makalah vita fatimah.docx

20
Permasalahan Ketahanan Energi di Indonesia yang Semakin Menurun MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pendidikan Pancasila Yang dibina oleh Ibu Yuswanti Arini Ibu Evi Yuni Kristanti oleh Vita Fatimah 130351603587 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA APRIL 2014

Upload: nk-yulizar

Post on 03-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Permasalahan Ketahanan Energi di Indonesia yang Semakin Menurun

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHPendidikan PancasilaYang dibina oleh Ibu Yuswanti AriniIbu Evi Yuni KristantiolehVita Fatimah 130351603587

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPAAPRIL 2014

Permasalahan Ketahanan Energi di Indonesia yang Semakin Menurun 1.PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKetahanan energi adalah persoalan serius yang perlu mendapat penanganan komprehensif. Ketahanan energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) terus menekan pertumbuhan perekonomian nasional. Impor BBM yang melambung kini menjadi salah satu pendongkrak kenaikan defisit neraca perdagangan. Untuk menuju ketahanan energi yang prima bergantung kebijakan pemerintah harus memprioritaskan pembangunan kilang menyusul kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurut Pengamat Ekonomi, Otjih Sewandarijatun, ketahanan energi sebenarnya belum pernah dinyatakan menjadi prinsip pengelolaan minyak dan gas, karena justru kedua sumber kekayaan Indonesia ini sejak orde baru menjadi andalan devisa RI, sehingga kecenderungannya adalah justru meningkatkan jumlah barel minyak setiap hari, supaya ekspor meningkat. Seperti diketahui minyak produk dalam negeri mempunyai kadar belerang yang rendah sehingga bagus untuk ekspor, tanpa harus diolah, sehingga tidak perlu dibangun kilang minyak untuk mengolahnya, ujar Otjih dalam pernyataannya, Minggu(6/10/2013).Menurut Otjih, berbicara ketahanan energi terutama minyak, berarti kita harus terus menghemat eksistensi deposit sumber energi yang ada dan sektor industri harus dipacu sehingga mampu meningkatkan ekspor dan devisa menggantikan ekspor migas.Kilang minyak oleh karenanya tidak perlu dibangun lagi, karena membangun kilang berarti import minyak eks Timur Tengah untuk dikonsumsi akan terus meningkat dan ini berarti hanya akan menamhah pembiyaan pemakaian BBM bersubsidi," ujar Otjih. Kilang tidak perlu ditambah tetapi pembuatan deposit minyak impor bisa dilakukan untuk keperluan cadangan. Hal terpenting adalah depo-depo cadangan bisa diperbanyak, sebagai contoh AS melarang eksploitasi tambang minyak tetapi membangun jutaan meter kubik tempat minyak cadangan dibawah tanah. 1.2 Rumusan Masalah1. Mengapa ketahanan energi di Indonesia tidak ada kemajuan?2. Apa yang menjadi penyebab ketahanan energy nasional masih rendah?3. Apa upaya yang harus dilakukan dalam membenahi ketahanan energi?2. Pembahasan2.1 ketahanan energi di Indonesia tidak ada kemajuanKetergantungan pemerintah untuk impor minyak dalam memenuhi kebutuhan energinya tidaklah selaras. Hal ini karena di waktu yang sama, minyak yang diproduksi di dalam negeri justru di ekspor. Padahal Indonesia memiliki banyak sumber energi yang seharusnya dapat diproduksi dan dimanfaatkan sendiri.Indonesia dapat dikatakan boros energi. Menurut para pakar ekonomi energi jika Indonesia bisa memakai energi yang lebih murah sebagai pengganti BBM maka dapat dihemat minimal 100 trilyun rupiah. Pada tahun 2009 BBM untuk transportasi 37,2 milyar liter, rumah tangga 4,7 milyar liter, industri 9,8 milyar liter, listrik 8,9 milyar liter dan ABRI 0,5 milyar liter. Jika