makalah seminar matematika djuwita trisnawati
TRANSCRIPT
1
MENGHITUNG POPULASI PEREMPUAN
PADA SEMBARANG WAKTU DI MASA MENDATANG
MENGGUNAKAN MODEL MATRIKS LESLIE
Djuwita Trisnawati
06071008005
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP UNSRI
E- mail : [email protected]
Abstrak
Model matematika dapat digunakan untuk mengembangkan matematika
itu sendiri maupun untuk menyelesaikan matematika. Salah satu dari model
matematika yang dapat diterapkan dalam bidang demografi yaitu untuk
menghitung pertumbuhan populasi perempuan (betina) adalah Model Matriks
Leslie. Dengan menggunakan matriks Leslie, distribusi umur suatu populasi
perempuan pada waktu yang akan datang dapat diperkirakan jika diketahui
distribusi umur awal populasi tersebut. Elemen matriks Leslie terdiri dari dua
parameter demografi, yaitu jumlah rata-rata dari anak perempuan (betina) yang
dilahirkan oleh perempuan (betina) yang berada dalam kelompok umur ke-i dan
perbandingan perempuan (betina) dalam kelompok umur ke-i yang dapat
diharapkan masih hidup dan sampai ke kelompok umur ke-i+1 . Banyaknya
individu dalam setiap kelompok umur pada waktu yang akan datang dapat
ditentukan jika distribusi umur mula-mula dan matriks Leslie diketahui, kemudian
mengalikan distribusi umur mula-mula dengan matriks Leslie yang dipangkatkan
sesuai dengan waktu yang diinginkan untuk dicari. Perhitungan populasi
perempuan dengan menggunakan Matriks Laslie dirumuskan secara singkat,
sebagai berikut. )1()( kk LXX k = 1,2,…
Kata kunci : Model Leslie, Demografi, Matriks Leslie, Parameter Demografi
2
I. PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan memajukan daya pikir manusia. Matematika selalu mendasari perkembangan
ilmu pengetahuan yang lain, termasuk dalam bidang teknologi yang selalu
memerlukan pemikiran dan perhitungan-perhitungan matematika. Dengan
menggunakan konsep matematika, suatu masalah akan menjadi lebih sederhana
untuk disajikan, dan dipahami. Matematika tidak hanya dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan matematika saja, tetapi sangat menunjang untuk
menyelesaiakan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan ini.
Melalui aplikasi-aplikasinya, matematika dapat dipergunakan dalam
bidang yang lain, salah satunya dalam bidang demografi. Demografi adalah ilmu
tentang susunan, jumlah dan perkembangan penduduk. Demografi merupakan
studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi dan distribusi penduduk,
manusia dan perubahan yang terjadi karena proses fertilitas, mortalitas,
perkawinan, migrasi serta mobilitas sosial.
Salah satu model matematika yang dapat digunakan dalam demografi
adalah model matriks leslie. Model matriks Leslie merupakan model matriks
populasi yang mengklasifikasikan individu-individu populasi perempuan ke dalam
kelas-kelas umur yang berbeda. Dengan menggunakan matriks Leslie
dimungkinkan untuk meramalkan struktur umur dan banyaknya individu dalam
setiap kelas umur pada waktu yang akan datang, dengan syarat sebaran umur awal
diketahui.
Berkaitan dengan peranan matematika dalam bidang demografi, maka
dalam makalah ini penulis mencoba untuk memaparkan aplikasi model matriks
leslie dalam menentukan banyaknya individu setiap kelompok umur perempuan
pada waktu yang akan datang.
3
II. MATERI PENUNJANG
II.1. Rata-rata
Rata-rata adalah jumlah semua data dibagi dengan banyaknya data.
Rata-rata = DataBanyak
DataSemuaJumlah
_
__
II.2. Matriks
Matriks ialah susunan elemen-elemen yang disusun berdasarkan baris dan
kolom serta dibatasi oleh tanda kurung siku ’[ ]’ atau kurung biasa ’( )’.
Contoh matriks :
A =
1
21
11
.
.
.
ma
a
a
2
22
21
.
.
.
ma
a
a
3
23
13
.
.
.
ma
a
a
...
...
...
mn
n
n
a
a
a
.
.
.
2
1
Matriks A di atas merupakan matriks m x n karena mempunyai m baris
dan n kolom atau dengan kata lain matriks yang berordo m x n.
II.3. Matriks Kolom
Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom.
Sedangkan matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri dari satu baris.
Contoh matriks kolom :
B =
9
7
5
Contoh matriks baris :
A = 2 4 5
4
II.4. Matriks Bujur Sangkar
Matriks bujursangkar ialah matriks yang memiliki jumlah baris dan kolom
yang sama. Contohnya matriks 2 x 2, 3 x 3, 4 x 4, dan seterusnya.
C =
4
2
1
0
6
2
2
0
4
II.5. Perkalian Matriks
a. Perkalian Matriks dengan Skalar
Jika A adalah suatu matriks dan c adalah suatu skalar, maka hasil kali cA
adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing elemen dari
matriks A oleh c. Untuk perkalian matriks dengan skalr berlaku sifat komutatif
dan distributif. (Anton, 1991:24)
Sifat komutatif : Sifat distributif :
cA = Ac c(A ± B) = cA ± cB
b. Perkalian antar Matriks
Dua buah matriks hanya dapat dikalikan apabila jumlah kolom dari
matriks yang dikalikan sama dengan jumlah baris dari matriks pengalinya. Jika A
adalah matriks m x r dan B adalah matriks r x n, maka hasil kali AB adalah
matriks m x n yang elemen-elemennya ditentukan sebagai berikut.
Untuk mencari elemen dalam baris i dan kolom j dari AB, pilih baris i dari
matriks A dan kolom j dari matriks B. Kalikan elemen-elemen yang bersesuaian
dari baris dan kolom tersebut bersama-sama dan kemudian tambahkan hasilkali
yang dihasilkan. (Anton, 1991:25)
c. Perkalian Matriks dengan Matriks Kolom
Sebuah matriks yang bukan berbentuk matriks kolom dapat dikalikan
dengan sebuah matriks kolom, dengan catatan jumlah kolom matriks yang bukan
merupakan matriks kolom sama dengan jumlah kolom dari matriks kolom yang
bersangkutan, hasilnya adalah matriks kolom baru.
5
III. MATERI POKOK
Menghitung Populasi Perempuan pada Sembarang Waktu di Masa
Mendatang Menggunakan Model Matriks Leslie
Salah satu model pertumbuhan populasi yang paling umum digunakan
oleh para ahli demografi adalah model matriks Leslie, yang dikembangkan pada
tahin 1940-an oleh PH Leslie. Model ini menjelaskan pertumbuhan jenis kelamin
perempuan pada manusia atau hewan karena perempuan bereproduksi. Pada
model ini perempuan (manusia) atau betina (hewan) dibagi menjadi kelas-kelas
umum dalam durasi waktu yang sama. Lebih spesifik lagi, anggaplah umur
maksimum yang dicapai oleh sebarang perempuan dalam suatu populasi adalah L
tahun (atau satuan waktu lainnya) kemuadian populasi tersebut akan dibagi
menjadi n kelas umur. Maka, tiap kelas mempunyai durasi L/n tahun. Kelas-kelas
umur yang diperoleh dapat ditandai berdasarkan tabel berikut.
Tabel 1
Kelas Umur Interval Umur
1
2
3
.
.
.
n – 1
n
[0,L/n]
[L/n, 2L/n]
[2L/n, 3L/n]
.
.
.
[(n – 2)L/n, (n – 1)L/n]
[(n – 2)L/n, L/n]
Anggaplah jumlah perempuan dalam masing-masing dari n kelas tersebut
diketahui pada waktu t = 0. Secara khusus, misalkan terdapat )0(
1x perempuan di
dalam kelas pertama, )0(
2x perempuan di dalam kelas kedua, dan seterusnya.
Dengan n bilangan-bilangan ini, dapat dibentuk sebuah matriks kolom:
6
Matriks kolom ini disebut sebagai distribusi umur awal (initial age distribusi).
Dengan berjalannya waktu, jumlah perempuan pada tiap kelas berubah
karena tiga proses biologis, yaitu lahir, mati, dan penuaan. Dengan menguraikan
ketiga proses ini secara kuantitatif, maka distribusi umur awal dapat
diproyeksikan menjadi distribusi masa mendatang.
Cara termudah untuk mengetahui proses pertambahan umur adalah dengan
mengobservasi populasi dalam waktu diskret, misalnya t0, t1, t2, ..., tk. Model
Leslie mempersyaratkan bahwa durasi antara dua waktu observasi yang berurutan
sama dengan durasi interval umur. Dengan demikian, dapat ditetapkan sebagai
berikut.
t0 = 0
t1 = L/n
t2 = 2L/n
.
.
.
tk = kL/n
.
.
.
Dengan asumsi ini seluruh perempuan pada kelas ke-(i + 1) pada waktu tk + 1
sebelumnya berada dalam kelas ke-i pada waktu tk .
Proses kelahiran dan kematian di antara dua waktu observasi yang
berurutan dapat dijelaskan dengan parameter-parameter demografi berikut ini :
ai
(i = 1, 2, ..., n)
Rata-rata jumlah anak perempuan yang lahir dari
tiap perempuan ketika si ibu berada dalam kelas
umur ke-i.
bi
(i = 1, 2, ..., n – 1)
Fraksi perempuan pada kelas umur ke-i yang
diharapkan dapat bertahan dan mencapai kelas umur
ke-(i + 1).
Berdasarkan definisi di atas, diperoleh : (i) ai ≥ 0 untuk i = 1, 2, ..., n
(ii) 0 < bi ≤ 1 untuk i = 1, 2, ..., n – 1
7
Perhatikan bahwa nilai bi tidak boleh nol, yang berarti tidak ada
perempuan yang hidup melewati kelas umur ke-i. Begitu juga dengan nilai ai,
diasumsikan bahwa paling sedikit satu nilai ai bernilai positif sehingga terdapat
sejumlah kelahiran. Setiap kelas umur yang memiliki nilai ai positif disebut kelas
usia subur (fertile age class).
Anton (1991), distribusi umur x(k)
pada waktu tk dapat didefinisikan
sebagai berikut.
)(
)(
2
)(
1
)(
.
.
.
k
n
k
k
k
x
x
x
x
di mana xi(k)
adalah jumlah perempuan pada kelas umur ke-i pada waktu tk .
Selanjutnya, pada waktu tk, perempuan yang berada dalam kelas umur pertama
adalah anak perempuan yang lahir antara waktu tk – 1 dengan tk . Sehingga, dapat
dituliskan sebagai berikut.
atau, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
)(
1
kx = )1(
11
kxa + )1(
22
kxa + . . . + )1( k
nn xa (1)
8
a1 a2 a3 … an – 1 an
b1 0 0 … 0 0
0 b2 0 … 0 0
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
0 0 0 … bn – 1 0
)(
1
kx
)(
2
kx
)(
3
kx
.
.
.
)(k
nx
)1(
1
kx
)1(
2
kx
)1(
3
kx
.
.
.
)1( k
nx
Perempuan-perempuan pada kelas umur ke-(i + 1) dengan (i = 1, 2, ..., n – 1)
pada waktu tk adalah perempuan-perempuan pada kelas ke-i pada waktu tk – 1 yang
masih hidup pada waktu tk, sehingga
=
atau, secara matemtis dapat ditulis sebagai berikut:
)(
1
k
ix = )1( k
ii xb , i = 1, 2, . . ., n – 1 (2)
Dengan menggunakan notasi matriks, persamaan (1) dan (2) dapat
dituliskan sebagai berikut :
=
atau singkatnya, )(kx = )1( kLx , k = 1, 2, . . . (3)
jumlah
perempuan
pada
kelas i + 1
pada
waktu tk
fraksi
perempuan
pada kelas i
yang bertahan
hidup dan
memasuki
kelas i + 1
jumlah
perempuan
pada
kelas i pada
waktu tk - 1
9
a1 a2 a3 … an – 1 an
b1 0 0 … 0 0
0 b2 0 … 0 0
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
0 0 0 … bn – 1 0
di mana L adalah matriks Leslie (Leslie matrikx)
L =
Dari persamaan (3) akan dihasilkan
)1(x = )0(Lx
)2(x = )1(Lx = )0(2 xL
)3(x = )2(Lx = )0(3xL
.
.
. )(kx = )1( kLx = )0(xLk
Dengan demikian, jika diketahui distribusi umur awal )0(x dan matriks Leslie L,
maka dapat ditentukan distribusi umur perempuan pada sebarang waktu di masa
mendatang.
Contoh Distribusi Umur Hewan Betina :
Ny Asmi salah seorang peternak bebek petelur. Ia baru menjalani usaha ternak
bebek selama 2 tahun terakhir. Bebek petelur akan bertelur hingga 3 tahun. Ny
Asmi hanya menetaskan seperempat dari telur yang dihasil untuk dijadikan
indukan. Tahun lalu, ny Asmi memiliki 80 ekor bebek betina dan tahun ini bebek
betinanya menjadi 219 ekor. Setiap tahun ny Asmi selalu membuat data
pertumbuhan jumlah bebek betina yang dimilikinya. Data untuk satu tahun
terakhir terlihat pada tabel berikut.
10
Umur (bulan) Jumlah Bebek
Betina
Tahun Lalu
Jumlah Anak
yang dihasilkan
Jumlah Bebek
Betina
Tahun ini
0 – 12
12 – 24
24 – 36
36
25
18
72
75
36
183
26
10
Total 80 183 219
Table 2
Data ini akan digunakan ny Asmi untuk mengetahui berapakah perkiraan
jumlah bebek betina 2 tahun yang akan datang, jika jumlah bebek betina
meningkat drastis maka ia akan mengurangi jumlah telur yang akan dijadikan
indukan. Tetapi jika jumlahnya tidak begitu meningkat, ny Asmi akan menambah
jumlah telur yang akan dijadikan indukan.
Penyelesaian :
Model matriks leslie dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bebek
betina ny Asmi pada tahun depan. Dengan menggunakan matriks leslie bebek
betina akan dibagi menjadi beberapa kelas. Karena usia maksimal dari usia
produktif bebek petelur adalah 3 tahun, maka bebek betina dapat dibagi menjadi 3
kelas umur dengan durasi yang sama sebesar 12 bulan (satu tahun) seperti pada
tabel 2.
Berdasarkan table 2 akan didapat jumlah bebek betina pada durasi waktu
pertama untuk masing-masing kelas umur, yaitu sebagai berikut.
Dari persamaan 1 didapat:
x1(1)
= 2 (36) + 3 (25) + 2 (18)
x2(1)
= 13/18(36)
x3(1)
= 2/5 (25)
11
2 3 2
13/18 0 0
0 2/5 0
36
25
18
183
26
10
464
132
10
1344
335
52
diperoleh matriks leslie dan distribusi awal, yaitu:
L = x(0)
=
Sehingga,
x(1)
= L x(0)
= =
x(2)
= L x(1)
= =
x(3)
= L x(3)
= =
Jadi, setelah 3 tahun terdapat 1344 betina yang berumur antara 0 sampai
12 bulan, 335 betina yang berumur antara 12 sampai 24 bulan, dan 52 betina yang
berumur antara 24 sampai 36 bulan. Jumlah ini memungkinkan ny Asmi untuk
tidak mengurangi telur yang akan ditetaskan menjadi induk, sehingga jumlah
indukan dapat bertambah dan menghasilkan telur yang lebih banyak lagi.
12
IV. KESIMPULAN
Salah satu dari model matematika yang dapat diterapkan dalam bidang
demografi adalah model matriks leslie. Model matriks leslie dapat digunakan
untuk menghitung pertumbuhan populasi perempuan (betina). Dengan
menggunakan matriks Leslie, distribusi umur suatu populasi perempuan pada
waktu yang akan datang dapat diperkirakan jika diketahui distribusi umur awal
populasi tersebut.
Perhitungan populasi perempuan dengan menggunakan Matriks Laslie
dirumuskan secara singkat, sebagai berikut.
)1()( kk LXX k = 1,2,…
Dengan L adalah matriks Leslie (Leslie matrikx), dan
)1( kx adalah jumlah perempuan pada waktu tk - 1
13
V. DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. 1991. Aljabar Linear Elementer. (Panto Silaban dan Inyoman
Susila) Jakarta: Erlangga.
Kartini, Suprapto, Subandi, dan U. Setiyadi. Matematika untuk Kelas XI SMA
Program Studi Ilmu Alam. Klaten: Intan Pariwara.
UPI. ”Materi 8 Matriks”. http://file.upi.edu/Direktori/L%20%20FPEB/PRODI.%
20EKONOMI%20DAN%20KOPERASI/SITI%20PARHAH/MATERI%2
08.pdf . Diakses 20 Mei 2010.
ITS. ”Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia dengan Model Matematika”.
http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-3100002015408/435. Diakses tanggal 08
April 2010.