blog/administrasi

Gibson et all. (1997). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gibson, Charles H, (1998), Financial Statement Analysis, Fiifth Edition, Cincinnati Ohio: South-Western Publishing Co.

Hamalik, Oemar (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Handoko,T. Hani. (2003), Manajemen, edisi. 2, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.

Husaini Usman. (2009). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Bumi Aksara: Jakarta.

Irianto, Yusuf, (2002). Mengukur Kinerja Suatu Organisasi. Jakarta: Balai Pustaka

K. Soekarno, (1986). Kinerja Guru dalam Persepektif Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan. Jambi. Vol 12.

Kuswarno, (2009). Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Balai Pustaka.

Katz, Daniel, dan Robert, L Khan, (1980). Social Psycology of Organization, New York: Jhon Wiley

LPMP Provinsi Jambi (2009). Hasil Supervisi Sekolah: Penerapan Standar Nasional Pendidikan Jenjang SMA. Laporan tidak diterbitkan.

Mantja, (2001). The Impact od Accreditation on the Quality of Educational: Result f Regional Accreditation and Quality of Education Survey (on line) WWW. Nease.org (30 Maret 2011)

Page 199: MANAJEMEN KINERJA DAN

190 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Mirfani, Aceng Muhtaram & Suryadi (2005). “Sistem Informasi Pendidikan dan Ketatausahaan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung:

Jurusan Administrasi Pendidikan UPI. Mochtar Buchori, Evolusi Pendidikan Indonesia, Yogyakarta:

Insist, 2005. Moleong, Lexy. J. (2001), Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muhaimin. (2005) Manajemen Penjaminan Mutu di UIN Malang.

UIN Malang. Muhklis, Suhardi. (2009). Asas-Asas Manajemen.

(Http:www.157-asas-asas-manajemen.html) diakses, 11 April 2010.

Murphy dan Louise, (1999). New Management. Reseville: Mc Graw Hill.

Nasution, (1996). Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta: Sinar Grafika

Reigelkuth, Charles M. (1983). Instructional-Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. USA: Lawrence Erlbaum Associates Inc.

Robbins, Stephent dan Coulter Mary. (1999). Manajemen.

Jakarta: Prenhalindo Robson, Katherine. (2005). Students Motivation for Standarized

Math Exams Educational Research Vol. 36 No. 1. American Educational Research Accociation: California.

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. (1990). Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktek. Jakarta: Balai Pustaka.

Rohman, Arif dan Giri Wiyono, (2008). Peran Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung (AKSI)

Rusidi, Sutapa. (1992). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Balai Pustaka.

Sagala, Syaiful (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

______________. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Salis. (2008). Total Quality Management in Educational: Manajemen Mutu Pendidikan. (Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi).

IRCiSod: Jogjakarta.

Page 200: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 191

Satori, Djam‟an http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/

Sa‟ud, Udin S. & Asep Suryana (2005). “Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Schermerhor, Jhon R. Jr. (2001). Management (terjemahan) M. Purnama Putranto) Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Schwartz, (1999), Efective Schooling Research, Theory, Dan Practice. New York: SOP

Sergiovani, T.J. (2003). The Principalship: A Reflectif of The Learning Perspective. Boston: Allyn And Bacon.

Sholeh, Munawar (2007). Cita-cita Realita Pendidikan: Pemikiran dan Aksi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Institute for Public Education (IPE).

Soedijarto “Some notes on the Ideals and Goals of Indonesian Nasional Education System and the Inconsistency of its Implementation: A Comparative Analysis”, Journal of

Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 1-2.

Stephen P.Robbins,(1995) Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, Arcan, Jakarta

Suhardan, Dadang (2005). “Organisasi dan Manajemen Pendidikan Nasional”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Sukardi, (2005). Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian.

Ghalia Indonesia. Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. (2006). Pengendalian Mutu

Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama.

Suryadi, Ace (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka.

Susanta SA., Eddy & Deni Koswara (2005). “Pengawasan dan Penilaian Satuan Pendidikan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Sutisna, Oteng. (2000). Administrasi Pendidikan, dasar teoretis dan Praktik Profesional. Bandung: Angkasa.

Page 201: MANAJEMEN KINERJA DAN

192 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Syaefuddin, Aas & Taufani C. Kurniatun (2005). “Pengelolaan Tenaga Kependidikan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan

Administrasi Pendidikan UPI. Teuku Zulfikar, “ The Making of Indonesian Education: An

Overview on Empowering Indonesian Teachers” , Jurnal Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 13-39.

