manajemen
TRANSCRIPT
1. Frederick W. Taylor
Frederick W. Taylor ( 1856 – 1915 ). Manajemen ilmIah mula-mula dikembangkan oleh Frederick Wilson Taylor sekitar tahun 1990-an. Frederick Winslow Taylor lahir dalam keluarga kaya di PhiladelphIa 1856. Setelah lulus Philips Exeter, Ia memutuskan untuk magang di Enterprise Hidrolik, bekerja meskipun Ia telah melewati ujIan masuk untuk Universitas Harvard. Selanjutnya,Ia bekerja sebagai pekerja harIan dan pengawas di Perusahaan Baja Midvale, dan sebagai general manager dari Perusahaan Investasi Manufaktur (produk kertas perusahaan), dan mencoba untuk meningkatkan produktivitas di kedua perusahaan. Ketika Ia menemui kesulitan-kesulitan memotivasi para pekerja, Ia mulai percaya bahwa manajer tidak memiliki informasi yang mereka perlu untuk mendapatkan pekerjaan mereka selesai. Wawasan ini membuatnya
mencoba untuk meningkatkan informasi tersedIa bagi manajer melalui studi waktu, yaitu operasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan individu pabrik tugas. DIa menjadi yakin bahwa waktu dan gerak eksperimen berbasis bisa mengajarkan manajer metode produksi yang lebih efisien. Mereka akan belajar kapan dan cara mengganti alat atau bahan untuk mendapatkan output yang lebih besar, dan bahwa mereka kemudIan dapat menggunakan ini pengetahuan untuk pekerja kereta api.
Umpan balik yang memadai diperlukan pengawasan fungsional. Dalam skema Taylor, masing-masing pekerja memiliki bos geng untuk mengawasi menempatkan materIal pada mesin, bos kecepatan untuk operasi mesin itu sendiri, atasan perbaikan yang merawat peralatan, dan inspektur yang memeriksa kualitas. Ketika manajemen toko berhasil, manajer dan pekerja bekerjasama satu sama lain karena kedua belah pihak melihat bahwa mereka dapat memperoleh melalui peningkatan produksi.
Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmIah”. Dalam buku-buku literatur, manajemen ilmIah sering dIartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmIah merupakan penerapan metode ilmIah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen ilmIah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam tiga judul makalah, yaitu Shop Management, The Principle of Scientific Management, dan Testimony Before the SpecIal House Committee, yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management. Taylor telah memberikan prinsip-prinsip (filsafat) penerapan pendekatan ilmIah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar tersebut adalah :a. Pengembangan metoda-metoda ilmIah dalam manajemen, sebagai contoh metoda yang paling baik
untuk pelaksanaan setIap pekerjaan dapat ditentukan.b. Seleksi imIah untuk karyawan, agar setIap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas sesuatu
tugas sesuai dengan kemampuannya.c. Pendidikan dan pengembangan ilmIah para karyawan.d. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.Konsep manajemen ilmIah Taylor menekankan pentingnya struktur dan desain dalam penyelesaIan tugas organisasi. PenelitIannya memberi andil bagi pengembangan teknik manajemen dalam standarisasi kerja, perencanaan tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan bIaya dan terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, teknik industri, manajemen industri, dan manajemen personal.
Taylor berpendapat bahwa untuk dapat sukses dengan prinsip ini memerlukan revolusi mental yang lengkap pada pihak manajemen dan tenaga kerja. Kedua belah pihak jangan bertengkar mengenai lab,
melainkan berusaha meningkatkan produksi. Dengan demikIan dIa percaya bahwa laba akan naik sampai mencapai titik yang menyebabkan tenaga kerja dan manajemen tidak perlu lagi berjuang untuk itu. Singkatnya Taylor percaya bahwa manajemen dan tenaga kerja memiliki kepentingan bersama dalam meningkatkan produktivitas.
Taylor mendasarkan sistem manajemen pada studi waktu lini produksi. Bukanya mendasarkan pada metode kerja tradisional. DIa menganalisis dan mengukur waktu gerakan pekerja baja dari satu seri pekerjaan. Menggunakan studi waktu sebagai dasarnya, dIa memecah setIap pekerjaanmenjadi komponen-komponennya dan mendesain metode tercepat dan paling baik untuk melaksanakan setIap komponen. Dengan cara ini dIa menetapkan berapa banyak seorang pekerja harus mampu mengerjakan dengan peralatan dan materIal yang ada ditangan. DIa juga mendorong para majikan untuk membayar pekerja yang lebih produkstif dengan upah yang lebih tinggi dari pada yang lain, menggunakan tarif “yang tepat secara ilmIah” yang akan menguntungkan perusahaan maupun pekerja. Jadi para pekerja didorong untuk melewati standar prestasi kerjanya yang terdahulu untuk memperoleh upah yang lebih tinggi. Taylor menyebut dengan sistem tarif berbeda.
