makhluk kecil dengan ancaman besar
TRANSCRIPT
Etalase
Nyamuk-Nyamuk "Nakal"
Tuhan tidak menciptakan satu
makhluk pun di dunia hanya
untuk menjadi pelengkap
penderita dan sia-sia,
sekalipun hanya dia seekor nyamuk.
Nyamuk dengan berbagai ukuran
dan jenisnya telah menjadi sarana
belajar manusia. Mulai dari daur hidup,
kebiasaan, lingkungan, perkembangan,
penyebaran, penyakit yang ditularkan,
hingga manfaat nyamuk, telah
dipelajari sejak dulu kala. Hanya
dengan mempelajari nyamuk, ribuan
ilmuan dunia mendapat gelar doktor
hingga professor.
Nyamuk juga telah memicu
penyerapan ribuan angkatan kerja
di berbagai pabrik obat nyamuk, di
berbagai lembaga penelitian dan
pengembangan yang membahas
tentang nyamuk, dan tak ketinggalan
di berbagai lembaga pendidikan
kesehatan yang khusus mempelajari
nyamuk.
Belum lagi manusia yang bekerja
untuk mempelajari dan mengendalikan
pengaruh nyamuk terhadap kesehatan
manusia, mulai dari pencegahan,
pengobatan, hingga rehabilitasi.
Semua mekanisme ini menyebabkan
perputaran uang yang sangat besar
dalam lingkaran bisnis. Ada pekerja
yang mendapat gaji, ada pengusaha
yang mendapat untung, dan ada
pihak-pihak lain yang terkena dampak
kesejahteraan yang pemicu awalnya
adalah mahluk mungil bernama
nyamuk. Jadi, sosok nyamuk ternyata
memberi banyak maslahat dan tak
selalu negatif.
Sayang, manusia seringkali melihat
sosok nyamuk dari sisi negatif. Bahkan
ada lagu “Nyamuk-nyamuk Nakal”
sebagai bentuk sentimen terhadap sang
nyamuk. Persepsi itu juga dapat kita
jumpai dalam berbagai tulisan media.
Mediakom sendiri dalam edisi ini
mengangkat tema nyamuk dengan
tag seperti “kecil-kecil ancaman besar,
cara ampuh melawan nyamuk, ribuan
orang meninggal akibat nyamuk,” dan
seterusnya. Jadi nyamuk dianggap
musuh besar yang berbahaya bagi
manusia, sehingga harus dimusnahkan.
Apakah kalau nyamuk benar-
benar musnah dari muka bumi,
manusia menjadi aman dan nyaman
atau sebaliknya? Nah, bagaimana
menempatkan nyamuk menjadi
makhluk Tuhan yang tepat untuk
kehidupan manusia ? Simak
penjelasannya dalam rubrik Media
Utama.
Selain laporan utama tentang
per-nyamuk-an, Mediakom juga
mengetengahkan berbagai berita
dan artikel dalam rubrik Peristiwa,
Untuk Rakyat, dan Terobosan. Tentu
saja rubrik Kolom dan Lentera tetap
disajikan dengan penuturan yang
sederhana dan inspiratif.
Redaksi.
SUSUNAN REDAKSI
Penanggung Jawab: drg. Murti Utami, MPH Pemimpin Redaksi: drg.Rarit Gempari, MARS
Sekretaris Redaksi: Sri Wahyuni, S.Sos,MM Redaktur/Penulis: Dra. Hikmandari A,M.Ed,
Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM , Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah,S.Sos,MKM,
Anjari Umarjianto,S.Kom, Awallokita Mayangsari,SKM, Waspodo Purwanto, Hambali,
Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Dessyana Fa’as, SE, Desain Grafis & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,S,Sn, Sekretariat: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudi
Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang 109, Jl. Hr Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta, 12950 Tlp: 021-5201590, 52907416-9 Fax: 021-5223002,52960661 Call Center: 021-500567
Email: [email protected]
1Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Surat Pembaca
Terima kasih kepada Ibu Ahyani, dkk dari Dinas
Kesehatan Kota Bandung. Semangat, dukungan
dan positive thinking-nya semoga mencerminkan
hal yang sama pula di dinas kesehatan lainnya.
Saat ini fasilitas kesehatan dan profesi dalam lingkup
internal yang paling banyak memerlukan sosialisasi. Selain
itu, masih banyak hal memerlukan pembenahan dalam
proses pendaftaran, prosedur, pengelolaan kapitasi, pola
pembagian jasa pelayanan, pemahaman INA CBGs,
baik di kalangan profesi maupun kalangan manajemen,
pola tarif INA CBGs, pola remunerasi, kesiapan buku
petunjuk/pedoman, dll. Semua yang disebutkan di atas
semoga berubah menjadi lebih baik dan sempurna secara
bertahap. Terima kasih atas kerjasama semua pihak yang
terkait.
Redaksi.
Kami sampaikan bahwa setiap hari Dinas
Kesehatan Kota Bandung menerima dan
menfasilitasi berbagai keluhan pelaksanaan
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) melalui
BPJS Kesehatan dari berbagai pihak, anggota dewan,
masyarakat miskin, mantan peserta ASKES (PBI),
peserta non-PBI, fasilitas kesehatan dan dokter. Semua
keluhan yang datang ditampung, diuraikan dan dicari jalan
penyelesaiannya.
Bila staf kami merasa lelah, selalu kami peringatkan
tentang semangat bahwasanya kita terpilih sebagai
pasukan yang membuka jalan menjadi lebih baik. Dalam
dinas kami munculkan slogan penyemangat program BPJS
”Bila Pasien Itu Saya” maka kami tidak akan membiarkan
keluhan sekecil apapun datang dari pasien. Dinas kami
pun menciptakan slogan plesetan BPJS dari awalnya “Bagi
Pasien Jadi Susah” menjadi ”Bagi Peserta Jadi Sehat”.
Saat ini dinas kami sedang disibukkan dengan
permintaan pendampingan reses anggota DPRD yang
meminta agar sosialisasi kembali kepada masyarakat
umum tentang JKN dan BPJS.
Salam sehat dan salam pengabdian dari Kota Bandung.
Ahyani
SEMANGAT MEMPERBAIKI
POSITIVE THINKING
» h.26
» h.10
» h.40
2 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
DAFTARISIINFO SEHAT 4-7
- Aneka Manfaat Pisang untuk Kesehatan- Mengenali Obat-Obat yang Mengandung Babi- 12 Penyebab Gangugan Pendengaran
MEDIA UTAMA 8-23
- Makhluk-Makhluk Kecil dengan Ancaman Besar- Cara Ampuh Melawan Nyamuk- Jangan Ada Lagi Kematian Akibat Nyamuk- Harapan Baru dari Pengembangan Vaksin Dengue- Awas Gigitan Nyamuk Saat Melancong!- DBD Versus Cikungunya
PERISTIWA 24-31
- Waspada Penularan Virus Corona Baru- Indonesia Bebas Polio- Menkas Canangkan Studi Diet Total dan E-Watch Alkes- Kemenkes dan 11 Mitrakerja Berkomitmen Cegah Korupsi- Organisasi Keagamaan Serukan Penghapusan Stigma pada Bekas Penderita Kusta- Indonesia Dorong IDB-OKI Gerakan Sumber Daya Untuk Program Kesehatan- Pemerintah Canangkan Upaya Pengendalian Vektor
REFORMASI BIROKRASI 32-35
- Nilai dan Catatan Stratejik Kemenkes Menuju 2015-2019- CPNS Kementerian Kesehatan Harus Bebas KKN
TEROBOSAN 36-39
- Petunjuk Baru Melawan Lalat Tsetse- Peneliti Temukan Antibodi Virus MERS
POTRET 40-43
- Saya Harus Berkolaborasi
KOLOM 44-49
- Pelayanan Informasi Publik Kemenkes yang Tidak Menerima Gratiikasi- Antara Kereta Listrik dan JKN
UNTUK RAKYAT 50-53
- DPR Prihatin Anggaran Kesehatan Masih Rendah- Komisi IX DPR Pantau Pelaksanaan JKN- DPR Evaluasi Kinerja BPJS Juni Mendatang- DPR : Petugas Kesehatan Harus Tegas Antisipasi MERS
DARI DAERAH 54-61
- Nung Sumiati, Kader Posyandu yang Ingin Mengabdi Sampai Mati- Cianjur Bangkit dari Keterpurukan- Wisata Budaya Lampegan dan Megalitik Gunung Padang- Posyandu Dahlia Teladan di Tengah Keterbatasan- Gerbang Marhamah Cianjur
LENTERA 62-63
GALERI FOTO 64-65
KUIS 66-67
RESENSI BUKU 68
» h. 5 » h.16
» h.24
» h.29
» h.36
» h.44
MEDIAKOM
MENGENALI
OBAt-OBAT YANG
MENGANDUNG BABI
3Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
ANEKA MANFAAT
PISANG UNTUK
KESEHATAN
Pisang termasuk je-nis buah yang banyak dikonsumsi. Kandung-an nutrisinya beragam, termasuk diantaranya serat, potassium, mag-nesium, zat besi, serta vitamin C dan B6.
Makan pisang bisa membantu
memerangi depresi, menjaga
perut bergerak teratur,
membantu mengatasi rasa
mulas, serta membantu menurunkan risiko
kanker, ginjal, diabetes, osteoporosis, dan
kebutaan.
Menurut Badan Pangan dan Obat-
obatan Amerika Serikat (FDA), pisang bisa
membantu menurunkan tekanan darah
serta mencegah serangan jantung dan
stroke.
Pisang juga bisa membantu menurunkan
depresi dan gejala pre-menstruasi
(Premenstrual Syndrome/PMS). Pisang
punya kadar tryptophan tinggi yang
kemudian berubah menjadi serotonin,
neurotransmitter yang memperbaiki mood
atau suasana hati.
Selain itu vitamin B6 pada pisang bisa
membantu Anda tidur lebih nyenyak dan
magnesium membantu mengendurkan otot-
otot tubuh.
Kandungan serat yang cukup tinggi juga
membuat pisang bisa menyediakan hampir
10 persen dari kebutuhan serat Anda.
Konsumsi serat tinggi membuat perut terasa
penuh dan menurunkan keinginan untuk
mengudap.
Pisang juga bagus untuk tulang. Meski
kandungan kalsiumnya tidak tinggi,
buah berwarna kuning ini mengandung
fructooligosaccharida melimpah yang
meningkatkan kemampuan tubuh untuk
menyerap kalsium. (Sumber: Live Science)
4 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Info Sehat
Peraturan Kepala BPOM
No HK.03.1.23.06.10.5166
Tahun 2010 tentang
Pencantuman Informasi
Asal Bahan Tertentu, Kandungan
Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa
Pada Penandaan/Label Obat, Obat
Tradisional, Suplemen Makanan,
dan Pangan, mewajibkan produsen
mencantumkan tanda khusus berupa
tulisan “mengandung babi” berwarna
hitam dalam kotak berwarna hitam di
atas dasar putih.
Berdasarkan database nomor izin
edar yang telah dikeluarkan BPOM,
sampai 31 Desember 2013 tercatat
hanya ada tiga obat yang mengandung
babi, yaitu obat yang mengandung
heparin molekul rendah.
Ketiga obat itu adalah Lovenox injeksi
mengandung Enoxaparin Sodium yang
didaftarkan oleh PT Aventis Indonesia
(NIE DKI 0185600143A1); Fraxiparin
injeksi dengan kandungan Nadroparin
Calcium yang didaftarkan oleh PT
Glaxo Welcome Indonesia (NIE DKI
0585100343A1); dan Fuluxum injeksi
dengan kandungan Parnaparin Sodium
didaftarkan oleh PT. Pratapa Nirmala
(NIE DKI 0697600443A1).
Kepala BPOM Roy Sparringa
menyatakan obat-obatan yang beredar
di Indonesia wajib mendapatkan izin
edar dari BPOM dan harus memenuhi
Obat yang mengandung babi seharusnya bisa
dikenali dengan melihat tanda khusus berupa tulisan
“mengandung babi” berwarna hitam pada kotak
berwarna hitam di atas dasar putih dalam kemasan
obat sesuai aturan yang dikeluarkan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM).
MENGENALI
OBAt-OBAT YANG
MENGANDUNG BABI
persyaratan aman, khasiat, dan mutu.
Selain itu produsen juga harus
mencantumkan nama produk, merek
dagang, nama badan usaha yang
memproduksi atau memasukkan ke
wilayah Indonesia, komponen pokok
obat, tata cara penggunaan, tanda
peringatan, efek samping dan tanggal
kadaluwarsa obat. (*)
5Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Gelombang suara masuk melalui lubang telinga luar dan menyebabkan gendang telinga dan tulang pendengaran (Maleus, Incus, Stapes) bergetar. Getaran ini kemudian berjalan dalam cairan di telinga bagian dalam (kokhlea) tempat bulu-bulu halus yang merupakan ujung serabut syaraf bergetar dan mengirimkan sinyal ke otak sehingga suara dapat dikenali.
12 PENYEBAB GANGGUAN
PENDENGARAN
Gangguan pada proses ini
membuat pendengaran
kita terganggu. Berikut ini
faktor-faktor yang sering
menyebabkan gangguan pendengaran:
1. Terus Menerus Terpapar Suara
Bising.
Mendengar suara bising terus
menerus bisa menurunkan kemampuan
mendengar atau bahkan kehilangan
kemampuan mendengar. Apabila
Anda bekerja di tempat dengan tingkat
kebisingan tinggi atau kebisingan terus
menerus seperti di Bandara dan pabrik
sebaiknya menggunakan pelindung
telinga yang pas. Anda sebaiknya juga
menggunakan waktu istirahat untuk
mengistirahatkan telinga dari gangguan
suara bising.
2. Cedera dan Perubahan Tekanan.
Cedera kepala berat dapat
menyebabkan dislokasi tulang
pendengaran di telinga bagian tengah
atau menyebabkan kerusakan syaraf
yang menyebabkan kehilangan
kemampuan dengar secara permanen.
Perubahan tekanan udara secara
mendadak dapat mengganggu
kemampuan mendengar. Perubahan
tekanan udara saat kita naik pesawat
atau menyelam di bawah laut dapat
menyebabkan kerusakan gendang
telinga dan organ telinga tengah dan
dalam.
3. Obat-obatan.
Beberapa obat dapat menimbulkan
efek samping terhadap sistem
pendengaran. Contohnya, beberapa
antibiotik dan obat-obatan kanker. Oleh
karena itu jangan menggunakan obat-
obatan itu tanpa petunjuk dokter. Obat-
obat ini dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran secara permanen namun
bila merupakan suatu efek samping
obat maka akan mengalami perbaikan
setelah penggunaan obat dihentikan.
4. Penyakit Kronis.
Beberapa penyakit kronis seperti
penyakit jantung, stroke, tekanan
darah tinggi dan diabetes mellitus
6 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Info Sehat
bisa menyebabkan gangguan pada
peredaran darah ke telinga bagian
dalam dan otak. Penyakit autoimun
seperti rheumatoid arthritis, juga
berhubungan dengan penurunan
kemampuan mendengar.
5. Tumor.
Tumor jinak seperti osteomas,
exostoses, dan polip dapat
menyebabkan sumbatan dan hambatan
pada lubang telinga. Acoustic neuroma
yang tumbuh pada pusat pendengaran
dan keseimbangan di telinga bagian
dalam dapat menyebabkan gangguan
pendengaran, keseimbangan,
gangguan sensorik pada wajah dan
tinnitus (telinga berdenging).
6. Mendengar Suara Sangat Keras.
Suara tembakan, ledakan atau suara
lain yang mendadak dan keras dapat
menyebabkan pecahnya gendang
telinga dan kerusakan pada telinga
tengah dan dalam. Kejadian ini disebut
sebagai trauma akustik dan bisa
menyebabkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen.
7. Konser Musik.
Rata-rata suara yang
dihasilkan dalam sebuah
konser music rock sekitar 110
desibel, cukup besar sehingga
hanya dalam waktu 15 menit
saja dapat menyebabkan
gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran dapat
terjadi apabila kita terpapar
suara yang lebih besar dari 85
desibel.
8. Headphone dan Earphone.
Penggunaan headphones
atau earphones dapat
menyebabkan gangguan
pendengaran baik sementara
ataupun menetap. Semakin
besar volume dan semakin lama
Anda mendengarkan, semakin besar
risiko Anda mengalami gangguan
pendengaran. Sebaiknya batasi waktu
penggunaan dan volumenya.
9. Kotoran Telinga.
Normalnya lubang telinga luar kita
menghasilkan cairan atau earwax
untuk melindungi lubang telinga kita
dari kotoran dan bakteri. Tetapi cairan
ini dapat mengeras dan menyebabkan
sumbatan di lubang telinga. Sumbatan
ini dapat menyebabkan gangguan
pendengaran dan rasa tidak nyaman
pada telinga.
10. Penyakit Saat Anak-Anak.
Infeksi telinga yang terjadi saat
masih anak-anak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. Seperti
penyakit otitis media dengan gejala
keluarnya cairan kental berbau dari
lubang telinga dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. Penyakit lain
pada anak yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran antara lain
cacar air, encephalitis, dan meningitis.
11. Gangguan Dengar Sejak Lahir.
Beberapa anak mengalami gangguan
dengar sejak lahir atau tuli. Gangguan
ini bisa terjadi pada bayi yang lahir
premature atau mengalami trauma
atau cedera saat proses kelahiran yang
menyebabkan gangguan oksigenisasi
pada bayi baru lahir. Kelainan pada saat
kehamilan seperti infeksi dan diabetes
mellitus juga bisa menyebabkan
gangguan dengar sejak lahir.
12. Usia.
Semakin bertambah usia semakin
menurun kemampuan pendengaran
kita. Biasanya ini terjadi akibat dari
kerusakan progresif pada bulu-bulu
pendengaran di telinga bagian dalam.
***
7Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
MAKHLUK-MAKHLUK KECIL
DENGAN ANCAMAN BESARUkuran tubuh kebanyakan spesies nyamuk memang
hanya beberapa milimeter saja, tapi gangguan yang
mereka timbulkan pada manusia sangat besar, bisa
sebesar kekuatan raksasa.
Serangga dari keluarga
Culicidae ini ada dimana-
mana. Mereka menghisap
darah manusia dengan gigitan
yang meninggalkan rasa gatal sangat
menyebalkan lalu terbang dalam
hitungan milidetik. Saat tidak menggigit
pun, dengungan kepak sayapnya bisa
membangunkan orang yang sedang
tidur nyeyak.
Selain gangguan-gangguan itu,
beberapa jenis nyamuk menjadi
perantara penularan penyakit-
penyakit penyebab jutaan kesakitan
dan kematian di dunia. Dari sekitar
3.500 spesies nyamuk yang sudah
diidentiikasi, setidaknya ada tiga yang paling banyak menyebarkan penyakit
pada manusia yakni Anopheles, Culex
dan Aedes.