kita bisa mengganti 80% transportasi dengan Bahan Bakar Gas maka akan dapat dihemat sekitar Rp 2.500 per liter atau setara dengan Rp 74,4 trilyun dan jika kita bisa mengganti bahan bakar kompor dengan LPG akan dapat dihemat sekitar Rp 2.500 per liter atau 11,8 tilyun rupiah. Suatu angka yang fantasitik namun sebenarnya akan nyata jika kita benar-benar melakukan gerakan hemat energi. Berbagai gejala kelangkaan energi yang pernah kita alami dan masih terasa saat ini seperti antrian membeli BBM di SPBU di beberapa wilayah Indonesia dan seringnya pemadaman listrik merupakan indikator bahwa telah terjadi krisis pasokan energi secara tajam. Oleh sebab itu, pengelolaan energi perlu dilakukan misalnya melalui upaya penghematan. Mengutip pendapat Geller 2006 bahwa keberhasilan banyak negara maju dalam kebijakan penghematan energi ditentukan oleh keberhasilan mereka dalam melakukan penghematan energi pada sistem infrastruktur energi dan sistem pengawasannya. Indonesia patut mencotoh keberhasilan ini dengan segera membuat Standard Operational Procedure hemat energi bagi bangunan komersial, industri dan perumahan.

2.2 Penyebab ketahanan energy nasional masih rendahKetahanan energi merupakan salah satu faktor penting ketahanan nasional sehingga wajar jika Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memberikan sinyal kepada pemerintah bahwa cadangan bahan bakar minyak Indonesia yang rata-rata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selama 20 hari saja rawan ketahanan energi. Mengapa ketahanan energi sebuah negara yang memiliki deposit minyak bumi bisa lebih rentan daripada negara-negara konsumen? Beberapa faktor dapat menjadi penyebabnya adalah :Ketahanan IPTEK Indonesia masih rendah. Penguasaan teknologi eksplorasi dan eksploitasi migas saat ini masih belum memadai agar Indonesia dapat menjadi Negara yang memiliki ketahanan energi tinggi dan berdaulat energi. Fakta yang ada hampir semua kontraktor-kontraktor migas menggunakan teknologi asing.Bagi hasil dari sektor pertambangan migas belum adil. Saat ini di Indonesia beroperasi beberapa kontraktor minyak asing. Para kontraktor asing tersebut menguasai sekitar 65% atau 329 blok migas. sementara perusahaan nasional hanya menguasai 24,27% dan selebihnya adalah patungan antara perusahaan asing dan nasional. Para kontraktor asing hanya wajib menyetor 25% dari hasil produksi mereka untuk kebutuhan domestik. Kondisi ini jelas merugikan Indonesia sebagai pemilik cadangan migas Oleh karena itu tidak mengherankan jika ketahanan energi Indonesia sangat rentan.Bagian Tenaga Profesi Lemhanas Dadan Umar Daihani mengatakan, Indonesia dianugerahi banyak sumber daya energi. Meskipun begitu, Indonesia belum bisa menikmati sepenuhnya kekayaan tersebut."Kita punya segala macam (energi) tapi tidak pernah menikmati segala macam. Berarti ketahanan nasional kita rendah," kata Umar, saat menghadiri dialog Ketahanan Energi Nasional Menuju 2050, di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (24/10/2012).Persoalan ketahanan energi yang mendera Indonesia merupakan hal yang lucu, ketika negeri ini adalah negara yang kaya Sumber Daya Alam (SDA). Dalam persoalan tersebut, untuk memenuhi kebutuhanenergy, menurut KuntoroMangkusubrotomempunyai sekurang-kurangnya 6 tantangan berat, yaitu: 1. Memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. 