makna perayaan hari raya siwaratri

3
Makna Perayaan Hari Raya Siwa Ratri Written by webmaster Tuesday, 15 June 2010 12:53 - Last Updated Tuesday, 15 June 2010 13:13 Oleh I Ketut Budaraga Perayaan Siwa Ratri adalah salah satu bentuk ritual Hindu yang mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Diakui atau tidak, manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Kerena sering mengalami lupa itu, maka setiap tahun pada sasih kepitu (bulan ketujuh menurut penanggalan Bali), dilangsungkan upacara Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Pejagraan yang asal katanya jagra itu artinya sadar, eling atau melek. Orang yang selalu jagralah yang dapat menghindar dari perbuatan dosa. Dalam Bhagavadgita III, 42, dinyatakan, orang akan memiliki alam pikiran jernih, apabila atman atau jiwa yang suci itu selalu menyinari budhi atau alam kesadaran. Budhi (kesadaran) itu menguasai manah (pikiran). Manah menguasai indria. Kondisi alam pikiran yang struktural dan ideal seperti itu amat sulit didapat. Ia harus selalu diupayakan dengan membangkitkan kepercayaan pada Tuhan sebagai pembasmi kegelapan jiwa. Siwa Ratri (Ratri juga sering ditulis Latri) adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sanghyang Siwa guna mendapatkan kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap. Karena itu, Siwa Ratri lebih tepat jika disebut ”malam kesadaran” atau ”malam pejagraan”, bukan ”malam penebusan dosa” sebagaimana sering diartikan oleh orang yang masih belum mendalami agama. Memang, orang yang selalu sadar akan hakikat kehidupan ini, selalu terhindar dari perbuatan dosa. Orang bisa memiliki kesadaran, karena kekuatan budhinya (yang menjadi salah satu unsur alam pikiran) yang disebut citta. Melakukan brata Siwa Ratri pada hakikatnya menguatkan unsur budhi. Dengan memusatkan budhi tersebut pada kekuatan dan kesucian Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna. Siwa Ratri pada hakikatnya kegiatan Namasmaranâm pada Siwa. Namasmaranâm artinya selalu mengingat dan memuja nama Tuhan yang jika dihubungankan dengan Siwa Ratri adalah nama Siwa. Nama Siwa memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Dengan demikian, upacara Siwa Ratri sesungguhnya tidak harus dilakukan setiap tahun, melainkan bisa dilaksanakan setiap bulan sekali, yaitu tiap menjelang tilem atau bulan mati. Sedangkan menjelang tilem kepitu (tilem yang paling gelap) dilangsungkan upacara yang disebut Maha Siwa Ratri. Untuk dapat mencapai kesadaran, kita bisa menyucikan diri dengan melakukan sanca. Dalam Lontar Wraspati Tattwa disebutkan, Sanca ngaranya netya majapa maradina sarira. Sanca itu artinya melakukan japa dan membersihkan tubuh. Sedang kitab Sarasamuscaya menyebutkan, Dhyana ngaranya ikang Siwasmarana, artinya, dhyana namanya (bila) selalu mengingat Hyang Siwa. 1 / 3

Upload: cokbin

Post on 05-Jul-2015

220 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makna Perayaan Hari Raya Siwaratri

Makna Perayaan Hari Raya Siwa Ratri

Written by webmasterTuesday, 15 June 2010 12:53 - Last Updated Tuesday, 15 June 2010 13:13

Oleh I Ketut Budaraga

Perayaan Siwa Ratri adalah salah satu bentuk ritual Hindu yang mengajarkan kita untuk selalumemelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Diakui atau tidak,manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Kerena sering mengalami lupa itu, makasetiap tahun pada sasih kepitu (bulan ketujuh menurut penanggalan Bali), dilangsungkanupacara Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Pejagraan yang asal katanya jagraitu artinya sadar, eling atau melek. Orang yang selalu jagralah yang dapat menghindar dariperbuatan dosa.

Dalam Bhagavadgita III, 42, dinyatakan, orang akan memiliki alam pikiran jernih, apabila atmanatau jiwa yang suci itu selalu menyinari budhi atau alam kesadaran. Budhi (kesadaran) itumenguasai manah (pikiran). Manah menguasai indria. Kondisi alam pikiran yang struktural danideal seperti itu amat sulit didapat. Ia harus selalu diupayakan dengan membangkitkankepercayaan pada Tuhan sebagai pembasmi kegelapan jiwa. Siwa Ratri (Ratri juga seringditulis Latri) adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sanghyang Siwa gunamendapatkan kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap. Karena itu, Siwa Ratri lebihtepat jika disebut ”malam kesadaran” atau ”malam pejagraan”, bukan ”malam penebusan dosa”sebagaimana sering diartikan oleh orang yang masih belum mendalami agama.

Memang, orang yang selalu sadar akan hakikat kehidupan ini, selalu terhindar dari perbuatandosa. Orang bisa memiliki kesadaran, karena kekuatan budhinya (yang menjadi salah satuunsur alam pikiran) yang disebut citta. Melakukan brata Siwa Ratri pada hakikatnyamenguatkan unsur budhi. Dengan memusatkan budhi tersebut pada kekuatan dan kesucianSiwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita meleburkegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalumendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapatmengendalikan indria atau Tri Guna.

Siwa Ratri pada hakikatnya kegiatan Namasmaranâm pada Siwa. Namasmaranâm artinyaselalu mengingat dan memuja nama Tuhan yang jika dihubungankan dengan Siwa Ratri adalahnama Siwa. Nama Siwa memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jikakegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangatdibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Dengan demikian, upacara Siwa Ratri sesungguhnyatidak harus dilakukan setiap tahun, melainkan bisa dilaksanakan setiap bulan sekali, yaitu tiapmenjelang tilem atau bulan mati. Sedangkan menjelang tilem kepitu (tilem yang paling gelap)dilangsungkan upacara yang disebut Maha Siwa Ratri.

Untuk dapat mencapai kesadaran, kita bisa menyucikan diri dengan melakukan sanca. DalamLontar Wraspati Tattwa disebutkan, Sanca ngaranya netya majapa maradina sarira. Sanca ituartinya melakukan japa dan membersihkan tubuh. Sedang kitab Sarasamuscaya menyebutkan,Dhyana ngaranya ikang Siwasmarana, artinya, dhyana namanya (bila) selalu mengingat HyangSiwa.

1 / 3

Page 2: Makna Perayaan Hari Raya Siwaratri

Makna Perayaan Hari Raya Siwa Ratri

Written by webmasterTuesday, 15 June 2010 12:53 - Last Updated Tuesday, 15 June 2010 13:13

Di India, setiap menjelang bulan mati (setiap bulan) umat Hindu menyelenggarakan Siwa Ratridan tiap tahun merayakan Maha Siwa Ratri. Keutamaan brata Siwa Ratri banyak diuraikandalam pustaka berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno dan Bali. Ini suatu pertanda, bah-wa SiwaRatri dari sejak dahulu sudah dirayakan baik oleh umat Hindu di India, maupun di Jawa danBali. Dalam kepustakaan Sanskerta, keutamaan brata Siwa Ratri diuraikan dalam kitabkitabPurana, misalnya Siwa Purana, Skanda Purana, Garuda Purana dan Padma Purana. SiwaPurana, pada bagian Jñana Samhita memaparkan keutamaan brata Siwa Ratri dan tata-caramerayakan malam suci terbut. Di situ ada dimuat tentang dialog antara seseorang bernamaSuta dan para rsi. Dalam percakapan tersebut, dikisahkanl seseorang yang kejam bernamaRurudruha. Ia menjadi sadar akan dosa-dosa yang telah diperbuat setelah melakukan brataSiwa Ratri. Berkat bangkitnya kesadarannya, ia tinggalkan semua perbuatan dosa, lalu denganmantap berjalan di jalan dharma.

Di antara berbagai brata, mengunjungi tempat suci, memberi dana punya yang mahal sepertibatu mulia (emas dan permata), melakukan berbagai jenis upacara Yajña, berbagai jenis tapadan melakukan berbagai kegiatan Japa atau mantra untuk memuja keagungan-Nya,semuanyaitu tidak ada yang melebih keutamaan brata Sivaratri.

Sejalan dengan pernyataan di atas, kakawin Sivaratri Kalpa menyatakan keutamaan BrataSivaratri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Siva sebagai berikut:

”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlahpahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikandiri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kalimenikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semuaPataka itu lenyap”.

”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hatiorang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah,congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaanitu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan danketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8)*

Sumber Sastra itihasa Dalam Itihasa, Sivaratri terdapat dalam Mahabharata, yaitu pada SantiParva, dalam episode ketika Bhisma sedang berbaring di atas anak-anak panahnya Arjuna,menunggu kematian, sambil membahas dharma, mengacu kepada perayaan Maha Sivaratrioleh raja Citrabhanu, raja Jambudvipa dari dinasti Iksvaku. Raja Citrabhanu bersama istrinyamelakukan upavasa pada hari Maha Sivaratri. Rsi Astavakra bertanya:

“Wahai sang raja, mengapa kalian berdua melakukan upavasa pada hari ini? Sang rajadianugerahi ingatan akan punarbhawa sebelumnya, lalu ia menjelaskan kepada sang rsi.

“Dalam kehidupanku terdahulu aku adalah seorang pemburu di Varanasi yang bernamaSusvara. Kebiasaanku adalah membunuh dan menjual burung-burung dan binatang lainnya.Suatu hari aku berburu ke hutan, aku menangkap seekor kijang, namun hari keburu gelap. Akutidak bisa pulang, kijang itu kuikat di sebatang pohon. Lalu aku naik sebatang pohon bilva.

2 / 3

Page 3: Makna Perayaan Hari Raya Siwaratri

Makna Perayaan Hari Raya Siwa Ratri

Written by webmasterTuesday, 15 June 2010 12:53 - Last Updated Tuesday, 15 June 2010 13:13

Karena aku lapar dan haus, aku tidak dapat tidur. Aku teringat anak istriku yang malang dirumah, menungguku pulang dengan rasa lapar dan gelisah. Untuk melewatkan malam akumemetik daun bilva dan menjatuhkannya ke tanah.” Kisah selanjutnya mirip dengan kisahLubdaka di Indonesia.

PuranaSivaratri juga dimuat dalam purana-purana, yang umumnya berisi kisah-kisah pemburu yangsadar, seperti berikut:

Pertama, Siva Purana (bagian Jnanasamhita). Pada bagian ini memuat percakapan antaraSuta dengan para rsi, menguraikan pentingnya upacara Sivaratri. Seseorang bernamaRurudruha seperti telah disinggung di atas.

Kedua, Skanda Purana (bagian Kedarakanda). Pada bagian Kedarakanda antara lain memuatpercakapan antara Lomasa dengan para rsi. Lomasa menceritakan kepada para rsi tentang siCanda yang jahat, pembunuh segala mahluk, sampai membunuh brahmana, akhirnya dapatmengerti dan menghayati apa yang disebut ”kebenaran” Dalam Skanda Purana juga diceritakankisah seorang pemburu yang identik dengan kisah pemburu dalam Santi Parva.

Ketiga, Garuda Purana (bagian Acarakanda). Bagian ini memuat uraian singkat tentangSivaratri diceritakan bahwa Parvati bertanya tentang brata yang terpenting. Siva menguraikantentang pelaksanaan vrata Sivaratri. Seorang raja bernama Sudarasenaka pergi berburu kehutan bersama seekor anjing. Rangkaian kisah inipun tidak berbeda dengan kisah pemburu diatas.

Keempat, Padma Purana (bagian Uttarakanda). Bagian ini memuat percakapan raja DilipadenganWasista. Wasista menceritakan bahwa Sivaratri adalah vrata yang sangat utama, antarabulan Magha dan Palghuna. Dalam Padma Purana, pemburu itu bernama Nisadha. Berkatvrata Sivaratri yang dilakukannya berhasil membawanya ke Siva loka.

Penulis adalah ketua PHDIProvinsi Sumatra Barat.

Redaksi.* Jika dibaca secara literal paragraph di atas ini memberi kesan betapa mudahnya menebusdosa, termasuk dosa berat, seperti membunuh. Teks seperti ini harus ditafsirkan agar sesuaidengan filosofi hukum karma. Tanpa itu, upaya untuk membangun manusia bermoral danbertanggung jawab atas tindakannya akan gagal. Seperti yang kita lihat sekarang di negarakita: ritual agama begitu semarak, gairah beragama begitu tinggi, sering diwarnai konflik fisik,tetapi moral bangsa kita tertinggal jauh dari moral bangsa-bangsa yang kita anggap sekuler.

3 / 3