makalah tugas infrastruktur driyorejo

Upload: vianggara123

Post on 12-Jul-2015

1.486 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PADA KAWASAN DENGAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI (Studi Kasus: Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik)Septiana Hariyani Program Doktor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus, ITS, Sukolilo Surabaya 60111 [email protected] AbstrakKabupaten Gresik merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang berdasarkan struktur keruangan masuk dalam pengembangan Gerbangkertosusila Plus. Kabupaten ini dalam perkembangannya mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan industri yang sebagian berlokasi di Kabupaten Gresik. Adanya perkembangan industri yang cukup besar tersebut harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur transportasi dan infrastruktur lainnya seperti jaringan listrik, ketersediaan air bersih, dan jaringan telepon telah mampu mendukung kegiatan industri di Kecamatan Driyorejo, sedangkan pengolahan limbah dan infrastruktur drainase masih menimbulkan permasalahan yang dapat menghambat pengembangan Kecamatan Driyorejo sebagai kawasan industri. Tujuan dari studi ini adalah untuk merumuskan strategi kebijakan pengembangan infrastruktur pada Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik sebagai kawasan dengan potensi pengembangan industri. Metode yang akan digunakan dalam studi ini yaitu metode deskriptif untuk mengidentifikasikan gambaran umum wilayah studi. Analisis deskriptif dilakukan untuk menemukan potensi dan hambatan pengembangan infrastruktur yang dilihat dari aspek sosial-ekoomi dan dari aspek fisik wilayah studi. Hal ini diperlukan untuk menetapkan infrastruktur utama sebagai prioritas yang dibutuhkan di wilayah studi serta untuk merumuskan strategi kebijakan pengembangan infrastruktur yang menjadi prioritas utama di kawasan tersebut. Adapun infrastruktur yang berperan dalam pengembangan industri di Kecamatan Driyorejo adalah sistem transportasi, sanitasi, dan drainase yang kemudian infrastruktur industri tersebut dikembangkan menjadi strategi yang lebih baik dari sebelumnya. Katakunci: industri, infrastruktur

AbstractGresik is one of regencies in East Java based spatial structure into the development of "Gerbangkertosusila Plus". This district in its development progress very rapidly in line with industry developments, most located in Gresik. The existence of sizable industrial development must be supported by the availability of infrastructure. Transport infrastructure and other infrastructure such as electricity networks, water supply, and telephone networks have been able to support industrial activity in the District Driyorejo, while waste management and drainage infrastructure is still causing problems that can hamper the development of Sub Driyorejo as industrial estates. The purpose of this study is to formulate policy strategies on infrastructure development Driyorejo Gresik District as an area with potential for industrial development. The method will be used in this study is descriptive method to identify a general description of study area. The descriptive analysis conducted to discover the potential and constraints for infrastructure development in terms of socio-ekoomi and physical aspects of the study area. It is necessary to establish key infrastructure as the priority needs in the study area and to formulate policy strategies of development of infrastructure is a top priority in the region.There are infrastructure that be main role in the industry activity in Driyorejo, those are transportation systems, sanitation, and drainage. Then, those industrys infrastructure established to be the good strategy than before. Keywords: industrial, infrastructure

1

1.

PENDAHULUAN Kebijakan dari RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2003 2023 menetapkan kawasan

Industri skala besar berfokus di sekitar pantai Utara Jawa (Pantura) mulai dari Pasuruan, Surabaya, Mojokerto, Gresik, Lamongan, Tuban dan Bangkalan. Wilayah Kawasan Pantai Utara yang menjadi prioritas pertama dalam arahan perluasan zona industri yaitu Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang berdasarkan struktur keruangan masuk dalam pengembangan Gerbangkertosusila Plus. Dalam perkembangannya kabupaten ini mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan industri yang sebagian berlokasi di Kabupaten Gresik. Industri yang berkembang di Kabupaten Gresik berada di Kecamatan Kebomas, Kecamatan Gresik, dan Kecamatan Manyar. Pengembangan selanjutnya, industri akan terdistribusi ke utara dan selatan Gresik. Bagian utara Kabupaten Gresik meliputi Kecamatan Sidayu, Kecamatan Dukun, dan Kecamatan Ujung pangkah. Bagian selatan Gresik meliputi Kecamatan Wringinanom, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Menganti, dan Kecamatan Cerme. Penelitian ini memilih Kecamatan Driyorejo sebagai wilayah studi karena berdasarkan Kecamatan Driyorejo dalam Angka Tahun 2008, jumlah industri besar yang paling terbesar berada di Kecamatan Driyorejo atau sebanyak 46 industri besar. Kegiatan industri di Kecamatan Driyorejo semakin berkembang setelah adanya kebijakan Gerbangkertosusila tahun 1989. Jumlah tersebut semakin bertambah ketika tahun 2009 yang berjumlah 254 industri (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik, 2009). Adanya perkembangan industri yang cukup besar tersebut harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur sesuai dengan teori mengenai terminologi infrastruktur. Dalam terminologi infrastruktur, infrastruktur secara fisik (social over head capital) merupakan elemen fisik perkotaan yang terbentuk karena adanya jaringan infrastruktur (network infrastruktur) yang secara teknis meliputi infrastruktur teknis jalan raya, jalan kereta api, listrik, PDAM, telepon, drainase, dan refuse plan. Sarana prasarana transportasi dan infrastruktur lainnya di Kecamatan Driyorejo telah mendukung kegiatan perindustrian. Jaringan listrik telah menjangkau hampir seluruh kecamatan dengan menggunakan jasa perusahaan listrik. Ketersediaan sumber air bersih dari PDAM, sumur gali atau sumur

2

pompa di Kecamatan Driyorejo dapat memenuhi kebutuhan air bersih industri. Jaringan telekomunikasi telah menjangkau di seluruh kecamatan baik melalui telepon kabel maupun nirkabel. Begitu pula dengan jaringan drainase dan sistem persampahan. Infrastruktur tersebut telah mampu mendukung kegiatan industri di Kecamatan Driyorejo, sedangkan pengolahan limbah masih ada industri yang belum memiliki pengolahan limbah, sehingga limbah industri langsung dibuang ke Kali Tengah. Infrastruktur lain yang juga memiliki pengaruh bagi keberadaan industri yaitu saluran drainase. Saluran drainase berupa saluran terbuka dengan kondisi permanen dan non permanen. Kondisi saluran drainase di sebagain besar wilayah di Driyorejo masih belum optimal dan tidak semua ruas jalan dilengkapi oleh saluran tersebut, sehingga mengakibatkan banyaknya ruas jalan yang rusak berat akibat air hujan menggenangi jalan yang belum dilengkapi oleh saluran tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka infrastruktur perlu diperbaiki untuk mendukung kegiatan industri di Kecamatan Driyorejo adalah saluran drainase dan sistem pengolahan limbah. Disamping itu, ada banyak infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan industri, namun sangat diperlukan adanya penetapan infrastruktur utama sehingga dapat dirumuskan strategi kebijakan pengembangan infrastruktur pada Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik sebagai kawasan dengan potensi pengembangan industri. 2. 2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH Gambaran Umum GERBANGKERTOSUSILA (GKS)

2.1.1. Transportasi A. Jaringan Jalan Jaringan jalan arteri utama GKS adalah jalan nasional terutama jalan raya membentang dari barat Surabaya ke Lamongan melalui Gresik, barat daya ke Mojokerto, selatan ke Sidoarjo, dan timur laut untuk Bangkalan di atas Selat Madura. Jalan tol utama atau tol yang saat ini dalam layanan GKS dari utara-selatan antara Manyar (Kabupaten Gresik) dan Gempol (Kabupaten Pasuruan) melalui Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo (JICA, 2009). Panjang total jalan di GKS adalah sekitar 5.980 km (JICA, 2009). Panjang jalan ditunjukkan pada gambar berikut:

3

Tabel 1. Total Panjang Jalan di GKSTipe Panjang Jalan Nasional Panjang Jalan Provinsi Panjang Jalan Regional Total Panjang (km) 365 299 5317 5981 Presentase (%) 6 5 89 100

Sumber : JICA, 2009

Judul: Peta Jaringan Jalan di GKS

Gambar 1. Peta Jaringan Jalan di GKS (JICA, 2009)

B.

Jaringan Jalan Tol

Jaringan tol utama di GKS adalah utara-selatan sekitar 62,1 km yang menghubungkan Manyar (Kabupaten Gresik) dan Gempol (Kabupaten Pasuruan) dan juga meluas ke Pelabuhan Tanjung Perak. Selain itu, Jalan Tol Waru Bandara Juanda sepanjang sekitar 13,6 km telah dalam pelayanan sejak tahun 2008 (JICA, 2009). Semua ruas jalan tol yang ada di GKS telah carriageways ganda dengan empat jalur, kecuali untuk bagian Waru Kota Satelit dan Dupak Tanjung Perak, yang memiliki enam jalur. Karena jaringan tol menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan

4

kawasan industri di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Pasuruan, jalan tersebut berfungsi sebagai koridor transportasi pengangkutan barang (JICA, 2009). C. Jaringan Jalan Bukan-Tol Jalan raya Nasional memiliki presentase sekitar 5 % sampai 10 % dari total jaringan, sedangkan sisanya baik jalan propinsi atau jalan kabupaten/kota. Rasio jalan beraspal adalah sekitar 95 % rata-rata dan umumnya jalan kondisi baik. Kepadatan jalan adalah 6,2 km/km2 di Kota Surabaya, 6,8 km/km2 di Kota Mojokerto, dan 0,5 km/km2 di daerah Kabupaten dari GKS yang berarti bahwa jalan yang jauh lebih padat dikembangkan di Kota Surabaya dan Kota Mojokerto (JICA, 2009). Dalam hal fungsi jalan, sistem jalan primer dan sekunder merupakan komponen pokok dalam sistem jaringan jalan. Sistem jalan primer adalah jaringan jalan sistem untuk lalu lintas antar-regional dan terutama melayani lalu lintas antara pusat-pusat perkotaan. Lalu lintas yang didukung oleh sistem primer relatif ditandai dengan perjalanan jarak jauh. Jalan arteri primer menghubungkan kota Orde 1 di Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) biasanya dengan kontrol akses parsial, sedangkan jalan kolektor primer direncanakan dapat terhubung kota sentra Kabupaten dan Kota serta pusat-pusat lainnya pembangunan daerah Sub-Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) yang tidak memiliki kontrol akses. Meskipun jalan jaringan di wilayah studi tampaknya sedikit rumit dalam hal hirarki jaringan jalan karena untuk berbagai klasifikasi jalan yang berbeda di setiap Kabupaten dan Kota, jalan arteri primer umumnya diklasifikasikan dalam Kelas II, dan jalan kolektor primer diklasifikasikan sebagai Kelas IIIA (JICA, 2009). Di sisi lain, sistem jalan sekunder melayani lalu lintas terutama di dalam kawasan perkotaan. Jalan arteri sekunder dirancang dengan kontrol akses parsial, sedangkan jalan kolektor sekunder yang tanpa kontrol akses. Dua sistem jalan harus diintegrasikan dan lancar terhubung satu sama lain. Volume lalu lintas dan perjalanan panjang rata-rata dapat digunakan untuk menentukan fungsi jalan di tahap pertama, dan jaringan jalan adalah akhirnya diklasifikasikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi fisik, kecepatan desain, dan kesinambungan ruas jalan pada tahap kedua (JICA, 2009).

