makalah stie

30
Seringkali dalam kegiatan usaha kita membutuhkan modal. Tentunya modal ini dapat dipinjam dari bank atau lembaga selain bank. Tentunya dengan melakukan peminjaman di lembaga pembiayaan selain bank akan dikenakan bunga yang lebih tinggi. Berikut ini penjelasan definisi beberapa lembaga-lembaga selain bank yang meliput beberapa bidang, yaitu : a. Sewa guna usaha (Leasing) b. Modal Ventura c. Anjak Piutang (factoring) d. Usaha Kartu Kredit e. Pembiayaan konsumen (consumers finance) Penjelasan : a. Sewa Guna Usaha (Leasing) Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank. Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai suatu sumber pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun). Sampai saat ini belum ada Undang-undang khusus yang mengatur tentang leasing. Namun demikian, praktek bisnis leasing telah berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mempunyai pegangan yang jelas dan pasti. b. Modal Ventura (Venture Capital) Secara resmi lembaga modal ventura baru ada di Indonesia sejak adanya keppres No. 61 Tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan, yang diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan. Ketentuan diatas merupakan landasan berpihak yang cukup kuat dan merupakan satu-satunya peraturan pelaksanaan yang ada bagi para pemodal (investor) yang ingin melakukan usaha atau bisnisnya.

Upload: ganda-manullang-3362

Post on 25-Jun-2015

506 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah STIE

Seringkali dalam kegiatan usaha kita membutuhkan modal. Tentunya modal ini dapat dipinjam dari bank atau lembaga selain bank. Tentunya dengan melakukan peminjaman di lembaga pembiayaan selain bank akan dikenakan bunga yang lebih tinggi.

Berikut ini penjelasan definisi beberapa lembaga-lembaga selain bank yang meliput beberapa bidang, yaitu :

a. Sewa guna usaha (Leasing)b. Modal Venturac.  Anjak Piutang (factoring)d.  Usaha Kartu Kredite.   Pembiayaan konsumen (consumers finance)

Penjelasan :

a. Sewa Guna Usaha (Leasing)

Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank.

Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai suatu sumber pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun). Sampai saat ini belum ada Undang-undang khusus yang mengatur tentang leasing. Namun demikian, praktek bisnis leasing telah berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mempunyai pegangan yang jelas dan pasti.

b. Modal Ventura (Venture Capital)

Secara resmi lembaga modal ventura baru ada di Indonesia sejak adanya keppres No. 61 Tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan, yang diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan. Ketentuan diatas merupakan landasan berpihak yang cukup kuat dan merupakan satu-satunya peraturan pelaksanaan yang ada bagi para pemodal (investor) yang ingin melakukan usaha atau bisnisnya.

Yang dimaksud dengan perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah suatu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (invester company) untuk jangka waktu tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan pasangan usaha (PPU) adalah suatu perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan modal ventura (PMV).

Page 2: makalah STIE

c. Anjak Piutang (factoring)

Lembaga anjak piutang atau factoring merupakan lembaga pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaannya dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pada jasa factoring terbagi dalam dua bagian yaitu jasa keuangan dan jasa nonkeuangan.Lembaga anjak piutang yang lebihh dikenal dengan dengan sebutan factoring ini merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang diperlukan dalam dunia bisnis. Usaha anjak piutang sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Pada saat itu bentuk usaha factoring memang masih sederhana. Pihak factor biasanya bertindak sebagai agenpenjualan yang sekaligus memberi perlindungan kredit. Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai general factoring.

d. Usaha Kartu Kredit ( Credit Card )

Perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.

Kartu kredit atau yang lebih dikenal dengan credit card ini adalah suatu kartu plastic yang hampir sama dengan ukuran KTP, yang diterbitkan oleh issuer (penerbit) dan dipergunakan oleh cardholder  (pemegang kartu) dan berfungsi sebagai alat pengganti pembayaran uang tunai dan pihak penerima adalah kaum usahawan/pedagang (merchant) yang telah ditentukan oleh penerbit.

Di Indonesia banyak sekali perusahaan penerbit kartu kredit seperti : Citibank, HSBC, BCA, Bank Mandiri dan lainnya. Tingkat pertumbuhan pengguna kartu kredit di Indonesia termasuk tinggi. Hal ini tentunya mengkhawatirkan karena kita lebih mau mengutang daripada menabung, tentunya akan berdampak pada rendahnya simpanan (national savings Indonesia).

e. Pembiayaan Konsumen (consumers finance)

Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga yang dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dilakukan dengan system pembayaran secara angsuran atau berkala.Kehadiran lembaga pembiayaan konsumen ini sebenarnya secara informal sudah tumbuh sejak lama sebagai bagian dari aktifitas trading. Namun secara normal baru diakui sejak tahun 1988 melalui SK Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 yang secara formal mengangkat kegiatan usaha pembayaran ke permukaan, sebagai bagian resmi sector jasa keuangan.Lembaga pembiayaan ini berbeda dengan bank, walaupun kedua-duanya merupakan sumber dana yang diperlukan seseorang. Bila pembiayaan konsumen akan melihat barng-barang apa saja yang dibiayai, maka pada

Page 3: makalah STIE

kredit bank, pihak bank cukup memandang siapa konsumen yang akan mendapat bantuan dana. Kedua lembaga ini mempunyai kesamaan seperti objeknya sama yaitu barang-barang konsumsi dan mengenakan bunga sebagai biaya.

====================================

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), pada salah satu pasalnya disebutkan bahwa BI adalah lembaga negara yang independen.

