makalah tentang mekanisme penguatan material teknik

28
MAKALAH MATERIAL TEKNIK Mengenai MEKANISME PENGUATAN MATERIAL Di susun oleh : Nama : Hera Rosdiana NIM : 4412216186 Jurusan : Teknik Industri Dosen : Hendri Sukma, ST.MT FAKULTAS TEKNIK

Upload: hera-rosdiana

Post on 19-Jun-2015

8.066 views

Category:

Education


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

Mengenai

MEKANISME PENGUATAN MATERIAL

Di susun oleh :

Nama : Hera Rosdiana

NIM : 4412216186

Jurusan : Teknik Industri

Dosen : Hendri Sukma, ST.MT

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASILA

2013

Page 2: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk

penyelesain tugas dari mata kuliah Material Teknik.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi

pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.

Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa khususnya

untuk mahasiswa Teknik Industri. Makalah ini membahas tentang Mekanisme Penguatan

Material, yang terdiri dari Pengerasan Regang (Strain Hardening), Pengerasan Endapan

( Precepitation hardening), Penghalusan Butir (Grain Size Reduction), Paduan Larutan Padat

(Solid Solution Strengthening).

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya

berharap kepada Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan

makalah ini. Sebagai penulis, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

Page 3: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................... .i

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengerasan Tegangan (Strain Hardening)............................................................................ 2

2.2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening)................................................................. 7

2.3 Penghalusan Butir (Grain size Reduction ).......................................................................... 12

2.4 Penguatan Larutan Padat ( Solid Solutir Strengthening ).................................................... 14

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 16

Page 4: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antar pergerakan dislokasi

dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material logam untuk di ubah secara plastis

tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat bergerak. Denagn mengurangi pergerakan

dislokasi, kekuatan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan energi mekanik yang di

butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar. Sebaliknya apabila pergerakan

dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan lebih mudah untuk terdeformasi. Secara umum

mekanisme penguatan yang di gunakan pada material logam adalah melalui pengerasan regang,

penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir.

Mekanisme penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan (Strain Hardening),

Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening), Penghalusan Butin (Grain-Size Reduction).

Gambar 2.1 Mekanisme penguatan pada logam dalam skala mikroskopik, seperti adanya

presipitat, atom interstisi dan substitusi (larutan padat), serta penguatan batas butir.

Page 5: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengerasan Tegangan (Strain Hardening )

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi plastik (perubahan

bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan ini terjadi karena

dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh slip

(pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip ditentukan dengan

pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak bergeser, maka gaya tersebut akan

besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi

pada bidang slip yang menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil.

Kalau kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di bawah

mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi merupakan cacat kisi yang

menentukan kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luars, dislokasi akan bergerak

kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain.

Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi

sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi.

Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam

akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada proses uji tarik regangan

akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat pula

sedangkan massa jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya

keuletan.

Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang luar biasa.

Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan sampai kira – kira

900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata : 1984). Inilah yang melatarbelakangi mengapa

mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu yang berguna.

Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan jalan membagi beban oleh luas

penampang asal batang uji, biasanya dipakai pada perencanaan mesin – mesin. Tegangan ini

dinamakan tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas

penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat dinyatakan dalam tegangan

sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam tegangan teknis atau

tegangan nominal sering dipakai dalam bidang teknik,yaitu tegangan dalam ordinat fasa gambar 1.2

Page 6: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

dinyatakan dalam tegangan nominal. Kalau tegangan dinyatakan dalam tegangan sebenarnya σ’ dan

regangan dalam regangan sebenarnya ε’

ε’ = ln ( l / lo )

dan dengan regangan teknik ε

ε’ = ln ( 1 + ε )

Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan

σ’ = K ε’ n

dengan : n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)

1 = koefisien kekuatan

K = konstanta

n = konstanta

K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu. Gambar

diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan – regangan teknis dan kurva tegangan –

regangan sebenarnya. Dan persamaannya dapat dirumuskan

log σ’ = log K + n ε’

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma, daerah

deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan harga n. Kalau keadaan

deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan perubahan regangan

memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan. Selanjutnya regangan ε’neck pada

permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama dengan harga n.

Berikut adalah nilai K dan n:

Hubungan antara elastisitas dan strain hardening

Ø Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook

( E = σ / ε)

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah

dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n lebih

Page 7: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu logaritma.

Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini

1. Factor yg mempengaruhi

2. Dengan dislokasi

3. Dengan perlakuan panas

4. Contoh pengerjaannya d roll

5. Data yang mendukung contohnya material apa,kekuatannya brp,dll

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik leleh ( ≤

7230 C ).

Alasan untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi

dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dislokasi mulai memblokir

gerakan satu sama lain.

Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan tingkat deformasi plastis.

Gambar 6. Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis dan pengerjaan dingin.

Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini adalah alasan

untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan meningkat  sebagai

akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material menjadi lebih brittle

Page 8: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

(getas)). Efek Strain Hardening dapat dihilangkan dengan perlakuan panas annealing

Grafik percent cold work terhadap Yield strength, Tensile Strength,dan Ductility pada 1040 Steel,

Brass, dan Copper.

Page 9: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Page 10: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

2.2 Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening )

Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan salah satu mekanisme yang paling

banyak digunakan untuk penguatan paduan logam . Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini

didirikan pada awal bekerja di US Bureau of Standards on Duralumin .

Pentingnya saran teoritis untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah . Pada akhir

abad ke-19 , besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang penting belum diketahui

teknologi barat pada zaman Romawi . Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan secara tidak

sengaja oleh Wilm , selama tahun-tahun 1903 -1911 , dengan cepat menjadi paduan komersial

yang penting di bawah nama dagang Duralumin .

Kekuatan dan kekerasan dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan pembentukan

seragam tersebar sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli dalam proses yang

dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan . Partikel endapan bertindak sebagai hambatan

untuk gerakan dislokasi dan dengan demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak paduan

aluminium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu , nikel berbasis super- paduan dan paduan

titanium dapat diperkuat dengan proses pengerasan usia .

Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada solusi yang solid

terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin

adalah paduan aluminium kelompok 2XXX) diagram fasa ditunjukkan pada Gambar 1

menunjukkan jenis penurunan sepanjang solvus antara α dan α + θ daerah. Pertimbangkan 96wt%

Al - paduan Cu 4wt% yang dipilih karena ada degrease besar di kelarutan padat larutan α padat

dalam mengurangi suhu dari 550 ° C sampai 75 ° C.

Gambar 1 : The end kaya aluminium dari diagram fasa Al - Cu menunjukkan tiga langkah dalam

perlakuan panas usia pengerasan dan mikro yang dihasilkan .

Page 11: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini , Paul D. Merica dan rekan -

rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy dan

pengaruh komposisi kimia pada kekerasan . Di antara yang paling penting dari temuan mereka

adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan meningkatnya

suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan ternyata terlalu kecil untuk

diamati secara langsung , pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi beberapa tahapan lain

yang hadir . Para penulis melanjutkan untuk mengembangkan penjelasan mendalam untuk

perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak terhitung yang modern

paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli :

1. Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan - suhu kelarutan konstituen pengerasan

dalam aluminium ,

2. Konstituen pengerasan adalah CuAl2 ,

3. Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk lain daripada dispersi

atom , dan mungkin dalam bentuk molekul , koloid atau kristal halus ,

4. Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan dengan ukuran partikel nya .

Page 12: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah dasar :

1 ) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama dalam proses presipitasi -

pengerasan di mana paduan dipanaskan di atas suhu solvus dan direndam di sana sampai larutan padat

homogen ( α ) diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam langkah ini dan setiap segregasi hadir dalam

paduan asli berkurang .

2 ) Quenching adalah langkah kedua di mana α padat didinginkan secara cepat membentuk larutan

padat jenuh dari αSS yang berisi kelebihan tembaga dan bukan merupakan struktur keseimbangan .

Atom tidak punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial dan dengan demikian presipitat θ

tidak membentuk .

3 ) Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh , αSS , dipanaskan di bawah suhu solvus untuk

menghasilkan endapan terdispersi halus . Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu penuaan ini.

Karena α jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai situs nukleasi dan presipitat

tumbuh. Pembentukan endapan terdispersi halus dalam paduan adalah tujuan dari proses presipitasi -

pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat pergerakan dislokasi dengan memaksa

dislokasi baik memotong melalui partikel yang diendapkan atau pergi di sekitar mereka . Dengan

membatasi gerakan dislokasi selama deformasi , paduan diperkuat .

Umur Pengerasan - hujan . Paduan aluminium terkuat ( 2xxx , 6xxx 7xxx dan ) yang diproduksi oleh

usia pengerasan . Sebuah dispersi halus endapan dapat dibentuk dengan perlakuan panas yang tepat .

Model umum untuk dekomposisi diberikan , diikuti dengan rincian dari urutan curah hujan di 4.

sistem paduan khusus : Al - Cu , Al - Cu - Mg , Al - Mg - Si dan Al - Zn - Mg . Sistem Al - Cu

digunakan sebagai contoh utama dari dekomposisi , yaitu

zona a0 ( SSSS ) → GP → θ '' → → θ ' → θ atau , lebih lengkap :

zona a0 ( SSSS ) → α1 + GP → α2 + θ '' → α3 + θ ' → α4 + θ

Umur Pengerasan - Penguatan . 3 mekanisme utamanya adalah :

1. Koherensi pengerasan regangan ;

2. Pengerasan kimia ;

3. dispersi pengerasan

Hasil koherensi pengerasan regangan dari interaksi antara dislokasi dan medan regangan di sekitar

zona GP dan / atau endapan yang koheren.

Page 13: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

Hasil pengerasan Kimia dari peningkatan stres diterapkan diperlukan untuk dislokasi untuk memotong

melalui koheren ( atau semi - koheren ) mengendap. Hal ini pada gilirannya tergantung pada sejumlah

faktor , termasuk :

daerah ekstra antarmuka dan karenanya energi - antara endapan dan matriks

kemungkinan penciptaan anti - batas fase ( APB ) dalam suatu endapan

memerintahkan dan perubahan pemisahan jarak antara dislokasi disosiasi karena

energi susun berbeda dari matriks dan mengendap.

Dispersi pengerasan terjadi pada paduan yang mengandung presipitat koheren atau

partikel - yaitu biasanya mereka yang telah overaged . Pengerasan ini hasil dari

tegangan geser meningkat diperlukan untuk dislokasi oleh - melewati rintangan ini .

Sebagaimana disebutkan di atas , reaksi curah hujan di Al - Cu yang cukup kompleks . Tahap

kesetimbangan CuAl2 sulit untuk nukleasi sehingga pembentukannya didahului oleh serangkaian

endapan metastabil . Guinier dan Preston pertama kali menemukan banyak fenomena pengerasan

usia . Dua endapan pertama yang terbentuk di urutan , oleh karena itu , yang dikenal sebagai zona

GP . GP1 terdiri dari 10 piring - kaya tembaga diameter nm pada { 100 } Al pesawat . Ini berkembang

menjadi zona GP2 yang juga piring koheren 10 nm tebal dan diameter 150 nm. Ini menyebabkan

pengerasan maksimal . Theta ' / θ ' / endapan kemudian mengganti zona GP sebagai partikel semi-

koheren , tahap yang dikenal sebagai over- penuaan karena kekerasan mulai menurun . Fase

kesetimbangan CuAl2 memiliki struktur kristal tetragonal dan memberikan kontribusi sedikit

kekerasan .

Dalam bidang 6000 paduan seri pengerasan presipitasi aluminium , misalnya , model proses telah

mampu menjelaskan pengaruh memuaskan diinduksi curah hujan pada cacat struktural pada potensi

pengerasan selama isotermal suhu rendah penuaan .

The ketangguhan retak dari 7000 paduan seri telah terkait dengan beberapa unsur mikro yang

dihasilkan dari perlakuan termo-mekanis dalam model fenomenologis . Strategi umum pemodelan

proses adalah dengan menggunakan persamaan individu yang telah dikembangkan untuk eksperimen

didefinisikan dengan baik dan mencoba untuk mengintegrasikan mereka dengan cara yang terintegrasi

untuk situasi praktis yang lebih kompleks di mana efek ditambah beroperasi.

Namun, penjelasan yang baik masih kurang ketika beberapa fenomena ini secara bersamaan operasi .

Pemahaman presipitasi kompetitif beberapa fase ( metastabil dan stabil ) di beberapa situs nukleasi

( misalnya homogen dan cacat struktural ) sangat terbatas , serta pemahaman geser tersebut / oleh-

melewati transisi menuju kekuatan maksimum untuk pengerasan presipitasi bahan . Perilaku

pengerasan regangan bahan yang mengandung endapan ( dan dengan demikian tentu larutan padat )

Page 14: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

kurang dipahami , dan memprediksi ketangguhan patah dalam kasus di mana beberapa mode fraktur

secara bersamaan operasi tidak mungkin dalam kondisi sekarang seni .

Page 15: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

2.3 Penghalusan Butir ( Grain Size Reduction )

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan

menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas butir.

Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan batas butir per unit volume dan

mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan

tegangan yang tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya.

Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak berlanjut atau mengalami

perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan dislokasi.Sudut yang

besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan pada material.

Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu dislokasi baru dalam

pertambahan butir.

Gambar 1. Dislokasi butir.

Material dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang kasar, disebabkan

karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar pada total area lapisan butir yang akan menghambat

pergerakan dislokasi. Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam meningkatkan ketangguhan.

Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:

σ y = σ 0 + k y d

Dimana σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dislokasi pada butir, d

adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresentasikan tingkat kesulitan untuk

menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya Walaupun demikian, pengaruh ukuran

butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan

menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding.

Page 16: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

Diameter ukuran butir d dapat di kontrol melalui :

Ø laju pembekuan (solidification),

Ø deformasi plastis, dan

Ø Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai

Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh dengan kombinasi dari

proses pengerjaan panas dan pendinginan terkendali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal

ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi dalam suatu konsep

perlakuan thermomekanik atau TMCP.

Gambar 2. grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan diameter butir pada paduan

kuningan 70Cu–30 Zn.

Page 17: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

2.4 Penguatan Laruran Padat ( Solid Solutir Strengthening )

Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam murni, karena impuritas atom

yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan tegangan kisi di sekeliling atom induknya.

Interstisial atau impuritas substitusi dalam sebuah larutan akan mengakibatkan regangan kisi. Dan

hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang dislokasi regangan dan menghambat

pergerakan dislokasi.

Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk menemukan atom

yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan energi keseluruhan dan “jangkar”

dislokasi.

Gambar 3. Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke daerah kisi dimana tegangan

atom lebih besar (daerah tegangan dislokasi yang tidak terkompensasi oleh impuritas atom).

Gambar 4. Impuritas penyebab dislokasi.

Page 18: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk menyebar ke area tegangan

sekitar dislokasi yang menyebabkan penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 5. Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile Strength dan Elongation.

Page 19: Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam masa pemulihan atau disebut juga recovery, sebagian energi regangannya di simpan logam di

lepaskan akibat dari peningkatan dufusi atom pada suhu di naikan. Karena energi tersebut, dislokasi

yang semula saling menghambat, mulai bergerak membentuk sususan stabil sehingga terjadi

pengurangan jumlah dislokasi. Dislokasi yang terbentuk pada tahap ini memiliki energi regang yang

kecil, dalam proses ini tidak mengubah stuktur butir logam.

Rekristalisasi merupakan proses pembentukan sejumlah butir baru yang rata sisi, bebas energi

regangan dan kepadatan dislokasinya cukup rendah. Kondisi tersebut memiliki ketika deformasi

plastis belum di lakukan. Selama proses ini berlangsung, sifat-sifat mekanis, seperti kekerasan dan

kekuatan menurun, serta kembali seperti kondisi sebelum pengerjaan dingin, pada proses ini, atom-

atom bergerak dan menata kembali dan penataan ini lebih mudah pada suhu tinggi. Suhu rekristalisasi

di definisikan sebagai suhu dimana butiran baru mulai muncul pada butiran yang lama.