makro 2- pendapatan nasional

22
PENDAPATAN NASIONAL MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN KONVENSIONAL A. Pengertian pendapatan nasional Dalam analisis makroekonomi selalu digunakan istilahah “pendapatan nasional” atau “nasional income”dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan demikian dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti produk domestic bruto atau produk nasional bruto. Disamping itu ada arti lain dari “pendapatan nasional” adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh factor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Dalam penghitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu dinamakan produk nasional neto pada harga factor atau secara ringkas pendapatan nasional. B. Beberapa istilah pendapatan nasional 1. Produk domestic bruto Produk domestic bruto (PDB/GDP)dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara berkembang, barang dan jas diproduksi bukan saja oleh perusahaan milk penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain juga. Selain didapati produksi nasional diciptakan oleh factor-faktor produksi yang berasal dari luar negri. Dengan demikian GDP adalah niali barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh factor-faktor produksi milik negara tersebut dan negara asing. 2. Produk nasional bruto Produk nasional bruto (PNB), atau dalam bahasa inggris gross national product (GNP)adalah konsep yamg mempunyai arti hamper sama dengan GDP tetapi memperkirakan jenis 1

Upload: hayate-maulana

Post on 01-Jul-2015

1.240 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKRO 2- Pendapatan nasional

PENDAPATAN NASIONAL MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN KONVENSIONAL

A. Pengertian pendapatan nasional

Dalam analisis makroekonomi selalu digunakan istilahah “pendapatan nasional” atau “nasional income”dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan demikian dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti produk domestic bruto atau produk nasional bruto. Disamping itu ada arti lain dari “pendapatan nasional” adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh factor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Dalam penghitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu dinamakan produk nasional neto pada harga factor atau secara ringkas pendapatan nasional.

B. Beberapa istilah pendapatan nasional

1. Produk domestic bruto

Produk domestic bruto (PDB/GDP)dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara berkembang, barang dan jas diproduksi bukan saja oleh perusahaan milk penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain juga. Selain didapati produksi nasional diciptakan oleh factor-faktor produksi yang berasal dari luar negri. Dengan demikian GDP adalah niali barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh factor-faktor produksi milik negara tersebut dan negara asing.

2. Produk nasional bruto

Produk nasional bruto (PNB), atau dalam bahasa inggris gross national product (GNP)adalah konsep yamg mempunyai arti hamper sama dengan GDP tetapi memperkirakan jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam memnghitung pendapatan PNB bilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang d produksi oleh fakto-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya di hitung. Dengan memperhatikan perbedaan di antara ari PDB dan PNB di atas dapatlah dirumuskan sifat hubungan di antara PDB dan PNB yaitu : (PDB=PNB- PFN dari LN)

Ket:PFN dari LN adalah pendapatan factor neto dari luar negri.

Dalam ilmu ekonomi konvensional, pendapatan nasional dapat dihitung dengan menggunakan angka GNP. Apabila GNP dikurangai prnyusutan maka akan di proleh

1

Page 2: MAKRO 2- Pendapatan nasional

prodak nasional neto(NNP) selanjutnya apabila NNP dikurangi dengan pajak makan akan di peroleh pendapatan nasional.

Tiga pendekatan dalam mengukur besarnya GNP:

Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa Nilai barang dan jasa akhir Dari pasar factor produksi dengan menjumlahkan penerimaan yang diterima

oleh pemilik factor produksi (upah+bunga+sewa+keuntungan).

Namun sayang penggunaan GNP untuk mengukur pendapatan nasional, kurang dapat menggambarkan tingkat kesejahteran suatu bangsa. Beberapa hal bisa disampaikan mengapa GNP kurang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan suatu bangsa:

Umumnya hanya prodak yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP, sehingga secara akumulasi akan menghasilkan distorsi yang tidak kecil.

GNP juga tidak menghitung waktu istirahat,padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Karena sekain kaya seseorang akan semakin menginginkan waktu istirahat. Ini berarti akan terdapat perbedaan yang sekin besar antara besarnya GNP dengan kesejahteraan. GNP cenderung nilainya lebih rendah dari pada kesejahteraan.

Kejadian buruk seperti bencana lam tidak dihitung dalam GNP,padahal kejadian tersebut jelas mengurangi kesejahteraan.

