makalah ujian patfor agita

19
ILUSTRASI KASUS No. Registrasi Forensik : 11468/SK-V/X/2013 No. Registrasi RSCM : 4117A Pemeriksaan Luar : 19 November 2013 pukul 16.30 WIB Pemeriksaan Dalam : 25 November 2013 pukul 09.35 WIB Identitas Jenazah Nama : Mr. X Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat/tanggal lahir : N/A Usia : N/A Warganegara : Indonesia Agama : N/A Pekerjaan : N/A Alamat : N/A Riwayat Kasus Pada hari Selasa, 19 November 2013, sebuah mayat laki-laki yang tidak dikenal dibawa ke Depertemen Forensik dan Medikolegal oleh Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Metropolitan kebayoran Baru. Jenazah tersebut ditemukan polisi pada tanggal yang sama pukul 14.30 WIB di Terminal Blok M.

Upload: siswanto-h-azwar

Post on 20-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sghgerr

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ujian Patfor Agita

ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi Forensik : 11468/SK-V/X/2013

No. Registrasi RSCM : 4117A

Pemeriksaan Luar : 19 November 2013 pukul 16.30 WIB

Pemeriksaan Dalam : 25 November 2013 pukul 09.35 WIB

Identitas Jenazah

Nama : Mr. X

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : N/A

Usia : N/A

Warganegara : Indonesia

Agama : N/A

Pekerjaan : N/A

Alamat : N/A

Riwayat Kasus

Pada hari Selasa, 19 November 2013, sebuah mayat laki-laki yang tidak

dikenal dibawa ke Depertemen Forensik dan Medikolegal oleh Kepolisian Resort

Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Metropolitan kebayoran Baru. Jenazah tersebut

ditemukan polisi pada tanggal yang sama pukul 14.30 WIB di Terminal Blok M.

Jenazah dibawa ke RSCM dengan bungkus mayat. Kepolisian Sektor

Metropolitan Kebayoran Baru membuat surat permintaan dengan nomor surat polisi

“484/VER/XI/2013/Sek.Metro Kebayoran Baru” yang ditujukan ke Departemen

Forensik dan Medikolegal untuk dilakukan pemeriksaan luar dan dalam kemudian

dibuatkan visum et repertumnya.

Segera pada tanggal 19 November 2013 pukul 17.30 WIB dilakukan

pemeriksaan luar jenazah. Dan pada tanggal 25 November 2013 pukul.09.35 WIB,

dilakukan pemeriksaan dalam pada jenazah untuk mengetahui sebab mati atas izin

Page 2: Makalah Ujian Patfor Agita

keluarganya, kemudian dibuatkan visum et repertum yang mencantumkan hasil

pemeriksaan luar dan dalam yang dilakukan di RSCM bagian Forensik, sebagai

berikut :

Page 3: Makalah Ujian Patfor Agita

PEMBAHASAN UMUM

Dalam kehidupan bermasyarakat, sering terjadi peristiwa pelanggaran hukum

yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia.1 Peristiwa yang dapat terjadi antara lain

adalah kecelakaan, pembunuhan, perkosaan, kekerasan, penganiayaan dan lain-lain.

Untuk penyidikan dan pengusutan masalah-masalah tersebut pada tingkat hukum

yang lebih lanjut, diperlukan berbagai ahli di bidang terkait yang membuat jelas

jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam

rangkaian peristiwa tersebut. Disinilah peran seseorang yang ahli dalam hal tubuh

manusia yaitu dokter untuk memeriksa korban baik yang mati maupun yang hidup.

Dokter yang membantu proses peradilan ini hendaknya memiliki pengetahuan

mengenai kazanah ilmu kedokteran forensik.1

Pada tindak pidana yang menimbulkan korban meninggal, dokter diharapkan

dapat menjelaskan penyebab kematiannya, serta membantu dalam perkiraan saat

kematian dan perkiraan cara kematian. Dalam hal ini, Ilmu Kedokteran Forensik

merupakan cabang spesialistik Ilmu Kedokteran yang membantu proses peradilan.

Penjelasan tersebut biasanya dibuat menjadi suatu keterangan tertulis yang disebut

visum et repertum. Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas

permintaaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medic terhadap

manusia, baik hidup atau mati, ataupun diduga bagian dari tubuh manusia,

berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. 1

Berbekal ilmu kedokteran yang dimiliki, dokter diharapkan dapat membantu lingkup

pengadilan dan hukum ini.. Dalam hal ini, Ilmu Kedokteran Forensik merupakan

cabang spesialistik Ilmu Kedokteran yang membantu proses peradilan.

Selain itu, ilmu kedokteran tidak hanya bermanfaat dalam proses

penyembuhan penyakit, namun juga membantu penyelesaian tindak pidana. Dokter

dapat menemukan kelainan yang terjadi di tubuh korban, bagaimana kelainan tersebut

dapat timbul, apa penyebabnya, dan apa akibat timbul kesehatan korban. Jika korban

meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang

bersangkutan, mekanisme terjadinya kematian, membantu dalam perkiraan saat

kematian, dan perkiraan cara kematian.

Karena pada kasus-kasus tersebut penyidik membutuhkan bantuan ahli, yaitu

dokter maupun ahli forensik untuk mengungkap kasus dan perkara menjadi lebih

Page 4: Makalah Ujian Patfor Agita

terang, maka pada kondisi demikian, penyidik berwenang untuk meminta keterangan

ahli, sesuai pasal 133 KUHAP ayat (1): “Dalam hal penyidik untuk kepentingan

peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang

diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau

ahli lainya.” Pasal tersebut menjelaskan bahwa keterangan yang dibuat oleh dokter

ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh selain

ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan. Semua dokter yang mempunyai surat

penugasan atau surat izin dokter dapat membuat keterangan ahli.

Yang merupakan penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun

1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusu

oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Bila

penyidik merupakan pegawai negeri sipil, pangkat terendah adalah golongan II/b

untuk penyidik. Menurut PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2), jika di suatu Kepolisian

Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti yang disebutkan, maka Kepala Kepolisian

Sektor berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dapat dikategorikan

sebagai penyidik karena jabatannya.

Dokter berkewajiban untuk memberikan keterangan ahli bila diminta karena

penyidik berwewenang untuk meminta pada dokter, seperti tertuang pada pasal 179

KUHAP yang berbunyi “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli

kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan

ahli demi keadilan.”

Surat keterangan ahli yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang

berwenang ini disebut Visum et Repertum (VER). Pemeriksaan medik yang dilakukan

terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh

manusia, dilakukan berdasarkan keilmuan dokter di bawah sumpah, dan untuk

kepentingan peradilan. VER, sesuai dengan pasal 184 KUHAP ayat (1) yang

menyebutkan bahwa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan

keterangan terdakwa, merupakan alat bukti yang sah. VER menguraikan segala

sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik, juga memuat keterangan atau pendapat

dokter mengenai hasil pemeriksaan medic.

Sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati,

permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis. Permintaan

VER ini ditulis dalam Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV), yang tertera kop

Page 5: Makalah Ujian Patfor Agita

surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan

penyebab kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat,

jabatan peminta visum, dan tanda tangan yang bersangkutan.

VER harus dibuat secara tertulis, di atas sebuah kertas putih dengan kepala

surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia tanpa

memuat singkatan, dan seminimal mungkin tidak menggakan istilah asing. Jika

tulisan dalam VER berakhir tidak pada tepi kanan format, maka diberi garis hingga ke

tepi kanan. Dapat diberikan gambar atau foto untuk memperjelas uraian tertlis dalam

VER pada lampiran. VER terdiri dari lima bagian yang tetap, yaitu Pro justitia,

Pendahuluan, Pemberitaan, Kesimpulan, dan Penutup. Seperti pada pasal 133 ayat (2)

KUHAP yang berbunyi, “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan engan tegas utuk

pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.”

Pada pemeriksaan dan penulisan visum et repertum jenazah, jenazah harus

diberi label yang memuat identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang

diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Sesuai dalam pasal 133

KUHAP ayat (3) yang berbunyi “Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan

penuh peghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas

mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau

bagian lain badan mayat.”

Surat permintaan VER harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta,

apakah hanya pemeriksaan luar, atau bedah mayat. Jika pemeriksaan bedah mayat

(autopsi) yang diminta, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban

dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan dengan

persetujuan keluarga atau dalam dua hari tidak ada tanggapan apa pun dari keluarga

korban. Jenazah yang diperiksa dapat juga jenazah yang didapat dari penggalian

kuburan, seperti tertuang dalam pasal 135 KUHAP yang berbunyi, “Dalam hal

penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,

dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2)

dan Pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.”

Hal ini sesuai dengan pasal 134 KUHAP ayat (1), (2), dan (3). Pasal 134

KUHAP ayat (1) berbunyi “Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan

pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib

Page 6: Makalah Ujian Patfor Agita

memberitahukan terlabih dahulu kepada keluarga korban.” Sementara, jika keluarga

keberatan, pasal 134 KUHAP menerangkan dalam ayat (2) yang berbunyi, “Dalam

hal keluarga keberatan, wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan

tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.” Jika dalam waktu dua hari tidak

ada tanggapan apa pun, maka, sesuai pasal 134 KUHAP ayat (3) yang berbunyi,

“Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau

pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, peyidik segera melaksanakan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.”

Setelah dilakukan seluruh pemeriksaan pada jenazah dan diberi surat

keterangan, jenazah boleh dibawa keluar, dan jika jenazah dibawa pulang paksa, maka

tidak ada surat keterangan kematian. Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi

pemeriksaan luar jenazah, tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan

jenazah. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan tematik, dicatat secararinci, mulai

dari bungkus dan tutup jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan,

ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi-geligi, dan luka atau cedera

atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Apabila peyidik hanya meminta

pemeriksaan luar, maka kesimpulan VER meyebutkan jenis luka atau kelainan yang

ditemukan, dan jenis kekerasa peyebabya. Pada pemeriksaan bedah jenazah

menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul.

Kadang dilakuka pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan

histopatologik, toksikologik, serologik, dan lain-lain. Dari pemeriksaan ini dapat

disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan

penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut.

B. Tanda Kematian2

Tanda kematian tidak pasti

1. Pernapasan berhenti

Tanda ini dinilai selama lebih dari 10 menit dengan inspeksi, palpasi, dan

auskultasi.

2. Terhentinya sirkulasi

Tanda ini dinilai selama 15 menit, berupa nadi yang tidak teraba.

3. Kulit pucat

Dapat terjadi karena spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan, dan

bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya.

Page 7: Makalah Ujian Patfor Agita

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi

Terdapat relaksasi primer sesaat setelah kematian yang mengakibatkan

pendataran daerah-daerah yang tertekan, seperti belikat dan bokong pada mayat

terlentang. Relaksasi otot wajah menyebabkan kulit menimbul, kadang membuat

orang tampak lebih muda.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi

Beberapa menit setelah kematian, segmen-segmen pembuluh darah retina

bergerak ke arah tepi retina dan menetap.

6. Pengeringan kornea

Korena mongering dan keruh dalam waktu 10 menit, masih dapat dihilangkan

dengan meneteskan air.

Tanda pasti kematian

1. Lebam mayat (livor mortis)

Lebam mayat terjadi karena setelah kematian klinis, eritrosit menempati

tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, dan akhirnya

membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh. Darah

tetap cair karena adanya fibrinolisin. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit pasca

mati, dan akan lengkap atau menetap pada 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat

akan hilang pada penekanan. Menetapnya lebam mayat disebabkan sel-sel darah yang

tertimbun dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah, ditambah kekakuan

otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.

Lebam mayat sering digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan

sebab kematian, mengetahui perubahan posisi mayat setelah terjadi lebam mayat

menetap, dan memperkirakan saat kematian.

2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat disebabkan karena cadangan glikogen dalam otot habis, sehingga

energi tidak terbentuk, aktin dan miosin menggumpal. Glikogen yang ada tersebut

merupakan cadangan dalam otot untuk meghasilkan energi, yang mengubah ADP dan

ATP, dan kemudian ATP inilah yang menjaga serabut aktin dan myosin tetap letur.

Pemeriksaan terhadap kaku mayat dilakukan dengan memeriksa sendi. Kaku

mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh

kea rah dalam. Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap,

dipertahankan selama 12 jam, lalu menghilang. Kaku mayat dipercepat dengan

Page 8: Makalah Ujian Patfor Agita

aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot

kecil, dan suhu lingkungan tinggi.

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu

benda ke benda yang lebih dingin, dapat melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi,

dan konveksi. Kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran

dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, dan pakaian. Suhu saat mati juga

diperlukan utuk penghitungan perkiraan saat kematian. Cara memperkirakan suhu

tubuh dapat dilakukan dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan

interval waktu sama (minimal 15 menit).

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan

kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam

keadaan steril, akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati. Jika

seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh akan masuk ke

jaringan. Sebagian besar bakteri berasal dari usus yang terutama Clostridium.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati, warna kekuningan pada

perut kanan bawah, yaitu sekitar sekum. Warna kehijauan ini disebabkan

terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Warna ini akan meyebar ke perut dan dada,

disertai bau busuk. Pembuluh darah kulit akan tampak melebar dan berwarna hijau

kehitaman. Ciri pembusukan lain adalah kulit ari akan terkelupas, membentuk

gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk, mulai terbentukya gas di dalam

tubuh dimulai dari lambung dan usus yang teraba derik atau krepitasi dan membuat

tubuh tampak membengkak terutama pada skrotum dan payudara, tubuh berada dalam

sikap seperti petinju (pugilistic attitude) dengan kedua lengan dan tungkai dalam

sikap fleksi. Selain itu, rambut menjadi lebih mudah dicabut, kuku mudah terlepas,

wajah menggembung warna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, lidah

membengkak dan sering terjulur. Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat

beberapa jam setelah mati, khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.

Setelah 36-48 jam pasca mati, larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan

gas pembusukan nyata. Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan

kecepatan berbeda, prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yang paling

lama bertahan terhadap pembusukan. Bila suhu keliling optimal, pembusukan akan

Page 9: Makalah Ujian Patfor Agita

timbul lebih cepat. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam

tanah: air: udara adalah 1: 2: 8.

5. Adiposera atau lilin mayat

Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau

berminyak, berbau tengik, terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.

Adiposera terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh, terbentuk oleh hidrolisis lemak,

mengalami hidrogenisasi hingga terbentuk asam lemak pasca mati, bercampur dengan

sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf. Adiposera terapung di air, biasanya berbentuk

bercak, terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.

Adiposera membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-

tahun.

6. Mummifikasi

Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang

cukup cepat sehigga terjadi pegeringan jaringan, selanjutnya dapat menghentikan

pembusukan. Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara

yang baik, tubuh yang dehidrasi dan dalam waktu yang lama (12-14 minggu).

Page 10: Makalah Ujian Patfor Agita

PEMBAHASAN KHUSUS

A. Prosedur Medikolegal

Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis

yang sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2).

Surat ini terdiri atas:

1. Institusi pengirim : Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan

Sektor Metropolitan kebayoran Baru

2. Tujuan surat : Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman FKUI/

Lembaga Kriminologi UI RSCM

3. Identitas : Hanya tercantum nama korban dan jenis

kelamin

bahan karton berwarna kuning, tanpa materai,

terikat pada ibu jari kaki kanan

4. Dugaan penyebab kematian : Penyakit (SK-V)

5. Permintaan penyidik : Pemeriksaan Luar dan Dalam

6. Jabatan pengirim : Atas Nama Kapolsek Metro Kebayoran Baru

KA SPK ”II” AKP HERU ROSPIANDI

Berdasarkan ketentuan dalam KUHAP pasal 133 ayat (3) yang mengatakan

bahwa jenazah harus diberi label yang memuat identitas mayat, maka pada mayat

laki-laki (Mr. X) yang berusia kisaran lima puluh tahun ini, hal tersebut tidak

terpenuhi. Jenazah datang tidak dengan label berisi identitas yang terpasang pada ibu

jari, namun hanya dengan surat permintaan visum et repertum. Sementara pada

ketentuan Surat Permintaan Visum yang dibuat oleh polisi, pangkat penyidik adalah

Ajun Komisaris Polisi dengan pangkat III yang setara dengan Kapten TNI. Hal ini

sesuai dengan KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) yang

menyataka bahwa pangkat penyidik minimal adalah Pembantu Letnan Dua. Ajun

Komisaris Polisi (AKP) dalam kepolisian menduduki peringkat lebih tinggi

dibandingkan Pembantu Letnan Dua.

Selain itu, pada mayat ini diperlukan pemeriksaan bedah jenazah sesuai

permintaan penyidik. Jika dalam 2 x 24 jam tidak ada keluarga yang memberi

tanggapan, maka dokter dapat langsung melakukan pemeriksaan bedah jenazah. Hal

Page 11: Makalah Ujian Patfor Agita

ini sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat (3). Pada kasus ini, mayat yang datang pada

taggal 14 Oktober 2012, dilakukan pemeriksaan bedah mayat enam hari kemudian,

yaitu pada tanggal 25 November 2013. Hal ini dapat dikarenakan tidak ada keluarga

yang menanggapi, atau keluarga korban tidak ditemukan, bahkan sampai lebih dari 2

x 24 jam.

B. Tanda Pasti Kematian

Pada pemeriksaan mayat, ditemukan kaku mayat pada jari-jari tangan, mudah

dilawan. Hal ini menunjukkan bahwa kaku mayat yang terjadi belum komplit, dan

kaku mayat. Kaku mayat terbentuk 2 jam pasca kematian, dan menjadi komplit pada

12 jam berikutnya. Selain itu, pada mayat juga terdapat lebam mayat yang terdapat

pada leher bagian belakang dengan warna merah keunguan samar. Lebam mayat ini

masih hilang pada penekanan. Lebam mayat akan muncul pada 20 hingga 30 menit

setelah kematian klinis, dan akan menetap setelah 8 hingga 12 jam setelah kematian.

Masih hilangnya lebam mayat pada penekanan di mayat ini menunjukkan bahwa

mayat meninggal kurang dari 8 hingga 12 jam. Jadi, berdasarkan tanda kematian ini,

diperkirakan bahwa mayat telah meninggal pada 2 hingga 8 jam.

C. Luka-luka

Pada korban tidak ditemukan luka-luka pada seluruh bagian tubuh.

D. Sebab Kematian

Berdasarkan keterangan SPV, mayat diduga meninggal karena sakit, dan

ditemukan mati mendadak. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam (bedah mayat),

ditemukan tanda-tanda penyakit pada jantung berupa pembesaran jantung,

pengerasan pembuluh nadi berupa aterosklerosis, serta dugaan infeksi kronik pada

paru korban. Pada jantung terlihat lumen pembuluh nadi jantung yang sempit

dengan sumbatan dan sisa lumen kurang dari 60%. Oleh karena itu disimpulkan

kemungkinan sebab mati pasien adalah penyakit jantung yang akan dikonfirmasi

dengan pemeriksaan patologi anatomi.

Page 12: Makalah Ujian Patfor Agita

E. Kesimpulan

Pada pemeriksaan mayat laki-laki berusia sekitar lima puluh sampai enam puluh

tahun dan bergolongan darah O ini tidak ditemukan luka – luka pada permukaan

tubuh. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda penyakit pada jantung, pembuluh darah,

serta paru-paru. Sebab mati adalah diduga penyakit Jantung yang akan dikonfirmasi

dengan pemeriksaan patologi anatomi. Perkiraan saat kematian adalah tanggal 18

November 2013 pukul 16.30 WIB sampai tanggal 19 November 2013 pukul 04.30

WIB

Page 13: Makalah Ujian Patfor Agita

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran

Forensik FKUI; 1997. P 1-42.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang

Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994.

3. Anonim. Bab II: Tinjauan Pustaka Traumatologi [PDF]. Diunduh di

www.library.upnvj.ac.id (1 November 2012, pukul 05.00 WIB).