Nyamuk Anopheles membawa
penyakit malaria serta menularkan
penyakit ilariasis (kaki gajah) dan encephalitis.
Dari sekitar 430 spesies nyamuk
Anopheles, hanya 30-40 jenis yang
menjadi penyebar parasit Plasmodium
yang merupakan penyebab penyakit
malaria di alam. Jenis nyamuk yang
menularkan malaria di Indonesia antara
lain Anopheles sundaicus, Anopheles
aconitus, Anopheles barbirostris,
Anopheles kochi, Anopheles maculatus,
Anopheles subpictus, dan Anopheles
balabacensis.
Malaria menular melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina dewasa,
yang bisa hidup sampai satu bulan
dan setiap kali bertelur mampu
menghasilkan 50-200 telur.
Protozoa parasit Plasmodium masuk
ke tubuh manusia saat nyamuk-nyamuk
8 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
malayi, dan Brugia timori.
Filariasis menular melalui gigitan
beberapa jenis nyamuk, termasuk
nyamuk Culex di daerah urban dan
semiurban, Anopheles di daerah
pedalaman dan Aedes, utamanya di
pulau-pulau endemis di Pasiik.Nyamuk-nyamuk itu terinfeksi
mikroilaria saat menghisap darah dari inang yang terinfeksi. Mikroilaria menjadi larva yang infektif dalam tubuh
nyamuk. Ketika nyamuk yang terinfeksi
menggigit orang, larva parasit itu
terkumpul di kulit dan kemudian akan
menjadi jalan untuk masuk ke tubuh
manusia. Larva itu kemudian akan
berpindah tempat ke pembuluh getah
bening dan berkembang menjadi cacing
dewasa dan kemudian melanjutkan
siklus transmisi.
Infeksi yang biasa diperoleh pada
masa kecil itu menyebabkan kerusakan
sistem limfatik tersembunyi. Manifestasi
penyakit yang membikin sakit dan
memperburuk tampilan, lymphoedema,
elephantiasis dan pembengkakan
skrotum terjadi kemudian dan
menyebabkan kecacatan permanen.
Menurut data WHO, lebih dari 1,4
miliar orang di 73 negara tinggal di
daerah penularan ilarisis dan berisiko terinfeksi. Hampir 80 persen dari
mereka tinggal di 10 negara yakni
Bangladesh, Republik Demokratik
Kongo, Ethiopia, Nigeria, Tanzania,
India, Nepal, Myanmar, Filipina dan
Indonesia.
Di Indonesia, jumlah penderita
ilariasis dengan manifestasi limfedema atau elephantiasis atau hidrokel selama
tahun 2013 menurut data Kementerian
Kesehatan sebanyak 12.714 orang.
Meski jumlah kasusnya relatif sedikit,
namun penanggulangan penyakit
ini kurang mendapat perhatian dari
pemerintah daerah karena tidak
menimbulkan kematian, kata konsultan
nasional WHO Prof. Mohammad
Sudomo.
Di Indonesia, karena penderita
ilarisis tidak merasa jadi didiamkan saja sampai kakinya bengkak, tangannya
bengkak. Kalau sudah demikian jadi
sulit diobati, padahal pengobatannya
mudah sekali, tinggal dikasih dietil-
carbamazine dan albendazole sudah
beres,” kata ahli penyakit tropis itu.
“Jadi gejala awalnya sebaiknya
dikenali dan itu mudah sekali. Kalau
dalam sebulan itu sering demam,
demamnya enggak tinggi, demam biasa
saja. Lalu kerja keras sedikit langsung
demam dan kalau jalan timbul gejala
nyeri di paha kemudian ada garis merah
di sepanjang saluran limfa, itu pasti
ilarisis, minum obat itu saja,” jelasnya.
Si Belang penular Dengue
Jenis nyamuk penular penyakit yang
lain adalah nyamuk bertubuh belang
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Keduanya bisa menularkan virus
dengue, penyebab infeksi berupa
kesakitan serupa lu dan biasanya berkembang menjadi komplikasi
berakibat fatal yang disebut Demam
Berdarah Dengue (DBD).
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor
utama yang menularkan virus dengue.
Virus itu masuk ke tubuh manusia lewat
betina menghisap darah manusia untuk
memproduksi telur. Darah tersebut
kemudian menjadi penghubung siklus
hidup parasit dalam tubuh nyamuk
dan manusia. Namun berbeda dengan
manusia, tubuh nyamuk tidak menderita
akibat keberadaan parasit.
Tubuh nyamuk Anopheles menjadi
tempat siklus hidup parasit dari tahap
gametosit sampai sporozoit yang
berlangsung selama 10 sampai 18 hari.
Pada saat nyamuk betina dewasa
yang mengandung parasit itu mengigit
manusia, sporozoit yang ada dalam
tubuh nyamuk masuk ke dalam
darah manusia. Siklus hidup parasit
malaria kemudian berlanjut dalam
tubuh manusia. Parasit-parasit itu
memperbanyak diri di dalam hati lalu
menginfeksi sel-sel darah merah,
membuat orang sehat menjadi sakit.
Antara 10 dan 15 hari setelah digigit
nyamuk yang mengandung parasit,
orang biasanya mengalami gejala
infeksi seperti demam, sakit kepala, dan
muntah-muntah.
Jika tidak segera mendapat
penanganan secara tepat, malaria
bisa menyebabkan kematian karena
mengganggu pasokan darah ke
organ-organ penting. Apalagi saat ini
parasit penyebab malaria di banyak
bagian dunia sudah resisten terhadap
beberapa obat malaria.
Menurut estimasi Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) pada tahun 2012
setidaknya ada 207 juta kasus malaria
dan sekitar 627.000 di antaranya
berakibat kematian.
Di Indonesia, menurut data
Kementerian Kesehatan, angka
penularan parasit malaria (Annual
Parasite Incidence/API) sudah turun
dari 4,68 kasus per 1.000 penduduk
pada 1990 menjadi 1,38 kasus per
1.000 penduduk tahun 2013. Angka
kejadian positif malaria tahun 2013
sebanyak 343.527 kasus dan 45 di
antaranya mengakibatkan kematian.
Penular Kaki Gajah
Penyakit ilariasis limfatik atau kaki gajah disebabkan oleh cacing ilaria jenis Wuchereria bancrofti, Brugia
Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan, angka penularan parasit malaria (Annual Parasite Incidence/API) sudah turun dari 4,68 kasus per
1.000 penduduk pada 1990 menjadi 1,38 kasus per 1.000 penduduk tahun 2013. Angka kejadian positif malaria tahun
2013 sebanyak 343.527 kasus dan 45 di antaranya mengakibatkan kematian
9Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
gigitan nyamuk Aedes betina yang
terinfeksi, yang utamanya mendapat
virus saat menghisap darah orang
terinfeksi dengue. Setelah inkubasi
virus selama 4-10 hari, nyamuk yang
terinfeksi bisa menularkan virus
sepanjang hidupnya.
Kebanyakan nyamuk Aedes aegypti
betina menghabiskan hidup mereka
di dalam atau di sekitar rumah,
tempat mereka muncul sebagai
nyamuk dewasa yang terbang dengan
jangkauan sekitar 400 meter. Artinya
sebenarnya manusia lah, bukan
nyamuk, yang bergerak lebih cepat
dan membawa virus itu di dalam dan di
antara komunitas serta tempat.
Manusia yang sudah terinfeksi virus
dengue menjadi pembawa utama dan
pengganda virus, menjadi sumber virus
bagi nyamuk yang belum terinfeksi.
Pasien yang sudah terinfeksi virus
dengue bisa menularkan infeksi
(selama 4–5 hari, maksimum 12 hari)
via nyamuk Aedes setelah gejala
pertama muncul.
Menurut estimasi Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Or-
ganization/WHO) pada tahun 2012
setidaknya ada 207 juta kasus mala-
ria dan sekitar 627.000 di antaranya
berakibat kematian.
10 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
Nyamuk Aedes aegypti hidup
di habitat urban dan kebanyakan
berkembangbiak di wadah penampung
air bikinan manusia, di dalam atau
sekitar rumah.
“Di tempat-tempat yang tidak
bersentuhan langsung dengan tanah,”
kata Prof Sudomo.
Tidak seperti nyamuk yang lain,
Aedes aegypti makan pada siang hari;
puncak periode gigitannya adalah dini
hari dan petang hari menjelang senja,
di dalam ruangan, atau area yang
teduh. Dan Aedes aegypti betina bisa
menggigit banyak orang selama periode
makan.
Nyamuk vektor dengue yang kedua,
Aedes albopictus, menurut laman
resmi WHO tidak hanya menyebar
di Asia, tapi juga Amerika Utara dan
Eropa, terutama karena perdagangan
internasional ban bekas (habitat
perkembangbiakan) dan barang lain
seperti bambu.
Aedes albopictus sangat adaptif
dan karenanya bisa bertahan hidup di
kawasan dengan suhu yang lebih dingin
seperti Eropa. Nyamuk yang dijuluki
“Macan Asia” ini bisa menyebar ke area
yang luas karena punya toleransi tinggi
terhadap suhu di bawah beku serta
mampu melakukan hibernasi dan hidup
di habitat mikro.
Nyamuk Aedes jenis ini juga
berkembangbiak di air jernih dan
tenang yang tidak bersentuhan
langsung dengan tanah. Tapi Aedes
albopictus lebih suka berkembangbiak
di luar rumah.
“Apakah di kebun, pemakaman,
terutama pemakaman Kristen yang
banyak pot bunganya,” kata Prof
Sudomo.
Ia menjelaskan, sebelumnya Aedes
albopictus hanya nyamuk yang
berpotensi menjadi vektor.
“Mungkin karena terus menerus
menggigit orang yang terinfeksi lama-
lama dia bisa adaptasi ya, barangkali
virusnya beradaptasi dengan nyamuk
albopictus,” katanya.
Selain menularkan virus dengue,
Aedes albopictus juga menjadi
perantara penularan penyakit demam
kuning dan chikungunya.
Aedes aegypti dan Aedes albopictus
menjadi penular penyakit yang
menimbulkan jutaan orang sakit dan
meninggal dunia setiap tahun.
Menurut WHO, angka kejadian
dengue telah meningkat dramatis dalam
beberapa dekade terakhir di dunia dan
saat ini lebih dari 2,5 miliar orang atau
lebih dari 40 persen populasi dunia
berisiko tertular dengue.
WHO memperkirakan setiap tahun
ada 50–100 juta kasus infeksi dengue
di seluruh dunia.
Di Indonesia, menurut data
Kementerian Kesehatan, selama tahun
2013 ada 112.511 kasus DBD dengan
angka kematian 0,77 persen (871
kematian). Angka kejadiannya masih
tinggi meski tingkat kematiannya sudah
sangat menurun.
Selain masih tinggi angka
kejadiannya, penyakit ini juga
menyebar ke daerah-daerah baru dan
menimbulkan kejadian luar biasa.
Tahun 1970 hanya sembilan negara
yang mengalami epidemi DBD dan
sekarang penyakit itu sudah menjadi
endemi di lebih dari 100 negara di
Afrika, Amerika, Timur Mediterania, Asia
Tenggara dan Pasiik Barat.Wabah dengue sekarang juga terjadi
di Eropa. Laporan penularan dengue
lokal dilaporkan pertama terjadi di
Prancis dan Kroasia tahun 2010 dan
kasus dengue impor dideteksi terjadi
di tiga negara Eropa yang lain. Tahun
2012, kejadian luar biasa dengue terjadi
di Kepulauan Madeira, Portugal. Selain
itu kasus impor dideteksi terjadi di 10
negara Eropa selain Portugal.
Dengue juga menular di beberapa
negara Amerika Selatan seperti
Honduras, Costa Rica dan Meksiko.
Sementara di Asia, Singapura
Petugas memeriksa keberadaan jentik nyamuk di dalam air yang tergenang
di tumpukan ban bekas.
melaporkan peningkatan
kasus setelah beberapa
tahun berselang dan
kejadian luar biasa
dilaporkan terjadi di Laos.
Tahun 2014, peningkatan
kasus dengue juga
dilaporkan terjadi di Cook
Islands, Malaysia, Fiji dan
Vanuatu.
Dengue tampaknya masih
terus menyebar, merambah
daerah-daerah baru dan
menjatuhkan korban-korban
baru bersama pergerakan
manusia dan peningkatan
populasi nyamuk yang punya
kekuatan untuk menularkan
virus penyebab demam dari
keluarga Flaviviridae itu.
***
11Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
CARA AMPUH MELAWAN
NYAMUK
Konsultan nasional Organisasi
Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO)
Prof.Dr. Mohammad Sudomo
mencontohkan, perubahan lingkungan
antara lain menyebabkan perubahan
populasi nyamuk penular malaria di
Jawa Tengah.
“Itu dulu persawahan banyak,
sangat luas. Nyamuk penular malaria di
Jawa Tengah dulu nyamuk Anopheles
aconitus tapi kemudian penduduk
mengubah persawahan menjadi
kebun salak. Nah itu menyebabkan
perubahan, kalau dulu yang dominan
nyamuk Anopheles aconitus, sekarang
Anopheles balabacensis,” jelasnya.
Ia menjelaskan, persawahan yang
terang dengan sinar matahari langsung
merupakan habitat yang disukai
Anopheles aconitus sedangkan kebun
salak yang biasanya rimbun dan gelap
lebih disukai Anopheles balabacencis.
Selain itu, perubahan iklim juga
mempengaruhi perubahan populasi
nyamuk penular penyakit. Nyamuk
penular virus dengue, Aedes aegypti,
misalnya, lebih cepat berproduksi dan
lebih sering menggigit saat suhu tinggi.
Menurut Prof. Sudomo, perubahan
iklim juga mempengaruhi populasi
nyamuk penular malaria di dataran
tinggi Oksibil, Pegunungan Bintang,
Papua.
“Di Oksibil, Papua, dulu tidak ada
malaria sama sekali. Tapi karena
adanya perubahan iklim daerah
yang tadinya dingin menjadi hangat
sehingga nyamuk tahan, bisa naik
ke pegunungan, sehingga kemudian
muncul malaria,” paparnya.
Selain itu penggunaan insektisida
secara berlebihan dan terus menerus
menyebabkan beberapa jenis nyamuk
penular penyakit resisten terhadap
insektisida jenis tertentu.
“Dulu DDT itu insektisida paling
bagus, tapi karena digunakan terus
menerus dan digunakan secara luas
oleh sektor lain juga lama-lama jadi
resisten, kemudian diganti dengan
berbagai jenis obat yang lain, dan
resisten lagi,” katanya.
Mengendalikan Nyamuk
Beberapa terobosan berusaha
Seperti kebanyakan makhluk hidup yang lain, nyamuk
juga berubah bersama berjalannya waktu. Lingkungan
dan iklim yang berubah membuat perilaku nyamuk pun
berubah, populasinya makin padat, dan jangkauannya
makin jauh.
12 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
dilakukan untuk menanggulangi
penyakit-penyakit yang menular melalui
gigitan nyamuk, termasuk di antaranya
mengembangkan vaksin.
Pengembangan vaksin sudah
dilakukan untuk melawan infeksi
virus dengue. Saat ini Indonesia
masih menguji coba keefektifan dan
keamanan vaksin DBD pada anak
usia dua sampai 14 tahun di Jakarta,
Bandung dan Denpasar.
“Untuk DBD sampai saat ini belum
ada vaksinnya, sementara obatnya
juga bukan yang spesiikasinya untuk membunuh virus penyakit itu, tapi
hanya untuk menjaga daya tahan
tubuh, yaitu oksigen dan cairan,” kata
kata Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Prof. Tjandra
Yoga Aditama pada peringatan Hari
Kesehatan Sedunia 2014, Senin (7/4).
Prof. Sudomo juga mengatakan
bahwa sampai sekarang belum ada
vaksin yang dinyatakan efektif untuk
melawan infeksi virus dengue.
Riset juga dilakukan untuk
mengembangkan vaksin melawan
parasit penyebab penyakit malaria
namun sampai sekarang belum ada
vaksin berlisensi untuk melawan
malaria atau parasit lain yang
menyerang manusia.
Menurut laman resmi WHO, satu
riset yang paling maju adalah tentang
pengembangan vaksin melawan
Plasmodium falciparum, yang disebut
RTS,S/AS01. Penggunaan vaksin itu
masih diuji klinik di tujuh negara di
Afrika. Dan rekomendasi WHO soal
penggunaannya akan tergantung
pada hasiluji klinik skala besar yang
diperkirakan selesai tahun 2014.
Sementara rekomendasi WHO tentang
apakah vaksin ini harus ditambahkan
pada perangkat pengendalian malaria
yang sudah ada kemungkinan baru bisa
disampaikan tahun 2015.
Dengan demikian, sampai saat ini
belum ada cara lain untuk melawan
penyakit-penyakit yang menular melalui
gigitan nyamuk selain menurunkan
potensi penyebarannya melalui
pengendalian populasi nyamuk.
WHO dan negara-negara
anggotanya, termasuk Indonesia, juga
masih mengandalkan pengendalian
vektor untuk mencegah penyebaran
penyakit-penyakit yang menular dengan
perantara nyamuk.
WHO merekomendasikan
pengendalian nyamuk perantara
penyakit dengan pencegahan
terbentuknya habitat perkembangbiakan
nyamuk lewat pengelolaan dan
modiikasi lingkungan.Menurut badan kesehatan dunia itu,
tindakan sederhana seperti membuang
sampah padat pada tempatnya untuk
mencegah terbentuknya tempat
perindukan nyamuk; menutup,
mengosongkan dan membersihkan
penampung air setiap pekan; serta
menyemprotkan insektisida ke
penampung air di luar ruangan penting
untuk mengendalikan populasi nyamuk.
Penggunaan alat perlindungan
rumah tangga personal seperti gorden,
pakaian berlengan panjang, dan
kelambu berinsektisida juga penting
untuk melindungi diri dari gigitan
nyamuk.
Selain itu, menurut WHO, partisipasi
dan gerakan komunitas dalam
pengendalian vektor serta pemantauan
dan pengamatan vektor untuk melihat
efektiitas intervensi juga sangat penting dalam upaya mengendalikan penyakit-
penyakit yang menular melalui gigitan
nyamuk.
Gerakan 3M
Pemerintah Indonesia juga
menerapkan strategi serupa untuk
menekan penyebaran penyakit yang
menyebar dengan perantara nyamuk.
Prof Tjandra mengatakan pemerintah
antara lain berusaha mengendalikan
vektor DBD dengan menggiatkan
kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk melalui gerakan 3M Plus di
setiap rumah tangga.