Tilaar, H.A.R. (2006) Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Titik Handayani, Soewartoyo, dan Makmuri Sukarno, “Impementation of the Compulsary Nine-Year Basic Education Program: Opportunities and Contraints at Household and Community Level”, , Jurnal Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 191-202.

Tajuddin, “Efektivitas Manajemen Pelatihan Guru di Kabupaten Indramayu” (2008)

Tjiptono dan Diana. (2003). Total Quality Management, (Edisi

Revisi). Andi: Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Citra Umbara: Bandung Vincent Gaspersz. (2005). Total Quality Management, Gramedia:

Jakarta. Wahyudi, “Manajemen Konflik dalam Meningkatkan Produktivitas

Organisasi” (2005) Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.tona (www. RiniSatria.net, 10 Jan 2010) Manajemen Kinerja yang

baik untuk menuju organisasi berkinerja tinggi. Artikel dan Journal Internasional Sutrisno dan Muhammad Rusdi, Analisis peningkatan mutu

pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jambi.http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-1-sutrisno-dan-muhammad-rusdi.pdf

On the Quality Assurance of Pre-primary Education in Hong Kong http://www.auditpaper.com/external-

Page 202: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 193

audit/18199119.shtml April 18, 2012 at 7:09 pm, by Audit Paper

Meade, Ben. A Mixed-Methods Analysis of Achievement Disparities in Guatemalan Primary Schools International Journal of Educational Development, v32 n4 p575-589 Jul 2012 http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/recordDetails.jsp?ERICExtSearch_Descriptor=%22Educational+Quality%22&_pageLabel=RecordDetails&objectId=0900019b805f60b2&accno=EJ964859&_nfls=false

Teachers‟ Professional Development and Quality Assurance In Nigerian Secondary Schools Adeolu Joshua Ayeni Ondo State Education Quality AssuranceAgency http://www.sciedu.ca/journal/index.php/wje/article/download/468/235

Ioannis Vasileiadis Quality Assurance In Elementary Education Thessalonika October 2010 http://dspace.lib.uom.gr/bitstream/2159/14076/1/QUALITY+A__11.pdf

More Effective Decentralized Education Management and Governance (DBE1) Study of Legal Framework for the Indonesian Basic Education Sector: Second Edition http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADT232.pdf

Abdul Razak Ahmad and Ramlee Mustapha http://ije.atwebpages.com/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Itemid=26

Hafid. 2009. http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/pengertian-monitoring-dan-evaluasi/

Websterns, 2010. http://amcreative.wordpress.com/ pemantauan-kurikulum/

UnsilSter Blog http://unsilster.com/2011/05/indikator-mutu-pendidikan/

Page 203: MANAJEMEN KINERJA DAN

194 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Artik Rame 7 Fakta Penyebab Mutu Pendidikan Di Indonesia Rendah

http://adf.ly/811023/banner/http://artikelrame.blogspot.com/2011/05/7-fakta-penyebab-mutu-pendidikan-di.html

Mailani Kasim http://meilanikasim.wordpress.com/2009 /03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/

Suparlan http://www.suparlan.com/pages/posts/dimensi-mutu-pendidikan90.php

Nurcahyantihttp://blog.elearning.unesa.ac.id/ellynurcahyanti/makalahpermasalahanpendidikan-di-indonesia-beserta-solusinya

Carol Chunga Why do primary school students drop out in poor, rural China? A portrait sketched 2011 http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0738059312000314

Zhao, Dan Parolin, Bruno School Mapping Restructure in China: What Role for the Small Rural School? Frontiers of Education in China, v6 n2 p248-278 Jun 2011 http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/simpleSearch.jsp?_pageLabel=ERICSearchResult&_urlType=action&newSearch=true&ERICExtSearch_Sea

Meade, Ben. A Mixed-Methods Analysis of Achievement Disparities in Guatemalan Primary Schools International Journal of Educational Development, v32 n4 p575-589 Jul 2012 http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/recordDetails.jsp?ERICExtSearch_Descriptor=%22Educational+Quality%22&_pageLabel=RecordDetails&objectId=0900019b805f60b2&accno=EJ964859&_nfls=false

Castello-Climent, Amparo; Hidalgo-Cabrillana, Ana. 2012 The Role of Educational Quality and Quantity in the Process of Economic Development

http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/simpleSearch.jsp;jsessionid=CQVupK23YPLYoDLdGeSXmg__.ericsrv003?_pageLabel=ERICSearchResult&newSearch=true&ERICExtSearch_Descriptor=%22Educational+Quality%22