Maksud kalimat tersebut adalah Independen diartikan sebagai lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lainnya. Selanjutnya, dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas BI, dan demikian pula BI wajib menolak atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka melaksanakan tugasnya. Independensi tersebut ditandai dengan diberikannya kewenangan penuh pada BI dalam menetapkan target-target yang akan dicapai (goal independence) dan kebebasan dalam menggunakan berbagai piranti moneter (instrument independence) dalam mencapai target tersebut. Selanjutnya, dalam Pasal 10 ditegaskan bahwa BI memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi. Demikian pula, untuk lebih meningkatkan efektivitas pengendalian moneter serta kapasitasnya sebagai lender of the last resort, dalam Pasal 11 dinyatakan bahwa pemberian kredit oleh BI kepada bank dibatasi.

Jangka waktu kredit kepada bank maksimal 90 hari dan penggunaannya hanya untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek. Selain itu, kredit tersebut harus dijamin dengan surat berharga yang bernilai tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterima oleh bank.

Tujuan dan tugas BI saat ini sesuai dengan undang-undang baru tersebut adalah tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut BI mempunyai 3 tugas utama, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut, BI berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan. Perlu dikemukakan bahwa tugas pokok BI berubah sejak diterapkannya undang-undang tersebut, yaitu dari multiple objective (mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memelihara kestabilan nilai rupiah) menjadi single objective (mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah). Dengan demikian tingkat

Page 4: makalah STIE

keberhasilan BI akan lebih mudah diukur dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat tinggi selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran yang terjadi di pasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam.

BI mengontrol tingkat inflasi dengan cara Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol BI atas inflasi sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, BI selalu melakukan assessment terhadap perkembangan perekonomian, khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu disampaikan pula bahwa pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil. Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas sektoral sangatlah penting dalam menangani masalah inflasi ini.

Kebijakan moneter BI kedepan yang lebih memfokuskan pada sasaran tunggal inflasi dilakukan dengan cara Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan pada dasarnya lebih diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi. Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah, pertama, bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variabel riil, seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh (full employment) dan penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Ketiga, yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai kegiatan ekonomi.

Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran inflasi yang rendah adalah :

Page 5: makalah STIE

1. Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter.2. Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.3. Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi.4. Memformulasikan respon kebijakan moneter.

Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari indeks harga konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti (core atau underlying inflation) sebagai sasaran operasional.

Konsep inflasi inti (core inflation) dapat kita bagi menjadi dua yaitu Berdasarkan pengertiannya, ada 2 konsep dalam pengertian inflasi inti. Pertama, inflasi inti sebagai komponen inflasi yang cenderung ‘menetap’ atau persisten (persistent component) di dalam setiap pergerakan laju inflasi. Kedua, inflasi inti sebagai kecenderungan perubahan harga-harga secara umum (generalized component). Core inflation pada beberapa literatur disebut juga dengan underlying inflation. Inflasi inti inilah yang dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh BI. Di dalam operasionalnya, BI tidak menggunakan inflasi IHK sebagai acuan dalam mengambil kebijakan moneter, namun menggunakan inflasi inti.

Penggunaan inflasi inti sebagai sasaran operasional dikarenakan inflasi inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulasikan kebijakan moneter. Sebagai contoh, dalam hal terjadi gangguan permintaan (demand shock) yang mengakibatkan inflasi tinggi, respon bank sentral akan mengetatkan uang beredar sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Disamping itu, kebijakan tersebut dapat juga untuk menyesuaikan kembali pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan kapasitas perekonomian. Sebaliknya, jika inflasi meningkat karena terjadinya gangguan penurunan di sisi penawaran (supply side), misalnya kenaikan harga makanan karena musim kering maka kebijakan uang ketat justru dapat memperburuk tingkat harga dan pertumbuhan ekonomi. Respon yang dapat dilakukan oleh bank sentral adalah kebijakan melonggarkan likuiditas perkonomian justru diperlukan untuk menstimulir peningkatan penawaran.

Inflasi  yang akan dipakai BI dalam menetapkan targetnya adalah BI menetapkan IHK sebagai targetnya, seperti yang diterapkan di semua negara yang menganut sistem target inflasi secara eksplisit. Ada beberapa alasan yang mendasari dipilihnya IHK sebagai target bank sentral, baik dari sisi teoritis maupun dari segi kepraktisannya. Kelebihan digunakannya IHK ini antara lain adalah merupakan alat ukur yang paling tepat dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena IHK mengukur indeks biaya hidup konsumen. Seperti yang berlaku pada negara-negara lain institusi yang bertugas mengumpulkan data statistik selalu memfokuskan sebagian besar sumber dayanya untuk menghasilkan data IHK yang reliable dibandingkan indeks harga lainnya, sehingga hasil pengukuran IHK selalu memiliki kualitas yang lebih baik dan selalu tersedia secara tepat waktu.

Tekanan terhadap angka inflasi dapat dibagi dua Dilihat dari asalnya, tekanan inflasi dapat dibedakan atas domestic pressures (berasal dari dalam negeri)

Page 6: makalah STIE

dan external pressures (berasal dari luar negeri). Tekanan yang berasal dari dalam negeri dapat diakibatkan oleh adanya gangguan dari sisi penawaran dan permintaan serta kebijakan yang diambil oleh instansi lain di luar BI, misalnya kebijakan penghapusan subsidi pemerintah, kenaikan pajak, dll. Gangguan dari sisi penawaran dapat timbul apabila terjadi musim kering yang mengakibatkan gagal panen, terjadinya bencana alam, gangguan distribusi tidak lancar dan adanya kerusuhan-kerusuhan sosial yang berakibat terputusnya pasokan dari luar daerah. Gangguan dari sisi permintaan dapat terjadi apabila otoritas moneter menerapkan kebijakan uang longgar.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++=

Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi (PSAK 30) versus Pajak

May 29, 2008 — Hardi

Dasar Pencatatan : (1) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa, (2) Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991

Perlakuan Akuntansi

PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa dalam paragraf 8 mengatur bahwa suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Paragraf 10 menjelaskan bahwa klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah :

1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;

3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan;

4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; dan

5. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

Lebih lanjut, paragraf 16 menjelaskan bahwa untuk sewa pembiayaan pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan

Page 7: makalah STIE

kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak.

