manado, 14 januari 2015

25
1. Manado, 14 Januari 2015 Korban : Marvil Rumerung Pelaku : Polwan Jenis : Pemukulan Kasus kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini korbannya dialami Marvil Rumerung (23), wartawan media cetak di Manado. Dia dipukul polisi wanita (polwan) hingga bibirnya pecah. "Kejadiannya di Jembatan Miangas, tadi siang, bertepatan saat proses pencarian korban hanyut di Sungai Miangas. Saat itu, saya baru saja parkir motor," katanya korban, kepada Sindonews, Rabu (14/1/2015). Ditambahkan, baru saja turun dari motor dan hendak mengeluarkan kamera dari tas, ada seorang temannya yang menelepon. Saat telepon diangkat, seorang polwan datang menghampiri, dan menegurnya. "Saya lagi menerima telepon, dan polwan itu juga datang menegur untuk jangan parkir. Saat itu saya hanya bilang sama dia, tunggu dulu komandan, tidak lama. Saya cuma mau ambil foto sebentar," terangnya. Merasa imbauannya tidak didengar, polwan yang menjabat sebagai Kanit Lantas Polsek Wenang ini langsung menarik lengan korban, dan menghadiai korban pukulan di bagian perut. "Lalu saya dipukul lagi di bagian mulut, hingga bibir bagian atas saya pecah dan berdarah. Usai kejadian, saya langsung menyambangi Propam Polda Sulut dan melaporkan kejadian itu," ungkapnya. Terpisah, Kapolresta Manado Kombes Pol Sunarto mengatakan, dirinya baru mengetahui kejadian tersebut. "Saya baru mengetahui jika ada seorang wartawan dipukuli oleh salah satu anggota kami. Jika memang kejadian itu benar, kami minta maaf, dan hal ini silahkan dilaporkan," ungkap kapolres. 2. Aceh, 15 Januari 2015 Korban : Muhammad Hannafiah (Waspada) Pelaku : Tak Dikenal Jenis : Teror Usaha teror dengan cara membakar rumah milik Muhammad Hanafiah, Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 WIB dini hari dengan cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah. Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapat dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran. AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapat segera menangkap pelaku," sebut Imran. Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers. "Meminta jurnalis menghindari tindakan di luar kode etik yang telah digariskan, tetap berusaha menjalankan fungsinya secara profesional sesuai dengan undang-undang pers," 3. Banten, 15 Januari 2015 Korban : Wisnu Bangun (Harian Suara Karya) Pelaku : Ari, Anggota DPRD Jenis : Pemukulan Wartawan Suara Karya Wisnu Bangun (62) mengalami percobaan penganiayaan di dalam Gedung DPRD Kabupaten Serang, oleh Ari yang diketahui merupakan teman dari Fahmi Hakim, anggota DPRD Kabupaten Serang dari fraksi Golkar. Dalam kejadian di dalam ruang gedung dewan, Ari mencoba menyerang Wisnu dengan memukul dan menendang secara membabi buta hingga pakaian yang dikenakan korban rusak.

Upload: duonghanh

Post on 05-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manado, 14 Januari 2015

1. Manado, 14 Januari 2015Korban : Marvil RumerungPelaku : Polwan Jenis : PemukulanKasus kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini korbannya dialami Marvil Rumerung (23), wartawan media cetak di Manado. Dia dipukul polisi wanita (polwan) hingga bibirnya pecah. "Kejadiannya di Jembatan Miangas, tadi siang, bertepatan saat proses pencarian korban hanyut di Sungai Miangas. Saat itu, saya baru saja parkir motor," katanya korban, kepada Sindonews, Rabu (14/1/2015). Ditambahkan, baru saja turun dari motor dan hendak mengeluarkan kamera dari tas, ada seorang temannya yang menelepon. Saat telepon diangkat, seorang polwan datang menghampiri, dan menegurnya. "Saya lagi menerima telepon, dan polwan itu juga datang menegur untuk jangan parkir. Saat itu saya hanya bilang sama dia, tunggu dulu komandan, tidak lama. Saya cuma mau ambil foto sebentar," terangnya. Merasa imbauannya tidak didengar, polwan yang menjabat sebagai Kanit Lantas Polsek Wenang ini langsung menarik lengan korban, dan menghadiai korban pukulan di bagian perut. "Lalu saya dipukul lagi di bagian mulut, hingga bibir bagian atas saya pecah dan berdarah. Usai kejadian, saya langsung menyambangi Propam Polda Sulut dan melaporkan kejadian itu," ungkapnya. Terpisah, Kapolresta Manado Kombes Pol Sunarto mengatakan, dirinya baru mengetahui kejadian tersebut. "Saya baru mengetahui jika ada seorang wartawan dipukuli oleh salah satu anggota kami. Jika memang kejadian itu benar, kami minta maaf, dan hal ini silahkan dilaporkan," ungkap kapolres.

2. Aceh, 15 Januari 2015Korban : Muhammad Hannafiah (Waspada)Pelaku : Tak DikenalJenis : TerorUsaha teror dengan cara membakar rumah milik Muhammad Hanafiah, Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 WIB dini hari dengan cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah.Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapat dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran.AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapat segera menangkap pelaku," sebut Imran.Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers."Meminta jurnalis menghindari tindakan di luar kode etik yang telah digariskan, tetap berusaha menjalankan fungsinya secara profesional sesuai dengan undang-undang pers,"

3. Banten, 15 Januari 2015Korban : Wisnu Bangun (Harian Suara Karya)Pelaku : Ari, Anggota DPRDJenis : PemukulanWartawan Suara Karya Wisnu Bangun (62) mengalami percobaan penganiayaan di dalam Gedung DPRD Kabupaten Serang, oleh Ari yang diketahui merupakan teman dari Fahmi Hakim, anggota DPRD Kabupaten Serang dari fraksi Golkar. Dalam kejadian di dalam ruang gedung dewan, Ari mencoba menyerang Wisnu dengan memukul dan menendang secara membabi buta hingga pakaian yang dikenakan korban rusak.Berdasarkan Informasi yang di himpun, Keributan itu bermula sejak Ari dan Wisnu bertemu di area parkir mobil Gedung DPRD Kabupaten Serang. Wisnu yang melihat lahan parkir penuh berusaha mundur untuk memutar kendaraan dan mencari tempat parkir lainnya.Pada saat mundur itulah, mobil milik Ari masuk dan tepat berada di belakang mobil Wisnu. Kemudian Wisnu meminta Ari agar mundur karena mobilnya terhalang. Menanggapi Wisnu yang memintanya mundur, Ari malah memaki wisnu dengan nada keras. "Ngapain lu nyuruh-nyuruh gua? Memang gua hidup dari lu," kata Wisnu menirukan Ari, Rabu (14/1).Setelah itu, Teman Ari turun dari mobil dan meminta maaf kepada Wisnu sekaligus membujuk Ari untuk mundur. Wisnu pikir persoalan sudah selesai karena kedua mobil juga sudah dapat tempat parkir.Ternyata, saat Wisnu berbincang dengan Fahmi Hakim di dalam gedung DPRD Banten, Ari yang diketahui merupakan anak dari mantan ketua DPRD Kabupaten Serang Edi Mulyadi menghampiri dan langsung menarik lengan kemeja Wisnu hingga robek. Ari pun berusaha memukul dan menendang Wisnu dengan membabi buta."Untung saja kedua temannya memegangi Ari hingga saya tidak terkena pukulan dan tendangannya. Tapi kemeja saya robek lengan kanannya," kata Wisnu.Mendapat perlakuan tidak menyenangkan dan upaya penganiayaan seperti itu, Wisnu kemudian mendatangi Mapolres Serang untuk melaporkan peristiwa yang dialaminya tersebut.Fahmi Hakim anggota DPRD Kabupaten Serang dari fraksi Golkar yang menyaksikan kejadian tersebut menbenarkan tindakan yang dilakukan pelaku. "Iya benar, saya pas lihat juga langsung misahin," kata Fahmi saat di hubungi melalui telepon selulernya.

Page 2: Manado, 14 Januari 2015

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Serang, AKP Arrizal Samelino ketika dikonfirmasi membenarkan kedatangan Wisnu Bangun yang berniat melaporkan dugaan perbuatan tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh Ar. "Namun dari keterangan korban, diketahui perbuatan itu belum mengarah kepada tindak pidana. Laporan itu, tentunya akan keterima dan akan kita dalami dengan memeriksa saksi-saksi," ujar Kasat saat dihubungi melalui telepon.

4. Langsa, 20 Januari 2015Korban : Muhammad Hanifah (Harian Waspada)Pelaku : Tak DikenalJenis : PemukulanAliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Langsa mengutuk aksi teror dengan membakar rumah Muhammad Hanafiah jurnalis harian Waspada wilayah tugas Aceh Tamiang oleh OTK. Aksi teror ini dinilai sebagai bentuk pembungkaman kebebasan pers di Indonesia.Oleh karena itu, polisi diharapkan segera menangkap pelaku dan menuntaskan kasus tersebut. Ini penting segera diusut demi tegaknya hukum serta terjaminnya kebebasan pers. Kalau pun ada sengketa pers, diharapkan bisa melaporkan ke dewan pers sesuai dengan regulasi yang ada."Kita mengutuk segala bentuk kekerasan atau teror terhadap jurnalis dan Media di Aceh. Kita berharap pihak kepolisian Aceh Tamiang untuk mengusut tuntas pelaku maupun motif atas percobaan pembakaran terhadap rumah wartawan waspada itu," kata Ketua AJI Kota Langsa, Imran MA, Selasa (20/1).Katanya, upaya pembakaran rumah pribadi M. Hanafiah ini yang berada di Dusun Tanjung, Kampung Bukit Tempurung, Kecamatan Kota Kuala Simpang yang dilakukan orang tak dikenal adalah bentuk teror. Kasus ini bukan saja berdampak kepada pribadi jurnalis, namun juga berdampak pada psikologis keluarga.Sebagaimana diketahui usaha teror dengan cara membakar rumah milik Muhammad Hanafiah, Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 WIB dini hari dengan cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah.Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapat dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran.AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapat segera menangkap pelaku," sebut Imran.Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers."Meminta jurnalis menghindari tindakan di luar kode etik yang telah digariskan, tetap berusaha menjalankan fungsinya secara profesional sesuai dengan undang-undang pers," pintanya.

5. Lampung, 26 Januari 2015Korban : Beni Faisal, Tabloid FokusPelaku : Tidak DIkenalJenis : PembunuhanPemimpin Redaksi tabloid Fokus Lampung, Beni Faisal tewas ditembak orang tak dikenal, Minggu (25/1) kemarin. Saat kejadian Beni ditembak di depan rumahnya di Jalan Pulau Raya 3 Nomor 38, Perumahan Way Kandis, Tanjung Seneng, Bandar Lampung."Korban mengalami luka tembak di rusuk kiri (di bawah ketiak) sampai tembus tembus ke punggung," ujar Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih kepada merdeka.com, Senin (26/1).Beni ditembak sekitar pukul 20.00 WIB. Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan terkait penembakan ini. "masih dalam pengembangan. Nanti kalau ada informasi kita sampaikan lagi," terangnya.Polisi belum bisa memastikan apakah penembakan kepada Beni ini terkait dengan pemberitaan atau tidak. Polisi sudah memeriksa saksi-saksi terkait kasus penembakan ini.

6. Batang, 28 Januari 2015Korban : Sejumlah WartawanPelaku : Yoyok Riyo Sudibyo (Bupati)Jenis : Pelarangan LiputanDi zaman kebebasan pers dan informasi saat ini, ternyata masih ada sekelas bupati yang berupaya untuk menghalang-halangi kinerja wartawan melakukan fungsi kerjanya sebagai kontrol sosial.Bupati Kabupaten Batang, Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo melarang wartawan meliput berita ribuan nelayan melakukan aksi demo. Nelayan protes terhadap kebijakan menteri berupa Peraturan Menteri Kelautan (Permen) no 2 Tahun 2015 pelarangan nelayan dengan menggunakan cantrang untuk dicabut.Yoyok Riyo Sudibyo, telah melakukan penghinaan terhadap wartawan saat unjuk rasa nelayan di depan Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, Jawa Tengah.Kejadian itu terjadi saat sejumlah awak media melakukan liputan aksi unjuk rasa ribuan nelayan di depan kantor Bupati."Kalau ada wartawan yang buat berita demo ini berarti wartawan itu 'goblok' ujar Yoyok di hadapan ribuan massa aksi Rabu (28/1) siang hingga sore hari itu.Ucapan yang dilontarkan Bupati serentak langsung disambut oleh massa nelayan dengan teriakan kecewa. "Huuuuuuu," teriak nelayan secara serentak.

Page 3: Manado, 14 Januari 2015

Mendengar umpatan tersebut, puluhan wartawan yang sedang melakukan peliputan langsung meminta klarifikasi. Puluhan wartawan langsung mendatangi kantor Bupati, guna klarifikasi tentang pernyataan Bupati Batang yang hobi bermusik dan punya group band tersebut.Puluhan wartawan yang tergabung dalam Wartawan Laskar Pantura, Jawa Tengah mendesak Bupati Yoga untuk meminta maaf atas ucapan di hadapan massa nelayan.Selain itu mereka juga akan melakukan aksi boikot terhadap segala kegiatan liputan di lingkungan Pemkab Batang.Anggota Laskar Pantura Dani Wisnu mengatakan bupati harus menjelaskan maksud ucapan tersebut. "Sebagai awak media kita harus memberitakan dengan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Sangat tidak pantas Bupati mengumpat seperti itu maksudnya apa" tegasnya.Sejumlah wartawan rencananya akan melakukan aksi boikot peliputan di kabupaten batang sebagai tanda protes, atas umpatan yang dilakukan oleh sang bupati. Sementara saat ditemui oleh sejumlah wartawan Yoyok meminta maaf, dirinya berjanji akan merubah gaya bahasa."Saya minta maaf, saya berjanji akan merubah gaya bahasa saya," ujarnya. Jawaban tersebut belum memuaskan para awak media yang bertemu dengan Bupati. Sehingga ke depan puluhan wartawan di Pantura tersebut akan melakukan boikot terhadap segala peliputan di Pemkab Batang, Jawa Tengah.

7. Manokwari, 29 Januari 2015Korban : Risaldi, Harian Pagi Cahaya Papua Pelaku : MassaJenis : PenganiayaanRisaldi Wartawan Harian Pagi Cahaya Papua Manokwari dianiaya massa saat wawancara salah seorang warga TKP terkait aksi pemalangan jalan raya itu.Handphone milik korban yang digunakan untuk merekam wawancara dirampas, dibanting dan disita oleh massa yang melakukan aksi blokade jalan tersebut.Tidak hanya handphone di rampas, Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua itu juga sempat dipukul dan ditendang oleh massa.Korban selamat setelah ditolong oleh Ketua RT setempat dari amukan massa.Wakil Pimpinan Umum Harian Pagi Cahaya Papua Manokwari Patrik Burumbun mengatakan, kasus penganiayaan dan perampasan handphone Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua tersebut sudah dilaporkan ke Polres Manokwari guna proses hukum.Kekerasan terhadap wartawan sering kali terjadi ketika meliput peristiwa. Upaya wartawan sebagai kontrol sosial kerap dihalang-halangi.Seperti yang terjadi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, dua wartawan dianiaya sekelompok massa yang melakukan aksi blokade jalan raya akibat kecelakaan maut yang menewaskan salah seorang warga setempat, Kamis (29/1)."Kami sudah melaporkan kasus penganiayaan dan perampasan handphone wartawan kami kepada Polres Manokwari dengan harapan pihak kepolisian mencari dan proses hukum pelaku penganiayaan itu," ujar Patrik, seperti dilansir Antara.Dia mengatakan kasus ini dilaporkan guna di proses hukum agar menjadi contoh bagi masyarakat yang lain di daerah ini bahwa menganiaya wartawan ada sanksi hukumnya.Selain Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua salah seorang kameraman Tasindo TV Manokwari bernama Nadap juga dianiaya saat lintas di TKP blokade jalan hingga korban mengalami luka serius dan sempat di rawat di RSUD setempat.

8. Bogor, 30 Januari 2015Korban : Juanda, Trans 7Pelaku : SQ, DokterJenis : Perampasan AlatSeorang dokter berinisial VQ yang menjabat Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi, Kabupaten Bogor,nekat merampas kamera milik kontributor televisi Trans7.Perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan dokter tersebut terjadi Jumat (30/1) sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu Juanda wartawan Trans7 hendak meliput korban luka-luka kecelakaan tabrakan beruntun di Jalan Raya Bogor-Sukabumi yang dirawat di ruang IGD RSUD Ciawi.Saat berusaha mengambil gambar, tiba-tiba dr VQ melarang hingga terjadi perampasan kamera milik wartawan Trans7 yang sehari-harinya meliput wilayah Bogor untuk mengambil gambar beberapa pasien korban kecelakaan truk kontainer maut."Saya juga bingung, kenapa tiba-tiba dirampas, padahal sebelumnya saya sudah berusaha minta izin ke Kepala Humas RSUD Ciawi melalui telepon genggam tapi ketiga nomornya gak aktif. Akhirnya saya minta izin ke satpam dan diizinkan, makanya saya berani mengambil gambar di area RSUD," jelasnya.Juanda menyesalkan tindakan arogan itu dilakukan saat dia mengambil gambar yang memang area publik, dalam hal ini bukan di dalam ruang IGD. "Saya ngambil gambarnya di luar pintu IGD, kalau tidak percaya pihak RSUD nya ada kok bukti perampasan dan pengambilan gambarnya," ujarnya.Sebelum terjadi perampasan, dia sempat adu mulut perihal izin meliput di RSUD dengan dokter tersebut. Bahkan, keributan sempat terjadi di depan pintu IGD, sehingga satpam yang sedang berjaga berusaha melerainya."Yang sempat saya tidak terima lagi, oknum dokter itu juga mengancam akan menghapus gambar hasil peliputan yang ada di dalam kamera. Tapi dia (oknum dokter) langsung pergi ke atas ke ruang Bagian Tata Usaha dan saya langsung mengikuti," tambahnya.

Page 4: Manado, 14 Januari 2015

Saat di ruang Bagian TU RSUD Ciawi, akhirnya keributan itu berhasil diredam dan pihak rumah sakit baru mau mengembalikan mengembalikan kamera yang dirampas oleh dokter tersebut. "Yang mengembalikan kameranya bukan oknum dokter itu, tapi Kepala Bagian TU RSUD Ciawi," ungkapnya.Sementara itu, Direktur Utama RSUD Ciawi Drg.Hesti Iswandari Soedarsono saat dikonfirmasi mengakui bahwa dokter yang bekerja di institusinya telah melakukan perbuatan tidak terpuji."Ya kami minta maaf atas kejadian yang dipicu karena miss komunikasi atau kesalahpahaman, secara institusi kami bersedia meminta maaf, dan akan jadi pembelajaran agar peristiwa serupa tidak terulang," ujarnya, singkat.Sementara itu, Anggota Dewan Penasihat Forum Wartawan Harian Bogor (FWHB) Soewidia Henaldi menyatakan pertemuan yang dilakukan antara wartawan dengan jajaran direksi RSUD Ciawi beberapa jam setelah kejadian bukan merupakan jalan terakhir penyelesaian masalah perampasan kamera."Yang kita persoalkan kenapa dari pihak RSUD terkesan melindungi dan menyembunyikan pelaku perampasan kamera teman kita. Kita akan lakukan somasi terhadap RSUD Ciawi dan Pemkab Bogor telah melecehkan dan menghalang-halangi profesi dan kerja wartawan yang jelas-jelas dilindungi Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers," tegas wartawan Wartakota yang bertugas di Bogor itu.

9. Bekasi, 19 Februari 2015Korban : Randy Yosetiawan PriogoPelaku : Tak DikenalJenis : PengeroyokanSeorang wartawan media lokal harian di Bekasi menjadi korban pengeroyokan oleh sejumlah orang tak dikenal, Kamis (19/2) kemarin petang. Korban mengalami luka memar di pipi, pelipis, serta punggung.Menurut keterangan korban, Randy Yosetiawan Priogo (27), peristiwa itu bermula ketika dia diundang oleh Ketua DPC PAN Kecamatan Bekasi Utara, Iryansyah untuk klarifikasi pemberitaan di media tempatnya berkarya.Korban dan Iryansyah lalu bertemu di sebuah rumah makan di Jalan Serma Marzuki, Kecamatan Bekasi Selatan. Iryansyah ditemani oleh Ketua DPD PAN Kota Bekasi, Faturahman. Setelah bertemu dan berbincang, tiba-tiba korban diserang oleh dua orang tak dikenal.Korban menduga pengeroyokan itu berkaitan dengan pemberitaan edisi 18 Februari 2018, berjudul 'DPC Bekasi Utara Sebut Pimpinan DPD Masa Bodo'."Padahal saya nulis sudah sesuai fakta dan sudah konfirmasi, tapi malah langsung dipukul," katanya.Atas kejadian itu, korban mengadukan ke Polresta Bekasi Kota atas tuduhan pengeroyokan oleh orang tak dikenal dengan nomor laporan polisi dengan nomor LP/278/K/II/2015/SPKT/Resta Bekasi Kota."Saya dipaksa menyerahkan KTP dan dicatat sama mereka alamat rumah saya. Dia bilang hati-hati karena sudah dicatat alamat rumahnya," katanya.

10. Ternate, 23 Maret 2015Korban : Ibeng, Berita SatuPelaku : PolisiJenis : PemukulanKontributor Beritasatu TV menjadi korban kekerasan oknum polisi saat menjalankan tugasnya di kota Ternate, Maluku Utara, akhir pekan lalu.Menurut kronologi yang berhasil dihimpun, peristiwa tersebut terjadi ketika kameramen Hijrah Ibrahim alias Ibeng bersama para jurnalis dari media lain tengah meliput reka ulang kasus pembunuhan di Kelurahan Gamalama, sekitar pukul 16.00 WIT, Sabtu (21/3).Saat itu para awak media minta izin untuk diperbolehkan mengambil gambar di tempat kejadian peristiwa (TKP) namun tidak diberikan, dan malah terjadi aksi dorong oleh sejumlah anggota Sabhara yang berjaga.Korban terus didorong paksa keluar karena tidak diizinkan meliput di dalam, dan ketika itu tanpa sengaja menyenggol wajah anggota polisi bernama Briptu Arman. Insiden kecil itu rupanya memicu kemarahan para anggota polisi yang lain dan korban dikeroyok.Ibeng hanya bersikap pasif dan tidak melawan sama sekali ketika ditendang dan dipukul oleh para oknum polisi tersebut hingga mengalami luka di wajah.Malam harinya, korban ditemani sejumlah wartawan lain di Maluku Utara melaporkan kasus tersebut ke Polda Maluku Utara, dengan nomor laporan: STPL/08/III/2015/SPKT.Kejadian ini memicu protes dari sejumlah pihak, termasuk Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) di Ternate. Ketua AJI Ternate, Mahmud Ici, mendesak Kapolda Malut untuk mencopot jabatan Kapolres Ternate dan Wakapolres Ternate karena dianggap tidak menghormati kerja jurnalistik.

11. Ambon, 24 Maret 2015Korban : Saleh TuhuteruPelaku : Ipda SU, PolisiJenis : Ancaman PembunuhanSeorang oknum anggota Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease yang diketahui berinisial SU, Selasa (24/3/2015), mendatangi kantor redaksi harian surat kabar Info Baru di kawasan Galunggung, Kecamatan Sirimau, Ambon, sambil mengamuk dan mengancam akan membunuh salah seorang wartawan koran tersebut.

Page 5: Manado, 14 Januari 2015

Kedatangan Ipda SU ke ruang redaksi koran harian lokal di Ambon itu pun membuat sejumlah wartawan yang berada di sana panik dan ketakutan. Kuat dugaan, kedatangan oknum anggota polisi itu terkait pemberitaan koran tersebut pada edisi Selasa (24/3/2015).Salah seorang wartawan koran tersebut, Saleh Tuhuteru, menuturkan dia sempat menanyakan kepada oknum anggota polisi tersebut perihal kedatangannya ke ruang redaksi, namun pertanyaan itu malah dijawab dengan nada ancaman. Polisi tersebut, menurut Saleh, mengancam akan membunuh wartawan dan merusak fasilitas serta membakar kantor itu.”Mana wartawan yang tulis berita tadi, saya akan bunuh dia, kalau perlu saya juga akan bakar kantor ini,” kata Saleh meniru ancaman yang dilontarkan Ipda US. Saat itu, Saleh lalu meminta sang polisi pergi dan keluar dari dalam kantor redaksi. Namun oknum polisi tersebut malah bergeming. "Saya tidak akan keluar dari sini. Panggil pemredmu sekarang ke sini,” kata Saleh kembali menirukan ucapan Ipda US. Aksi Ipda US terekam langsung melalui CCTV yang ada di kantor redaksi media cetak tersebut. Dalam rekaman itu, Ipda US datang dengan mengenakan baju kaos berwarna biru, celana jins biru muda dan topi berwarna hitam. Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Info Baru, Mansur, kepada wartawan mengatakan pihaknya akan melaporkan kejadian itu ke Polda Maluku dan Mabes Polri. Menurut Mansur, tindakan oknum polisi tersebut tidak bisa diterima karena sudah mengekang kebebasan pers dan mengancam keselamatan wartawan. "Apalagi ancaman itu dilakukan di kantor redaksi, seharusnya jika dia oknum polisi dia harus paham dengan undang-undang, bukan main ancam dan intimidasi," tegas Mansur. Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Ambon Abdul Karim Angkotasan meminta agar kasus ini dapat diproses sesuai hukum yang berlaku. Dia juga menolak intimidasi terhadap wartawan. "AJI menolak segala bentuk intimidasi terhadap wartawan dengan cara apapun," tegas Abdul Karim.Hingga kini, Kompas.com masih berusaha mengonfirmasi insiden tersebut ke kepolisian setempat.

12. Jogjakarta, 8 April 2015Korban : Sejumlah WartawanPelaku : Panitia PenyelenggaraJenis : Pelarangan LiputanAcara Bandung Conference And Beyond 2015 di Balai Senat UGM yang dihadiri Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mendapat protes dari para wartawan. Hal ini karena para wartawan yang hendak mewawancarai Menteri Retno justru dikunci di dalam Balai Senat ketika menteri wanita itu keluar dari balai senat.Kejadian tersebut bermula ketika para wartawan yang sudah berada sejak pukul 08.00 WIB berada di Balai Senat UGM untuk meliput acara Bandung Conference And Beyond 2015 yang dihadiri Menteri Retno. Tak berapa lama setelah acara berlangsung, Menteri Retno meninggalkan ruangan. Para wartawan pun serentak bergegas keluar ruangan. Namun saat sampai di pintu, para wartawan tidak bisa keluar karena ruangan sengaja dikunci oleh panitia. Menurut salah seorang wartawan, Harminanto, saat itu mereka sempat berusaha mendobrak pintu dan berteriak minta dibukakan pintu."Saya dan wartawan lain mau keluar wawancara Menlu tapi pintu di kunci dari luar oleh panitia. Kami hanya ingin wawancara, kenapa harus di kunci, kenapa panitianya seperti ini," katanya, Rabu (8/4).Setelah Menteri Retno pergi, barulah pintu dibuka oleh panitia. Para wartawan pun mendatangi panitia dan memprotes panitia yang menghalangi kerja wartawan.Sementara itu, ketika dikonfirmasi Rektor UGM Dwikorita Karnawati mengaku tidak tahu dengan kejadian tersebut. Menurutnya Menteri Retno terburu-buru mengejar pesawat karena harus segera pulang ke Jakarta."Tadi Menlu tergesa-gesa mengejar pesawat. Saya tidak tahu kalau wartawan dikunci di dalam Balai Senat. Saya minta maaf dan akan kami selesaikan nanti dengan panitia," tandasnya.

13. Jakarta, 27 April 2015Korban : 4 Jurnalis yang meliputPelaku : Puluhan petugas keamananJenis : Pemukulankekerasan terhadap wartawan di tanah air terjadi. Kali ini 4 wartawan yang sedang meliput tak tanggung-tanggung dikeroyok oleh puluhan Satpam Apartemen Cempaka Mas – Jakarta, Senin (27/4-2015) siang. Padahal peristiwa kekerasan terhadap wartawan di Indonesia yang sering terjadi, pernah dikecam jurnalis internasional dan merupakan peristiwa memalukan di negara yang katanya menghormati hak asasi dan demokrasi ini.Keempat korban kekerasan puluhan Satpam brutal yang dikomandoi komandan mereka itu, adalah Rani (RCTI), Kurniawan (Beritasatu.com), Samarta (SCTV), dan Muhammad Rizki (MetroTV).Peristiwanya bermula ketika para wartawan sedang meliput aksi demo puluhan penghuni apartemen elit itu kepada pihak pengelola. Penghuni menyoal pemadaman listrik yang dilakukan sewenang-wenang, dibilang tidak bayar rekening listrik – padahal menurut penghuni mereka sudah bayar.Empat wartawan tak dapat menghindar jadi bulan-bulanan dipukuli puluhan Satpam bringas dan bahkan merusak kamera wartawan. “Seharusnya kalau kehadiran kita tak dikendaki untuk meliput demo di apartemen itu, Satpam bisa memberitahu baik-baik. Kita pasti ngerti, tapi jangan pukul seperti ini. Mereka yang nggak mau ngerti dan langsung saja main tangan,” tutur Rani sambil memperlihatkan luka lebam di wajahnya.

Page 6: Manado, 14 Januari 2015

“Kita hanya ingin meliput demo tarif listrik para penghuni di lantai lima apartemen itu, tapi mereka main tangan, bahkan komandan Satpam menyuruh anak buahnya menyerang kami. Bahkan ketika kita mundur keluar, terus dipukuli atas komando Komandan Satpam,” ujar Rani.Rani dan Kurniawan mengalami luka berat, Samarta dan Muhammad Rizki luka ringan. Para jurnalis yang bekerja di bawah payung Undang-undang Pers itu sudah melapor ke Polres Jakarta Pusat, minta peristiwanya diusut tuntas.Korban menyesalkan keberutalan para petugas keamanan apartemen Cempaka Mas tersebut apalagi keberingasan atas komando sang komandan. Bukan mustahil pula atas provokasi pengelola apartemen Cempaka Mas yang tak ingin kebobrokan administrasi mereka diketahui

14. Garut, 27 April 2015Korban : Sejumlah wartawanPelaku : Security pabrik sepatu nike PT. Changsin Reksa JayaJenis : Pengusiran dan pelarangan liputansejumlah wartawan yang hendak meliput agenda Menteri Perindustrian (Menperin) di pabrik sepatu Nike, PT Changshin Reksa Jaya, usai kunjungannya di sentra industri kulit Sukaregang, Garut diusir paksa petugas keamanan pabrik. Bahkan beberapa orang diantaranya mendapat perlakuan yang tidka mengenakan dari pihak keamanan pabrik."Kami datang ke Polres Garut untuk melaporkan adanya pelarangan peliputan dan perbuatan tidak menyenangkan. Saat kami bertugas untuk meliput kegiatan Menteri Perdagangan Saleh Husin ketika berkunjung ke PT Changshin di Kecamatan Leles, pihak keamanan melarang masuk dan meneriaki kami sebagai penyusup," kata Ii Solihin, kontributor MNC Media di Garut beberapa waktu lalu.Ii menuturkan, mobil Toyota Corona yang dikemudikannya berada dalam satu rombongan iring-iringan menteri. Namun sesaat setelah memasuki kompleks pabrik sepatu Nike itu, mobil yang dikendarainya dicegat dan diperintahkan pihak keamanan untuk mundur ke luar gerbang pabrik."Kami diminta untuk berhenti dan keluar dari pabrik. Padahal jelas-jelas dari humas kementrian untuk ikut bersama dalam iring-iringan rombongan agar bisa melakukan peliputan," sebutnya.Aep Hendy, wartawan media cetak membenarkan adanya insiden itu. Dia menilai wartawan berhak melaksanakan tugas jurnalistiknya.

15. Jayapura, 30 April 2015Korban : Yohanes KuayoPelaku : PolisiJenis : PenangkapanKronologi Penangkapan Wartawan MAJALAH SELANGKAH (www.majalahselangkah.com) Atas Nama Yohanes Kuayo Oleh Satgas Polda Papua dan Tim Khusus Polres Nabire Saat Melakukan Tugas Jurnalistik di RSUD Nabire, Kamis 30 April 2015Kamis, 30 April 2015, Pukul 11: 00 WIT, wartawan (koresponden) majalahselangkah.com wilayah Nabire dan Dogiyai, Yohanes Kuayo pergi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire untuk melakukan peliputan tentang Panglima Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Devisi II Pemka IV Pembela Keadilan Wilayah Paniai, Leonardus Magai Yogi dan dua temannya yang tertembak dalam kontak tembak dengan Tim Satgas Polda Papua dan Tim Khusus Polres Nabire di Kampung Sanoba Atas Distrik Nabire, Kamis (30/04/2015), pukul 10:40 waktu setempat.Ketika tiba di sana (UGD RSUD), beberapa wartawan lain, Rein Windesi dari Metro TV dan Firdaus, seorang wartawan TV lainnya sudah berada di sana. Yohanes meminta keterangan kepada komandan Timsus tetapi ditolak dengan alasan masih belum bisa berikan keterangan kepada siapa pun. Setelah itu, Yohanes masuk ke UGD untuk mengambil data tetapi belum boleh masuk ke sana.Setelah sekitar 30 menit kemudian, Yohanes melihat banyak orang masuk keluar dii UGD. Ia juga masuk ke UGD untuk meminta keterangan soal para korban penembakan ini. Di dalam, ia masih belum berhasil mendapatkan data. Ia haus dan keluar UGM untuk membeli minum. Pada saat itu, situasi di depan UGD RSUD Nabire dijaga super ketat.Yohanes tidak sempat membeli minum dan kembali segera ke UGD karena ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Setelah masuk ke UGD, Yohanes menemui dokter di bagian rekam medik. Ia duduk di kursi tempat rekam medik dan meminta data tetapi dokter mengatakan meminta data kepada dokter yang menangani korban. Saat terjadi komunikasi inilah Yohanes Kuayo ditangkap beberapa polisi dan dinaikan di atas mobil polisi.Saat ia ditangkap (pukul 12: 00), Yohanes sempat sampaikan bahwa ia adalah wartawan dan sedang melakukan peliputan jurnalistik. Tetapi, polisi tidak merespon. Hanphone milik Yohanes diambil polisi. Sementara tas yang berisi surat tugas, laptop, flashdisk, dan buku diambil polisi lainnya. Tanpa bicara banyak, Yohanes dibawa ke kantor Tim Khusus Polres Nabire.Sekitar Pukul 12:30 WIT, Pemimpin redaksi Majalah Selangkah, Yeremias Degei menemui komandan Tim Khusus Polres Nabire. Mereka menyampaikan bahwa Yohanes Kuayo adalah wartawan dan sedang melakukan peliputan jurnalistik.Saat ditemui, Yohanes Kuayo dalam kondisi diborgol. Setelah pihak Majalah Selangkah meminta untuk melepaskan borgol tersebut, barulah borgol dilepaskan dari tangan Yohanes.Komandan Tim Khusus Polres Nabire mengatakan, Yohanes Kuayo ditangkap karena berada di areal sterill dengan mengenalan pakai bertuliskan “Free West Papua”. Lalu, kami sampaikan, pakaian, noken, topi yang ada tulisan “Free West Papua” itu di mana-mana sudah beredar banyak. Bahkan ada pakaian yang bergambar bintang kejora.

Page 7: Manado, 14 Januari 2015

16. Bantul, 5 Mei 2015Korban : Ayodya PutriPelaku : PaspampresJenis : Pelarangan LiputanKejadian ini dialami jurnalis media nasional suara.com Wita Ayodya Putri. Bermula saat korban meliput kegiatan peluncuran program listrik nasional 35.000 megawatt (MW) di Pantai Goa Cemara, Desa Gadingsari, Sanden, Bantul yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo.Selain meliput peluncuran program listrik 35.000 MW, oleh medianya, korban juga ditugaskan mewawancarai Joko Widodo tentang aksi bakar diri seorang buruh di Jakarta saat momentum hari buruh internasional (Mayday) 1 Mei lalu. Wawancara langsung dengan presiden hanya memungkinkan dengan doorstop, menyetop presiden untuk wawancara sebelum meninggalkan lokasi.Pada saat wawancara doorstop tengah berlangsung, posisi korban berada di bagian belakang kerumunan para awak media yang tengah mewawancarai presiden isu lainnya. Paspampres kemudian memberikan akses agar korban bisa lebih dekat dengan presiden sehingga dapat leluasa wawancara.Korban baru sempat berkata "Pak" (belum direspon presiden), tiba-tiba dari belakang (belakang sebelah samping kanan korban) seorang laki-laki sontak mengatakan, "Mau tanya apa?". Korban menjawab, "Mau tanya soal kasus buruh di Jakarta kemarin". Laki-laki itu menjawab ; "Ngapain kok tanya-tanya soal buruh, tanya aja soal program ini," bentak laki-laki itu.Tidak hanya berkata kasar, lelaki itu juga menjewer kuping korban sebanyak dua kali dan berkata; "Awas ya kalau tanya-tanya soal buruh, tanya aja soal program ini". Tidak berhenti disitu saja, lelaki itu juga memegang pinggang korban dan berkata, "Awas ya tak cubit kalau sampai tanya soal buruh". Pinggang korban dipegang hingga wawancara doorstop selesai.Saat itu korban hanya bisa diam, bingung dan merasa tertekan serta terintimidasi dengan perlakuan lelaki berkemeja putih tersebut. Korban merasa shock saat dijewer di depan umum, padahal korban merasa tidak melakukan kesalahan. Korban juga menggunakan ID card pers dan membawa buku bloknote bertulis Aliansi Jurnalis Independen saat liputan tersebut, sehingga membuktikan bahwa korban seorang wartawan. Korban merasa dilecehkan dan diintimidasi dengan sikap pelaku tersebut.Akibat sikap pelaku, korban merasa dihalang-halangi saat melakukan tugas peliputan, karena tangannya berada di pinggang korban dan siap untuk mencubit korban. Saat itu korban hanya bisa diam mengikuti perintah pelaku karena sebelumnya korban sudah dijewer yang menurut korban hal tersebut lumayan sakit dan memalukan korban di depan umum. Korban merasa tidak terima namun saat itu tidak dapat berbuat banyak karena korban diancam.Malam harinya saat korban sudah merasa lebih tenang dan sudah menyelesaikan kewajiban liputannya, akhirnya korban bertanya pada temannya, salah satu wartawan yang bertugas di istana negara untuk mencari tahu siapa laki-laki atau pelaku yang melakukan pelecehan dan intimidasi pada korban.Korban menyebutkan ciri-ciri pelaku, berbadan sedikit pendek, agak gemuk dan berkulit gelap. Teman korban lalu mengirimkan sebuah foto apakah pelaku adalah orang yang dimaksud. Ternyata benar adanya, korban mengakui orang di foto itu adalah lelaki yang sama yang telah menghalangi peliputannya. Pelaku ternyata adalah Kepala Biro Pers Istana, Albiner Sitompul.

17. Jayapura, 11 Mei 2015Korban : Viktor Palembangan / Cenderawasih PosPelaku : Numfor Thomas E Ondi (Bupati Biak)Jenis : PemukulanBupati Biak Numfor Thomas E Ondi diduga memukul Viktor Palembangan, wartawan surat kabar Cenderawasih Pos, di kompleks Perumahan SKB Rigge, Biak, Sabtu (9/5) sekitar pukul 15.00 WIT. Pemukulan terjadi karena Thomas kesal dengan salah satu berita yang ditulis korban yang dimuat pada 8 Mei 2015.Penjelasan Viktor kepada pihak Cenderawasih Pos, Bupati Biak Numfor kesal karena berita tentang musibah kebakaran di Pasar Inpres Biak pada 7 Mei 2015. Thomas menilai berita itu tidak memuat upaya pemda Biak membantu ratusan korban dalam musibah itu.

18. Semarang, 25 Mei 2015Korban : Seluruh WartawanPelaku : Fahri Sundah (anggota BEM Unissula)Jenis : PelecehanKasus pelecehan yang dilakukan oleh Fahri Sundah, seorang anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sultan Agung (Unissula) Kota Semarang, Jawa Tengah terhadap wartawan saat demo Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) akhirnya diselesaikan dengan jalan damai.Jajaran Universitas Sultan Agung (Unissula) mendatangi Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng di Jalan Tri Lomba Juang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (25/5) untuk meminta maaf.

19. Makassar, 8 Juni 2015Korban : Muhammad Nur Bone (MNC TV)Pelaku : Tidak dikenalJenis : PenembakanJurnalis MNC Media Muhammad Nur Bone terkena anak panah saat akan meliput, Senin (8/6/2015) dini hari. Hingga kini, aparat Polsek Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, masih mencari pelakunya.

Page 8: Manado, 14 Januari 2015

Ditemui di kantornya, Senin (8/6/2015), Kapolsek Bontoala Kompol Basri Jafar mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas dan bakal mendapatkan pelaku pemanahan tersebut. Untuk kepentingan itu, pihaknya meminta bantuan Polrestabes Makassar.Basri Jafar menambahkan, pihaknya belum mendapatkan ciri-ciri pelaku lantaran Muhammad Nur Bone belum dapat dimintai keterangan akibat luka yang diderita di bagian dagu sebelah kirinya.Sementara itu, Kanitreskrim Polsek Bontoala AKP Suradi mengaku dirinya mendapatkan laporan dari korban Muhammad Nur pada pukul 00.15. Menurutnya, korban yang ditemani teman seprofesinya langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar guna divisum.

20. Padang, 19 Juni 2015Korban : Dua wartawan (Yudefrizal)Pelaku : Yel (Supir pengantar beras)Jenis : PengusiranDua wartawan yang usai melakukan tugas wawancara dengan Yones Esva, wakil pimpinan di Bulog Pasaman Yones Esva, tiba-tiba ditantang salah seorang bagian sopir pengantar beras ke masyarakat bernama Yel.Menurut Yudefrizal salah seorang wartawan, keributan itu saat hendak mengambil foto, tiba-tiba datang sebuah mobil Avanza warna hitam. Tak lama kemudian, pengendara yang diketahui bernama si Yel turun dan langsung marah-marah tidak beralasan.“Manga ang kamari, kalua ang dari siko. Bulog ndak paralu diberitaan do. Kalua ang dari siko ndak, kalau ndak pai den tinju ang baduo lai, (mengapa kamu kesini, keluar kamu dari sini. Bulog tidak perlu diberitakan, keluar kamu dari sini, kalau tidak pergi saya tinju kalia berdua," ujar Yunefrizal menirukan kalimat Yel, Minggu (21/6/2015) Dikatakan, pengancaman yang dialaminya bersama Willian rekannya sesama wartawan yang bertugas di Kabupaten Pasaman terjadi Jumat 19 Juni 2015 sekitar pukul 11.00 WIB. Kemudian kata Yunenfrizal. "Tidak boleh memberitakan tentang Bulog. Pergi kalian dari sini. Kalau tidak suka, bawa awak media lain ke sini. Kapan perlu wartawan ‘paliang bagak, bia batenju wak, (kalau perlu wartawan paling hebat, biar kita bertinju)," kata Yunefrizal mempraktikkan kembali gertakan orang yang melarangnya liputan.Mendapat hal itu, kedua wartawan terpaksa balik arah. Bahkan Yones yang katanya wakil pimpinan di Bulog juga terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. "Kami melakukan peliputan sesuai kode etik jurnalistik. Tidak ada unsur memeras atau semacamnya. Atas tindakan ini kami bakal melaporkannya ke polisi," lanjut Yunenfrizal.Sementara Wiliam Abib mengatakan ketika dia marah-marah sama wartawan itu Yel oknum tersebut juga buka-buka baju. Ditubuhnya ada tato. "Karena melihat kondisi itu akhirnya kamu pulang saja," tuturnya.Tak terima kejadian itu akhirnya kedua wartawan yang mendapat pengancaman itu melapor kepada SPKT Polres Pasaman, Sabtu 20 Juni 2015 bersama teman-teman wartawan lainnya.Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang mengecam perilaku petugas Bulog Kabupaten Pasaman yang mengancam wartawan yang sedang melakukan tugas liputan. Menurut Ketua AJI Padang Yuafriza, kelakuan pelaku jelas tindakan merupakan menghalangi kemerdekaan pers dalam mendapatkan informasi seperti yang dijamin pada UU RI Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 ayat 1, 2 dan 3. Dalam mengerjakan tugas, wartawan mendapat perlindungan hukum (Pasal 8).Tindakan menghalangi kegiatan jurnalis harus dipidana seperti tercantum dalam pasal 18 ayat 1: Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta."Kita meminta Kepala Bulog Kabupaten Pasaman segera meminta maaf kepada wartawan dan media tempat si wartawan bekerja," ujarnya.Kemudian lanjut Yuafriza Kepala Bulog Kabupaten Pasaman memberikan sanksi kepada petugas yang tidak menghargai profesi jurnalis. "Semua pihak diminta menjalankan ketentuan tentang UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik," ujarnya.Tak hanya itu saja AJI Padang meminta Kapolres Kabupaten Pasaman segera menindak pelaku pengancaman sesuai dengan Pasal 18 ayat 1 UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers.

21. Purwokerto, 19 Juni 2015Korban : Abdul Arief (Tribun Jateng)Pelaku : Sejumlah mahasiswa dan pemilik kosJenis : IntimidasiKasus tersebut bermula dari peliputan razia sejumlah rumah indekos termasuk 'Pondok Ngudi Ilmi' dan 'Wisma Ronggojati' yang disinyalir sering menjadi tempat mesum dan kegiatan negatif lainnya oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja. Sejumlah rumah kos di Kelurahan Grendeng diperiksa. Beberapa mahasiswa juga sempat dibawa ke kantor Satpol PP.Sebagai bagian dari tugas jurnalistik, para jurnalis, termasuk Abdul Arif merekam proses razia tersebut termasuk mengambil foto saat petugas membawa para mahasiswa ke mobil Satpol PP. Ternyata, ada mahasiswa keberatan karena foto dirinya dan pacarnya saat dibawa ke dalam mobil Satpol PP dimuat di laman Tribunjateng.com.Mereka minta foto itu dicabut karena merasa tidak bersalah. Sayangnya lagi, pemilik kos tempat hunian mahasiswa tersebut ikut-ikut mengancam serta mengintimidasi Arif. Dia bahkan dengan nada tinggi dan membentak, sempat meminta Arif memasang permintaan maaf di semua media cetak lokal selama beberapa hari.

Page 9: Manado, 14 Januari 2015

Gregorius menegaskan, desakan pemilik kos yang notabene merupakan kaum terpelajar tersebut sangat disayangkan. Hal ini menandakan mereka tidak memahami proses kerja dalam pers. Dalam peristiwa ini, Arif bahkan sempat diminta menghadap ke rumah pemilik kos yang diliput itu. Oleh karena merasa terintimidasi, Arif akhirnya memilih berdiskusi di Polsek Purwokerto Utara untuk berbicara dengan mahasiswa serta pemilik kos yang menolak menyebutkan nama saat diajak berkenalan itu.Terkait proses peliputan tersebut, Gregorius menjamin, Arif sudah menjalankan proses jurnalistik secara baik dan benar. "Dia hadir di lapangan dan apa yang dia laporkan termasuk hasil foto itu merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Laporan itu juga diperkuat konfirmasi dari petugas Satpol PP dan aparat kelurahan setempat," jelasnya.

22. Mataram, 3 Juli 2015Korban : Sadim (wartawan media lokal NTB)Pelaku : Dedy (Satpam Universitas Mataram)Jenis : PemukulanSadim (27), wartawan media lokal Nusa Tenggara Barat, dipukuli oleh satpam Universitas Mataram (Unram) bernama Dedy, Jumat (3/7) malam. Akibat pemukulan itu, korban mengalami luka sobek di bagian bibir atas sebelah kiri."Satpam itu memukul saya tepat di bagian rahang kiri menggunakan tangan kanannya," kata Sadim usai memberikan keterangan kepada penyidik Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Mataram, Sabtu (4/7).Pemukulan itu terjadi berawal saat Sadim hendak mengambil kendaraannya di Fakultas Teknik Unram, sekitar pukul 21.00 WITA."Awalnya saya mau mengejar liputan peristiwa kebakaran di Cakranegara, jadinya saya ambil kendaraan dulu di kampus," ucapnya.Sadim yang baru selesai menghadiri acara buka puasa bersama dengan Kepala Kepolisian Daerah NTB Brigjen Pol Umar Septono beserta jajarannya di Lesehan Ijo Gading itu, masuk ke Unram melalui gerbang portal sebelah utara.Kemudian, saat korban masuk ke Unram diantar oleh seorang rekannya bernama Aan (27). Alumni Unram tersebut melihat ada batu bata yang tingginya sekitar 30 centimeter sengaja disusun berjajar, menutupi polisi tidur yang rusak."Saya melihat ada bekas runtuhan tembok yang sengaja disusun berjajar, menutupi polisi tidur yang rusak," katanya.Sehubungan hal itu, ketika akan melewatinya, korban kemudian menegur sekelompok Satpam penjaga."Saya bilang, pak itu batu jangan disimpan di sana, bisa bahaya, nanti kalau ada pengendara lewat dan tidak melihatnya, bisa jatuh," ucapnya.Setelah mendengar teguran itu, sembari berlalu melewati portal, salah seorang satpam penjaga kemudian berteriak dan mengeluarkan ucapan kotor, seraya tidak terima dengan ucapan korban."Woi ba***g, balik kamu," ucapnya meniru perkataan Dedy.Karena tidak terima mendengar perkataan tersebut, Sadim kembali memutar arah kendaraan yang dikemudikannya dan mendekati sekelompok satpam penjaga."Saat saya datangi mereka, yang berteriak itu langsung mendekati saya," ujarnya, seperti dilansir Antara.Sadim yang masih di atas kendaraannya itu kemudian bertanya kepada satpam tersebut. "Saya bilang, kenapa bapak ngomong seperti itu, salah saya bicara?" katanya.Dengan wajah garangnya, Dedy langsung mencekik leher korban yang sedang berada di atas kendaraannya itu."Saya dicekik, sembari dia mengatakan, mau apa kamu, tidak terima?" katanya meniru perkataan pelaku.Dedy dengan gaya arogannya berkata seperti itu, membuat korban membalas ucapannya. "Jelas saya tidak terima pak, itu kan bahaya, kalau ada yang jatuh bagaimana?" ujarnya.Tanpa membalas ucapan korban, pelaku langsung melayangkan pukulan ke wajah korban yang sedang berada di atas kendaraan.“Langsung dia main pukul, dan saya ditarik, kendaraan saya jatuh," katanya.Berawal dari kejadian itu, satpam penjaga lainnya langsung mengepung kedua alumni Unram tersebut. "Saya ditarik, diancam, dan mau dipukul lagi, teman saya juga begitu," ucap Sadim.Saat korban mengatakan akan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib. Sekelompok satpam penjaga itu semakin bertingkah garang."Mereka semakin arogan, kami dijegal oleh teman-temannya," kata Sadim.Kemudian, karena dalam keadaan terdesak, korban pun mengeluarkan kartu media persnya dan mengacungkan ke arah pelaku. "Saat mereka melihat kartu pers saya, aksinya mulai mereda, dan saya langsung mengajak rekan saya untuk pergi melaporkannya ke polisi," ucap Sadim.Sehubungan hal itu, Sadim langsung mendatangi SPKT Polres Mataram dan melaporkan aksi satpam penjaga di Unram tersebut."Sudah saya lapor dan langsung divisum di RS Bhayangkara Mataram," katanya.Laporan Sadim telah diterima dan kini menjadi catatan tindak kriminal di Satreskrim Polres Mataram sesuai dengan surat laporannya bernomor: LP/K/503/VII/2015/NTB/Polres Mataram, tertanggal 3 Juli 2015.Lebih lanjut, tim penyidik Polres Mataram telah memeriksa Sadim, hal itu tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yang dilaksanakan pada Jumat (3/7) malam.“Sudah dibuatkan BAP, rencananya oknum satpam itu dipanggil Senin (6/7), untuk diperiksa lebih lanjut," kata Sadim.