2. Pembangunan yang cepat dan dengan jumlahpeduduk yangbanyak, membutuhkan dukungan energi baik untukkegiatan industri, transportasi,rumah tangga,maupun kegiatan lainnya.3. Disisilain pihak cadangan sumber daya energi diIndonesia adalah terbatas. Masalah kesenjangan.Pembangunan juga memberikan danpak negative yaitu masalah kesenjangan khusunya antara kawasan barat dan timur serta antara desa dan kota yang belum teratasi sampai saat ini.4. Meningkatkan efisiensi energi, intensitas pemakaian energi masih relativetinggi dibandingkandengan Negara ASEAN, apalagi dengan negara-negara maju. Intensitas energy yang tinggi ini menunjukan bahwa kita masih memakai terlalu banyak energi untukmenghasilkan sejumlah tertentuproduksi di banding dengan Negara tetanggakita.5. Meningkatkan kualitasSDM.Kualitas sumber daya manusia Indonesia relatifmasih rendah. Dari segi kemampuan menembus pasar internasional SDM kita menduduki urutanke-37, untuk penguasaanilmu pengetahuan dan teknologi pada urutan ke-45.6. Pendanaan ketersediaan dana kita, khususnya pemerintah sangat terbatas, sedangkan kebutuhan dana untuk sarana penyediaan energimeliputi produksi, pengolahan, penyaluran dandistribusi memerlukandana besar dan teknologi yang maju.7. Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan energi yang berwawasan lingkungan memerlukan dukungan teknologiyang handaal dan memerlukan biaya yang tinggi.2.3 Upaya dalam membenahi ketahanan energyEnergi adalah salah satu komponen ketahanan nasional yang sangat strategis. Ini akan berdampak luas dan mempengaruhi keberlangsungan hidup masyarakat apabila ketahanan energi memburuk. Padahal sumber daya energi merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat hidup orang banyak, harus dikuasai negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 UUD 1945, ayat 1-3), serta dikelola secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, dan terpadu untuk menjamin kemandirian nasional. Keadaan harus segera diubah agar bangsa ini tetap eksis dan berjalan sesuai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan dan para Founding Father.Sedangkan menurut Umar, ketahanan energi nasional Indonesia masih kurang tangguh. Bukan hanya karena rendah pemanfaatannya, tetapi juga ada disparitas harga yang masih jauh. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia masih bergantung pada asing. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk membenahi ketahanan energi . Kata Ryamizard, upaya ketahanan energi adalah hal yang mutlak mesti dilakukan. Pasalnya, sekali saja terjadi kesalahan dalam pengelolaan energi maka akan berdampak pada gangguan ketahanan nasional.Kompleksitas beberapa factor yang menjadi penyebab ketahanan energy menjadi buruk, pada akhirnya mempengaruhi kondisi ketahanan energi di Indonesia. Perlu upaya sungguh-sungguh dan sistematis untuk memperbaiki keadaan ini. Langkah-langkah pembenahan harus segera dimulai, misalnya dengan :1. Menata ulang sistem pengelolaan ladang minyak nasional dengan meninjau kembali undang-undang dan kontrak-kontrak pengelolaan ladang-ladang minyak kita jika dirasa tidak menguntungkan Indonesia. Kalau perlu, ijin pengelolaan ladang minyak di tangan kontraktor asing tidak diperpanjang lagi setelah masa kontrak mereka habis.2. Meningkatkan penguasaan IPTEK yang bertumpu kepada ketersediaan SDA dan SDM karena IPTEK adalah kunci keberhasilan penguatan ketahanan energi. Melalui teknologi nilai tambah setiap produk energi dapat ditingkatkan, memberi perioritas kepada teknologi energi yang urgen, memperbaiki iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan kapabilitas dalam teknologi, infrastruktur, riset, SDM dan pemodalan.3. Meningkatkan komitmen mengembangkan EBT yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar fosil karena kedepan cadangan energi fosil semakin berkurang.Dalam membenahi ketahanan energi, energi juga mempunyai