5

Judul: Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor Primer di GKS

Gambar 2. Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor Primer di GKS

Judul: Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor Sekunder di GKS

Gambar 3. Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor Sekunder di GKS

D.

Jembatan Suramadu6

Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Kota Surabaya di Pulau Jawa dan Kabupaten Bangkalan di Pulau Madura, dibuka untuk lalu lintas sebagai jembatan tol pada tanggal 10 Juni 2009 setelah enam tahun konstruksi. Sebelum itu, hanya transportasi feri menghubungkan Ujung (Kota Surabaya) dan Kamal (Kabupaten Bangkalan) sebagai moda transportasi dan perlu waktu sekitar 30 menit (JICA, 2009). Sekarang hanya lima menit untuk perjalanan antara Surabaya dan Bangkalan melalui jembatan. Jembatan Suramadu memiliki empat jalur lebar 3,5 meter untuk penumpang dan kendaraan komersial dan dua jalur untuk sepeda motor dengan lebar 3 meter. Pejalan kaki tidak diperbolehkan di Jembatan Suramadu (JICA, 2009). Jembatan Suramadu diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kegiatan pembangunan daerah tidak hanya Madura namun Surabaya dan sekitarnya. Dengan pembukaan jembatan, diharapkan kerugian sosio-ekonomi yang dialami Pulau Madura dapat berkurang dengan signifikan. Aliran transportasi ke dan dari daerah terpencil Madura diharapkan dapat meningkat yang membuat daerah lebih kompetitif. Selanjutnya pemanfaatan dan pola penggunaan lahan Madura diharapkan akant erbentuk secara seimbang (JICA, 2009). E. Jaringan Kereta Api Jaringan kereta api di Provinsi Jawa Timur ditunjukkan di Gambar....Untuk pengoperasian kereta api, dilayani oleh tiga Biro Pengendali Kereta Api atau DAOP (Daerah Operasi), yang berada di bawah kendali PT. Kereta Api (Persero). Kereta api di GKS semua dioperasikan oleh DAOP VIII. Pada tahun 2009, pelayanan kereta api telah mencapai 316 km.

7

Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Gambar 4. Jaringan Kereta Api di Jawa Timur Tabel 2. Panjang Lintasan Kereta Api di GKSRute Surabaya Pasar Turi Lamongan- Bojonegoro Surabaya Kota Mojokerto Wonokromo Sidoarjo Blitar Total panjang lintasan Jarak (km) 104.80 47.76 163.21 316

Sumber: PT. KERETA API (Persero), DAOP VIII

Seperti yang ditunjukkan di Gambar di atas, jaringan kereta api pada DAOP VIII dibandingkan dengan garis bagian Utara Jawa (Surabaya-Lamongan-Babat-Bojonegoro), garis bagian Selatan Jawa (Surabaya-Mojokerto), garis yang menghubungkan Selatan ke Malang (Surabaya-Sidoarjo-Bangil-Malang-Blitar), sebagaimana garis cabang (SurabayaSidotopo) yang digunakan untuk pemeliharaan lokomotif di stasiun Sidotopo dan untuk muatan transportasi. Sebagai tambahan, terdapat beberapa garis rel yang dihentikan pelayanannya, termasuk di Pulau Madura. 2.1.2. Jaringan Air Bersih Penyediaan air dikategorikan menjadi dua, yaitu penyediaan air minum dan penyediaan air industri. Ar minum di wilayah kota diproduksi oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang dimiliki oleh perusahaan BUMN pengolah air bersih dan

8

didistribusikan juga oleh PDAM. Air mentah disediakan oleh Perum Jasa Tirta I (PJTI) yang beroperasi di bawah kendali Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Balai Besar Wilayah Bengawan Solo. Di wilayah pinggiran, air minum untuk rumah tangga diambil secara individu dengan sumur atau sistem penyediaan air komunal (HIPAM atau IKK) yang beroperasi di masyarakat. Pemerintah provinsi Jawa Timur mengembangkan sistem penyediaan air bersih untuk wilayah kabupaten.

Gambar 5. Kerangka Penyediaan Air di Wilayah GKS (JICA, 2009)

Pelayanan pada pengolahan air bersih merupakan parameter penting untuk mengindikasikan kualitas suatu wilayah. Di wilayah GKS, pelayanan pemenuhan air bersih begitu dalam. PDAM Surabaya telah memenuhi 68% populasi, PDAM Sidoarjo telah melayani 29% populasi pada tahun 2007 dan ditargetkan meningkat menjadi 45% pada tahun 2022. Pemenuhan pelayanan di PDAM Lamongan saat ini adalah 12% dan ditargetkan menjadi 44% pada tahun 2020. 2.1.3. Air Limbah Air limbah manajemen di zona GKS tidak memadai untuk diberikan dan masih dilakukan dengan cara yang sangat tradisional. Rumah tangga adalah sumber utama air limbah yang dihasilkan yang diperlukan oleh kebanyakan tangki septik individu sederhana. Air limbah dipisahkan untuk lumpur supernatan dan septik.

9

Supernatan dibuang ke drainse atau ke tanah. Lumpur septik dikumpulkan oleh perusahaan lisensi oleh Kantor Kebersihan, kemudian dirawat dan dibuang di lumpur pembuangan situs. Septic generasi lumpur dari tangki septik sederhana adalah tentang 0,0005 m3/kapita/hari). Dengan mempertimbangkan 3 juta penduduk Surabaya, tanaman ini perlu diperpanjang. Tingkat pengobatan yang diperlukan limbah komersial dan industri ditetapkan oleh jenis usaha dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Air limbah industri komersial dan sebagian besar diperlakukan secara individual, kecuali di kawasan industri.

Gambar 6. Diagram Air Limbah di Area GKS (JICA, 2009)

Ini adalah sebuah fakta bahwa kualitas air sungai telah memburuk meskipun standar limbah cair yang dinyatakan dalam banyak aturan administrasi. Sebagai standar efluent yang ada bertujuan untuk melestarikan kualitas sumber daya air, pemerintah harus lembaga langkah-langkah untuk tujuan ini. Penurunan kualitas air baku tidak menyebablan bahaya kesehatan saja, tetapi juga mengurangi volume untuk konsumsi domestik dan industri. Monitoring kualitas air dilakukan pada 60 lokasi di Sungai Brantas dan Sungai Solo bulanan oleh PJTI berdasarkan Surat Keputusan. Namun, mengekspos mereka yang melanggar standar kualitas air belum diselesaikan dengan keputusan.

10

2.2.

Sejarah Industri Kabupaten Gresik Di Indonesia sektor industri telah lama ada sejak zaman kolonial. Pada dekade 1950-

an perusahaan-perusahaan itu dikelola oleh BPPIT (Badan Pusat Penyelenggaraan Industri dan Tambang). Pada akhir dekade 1950-an dibawa alam demokrasi terpimpin direncanakan beberapa proyek baru, tetapi biasanya tidak memperhitungkan kelayakan teknis ekonomis proyek itu. Termasuk didalamnya antara lain proyek baja di Cilegon, pabrik kertas di Blabak dan Gowa, pabrik semen Tonasa, pabrik pupuk Petrokimia Gresik (Mustakim, 2009). Seiring dengan perkembangan industri nasional, di Gresik juga bermunculan perusahaan-perusahaan industri besar. Perusahaan-perusahaan ini selain berdampak positif juga negatif. Dampak posisif diantaranya tersedianya lapangan kerja, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin terancamnya kehidupan masyarakat Gresik akibat pencemaran, baik air maupun udara. Beberapa industri besar di Gresik selain PT. Petrokimia Gresik adalah PT. Semen Gresik, PT. Petrosida, PT. Petronika, PT. Petrokimia Kayaku, PT. Smelting, PT. Sumber Mas Indah Plywood, PT. Indospring, PT. Nippon Paint, PT. Behaestex, dan lain-lain. Industri besar arahnya juga dikembangkan di Kecamatan Wringinanom dan Driyorejo (Mustakim, 2009). Selain industri-industri besar, industri rumah tangga juga memegang peranan penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat Gresik. Industri rumah tangga ini banyak dikerjakan oleh penduduk yang kurang memiliki tanah untuk usaha-usaha pertanian atau pertambakan. Mereka umumnya pengrajin, seperti pengrajin tas dari kulit imitasi, pengrajin emas (asli maupun imitasi/kricikan), pengrajin songkok, sarung tenun (ATMB/Alat Tenun Bukan Mesin), sepatu, ikat pinggang, tikar, gerabah, dan anyaman bambu. Selain itu juga terdapat kerajinan terutama dalam hal pembuatan makanan atau minuman tradisional, seperti pudak, jenang jubung (dodol), ayas, otak-otak bandeng, nasi krawu (sega krawu), nasi roomo (sega roomo), nasi menir (sega menir), krupuk ikan, petis, terasi, tuak, dan legen (Mustakim, 2009). Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik, 2010). Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos

11

Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934 (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik, 2010). Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan bupati pertama H. Soeflan. Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan dipindahkan ke Bunder, yang kini dianggap sebagai Kota Gresik Baru (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik, 2010). Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Surabaya. Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik dengan pusat kegiatan di kota Gresik (Bagian Pengolahan Data dan Teknologi Informasi Kabupaten Gresik, 2007). Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan dan industri wisata (Bagian Pengolahan Data dan Teknologi Informasi Kabupaten Gresik, 2007). Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertosusilo dan juga sebagai wilayah industri, maka kota Gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara, tapi juga ke seluruh dunia yang di tandai dengan munculnya industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia (Bagian Pengolahan Data dan Teknologi Informasi Kabupaten Gresik, 2007). Gresik terkenal karena dua orang penyebar agama Islam yang termasyhur di Pulau Jawa, yaitu Sunan Giri dan Sunan Gresik (atau Maulana Malik Ibrahim yang juga disebut Syekh Maghribi), dilahirkan, bekerja, dan dimakamkan di kota itu. Mereka ini merupakan dua di antara sembilan wali, atau Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak mengherankan kalau akibat kehadiran dua wali itu, kini di Gresik terdapat cukup banyak pondok pesantren, yang besar maupun yang kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik

12

Kabupaten Gresik tahun 2000, jumlah pesantren di kabupaten itu mencapai 60 buah dengan jumlah santri sebanyak 22.152 orang. Kehadiran pondok pesantren dengan para santrinya itu telah menciptakan lahan bisnis tersendiri bagi masyarakat Gresik, khususnya di bidang kebutuhan pakaian khas para santri laki-laki seperti kopiah dan sarung panjang (Khoiri, 2010). Sarung dari Gresik, misalnya, sangat terkenal. Saat ini kebanyakan produksi sarung tersebut dilakukan PT Behaestex (PT BHS). Dari tiga merek sarung PT BHS, yaitu Atlas, Rubat, dan Marjan, merek Atlaslah yang menguasai pangsa pasar sarung Indonesia. Produk BHS itu ha-nya disaingi oleh produk-produk sarung dari Pekalongan dan Majalengka saja (Khoiri, 2010). Sarung dari Gresik, misalnya, sangat terkenal. Saat ini kebanyakan produksi sarung tersebut dilakukan PT Behaestex (PT BHS). Dari tiga merek sarung PT BHS, yaitu Atlas, Rubat, dan Marjan, merek Atlaslah yang menguasai pangsa pasar sarung Indonesia. Produk BHS itu ha-nya disaingi oleh produk-produk sarung dari Pekalongan dan Majalengka saja. Selain sarung, industri kecil dan menengah di Kabupaten Gresik itu juga memproduksi songkok atau kopiah. Dua produk songkok yang cukup terkenal hingga keluar wilayah Gresik bahkan mancanegara, adalah merek Awing-dikenal sebagai songkok ber-ACproduksi Kelompok Perajin Songkok Amanah, dan merek UD Sangkar Mas produksi Perajin Songkok Sangkar Mas. Jumlah perajin songkok dan sarung di wilayah yang terletak sekitar 20 kilometer baratlaut Kota Surabaya itu, telah membuat Gresik menjadi salah satu sentra produksi songkok dan sarung paling besar di Indonesia. Memang tidak jelas, mengapa kota pesisir pantai Laut Jawa ini dapat menjadi kota songkok dan sarung. Dari catatan sejarah, pakaian kedua wali itu bukan sarung dan songkok, melainkan jubah panjang dengan sorban. Yang jelas hanyalah bahwa kerajinan sarung dan songkok itu kebanyakan memang merupakan industri rumahan-sudah dimulai sejak masa kolonial Belanda, yaitu sekitar tahun 1930-an (Khoiri, 2010).

13

2.3.

Gambaran Umum Industri Kabupaten Gresik Pertumbuhan industri di Kabupaten Gresik menunjukkan kenaikan yang signifikan

sebagai indikasi bahwa daerah ini masih menarik minat dari para investor bermodal besar. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan jumlah industri menengah ke atas yang meningkat jauh dibanding industri kecil. Perkembangan positif dari industri olahan yang telah memberikan sumbangan cukup besar terhadap keseluruhan kegiatan ekonomi masyarakat, menunjukkan bahwa Kabupaten Gresik memiliki prospek yang baik bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Pada tahun 2001 industri olahan yang menjadi penyumbang terbesar adalah industri kayu, yaitu sebesar 15,60 %, dan terkecil adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan yaitu hanya 1,5 %. Pekembangan yang positif dari berbagai jenis industri ini juga ditunjang oleh ketersediaan bahan industri antara lain bahan galian golongan C, hutan kayu dan jati unggul, hasil pertanian tembakau, siwalan, dan bahan baku olahan lainnya (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007) Peluang investasi yang dapat dikembangkan di sektor ini meliputi industri kimia dan hasil hutan, industri logam, mesin dan elektronika dan aneka, serta industri kecil. Peluang investasi industri kimia dan hasil hutan meliputi pembangunan industri pupuk, industri farmasi (kosmetika dan obat-obatan), dan industri kayu olahan. Peluang investasi industri logam, mesin dan elektronika dan aneka meliputi pembangunan industri logam (pembuatan batu tahan api, penyediaan bahan peleburan dan pemurnian besi dan logam), dan aneka industri (plastik, gelas, cat, dan kertas). Sedangkan peluang investasi industri kecil meliputi pembangunan industri kerajinan rumah tangga (tenun, konveksi, keramik, gerabah), industri rumah tangga olahan (makanan dan minuman, krupuk, petis, olahan hasil perikanan), dan industri kecil (furniture, kerajinan rotan, peralatan rumah tangga, perhiasan emas dan perak) (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Gresik antara lain : Semen Gresik, Petrokimia Gresik, PT. Smelting dan Maspion. Gresik juga merupakan penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat. Gresik juga terdapat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap berkapasitas 2.200 MW. Antara Gresik dan Surabaya dihubungkan oleh sebuah Jalan Tol Surabaya-Manyar, yang terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-Gempol (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007).

14

Karakteristik penggunaan lahan di Kabupaten Gresik mengalami adanya ekspansi kawasan terbangun baik berupa permukiman maupun industri diatas kawasan-kawasan tidak terbangun ataupun lahan kosong. Penggunaan lahan di Kabupaten Gresik diperuntukan untuk berbagai macam kegiatan antara lain permukiman seluas 9.050 Ha, perindustrian seluas 1.276 Ha, pertanian 36.746 Ha, tegalan seluas 21.854 Ha, hutan seluas 10.117 Ha, perkebunan seluas 4769 Ha, perikanan seluas 25.539 Ha, pertambangan seluas 437 Ha, waduk/telaga seluas 1.204 Ha, jalan seluas 564 Ha dan sisanya diperuntukan utuk kegiatan lainnya (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007).

Gambar 7. Orientasi Kabupaten Gresik terhadap Propinsi Jawa Timur

15

Sumber : RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2008 - 2028

Gambar 8. Administrasi Kabupaten Gresik

16

Gambar 9. Persebaran Industri Kabupaten Gresik 2.4.

Gambaran Umum Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik17

2.4.1.

Gambaran Umum

Kecamatan Driyorejo berdasarkan struktur pusat permukiman perkotaan Surabaya Metropolitan Area (SMA) masuk dalam struktur pusat permukiman Perkotaan Surabaya tepatnya di dalam cluster Surabaya Barat, yang meliputi Benowo, Tandes, Driyorejo dan Menganti Kabupaten Gresik dengan pusat perkembangan di Benowo. Berdasarkan hierarki kota, Kecamatan Driyorejo ditetapkan sebagai Kota Orde II yang berfungsi sebagai pusat sub regional dengan pelayanan untuk beberpa kecamatan yang terdekat (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Kecamatan Driyorejo terletak pada bagian selatan Kabupaten Gresik. Secara geografis wilayah Kecamatan Driyorejo terletak antara 1120 1130 Bujur Timar dan 70 80 Lintang Selatan. Wilayah Kecamatan Driyorejo memiliki luas 5.130 Ha, terdiri dari 16 desa/kelurahan, 47 dusun, 98 RW, 380 RT. Batas administrasi Kecamatan Driyorejo adalah sebagai berikut (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007):

Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat

: Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya : Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya : Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo : Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik

Rata-rata petumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir di Kecamatan Driyorejo sebesar 8,8 %. Jenis mata pencaharian penduduk di Kecamatan Driyorejo terdiri dari petani, pegawai negeri, buruh/karyawan, perdagangan, TNI, jasa dan lain sebagainya, dimana pada tahun 2008 didominasi oleh penduduk yang bekerja di sektor industri sebesar 64,63% (Kecamatan Driyorejo dalam Angka tahun 2008). Topografi di Kecamatan Driyorejo berkisar antara 6,25-50 meter di atas permukaan laut. Dari segi topografi Kecamatan Driyorejo sesuai untuk pengembangan perkotaan mengingat topografinya berada pada daerah dataran rendah. Topografi di Kecamatan Driyorejo dibagi menjadi : 1. Topografi 6,25 -12,5 mdpl yang tersebar di seluruh desa yang ada dengan luas 4.334 ha atau 84,49% dari luas wilayah 2. Topografi 25 mdpl yang tersebar di seluruh desa kecuali Desa Krikilan, Bambe, Driyorejo dan Cangkir seluas 724 ha atau 14,11% dari luas wilayah

18

3. Topografi 37,5 mdpl yang tersebar di Desa Sumput, gadung, karangandong, Wedoroanom, Mojosarirejo dan randegansari seluas 63 ha atau 1,23% dari luas wilayah. 4. Topografi 50 mdpl yang tersebar di Desa Karangandong dan Mojosarirejo seluas 8 ha atau 0,17% dari luas wilayah. (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007) Kemiringan tanah (kelerengan) merupakan sudut yang dibetuk oleh permukaan tanah dengan bidang horisontal dan dinyatakan dalam persen (%). Berdasarkan besarnya tingkat kelerengan maka lemiringan tanah di Kecamatan Driyorejo kelompok : 1. semusim 2. Kelerengan 8-15% seluas 71 ha atau 1% tersebar di Desa Kesamben Wetan, Sumput, Karangandong, Mojosarirejo (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007) Lapisan batuan yang terdapat di Kecamatan Driyorejo sebagian besar merupakan seri batuan aluvium. Jenis aluvium mendominasi sebagian besar wilayah di Kecamatan Driyorejo sebesar 36 %, Formasi Kabuh sebesar 0,4 %, Formasi Lidah sebesar 22,7 %, Formasi Pucangan 30,1 % dan Formasi Sonde 10,8 %. Keadaan geologi umum yang menonjol di Kecamatan Driyorejo adalah terdapatnya daerah perlipatan antiklinorium yang melintang dari timur ke barat. Daerah perlipatan demikian ini sangat labil karena ada kemungkinan terjadinya pergeseran batuan dasar, terutama pada area sinklinal dan antiklinal. Selain itu juga terdaat sesar (patahan yang memotong antiklinorium tersebut pada dua tempat dan melintang dari timur laut ke arah barat daya) (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Jenis tanah yang ada di Kecamatan Driyorejo secara garis besar dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis tanah yaitu aluvial dan grumosol. Adapun kedua jenis tanah tersebut mempunyai sifat dan ciri sebagai berikut :1.

terbagi menjadi beberapa

Kelerengan 0-8% seluas 5.059 ha atau 99% tersebar di seluruh

desa sesuai untuk pengembangan kegiatan lahan terbangun dan pertanian tanaman

Jenis tanah Aluvial. Jenis tanah ini memiliki karakteristik: Corak : Warna Kelabu, tekstur liat : pasir 25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl. Sehingga, wilayah GKS sesuai untuk pembangunan lokasi industri jika ditinjau dari karakteristik fisik lahannya. 3) Sarana Prasarana GKS memiliki lokasi geografis yang menguntungkan bagi kegiatan ekonomi. Ada pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, di bagian utara Kota Surabaya dan bandara internasional Juanda yang terletak berdekatan dengan Kota Surabaya. Kedua fasilitas internasional memainkan peran sebagai gateway dari/ ke wilayah Jawa Timur, tidak hanya untuk mobilisasi penumpang, tetapi juga untuk logistik. Selain itu, Kabupaten Gresik juga telah memiliki pelabuhan usaha yaitu Pelabuhan Gresik di bagian Barat. Pelabuhan ini dan bandara berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi dalam hal impor internasional dan domestik/ ekspor barang.

31

Gambar 13. Lokasi Industri yang didukung oleh Pelabuhan dan Bandara

B. 1)-

Hambatan Sosial dan Ekonomi

Urbanisasi dari GKS telah mengalami perkembangan yang di pusat Kota Surabaya dan sekitarnya, menyebabkan kepadatan berpusat di Kota Surabaya dan sekitarnya. Hal ini akan berpengaruh pada ketimpangan wilayah, karena pembangunan fasilitas kota dan kegiatan perekonomian akan lebih berpusat di pusat kota. Begiru pula halnya dengan sektor perdagangan, industri, maupun sektor informal yang lebih umum di pedesaan daripada wilayah kota. Akibatnya, pola kerja informal yang besar ditentukan lebih signifikan dalam kabupaten dengan daerah pedesaan besar, seperti Lamongan dan Bangkalan dengan lebih dari 40% saham sektor informal, dibandingkan dengan Surabaya urbanisasi tinggi dengan hanya sekitar 20% lapangan kerja informal. Kerja formal menyumbang sekitar 74% dari total dipekerjakan di daerah perkotaan sementara tingkat hanya 42% di daerah pedesaan.

32

-

PDRB Per Kapita antara daerah ini mungkin memberikan konstribusi terhadap pemikiran kesenjangan antar daerah yang ada di GKS. Hal ini disebabkan oleh ketimpangan antara wilayah pusat kegiatan dan wilayah pinggiran dengan Kota Surabaya dan daerah terdekatnya seperti Kabupaten Gresik yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Sementara, kota lain seperti Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bangkalan memiliki rasio kemiskinan yang belum membaik secara drastis dan masih terdaftar nilai-nilai tinggi seperti. 2) Fisik (Keadaan Alam) Daerah GKS banyak dilewati sungai-sungai, terutama sungai besar, seperti Sungai

Bengawan Solo dan Sungai Brantas dimana sungai-sungai tersebut sering meluap saat musim banjir, dan menyebabkan banjir/genangan di beberapa daerah. Hal ini akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi kota, terutama dalam mobilisasi kegiatan industri. 3)-

Sarana Prasarana

Pencemaran limbah industri yang mempengaruhi Sungai Brantas dan anak-anak sungainya dengan muatan pencemaran BOD sampai 125 ton per hari (RTRW Propinsi Jawa Timur, 2005). Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya jumlah industri dan fasilitas-fasilitas lain yang membuang limbah di sungai tanpa melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai menjadi tercemar oleh limbah-limbah industri tersebut, sementara sebagian sungai tersbut juga menjadi sumber untuk pengolahan air bersih di beberapa wilayah di GKS.

-

Jumlah kerusakan jalan di tingkat regional dan kemacetan lalu lintas di perkotaan yang disebabkan oleh penggunaan jalan oleh angkutan kendaraan berat. Hal ini dikarenakan, banyak jalan di wilayah GKS merupakan jalur arteri primer dan sekunder yang diperbolehkan dilewati oleh kendaraan berat seperti truk, bus, dan angkutan barang lain yang menunjang kegiatan transportasi ekonomi perdagangan dan industri.

3.3

Potensi dan Hambatan Kecamatan Driyorejo A. Potensi

1) Sosial Ekonomi-

Kondisi sosial budaya masyarakat yang heterogen karena berasal dari berbagai suku dan etnis yang ada di Indonesia memberikan hal positif terhadap perilaku sosial

33

kemasyarakatan. Dengan adanya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, dapat mempererat rasa persatuan yang dapat menjadi penyaring hal-hal negatif yang terbawa dari luar wilayah.-

Kecamatan Driyorejo sudah terlayani oleh angkutan umum yang melayani rute Krian, Cerme, Karangpilang, Sidoarjo, Kedamean, Menganti, Wringinanom. Dengan adanya angkutan umum tersebut secara otomatis dapat mendukung kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat. Dengan demikian, potensi pengembangan wilayah tersebut menjadi terbuka semakin lebar.

-

Kegiatan Industri berkembang pesat di Kecamatan Driyorejo, baik industri kecil, sedang dan besar. Industri besar terdapat di Desa Krikilan, Driyorejo, Cangkir, Bambe dan Tenaru. Hasil analisa tersebut sesuai dengan kondisi yang ada bahwa perkembangan industri besar di Kecamatan Driyorejo lebih mengarah di desa-desa tersebut. Bagi industri sedang terletak di Desa Bambe, Mulung, Tenaru, Kesamben Wetan, Sumput, dan Karangandong. Jumlah industri kecil yang berkembang di Kecamatan Driyorejo sebanyak 17 jenis yang tersebar di Desa Krikilan, Bambe, Petiken, Kesamben Wetan, Sumput, Tanjungan, Banjaran, Karangandong, Mojosarirejo, Wedoroanom, Randegansari, dan Gadung. Bagi industri kecil di

Kecamatan Driyorejo adalah Desa Petiken, Kesamben Wetan, Tanjungan, Banjaran, Karangandong, Mojosarirejo, Wedoroanom, Randegansari, Gadung. Kegiatankegiatan industri tersebut memiliki pearanan penting bagi perkembangan perekonomian Kecamatan Driyorejo.

Gambar 14. Tanaman Salah Satu Lokasi Industri Besar di Kecamatan Driyorejo

34

Gambar 15. Industri Kecil Kerajinan Genteng sebagai Salah Satu Industri Kecil di Kecamatan Driyorejo

2) Fisik (Keadaan Alam)-

Kecamatan Driyorejo memiliki ketinggian 6,25-50 meter dpl, dengan kelerengan 0-8 % (99 % dari luasan), 8-15 % (1 % dari luasan). Hal ini lebih cukup memudahkan di dalam pelaksanaan pembangunan. Jika disesuaikan dengan standar karakteristik industri, maka Kecamatan Driyorejo sesuai untuk pembangunan lokasi industri. Hal ini dikarenakan lokasi yang sesuai untuk lokasi industri adalah lokasi dengan kemiringan lereng yang sesuai dan berkisar 0% - 25%, pada kemiringan >25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl;

-

Kecamatan Driyorejo merupakan wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan permukiman, hal ini didukung oleh posisi yang cukup strategis maupun lahan yang tersedia serta kesesuain lahan untuk pembangunan permukiman yang berada pada kemiringan datar hingga menengah.

Gambar 16. Potensi Pengembangan Permukiman di Kecamatan Driyorejo -

Sektor pertanian yang potensial di Kecamatan Driyorejo, adalah : Sektor pertanian tanaman pangan yang berkembang meliputi jenis tanaman padi, jagung dan kacang tanah. Selain jenis tanaman tersebut, Kecamatan Driyorejo juga menghasilkan

35

tanaman cabe dan kangkung yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi agroindustri yang mengolah hasil pertanian tersebut.

Gambar 17. Tanaman Padi sebagai Salah Satu Sektor Pertanian di Kecamatan Driyorejo

3) Sarana dan Prasarana-

Jangkauan jaringan listrik PLN dan telepon telah merata seluruh wilayah, demikian juga dengan jaringan jalan sebagian besar sudah diaspal dan dipaving. Hal ini akan mendukung berkembangnya industri yang terlayani oleh jaringan listrik dan telekomunikasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian wilayah Kecamatan Driyorejo.

Gambar 18. Jaringan Listrik di Kecamatan Driyorejo -

Kecamatan Driyorejo memiliki fasilitas pendidikan berupa TK sebanyak 24 unit, SD/MI sebanyak 38 unit. SLTP/MTS sebanyak 11 unit, SLTA/MA sebanyak 5 unit, Pondok Pesantren sebanyak 4 unit. Untuk fasilitas peribadatan, Kecamatan Driyorejo memiliki 45 unit Masjid dan 149 unit surau/langgar, dan Gereja 3 unit. Untuk Fasilitas Kesehatan terdiri dari, Puskesmas sebanyak 2 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 3 unit, Poliklinik sebanyak 10 unit, Polindes sebanyak 10 unit, Apotik sebanyak 2 unit dan praktik dokter sebanyak 4 unit. Tersedianya beberapa sarana tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat telah terpenuhi. Sehingga, dapat

36

disimpulkan bahwa terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap sarana umum, maka kualitas hidup masyarakat akan meningkat menjadi lebih baik yang secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat pula.

Gambar 19. Sarana Pendidikan di Kecamatan Driyorejo

B.-

Hambatan

1) Sosial - Ekonomi Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kelurahan Bambe, Driyorejo, Cangkir dan Krikilan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis ke-4 kelurahan tersebut yang berada di jalan utama yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto. kota.-

Hal ini yang dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan pada wilayah

tersebut, dikarenakan fasilitas dan aktivitas ekonomi hanya akan berpusat di pusat Penduduk usia kerja yang masih pengangguran atau bekerja memiliki jumlah yang cukup besar di Kecamatan Driyorejo dan menjadi permasalahan bagi masyarakat setempat, penduduk yang belum berkerja sebanyak 22.137 orang yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Driyorejo (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Hal ini dikarenakan Kabupaten Gresik yang memiliki banyak lapangan kerja di sektor industri membutuhkan tenagatenag yang lebih berpengalaman. Sementara, jika didasarkan pada tingkat pendidikan, masyarakat di Kecamatan Driyorejo mayoritas berpendidikan setingkat Sekolah Dasar. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya angka pengangguran karena lemahnya tingkat pendidikan mereka.-

Kemacetan lalu lintas di Jalan Raya Legundi-Jalan Raya Bambe karena kapasitas jalan yang tidak seimbang dengan volume dan jenis kendaraan yang melintasnya. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidaksadaran masyarakat dalam berlalu lintas.37

Hal ini akan berpengaruh dan akan menghambat mobilitas kegiatan industri, dimana sektor transportasi menjadi faktor utama dalam kegiatan tersebut.

Gambar 20. Kondisi Lalu Lintas Jalan Raya Legundi-Jalan Raya Bambe, Kecamatan Driyorejo

2) Fisik (Kondisi Alam)-

Jenis tanah yang ada di Kecamatan Driyorejo secara garis besar dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis tanah yaitu aluvial dan grumosol. Dari 2 (dua) jenis tanah tersebut, secara umum kondisi sifat fisik tanah pada umumnya mempunyai daya dukung yang relatif rendah, oleh karena tingginya kadar kandungan tanah liat yang bertipe montmorrilllonite (bersifat retak pada saat kering, dan lekat/memuai pada saat basah (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Jika disesuaikan dengan standar karakteristik lokasi industri, maka jenis tanah di wilayah ini kurang mendukung, karena kurang menunjang konstruksi bangunan industri.