23. Jakarta, 7 Juli 2015Korban : Seluruh jurnalis yang meliputPelaku : Massa pendukungg Bupati Empat LawangJenis : Pemukulan dan Pengerusakan Alat

Page 10: Manado, 14 Januari 2015

Puluhan massa pendukung Bupati Empat Lawang, Budi Antoni Aljufri memukuli wartawan yang melakukan liputan di Gedung KPK, Kuningan. Insident tersebut bermula saat Budi dan istrinya, Suzana Budi Antoni di tahan usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka.Seperti dilansir dari metrotvnews, Massa yang berjumlah sekitar 30 orang tersebut datang ke KPK sejak senin sore. Mereka sengaja menunggu Budi dan istrinya yang sedang diperiksa penyidik KPK. Setelah Bupati Kabupaten Empat lawing tersebut keluar, massa pendukung merangsek menuju tangga gedung KPK.Ketika Budi dan istrinya keluar dengan menggunakan seragam tahanan KPK berwarna Orange, awak media yang berada didepan pintu keluar atau tepatnya di tangga gedung anti rasuah tersebut hendak wawancara dan mengabadikan foto Budi dan istrinya yang menuju mobil, massa tersebut langsung mendorong para wartawan dan terjadi lah insiden pemukulan.Akibat kejadian tersebut kamera seorang fotografer yang hendak mengambil gambarpun rusak. Kini salah seorang dari massa pendukung Bupati Empat Lawang tersebut diamankan petugas keamanan KPK dan diinterogasi terkait insiden pemukulan yang dilakukan terhadap beberapa wartawan.

24. Kupang, 13 Juli 2015Korban : Efron Suna (Reporter AFB TV Kupang)Pelaku : Hulu (Inhu) BupatiJenis : PemukulanReporter AFB TV Kupang, Efron Suna, melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang PNS Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi NTT, MJ. Efron mengaku ditampar MJ ketika sedang melaksanakan tugas peliputan."Saya ditampar oleh PNS itu sore tadi ketika akan melakukan liputan di kantor Gubernur NTT," kata Efron di Kupang, Senin (13/7) malam.Wartawan AFB TV ini menjelaskan, selain menampar atau memukul dirinya, secara kasar MJ juga melakukan tindakan tidak terpuji menarik kerah baju, mengambil kartu pers dan merampas handycam korban.Dia menjelaskan pada awalnya dirinya bersama salah seorang rekan kerjanya hendak bertemu dan mewawancarai Wakil Gubernur NTT Benny Litelnoni, namun yang bersangkutan masih ada urusan. Wakil gubernur pun menolak.Karena gagal bertemu dengan wakil gubernur, dia bersama rekannya itu pulang. Ketika pulang itu tiba-tiba dari arah depan MJ langsung menarik kartu pers rekan Efron yang berjalan mendahuluinya."Pada awalnya saya tidak menghiraukan hal tersebut, karena memang setahu saya teman saya dan pelaku sering bercanda dan saling mengenal. Tetapi ketika saya tanya apa yang dilakukan oleh orang tersebut (MJ), teman saya menjawab kartu persnya dirampas dan dibawa pergi tanpa alasan," tuturnya seperti dikutip Antara.Mendengar cerita rekannya tersebut Efron merasa kesal karena kartu pers yang digunakan sebagai identitas saat melakukan liputan dirampas tanpa alasan yang jelas.Efron mengatakan, ketika sedang berbicara soal perampasan kartu pers rekannya itu, tiba-tiba MJ muncul dan langsung memegang dan menarik baju Efron lalu menamparnya."Karena tak terima, saya kemudian bertengkar dengan dia sambil berusaha menelepon teman-teman jurnalis. Akan tetapi telepon seluler saya dirampas. Begitu pun saat saya mau ambil gambar terkait keributan tersebut, lagi-lagi MJ merampas kamera sambil terus mengikuti saya hingga tempat parkir," cerita Efron.Akibat tamparan atau pukulan itu, kata Efron, bagian wajahnya sempat mengalami cedera dan dikompres dengan air es. Efron berharap agar kepolisian mengusut tindakan kekerasan terhadap dirinya itu.Sementara itu dihubungi secara terpisah, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kupang Kota, Komisaris Dede Rochmana mengatakan pihaknya sedang mengecek laporan dari wartawan tersebut."Laporannya belum masuk ke Polres Kupang kota. Sebentar saya cek ke Kapolsek Maulafa dulu ya," kata Dede.Sementara itu, MJ sejauh ini belum berhasil dihubungi terkait dugaan melakukan penamparan terhadap Efron tersebut.

25. Tomohon, 24 Juli 2015Korban : Piter LokonPelaku : Polisi (Polres Kota Tomohon)Jenis : Penangkapan Jurnalis IndependenKemudian dalam gedung yang mana sedang bercerita antara Pejabat Kantor sinode kemudia kepala Intelkam Polres Tomohon datang mendekati lalu bertanya dengan tujuan apa datang Kesini, Jawab Lokon, saya datang mau liput berita kegiatan hari ini, lalu ditanya ID Card pa tidak ada Sehingga langsung ditangkap dan dibawah Ke Polsek di Ruang Intelkam Polsek Tomohon Tengah Untuk di Interogasi.Sesudah itu kembali bawah ke Polres Kota Tomohon di Ruang Intelkam dan “Intelijen Sistem Informasi Sidiksasi (ISIS)” lalu kemudian dilanjutkan kembali menginterogasi dari awal Jam 13.00 Sampai jam 16.40 Wita. Setelah Selesai Disuruh Buat surat Pernyataan dan tanda tangan bahwa saya tidak akan meliput berita, tetapi saya Menolak karena saya Jurnalis Bukan Baru, Karena saya sudah dari Tahun 2014, dan Kami mahasiswa sangat butuh informasi agar Orang Tua kami di Papua bisa ada respon mengenai Keluhana Mahasiswa disini tetapi tak ada informasi di publik sehingga mereka tak tahu apa isi hati mahasiswa Papua ingin disamapaikan kepada Orang Tua Mereka.Karena Beberapa Waktu lalu media di sulut terjadinya masalah kemarin itu media Sulut dibungkam, semua beritanya sangat Memihak dan kejadian sebenarnya ada tatetapi di Bungkam Makan Itu saya Tolak untuk buat pernyataan dan Menanda tangani.Dibawa ini Saat Interogasi ditangkap karena ada beberapa alasan. Diantaranya:

Page 11: Manado, 14 Januari 2015

1. Karena Berbeda Ras yang hadir saat Kegiatan di Kantor Sinode sehingga ditanggap dengan Mencurikan bahwa Mata-Mata.2. Karena tidak senangnya Meliput Berita Kepada Publik Mengenai Penangkapan Hiskia Meage tangga 21 Juni 201 Lalu.3. Tidak senangnya wawancara dari Media Tabloidjubi.com Melalui Telpon seluler atas penangkapan Hiskia oleh Polres Kota Tomohon Beberapa Bulan Lalu.Maka Kami Dari Kami Jurnalis Independen Menyampaikan Bahwa Keamanan Negara Republik Indonesia Agar tidak ada dikriminasi dan Menutup Ruang demokrasi kepada jurnalist untuk meliput berita. Karena Kami Mempunyai dan Tahu Etika dalam Memeberitakan atau Meliput Berita.Dimohon untuk memeberikan Ruang Demokrasi Kepada Kami Jurnalist Indenpendent untuk meliput berita Rakyat Indonesia dan Khusus Papua. Kami Bukan Pengacau, Kami Bukan Mata-mata, Kami bukan Membuat Keributan. Terima Kasih Kami Tahu Mana yang layak diluput mana yang tak layak untuk di publikasikan berita.

26. Pekanbaru, 30 Juli 2015Korban : Zulkifli Panjaitan (Harian terbit pekanbaru)Pelaku : Hulu (Inhu) BupatiJenis : PemukulanZulkifli Panjaitan (54), wartawan senior salah dari satu media cetak harian terbitan Pekanbaru, mengaku ditampar sebanyak 3 kali oleh bupati Indragiri Hulu (Inhu) Yopi Arianto, Kamis (30/7). Hal itu diduga karena pemberitaan soal dugaan kasus moral asusila. Tak terima rekannya dilecehkan, kawan-kawan seprofesi Zulkifli melakukan aksi unjuk rasa di kabupaten Kampar, Riau, guna memprotes arogansi Yopi.Belasan wartawan yang bertugas di Kampar pun menggelar aksi damai di Bundaran Balai Bupati Kampar, Jalan Prof M Yamin, Bangkinang Kota, Jumat (31/07). Aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas kepada Zulkifli Panjaitan, yang merupakan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Inhu.Aksi ini digelar oleh sejumlah organisasi kewartawanan yang berkedudukan di kabupaten Kampar, antara lain seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Gabungan Wartawan Indonesia (GWI), Forum Wartawan Kampar (FWK) dan Komisi Nasional Wartawan Indonesia (Komnas-WI).Menurut mereka, kekerasan terhadap Zulkifli telah menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis, saat menjalankan tugas mereka sebagai pewarta berita. "Kami mengecam kekerasan yang dilakukan Bupati Yopie," ujar Kimek, salah seorang wartawan dalam orasinya.Sebab, lanjut Kimek, kekerasan terhadap wartawan dinilai telah menginjak-injak martabat profesi mereka. Para demonstran tak menginginkan kekerasan terhadap wartawan terulang lagi. Kekerasan terhadap insan pers, menurut mereka, merupakan bentuk pelecehan berat terhadap profesi kewartawanan."Seharusnya pelaku kekerasan terhadap wartawan itu malu. Berarti mereka sama sekali tidak paham Undang-undang Pers. Ini pejabat ( Bupati Yopi) pula yang diduga menjadi pelakunya," ketus Kimek.Kimek menjelaskan, jika saja pelaku memahami Undang-undang Pers, maka pelaku pasti mengerti mekanisme yang telah jelas aturannya tersebut. "Bukan dengan melakukan kekerasan seperti preman," ketus Kimek.Dengan kejadian ini, para pengunjuk rasa mendesak agar UU Pers ditegakkan. Mereka mengingatkan agar pejabat atau public figur siap dikritik, apabila melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya. Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan tanpa pengawalan personel kepolisian berseragam itu, aksi berlangsung singkat. Peserta aksi membentangkan kain putih bertuliskan "Yopi Arogan. Stop kekerasan pada pers" sembari menggelar orasinya.

27. Pontianak, 8 Agustus 2015Korban : RS (Wartawan stasiun televisi)Pelaku : UA (Seorang oknum wartawan)Jenis : AncamanRS, kontributor sebuah stasiun televisi di Pontianak,Kalimantan Barat, mengaku diancam seorang oknum wartawan. Ancaman tersebut didapat RS saat meliput razia tempat hiburan malam (THM) yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Polda Kalbar, Ju -mat (7/8/2015) dini hari.Dari pengakuan RS, dirinya mendapat ancaman dari seorang tamu di THM yang terjaring razia yang mengaku sebagai wartawan. Oknum wartawan berinisial UA tersebut, kata RS, mengaku sebagai seorang wartawan mingguan sebuah surat kabar lokal di Pon-tianak."Setiap ruangan karaoke di THM diperiksa satu per satu, kemudian di salah satu kolong tangga, petugas BNNP melihat ada kaki seorang perempuan. Setelah dicek, rupanya itu adalah kaki wanita pemandu karaoke yang tengah bersembunyi bersama dua tamunya" ujar RS menceritakan suasana liputan saat kejadian kepada Kompas.com, Jumat.Setelah diamankan, lanjut RS, kedua tamu tersebut di antaranya merupakan oknum wartawan dan seorang karyawan bagian iklan di salah satu media cetak lokal Pontianak. Dari penuturan RS, saat itu dia sedang merekam video dengan kamera handycam bersama seo -rang wartawan cetak lainnya. Namun, tiba-tiba ia mendapat teguran keras dari seorang tamu yang sedang diperiksa petugas.Awalnya, lanjut RS, dia bersembunyi di bawah tangga karena tidak mau di tes urine oleh petugas BNNP. Namun, saat diperiksa, dia langsung mengeluarkan sebentuk lencana yang di dalamnya terdapat kartu pengenal wartawan."UA malah marah dan mengaku sebagai pelindung hukum wartawan se-Kalbar. Terus dia mengancam dan menunjuk-nunjuk muka wartawan lainnya. Padahal, tamu lainnya juga kami ambil gambarnya, namun tidak pula ada yang marah," kata RS dengan nada kesal.

Page 12: Manado, 14 Januari 2015

Dari hasil dari tes urine, oknum wartawan tersebut dinyatakan positif mengandung narkoba. Petugas juga menemukan bukti pesan singkat dari kedua oknum ini yang menyebutkan sedang memesan satu paket yang diduga narkoba dari seseorang."Dia ancam saya begini, 'Kamu jangan ambil-ambil gambar saya, nanti saya laporin ke kantor. Saya ingat muka kamu, saat di luar saya cari kamu nanti'," ucap RS menirukan ancaman oknum wartawan tersebut.Merasa terancam, RS pun melaporkan ancaman tersebut kepada pimpinan di kantornya. Tak hanya sampai di situ, dirinya juga akan melaporkan ancaman ini kepada Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kalbar."Saya akan melaporkan ancaman ini ke AJI. Mungkin teman-teman AJI bisa mengambil tindakan atau memberi petunjuk. Saya tidak berharap lebih, setidaknya ada kebijakan dari AJI untuk melindungi kawan-kawan pers yang sedang bertugas meliput di lapangan," pungkasnya.

28. Tangerang, 8 Agustus 2015Korban : Anggi MudaPelaku : Asep HidayatJenis : Pemukulan (dengan senjata tajam)Pelaku begal, Asep Hidayat, dihadiahi timah panas dari petugas Polsek Panongan lantaran menyerang seorang wartawan, Anggi Muda.Kejadian ini bermula saat petugas Polsek Panongan tengah melakukan patroli rutin di wilayahnya, Sabtu (8/8) malam dan mendapati Asep sedang, beraksi menggasak sepeda motor Suzuki Satria milik Agung Setiawan. Polisi lantas mengejar Asep hingga sempat terjadi aksi kejar-kejaran.Anggi yang kebetulan ada di situ ikut dalam aksi pengejaran itu.Saat tiba di Jalan Padat Karya, Panongan, Tangerang, pelaku menabrak pagar dan terjatuh. Namun bukannya menyerah, dia justru menyerang Anggi dengan sebilah pisau hingga mengakibatkan wartawan media online itu terluka di bagian lengan.Melihat pelaku sudah melakukan tindak kekerasan, petugas akhirnya melepaskan tembakan ke arah kaki pelaku hingga akhirnya tersungkur. Selanjutnya, pelaku berikut barang bukti sepeda motor rampasan diamankan ke Polsek Panongan. Sementara Anggy Muda dilarikan ke klinik terdekat guna mendapatkan penanganan medis.Saat dikonfirmasi, Kapolsek Panongan Kompol Kosasih membenarkan peristiwa itu. Saat ini pelaku sudah ditahan pihaknya dan masih dimintai keterangan.“Pada malam itu tersangka sedang beraksi kemudian ketahuan oleh petugas dan sempat terjadi kejar-kejaran. Pelaku malah melukai wartawan yang sedang meliput,” jelas Kompol Kosasih, Minggu (9/8).

29. Medan, 9 Agustus 2015Korban : Donna Ester HutagalungPelaku : Tidak dikenalJenis : PerampasanWartawati Harian Sinar Indonesia Baru (SIB), Donna Ester Hutagalung (39) dirampok di Jalan Kapiten Pattimura, Medan. Perampok menendang sepeda motornya dan merampas tas berisi uang tunai ratusan ribu rupiah, kartu ATM, STNK, SIM dan smartphone.Perampokan ini terjadi saat Donna baru pulang mengantar temannya ke Stasiun Besar Kereta Api Medan mengendarai sepeda motor Supra X warna hitam BK 4961 UO. "Temanku itu mau ke Kualanamu, naik kereta api bandara," kata Donna saat ditemui di Rumah Sakit Boloni, Jalan Monginsidi, Medan, Minggu (8/9).Usai mengantar temannya ke Stasiun Besar Kereta Api Medan, Donna mengaku langsung bergegas menuju ke rumahnya di Jalan Piano, Padang Bulan, Medan. Dia melintasi Jalan Imam Bonjol, Jalan Sudirman, lalu membelok ke Jalan Kapiten Pattimura. Di Jalan Kapten Pattimura, tepat di depan SPBU, tiba-tiba sepeda motor Donna ditendang. Dia terjatuh dan terluka. "Pelaku kemudian merampas tas saya. Mereka dua orang, naik sepeda motor Satria FU," ucapnya.Donna yang teluka di sekujur badan kemudian dibantu seorang personel TNI, yang kebetulan tengah menjaga keamanan SPBU tak jauh dari lokasi kejadian. Dia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Boloni.Hingga petang ini Donna belum melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Dia masih mendapatkan perawatan medis. "Setelah sembuh baru saya lapor," ucapnya.Perampokan seperti dialami Donna sudah sering terjadi di Kota Medan. Di antara korban bahkan sampai kehilangan nyawa.

30. Jambi, 13 Agustus 2015Korban : Yusnaini RaniPelaku : PolisiJenis : IntimidasiJurnalis Jambi mendesak Kapolda Jambi menindak tegas anggota Polresta Jambi yang melakukan aksi penghalangan dan intimidasi seorang wartawan saat meliput penangkapan pelaku narkoba. Mereka juga menggelar aksi solidaritas di Mapolda Jambi.Koordinator aksi Siti Masnidar dalam orasinya menuntut agar selain menindak tegas pelaku juga meminta agar kepolisian meminta maaf secara terbuka kepada seluruh wartawan Jambi dan khususnya wartawan harian Jambi Independent, Rani yang menjadi korban.Kemudian, mereka minta kepada kepolisian agar kejadian ini tidak terulang lagi di kemudian hari."Jangan sampai karena ulah segelintir oknum polisi membuat keharmonisan hubungan jurnalis dan kepolisian yang selama ini sudah terjalin baik menjadi terganggu," kata Siti Masnidar, Kamis (13/8).

Page 13: Manado, 14 Januari 2015

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Almansyah, yang menjadi perwakilan Kapolda mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Jambi Independent dan meminta maaf atas kasus itu.Polda Jambi sangat menyesalkan kasus perampasan HP milik wartawati Jambi Independent dan menghapus gambar kasus penangkapan narkoba tersebut."Untuk oknum yang bersangkutan saat ini sudah kita periksa di Propram Polda Jambi untuk diproses sesuai hukum," kata Almansyah.Ke depan, harapnya hubungan antara polisi dan jurnalis bisa lebih baik. Dia berjanji tetap menangani kasus ini dan memproses anggota yang menghalangi tugas jurnalis tersebut.

31. Jakarta, 28 Agustus 2015Korban : Kantor Berita DetikcomPelaku : Massa dipimpin oleh Bursah ZarnubiJenis : PengeroyokanTindakan massa yang dipimpin oleh Bursah Zarnubi itu merupakan bentuk intimidasi terhadap jurnalis dan mengancam kebebasan per-s.Kejadian ini bermula ketika kelompok massa anti-Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, berdemonstrasi di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Jalan Senopati, Jakarta Pusat, Jumat siang. Mereka meminta Ahok menghentikan penggusuran rumah pen-duduk di pinggir Kali Ciliwung.Detik.com memberitakan bahwa banyak sampah berserakan setelah unjuk rasa di depan rumah Dinas Gubernur. Kelompok massa itu tak terima atas pemberitaan itu, karena dianggap tidak akurat. Lalu dengan jumlah massa 50 orang, mereka datang menggeruduk kan-tor redaksi Detik.com. Sekitar 10 orang berupaya masuk ke ruang redaksi Detik.com dengan berteriak-teriak mencari-cari reporter yang menulis berita tersebut. Beberapa orang dari mereka membawa plastik sampah hitam untuk ditunjukkan ke redaksi bahwa mereka membersihkan sendiri sampah usai unjuk rasa.Atas tindakan massa ini, AJI Jakarta menyatakan tindakan menggeruduk dan mengintimidasi kantor media tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, ketidakpuasan terhadap sebuah berita, harus disele-saikan lewat mekanisme hak jawab dan hak koreksi, yakni memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan yang diang-gap merugikan. Bila tetap tidak terima, bisa mengadukan media ke Dewan Pers.Pasal 5 UU Pers mewajibkan media yang memberitakan tersebut wajib memuat hak jawab tersebut secara proporsional. Pasal 8 den-gan jelas dinyatakan bahwa dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum. Selain itu, UU Pers meny-atakan, untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pers, menurut Pasal 6, berperan melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.Adapun setiap orang yang secara sengaja melawan hukum melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi tugas pers terancam dipidana penjara maksimal dua tahun atau denda Rp 500 juta.Meski masalah pemberitaan Detik.com dianggap telah selesai dengan dilakukannya audiensi antara perwakilan massa dengan pimp-inan Detik.com dan pemuatan ralat, AJI Jakarta tetap mengecam penggerudukan ini. Peristiwa ini adalah preseden buruk bagi kebe-basan pers di tanah air dan menambah daftar panjang intimidasi terhadap pers.

32. Bone, 13 September 2015Korban : Lukman / Radar BonePelaku : PolisiJenis : AncamanAksi kekerasan yang dilakukan Rivai terjadi Minggu dinihari lalu, 13 September 2015. Rivai dan sejumlah anggota kepolisian dan TNI bersuka ria di sebuah tempat hiburan malam di Bone, Venom.Rivai yang dalam keadaan mabuk tiba-tiba mengamuk. Tanpa sebab yang jelas dia berteriak-teriak meminta Disc Jockey (DJ) di tempat hiburan malam itu turun dari atas panggung. Namun, tidak digubris.Mendapat informasi tentang peristiwa itu, enam wartawan yang biasa bertugas di Bone mendatangi Venom guna melakukan peliputan. Wartawan koran Radar Bone, Lukman, mencoba memotret suasana. Namun, dihadang oleh Rivai dan aparat polisi lainnya.Lukman sempat mendengar suara botol pecah, sebelum keluar dari Venon, karena terus didorong oleh Rivai dan teman-temannya. “Meski saya sudah berada di halaman Venom, Rivai masih mengejar saya sambil mengancam, bisa mengerahkan orang untuk membunuh saya,” ujar Lukman, yang kemudian melaporkan peristiwa itu ke Polres Bone.Wartawan lain yang mencoba melerai juga mendapat ancaman serupa. Mereka diusir dan dilarang meliput di dalam ruang Venom maupun di sekitar halaman tempat hiburan malam itu. Rivai sesumbar mengatakan dirinya tidak takut pada wartawan. Bahkan, kalau wartawan merasa keberatan atas sikapnya, dipersilahkan melaporkan ke atasannya Kepala Polres Bone. “Silahkan ke Kapolres, saya tidak takut.”Hingga kemarin, Rivai masih menjalani pemeriksaan oleh penyidik Satuan Profesi dan Pengamanan (Propam). Namun, wartawan tidak bisa memperoleh hasil pemeriksaan terhadap polisi arogan itu. Lukman juga menjalani pemeriksaan hampir tiga jam.Adapun Kepala Bolres Bone, Ajun Komisaris Besar Juliar Nugroho, mengaku sedang berada di Makassar, bertemu dengan sejumlah wartawan senior. “Gak usah digede-gedein lagi, ya," ucapnya. Sikap Juliar berbeda dengan sebelumnya, yang mengatakan Rivai tidak saja dijatuhi sanksi disiplin dan kode etik, tapi juga diperoses secara pidana.

Page 14: Manado, 14 Januari 2015

33. Batam, 22 September 2015Korban : Rahmat Purba BCN TVPelaku : Janiwan Simamora, security RSUD Jenis : PengusiranSekuriti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah mengusir wartawan lokal Batam saat ingin meliput di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Selasa (22/9/2015) siang. Pewarta langsung kesal dengan tindakan pihak sekuriti dan manajemen rumah sakit tersebut.Kejadiannya bermula saat pewarta ingin meliput korban bernama Ratno (32) yang dibacok seseorang di Kaveling Melati, Kelurahan Seipelunggut, Kecamatan Sagulung. Selanjutnya Ratno dilarikan ke rumah sakit tersebut dan pewarta tertarik ingin meliputnya, namun sekuriti yang bertugas di IGD bernama Janiwan Simamora langsung melarang. Awalnya dia menyampaikan supaya minta izin kepada Humas RSUD Embung Fatimah. Tidak hanya itu, dia juga menyarankan agar minta izin ke Polsek Sagulung supaya dapat masuk."Izin sama Humas dulu, atau ke polisi biar bisa masuk ke IGD," kata Janiwan kepada wartawan. Namun Janiwan tetap melarang meski Humas RSUD Embung Fatimah Nuraini berada di lokasi. "Kalau mau masuk ada Undang-Undangnya, sekarang tak boleh masuk sebelum ada izin. Sekarang jangan berdiri di depan pintu IGD," katanya.Salah seorang wartawan TV lokal BCN TV, Rahmat Purba mengaku kesal dengan aksi sekuriti bersangkutan. Karena saat dia mengambil visual, Rahmat malah didorong Janiwan keluar dari dalam IGD. Saking kesalnya, Rahmat menyampaikan kalau rumah sakit ini bukan miliknya, tapi milik umum. "Macam rumah sakitnya aja ini. Rumah sakit ini milik pemerintah dan rakyat," ujar Rahmat dengan kesal.Sementara itu, Humas RSUD Embung Fatimah Nuraini mengatakan, bukan maksud untuk melarang wartawan ingin meliput ke dalam IGD. Namun waktu sekarang belum tepat karena ruang IGD baru pindah beberapa hari. Saat ini ruangannya masih dalam penataan."Bukan tak boleh, ruangan kan baru dipakai beberapa hari. Tunggu saja dulu, nanti bisa kok," kata Nuraini di depan IGD.

34. Cianjur, 29 September 2015Korban : Eky Rizki, Cianjur EkspresPelaku : Petugas Keamanan PT QL AgrofoodJenis : Pelarangan LiputanPuluhan awak media di Cianjur menggelar aksi protes atas perbuatan tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh oknum keamanan PT QL Agrofood, Rabu (30/9/2015). Para wartawan dari berbagai media ini menyesalkan tindakan semena-mena yang dilakukan oknum itu.Demo ini diawali dengan penyampaian orasi yang diikuti aksi teatrikal para pewarta. Salah seorang wartawan berbaring di depan gerbang pabrik. Aksi ini sebagai bentuk masih adanya kekerasaan terhadap pekerja media.Eky Rizky (23), jurnalis dari Cianjur Ekspres mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat hendak meliput peninjauan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PDRD) Cianjur beserta Badan Lingkungan Hidup Cianjur dan masyarakat di PT QL Agrofood, Selasa (29/9/2015).Peninjauan ini dilakukan karena perusahaan peternakan ayam potong ini diduga mencemari lingkungan. PT QL Agrofood dianggap membuang limbah cair langsung ke sungai serta menimbulkan bau kotoran ayam ke pemukiman warga.Ketika itu Eky tidak diperkenankan meliput, padahal peninjauan perusahaan itu menyangkut masyarakat umum. Tidak hanya melarang, Eky mendapat perlakuan kekerasan hingga penghinaan. Dua pukulan bersarang pada tubuh Eky di bagian punggung dan leher bagian belakang.Eky hampir saja menjadi bulan-bulanan dan bahkan kamera miliknya pun nyaris dirusak oknum pengamanan yang berjumlah puluhan. Beruntung, Eky diselamatkan pihak kepolisian dan diamankan ke pos polisi terdekat."Saya datang agak telat. Sedangkan anggota dewan dan orang dinas serta semuanya sudah ada di dalam. Tapi ketika saya masuk, tidak diperbolehkan, padahal saya sudah mengatakan bahwa saya dari Cianjur Ekspress. Satpam itu tidak peduli, malahan langsung mendorong saya hingga terjatuh. Malah ada satpam yang mengancam saya,” tutur dia.Aksi puluhan wartawan yang memrotes perlakuan pihak perusahaan ini nyaris berlangsung ricuh. Beberapa karyawan perusahaan sempat melakukan provokasi sehingga tensi meningkat. Namun situasi memanas langsung diredam pihak kepolisian yang dibantu TNI.Muhamad Ihsan, perwakilan wartawan, menyesalkan perlakuan yang dilakukan oknum perusahaan. Menurut dia, wartawan bertugas sesuai undang-undang untuk menyampaikan informasi demi kepentingan publik. Namun dalam pekerjaannya malah diperlakukan tidak menyenangkan.Dia mendesak agar pihak perusahaan meminta maaf atas kejadian tersebut. Lebih dari itu, Ihsan menuntut agar tidak ada lagi kekerasan terhadap wartawan. "Aksi ini tidak ditunggangi kepentingan apapun atau unsur politik manapun. Kami di sini murni sebagai wujud solidaritas atas kekerasan yang dilakukan terhadap kawan kami," kata dia.Sementara itu, Humas PT QL Agrofood Dede Supyanudin menyesalkan apa yang telah dilakukan karyawannya. Atas nama perusahaan, dia menyatakan meminta maaf atas perlakuan tidak menyenangkan pihaknya."Ini merupakan kekonyolan dari ptugas kami. Untuk itu kami memohon sejuta permintaan maaf atas kejadian ini. Kepada karyawan dan keamanan, ini mohon dijadikan pelajaran. Yang namanya kegiatan atau aksi, jurnalis bukan musuh atau lawan. Kami mohon maaf atas kekonyolan yang dilakukan satpam PT QL Agrofood," kata dia.

Page 15: Manado, 14 Januari 2015

Sebanyak empat petugas keamanan yang diketahui melakukan hal tidak menyenangkan kepada wartawan dipanggil. Mereka meminta maaf atas tindakan yang dilakukan.

35. Jayapura, 8 Oktober 2015Korban : Beberapa WartawanPelaku : Polisi Jenis : Perampasan AlatAksi kekerasan kepada awak media massa di Papua kembali terjadi. Tepatnya pada Kamis (8/10) pekan lalu, beberapa jurnalis mengalami perlakuan kasar dari polisi saat meliput aksi unjuk rasa.Pada hari itu, Solidaritas Korban Pelanggaran (SKP) Hak Asasi Manusia Papua menggelar aksi unjuk rasa damai, dengan tujuan ke kantor Perwakilan Komnas HAM Papua, dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) di pusat Kota Jayapura.Sebelum ke tempat tujuan, para aktivis SKP HAM terdiri dari gabungan kelompok mahasiswa, frater/biarawan, dan organisasi kepemudaan berkumpul di kawan Merpati Abepura. Tepatnya di seberang jalan Gereja Katolik Gembala Baik. Mereka berorasi dan membagikan selebaran terkait insiden kekerasan terjadi di Paniai pada 8 Desember 2014.Abeth You, wartawan Majalah Selangkah dan Tabloidjubi.com diundang meliput aksi damai para aktivis Papua itu. Namun, saat menjalankan tugas jurnalistiknya, hasil reportasenya dirampas oleh polisi."Setelah foto-foto para aktivis, tak berapa lama kemudian datang satu truk Dalmas dari Kepolisian Resor Jayapura Kota membubarkan masa pendemo. Ada oknum polisi yang bertindak kasar kepada pendemo, dan ada oknum polisi yang mendatangi saya merampas kamera dan menghapus foto-foto," kata Abeth, seperti dilansir dari Antara, Senin (12/10).Berusaha membela diri, Abeth telah menjelaskan kepada polisi itu kalau dia adalah seorang wartawan. Namun polisi itu tidak menggubris, meskipun Abeth sudah memperlihatkan kartu pers."Bahkan pimpinan aksi demo damai sudah jelaskan bahwa saya adalah wartawan tapi, tidak dimaklumi juga. Pimpinan polisi saat itu juga tidak bergeming atau melerai bawahannya yang bertindak kasar dan tidak paham kerja pers," ujar Abeth You.Sementara itu, lain lagi dengan yang dialami Abdel Gamel Naser. Wartawan Harian Cenderawasih Pos mengakui ada polisi sengaja melarang dia dan jurnalis lain meliput aksi demo damai itu."Saya sendiri sempat didekati beberapa polisi bersenjata, namun mereka mundur setelah melihat ID pers. Hanya sebelum mundur mereka tunjuk saya agar tidak memotret sembarang. Dari jauh saya lihat kontributor Suara Papua dan Majalah Selangkah, Julian Howay, dikejar anggota preman (polisi)," kata Gamel.Tidak jauh dari lokasi itu, lanjut Gamel, wartawan Suarapapua.com, Oktovianus Pogau, dan Abeth You terlihat adu mulut dengan Wakapolres Jayapura Kota."Katanya, Wakapolres sempat berbicara dengan Kapolda Papua via telepon seluler milik Oktovianus Pogau, terkait aksi demo dan tindakan kasar oknum polisi," ujar Gamel.

36. Tual, 20 November 2015Korban : Sandy Salamun (MNC TV)Pelaku : 3 Pejabat PNS Pemda Maluku TenggaraJenis : Penyerangan/PemukulanAksi premanisme terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini menyasar Kontributor MNC TV Group Sandy Salamun, di depan kantor Pengadilan Negeri Tual, pada Jumat 20 November 2015. Saat itu, Sandy Salamun sedang meliput sidang sengketa tanah antara masyarakat Desa Banda Ely yang berujung ricuh. Tetapi oknom oknum PNS Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Maluku Tenggara menyerangnya. "Ketika saya mendengar keributan di depan PN Tual yang tak lain keluarga saya sendiri, maka saya menuju ke pengadilan," katanya, kepada Sindonews, Minggu (22/11/2015). Ditambahkan dia, saat tiba di pengadilan ada keributan di luar pagar PN Tual. Keributan itu dilakukan oleh sepupunya sendiri. Dia lalu menghampirinya dan meminta agar jangan membuat ribut di depan pengadilan. "Tiba-tiba muncul tiga orang pelaku yang juga PNS pada lingkup Pemda Maluku Tenggara melakukan penyerangan terhadap diri saya dengan mengatakan, 'pukul dia'" katanya. PNS yang menyerangnya adalah Abdul Mutalib Rumra pegawai Dinas Pendidikan dan Olahraga, Alfi Ramadhan staf ruangan Wakil Bupati dan Mohamad Arsad Rumra pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan. "Mereka membuka pintu pagar dan menyerang saya. Namun dihalau oleh petugas kepolisian. Tetapi kedua pelaku atas nama Abdul Mutalib dan Alfi Ramadhan mau keroyok saya. Lagi-lagi mereka dihadang dan dipukul polisi hingga jatuh," ungkapnya. Usai kejadian, malam hari ketiga PNS itu mendatangi rumah kediaman Salamun dan mengancam. Mereka juga berniat memukul Salamun di rumahnya. Namun dihalau oleh adik-adik Salamun sehingga tidak berani masuk ke dalam rumah. "Saya berharap Bupati Maluku Tenggara Ir Andreas Rentanubun untuk menindak tegas oknum PNS yang melakukan tindakan premanisme terhadap saya, karena ini telah menyalahi amat Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS," pungkasnya.

37. Sukabumi, 21 November 2015Korban : Seluruh wartawan yang meliputPelaku : Panitia penyelenggaraJenis : Pelarangan Liputan

Page 16: Manado, 14 Januari 2015

Pada seminar jurnalistik yang dilaksanakan SMANSA Jurnalistik Club (SJC) juga dihadiri Wakil Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi, Ketua KPU Kota Sukabumi Hamzah dan Ketua KPU Kabupaten Sukabumi Dede Haryadi, serta Kabag Ops Polres Sukabumi Kota AKP Sulaeman Salim.Larangan pada wartawan itu sejak sebelum acara dimulai. Seorang panitia sempat menghalangi di pintu masuk dan menanyakan izin masuk.Seorang panitia yang akhirnya diketahui bernama Femmy Andiani beralasan seminar tidak mengundang wartawan. Penyelenggaraan seminar itu sendiri disebutnya dilaksanakan para wartawan, namun tidak menjelaskan rinci wartawan dari mana. "Sudah ada izinnya enggak, karena kami tidak mengundang wartawan. Karena kami juga di sini wartawan," kata Femmy Andiani kepada INILAH, Sabtu (21/11/2015).Salah seorang panitia lainnya mengungkapkan bila acara seminar jurnalistik nasional ini telah mengundang tiga media. Di antaranya media cetak lokal Sukabumi dan dua media televisi swasta nasional yang fokus pemberitaan.Selain jurnalis foto dan televisi, dua staf Humas dan Protokol Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi juga mendapatkan larangan. Kedua staf yang biasa mendokumentasikan kegiatan kepala daerah Kota Sukabumi dilarang mengambil gambar."Saya kan ke sini mau mendokumentasikan kegiatan Pak Wakil Wali Kota. Baru sekarang saya dilarang seperti ini," aku Agus Rustiawandi staf Humas dan Protokol Setda Pemkot Sukabumi kepada INILAH, Sabtu (21/11/2015). Ketua KPU Husni Kamil Manik menyatakan tidak pernah melarang wartawan meliput seminar dirinya. ''Ini kegiatan inisiatif SMA 1, mereka punya bulan berprestasi, salah satu kegiatannya adalah seminar membahas jurnalistik. Engga ada itu larangan. Masa membahas jurnalistik wartawan dilarang,'' kata Husni kepada para wartawan usai menjadi pembicara dalam seminar tersebut.Sementara Pembina SJC, Budi Edya Permana mengakui tidak pernah ada larangan bagi wartawan yang akan meliput seminar jurnalistik. Hanya saja untuk pemotretan atau pengambilan gambar telah diatur sesuai prosedur agar tertib.''Saya tidak menginstruksikan wartawan dilarang masuk. Mungkin anak-anak yang menanggapinya berlebihan. Kami mohon maaf, sekali lagi mohon maaf,'' aku Budi kepada INILAH.

38. Medan, 29 November 2015Korban : 3 wartawan media online (Nicolas, Fahrizal dan Arifin)Pelaku : Orang Tak dikenal Jenis : PenembakanTiga wartawan media online di tembak orang tak dikenal, Minggu (29/11/2015) pagi di kawasan Jalan Zainul Arifin Medan. Ketiga kuli tinta itu yakni, Nicolas Saragih, Fahrizal dan Arief tengah melakukan liputan kasus pencurian sepeda motor (curanmor).Saat ketiganya masuk ke kawasan yang dikenal sebagai basis peredaran narkoba tersebut, warga sekitar meneriaki mereka sebagai maling. Puluhan warga kemudian berhamburan keluar dan memukuli ketiga korban meski sudah mengaku sebagai wartawan.Namun warga kampung kubur yang dikenal anti dengan awak media tetap memukuli mereka.Saat aksi pemukulan terjadi, tiba-tiba datang dua orang pria yang tidak dikenal menembak ketiga nya di bagian pelipis mata dagu dan leher.Sebagian warga langsung memboyong ketiga korban ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk mendapat perawatan medis."Saat kami dikeroyok, dua orang tersebut datang dan langsung menembak kami. Beruntung ada sebagian warga yang menolong kami dan membawa ke rumah sakit," ujar Nicolas.Hingga kini, ketiga korban masih menjalani perawatan medis dan berharap polisi bisa meringkus para pelaku penembakan.

39. Papua, 1 Desember 2015Korban : Topilus, B (majalahselangkah.com)Pelaku : PolisiJenis : Pelarangan liputanSaya jelaskan bahwa saya wartawan. Saya tunjukkan kartu identitas/kartu pers. Tampaknya mereka tidak puas. Dengan suara keras mereka tanya, dimana kantor Majalah Selangkah, siapa pimpinan Majalah Selangkah, dan meminta surat perintah peliputan. Saya katakan saya wartawan, kerja 24 jam untuk kebutuhan informasi publik. Saya juga ingatkan mereka tidak berhak melarang saya mengambil gambar, dan itu diatur dalam undang-undang tentang pers.Mereka protes minta tidak diambil gambar. Mereka lalu mendesak saya menghapus gambar-gambar yang telah saya ambil.Sekitar 5 anggota yang lain yang berada di pojok selatan dan barat juga datang ke kami. Lalu mereka mengepung saya, mengambil kamera saya secara paksa, dan meminta KTP. Karena belum bawa KTP, saya katakan KTP ada di dompet, di rumah. Aparat gabungan terus desak saya ambil KTP, sementara saya bertanya apakah kartu identitas wartawan yang saya kenakan belum cukup lengkap menjelaskan dan meyakinkan mereka bahwa saya benar-benar wartawan dan berhak meliput peristiwa ini tanpa intimidasi dan larangan.Karena terus didesak, saya telpon Yermias Degei, pimpinan redaksi (Pimred) Majalah Selangkah. Saya berikan HP kepada aparat agar dapat penjelasan langsung dari Pimred soal keberadaan saya. Aparat menolak bicara dengan Pimred dan ngotot saya harus menjelaskan, sementara saya merasa telah menjelaskan siapa saya.Lalu seorang anggota mulai menendang dari belakang, mendorong saya untuk keluar. Saya mulai berjalan keluar. Polisi yang mengeluarkan kata-kata yang bernada mengejek tadi datang lalu bilang, saya telah tidak sopan, bicara dengan kasar dengan anak buahnya.

Page 17: Manado, 14 Januari 2015

Lalu saya dipaksa keluar dari Taman Makam Pahlawan. Saya minta kamera yang tadi diambil paksa. Setelah kamera dikembalikan, saya diantar seorang anggota hingga keluar dari pagar. Di luar taman, mama-mama dan beberapa pemuda di luar pagar sambut saya dan tanya kenapa saya ditahan tadi dan diperlakukan seperti itu.

40. Jakarta, 1 Desember 2015Korban : 3 Wartawan AsingPelaku : PolisiJenis : IntimidasiAparat kepolisian gabungan dari Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap tiga jurnalis asing saat meliput aksi ratusan mahasiswa Papua.Ketiga jurnalis asing itu adalah Step Vaessen dari Al Jazeera, Chris Burmitt dari Bloomberg dan Archicco dari ABC Australia. Step dan Chris mendapat intimidasi berupa pemaksaan penghapusan foro hasil liputan mereka. Sementara Archicco mengalami pemukulan. Aksi kekerasan dari aparat polisi itu terjadi saat polisi berupaya melakukan pembubaran massa aksi dari mahasiswa.

41. Makassar, 3 Desember 2015Korban : Aziz, Jamardin UdinPelaku : PolisiJenis : PemukulanDua wartawan media Sulawesi Selatan Sulsel dipukul oknum polisi berinisial AS saat meliput kampanye salah satu calon Bupati Soppeng, Rabu (3/12/2015).Kedua wartawan itu adalah Aziz dari harian Tribun Timur dan Jamardin Nurdin, wartawan Koran Sindo Makassar.Azis mengatakan dia dan Jumardin dipukuli oknum polisi itu saat tengah mengambil gambar suasana kampanye calon Bupati Soppeng Luthfi Halide di atas trotoar di dekat lokasi kampanye."Tiba-tiba oknum polisi tersebut datang dan menyuruhnya turun ke Lapangan Gasis yang menjadi lokasi kampanye kandidat. Dia lalu mendorong saya untuk turun katanya tidak boleh ambil gambar di situ," katanya.Azis lalu memperlihatkan tanda pengenalnya sebagai wartawan harian Tribun Timur kepada oknum polisi itu. Namun, oknum polisi itu malah naik pitam dan menantang."Setelah saya kasih lihatkan identitas saya dan bilang saya ini dari Tribun Timur, lalu oknum polisi ini bilang kenapa memang kalau wartawan," kata Aziz.Oknum polisi yang marah itu kemudian mendorong Azis dan melayangkan pukulan sebanyak dua kali yang mengenai punggung wartawan itu."Kemudian saya dipukul polisi tersebut pada punggung sebanyak dua kali," papar Azis.Bukan hanya memukul, bahkan oknum polisi tersebut mengancam membunuh Azis jika membesar-besarkan kejadian itu seraya memperagakan adegan menggorok leher menggunakan tangannya."Oknum polisi itu lalu dengan nada tinggi menantang melaporkan kejadian itu. Dia bilang, silakan. Oknum polisi itu kemudian mengancam akan membunuh saya baik dengan kata-kata maupun dengan menunjukkan gaya menggorok leher," ujar Azis.Kapolres Soppeng, AKBP Dodied Prasetyo Aji membenarkan peristiwa pemukulan terhadap dua wartawan itu.Setelah kejadian tersebut, Dodiet langsung memerintahkan Satuan Provost agar memproses oknum polisi yang memukul wartawan di lokasi kampanye."Memang anggota saya itu bertugas pengamanan dengan menggunakan pakaian preman. Sebelum pemukulan itu terjadi, keduanya terlibat adu mulut. Jadi saya sudah bilang ke Azis, tidak usah melapor ke Polda Sulselbar. Biar disini dilapor, kita akan tetap memprosesnya," kata Dodied.

42. Pekanbaru, 5 Desember 2015Korban : Zuhdy FebryantoPelaku : PolisiJenis : PemukulanKejadian berawal saat para wartawan sedang meliput kongres HMI di Gelanggang Remaja. Saat itu terlihat polisi menangkap seseorang diduga mahasiswa HMI ingin masuk arena kongres berlangsung. Polisi kemudian memukuli orang tersebut. Kejadian itu kemudian diliput dan diambil foto dan videonya oleh sejumlah wartawan memang sedang berada di lokasi.Melihat aksi brutal mereka difoto dan direkam, polisi marah dan meminta agar wartawan menghapus foto diambil. Namun, permintaan itu ditolak rekan-rekan wartawan dan menegaskan akan tetap meliput aktivitas di gelanggang remaja. Para polisi dari Sabhara Polresta Pekanbaru langsung emosi dan mengejar wartawan.Korban Zuhdy Febryanto saat itu berada dekat gerbang langsung dikerubuti para polisi, kemudian memukuli dengan tongkat dan pentungan polisi di seluruh bagian tubuh, termasuk kepala, serta menginjak-injak tubuh korban.Padahal, ketika itu korban dan kawan-kawan wartawan sudah memperlihatkan ID Card berupa kartu pers kepada gerombolan Sabhara yang bertugas di gerbang pintu masuk Gelanggang Remaja. Melihat korban terkapar, teman-teman wartawan lain langsung mencoba membantu menyelamatkan korban yang sudah terkapar dengan kondisi kepala mengucurkan darah. Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Syafira.Jika tidak ditarik dan dilarikan oleh kawan-kawan wartawan, kondisi Zuhdy lebih semakin parah akibat dikeroyok puluhan Sabhara

Page 18: Manado, 14 Januari 2015

tersebut.Dengan kondisi bocor di bagian kepala, korban langsung dilarikan ke RS Syafira, Pekanbaru dan mendapat jahitan serta dilakukan CT Scan, diduga telah terjadi geger otak yang menimpa korban, Zuhdy Febryanto. Korban kini sedang dirawat di RS Syafira dan harus mendapat jahitan sebanyak dua serta rawat inap.

43. Jakarta, 14 Desember 2015Korban : Putra NababanPelaku : Setya Novanto (Ketua DPR RI)Jenis : TuduhanPemimpin Redaksi Metro TV Putra Nababan belum mengetahui bahwa dirinya dilaporkan oleh Ketua DPR RI Setya Novanto ke Bareskrim Mabes Polri atas tuduhan pencemaran nama baik.Meski demikian, Putra tidak mempersoalkan laporan itu."Saya belum terima informasi apapun terkait laporan itu. Tapi itu hak dia (Novanto). Setiap warga negara kan memiliki hak melaporkan apa yang tidak diinginkannya," ujar Putra saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2015).Namun, Putra menegaskan bahwa apa yang dilakukan Metro TV adalah bagian dari kerja pers yang tentunya sejalan dengan undang-undang dan kode etik jurnalistik.Jika ada pihak yang mempersoalkan pemberitaan, seharusnya menggunakan hak jawab, bukan melapor ke aparat penegak hukum."Apa yang Metro TV lakukan adalah murni tugas jurnalistik. Jika ada pihak yang merasa membutuhkan keseimbangan pemberitaan, ya seharusnya menggunakan hak jawab," ujar Putra.Jika ada persoalan dalam pemberitaan lalu dilaporkan ke penegak hukum, Putra mengatakan bahwa hal itu mengancam kebebasan pers dan dapat berakibat kriminalisasi.Setya Novanto lewat pengacaranya Razman Nasution, melaporkan Putra Nababan selaku Pemred Metro TV ke Bareskrim Polri, Senin sore.Novanto melaporkan Putra atas tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah. Pencemaran nama baik dan fitnah Novanto, kata Razman, terlihat pada pemberitaan Metro TV, beberapa waktu terakhir.Di sela-sela pemberitaan persidangan kode etik Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Metro TV mengait-ngaitkan No-vanto dengan pembelian pesawat amphibi dari Jepang."Di situ tiba-tiba dikaitkan Pak Novanto loby untuk membeli pesawat amphibi. Ini kok jadi melebar ke mana-mana. Pak Novanto itu su-dah pastikan dia tidak ada loby. Saya lihat Metro TV ini memang sengaja mencemarkan Pak Novanto," ujar Razman.