Dalam perjalanannya perusahaan yang dijalankan oleh Taylor menghasilkan produk yang lebih cepat dari pada yang pernah dibayangkan oleh Taylor. “keajaiban” produksi ini hanya salah satu warisan dari manajemen ilmIah. Sebagai tambahan, bahwa teknik manajemen efesiensi ini telah diterapkan pada berbagai tugas dalam organisasi non industri, jasa makan sIap sajisampai pelatihan untuk dokter bedah.
Walaupun metoda Taylor menghasilkan peningkatan-peningkatan produktivitas dan upah yang lebih tinggi pada keadaan tertentu, pekerja dan serikat buruh mulai menentang pendekatannya. James A.F. Stoner dalam buku manajemen (1995:34) mengatakan bahwa walaupun Taylor menyebabkan kenaikan dramatik dalam produktivitas dan upah yang lebih tinggi dalam sejumlah kasus, para pekerja dan serikat pekerja mulai menentang pendekatan taylor karena mereka takut bekerja lebih berat dan lebih cepat akan membuat lelah pekerjaan apapun, yang menyebabkan pekerja yang bersangkutan dirumahkan.
Lebih lanjut, sistem Taylor jelas berarti bahwa waktu amat penting. Para pengkritiknya menolak kondisi “mempercepat” yang diterapkan dengan tekanan secara berlebihan pada pekerja untuk berprestasi semakin lama semakin cepat. Penekanan pada produktivitas dan kalau diperluas, kemampuan menghasilkan laba membuat beberapa orang manajer mengeksploitasi perkeja dan pelanggan. Sebagai hasilnya, lebih banyak yang pekerja bergadbung dengan serikat pekerja dan dengan demikIan memperkuat pola kecurigaan dan tidak mempercayai yang membayangi hubungan tenaga kerja-manajemen selama beberapa dekade.
2. Frank Bunker & LillIan Moller Gilberth
Frank dan LilIan Gilberth adalah sepasang suami istri yang merupakan tokoh pelopor di bidang teknik industri
Frank yang memiliki nama lengkap Frank Bunker Gilberth dilahirkan di Fairfiled, Maine pada tanggal 7 Juli 1768. Gilberth merupakan penganjur manajemen ilmIah dan perintis studi gerak dan waktu. Gilberth menempuh pendidikan hingga sekolah menengah keatas. KemudIan Ia melanjutkan untuk bekerja sebagai pekerja bangunan,setelah itu Ia menjadi kontraktor bangunan, dan berlanjut menjadi ahli manajemen. tidak jarang Gilbreth dipanggil sebagai dosen di Universitas Purdue dimana universitas tersebut banyak menerbitkan karya ilmIah yang ditulisnya. Selain itu Frank juga anggota dari ASME,
Taylor Society (pendahulu SAM).
PenelitIan Gilbreth dimulai saat Ia bekerja sebagai kontraktor, saat itu Ia mencari cara tercepat dan termudah untuk mendirikan tembok dari batu bata. Dibantu oleh LilIan Evelyn Moller (yang akhirnya menjadi pasangan hidupnya) mereka meneliti kebiasaan kerja pegawai tingkat klerikal dan manufaktur dalam mencari cara untuk meningkatkan hasil kerja dan membuat pekerjaan menjadi mudah. Kemudian mereka mendirikan firma konsultasi manajemen bernama Gilbreth, Inc. Frank Gilbreth meninggal akibat gagal jantung pada usIa 55 tahun pada tanggal 14 Juni 1924.
Istri Frank yang tidak lain adalah LillIan Evelyn Moller (salah seorang wanita ilmuwan Amerika Serikat yang pertama kali menyandang gelar doktor (Ph.D)) terlahir pada tanggal 24 Mei 1878 di Oakland, CalifornIa. Lilian merupakan lulusan dari Universitas California dengan menyandang gelar BA dan MA. Selanjutnya Lilian juga meneruskan sekolahnya di Universitas Brown dan lulus dengan mendapatkan gelar Ph.D. LilIan juga mendapatkan keanggotaan di ASME. LillIan meninggal pada tanggal 2 Januari 1972 pada umur 93 tahun.