Sedangkan dalam paragraf 29 diatur mengenai pencatatan sewa operasi, bahwa pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistimatis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna.

Untuk jenis transaksi leasing berupa transaksi jual dan sewa-balik (sale and lease back) dapat terjadi bahwa nilai aset tercatat aset yang dialihkan kepada leasing company berbeda dengan nilai pembelian/pembiayaan oleh leasing company tersebut.

Paragraf 56 PSAK No. 30 mengatur bahwa jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

Perlakuan Perpajakan

Secara perpajakan, pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991. KepMenKeu ini hanya mengatur mengenai pencatatan transaksi leasing secara sale and lease back dengan hak opsi sehingga untuk jenis leasing lainnya misalnya Pembiayaan Konsumen harus mengacu kepada PSAK No. 30.

Dalam praktek sehari-hari, sering ditemukan kesalahpahaman dari accounting perusahaan sehingga dalam perpajakan memperlakukan transaksi Pembiayaan Konsumen layaknya Sale and Lease Back dengan Hak Opsi.

Menurut KepMenKeu No. 1169 tersebut, kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha (SGU) dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambaha dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;

2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan;

3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Ketentuan perpajakan memperlakukan SGU dengan Hak Opsi secara berbeda dari akuntansi. Adapun perbedaannya sebagai berikut :

Secara akuntansi, pencatatan dilakukan secara Capital Lease, dimana :

Page 8: makalah STIE

1. aktiva leasing langsung dibukukan sebagai aktiva tetap leasing dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya;

2. lessee membebankan biaya penyusutan aktiva SGU dan beban bunga SGU

Secara perpajakan, dilakukan secara Operating Lease, dimana :

1. aktiva tetap leasing baru diakui setelah lessee melaksanakan hak opsinya, dengan biaya perolehan sebagai dasar penyusutan sebesar nilai opsi tersebut

2. lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU sebagai biaya leasing

Sedangkan untuk transaksi pembiayaan konsumen, pencatatan secara akuntansi maupun perpajakan sama, yaitu dilakukan secara Capital Lease.

Contoh illustrasi (Sale and Lease Back dengan Hak Opsi) :

PT A memperoleh fasilitas pembiayaan berupa Sale and Lease Back dengan Hak Opsi atas 1 unit Mesin Press dengan rincian transaksi sebagai berikut :

Harga beli dari supplier = Rp 1.144.800.000; Pembayaran Uang Muka (D/P) kepada Supplier = Rp 300.000.000; Sisa Hutang kepada Supplier = Rp 844.800.000.

Pembiayaan oleh Leasing Company = Rp 844.800.000; Masa Angsuran = 20/11/2004 s/d 20/10/2007 (36 bulan); Angsuran Pokok = Rp 844.800.000; Bunga Angsuran = Rp 201.312.000

Jurnal Akuntansi (PSAK No. 30) :

Aktiva Tetap – Mesin

1.144.800.000

Kas 300.000.000Hutang Supplier 844.800.000

(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier 844.800.000Hutang Leasing 844.800.000

(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Hutang Leasing 26.144.498Biaya Bunga Leasing 12.412.502Kas 38.557.000

(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)

Page 9: makalah STIE

Jurnal Perpajakan (KepMenKeu No. 1169)

Aktiva Tetap – Mesin

1.144.800.000

Kas 300.000.000Hutang Supplier 844.800.000

(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier 844.800.000Jaminan Leasing 300.000.000Aktiva Tetap Mesin 1.144.800.000

(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Biaya Leasing 38.557.000Kas 38.557.000

(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)

Secara perpajakan, jika pada akhir masa leasing, lessee menggunakan hak opsinya maka dalam pembukuan lessee membukukan aktiva tetap sebagai dasar penyusutan sebesar Rp 300.000.000 yaitu sebesar nilai jaminan leasing. Selama masa SGU, jaminan leasing dibukukan sebagai Aktiva Lain-lain.

+++++++++++++++++++++++++++++

BAB V

MODAL VENTURA

A. Pengertian

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada

dasarnya berbagai macam definisi tersebut mengacu pada suatu pengertian

mengenai modal ventura, yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan

kepada suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya

adalah penyertaan modal.

B. Sejarah

Munculnya konsep pembiayaan dengan modal ventura diawali antara tahun

1920-1930 pada saat keluarga keluarga kaya di Amerika Serikat seperti Ford,

Page 10: makalah STIE

Rockefeller, Payson dan lain lain membentuk suatu pendanaan. Pendanaan

ini diarahkan untuk menolong usaha-usaha individu yang sedang mengalami

kesulitan modal dalam suatu kegiatan investasi, yang potensial, dan kegiatan

ini terus menerus berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia yang

dikenal sebagai usaha modal ventura.

C. Manfaat

Bagi Perusahaan Pasangan Usaha

Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat

dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha

telah dapat dipenuhi oleh perusahaan modal ventura.

Bagi Perusahaan Modal Ventura

Mengingat usaha modal ventura mempinyai dua dimensi yaitu bisnis dan

sosial, maka manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal Ventura

juga meliputi dua hal. Pertama, Perusahaan Modal Ventura memperoleh

balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan kepada Perusahaan

Pasangan Usaha. Kedua, Perusahaan Modal Ventura membantu peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang

mengalami kesulitan pembiayaan.

D. Jenis Berdasarkan Cara Pemberian Bantuan Mekanisme modal ventura

dapat dibedakan menjadi :

a. Single tier approach

Pendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan Modal Ventura dalam dua

fungsi sekaligus, yaitu sebagai pemberi bantuan pembiayaan (fund company)

dan juga sebagai pemberi bantuan manajemen atau pengelolaan dana

(management company).

b. Two tier approach

Pendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan Usaha untuk

menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajeman dari Perusahaan

Modal Ventura yang berbeda.

Page 11: makalah STIE

Berdasarkan Cara Penghimpunan Dan Jika ditinjau dari cara penghimpunan

dananya modal ventura dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Leverage Venture Capital

Modal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan

sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk pinjaman dari berbagai

macam pihak disebut leverage venture capital.

b. Equity Venture Capital

Modal Ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura

dengan sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk modal sendiri

dalam berbagai bentuk disebut equity venture capital.

Berdasarkan Kepemilikan Atas dasar kepemilikannya, Perusahaan modal

ventura dapat dibedakan dalam beberapa jenis sebagai berikut :

a. Private ‘Venture-Capital’ Company

b. Public ‘Venture-Capital’ Company

c. Bank Affiliate ‘Venture-Capital’ Company

d. Conglomerate ‘Venture-Capital’ Company.

+++++++++++++++++++++++++++++++

STATISTIK PERKEMBANGAN KINERJA DI BIDANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

 

Secara umum kinerja perusahaan pembiayaan selama 2004 menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Peningkatan kinerja tersebut tercermin dari meningkatnya total aset, nilai kegiatan usaha dan perolehan laba tahun berjalan. Pada tahun 2004, total asset perusahaan pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 57,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp. 50,1 triliun menjadi Rp. 78,9 triliun.  Sementara nilai kegiatan usahanya (pembiayaan) meningkat sebesar  44,4 % dari Rp. 60,3 triliun menjadi Rp. 87,1 triliun.  Peningkatan terjadi pula pada perolehan laba tahun berjalan sebesar 57,9 % dari Rp. 1,9 triliun menjadi Rp. 3,0 triliun, setelah beberapa tahun sebelumnya selalu mengalami kerugian.

Jumlah Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha sebanyak 239 perusahaan. Di tahun 2004, 2 dari 239 perusahaan tersebut dicabut izin usahanya akibat mengalami kebangkrutan (PT Primaswadana Perkasa Finance) dan dilikuidasi (PT Rabo Finance). 

Page 12: makalah STIE

Pada tahun 2004, perkembangan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan mengalami sedikit perubahan. Pembiayaan Konsumen tetap mendominasi yaitu sebesar Rp. 67,8 triliun (77,8%), sementara kegiatan sewa guna usaha sebesar Rp. 17,2 triliun (19,7%), pembiayaan anjak piutang sebesar Rp. 2,0 triliun (2,3%). Jika dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya, jenis kegiatan pembiayaan kartu kredit dan anjak piutang mengalami penurunan. Kegiatan pembiayaan kartu kredit turun sebesar 51 % dari Rp. 100 milyar menjadi Rp. 49 milyar, sedangkan kegiatan pembiayaan anjak piutang turun sebesar 75 % dari Rp. 8 triliun menjadi Rp. 2 triliun. Sementara kegiatan pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha mengalami peningkatan. Pembiayaan konsumen naik sebesar 63,3%  dari Rp. 41,5 triliun menjadi Rp. 67,8 triliun, sedangkan pembiayaan sewa guna usaha meningkat sebesar 60,7 % dari Rp. 10,7 triliun menjadi Rp. 17,2 triliun. Hal ini sejalan dengan perkembangan konsumsi domestik yang mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya dan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

 

Tabel 1.

Perkembangan Kinerja Perusahaan Pembiayaan

 

  Posisi Perkembangan

Rincian (triliun Rp) (%)

  2000 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004

Jumlah Perusahaan (satuan)

245 245 244 239 237 0 -0,4 -2,0 -0,8

Jumlah Asset 35,8 37,3 39,9 50,1 78,9 4,4 7,0 25,6 57,5

Nilai Kegiatan Usaha1)

66,8 44,8 37,7 60,3 87,1 -32,9 -15,8 59,9 44,4

Sewa Guna Usaha

7,7 9,6 9,2 10,7 17,.2 24,7 -4,2 16,3 60,7

Pembiayaan Anjak Piutang

2,6 1,5 2,4 8,0 2,0 -42,3 60 233,3 -75,0

Pembiayaan Kartu Kredit

0,6 1,3 2,0 0,1 0,049 116,7 53,8 -95 -51,0

Pembiayaan Konsumen

55,9 32,4 20,4 41,5 67,.8 -42,0 -25,9 103,4 63,3

Posisi 31,3 31,1 28,4 31,5 48,9 47,4 -8.7 10.9 55,2

Page 13: makalah STIE

  Posisi Perkembangan

Rincian (triliun Rp) (%)

  2000 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004

Pinjaman yang Diterima1)

Dalam Negeri :

17,6 18,4 16,9 18,1 24,1 4,5 -8.2 7.1 33,1

      Luar Negeri13,7 12,8 11,5 13,4 24,8 -6,6 -10.2 16.5 85,1

Obligasi0,8 0,7 1,7 4,0 8,9 -7,0 142,9 135,3 122,5

Modal Disetor 6,1 6,8 7,6 8,8 10,5 11,5 11,8 15,8 19,3

Laba (Rugi) Tahun Berjalan

2,6 (0,1) 1,8 1,9 3,0 11,2 - 5,6 57,9

catatan: 1)   Termasuk Pinjaman Subordinasi                                       Sumber: Bank Indonesia

 

Pada tahun 2004, sumber dana Perusahaan Pembiayaan meningkat sebesar Rp 28,8 triliun atau naik 57,5 % dibandingkan posisi  akhir tahun sebelumnya. Peningkatan sumber dana tersebut berasal dari pinjaman bank, obligasi, setoran modal dan perolehan laba tahun berjalan.  Pinjaman yang diterima baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami peningkatan. Pinjaman dalam negeri naik sebesar 33,1 % dari Rp. 18,1 triliun menjadi Rp. 24,1 triliun, sedangkan pinjaman luar negeri naik sebesar 85,1 % dari Rp. 13,4 triliun menjadi Rp. 24,8 triliun. Sumber utama pendanaan perusahaan pembiayaan berasal dari pinjaman bank dalam negeri yakni sebesar Rp. 20,8 triliun (42,5%), sementara pinjaman bank luar negeri sebesar Rp. 18,6 triliun (38,0%). Untuk pinjaman selain bank yang bersumber dari dalam negeri sebesar Rp. 3,3 triliun (6,8%) dan luar negeri sebesar Rp. 6,2 triliun (12,7%).

 

Tabel 2.

Perkembangan Sumber dan Penggunaan Dana Perusahaan Pembiayaan

 

Page 14: makalah STIE

  Posisi Perkembangan

Detail (Trillion Rp) (%)

  2000 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004

Sumber Dana

35,8 37,3 39,9 50,1 78,.9  4,4    7,0 25,6 57,5

    Pinjaman Bank

18,9 21,1 18,8 21,6 39,4 12,0  -10,9  14,9 82,5

-       Dalam negeri

11,3 14,2 13,2 14,7 20,8 25,6 -7,0 11,4 41,5

     -  Luar negeri

  7,6   7,0   5,6   6,9 18,6 -8,2  -20,0  23,2 23,2

    Pinjaman lainnya1)

  12,4

  10,0 

  9,6   9,.9 9,5 -19,6

-4,0 3,1 -4,0

    -  Dalam negeri

    6,3

4,2 3,7 3,4 3,3 -33,5

-11,9 -8,1 -2,9

    -  Luar negeri

    6,2

  5,8   5,9   6,5 6,2 -5,5 1,7 10,2 -4,6

    Obligasi     0,8

0,7 1,7 4,0 8,8 -11,2

142,9 135,3 120

    Modal 2) (2,2) (0,6) 3,0 4,9 10,7 - 73,9

- 63,3 118,4

    Lain-lain  5,8  6,0  6,8  9,7 10,4 4,1   13,3   42,6 7,2

Penggunaan Dana

35,8 37,3 39,9 50,1 78,8 4,4 7,0 25,6 57,3

    Pembiayaan

29,4 30,8 35,5 39.3 53,9 4,9 15,3 10,7 37,1

    Simpanan pada Bank

  3,7 3,0 3,1 3,0 3,0 -20,3

3,3 -3,2 0

    Penyertaan

  0,1 0,1 0,1 0,1 0,1    0 0 0 0

    Lain-lain   2,5 3,4 1,2 7,7 21,8 35,7 -64,7 541,7 183,1

Catatan :

1)   Termasuk Pinjaman subordinasi

Page 15: makalah STIE

 2)   Termasuk return earnings and capital reserves

Sumber: Bank Indonesia

 

Dari sisi pengunaan dana, komposisinya juga tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagian besar dana perusahaan pembiayaan disalurkan dalam bentuk pembiayaan kegiatan usaha, yaitu sebesar Rp. 53,9 triliun atau 68,3% dari total dana yang dimiliki. Seiring dengan membaiknya perekonomian, aktivitas pembiayaan yang dilakukan Perusahaan Pembiayaan pada tahun 2004 masih mengalami pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 15,3% pada tahun 2002 menjadi 10,7% pada tahun 2003 dan menjadi 37,1 pada tahun 2004. Pertumbuhan tersebut menyebabkan peningkatan penerimaan Perusahaan Pembiayaan, sehingga pada tahun 2004 berhasil mencatat laba sebesar Rp. 3,0 triliun. Dampak dari perolehan laba tahun berjalan ditambah dengan peningkatan setoran modal menyebabkan modal bersih perusahaan pembiayaan pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp. 10,7 triliun.

 

Tabel 3.

Perkembangan Kualitas Aset

Pembiayaan 2000 (%) 2001 (%)

 L D M L D M

Sewa Guna Usaha

69,0 12,4 18,6 76,5 7,8 15,7

Anjak Piutang 42,7 4,2 53,1 28,9 6,4 64,7

Katu Kredit 66,8 1,5 31,7 75,7 2,3 22,0

Pembiayaan Konsumen

94,7 1,6 3,7 96,3 1,6 2,1

 

 

 

Pembiayaan 2002 (%) 2003 (%) 2004 (%)

 L D M L D M L D M

Page 16: makalah STIE

Sewa Guna Usaha

79,1 4,6 16,3 87.9 2,8 9,3 88,9 3,3 7,8

Anjak Piutang 29,8 6,2 64,0 40.2 6,5 53,3 39,5 5,6 54,9

Katu Kredit 93,9 3,6 2,5 91.1 5,2 3,7 93,5 4,1 2,4

Pembiayaan Konsumen

97,1 1,5 1,4 98.0 0,9 1,1 98,4 0,7 0,9

 

Catatan     :  L = Lancar, D =Diragukan, M=Macet

Sumber    :  Bank Indonesia

 

Pada tahun 2004, kualitas aset Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen mengalami perbaikan. Kualitas Aset yang bermasalah, kategori Diragukan dan Macet, secara umum menurun dari tahun lalu. Kegiatan Pembiayaan yang memiliki kualitas aset terburuk adalah Anjak Piutang dimana Kolektibilitas Diragukan mencapai 549 persen. Sedangkan jenis pembiayaan dengan kualitas aset yang paling bagus adalah Pembiayaan Konsumen dimana kategori Diragukan dan Macet hanya sebesar 1,6 %

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Undang-Undang Pajak Penghasilan yang baru yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan akan berlaku mulai 1 Januari 2009, waktu yang tidak lama lagi. Oleh karena itu mengetahui Pasal-pasal mana saja yang berubah merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang berhubungan dengan dunia perpajakan agar dapat dilakukan tax planning di tahun depan.

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang PPh dengan Undang-Undang PPh Baru Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

1. Subjek Pajak 2. Objek Pajak 3. Objek Pajak Pasal 4 Ayat (2) 4. Pengecualian Dari Objek Pajak 5. Biaya Pengurang Penghasilan Bruto 6. Isteri Yang Memilih Untuk Memiliki Npwp Sendiri 7. Norma Penghitungan Penghasilan Neto 8. Penghasilan Tidak Kena Pajak 9. Tarif 10.Pencegahan Penghindaran Pajak (Pasal 18) 11.Pemotongan/Pemungutan 12.Kredit Pajak Luar Negeri (Pasal 24)

Page 17: makalah STIE

13.Angsuran Pajak Tahun Berjalan 14.Ketentuan Perpajakan Pertambangan Dan Syariah 15.Fasilitas Perpjakan Bagi UMKM

1. SUBJEK PAJAK (Pasal 2 ayat (5))Perluasan Pengertian Bentuk Usaha Tetap meliputi:

Gudang; Ruang untuk promosi dan penjualan; dan Dedicated server untuk kegiatan usaha melalui internet

2. OBJEK PAJAK (Pasal 4)a. Pengalihan Hak di Bidang Pertambangan b. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah c. Imbalan bunga d. Bunga Obligasi yang Diterima atau Diperoleh Reksadana e. Surplus Bank Indonesia

PENGALIHAN HAK DI BIDANG PERTAMBANGAN(Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 5)

Menegaskan keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan di sektor hulu migas merupakan objek pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 5).

PENGHASILAN DARI USAHA BERBASIS SYARIAH(Pasal 4 ayat (1) huruf q)

Penghasilan dari kegiatan usaha berbasis syariah ditegaskan sebagai objek pajak.

IMBALAN BUNGA(Pasal 4 ayat (1) huruf r)

Imbalan bunga yang diperoleh WP sehubungan dengan pelaksanaan UU KUP ditegaskan sebagai objek pajak.

BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA REKSADANA(Pasal 4 ayat (3) huruf j)

Ketentuan pengecualian bunga obligasi yang diterima reksadana (Pasal 4 ayat (3) huruf j) sebagai objek PPh dicabut sehingga dalam RUU PPh penghasilan tersebut merupakan objek pajak.

SURPLUS BANK INDONESIA(Pasal 4 ayat (1) huruf s)

Surplus Bank Indonesia ditegaskan sebagai objek pajak.

3. OBJEK PAJAK PASAL 4 AYAT (2) Menegaskan objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang selama ini tidak secara

eksplisit diatur dalam ketentuan ini, seperti antara lain: o Bunga obligasi dan Surat Utang Negara o Hadiah undianPengalihan saham pasangan perusahaan modal

ventura o Persewaan tanah dan bangunan

Page 18: makalah STIE

Memindahkan bunga simpanan koperasi yang sekarang dikenai PPh Pasal 23 final menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) final.

Menambah objek PPh Pasal 4 ayat (2) final meliputi: o Penghasilan dari transaksi derivatif; dan o Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan real estate.

4. PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAK (Pasal 4 ayat (3)) Zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk

agama yang diakui di Indonesia Inter corporate dividend Beasiswa Bagian laba unit penyertaan KIK Sisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan bidang penelitian

dan pengembangan Bantuan/santunan yang diterima dari BPJS

ZAKAT DAN SUMBANGAN KEAGAMAAN(Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1)

Sama dengan zakat, sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluknya ditegaskan juga bukan merupakan objek pajak (syarat, dll diatur dengan PP)

INTER-CORPORATE DIVIDEND(Pasal 4 ayat (3) huruf f)

Syarat memiliki usaha aktif bagi WP yang menerima inter-corporate dividend dihapus.

BEASISWA (Pasal 4 ayat (3) huruf l)

Beasiswa dikecualikan sebagai Objek Pajak (syarat, dll diatur dengan PMK)

BAGIAN LABA UNIT PENYERTAAN KIK (Pasal 4 ayat (3) huruf i)

Bagian laba yang diterima atau diperoleh pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bukan merupakan Objek Pajak.

SISA LEBIH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN LEMBAGA LITBANG (Pasal 4 ayat (3) huruf m)

Sisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan/atau bidang litbang (yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya) yang ditanamkan kembali dalam jangka waktu paling lama empat tahun dikecualikan sebagai objek pajak (ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK).

BANTUAN/SANTUNAN DARI BPJS(Pasal 4 ayat (3) huruf n)

Page 19: makalah STIE

Bantuan/santunan dari BPJS yang diterima WP tertentu bukan merupakan Objek Pajak (ketentuan lebih lanjut diatur dengan atau berdasarkan PMK).

5. BIAYA PENGURANG PENGHASILAN BRUTO (Pasal 6) Biaya Promosi dan Penjualan Biaya Beasiswa Piutang Tak Tertagih Pemupukan Dana Cadangan Sumbangan yang dapat dibiayakan

BIAYA PROMOSI DAN PENJUALAN(Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 7)Biaya Promosi dan Penjualan ditegaskan sebagai pengurang penghasilan bruto yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK.BIAYA BEASISWA (Pasal 6 ayat (1) huruf g)Beasiswa yang dapat dibiayakan diperluas meliputi pemberian beasiswa kepada bukan pegawai seperti pelajar dan mahasiswa tetapi tetap memperhatikan kewajarannya.PIUTANG TAK TERTAGIH (Pasal 6 ayat (1) huruf h)Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:

1. telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial;2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP;

dan3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau

instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.

4. Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil yang dihapuskan.PEMUPUKAN DANA CADANGAN(Pasal 9 ayat (1) huruf c)Pembentukan cadangan diperluas meliputi:

1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah

industri untuk usaha pengolahan  limbah industri,SUMBANGAN YANG DAPAT DIBIAYAKAN(Pasal 6 ayat (1) huruf I,j,k,l dan m)

Sumbangan yang dapat dibiayakan meliputi:1. sumbangan penanggulangan bencana nasional

Page 20: makalah STIE

2. sumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia3. biaya pembangunan infrastruktur sosial4. sumbangan fasilitas pendidikan5. sumbangan pembinaan olahraga

6. ISTERI YANG MEMILIH UNTUK MENJALANKAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA SENDIRI(Pasal 8 ayat (2))

Penghasilan suami-isteri dikenakan pajak secara terpisah apabila dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.

Tata cara penghitungan PPh terutang sama dengan suami-isteri yang melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

7. NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO(Pasal 14 ayat (2))

Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto dinaikkan dari Rp 600 juta menjadi sebesar Rp 4,8 miliar.

Ketentuan ini sejalan dengan dengan ketentuan Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi:

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas8. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK(Pasal 7 ayat (1))

Sekarang(Rp)

RUU(Rp)

WP 13.200.000,- 15.840.000,-

WP Kawin 1.200.000,- 1.320.000,-

Isteri Bekerja 13.200.000,- 15.840.000,-

Tanggunan 1.200.000,- 1.320.000,-

Maks. Tanggungan K/3 K/39. TARIF (PASAL 17)

Tarif WP Orang Pribadi Tarif WP Badan Tarif WP PerseroanTerbuka Tarif Dividen yang diterima WP orang pribadi dalam negeri

Page 21: makalah STIE

TARIF WP ORANG PRIBADI(Pasal 17 ayat (1) huruf a)Ketentuan Sekarang

No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d Rp 25.000.000,- 5%

2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%

3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%

4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%

5. Di atas Rp200.000.000,- 35%

Keputusan Perubahan:No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%

2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%

4. Di atas Rp500.000.000,- 30%

PENURUNAN TARIF LAPISAN TERTINGGI WP OP(Pasal 17 ayat (2))Tarif tertinggi PPh orang pribadi dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.TARIF WP BADAN (Pasal 17 ayat (1) huruf b)Ketentuan SekarangLapisan Penghasilan Tarif

s.d Rp 50.000.000,- 10%

Di atas Rp        50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,-

15%

Di atas Rp        100.000.000,- 30%

Ketentuan Baru· Tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun pajak 2009.· Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%.

TARIF WP PERSEROAN TERBUKA(Pasal 17 ayat (2b))WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka memeroleh penurunan tarif sebesar 5% dari tarif WP badan yang berlaku sepanjang memenuhi syarat:

paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia; persyaratan tertentu lainnya.

TARIF DIVIDEN YANG DITERIMA WP OP DALAM NEGERI (Pasal 17 ayat (2c))

Tarif yang dikenakan atas dividen yang diterima WP OP dalam negeri adalah setinggi-tingginya sebesar 10% dan bersifat final (diatur lebih lanjut dengan PP).

Page 22: makalah STIE

10. PENCEGAHAN PENGHINDARAN PAJAK (PASAL 18)1. Pembelian saham atau aset perusahaan WP dalam negeri melalui Spesial

Purpose Company (SPC).2. Penjualan saham SPC di tax haven country yang memiliki saham WP dalam

negeri.3. Pembayaran gaji ekspatriat yang ditempatkan oleh perusahaan induk di luar

negeri untuk bekerja sebagai pegawai perusahaan/WP dalam negeri yang merupakan anak perusahaannya.PASAL 18 AYAT (3b)Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (Special Purpose Company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.PASAL 18 AYAT (3c)Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau Special Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.PASAL 18 AYAT (3d)Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.11. PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN

Pembedaan tarif pemotongan/pemungutan Saat Terutang Perluasan Objek PPh Pasal 22 Perubahan tarif PPh Pasal 23 Penegasan dan Perluasan Objek PPh Pasal 26

PEMBEDAAN TARIF PEMOTONGAN/ PEMUNGUTANPembedaan tarif pemotongan/pemungutan:

Tarif bagi WP ber-NPWP Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

SAAT TERUTANGKetentuan saat terutang PPh Pasal 23/26 pada saat biaya dibebankan (diakui)

dalam pembukuan dihapuskan.Saat terutang PPh Pasal 23/26 menjadi:

Saat dibayarkan; Saat disediakan untuk dibayarkan; dan

Page 23: makalah STIE

Ketika pembayarannya telah jatuh tempo.

TARIF PEMOTONGAN/PEMUNGUTANJenis Pot/PutTarif  Non-NPWP

dibandingkanTarif  NPWP

Pasal 21 20% lebih tinggiPasal 22 100% lebih tinggiPasal 23 100% lebih tinggi

PERLUASAN OBJEK PPH PASAL 22WP yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dipungut PPh Pasal 22

sebagai pembayaran PPh tahun berjalan.PERUBAHAN TARIF PPH PASAL 23Tarif PPh Pasal 23 yang semula hanya 15% diubah menjadi sebagai berikut:

15% dari peredaran bruto atas dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya;

2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa seperti sewa, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lainnya.

PERLUASAN DAN PENEGASAN OBJEK PASAL 26Perluasan objek baru:

Keuntungan karena pembebasan utang

Penegasan: Premi swap ditempatkan pada butir tersendiri dan diperluas menjadi:

premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;

12. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PASAL 24)Ketentuan mengenai penentuan sumber penghasilan diperluas meliputi:

sumber penghasilan dari pengalihan hak penambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;

sumber penghasilan dari pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;

sumber penghasilan dari pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

13. ANGSURAN PAJAK TAHUN BERJALAN (PASAL 25) Penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang wajib membuat laporan

keuangan berkala. PPh Pasal 25 WP Orang Pribadi Tertentu. Fiskal Luar Negeri.

PPH PASAL 25 WP YANG WAJIB MEMBUAT LAPORAN KEUANGAN BERKALA

Seluruh perusahaan yang diwajibkan membuat laporan keuangan berkala dapat membayar angsuran berdasarkan laporan keuangan berkala tersebut.PPH PASAL 25 WP ORANG PRIBADI TERTENTU

Besarnya PPh Pasal 25 bagi WP OP pengusaha tertentu ditetapkan paling tinggi sebesar 0,75% dari peredaran bruto.

Page 24: makalah STIE

FISKAL LUAR NEGERI Pasal 25 ayat (8))

Fiskal Luar Negeri (FLN) hanya wajib dibayar oleh WP yang bertolak ke luar negeri yang telah berusia lebih dari 21 tahun dan belum memiliki NPWP.

Ketentuan ini berlaku sampai dengan tahun 2010 sehingga mulai tahun 2011 seluruh WP yang bertolak ke luar negeri tidak perlu membayar FLN.14. KETENTUAN PERPAJAKAN PERTAMBANGAN DAN SYARIAH(Pasal 31 D)Ketentuan perpajakan bagi bidang usaha:

pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum bidang usaha berbasis syariah

diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.15. FASILITAS PERPAJAKAN BAGI UMKM(Pasal 31E)

WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar.++++++++++++++++++++++++++

Transfer Uang Dalam Jaringan Hanya Dengan Satu Klikan Tombol

Dalam kerjasama dengan para penyedia Visa dan MasterCard utama, EPAY Inc. menawarkan layanan kartu debit efektif, kartu kredit prabayar, dan solusi pembayaran kepada para entrepreneur, pemilik bisnis, organisasi, pekerja lepas, komunitas, dan pribadi.

Layanan kartu dan program pembayaran EPAY membuat Anda dapat mengirim uang kepada afiliasi, anggota, klien, dan pegawai Anda. Kartu Debit dan kartu kredit prabayar dengan cara bayar cepat dan mudah akan membuat pembayaran menjadi simpel bagi semua orang yang terlibat. Sebagai tambahan, pilihan transfer uang ini dapat mengurangi pengeluaran administratif Anda dengan cukup nyata.

Kami akan menyesuaikan penawaran yang menarik untuk Anda, terlepas dari ukuran dan/atau lokasi bisnis Anda, dan menyediakan bagi Anda kartu kredit prabayar dan manajer yang didedikasikan untuk dukungan telepon dan email. Layanan pembayaran EPAY akan memberikan langkah maju yang penting bagi bisnis Anda dalam melayani klien dan afiliasi Anda dengan menawarkan pembayaran gaji dan komisi instan, bonus menguntungkan instan dan diskon instan. Sistem pembayaran ini dapat digunakan oleh pemilik usaha di seluruh dunia.

Akun master memberi Anda kesempatan unik untuk bekerja dengan mudah dengan sub-akun dari klien, anggota, afiliasi, atau pegawai Anda dan

Page 25: makalah STIE

mendanai sebuah kartu debit atau  kartu kredit virtual hanya dalam beberapa detik. Transfer uang dalam jaringan adalah pilihan baik untuk pegawai atau klien Anda yang tidak mempunyai rekening bank atau berlokasi internasional.

Keuntungan lainnya dari Solusi Pembayaran EPAY untuk Pemilik Usaha:

• Tidak ada biaya transfer bank• Menghemat waktu• Perbankan dalam jaringan lengkap• Tersedia program reseller• Satu orang dapat mengoperasikan programnya• Semua pegawai/afiliasi/klien menerima karu debit dan kartu kredit prabayar dengan akses online

Keuntungan-keuntungan dari Solusi Pembayaran EPAY untuk Pribadi:

• Tidak ada biaya pencairan cek atau transfer bank• Dapat digunakan untuk lebih dari satu majikan• Akses instan pada uang• Kartu debit atau kartu kredit prabayar pribadi • Dapat digunakan dalam jaringan (sebagai kartu kredit) dan dalam transaksi POS• Menarik uang dari jutaan ATM di seluruh dunia

Untuk menerima penawaran yang disesuaikan dan mulai menggunakan layanan usaha EPAY, silakan hubungi [email protected] atau isi aplikasi singkat. Perusahaan dengan ribuan pegawai dan afiliasi di seluruh dunia telah memilih EPAY Inc. sebagai solusi pembayaran dan finansial mereka, menghemat waktu dan uang. Klien EPAY Inc. meliputi forex, MLM, skema-skema afiliasi, dan berbagai perusahaan perdagangan lainnya.

Pengertian Pembiayaan Konsumen

Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company) adalah

badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk

kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala.

Unsur-unsur dalam Pembiayaan Konsumen adalah

? Ada perjanjian pembiayaan

? Perjanjian jual beli antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan

supplier

? Pembayaran secara angsuran

Page 26: makalah STIE

? Ada bunga

? Dalam jangka waktu tertentu

Dasar hukum pembentukan Lembaga Pembiayaan adalah:

Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989 tentang Perubahan

Ketentuan Mengenai Perdagangan Surat Berharga Dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Perubahan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan

Sewa-Guna-Usaha (Leasing)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 tentang

Perusahaan Pembiayaan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 tentang Perubahan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 185/KMK.017/2002 tentang

Penghentian Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan