makalah1
DESCRIPTION
rorTRANSCRIPT
MAKALAH PROSES PENGECORAN
Ahmad Syaikhu (01)71 06 040 746
Mekatronika 6.3Joint Program Berufs Akademie Malang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan logam ternyata tidak hanya sebatas benda dengan permukaan rata.
Kebutuhan akan logam juga berkembang pesat seiring dengan teknologi yang
mendukungnya. Sekarang kita bisa menghasilkan benda logam dalam bentuk apapun tanpa
harus mengalami proses penenempaan.
Pada zaman dahulu untuk menhasilkan logam yang brbentuk rumit maka benda
haruslah di panaskan dan dipukul sebagaimana proses penempaan pada umumnya. Namun
seiring kemajuan zaman tuntutan akan kebutuhan logam semakin meningkat dan atas
tuntutan itulah kini telah tercipta tungku-tungku pelebur besi yang menhasilkan suhu diatas
1500o c
1.2 Tujuan dan Manfaat
Didalam makalah ini tercantum beberapa jenis pengecoran yakni: Permanent Mold
Casting, Centrifugal Casting, Investment Casting, Die Casting, Injection Molding, Blow
Molding.
1.3 Tinjauan Pustaka
A. Pengertian
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan
cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir
produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki
rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga dan
kembali ke bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan
untuk proses sekunder. Pasir hijau untuk pengecoran digunakan sekitar 75 percent dari 23
million tons coran yang diproduksi dalam USA setiap tahunnya.
Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu traditional casting
dan non-traditional/contemporary casting.
Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
Sedangkan teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Perbedaan secara mendasar di antara keduanya adalah bahwa contemporary casting
tidak bergantung pada pasir dalam pembuatan cetakannya. Perbedaan lainnya adalah
bahwa contemporary casting biasanya digunakan untuk menghasilkan produk dengan
geometri yang kecil relatif dibandingkan bila menggunakan traditional casting. Hasil coran
non-traditional casting juga tidak memerlukan proses tambahan untuk penyelesaian
permukaan.
Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam
besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak, dan beberapa material non logam
lainnya.
B. Bagian-bagian Cetak
1. Pouring Basin berfungsi manampung kotoran atau slag (terak) yang ikut terbawa
pada saat menuangkan logam dari laddle berfungsi juga menampung kelebihan
logam cair.
2. Riser berfungsi untuk menanpung kelebihan logam cair sebagai cadangan bila terjadi
penyusutan dan juga berfungsi sebagai pemberat.
3. Saluran turun (sprue) berfungsi untuk meneruskan lagam cair dari cawan tuang ke
runner dan saluran masuk (gate).
4. Gate berfungsi sebagai saluran masuk yang menghubungi runner dengan rongga
cetak (cavity).
C. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan pola:
1. Shrinkage
2. Kelebihan material
3. Draft angle
4. Distorsi
5. Pating line
Kondisi cacat yang paling banyak dijumpai pada proses pengecoran saluran keluar
teko adalah lubang saluran keluar pada ujung teko yang terlalu sempit bahkan tertutup di
akhir proses pengecoran. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pengecoran ini
sehingga menyebabkan cacat tersebut. Kondisi cacat ini dapat direpresentasikan dengan
ketebalan dari produk cor saluran keluar teko. Pada makalah ini akan dianalisa faktor yang
paling signifikan mempengaruhi ketebalan saluran teko hasil cor.
Metode yang digunakan adalah metode desain eksperimen khususnya metode
desain faktorial untuk menentukan faktor-faktor yang signifikan serta kondisi optimumnya
dan metode response surface untuk mendapatkan model pendekatan untuk ketebalan
saluran teko sebagai fungsi dari faktor-faktor tersebut sehingga dapat diperoleh kondisi
keseluruhan yang paling optimal.