Jane Onyeachu 2012 Quality Assurance in Basic Education in Nigeria http://www.wesoedu.com/asseqen/approaches%20in%20Intern

Page 204: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 195

ational%202010/International%20Journal%20vol%202%20No%201.pdf

Herselman 2002 Quality assurance in the foundation stage in the Eastern Cape province: a case study South African Journal of Education http://www.ecdoeresearch.gov.za/index.php?option=com_content&view=article&id=142%3Aquality-assurance-in-the-foundation-phase-in-the-eastern-cape-province-a-case-study&catid=9%3Ajournals&Itemid=21

Ioannis Vasileiadis Quality Assurance In Elementary Education Thessalonika October 2010 http://dspace.lib.uom.gr/bitstream/2159/14076/1/QUALITY+A__11.pdf

Quality in Study Support and Extended Services (QISS) http://www.canterbury.ac.uk/education/quality-in-study-support/

Furqon 2008 Assessment of learning for continuous quality improvement in education (The case of Indonesia) http://ije.atwebpages.com/index.php?option=com_content&task=view&id=25&Itemid=26

PrimaryEducationSupportProject[PESP]http://www.moec.gov.jm/projects/pesp/index.shtml

British Colombia Education Quality Assurance, Six New Schools Approved for EQA Designation Thu, 02/17/2011 http://www.bceqa.ca/node/328

Educationand Adolescent Development http://www.unicef.org/indonesia/education.html

Lao People‟s Democratic Republic Peace Independence Democracy Unity Prosperity.Education Quality Assurance Strategic Plan for 2011-2020 http://images.besdplaos.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TxfqHwooCzAAADsQEmQ1/educ%20qlty%20assurance%20plan%20Laos.pdf?key=besdplaos:journal:44&nmid=514523284

Quality Assurance Inspections in Post Primary Schools http://www.etini.gov.uk/quality-assurance-inspections-in-post-primary-schools.pdf

Life After Universal Primary Education Open Schooling for Secondary and Higher Secondary Education: Costs and

Page 205: MANAJEMEN KINERJA DAN

196 | Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik)

Effectiveness in India and Namibia http://www.col.org/PublicationDocuments/Life_after_Primary_brochure.pdf

Organisation of the education system in Denmark 2009/10 http://eacea.ec.europa.eu/education/ eurydice/documents/eurybase/eurybase_full_reports/DK_EN.pdf

Total quality management practices in Turkish primary schools http://www.emeraldinsight.com/journals. htm?articleid=1770680&show=pdf

Wynne Harlen The Quality Of Learning Assessment Alternatives For Primary Education University of Bristol http://image.guardian.co.uk/sysfiles/ Education/documents/2007/11/01/assessment.pdf

Study On Teacher Education for Primary and Secondary Education in six eastern pertnership countries Georgia http://eacea.ec.europa.eu/tempus/ participating_countries/study/georgia_country_fiche_final_annex_4.pdf

On the Quality Assurance of Pre-primary Education in Hong Kong http://www.auditpaper.com/external-audit/18199119.shtml April 18, 2012 at 7:09 pm, by Audit Paper

Full Length Research Paper Establishing quality assurance in Nigerian education system: Implication for educational managers Sunday O. Adegbesan http://www.academicjournals.org/err/PDF/Pdf%202011/Feb/Adegbesan.pdf

Laporan LPMP Provinsi Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SD/MI, Tahun 2009 - 2011 LPMP Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SMP,M.Ts, tahun 2009 - 2011 LPMP,Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SMA,SMK,MA, LPMP, 2009 - 2011 Jambi

Page 206: MANAJEMEN KINERJA DAN

Manajemen Kinerja dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Teori dan Praktik) | 197

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan Pelaksanaan, Pembekalan Pengawas TK/SD Se- Provonsi Jambi tahun 2010, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Pembekalan Kepala Sekolah Dasar Se- Provonsi Jambi tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan, Pembekalan Kepala Sekolah Berprestasi Se- Provonsi Jambi tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan, Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SD tahun 2010, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan, Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SMP tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan, Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SMA/MA/SMK tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan, Qualty Assurance Mapping In Province Jenjang SMP tahun 2010

Laporan, Qualty Assurance Mapping In Province Jenjang SMA tahun 2010

Laporan, Workshop KTSP Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah Se-Provinsi Jambi tahun 2010

Laporan, Workshop KTSP Bagi Guru SMA/MA/SMK Se-Provinsi Jambi tahun 2010

Peraturan, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 7

Rekomendasi, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SD/MI, Tahun 2009 - 2011 LPMP Jambi

Page 207: MANAJEMEN KINERJA DAN