maluku_utara_5... · web viewmengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan...
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA
NOMOR : 5 TAHUN 2009
TENTANG
PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN,
NILAI TRADISIONAL DAN MUSEUM DI
PROPINSI MALUKU UTARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR MALUKU UTARA,
Menimbang : a. bahwa di Propinsi Maluku Utara terdapat peninggalan Keperbukalaan,
Kesejarahan, dan Nilai Tradisional Yang beranekaragam yang mencerminkan
karakter masyrakat Maluku Utara, serta museum sebagai tempat penyimpanan
tinggalan budaya yang bermanfaat untuk pendidikan, Penelitian dan Wisata,
sehingga dipandang perlu dikelola secara baik dan tertanggung jawab;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah
Propinsi Maluku Utara tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, kesejarahan, Nilai
Tradisional dan Museum di Propinsi Maluku Utara;
Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang kePariwisataan (Lembaran
Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
2. Undang – Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4010);
3. Undang – Undang Nomor 46 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Propinsi
Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan lembaran Negara
Nomor 3895);
4. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang – Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 14, Tambahan
lembaran Negara Nomor 4365);
5. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008;
6. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang kePariwisataan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan lembaran Negara Nomor 4966);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang –
undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang benda Cagar Budaya (Lembaran
Negara Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3516);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang pemeliharaan dan
pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3595);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
10. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Urusan Pemerintahan Propinsi Maluku Utara ( Lembaran Daerah
Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2);
11. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Propinsi Maluku Utara (Lembaran
Daerah Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA
DanGUBERNUR MALUKU UTARA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN
KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN
MUSEUM DI PROPINSI MALUKU UTARA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Propinsi Maluku Utara;
2. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut Azas Otonomi dan Tugas Pembantuan dengan Prinsip Otonomi seluas – luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Dalam Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah
Daerah;
4. Gubernur adalah Gubernur Maluku Utara;
5. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Maluku Utara;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Maluku Utara;
7. keperbukalan adalah semua tinggalaan masyarakat masa lalu yang bercorak prasejarah, islam,
maupun kolonial;
8. Kesejarahan adalah dinamika peristiwa yang terjadi masa lalu dalam berbagai aspek kehidupan dan
hasil rekonstruksi peristiwa – peristiwa tersebut, serta peninggalan masa lalu dalam bentuk pemikiran
ataupuntak tertulis dan tradisi lisan;
9. Nilai Tradisional adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang amat penting dan berguna
dalam hidup dan kehidupan manusia yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang selalu berpegang
teguh pada alat;
10. Museum adalah lembaga yang menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan, perawatan,
pengamanan, pemanfaatan benda – benda bukti materil hasil budaya manusia alam dan lingkungan ;
11. Tinggalan Budaya adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang menjadi warisan budaya;
12. Pengelola Keperbukalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum yang selanjutnya disebut
Pengelola adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Pengkajian, Perlindungan Pemeliharaan
Pembagian dan Pemanfaatan di bidang Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Tujuan pengelolaan adalah sebagai berikut :
a. Melindungi, melestarikan dan mengamankan tinggalan budaya di Propinsi Maluku Utara;
b. Memelihara dan mengembangkan nilai – nilai tradisonal yang merupakan jati diri dan melambangkan
kebanggaan daerah dan masyarakat Maluku Utara;
c. Meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap sejarah Maluku Utara;
d. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap peninggalan sejarah Maluku
Utara;
e. Membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi dan memperluas hasanah dalam memperkaya
dibidang kebudayaan Daerah.
Pasal 3
Ruang Lingkup Pengelolaan Meliputi :
a. Peninggalan budaya, situs, ruang lingkup yang terdapat di Maluku Utara;
b. Pengkajian, penelitian, penulisan, sosialisasi kesejarahan Maluku Utara;
c. Nilai – niali tradisional yang terkandung semua aspek budayah Maluku Utara;
d. Pengumpulan pemeliharaan, pemanfaatan benda bukti peninggalan budaya Maluku Utara.
BAB III
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Pertama
Pengelolaan
Pasal 4
(1) Gubernur memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang
kepurbakalaan, kesejarahan, Nilai Tradisional, dan Museum;
(2) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas
kebudayaaan dan Pariwisata, yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur
Bagian Kedua
Keperbukalaan
Pasal 5
(1) Wewenang dan tanggung jawab di bidang kepurbakalan sebagaimana di maksud pasal 4 ayat (1)
meliputi :
a. Pendataan, pencatatan dan pendokumentasian terhadap tinggalan budaya yang tersebar di wilayah
Maluku Utara dan atau di kuasai Masyarakat;
b. Penyelamatan terhadap penemuan tinggalan budaya yang masih terkubur didalam tanah;
c. Pengkajian ulang terhadap penemuan tinggalan budaya;
d. Pengaturan pemanfaatan bagi kepentingan sosial, budaya, pendidikan, dan Pariwisata.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat melibatkan tenaga ahli dan
atau instansi terkait
Pasal 6
(1) Untuk kepentingan keperbukalaan, Dinas kebudayaan dan Pariwisata berkewajiban untuk :
a. Melakukan upaya pelestarian, pemeliharaan perlindungan dan pemanfaatan tinggalan budaya,
situs dan lingkungannya;
b. Melakukan sosialisasi keperbukalaan sesuai dengan standart teknis arkeologis kepada masyarakat
secara luas, sistematis dan terarah;
(2) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan melibatkan
masyarakat setempat, para ahli dan pihak – pihak lain yang berkepentingan.
Pasal 7
(1) Hasil penemuan tinggalan budaya dalam bentuk benda bergerak, perlu disimpan di museum;
(2) Hasil penemuan tinggalan budaya dalam bentuk benda tidak bergerak yang berada pada tanah milik
perorangan perlu dibebaskan dengan diberi ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang – Undangan
yang berlaku;
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai hasil penemuan sebagaimana dimaksud ayat (1), akan diatur
dengabn Peraturan Gubernur.
Pasal 8
(1) Dalam hal masyarakat menemukan atau menyimpan benda tinggalan budaya, wajib mendaftarkannya
pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
(2) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib mendokumentasikan hal
ihwal benda tinggalan budaya yang disimpan oleh masyarakat;
(3) Tata cara pendaftaran dan pendokumentasian sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), akan ditetapkan
dengan dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 9
(1) Tinggalan budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial budaya, kePariwisataan dan untuk
kegiatan ilmiah;
(2) Tat cara pemanfaatan tinggalan budaya sebgaimana dimaksud ayat (1), akan ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur.
Bagian Ketiga
Kesejarahan
Pasal 10
(1) Wewenang dan tanggung jawab dibidang kesejarahan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1)
meliputi :
a. Pemeliharaan, perlindungan dan pengkajian sumber – sumber sebagai bahan penulisan sejarah;
b. Pengembangan Propinsi Maluku Utara melalui Penulisan sejarah secara objektif dan ilmiah;
c. Pemilihan dan pemilahan hasil penulisan sejarah;
d. Pemanfaatan hasil penulisan sejarah dengan mensosialisasikan melalui jalur pendidikan, media
masa penertiban berkala dan publikasi lainnya yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata.
Bagian Keempat
Nilai Tradisional
Pasal 11
(1) Wewenang dan tanggung jawab dibidang Nilai Tradisional sebagaimana maksud Pasal 4 ayat (1), meliputi;a. Pengkajian, pemeliharaan dan pengembangan nilai – nilai tradisional Maluku Utara dipedomani
oleh masyarakat dalam berperilaku dan bertindak yang meliputi aspek ungkapan, pribahasa, upacara, cerita dan ungkapan ceritera rakyat. Naskah kuno, sistem pengetahuan sistem kemasyarakatan masyarakat kampung adat dan nilai – nilai tradisional yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat Maluku Utara;
b. Pemilihan dan pemilahan nilai – nilai tradisional yang disesuaikan dengan perkembangan zaman;c. Perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan dan mengembangkan nilai – nilai
tradisional dalam kehidupannya;d. Pensosialisasian hasil kajian nilai tradisional Maluku Utara Kepada Masyarakat luas.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Bagian kelima
Museum
Pasal 12
(1) Wewenang dan tanggung jawab dibidang museum sebagaimana maksud pasal 4 ayat (1), meliputi
penyelenggaraan dan pengumpulan, pengkajian, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda –
benda hasil budaya alam dan lingkungan;
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh dinas kebudayaan dan
Pariwisata, apabila dipandang perlu dapat melibatkan tenaga ahli.
Pasal 13
(1) Setiap benda yang menjadi koleksi museum harus memperhatikan kriteria:
a. Memiliki nilai sejarah dan ilmiah;
b. Memiliki identitas menurut bentuk wujudnya, tipe dan gayanya, fungsi dan asalnya secara
historis, geografis genus dalam orde biologi atau periodesasidalam geologi;
c. Dapat menjadi momen dalam sejarah dan budaya.
(2) Koleksi museum sebagaimana yang dimaksud ayat (1) harus didokumentasikan secara Verbal dan
Visual sesuai dengan ketentuan teknis permuseuman melalui kegiatan pengkajian.
Pasal 14
(1) Koleksi museum tidak dapat diperjualbelikan dan atau dipindahtangankan;
(2) Untuk kepentingan pelayanan apda masyarakat setiap museum dapat saling meminjam koleksi;
(3) Penyelenggaraan museum dapat bekerjasama dengan instansi dan lembaga lain, baik pihak
Pemerintah, swasta maupun masyarakat;
(4) Ketentuan mengenai Kerjasama Penyelenggaraan Museum sebagaimana dimaksud ayat (3), akan
diatur dengan peraturan Gubernur.
Pasal 15
(1) Pengumpulan koleksi museum dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
(2) Dalam hal pengumpulan koleksi sebagaimana dimaksud ayat (1), terdapat benda warisan alam dan
budaya milik masyarakat, baik yang dihibahkan, ganti rugi maupun yang dititipkan wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Bukti kepemilikan yang sah;
b. Telah mendapatkan persetujuan dari ahli warisannya;
c. Perjanjian yang dituangkan dalam berita acara.
(3) Ketentuan mengenai Pengumpulan Koleksi Museum sebagaimana dimaksud ayat (1), akan ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 16
(1) Perawatan koleksi museum, dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi yang
disebabkan oleh faktor alam dan atau manusia;
(2) Perawatan Koleksi Museum dilaksanakan didalam ruangan perawatan tertentu sesuai dengan kaidah
permuseuman.
Pasal 17
(1) Pengamanan koleksi museum dilakukan untuk menjaga keaslian, keutuhan dan kelengkapan koleksi;
(2) Pelaksanaan pengamanan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilakukan oleh petugas yang
berwewenang;
(3) Benda – benda yang bemilai tinggi dan langka perlu mendapat jaminan asuransi.
Pasal 18
(1) Pemanfaatan koleksi museum dapat dapat dilakukan untuk kepentingan pendidikan, penelitian
penghayatan Pariwisata dan lain – lain sepanjang tidak menimbulkan kerusakan, hilang atu
pemindahan benda koleksi museum tersebut;
(2) Pengelola museum berwenang menetapkan kebijakan pemanfaatan sesuai dengan peraturan
perundang – Undangan yang berlaku;
(3) Khusus untuk kepentingan pemanfaatan pendidikan, pihak penyelenggara sekolah dapat mengarahkan
siswanya untuk melakukan kunjungan ke museum;
(4) Untuk kepentingan pemeliharaan dan perawatan, setiap pengunjung dikenakan retribusi yang wajar
dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat;
(5) Tarif biaya retribusi bagi pengunjung sebagaimana dimaksud ayat (4) akan ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur.
Pasal 19
(1) Dalam hal pemanfaatan koleksi museum seperti yang dimaksud pasal 18 ayat (1), pengelola museum
wajib menginformasikannya melaui pameran tetap dan atau konteporer, pemutaran slide atau film,
Video, atau museum keliling bimbingan dan penyuluhan, ceramah, seminar penyusunan buku hasil
penelitian serta cara dalam bentuk lainnya yang berfungsi sebgai sarana penyajian koleksi museum;
(2) Pihak pengelola museum berhak untuk melakukan renovasi atau tata pameran, tata letak koleksi
dengan yang baru sekurang – kurangnya dalam 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 20
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan keperbukalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan
museum;
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan dalam bentuk :
a. Menerima dan memberikan informasi;
b. Melakukan pengkajian dan pengembangan yang bekerjasama dengan instansi terkait;
c. Menyatakan keberatan secara tertulis dan atau lisan terhadap kebijakan Pemerintah yang
menimbulkan dampak negatif terhadap Benda Cagar Budaya;
d. Memberikan masukan sebagai bahan pengambilan kebijakan.
BAB IV
PENGENDALIAN,PENGAWASAN DAN PEMBIAYAAN
Pasal 21
Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Gubernur yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan dapat berkoordinasi dengan
instansi terkait.
Pasal 22
Pembiayaan pengelolaan keperbukalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan museum berasal dari :
a. Anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. Sumber anggaran yang sah dan tidak mengikat.
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Barang siapa yang tidak mendaftarkan benda tinggalan budaya yang dikuasai dan atau dimilikinya
sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1) dan atau sengaja merusak benda – benda tinggalan
budaya, diancam dengan dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan, atau denda paling banyak
Rp 50.000.000 ( Lima Puluh Juta Rupiah );
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah pelanggaran;
Pasal 24
Barang siapa yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan atau
musnahnya benda – benda tinggalan budaya, diancam dengan hukuman pidana sebagaimana diatur dalam
undang – undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Perundang –
Undangan lainnya.
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyelidikan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam Undang
– undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana.
b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana.
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana
d. Memeriksa buku – buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen – dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan buku tersebut
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana pada huruf e.
h. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan periksa sebagai tersangka atau saksi.
j. Menghentikan penyelidikan setelah mendapat petunjuk dari POLRI bahwa tidak terdapat cukup
bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, Tersangka atau Keluarganya.
k. Melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana,
menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
republik Indonesia, sesuai dengan ketentujan yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Dengan berlakunya peraturan daerah ini, semua ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan
keperbukalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan museum masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan daerah ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Hal – hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai tekhnis pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 28
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengUndangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara.
Ditetapkan di Ternate,
Pada Tanggal 6 Juli 2009
GUBERNUR MALUKU UTARA
TTD
H. THAIB ARMAIYN
Diundangkan di Ternate,
Pada Tanggal 6 Juli 2009
SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI MALUKU UTARA
TTD
H. MUHADJIR ALBAAR
( Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Tahun 2009 Nomor 5 )
PEJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI MALUKU UATARA
NOMOR 5 TAHUN 2009
TENTANG
PENGELOLAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL,
DAN MUSEUM
I. UMUM
Di Daerah Maluku Utara telah ditemukan sebagai bentuk tinggalan keperbukalaan, beberapa
diantaranya mencerminkan karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lain diwilayah
nusantara.
Untuk mengembangkan kebudayaan daerah di bidang kesejarahan khususnya mengenai kesadaran
masyarakat akan sejarah, peristiwa sejarah, sejarah lokal dan sejarah daerah perlu dilakukan kegiatan
penulisan dan sosialisasi nilai – nilai kesejarahan Maluku Utara.
Maluku Utara sebagai daerah budaya, memiliki sejumlah nilai dan norma sosial budaya yang
melandasi pemikiran dan perilaku warganya. Berbagai ungkapan tradisional seperti : Dolo Bololo,
Dalil Tifa Tamsil, merupakan contij gambaran pandangan hidup masyarakat yang memiliki nilai –
nilai kehidupan masyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan dan
diwariskan kepada generasi penerus.
Benda – benda yang bemilai budaya yan tersebar di alam baik yang berserakan di permukaan tanah,
atau yang masih didalam tanah, atau yang di kuasai oleh perseorangan perlu disimpan di museum
untuk dilindungi serta dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan maupun
Pariwisata.
II. Pasal Demi Pasal
Pasal 1 : istilah – istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah salah tafsir salah
pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal – pasal dalam peraturan
daerah ini.
Pasal 2 : Cukup Jelas
Pasal 3 : Cukup Jelas
Pasal 4 : Cukup Jelas
Pasal 5 : Cukup Jelas
Pasal 6 ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : yang dimaksud dengan pihak – pihak yang berkepentingan, misalnya para
kolektor, dan pencinta benda – benda purbakala.
Pasal 7 ayat (1) : Hasil temuan benda bergerak adalah benda yang dapat dipindahkan misalnya
keramik, gerabah, keris, dan sebagainya.
Ayat 2 : cukup Jelas
Pasal 8 ayat (1) : Instansi yang dimaksud adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi,
Kabupaten, dan Kota atau Balai Arkeologi dan Suaka Peninggalan Sejarah dan
Purbakala.
Ayat 2 dan 3 : Cukup Jelas
Pasal 9 : Cukup Jelas
Pasal 10 : cukup Jelas
Pasal 11 : cukup Jelas
Pasal 12 : cukup Jelas
Pasal 13 : cukup Jelas
Pasal 14 ayat (1) : cukup Jelas
Ayat (2) : Peminjaman Koleksi dilakukan untuk memenuhi materi tata pameran
Khusus/temporer. Hal itu mengingat banyak koleksi arkeologi dan sejarah
yang telah menjadi museum lain seperti museum nasional Musium kesultanan
cirebon dan lain – lain.
Pasal 15 ayat (1) : Pengumpulan Koleksi museum dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
himbauan jasa pembuatan replica, reproduksi dan titipan.
Ayat (2) dan (3) : Cukup Jelas
Pasal 16 : yang dimaksud dengan kerusakan koleksi yang disebabkan faktor alam
umpanya berkarat, keropos, dan lain – lain. Sedangkan kerusakan karena
faktor manusia umpanya vandalisme. Untuk perawatan koleksi memerlukan
peralatan dan perlengkapan teknis.
Ayat (2) : Perawatan di ruang tertentu, seperti ruang fumigasi, Laboratorium, bahan –
bahan kimia, diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan maupun pengalaman.
Ayat (2) : Cukup Jelas
Pasal 17 : Pengamanan koleksi dilakukan melalui upaay :
a. Pengadaan kelengkapan sarana – sarana dan prasarana pengamanan pada
bangunan museum, meliputi persyaratan teknis bangunan, perlengkapan
tanda bahaya, penerangan yang cukup dan alat – alat yang diperlukan.
b. Tersedianya tenag kemanan museum.
Ayat (2)dan (3) : Cukup Jelas
Pasal 18 : Cukup Jelas
Pasal 19 : Cukup Jelas
Pasal 20 ayat (1) : Masyarakat adalah orang perorangan atau kelompok masyarakat atau badan
swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan yang
timbul atas minat, kehendak dan keinginan sendiri untuk bergerak dan
melakukan kegiatan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional
dan museum.
Ayat (2) : Cukup Jelas
Pasal 21 : Cukup Jelas
Pasal 22 : Cukup Jelas
Pasal 23 : Cukup Jelas
Pasal 24 : Cukup Jelas
Pasal 25 : Cukup Jelas
Pasal 26 : Cukup Jelas
Pasal 27 : Cukup Jelas
Pasal 28 : Cukup Jelas
( Tambahan Lembaran Daerah Nomor 4 )