kebijakan. Ada 5 kebijakan utama yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan energi, sebagaiberikut: 1. Diversifikasi energi diarahkan untuk penganekaragaman pemanfaatan energi baik yang terbarukanmaupun yang tidak terbarukan untuk mencapai optimasi penyediaan energi nasional dan mengurangilaju pengrusakan sumber dayahidrokarbon.Intensifikasi energy.2. Kegiatanpencarian sumber energi dilaksanakandengan berkesinambungan melalui kegiatan survey daneksplorasi sumber-sumber energidiutamakan untuk meningkatkan cadangan sumber energi, terutama minyak bumi, gas bumi dan batu bara.3. Prinsip konservasi diterapakan pada seluruh tahap pemanfaatan mulai dari pemanfaatan sumber daya energi samapai pada pemanfaatan akhir.4. Harga energi sacara bertahap dan terancam diarahkan untuk makin tertuju kepada pembetukan harga yang mengikuti mekanisme pasar sesuai dengan nilai ekonominya.5. Pemanfaatan energi bersih lingkungan di beriprioritas dengan mengutamakan energi yang memproduksi pencemar paling rendah, namun layak secara teknis dan ekonomiKesimpulanPenyebab ketahanan energi di Indonesia tidak ada kemajuan karena pemerintah dalam mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan energy dalam negeri tidak selaras dengan minyak yang di produksi di dalam negeri. Hal ini karena di waktu yang sama, minyak yang diproduksi di dalam negeri justru di ekspor.Penyebab ketahanan energy nasional masih rendah adalah Indonesia masih bergantung pada pihak asing. ketahanan energi nasional Indonesia masih kurang tangguh. Bukan hanya karena rendah pemanfaatannya, tetapi juga ada disparitas harga yang masih jauh, hal tersebut disebabkan oleh persentase penguasaan energi oleh nasional yang rendah hanya di bawah 20 persen. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia masih bergantung pada asing.Upaya yang harus dilakukan dalam membenahi ketahanan energi adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. Menata ulang sistem pengelolaan ladang minyak nasional.2. Meningkatkan penguasaan IPTEK yang bertumpu kepada ketersediaan SDA dan SDM.3. Meningkatkan komitmen mengembangkan EBT yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar fosil karena kedepan cadangan energi fosil semakin berkurang.Daftar PustakaDiputra, Rizka.2012. BPK Didesak Audit BUMN Soal Ketahanan Energi, (Online), (http://economy.okezone.com/read/2012/05/30/19/638341/bpk-didesak-audit-bumn-soal- ketahanan-energi), diakses 11 April 2014.Nisaputra, Rezkiana.2013. Dua Dekade Ketahanan Energi Tak Ada Kemajuan, (Online),(http://economy.okezone.com/read/2013/09/30/19/874041/dua-dekade-ketahanan-energi-tak-ada-kemajuan), diakses 14 April 2014.Riandi, Saugi. 2011. SBY: Hemat Energi Demi Anak Cucu!, (Online), (http://economy.okezone.com/read/2011/12/28/19/548472/sby-hemat-energi-demi-anak-cucu/large), diakses 10 April 2014.Setyadi,Arief.2013. Lucu Negara Kaya Kok Alami Gangguan Energi,(Online), (http://news.okezone.com/read/2013/06/28/337/828996/lucu-negara-kaya-kok-alami-gangguan-energi), diakses 28 April 2014.Wicaksono, Pebrianto Eko.2012. Masih Impor Ketahanan Energi Nasional Masih Rendah, (Online),(http://economy.okezone.com/read/2012/10/24/19/708519/masih-impor-ketahanan-energi-nasional-rendah), diakses 14 April 2014.Widianto, Willy.2013. Permasalahan Pelik Ketahanan Energi Indonesia,(Online),(http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/10/06/permasalahan-pelik-ketahanan-energi-indonesia, diakses 10 April 2014.LampiranBPK Didesak Audit BUMN Soal Ketahanan EnergiRabu, 30 Mei 2012 14:53 wib | Rizka Diputra - Okezone

Logo BPK. (Foto: Wikipedia) JAKARTA - Indonesian Audit Watch (IAW) mendesak agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sesegera mungkin menyusun model untuk melakukan audit terhadap ketahanan energi.Hal ini merespons pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang Pengehematan Energi. Desakan ini bertujuan agar bisa meyakinkan masyarakat bahwa apakah benar atau tidak Indonesia harus melakukan penghematan energi."Sebab bukan tidak mustahil krusial-nya energi bangsa ini akibat dari tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme serta karena kesalahan managerial dari segelintir orang dibidang energi," tegas Sekretaris Pendiri IAW Iskandar Sitorus dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/5/2012).Iskandar menjelaskan, BPK dengan pengawasan DPR harus bisa menciptakan kondisi, sehingga jangan sampai bangsa ini menjadi bermasalah dalam bidang energi akibat dari tindakan dan kinerja pemerintah dan turunannya."Jika energi kita bermasalah karena memang faktor yang normal, masyarakat akan bisa memahami dengan penghematan energi," tandasnya.Sekadar diketahui institusi yang kuat dan layak terkait dengan Ketahanan Energi yakni Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, PT PLN dan anak-anak perusahaannya, PT Perusahaan Gas Negara dan anak-anak perusahaannya, PT Pertamina dan anak-anak perusahaannya, BP Migas, BPH Migas dan antar lintas Kementerian.Presiden SBY dalam pidatonya semalam menyerukan lima gerakan penghematan energi nasional menyusul dibatalkannya kenaikan BBM subsidi. Langkah ini dilakukan pemerintah karena sebenarnya hakekat BBM subsidi ialah bagi masyarakat yang kurang mampu sehingga harus disubsidi pemerintah.Demi melancarkan niatan ini, Presiden mengimbau ke Pertamina agar menjaga pasokan BBM subsidi dan BBM nonsubsidi di setiap daerah. Selain itu, SBY menyebut percepatan program konvesri BBM ke BBG khususnya di sektor transportasi. Meski demikian,rencana konversi BBM ke BBG ini, tambah SBY, seberapa jauh efektivitasnya baru akan bisa kelihatan tahun 2013 mendatang. (wdi) Dua Dekade, Ketahanan Energi Tak Ada Kemajuan

Senin, 30 September 2013 13:22 wib | Rezkiana Nisaputra - Okezone Ilustrasi. (Foto: Okezone) JAKARTA - Ketergantungan pemerintah untuk impor minyak dalam memenuhi kebutuhan energinya tidaklah selaras. Hal ini karena di waktu yang sama, minyak yang diproduksi di dalam negeri negeri justru di ekspor.Vice President of strategic Planning, Businness Development dan operational Risk Rifining Directorate PT Pertamina (Persero) Ardhy N Mokobombang menilai, pemerintah Indonesia seharusnya belum serius dalam membangun ketahanan energi. "Ini terlihat pada pemenuhan energi di dalam negeri saat ini," ujar Ardhy saat seminar bertema Menciptakan Kebijakan Energi Nasional yang Berorientasi Ketahanan Energi di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin (30/9/2013).Dia menjelaskan, dari segi market pemerintah Indonesia sudah mengimpor sekira 300 ribu barel. Menurutnya, jika dalam pengelolaan energi, hal ini tidaklah sesuai.Seharusnya, jika benar-benar ingin memperkuat ketahanan energi, minyak yang diproduksi di dalam negeri semestinya dikelola sendiri, dan kilang Indonesia ke depannya dapat didesain sesuai dengan jenis minyak yang diproduksi di dalam negeri."Kilang kita didesain sweet crude, harapan untuk kita ke depannya di sisi hulu kilang pertamina memiliki hak itu 100 persen menggunakan dalam negeri, di Amerika Serikat (AS) sendiri menggunakan pola yang seperti itu. Shale gas pun tidak ada yang dikelola di luar," katanya.Senada, pengamat energi Refomainer Institute Pri Agung Rakhmanto menambahkan, dalam dua periode terakhir ketahanan energi tidak memiliki kemajuan. Padahal, ketahanan energi sangat berpengaruh besar dari kepemimpinan suatu bangsanya. "Kita lihat leadership tidaklah terbantahkan, dalam periode ini membuat kita jalan di tempat yang sama," tutup dia. () Masih Impor, Ketahanan Energi Nasional Rendah"Rabu, 24 Oktober 2012 12:16 wib | Pebrianto Eko Wicaksono - Okezone Ilustrasi (Foto: Corbis) JAKARTA - Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) menilai ketahanan energi Indonesia masih kurang kuat. Hal ini melihat demi memenuhi kebutuhan energi, Indonesia masih bergantung pada pihak asing.Bagian Tenaga Profesi Lemhanas Dadan Umar Daihani mengatakan, Indonesia dianugerahi banyak sumber daya energi. Meskipun begitu, Indonesia belum bisa menikmati sepenuhnya kekayaan tersebut."Kita punya segala macam (energi) tapi tidak pernah menikmati segala macam. Berarti ketahanan nasional kita rendah," kata Umar, saat menghadiri dialog Ketahanan Energi Nasional Menuju 2050, di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (24/10/2012).Menurut Umar, ketahanan energi nasional Indonesia masih kurang tangguh. Bukan hanya karena rendah pemanfaatannya, tetapi juga ada disparitas harga yang masih jauh. Umar mengungkapkan, hal tersebut disebabkan oleh persentase penguasaan energi oleh nasional yang rendah hanya di bawah 20 persen. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia masih bergantung pada asing."Jadi kita bergantung pada asing," tegas Umar.Umar menambahkan, energi hanya salah satu komponen ketahanan nasional yang sangat strategis. Ini karena tersebut akan berdampak luas dan mempengaruhi keberlangsungan hidup masyarakat."Ada sedikit kenaikan saja langsung ribut. Konflik sosial akan terjadi," tutup Umar. (gna)(rhs) SBY: Hemat Energi Demi Anak Cucu!Rabu, 28 Desember 2011 17:41 wib | Saugi Riyandi - Okezone

Presiden SBY. Foto: Koran SI CILACAP - Pemerintah mengingatkan untuk hemat energi guna menjaga ketahanan, kecermatan, efisiensi energi nasional.Hal ini disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat acara groundbreaking Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Refinery unit IV Cilacap, di Cilacap, Rabu (28/12/2011)."Kehematan energi atau energi efisiensi ini bisa jadi malapetaka bila kita boros dan tidak hemat energi. Oleh karena itu, mari kita camkan baik-baik, bukannya hanya ketahanan energi, tapi juga kecermatan dan efisiensi energi," ujar SBY.Menurutnya, saat ini Indonesia harus menghemat energi demi kehidupan anak cucu di masa yang akan datang. "Kalau kita sayang ke anak cucu kita, kita harus hemat energi. Dengan teknologi, kita bisa bikin energi untuk apapun agar lebih hemat," tegasnya.Dirinya mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia tidak memiliki gaya hidup yang boros sehingga dalam waktu 15 tahun masih bisa menikmat energi. "Mari kita bangun gaya hidup yang tidak berboros gunakan energi," pungkasnya. (ade) Soal Ketahanan Energi, Pejabat Sektor Energi Harusnya Malu!Senin, 30 September 2013 11:40 wib | Rezkiana Nisaputra - Okezone

Ilustrasi. (Foto: Okezone) JAKARTA - Pemerintahan Indonesia dinilai tidak serius dalam menangani ketahanan sektor energi. Sejauh ini Indonesia terlalu mengandalkan dan selalu bergantung kepada impor untuk memenuhi kebutuhan energi di Tanah Air. Demikian disampaikan Executive Director of Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, saat seminar "Menciptakan Kebijakan Energi Nasional yang Berorientasi Ketahanan Energi di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin (30/9/2013)."Kita memang tidak terlalu banyak orang pintar, sekalinya pintar tapi untuk negara lain. Kalau memang serius, harusnya tidak seperti ini. Kalau memang negara ini serius, harusnya betul-betul memikirkan atas ketergantungan impor terhadap energi," ujar Pri Agung.Selain itu, dia juga menyindir pejabat negara, khususnya yang terkait dengan sektor energi. Menurutnya, pemerintah harusnya malu jika membicarakan mengenai ketahanan energi. Pernyataannya tersebut seiring dengan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani ketahanan energi. "Saya malu sebenarnya bicara kebijakan energi, saya pengamat saja malu, nah pejabat harusnya lebih malu. Tapi motivasi saya mungkin tidak boleh capai membicarakan kebijakan energi ini, energi ini di tingkat negeri sepertinya menjadi komplek," tukas Pri.Dia menambahkan, permasalahan ketahanan energi serta sistem pengelolaannya saat ini begitu kompleks, sebenarnya bisa lebih disederhanakan lagi, jika pemerintah memang memiliki niat serta fokus untuk mengatasi permasalahan yang berlarut-larut ini."Permasalahan salah kelola ini ya memang kompleks, sebetulnya kalau kita bisa sederhanakan ya sederhana, ini fokusnya mau dibawa ke mana sebenarnya," tutupnya. (wdi) Permasalahan Pelik Ketahanan Energi IndonesiaMinggu, 6 Oktober 2013 23:41 WIB

Tribun Jateng/Wahyu SulistiyawanPekerja melakukan perbaikan kilang minyak di kawasan Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/6/2013). Perbaikan kilang ini guna memperlancar aktivitas bongkar muat minyak di pelabuhan tersebut. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketahanan energi adalah persoalan serius yang perlu mendapat penanganan komprehensif. Ketahanan energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) terus menekan pertumbuhan perekonomian nasional. Impor BBM yang melambung kini menjadi salah satu pendongkrak kenaikan defisit neraca perdagangan. Untuk menuju ketahanan energi yang prima bergantung kebijakan pemerintah harus memprioritaskan pembangunan kilang menyusul kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi.Menurut Pengamat Ekonomi, Otjih Sewandarijatun, ketahanan energi sebenarnya belum pernah dinyatakan menjadi prinsip pengelolaan minyak dan gas, karena justru kedua sumber kekayaan Indonesia ini sejak orde baru menjadi andalan devisa RI, sehingga kecenderungannya adalah justru meningkatkan jumlah barel minyak setiap hari, supaya ekspor meningkat. Seperti diketahui minyak produk dalam negeri mempunyai kadar belerang yang rendah sehingga bagus untuk ekspor, tanpa harus diolah, sehingga tidak perlu dibangun kilang minyak untuk mengolahnya, ujar Otjih dalam pernyataannya, Minggu(6/10/2013).Menurut Otjih, berbicara ketahanan energi terutama minyak, berarti kita harus terus menghemat eksistensi deposit sumber energi yang ada dan sektor industri harus dipacu sehingga mampu meningkatkan ekspor dan devisa menggantikan ekspor migas.Kilang minyak oleh karenanya tidak perlu dibangun lagi, karena membangun kilang berarti import minyak eks Timur Tengah untuk dikonsumsi akan terus meningkat dan ini berarti hanya akan menamhah pembiyaan pemakaian BBM bersubsidi," ujar Otjih. Kilang tidak perlu ditambah tetapi pembuatan deposit minyak impor bisa dilakukan untuk keperluan cadangan. Hal terpenting adalah depo-depo cadangan bisa diperbanyak, sebagai contoh AS melarang eksploitasi tambang minyak tetapi membangun jutaan meter kubik tempat minyak cadangan dibawah tanah. "Sehingga yang perlu dibangun bukan kilang minyak, tetapi deposit minyak didalam tanah, tambah alumnus Universitas Udayana, Bali ini.Menurutnya, untuk mengurangi konsumsi minyak harus berarti jumlah kendaraan bermotor dikurangi tetapi jumlah angkutan umum ditambah.