makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

25

Click here to load reader

Upload: rahayurhy28-1

Post on 15-Feb-2017

418 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Makalah Bahasa Indonesia dan Penggunaan yang Baik Dan Benar

Rahayu Pratiwi

Siswi kelas X-4 SMA Negeri 8 Depok

[email protected]

ABSTARK

Huruf merupakan unsur terkecil dalam pembentukan paragraf. Huruf yang diketahui ternyata dibagi-bagi lagi berdasarkan pemakaiannya, penulisannya dan pengucapannya. Jika beberapa huruf digabungkan akan membentuk kata. Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Kata memiliki beberapa jenis, bentuk, pola dan lain-lain. Kumpulan kata yang tersusun dengan benar disebut kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat dibagi berdasarkan penggunaan, penulisan, pengucapan dan lain-lain. Kalimat-kalimat yang saling terkait dalam satu tempat disebut paragraf atau alinea. Paragraf atau alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan yang sama cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan kalimat yang membentuk paragraf atau alinea harus memperlihatkan kesatuan pikiran. Paragraf dibedakan berdasarkan jenisnya seperti paragraf narasi, deskripsi, argumentasi dan lain-lain. Susunan paragraf yang lebih dari satu disebut wacana. Wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Menurut Alwi dkk (2003:419) wacana adalah renteran kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat. Tujuan dibuatnya makalah ini agar bisa lebih mengenal bahasa yang biasa digunakan sehari-hari.

Kata kunci : Huruf; Kalimat; Kata; Paragraf; Wacana.

ABSTACT

Letter is the smallest element in the formation of a paragraph. The letters were known evidently divided again by their use, writing and pronunciation. If some letters together to form word. The word is a collection of some of the letters that have a particular meaning. The word has several types, shapes, patterns and others. A collection of words that arranged correctly called the sentence. The sentence is the smallest unit of language that reveals the mind intact, either by oral or written. Sentencesare divided based on the use, writing, pronunciation and others. Sentences are interlinked in a place called the paragraph or paragraphs. Paragraph or paragraphs is a part of a chapter on how to write the same essay must begin with a new line and sentences that form a paragraph or paragraphs mustdemonstrate the unity of the mind. Paragraph differentiated by type as verse narration,description, argumentation and others. The composition of the paragraphs which more than one is called discourse. Discourse is a language of communication that is seen asan exchange between the speaker and the listener, as a personal activity where the shape is determined by its social purpose. According to Alwi et al (2003: 419) discourse is renteran sentence related propositions that connect one with the otherpropositions and form a unity. Alwi also stated that in order to discuss a discourserequires knowledge about the sentence and everything that relates to the sentence. The objective of this paper in order to get to know the language commonly used in everyday life.

Page 2: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Keywords : Discourse; Letter; Paragraph/Paragraphs; Sentence; Word.

HURUF

I. Pemakaian hurufA. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.B. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan

kata menimbulkan keraguan.C. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

a. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.b. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.c. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.E. Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.F. Huruf kapital

1. Huruf pertama kata pada awal kalimat.2. Huruf pertama petikan langsung.3. Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci,

dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.4. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama

orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang).5. Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak dipakai pada de, van, der, von, da, bin,

atau binti), huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (tidak dipakai untuk nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran).

G. Huruf miring1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.3. Menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia (Dalam tulisan tangan

atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi).Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan

sebagai kata Indonesia.H. Huruf tebal

1. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

2. Tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

3. Menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam cetakan kamus.

II. Penulisan kataA. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuanB. Kata turunan

1. Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan2. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya,

tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi

3. Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban

C. Bentuk ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur.D. Gabungan kata

1. Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam2. Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang

bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat pandang-dengar, anak-istri saya

Page 3: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

3. Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah,beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa,kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan,saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

E. Suku kata - Pemenggalan kata1. Kata dasar

a. Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan): ma-in.b. Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.

2. Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.3. Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi.

F. Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka.

G. Partikel1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya: betulkah, bacalah2. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya

untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

H. Singkatan dan akronim1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda

titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,

serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA

I. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.a. Fungsi

1. Menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,

2. Melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,3. Menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

b. Penulisan1. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf2. Lambang bilangan tingkat3. Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an

J. Kata ganti1. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi2. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukuku, miliknya

K. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancil, si pengirim

III. Pemakaian tanda bacaA. Tanda titik

1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan....2. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya

dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustakaB. Tanda koma

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya

yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan3. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat (tidak

dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru)C. Tanda titik koma

1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang

setara di dalam kalimat majemuk

Page 4: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

D. Tanda titik dua1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau

pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)

2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerianE. Tanda hubung

1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)

2. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang3. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian

tanggalF. Tanda pisah

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat

2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas

G. Tanda tanya1. Dipakai pada akhir kalimat tanya2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan

atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannyaH. Tanda seru

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat

I. Tanda elipsis1. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian

yang dihilangkan2. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah

titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat

J. Tanda petik1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan

tertulis lain2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus

K. Tanda petik tunggal1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing

L. Tanda kurung1. Mengapit keterangan atau penjelasan2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok

pembicaraan

M. Tanda kurung siku1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada

kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli

2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurungN. Tanda garis miring

1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim

2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiapO. Tanda penyingkat

1. Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

KATA

Page 5: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

1. Pengertian KataKata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus

Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

2. 7 Kelas Kata

A. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda. Bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Kata Benda (Nomina) Dasar :

Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.

b. Kata Benda (Nomina) Turunan :

Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :

1. Verba + (-an) contoh: Makanan.2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

B. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Kata Kerja Transitif :

Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.

b. Kata Kerja Intransitif :

Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

a. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.

b. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.Beberapa bentuk verba turunan :

Page 6: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

a) Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.b) Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.c) Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.d) Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

C. Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

i. Ciri-ciri Kata Sifat

a. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling.

b. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.

c. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.

ii. Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat

a. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar,

misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dan lain-lain.

b. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian,

misalnya: terjelek, terindah, dan lain-lain.

c. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang,

d. misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dan lain-lain

e. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dan lain-lain.

f. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik hati, dan lain-lain.

D. Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

1. Kata Ganti Orang : ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu, Anda, kau/engkau.4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian.5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia, beliau.6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka.

2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.

3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempatatau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, dsb.

4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.

5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.

Page 7: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb.

E. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata Keterangan Tempat : ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll.

2. Kata Keterangan Waktu : ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll

3. Kata Keterangan Alat : ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.

F. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata bilangan tentu , contoh: satu, dua, tiga, dst.2. Kata bilangan tak tentu , contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.3. Kata bilangan pisahan , contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.

G. Kata Tugas

Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan & menyudahkan.

1. Ciri-ciri Kata Tugas

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi,mendatangkan & kedatangan.

Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.

2. Jenis-jenis Kata Tugas

A. Preposisi (kata depan) : ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di.

Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.

B. Konjungsi (kata sambung) : ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang sederajat,

misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:1) Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang

sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.2) Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa

yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian

Page 8: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.

3) Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....

4) Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:

1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.

C. Artikula (kata sandang) : ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah

orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:a. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap

bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri.b. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena

artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.

c. Artikula yang menominalkan . Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.

D. Interjeksi (kata seru) : ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :

a. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.b. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-

kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.c. Kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan

Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.

E. Partikel Penegas : ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.

KALIMAT

1. Pengertian KalimatKalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang

mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.

2. Ciri-ciri KalimatSusilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah:

a. Bermaknab. Bersistem urutan frasec. Dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang laind. Berjeda e. Berhenti dengan berakhirnya intonasi.

Page 9: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Kelima ciri tersebut ialah ciri umumsebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.

Contoh kalimat:“di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.”

Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.

A. Kalimat Gramatikal

Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan.

B. Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia

Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10) kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur mubazir dalam suatu kalimat dapat disebabkan oleh faktor bahasa asing.

Pemakaian dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari. Seharusnya hanya salah satunya yang dipakai tidak perlu memakai keduanya. Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat,mulai atau dari, sejak atau dari.

C. Kontaminasi

Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10) menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.

Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;

1. Kontaminasi bentuk kata , 2. Kontaminasi bentuk frasa , 3. Kontaminas bentuk kalimat ,

D. Interferensi

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari bahasa daerah misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing yang masuk ke bahasa Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata Belandalapor, polisi, kantor dan bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi, biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu dsb. Kosa kata dari bahasa portugis seperti nona, permen, jendela dsb.

Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah. Interferensi bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat anak-anak sedang latihan drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.

E. Lafal Bahasa Indonesia Baku

Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing. Ketidakbakuan

Page 10: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

dalam pelafalan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata kota untuk bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.

Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih sering terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca berasal dari kata sanksekerta yang berarti sesudah.

3. Jenis-jenis Kalimat

Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya, yaitu:A. Berdasarkan Pengucapan

i. Kalimat Langsung  

ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.

Contoh:a. Kalimat Pernyataan

" Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ayah;Rima mengatakan, " Rama berusahalah dipertandingan nanti. "

b. Kalimat Perintah

Ibu berkata, " Budi tutup pintu itu. "c. Kalimat Tanya

" Siapa yang membuat prakarya itu? ", Tanya Pak guru

ii. Kalimat Tak Langsung  ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan

tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.Contoh:

Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.Ibu meminta saya menutup pintu itu.

B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

i. Kalimat Tunggal  ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan

predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.

Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. KB + KK  (kata benda + kata kerja)Contoh: Ibu memasak.

b. KB + KS  (kata benda + kata sifat)Contoh: Anak itu sangat rajin.

c. KB + KBil  (kata benda + kata bilangan)Contoh: Apel itu ada dua buah.

Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Kalimat Nominal  yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.

b. Kalimat Verbal  yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.

Page 11: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Contoh: Saya sedang mandi.Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap

unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:

1. Keterangan tempat, 2. Keterangan waktu, 3. Keterangan alat, 4. Keterangan cara, 5. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, Contoh perluasan kalimat tunggal:

a. Ibu sedang menyapu halaman.b. Adik saya ada 2 orang yang masih sekolah.

ii. Kalimat Majemuk  ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat

tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:

1) Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:- Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi

dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. - Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan

dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. - Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam

kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”.- Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan

dengan menambahkan kata “bahkan”.2) Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat

tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut:- Waktu , misal: ketika, sejak, saat ini. - Sebab , misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. - Akibat , misal: hingga, sehingga, maka. - Syarat , misal: jika, asalkan, apabila. - Perlawanan , misal: meskipun, walaupun.- Pengandaian , misal: andaikata, seandainya.

3) Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.Contoh:1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.

Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)

C. Berdasarkan Isi atau Fungsinya

i. Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.Beberapa bentuk kalimat perintah :1. Kalimat Perintah Permintaan , contoh: Tolong, tutup pintu itu!

Page 12: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

2. Kalimat Perintah Larangan , contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!3. Kalimat Perintah Ajakan , contoh: Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan

Indonesia!ii. Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu.

Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun.Beberapa bentuk kalimat berita:1. Kalimat Berita Kepastian , contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.2. Kalimat Berita Pengingkaran , contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.3. Kalimat Berita Kesangsiang , contoh: Guru itu kemungkinan tidak memiliki kinerja yang

baik.4. Kalimat Berita Bentuk Lain , contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu datang ke

rumah kami.iii. Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya

kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan, berapa, siapa, mengapa.

iv. Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).Contoh : Wah, indah sekali pemandangan itu!

D. Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.Contoh : Kami membersihkan kelas bersama-sama.

2) Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.Contoh:

Selamat siang! Tutup pintu itu!Tegakkan disiplin. Kenapa diam?

E. Berdasarkan Pola Subjek - Predikat

Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat InversiKalimat Inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek.

Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.Contoh: Bawa buku itu kemari!

Keterangan: Bawa = Predikat buku itu kemari! = Subjek

2) Kalimat VersiKalimat Versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa

Indonesia (S-P-O-K).Contoh: Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.Keterangan:

Page 13: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Kami = Subjekmembeli = Predikatperalatan sekolah = Objekdi toko itu = Keterangan

F. Berdasarkan Gaya Penyajiannya

Berdasarkan gaya penyajiannya kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Kalimat yang melepasKalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat (kalimat

utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya penyajian melepas.Contoh:

“Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah.”Keterangan:

Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama) jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)

2) Kalimat yang klimaksKalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan

diikuti oleh kalimat utama (induk kalimat).Contoh :

“Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh”Keterangan:

Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat) penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)

3) Kalimat yang berimbangKalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat

majemuk campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.Contoh:

Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan harga yang semakin naik.

G. Berdasarkan Subjeknya

Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat AktifKalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan

(pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan & minum)Contoh:Imbuhan "me-"

“Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.”Imbuhan "ber-"

Kami bermain di taman.Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

Page 14: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

a. Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.

b. Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

c. Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.

2) Kalimat PasifKalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat

bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:a. Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk

predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.b. Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur

objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat.

PARAGRAF / ALINEA

I. Pengertian ParagrafParagraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat

yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup.

II. Jenis-jenis ParagrafA. Paragraf Narasi

Paragraf Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu sehingga pembaca bisa merasakan kejadian tersebut. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.

Paragraf narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:

Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.

Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.

B. Paragraf DeskripsiParagraf Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang

mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.

Ciri-ciri paragraf deskriptif ialah:

Page 15: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

1. Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.2. Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan,

penciuman, pengecapan, dan perabaan).3. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang

dideskripsikan.4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara

terperinci.

Didalam paragraf deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:

1. Pola Spasial2. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu:

1. Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai kesan atau opini dari penulis.

2. Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.

C. Paragraf EksposisiParagraf Eksposisi ialah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,

menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.

Ciri-ciri paragraf eksposisi:

1. Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan.

2. Gaya penulisannya bersifat informatif.3. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.4. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa

dan bagaimana..

Paragraf eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:

Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan menfokuskan pada karakteristik topik itu sendiri.

Eksposisi Klasifikasi ialak paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.

Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.

Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan "bagaikan."

Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi", "meskipun begitu", "sebaliknya".

Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar

Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.

Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.

D. Paragraf ArgumentasiParagraf Agumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau

pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Page 16: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

Ciri-ciri paragraf argumentasi, yaitu:1. Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.2. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.3. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.4. Penutup berisi kesimpulan.

Jenis-jenis paragraf argumentasi:1. Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak

persamaannya. 2. Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan

secara umum berdasarkan sejumlah data. 3. Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta

khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

E. Paragraf PersuasiParagraf Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar

mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.3. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan

antara penulis dengan pembaca.4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya

kesepakatan pendapatnya tercapai.5. Persuasi memerlukan fakta dan data.

WACANA

I. Pengertian wacana a. Dari segi sosiologi: wacana menunjuk pada hubungan konteks sosial dalam pemakaian

bahasa. b. Dari segi linguistik: wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. c. Menurut Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan

komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.

d. Menurut Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.

e. Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat. M

f. Menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993: 231) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri

ensiklopedia, dsb). Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:

Page 17: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

2. Wacana langsung (direct speech, direct discourse)Wacana langsung adalah wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.

3. Wacana pembeberan (expository discourse)Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

4. Wacana penuturan (narrative discourse)Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi.

5. Wacana tidak langsung (indirect discourse)Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.

6. Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi yang utuh.

7. Sedangkan, menurut J.S. Badudu (2000) wacana yaitu rentetan kalimat yang ‘berkaitan dengan’, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, serta dapat disampaikan secara lisan dan tertulis.

8. Mills (1994) mengemukakan pengertian wacana berdasarkan pendapat Foucault bahwa wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan. a. Berdasarkan level konseptual teoretis,

wacana diartikan sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. 

b. Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. 

c. Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.

Di samping beberapa pendapat di atas, Leech juga mengemukakan pendapatnya mengenai wacana. Menurut Leech, wacana dapat dibedakan berdasarkan fungsi bahasa, saluran komunikasinya, dan cara pemaparannya.

1. Berdasarkan fungsi bahasaa. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis

sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;b. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar

komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta;c. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi,

seperti wacana berita dalam media massa;

Page 18: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

d. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu;

e. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.

2. Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas: Wacana Lisan dan Wacana Tulis. a. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan,

dan alih tutur yang menandai giliran bicara. b. Wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan

penerapan sistem ejaan.3. Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu

a. Wacana naratif,b. Wacana deskriptif, c. Wacana ekspositoris, d. Wacana argumentatif, e. Wacana persuasif, f. Wacana hortatoris, dan g. Wacana prosedural.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).

KESIMPULAN

Hampir disetiap saat kita berbicara. Ntah dengan diri sendiri, orang lain dan juga kepada Tuhan. Tetapi, disaat kita berbicara, apakah kita berbicara dengan bahasa yang benar? Dibelahan bumi manapun memiliki bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia sebagai salah satunya. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sebagai orang Indonesia gunakan untuk berbicara/berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya.

Ada banyak bahasa suku yang ada di Indonesia. Ratusan bahkan hingga jutaan. Sebagai orang Indonesia, patut untuk bangga pada apa yang dimiliki negara ini. Pada bahasa yang dimilikinya, suku yang diturunkannya, toleransi agamanya dan lain-lain. Namun, sebagai orang Indonesia juga patut untuk bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengajari kepada orang asing.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya bahasa sehari-hari. Yaitu keluarga, pendidikan, lingkungan dan lain-lain. Keluarga adalah lingkungan pertama dan terdekat dalam proses tumbuh kembang pada seorang anak. Jika keluarga menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar, maka anak tersebut akan mengikutinya dan menerapkannya.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pembentukan bahasa yang baik dan benar. Saat bayi dilahirkan di dunia ini, dia belum bisa berbicara. Kata-kata yang pertama kali keluar dari mulut si bayi mungkin tidak jelas. Namun, dia akan melihat dan mendengardari sekitarnya untuk mencoba mengucapkan kata tersebut. Lama kelamaan dia sering mendengar dan melihat, dia bisa berbicara dengan caranya.

Bahasa memiliki struktur yaitu wacana, alinea/paragraf, kalimat, kelompok kata, kata dan huruf. Tujuan makalah ini dibuat untuk membuka wawasan pengetahuan terhadap

Page 19: Makalah%20 bahasa%20indonesia%20x4%20#130815 (2)frg

bahasa yang digunakan sehari-hari. Agar bisa lebih memahami arti, pengertian dan contoh pada huruf, kata, kalimat yang digunakan setiap hari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa memiliki jenis yang bermacam-macam dan kita harus bisa memahami apa yang dimaksud dengan huruf, kata, kalimat, paragraf dan wacana. Kita harus bisa memahami ada menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari agar kebudayaan dan pengetahuan tentang bahasa Indonesia bisa tetap dilestarikan dan terjaga.

PENUTUP

Sekian makalah yang saya buat. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf jika ada kesalahan kecil maupun besar dalam tulisan saya.