Masalh polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP.Polusi yang menimbulkan biaya sosial ini jelas akan mengurangi kesejahteraan, tetapi tidak diperhitungkan dalam GNP.

Dari empat contoh di atas cukup jelas bahwa GNP sungguh sulit digunakan untuk mengukur pendapatan nasional yang sekaligus dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan sutu bangsa.

C. GNP dalam perspektif islam

Suatu halyang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi lain adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-komponen ruhaniah masuk kedalam pengertian falah ini. Ekonomi islam dalam arti sebuah system ekonomi atau( midhom al-iqtishad)merupakn sebuah system yang dapat mengantarkan umat manusia kepada real welfare /falah, kesejahteraan yang sebenarnya namun lebih sering kesejahteraan itu diwujutkan pada peningkatan GNP yang tinggi yang kalo dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan

2

Page 3: MAKRO 2- Pendapatan nasional

perkapita income yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya maka kapitalisme moderen akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi pendapatan perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficien condition. Al- falah dalam pengertian islam mengacu kepada konsep islam tentang manusia itu sendiri. Dalam islam, esensi manusia ada dalam rohaninya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani di mana roh merupakan esensi manusia. Konsep ekonomi kapitalis yang hanya mengukur kessejahteraan berdasarkan angka GNP, jelas akan mengabaikan aspek rohani umat manusia. Pola dan proses pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk meningkatakan pendapatan perkapita. Ini akan mengarahkan manusia padakonsumsi fisik yang cenderung hedonis sehingga menghasilakan prodak-prodak yang dilempar kepasaran tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya bagi aspek kehidupan lain.

Maka dari itu selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan nasional berdaasarkan islam juga harus mampu mnegenali bagaimana interaksi instrument-instrumen wakaf ,zakat, dan sedekah dalam meningkatakan kesejahteraan umat.

Pada intinya ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasrkan system moral dan sosial islam. Setidaknya ada empat hal yang semestunya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jenih:

Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga

Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sector peesaan Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi

islam Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan

sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah

3

Page 4: MAKRO 2- Pendapatan nasional

D.Perekonomian Dua Sektor

Disini akan dibahas fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi dari perekonomian dua sector.

konsumsiPerbedaan yang mendasar antara keseimbangan perekonomian dua sector ISLAMI dan KONVENSIONAL adalah terletak pada ada tidaknya unsur MUZAKKI dan MUSTAHIQ.Rumus pendapatan nasional yang kita kenal selama ini (konvensional) adalah Y=C+I atau Y=C+S*) C= konsumsi I = InvestasiTernyata dalam perekonomian dua sector ISLAMI terdapat rumus konsumsi untuk MUZAKKI dan MUSTAHIQ, dengan tambahan variabel Zakat (z) dan Infaq (f).-MUZAKKI = C1 = a+bY (1-z-f)-MUSTAHIQ = C2 = zY + fYsehingga kalau digabung menjadi C = C1+C2 = a + bY (1-z-f) + zY+ fYkasus soal :fungsi konsumsi = 25 + 0.75Y, zakat = 0.025Y dan infaq = 0.025Yapabila menggunakan metode ekonomi konvensional :contoh ini menggunakan rumus Y = C karena diasumsikan pendapatan (Y) sama dengan Konsumsi (C). Y = 25 + 0.75Y0.25Y = 25 = 25 / 0.25 Y = 100Sekarang kita gunakan ekonomi Islami :

- ada penambahan komponen Zakat (z) = 0.025Y, Infaq (f) = 0.025Y- ada fungsi konsumsi Mustahiq dan Muzakki

C1 (muzakki) = a + bY (1 – z – f) = 25 + 0.75Y = 25 + 0.75Y (1 – 0.025Y – 0.025Y)

= 25 + 0.7125YC2 (mustahiq) = zY + fY

= 0.025Y + 0.025Y = 0.05Y

C1 + C2 = 25 + 0.7125Y + 0.05Y= 25 + 0.7625Y

karena Y = C, maka Y = 25 + 0.7625YY – 0.7625Y = 25Y = 25 / 0.2375 = 105.26316

4

Page 5: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Sehingga : - konsumsi Muzakki : C = 25 + 0.7125Y = 25 + 0.7125 (105.26) = 25 + 75 = 100

- konsumsi Mustahiq : C = 0.05Y = 0.05 (105.26) = 5.263

C1 + C2 = konsumsi Muzakki + konsumsi Mustahiq = 105.263

Terbukti dengan ekonomi Islami, Pendapatan (Y) yang dihasilkan lebih besar daripada system ekonomi konvensional.

