makalah sulfonamid

7
Bab I Pendahuluan Siapa menyangka bahwa obat antibakteri pertama di dunia ternyata berasal dari senyawa yang mulanya digunakan sebagai zat pewarna? Pada tahun 1932, Gerhard Domagk menemukan bahwa sebuah zat pewarna merah ternyata mampu melindungi tikus dan kelinci terhadap dosis letal stafilokokus. Zat tersebut adalah Prontosil yang merupakan turunan dari sulfanilamid (p- aminobenzenesulphonamide) yang telah berhasil disintesis oleh seorang ahli kimia, Paul Gelmo pada 1908. Royston M Roberts dalam bukunya Serendipity memasukkan kisah penemuan sulfanamid sebagai salah satu ketidaksengajaan dalam penemuan bidang sains. Diketahui kemudian ternyata Prontosil dimetabolisme di dalam tubuh menjadi sulfanilamid (para-aminophenylsulfonamide), sebuah molekul yang lebih sederhana dan tak berwarna. Ternyata molekul Prontosil terdiri dari dua bagian, triaminobenzen, yang memberi warna merah, dan p-aminobenzen sulfonamid, yang kemudian dikenal dengan nama sulfanilamid, yang merupakan komponen aktif yang memiliki efek terapeutik. Penggunaan obat sulfa sangat pesat pada masa Perang Dunia kedua. Pada saat itu, setiap prajurit Amerika dilengkapi kotak P3K yang berisi bubuk sulfa dan perban untuk merawat luka. Mereka diajari untuk menaburkan bubuk sulfa segera pada 1

Upload: sabrina-putri

Post on 05-Jul-2015

1.134 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah sulfonamid

Bab I

Pendahuluan

Siapa menyangka bahwa obat antibakteri pertama di dunia ternyata berasal dari

senyawa yang mulanya digunakan sebagai zat pewarna? Pada tahun 1932, Gerhard Domagk

menemukan bahwa sebuah zat pewarna merah ternyata mampu melindungi tikus dan kelinci

terhadap dosis letal stafilokokus. Zat tersebut adalah Prontosil yang merupakan turunan dari

sulfanilamid (p-aminobenzenesulphonamide) yang telah berhasil disintesis oleh seorang ahli

kimia, Paul Gelmo pada 1908. Royston M Roberts dalam bukunya Serendipity memasukkan

kisah penemuan sulfanamid sebagai salah satu ketidaksengajaan dalam penemuan bidang

sains.

Diketahui kemudian ternyata Prontosil dimetabolisme di dalam tubuh menjadi

sulfanilamid (para-aminophenylsulfonamide), sebuah molekul yang lebih sederhana dan tak

berwarna. Ternyata molekul Prontosil terdiri dari dua bagian, triaminobenzen, yang memberi

warna merah, dan p-aminobenzen sulfonamid, yang kemudian dikenal dengan nama

sulfanilamid, yang merupakan komponen aktif yang memiliki efek terapeutik.

Penggunaan obat sulfa sangat pesat pada masa Perang Dunia kedua. Pada saat itu,

setiap prajurit Amerika dilengkapi kotak P3K yang berisi bubuk sulfa dan perban untuk

merawat luka. Mereka diajari untuk menaburkan bubuk sulfa segera pada setiap luka terbuka

untuk mencegah infeksi. Seperti diungkap Domagk pada pidato Nobelnya, tentara Amerika

kehilangan 8,25 % dari prajurit yang terluka hingga meninggal dunia pada Perang Dunia

pertama. Setelah sulfonamid digunakan pada Perang Dunia kedua, hanya 4,5 % yang

meninggal akibat luka. Kisah sukses sulfonamid antara lain dalam perannya melawan

meningitis epidemica, hasil penelitian menunjukkan bahwa 90-95% pasien yang menderita

meningitis epidemica dapat pulih dengan pemberian oral sulfonamid. Pada tentara Amerika,

jumlah kasus fatal prajurit yang menderita meningitis epidemica turun dari 39,2 % pada

Perang Dunia pertama menjadi 3% pada Perang Dunia kedua karena peran sulfonamid.

Seperti diulas di pubs.acs.org, senyawa Prontosil sebenarnya adalah

sulfamidochrysoidine, yang dinamai Prontosil Rubrum, karena warna merahnya. Senyawa ini

1

Page 2: makalah sulfonamid

pertama disintesis oleh Paul Gelmo dan patennya berakhir sebelum penemuan Domagk,

sehingga ketika itu banyak pabrik farmasi berlomba-lomba memproduksi obat sulfa karena

patennya telah berakhir. Diperkirakan lebih dari 5,000 turunan senyawa dihasilkan namun

hanya sekitar 20 senyawa yang memiliki nilai medis. Misalnya sulfapiridin, untuk mengobati

pneumonia; sulfatiazol, digunakan untuk pneumonia dan infeksi stafilokokus; sulfadiazin,

untuk mengobati infeksi pneumonokokus dan streptokokus, dan sulfaguanidin untuk

mengobati disentri.

Sulfonamid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk

pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.Penggunaan sulfonamide

kemudian terdesak oleh antibiuotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sedian

kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamide

untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu.

Selain sebagai kemoterapeutika, senyawa-senyawa sulfonamide juga digunakan

sebagai diuretika dan antiodiabetika oral.Perkembangan sejarah, pada tahun 1935, Domank

telah menemukan bahwa suatu zat warna merah, prontosil rubrum, bersifat bakterisid in vivo

tetapi inektif in vitro.Ternyata zat ini dalam tubuh dipecah menjadi sulfanilamide yang juga

aktif in vitro.Berdasarkan penemuan ini kemudian disintesa sulfapiridin yaitu obat pertama

yang digunakan secara sistemis untuk pengobatan radang paru (1937). Dalam waktu singkat

obat ini diganti oleh sulfathiazole  (Cobazol) yang kurang toksik (1939), disusul pula oleh

sulfaniazine , sulfmetoksazole, dan turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi. Setelah

diintroduksi  derivate-derivat yang sukar resorbsinya  dari usus (sulfaguanidin dan lain-lain),

akhirnya disintesa sulfa dengan efek panjang, antara lain sulfadimetoksil (Madribon),

sulfametoksipiridazine (Laderkyn), dan sulfalen. 

2

Page 3: makalah sulfonamid

Bab II

Isi

I. Tata Nama dan Klasifikasi

1. Tata Nama Sulfonamid

2. Klasifikasi Sulfonamid

Berdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja sedang, sulfonamida

dengan masa kerja panjang.

a. Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10 jam.

Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol.

b. Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 – 24 jam

Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazol

c. Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24 jam.

Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.

II. Mekanisme Kerja

Suflonamida mempunyai struktur yang mirip dengan asam para aminobenzoat

(PABA), suatu asam yang diperlukan untuk biosintesis koenzim asam dihidropteroat

dalam tubuh bakteri atau protozoa. Karena strukturnya mirip asam para aminobenzoat

(PABA) (Gambar 1.), sulfonamida berkompetisi dengan subsrat ini dalam proses

biosintesis asam dihidropteroat, sehingga melindungi sintesis asam folat dan

pembentukan karbonnya yang membawa kofaktor. Hal ini menghilangkan kofaktor

esensial sel terhadap purin, pirimidin dan sintesis asam amino.

3

Page 4: makalah sulfonamid

Sistem enzim bakteri yang mampu mempengaruhi sintesis asam tetrahidrofolat ada 3

yaitu:

a. Dihidropteroat sintase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis asam dihidropteroat,

suatu prekusor asam dihidrofolat melalui kondensasi asam paminobenzoat dengan

turunan pteridin

b. Dihidrofolat sintase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis asam dihidrofolat, suatu

prekusor asam tetrahidrofolat melalui interaksi asam dihiropteroat dengan asam glutamat

c. Dihidrofolat reduktase, yaitu enzim yang mengkatalisis reduksi asam dehidrofolat

menjadi asam tetrahidrofolat

Sulfonamida bekerja secara langsung sebagai antagonis, melalui mekanisme

penghambatan bersaing, terhadap kedua jalur biosintesis asam dihidrofolat, dan secara tidak

langsung mempengaruhi penggabungan asam glutamat dan asam dihidropteroat.

4

Page 5: makalah sulfonamid

Gambar 2. Mekanisme kerja sulfonamida

Kemungkinan mekanisme kerja bakteriostatik sulfonamida yang lain adalah

berhubungan langsung dengan reaksi enzimatik turunan pteridin, yaitu dengan membentuk

produk “seperti folat” yang tidak aktif sehingga turunan pteridin tidak berfungsi sebagai

prekusor asam folat.

III. Hubungan Struktur dengan Aktivitas

IV. Produk Tunggal dan Kombinasi, serta Aksinya

1. Produk Tunggal

2. Produk Kombinasi

5