Pernikahan Frank dan LillIan berlangsung pada tahun 1904. Dan mereka merupakan orang tua dari 12 anak yang dilahirkan. tapi seorang meninggal dunIa ketika masih kanak-kanak. Keduabelas putra-putri mereka adalah Anne, Mary (wafat tahun 1912), Ernestine, Martha, Frank Jr., WillIam, LillIan, Fred, Daniel, John, Robert, dan Jane.
Gilbreth dianggap sebagai “Ratu Bidang Teknik yang Pertama”, dan menjadi wanita pertama yang dipilih sebagai anggota Akademi Teknik Nasional Amerika Serikat. Gilbreth bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Purdue, akademi teknik Newark, Universitas Wisconsin-Madison. Selain itu, Gilbreth juga bekerja sebagai penasihat lima orang presiden, mulai dari Presiden Hoover, Roosevelt, Eisenhower, Kennedy, hingga Johnson. Di antara topik yang dikuasainya terdapat masalah pertahanan sipil, produksi di masa perang, dan rehabilitasi orang cacat.Hal-hal yang dihasilkan oleh Frank dan LilIan Gilberth, antara lain:a. Gilbreth mengurangi semua gerakan tangan menjadi sejumlah 17 gerakan dasar, termasuk
memegang, membawa, dan memegang untuk memakai. Nama ke-17 gerakan dasar tersebut adalah therblig yang dIambil dari namanya sendiri (“Gilbreth”) yang dieja terbalik. Dalam penelitiannya, Ia menggunakan kamera film untuk menghitung waktu tersingkat dalam melakukan sebuah gerakan.
b. Mengajarkan manajer agar mempertanyakan semua aspek di tempat kerja, dan secara terus menerus menerapkan metode yang lebih baik. Penekanan Frank dan LillIan Gilbreth adalah pada satu cara terbaik (“one best way“). Metode therblig menjadi cikal bakal perbaikan mutu kontinyu (CQI), dan penelitIan di abad ke-20 mengungkap gerakan berulang-ulang sebagai penyebab cedera gerakan repetitif.
c. Gilbreth merupakan orang pertama yang mengusulkan perawat kamar bedah bertugas menyodorkan peralatan bedah kepada dokter bedah.
d. Gilbreth juga merancang teknik standar yang digunakan angkatan bersenjata di seluruh dunIa dalam mengajarkan cara membongkar pasang senjata dengan cepat, termasuk dalam keadaan mata tertutup dan ruangan gelap total.SebagIan orang menganggap inovasi yang dilakukan Gilbreth telah menyelamatkan jutaan jiwa.
Walaupun penelitian Gilbreth sering dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan Frederick Winslow Taylor, di antara keduanya terdapat perbedaan filosofi yang mendasar. Taylorism identik dengan penggunaan stopwatch, dan Taylorisme pada prinsipnya berhubungan dengan pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses. Di lain pihak, fokus penelitian Frank dan Lillian Gilbreth adalah proses yang lebih efisien dengan mengurangi gerakan yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan Taylorisme yang mengutamakan keuntungan, prinsip Gilbreth lebih mengutamakan kesejahteraan pekerja. Perbedaan mencolok di antara Taylorisme dan prinsip Gilbreth menyebabkan perbedaan pendapat di antara pengikut Gilbreth dan Taylor.
Frank dan Lillian Gilbreth sering menggunakan keluarga besarnya sebagai hewan percobaan. Kisah ini diangkat dalam novel Cheaper by the Dozen yang ditulis anaknya yang bernama Frank Jr. dan Ernestine Gilbreth Carey. Buku Cheaper by the Dozen mengilhami dua film berjudul sama. Salah satunya adalah film tahun 1950 yang dibintangi Clifton Webb dan Myrna Loy. Pada tahun 2003, film berjudul sama dibintangi Steve Martin dan Bonnie Hunt. Walaupun sama-sama mengisahkan keluarga beranak dua belas, cerita dalam film yang dibintangi Steve Martin tidak berhubungan dengan cerita dalam novel. Kisah lanjutan berjudul Belles on Their Toes diterbitkan tahun 1950. Isinya mengisahkan perjalanan hidup keluarga Gilbreth setelah Frank Gilbreth meninggal dunia pada tahun 1924. Frank Jr kembali menulis novel lanjutannya, Time Out For Happiness yang terbit tahun 1971, dan sekarang sudah habis dan tidak dicetak lagi.