Kegiatan 3M Plus meliputi kegiatan
menguras dan menyikat tempat
penampungan air secara rutin,
menutup rapat tempat penampungan
air serta mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan plus beberapa
Konsultan Nasional WHO Prof. Dr. Moh. Sudomo
13Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
upaya memberantas tempat
perkembangbiakan nyamuk.
Upaya pemberantasan tempat
perkembangbiakan nyamuk dilakukan
dengan secara rutin mengganti air
pada vas bunga, memperbaiki saluran
air, membubuhkan bubuk pembunuh
jentik (abate atau altosid) di tempat
yang sulit dikuras, memelihara ikan
pemakan jentik, memasang kawat
kasa, tidur menggunakan kelambu, dan
menggunakan obat nyamuk.
Sedang upaya pengendalian vektor
malaria, dia menjelaskan, dilakukan
dengan penggunaan kelambu
berinsektisida, penyemprotan rumah
dengan insektisida dan penyemprotan
larvasida di genangan air tempat
nyamuk berkembang biak.
Cara paling baik
Prof. Sudomo mengatakan cara jitu
untuk mencegah penularan penyakit-
penyakit yang menular melalui gigitan
nyamuk adalah dengan menghindari
gigitan nyamuk perantara.
“Itu satu-satunya jalan yang paling
baik soalnya kalau sudah tertular
penyakit jadi lebih repot lagi, dia harus
mengobati diri sendiri dan bisa jadi
sumber penular,” kata ahli penyakit
tropis itu.
“Gampang harusnya, yang paling
baik 3M Plus. Itu sudah yang paling
baik, enggak bisa semprot-semprot
saja. Fogging juga hanya membunuh
jentik dewasa, larva dan telur tidak.
Penyemprotan dan fogging itu hanya
efektif saat kejadian luar biasa, biar
nyamuk yang menularkan penyakit
mati,” katanya.
“Tapi sesudah itu, nanti dalam waktu
beberapa hari nyamuk muncul lagi. Jadi
seharusnya masyarakat sendiri yang
harus sadar secara rutin melakukan
3M Plus secara bersama-sama untuk
mencegah nyamuk datang lagi. Itu
sangat penting,” jelas dia.
Seluruh warga, kata dia, harus
menyadari pentingnya melakukan 3M
Plus secara rutin untuk memberantas
sarang nyamuk dan mencegah
penyakit-penyakit yang ditularkannya.
“Misalnya tiap dua atau tiga hari
sekali kita keliling rumah untuk
melihat apakah ada tempat-tempat
yang bisa jadi sarang nyamuk dan
membersihkannya. Kalau seluruh
rumah tangga melakukan hal yang
sama pasti lingkungan itu akan
terhindar dari DBD,” katanya.
“Kalau satu rumah tangga
melakukannya tapi yang lain enggak
tentu nyamuknya akan tetap ada.
Jadi harus bersama-sama, seluruh
lingkungan melakukannya,” tambah dia.
Ia menjelaskan pula bahwa
pemberantasan sarang nyamuk
memang efektif untuk menekan
penularan DBD, namun sulit dilakukan
pada nyamuk perantara penularan
peyakit malaria yang hidup dan
berkembang biak di alam bebas.
“Jadi harus hidup berdampingan
dengan nyamuk. Artinya dia boleh
hidup, kita hidup, tapi tidak saling
mengganggu. Artinya kita harus
berusaha menghindari gigitan nyamuk,”
katanya.
Dalam hal ini, penggunaan kelambu
atau kelambu berinsektisida serta
memasang kasa pada pintu dan jendela
sangat penting untuk mencegah
nyamuk Anopheles masuk ke rumah.
Penggunaan obat nyamuk oles juga
bisa dilakukan untuk melindungi diri dari
gigitan nyamuk.
“Kemudian pakai obat nyamuk bakar
atau semprot,” katanya.
Ia menambahkan, kebanyakan obat
nyamuk bakar maupun semprot hanya
bisa membuat nyamuk pingsan, tidak
bisa langsung mematikan nyamuk.
“Kebanyakan orang pakai obat
nyamuk bakar semalam suntuk di
kamar. Itu salah. Yang paling baik
obat nyamuk bakar dibakar magrib
satu sampai dua jam saja, setelah itu
matikan terus sapu kamarnya,” kata dia.
“Enggak perlu bakar obat nyamuk
sepanjang malam karena itu meracuni
diri sendiri,” tambah dia.
Ia lantas menekankan kembali
bahwa cara paling jitu untuk mencegah
penularan penyakit yang menyebar
melalui nyamuk adalah dengan
melindungi diri dari gigitan serangga itu.
“Itu saja yang penting, enggak ada
cara baru,” demikian Prof. Sudomo.
***
"...3M Plus. Itu sudah yang paling
baik, enggak bisa semprot-semprot
saja. Fogging juga hanya membunuh
jentik dewasa, larva dan telur ti-
dak. Penyemprotan dan fogging itu
hanya efektif saat kejadian luar bi-
asa, biar nyamuk yang menularkan
penyakit mati,”
14 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
-Memelihara ikan pemakan jentik
-Memasang kawat kasa, mengatur ventilasi dan pencahayaan dalam ruang
-Mengganti air vas bunga, tempat minum burung minimal satu pekan sekali
-Menghindari menggantung pakaian dalam kamar
-Menggunakan obat anti nyamuk
Menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
LEWAT 3M PLUS
-Menguras dan menyikat tempat penampungan air
-Menutup rapat tempat penampungan air
-Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air
3 M
PLUS
15Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Binatang perantara seperti
nyamuk, lalat, kutu, dan
siput air telah membuat lebih
dari separuh populasi dunia
berisiko tertular penyakit-penyakit
seperti malaria, dengue, leishmaniasis,
Lyme disease, schistosomiasis, dan
demam kuning
Setiap tahun lebih dari satu miliar
orang terinfeksi penyakit menular
lewat vektor dan lebih dari satu juta
orang meninggal dunia karenanya.
Schistosomiasis saja berdampak
pada 240 juta orang di seluruh dunia.
Penyakit yang menular melalui
siput air itu merupakan salah satu
penyakit menular lewat vektor yang
penyebarannya paling luas. Lalu ada
malaria, yang sampai sekarang masih
menjadi penyakit menular lewat vektor
paling mematikan.
Dan dalam dua dekade terakhir,
banyak penyakit menular lewat vektor
yang muncul lagi atau menyebar ke
daerah baru.
Perubahan lingkungan, peningkatan
masif perjalanan dan perdagangan
internasional, perubahan dalam
praktik pertanian, serta percepatan
urbanisasi tak terencana menyebabkan
peningkatan jumlah dan daerah
penyebaran banyak vektor penyakit
di seluruh dunia, dan memunculkan
kelompok rentan baru yang mencakup
para pelancong dan pelaku bisnis yang
sering bepergian.
Penyakit dengue, yang menular
melalui gigitan nyamuk, kini ditemukan
di 100 negara dan membuat lebih
dari 2,5 miliar orang atau lebih dari
40 persen populasi dunia berisiko
tertular. Infeksi dengue belakangan juga
dilaporkan terjadi di Tiongkok, Portugal
dan negara bagian Florida di Amerika
Serikat.
Laporan dari Yunani menyebutkan
bahwa malaria telah kembali lagi untuk
pertama kalinya setelah 40 tahun.
Penyebaran penyakit-penyakit itu
berdampak paling besar pada populasi
paling miskin, yang umumnya tidak
punya tempat tinggal layak serta tidak
bisa mengakses pasokan air minum dan
sanitasi memadai.
Kondisi tersebut mendorong
Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) menyerukan
kembali pentingnya upaya berlanjut
untuk mengendalikan penyakit-penyakit
yang menular melalui vektor dalam
kampanye bertajuk “Small Bite, Big
Threat” (Gigitan Kecil, Ancaman Besar)
pada peringatan Hari Kesehatan
Sedunia 2014 pada 7 April.
WHO menekankan bahwa penularan
penyakit-penyakit itu bisa dicegah.
Organisasi kesehatan Dunia ini lalu
menerbitkan penjelasan singkat tentang
penyakit menular lewat vektor serta
langkah-langkah pokok yang bisa
dilakukan oleh pemerintah, kelompok
masyarakat, dan individu untuk
melindungi orang dari infeksi.
“Agenda kesehatan global yang
memberikan prioritas lebih tinggi
pada pengendalian vektor bisa
menyelamatkan banyak jiwa dan
mencegah banyak penderitaan.
JANGAN
ADA LAGI
KEMATIAN
AKIBAT
NYAMUK
16 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
Intervensi sederhana dan rendah
biaya seperti penggunaan kelambu
berinsektisida dan penyemprotan
insektisida dalam ruangan telah
menyelamatkan jutaan nyawa,” kata
Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.
Kewaspadaan dan aksi berlanjut
mesti ditingkatkan untuk mengendalikan
penyakit menular lewat vektor yang
masih menjadi ancaman dan mencegah
penyakit-penyakit yang sudah berhasil
dikendalikan merebak lagi.
“Pengendalian vektor masih menjadi
alat paling penting untuk mencegah
kejadian luar biasa penyakit-penyakit
yang menular lewat vektor,” kata Dr.
Lorenzo Savioli, Direktur Departemen
Pengendalian Penyakit Tropis
Terabaikan WHO.
“Peningkatan pendanaan dan
komitmen politik diperlukan untuk
mempertahankan perangkat
pengendalian vektor yang sudah
ada, juga perangkat diagnosis dan
pengobatan, dan untuk melakukan riset-
riset yang penting yang dibutuhkan,”
katanya.
Seruan WHO
Pada Hari Kesehatan Dunia 2014,
WHO juga menyeru negara-negara
anggotanya untuk memperbarui strategi
pengendalian vektor dan penyediaan air
minum dan sanitasi aman. Strategi ini
adalah strategi kunci dalam Peta Jalan
Pengendalian, Eliminasi dan Eradikasi
Penyakit Tropis Terabaikan WHO tahun
2011 yang mematok pencapaian target
pada periode 2012–2020.
“Menahan penyebaran penyakit ini
dan mengendalikannya, membutuhkan
banyak tindakan di banyak garis depan.
Ini adalah penyakit-penyakit yang terus
menerus mengirimkan peringatan
bahaya,” kata Direktur Jenderal WHO.
Ia lantas menjelaskan bahwa
penggunaan insektisida secara besar-
besaran tahun 1940-an dan 1950-an
berhasil mengendalikan beberapa
penyakit menular lewat vektor, seperti
demam kuning dan malaria di beberapa
area.
“Kepuasan datang. Program-program
pengendalian kemudian dilepas.
Sumber daya berkurang. Keahlian
hilang. Dan penyakit-penyakit ini
muncul lagi dengan pembalasan,
dan ketiadaan infrastruktur untuk
mengendalikan mereka,” katanya.
Ia mencontohkan, saat ini kejadian
infeksi dengue di seluruh dunia 30
kali lebih besar dibandingkan dengan
situasi 50 tahun lalu. Malaria juga masih
menjadi pembunuh paling mematikan di
antara penyakit-penyakit yang menular
lewat vektor.
Sementara beberapa penyakit,
seperti dengue dan demam kuning,
cenderung muncul dalam kejadian luar
biasa besar yang bisa melumpuhkan
sistem kesehatan dan menyebabkan
gangguan ekonomi dan sosial cukup
besar.
Lalu ada onchocerciasis yang
menyebabkan kebutaan. Chikungunya
menyebabkan sakit sendi parah yang
bisa berlangsung selama beberapa
pekan. Penyakit Chagas yang pada
stadium akhir bisa menyebabkan gagal
jantung dan kematian dini. Japanese
encephalitis menyebabkan kerusakan
sistem syaraf pusat permanen.
Leishmaniasis yang bisa berakibat fatal
dan menyebabkan cacat wajah, dan
limfatik ilariasis yang menginfeksi 120 juta orang dan menyebabkan 40 juta di
antaranya mengalami kecacatan.
“Kehilangan produktivitas hanya
salah satu konsekuensi. Stigma dan
pengasingan sosial dalam masyarakat
adalah sumber penderitaan yang
lain, khususnya pada perempuan,”
kata Direktur Jenderal WHO saat
memberikan sambutan pada peringatan
Hari Kesehatan Dunia di Jenewa,
Swiss.
Selain masalah-masalah itu, muncul
kekhawatiran yang lain akibat resistensi
beberapa vektor penyakit di sejumlah
negara terhadap jenis insektisida paling
efektif yang harganya paling terjangkau.
WHO menyeru negara-negara
anggotanya merevitalisasi upaya
pengendalian vektor-vektor penyakit
yang utamanya berkembang di
pemukiman miskin dengan pasokan
air minum layak yang minim dan
lingkungan terkontaminasi kotoran.
Penyakit-penyakit menular lewat
vektor paling banyak merenggut korban
dalam populasi penduduk miskin,
orang-orang yang tertinggal dalam
pembangunan.Upaya pengendalian
vektor terbaik bisa membantu orang-
orang ini.
“Kita perlu menciptakan kembali
momentum untuk pengendalian
vektor dan kapasitas fundamental
untuk mengalahkannya. Ini mencakup
keahlian staf teknis, sistem surveilans
yang lebih kuat dan infrastruktur
laboratorium yang lebih baik,” kata
Margaret Chan.
“WHO mempromosikan manajemen
vektor terpadu sebagai pendekatan
terbaik untuk memperkuat pengendalian
vektor. Pendekatan ini menerapkan
serangkaian intenvensi, dari
penyemprotan insektisida dalam ruang
sampai penggunaan predator serangga,
dalam kombinasi dan cara yang bernilai
tambah,” katanya.
Ia mengatakan, pengendalian
penyakit-penyakit menular lewat vektor
bisa memberikan kontribusi besar
pada upaya pengurangan kemiskinan
karena program ini terutama memang
ditargetkan pada penduduk miskin.
Dia berharap seruan penguatan
upaya pengendalian vektor pada
peringatan Hari Kesehatan Dunia bisa
mencegah penyebaran lebih lanjut dari
penyakit-penyakit yang menular lewat
binatang perantara.
“Tidak satu orang pun pada abad 21
ini boleh meninggal dunia karena
gigitan nyamuk, agas, lalat,
atau kutu,” demikian
Margaret Chan.
***
Tidak satu orang pun pada abad 21
ini boleh meninggal dunia karena gigitan
nyamuk, agas, lalat, atau kutu,
17Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Infeksi dengue, yang kebanyakan
menyebar di daerah tropis dan
sebagian subtropis, disebabkan
oleh empat serotipe virus yang
berhubungan dekat yakni Dengue-1,
Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4.
Sampai sekarang tidak ada terapi
spesiik untuk mengatasi infeksi virus dengue. Belum ada obat untuk
melawannya. Upaya pencegahan pun
masih terbatas pada pengendalian
vektor, yang dalam hal ini adalah
nyamuk betina jenis Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Keberadaan vaksin dengue
diharapkan bisa membawa kemajuan
berarti dalam upaya pengendalian
penyakit dengue, yang sampai
sekarang masih menjadi masalah
kesehatan di negara-negara Asia
Tenggara, Afrika, Amerika Latin dan
Pasiik Barat.Pengembangan vaksin dengue
sudah dilakukan sejak beberapa puluh
tahun lalu, tapi sampai sekarang belum
menghasilkan vaksin berlisensi yang
bisa digunakan untuk mengendalikan
infeksi dengue.
Menurut informasi di laman resmi
Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO), saat ini ada
beberapa kandidat vaksin dengue yang
masih dievaluasi lewat uji klinik.
Kandidat vaksin dengue yang ada
terdiri atas:
A Live Attenuated Tetravalent Dengue
Virus Vaccine dari virus dengue-1,
dengue-2, dengue-3 dan dengue-4
hidup yang dilemahkan.
A Live Attenuated Tetravalent
Dengue–Yellow Fever Virus Chimeric
Vaccine yang merupakan gabungan
dari virus hidup yang dilemahkan dari
virus demam kuning dan satu jenis virus
dengue 1-4.
A Live Attenuated Tetravalent
Dengue–Dengue 4 Virus Chimeric
Vaccine yang merupakan gabungan
dari virus dengue-4 dan satu jenis virus
dengue 1-4 hidup yang dilemahkan.
ALive Attenuated Tetravalent Dengue-
Dengue 2 Virus Chimeric Vaccineyang
merupakan gabungan virus dengue-2
dan satu jenis virus dengue 1-4 hidup
yang dilemahkan.
Kandidat vaksin yang saat ini
pada tahap uji klinik paling maju
adalah vaksin tetravalen hidup yang
dilemahkan dari virus demam kuning
dan dengue (Chimeric Yellow Fever-
Dengue Virus/CYD-TDV). Calon vaksin
itu sudah mencapai fase tiga studi
eikasi.
Keterlibatan Indonesia
Indonesia juga terlibat dalam
penelitian dan uji coba vaksin untuk
melawan infeksi dengue. Bersama
Malaysia, Filipina, Thailand dan
Vietnam, Indonesia melakukan uji coba
untuk melihat eikasi dan keamanan penggunaan vaksin dengue.
HARAPAN BARU DARI
PENGEMBANGAN VAKSIN DENGUE
18 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
Menurut Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan
Prof. Tjandra Yoga Aditama, uji coba
penggunaan vaksin dengue dilakukan di
Jakarta, Bandung dan Denpasar sejak
tahun 2011. “Tampaknya cukup baik.
Walaupun hasilnya belum diketahui, kita
berharap nanti ada hasilnya,” katanya
pada peringatan Hari Kesehatan
Sedunia di Jakarta 7 April lalu.
Prof. Sri Rejeki S. Hadinegoro dari
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
menjelaskan, di Indonesian uji coba
vaksin dengue dilakukan dari tahun
2011 sampai 2017 pada 2.000 anak.
“Kami memberikan imunisasi pada
anak umur dua tahunsampai 14 tahun.
Sudah kami lakukan tiga kali suntikan
dengan interval enam bulan, sudah
selesai tahun 2012. Jadi sekarang kami
sedang memantau,” katanya.
Para peneliti, ia menjelaskan, akan
memantau dampak penggunaan vaksin
terhadap infeksi virus dengue.
“Dalam penelitian ini ada yang
diberikan vaksin ada yang tidak supaya
kita tahu berapa yang diberi vaksin
yang sakit dan berapa yang tidak diberi
vaksin yang tidak sakit,” katanya.
Ia mengatakan kemungkinan
kemanjuran dan keamanan
penggunaan vaksin dengue baru bisa
diketahui pada akhir tahun 2015.
“Bersama Amerika Latin dengan
20.000 kasus, Asia Tenggara dengan
10.000kasus, total ada 30.000 kasus,
sehingga mungkin kita akan mendapat
kesimpulan yang baik,” katanya.