-

Keadaan geologi umum yang menonjol di Kecamatan Driyorejo adalah terdapatnya daerah perlipatan antiklinorium yang melintang dari timur ke barat. Daerah perlipatan demikian ini sangat labil karena ada kemungkinan terjadinya pergeseran batuan dasar, terutama pada area sinklinal dan antiklinal. Selain itu juga terdapat sesar (patahan yang memotong antiklinorium tersebut pada dua tempat dan melintang dari timur laut ke arah barat daya. Daerah patahan ini merupakan daerah yang sangat berbahaya untuk pembangunan sarana dan prasarana fisik karena kemungkinan terjadinya gempa. Kerawanan ini didukung pula oleh batuan jenis napal tufaan (yang mudah mengalami patahan/keretakan) yang membentang dari timur ke barat. Lokasi patahan tersebut terdapat di Desa Karangandong, Mojosarirejo, sebagian Desa Sumput, Kesamben wetan dan Petiken. Keadaan ini juga mempengaruhi secara negatif

38

terhadap pembangunan lokasi industri, karena daya dukung lahan kurang sesuai untuk menunjang konstruksi bangunan industri di wilayah ini. 3) Sarana dan Prasarana-

Daerah rawan banjir di Kecamatan Driyorejo terdapat pada beberapa desa diantaranya adalah Desa Krikilan, Driyorejo, Cangkir, Petiken, Mulung dan Sumput. Lokasi banjir tidak seluruhnya menggenangi desa tersebut namun hanya pada beberapa titik atau lokasi yang disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dapat mengakibatkan banjir. Salah satu penyebab banjir tersebut adalah kondisi saluran yang kurang memadai untuk menampung limpahan air hujan, sehingga air meluap keluar dari salurannya dan juga tidak adanya saluran pembuangan tepi jalan yang banyak terdapat di beberapa ruas jalan di Kecamatan Driyorejo. Hal ini berpengaruh negatif terhadap mobilitas industri dimana dukungan prasana sangat penting dalam menunjang beroperasinya kegiatan mobilitas industri.

-

Limbah yang berasal dari pabrik diantaranya mengakibatkan polusi udara yang berasal dari asap, salah satunya yang dihasilkan oleh pabrik MDQ. Selain itu, pembuangan air limbah baik industri maupun domestik banyak memanfaatkan Kali Tengah, sebagai saluran pembuangan. Kegiatan Industri tersebut memberikan kontribusi air limbah yang cukup besar selain domestik. Pembuangan air limbah inilah yang memberikan kontribusi pencemaran yang signifikan pada Kali Surabaya. Disisi lain Kali Surabaya sebagai sumber penyediaan air minum. Selain limbah cair yang mencemari sungai, asap yang dihasilkan oleh industri-industri di Kecamatan Driyorejo. Oleh karena itu Industri yang berkembang pesat di Kecamatan Driyorejo perlu diantisipasi dengan bangunan pengolah limbah untuk menghindari kerusakan lingkungan

-

Belum meratanya sarana dan prasarana air bersih, telepon, pengelolaan sampah. Belum optimalnya pengelolaan sampah di Kecamatan Driyorejo maupun sarana dan prasarana yang ada masih sangat terbatas. Sebagian membuang sampah dengan cara menimbun dan membakar di pekarangan, sebagian membuang ke saluran atau sungai

39

Gambar 21. Peta Infrastruktur Kecamatan Driyorejo Tahun 2007

40

Sumber : Hasil Analisis

Gambar 22. Fotomapping Infrastruktur Kecamatan Driyorejo

3.4

Infrastruktur Prioritas Pembangunan sektor industri diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi

yang cukup tinggi, didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan sektor industri ditujukan untuk makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien, berdaya saing tinggi, mempunyai struktur yang semakin kokoh dengan pola mengandalkan pada tenaga kerja yang produktif dan sumber daya alam yang melimpah menjadi barang bermutu, bernilai tinggi dan padat karya. Sedangkan industri kecil harus dikembangkan dan didorong untuk menjadi semakin kuat. Secara garis besar, kebijaksanaan pengembangan sektor industri terdiri atas upaya terpadu dan saling menunjang untuk (RTRW Propinsi Jawa Timur 2005-2025):

41

Menciptakan iklim berusaha yang kompetitif dan iklim investasi yang mendukung pengembangan industri secara efisien serta yang mendukung penguatan struktur industri,

Meningkatkan kemampuan industri dalam penguasaan teknologi, pengembangan sumberdaya manusia, dan kelembagaan industri, serta pengembangan industri berwawasan lingkungan,

Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah disertai pengembangan perangkat kelembagaan yang mendukung, Memperluas persebaran industri sehingga menjadi bagian integral dari sitem industri nasional yang kuat dan maju, dan Mendorong serta memantapkan berkembangnya industri-industri unggulan yang diprioritaskan.

Terkait dengan hal tersebut, maka pengembangan industri tersebut disesuaikan dengan kebijakan industri di dalam SWP Gerbang-kertosusila yang tercantum di dalam RTRW Propinsi Jawa Timur 2005-2025. Adapun untuk menunjang pengembangan industri industri, maka kebijakan pengembangannya adalah dengan melakukan penataan ruang pengembangan sistem kawasan transportasi, termasuk di dalamnya adalah transportasi darat dan transportasi laut.

Transportasi laut Perlu adanya peningkatan fungsi pelabuhan Gresik dalam melayani pengangkutan barang industri/bahan baku

Transportasi darat Arahan pembangunan sistem jaringan jalan di wilayah perencanaan adalah pada jalan arteri primer yang menghubungkan Surabaya-Gresik menuju ke Semarang. Di samping itu untuk mendukung keberadaan sistem jalan arteri, diarahkan pada setiap kota untuk membangun sistem jalan lingkar pada tiap kota yang dilalui sistem jaringan jalan arteri primer, sebagaimana pada Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan yang menyatakan harus adanya keterkaitan antara sistem jaringan jalan arteri dan kolektor primer.

a.

Sistem Transportasi Jaringan jalan arteri utama GKS adalah jalan nasional terutama jalan raya

membentang dari barat Surabaya ke Lamongan melalui Gresik, barat daya ke Mojokerto,

42

selatan ke Sidoarjo, dan timur laut untuk Bangkalan di atas Selat Madura. Jalan tol utama atau tol yang saat ini dalam layanan GKS dari utara-selatan antara Manyar (Kabupaten Gresik) dan Gempol (Kabupaten Pasuruan) melalui Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Sementara itu, jaringan tol utama di GKS adalah utara-selatan sekitar 62,1 km yang menghubungkan Manyar (Kabupaten Gresik) dan Gempol (Kabupaten Pasuruan) dan juga meluas ke Pelabuhan Tanjung Perak. Selain itu, Jalan Tol Waru Bandara Juanda sepanjang sekitar 13,6 km telah dalam pelayanan sejak tahun 2008. Semua ruas jalan tol yang ada di GKS telah carriageways ganda dengan empat jalur, kecuali untuk bagian Waru Kota Satelit dan Dupak Tanjung Perak, yang memiliki enam jalur. Karena jaringan tol menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan kawasan industri di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Pasuruan, jalan tersebut berfungsi sebagai koridor transportasi pengangkutan barang (JICA, 2009). Hal ini yang menjadikan peluang dalam hal transportasi dalam pengembangan industri di Kabupaten Gresik, terutama di Kecamatan Driyorejo yang memudahkan dalam mobilisasi kegiatan industri industri seperti pengiriman bahan baku ke lokasi industri hingga pengiriman produk hasil industri. Ditambahakan pula dalam rencana pengembangan jalan di wilayah GKS, Kabupaten Gresik sebagai salah satu rute transportasinya, akan diberi keuntungan dalam hal tersebut., terutama untuk kegiatan industri.

43

Gambar 23. Rencana Pengembangan Transportasi di Wilayah GKS (JICA, 2009)

Penataan pada sistem transportasi menjadi hal penting karena terkait dengan kegiatan mobilisasi bahan baku ke lokasi industri dan pemasaran ke pasar. Jaringan jalan terkait sarana penunjang kegiatan industri meliputi pelayanan jalan yang mendukung kegiatan industri. Sistem transportasi menjadi penting dikarenakan sebagai berikut:

Sarana transportasi darat berupa jalan telah terpenuhi di Kecamatan Driyorejo, yaitu berupa jalan arteri primer dan arteri sekunder. Selain itu, sarana transportasi darat berupa jaringan jalan telah terpenuhi hampir di semua lokasi industri. Sehingga, dengan kemudahan aksesbilitas ini maka memudahkan mobilisasi kegiatan industri. Jaringan jalan yang ada pada tingkatan industri kecil telah terjangkau hingga hirarki jalan kolektor primer, yang merupakan jalan kabupaten.

Kondisi Jalan untuk menunjang kegiatan industri kecil dan menengah dalam kondisi cukup baik, ada beberapa jalan yang ada memiliki permukaan tidak rata, bergelombang, berlubang dan masih ada juga yang berupa makadam.

Perkerasan jalan untuk jalan utama berupa aspal hotmix, selain itu juga asapal biasa, dan untuk jalan lokal atau lingkungan ada yang menggunakan rabat beton ataupun paving

44

Kelas jalan untuk jalan arteri Primer adalah Kelas I A, dengan beban maksimal > 10.000 ton, hal ini telah sesuai dengan kriteria lokasi industri harus berada pada lokasi yang bisa di jangkau dengan jalan minimal kelas I A. Sementara itu, kelas jalan sebagai sarana penunjang industri kecil dan menengah yang mampu menjangkau lokasi sampai pada kelas jalan III C, dengan batas maksimum bobot < 1.000 ton telah terpenuhi pula di Kecamatan Driyorejo.

Moda Transportasi yang ada guna menunjang kegiatan industri yang ada adalah berupa angkutan distribusi barang, berupa Truck, peti kemas dan moda angkutan lain sebagai pengangkut barang, selain masing-masing perusahaan telah memiliki kendaraan pribadi untuk kegiatan industrinya, ada juga perusahaan-perusahaan jasa pengiriman barang untuk ke luar negeri.

b.

Drainase Saluran drainase di Kecamatan Driyorejo berupa saluran pinggir jalan sebagai

penampung air hujan. Pada umumnya saluran drainase di Kecamatan Driyorejo merupakan saluran terbuka dengan kondisi permanen dan non permanen. Kondisi saluran drainase di sebagian besar wilayah di Kecamatan Driyorejo masih belum optimal dan tidak semua ruas jalan dilengkapi oleh saluran tersebut, sehingga mengakibatkan banyaknya ruas jalan yang rusak berat akibat air hujan menggenangi jalan yang belum dilengkapi oleh saluran tersebut. Kecamatan Driyorejo dilewati oleh beberapa sungai besar, seperti aliran Kali Surabaya, Kali Tengah dan beberapa kali kecil lainnya yang mengarah ke Kali Tengah. Kali Surabaya selain dimanfaatkan airnya untuk sumber air baku juga dimanfaatkan sebagai saluran drainase. Sedangkan Kali Tengah selain berfungsi sebagai saluran drainase juga dimanfaatkan oleh industri-industri yang berkembang disepanjang Kali Tengah sebagai saluran pembuangan limbah cair.

45

Gambar 24. Kali Tengah yang Merupakan Tempat Pembuangan Limbah Industri c.

Sistem Pengolahan Limbah Limbah Domestik Limbah domestik, berasal dari berbagai aktifitas rumah tangga berupa tinja dan

buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Di Kecamatan Driyorejo masih mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site) untuk pembuangan limbah manusia, meliputi tangki septik, kakus, WC. Sebagian besar dari fasilitas ini dimiliki oleh masing-masing rumah tangga terutama pada permukiman baru yang saat ini berkembang di Kecamatan Driyorejo. Sebagian kecil masyarakat masih menggunakan sungai/air permukaan atau saluran drainase untuk pembuangan air kotor. Masalah yang timbul dari limbah domestik tersebut, adalah limbah manusia yang berasal dari beberapa pengembangan perumahan yang terdapat di Kecamatan Driyorejo, diantaranya Kota Baru Driyorejo, dan RSS Sumput yang memanfaatkan saptic tank untuk membuang limbah manusia, tetapi hanya untuk excreta-nya saja sedangkan sullage langsung dibuang ke badan air atau saluran drainase. Dan effluen dari tangki septik limbah manusia yang berasal dari perumahan tersebut langsung dibuang ke Kali Tengah. Selain rumah tangga, limbah domestik juga dikeluarkan oleh industri dari kegiatan sanitasi, toilet karyawan perusahaan. Jumlah air limbah domestik sangat tergantung dengan jumlah karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut. Jumlah air limbah diperkirakan 30-90 % dari penggunaan air sehari-hari. Air limbah domestik yang dikeluarkan oleh industri dari kegiatan sanitasi karyawan sebagian telah dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Limbah Industri Lokasi Industri di Kecamatan Driyorejo tersebar di Desa Krikilan, Driyorejo, Cangkir, Bambe, Sumput dan Karangandong. Industri yang ada di Kecamatan

46

Driyorejo baik industri kelas menengah hingga besar telah memiliki instalasi pengolahan limbah, diantaranya PT. Miwon Indonesia, PT. Garuda Food Putra-Putri Jaya, PT. Kawasan Industri Gresik, dan PT. Semen Gresik. Namun tidak semua industri yang ada telah melengkapi instalasi water treatment, sehingga terdapat sebagian industri tidak memiliki saluran pengolahan limbah dan membuang limbah hasil produksi tersebut ke sungai. Pembuangan air limbah industri ke sungai di Kecamatan Driyorejo dengan memanfaatkan Kali Tengah, sebagai saluran pembuangan. Di sepanjang aliran Kali Tengah terdapat beragam jenis industri yang berkembang. Industri tersebut terdiri dari industri kertas, minuman ringan, pengolahan kayu, kawat, sepeda, detergen, farmasi, biskuit dan keramik. Industri-industri tersebut memberikan kontribusi air limbah yang cukup besar selain domestik. Kali Tengah merupakan anak sungai dari Kali Surabaya. Kali Tengah menjadi avour penampung aliran limbah bagi industri-industri di wilayah pengalirannya. Pembuangan air limbah inilah yang memberikan kontribusi pencemaran yang signifikan pada Kali Surabaya. Disisi lain Kali Surabaya sebagai sumber penyediaan air minum. Hingga saat ini yang juga masih menjadi permasalaan terhadap limbah industri di Kecamatan Driyorejo adalah asap yang dihasilkan dari pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara. 3.5 Strategi Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Strategi kebijakan pengembangan infrastruktur dicari dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis tersebut mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian akan ditentukan strategi pengembangannya melalui gambar dalam kuadran SWOT.

47

Tabel 4. Analisis SWOT Industri Kecamatan Driyorejo, Kabupaten GresikAnalisis SWOT Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Jumlah penduduk yang Urbanisasi dari GKS telah bekerja di GKS telah mencapai mengalami perkembangan yang 44,5% (JICA, 2009). di pusat Kota Surabaya dan Sementara rasio kemiskinan sekitarnya, menyebabkan GKS berkurang sedikit kepadatan berpusat di Kota diantara 2006 dan 2007 paralel Surabaya dan sekitarnya. seperti kecenderungan negara lain(JICA, 2009). Hal ini dikarenakan wilayah GKS memberikan kesempatan besar pada keterbukaan lapangan pekerjaan yang dapat mengangkat derajat ekonomi masyarakat, terutama di bidang perdagangan dan industri dengan peran besarnya dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat PDRB Provinsi Jawa Rimur PDRB Per Kapita antara daerah telah meningkat dan tingkat ini mungkin memberikan pertumbuhan tahunan antara konstribusi terhadap pemikiran 2002 dan 2007 telah mencapai kesenjangan antar daerah yang 5,7%. PDRB atas dasar harga ada di GKS. konstan 2000 adalah Rp 287.814 milyar pada tahun 2007, atau setara dengan 14,7% dari PDB. Sektor konstribusi adalah perdagangan, sektor hotel, dan restoran. Kabupaten Sidoarjo, Kota dan Kabupaten Mojokerto telah memberikan konstribusi yang sangat banyak bagi perkembangan ekonomi GKS. Begitu pula halnya dengan Kabupaten Gresik yang juga memberikan perkembangan ekonomi yang signifikan di masyarakat Pertanian merupakan salah Daerah GKS banyak dilewati satu industri yang paling sungai-sungai, terutama sungai penting untuk GKS. Sekitar besar, seperti Sungai Bengawan 24% dari total penduduk yang Solo dan Sungai Brantas dimana bekerja milik industri sektor sungai-sungai tersebut sering primer. Produk mayor di GKS meluap saat musim banjir, dan adalah beras. Volume produksi menyebabkan banjir/genangan di ditandai 1,7 ton pada 2007, beberapa daerah. Hal ini akan atau setara dengan 22% dari berpengaruh pada kegiatan total volume di Provinsi Jawa ekonomi kota, terutama dalam Timur. Untuk produk besar mobilisasi kegiatan industri. lainnya di GKS, jagung, ubi, kayu, ubi kentang, kacang tanah, dan kedelai juga diproduksi. Jika fungsi lahan pertanian tetap dipertahankan

48

di wilayah GKS, maka secara tidak langsung, perkembangan ekonomi di wilayah GKS juga akan didorong oleh sektor pertanian, tidak hanya sektor perdagangan dan industri saja. Kondisi kelerengan di GKS memiliki tanah yang datar kecuali pada Kabupaten Mojokerto yang memiliki lereng pegunungan. Kondisi kelerengan tersebut akan berpengaruh terhadap pembangunan. GKS memiliki lokasi geografis yang menguntungkan bagi kegiatan ekonomi. Ada pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, di bagian utara Kota Surabaya dan bandara internasional Juanda yang terletak berdekatan dengan Kota Surabaya. Kedua fasilitas internasional memainkan peran sebagai gateway dari/ ke wilayah Jawa Timur, tidak hanya untuk mobilisasi penumpang, tetapi juga untuk logistik. Selain itu, Kabupaten Gresik juga telah memiliki pelabuhan usaha yaitu Pelabuhan Gresik di bagian Barat. Pelabuhan ini dan bandara berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi dalam hal impor internasional dan domestik/ ekspor barang. Kondisi sosial budaya masyarakat yang heterogen karena berasal dari berbagai suku dan etnis yang ada di Indonesia memberikan hal positif terhadap perilaku sosial kemasyarakatan. Dengan adanya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, dapat mempererat rasa persatuan yang dapat menjadi penyaring hal-hal negatif yang terbawa dari luar wilayah. Kebijakan RTRW Propinsi yang menjadikan Kabupaten Gresik Sebagai Kawasan Industri dan kebijakan RTRW

Pencemaran limbah industri yang mempengaruhi Sungai Brantas dan anak-anak sungainya dengan muatan pencemaran BOD sampai 125 ton per hari

Jumlah kerusakan jalan di tingkat regional dan kemacetan lalu lintas di perkotaan yang disebabkan oleh penggunaan jalan oleh angkutan kendaraan berat.

Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kelurahan Bambe, Driyorejo, Cangkir dan Krikilan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis ke-4 kelurahan tersebut yang berada di jalan utama yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto. Hal ini yang dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan pada wilayah tersebut, dikarenakan fasilitas dan aktivitas ekonomi hanya akan berpusat di pusat kota. Belum meratanya sarana dan prasarana air bersih, telepon, pengelolaan sampah, termasuk masalah sampah belum dilayani

49

Kabupaten Gresik yang menjadikan Kecamatan Driyorejo sebagai kawasan industri besar. Kecamatan Driyorejo sudah terlayani oleh angkutan umum yang melayani rute Krian, Cerme, Karangpilang, Sidoarjo, Kedamean, Menganti, Wringinanom

oleh Dinas terkait

Kegiatan Industri berkembang pesat di Kecamatan Driyorejo, baik industri kecil, sedang dan besar. Jumlah industri kecil yang berkembang di Kecamatan Driyorejo sebanyak 17 jenis yang tersebar di Desa Krikilan, Bambe, Petiken, Kesamben Wetan, Sumput, Tanjungan, Banjaran, Karangandong, Mojosarirejo, Wedoroanom, Randegansari, dan Gadung.

Limbah yang berasal dari pabrik diantaranya mengakibatkan polusi udara yang berasal dari asap, salah satunya yang dihasilkan oleh pabrik MDQ dan pembuangan air limbah baik industri maupun domestik banyak memanfaatkan Kali Tengah, sebagai saluran pembuangan. Kegiatan Industri tersebut memberikan kontribusi air limbah yang cukup besar selain domestik. Kemacetan lalu lintas di Jalan Raya Legundi-Jalan Raya Bambe karena kapasitas jalan yang tidak seimbang dengan volume dan jenis kendaraan yang melintasnya.

Kecamatan Driyorejo memiliki ketinggian 6,25-50 meter dpl, dengan kelerengan 0-8 % (99 % dari luasan), 8-15 % (1 % dari luasan). Hal ini lebih cukup memudahkan di dalam pelaksanaan pembangunan. Kecamatan Driyorejo merupakan wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan permukiman, hal ini didukung oleh posisi yang cukup strategis maupun lahan yang tersedia serta kesesuain lahan untuk pembangunan permukiman yang berada pada kemiringan datar hingga menengah.

Penduduk usia kerja yang masih pengangguran atau bekerja memiliki jumlah yang cukup besar di Kecamatan Driyorejo dan menjadi permasalahan bagi masyarakat setempat Jenis tanah yang ada di Kecamatan Driyorejo secara garis besar dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis tanah yaitu aluvial dan grumosol. Dari 2 (dua) jenis tanah tersebut, secara umum kondisi sifat fisik tanah pada umumnya mempunyai daya dukung yang relatif rendah, oleh karena tingginya kadar kandungan tanah liat yang bertipe montmorrilllonite (bersifat retak pada saat kering, dan lekat/memuai pada saat basah (Badan Perencanaan

50

Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Jika disesuaikan dengan standar karakteristik lokasi industri, maka jenis tanah di wilayah ini kurang mendukung, karena kurang menunjang konstruksi bangunan industri. Sektor pertanian yang potensial di Kecamatan Driyorejo, adalah : Sektor pertanian tanaman pangan yang berkembang meliputi jenis tanaman padi, jagung dan kacang tanah. Selain jenis tanaman tersebut, Kecamatan Driyorejo juga menghasilkan tanaman cabe dan kangkung yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi agroindustri yang mengolah hasil pertanian tersebut. Jangkauan jaringan listrik PLN dan telepon telah merata seluruh wilayah, demikian juga dengan jaringan jalan sebagian besar sudah diaspal dan dipaving. Begitu pula halnya dengan terpenuhinya sarana umum bagi masyarakat. Keadaan geologi umum yang menonjol di Kecamatan Driyorejo adalah terdapatnya daerah perlipatan antiklinorium yang melintang dari timur ke barat. Daerah perlipatan demikian ini sangat labil karena ada kemungkinan terjadinya pergeseran batuan dasar, terutama pada area sinklinal dan antiklinal.

Dalam zona GKS, khususnya Kabupaten Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya, investasi infrastruktur dilakukan untuk mendukung jalannya investasi industri. Kota Surabaya, ibu kota Propinsi Jawa Timur, merupakan kota Orde I sebagai pusat pelayanan sekaligus sebagai kota yang perkembangannya paling kompleks. Dengan adanya Kota tersebut maka akan memberikan pengaruh bagi perkembangan kota/daerah di sekitarnya, termasuk Kabupaten Gresik yang letaknya juga sangat berdekatan dengan Kota Surabaya Rencana pembangunan jalan

Pengembang an industri pada peruntukan yang telah ditetapkan dan adanya rencana pembangunan jalan tol memberikan peluang. Peningkatan investasi industri yang didukung adanya pembangunan pelabuhan khusus.

Daerah rawan banjir di Kecamatan Driyorejo terdapat pada beberapa desa diantaranya adalah Desa Krikilan, Driyorejo, Cangkir, Petiken, Mulung dan Sumput. Lokasi banjir tidak seluruhnya menggenangi desa tersebut namun hanya pada beberapa titik atau lokasi yang disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dapat mengakibatkan banjir. Penentuan lokasi industri yang tidak memberikan dampak negatif bagi permukiman sekitarnya. Pengelolaan limbah industri sehingga tidak memberi dampak lingkungan. Peningkatan sarana-prasarana untuk menunjang kegiatan industri.

Faktor Eksternal

Peluang (O)

51

Ancaman (T)

tol Surabaya-GresikLamongan Tuban akan memberikan peluang pengembangan industri Pembangunan pelabuhan khusus migas dan barang di Lamongan yang lokasinya berada di perbatasan Kab.Gresik dan Kab.Lamongan yakni LIS (Lamongan Integrated Shorbase) Ketersediaan lahan masih luas Dominasi dengan topografi datar dan kondisi tanah cukup baik memberi peluang dalam pengembangan industri Kebijakan ekspor atau impor dari dan ke negara lain yang dapat menghambat proses perolehan bahan baku dan pemasaran bahan jadi. Perkembangan teknologi yang cepat menuntut perubahan pada teknologi industri

Mengadakan kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan industri Penentuan kebijakan bagi industri untuk mengantisipasi terjadinya inflasi, ekspor ataupun impor. Penggunaan barang subtitusi sebagai pengganti bahan baku utama dalam pembuatan produk

Peningkatan peran aspirasi sebagai media peningkatan informasi mengenai pemasaran produk Peningkatan Iklim usaha yang kondusif dapat mempercepat pengembangan usaha serta menarik pelaku usaha dari daerah atau negara lain untuk berinvestasi sehingga dapat membantu masalah permodalan usaha.

Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 5. Matrik Analisis IFAS Industri Kecamatan DriyorejoFaktor Internal Kekuatan (Strength) Jumlah penduduk yang bekerja di GKS telah mencapai 44,5% (JICA, 2009). Sementara rasio kemiskinan GKS berkurang sedikit diantara 2006 dan 2007 paralel seperti kecenderungan negara lain(JICA, 2009). Hal ini dikarenakan wilayah GKS memberikan kesempatan besar pada keterbukaan lapangan pekerjaan yang dapat mengangkat derajat ekonomi masyarakat, terutama di bidang perdagangan dan industri dengan peran besarnya dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat PDRB Provinsi Jawa Rimur telah meningkat dan tingkat pertumbuhan tahunan antara 2002 dan 2007 telah mencapai 5,7%. PDRB atas dasar harga konstan 2000 adalah Rp 287.814 milyar pada tahun 2007, atau setara dengan 14,7% dari PDB. Sektor konstribusi adalah perdagangan, sektor hotel, dan restoran. Kabupaten Sidoarjo, Kota dan Kabupaten Mojokerto telah memberikan konstribusi yang sangat banyak bagi perkembangan ekonomi GKS. Begitu pula halnya dengan Kabupaten Gresik yang juga memberikan perkembangan ekonomi yang signifikan di masyarakat Pertanian merupakan salah satu industri yang paling penting untuk GKS. Sekitar 24% dari total penduduk yang bekerja milik industri sektor primer. Produk mayor di GKS adalah beras. Volume produksi ditandai 1,7 ton pada 2007, atau setara dengan 22% dari total volume di Provinsi Jawa Timur. Untuk produk besar lainnya di GKS, jagung, ubi, kayu, ubi kentang, kacang tanah, dan kedelai juga diproduksi. Jika fungsi lahan pertanian tetap dipertahankan di wilayah GKS, Bobot 0,035 Rating 2 Bobot x Rating 0,070

0,035

2

0,070

0,035

2

0,070

52

Faktor Internal maka secara tidak langsung, perkembangan ekonomi di wilayah GKS juga akan didorong oleh sektor pertanian, tidak hanya sektor perdagangan dan industri saja. Kondisi kelerengan di GKS memiliki tanah yang datar kecuali pada Kabupaten Mojokerto yang memiliki lereng pegunungan. Kondisi kelerengan tersebut akan berpengaruh terhadap pembangunan. GKS memiliki lokasi geografis yang menguntungkan bagi kegiatan ekonomi. Ada pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, di bagian utara Kota Surabaya dan bandara internasional Juanda yang terletak berdekatan dengan Kota Surabaya. Kedua fasilitas internasional memainkan peran sebagai gateway dari/ ke wilayah Jawa Timur, tidak hanya untuk mobilisasi penumpang, tetapi juga untuk logistik. Selain itu, Kabupaten Gresik juga telah memiliki pelabuhan usaha yaitu Pelabuhan Gresik di bagian Barat. Pelabuhan ini dan bandara berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi dalam hal impor internasional dan domestik/ ekspor barang. Kondisi sosial budaya masyarakat yang heterogen karena berasal dari berbagai suku dan etnis yang ada di Indonesia memberikan hal positif terhadap perilaku sosial kemasyarakatan. Dengan adanya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, dapat mempererat rasa persatuan yang dapat menjadi penyaring halhal negatif yang terbawa dari luar wilayah. Kebijakan RTRW Propinsi yang menjadikan Kabupaten Gresik Sebagai Kawasan Industri dan kebijakan RTRW Kabupaten Gresik yang menjadikan Kecamatan Driyorejo sebagai kawasan industri besar. Kecamatan Driyorejo sudah terlayani oleh angkutan umum yang melayani rute Krian, Cerme, Karangpilang, Sidoarjo, Kedamean, Menganti, Wringinanom Kegiatan Industri berkembang pesat di Kecamatan Driyorejo, baik industri kecil, sedang dan besar. Jumlah industri kecil yang berkembang di Kecamatan Driyorejo sebanyak 17 jenis yang tersebar di Desa Krikilan, Bambe, Petiken, Kesamben Wetan, Sumput, Tanjungan, Banjaran, Karangandong, Mojosarirejo, Wedoroanom, Randegansari, dan Gadung Kecamatan Driyorejo memiliki ketinggian 6,25-50 meter dpl, dengan kelerengan 0-8 % (99 % dari luasan), 8-15 % (1 % dari luasan). Hal ini lebih cukup memudahkan di dalam pelaksanaan pembangunan. Kecamatan Driyorejo merupakan wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan permukiman, hal ini didukung oleh posisi yang cukup strategis maupun lahan yang tersedia serta kesesuain lahan untuk pembangunan permukiman yang berada pada kemiringan datar hingga menengah. Sektor pertanian yang potensial di Kecamatan Driyorejo, adalah : Sektor pertanian tanaman pangan yang berkembang meliputi jenis tanaman padi, jagung dan kacang tanah. Selain jenis tanaman tersebut, Kecamatan Driyorejo juga menghasilkan tanaman cabe dan kangkung yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi agroindustri yang mengolah hasil pertanian tersebut. Jangkauan jaringan listrik PLN dan telepon telah merata seluruh wilayah, demikian juga dengan jaringan jalan sebagian besar sudah diaspal dan dipaving. Begitu pula halnya dengan terpenuhinya sarana umum bagi masyarakat. Kelemahan (Weakness) Urbanisasi dari GKS telah mengalami perkembangan yang di pusat Kota Surabaya dan sekitarnya, menyebabkan kepadatan berpusat di Kota Surabaya dan sekitarnya. PDRB Per Kapita antara daerah ini mungkin memberikan konstribusi terhadap pemikiran kesenjangan antar daerah yang ada di GKS. Daerah GKS banyak dilewati sungai-sungai, terutama sungai besar, seperti Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas dimana sungai-sungai tersebut sering meluap saat musim banjir, dan menyebabkan banjir/genangan di beberapa daerah. Hal ini akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi kota, terutama dalam mobilisasi

Bobot

Rating

Bobot x Rating 0,105 0,105

0,035 0,035

3 3

0,035

1

0,035

0,035 0,035 0,035

3 3 3

0,105 0,105 0,105

0,035 0,035

2 1

0,070 0,035

0,035

2

0,070

0,035 0.5 0,035 0,035 0,035

3 29 3 2 2

0,105 1,05 0,105 0,070 0,070

53

Faktor Internal kegiatan industri. Pencemaran limbah industri yang mempengaruhi Sungai Brantas dan anak-anak sungainya dengan muatan pencemaran BOD sampai 125 ton per hari Jumlah kerusakan jalan di tingkat regional dan kemacetan lalu lintas di perkotaan yang disebabkan oleh penggunaan jalan oleh angkutan kendaraan berat. Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kelurahan Bambe, Driyorejo, Cangkir dan Krikilan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis ke-4 kelurahan tersebut yang berada di jalan utama yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto. Hal ini yang dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan pada wilayah tersebut, dikarenakan fasilitas dan aktivitas ekonomi hanya akan berpusat di pusat kota. Belum meratanya sarana dan prasarana air bersih, telepon, pengelolaan sampah, termasuk masalah sampah belum dilayani oleh Dinas terkait Limbah yang berasal dari pabrik diantaranya mengakibatkan polusi udara yang berasal dari asap, salah satunya yang dihasilkan oleh pabrik MDQ dan pembuangan air limbah baik industri maupun domestik banyak memanfaatkan Kali Tengah, sebagai saluran pembuangan. Kegiatan Industri tersebut memberikan kontribusi air limbah yang cukup besar selain domestik. Kemacetan lalu lintas di Jalan Raya Legundi-Jalan Raya Bambe karena kapasitas jalan yang tidak seimbang dengan volume dan jenis kendaraan yang melintasnya. Penduduk usia kerja yang masih pengangguran atau bekerja memiliki jumlah yang cukup besar di Kecamatan Driyorejo dan menjadi permasalahan bagi masyarakat setempat Jenis tanah yang ada di Kecamatan Driyorejo secara garis besar dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis tanah yaitu aluvial dan grumosol. Dari 2 (dua) jenis tanah tersebut, secara umum kondisi sifat fisik tanah pada umumnya mempunyai daya dukung yang relatif rendah, oleh karena tingginya kadar kandungan tanah liat yang bertipe montmorrilllonite (bersifat retak pada saat kering, dan lekat/memuai pada saat basah (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik, 2007). Jika disesuaikan dengan standar karakteristik lokasi industri, maka jenis tanah di wilayah ini kurang mendukung, karena kurang menunjang konstruksi bangunan industri. Keadaan geologi umum yang menonjol di Kecamatan Driyorejo adalah terdapatnya daerah perlipatan antiklinorium yang melintang dari timur ke barat. Daerah perlipatan demikian ini sangat labil karena ada kemungkinan terjadinya pergeseran batuan dasar, terutama pada area sinklinal dan antiklinal. Daerah rawan banjir di Kecamatan Driyorejo terdapat pada beberapa desa diantaranya adalah Desa Krikilan, Driyorejo, Cangkir, Petiken, Mulung dan Sumput. Lokasi banjir tidak seluruhnya menggenangi desa tersebut namun hanya pada beberapa titik atau lokasi yang disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dapat mengakibatkan banjir. Total

Bobot

Rating

Bobot x Rating 0,105 0,105 0,070

0,035 0,035 0,035

3 3 2

0,035 0,035

3 3

0,105 0,105

0,035 0,035 0,035

3 2 3

0,105 0,070 0,105

0,035

3

0,105

0,035

3

0,105

0.5

35

1,225

Sumber: Hasil Analisis, 2009 Keterangan : Rating : 1. Kurang penting 2. Penting 3. Sangat penting Tabel 6. Matrik Analisis EFAS Industri Kecamatan DriyorejoFaktor Eksternal Peluang (Opportunity) Dalam zona GKS, khususnya Kabupaten Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya, investasi infrastruktur dilakukan untuk mendukung jalannya investasi industri. Bobot 0,141 Rating 2 Bobot x Rating 0,282

54

Faktor Eksternal Kota Surabaya, ibu kota Propinsi Jawa Timur, merupakan kota Orde I sebagai pusat pelayanan sekaligus sebagai kota yang perkembangannya paling kompleks. Dengan adanya Kota tersebut maka akan memberikan pengaruh bagi perkembangan kota/daerah di sekitarnya, termasuk Kabupaten Gresik yang letaknya juga sangat berdekatan dengan Kota Surabaya Rencana pembangunan jalan tol Surabaya-Gresik-Lamongan Tuban akan memberikan peluang pengembangan industri Pembangunan pelabuhan khusus migas dan barang di Lamongan yang lokasinya berada di perbatasan Kab.Gresik dan Kab.Lamongan yakni LIS (Lamongan Integrated Shorbase) Ketersediaan lahan masih luas Dominasi dengan topografi datar dan kondisi tanah cukup baik memberi peluang dalam pengembangan industri Total Ancaman (Treatment) Kebijakan ekspor atau impor dari dan ke negara lain yang dapat menghambat proses perolehan bahan baku dan pemasaran bahan jadi. Perkembangan teknologi yang cepat menuntut perubahan pada teknologi industri Total

Bobot 0,141

Rating 3

Bobot x Rating 0,425

0,141 0,141 0,141 0,141 0.5 0.25 0.25 0.5

2 2 3 3 18 2 2 4

0,282 0,282 0,425 0,425 2,121 0.5 0.5 1

Sumber: Hasil Analisis, 2009 Keterangan : Rating : 1. Kurang penting 2. Penting 3. Sangat penting

Dari hasil pembobotan pada tabel 2 dan tabel 3di atas, maka dapat dilihat posisi dalam kuadran strategi analisis IFAS-EFAS infrastruktur industri di Kecamatan Driyorejo yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan di bawah ini:

55

X

= Potensi + Kelemahan = 1 + (-1,225) = - 0,225(+) Eksternal (PELUANG)

Y

= Peluang + Ancaman = 2,121+ (-1) = 1,121

Kuadran II

1

Kuadran I

C D(-) Internal (KELEMAHAN)

B A(+) Internal (POTENSI) 1

-1

E FKuadran III -1

H GKuadran IV

(-) Eksternal (TANTANGAN)

Gambar 25. Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Infrastruktur Industri Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik

Dari hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS Industri Besar di atas, dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya, yaitu Selective Maintenance Strategy karena berada pada kuadran II ruang D. Artinya, strategi pengembangan industri besar Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik, yaitu strategi pemilihan hal-hal yang dianggap penting. Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan industri di Kecamatan Driyorejo antara lain: Pengembangan industri pada peruntukan yang telah ditetapkan dan adanya rencana pembangunan jalan tol memberikan peluang. Peningkatan investasi industri yang didukung adanya pembangunan pelabuhan khusus. Pengelolaan limbah industri sehingga tidak memberi dampak lingkungan.

56

-

Rencana sistem pengelolaan air buangan di Kecamatan Driyorejo diarahkan pada sistem komunal dengan mengumpulkan air limbah yang berasal dari industri dan air limbah domestik yang terdapat di sepanjang daerah tangkapan Kali Tengah untuk dikelola secara terpusat.

-

Untuk mengoptimalkan pengelolaan penanganan limbah, sistem pengelolaan air limbah di Kecamatan Driyorejo dibagi dalam beberapa zona kawasan pengelolaan limbah, setiap zona kawasan ditempatkan 1 (satu) IPAL secara terpusat. Pembagian IPAL di Desa Bambe, Kesamben Wetan dan Tanjungan.

-

Alokasi untuk kegiatan industri pada lahan yang masih kosong dan layak untuk kegiatan industri. Peningkatan sarana-prasarana untuk menunjang kegiatan industri, termasuk sarana dan prasarana sistem transportasi. Pendirian industri pada lokasi yang strategis dan layak untuk kegiatan industri (sesuai rencana). Mengadakan kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan industri PENUTUP Kesimpulan Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak

4. 4.1

terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor industri. Hal ini ditunjang pula dengan pertumbuhan industri di Kabupaten Gresik menunjukkan kenaikan yang signifikan sebagai indikasi bahwa daerah ini masih menarik minat dari para investor bermodal besar. Industri yang berkembang di Kabupaten Gresik berada di Kecamatan Kebomas, Kecamatan Gresik, dan Kecamatan Manyar. Pengembangan selanjutnya, industri akan terdistribusi ke utara dan selatan Gresik. Salah satunya adalah Kecamatan Driyorejo yang berada di wilayah Selatan Kabupaten Gresik. Adanya perkembangan industri yang cukup besar tersebut harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur. Sarana prasarana transportasi di Kecamatan Driyorejo telah mendukung kegiatan perindustrian. Tidak hanya itu, jaringan listrik telah menjangkau hampir seluruh kecamatan dengan menggunakan jasa perusahaan listrik. Ketersediaan

57

sumber air bersih di Kecamatan Driyorejo dapat memenuhi kebutuhan air bersih industri. Jaringan telekomunikasi telah menjangkau di seluruh kecamatan baik melalui telepon kabel maupun nirkabel. Begitu pula halnya dengan sistem transportasi yang ada di Kecamatan Driyorejo, dimana dilalui oleh jaringan arteri primer dan sekunder yang memudahkan dan menunjang kegiatan industri di Kecamatan Driyorejo dalam hal pemasaran dan pengiriman bahan baku. Hanya saja, permasalahan infrastruktur industri berada di sistem sanitasi industri, dimana masih ada industri yang belum memiliki pengolahan limbah, sehingga limbah industri langsung dibuang ke Kali Tengah. Infrastruktur lain yang juga memiliki pengaruh bagi keberadaan industri yaitu saluran drainase. Saluran drainase berupa saluran terbuka dengan kondisi permanen dan non permanen. Kondisi saluran drainase di sebagain besar wilayah di Driyorejo masih belum optimal dan tidak semua ruas jalan dilengkapi oleh saluran tersebut, sehingga mengakibatkan banyaknya ruas jalan yang rusak berat akibat air hujan menggenangi jalan yang belum dilengkapi oleh saluran tersebut. Berdasarkan potensi dan permasalahan infrastruktur industri tersebut, maka rencana pengembangan dianalisis dengan menggunakan Matriks IFAS-EFAS untuk mengetahui strategi pengembangan yang akan dilakukan. Hasil analisa menunjukkan bahwa infrastruktur industri Kecamatan Driyorejo berada di Kuadran II Ruang D, dengan strateginya adalah mengembangkan hal-hal yang dianggap penting. Adapun hal-hal tersebut adalah rencana pengelolaan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri, termasuk jaringan jalan dan sarananya. 4.2 Rekomendasi a. Perlunya peran pemerintah dalam menangani pengolahan limbah, khususnya limbah industri yang dapat mencemari lingkungan serta pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. b. Perlunya mengadakan kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan industri

58

DAFTAR PUSTAKA

Badan

Penanaman

Modal dan Perizinan

Kabupaten Gresik.

2010.

Profil.

http://perijinan.gresik.go.id/profil-kami.html Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 - 2025. Surabaya: Bappeda Jawa Timur. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2008 2028. Gresik: Bappelitbangda Gresik. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik. 2007. Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan Driyorejo Tahun 2007 2027. Gresik: Bappelitbangda Gresik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik. 2009. Gresik dalam Angka 2009. Gresik: BPS Gresik Badan Pusat Statistik. 2008. Kecamatan Driyorejo dalam Angka 2008. Gresik: BPS Gresik. Bagian Pengolahan Data dan Teknologi Informasi Kabupaten Gresik. 2007. Sejarah Gresik. http://www.gresik.go.id/ JICA (Japan International Cooperation Agency). 2009. The Study on Formulation of Spatial Planning For GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Zone In East Java Province, The Republic of Indonesia. Jakarta: Kementerian PU. Khoiri, Miftahul. 2010. The History Of Gresik City: SEJARANE GRESIK. http://miftahulkhoiri.blogspot.com/2010/12/history-of-gresik-city.html. Mustakim. 2009. Perindustrian Di Gresik. http://www.psbpsma.org/content/blog/perindustrian-di-gresik

59

LAMPIRAN

60