Dari analisa hasil eksperimen ini ditemukan bahwa faktor yang signifikan terhadap
ketebalan adalah temperature tuang, radius sprue dan holding time. Dapat pula disimpulkan
bahwa kondisi optimum dari faktor-faktor tersebut adalah temperature tuang 475?C, radius
sprue 29.6 mm dan holding time 8 detik yang menghasilkan ketebalan sebesar 2.54 mm.
BAB II
KONSEP DASAR PROSES PENGECORAN
2.1 Prinsip Dasar Proses Pengecoran
Prinsip dasar proses pengecoran logam adalah meleburkan logam hingga mencair,
kemudian memasukkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Oleh karena
sifatnya, cairan logam akan menyesuaikan dengan bentuk rongga cetakan sehingga
didapatkan bentuk yang sesuai dengan cetakan setelah cairan logam tersebut membeku.
Berdasarkan sifat cairan yang mengisi ke segala ruang, proses pengecoran memiliki
kemampuan untuk memproduksi bentuk produk yang rumit, produk yang berongga dan
dimensi produk yang tidak terbatas.
Berdasarkan cara logam cair masuk ke dalam rongga cetakan, sistem pengecoran
logam dibedakan menjadi 2 (dua)jenis, yaitu:
- sistem gravitasi (gravity system)
- sistem tekanan (pressure system)
Pengecoran sistem gravitasi adalah pengecoran dimana logam cair dituangkan
kedalam sistem saluran masuk (down sprue) secara gravitasi sehingga oleh karena gaya
gravitasi cairan logam mengisisi ke segala ruang dalam rongga cetakan. Sedangkan pada
pengecoran sistem tekanan, kemampuan logam cair mengisi ke seluruh rongga cetakan
dengan bantuan tekanan dari gaya luar. Pengecoran cetakan pasir merupakan satu dari
sekian banyak metoda proses pengecoran yangmenganut sistem gravitasi.
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam
cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan
sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent
Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu
kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran.
Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon
atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin,
furan atau air gelas.
2.2 Macam-macam pengecoran
A. Permanent Mold Casting
Jenis pengecoran ini, cetakannnya dapat dipakai berulang kali (terbuat dari logam
dan grafit). Pengecoran ini dikhususkan untuk pengecoran logam non ferrous dan paduan.
Kualitas pengecoran ini tergantung dari kualitas mold, umumnya dikerjakan dengan
machining untuk mendapatkan kualitas yang bagus maka dikerjakan dengan proses
machining yang memiliki keakuratan yang tinggi.
Kelebihan Permanent Mold Casting:
1. Produksi Tinggi
2. Cetakan dapat dipakai berulang kali
3. Dalam operasinya tidak diperlukan tenaga ahli
4. Ketelitian produk lebih baik dari pada sand casting
5. Tidak memerlukan proses lanjutan
Kekurangan Permanent Mold Casting:
1. Harga cetakan mahal
2. Perlu perhitungan yang tepat dalam mengerjakan cetakan
3. Cetakan untuk satu macam produk
4. Ukuran produk kecil dan sederhana
5. Tidak dapat mengecor baja
B. Centrifugal Casting
Prinsip: Menuangkan logam cair ke dalam cetakan yang berputar dan akibat gaya
Centrifugal logam cair akan termampatkan sehingga diperoleh benda kerja tanpa cacat.
Pengecoran ini digunakan secara intensif untuk pengecoran plastik , keramik, beton dan
semua logam.
Kelebihan Centriugal Casting:
1. Riser tidak diperlukan
2. Produk yang berlekuk-lekuk dapat diproses dengan kualitas permukaan baik
3. toleransi dimensi kecil
4. ketebalan benda kerja uniform
Kekurangan Centrifugal Casting:
1. Harga peralatan mahal
2. Biaya perawatan mahal
3. Laju produksi rendah
4. One product in one mold
5. Gaya sentrifugal besar
Pengecoran Centrifugal dapat dibagi 2 macam , yaitu:
1. Pengecoran Centrifugal Mendatar
2. Pengecoran Centrifugal Vertikal
C. Proses Centrifuging
Investment Casting, Proses pengecoran dengan pola tertanam dalam rangka cetak,
kemudian pola dihilangkan dengan cara pemanasan sehingga diperoleh rongga cetak.
Pola biasanya terbuat dari lilin (wax), plastik atau mateial yang mudah meleleh.
Pengecoran ini sering juga disebut Wax Lost Casting.
Proses Pengecoran ini Dibagi 2 Macam:
1. Investment Flask Casting
2. Investment Sheel Casting
Prosedur Investment Casting:
1. Membuat Master Pattern
2. Membuat Master Die
3. Membuat Wax Pattern
4. Melapisi Wax Pattern
5. Mengeluarkan Wax Pattern dari Mold
6. Preheat Mold
7. Menuangkan logam cair
8. Mengeluarkan Produk
D. Die Casting
Proses ini mempergunakan tekanan dalam memasukkan logam cair ke dalam rongga
cetakan dan dengan dibawah tekanan dibiarkan membeku .
Die Casting umumnya untuk logam non Ferrous dan paduan. Die biasanya terbuar
dari baja yang dikeraskan.
Kelebihan Die Casting
1. Ukuran dan bentuk benda sangat tepat
2. Jarang menggunakan proses finishing
3. Baik untuk produksi massal
4. Waste material rendah.
Kekurangan Die Casting
1. Harga mesin dan cetakan mahal
2. Bentuk benda kerja sederhana
3. Benda kerja harus segera dikeluarkan
4. Berat dan ukuran produk terbatas
5. Umur cetakan menurun
Berdasarkan prosesnya , Die Casting dapat dikelompokkan 2 jenis:
1. Hot Chamber Die Casting
2. Cold Chamber Die Casting
E. Hot Chamber Die Casting
Pada proses ini , tungku pencair logam jadi satu dengan mesin cetak dan silinder
injeksi terendam dalam logam cair. Silinder injeksi digerakkan secara pneumatik atau
hidrolik. Pada umumnya Die Casting jenis ini hanya cicik untuk deng, timah putih, timbal dan
paduannya.Pada mesin ini mempunyai komponen utama : silinder plunger, leher angsa
(goose neck) dan nozzle.Logam cair ditekan ke dalam rongga cetakan dengan tekanan tetap
dipertahankan salama pembekuan terjadi. Leher angsa yang terendam logam cair sewaktu
plunger pada kedudukan teratas . Kemudian logam cair diinjeksikan ke rongga cetakan
dengan amat cepat.
F. Cold Chamber Die Casting
Pada mesin cetak ini, tungkunya terpisah dari mesinnya. Mesin membutuhkan
tekanan yang lebih besar untuk menutup cetakan dan pengisian rongga cetakan.
M = Massa Benda Coran
N = Jumlah Produk Yang DiproduksiW=M[1+(N-1)(1-0.3 x o.95) + 0.3 x 0.05]
W=200 [ 1+(3000-1)(1-0.285) +0.015]
W=429.060 gramJadi total aluminium yang harus disediakan 429,06 kg
Cara kerja mesin ini, dimulai dari pencairan logam cair kemudian dituangkan ke
dalam plunger yang berdekatan dengan cetakan, baru dilakukan penekanan secara hidrolis .
Proses ini biasanya cocok untuk logam-logam yang memiliki temperatur leleh tinggi,
misalnya aluminium dan magnesium.
Kelebihan Cold Chamber Die Casting:
1. Produk yang dibuat Hot Chamber bisa dibuat di sini
2. Tidak terjadi serangan panas dari logam cair pada bagian mesin
3. Dapat dioperasikan pada tekanan tinggi
4. Kualitas benda kerja dapat dikontrol
Kekurangan Cold Chamber Die Casting:
1. Diperlukan alat bantu
2. Siklus kerja lebih lama
3. Kemungkinan cacat cukup besar
G. Injection Molding
Perbedaan dengan Die Casting adalah cara material diumpankan dan masuk ke
rongga cetakan. Injection molding dikhususkan untuk material non logam, misal gelas,
plastik dan karet.
Butiran plastik dimasukkan dalam hopper kemudian feed screw butiran plastik
dipanaskan oleh elemen pemanas kemudian pada waktu sampai di nozzle sudah berupa
cairan plastik dan cairan plastik ditekan masuk ke rongga cetakan . Die pada injection casting
dilengkapi dengan sistem pendingin untuk membentu proses pembekuan (solidifikasi).
H. Blow Molding
Proses ini digunakan untuk produk plastik, gelas dan karet , seperti botol plastik,
gelas minuman, nipple karetdsb. Proses ini diawali dengan pembuatan parison (gumpalan
cair dalam bentuk penampang pipa) dan dimasukkan ke mesin cetak tiup . Kemudian udara
ditiup masuk melalui lubang penampang pipa, karena desakan udara maka gumpalan tadi
akan menyesuaikan dengan bentuk cetakan dan dibiarkan sampai menjadi padat.
Kelebihan Injection Molding
1. Keakuratan dimensi tinggi
2. Kualitas permukaan baik
3. Siklus kerja pendek
Kekurangan Injection Molding
1. Harga mesin mahal
2. Ekonomis untuk produksi missal
2.3 Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :
1. Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan
kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor.
Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
2. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah
dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus
tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
3. Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan
dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung
dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
4. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.
Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
5. Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan
aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-
kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
6. Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi
kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
A. Pengecoran Cetakan Pasir
Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti
menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat
sistem saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku,
membongkar cetakan yang berisi produk cord an membersihkan produk cor. Hingga
sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri
pengecoran terutam industri-industri kecil. Tahapan yang lebih umum tentang pengecoran
cetakan pasir diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
1. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan
pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap
temperature tinggi. Ada dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks
sands) dan synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih
disukai oleh banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti
bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan
permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir
juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan
komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.
2. Jenis Cetakan Pasir
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold. Cetakan
yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir
basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup
mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam
cetakan pasir adalah skin dried.
Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam
cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan
mampu untuk diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang
terbuat dari bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan
cetakan. Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya
jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair
dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar.
Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini
disebut juga cold-setting processes. Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain
cetakan pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk
melakukan udara/gas).
3. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat
dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan
ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang
digunakan.
Jenis-jenis pola :
a. Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit.
Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
b. Pola terpisah (spilt pattern)
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari
masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola
tunggal.
c. Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu
bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada
suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin
pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-
produk kecil.
4. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan
atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum
penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah
cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan
panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan
inti (core prints). Pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu
menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola
sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.
5. Operasi Pengecoran Cetakan Pasir
Operasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan
produk cor, pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan
pembongkaran produk cor. Tahapan lebih rinci Dibawah ini :
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a)
dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
a. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope)
yang sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
b. Seperti pada langkah di atas, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem
saluran.
c. Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
d. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
e. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope)
dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan
(riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
f. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari
cetakan
g. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan
pelat datar.
h. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
i. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
j. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
k. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari
sisa-sisa pasir cetakan.
l. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor
siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari
viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam
rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik secara
individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik rata-rata
dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis
liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi
didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan
nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah
laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran
kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai
berdampingan daya ikatannya tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi
pasir yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu
bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat
antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian
ini dapat dicari daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat
yang seminim mungkin.
Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah komposisi
paduan. Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan alloys
komposisi eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan
yang besar memiliki fluiditas yang jelek.
Contoh Pola spiral hasil pengujian Fluiditas. Ada beberapa metoda dalam mengukur
fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk rongga cetak yang digunakan untuk
mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak yanmg berbentuk spiral dan ada juga
rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang. Pemilihan metoda ini sangat
tergantung
Beberapa bentuk cetakan untuk pengukuran Fluiditas dari bentuk benda kerja dan
bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan pengukuran mampu alir dipraktikum
ini digunakan metode dengan rongga cetak yang berbentuk spiral. Meskipun hasil
pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh sifat-sifat cetakan, namun pengukuran
tersebut sangat praktis, karena langsung menggambarkan bagaimana mampu alir logam cair
dalam rongga cetak dengan bahan cetakan sebenarnya. Harga fluiditasnya dinyatakan
dengan panjang (dalam mm) spiral yang terisi logam. Atas dasar hal ini, fluiditas juga dikenal
dengan istilah Fluid life.
2.4 Logam-logam dalam Pengecoran
A. Besi cor
- Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain dapat ditambahkan
dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan, kekerasan atau
ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.
- Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja dan
relatif lebih “encer” ketika cair.
- Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna
distribusi elemen-elemen penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki pengaruh yang
berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan bentuk grafit mempengaruhi kekuatan dan
keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut mempengaruhi sifat mekaniknya. Matris
besi cor sama dengan yang terdapat pada baja, yaitu feritik, perlitik, feritik+perlitik dan
martensitik.
Matriks yang terjadi tergantung pada :
Komposisi kimia
Laju pendinginan, dan
Proses perlakuan panas
Ada lima jenis besi cor :
Besi cor kelabu (grey cast iron)
Besi cor malleable (malleable cast iron)
Besi cor putih (white cast iron)
Besi cor nodular (nodular/ductile cast iron)
Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor Kelabu dan
besi cor nodular).
Sifat mekanik :
45 -75 ksi (kekuatan tarik)
35 – 60 ksi (kekuatan luluh)
1 – 6% (perpanjangan)
Sifat matriks dan karakter grafit diperoleh dari kesetimbangan
Komposisi kimia
Derajat inokulasi
Laju pembekuan
Pengaturan laju pendinginan
Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan perlakuan
panas karena dari kondisi hasil pengecoran (as-cast) tidak diperoleh sifat yang diinginkan.
Proses perlakuan panas yang umum diterapkan :
Annealing
Austenitizing dan Quenching
Tempering
B. Besi Cor Putih
Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap sebagai grafit
selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan dengan unsur besi (Fe), krom (Cr)
atau molibden (Mo) membentuk karbida.
Besi cor putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn seperti kristal
berwarna putih.
C. Besi Cor Kelabu
Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsur-unsur besi (Fe), karbon © dan silicon
(Si) yang mengandung “ karbon tak berkaitan” dalam bentuk grafit. Nama besi cor kelabu
didapat dari tampilan patahan berwarna kelabu. Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif
dan konstruksi umum lainnya dibagi menjadi 10 kelas/garde yang didasarkan pada kekuatan
tarik minimumnya. Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti komposisi kimia, desain, cetakan, karakteristik cetakan dan laju
pendinginan selama dan setelah pembekuan. Unsur Cu, Cr, Mo dan Ni seringkali
ditambahkan untuk mengatur struktur mikro matriks dan pembentukan grafit. Selain itu
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi besi cor kelabu pada beberapa media.
Besi cor kelabu dapat dikeraskan dengan proses quenching dan temperature sekitar
1600°F (menjadi getas). Kombinasi dengan proses temper akan meningkatakan ketangguhan
dan menurunkan kekerasannya.
D. Besi Cor Malleable
Besi cor ini dihasilkan dari proses perlakuan panas besi cor putih yang memiliki
komposisi tertentu.
Proses terbentuknya besi cor putih akibat :
Rendahnya kandungan karbon dan silikon
Adanya unsur-unsur pembentuk karbida seperti Cr, Mo dan V
Laju pendinginan dan pembekuan yang tinggi
Pada proses pembuatan besi cor malleable, besi cor putih dipanaskan hingga
temperatur diatas temperatur eutectoid (1700oF) kemudian ditahan hingga beberapa jam
dan didinginkan dalam tungku. Proses tersebut menyebabkan unsure karbon terlarut dalam
austenit, mengendap dan membentuk grafit bulat tak beraturan (irregular nodules of
graphite) yang disebut korbon temper. Proses ini akan menghasilkan besi cor malleable
dengan matriks ferit.
E. Besi Cor Nodular
Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu. Unsure
tersebut yaitu karbon dan silikon. Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada
bentuk grafit (untuk menghasilkan bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang
berbeda pula). Pembulatan grafit dicapai karena ditambahkan unsure Magnesium (Mg) dan
Cerium (Ce).
F. Baja (Baja Cor)
Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besi-karbon yang mengandung
unsure karbon kurang dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan kandungan karbon
maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain karbon, baja cor mengandung
Silikon (Si) : 0.20 – 0,70 %
Mangan (Mn) : 0,50 – 1,00 %
Fosfor (P) : <>
Sulfur (S) : <>
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % (baja
hypoeutektoid) terdiri dari FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah
jumlah perlit.
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja
hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe3C) dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi
menambah jumlah sementit.
Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam tungku
dari temperatur 950oC setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah PERLIT dan yang
putih adalah FERIT. Sedangkan baja cor dengan kadar C=0,8 % didinginkan dalam tungku
900oC struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.
2.5 Proses Peleburan Logam
Peleburan logam merupakan aspek terpenting dalam operasi-operasi pengecoran
karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula
muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan
unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang
dapat “membersihkan” logam cair dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan
juga unsur-unsur pengotor (impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung
pada logam yang dicairkan, seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang
menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium cair),. Cleaning fluxes, drossing fluxes,
refining fluxes, dan wall cleaning fluxes. Tungku-tungku peleburan yang biasa digunakan
dalam industri pengecoran logam adalah tungku busur listrik, tungku induksi, tungku
krusibel, dan tungku kupola. Karakteristik masing-masing tungku peleburan adalah :
A. Tungku busur listrik
Memiliki kemampuan menahan logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka waktu
lama untuk tujuan pemaduan. Karakteristik :
Laju peleburan tinggi
Laju produksi tinggi
Polusi lebih rendah dibandingkan tungku-tungku lain
B. Tungku induksi
Khususnya digunakan pada industri pengecoran kecil
Mampu mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil
>Terdapat dua jenis tungku yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel
(frekuensi rendah, sekitar 60 Hz)
Biasanya digunakan pada industri pengecoran logam-logam non-ferro
Secara khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan logam
cair diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir), penahanan
temperatur (menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka waktu lama,
sehingga sangat cocok untuk aplikasi proses die-casting), dan duplexing/tungku
parallel (menggunakan dua tungku seperti pada operasi pencairan logam dalam satu
tungku dan memindahkannya ke tungku lain)
C. Tungku krusibel
Telah digunakan secara luas disepanjang sejarah peleburan logam. Proses
pemanasan dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan bakar.
Tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-
pindahkan
Dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro
D. Tungku kupola
Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat
susunan bata tahan api
Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks
Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah
besar dan laju peleburan tinggi
2.6 Metalurgi Proses Pengecoran
Pembekuan ingot dan Coran
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda.
Daerah-daerah tersebut adalah :
A. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam cair yang berkontak langsung
dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat dibawah temperatur
likuidusnya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat dan
selanjutnya tumbuh kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh
bagian logam cair akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus. Disisi lain bila
temperatur penuangan tinggi, cairan logam yang berada ditengah-tengah ingot akan tetap
berada diatas temperatur likuidus untuk jangka waktu lama.
B. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan kristal
pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu. Kristal-kristal tersebut
tumbuh memanjang berlawanan dengan arah perpindahan panas (panas bergerak dari
cairan logam kea rah dinding cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut
dengan dendrit. Setiap kristal dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary
dendrit). Jika Fraksi volum padatan (dendrite) meningkat dengan meningkatnya panjang
dendrit dan jika struktur yang terbentuk berfasa tunggal, maka lengan-lenagn dendrti
sekunder dan tertier akan timbul dari lengan dendrit primer. Daerah yang terbentuk antara
ujung dendrit dan ttitik dimana sisa cairan terakhir akan membeku disebut sebagai mushy
zone atau pasty zone.
C. Equiaxed zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengah-tengah ingot.
Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan terjadinya
pertumbuhan butir memanjang.
2.7 Aplikasi Proses
Pembuatan koin Bali yang terbuat dari paduan kuningan, baja dan alumunium.
Pembuatan rangka bangunan dari baja dan alumunium.
Pembuatan patung atau arca dari logam.
Pembuatan perhiasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dunia industri sekarang ini kebutuhan akan logam semakin meningkat tidak lain
karena rasa ingin memiliki dari konsumen yang tidak ada habisnya. Banyak pihak yang
memanfaatkan kesempatan untuk meraup uang dari kebiasaan manusia tersebut, semua
kebutuhan akan logam yang tak mungkin dikerjakan dengan mesin konfensional itulah yang
merupakan suatu ilmu yang sangat bermanfaat yang sebenarnya merupakan suatu peluang
bisnis yang cukup menjanjikan di negara indonesia ini
Peluang bisnis berupa pengecoran logam itulah yang sekarang ini telah ditekuni oleh
banyak orang atau perusahaan.
Pengecoran sangat berguna karna tanpa pengecoran maka dunia industri logam
dunia tidak akan ada, karna pengecoranlah yang merupakan proses awal pembuatan logam
dari biji besi.
3.2 Saran
Berikut adalah beberapa solusi dari permasalahan yang sering di hadapi oleh
pengrajin logam atau tukang cor.
Untuk mencegah turbulensi dan tidak mengalirnya material sehingga seringkali
menghasilkan benda kerja tidak uniform akibat gaya tekannan tinggi compression molding,
transfer molding seringkali digunakan untuk mengatasi hal tersebut.
mengisi rongga cetakan dan mengalami proses pengerasan secara kimiawi dengan
pengukuran jumlah resin thermosetting plastik yang dibutuhkan untuk ditempatkan pada
rongga cetakan. Kemudian mold dipanaskan dan dikompresi sehingga cairan resin akan
mengisi rongga cetakan.
Dari analisa hasil eksperimen ditemukan bahwa faktor yang signifikan terhadap
ketebalan adalah temperature tuang, radius sprue dan holding time.
Kondisi cacat yang paling banyak dijumpai pada proses pengecoran saluran keluar
teko adalah lubang saluran keluar pada ujung teko yang terlalu sempit bahkan tertutup di
akhir proses pengecoran.
Menuangkan logam cair ke dalam cetakan yang berputar dan akibat gaya centrifugal
logam cair akan termampatkan sehingga diperoleh benda kerja tanpa cacat.
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, Lawrence E., Cark A.1985. Proses pembuatan Material Untuk Permesinan.
New Jersey: Prentice Hall inc
Higgins, Raymond A. 1986. Ilmu Logam Persmesinan bagian 2, Tekhnologi Proses
Ilmu Logam. Honkong: ELBS.
Kim, S.E., Hyun, Y.T., et al.2001. Centrifugal Castability Of Tial Base Alloys.
Korea – Japan: Foundary Engineers
Suprapto, Agus. 2001. Pengaruh Serbuk Rumah Kerang Laut Terhadap Kualitas Hasil
Pengecoran Alumnium.Jakarta
Drs, Zainuddin. 2007. Teknik Pembentukan Dasar.Palembang
http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/jou/mesn/2004/jiunk...
www.indoskripsi.com
www.wikipedia.com
www. eFunda.com