Saat ini ada beberapa tantangan
dalam upaya pengembangan vaksin
dengue. Salah satunya, infeksi salah
satu dari empat serotipe virus dengue
memberikan perlindungan abadi
terhadap reinfeksi homotypic atau
infeksi akibat virus yang samatapi
hanya memberikan perlindungan
sementara terhadap infeksi heterotypic
sekunder.
Selain itu infeksi heterotypic sekunder
berhubungan dengan peningkatan risiko
sakit parah. Karena kerumitan spesiik pada virus dengue ini, pengembangan
vaksin difokuskan pada generasi
vaksin tetravalen untuk memberikan
perlindungan jangka panjang terhadap
semua serotipe virus.
Kendati demikian upaya
pengembangan vaksin dengue
menunjukkan kemajuan
menggembirakan dalam beberapa
tahun terakhir dengan munculnya
kandidat-kandidat vaksin yang
menjanjikan.
Harapannya riset-riset pengembangan
vaksin dengue pada akhirnya bisa
menghasilkan vaksin ampuh untuk
melawan semua jenis virus dengue
dan menekan angka kejadian penyakit
akibat infeksi dengue di seluruh dunia.
***
Tampaknya cukup baik. Walaupun hasilnya belum diketahui, kita berharap nanti ada hasilnya,
19Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Nyamuk bisa ada di mana-
mana, termasuk di tempat-
tempat melancong. Pantai
berair biru jernih dengan pasir
putih dan hijau pohon nyiur atau hutan
bakau di sepanjang tepiannya bisa
menjadi tempat tinggal nyamuk.
Serangga kecil itu juga bisa tinggal di
hutan tropis indah tempat aneka satwa
tinggal, kawasan perkebunan, taman,
situs-situs bersejarah, dan wahana
rekreasi yang lain.
Di antara nyamuk yang hidup di
tempat-tempat indah yang menjadi
tujuan wisata, ada beberapa yang
menjadi perantara penyakit. Jenis-
jenis nyamuk Anopheles, Aedes dan
Culex bisa menularkan beberapa
penyakit seperti malaria, demam
dengue, demam kuning, dan Japanese
Enchepalitis.
Sebelum melakukan perjalanan,
para pelancong sebaiknya melihat
kondisi geograis serta pola penyebaran penyakit di daerah atau negara tujuan
serta menyiapkan antisipasi untuk
melindungi diri dari penularan penyakit.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO), para
pelancong sebaiknya memperhatikan
penyebaran penyakit yang angka
kejadiannya tinggi serta penyakit yang
menyebabkan gangguan kesehatan
parah serta mengancam jiwa seperti
berikut:
Dengue
Virus Dengue terutama menular
melalui nyamuk betina jenis Aedes
aegypti, yang biasanya menggigit
pada siang hari. Tidak ada penularan
langsung dari manusia ke manusia.
Dengue terjadi dalam tiga bentuk
klinis yakni demam dengue, Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue
Shock Syndrome (DSS). Demam
dengue adalah sakit akut yang diawali
demam dan diikuti dengan gejala
umum dan kadang ruam kulit makular.
Kadang juga menyebabkan sakit otot,
tulang dan persendian. Kebanyakan
penderitanya sembuh dalam beberapa
hari.
Seementara DBD diawali dengan
demam dan diikuti gejala-gejala lain
akibat thrombocytopenia, peningkatan
permebealitas vaskular dan manifestasi
perdarahan.
Dalam proporsi kecil, infeksi dengue
juga bisa menyebabkan Dengue Shock
Syndrome, tekanan darah rendah
parah yang membutuhkan perawatan
medis segera untuk memperbaiki
hypovolaemia (penurunan volume
darah). Tanpa perawatan rumah
sakit yang memadai, 40–50 persen
kasus bisa berakibat fatal. Namun
penanganan medis tepat waktu oleh
dokter dan perawat berpengalaman
bisa menurunkan tingkat kematian
menjadi satu persen atau kurang.
Dengue menyebar di daerah tropis
dan subtropis di Amerika Selatan dan
Asia Tenggara. Penyakit ini juga muncul
di Afrika dan Oseania. Para pelancong
sebaiknya mengantisipasi risiko
penularan penyakit di daerah-daerah
yang terdampak epidemi dengue.
Sampai sekarang tidak ada vaksin
spesiik atau obat antivirus yang bisa digunakan untuk melawan demam
dengue. Ada indikasi paracetamol bisa
menurunkan demam. Namun aspirin
dan obat-obatan anti-inlamasi non-steroid seperti ibuprofen harus dihindari.
Pelancong sebaiknya mewaspadai
gigitan nyamuk saat siang maupun
AWAS GIGITAN NYAMUK
SAAT MELANCONG!
20 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
petang hari di daerah penularan
dengue.
Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit
protozoa jenis Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae, Plasmodium
ovale dan Plasmodium vivax. Parasit
malaria menular ke manusia melalui
gigitan nyamuk betina dari beberapa
jenis nyamuk Anopheles, yang biasanya
menggigit antara senja hari sampai
fajar.
Masa inkubasi penyakit malaria
selama tujuh hari atau lebih. Dengan
demikian kesakitan yang terjadi
sebelum sepekan setelah digigit
nyamuk, kemungkinan bukan malaria.
Sakit malaria parah, yang
kebanyakan disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, disertai dengan
gejala seperti demam, kedingingan,
sakit kepala, otot sakit dan lemah,
muntah, batuk, diare dan sakit perut.
Selain itu ada gejala lain terkait
kegagalan organ seperti gagal ginjal
akut, pulmonary oedema, kejang,
hambatan peredaran darah, diikuti
koma dan kematian.
Sementara gejala awal malaria
biasanya ringan dan bisa tidak mudah
dikenali sebagai gejala malaria. Oleh
karena itu penting untuk diketahui
bahwa seseorang mungkin tertular
malaria jika mengalami demam tanpa
sebab kapan saja antara tujuh hari
setelah kemungkinan digigit nyamuk
malaria sampai tiga bulan sesudahnya.
Orang yang mengalami demam
dalam kurun waktu itu sebaiknya segera
berkonsultasi dengan dokter untuk
mengetahui diagnosis penyakitnya
dan menjalani perawatan jika benar
tertular malaria. Malaria falciparum
bisa berakibat fatal jika penanganan
tertunda melebihi 24 jam setelah gejala
klinis awal muncul.
Pelancong anak-anak, perempuan
hamil, dan orang tua berisiko tertular
penyakit ini. Pada ibu hamil yang tidak
mendapatkan vaksinasi, penyakit
malaria, khususnya akibat Plasmodium
falciparum, bisa meningkatkan risiko
kematian ibu dan bayi.
Penyakit malaria yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium jenis yang
lain juga menimbulkan kesakitan, tapi
jarang sampai mengancam jiwa.
Dalam beberapa tahun terakhir kasus
malaria pada pelancong dilaporkan
terjadi akibat Plasmodium knowlesi.
Manusia bisa terinfeksi parasit “malaria
kera” ini saat tinggal di hutan hujan
dan atau daerah pinggirannya di Asia
tenggara, yang ada dalam jangkauan
kera yang menjadi inang alami dan
nyamuk perantara infeksi itu. Area ini
meliputi Kamboja, Tiongkok, Indonesia,
Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand dan Viet Nam.
Siklus hidup parasit ini 24 jam dan
bisa menyebabkan demam sepanjang
hari selama 9–12 hari setelah infeksi.
Pelancong yang melakukan
perjalanan ke kawasan hutan Asia
Tenggara tempat penyebaran infeksi
Plasmodium knowlesi sebaiknya
melindungi diri dari gigitan nyamuk
sejak petang hari sampai fajar supaya
terhindar dari infeksi dan menggunakan
obat chemoprophylaxis yang tepat.
Para pelancong yang tinggal
semalam di daerah pedalaman
juga sangat berisiko tinggi tertular
malaria. Mereka yang hendak
melakukan perjalanan ke kawasan
hutan atau daerah pedalaman di
kawasan penularan malaria sebaiknya
memperhatikan prinsip perlindungan
terhadap malaria yang meliputi:
Waspada risiko, masa inkubasi,
kemungkinan gejala awal tertunda,
dan gejala utamanya. Hindari gigitan
nyamuk, khususnya antara petang
sampai dini hari.
Minum obat antimalaria
(Chemoprophylaxis) jika dibutuhkan
untuk mencegah infeksi berkembang
Segera meminta pertolongan petugas
medis untuk mengetahui diagnosis
dan mendapatkan perawatan jika
mengalami demam sepekan atau lebih
setelah memasuki daerah penularan
malaria sampai tiga bulan sesudah
meninggalkan daerah dengan risiko
penularan malaria
Japanesse Enchepalitis
Kebanyakan infeksi Japanese
Enchepalitis tidak bergejala. Pada
kasus yang disertai gejala, tingkat
keparahannya bergantung pada tingkat
sakit kepala, demam dan meningitis.
Virus Japanese encephalitis
merupakan penyebab viral encephalitis
utama di Asia dan terjadi di hampir
seluruh negara-negara di kawasan itu.
Penularan penyakit umumnya terjadi
di daerah pertanian di pedalaman atau
dekat dengan daerah urban. Umumnya
penularan terjadi pada musim
penghujan di Asia Tenggara, tapi juga
bisa terjadi sepanjang tahun di daerah-
daerah beriklim tropis. Di daerah
beriklim sedang seperti Tiongkok,
Jepang, semenanjung Korea dan
bagian timur Federasi Rusia, penularan
umumnya terjadi pada musim panas
dan musim gugur.
Setelah pelaksanaan imunisasi
secara luas, kejadian penyakit
Japanese encephalitis sudah sangat
menurun di Jepang, Korea dan
sebagian Tiongkok, serta Nepal, Sri
Lanka, Thailand dan Viet Nam.
Namun penularan virusnya tidak
banyak terpengaruh dan individu yang
tidak melakukan imunisasi masih
berisiko tertular. Kejadian penyakit ini
juga dilaporkan terjadi di Bangladesh,
India, Pakistan, Kamboja, Laos, Filipina.
Risiko penularan Japanese
FAKTA NYAMUK
Di dunia ada 3.500 jenis nyamuk yang masuk dalam 41
genus
Di Indonesia ada 25 jenis nyamuk penular malaria, 22 jenis
nyamuk penular ilariasis, dua jenis nyamuk penular DBD dan Chikungunya, dan 11 jenis nyamuk penular Japanese
Encephalitis
21Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
encephalitis sangat rencah bagi
kebanyakan pelancong yang bepergian
ke Asia, khususnya dalam jangka
pendek ke daerah urban. Meski
demikian, risikonya beragam sesuai
cuaca, tujuan, serta lamanya perjalanan
dan kegiatan yang dilakukan selama
melakukan perjalanan.
Vaksinasi dianjurkan bagi pelancong
yang merencanakan banyak kegiatan
luar ruang seperti camping dan hiking
selama musim penularan, khususnya di
daerah endemis atau daerah irigasi.
Selain itu tentu sebaiknya pelancong
melindungi diri dari gigitan nyamuk,
antara lain dengan menggunakan
obat nyamuk oles, tidur menggunakan
kelambu, menggunakan baju lengan
panjang dan celana panjang.
Demam Kuning
Demam Kuning disebabkan oleh
jenis virus dalam genus Flavivirus.
Penyakit ini biasanya menyebar di
daerah urban dan pedalaman Afrika
dan bagian tengah Amerika Selatan.
Di dalam hutan, kera adalah reservoar
infeksi, yang kemudian menyebar antar-
kera lewat gigitan nyamuk dan kadang
sampai ke manusia.
Di daerah urban, nyamuk menularkan
virus dari manusia ke manusia dan
masuknya infeksi di daerah padat bisa
mengarah ke epidemi demam kuning.
Di Afrika, pola peralihan penularan
biasanya terjadi di daerah savanah
lembab tempat nyamuk menginfeksi
manusia dan kera, menyebabkan
wabah lokal
Meski kebanyakan infeksi ini tidak
bergejala, beberapa bisa menyebabkan
penyakit akut yang meliputi dua fase
yakni fase awal berupa demam,
sakit otot, sakit kepala, kedinginan,
anoreksia, mual dan atau muntah,
seringkali disertai gangguan ritme
jantung. Sekitar 15 persen kasus
berkembang ke fase kedua setelah
beberapa hari, menyebabkan
demam lagi, sakit perut, muntah dan
manifestasi perdarahan. Lebih dari
separuh pasien yang mengalami
kondisi ini meninggal dunia 10-14 hari
setelah mulai sakit.
Selain di daerah dengan endemisitas
demam kuning tinggi, penularan
juga bisa terjadi di daerah dengan
endemisitas rendah jika pelancong
mendatangi daerah-daerah dengan
populasi nyamuk tinggi, misalnya
tinggal lama di daerah pedalaman.
Penularan demam kuning berisiko
terjadi pada siang hari sampai awal
petang.
Untuk menghindari penyakit-penyakit
yang menular melalui gigitan nyamuk
tersebut, para pelancong sebaiknya
melindungi diri dengan melakukan
vaksinasi untuk melawan demam
kuning dan Japanese Enchepalitis,
menggunakan obat nyamuk oles, tidur
dengan kelambu berinsektisida, serta
menggunakan baju lengan panjang dan
celana panjang warna terang. Selain
itu tidak ada salahnya memeriksa
lingkungan sekitar tempat tinggal
dan memastikan tidak ada wadah
terbuka yang bisa menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk.
***
22 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Media Utama
Demam Berdarah Dengue
(DBD) serupa dengan
Chikungunya, sama-sama
disebabkan oleh virus
yang menyebabkan demam pada
penderitanya. Virus penyebab DBD
dan Chikungunya
juga sama-sama
disebarkan oleh
nyamuk jenis
Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Namun di samping
persamaan-
persamaan
itu, keduanya
sebenarnya
berbeda.
DBD disebabkan
virus dengue. Ada
empat serotipe
virus dengue yang
berbeda namun
berhubungan dekat
yang menyebabkan DBD yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi virus
dengue menyebabkan kesakitan serupa
lu dan biasanya berkembang menjadi komplikasi yang berpotensi mematikan
yang disebut DBD.
Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Prof Tjandra
Yoga Aditama menjelaskan, DBD
biasanya ditandai dengan gejala
demam tinggi, timbulnya bintik merah
pada kulit, penurunan trombosit dan
peningkatan hematokrit.
Tidak ada penanganan spesiik untuk demam dengue atau DBD, tapi deteksi
dini dan akses ke pelayanan kesehatan
layak bisa menurunkan tingkat kematian
akibat penyakit itu hingga di bawah satu
persen. Pencegahan dan pengendalian
DBD hanya bergantung pada tindakan
pengendalian vektor yang efektif.
Sementara penyakit Chikungunya
(kata dalam Bahasa Swahili yang
artinya tertekuk atau bungkuk)
mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(Arthralgia), disebabkan oleh Alphavirus
dari famili Togaviridae.
Selain ditandai dengan gejala
demam dan ruam kemerahan, kata
Prof Tjandra, penderita Chikungunya
biasanya mengalami nyeri pada
sendi tangan dan kaki yang bisa
menyebabkan penderita sulit untuk
berjalan.
Kebanyakan pasien Chikungunya
pulih setelah beberapa hari namun
CHIKUNGUNYADBD
dalam beberapa kasus nyeri sendi bisa
bertahan sampai sepekan atau sebulan
atau lebih lama lagi. Gejala umum lain
yang menandai penyakit ini adalah
sakit otot, sakit kepala, leukopenia
dan kadang disertai gangguan
gastrointestinal,
mata, syaraf dan
jantung.
Gejala pada
individu yang
terserang virus
seringkali ringan
sehingga infeksi
tidak dikenali dan
salah didiagnosis
sebagai demam
dengue. Sampai
sekarang belum
ada obat antivirus
spesiik atau vaksin komersial untuk
melawan penyakit
ini. Penanganan
penderita penyakit ini utamanya
diarahkan untuk menyembuhkan gejala,
khususnya nyeri sendi.
Prof Tjandra mengatakan, pemerintah
sudah melakukan banyak hal untuk
mengendalikan penularan DBD dan
Chikungunya.
“Saya sebutkan empat hal saja
yang penting dan perlu perhatian kita
bersama yaitu penyuluhan kesehatan,
penemuan dini dan tatalaksana
kasus yang baik di fasilitas pelayanan
kesehatan, pemberantasan sarang
nyamuk dan pengembangan vaksin
DBD,” jelasnya.
***
VERSUS
23Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Kasus infeksi virus corona jenis
baru (Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus/
MERS-CoV) yang pertama kali
dilaporkan terjadi di Arab Saudi tahun
2012 sekarang bertambah banyak, dan
menyebar ke sejumlah negara.
Menurut data Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/
WHO), hingga 24 April 2014 sudah
ada 254 kasus dan 93 kematian akibat
MERS-CoV.
Kasus-kasus infeksi virus corona jenis
baru itu dilaporkan terjadi di Yordania,
Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab, Prancis, Jerman, Italia,
Inggris, Tunisia, Philipina, dan Malaysia.
Belakangan Amerika Serikat juga
mengonirmasi satu kasus infeksi MERS-CoV pada satu warganya yang
baru kembali dari perjalanan ke Arab
Saudi dan London.
Satu warga negara Indonesia berusia
41 tahun yang sudah lama tinggal di
Arab Saudi juga dilaporkan meninggal
dunia akibat infeksi virus corona jenis
baru itu dan dimakamkan di Jeddah.
Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Prof Tjandra
Yoga Aditama mengatakan, pemerintah
antara lain mengantisipasi penyebaran
penyakit itu dengan mengirimkan
surat edaran berisi imbauan untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap
penyebaran MERS-CoV kepada kepala
dinas kesehatan, kantor kesehatan
pelabuhan, rumah sakit dan asosiasi
pengelola perjalanan umrah.
Pemerintah juga sudah
menyampaikan surat edaran berisi
panduan untuk menghindari penularan
penyakit bagi warga yang hendak
mengunjungi Arab Saudi atau negara
Timur Tengah lain yang terdampak
MERS-CoV.
Berikut anjuran Kementerian
Kesehatan bagi warga yang akan
mengunjungi Arab Saudi dan negara
kawasan Timur Tengah yang lain:
1. Selalu lakukan Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) seperti
mengonsumsi makanan bergizi,
istirahat cukup, dan rajin mencuci
tangan menggunakan sabun untuk
menghindari penularan penyakit.
2. Sedapat mungkin gunakan masker
bila sedang dalam kerumunan orang.
3. Bila memang punya penyakit kronik
seperti Diabetes Melitus, penyakit
jantung paru kronik, atau gangguan
ginjal sebaiknya periksa ke dokter
anda sebelum melakukan perjalanan
dan minum obat secara teratur.
4. Kalau selama di Arab Saudi ada
keluhan batuk, demam, sesak nafas
dan lain-lain yang dengan cepat
memburuk dalam satu sampai dua
hari sebaiknya segera konsultasi ke
petugas kesehatan.
5. Bila dalam kurun waktu 14 hari
setelah sampai di Tanah Air batuk,
demam, dan sesak nafas yang
memburuk dalam waktu satu sampai
dua hari sebaiknya segera konsultasi
ke petugas kesehatan.
6. Situasi penularan MERS-CoV
terus berubah dari hari ke hari karena
itu sebaiknya selalu memantau
perkembangan penyakit itu jika
hendak bepergian ke Arab Saudi atau
negara Timur Tengah lainnya.
***
WASPADA
PENULARAN
VIRUS
CORONA
BARU
24 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Peristiwa
INDONESIA BEBAS POLIOJakarta (Mediakom) - Menteri
Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A,
MPH mengatakan Indonesia sudah
mendapatkan sertiikat Bebas Polio dari Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO).
“Ini suatu hal yang luar biasa, karena
polio merupakan penyakit kedua,
setelah WHO menetapkan Indonesia
bebas dari penyakit cacar pada tahun
1974,” katanya saat menyampaikan
paparan kepada lebih dari 700 peserta
Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas)
tahun 2014 Regional
Barat di Jakarta, Senin
malam (31/3).
Indonesia menjadi satu
dari 11 negara dalam
wilayah kerja WHO
Kantor Regional Asia
Tenggara (South East
Asia Regional Ofice/
SEARO) yang akan
menerima sertiikat Bebas Polio dari WHO di Conference
Hall WHO SEARO, New Delhi, India
(27/4).
Negara lain yang juga menerima
sertiikat bebas penyakit polio dari WHO adalah Bangladesh, Bhutan, India,
Korea Selatan, Maladewa, Myanmar,
Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor
Leste.
Menteri Kesehatan juga menyatakan
puas dengan cakupan imunisasi
nasional, terutama di 13 provinsi
Regional Barat yang mencakup Daerah
Istimewa Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Lampung, Sumatera Selatan, Riau,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.
“Saya sangat bahagia melihat
graik capaian regional barat terkait imunisasi,” katanya.
Target cakupan imunisasi nasional
sebesar 89,9 persen dan dari 13
provinsi Regional Barat, ada delapan
provinsi yang belum mencapai target
yakni Sumatera Utara (81,5 persen); DI
Aceh (83 persen); Riau (83,9 persen);
Sumatera Barat (84,5 persen); Banten
(87,2 persen); Kepulauan Riau (88,4
persen); dan Sumatera Selatan (88,5
persen).
Pada akhir paparannya, Menteri
Kesehatan menekankan agar cakupan
imunisasi terus ditingkatkan untuk
melindungi generasi bangsa dari
ancaman penyakit menular.
Setiap anak harus sudah
mendapatkan imunisasi lengkap saat
menginjak usia dua tahun
supaya terlindungi dari
delapan penyakit yang
dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) yaitu
Tuberkulosis, Hepatitis
B, Polio, Campak, Difteri,
Pertusis, Tetanus dan
Haemophilus Inluenzae type B (Pneumonia dan
Meningitis).
“Kita baru terbebas
dari dua penyakit,
kalau cakupan imunisasi dasar ini
terus ditingkatkan, kita bisa benar-
benar terlindung bahkan terbebas
dari 8 penyakit yang sebenarnya
bisa dicegah melalui imunisasi,”
demikian Menteri Kesehatan.
***
Kalau cakupan imunisasi dasar
ini terus ditingkatkan, kita bisa be-
nar-benar terlindung bahkan terbe-
bas dari 8 penyakit yang sebenarnya
bisa dicegah melalui imunisasi.
25Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
MENKES CANANGKAN STUDI
DIET TOTAL DAN E-WATCH ALKES
Manado (Mediakom) – Menteri
Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
mencanangkan program Studi Diet Total
2014 dan E-Waych Alat Kesehatan
(Alkes) di sela Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas) tahun 2014
Regional Timur di Manado, Sulawesi
Utara, Minggu malam (23/3).
Pencanangan Studi Diet Total 2014
ditandai dengan pemasangan rompi ke
perwakilan peneliti.
Studi Diet Total 2014 merupakan
penelitian kesehatan masyarakat yang
akan dilakukan dalam dua tahap di 34
Provinsi (498 Kab/Kota).
Studi ini ditujukan untuk
menentukan tingkat keterpaparan
zat kimia berbahaya dalam makanan
penduduk melalui analisa kimia
makanan (ACKM).
Tahun in proyek percontohan Studi
Diet Total 2014 akan dilaksanakan di
Daerah Istimewa Yogyakarta..
Sementara E-Watch Alkes adalah
sistem pengawasan alat kesehatan
elektronik yang dibangun oleh
Kementerian Kesehatan.
Sistem itu mencakup sistem
pelaporan elektronik dari kejadian
tentang kejadian tidak diinginkan akibat
penggunaan alat kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Laporan itu akan ditindaklanjuti
oleh Tim Pengawas Nasional Alkes dan
menjadi bahan pertimbangan dalam
pengadaan alat kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
“E-Watch Alkes merupakan inovasi
yang bermanfaat guna mewujudkan
alat kesehatan yang aman, bermutu,
bermanfaat, tepat guna dan terjangkau,”
kata Menteri Kesehatan.
***
26 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Peristiwa
Metode yang digunakan untuk
SKMI adalah dengan food recall
24 jam, artinya responden ditanya
semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi (dimakan) untuk periode
waktu sehari sebelumnya (24 jam)
mulai bangun pagi sampai dengan pagi
berikutnya.
Sementara ACKM dilakukan dengan
mengumpulkan sampel makanan
di pasar (retail) berdasarkan daftar
makanan yang diturunkan dari jenis-
jenis makanan yang merupakan 90
persen diet penduduk.
Tahun 2014 SKMI dilakukan di
seluruh wilayah Indonesia yang meliputi
34 provinsi dan 497 kabupaten/kota.
Sampel yang digunakan adalah
sub-sampel Riset Kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2013, yang meliputi
2.080 Blok Sensus dan mencakup
52.000 Rumah Tangga yang tersebar di
34 provinsi dan 497 kabupaten/kota.
Pengumpulan data akan dilakukan
pada akhir Mei sampai dengan minggu
ketiga Juni tahun 2014. Seminggu
sebelum puasa Ramadan pengumpulan
data SKMI diharapkan sudah selesai
karena SKMI tidak tepat bila
dilakukan beberapa hari menjelang
puasa dan selama bulan puasa (akan
terjadi perubahan pola konsumsi
makanan).
Studi Diet Total nasional ini baru
pertama kali dilakukan di Indonesia,
karenanya ACKM akan dilakukan dalam
dua tahap.
Tahun 2014 akan dilakukan ACKM
untuk wilayah Provinsi DIY sebagai
percontohan untuk pembelajaran
sekaligus penilaian kemampuan
laboratorium dalam pemeriksaan
cemaran kimia makanan secara
kuantitatif (dalam konsentrasi kecil).
Selanjutnya pada 2015 akan dilakukan
ACKM secara nasional.
Apabila data ACKM secara nasional
telah diidentiikasi maka paparan cemaran kimia penduduk Indonesia
dapat dikalkulasi dengan cara
mengalikan data konsumsi makanan
dengan data konsentrasi cemaran
kimia dalam ACKM. Data paparan
cemaran kimia inilah yang dibandingkan
dengan acceptable intake (baik harian,
mingguan, atau bulanan) untuk melihat
tingkat risiko penduduk terhadap
gangguan kesehatan karena paparan
cemaran kimia dalam makanan.
SKMI dalam Studi Diet Total akan
melibatkan masyarakat sebagai
responden penelitian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
meminta bantuan Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk membantu
kelancaran pelaksanaan studi ini.
***
Sukseskan Studi Diet Total
Studi Diet total setidaknya
mempunyai empat tujuan, yakni
mendapatkan informasi tentang berat
dan jenis makanan yang dikonsumsi
individu dalam 24 jam, menilai
kecukupan asupan zat gizi (gizi makro
dan mikro) dan kalori penduduk,
mendapatkan informasi jenis-jenis
makanan yang merupakan 90 persen
diet penduduk untuk acuan sampel
Analisis Cemaran Kimia Makanan
(ACKM), dan melakukan karakterisasi
risiko penduduk terhadap paparan
cemaran kimia makanan dibandingkan
dengan intake yang diperbolehkan.
Hasil Studi Diet Total itu bisa
digunakan untuk mengevaluasi tingkat
kecukupan asupan zat gizi penduduk
dan tingkat keamanan penduduk
terhadap paparan cemaran kimia dalam
makanan.
Tingkat kecukupan asupan zat gizi
yang bisa dinilai meliputi gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak), gizi mikro
(vitamin dan mineral), maupun tingkat
kecukupan asupan kalori. Sementara
paparan cemaran kimia yang dinilai
meliputi pestisida, logam berat, zat
kimia produk samping pengolahan,
mikotoksin, dan bahan tambahan
pangan.
Studi Diet Total meliputi dua tahap
penelitian, yakni Survei Konsumsi
Makanan Individu (SKMI) dan Analisis
Cemaran Kimia Makanan (ACKM).
27Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
KEMENKES DAN
11 MITRa KERJA
BERKOMITMEN
CEGAH KORUPSIJakarta (Mediakom) - Kementerian
Kesehatan dan 11 mitra kerjanya
menandatangani komitmen bersama
untuk mengendalikan gratiikasi dan mencegah tindak pidana korupsi.
Menteri Kesehatan dr. Nafsiah
Mboi, Sp.A, MPH dan perwakilan
mitra Kementerian Kesehatan
menandatangani komitmen bersama
itu di Jakarta, Rabu (2/4), disaksikan
oleh pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Mitra kerja kementerian yang ikut
menandatangani komitmen bersama
itu antara lain Gabungan Perusahaan
Farmasi Indonesia (GPFI); International
Pharmaceutical Manufacturers
Group (IPMG); Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI);
dan Gabungan Perusahaan Alat
Kesehatan dan Laboratorium Indonesia
(Gakeslab).
Selain itu ada Gabungan Pengusaha
Jamu dan Obat Tradisional Indonesia
(GP Jamu); Asosiasi Produsen Alat
Kesehatan Indonesia (ASPAKI); PT
Kimia Farma (Persero); PT Indofarma
(Persero) tbk; PT Bio Farma (Persero);
PT Rajawali Nusindo Indonesia (RNI);
PT Phapros tbk.
Komitmen Bersama Pengendalian
Gratiikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi berisi pernyataan untuk:
Tidak memberi/menerima suap,
gratiikasi, uang pelicin dan atau fasilitas yang dianggap suap;
Tidak membiarkan adanya praktik
Suap, Gratiikasi, Pemerasan, Uang Pelicin dalam bentuk apapun;
Melaporkan setiap penerimaan
Gratiikasi yang dianggap Suap kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
melalui Unit Pengendalian Gratiikasi Kementerian Kesehatan;
Menjaga lingkungan pengendalian
gratiikasi; Mendorong upaya pencegahan
korupsi di lingkungan masing-masing;
Mewajibkan semua anggota
asosiasi dan perhimpunan untuk
melakukan pakta integritas pada saat
melaksanakan pekerjaan di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Saat memberikan sambutan
pada acara itu Menteri Kesehatan
menyatakan upaya untuk mencegah
gratiikasi dan korupsi harus dilakukan secara bersama, tidak bisa dilakukan
sendiri oleh Kementerian Kesehatan.
“Bertepuk itu tidak bisa sebelah
tangan, kan. Saya menolak, tetapi
mereka terus kasih misalnya, ya tidak
akan bisa,” katanya.
“Karena itu, kita melakukan komitmen
bersama, mereka juga tidak boleh
memberi, tidak boleh menawari
gratiikasi. Sehingga kita terjaga, tidak mungkin bisa menerima,” tambah dia.
Wakil Ketua KPK Zulkarnain,
S.H, M.H mengapresiasi komitmen
Kementerian Kesehatan dan mitranya
untuk mencegah korupsi.
“Ini adalah bagian dari upaya
penting kita untuk mencegah korupsi di
tanah air ini. Jika terpaksa menerima
gratiikasi, di Kementerian Kesehatan telah ada unit pengendalinya yang juga
bekerja sama dengan KPK,” katanya.
“Mudah-mudahan ke depan kita
semua sadar bahwa gratiikasi harus kita tolak, harus kita cegah, sehingga
pelayanan yang dilakukan oleh
Pemerintah ke depan, khususnya
Kementerian Kesehatan RI jauh lebih
baik,” katanya.
Menurut hasil penilaian integritas
nasional, Kementerian Kesehatan sudah
meraih angka 7 atau melebihi nilai
standar nasional (6).
Materi Pelatihan
Kepala Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (PPSDM) dr. Untung
Suseno Sutarjo, M. Kes juga sudah
mengeluarkan surat edaran tentang
Penambahan Materi Penunjang Anti
Korupsi pada setiap pelatihan bagi
seluruh pejabat eselon II di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Melalui surat edaran dengan nomor
HK.03.03/III/2/01781/2014 tertanggal
27 Februari 2014, Kepala PPSDM
mengimbau pengelola diklat aparatur
dan non aparatur agar memasukkan
materi anti korupsi sebagai materi
penunjang pada setiap pelatihan.
Menindaklanjuti surat edaran tersebut,
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur Kementrian Kesehatan
Suhardjono, SE, MM menginstruksikan
agar pejabat terkait melaporkan
kegiatan pelatihan yang telah mencakup
penambahan materi budaya anti-korupsi
beserta lampiran surat undangan
fasilitator, jadwal pelatihan, daftar
hadir peserta, foto dan laporan/notulen
pelaksanaan materi penunjang tersebut.
28 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Peristiwa
Jakarta (Mediakom) – Sebanyak 16
organisasi keagamaan menandatangani
Seruan Nasional Penghapusan Stigma
dan Diskriminasi Terhadap Orang Yang
Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di
Jakarta, Kamis (3/4).
Seruan untuk menghapus
diskriminasi dan stigma terhadap
bekas penderita kusta itu antara lain
ditandatangani oleh perwakilan Majelis
Ulama Indonesia (MUI),Persekutuan
Gereja-Gereja Indonesia (PGI),
Konferensi Wali Gereja Indonesia
(KWI), dan Parisade Hindu Dharma
Indonesia (PHDI).
Selain itu ada wakil dari Perwakilan
Umat Budha Indonesia (Walubi),
Majelis Tinggi Agama Khonghucu
(Matakin), Pimpinan Pusat
Muhamadiyah, Pengurus Besar
Nahdatul Ulama, Pengurus Pusat
Persatuan Islam, Pimpinan Pusat Al-
Irsyad Al-Islamiyah, Pimpinan Pusat
Dewan Masjid Indonesia, Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia, Ikatan
Da’i Indonesia, Badan Amil Zakat
Nasional, dan Badan Wakaf Indonesia.
Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi,
Sp.A, MPH menyatakan organisasi
keagamaan berperan penting dalam
upaya untuk menghapuskan stigma dan
diskriminasi terhadap bekas penderita
kusta.
Ia mengatakan, dukungan para
tokoh agama dalam menyebarluaskan
informasi yang benar tentang
kusta di masyarakat akan
mempercepat penghapusan stigma dan
diskriminasi.
“Saya berharap agar seruan nasional
yang kita luncurkan hari ini benar-
benar akan ditindaklanjuti dengan
langkah konkrit oleh segenap organisasi
keagamaan yang hadir di sini. Upaya
meyakinkan seluruh umat dan pengikut
agama masing-masing agar tidak lagi
melakukan stigma atau diskriminasi
terhadap OYPMK dan kepada siapa
pun atas dasar apapun sangat kita
harapkan,” katanya.
Ia menjelaskan, saat
ini Indonesia adalah penyumbang
penderita baru kusta nomor
tiga terbesar di dunia, setelah India dan
Brasil.
Tahun 2012, dilaporkan ada 18.99
4 penderita kusta baru di Indonesia
dan 2.131penderita (11,2 persen)
di antaranya ditemukan sudah pada
kondisi cacat tingkat dua atau
cacat yang kelihatan. Selain itu
2.191 penderita (11,5 persen) di
antaranya adalah anak-anak.
Pada Juli 2013, sebanyak 17
negara endemik kusta beserta para
pemangku kepentingan terkait di ti
ngkat internasional bersama WHO
telah meluncurkan Deklarasi Bangkok.
Deklarasi itu ditujukan
untuk meningkatkan komitmen
semua pihak dalam pengendalian
kusta untuk mencapai target
global, yaitu menurunkan angka cacat
tingkat dua akibat kusta menjadi kurang
dari satu per satu juta penduduk tahun
2020.
“Langkah ini perlu diperkuat dengan
mengutamakan upaya promotif-
preventif dalam pengendalian kusta
- termasuk upaya penemuan dini
didukung dengan upaya kuratif-
rehabilitatif,” katanya.
Program Seruan Nasional mengacu
pada Global Appeal to End Stigma and
Discrimination against People Affected
by Leprosy yang diprakarsai pertama
kali oleh Mr. Yohei Sasakawa, Chairman
Nippon Foundation & Goodwill
Ambassador for Leprocy – WHO) tahun
2006 dengan komitmen dari berbagai
instansi yang berbeda.
Peluncuran tingkat nasional pertama
di Indonesia dilakukan tahun 2012,
yang diikuti Organisasi Profesi
Kesehatan.
***
ORGANISASI KEAGAMAAN SERUKAN PENGHAPUSAN
STIGMA PADA BEKAS PENDERITA KUSTA
29Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Jakarta (Mediakom) - Indonesia
mendorong Islamic Developmet Bank
(IDB) dan Sekretariat Organisasi
Kerja Sama Islam (OKI) menggerakan
kerja sama antar negara untuk
memobilisasi dana dan sumber daya
guna menjalankan program kesehatan
strategis dalam OIC Strategic Health
Programe of Action (SHPA) 2014-2023.
Wakil Menteri Kesehatan RI
Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, Ms.c,
Ph.d mengemukakan hal itu pada
pembukaan Forum Pertemuan 8th
Steering Committee on Health (SCH)
dan 1st Lead Country Coordinators
Meeting (LCCM) untuk implementasi
SHPA di Jakarta, Selasa (25/3).
Dalam pertemuan terbatas yang
berlangsung 25 - 26 Maret 2014 itu,
Wakil Menteri Kesehatan mengatakan
negara-negara anggota perlu
menggabungkan strategi, target dan
aksi pelaksanaan SHPA dalam program
pembangunan nasionalnya.
Pelaksanaan SHPA, ia melanjutkan,
juga harus dilakukan dengan
melibatkan organisasi pemerintahan,
pihak swasta, dan pemangku
kepentingan terkait lainnya supaya bisa
terlaksana tepat waktu.
Prof Ali Ghufron juga menjelaskan
empat kunci utama dalam pelaksanaan
SHPA yaitu mekanisme implementasi
yang jelas, mobilisasi sumber daya
dan mekanisme inansial, strategi komunikasi serta mekanisme evaluasi.
SCH dan LCCM diikuti oleh delegasi
dari 10 negara anggota Komite
Pengarah Bidang Kesehatan yaitu
Indonesia, Khazakstan, Turki, Malaysia,
Mesir, Sudan, Arab Saudi, Oman,
Djibouti dan Guinea.
Selain itu hadir pula perwakilan
Sekretariat Jenderal OKI; The
Statistical, Economic and Social
Research and Training Centre for
Islamic Countries (SESRIC); Ministerial
Standing Committee on Scientiic and Technological Cooperation
(COMSTECH); Islamic Educational,
Scientiic and Cultural Organization
(ISESCO); Global Fund to Fight Aids,
TB, Malaria (GF ATM); The United
Nation Population Fund (UNFPA),
World Health Organisation (WHO) dan
Islamic Development Bank (IDB).
Pertemuan itu membahas enam tema
SHPA dan negara yang terpilih menjadi
leading country.
Menurut kesepakatan, bidang
penguatan sistem kesehatan
akan dipimpin oleh Khazakstan,
pengendalian penyakit oleh Turki, serta
bidang kesehatan dan gizi ibu dan bayi
dipimpin oleh Indonesia.
Sementara Malaysia memimpin
bidang teknologi medis, obat dan
vaksin; Oman bidang intervensi dan
respons darurat kesehatan serta Mesir
menangani bidang informasi, riset,
pendidikan dan advokasi kesehatan.
Pertemuan itu juga membahas
masalah Status Implementasi
keputusan Pertemuan Menteri
Kesehatan Islam ke-4 bulan Oktober
2014, Implementasi SHPA 2014-2023
dan laporan perwakilan negara yang
menjadi pionir pelaksanaan program
tersebut.
Selain itu ada pembahasan
tentang kemandirian produksi Obat
dan Vaksin, Pembentukan Unit
Implementasi Keseahatan OKI (Health
Implementation Unit OIC), serta
Program Kesehatan bagi Jamaah Haji
dan Umrah. (YN)
INDONESIA DORONG IDB-OKI GERAKKAN
SUMBER DAYA UNTUK PROGRAM KESEHATAN
30 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Peristiwa
Jakarta (Mediakom) – Kementerian
Kesehatan dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mencanangkan upaya
pencegahan pengendalian vektor
untuk menekan kejadian penyakit yang
menular melalui gigitan nyamuk pada
peringatan Hari Kesehatan Sedunia,
Senin (7/4).
Manajer Program Penyakit Tropis
WHO Indonesia Anand Joshi
mengatakan, nyamuk bisa menjadi
ancaman besar bagi populasi 1,5 miliar
manusia di kawasan Asia Tenggara.
Beberapa jenis nyamuk menjadi
sarana penularan penyakit yang
mengancam hidup manusia. Nyamuk
Anopheles sp menularkan malaria,
Aedes aegypti menularkan Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan
chikungunya, Culex sp/Anopheles sp/
Mansonia sp/Armigeres sp menularkan
ilariasis dan Culex tritaeniorhynchus membawa penyabab penyakit japanese
encephalitis.
PEMERINTAH CANANGKAN UPAYA PENGENDALIAN
VEKTOR
Lima penyakit yang menular
melalui gigitan nyamuk setiap tahun
menyebabkan kematian ribuan orang di
seluruh dunia.
“Filariasis telah menginfeksi 60 juta
orang dan 75 persen populasi atau
sekitar 1,1 miliar orang tinggal di area
rentan malaria,” kata ujar Joshi pada
temu media di Jakarta, Senin (7/4).
Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga
Aditama mengatakan saat ini ada
tiga penyakit menjadi fokus perhatian
pemerintah Indonesia yaitu DBD,
malaria, dan ilariasis. Menurut data Kementerian Kesehatan
tahun 2013, jumlah penderita DBD
sebanyak 45,85 orang per 100.000
penduduk dengan tingkat kematian 0,77
persen dan jumlah kasus malaria 1,38
orang per 1.000 penduduk.
Selain itu masih ada 302 kabupaten/
kota endemis ilariasis dari 497
kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
Prof Tjandra mengatakan pemerintah
menggalakkan upaya pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan
3M Plus untuk menekan angka kejadian
penyakit yang menular melalui gigitan
nyamuk seperti DBD.
Gerakan itu meliputi kegiatan
menguras dan menutup bak air
serta mengubur barang bekas yang
bisa menampung air ditambah
pemberantasan tempat perindukan
nyamuk, dan perlindungan diri
menggunakan kelambu berinsektisida
serta obat anti-nyamuk.
“Selain itu juga dilakukan pelbagai
upaya mencegah penyebaran malaria
serta penanganan ilariasis dengan menambah penerima obat massal
pencegahan,” ujarnya.
***
31Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
NILAI DAN CATATAN STRATEJIK
KEMENKES MENUJU 2015-2019
Oleh Nagiot Cansalony
Tambunan, SKM, ME
Kesehatan sebagai sebuah
nomenklatur kementerian
diadopsi di banyak negara
dengan bunyi yang beragam,
a.l. kementerian kesehatan (health),
kementerian kesehatan dan pelayanan
manusia (health and human services),
kementerian kesehatan publik (public
health), kementerian kesehatan dan
kesejahteraan keluarga (health and
family welfare).
Nilai Kesehatan dan Kemenkes
Secara deinisi, sehat sudah paripurna adalah mewujudkan
kondisi badan, jiwa, sosial yang
berproduktivitas positif. Kesehatan
merupakan 1 dari 3 esensi dalam
pelayanan publik selain ekonomi dan
pendidikan, yang mana hakekat publik
adalah menyangkut perorangan secara
keseluruhan dan menguasai kebutuhan
semua orang. Istilah sederhana adalah
kesehatan “bermain” dengan nyawa
manusia (kehidupan), bila memahami
arti nominal dalam indikator angka
mortalitas dan angka morbiditas.
Menurut UURI No. 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara,
Kemenkes adalah perangkat
pemerintah yang membidangi urusan
kesehatan dalam pemerintahan, yang
mana ruang lingkup urusan disebutkan
dalam Konstitusi. Kemenkes dalam
melaksanakan urusan pemerintahan
bidang kesehatan, memiliki ruang
untuk stewardship (penatalaksanaan/
penatalayanan) dan rowing
(pelaksanaan) dalam rangka kebijakan,
program dan kegiatan skala nasional.
Selain itu, Kemenkes dapat diubah
dengan pertimbangan a) eisiensi dan efektivitas, b) perubahan tugas dan
fungsi, c) cakupan dan proporsionalitas
tugas, d) kesinambungan, keserasian,
dan keterpaduan tugas, e) peningkatan
kinerja dan beban kerja pemerintah, f)
kebutuhan penanganan urusan tertentu
dalam pemerintahan secara mandiri;
dan/atau g) kebutuhan penyesuaian
peristilahan yang berkembang.
Sejak tahun 2010, Kemenkes
membangun komitmen dan aksi
bersama untuk mengimplementasikan
nilai PIREC meliputi: 1) pro rakyat,
Kemenkes harus mendahulukan
kebutuhan dan yang terbaik untuk
rakyat, 2) inklusif, Kemenkes harus
proaktif membangun komitmen dan
aksi bersama dengan semua pihak,
32 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Reformasi Birokrasi
3) responsif, Kemenkes harus
memahami segala determinan dan
faktor risiko, tanggap dan sigap
menghasilkan prestasi dengan berbagai
cara positif, 4) efektif, Kemenkes
harus mengawal pengalokasian,
pemanfaatan dan monev sumberdaya
dalam implementasi kebijakan-program-
kegiatan, sehingga efektif dan eisien,
dan 5) clean (bersih), Kemenkes harus
berani jujur untuk akuntabilitas dan
tranparansi dalam administrasi dan
manajemen pembangunan kesehatan.
Catatan Stratejik Kemenkes
Sejak tahun 2003, sistem anggaran
negara bersifat integral, yang mana
pendekatan kinerja dilakukan
dengan memperhatikan kaitan antara
sumberdaya (input) dengan luaran
(output) dan hasil (outcome) dari
program dan kegiatan, termasuk
eisiensi dalam pencapaian luaran dan hasil tersebut (proses). Anggaran
yang disusun sesuai dengan beban
target kinerja dan kapasitas tugas dan
fungsi organisasi, dan memperhatikan
lingkungan internal dan eksternal.
Penguatan fungsi perencanaan
kebijakan-program-kegiatan,
penganggaran, dan monev (P2ME)
sangat dibutuhkan untuk menjamin nilai
dan mutu akuntabilitas, transparansi
dan efektivitas proses dan kinerja
anggaran.
Kemenkes memiliki aktivitas inti
dan pendukung untuk mendukung
tercapainya derajat kesmas yang
optimal. Aktivitas inti adalah
memroduksi kebijakan, program,
kegiatan dan melayani kesehatan skala
nasional, dilakukan oleh ditjen-ditjen.
Aktivitas pendukung adalah layanan
internal Kemenkes untuk mendukung
(memodali) aktivitas inti, melalui
pengelolaan sumberdaya a.l. sarana,
prasarana, iptek, informasi, modal
manusia dll, dilakukan oleh setjen, itjen,
badan dan/atau pusat.
Kemenkes berkontribusi utama dalam
ketahanan nasional. Pembangunan
kesehatan harus berkontribusi
mewujudkan manusia sebagai modal
unggulan dalam pembangunan
nasional. Peran Kemenkes dalam
ketahanan nasional terwujud dalam
implementasi gerakan penanggulangan
daerah bermasalah kesehatan
(PDBK) dan pelayanan kesehatan
daerah tertinggal, perbatasan,
dan kepulauan (DTPK). Nilai-nilai
esensial dari ke 2 gerakan tersebut
perlu lebih digali karena secara
langsung sudah mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan. Secara Wawasan
Nusantara, kontribusi Kemenkes sudah
mengakomodasi, membangkitkan
dan mengarusutamakan nilai2 positif
dari kearifan lokal, sumberdaya alam
lokal, dan internalisasi semangat
perjuangan kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dalam kebersamaan, keberterimaan,
dan embracing error (pihak yang salah
bukan harus disingkirkan, bukan harus
bodoh, bukan harus dihukum, dalam
kesalahan ada nilai pembelajaran
bersama, pen.).
Dinamika dalam hal anggaran,
aktivitas, dan realita ketahan nasional
tersebut, tentu selalu membutuhkan
penataan organisasi yang sesuai
kapasitas tugas dan fungsi serta tata
hubungan dengan provinsi dan KK.
Memasuki periode pembangunan
jangka menengah tahun 2015-2019,
penataan harus menyentuh dan dimulai
dari sisi stratejik s.d. optimalisasi
aktivitas inti dan pendukung untuk
meningkatkan dan memperbaiki mutu
produktivitas dan hasil pembangunan
kesehatan. Penataan bermanfaat agar
Kemenkes dapat lebih fokus terhadap
kreativitas dan inovasi yang mempunyai
nilai unggul dalam implementasi tugas
dan fungsi pembangunan kesehatan.
Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan bukan
merupakan sesuatu yang lebih baik
(better things), tapi untuk mengetahui
bagaimana mengerjakan sesuatu
dengan lebih baik (things better). Tentu
pernah mendengar/membaca “orang
bodoh dan organisasi gagal adalah
pihak yang mengharapkan nilai tambah/
lebih, melalui pekerjaan dengan cara
yang sama secara berulang”.
Pembangunan kesehatan berbasis
pengetahuan secara sederhana
dapat diartikan sebagai kemauan dan
komitmen menggunakan manajemen
pengetahuan dalam proses dan proaktif
dalam community empowerment
sehingga mampu mengeksekusi
peluang dan tantangan, bersaing
dan sukses berkontribusi dalam
pembangunan berkelanjutan. Esensi
pendekatan adalah membangkitkan dan
mengelola kreativitas dan inovasi dalam
setiap aktivitas.
Secara jamak, motivasi organisasi
yang menerapkan manajemen
pengetahuan adalah untuk mewujudkan
1) pengetahuan eksplisit dalam
pengembangan produk dan jasa,
2) siklus pengembangan produk baru
yang lebih cepat,
3) inovasi dan pembelajaran
organisasi,
4) kepakaran/keahlian orang-orang di
seluruh penjuru organisasi,
5) jejaring mutualisme antara pribadi
internal dan juga eksternal,
6) anggota organisasi yang
memahami relevansi dari pengertian
dan gagasan terhadap pekerjaan,
7) modal intelektual dan aset
intelektual di tempat kerja.
"Pembangunan kesehatan berbasis pengeta-
huan secara sederhana dapat diartikan se-
bagai kemauan dan komitmen menggunakan
manajemen pengetahuan dalam proses dan
proaktif dalam community empowerment..."
33Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Mengutip Catatan Akhir Tahun
Bidang Ekonomi (KOMPAS Cetak, 17
Desember 2013),
bagi para ahli ekonomi, di dunia ini
hanya ada dua ilmu, yakni ilmu ekonomi
dan ilmu nonekonomi. Pesan yang
tersirat bahwa setiap perkembangan
ekonomi harus juga ditanggapi
secara ekonomi. Seminimal mungkin
ditanggapi secara nonekonomi jika
tak ingin mengundang krisis ekonomi
yang berdampak memprihatinkan
dalam jangka pendek, menengah,
ataupun jangka panjang. Pesan
tersebut bukan berarti semua harus
saklek ekonomi, ibarat kuantitatif vs
kualitatif yang sebenarnya adalah data/
informasi kualitatif bisa dikuantiisir dan sebaliknya. Di sini adalah kemauan
dan keterbukaan wawasan yang
dibutuhkan. Ke depan dalam tataran
aplikasi, bila nak mbicarakan dan
mbumikan ekonomi berkaitan dengan
kesehatankah, sosiobudayakah,
politikkah, dll, ingatlah prinsip hakiki
tradisional konvensional ekonomi
“eisiensi-efektivitas”, dan pahamilah pendekatan ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge-based
economy). Bawalah bidang kesehatan
dengan kemasan iptek berupa
hasil olah kreasi dan inovasi dari
pengetahuan, yang memberikan nilai
manfaat keeisienan dan keefektifan (wujud dari motivasi menerapkan
manajemen pengetahuan). Hindari
dan jangan ngomong sekedar,
misalnya kesehatan kan HAM,
sosiobudaya sangat esensial, politik
jadi panglima.....ahhhhh....tak masuk
logika the Economy apalagi bila hanya
berdasarkan hasil riset muluuu yang tak
kunjung ada bukti otentik produk yang
bernilai manfaat sesuai prinsip hakiki
tradisional konvensional ekonomi!
Kemenkes yang sukses dan selalu
menjadi organisasi pembelajar dengan
manajemen pengetahuan dapat
diidentiikasi dengan beberapa kriteria indikator a.l.:
1) inovasi, menerapkan pendekatan
“Out of the Box”, membangkitkan
proses/ produk/layanan baru, memicu
terobosan/dinamika positif, promotes
evidence-based practise,
2) adaptasi/dapat direplikasi,
memicu dan membangkitkan institusi
mitra untuk berkinerja aktif dalam
pembangunan kesehatan, dan
mampu membangun kerjasama
lintas sektor dan bidang untuk
kesejahteraan negara bangsa,
3) berbasis hasil (outcome-based),
hasil dan kinerja Kemenkes jelas,
tegas dan terukur dalam kontribusi
untuk mencapai derajat kesmas
yang optimal, eisiensi pemanfaatan sumberdaya, efektivitas proses, dan
berbasis data atau bukti ilmiah akan
kebutuhan, kelayakan dan relevansi,
dan
4) berkesinambungan/
dilembagakan, komitmen dan aksi
bersama yang berhasil dibangun
dan dibangkitkan oleh Kemenkes,
selalu dimonev dan dilembagakan
dalam regulasi dan tata nilai sehingga
kesinambungan terpelihara.
Semoga Kemenkes memasuki
periode 2015-2019 semakin
berkontribusi mewujudkan Tujuan
Nasional “untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk
mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.
* Alumni Program Perencanaan dan
Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Bekerja di
B2P2TOOT Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Catatan Penulis:
- community empowerment tidak dapat
diartikan sebagai pemberdayaan
masyarakat. Empowerment refers
to increasing the spiritual, political,
social, educational, gender, or economic
strength of individuals and communities
- sasaran community empowerment
adalah komunitas masyarakat yang
marjinal (terpinggirkan atau dipinggirkan)
dalam lingkungan dan masyarakat besar
yang bebas
- community empowerment adalah
manusia merdeka, sadar dan paham
bahwa dia sebagai pribadi bersama
komunitas, secara hakiki memiliki
hak kontrol atas kehidupan mereka.
Ini merujuk pada membangkitkan,
meningkatkan, dan menguatkan.
Community empowerment terbangun
dalam peradaban kemanusiaan luhur
yang merdeka secara hakiki dan selalu
meningkatkan nilai2 baik peradaban
- pemberdayaan merujuk pada kondisi
tidak berdaya, yang disadari dan
dilakoni sudah terjajah dan tersandera.
Pemberdayaan adalah khas muncul dari
peradaban terjajah dan tersandera, yang
dialami dan dilakoni secara sadar dan
menaikan hakikat kemanusiaan.***
34 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Reformasi Birokrasi
Jakarta (Mediakom) – Kementerian
Kesehatan menerapkan sistem seleksi
yang objektif, transparan dan bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
kata Sekretaris Jenderal Kementerian
Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P,
MARS.
Ia mengemukakan hal itu di Jakarta,
Senin (3/3), saat menyerahkan Surat
Keputusan (SK) Pengangkatan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pelamar
Umum tahun 2013 di Lingkungan
Kementerian Kesehatan kepada
Sekretaris Unit Utama dan Perwakilan
Kepala Satuan Kerja atau Unit
Pelaksana Teknis (UPT).
“Rekrutmen diarahkan untuk
mewujudkan sistem seleksi CPNS
yang berprinsip objektif, transparan,
kompetitif, bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme serta tidak dipungut
biaya,” katanya.
Ia juga menyampaikan selamat
kepada seluruh CPNS yang lolos
seleksi dari 87.328 pelamar online
dan 30.229 peserta yang mengikuti
ujian CPNS Kementerian Kesehatan di
seluruh Indonesia.
Pengumuman kelulusan telah
dilakukan pada 25 Desember 2013
dengan jumlah lulusan 1.519 peserta
dan peserta yang lolos seleksi CPNS
tahun 2013 untuk total 1.753 formasi.
Sebanyak 234 formasi tidak terisi
karena tidak ada peserta yang
memenuhi batas nilai Tes Kompetensi
Dasar (TKD).
Kepada seluruh CPNS, Sekretaris
Jenderal menekankan bahwa salah
satu program Reformasi Birokrasi
di Kementerian Kesehatan adalah
penerapan reward dan punishment
untuk meningkatkan kinerja dan disiplin
pegawai.
Ia juga meminta seluruh unit kerja
segera menindaklanjuti keputusan
pengangkatan pegawai itu dengan
menerbitkan Surat Pernyataan
CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN
HARUS BEBAS KKN
Melaksanakan Tugas (SPMT), usulan
gaji, serta orientasi bagi CPNS dengan
masa orientasi disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi.
Pada akhir sambutannya, Sekretaris
Jenderal berpesan kepada seluruh
CPNS Kementerian Kesehatan untuk
mengedepankan pelayanan.
“Kementerian Kesehatan adalah
lembaga yang mengedepankan
pelayanan. Untuk itu, jadilah
abdi negara yang betul-betul
mengedepankan pelayanan terbaik bagi
masyarakat. Tunjukan sikap profesional
dan kemampuan sebagai kader terbaik,
karena kesehatan bangsa Indonesia
ada di tangan kita,” katanya.
Acara penyerahan SK Pengangkatan
CPNS itu juga dihadiri oleh Plt. Direktur
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Badan Kepegawaian Negara Sayadi,
SH, MM dan Kepala Biro Kepegawaian
Kementerian Kesehatan dr.Pattiselano
Robert Johan, MARS. ***
35Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Tim peneliti internasional
berhasil mengurai kode
genetik lalat tsetse, serangga
penghisap darah penyebar
penyakit tidur Afrika yang mematikan,
dan berharap bisa menggunakan
rahasia biologis lalat itu untuk
membasmi penyakit tidur.
Lalat yang gigitannya mengandung
mikroorganisme parasit penyebab
penyakit tidur di Sub-Sahara Afrika dan
penyakit yang bisa menghancurkan
kawanan ternak itu memiliki sekitar
12.000 gen dan 336 juta kode genetik.
Ukuran genomnya dua kali dari genom
lalat buah tapi hanya sepersepuluh dari
ukuran genom manusia.
Perunutan genom lalat tsetse
mengunjukkan landasan molekuler
dari biologinya yang aneh: melahirkan
nyamuk muda dan bukan bertelur
seperti serangga yang lain; memberi
makan larva dalam uterusnya dengan
satu bentuk susu; tertarik pada warna
biru dan hitam; dan hanya makan
darah.
Temuan cetak biru genetik lalat itu
merupakan puncak dari upaya satu
dekade bernilai jutaan dolar AS yang
melibatkan lebih dari 140 ilmuwan
dari 78 lembaga riset di 18 negara.
Para ilmuwan optimistis cetak biru
genetik lalat itu bisa mengarah ke
penemuan cara baru untuk memerangi
lalat tsetse, seperti penemuan bahan
kimia yang bisa mempengaruhi
proses reproduksinya, atau cara untuk
memperbaiki jebakan untuk membunuh
lalat itu.
“Seperti penemuan yang lain, akan
ada petunjuk baru yang bisa kita lihat
sekarang. Saya optimistis aspek biologi
unik lalat tsetse akan membawa kita
ke metode baru untuk memerangi
penyakit,” kata salah satu peneliti,
Daniel Masiga, ahli biologi molekuler
dari International Centre of Insect
Physiology and Ecology di Kenya.
“Jika bisa datang dengan
penghambat reproduksi tsetse spesiik yang tidak bisa meracuni mamalia, itu
akan ideal,” tambah peneliti yang lain,
ahli biologi Geoffrey Attardo dari Yale
School of Public Health, seperti dilansir
kantor berita Reuters.
Misteri
Lalat tsetse telah menjadi misteri
bagi manusia selama beribu-ribu tahun.
Mereka sudah ada jauh lebih lama
dari manusia. Satu fosil lalat tsetse
yang ditemukan di Colorado misalnya,
berasal dari masa 34 juta tahun lalu.
Penyakit tidur Afrika, yang juga
PETUNJUK BARU
MELAWAN LALAT TSETSE
36 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Terobosan
disebut trypanosomiasis, adalah
penyakit tropis yang menyebar luas di
seluruh wilayah sub-Sahara Afrika dan
bisa berakibat fatal jika tidak segera
mendapat penanganan.
Pada binatang, lalat itu membawa
penyakit yang disebut nagana. Ini
menyebabkan kerugian miliaran dolar
AS dan memaksa para peternak
memelihara ternak-ternak kurus yang
menghasilkan lebih sedikit susu dan
daging tapi tahan parasit, kata peneliti
penyakit tropis Matthew Berriman dari
Wellcome Trust Sanger Institute di
Inggris.
Lalat itu tidak terlahir dengan parasit
tapi menelannya ketika menggigit orang
atau binatang yang terinfeksi saat
menghisap darah untuk makan. Lalat itu
menyebarkan parasit lewat saliva ketika
menggigit korban yang lain.
Parasit itu menyebabkan penyakit
tidur, yang pada tahap lanjut menyerang
sistem syaraf pusat dan menyebabkan
perubahan jam biologis (ritme
sirkadian), perubahan kepribadian,
kebingungan, bicara cadel, kejang serta
kesulitan untuk berjalan dan bicara.
“Penyakit tidur mengancam jutaan
orang di 36 negara sub-Sahara
Afrika,” kata John Reeder, yang
memimpin program riset dan pelatihan
penanganan penyakit tropis di
Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO).
“Banyak dari populasi terdampak
hidup di daerah pedalaman dengan
akses terbatas ke fasilitas kesehatan
memadai, yang memperumit
pemantauan serta diagnosis dan
penanganan kasus,” tambah dia.
Dalam beberapa tahun terakhir,
berbagai upaya kesehatan masyarakat
dilakukan untuk memangkas kasus
dan kematian akibat penyakit itu.
WHO menyatakan penyakit itu “sudah
memasuki fase eliminasi.” Menurut
data WHO, ada 5.967 kasus yang
dilaporkan tahun lalu, jauh lebih rendah
dibandingkan jumlah kasus tahun 2000
yang mencapai 26.574 kasus.
Kini upaya pencegahan penyakit
difokuskan pada pengendalian populasi
lalat karena menurut pemikiran para
ahli penggunaan vaksin tidak akan
memungkinkan mengingat parasit itu
menghindari sistem kekebalan tubuh
mamalia.
Penyakit tidur menyebabkan jauh
lebih sedikit infeksi dan kematian
dibandingkan penyakit tropis lain yang
menular melalui gigitan nyamuk seperti
malaria dan dengue. Pada nyamuk,
hanya yang betina yang menghisap
darah dan menggunakan proteinnya
untuk bertelur. Sementara lalat tsetse,
baik yang jantan maupun betina
menghisap darah untuk makanannya.
Dalam hasil studi yang dipublikasikan
dalam jurnal Science, para ahli
mengatakan lalat tsetse juga lebih
mudah disasar ketimbang nyamuk.
Dalam satu hal, nyamuk betina bisa
menghasilkan lebih dari 100 telur sekali
bertelur sementara tsetse lebih lambat
menggandakan populasi karena mereka
hanya melahirkan satu larva dalam satu
siklus reproduksi.
***
37Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
PENELITI TEMUKAN ANTIBODI VIRUS MERS
Para peneliti menemukan an-
tibodi manusia alami untuk
virus baru Sindrom Perna-
pasan Timur Tengah (Middle
East Respiratory Syndrome/MERS),
yang sedang merebak di beberapa
negara Timur Tengah dan menimbulkan
kekhawatiran global.
Saat ini tidak ada obat atau vaksin
untuk MERS, penyakit pernapasan akut
yang menimbulkan gejala batuk, de-
mam, napas tersengal serta bisa meng-
arah ke pneumonia dan gagal ginjal.
Dalam studi yang dipublikasikan dua
jurnal ilmiah pada Senin (28/4), para pe-
neliti dari Amerika Serikat, Tiongkok dan
Hong Kong menyatakan bahwa mereka
menemukan beberapa antibodi penetral
yang mampu mencegah bagian kunci
dari virus menempel ke reseptor yang
memungkinkannya menginfeksi sel-sel
tubuh manusia.
Antibodi adalah protein yang dibuat
oleh sistem kekebalan tubuh, yang me-
ngenali virus dan bakteri asing. Antibodi
penetral merupakan salah satu yang ti-
dak hanya bisa mengenali virus tertentu
namun juga mencegahnya menginfeksi
sel inang.
Menurut hasil studi yang dipublikasi-
kan dalam jurnal Science Translational
Medicine, tim yang dipimpin oleh pene-
liti Tiongkok menemukan dua antibodi
yang disebut MERS-4 dan MERS-27
mampu memblokir sel dalam cawan
laboratorium dari infeksi virus MERS.
“Meski masih awal, hasil studi ini
menunjukkan bahwa antibodi, terutama
yang digunakan dalam kombinasi, bisa
menjadi kandidat menjanjikan untuk
mengatasi MERS,” tulis para peneliti
itu seperti dilansir laman kantor berita
Reuters.
Dalam studi kedua yang dipublika-
sikan di Proceedings of the National
Academy of Sciences (PNAS), satu tim
peneliti dari Amerika Serikat mengung-
kap penemuan atas panel tujuh antibodi
Menurut hasil studi
yang dipublikasikan
dalam jurnal Science
Translational Medicine,
tim yang dipimpin
oleh peneliti Tiongkok
menemukan dua antibodi
yang disebut MERS-4
dan MERS-27 mampu
memblokir sel dalam
cawan laboratorium dari
infeksi virus MERS.
38 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Terobosan
kemungkinan besar menjadi binatang
pembawa penyakit itu yang kemudian
menularkannya pada manusia.
***
penetral yang memberikan peluang
jangka panjang bahwa vaksin maupun
obat bisa dikembangkan untuk mela-
wan MERS.
MERS, penyakit yang disebabkan
virus mirip SARS, pertama kali terdetek-
si pada 2012 dan menyebabkan wabah
di Timur Tengah serta kasus-kasus
sporadis di seluruh dunia. Penyakit
ini menimbulkan kekhawatiran dunia
dalam beberapa pekan terakhir karena
jumlah kasus dan kematian akibat infek-
si meningkat Arab Saudi.
Pada akhir April, pejabat Arab Saudi
sudah mengkonirmasi 26 kasus baru MERS dan 10 di antaranya berakibat
kematian sehingga jumlah kasus infeksi
di negara itu mencapai 339 kasus dan
102 di antaranya berujung kematian.
Saat ini kebanyakan kasus MERS
terjadi di Arab Saudi dan negara lain
di timur Tengah. Kasus-kasus penyakit
itu juga secara sporadis dilaporkan
terjadi di Inggris, Yunani, Prancis, Italia,
Malaysia dan negara lain, meningkat-
kan kekhawatiran terhadap potensi
penyebaran global penyakit itu melalui
penumpang pesawat yang terinfeksi.
Meski penyakit itu belum dilaporkan
terjadi di Amerika Utara, “ada peluang
seseorang terinfeksi MERS menda-
rat di pantai Amerika Serikat ,” kata
Wayne Marasco, ahli penyakit menular
di Dana-Farber Cancer Institute yang
memimpin studi PNAS.
Peneliti belum mengetahui secara
pasti cara virus MERS menular ke ma-
nusia, namun virus ini sudah ditemukan
pada kelelawar dan unta.
Para pakar mengatakan unta
39Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Sekilas sosok Dr. Anung
Sugihantono, M.Kes
mengingatkan pada Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo.
Bukan hanya penampilan isiknya yang mirip, tapi pembawaannya yang
rileks, ringan dan apa adanya yang
membuat terasa ada ”nuansa Jokowi”
di diri Direktur Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (Dirjen GIKIA)
ini.
“Ha..ha..ha.. Jangan terlalu kenceng
kalau bilang saya mirip Jokowi,” kata
dr. Anung yang dilantik menjadi Dirjen
pada 7 Januari 2014 sambil tertawa
lepas.
Meskipun ia tidak terlalu memikirkan
kemiripannya dengan tokoh yang kini
paling popular di tanah air tersebut, dr.
Anung mengakui beberapa temannya
memang kerap menyebut kemiripan itu.
“Apalagi Mantan Ibu Sekjen, Ibu
Ratna (Dr. Ratna Rosita Hendardji,
MSc.). Kalau ketemu saya beliau
itu sejak saya masih di Jawa Tengah
suka bilang ‘ ini pesaing ku’. Karena
beliau kan suaminya kebetulan ketika
itu nyalon jadi Gubernur DKI Jakarta.
Katanya saya ini pesaingnya. Padahal
yang nyalon itu kan Jokowi , gak ada
hubungannya dengan saya…,” kata dr.
Anung.
Jika ada perbedaan yang mencolok
"SAYA HARUS BERKOLABORASI”
Dr. Anung Sugihantono, M.Kes:
antara dr. Anung dengan Jokowi
adalah ukuran tubuhnya. Jika Jokowi
relatif tinggi kurus, maka dr. Anung lebih
mungil. Tapi di balik postur kecilnya
itu, pria kelahiran 20 Maret 1960 ini
ternyata menyimpan pengalaman nan
kaya dan berwarna yang sangat jarang
dimiliki oleh pejabat lain.
Berbeda dengan kebanyakan para
dokter yang lain, perjalanan karir
lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
Dipenogoro (UNDIP) Semarang ini,
tidak melulu di dunia kedokteran
atau kesehatan masyarakat pada
umumnya, tapi ia juga ikut mengurus
bidang-bidang lain ketika ia berdinas di
Provinsi Jawa Tengah. Bidang sosial,
kontruksi, hingga promosi dan penaman
modal pernah ia urus. Dari tugas-
tugas administratif, teknis, hingga yang
bersifat makro telah ia jalani dengan
baik.
“Saya memang sempat tersesat pada
jalan yang benar..ha…ha…ha… Tapi
banyak hikmahnya, temen saya jadi
banyak. Tapi sekaligus juga musuhnya
banyak. Pasti akan ada yang seneng
dan enggak seneng. Itu kan biasa. Tapi
lebih banyak temennya daripada yang
tidak suka.,” katanya mengomentari
karirnya yang lumayan “berliku” itu.
Sebelum diangkat sebagai Dirjen
GIKIA, pria kelahiran Temanggung,
Jawa Tengah ini adalah Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dokter alumni FK Universitas
Diponegoro Semarang ini mengawali
karier setelah lulus pada tahun
1984 sebagai Kepala Puskesmas
di Puskesmas Poncor, dilanjutkan
ke Puskesmas Sumber dan Sarang.
Ketiganya berada di wilayah Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah. Selanjutnya,
dr. Anung malang melintang berkarier di
jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, antara lain sebagai Ka Seksi
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Dinkes Prov Jateng, Ka Seksi Usaha
Kesehatan Institusi Dinkes Prov Jateng,
dan Ka Subdin P2M Dinkes Prov
Jateng.
Sukses mengemban amanah di
jajaran Dinas Kesehatan, dr. Anung
kemudian dipercaya memegang jabatan
di lingkungan Sekretariat Daerah
Saya memang sempat tersesat pada jalan yang be-nar..... Tapi banyak hikmahnya, temen saya jadi banyak...
40 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Potret
Provinsi Jawa Tengah. Beberapa
jabatan yang pernah dipegangnya
antara lain sebagai Kepala Biro
Kesejahteraan Rakyat Setda Prov
Jateng, Ka Biro Pembangunan Setda
Prov Jateng, dan Wakil Kepala
Bappeda Prov Jateng, Kepala Bappeda
Prov Jateng, Kepala Badan Litbang
Prov Jateng, dan Kepala Badan
Penanaman Modal Daerah Prov Jateng.
Tahun 2011, dr. Anung “kembali ke
khitah”. Alumni S2 Magister Kesehatan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ini dipercaya kembali mengurus bidang
kesehatan. Gubernur Jawa Tengah
ketika itu mengangkat Anung sebagai
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
Beberapa upaya terobosan dalam
percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) sukses diterapkannya di
Jawa Tengah, antara lain ekstensiikasi pembangunan Poskesdes di seluruh
desa, kebijakan Persalinan 4 Tangan
(persalinan ditolong oleh 2 orang
bidan), dan pelaksanaan MDGs
Acceleration Framework (MAF)
Percepatan Penurunan AKI.
Tiga Hal
Dengan segala pengalamannya
mengurus berbagai ragam pekerjaan,
membuat dr. Anung menjadi sosok yang
lengkap, dan diharapkan membawa
angin segar di lingkungan Dirjen
GIKIA. Mengenai programnya di Dirjen
GIKIA, ayah dari dua orang anak
ini berpatokan pada tiga hal pokok
seperti yang diamanatkan oleh Menteri
Kesehatan saat ia mengikuti seleksi
terbuka eselon satu Kementerian
Kesehatan akhir tahun lalu.
Menurut dr. Anung, ketika itu Menkes
mengatakan, setidaknya ada tiga hal
yang harus dipecahkan. Pertama,
masalah kesehaatan Ibu dan Anak;
kedua masalah gizi; ketiga masalah
upaya menyiapkan generasi muda
melalui kegiatan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS).
“Masalah kesehatan ibu dan anak
secara keseluruhan, karena hal ini
berkaitan dengan target-target MDGs
yang belum tercapai atau beliau
(Menkes) lebih vulgar mengatakan
Kementerian Kesehatan mendapat
raport merah.”
Dr. Anung menjelaskan bahwa
sebenarnya tidak ada hal baru
mengenai masalah kesehatan ibu
dan anak. “Masalah hanya berkaitan
dengan angka, karena kematian ibu
dan kematian bayi polanya juga tidak
banyak berubah, jadi tidak ada hal
yang baru. Yang baru dalam 10 tahun
terakhir adalah aspek desentralisasi
data kelola pemerintahan.”
Mengenai persoalan gizi , secara
umum dr. Anung menyebut ada dua sisi
yang harus dicermati. Sisi satu adalah
persoalan kekurangan gizi masyarakat
yang belum sepenuhnya dapat
ditangani dan belum dapat dipecahkan.
Adapun sisi lain adalah persoalan gizi
lebih yang saat ini terjadi pada anak-
anak maupun orang tua.
“Sisi pertama di antaranya persoalan
anemi ibu hamil, anemi pada remaja.
Itu persoalan lama yang sampai
sekarang belum bisa kita pecahkan.
