man us 1a · 2019. 10. 19. · 2. pertolongan nelayan 105 3. tamu dari luar 116 4. bandar malaka...

189

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MAN us 1A

    RIMBABunga RampaiDongeng Sumatra Utara

    PERPUSTAKAAH

    PUSAT BAHASA

    DEPAfrrElilEi^ P£HDItM?Wi MASiOHAL

    00003464

  • Manusia Rimba:

    Bonga rampai Dongeng Snmatta Utara

    Diterbitkan pertama kali pada tahun 2003 olehBagian Proyek Pembinaan Buku SastraIndonesia dan Daerah JakartaPusat Bahasa

    Jalan Daksinapati Barat IVRawamangun Jakarta

    Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-undang

    Isi buku ini, balk sebagian maupun seluruhnya,dilarang diperbanyak dalam bcntuk apa pimtanpa izin tertulis dari penerbit,kecuali dalam hal pengutipanuntuk keperluan penulisan artikel atau karangan ihniah

    Penyelaras bahasa; Sri SayektiPenata rupa sampul; Gerdi W.K.

    PERPUSTAKAAN PUIAT iAHAM

    iV\A

    Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    TW. :J

    Ho. Incuk :

    Tgl,

    ^^\

    899.222 02

    UMR UMRY, Shafwan Hadi (Editor)b Manusia Rimba:: Bunga Rampai Dongeng

    Sumatra Utara/Shafwan Hadi Umry.—Jakarta: Pusat Bahasa, 2003.

    ISBN 979 685 350 7

    1. KESUSASTRAAN SUMATRA UTARA

    2. tXDNGENG

    Jamaica

  • KATA PENGANTAR

    KERALA PUSAT BAHASA

    Salah satu upaya pencerdasan kehi-dupan bangsa adalah peningkatan

    minat baca masyarakat Indonesia. Peningkatan minat baca harus ditunjangdengan penyediaan bacaan bermutuyang tinggi bagi masyarakat yang ting-kat keberaksaraan dan minat bacanyasudah tinggi. Untuk itu, periu diupaya-kan ketersediaan buku dan jenis bacaanlain yang cukup. Bagi masyarakat yangtingkat keberaksaraannya rendah perludiupayakan bacaan yang dapat menim-bulkan rangsangan peningkatan minatbacanya agar tidak tertinggal dari kema-juan kelompok masyarakat lainnya.Adapun bagi masyarakat yang belumrpampu membaca dan menulis perlu diupayakan penyediaan bacaan agar me-reka memiliki kemampuan dan wawas-an seperti halnya kelompok masyarakatlainnya yang telah mampu membacadan menulis.

    Pada dasarnya setiap orang ber-kepentingan dengan perluasan wawas-

    §4unatta ̂ Ctaui

  • IV

    an dan pengetahuan, bukan saja karenafaktor internal (tingkat keberaksaraandan minat baca orang yang bersangkut-an), melainkan juga karena faktor eks-ternal yang dari waktu ke waktu makin

    meningkat, balk mutu maupun jumlah.Interaksi antara faktor internal dan eks-

    ternal itu dalam salah satu bentuknyamelahirkan keperluan terhadap bukuyang memenuhi kebutuhan masyarakatpembacanya.

    Buku yang dapat mempertuas wa-wasan dan pengetahuan itu ttdak hanyatentang kehidupan masa kini, tetapi jugakehidupan masa lain. Sebubungan de-ngan itu, karya sastra lama yang me-muat informasi kehidupan masa laluperlu dihadirkan kembali dalam kehidupan masa kini karena banyak menyimpankehidupan masa lalu yang tidak kecilperanannya dalam menata kehidupanmasa kini.

    Sehubungan dengan hai itu, pe-nerbitan buku Manusia Rimba: BungaRampai Dongeng Sumatra Utara ini perlu disambut dengan gembira karenaakan memperluas wawasan pembacanya yang sekaligus memperkaya khaza-nah kepustakaan Indonesia. Pada ke-sempatan ini kepada penyusun, yaitu

    Sumotca '^toca

  • Sdr. Shafwan Hadi Umry dan Sdr. Suro-so, saya ucapkan terima kasih danpenghargaan yang tinggi. Demikian pulahalnya kepada Sdr. Teguh Dewabrata,Pemimpin Bagian Proyek PembinaanBuku Sastra Indonesia dan Daerah-

    Jakarta, beserta staf saya sampaikanpenghargaan dan ucapan terima kasihatas segala upayanya dalam menyiap-kan naskah siap cetak untuk penerbitanbuku ini.

    Mudah-mudahan buku ini memberi

    manfaat bagi para pembacanya demimemperluas wawasan dan pengetahu-an masyarakat Indonesia tentang kehi-dupan masa lalu untuk menyongsongkehidupan ke depan yang lebih baik.

    Dr. Dendy Sugono

    $«ui^ §u«iMil4a ̂ CtoML

  • SEJUNTAI KATA

    Kampung Aren, salah satu desa diKecamatan Bosar Maligas, Kabupa-

    ten Simalungun, Sumatera Utara adalah

    desa penghasil gula merah. Berton-tonhasil bumi dari desa ini dan sekitamya,yaitu berupa gula merah dibawa pendu-duknya untuk dijual di Pematang Slan-tar.

    Gula merah tersebut diperolehpenduduk dari hasil menoreh tangkaibuah pohon aren sehingga mengeluar-kan air yang bernama air nira. Air niraitu manis rasanya. Tetes demi tetes niraditampung selama satu malam daiamsebuah bumbung bambu yang digan-tungkan di tangkai buah yang ditoreh.Keesokan harinya air nira diambil dan

    dimasak sehingga mengental menjadigula merah.

    Tumbuhan aren yang termasuk je-nis rum pun palem juga sangat banyakditemukan di Kampung Aren dan se

    kitamya. Pohon aren tumbuh berumpun-rumpun seperti pohon bambu. Serabut

    ^umuU.i *?( tata

  • vu

    batangnya bemama ijuk dan dapat digu-nakan sebagai atap rumah dan sebagaibahan sapu pembersih lantai rumah.

    Buahnya yang telah dikupas berwarnaputih dan dapat diolah dan dapat dijadi-kan makanan yang bernama kolang-kaling. Biasanya makanan ini dihidang-kan pada waktu hari raya Idul Fitri.

    Sehari-hari makanan ini dijadikan buahcampuran minuman es.

    Menurut cerita yang terdapat didesa Aren, pohon-pohon aren ini adalah

    penjelmaan tubuh Dewi Areni, sebagai

    tanda terima kasihnya kepada pendu-duk kampung Aren sebagai santapanbagi anak yang ditinggalkannya di

    dunia.

    Beragam cerita rakyat tentangasal-usul pohon aren yang terdapat diseluruh penjuru tanah air. Namun, ceritadongeng yang satu ini mempunyai versitersendiri. Keabsahannya tentu tidak da

    pat diterima oleh akal. Namun, sebagaiwarisan budaya yang bernilai seni ben-tuk ini harus dilestarikan.

    Semoga naskah tulisan ini mem-bawa manfaat bagi kita semua.

    Shafwan Hadi UmrySuroso

    Suitultca

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR iii

    SEJUNTAI KATA vi

    DAFTAR ISI viii

    Cerita Pertama 1

    I. Manusia Rimba 1

    II. Dolok Maponggol 10

    III. Bebum Rusa dan Kera 14

    IV. Sijurang Mandopa MelawanSerigala 20

    V. Kerbau Barumun 24

    VI. Sidarapati Hijrah Ke Barumun 27

    VII. Pulang Ke Negeri 30

    VIII. Gunung Manobot danKerbau Barumun 33

    ''UXatA

  • IX

    Cerita Kedua 39SRI DAYANG 39

    Cerita KetigaKISAH NILAM BAYA 69

    1. Pawang Satria Dari Sungai Nipah .... 69

    2. Nilam Baya 75

    3. Datuk Indra Jaya 78

    4. Perkawlnan 81

    5. Nilam Permata 84

    6. Pinangan 86

    7. Sahabat 89

    8. Perhelatan 92

    9. Kerinduan 94

    10. Kepergian 96

    Cerita Keem pat

    LEGENDA PEROMPAK

    LAUTMALAKA 1001. Sungai Sembilang 100

    ^4iA^a ^on^en^ ^ILXMa

  • 2. Pertolongan Nelayan 105

    3. Tamu Dari Luar 116

    4. Bandar Malaka 128

    5. Pulau Pandan 131

    6. Rembulan di Atas Tanjung Tiram 140

    Cerita Kelima

    MAS MERAH (Cerita Rakyat Langkat)SRI MESING 144

    1. Pangkalan Haru 145

    2. Kuala Langkat 150

    Cerita Keenam

    ARENI (Cerita Rakyat Simalungun) 154

    1. Dewi Areni di Kahyangan 154

    2. Turun ke Bumi 158

    3. Pertemuan 162

    4. Permaisuri Kerajaan Simalungun 167

    5. Fitnah 171

  • XI

    6. Kembali ke Kahyangan 175

    7. Tahta Baginda Arena 180

    Tentang Penyusun 182

    Btui^ dLompoi SitmaUtL ̂ CtauL

  • Cerita Pertama

    I

    MANUSIA RIMBAWeni Hawariyuni

    Konon kabarnya di kawasan DolokSigopulon pernah hidup seorang manusiasakti dan perkasa. la hidup sendirian didalam hutan. Rumahnya di atas pohonraksasa dan sering mengembara ke ber-bagai daerah dalam rimba. Wilayah hi-dupnya di sekitar Arse, sepanjang daerahpegunungan sampai menyusur ke SungaiBilah Sungai Kanan dan Sungai Barumundaerah Tapanuli bagian selatan. la mem-punyai beberapa binatang piaraan, antaralain burung Sidarapati. Saat berburu Man-dopa, berkelahi dengan binatang buas dihutan.

    Pada suatu hari Sijurang Mandopapergi berburu ke hutan yang rim bun danmenyeramkan. Bahkan, hutan itu sukarditembus sinar matahari. Ketiga sampai dilembah hutan di tepi sungai, SijurangMandopa teijebak ke dalam lubuk sungaitak jauh dari rawa-rawa saat memburulelaki perkasa itu. Meskipun telah men-

    SumdlfA

  • dengar siulan Sidarapati, ia sulit mele-paskan diri dari jebakan buaya-buayabuas dan ganas itu. Berkat keperkasaandan ketangkasaannya ia berhasil menge-lakkan diri dari terkaman buaya liar. Na-mun, seekor di antaranya menerkam le-ngan Sijurang Mandopa. Dengan ketang-kasannya yang mengagumkam, SijurangMandopa berhasil memegang kedua mu-lut lancip yang berduri tegar itu. Bahkan,ia membuka mulut buaya itu lalu mengo-yaknya seperti mengoyak daun Jendelaberdaun dua. Dalam tempo tiga jam limaekor buaya telah terkapar ditaklukkan Sijurang Mandopa. Sidarapati bersiul gem-bira lalu hinggap di bahu Sijurang Mandopa seakan-akan menyambut keme-nangan tuannya yang gagah perkasa.

    Tak berapa lama kemudian, lelakiitu naik ke atas tebing. la beijalan dengantertatih-tatih akibat kelelahan setelah ber-

    tarung dengan buaya. Sambil menahansakit ia member! isyarat kepada Sidarapati untuk mencari obat penyembuhluka-luka di sekujur tubuhnya. Di bawahpohon rambung tua ia duduk dan mere-bahkan diri sambil menantikan Sidarapati.Tidak lama kemudian Sidarapati datangmembawa teman-temannya sambil mem-bawa bulung suhat untuk penyembuh tu-

    dtompai ̂ on^en^ ^Cta«a

  • buh Sijurang Mandopa. Beberapa daunkeladi (bulung suhat) yang dikoyak Sida-rapati dengan paruhnya lalu diambil Sijurang Mandopa membaiut tubuh dan ie-ngannya. Berkat daya tubuh yang iuarbiasa tubuh Sijurang Mandopa sehatkembali lalu pulang ke lereng Doiok Sigo-pulon.

    Sejak kedatangan Sijurang Mandopa, suasana lingkungannya menjadi ra-mai karena siulan burung yang salingbercengkerama.

    Sijurang Mandopa mulai bekeijamengumpulkan akar pohon dan rotan disebuah hutan. Hutan itu juga cocok untukmemasang jerat kawanan rusa. Biasanyakalau sudah memasuki hutan SijurangMandopa tak lupa memasang lukah disepanjang Sungai Arse. Lukahnya jarangkosong karena ikan segar dan berkilat di-timpa matahari berkumpul dalam lukahnya. Ikan-ikan yang besar lalu dipang-gang dan sebagian disimpan dalam sum-pit yang tersandang dibahunya. BurungSidarapati bersiul girang menyertai keper-gian pagi itu dan turut menikmati sisa-sisamakanan tuannya.

    Sijurang Mandopa mempunyai sebi-lah parang yang sangat tajam dan sebilahpisau masing-masing tersisipdi pinggang-

    dtompai

  • nya. Terkadang pisau itu dilekatkan di

    antara kedua bibirnya bila ia berayun un-tuk mempercepat peijalanannya.

    Sambil betjalan Sijurang Mandopamemandang sebuah padang yang agaklapang. Awan putih berlapis langit birumenandakan cuaca sungguh baik untukmelakukan peijalanan. Sijurang Mandopalaiu memberi isyarat kepada burungnyaagar menuju ke arah timur. Sidarapati sa-ngat setia dan tak henti-hentinya bernya-nyl. Burung Sidarapati itu mempunyai ke-istimewaan bemyanyi dan mampu me-nyampaikan i^arat-isyarat berkat penga-jaran yang diberikan oleh Sijurang Mandopa. Sidarapati pada mulanya ditemu-kan Sijurang Mandopa ketika masih keciltersangkut di ranting belukar. Rupanyainduk sang burung telah hilang dan ke-mungkinan b^r dimakan ser^la. Olehkarena Sijurang "Mand^^ inenemukanbult34)ulu burung yang -penuh bercak-bercak darah di sekitar tempat itu. Burungitu lalu ii^itfa SijiasRig f^^andopa ke ru-matuiya. Mhirnya, ̂idars^ti diasuh dandffiENt^ oleh manusia sakti itu. Rasa sa-

    yang Sijurang Mandopa bertambah dalamkarena burung itu tidak ingin pergi jauhdari kediamannya. Bila menjelang pagi,

    ^R.a«itpai SumoUa ̂CtauL

  • Sidarapati selalu membangunkan tuan-nya.

    Pernah sekali peristiwa, SijurangMandopa merasa kehilangan siul dan ke-indahan bulu burung Sidarapati. Oleh ka-

    rena burung itu menghilang seiama tigahari. Timbui dugaan Sijurang Mandopa

    bahwa burung itu telah pergi mening-galkan dirinya untuk selamanya. Padahal,

    Sijurang Mandopa tak pemah mengabai-kan Sidarapati. Makanan selalu disedia-

    kan untuk burung kesayangannya itu.Sijurang Mandopa merasa pena-

    saran. la lalu mencari ke sana kemari,

    tapi tak kunjung bersua. Sijurang Mandopa hampir melupakan nasib burungnya.

    Akan tetapi, suatu hari ia terkejut men-dengar siulan Sidarapati yang masih tetapdikenalnya. la lalu keluar dari lingkunganbelukar memandang ke atas dan ke se-kitar belukar. Leiaki itu lalu tersenyum danmemberi isyarat agar Sidarapati mende-

    kat padanya. Namun, Sidarapati hanyasebentar terbang merendah kemudianterbang ke langit tinggi. Sijurang Mandopa berusaha memanggilnya. Tak berapa

    lama kemudian, Sidarapati kembali diser-

    tai berpuluh jenis darapati yang lain. Ter-nyata Sidarapati sengaja membawa te-

    mannya untuk tinggal bersama manusia

    ^uA^a Stunolca

  • 6

    yang dianggap sebagai pelindung dari se-rangan musuh dan kedinginan. Sejak ke-

    datangan burung itu, suasana lingkungan

    tempat tinggal Sijurang Mandopa ramaioleh siulan burung.

    Suatu hari, Sijurang Mandopa pergike hutan memasang jerat uhtuk menang-

    kap kawanan rusa yang selalu mellntasi

    daerah Sijurang Mandopa. Kawanan rusaitu pergi mencari air. Biasanya, kalau Sijurang Mandopa sudah memasuki hutan

    rimba, raja hutan alias harimau selalumenghindarkan diri bertemu dengannya.

    Oleh karena itu, Sijurang Mandopa jarangberpapasan dengan raja hutan yang ke-betulan sedang mencari mangsanya. Ke-

    duanya sering mengadu kepandaian dankehebatan dalam berkelahi. Tapi raja hu

    tan itu selalu melarikan diri karena kewa-

    lahan menghadapi serangan manusiasakti itu. Sebagai manusia yang tinggaldan hidup berdampingan dengan bina-

    tang buas, Sijurang Mandopa selalu was-pada.

    Di suatu tempat, Sijurang Mandopamengumpulkan akar-akar pohon dan ro-

    tan. Kumpulan rotan itu lalu ditarik di se-panjang jalan sambil melemparkan be-

    berapa rotan yang terlepas dari ikatannyadan berseru, "Tubu ma hotang\°. Setiap

    SuinAtul 'tUauL

  • rotan yang dilemparkan itu ada yang ter-pacak di tumpur dan makin lama akhirnyatumbuh suburmenjadi pohon kayu.

    Beberapa lama kemudian, SijurangMandopa terlihat memanggul seekor rusadi pundaknya. Langkahnya ringandan se-sekalt bersiul dan suara sipongangnyabergema memecah kesunyian hutan be-lantara. SIdarapatI dari atas pohon kayubersiul meniru tingkah laku tuannya.

    Oi sebuah pematang di suatu gu-nung yang agak curam, Sijurang Mandopa mencium bau tak enak. Firasatnyamenduga ia berada di dekat raja hutan.Tiba-tiba Sidarapati bersiul menyampai-kan kabar ada bahaya. Memang benar,Sijurang Mandopa melihat seekor hari-mau sedang bersiap menerkam seekoranak kambing yang terjerat di semak be-

    lukar. Sijurang Mandopa mendapatkankeduanya sehingga raja hutan merasamarah melihat mangsanya diganggu olehpihak lain, la berbalik dan menerkam Sijurang Mandopa. Akan tetapi, raja hutanitu disambut oleh manusia sakti denganberkelit sambil melepaskan tendangan keperut sang harimau. Sambil mengaungganas, ia menyerang kembali ke arah Sijurang Mandopa. Namun, dengan kece-patan yang luar biasa Sijurang Mandopa

    Saituitui ̂ Ctoui

  • dapat memegang leher sang harimau danmembantingkannya ke dinding tebing hu-tan. Akhimya harimau meioncat dan me-larikan diri ke daiam semak hutan. Sangkambing seiamat dan mengembik perla-han-lahan sambll menjilati tangan Slju-rang Mandopa, penyelamatnya, seolah-olah mengucapkan terlma kasih karena

    telah melepaskan dirinya dari cengke-raman si raja hutan.

    Tiba-tiba Sidarapati datang laluhinggap ke bahu Sijurang Mandopa sam-bil bersiul tak henti-hentinya. Hal itu dilihatoleh Sijurang Mandopa. Tiba-tiba ia ter-

    ingat akan hasil buruannya yang telahditinggalkan tak jauh dari tempat itu. la

    lalu berlari mendapatkannya tapi binatangitu telah hilang. Sijurang Mandopa meng-garuk kepala tanda kecewa. Kiranya

    bangkai rusa telah dilarikan oleh temanharimau yang lain ketika Sijurang Mando

    pa sedang bertarung dengan harimauyang ingin menerkam sang kambing. Dengan langkah lemah Sijurang Mandopapergi menemui kambing yang telah dise-

    lamatkannya. Walaupun demikian, hati-

    nya bergembira juga karena telah dapatmenyelamatkan anak kambing dari maut.

    Beberapa waktu kemudian, kam

    bing itu didatangi kawannya yang lain se-

    Sumotca

  • lain buruan Sijurang Mandopa yang di-tangkapnya hidup-hidup. Kambing-kam-blng itu akhlmya berkembang biak dl ka-wasan Sijurang Mandopa. Tempat ituakhirnya dinamakan orang Tor Sidara-patl (Gunung Merpati). Menurut cerita,daerah Tor Sidarapati banyak didapatikambing-kambing liar oleh pendudukyang pemah mencari kayu atau berburudi hutan di sekitar Dolok Sipiongot.Daerah tempat Sijurang Mandopa diobatioleh Sidarapati dengan ramuan BulungSuhat (daun keladi) dan sekarang dina-mai sekarang kampung Aek Suhat

    ilRxunjiai ^tumUta ̂ 2Ci

  • II

    DOLOK MAPONGGOL

    Suatu hari Sijurang Mandopa bar-angkat berburu sambil mancari daerahbaru. Olah karana ia tidak batah bardiamagak lama di daarah yang taiah dikua-sainya. Binatang plaraannya dibiarkan ba-bas hidup dangan santosa dl daarah sua-ka sang manusia sakti tarsabut. la parlumancari tampat yang balum pamah di-santuhnya. Sidarapati tatap mangikutlnyauntuk mancari daarah-daarah lain. Malaluipangamatan dan panciumannya yang ta-jam Sidarapati banyak mambantu Sijurang Mandopa manamukan lahan yangbaik untuk partanian dan pamukiman.

    Di sabuah kawasan yang agak ting-gi, ia muiai bakaija mambuka hutan danmambuat saluran air yang mangalir darigunung. Di tampat itulah ia muiai mambuat tampat tinggal dangan mangguna-kan kayu hutan. Kayu-kayu itu iaiu dita-bangnya. la juga mancari rotan sabagaipangikat tiang rumah untuk panyanggatampat tinggainya. Katika ia sadang ba-

    1 StMrnitwi 'tClow

  • 11

    ketja Sidarapati asyik bernyanyi menghi-burnya. Terkadang burung itu meloncatdari dahan ke dahan yang lain sambil me-matuk buah-buahan di hutan yang tum-buh lebat. Kadang la minum di kali dan didaun yang bergoyang. Menjelang hari ke-tiga kubu kediaman Sijurang Mandopahampir selesai. Akan tetapi, ia masih me-meriukan rotan lebih banyak untuk peng-ikat tiang pohon agar jangan ditumbang-kan oleh angin bila hujan turun lebat.

    Dengan menyandang parang iapergi ke tempat tumbuhan rotan di semakhutan di seberang gunung yang jauh. Se-jak pagi sampai tengah hari semua rotantelah dikumpulkannya dan diikat untuk di-bawa pulang. Rotan-rotan yang besar itudan panjangnya melebihi berpuluh-puluhdepa diseretnya di sepanjang jalan. Da-lam petjalanan, ia tidak mendapat ham-batan dan kesukaran. Oleh karena se-mangat Sijurang Mandopa pantang me-nyerah bertahta dalam dirinya.

    Bekas rotan yang diseretnya di sepanjang jalan itu akhimya membentukjalan baru tak ubahnya jalan yang ditem-puh oleh seekor naga raksasa. Rotanyang dibawanya begitu panjang dan hampir mencapai berpuluh kilometer. Di se-buah belokan yang agak teijal, ia terpak-

    ^OAtpol SiunotcA ̂ l[Xa*a

  • 12

    sa bersusah payah menarik dan menyeretbebannya. Oleh karena banyak pohon-pohon kecil tumbang dan rebah ketika di-laluinya. Langkah Sijurang Mandopa me-nahan beban berat sehingga menciptakanlubang-lubang sebesar kubangan kerbaubila ia menginjak tanah yang lunak.

    Tatkala menuruni lereng gunung,

    ujung rotan yang dibawanya tersangkut disebuah puncak gunung. Rotan itu terlUitkarena Sijurang Mandopa berusaha me-nariknya sambii mengelilingi pinggang gunung. la berkali-kali gaga! melepaskan rotan itu dari puncak gunung. Cuaca begituterik sehingga peluh mengucur di seluruhtubuhnya. la tetap bertekad melepaskanrotan itu dari badan gunung. Oleh karenajengkel timbullah amarahnya. Suaranyamemecahkan keriuhan bunyi margasatwa

    yang sayup-sayup sampai. Dengan me-ngumpulkan kekuatan tenaganya akhir-nya rotan itu dapat ditarik bersamaandengan bunyi yang gemuruh. Akibatnya,sekerat tubuh gunung itu terbawa ber-sama rotan. Bagian gunung yang robohitu bergulingan ke bawah dan mengham-burkan batu-batuan sebesar gajah. Menu-

    rut cerita gunung yang patah itu sampaikini dinamai orang Dolok Maponggolyang berarti gunung yang patah.

    Somalca ̂ CIma

  • 13

    Sijurang Mandopa merasa lega me-

    lihat rotannya sudah berhasil lepas darigunung tersebut. Dengan penuh sema-ngat ia kemudian pulang ke rumah yangtelah disiapkannya.

  • Ill

    BERBURU

    RUSA DAN KERA

    Suatu malam Sijurang Mandopamerebahkan dirinya di atas tempat ke-

    diamannya. Langit gelap pekat sehinggasunyi meliputi lingkungan tempat tinggal-

    nya. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar

    suara siamang yang sayup-sayup sam-pai. Bunyi desau air sungai sesekali terdengar membentur batu-batu yang berge-letakan di pinggirnya. Namun, suaradengkur Sijurang Mandopa mengatasi ke-sunyian lingkungan itu. Suara dengkurnyalebih seram dari suara margasatwa hutan.

    Di malam hari binatang liar terkejutmendengar dengkur Sijurang Mandopadan akhirnya cepat-cepat meninggalkantempat itu. Binatang liar yang sudah hafalakan kekuatan dan ketangkasan SijurangMandopa lebih baik menghindarkan diridaripada menerima resiko akibat per-

    buatan manusia sakti itu.

    Sijurang Mandopa pernah tidur se-harian tanpa bangun untuk berburu ataumencari ikan. Malam ini dengkur panjang

    ^umaUa "tCla«a

  • 15

    Sijurang Mandopa menandakan terlalulelah beketja. Keesokan harinya mataharitelah tnembangunkan penghuni hutanbelantara itu. Akan tetapi, Sijurang Mandopa lebih banyak memilih tidur sepuas-puasnya. Siul Sidarapati diacuhkannya.Kalau sudah begini Sidarapati terbangsendirian dan pulang sore hari.

    Ketika tengah hari, Sijurang Mandopa tersentak dibangunkan oleh sengatanmatahari. la hanya terbangun sebentar la-lu membuka matanya. Tidak lama kemu-dian, Sijurang Mandopa tidur kembalisambil memperdengarkan dengkurnyayang meresahkan burung-burung hutan.

