makalah tentang las listrik 2
DESCRIPTION
hahahahaTRANSCRIPT
Makalah tentang las listrik
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian Las
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas,
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa
saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan
untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat
lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan
macam-macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik.
Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan
kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
di dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan.
Karena itu di dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa
perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus
direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan
las dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian
bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut
bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40
jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara
menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom
molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan
ini akan diterangkan lebih lanjut.
Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan
pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku
logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi
baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang
dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam
sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam
konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam.
Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau
penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan
pengelasan.
Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok
besar, yaitu :
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik
penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali.
2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik
penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang
akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan tugas utama dalam
mengisi nilai akademik pelajaran teknologi manufaktur yakni las listrik dan las gas.
Selain itu, sesuai sasaran yang dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya
makalah ini ialah membagi pengetahuan serta membantu mahasiswa/mahasiswi yang
kurang memahami mengenai las listrik dan las gas, dimana diharapkan dengan itu
mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga nantinya dapat diaplikasikan
dalam proses praktik di bengkel.
BAB II
ISI
A. Jenis – Jenis Las
Yang dimaksud dengan las adalah proses penyambungan dua material secara
permanen dengan cara mencairkan kedua material yang akan disambung dan diikuti
oleh material pengisi. Berikut macam–macam proses dan jenis pengelasan :
1. Berdasarkan Panas Listrik
• SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung
dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam.
Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan
pekerjaan pengelasaan.Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC
atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500
Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere
• SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan
dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan
material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala
terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut
• ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis
SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur
terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus
listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui
konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui
cairan fluk / slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk
yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C
• SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung bagian
satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “
Shear Connector “
• ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan
yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga
mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW,
pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat
• EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron,
suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari
suatu berkas loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang
akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus
kemungkinan terjadinya oksidasi atau kontaminasi
2. Berdasarkan Panas Listrik dan Gas
• GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan
MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal
dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal
penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal
(inert) atau CO2.MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas
pelindungnya adalah mengunakan Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk
mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau
Argon (Ar)
• GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah
pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari
wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis
dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 %
Argon (Ar) murni
• FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses
pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon
dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk
menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo
• PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan
GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara
Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma.
Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas
termis / panas yang tinggi dapat menampung tempratur diatas 5000° C
3. Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas
• OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen.
Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam
atau Oksigen (O2).Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8)
sebagai ganti acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari
campuran gas hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen
Welding)
B. LAS LISTRIK
Pengertian las listrik Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung
logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan
logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan
mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Pengertian las listrik Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam
dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat
didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
antara atom. Sebelum atomatom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan
menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.
Pengelasan listrik merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan
arus listrik berbentuk busur arus dan elektroda berselaput. Tipe-tipe lain dari
pengelasan dengan busur arus listrik adalah Submerged Arc Welding SAW, Gas
metal arc Welding GMAW-MIG, Gas Tungsten Arc Welding G dan plasmaarc.
Didalam pengelasan listrik ini terjadi gas penyelimut ketika elektroda terselaput itu
mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk
mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau gelembung-
gelembung didalam hasil las-lasan.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las.
Mesin las listrik Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis
tenaga listrik yang diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan
suatulengkung listrik las.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari: Motor bensin atau diesel Gardu
induk Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
110 volt
220 volt
380 volt
Antara jaringandengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus.
Mesin las digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau
pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila
dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan
ke benda kerja.
Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi
aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik
diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Penggolongan macam proses las listrik antara lain, adalah :
1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya :
Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
Las listrik dengan elektroda karbon ganda
Pada alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara
ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan
memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat
dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fliksi.
2. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :
Las listrik dengan elektroda berselaput,
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),
Las listrik submerged.
3. Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan. Busur
listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung
elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan
mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur
listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan
memutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh
luar. Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal
pada ujung elektroda bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu
4000° C.
4. Las Listrik TIG
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda
wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara
ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk
pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410° C,
sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik.
Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung
yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.
Sebagian bahan tambah dipakai elektroda selaput yang digerakkan dan didekatkan ke
busur yang terjadi antara elektroda wolffram dengan bahan dasar.
Sebagian gas pelindung dipakai angin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut
yang pemakaiannya tergantung dari jenis logam yang akan di las. Tangkai las TIG
biasanya didinginkan dengan air bersikulasi.
Pembakar las TIG terdiri dari :
1) Penyedia arus
2) Pengembali air pendingi,
3) Penyedia air pendingin,
4) Penyedia gas argon,
5) Lubang gas argon ke luar,
6) Pencekam elektroda,
7) Moncong keramik atau logam,
8) Elektroda tungsten,
9) Semburan gas pelindung.
5. Las Listrik Submerged
Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan
fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung
elektroda dan bahan dasar di dalam timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las
keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan
kaca pelindung mata (helm las).
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan
menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi
setelah dibersihkan dari terak-terak las. Elektroda yang merupakan kawat selaput
berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh
motor listrik ean dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan.
6. Listrik MIG
Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas
ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar. Elektroda
merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan
roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan
keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas
pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas.
Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon
atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat.
Proses pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi
otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah
pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui
tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.
Arus Listrik
1. Arus Searah ( DC = Direct Current )
Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya
dalam satu arah. Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC) Mesin ini mengubah
arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC) keluar.
Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : Busur nyala stabil Dapat
menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat menggunakan elektroda
bersalut dan tidak bersalut Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP Dapat
dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit 3. Pengkutuban
elektroda Pengkutuban Langsung Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda
dipasang Pada terminal negatif dan . kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban
langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).
Pengkutuban terbalik Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada
terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban
terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)
2. Arus Bolak-balik ( AC = Alternating Current )
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah
pada lengkung listrik.
Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong
garis nol pada interval waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz
(Hz). Tiap siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setenngah
gelombang negative. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah dengan
menggunakan pengubah arus (rectifier/adaftor).
Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain : Busur nyala kecil,
sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las
Perlengkapan dan perawatan lebih murah
Pemilihan Parameter Pengelasan
Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengandia.
elektrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi
pengelasan tidak sama. Misalnya : elektrode 3 mm – 6 mm,mempunyai tegangan 20
– 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akandikurangi antara 2 – 5 volt pada
posisi diatas kepala.
Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilan
juga dapaTdidengar melalui suara selama pengelasan.Besarnya arus juga
mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya aruslistrik pada pengelasan tergantung
dari bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan pengelasan, macam elektrode dan
dia. inti elektrode. Untukpengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap
kapasitas panasyang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga
diperlukantambahan panas.
Sedang untuk pengelasan baja paduan, yang daerahHAZ-nya dapat mengeras
dengan mudah akibat pendinginan yang terlalucepat, maka untuk menahan
pendinginan ini diberikan masukan panasyang tinggi yaitu dengan arus pengelasan
yang besar. Pengelasan logampaduan,agar untuk menghindari terbakarnya unusur-
unsur paduansebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga pada
pengelasanyang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada
pengelasanbaja tahan karat austenitik maka penggunaan panas diusahakan
sekecilmungkin sehingga arus pengelasan harus kecil.Kecepatan pengelasan
tergantung dari bahan induk, jenis elektrode, dia.inti elektrode, geometri sambungan,
ketelitian sambungan . agar dapatmengelas lebih cepat diperlukan arus yang lebih
tinggi.
Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrikpada
arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC).Terdapat dua jenis
polaritas yaitu polaritas lurus, dimana benda kerjapositif dan elektrode negatip
(DCEN). Polaritas balik adalah sebaliknya.Karakteristik dari polaritas balik yaitu
pemindahan logam terjadi dengancara penyemburan, maka polaritas ini mepunyai
hasil pengelasan yanglebih dalam dibanding dengan polaritas lurus (DCEN).
Pengkutuban elektroda
1. Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif
dan . Kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai
sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).
2. Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif
dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering
disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+).
Pengaruh pengkutuban pada hasil las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :
Jenis bahan dasar yang akan dilas
Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan
lasnya.Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal
sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya. Pada arus bolak-balik
penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
Teknik dasar Pengelasan
Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan Pada pembentukan busur
listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan
tinggi ke kutub positif (anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif.
Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda)
dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan
busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda
misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya
dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur
sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
• Kawat inti
• Selubung elektroda
• Busur listrik
• Pemindahan logam
• Gas pelindung
• Terak
• Kampuh las
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang
akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu
arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda
itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara
elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur
cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi
pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh
celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri
terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda
yang terus menerus menetes.
Pembentukan busur listrik proses penyulutan
1. Pembentukan Busur Listrik
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda)
dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif
mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara
diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus
listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah
arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan
dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke
elektroda.
Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan
dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang
akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu
arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda
itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara
elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur
cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi
pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri
atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus
menerus menetes.
2. Proses penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan
disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
3. MenyalaKan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat
sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan
2 (dua) cara yakni :
• Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat gambar.
• Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada
gambar.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan
pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur
berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan
pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan
hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25
mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat
ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi
pada jarak yang pendek, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada
gambar di bawah ini :
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk
besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi
logam induk.
Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk
memanaskan logam induk.
Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama
dengan garis tengah penampang tadi.
4. Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu
penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik
sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi
lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak
berputar sedikit.
Macam-macam gerakan elektroda :
1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda.
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal
daripada ayunan kehawah. Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen
rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada
tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan
gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama,
sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar.
Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan
dasar.
Alur Spiral
Alur Zig-zag
Alur Segitiga
Posisi Pengelasan
• Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah
dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan
sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda
10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda dan 70
derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena
bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-
85 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal.
Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap
garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.
• Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak
berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang
serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru
las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan
75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan
setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi,
tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G)
didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa
dengan jalan pipa diputar.
Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada
posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan
pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan Adapun
las akan posisi selalu sudut kebawah. Electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang
gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat
mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek
mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan
dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua
sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian
berikutnya.
Pengelasan posisi 3G
dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada vertikal.
plate dan Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya
gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.
Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena
membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah kecepatannya lebih
dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas
lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan
pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut.
Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi
jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan
kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan
elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan
jarak busur ½ kali diameter elektrode.
2. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas
bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat
dan lebih ekonomis.
Pengelasan posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan
diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada
posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan
yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah
kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan
operator las.
Pengaruh panjang busur pada hasil las.
Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D)
kawat inti elektroda. • Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan
mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya :
rigi-rigi las yang halus dan baik.
tembusan las yang baik
perpaduan dengan bahan dasar baik
percikan teraknya halus.
• Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola
dari cairan elektroda. Hasilnya :
rigi-rigi kasar
tembusan las dangkal
percikan teraknya kasar
keluar jalur las.
• Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung
elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya :
rigi las tidak merata
tembusan las tidak baik
percikan teraknya kasar dan berbentuk bola dan dari las
ELEKTRODA (filler atau bahan isi)
Klasifikasi Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX
yang artInya sebagai berikut :
E menyatakan elaktroda busur listrik
XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2
lihat table.
X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan. angka 1 untuk pengelasan segala
posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk
pengelasan lihat table.
Contoh : E 6013
Artinya:
Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC
+ atau DC
Elektroda Baja Lunak
Macam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada jenis
selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.
1. E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan
terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai
sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian
Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan
menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu
menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
2. E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi
kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah.
Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E
6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada
voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pangelasan pelat tipis.
3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi
dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah
cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm
sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi
pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida
(rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi
mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis
elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda
tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut
mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N
akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut
terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda
akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk
besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5
%), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai
untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja lunak dan
baja paduan rendah.
Elektroda Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah sebagei berikut :
Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit
las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian
elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang
dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan
lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan.
Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila
dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las
dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi
selaput yang menghasilkan busur stabil.
Elektroda Untuk Aluminium.
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel
keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43
untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana
pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut
Elektroda untuk palapis Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan
terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk
pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu :
Elektroda tahan kikisan.
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk
karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC
atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan
pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau.
Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai
untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
Elektroda tahan keausan.
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt,
Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang
dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi
KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN DAN PEMOTONGAN
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal
tersebut.Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat
dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan
energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya.Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-
kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi
tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.
Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja
lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini
juga berdasarkan cara kerja.
Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama
yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam
induk tidak turut mencair.
Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang
didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan
dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan
busur listrik.
Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair
dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas
akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan
dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah
tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah.
Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan :
a) Pengelasan cair
Ø Las gas
Ø Las listrik terak
Ø Las listrik gas
Ø Las listrik termis
Ø Las listrik elektron
Ø Las busur plasma
b) Pengelasan tekan
Ø Las resistensi listrik
Ø Las titik
Ø Las penampang
Ø Las busur tekan
Ø Las tekan
Ø Las tumpul tekan
Ø Las tekan gas
Ø Las tempa
Ø Las gesek
Ø Las ledakan
Ø Las induksi
Ø Las ultrasonic
c) Las busur
Ø Elektroda terumpan
d) Las busur gas
Ø Las m16
Ø Las busur CO2
e) Las busur gas dan fluks
Ø Las busur CO2 dengan elektroda berisi fluks
Ø Las busur fluks
Ø Las elektroda berisi fluks
Ø Las busur fluks
Ø Las elektroda tertutup
Ø Las busur dengan elektroda berisi fluks
Ø Las busur terendam
Ø Las busur tanpa pelindung
Ø Elektroda tanpa terumpan
Ø Las TIG atau las wolfram gas
Perlengkapan Las listrik
Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet
isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
• kabel elektroda
• kabel massa
• kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah
kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las.
Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC -DC.
Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh
bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang
tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau
kayu.
Palu Las
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah
membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata
atau ke bagian badan lainnya.
Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
• Membersihkan benda kerja yang akan dilas
• Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
Klem Massa
Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan
penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus listrik dapat
mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang
dapat menjepit benda kerja .Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan
dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran
seperti karat, cat, minyak.
Tang Penjepit
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang
masih panas.
Kesehatan Lingkungan Kerja
Terdapat beberapa segi negatif dari pekerjaan ”Tukang Las” diantaranya
adalah berasal dari faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda, asap, debu dan gas,
kemudian dari zat biologis yaitu bakteri, zat fisis yaitu kebisingan dan temperatur
serta dari sisi ergonomik.
Pada pekerja las yang diamati akan dilihat mengenai dampak pneumoconiosis
adalah metode pengelasan yang digunakan adalah Arc Welding atau menggunakan
bahan Consumable Electrodes. Material ini akan dapat membuat pekerja las sering
tepapar gas-gas berbahaya dan partikulat asing. Proses-proses seperti pengelasan
dengan flux-cored arc welding dan shielded metal arc welding akan menimbulkan
asap yang mengandung partikel-partikel yang terdiri dari berbagai macam tipe-tipe
oksida. Gas-gas berbahaya ini akan dapat mengakibatkan penyakit Metal Fume Fever
bagi pekerja. Metal Fume Fever terjadi akibat terhisapnya uap atau asap (Fume) dari
Zn, Mg, atau Oksida-nya.
Kondisi dermatitis industri dapat dilihat dari segi zat fisis yaitu resiko kulit
terbakar, zat kimia yaitu terkontaminasi zat-zat kimia pada benda logam dan benda
berukuran kecil saat bekerja, tenaga mekanis bila zat kimia ini mengakibatkan alergi
pada pekerja yang memiliki efek iritasi pada kulit.
Radiasi ionisasi mempunyai cukup energi untuk mengionisasi semua materi
yang dilaluinya, dan dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa tidak terdapatnya
radiasi pengion terhadap pekerjaan dari seorang ”Tukang Las”.
Radiasi dari non-ionisasi yaitu elektromagnet yang energinya tidak cukup
untuk mengeluarkan elektron dari orbit atomnya. Radiasi non pengion terhadap
pekerjaan dari seorang ”Tukang Las” akan mengakibatkan hal-hal seperti berikut :
Kerusakan pada retina akibat cahaya dengan intensitas tinggi.
Kerusakan pada kornea dan katarak akibat radiasi IR.
“Arc eye” atau “welders’ flash” akibat radiasi UV.
Mata seperti berpasir, pandangan kabur, mata berair, mata seperti terbakar
dan sakit kepala.
Temperatur pada lingkungan kerja PD.Mulya berkisar di 37±5 0C yang dapat
dikategorikan normal. Dari hasil wawancara pekerja sering merasakan kondisi panas
ekstrim saat tengah hari dan sedang mengelas. Pekerjaan mengelas sendiri dapat
menghasilkan panas hingga 1500C-2500C. Hal ini dapat menimbulkan efek stress dan
stroke, luka serius pada mata akibat ampas panas, kepingan logam, percikan dan
elektroda panas. Panas yang tinggi dan percikan api dapat menyebabkan kebakaran
atau ledakan jika di sekitarnya terdapat bahan-bahan yang mudah dibakar. Menurut
wawancara pekerja tukang las PD.Mulya panas yang dihasilkan dari las terkadang
menimbulkan luka kecil. Efek yang paling sering dirasakan adalah ketika suhu udara
sedang panas dan di atas normal. Pekerja sering merasakan kelelahan akibat panas
yang ditimbulkan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menangani
material yang mudah terbakar dan alat pengaman diri.
Terdapat beberapa metoda pengamanan umum yang dilakukan terhadap
pekerjaan dari seorang ”Tukang Las”, tetapi untuk keamanan diri secara standard
adalah penggunaan Personal Protective Equipment Standar yang mudah dioperasikan
yang terdiri atas:
1. Helm dengan filter cahaya
2. Topi
3. Kacamata (Google)
4. Baju keselamatan
5. Celemek
6. Sarung tangan
7. Sepatu dengan cap baja
8. Proteksi pendengaran
PERLENGKAPAN KESELAMATAN LAS
1. Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari
sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun
mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra
violet dan ultra merah tersebut.
Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai
jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok
las yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai
tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah
sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai
30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan
dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No.
14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini
biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung
tangan.
3. Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau
dari asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :
apron lengan
apron dada
apron lengkap
4. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
5. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
6. Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi:
Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan
yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh
percikan terak las dan bunga api.
7. Jaket las
Jaket pelindung badan+tangan yang tebuat dari kulit/asbes.
Langkah-langkah Proses Pengelasan :
1. Pastikan peralatan dan perlengkapan pengelasan sudah siap semua.
2. Nyalakan generator las, dan atur amperenya sesuai dengan bahan yang akan di las.
3. Taruh benda yang akan di las di atas meja kerja las.
4. Posisikan badan yang benar untuk siap melakukan pengelasan, dilanjutkan
dengan pengelasan titik terlebih dahulu untuk mengikat awal agar tidak terjadi
deformasi pada saat proses pengelasan berlangsung.
5. Setelah di las titik, benda kerja dibersihkan terlebih dahulu dari kerak agar saat
proses pengelasan nanti tidak terjadi cacat.
6. Kalau benda kerja sudah dipastikan bersih dari kerak, maka selanjutnya lakukan
proses pengelasan sampai selesai.
7. Kemudian celupkan benda kerja yang habis di las tersebut ke dalam air agar
mempercepat proses pendinginan.
8. Bersihkan kerak yang menempel pada hasil pengelasan tersebut dengan palu las.
9. Agar hasil pengelasan lebih kelihatan bersih, maka bersihkan dengan sikat baja.
10. Proses pengelasan selesai, tinggal melihat hasilnya
11. Serta jangan lupa, bersihkan peralatan dan tata rapi lagi perlengkapan pengelasan
agar penggunaan berikutnya mudah.
C. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN )
Pengertian Las Oksi-Asetilin
Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2
jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las
gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain
sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling
banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan
memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan
temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur
dengan udara ataupun Oksigen.
Bahan Bakar Gas Asetilin
( C2H2 ) Asetilena
(Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong kepada
alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana,
karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena,
kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon
memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat
atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180°.
Propan
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam
keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan
dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum
lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan
sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.
Peralatan Las Oksi Asetilin
Tabung Gas Tabung
gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan.
Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-
tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk
beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda
karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang
ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen,
Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.
Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup.
Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen,
katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen,
katup ini terbuat dari material Baja.
Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub
tabung dengan tujuan untuk tekan mengurangi atau menurunkan hingga mencapai
tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya
tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam
tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator. Pada
regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja,
katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan
katup pengatur keluar gas menuju selang.
Selang gas
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas.
Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja
dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis
gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang Oksigen dan
selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang.
Torch ( Pembakar )
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur
didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan
diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :
• Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
• Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur. Dibedakan atas :
• Injector torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan
bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.
• Equal pressure torch (torch⎫ bertekanan sama) Pada torch ini, tekanan gas
oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama
besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung
dalam tekanan yang sama.
Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :
• Toch normal
• Torch ringan/kecil
Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :
• Torch nyala api tunggal
• Torch nyala api jamak
Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :
• Torch untuk gas asetilen
• Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.
Menurut aplikasi. Dibedakan atas :
• Torch manual
• Torch otomatik/semi otomatik
Pematik api Las
Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.
Tip Cleaner
Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut pembakar.
PROSES KERJA LAS GAS
A. Langkah Persiapan
1. Mengecek kelengkapan dan kondisi peralatan, baik peralatan utama maupun
peralatan keamanan. Bila perlu dibersihkan dari debu dan kerak.
Peralatan Utama
1. Tabung oksigen
2. Tabung bahan bakar (Gas LPG)
3. Regulator
4. Mixer
5. Selang las
6. Bangku kerja
7. Meja kerja
8. Tang
Peralatan Keamanan :
1. Sarung tangan
2. Google
3. Sepatu
4. Tabung Pemadam
2. Saat peralatan telah siap semua letakkan tabung bahan bakar agak jauh
daritempat kita mengelas, kemudian buka kran tabung oksigen sampai terbuka penuh.
3. Periksa tekanan kerja gas oksigen pada regulator tekanan kerja. Atur tekanan
kerja gas oksigen dengan memutar kran regulator pengatur tekanan kerja, pengaturan
ini dilakukan dengan memutar keran pada mixer sampai gas oksigen keluar. Tekanan
kerja gas oksigen antara 40 bar - 60 bar, biasanya digunakan nilai tengah 50 bar.
4. Membuka kran gas bahan bakar
5. Mempersiapkan benda kerja dan filler
6. Memakai peralatan keselamatan seperti google dan sarung tangan
7. Cek apakah kondisi slang aman ataukah terlipat atau tertekan.
B. Langkah Penyalaan Las Gas
1. Letakkan benda kerja diatas meja kerja.
2. Kita posisikan diri dengan duduk pada bangku kerja menghadap meja kerja.
3. Arahkan ujung mixer ke bawah.
4. Buka sedikit kran gas bahan bakar
5. Nyalakan korek api dan bakar ujung nosel hingga gas terbakar
6. Buka sedikit demisedikit kran gas oksigen hingga nyala api menjadi bagus
7. Atur komposisi nyala api sesuai yang dikehendaki
Nyala api karburasi
Nyala api normal
Nyala api oksidasi
9. Proses pengelasan siap dilakukan
C. Proses Pengelasan
1. Atur posisi duduk kita, kedua kaki rapat dan melindungi diri kita
1. Posisikan sudut api untuk pengelasan adalah 60o terhadap garis horisontal,
dan untuk filler adalah 30 derajat terhadap garis horisontal, pegang filler
dengan tangan kiri seperti pada gambar.
2. Dekatkan ujung nosel ke benda kerja dengan ketinggian sekitar 5 mm dari
benda kerja hingga benda kerja meleleh dan membentuk lelehan kawah.
3. Dekatkan filler hingga ikut memanas dan mencair bersama benda kerja.
4. Lakukan proses pengelasan untuk berbagai macam keperluan.
D. Proses Mematikan
1. Ketika kita telah selesai melakukan proses pengelasan maka jauhkan ujung
nosel dari benda kerja
2. Tutup kran gas oksigen perlahan-lahan namun jangan sampai tertutup penuh
3. Setelah api menyala kuning tutup perlahan kran gas bahan bakar namun jangan
sampai tertutup penuh
1. Tutup kran gas oksigen hingga tertutup penuh
2. Tutup kran gas bahan bakar hingga tertutup penuh.
3. Tiup api kecil yang masih menyala di ujung nosel.
4. Biarkan benda kerja dan ujung nosel hingga dingin
5. Setelah dingin tutup kembali kran gas bahan bakar dan kran gas oksigen
6. Gulung kembali selang
7. Bersihkan sisa-sisa pengelasan
Keuntungan mengelas Oksi Asetilin
• peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
• Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan
yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
• Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-
bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana
• Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat
ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
D.Cacat Las
Dalam setiap proses pengelasan sering kali terjadi cacat pada benda kerja.
Macam-macam cacat yang timbul pada proses pengelasan yaitu :
1. Terak yang tertimbun
Cacat seperti ini dicegah dengan cara :
- Tiap-tiap lapisan harus benar-benar dibersihkan
- Ayunan elektroda jangan lebar
- Kecepatan pengelasan harus kontinyu
2. Porositas (gelembung gas)
Cacat ini dapat dicegah dengan cara :
- Elektroda gas harus dikeringkan
- Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
- Kurangi kecepatan pengelasan
- Gunakan tipe elektroda yang lain
3. Undercut
Dapat dicegah dengan :
- Mengurangi kuat arus pengelasan
- Posisi elektroda arah longitudinal dan transversal harus tepat
- Ayunan elektroda jangan terlalu cepat
- Usahakan benda kerja agak dingin pada tiap lapisan
4. Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai
membeku karena luas penampang yang terlalu kecil dibandingkan dengan
besar benda kerja yang akan dilas, sehingga terjadi pendinginan. Cara
mengatasi dengan menggunakan elektroda las low hidrogen yang mempunyai
sifat tegang yang relatif tinggi.
5. Cold Cracking
Cara mengatasinya dengan menggunakan elektroda las low hidrogen,
disamping pemanasan awal yang akan banyak membantu.
6. Underbread Cracking
Terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena kuatnya konstruksi
penguat sampingan. Dapat ditanggulangi dengan menggunakan elektroda las
low hidrogen atau pemanasan awal benda kerja sampaisuhu 120 C.
7. Lack of Fussion
Adalah cacat yang antara bahan dasar dengan logam las tidak terjadi
ditanggulangi dengan menambah kuat arus, ayunan las dapat ditambah.
8. Lack of Penetratic
Cara penanggulangannya yaitu dengan memilih dan mengganti elektroda
dengan diameter yang cocok serta menambah kuat arus pengelasan.
9. Wearnig foult
Adalah timbunan las yang berlebihan diatasi dengan menjaga
kontinuitas kecepatan pengelasan.
10. Qeld Spotter
Adalah percikan las yang terlalu banyak.