Anak-anak kurus, anak-anak pendek,
itu juga persoalan yang belum
bisa dipecahkan. Tapi Menkes juga
menyampaikan persoalan gizi lebih
yang saat ini terjadi pada anak-anak
maupun orang tua. Ini kemudian akan
menjadi pemicu penyakit-penyakit
tdk menular yg saat ini semakin tinggi,
seperti hipertensi, gagal ginjal, stroke,”
kata penyuka olahraga Badminton dan
Futsal ini.
Adapun persoalan ketiga yang
dirisaukan oleh Menkes dan harus
dijawab oleh Dirjen GIKIA yang baru
adalah menyiapkan generasi muda
untuk lebih peduli tentang kesehatan
melalui program Usaha Kesehatan
Sekolah ( UKS) . “Kenapa ini kemudian
dilakukan, karena beliau (Menkes)
melihat angka merokok. Makin muda
sekarang. Angka kesakitan karena
HIV juga makin bergeser ke arah anak
muda. Program UKS yang sudah
terorganisir di sekolah menjadi hal yang
sangat penting.”
Kolaborasi
Menurut dr. Anung, ia akan bekerja
keras memimpin Dirjen Bina Gizi KIA
guna memecahkan tiga persoalan
yang diamanatkan Menkes tersebut,
namun ia menyadari bahwa pemecahan
masalah tidak mungkin hanya dilakukan
oleh Dirjen GIKIA, tapi harus ada
kolaborasi dengan pihak-pihak lain, baik
di lingkungan Kementerian Kesehatan,
maupun di kementerian-kementrian lain
yang terkait.
“Karena setelah saya tahu ketika
saya di dalam, saya melihat betul
bahwa ketiga-tiganya tidak ada satu
pun yang mutlak 100 persen yang
dilakukan oleh Dirjen Bina Gizi KIA. Jadi
saya melihat persoalan kematian ibu
dan bayi, persoalan gizi masyarakat,
dan persoalan kesehatan anak usia
sekolah termasuk persoalan reproduksi
dan lain-lain itu tidak satu intervensi pun
bisa dilakukan olh Dirjen Bina Gizi dan
KIA sendiri,” kata dr. Anung.
Dengan kondisi seperti itu, pola
operasional yang akan dikembangkan
dr. Anung dalam menjalankan tugas
sebagai Dirjen Bina GIKIA adalah
melakukan kolaborasi dalam hal
pencapaian target-target yang ada.
“Artinya apa pola komunikasi yang
Ada tiga hal yang harus dipecah-
kan.Pertama, masalah kesehaatan
Ibu dan Anak; kedua masalah gizi;
ketiga masalah upaya menyiapkan
generasi muda melalui kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
41Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
harus saya jalin dengan berbagai pihak
untuk kemudian menjawab berbagai
tantangan yang ada itu. Saya ambil
contoh kematian ibu dan bayi yang
saat ini ada. Kalau Dirjen Bina Gizi
KIA melalui Direktorat Kesehatan
Ibu dan Kesehatan Anak melakukan
berbagai aktivitas untuk meningkatkan
kesadaran ibu, membuat kelas ibu,
memberikan suplemen Fe yang ada
di gizi. Tetapi kalau tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan itu juga
tidak kompeten, tidak tersebar secara
merata di semua fasilitas kesehatan,
tentu hasilnya juga tidak akan ideal,”
kata dr. Anung.
Dr. Anung memberi ilusterasi bahwa
upaya meningkatkan kesadaran ibu
sebenarnya sudah relatif bagus. Hal
ini terlihat antara lain dari tingkat
kunjungan pertama pada proses
kehamilan (K1) yang rata-rata mencapai
90 persen, bahkan di Jawa sudah 90
persen lebih.
“K4 kita juga sudah di atas 80 persen,
persalinan nakas kita juga sudah lebih
dari 80 persen. Nah, tentu kalau masih
ada kematian, ada faktor-faktor lain
yang harus kita sikapi. Bagaimana
dengan obat di Puskesmas? bagaimana
dengan sarana transportasi?
bagaimana peran serta masyarakat
yang ada di sana? dan itu semuanya
bukan domain Dirjen GIKIA secara
keseluruhan,” katanya.
Banyak faktor yang menentukan
pencapaian target kesehatan ibu dan
anak yang tidak semata-mata bisa
dilakukan di Dirjen GIKIA. “Misalnya
peningkatan peran serta masyarakat
tentu temen-temen Promkes
mempunyai peran itu. Emergency
pada saat persalinan itu temen-temen
Binfar dan Alkes yang menyiapkan.
Kemudian rasio Puskesmas yang harus
kita tingkatkan, itu urusan temen-temen
MPUK. Tenaga bidan yangg secara
administratif cakupan sudah di atas 80
persen - 90 persen tetapi masih ada
kematian ibu dan bayi, tentu temen-
temen BPSDM juga harus terlibat.
Belum lagi pelayanan KB yang harus
disikapi oleh temen-temen BKKBN .”
Demikian juga dengan persolaan gizi
yang target pencapaiannya ditentukan
oleh banyak faktor, karena persoalan
gizi ternyata bukan sekedar bagaimana
Direktorat Gizi mampu menyediakan
pedoman. “Tapi, persoalan dasarnya
justru bagaimana ketersediaan,
bagaimana dengan distribusi,
bagaimana dengan pengolahan,
bagaimana dengan pilihan orang tua
dalam menyediakan zat makanan
pada anaknya, dan seterusnya hingga
keamanan pangan ..panjang ceritanya,”
kata dokter yang gemar membaca
komik Donal Bebek ini.
Lebih jauh dr. Anung menjelaskan
bahwa kolaborasi yang dilakukan
bahkan bukan hanya di lingkungan
Kementerian Kesehatan saja,
melainkan harus dilakukan lintas
kementerian.
“Makanya satu satunya yang bisa
saya lakukan atau yang menjadi
fokus adalah kolaborasi pelayanan-
pelayanan yang ada ini dalam satu
koridor yang arahnya sama yakni
menurunkan kematian ibu dan bayi,
meningkatkan status gizi masyarakat
dan tentu kesehatan remaja usia
anak sekolah melalui UKS pun harus
kolaborasi dengan temen-temen
Kementrian Pendidikan, Kementerian
Agama, dan Kementrian Dalam Negeri .
Kita mengaktifkan lagi pembinaan UKS
yang ada surat keputusan bersama 4
menteri yg sudaj sejak thn 2001 atau
sesudah reformasi belum dilakukan
42 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Potret
revitalisasi lagi , padahal dinamikanya
di luar sudah sangat banyak.”
Melihat kondisi itu, dr. Anung
mengatakan bahwa langkah awal yang
dilakukannya saat mendapat amanat
memimpin Dirjen Bina Gizi dan KIA
adalah menyerap sebanyak mungkin
informasi. “Maka langkah-langkah
awal dalam satu dua minggu terakhir
ini saya lebih banyak mendengar
semua orang yang pengen ketemu
memberikan input.”
Dr. Anung menegaskan bahwa ia
memang lebih suka menggunakan
istilah kolaborasi disbanding
koordinasi, misalnya. “ Makanya
saya gunakan istilah kolaborasi kalau
koordiansi hanya berbagi informasi
dan tanggungjawab, tetapi kalau
kolaborasi itu berbagi sumber daya.
Jadi apa yang bisa kita lakukan dan
apa yang tidak bisa kita lakukan.
Saya enggak mungkin sendirian, saya
butuh dukungan temen-temen untuk
suatu hal yang penting dan harus kita
wujudkan ke depan.”
Menurut pria asal Temanggung ini,
pengalamannya berpindah-pindah
bidang kerja dalam perjalanan karirnya
memberikan keuntungan tersendiri
dalam menjalankan strategi kolaborasi
tersebut. “Kebetulan saya pribadi
punya pengalaman pindah…pindah…
pindah…pindah. Akhirnya punya
banyak temen… Di Kementerian Dalam
Negeri hampir semua eselon satunya
saya pernah bekerjasama dengan
mereka karena saya punya pengalaman
di Bapeda. Ini barangkali sebagai entry
point.”
Keluasan pergaulan dan banyaknya
teman tersebut akan dimaanfaatkan
oleh Anung dalam menjalankan tugas
yang diembannya sebagai Dirjen Bina
Gizi KIA. “Strategi yang bisa saya
lakukan saat ini menurut saya dan itu
relatif lebih efektif adalah pendekatan
personal dulu sebelum kita bicara
pendekatan institusional.”
NKRI
Dalam menjalankan setiap tugas
yang mengharuskannya berkolaborasi
dengan berbagai kalangan, dr. Anung
memiliki ilosoi tersendiri yang ia
namakan NKRI yang ia rumuskan
berdasarkan pengalamannya.
NKRI adalah singkatan dari Niat
baik, Kerja keras, Realistis, dan Ikhlas.
“ Saya menggunakan prinsip NKRI.
Semua kolaborasi itu hanya bisa
dilakukan kalau kita sama-sama punya
niat baik. Jadi semua hrs diawali
dengan niak baik. Dasarnya harus dari
niat baik. Kemudian yang kedua kerja
keras. Tapi itu sesungguhnya kalau
bahasa operasional kita melakukan
sesuatu dengan sungguh-sungguh,
mencari jalan keluar dari persoalan
yang kita hadapi. Banyak persoalann
yang ada, ya harus cari jalan
keluarnya.”
Selain niat baik dan kerja
keras, menurut dr. Anung, dalam
membuat program dan menjalankan
pekerjaan juga harus realistis dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi
yang ada.
“Kita harus realistis dan rasional
karena memang pada strata tertentu
pendekatan kolaboratif itu hanya bisa
dilakukan secara realistis. Saya
tidak mungkin berbicara dengan
temen-temen Kementrian
Pendidikandan Kebudayaan
saat ini jika berbicara
tentang pendidikan
kesehatan di
madrasah,
karena
madrasah punya Kenterian Agama.
Anak usia sekolahnya sama , tapi
madrasah itu kepentingan Kementrian
Agama. Jadi kita harus realistis. Kalau
memasukan ilmu atau kurikulum
atau muatan lokal untuk makanan
tambahan misalnya, kebijakannya juga
hrs diambil oleh mereka yang ada
atau memposisikan. Silahkan kalau
Kemenag mau, kami akan memsuport.”
Hal yang tak kalah pentinya bagi dr.
Anung dalam menjalankan pekerjaan
adalah keikhlasan. “ I nya itu ikhlas
. Ikhlas itu misalnya kalau hendak
diganti kalau tdk perform harus ikhlas
lah. Enggak masalah. Saya sudah
16 kali pindah. Kita harus ikhlas.
Selalu ada niat baik daari pemimpin
untuk menempatkan kita di tempat
yang tepat. Dan yang paling penting
kalo kita bicara ikhlas itu yang paling
penting yang paling tahu tempat yang
paling tepat untuk diri kita adalah Allah
Subhanawataala.” (YN)
43Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM
Pelayanan informasi publik
Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) mempunyai peran
yang strategis dan merupakan
ujung tombak dalam meningkatkan citra
positif Kemenkes, serta meningkatkan
pemahaman publik terhadap kebijakan
dan hasil pembangunan kesehatan.
Adapun pelayanan informasi publik
yang saat ini ada di Kemenkes yaitu
Pojok Informasi, Unit Layanan Terpadu
(ULT), Pelayanan Perpustakaan serta
pengembangan Saluran Informasi,
Aspirasi dan Pengaduan (SIAP) melalui
Halo Kemkes, Faksimili, WEB, SMS,
e-mail serta berbagai sosial media
lainnya.
Pojok Informasi yang terletak di
lobby gedung Suyudi Kemenkes
jl, H.R. Rasuna Said merupakan
layanan langsung bagi masyarakat
yang membutuhkan informasi pada
saat jam kerja. Sementara ULT juga
berada di gedung Suyudi Kemenkes
lantai 5, yang dapat memberikan
pelayanan administrasi perijinan di
bidang kesehatan, seperti pelayanan
perijinan sarana PBF, industri farmasi,
industri obat tradisional, kosmetik,
layanan perijinan Rumah Sakit, layanan
proses akreditasi Rumah Sakit, layanan
pengurusan Administrasi Kepegawaian,
Layanan proses registrasi Apoteker,
layanan ijin edar Alat Kesehatan
PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
KEMENKES TIDAK MENERIMA
GRATIFIKASI
Rarit Gempari
dan perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT), layanan sertiikasi produk Alkes dan layanan sertiikasi sarana alkes dan PKRT serta distribusi
alkes. Selanjutnya untuk pelayanan
perpustakaan berada di lantai satu
gedung dr. Adhyatma Kemenkes dan
buka setiap hari dan pada jam kerja.
Berbeda dengan pelayanan
informasi publik di atas, Halo Kemkes
dapat memberikan layanan informasi
kesehatan dan juga sekaligus
menerima pengaduan serta masukan
di bidang kesehatan melalui telepon
500567 selama 24 jam. Pelayanan
publik yang diberikan jelas memerlukan
kecepatan, kemudahan dan keakuratan
44 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014
Kolom
serta diharapkan dapat memberikan
solusi. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka proses pelayanan publik
ini mempunyai risiko besar terjadinya
gratiikasi ataupun suap.Gratiikasi menurut Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah
pemberian dalam arti luas, yaitu
mencakup pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma dan fasilitas
lainnya. Gratiikasi tersebut baik yang diterima di dalam negri maupun di
luar negei dan yang dilakukan dengan
sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik. Setiap gratiikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap sebagai pemberian
suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajibannya atau tugasnya.
Berapapun nilai gratiikasi yang diterima seseorang pegawai negeri, bila patut
diduga berkaitan dengan jabatan/
kewenangan yang dimiliki, maka
sebaiknya pegawai negeri tersebut
segera melaporkannya kepada KPK
untuk dianalisis lebih lanjut.
Kementerian Kesehatan
mempunyai komitmen yang besar
terhadap pencegahan korupsi,
suap dan pemberian gratiikasi. Hal ini tampak antara lain pada
saat Rakerkesnas Tahun 2014 lalu,
Ibu Menteri Kesehatan bersama
Ketua KPK telah menandatangani
kesepakatan kerjasama tentang
Komitmen Bersama Pengendalian
Gratiikasi dan Pencegahan, dengan sebelas Perusahaan obat. Mengapa
demikian? Karena Gratiikasi ini dapat dikatagorikan sebagai tindakan atau
bahkan akar dari korupsi. Gratiikasi ‘seolah-olah’ hal biasa dan sah
saja diterima, karena berdalih tidak
diminta apalagi dipaksa, bahkan
sebagai tanda terima kasih, dan
diberikan dengan ikhlas. Dengan
demikian untuk menghindari terjadinya
konlik kepentingan yang timbul karena gratiikasi, maka seluruh penyelenggara negara di lingkungan
Kementerian Kesehatan harus bisa
menolak penerimaan gratiikasi, termasuk petugas pelayanan informasi
publik. Apabila terpaksa menerima,
maka harus melaporkan gratiikasi yang diterimanya kepada KPK atau
Unit Pengendalian Gratiikasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan
RI. Selanjutnya penerimaan gratiikasi ini wajib dilaporkan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi selambat-
lambatnya tiga puluh hari kerja terhitung
sejak tanggal gratiikasi tsb diterima. Kementerian Kesehatan memiliki
kepentingan dan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan pencegahan
korupsi termasuk suap dan gratiikasi. Oleh karena itu, Kementerian
Kesehatan telah memberikan
perhatian penuh untuk mewujudkan
institusi yang bersih, bahkan dengan
memasukkan substansi Pendidikan
Budaya Anti Korupsi (PBAK) kedalam
kurikulum baku di Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) dan Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) di seluruh
Indonesia, serta mensosialisasikan
PBAK dalam setiap pertemuan
Nasional ataupun capasity building.
Untuk pelayanan informasi publik di
Kemenkes, terlihat bahwa semua
petugas telah menggunakan pin yang
bertuliskan sehat tanpa korupsi. Pin
ini dipakai setiap hari pada jam kerja.
Juga di semua tempat yang strategis
telah dipasang CCTV, standing banner,
poster dan lealet anti gratiikasi, anti suap dan anti korupsi. Harapan
kedepan kiranya bukan hanya sekedar
memakai pin anti korupsi tetapi
implementasinya yang lebih utama.
Secepat mungkin pendidikan budaya
anti korupsi harus dimengerti dan
dipahami serta dilaksanakan, bukan
semata-mata karena ada konsekwensi
hukumnya (sanksi yang diberikan) jika
memberi dan menerima gratiikasi. Hal ini sesuai dengan yang tercantum
dalam UU no 20 tahun 2001 pasal 12B
bahwa pemberian sanksi minimum
empat tahun dan maksimum dua puluh
tahun atau penjara seumur hidup dan
pidana denda paling sedikit dua ratus
juta rupiah, dan maksimum satu milyar
rupiah. Dari peraturan ini jelas sekali
bahwa penerimaan gratiiksi merupakan hal yang sangat serius sebagai salah
satu bentuk tindak pidana korupsi,
dengan sanksi pidana yang persis sama
dengan tindakan pidana suap lainnya
dalam Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Pengendalian gratiikasi harus merupakan sistem yang merupakan
perangkat dan mekanisme
pengendaliannya dibangun dan
dikembangkan oleh masing-masing
instansi untuk menjaga integritas
pegawainya. Sementara pengendalian
secara individu dapat menggunakan
self assessment sederhana dengan
langkah ‘AMATI’. Yang dimaksud
dengan AMATI adalah sebagai berikut :
Aturan, yaitu bagaimana aturan yang
berlaku di instansi Saudara terkait
dengan penerimaan gratiiksiMaksud, apa maksud si pemberi
memberikan gratiikasi kepada Saudara?
Agenda, apakah agenda kegiatan
yang sedang berlangsung pada saat
dilakukannya pemberi gratiikasi kepada Saudara?
Terbuka, apakah pemberian tersebut
sah dan dilakukan secara terbuka?
Identitas, bagaimana identitas dan
latar belakang pemberi dalam kaitannya
dengan jabatan dan pelaksanaan tugas
serta kewajiban Saudara?
Jika kita mendapatkan gratiikasi , hal-hal yang harus kita lakukan antara
lain :
Menolak pemberian gratiikasi tersebut secara baik dan sopan,
sehingga tidak menyinggung perasaan
dari pemberi gratiikasi.Apabila gratiikasi sudah terlanjur
diberikan, misalnya melalui orang
terdekat seperti suami/isteri, anak dll,
maka sebaiknya gratiikasi yang telah terlanjur diterima dilaporkan ke KPK
melalui unit pengendali gratiikasi, yang berkantor di Inspektorat Kementerian
Kesehatan Blok A lantai 3, ruang 304
Jalan HR Rasuna Said Jakarta Selatan.
Untuk penerimaan yang merupakan
barang yang cepat kadaluarsa misalnya
makanan/minuman, maka dapat
diserahkan kepada Lembaga Sosial
dengan menyampaikan bukti tanda
45Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM