makalah tanaman kakao
DESCRIPTION
MAKALAH TANAMAN KAKAOTRANSCRIPT
MAKALAH TANAMAN KAKAO
http://yantiviergirl.blogspot.com/2011/04/makalah-tanaman-kakao.html
AGROINDUSTRI
Proses Pengolahan Biji Kakao Menjadi Coklat
Sebelum membahas proses pengolahan biji kakao menjadi coklat, ada baiknya kita
mengetahui standarisasi mutu biji kakao guna menghasilkan coklat yang berkualitas. Bagi
industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan persyaratan mutlak.
Dengan demikian, bagi produsen atau eksportir biji kakao mutu seharusnya menjadi perhatian
agar posisi bersaing (bargaining position) menjadi lebih baik dan keuntungan dari harga jual
menjadi optimal. Bagi pengusaha mutu berarti pemenuhan kepuasan kepada pelanggan tanpa
banyak memerlukan tambahan biaya yang lebih tinggi. Dalam bisnis kakao, mutu
mempunyai beberapa pengertian antara lain mutu, dalam pengertian sempit, sesuatu yang
berkaitan dengan citarasa (flavor), sedang dalam pengertian yang luas, mutu meliputi
beberapa aspek yang menentukan harga jual dan akseptabilitas dari suatu partai biji kakao
oleh pembeli (konsumen). Persyaratan mutu ini diatur dalam standar perdagangan.
Persyaratan mutu yang diatur dalam syarat perdagangan meliputi karakteristik fisik dan
pencemaran atau tingkat kebersihan. Selain itu, beberapa pembeli juga menghendaki uji
organoleptik yang terkait dengan aroma dan citarasa sebagai persyaratan tambahan. Karakter
fisik merupakan persyaratan paling utama karena menyangkut randemen lemak (yield) yang
akan dinikmati oleh pembeli. Karakter fisik ini mudah diukur dengan tata-cara dan peralatan
baku yang disepakati oleh institusi international. Dengan demikian pengawasan mutu
berdasarkan sifat-sifat fisik ini dapat dengan mudah dikontrol oleh konsumen. Sebaliknya,
persyaratan tambahan merupakan kesepakatan khusus antara eksportir dan konsumen
(pembeli). Jika persyaratan ini dapat dipenuhi, maka eksportir akan mendapat harga jual biji
kakao lebih tinggi (premium).
PASCA PANEN
n Pengumpulan Buah Kakao
Buah kakao yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan
dikelompokkan menurut kelas kematangan.
n Fermentase
Tujuan dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga
perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi, seperti warna keping biji,
peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji, dan untuk melepaskan pulp.
n Perendaman dan Pencucian
Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses
perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan
rendemennya berkurang.
n Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai pada kondisi kadar
air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan.
n Penyortiran / Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya:
a) Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90 – 100 butir biji
b) Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100 – 110 butir biji
c) Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110 – 120 butir biji
n Penyimpanan
Biji kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg biji
cokelat kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering, dan
memiliki lubang pergantian udara. Penyimpanan di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6
bulan, dan setiap 3 bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang
menyerang.
PEMASARAN
n Sebagian besar produksi kakao Indonesia digunakan untuk keperluan ekspor dan hanya
sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian
besar (78,5%) berupa produk primer, yakni dalam bentuk biji kering dan sebagian kecil
(21,5%) berupa hasil olahan.
Agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks, antara lain
rendahnya produktivitas kebun akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu
produk, serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini merupakan
suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor dalam mengembangkan usaha kakao.
Salah satu peluang yang dimaksud adalah pasar Amerika Serikat menghendaki pembelian
kakao dalam bentuk cocoa butter. Peluang ini harus dapat dilirik oleh industri dalam negeri
sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk kakao Indonesia.
Areal pertanaman kakao saat ini sekitar 1.4 juta ha, tersebar di 31 provinsi. Sekitar 64% dari
total areal tersebut terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat. Saat ini hanya sekitar 66% pertanaman pada kondisi tanaman
menghasilkan. Dan dari segi bentuk pengusahaannya, sekitar 92,7% pertanaman kakao
merupakan perkebunan rakyat, 3,9% perkebunan besar negara dan 3,4% merupakan
perkebunan besar swasta. Pada tahun 2008 produksi kakao Indonesia sekitar 792 ribu ton.
Diperkirakan pada tahun 2009 produksi kakao Indonesia akan mencapai sekitar 849 ribu ton.
Sekitar 52% produksi kakao Indonesia diekspor ke berbagai negara terutama ke Malaysia.
Karena sudah semakin majunya industri hilir kakao Malaysia, sehingga membutuhkan biji
kakao Indonesia sebagai bahan bakunya. Hal ini berarti nilai tambah kakao akan banyak
dinikmati negara lain, terutama Malaysia.