makalah sagu untuk ketahanan nasional

17
TUGAS MATA KULIAH TANAMAN KARBOHIDRAT NON BIJI DAN PEMANIS (AGH 344) SAGU DAN KETAHANAN NASIONAL Disusun oleh : Amanda Sari Widyanti A24100050 Dosen : Prof Dr Ir HMH Bintoro, MAgr

Upload: amanda-sari-widyanti

Post on 01-Dec-2015

688 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah tugas individu tanaman sagu untuk ketahanan nasional (ilmu tanaman karbohidrat non biji 2013)

TRANSCRIPT

Page 1: makalah sagu untuk ketahanan nasional

TUGAS MATA KULIAH

TANAMAN KARBOHIDRAT NON BIJI DAN PEMANIS

(AGH 344)

SAGU DAN KETAHANAN NASIONAL

Disusun oleh :

Amanda Sari Widyanti

A24100050

Dosen :

Prof Dr Ir HMH Bintoro, MAgr

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013

Page 2: makalah sagu untuk ketahanan nasional

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi

keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan

nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan

tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung

maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup

bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia

(Suradinata 2001). Dari pengertian ini, dapat dilihat bahwa untuk mencapai

ketahanan nasional diperlukan kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi segala

ancaman dan tantangan, termasuk tantangan dalam bidang pangan.

Menurut Jaya (2012) ketahanan pangan sangat penting dalam suatu negara,

karena negara bisa bubar apabila ketahanan pangannya lemah. Salah satu penyebab

pecahnya Uni Soviet adalah karena ketahanan pangannya yang lemah. Sementara

menurut UU Pangan No.18, definisi ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya

pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,

dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Sehingga dapat dilihat semakin eratnya hubungan antara ketahanan pangan dan

ketahanan nasional. Negara yang memiliki ketahanan pangan baik dapat dikatakan

ketahanan nasionalnya juga baik setidaknya dilihat dari sisi non militer.

Sebagai negara yang terletak di daerah tropika basah, Indonesia kaya akan

tanaman penghasil karbohidrat yang menjadi bahan utama bagi pangan masyarakat.

Namun mayoritas masyarakat Indonesia masih menganggap padi sebagai bahan

pangan utama sumber karbohidrat. Padahal sumber karbohidrat dapat diperoleh dari

biji-bijian lain seperti gandum, jagung, dan sorghum. Karbohidrat juga bisa didapat

dari tanaman non biji-bijian seperti ubi jalar, ubi kayu, talas, ganyong dan

sebagainya. Selain dari biji dan umbi, ada juga tanaman lain yang menghasilkan

Page 3: makalah sagu untuk ketahanan nasional

karbohidrat atau pati pada bagian batang seperti Aren (Arenga pinnata) dan Sagu

(Metroxylan spp.).

Masyarakat memang sudah banyak memanfaatkan alternatf sumber

karbohidrat lain selain beras, yaitu gandum. Sayangnya, gandum tidak sesuai dengan

iklim Indonesia, sehingga pada 2011, data dari US Departement of Agriculture

didapatkan bahwa Indonesia menjadi pengimpor gandum kedua terbesar di dunia

sebanyak 6.7 juta ton. Hal ini tentu dapat menjadi ancaman bagi ketahanan pangan

Indonesia, yang berujung pada terancamnya ketahanan nasional bangsa.

Sebagai negara dengan luas wilayah 1 910 931 km2 dan total 33 provinsi,

Indonesia tentu memiliki beragam jenis sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber pangan masyarakatnya. Pemanfaatan sumber daya lokal perlu

ditingkatkan mengingat persaingan perdagangan global yang semakin terbuka. Era

globalisasi mensyaratkan terbukanya kesempatan tiap negara untuk memasarkan

produk maupun jasa masing-masing. Makanan berpotensi untuk berperan dalam pasar

global. Jika kemampuan produksi bahan pangan domestik tidak dapat mengikuti

peningkatan kebutuhan, maka pada waktu akan datang Indonesia akan semakin

tergantung impor yang berarti ketahan pangan nasional akan semakin rentan karena

akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Rentannya ketahanan

pangan tentu mempengaruhi ketahanan nasional bangsa.

Kompleksnya permasalah pangan di Indonesia dapat perlahan diselesaikan

dengan usaha meningkatkan produksi dan ketertarikan masyarakat terhadap produk

lokal. Salah satu produk lokal yang berpotensi dikembangkan adalah sagu, karena

tanaman ini asli berasal dari Indonesia.

Tujuan

Makalah disusun untuk :

1. Memenuhi tugas mata kuliah Tanaman Karbohidrat Non Biji dan Pemanis

2. Mengkaji pemanfaatan tanaman sagu dan pengaruhnya terhadap ketahanan

nasional bangsa.

Page 4: makalah sagu untuk ketahanan nasional

TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan Pangan

Menurut UU Pangan No.18 dijelaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak

asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman,

bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli

masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu system pangan

yang memberikan perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang

mengonsumsi pangan.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa harus

memiliki ketahanan pangan yang kuat. Ketahanan pangan bagi Indonesia tidak cukup

hanya tersedia dan harga terjangkau, melainkan juga harus tersebar merata ke pelosok

negeri. Tersebar ke seluruh pelosok negeri dapat diartikan seluruh masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan pangannya, namun tidak harus dalam bentuk satu jenis

makanan yang sama. Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga dimungkinkan tiap

daerah memiliki makanan domestik yang dapat digunakan sebagai pemenuhan

kebutuhan pangan daerah tersebut.

Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk

dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.

Ketahanan nasional ini tergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga

negara dalam membina aspek alamiah serta aspek social sebagai landasan

penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan nasional

mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah nasional

baik fisik maupun social serta memiliki hubungan erat antara gatra di dalamnya

secara komprehensif integral. Kelemahan salah satu bidang akan mengakibatkan

kelemahan bidang yang lain, yang dapat mempengaruhi kondisi keseluruhan

(Lemhanas 1996).

Page 5: makalah sagu untuk ketahanan nasional

Tanaman Sagu

Sagu (Meroxylon spp.) adalah tumbuhan monokotil dari keluarga palmae.

Tanaman sagu terdiri atas sagu berduri dan sagu tidak berduri. Sagu berduri terdiri

atas sagu Tuni (M. Rumphii Mart), Sagu ihur (M. Sylvestre Mart), Sagu Makanaru (

M. Longispinum Mart) dan sagu Duri Rotan (M. Microcanthum Mart) serta satu jenis

sagu tidak berduri yaitu sagu Molat (M. Sagu Rottb). Namun demikian karena adanya

persilangan, maka ditemukan jenis-jenis sagu peralihan diantara kelima jenis sagu

tersebut (Bintoro 2008).

Bagian yang terpenting dari tanaman sagu adalah batang. Batang

merupakan

tempat untuk menyimpan cadangan makanan berupa karbohidrat (Bintoro et al.

2010). Masih menurut Bintoro (2008) sagu merupakan tanaman tahunan, sehingga

dengan sekali tanam sagu akan tetap berproduksi secara berkelanjutan selama

puluhan tahun kemudian. Hal ini tentu menjadi salah satu kelebihan sagu dibanding

tanaman pangan lain seperti padi dan gandum.

Page 6: makalah sagu untuk ketahanan nasional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara ketahanan nasional dan ketahanan pangan menggambarkan

bahwa apabila ketahanan pangan bermasalah, maka akan berujung pada rentannya

ketahanan nasional. Setidaknya ada 4 konsep ketahanan nasional, salah satunya

adalah konsep model Astagatra. Model Astagatra merupakan perangkat hubungan

bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi dengan

memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek kehidupan nasional:

1. Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :

a. Gatra letak dan kedudukan geografi

b. Gatra keadaan dan kekayaan alam

c. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk

2. Lima aspek (panca gatra) kehidupan social yaitu :

a. Gatra ideology

b. Gatra politik

c. Gatra ekonomi

d. Gatra social budaya

e. Gatra pertahanan dan keamanan.

Terdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8 gatra secara

komprehensif dan integral. Artinya apabila ada salah satu yang berjalan tidak sesuai,

maka kehidupan nasional menjadi timpang.

Dari aspek gatra dapat dilihat bahwa ketahanan pangan dapat menempati

posisi gatra keadaan dan kekayaan alam serta gatra keadaan dan kemampuan

penduduk. Kekayaan alam dimaksudkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam

melimpah salah satunya adalah tanaman sagu. Kekayaan alam yang ada, dalam

bentuk sagu, harus dimanfaatkan demi terciptanya aspek kehidupan nasional yang

seimbang.

Sagu mengandung karbohidrat relatif tinggi sehingga dapat memenuhi

kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia. Sampai sekarang masih banyak

masyarakat pedalaman, terutama di Indonesia bagian timur, yang mengonsumsi sagu

sebagai makanan pokok. Tanaman sagu memiliki peranan mengatasi kekurangan

Page 7: makalah sagu untuk ketahanan nasional

pangan nasional dan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras

dan gandum (dalam bentuk roti atau mie). Melihat fakta ini, kedepannya sagu dapat

menjadi jalan keluar dalam membangun ketahanan pangan nasional (Bintoro et al.

2010).

Dalam aspek gatra keadaan dan kemampuan penduduk, dapat dihubungkan

dengan kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya, dalam hal ini

kebutuhan pangan. Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 237 556

363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.49 % mulai tahun 2011

maka pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 252 034 317 jiwa.

Apabila konsumsi beras per kapita per tahun 139.15 kg pada tahun 2010 dan dengan

laju penurunan konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1.5 % maka kebutuhan

beras pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 33 013 214 ton. Dengan kebutuhan

beras sebesar 33 juta ton pada tahun 2014, maka harus ada surplus 10 juta ton.

Apabila masyarakat hanya mengandalkan beras sebagai alat pemenuh kebutuhan

pangan, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan produktivitas beras. Salah satu

faktor penting untuk meningkatkan produktivitas beras adalah ketersediaan lahan

yang sesuai. Sementara dilihat dari fakta di lapang, ketersediaan lahan yang sesuai

untuk tanaman padi semakin menyusut. Tanaman padi umumnya sulit dibudidayakan

di luar pulau Jawa karena kondisi tanah dan lingkungan yang tidak sesuai.

Berbeda dengan padi yang membutuhkan lahan subur untuk proses budidaya,

tanaman sagu justru dapat tumbuh baik di lahan marginal, bahkan di lahan gambut.

Tanaman sagu dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, 1) belum berkembang,

berdrainase baik sampai buruk yaitu sulfaquent (mengandung bahan sulfidik),

hydraquent (waterlogged), tropaquent (kawasan iklim tropika), flulvaquent (tanah

alluvial), dan psammaquent (tanah berpasir); 2) tanah sedang berkembang

berdrainase baik sampai buruk tropaquept dari sub golongan typic (norma) dan vertic

(liat), tanah gambut troposaprist (taraf perombakan jauh), tropohemist (taraf

perombakan menengah) dan sulfihemist (mengandung bahan sulfurist) dan tanah

alluvial yang tertimbun gambut thaptohistic fluvaquent (Bintoro et al. 2010).

Page 8: makalah sagu untuk ketahanan nasional

Kelebihan tanaman sagu ini tentu memudahkan penduduk untuk

membudidayakannya. Tanaman sagu juga merupakan tanaman tahunan, yang artinya

hanya perlu penanaman sekali dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk tahun-tahun

berikutnya. Sehingga kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangannya

semakin terjaga.

Sampai saat ini, pemanfaatan sagu di Indonesia masih umumnya masih dalam

bentuk pangan tradisional, misalnya dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok

dalam bentuk papeda. Selain itu juga dipakai dalam pembuatan kue-kue berbahan

tepung sagu misalnya Akusa atau aneka Kue Sagu.

Menurut Bintoro (1999) ada beberapa manfaat tanaman sagu antara lain:

1. Sebagai bahan pangan utama

2. Sebagai bahan baku industry non pangan, misalnya industry teksil, komestik,

farmasi, pestisida, plastik, kertas, kayu lapis, makanan dan minuman.

3. Bahan energi

4. Tanaman sagu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komoditi yang

dikembangkan untuk mengurangi krisis energy saat ini selain ubi kayu dan

jarak pagar. Tepung sagu diolah menjadi etanol yang dapat digunakan sebagai

bahan pengganti bensin yang ramah lingkungan.

5. Sebagai bahan baku industry pangan: mie, soun, kue, dodol, kerupuk dan lain-

lain.

6. Sebagai pakan ternak, yaitu untuk bahan campuran makanan ternak seperti

dengan kedelai. Campuran ransum sagu dengan kedelai dapat digunakan

sebagai pakan ayam broiler.

Sebenarnya, apabila masyarakat mau menerima tanaman domestic selain

beras sebagai bahan makanan pokok, ketahanan pangan dapat dicapai dan

ditingkatkan. Apabila ketahanan pangan dicapai, maka ketahanan nasional terutama

untuk masa depan dapat terjaga. Karena apabila Indonesia bergantung pada pasar

dunia untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, terutama untuk saat ini adalah

ketergantungan terhadap gandum, maka Indonesia akan sangat tergantung pula pada

keadaan ekonomi negara pengekspor. Apabila suatu negara mulai tergantung pada

Page 9: makalah sagu untuk ketahanan nasional

negara lain, dapat dipastikan ketahanan nasional negara tersebut sedikit demi sedikit

mulai terkikis. Hal ini tentu berbahaya bagi masa depan suatu bangsa, terutama

bangsa dengan penduduk besar seperti Indonesia.

Salah satu manfaat sagu seperti tertulis di atas adalah sebagai bahan baku mie.

Mie merupakan salah satu makanan utama masyarakat Indonesia, namun umumnya

mie masih terbuat dari tepung gandum yang diimpor. Apabila pemanfaatan tepung

sagu ditingkatkan, ada kemungkinan di masa mendatang mie berbahan dasar sagu

akan lebih marak, yang berakibat pada menurunnya impor gandum.

Optimalisasi produk domestik sebagai pemenuhan kebutuhan pangan dalam

negeri dapat dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan tanaman local masing-

masing daerah di Indonesia. Masyarakat Indonesia bagian timur yang umumnya

masih mengonsumsi sagu harusnya tidak disubsidi beras, karena hal ini akan

berdampak pada terkikisnya budaya local daerah tersebut dan juga meningkatkan

ketergantungan masyarakat terhadap beras. Padahal sebelumnya masyarakat tersebut

tidak banyak mengonsumsi beras.

Page 10: makalah sagu untuk ketahanan nasional

KESIMPULAN

Tanaman sagu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan ketahanan nasional Indonesia, terutama di masa mendatang. Salah satu

faktor utama ketahanan nasional adalah ketahanan pangan. Apabila suatu bangsa

sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya dan memiliki ketahanan

pangan, maka ketahanan nasional negara tersebut juga berlangsung baik. Optimalisasi

pemanfaatan sagu dapat meningkatkan ketahanan pangan sehingga negara tidak perlu

mengimpor bahan makanan terlalu banyak dan tidak tergantung pada negara

pengekspor. Ketahanan nasional suatu negara dapat diartikan bahwa negara tersebut

tidak tergantung terhadap negara lain.

Page 11: makalah sagu untuk ketahanan nasional

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro HMH. 1999. Pemberdayaan tanaman sagu sebagai penghasil bahan pangan alternative dan bahan baku agroindustri yang potensial dalam rangka ketahanan pangan nasional. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian; Bogor, Indonesia. Bogor(ID): IPB.

Bintoro HMH. 2008. Bercocok Tanam Sagu. Bogor(ID): IPB Press.

Bintoro HMH, Purwanto MYJ, Amarillis S. 2010. Sagu di Lahan Gambut. Bogor(ID): IPB Press.

Indonesia. Undang-Undang tentang Pangan. UU No. 18 tahun 2012.

Jaya U. 2012 Nov 12. Ketahanan pangan juga ketahanan nasional?. Agrina Inspirasi Agribisnis Indonesia. Rubrik Suara Agribisnis.

Lemhanas. 1996. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud dan Gramedia.

Suradinata E. 2001. Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional: Pemikiran Awal dan Prospek. Jakarta (ID): PT. Paradigma Cipta Yatsimaga.