    Serombongan kera hutan bergan-tungan sambil bersahut-sahutan me-

    manggil temannya. Rupanya mereka me-lihat makanan di kediaman Sijurang Mandopa. Rombongan kera itu berlomba-lom-ba mencuri buah-buahan yang dikumpul-kan Sijurang Mandopa. Kulit pisang danmangga dilemparkan kera-kera itu ke de-kat Sijurang Mandopa yang nyenyak tidur.Setumpukan kulit pisang hinggap di mulutSijurang Mandopa sehingga terbangunperlahan sambil membuka matanya.

    Manusia perkasa itu merasa t#^ganggu tidurnya. Tiba-tiba ia menguappanjang. Beberapa ekor kera lari sambil

    SuAUltia

  • 16

    mengejek tingkah laku Sijurang Mandopa.Seekor kera teijatuh di dekatnya mungkinkarena takut atau terkejut melihat tubuhkekar manusia sakti itu. Tanpa pikir pan-jang kera itu ditangkap Sijurang Mandopa. Beberapa saat kemudian tangan yangkekar itu mengonyak tubuh sang kera dandengan lahapnya iaiu dimasukan ke mu-lutnya karena lapar. Daging kera yang te-lah diiahap itu menimbulkan kesedapantersendiri bagihya.

    Tidak lama kemudian kawanan kera

    yang berada di atas pohon masing-ma-sing meiarikan diri ke dahan pohon yanglebih tinggi. Timbullah keinginan SijurangMandopa untuk mengumpulkan dagingkera sebagai bahan makanan tambahan.

    Sijurang Mandopa mengambil um-balang (sejenis ketapel yang terbuat dariakar rotan dengan menggunakan peluru-nya batu-batu padas yang tajam) di ba-wah kolong rumah. Lalu Sijurang Mandopa mulai mencaii sasaran dengan menggunakan umbalangnya. Akhirnya, beberapa kera berguguran ke bawah pohon.Berburu kera merupakan bagian kege-marannya. Sampai kini, konon orang ma-sih menjumpai peluru batu yang dilepas-kan melalui umbalangnya tinggal tersang-kut di atas dahan kayu.

    Saaia^ca

  • 17

    Setelah bosan berburu kera, ia per-gi berburu rusa yang berkeliaran di se-

    panjang gunung-gemunung dan rimba ra-ya. Suatu hari ia bersama Sidarapati me-masang jerat untuk rusa. Tiba-tiba mere-

    ka ditubruk oleh seeker rusa yang cukupbesar. Untungtah Sljurang Mandopa da-pat mengelakkan diri ke samping dengan

    menjatuhkan diri. Ketika Sijurang Mando^pa terjatuh, rusa itu melarikan diri ke se-mak hutan. la lalu bangkit mengejar bu-ruannya dan kembali mencari jejak rusaitu sambil menyiapkan umbaiangnya. Tapiumbalang itu kurang tepat untuk melum-pulikan rusa karena berkali-kali menghin-dar dan menipu diri pandangan SijurangMandopa.

    Oi suatu tempat Sijurang Mandopamampu menggiring rusa ke tengah pa-dang yang datar. Akan tetapi, ketika di-bidik rusa sering meleset karena kelin-cahan mengelakkan diri. Setelah sampai

    di tengah lembah yang kering, rusa itukehilangan tempat untuk melarikan diri.

    Oleh karena di sebelah kanan ada ping-gang gunung yang sangat tetjal sehingga

    sulit menahan lompatannya. Di sebelahkiri jurang dalam menantikan tubuhnyabila sang rusa melompat.

    Di saat rusa kebingungan Sijurang

    ^R.a4np4u ^IjiUua

  • 18

    Mandopa memutar-mutar umba-

    langnya lalu langsung melempar dengancukup dahsyat ke arah rusa. Binatang itu

    terpekik karena punggung belakangnya

    terkena lemparan peluru umbalang Siju-rang Mandopa. Namun, binatang itu ha-

    nya tersungkur sebentar lalu bangkit kem-

    bali setelah meninggalkan cahaya kilat disekitar tubuhnya. Sijurang Mandopa me-

    rasa dipennainkan oleh rusa. Akhirnya,

    binatang itu lenyap dari pandangannya.

    Semua tempat di sekitarnya diraba dan

    dikuakkannya namun jejak dan bau rusa

    tidak tercium.

    Sijurang Mandopa mendapat isya-

    rat dari Sidarapati bahwa sang rusa ber-

    ada di atas pohon kayu yang besar se-hingga jejak dan baunya tidak terbawaangin. Benaiiah petunjuk Sidarapati. Ke-tika pohon kayu itu dinaiki Sijurang Mandopa, sang rusa menggelepur meregangnyawanya. Dengan menggunakan parangdan tali rotan rusa tersebut dapat disem-

    belih lalu dibawa pulang.Sidarapati ikut mengiringi manusia

    sakti itu sambil bersiul-siul kegirangan.Sesampainya di tempat terlihat SijurangMandopa sudah asyik melahap binatang

    buruannya dan beberapa ekor ikan yangdiambil dari lukahnya. Sehabis makan Si-

    {R/ACTtpoi SumoCca ̂ ICtwta

  • 19

    jurang Mandopa tidur dengan lelapnyadan kini dengkumya memecahkan kese-pian hutan. Sidarapati terbang ke langittinggi menemui kawan-kawannya.

  • IV

    SIJURANG MANDOPA

    MELAWAN SERIGALA

    Pada satu malam rumah Sijurang

    Mandopa ditiup angin keras. Beberapatiangnya bergoyangan diterpa angin. Taklama kemudian hujan tumn disertai anginbercampur debu sehingga daun-daun.Berguguran. Saat itu Sijurang Mandopabelum pulang ke rumahnya. la sedangberburu rusa bersama Sidarapati. Daerahperburuan mereka juga ditiup angin ken-cang. Namun, Sijurang Mandopa bertekattetap menantikan kawanan rusa keluardari dalam semak belukar.

    Biasanya kalau hujan mulai turunbinatang liar seperti rusa, kancil, dan babibanyak berkeliaran mencari makanan. Sijurang Mandopa heran dan berpikir. la ti-dak pernah mengalami hal seperti itu.Sambil menyandang umbalangnya iamemberi isyarat pada Sidarapati untukkembali. Mereka terpaksa merambahi ja-lan yang digenangi air hujan. Tiba-tiba seeker ular besar menyusup ke dalam se-

    ^4unjMii ̂ an^tn^ S«unaUa

  • 21

    mak ketika Sijurang Mandopa melintas di

    jalan itu. Sampai di pinggir sungai la ber-henti mellhat air sungai sudah meiuapdan mengeiuarkan suara yang gemuruh.Batang kayu dan segala tanah beriumpurmenjadi satu dengan arus air mengaiirkencang ke hilir.

    Sijurang Mandopa dengan bersu-sah payah menyeberangi sungai itu dengan cara berenang. Beberapa kali ia di-

    bawa arus air yang deras. Akan teapi,dengan segala keperkasaannya ia berha-sil mencapai tanah seberang. Dengan pe-ngamatan yang tajam ia berusaha me-

    nyimak arah rumahnya. Sidarapati ber-tengger di bahunya sambil mengepakkan

    sayapnya menjaga keseimbangan badan-nya. Burung itu sampai basah kuyup. Be-gitu juga dengan Sijurang Mandopa. Dikejauhan dan dalam kegelapan malam iahanya dapat mendengar raungan serigalayang berada di sekitar kediamannya. Sijurang Mandopa mempercepat langkahnya.Sesampai di sekitar rumahnya ia melihatsekawanan serigala sedang memperdayaseekor anjing kurus. Tampaknya perkela-hian tak seimbang. Anjing itu melompatmenghindar terkaman para serigala. Sijurang Mandopa terpaksa ikut cam pur ta-ngan untuk membela sang anjing dengan

    Sumalfa '^UjLoul

  • 22

    cara menghalau serigala yang buas-buasitu. Namun, ia mendapat serangan secaratiba-tiba dari serigala lain yang tak kalahhebatnya menerkam Sijurang Mandopa.

    SidarapatI terbang menjauh dan ha-nya dapat menatap pertarungan itu dariatas pohon kayu. Sijurang Mandopa taksempat mempergunakan umbalang danpisaunya karena ia didesak dari berbagaijurusan oleti kawanan srigala. Kan tetapi,ia berhasil melemparkan dua ekor srigalake udara dan jatuh ke atas batu-batuyang tajam di pinggir bukit. Namun, ke-

    jadian itu tidak membuat takut kawanan

    serigala yang lain. Oleh karena merekadidorong naluri buasnya untuk berebut

    dan mengoyak tubuh Sijurang Mandopa.Serigala itu tak mampu menghancurkanpertatianan Sijurang Mandopa. Oleh karena lelaki sakti itu dapat melemparkan be-berapa serigala lain ke udara dan ke din-ding gunung. Akibatnya, mereka mati ber-

    gelimpangan. Barulah tiga ekor serigalayang lain masih hidup lalu mengambillangkah seribu meninggalkan arena pem-

    bantaian itu.

    Sijurang Mandopa melirik kian ke-mari mencari anjing yang hampir mati ta-di. Dilihatnya anjing itu rebah berlumurandarah. Akibat luka yang dideritanya ia tak

    ^^unpoi Siunatta ̂ UXoml

  • 23

    mampu berdiri dan hanya merintih kesa-kitan. Dengan sigap Sijurang Mandopamembawa anjing itu masuk ke dalamrumahnya. la mengambil daun salim-batuk lalu mengunyahnya sampai iumat.Lumatan daun itu oleh Sijurang Mandopadiolesi ke seiuruh tubuh anjing itu. Sem-buran yang diludahkan Sijurang Mandopake tubuh anjing itu jatuh ke tanah.Akhirnya, sisa-sisa daun itu tuntbuh suburdan dapat dipakai sebagai obat yang se-ring digunakan orang untuk mengusir roh,seperti akibat tersapa atau diganggu olehroh dan jembalang hutan.

    Dalam tempo dua had anjing itu su-dah dapat menjulurkan lldahnya memintamakan. Segala luka dl tubuhnya ber-angsur hilang. Akhirnya, anjing itu menja-di piaraan kesayangan Sijurang Mandopadan selalu ikut berburu bersama tuannya.la diajarkan oleh Sijurang Mandopa caraberburu dan melacak jejak rusa.

    SiutuiUa

  • V

    KERBAU BARUMUN

    Pada suatu hari, Sijurang Mandopaberangkat meninggalkan daerah Arse danpergi menyusur Sungai Asahan. la ber-niat untuk mencari daerah baru sekaligusmemperluas daerah pengembaraannya.Peijaianan itu disertai oleh anjingnyayang setia. Sebelum berangkat, ditatap-nya daerah pemukimannya untuk terakhirkalinya. Anjingnya sekali-kali melompatke arah tuannya seolah-olah mengucap-kan janji setia untuk mendampingi keper-giannya.

    Peijaianan yang dilakukan SijurangMandopa kali ini memerlukan waktu ber-hari'hari. Sebilah parang dan senjata um-balang tersandang di bahunya. Terka-dang suaranya bersipongang. Burung-burung bangau dan belibis beterbanganmenghindarkan diri bila melihat dan men-dengar langkah kakinya memijak tanahpegunungan.

    Setelah beijalan selama tujuh haritujuh malam, mereka barulah sampai di

    ^Cta«a

  • 25

    sebuah kawasan lembah yang cukup luas

    dan memenuhi syarat bagi Sijurang Man-

    dopa untuk membuka hutan dan mem-buat pemukiman. Di sebuah lembah yang

    agak gelap darl sinar matahari ia melihatseekor ular piton sedang meliliti leher se

    eker kerbau hutan dan ekor ular itu ber-

    gantung pada sebuah dahan pohon. Kerbau itu berusaha melepaskan diri dengan

    mengerahkan tenaga sekuat-kuatnya.

    Tanduknya tak dapat digunakan untukmenghadapi sang ular. Lilitan tubuh ularItu seperti ingin cepat meremukkan tubuhsang kerbau.

    Sijurang Mandopa tercengang melihat kejadlan Itu la perlu membantu ker

    bau yang sedang kepayahan, sebab bllakerbau Itu dapat diselamatkan dapatmembantunya untuk membuka hutan. la

    mencari batu sebagai peluru umbalang-

    nya. Tangan kanannya yang kuat Itu dl-ayun-ayunkannya untuk menumpukkan

    tembakan ke arah tubuh ular Itu. Lalu ba

    tu Itu dllepaskannya dan meluncur dengan kencang ke arah tubuh ular yang

    terjuntal dl atas pohon. Batu Itu tepat

    mengenal sasarannya. KInl ular Itu ter-

    paksa melepaskan dirl darl cabang pohondan meluncur ke bawah serta mencoba

    meliliti tubuh sang kerbau yang berada

    ^twtultul

  • 26

    dalam posisi yang tidak menguntungkanuntuk melawan.

    Sijurang Mandopa terpaksa turuntangan untuk menyelamatkan nasib sangkerbau. Parang yang tajam berkali-kalidicencangkan ke tubuh sang ular. Darahbersemburan ke tubuh sang ular. Tak be-rapa lama lilitannya di tubuh kerbau se-makin melemah dan akhirnya sang ularrebah ke tanah. Kerbau itu berusaha

    menghindarkan diri dan mendengus-de-nguskan mulutnya sambll matanya ber-kedip-kedip ke arah Sijurang Mandopa."Nah, sekarang la tidak akan mebinasa-kanmu lag!. Marl ikut aku ke sana," pe-rintah Sijurang Mandopa kepada kerbau

    yang tunduk patuh menuruti petjalananmanusia penyelamatnya.

    Syahdan kerbau piaraan SijurangMandopa bertambah banyak karena kerbau yang pernah ditolongnya membawa

    kawanan yang lain untuk membantu lelaki

    itu membuka hutan dan perladangan.

    CBun^ StuiuiltA

  • VI

    SIDARAPATIHURAH

    KE BARUMUN

    Beberapa tahun lamanya SijurangMandopa hidup aman damat di daerahBarumun. Waktu berganti dan masa ber-tukar, menyebabkan usia Sijurang Mandopa juga semakin tua. Jenggot dan ram-butnya semakin memutih. Tapi kegagah-annya sebagai manusia rimba yang saktitetap terlihat. Masa tuanya mulai mela-kukan bertapa. Dalam bersemedl, la ja-rang berburu atau mencarl ikan dl sungal.AnJIngnya bertugas mengantarkan ma-kanan ke dalam gua tempat SijurangMandopa bersemedl.

    Konon menurut cerlta hampir tigabulan la tetap bertapa dengan cara ber-plndah tempat. Kadang-kadang la dudukterpekur dl dalam sungal yang mengallr.Hanya kepalanya yang muncul dl permu-kaan air. Sehlngga beberapa helal ram butgondrongnya berklbasan diterpa arus air.Bermacam-macam binatang buas, sepertiular dan buaya mencoba menguslk seme-

  • 28

    dinya. Namun, ia tak tergoda untuk me-ninggalkan tapanya.

    Setelah beberapa lama bertapa diatas air yang mengalir, la pergi mengam-bil rotan yang besar-besar dan menglkat-nya menjadi satu pada sebuah pohonyang lain. Rotan yang mirip tikar raksasaitu lalu dinaiki dan ia tidur di atasnya.

    Pada suatu hari, ia tersentak men-

    dengar suara burung yang cukup dike-nalnya. la lalu membuka matanya. Sinarmatahari berpencaran di sekitar rimbunanpohon kayu. la tersenyum sambil melirikke atas. "Itu pasti, suara Sidarapati" te-riaknya. la lalu meluncur turun dan pergimenatap langit biru. Berpuluh-puluh te-man Sidarapati terbang di udara. Di pa-ruhnya masing-masing terselip setangkaipadi. Sidarapati singgah di bahunya danbersiul-siul seolah mengucapkan selamatbertemu dengan tuan gurunya. Sambiltertawa Sijurang Mandopa menerima setangkai padi dari paruh Sidarapati lalu di-letakkan disampingnya. Berbarengan dengan itu semua kawan Sidarapati melon-tarkan tangkai padi dari mulutnya masing-masing. Di atas tanah itu Sijurang Mandopa melihat tumpukan benih yang ku-ning emas pertanda anugerah yang da-tang dari dewa "Oh, inilah hasil perta-

    {Bw

  • 29

    paanku yang lalu," desisnya dalam hati.Pertapaanku ternyata telah dikabulkanoleh dewa yang menjadl pemegang jagatraya. la semakin takjub lalu mengambilsebagian tumpukan pad! itu dinikmatinyasejenak. Sijurang Mandopa tersenyum,"Alangkah nikmatnya," bisiknya denganmata yang bersinar bahagia.

    Konon kabarnya tumpukan padi ituakhirnya tumbuh menjadl beratus-ratustangkai. Alangkah ajaibnya karena di dae-rah yang gersang dan tandus itu telahberubah menjadl daerah yang subur bagikehijauan padi dan tumbuhan lainnya.

    ^amji43i ^iMnatxa

  • VII

    PULANG KE NE6ERI

    Suatu hari Sijurang Mandopa tegakmenatap arah suatu daerah yang jauh.

    Dilihatnya gugusan hutan yang hijau me-magar gunung. Rasa Rindunya munculuntuk kembali ke Dolok Sigopulon. Sambil

    mengelus janggutnya yang hampir selu-ruhnya memutih ia tersenyum. Tekatnyasudah semakin kuat untuk kembali men-

    jenguk daerah tempat tinggalnya yang

    pertama.

    Setelah berkemas membawa ke-

    perluannya ia pergi ke padang rumputyang hijau seluas mata memandang. lamenjerit memanggil kerbau piaraannyayang sedang hidup bebas di hutan rimba.Tak beberapa lama kemudian munculberpuluh-puluh kerbau yang besar dan

    kukuh. Kerbau-kerbau menguak gembira

    di kaki Sijurang Mandopa seolah-olah

    berkata dan siap sedia menerima perintah

    dari tuannya.

    "Kita besok berangkat pulang ke

    Dolok Sigopulon, hai para kerbauku yang

    Sumoita

  • 31

    perkasa," kata Sijurang Mandopa sambil

    mengelus kepala kerbau yang pernah di-tolongnya. Binatang itu menggoyang-go-yangkan kepalanya dan saling menguak

    sesamanya tanda setuju atas perintahSijurang Mandopa.

    Pagi harinya Sijurang Mandopa me-nyiapkan perbekalannya. Sebilah parang

    sakti mandraguna terselip di pinggang-nya. la iaiu memanggil Sidarapati untuk

    bersiap-siap melakukan perjalanan pu-lang ke tanah kelahiran. Sidarapati bersiul

    gembira dan sesekali hinggap di bahutuannya dan satu saat sudah bertengger

    di kepala kerbau yang asyik menguak-nguak sepanjang perjalanan.

    Menjelang tengah hari armada pia-raan Sijurang Mandopa berhenti di se-buah tempat yang dipenuhi batu-batu gu-nung yang terjal. Sijurang Mandopa lalu

    naik ke atas batu membuka perbekalan

    nya. Sementara itu, kerbaunya asyik me-nguyah rumput di padang hijau tak jauhdari sebuah sungai yang airnya berasaldari gunung itu. Sijurang Mandopa makan

    bersama Sidarapati. Setelah selesai makan, Sijurang Mandopa mencabut si parang saktinya dan mengasahnya tajam-tajam di sebuah batu gunung yang ter-hampar. Bekas asahan parang Sijurang

  • 32

    Mandopa lama-lama dikenal orang de-ngan pengirkiran (tempat mengasahparang).

    Pada saat perjalanan itu SijurangMandopa bersendau gurau dengan ker-bau piaraannya. Kerbau itu menaikkanSijurang Mandopa ke atas tengkuknyadengan menggunakan tanduknya yangpanjang dan runcing. Sijurang Mandopatertawa gembira duduk di atas kuduk kerbau kesayangannya.

    Bma^ Swmitca '^[XoM

  • VII)

    GUNUNG MANOBOT

    DAN KERBAU

    BARUMUN

    Oi sebuah hutan yang cukup leb^Sijurang Mandopa sibuk memimpin rorti'bongannya dengan seksama dan waspi-da. Oleh karena kini mereka berada da-

    lam hutan yang geiap dan seram. Di de-pan mereka terlihat sebuah sungai yangiebar dan curam menggemuruh suaranyameneijang mengikuti arus. Sijurang Mandopa menghentikan rombongannya danberusaha mencarl batang pohon yangcukup besar untuk jembatan menghu-bungkan mereka ke seberang. Tak jauhdarl tempat itu Sijurang Mandopa melihatsebuah pohon kayu purba yang tumbang.Nampaknya pohon itu sudah lama rebahdi atas tanah. Sebagian akar pohon itumencuat ke pemiukaan tanah. SijurangMandopa menyeret pohon bersama akar-nya dan melemparkannya lurus ke seberang tebing sungai di depannya. Tak be-

    ^utruitta-

  • 34

    rapa lama telah terbentuk jembatan yangtelah dilemparkan oieh Sijurang Mando-pa. Dengan sorak dan suara gempltasemua rombongan kerbau itu bergerom-bol menempuh jembatan tersebut. Lamakelamaan daerah itu dinamai orang hiteu-

    rat yang artinya jembatan akar pohon.Mereka meneruskan perjalanan

    melalui ceruk-ceruk tebing dan pingganggunung yang ditumbuhi daun yang iebatdan hitam pekat. Di daerah itu SijurangMandopa sering menemukan kesukaran.Kadangkala kaki kerbaunya tergelincir ka-rena memijak pasir putih yang berkilauanseperti cahaya bulan. Kadang kaki kerbaunya terbenam di lumpur sehingga Sijurang Mandopa terpaksa membantu me-lepaskan kesulitan yang menimpa hewanpiaraannya. Mendaki gunung yang terjal,iicin, dan mudah runtuh tepinya membuatrombongan Sijurang Mandopa berguling-an kembali ke bawah. Untunglah pohonyang bergeiimpangan yang rebah di ta-nah menahan tubuh mereka. Ada yangtersangkut kaki dan tanduknya di cela-cela pohon mati. Saat seperti itu SijurangMandopa merasa geli melihat ulah kerbaunya.

    Beberapa kerbaunya menggeleparmeiepaskan dirinya dari akar pohon yang

    SiuiuUtA

  • 36

    membelit tubuhnya. Sijurang Mandopa

    terpaksa mempergunakan parang untukmenebas pohon yang mencengkeram tu-buh kerbaunya. Akan tetapii bersamaanpohon itu putus dari akarnya bersamaan

    itu pula tubuh kerbaunya berguling ke ba-wah.

    Sijurang Mandopa penasaran danmenebas pohon yang lain untuk mem-bebaskan kerbau dari cengkeraman maulakar dan cabang-cabang pohon. Namun,peristiwa itu beruiang kembali. Kerbaunyasemakin berguling ke bawah dan akhirnyatersungkur ke dalam jurang yang hitamgelap seperti mulut jembaiang yang me-nunggu mangsanya.

    Sijurang Mandopa mengeluarkansegaia tenaga dan akainya untuk menye-lamatkan hewan piaraannya. Tapi usaha-nya itu banyak yang gagal. Satu demisatu kerbau itu mengalami cedera. Diantara kawanan kerbau itu ada yang jatuhsakit dan meninggal mendadak dan adapula yang teijerumus ke dalam jurangyang dalam. Yang paling menyedihkanhati Sijurang Mandopa iaiah kerbau ke-sayangannya tak dapat melepaskan diridari celah gunung karena tanduknya ter-sangkut. Berkali-kali Sijurang Mandopaberusaha melepaskan tanduk kerbau itu

    ^un^a Stuiuitm ̂ Ct

  • 36

    dari celah gunung tapi usahanya sia-sia.Kerbaunya menguak dan berusahamenggerakkan tubuhnya seperti bantengyang siap berlaga. Namun, yang diha-dapinya bukanlah binatang hidup tapibenda-benda keras yang membeku dankaku. Gunung Itu tak ubahnya pembunuhberdarah dingin.

    Empat hari iamanya kerbau itu berusaha melepaskan diri dari celah gunungitu namun tak berhasii. Matanya memerahdan busa air dari mulut kerbau itu keluar

    semakin lama badannya yang perkasatak dapat bergerak secara leluasa. Siju-rang Mandopa berusaha membebaskankerbau itu dari cengkeraman gunung de-ngan menetak sedikit demi sedikit batu-

    batu gunung yang tajam dan keras. Padahari kelima pekerjaan Sijurang Mandopaberakhir. Kerbau kesayangannya mati ter-sangkut di ceruk gunung yang tajam ka-rena tidak berhasii dilepaskan oleh Sijurang Mandopa. Barangkali usaha SijurangMandopa dengan parang tajam yang di-kenal kehebatannya tak dapat menahanajal sehingga merenggut nyawa kerbaunya.

    Manusia perkasa itu akhirnya me-langkah lesu lalu meninggalkan kerbaukesayangannya yang telah mati tei^ng-

    Sumatca ̂ Ctaca

  • 37

    kut di ceruk gunung. la tegak iunglai disisi gunung sambii menyesali niatnya ka-

    rena membawa kerbau piaraannya untukkembali ke kampungnya. Kemudian iabetjalan menyisir tebing gunung dan ber-

    sumpah sambii berteriak dan meraung.

    "Ahotiiiii ... segala makhluk di hutan

    semesta ini, aku bersumpah sejak hari ini

    dan masa datang tidak ada kerbau baru-

    mun selamat sampai ke Dolok Sigopulon.

    Barang siapa yang mencoba membawakerbau dari sana seperti aku yang kinimembawanya, dia akan gagal dan akankecewa. Oleh karena gunung ini adalahpenghalang terbesar yang tak dapat di-

    hancurkan."

    Menurut cerita gunung penghalangpeijalanan kerbau Sijurang Mandopa kinidisebut orang dengan Gunung Manobot(Artinya gunung penghalang). Sijurang

    Mandopa berkali-kali lari ke segenap arah

    delapan penjuru angin sambii berteriak

    sebagaimana ucapan yang telah dite-riakkannya bersahut-sahutan. TeriakanSijurang Mandopa dipantulkan kembali

    oleh lingkungan itu.

    Sijurang Mandopa meneruskan per-

    jalanannya hanya ditemani Sidarapatihingga sampai kembali ke Dolok Sigopulon. Setelah beberapa tahun menikmati

    ^uoioXmi

  • 38

    usia tuanya di daerah kesayangannya,

    akhirnya manusia perkasa yang telahbanyak berjasa mempertahankan keles-tarian alam itu akhirnya menghembuskan

    nafasnya terakhir dalam pangkuan hutanrimba.

    Konon kabarnya menurut cerita ka-

    lau ada orang yang berdagang kerbau

    barumun ke daerah Dolok (kota Sipiongot

    sekarang in!) selalu mengalami kegagal-an, yaitu semua kerbau yang dibawa ke

    Sana jatuh sakit. Percaya atau tidak per-caya pembaca dapat sekali-kali tinggaldan diam di daerah suaka Sijurang

    Mandopa. Namun yang jeias kisah hidupdan petualangan Sijurang Mandopa telah

    meninggalkan warisan yang abadi bagi

    penduduk di sana.

    Bun^ $/a«npai 8tt4iuit«a tCtoM

  • Cerita Kedua

    SR^DAYANGWent Hawariyuni

    Pada zaman dahulu daerah Lang-

    kat merupakan sebuah kerajaan yangsangat besar. Rakyat negeri int sebagianbesar hidupnya sebagai petani. Tanah

    pertanian mereka luas dan gembur se-

    hingga tanaman tumbuh subur. Bahkan,kehidupan mereka pun serba makmur.

    Di negeri ini hiduplah sepasangsuami istri yang sangat rajin bertani. Se-panjang harl pasangan suami istri itu

    menghabiskan waktunya di ladang atau disawah. Mereka sudah lama membina ru-

    mahtangga namun mereka belum mem-punyai anak.

    Pada suatu hari suami istri itu se-

    dang beristirahat di gubuk yang terletak ditengah-tengah sawah mereka yang ham-pir panen. Angin berhembus sepoi-sepoibasah. Angin ini menimbuikan gelombangkecil di lautan padi mereka yang mengu-ning karena diterpa teriknya matahari. Be-

    berapa ekor burung manyar terbang me-

  • 40

    lesat dari rimbunan rumpun padi yang sa-

    ngat berisi."Alangkah senangnya kalau kita

    mempunyai seorang anak laki-laki sehing-

    ga pekerjaan kita ada yang membantu.Manual padi, menyiangi rumput, sampaimencangkul. Rasanya aku tak terialu ie-

    lah," kata sang suami sambil merebahkanbadannya ke balai-balai kecil melepaslelah.

    "lya kaiau anak kita lahir iaki-laki.Seandainya Tuhan mengasih anak pe-rempuan, tentunya aku akan mendidiknyaagar ia tumbuh menjadi gadis yang can-tik. Kalau ia cantik, barangkali anak bang-sawan akan melamarnya. Kita bisa hidup

    enak punya menantu bangsawan," selaistrinya.

    "Jangan asal ngomong istriku, kita

    sebagai petani jangan mengharapkanyang muluk-muluk. Cita-cita memang iia-rus setinggi langit tetapi bayang-bayanghams sepanjang badan."

    "Lho apa saiahnya, kita punya me

    nantu bangsawan suamiku, kalau gadiskita cantik?" sela istrinya.

    "Sudahlah istriku, jangan banyakmenghayal, aku mau tidur sebentar. Badan ini rasanya remuk. Pinggangku se-pertinya mau patah," kata sang suami

    dtompoi Sumattd

  • 41

    sambil menguap. Angin siang itu telahmembuat petani laki-laki itu mengantuk.Istrinya hanya mengumpat dalam hati ka-rena pendapatnya seperti tak dihiraukan.

    Dalam hatinya la berdoa mudah-mudahan

    Tuhan Yang Maha Esa memberikan anakperempuan.

    Beberapa tahun kemudian, pasang-an petani itu dikaruniai seorang anak perempuan. Atas kesepakatan bersama,

    anak itu diberi nama Sri Dayang. Mereka

    menyambut kehadiran Sri Dayang de-ngan penuh rasa syukur dan rasa keba-

    hagiaan yang mendalam. Apalagi bagisang istri. Cita-citanya untuk memanjakananak perempuannya telah tercapai.

    Hari berganti hari, Sri Dayang tum-buh menjadi gadis yang sangat cantik.Kecantikan Sri Dayang tak ada yang me-nandingi di kampung itu. Walaupun cantik, Sri Dayang tidak sombong. la sangatramah dan sopan. Banyak sekali pemu-da-pemuda di kampung itu yang inginmelamar menjadi istrinya. Namun, se-muanya ditolak mentah-mentah, terutama

    oleh emak Sri Dayang. Melihat kenyataanitu, hati Sri Dayang sangat sedih.

    "Mak, mengapa pemuda-pemudayang ingin melamarku ditolak semua? Bu-kankah di antara mereka ada pemuda

    0l.a4?ipai

  • 42

    yang baik dan rajin bekeija? Betapa ke-cewa hati mereka, Mak. Aku semakin tak

    mengerti dengan penolakan ini Mak,"tanya Sri Dayang suatu hari, ketika orangtuanya baru menolak rombongan yangakan melamar dirinya.

    "Sri Dayang gadlsku yang manis.Dengar ya, Nak. Emak tidak suka samapemuda-pemuda kampung kita yang per-

    nah melamarmu. Mereka semua petanl

    seperti kita. Mereka orang kampung.Emak ingin kamu disunting bangsawan.Emak ingin punya menantu putra bangsawan. Dengan demikian, kita akan hidupenak. Kau pun akan tinggai di istana. Kauakan hidup enak karena tak perlu ber-

    ladang dan ke sawah menanam padi.Tubuhmu akan selalu muda tak seperti

    badan dan kulit Emak yang hitam ter-

    sengat terik matahari," jawab emaknyaenteng.

    "Tapi, Mak. Aku tak pernah ber-mimpi dilamar seorang bangsawan. SriDayang tak pernah punya cita-cita hidupdi istana yang gemerlapan harta benda.Sri Dayang impikan ya kehidupan sepertikita sekarang, yaitu bertani, beriadang,beternak. Hidup di kampung yang serbatenang bersama burung-burung dan uda-ra segar. BetuI, Mak. Sri Dayang tak per-

    {Bun^

  • 43

    nah punya cita-cita menjadi istri bang-sawan."

    "Dengarlah Emak, Sri Dayang. Se-mua ini demi kebahagiaanmu. Emak inginkau hidup bahagia. Emak ingin kau tetapcantik. Emak tidak ingin kau menjadipetani."

    "Tapi, Mak. Bukankah kebahagiaanitu hanya ada di istana raja. Sri Dayangmerasa cukup bahagia menjadi gadis petani seperti kita," bela Sri Dayang. Men-

    dengar keributan kecil bapak Sri Dayangpun ikut bicara.

    "Sri Dayang anak kita kan sudahbesar, Mak. la sudah tahu mana yangterbaik buat dirinya. Jangan kita paksakankehendak kita terus."

    "Bapak diam saja! Laki-laki tahuapa? Pokoknya Sri Dayang harus kawindengan bangsawan. Syukur ia bisa di-pinang putra mahkota kerajaan Langkat.Dengan demikian ia akan menjadi ratu dinegeri ini. Mulai besok Emak akan men-

    carikan daun-daun untuk ramuan iulur

    kulitmu. Biar kulitmu tetap kuning dan kaunampak tetap awet muda. Dan yang pen-ting, mulai hari ini Emak melarang kau keluar rumah!"

    "Tapi. Mak...!"

    "Tidak ada tapi^tapian. Ingat, Emak

    dtomjiai StMmiUa

  • 44

    tidak mau main-main, ini semua untuk

    kepentinganmu juga!" bentak emak SriDayang. Perempuan itu marah. Keingin-annya untuk memingit anak gadisnya su-dah bulat. Tak ada yang berani mem-bantah emak Sri Dayang walaupun suami

    sendiri.

    Sejak saat itu Sri Dayang menjadigadis pingitan. la tidak boleh ke iuarrumah. Hari-hari yang berlalu indah hanya

    dijalani di dalam kamar. Kedua orangtuanya tak mengijinkan ia ke Iuar rumah.Apalagi pergi ke ladang membantu ber-tani, pekerjaan rumah pun sudah beresdiketjakan emaknya.

    Hati Sri Dayang sangat sedih kare-

    na menjadi gadis pingitan. la tak mampumelawan kedua orang tuanya. Padahal, ia

    ingin sekali membantu orang tuanya diladang. la ingin berbakti dan tidak maumenjadi gadis pemalas. Namun, semuahanya impian. Semua keinginannya takmungkin menjadi kenyataan karena ia te-lah dilarang keras oleh emaknya untuk keIuar rumah. Setiap hari ia hanya tinggal di

    kamar sambil melulur tubuhnya dengan

    ramuan daun-daun dan rempah-rempahbuatan emaknya. Mengingat nasibnya

    yang kurang beruntung, Sri Dayanghanya bisa menangis pilu. Kalau saja

    dtompoi SumoUa ̂ ta«a

  • 45

    rumahnya tidak dikunci dari luar olehemaknya ia ingin berlari menghirup udarabebas.

    ***

    Pagi sangat cerah karena di ufuktimur matahari bam saja mekar. Dengandiiringi nyanyian burung-burung, sangsurya menebarkan sinar kehangatan. Em-bun masih menyisakan tetes-tetes akhir-nya pada pucuk daun dan rerumputan.Udara terasa sangat sejuk dan segar.

    Para petani negeri Langkat di pagiitu hendak berangkat ke ladang. Merekaberjalan beriringan. Senyum mereka sangat cerah. Itu pertanda tahun ini merekamendapat hasil yang melimpah. Merekasangat gembira ketika berangkat kerjasambil bersenandung kecil iagu-lagu ri-ang. Ada juga yang hanya bersiul-siulsaja menumpahkan keriangan hati mem-bunuh sunyi. Matahari di ufuk timur makin

    perkasa saja.

    Ketika sampai di ladang, merekadengan giat bekerja. Mereka mencangkulladang yang teiah selesai dipanen danmembuat gundukan-gundukan kecil. Ta-nah yang gem bur tak perlu diberi pupuklagi karena humus daun-daun telah men-Jadi pupuk. Tapi kalau ada tanah yang se-dikit gersang, mereka memupuk dengan

    Sanutiwi

  • 46

    pupuk kandang berupa kotoran hewanternak sehingga bisa menyuburkan tanah.Mereka terus betjuang mengolah tanahagar bisa menghasiikan bahan pangan.Mereka menanam bermacam-macam ta-

    naman. Ada tanaman keras dan palawija,

    seperti kopl, iada, cengkeh, pala, pinang,dan bermacam-macam tanaman keras

    lainnya.Namun, petanl itu ada juga yang

    hanya menanam umbi-umbian dan sayur-mayur, antara lain ubi kayu atau sing-kong, ubi rambat, dan berbagai macamtalas. Selain itu, petani juga menanamkacang panjang, bayam, sawi, cabe, labu,dan berbagai macam sayur-mayur.

    Negeri Langkat adalah negeri petani. Negeri ini bagai surga buat para petani. Oleh karena sejauh mata memandangsawah luas terbentang. Para petani mengolah sawahnya dengan gembira. Wa-laupun bertempur dengan lumpur. Dalammengolah tanah, para petani dibantu olehhewan ternak mereka, yaitu kerbau dansapi untuk membajak. Bahkan mencang-kul, menyemai benih, dan menanam padi.Serumpun demi serumpun mereka tanamdi lumpur. Dengan penuh pengharapandan kesabaran mereka menunggu panen

    datang. Alangkah senangnya mereka bila

    dLa«npai Jamaica

  • 47

    musim panen tiba. Padi yang menguningkeemasan bagai lautan harapan. Mereka

    menuai dengan hati yang damai. Bulir-bulir padi yang masak dan padat, mem-buat mereka berbadan sehat.

    Demiklanlah, sang waktu terus ber-

    putar. Tanpa terasa hari-hari beiialu be-gitu cepat saling susul menyusul sllih ber-ganti. Musim kemarau berakhir karenadatangnya musim penghujan. Begitu jugasebaliknya, musim panen telah usai laludiganti musim tanam tanpa pernah ber-henti. Para petani terus bekerja untukmencukupi kebutuhan keluarga.

    Meskipun menjalani hidup sebagai

    gadis pingitan, keinginan untuk hidup wa-jar tak pernah surut di hati Sri Dayang. laseialu memohon kepada orang tuanya

    agar dirinya diperbolehkan turut ke la-dang.

    "Mak, PakI Bukankah musim tanam

    padi telah tiba? Izinkan Sri Dayang turunke sawah. Sri Dayang sudah rindu ber-lumpur, menanam padi, menyiangi rum-

    put-rumput liar," pinta Sri Dayang padasuatu malam.

    "Oh, jangan anakkul Emak dan ba-

    pakmu masih sanggup mengeijakan sawah ladang kita. Emak takut, nanti ram-

    ^u«i^ ̂R.amjuu SiuiuiUa ̂ CtoM

  • 48

    butmu yang hitam-legam itu akan menjadimerah terbakar matahari. Kulitmu yangkuning langsat itu akan menjadi kelabu.Bagaimana mungkin calon permaisuri rajaakan mempunyai kulit sehitam kulit gadis-gadis kampung. Jangan sampai terjadibegitu, Dayang anakku. Emak takut itu!"

    "Emak, emak. Kapan emak mem-buang impian giia itu? Sri Dayang tetapSri Dayang anak emak dan bapak yanghidupnya hanya bertani. Dayang bukanturunan bangsawan, mak."

    "Jangan khawatir, anakku. Impianemak sebentar lagi tercapai. LihatlahlEmak telah membuatmu semakin hari

    semakin bertambah cantik. Kulitmu sema

    kin bertambah mulus, berkat ramuan

    yang emak buat. Besok emak dan bapakakan pergi ke kota kerajaan. Emak akan

    menjual semua hasil sawah ladang kitaselama satu tahun. Emak akan membe-

    likan sesuatu yang akan membuat dirimusemakin menarik. Suatu hari nanti, pastiakan datang rombongan hulubalang kerajaan yang akan memboyongmu ke istana.Bila itu terjadi, oh alangkah bahagianyaemak dan bapakmu ini."

    "Setelah bapak berpikir dengan ma-tang. Lama bapak memikirkan dirimu,Nak. Apa yang menjadi cita-cita emakmu

    Sampai ^Ctata

  • 49

    ada benarnya juga, Nak. Orang tua manayang tidak ingin anaknya bahagia. Apa-lagi kau telah menjadi gadis cantik. Rasa-nya sayang bila gadis secantik kau hanyaakan mendapatkan pemuda kampungyang hanya mengandalkan hidupnya se-bagai petani," seia bapak Sri Dayang.

    Mendengar penuturan kedua orangtuanya, hat! Sri Dayang semakin menjerit.Hatinya perih bagai tersayat-sayat sem-bilu. Sebagai seorang anak yang inginberbakti kepada kedua orang tuanya, wa-laupun hatinya kecewa, Sri Dayang takpernah membantah kehendak kedua

    orang tuanya. la hanya bisa melampias-kan kekecewaan hatinya dengan me-nangis. Malam itu tangis Sri Dayang ter-dengar sangat menyayat. la sepertinyaingin menguras air matanya sampai habiskarena tak ada lagi tempat beriindung.Kedua orang tuanya telah merampas ke-bebasan hidupnya. Rumah yang tenangtelah berubah menjadi penjara bagi jiwadan raganya.

    Apa yang dikatakan kedua orangtua Sri Dayang ternyata tidak main-mainlagi. Keesokan harinya kedua orang tuaitu langsung pergi ke pasar di kota raja.Pagi-pagi benar mereka pergi. Bapak SriDayang memikol padi dan emak Sri

    ^umatiA tUoca

  • 50

    Dayang menggendong berbagai basil bu-mi yang lain. Ketika sampai di pasar, ter-nyata penjualan basil panen mereka be-lum cukup untuk membeli berbagai ma-

    cam perbiasan buat anaknya Sri Dayangagar kelibatan cantik. Mereka terpaksapulang lagi untuk mengambil basil bumi-

    nya. Demikianlab, kedua orang tua itubari itu sibuk menguras basil usaba tani-nya selama satu tabun.

    Menjelang senja kedua orang tua

    itu pulang dengan wajab berseri-seri.Oleb karena mereka telab berbasil mem-

    belikan berbagai macam perbiasan untuk

    anak gadisnya."Pasti anak gadis kita akan semakin

    kelibatan cantik, Pak. Apalagi kalung inisepertinya cocok dengan lebernya yang

    jenjang," kata emak Sri Dayang padasuaminya.

    "Pokoknya apa yang terbaik buat

    anak kita. Aku selalu mendukung. Mudab-

    mudaban kita cepat dapat menantu se-

    orang bangsawan." Begitulab sepanjangperjalanan pulang kedua orang tua SriDayang selalu berbarap agar mereka ce

    pat dapat menantu bangsawan.Kegembiraan kedua orang tuanya

    ternyata tak disambut dengan gembiraoleb Sri Dayang. Gadis itu justru semakin

    ^tuu^ dtompoi Siunatta

  • 51

    sedih. la merasa seperti boneka yanghanya menjadi pajangan di rumah sendlri.

    "Engkau hams gembira, Dayanggadisku! Lihatlah, emak telah menabungselama satu tahun hanya untuk memba-hagiakanmu. Emak telah membelikanmu

    gelang, cincin, dan kalung yang gemer-lapan. Dengan memakai kalung ini, kau

    past! akan kellhatan lebih cantik dan lebih

    menarik. Semua mata pemuda kampungsini sampai punggawa kerajaan past!

    akan terkesima bila mellhatmu. Mereka

    semua akan tergila-glla. Sayang apabila

    mereka hendak melamannu, emak me-

    nolak. Kecuali darah biru, yaltu merekayang benar-benar keturunan raja," kata

    emak Sri Dayang sambil memakaikankaung ke leher Sri Dayang.

    "Wah, apa kata emakmu benar,

    Dayang. Dengan memakai kalung kau se-makin rupawan."

    "Emak. Apakah emak sayang samaDayang?"

    "Lho, mengapa engkau tanyakan

    hal itu Dayang?""Maafkan Dayang, mak. Dayang se-

    benarnya merasa tersiksa sekali. Dayangsudah besar, mak. Dayang sudah bisa

    menentukan mana yang terbaik dan ma-

    na yang tidak balk buat Dayang. Dayang

    SufliatuL

  • 52

    tidak suka dengan perhiasan-perhiasan

    ini. Kita hams hidup sederhana, mak. Kita

    kan hidup di kampung. Hidup dan kehi-dupan kita pun seharusnya menyesuai-

    kan diri. Bukankah dengan hidup demi-

    kian kita telah memamerkan harta kita?

    Dayang risih, mak. Kaiau disuruh pakaikalung dan semua perhiasan ini. BetuI,

    mak. Dayang malu.""Dengar, Dayang! Emak tidak suka

    engkau selalu membantah. Dayang itu

    anak emak. Semua perintah orang tuahams kau patuhi sebagai anak."

    Seperti maiam-malam sebeiumnya,Sri Dayang pun tak mampu bicara lagi.

    la sudah kehabisan kata-kata. Se-

    orang anak yang baik memang harus pa-

    tuh kepada orang tuanya sehingga semua

    perintah kedua orang tuanya harus ditu-

    ruti walaupun terasa berat. Sri Dayanglalu bergegas menuju kamar tidurnya.

    Malam itu ia menangis lagi. Dari balikdinding kamarnya terdengar tangis yangsemakin lama semakin menyayat pilu.

    Keinginan Sri Dayang untuk menja-

    lani hidup dengan normal sebagai gadis

    kampung, seperti teman-teman sebaya-

    nya sampai terbawa mimpi. Dalam mimpi-nya malam itu Sri Dayang merasakankebebasan yang selama ini dirindukan. la

  • 53

    merasa sangat bahagia. la merasa se-perti burung-burung yang bisa terbang kemana saja sesuka hatinya.

    Sri Dayang bisa bebas bekerja disawah ladang milik kedua orang tuanya.Diiringi nyanyian burung-burung yang ber-senandung tentang pagi, ia bekeija takmengenal lelah. Pagi itu, matahari di ufuktimur sangat cerah. Sang surya memberi-kan kehangatan buat kehidupan.

    Ketika matahari sudah condong ke

    arah barat, dari jauh terdengar sayup-sa-yup suara seruling bambu yang ditiupoleh seorang gembala kerbau. Lagu yangterdengar dibawa angin itu sangat men-dayu-dayu menyentuh kalbu. Sungguhsyahdu cukup merdu bagi kalbu yang se-dang terbuai rindu.

    "Oh, sawah yang sedang mengu-

    ning terbentang. Bulir padi yang bernasbagai lautan emas adalah harapan pa-man tani akan panen yang melimpah danbebas hama serta gangguan. Jika panentelah tiba, musim petik telah datang,alangkah senang dan gembiranya hatikita. Hilang sudah rasa lelah jika melihathasil yang cukup melimpah. Pesta panenpun dirayakan dengan penuh suka cita.Semua yang hadir merasa bahagia. Apa-lagi buat pemuda dan pemudi, di saat

    ^Aun^ai Su«tuit«A

  • 54

    seperti itulah mereka saling pandang, sa-

    ling janji, dan saling berbalas pantun."Begitulah kira-kira tetjemahan senandungseruling bambu yang terdengar bersamatiupan sang bayu.

    Lama sekali hat! Sri Dayang mere-

    sapi kata-kata tetjemahan syair senan

    dung seruling bambu itu. Gadis itu pun

    tersenyum simpul sendiri."Hai, Dayang! Angin apa yang

    membawamu ke ladang! Nanti kulitmu

    hitam tersengat matahari dan keringatmu

    bau Lumpur," terdengar ejekan dari te-tangga sawah. Sri Dayang menjadi malu

    mendapat sindiran itu. la ingin menjawabtapi mulutnya bagai terkunci.

    "Hai, Dayang mengapa kau diam

    saja! Mengapa engkau bersedih. Apakahgerangan yang sedang melanda hatimu?Kudengar emakmu selalu bercerita bah-

    wa kau akan dipinang putra mahkota RajaLangkat. Apakah benar kabar itu, Dayang? Kalau memang benar, alangkahsenangnya kau Dayang, gadis kampungyang bernasib mujurl" teriak suara itu lagi.

    Sri Dayang pun tak mampu menja

    wab pertanyaan-pertanyaan itu lagi. Mulutnya semakin terkatup rapat.

    "Tidak benar! Itu tidak benar! Aku

  • 55

    tak pemah bermimpi menjadi permaisuri!

    Teriak hati Sri Dayang.Ketika senja hampir padam, Sri Da

    yang pun pulang ke rumah. Dalam perja-

    lanan menuju ke rumah, hati Sri Dayang

    merasa sedikit lega. Hari itu ia bisa mem-

    bantu emak dan bapaknya. Rasa lelahdan penat setelah seharian kerja, tak di-

    rasakannya. Sebagai gadis petani, iamemang harus menjalani hidup sebagai-mana gadis kampung.

    Perjalanan dari iadang ke rumah SriDayang melewati sungai yang airnya sa-

    ngat jemih. Hati Sri Dayang pun terbujukuntuk mandi di sungai yang bening danpenuh bebatuan hitam itu.

    "Ah, alangkah segarnya badan inijika menyelam dalam air sungai beningini,° suara batin hati Sri Dayang.

    Namun, ketika gadis itu hendak

    mandi, tiba-tiba dari arah hulu meluncur

    seekor ular kobra yang cukup besar. Uiar

    itu mendesis keras. Kepala ular kobra itumenjulur membentuk seperti sendok. Li-dahnya menjulur ke luar sambil mengejarSri Dayang. Gadis itu pun berteriak-teriakminta tolong.

    "Tolong...! Tolong...! Ular...! To-long...!" teriak Sri Dayang parau sambilberlari sekuat tenaga. Dengan cepat pula

    SiwruUta

  • 56

    ular kobra itu mengejar Sri Dayang."Tolong...! Tolong... Mak! Tolong...

    Pak!°

    "Tok...! Tok...! Dayang! Dayang!Ada apa, Nak! Buka pintu... Nak! Tok!Tok! Buka pintu cepat!°teriak Mak SriDayang dari luar.

    Dengan nafas yang memburu dankeringat dingin membasahi seiuruh tubuh-nya, Sri Dayang seketika sadar bahwa itusemua hanya teijadi di alam mimpi.

    "Oh, aku bermimpi rupanya," batin

    Sri Dayang iirih."Dayang! Dayang, buka pintunya,

    Nak!"

    "Ya, sebentar, Mak!"

    "Ada apa, Dayang. Tengah maiambegini kok teriak-teriak. Emak sampai ka-get mendengarteriakanmu itu."

    "Tidak apa-apa, Mak.""Kau pasti mimpi. Coba ceritakan

    apa yang terjadi dalam mimpimu itu,Dayang?"

    "Tidak, Mak. Dayang tak bermimpiapa-apa."

    "Jangan bohong, Dayang. Cerita

    kan saja mimpimu itu," desak mak SriDayang.

    Dengan terbata-bata, akhirnya SriDayang menceritakan mimpinya pada

  • 57

    malam itu.

    "Bagus! Itu pertanda bagus, Da-yang. Apaiagi ularnya ular kobra. Kata ne-nek moyang kita, kalau seseorang mimpidigigit ular, past! orang itu sedang ada

    yang mau melamar. Ya, apaiagi kaugadis

    yang cantik. Ular dalam mimpimu itu ular

    Kobra. Kobra adalah rajanya ular berbisa.Pasti impianmu sebentar lagi akan menja-di kenyataan. Kauakan dipinang anak ra

    ja. Percayalah, Dayang. Oh, betapa ba-hagianya hatiku. Oh, Dewata yang agungterima kasih atas kemurahanmu!"

    Mendengar penjelasan emaknya

    hati Sri Dayang semakin sedih. Gadis itupun menutup pintu kamarnya kembali. la

    ingin melupakan mimpinya yang seramitu. la ingin melanjutkan tidurnya yang te-lah terputus. Di luar udara sangat dingin

    dan beku.

    Malam itu langit kelam. Mendung

    kelabu menutupi hampir permukaan la

    ngit.Tak satu pun kerlip bintang-gumin-

    tang terlihat apaiagi bagi rembulan sang

    dewi malam. Sejak senja tadi langit me-

    mang terlihat sangat murung. Semurung

    dan sesedih hati Sri Dayang yang sedang

    gelisah di dalam pembaringan kamarnya

    yang bisu. Gadis itu ingin segera mem-

    ^wnalUa.

  • vr

    58

    bunuh keresahan hatinya. la ingin segeramelupakan mimpinya yang seram. Na-

    mun, matanya tak mampu terpejam de-ngan segera. Pikiran gadis itu pun sema-kin tersiksa. Dari celah dinding kamamyayang sedikit berlobang, Sri Dayang bisamembayangkan betapa malam Itu me-

    mang berlalu dengan kekelaman pekat

    tanpa secercah cahaya rembulan.

    Ketika terdengar ayam jantan ber-kokok untuk yang pertama kalinya pun,

    mata Sri Dayang belum bisa terpejam.Gadis itu terbayang kembali mimpi se-

    ramnya. la menjadi semakin gelisah an-

    tara keinginannya lepas dari hidup pi-ngitan dan menghirup nafas kebebasan

    menjadi campur aduk melanda jiwanya. lajuga terkenang masa-masa indahnya diwaktu kecil apalagi kalau purnama tiba.

    Setiap bulan purnama tiba ketikabulan bulat penuh di atas langit yang

    bening bersih, ia teringat masa lalunya.Ditemani tatapan sejuta bintang-bintang

    sang dewi malam tersenyum cerah yangmenerangi kegelapan malam, anak-anak

    kampung pun menggelegar berbagai ma-

    cam permainan. Gobak sodor, petak um-pet, dan kucing-kucingan adalah nama-nama jenis pennainan yang digelar anak-

  • 59

    anak kampung. Mereka bersuka ria men-

    jemput purnama.Sri Dayang bersama teman-teman

    sebaya turut gembira. Namun, kegembl-raan itu tak berlangsung lama, kalauemak dan bapaknya menyuruhnya pu-lang.

    "Dayang! Dayang sudah malam.Nantl kakimu tertusuk duri. Anak perem-puan tak pantas main petak umpet. Ayopulang. Hari sudah larut!" teriak emaknya.Dengan perasaan tertekan Sri Dayangpun pulang ke rumahnya. la meninggal-kan teman-temanya yang tengah asyikbermain mencumbui bulan hingga tengahmalam.

    "Uh, emak sepertinya tak sayang

    aku dari kecil. Oleh karena sejak kecil akusudah tak bisa bergerak bebas. Sampaimain-main di sekitar rumah pun dibatasi,"desah gadis itu lirih mengenang masa kecil nya yang tak bahagia. Pada saat ma-tahari hendak terbit dalam sekejap gadisitu terlena dibuai mimpi yang indah penuhkenangan.

    Ketika terjaga ternyata matahari sudah cukup tinggi. Kedua orang tuanya su

    dah lama pergi ke ladang. Seperti biasa-nya segala kebutuhan Sri Dayang sudahdipersiapkan emaknya. la tak perlu su-

    tBim^

  • 60

    sah-susah menanak nasi, menjerang air,dan mencuci pakaiannya. Oleh karenasegala keperluan dan kebutuhannya se-mua sudah ada di depan matanya. Lantalrumah pun sudah berslh. la tak diberi se-

    dikit pun pekeijaan rumah agar badannyabisa bergerak. Satu-satunya tugas rutin-nya hanya mandi dan merawat tubuhnyaagar tetap tetjaga dari kotoran dan terik

    matahari.

    "Aku sudah bosan menjaiani hidupseperti ini. Aku harus berontak. Aku harus

    menyusul orang tuaku ke sawah. Akuharus...!" Teriak Sri Dayang lantang.

    Gadis itu terus berteriak-teriak sen-

    dirian. Sorot matanya liar, la Ingin berontak dan ingin bebas. Bahkan, SriDayang ingin lepas dari pingitan keduaorang tuanya. Keinginannya untuk bebassudah lama terpendam. Hari itu seperti-nya mendapat kekuatan baru sehinggatekadnya sudah bulat. la ingin segera menyusul emaknya di ladang. Dengan sege-nap kekuatan tenaganya ia berhasil men-dobrak pintu rumahnya. Setelah segalasesuatunya lengkap, dengan langkah ter-buru-buru, Sri Dayang terus melangkahmenuju ladang. Ketlka sampai di ladang,kedua orang tuanya sangat murka.

    "Dasar anak tak tau diri! Dasar anak

    {Bun^ Jamaica

  • 61

    bandel! Mau jadi apa kau Dayang, me-langgar perintah orang tua!" bentak emak-nya.

    "Kita hajar saja, Mak! Biar tahu ka-lau kita tak akan main-main!" sahut ba-

    paknya sambil mengambil ranting pohonyang tidak teiialu besar.

    "Ampun, Mak! Ampun, Mak! Am-

    pun, Pak!" teriak Sri Dayang ketika keduaorang tuanya dengan penuh kemarahan

    memukul dirinya. Kedua orang tuanya itubagai kemasukan setan. Mereka berdua

    seperti lupa daratan. Hari itu Sri Dayangmendapat pukulan yang bertubi-tubi darikedua orang tuanya. Mereka tak hanyacukup dengan memukul anak semata wa-

    yangnya itu. Batikan, emak Sri Dayangberhasii menarik rambut Sri Dayang yanghitam iegam. Dipuntirnya rambut anak ga-disnya itu. Sri Dayang tak bisa berbuatapa-apa. la hanya bisa melolong mintaampun kepada kedua orang tuanya itu.Namun, teriakan Sri Dayang dan tangis-nya tak mampu menghentikan kemarahan

    kedua orang tuanya.

    "Ampun, Mak! Dayang tobat, Mak!Ampun, Pak! Ampun...!" Ratap Sri Dayang lagi.

    "Anak tak tahu diri. Sudah disuruh

    hidup enak kok malah membangkang.

    dLuitjiai ̂ on^ea^ ̂umalta

  • 62

    Rasakan ini!" teriak bapak Sri Dayangsambii menghunus sebilah parang.

    "Jangan, Pak! Jangan dibunuh. Ku-rasa kita cukup memukulnya saja. Kalaudibunuh, nanti kita tak bisa punya me-nantu bangsawan," emak Sri Dayang ber-teriak-teriak menghentikan niat suaminyayang hampir kalap.

    Hancur lebur perasaan Sri Dayanghari itu. Keinginannya untuk hidup bebasmusnah sudah. Seluruh tubuhnya terasasakit akibat pukuian dari kedua orangtuanya. la harus mengubur dalam-dalamkeinginannya untuk menjaiani kehidupannormal.

    Sejak kejadian itu, kedua orang tuaSri Dayang semakin memperketat pingit-annya. Kalau pada hari-hari biasanya iahanya dipingit di dalam rumah. Namun,sejak kejadian itu, Sri Dayang dikurungdalam kamar khusus yang terkunci dariluar. Hati Sri Dayang semakin hancur.Hari-hari berlalu begitu sunyi dan sepi. lapun semakin tersiksa.

    "Wahai Dewata penguasa jagad. Dimana letak keadilan dUnia!" Mengapahamba tersiksa begini? Mengapa keduaorang tua hamba begitu kejam terhadaphamba? Kapankah berakhir semua deritadan siksaan ini. Wahai Dewata yang

    £Bun^ {ILomjiai SumoUa ̂lLta*a

  • 63

    Agung, tolonglah hambamu ini yang le-mah tiada daya!" ratap Sri Dayang ber-

    ulang-ulang. Hati gadis itu pun menjadiputus asa.

    Di tengah-tengah hatinya yang se-

    dang berduka, Sri Dayang tetap mengu-capkan doa-doa kepada para dewata,

    yang menguasai segala penjuru mataangin, bumi, dan langit. Hingga padasuatu hari, langit yang cerah tiba-tiba sajatertutup awan hitam. Dalam waktu singkathujan badai pun turun. Petlr meledak me-mekakkan telinga. Angin ribut meroboh-kan pepohonan. Alam sepertinya sedangmurka. Langit menumpahkan segala isi-nya.

    "Oh, Dewata Nan Agung. Tolonglah

    hambamu ini yang lemah tak berdaya.

    Semua yang ada di bumi ini telah mem-benci hamba. Di mana letak keadilan du-

    nia ini. Kedua orang tua hamba pun telahmembenci hamba. Mereka sudah tak sa-

    yang lagi pada hambamu ini. Hamba ingin

    bebas. Tolonglah, wahai Dewata NanPerkasa penguasa jagad raya," ratap SriDayang.

    Ketika hujan badai telah reda, dari

    celah-celah dinding kamar Sri Dayang

    tiba-tiba muncul gumpalan asap putih.

    Makin lama asap putih itu makin tebal

    ^umalia

  • 64

    memenuhi ruangan. Saat asap itu lenyapdari pandangan gadis itu, di hadapannyatelah berdiri seorang kakek-kakek berpa-kaian serba putih.

    "Jangan takut, hai Sri Dayang, gadis cantik yang sedang berduka," sapaorang tua itu lembut.

    "Kakek siapa?" tanya Sri Dayanggemetar.

    "Akulah Datuk Pertapa Sakti yangakan menolongmu, Dayang"

    "Benarkah itu?"

    "Benar, Dayang. Sekarang apayang kauinginkan. Katakan saja. DewataNan Agung akan mengabulkan semuapermintaanmu!"

    "Terima kasih, Datuk Pertapa Sakti.Hamba sudah bosan hidup sebagai gadispingitan. Kedua orang tua hamba terlalumemanjakan hamba. Dari kecil selalu di-batasi ruang gerak kehidupan hamba.Padahal, hamba ingin menjalani kehidupan ini dengan normal. Namun, semuakeinginan hamba selalu dilarang tanpaalasan yang jelas dan masuk akal. Manamungkin hamba sebagai gadis kampungmampu memenuhi keinginan emak hamba agar disunting oleh putra mahkota ke-rajaan. Sedikit pun hamba tak pernahbermimpi menjadi manantu Baginda Raja

    Sumotui '^tUXoAA

  • 65

    Langkat. Ketika hamba mencoba membe-rontak, kedua orang tua hamba makin

    kejam. Hamba telah menjadi gadis pingit-

    an selama bertahun-tahun. Untuk itu,

    hamba ingin bebas. Jadikanlah hamba

    apa saja yang penting hamba bisa hidup

    bebas merdeka tanpa tali yang menge-

    kang hamba. Hamba ingin hidup di alam

    bebas yang luas," pinta Sri Dayang me-melas. Butir-butir bening meleleh dari

    sudut kedua bola matanya yang lelah."Baiklah, Dayang. Semua keingin-

    anmu akan dikabulkan. Pejamkanlah kedua matamu."

    Sri Dayang lalu memenuhi segaiapermintaan Datuk Pertapa Sakti. la me-

    mejamkan matanya. Ketika membuka

    matanya, gadis cantik itu telah menjelmamenjadi seeker burung yang sangat in-dah.

    "Sekarang, engkau bisa terbang bebas ke mana engkau suka, Dayang" kataDatuk Pertapa Sakti.

    "Terima kasih, Datuk Pertapa Sakti."

    "Tapi ingat, Dayang. Walaupun ke

    dua orang tuamu telah memingitmu, engkau Jangan dendam kepada mereka. Se

    karang susullah mereka di ladang. Kata-kan terus terang bahwa dirimu telah men-

    ^ompoi

  • 66

    jelma menjadi seekor burung.""Baiklah Datuk Pertapa Sakti, ham-

    ba akan segera menemui kedua orangtua hamba. Namun, ada yang ingin ham-ba tanyakan, sebagai seekor burung, bu-kankah hamba harus tahu nama hamba

    sendiri?" tanya Sri Dayang yang telahberubah wujud.

    "Oh, ya Datuk hampir lupa. Mulaisaat ini, engkau kuberi nama BurungBalam. Makanlah biji-bijian yang pak tanitanam, kelak pun para petani akan se-nang memeliharamu di rumah-rumah me-

    reka!" jelas Datuk Pertapa Sakti. Setelahberkata demikian, asap putih tebal me-ngepul memenuhi ruangan kembali. Pada

    saat asap itu hilang, Datuk Pertapa Saktiitu pun lenyap dari pandangan si BurungBalam jelmaan Sri dayang. Lalu BurungBalam itu pun melesat terbang menujuladang tempat kedua orang tuanya be-kerja.

    Ketika sampai di ladang, keduaorang tua Sri Dayang sedang giat beker-ja. Burung Balam itu hinggap pada se-buah ranting pohon tepat di atas mereka

    bekeija.

    "Oi, Emak. Oi, Bapak! Akulah SriDayang anakmu. Kini telah berubah wu-

    judku. Burung Balam namaku!" seru Bu-

    '^on^en^ Su«tuit«a '^HXana.

  • 71

    Sebutan Pawang yang disandang-nya, karena Pawang Satria bersahabaterat dan mengertr kehidupan binatangmelata dan berbisa, seperti buaya, ular, li-pan, kala, dan lain-lainnya. Telah banyakorang yang sembuh- diobatinya, sepertilumpuh sehingga dapat berjalan atau pa-tah tulang, serta kelu, digigit ular berbisa.Begitu juga, biia ada orang yang hilangtersesat di hutan Bukit Barisan, dapat di-ketemukannya. Walaupun telah bertahun-tahun berkeluarga, mereka beium dikaru-niai keturunan. Setiap maiam sebelumberanjak tidur, mereka senantiasa berdoaagar memperdeh anak, sebagai buah ha-ti, pengarang jantung, dan cibiran tulang.

    Pada suatu ketika, saat bulan pur-

    nama, mereka duduk berdua memandangkilauan air Sungai Nipah yang terasa in-dah. Beberapa kali terlihat buaya menga-pungkan dirinya. Di antaranya sepasangbuaya putih yang sangat besar besertaseeker yang masih kecil. Dayang Merduberkata di samping suaminya, "Makhlukitu mengerti keindahan, ya Pak. Andai-kata kita punya anak seperti buaya itu,aku pun tidak menolaknya."

    "Kita tak boleh berputus asa. Suatusaat kita akan memperdeh anak sebagai

  • 72

    buah hati, pengarang jantung, dan cibirantulang."

    Pada suatu hari, Pawang Satriaberperahu pergi ke lubuk di rimba huluSungai Nipah untuk menangkap ikan. lajuga akan mengambii lukah atau bubunyayang telah tujuh hari di tahannya. Lubuksungai itu sangat dalam. Seiain airnyaderas menikung, pada bagian yang te-nang ada buaya yang berkeliaran. Buayaitu sedang mengintai bahkan ada yangmemangsa burung bangau yang sedangmencari ikan. Tak seperti biasanya, sete-lah ikan diperolehnya, ia menahan kem-bali lukahnya di dalam air, dan setelahbeberapa hari kemudian diambil lagi.

    Ketika Pawang Satria akan beran-jak pulang, belum sepenggalah perahu-nya menghilir seiain sayup-sayup gemer-cik air yang menghempas ke batu, ter-dengarlah suara tangis bayi.

    "Tak mungkin," katanya dalam hati.Akan tetapi, ditepikan perahunya untukmencari asal suara tangis bayi. Betapaterkejutnya Pawang Satria menyaksikanhal ini. DIsapu-sapu matanya berulangkali. Temyata ia tak bermimpi namunmustahil. Dilihatnya seorang bayi terba-ring di daunan yang kering. Tak jauh daribayi itu terdapat seonggok kulit buaya.

    SumoUa

  • 73

    "Bayi siapa ini," katanya dalam hati.Untuk meyakinkan bahwa bayi tersebutada pemiliknya, la berteriak keras-keras.

    "A.... hoi siapa di sini." Namun, ha-nya suaranya saja yang membahana me-mecah kesunyian hutan tiada jawaban.

    Setelah yakin tidak ada yang men-jawab Pawang Satria cepat membawabayi itu pulang beserta kulit buaya yangdijumpainya. Keanehan juga terjadi tiba-tiba bayi tersebut diam tidak menangis dipangkuannya. Ditatapnya wajah bayi itu."Alangkah cantiknya bayi ini, akan kura-wat sepenuh hati. Terima kasih, YangMaha Pencipta," katanya dalam hati. Ha-nya sesekali ia mengayuh tetapi pera-hunya tetap melaju.

    Setelah sampai bahkan perahunyabelum ditambatkan, Pawang Satria berteriak memanggil istrinya. Secepatnya Da-yang Merdu menjemput suaminya yangmenggendong sesuatu. Dayang Merdubertanya, "Bayi siapa ini Kanda?"

    "Yang Kuasa telah mengabulkanpermintaan kita Dinda," jawab PawangSatria dengan gembira.

    "Bawa dan uruslah!"

    Setelah semuanya selesai, PawangSatria menceritakan kembali seluruh keja-dian serta juga keanehan yang dialami-

    Stuiuirfa ̂ CtoM

  • 74

    nya. Kulit buaya kecil tersebut lalu di-simpannya dengan rapi di dalam peti diruangan tersendiri. Kelak menurutnya kulit tersebut akarv dijadlkan perhiasan din-ding.

    Betapa gembiranya perasaan Da-yang Merdu walaupun sesungguhnya iatak tahu siapa pemiiik bayi itu. Sejak itumereka merawat sang bayi dan beri namaNilam Baya. Warga menjadi gempar.Akan tetapi, kegembiraan itu kemudianmenjadi reda dengan sendirinya. Hari ber-ganti bulan, bulan berganti tahun. NilamBaya beranjak remaja.

  • 2. NILAIV^ BAYA

    Semenjak keberadaan Nilam Baya

    di tengah-tengah Pawang Satria, kehi-dupan mereka semakin bahagia. Pawang

    Satria semakin dikenal di seluruh Tanah

    Batu Bara dan bahkan di seluruh tanah

    Deli. Kecantikan Nilam Baya menjadibuah bibir bagi yang melihatnya dan bagi

    yang mendengar beritanya ingin segeramenyaksikan, rambutnya yang hitam ter-

    gerai, dan ikal mengurai. Tingginya se-mampai. Kulitnya mulus kuning langsatbagaikan pualam. Bila nyamuk hinggap

    menghampirinya seakan tergelincir kare-

    na halusnya. Matanya berbinar. Hidung,pipi, dan bibirnya elok dipandang. Leher-

    nya yang jenjang sungguh menawan.Keterampilannya sebagai seorang wanita

    tiada pula cacat celanya. Demikian pula

    adat sopan santunnya sangat terpuji.

    Kalau Nilam Baya berbicara orang akanbetah mendengarnya. Suaranya yang

    merdu baik berbicara maupun berden-

    dang bagaikan bulu perindu.

    Dayang Merdu bangga akan kecan

    tikan Nilam Baya. Akan tetapi, sesekali ia

    ^Cla/ia.

  • 76

    timbul rasa was-wasnya. Dari manakahsebenarnya asal Nilam Baya? Siapakahgerangan orang tuanya? Keraguannyapernah ditanyakan kepada PawangSatria, suaminya, ketika Nilam Baya tidakbersama mereka.

    "Kanda, ada sesuatu ha! yang anehpada diri anak kita," kata Dayang Merdu.

    "Berapa bar! yang lalu Dinda teiahmemindahkan kulit ke lumbung pad! ketiang di ruang tengah. Nilam Baya men-carinya dan menanyakan kepadaku. Se-telah kukatakan tempatnya dengan ter-senyum ia mengatakan bahwa kulit itu

    pakaiannya. Bagaimanakah ini Kanda?""Tidak baik berpraduga. Dinda ja-

    ngan pikirkan yang tidak-tidak. Bukankah

    sejak kehadiran anak itu, kehidupan kitasemakin sejahtera dan warga kita sema-kin makmur," jawab Pawang Satria.

    "Tetapi Kanda, apakah Nilam Bayabukan penjelmaan dari peri sungai yangbaik? Suatu keanehan lagi Kanda, NilamBaya sangat senang makan daging dari-pada makanan yang lainnya? la pun senang mandi di sungai. Walau pun wanita,

    ia bisa berenang atau menyelam dan takada yang menandinginya. Seakan-akan

    ...," kata Dayang Merdu tidak jadi mene-ruskan kata-katanya.

    dLontpoi Sumotca ̂ ILtauL

  • 77

    "Sudahlah istriku, singkirkan pikiran

    dan bayangan yang menggodamu. Lihat-lah betapa cantiknya putri kita." Hibur Pa-wang Satria sambii menunjuk Nilam Bayayang sedang berjalan gemulai dan tang-kas.

    Sejak itu, Dayang Merdu tidak per-nah mengkhawatirkan siapa sebenarnyadan dari mana asal-usul Nilam Baya.Bahkan, kasih mereka semakin bertam-

    bah terhadap Nilam Baya. Tidak hanyakeluarga Pawang Satria, bahkan wargasekitarnya teramat sayang dan hormatkepada Nilam Baya. Bila tidak melihatsehari saja mereka menanyakan karenatimbul rasa rindunya.

    Demikian kehidupan Nilam Baya

    yang kian hari semakin rupawan.

    Buo^ ^on^«n^ StutuiUa

  • 3. DATUK INDRA JAVA

    Bila di hulu Sungai Nipah bertempat

    tinggal Pawang Satha, di hilir sungai yang

    masih dalam kawasan Tanah Batubara,

    terdapat suatu kepenghuiuan di bawah

    pimpinan Datuk indra Jaya, putra Datuk

    Indra Dewa.

    Jarak antara kedua tempat ini ti-

    daklah jauh. Oleh karena bila kehiiir de-ngan perahu, lamanya sehari. Tetapi, bila

    ke hulu menjadi sehari semalam. Demi-kian pula, di antara rumah Pawang Satria

    dan istana Datuk Indra Jaya terdapat be-

    berapa kepenghuiuan yang juga dipimpinoleh datuk-datuk yang lain. Oleh karena

    itu, sepanjang Sungai Nipah tidak pernahsunyi karena ramai oleh perdaganganatau nelayan yang pergi menuju laut le-pas untuk menangkap ikan. Perdagang-

    annya sehingga maju warganya tidak adayang miskin.

    Datuk Indra Jaya sangat arif dan

    bijaksana. Wajahnya tampan dan tubuh-nya kekar. Usianya masih muda. Beliausenantiasa bersifat adil bagi setiap war

    ganya karena hukum selalu ditegakkan

    SfumUui

  • 79

    dan disiplin dijalankan. Kemakmuran te-lah dicapai wilayah ini. Tetapi masih ada

    yang kurang sempurna. Datuk Indra Jaya

    belum memiliki Istri. Telah banyak dara

    jelita yang diperkenalkan padanya. Dari

    putri bangsawan yang rupawan sampai-sampai pada dara jelita yang kaya. Na-

    mun, semuanya belum menggugah ha-

    tinya atau belum berkenan untuk menyun-tingnya.

    Pada suatu hari, Datuk Indra Jaya

    pergi berburu ke hulu Sungai Nipah. De-ngan berbekal secukupnya dan ditemanibeberapa pengawal yang setia, mereka

    berangkat berperahu. Setelah sehari se-malam berperahu mereka sampai ke te-

    ngah rimba belantara. Mereka lalu mema-sang jerat. Tidak lama mereka menantitiga ekor rusa masuk keperangkapnya.Rusa itu tidak disembelih tetapi diikat dandibawa pulang. Tak lama kemudian mereka berangkat pulang.

    Mendekati tepian sungai tempat

    tinggal Pawang Satria, lantai perahu tera-sa ada yang mengetuk-ngetuk. Seakan-akan memberi isyarat, mereka harus me-nepi. Untuk mengetahui dengan pasti, para pengawal memeriksa perahu. DatukIndra Jaya naik ke darat. Pawang Satriamelihat kedatangan Datuk Indra Jaya.

    Sumotui

  • 80

    Datuk Indra Jaya tidak mengatakan siapadirinya dan dari mana asal serta pakaian-nya yang bersahaja namun dari sikapnya,tahulah Pawang Satria bahwa DatukIndra Jaya bukan rakyat biasa. Sebalik-nya, Datuk Indra Jaya menduga inllahPawang Satria yang termasyur itu.

    Pawang Satria lalu Berkata, "Suatukehormatan bagi hamba sekeluarga bilaTuanku singgah di gubuk hamba."

    "Dengan senang hati dan penuhkebahagiaan kami sambut undangan Tu-an Guru yang mulia," kata Datuk IndraJaya.

    Saat itu bertemulah Datuk Indra

    Jaya dengan Nilam Baya ketika membe-rikan hidangan. Betapa kagumnya DatukIndra Jaya menyaksikan kecantikan Nilam

    Baya. Wajahnya bercahaya, jarinya yanglentik, dan langkahnya yang gemulaimembuat hati Datuk Indra Jaya bergetar.

    Setelah penatnya hilang, merekameneruskan perjalanan kembali pulang.

    Sejak itu pikiran Datuk Indra Jayatiada menentu. Kata orang itulah penyakitcinta. Mengetahui anaknya mabuk kepa-yang, Datuk Indra Dewa mencari penye-babnya. Ternyata Datuk Indra Jaya terke-na panah asmara yang dilepas oleh Nilam Baya, putri tunggal Pawang Satria.

    ^tLXa/ia

  • 4. PERKAWfNAN

    Singkat cerita, Datuk Indra Dewamengirimkan utusannya untuk meresekkeluarga Pawang Satria. Apakah NilamBaya teiah ada tunangannya. Temyatautusan tersebut disambut dengan baikoleh keluarga Pawang Satria. Kata ber-jawab gayung bersambut. Pada kesem-patan Itu, Pawang Satria bertanya kepadaNilam Baya.

    "Anakku Nilam Baya, telah datangutusan dari Indra Dewa yang ingin me-nyuntingmu sebagai istri Datuk Indra Ja-ya." Bagaimanakah tanggapanmu anakku? tanya Pawang Satria.

    Dengan lemah lembut dan sopansantun menjawablah Nilam Baya.

    "Ayahanda, yang baik bagi ayah-anda dan bunda, baik pula bagi ananda,bakti ananda kepada ayah-bunda."

    Sekembalinya utusan Datuk IndraDewa yang telah memperoleh jawabandari Nilam Baya berkenan untuk diper-sunting Datuk Indra Jaya lalu pinangan di-siapkan.

    Untuk kedua kalinya, Datuk IndraDewa mengirimkan kembali utusan. Pi-

    £B

  • 82

    nangan dilaksanakan mereka menuju kerumah Pawang Satria dengan membawa

    tepak sirih. Utusan pinangan menyiapkan

    maksud dan tujuan melalui pantun danpepatah-petitih, sesuai adat Melayu.Utusan ini disambut dengan meriah. Tikar

    adat digelar dan hidangan disajikan. Ta-pak sirih sebagai tanda persaudaraan di-

    terima oleh keluarga Pawang Satria.Setelah pinangan diterima utusan mena-nyakan persyaratan melamar Nilam Baya.

    Keluarga Pawang Satria hanya me-

    minta peralatan sesuai dengan adat Me

    layu Batubara.

    Sesuai dengan tradisi adat Melayu

    Batubara, setelah meresek dilalui, dipi-

    nang telah dijalankan, antaran pun dilak

    sanakan. Tapak sirih senantiasa tetap di-

    bawa sebagai pembuka acara. Untuk

    acara pinangan dibawa pula baju dari

    sutera, sepatu dari baldu, perhiasan emaspermata, dan jamuan untuk pesta. Semua

    ini adalah hadiah dari Datuk Indra Jaya

    untuk putri Nilam Baya.

    Pawang Satria beserta kaum kera-

    batnya menerima utusan antaran Datuk

    Indra Jaya. Tiga bulan purnama menda-tang pesta kawin akan dilaksanakan.

    Sesuai dengan kesepakatan penge-

    tua dan pemangku adat dari kedua belah

  • 83

    pihak, pada hari perkawinan yang telahditetapkan berangkatlah Datuk Indra Ja-ya. la berbusana raja-raja lengkap de-ngan pengawalnya serta wanita pembawa

    juadah. Baiai di junjung berumbai megah,iringan perempuan berhias indah.