Investasi dan Tabungan

Seperti yang sudah dibahas pada fungsi konsumsi di atas, baik pada system ekonomi konvensional maupun Islami, perbedaaan diantara keduanya hanya terdapat pada penambahan variabel Zakat, Infaq, Muzakki, dan Mustahiq.

Pada fungsi konsumsi (konvensional) : C= a+bY, lalu ditambahkan variabel muzakki dan mustahiq, sehingga fungsi konsumsi untuk si Muzakki menjadi, C= a+bY (1-z-f) dan untuk si Mustahiq menjadi, C= zY+fY.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa keseimbangan terjadi bila Pengeluaran (E) sama dengan Pendapatan (Y) , atau dapat digambarkan dengan Y=E, Y=C+S dan E=C+I

Sehingga keduanya membentuk :

C+S=C+I

S=I (Tabungan sama dengan Investasi Perusahaan), maka keseimbangan perekonomian dua sector terjadi.

Dalam sistem ekonomi konvensional, fungsi tabungan menggunakan subtitusi dari rumus biasa, yakni:

Y = C+SS = Y-C -> Y- (a+bY)

= Y – a – bY S = -a+(1-b)Y

Tetapi dalam sitem ekonomi Islami yang memasukkan komponen zakat dan infaq, serta variabel Muzakki dan Mustahiq, maka rumus konvensional diatas sedikit mengalami penambahan menjadi :

C (Islami) = C (muzakki) + C (mustahiq)

C = a+bY (1-z-f) + zY+fY

Rumus tersebut lalu disisipkan ke rumus Tabungan/Investasi :

5

Page 6: MAKRO 2- Pendapatan nasional

S = Y-C

= Y – (a + bY (1-z-f) + zY+fY)

apabila digunakan konsep ekonomi konvensional, maka Pendapatan Nasional yang dihasilkan adalah :

misal: konsumsi (C) = 25 + 0.75Y, Investasi (I) =20.Y = C+I = 25 + 0.75Y+ 20Y – 0.75Y = 450.25Y = 45Y = 45 / 0.25Y = 180

Sedangkan, pada kasus yang sama digunakan metode ekonomi Islami, yakni :

Misal : C = 25 + 0.75Y, I=20, zakat = 0.05Y, infaq = 0.05Y

Rumus : Y = C+I

= a + bY (1-z-f) + zY+fY + I

= 25 + 0.75Y (1-0.05Y-0.05Y) + 0.05Y+0.05Y

= 45 + 0.775Y

Y = 45 + 0.775Y

Y = 45 / 0.225 = 200

Y = 200

Untuk membuktikan bahwa fungsi tabungan sama dengan fungsi Investasi maka disamakan kedua persamaan tersebut, yakni:

S = I

C = 25 + 0.75Y

S = -a + (1-b) Y -> -25 + 0.225Y

S = -25 + 0.225Y

I = 20

S = I

-25 + 0.225Y = 20

0.225Y = 45

6

Page 7: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Y = 45 / 0.225

Y = 200, terbukti bahwa dengan system ekonomi Islami dapat menghasilkan Pendapatan Nasional yang lebih besar.

E.Perekonomian dengan Kebijaksanaan Fiskal (Perekonomian Tiga Sektor)

Analisa pendapatan nasional pada perekonomian tiga sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam tiga pelaku utama dalam perekonomian, yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahaan, dan sektor pemerintah.

Dengan adanya campur tangan pemerintah malalui pengeluaran konsumsinya, sisi pengeluaran dalam perekonomian terdiri dari pengeluaran rumah tangga, pengeluaran perusahaan, dan pengeluaran dari sektor pemerintah. Kemudian pada sisi pendapatan menggambarkan pendistribusian pendapatan oleh rumah tangga untuk pengeluaran konsumsi, pengeluaran untuk membayar pajak kepada sektor pemerintah, dan sisanya ditabung. Apabila pemerintah memberikan subsidi atau tunjangan lainnya kepada sektor rumah tangga maka subsidi atau tunjangan lainnya ini ditambahkan pada masyarakat. Atau dengan kata lain pendapatan masyarakat akan bertambah apabila terdapat subsidi atau tunjangan lainnya yang diberikan oleh sektor pemerintah.

Pada sisi pengeluaran, pengeluaran berasal dari sektor rumah tangga adalah berupa pengeluaran konsumsi rumah tangga (C), pengeluaran perusahaan (I), dan pengeluaran dari sektor pemerintah (G). Dengan demikian, seluruh pengeluaran yang ada dalam perekonomian tiga sektor merupakan penjumlahan dari semua pengeluaran dari sektor rumah tangga, pengeluaran sektor perusahaan, dan pengeluaran sektor pemerintah atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

E= C + I + G (2.1)

Kemudian untuk sisi pendapatan, pemdapatan masyarakat didistribusikan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga (C), untuk membayar pajak (Tx), dan sisanya untuk tabungan (S), apabila pemerintah memberikan subsidi atau tunjangan lainnya (transfer payment/Tr) kepada sektor rumah tangga, hal ini akan menambah pendapatan masyarakat. Dengan demikan pada siis pendapatan (Y) dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

Y= C + Tx + S - Tr (2.2)

Pendapatan akan berada dalam kondisi keseimbangan apabila pendapatan yang diperoleh masyarakat sama dengan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam perekonomian. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut:

Y= E (2.3)

7

Page 8: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Karena pengeluaran seluruh mayarakat terdiri dari pengeluaran rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), dan pengeluaran pemerintah (G), maka syarat keseimbangan dalam perekonomian ditunjukkan oleh persamaan:

Y= C + I + G

Atau dengan cara lain untuk menentukan syarat keseimbangan dalam perekonomian, yaitu dengan menyamakan antara komponen pendapatan dengan komponen pengeluaran. Dengan demikian dapat ditulis sebagai berikut:

E= C + Tx + S - T (2.4)Y= C + I + GKondisi keseimbangan terjadi jika: Y=E

C + I + G = C + Tx + S – TrI + G = Tx + S – Tr (2.5)Atau,S + Tx = I + G + Tr (2.6)Persamaan di atas menunjukkan syarat keseimbangan pada perekonomian tiga sektor dan dapat ditulis,

S – I = G – Tx + Tr

Pada sisi kiri (S – I ) disebut dengan istilah surplus sektor swasta dan pada bagian sisi kanan (G – Tx + Tr ) disebut dengan defisit anggaran belanja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkeonomian akan berada dalam kondisi seimbang bila surplus sektor swasta sama dengan defisit anggaran belanja.

Seperti halnya analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian dua sektor, untuk mempermudah analisis Pendapatan Nasional tiga sektor ini pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) secara proporsional dengan pendapatan, secara matematis ditulis sebagai berikut.

C = a + bYdYang menyatakan bahwa :a= besarnya konsumsi otonomb= MPCYd= Pendapatan nasional siap pakai (Disposible Income)Kemudian untuk pengeluaran sektor perusahaan (I) dan pengeluaran sektor pemerintah (G) masih diperlakukan sebagai variabel eksogen. Atau dengan kata lain, pengeluaran untuk investasi oleh perusahaan dan pengeluaran pemerintah merupakan variabel konstan.

Pajak yang ditarik oleh pemerintah dibedakan menjadi dua, yaitu pajak yang sifatnya tetap dan pajak (lump-sump tax) dan pajak yang besarnya tergantung dari besarnya pendapatan nasional (proportional tax). Atau dapat ditulis,

Pajak lump-sump: Tx = TxoPajak proporsional: Tx = tY

8

Page 9: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Yang menyatakan bahwa:t adalah tarif pajak marjinnal (marginal tax rate)pendapatan nasional keseimbangan dalam perekonomian tiga sektor menjadi:Y = E karena E = C + I + G maka perekonomian dalam keadaan seimbang menjadi

Y= C + I + G karena

C= a + b Yd Tx= TxoI= Io Tr= TroG= Go Yd= Y – Tx + Tr (2.7)Maka Y= a + b (Y -T x+ Tr) + I + G (2.8)

Y= a + bY- bTx + bTr+ I + G (2.9)Y – bY = a – bTx + bTr + I + G (2.10)(1-b) Y = a – bTx + bTr + I + G (2.11)Y = a - bTx+ bTr + I + G (2.12)

(1 – b)Persamaan di atas bisa juga menjadi,

∆Y = (-b∆Tx + b∆Tr + ∆I + ∆G) (2.13)

(1-b)

Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.13), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI) dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut.

Multiplier investasi: KI = ∆Y / ∆I = 1 (2.14) (1-b)

Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = ∆Y / ∆G = 1 (2.15)(1-b)

Multiplier pajak: KTx = ∆Y / ∆Tx= -b (2.16)(1-b)

Multiplier pembayaran transfer: KTr = ∆Y / ∆Tr = 1 (2.17)(1-b)

Dalam ekonomi Islam, perhitungan di atas masih harus memperhitungkan pembayaran zakat dan infaq/shadaqah dari masyarakat kaya untuk masyarakat miskin. Jika zakat merupakan pendapatan utama mesyarakat miskin karena mereka belum memiliki pendapatan sama sekali maka:C1 = a + b [Y – Tx + bTr – (zY + fY)] (2.18) = a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY (2.19)Jika Y = C1 + C2 + Io + Go (2.20)dan C2= zY + fYmaka,Y = a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY + Io + Go + zY + fY (2.21)

9

Page 10: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Y = 1 a – bTx + bTr + Io + Go (2.22) (1-b)(1-z-f)

Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.22), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut.Multiplier investasi: KI = ∆Y / ∆I = 1 (2.23)

(1-b)(1-z-f)Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = ∆Y / ∆G = 1 (2.24)

(1-b)(1-z-f)Multiplier pajak: KTx = ∆Y / ∆Tx= -b (2.25)

(1-b)(1-z-f)Multiplier pembayaran transfer: KTr = ∆Y / ∆Tr = 1 (2.26)

(1-b)(1-z-f)

Angka Pengganda Pengeluaran pada Pajak Proporsional (Proportional Tax)Menurut Mangkoesoebroto G dan Algifari untuk menentukan besarnya angka pengganda pengeluaran pada perekonomian tiga sektor di mana sistem perpajakan menggunakan pajak proporsional, sama seperti menentukan besarnya angka pengganda pengeluaran pada perekonomian tiga sektor, di mana pungutan pajak menggunakan sistem pajak lump-sump. Perbedaannya adalah pajak proporsional, besarnya pajak tergantung dari besar-kecilnya pendapatan nasional. Jenis pajak ini mempunyai sifat “built-in flexibility” yang merupakan alat penstabil yang bekerja secara otomatis (automatic stabilizer). Bentuk matematis pajak proporsional dapat ditulis sebagai berikut.Tx = To + tY (2.27)Syarat keseimbangan dalam perekonomian adalah pendapatan (Y) sama dengan pengeluaran (E). atau dapat ditulis:Y = EKarena E= C + I + G Y= C + I + GPada sisi kiri merupakan sisi pemdapatan (Y) dan pada sisi kanan merupakan sisi pengeluaran (C+I+G), denganC= a + b Yd Tx = To + tYI= Io Tr = TroG= Go Yd= Y – Tx + TrMaka Y = a + b (Y-To + tY + Tr) + I + G (2.28)

Y = a + bY – bTo + btY + bTr + I + G (2.29)Y-bY – btY = a – bTo + btY + bTr + I + G (2.30)(1-b-bt ) Y = a – bTo + btY + bTr + I + G (2.31)Y = a – bTo + btY + bTr + I + G (2.32)

(1-b+bt)Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel

10

Page 11: MAKRO 2- Pendapatan nasional

pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.32), angka pengganda pajak (KT), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut.Multiplier investasi: KI = ∆Y / ∆I = 1 (2.33)

(1 – b + bt)

Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = ∆Y / ∆G = 1 (2.34) (1 – b + bt)

Multiplier pajak: KTo = ∆Y / ∆To = -b (2.35)(1 – b + bt )

Multiplier pembayaran transfer: KTr = ∆Y / ∆Tr = 1 (2.36)(1 – b + bt )

Dalam ekonomi Islam, perhitungan di atas masih harus memperhitungkan pembayaran zakat, infaq/shadaqah dari masyarakat kaya untuk masyarakat miskin. Jika zakat merupakan pendapatan utama bagi orang miskin karena mereka belum memiliki pendapatan sama sekali maka:I= Io Tr = TrG= Go Tx = To + tYC1 = a + b [ Y – To – tY + Tr –( zY + fY )] (2.37)

= a + bY – bTo – btY + bTr – bzY – bfY (2.37)jika Y = C1 + C2 + Io + + Godan C2 = zY + fYmaka Y = a + bY – bTo – btY + bTr – bzY – bfY + Io + Go + zY + fY (2.38)Y = 1 a – bTo + bTr + Io + Go (2.39)

(1-b)(1-t) – (1-b)(z+f)Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.39), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda penegluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut.

Multiplier investasi: KI = ∆Y / ∆I = 1 (1-b)(1-t) – (1-b)(z+f)

Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = ∆Y / ∆G = 1 (1-b)(1-t) – (1-b)(z+f)

Multiplier pembayaran transfer: KTr = b(1-b)(1-t) – (1-b)(z+f)

F.Perekonomian Terbuka (Perekonomian Empat Sektor)III.1 Perekonomian Terbuka (perekonomian Empat Sektor) pada Sistem Ekonomi Konvensional

11

Page 12: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Pada perekonomian terbuka, di dalam perekonomian terdapat empat sektor pelaku yaitu, sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor luar negeri. Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional pada perekonomian terbuka sama dengan perkonomian tiga sektor, yaitu dengan menjumlahkan pengeluaran dari sektor-sektor ekonomi. Pengeluaran sektor luar negeri ini berupa ekspor (X) dan impor (M) dan selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor (X-M) disebut dengan ekspor netto.

Besar kecilnya permintaan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara oleh negara lain sangat tergantung pada tingkat pendapatan mereka. Oleh karena itu, dalam ekonomi makro permintaan ekspor dianggap tetap. X = X III.1

Pengeluaran untuk impor dalam perekonomian terbuka dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impor yang tidak tergantung variabel lain atau impor yang nilainya dianggap tetap. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.M = Mo ; Mo adalah besarnya impor

Jenis impor yang lain adalah impor yang besranya tergantung dari besar kecilnya pendapatan. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut.M = Mo + mY (3.2)

Dengan memasukkan sektor luar negeri ke dalam model penghitungan pendapatan nasional, berarti kita menambahkan dua variabel dalam perekonomian tiga sektor, yaitu variabel ekspor (X) dan variabel impor (M). dengan demikian dilakukan dengan menyamakan sisi pendapatan dan sisi pengeluaran, yaitu:Y = C + I + G + ( X – M ) (3.3)

a. Impor Merupakan Variabel Konstan Pendapatan Nasional dengan Sitem Lump Sum-tax

Jika C = a + bYd Yd = Y – Tx + TrI = Io M = MoTx = Txo X = XoTr = Tro

Maka Y = a + b (Y – Tx + Tr) + I + G + (X-M) (3.4)Y = a + bY – bTx + bTr + I + G (X – M) (3.5)Y – bY = a – bTx + bTr + I + G (X – M) (3.6)(1-b) Y = a – bTx + bTr + I + G (X – M) (3.7)Y = a – bTx + bTr + I + G (X – M) (3.8)

(1 – b)∆Y = b∆Tx + b∆Tr + ∆I + ∆I + ∆G + (∆X-∆M) (3.9)

(1 – b)

Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak ProporsionalJika: Tx = To + tY

12

Page 13: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Maka: Y = a + b (Y – To – tY + Tr) + I + G + (X-M) (3.10)Y = a + bY – bTo + bTr + I + G + (X-M) (3.11)Y – bY + btY = a – bTo + bTr + I + G + (X-M) (3.12)(1 – b + bt) Y = a – bTo + bTr + I + G + (X-M) (3.13)Y = a – bTo + bTr + I + G + (X-M) (3.14)

(1 – b + bt)∆Y = b∆To + b∆Tr + ∆I + ∆G + (∆X - ∆M) (3.15)

(1 – b + bt)

b. Impor Tergantung dari Pendapatan NasionalSeperti telah dijelaskan sebelumnya, pengeluaran untuk impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impor yang nilainya tidak tergantung dengan variabel lain (Mo) dengan keseimbangan pendapatannya tercapai pada persamaan (3.8) dan impor yang nilainya tergantung dari besar-kecilnya pendapatan (mY), sehingga persamaan impor dapat ditulis pada persamaan (3.2), yaitu M = Mo + mY atau M = Mo + MPI YDi mana Mo adalah impor apabila pendapatan sama dengan nol, dan m adalah Marginal Propensity to Import

Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Lump Sum- TaxDengan cara yang sama seperti menentukan besarnya pendapatan nasional keseimbangan dengan sistem perpajakan lump sum-tax diperoleh persamaan sebagai berikut.Y = a + b ( Y - Tx + Tr) + I + G + ( X – Mo – mY) (3.16)Y = a + bY – bTx + bTr + I + G + (X – Mo – mY) (3.17)Y – bY + mY = a – bTx + bTr + I + G + (X – Mo) (3.18)(1 – b + m) Y = a – bTx + bTr + I + G + (X –Mo) (3.19)Y = a – bTx + bTr + I + G + (X –Mo) (3.20)

(1 – b + m)∆Y = b∆Tx + b∆Tr +∆I +∆G + (∆X –∆Mo) (3.21)

(1 – b + m) Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Proporsional

Jika: Tx = To + tYMaka Y = a + b ( Y – To – tY + Tr) + I + G + (X –Mo –mY) (3.22)

Y = a + bY – bTo – btY + Tr + I + G + (X - Mo – mY) (3.23)Y – bY + btY + mY = a – bTo + Tr + I + G + (X – Mo) (3.24)(1 – b + bt + m) Y = a – bTo + Tr + I + G + (X – Mo) (3.25)Y = a – bTo + Tr + I + G + (X – Mo) (3.26)

(1 – b + bt + m)∆Y = b∆To + ∆Tr + ∆I + ∆G + (∆X – ∆Mo) (3.27)

(1 – b + bt + m)

III.2 Perekonomian Empat Sektor pada Sistem Ekonomi Islam

13

Page 14: MAKRO 2- Pendapatan nasional

A. Impor Merupakan Variabel Konstan Pendapatan Nasional Keaseimbangan dengan Sistem Lump Sum-tax

Jika: C = C1 + C2 Tr = TroI = Io Yd = Y – Tx + TrG = Go M = MoTx = Txo X = Xo

C1 = a + b [Y – Tx + Tr – (zY + fY) = a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY

Jika Y = C1 + C2 +Io + Go + (X – M)Dan C2 = zY + fYMaka Y = a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY + Io + Go + zY + fY + (X – M)

Y = 1 a – bTx + bTr + Io + Go + (X – M)(1 – b) (1 – z – f)

Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak ProporsionalC=C1+C2I=IoG=GoTx=To+tYTr=TrX=XoM=Mo

Maka: C1=a+b [Y – To – tY + Tr - (zY + fY)]

=a + bY – bTo – btY + bTr – bzY - bfY

Jika Y= C1+C2+Io+Go+(X-M)

Dan C2= zY+fY

Maka Y= a+bY-bTo-btY+bTr-bzY-bfY+Io+Go+zY+fY+X-M

Y = 1 (a-bTo+bTr+Io+Go+X-M)

(1-b)(1-t) - (1-b) (z+f)

Pendapatan nasional keseimbangan dengan system pajak adalah lump sum-tax

Dengan cara yang sama seperti menentukan besarnya pendapatan nasional keseimbangan dengan system perpajakan adalah lump sum-tax diperoleh persamaan sebagai berikut.

C=C1+C2I=IoG=GoTx=TxoTr=Tro

14

Page 15: MAKRO 2- Pendapatan nasional

Yd=Y-Tx+TrM=Mo+mYX=XoC1=a+b [Y – Tx + Tr – (zY + fY)]

= a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY

Jika Y = C1 + C2 + Io + Go + (X – M) C1 = zY + fY

MakaY = a + bY – bTx + bTr – bzY – bfY + Io + Go + zY + fY + (x – Mo – mY)Y= 1 a – bTx + bTr + Io + Go + (X – Mo)

(1-b) (1 – z – f) + m

Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak adalah ProporsionalJika C = C1 + C2

I = IoG = GoTx = To + tYTr = TrX = XoM = mo + mY

Maka:C1 = a + b [Y – To – tY + Tr – (zY + fY)]

= a + bY – bTo – btY + bTr – bzY – bfYJika Y = C1 +C2 + Io + Go + (X – M)Dan C2= zY = fYMakaY= a + bY – bTo – btY + bTr – bzY – bfY + Io + Go + zY + X – MO – mYY= 1 (a – bTo + bTr + Io + Go + X – Mo)

(1-b) (1-t) (1-b) (z+f) + m

15