3. Henry Fayol
Henry Fayol lahir di Istambul, Turki , 29 July 1841. Beliau meninggal dunia di Paris, Perancis, 19 November 1925. Ia adalah seorang insinyur pertambangan lulusan Perancis, seorang direktur pertambangan, sekaligus seorang pakar manajemen. Ia dengan originalitasnya mampu menciptakan teori-teori manajemen secara ilmiah, yang disebut Teori Umum Administrasi Bisnis, yang kemudian dijuluki Fayolisme. Ia adalah salah satu kontributor penting untuk teori-teori manajemen yang berkembang selanjutnya.Henry Fayol, seorang insinyur Perancis dan direktur tambang, lahir di pinggiran kota Istanbul pada tahun 1841, di mana ayahnya, seorang insinyur, ditunjuk Inspektur Pekerjaan untuk membangun sebuah jembatan di atas Golden Horn.
Mereka kembali ke Prancis pada tahun 1847. Fayol belajar di sekolah pertambangan Ecole Nationale Superieure des Mines di St. Etienne.
Fayol dari sejarah pemikiran manajemen akan akrab dengan nama Henry Fayol. Referensi untuk namanya ditemukan cukup sering dalam teks-teks manajemen dan Ansoff berpendapat bahwa Fayol “diantisipasi imajinatif dan nyenyak sebagian besar analisis lebih baru praktek bisnis modern”.
Saat beranjak 19 tahun, Fayol sudah menempuh karir tekniknya dengan bekerja di sebuah
perusahaan pertambangan Compagnie de Commentry-Fourchambeau-Decazeville di Commentry. Pada
tahun 1888 Dia dipercaya menduduki jabatan direktur perusahaan itu karena karirnya yang cemerlang.
Saat itu pegawai perusahaan tersebut mencapai lebih dari 1000 orang. Karena kepiawaiannya Fayol tak
tergeserkan sebagai direktur selama 30 tahun hingga 1918. Sementara pada tahun 1900-an perusahaan
tersebut telah menjadi salah satu perusahaan besi dan baja terbesar di Perancis, sekaligus termasuk
salah satu industri vital nasional Perancis kala itu.
Pada 1916, Fayol menerbitkan pengalaman-pengalaman manajerialnya dalam sebuah buku yang
berjudul Administration Industrielle et Générale, sekitar beberapa tahun setelah Frederick Winslow
Taylor menerbitkan teorinya tentang manajemen scientific. Teori-teori Fayol yang biasa disebut
fayolisme ini merupakan satu teori pembanding pertama di ranah teori umum manajemen. Fayol
berpendapat bahwa ada lima fungsi utama dari manajemen. Hal-hal tersebut adalah Planning,
organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Di mana kontrol di sini dimaksudkan adanya
pelaporan tentang proses kerja perusahaan kepada manajer agar ia dapat segera mengambil langkah-
langkah manajerial yang diperlukan untuk kesuksesan perusahaan.
Dalam tulisannya, Fayol berusaha untuk membangun sebuah teori manajemen yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk manajemen pendidikan dan pelatihan secara formal. Pertama, dia
membagi seluruh aktivitas organisasi kepada 6 fungsi:
Teknik: perancangan, produksi, manufaktur, adaptasi.
Komersial: pembelian, penjualan, pertukaran.
Finansial: mencari penggunaan modal yang optimal.
Keamanan: melindungi aset dan SDM.
Akuntansi: persediaan, rugi laba, biaya, statistik.
Manajerial; perencanaan, pengorganisasian, memimpin, koordinasi, dan kontrol
(pengendalian)
Fayol berpendapat bahwa untuk memanejemen adalah:
1. Merencanakan
Rencana yang baik harus fleksibel, berkelanjutan, relevan, dan akurat. Fungsi tersebut adalah untuk
menyatukan organisasi dengan fokus pada masalah, prioritas, dan kondisi bisnis. Prediksi jangka
panjang pada bidang industri dan ekonomi. Intuisi pemikir kunci. Dan analisis strategi dari staf yang
ahli. Untuk efektivitas perencanaan, manajer harus memiliki keahlian dalam bidang seni
menghadapi manusia, dan memiliki kemampuan memanfaatkan energi serta memiliki keberanian
moral yang terukur. Penting pula perpindahan jabatan, memiliki kompetensi pada persyaratan yang
diinginkan dalam bisnis; memiliki pengalaman bisnis, dan dapat menghasilkan ide kreatif.
2. Mengorganisasikan.
Pengorganisasian adalah tentang tanggung jawab dan otoritas sebagaimana adanya mengenai aliran
komunikasi dan penggunaan sumber daya. Fayol menggambarkan tugas organisasional untuk para
manajer:
Memastikan rencana benar-benar disiapkan dan telah diterapkan
Melihat SDM dan struktur material sesuai dengan tujuan, sumber daya, dan kebijakan
operasi umum.
Membentuk otoritas petunjuk dan lini komunikasi dalam organisasi
Melakukan harmonisasi aktivitas dan melakukan koordinasi dari usaha-usaha
Memformulasikan secara jelas dan keputusan yang tepat
Mengatur seleksi personal yang efisien
Menetapkan tugas secara jelas
Mendorong inisiatif dan tanggung jawab
Menawarkan kompensasi yang adil untuk pelayanan yang baik
Memberikan sanksi dalam kasus penyimpangan dan kesalahan
Memelihara disiplin
Memastikan kepentingan individual di bawah kepentingan perusahaan
Memberikan perhatian yang lebih pada otoritas pemberian komando
Mengelola keteraturan material dan SDM
Memastikan semuanya berjalan normal
Meminimalisasi kebijakan yang berlebihan dan penyalahgunaan
3. Mengkoordinasi
Koordinasi melibatkan waktu dan rentetan aktivitas yang dengannya semuanya berjalan dengan
baik, mengalokasikan sumber daya yang tepat, waktu dan prioritas, menyesuaikan tujuan sampai
pencapaiannya.
4. Komando
Manajer yang bertanggung jawab harus:
a. Meningkatkan ketelitian dari personel kerja
b. Menghapuskan yang tidak perlu (hal ini tidak seperti yang didengar, Fayol menegaskan
bahwa setiap kebijakan yang berkaitan dengan pekerja harus sebagai hasil dari pemikiran
yang cermat. Pekerja harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang didapat dari
pelatihan. Dan mereka harus diberikan kesempatan kenaikan jabatan yang adil. Mereka
harus diberikan kesempatan untuk pelatihan tambahan, mendapat petunjuk jika mungkin
untuk menjabat pekerjaan yang lain. Fayol juga menunjukkan prosedur yang terkait dengan
penulisan peringatan dan proteksi melawan ketidakadilan, antara lain menimbang dengan
cermat kesepakatan antara bisnis dan pekerjanya, memberikan contoh yang tepat,
mengadakan audit organisasi secara periodic, bersama-sama dengan para asisten senior
untuk memastikan kesatuan pengelolaan dan fokus pada usaha, tidak menghabiskan waktu
pada masalah-masalah yang kecil atau detail, menciptakan energi, inisiatif, loyalitas, dan
perlakuan sama di antara para pekerja.
5. Mengontrol atau mengendalikan
Pengendalian berarti melakukan cek:
Semua hal berjalan sesuai dengan rencana, prinsip yang dibangun, dan dengan instruksi
yang dirancang.
Tindakan korektif secara tepat.
Kelemahan, kesalahan, dan penyimpangan dari rencana tidak terjadi.
Rencana selalu sesuai dengan keadaan (tidak seperti batu tetapi menyesuaikan dengan
perkembangan perubahan).
Keberherhasilan sebuah manajemen tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen yang menjadi dasar-dasar dan nilai pada manajemen itu sendiri. Seorang industrialis asal Perancis, Henry Fayol,
berpendapat, bahwa prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :1. Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. 2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.4. Kesatuan perintah (Unity of command)
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. 7. Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. 9. Hirarki (tingkatan)
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. 10. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. 11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.12. Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
Manfaat penggunaan 14 prinsip manajemen terhadap perusahaan yaitu : Adanya perubahan dan organisasi Digunakan sebagai pengambilan keputusan Keterampilan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dasar manajer
Memahami bahwa manajemen dapat dilihat sebagai berbagai kegiatan yang dapat terdaftar dan dikelompokkan.
Pandangan Fayol pun telah dikritik dari sisi kelemahannya, dimana terjadi tumpang tindih dalam prinsip, elemen, dan tugas. Adanya kebingungan struktur dengan proses, dan atas hubungan atas-bawah birokrasi. Bagaimanapun, prinsip manajemennya tidak berbeda jauh dari karakteristik organisasi formal sebagaimana dirancang oleh Max Weber. Pengaruh Fayol adalah yang pertama menjelaskan manajemen sebagai proses ”atas-bawah” berdasarkan Teorisasi Nya tentang administrasi dibangun pada pengamatan pribadi dan pengalaman dari apa yang bekerja dengan baik dalam hal organisasi. Aspirasinya untuk “ilmu administrasi” mencari satu set konsisten prinsip bahwa semua organisasi harus diterapkan agar dapat berjalan dengan baik. Perencanaan dan pengorganisasian orang-orang dan manajer praktis.
”Tidak ada kebaikan dalam menyebarkan pertikaian di antara bawahan, setiap pemula bisa melakukannya.” - Henry Fayol.