makalah profesional iatmi 09-016 analisis data...
TRANSCRIPT
IATMI 09-016 Page 1
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan IndonesiaSimposium Nasional IATMI 2009
Bandung, 2-5 Desember 2009
Makalah Profesional
IATMI 09-016
ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAIPERMEABILITAS VERTIKAL TERHADAP PERMEABILITAS HORISONTAL
Oleh Virza Saputra, STIr. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D.
OGRINDO
1. SariLapangan eksplorasi minyak dan gas
bumi memberikan tantangan tersendiri dalam proses pengembangannya terutama untuk lapangan eksplorasi yang sudah tua. Hal ini dikarenakan pada lapangan tua terdapat tiga hal utama yang menjadi permasalahan yakni total oil reserve kecil, nilai water cut tinggi, dan biaya pengembangan yang harus seekonomis mungkin. Oleh karena itu, pengembangan lapangan tua membutuhkan teknologi yang lebih efektif dan efisien.
Oil reserve yang tertinggal di lapangan tua pada umumnya berupa bypass oil. Bypass oil merupakan volume minyak yang tertinggal di dalam reservoir selama proses pengurasan reservoir berlangsung. Pada saat ini telah berkembang suatu metode yang dikenal sebagai metode X-Plot1 untuk memprediksi lokasi bypass oil. Metode X-Plot1 tersebut dapat mengkuantifikasi nilai fractional flow berdasarkan data produksi, sehingga kita dapat membuat bubble map untuk memprediksi lokasi bypass oiltersebut. Akan tetapi keakuratan metode ini masih rendah, hal ini dikarenakan pada metode X-Plot nilai water saturation yang dihasilkan merupakan nilai water saturation di sekitar lubang sumur dan tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya water coning. Pada sebuah makalahnya, K.S. Chan2 telah mengembangkan suatu metode untuk memprediksi apakah sumur eksplorasi telah mengalami water coning atau tidak. Aplikasi metode tersebut berdasarkan plotting data water oil ratio terhadap waktu, sehingga diperoleh suatu trend curve yang mengidentifikasikan telah terjadinya water coning, namun metode ini hanya bersifat kuantitatif.
Pada makalah ini, penulis mencoba mengaplikasikan metode X-Plot untuk suatu
lapangan V yang memproduksikan lapisan formasi S sehingga diperoleh bubble mapsebagai langkah awal dalam memprediksi lokasi bypass oil di lapangan tersebut. Kemudian dengan metode yang dikembangkan oleh K.S. Chan, penulis akan mencoba mengidentifikasi apakah sumur-sumur yang diproduksikan pada lapangan V tersebut telah mengalami water coning ataukah tidak agar bubble map yang dihasilkan sebelumnya dapat dikoreksi keakuratannya. Selain itu, di dalam makalah ini juga dijelaskan analisis sensitifitas pada suatu model reservoir yang dikerjakan dengan Comersial simulator reservoir, untuk melihat pengaruh posisi perforasi sumur serta vertical-horisontal permeability ratio terhadap kenaikannilai water cut. Hasil analisis sensitifitas tersebut digunakan penulis untuk memprediksi nilai vertical-horisontal permeability ratio dari suatu lapangan eksplorasi berdasarkan data produksi dan ternyata hasilnya cukup aplikatif.
Kata kunci: Bypass oil, Metode X-Plot, Water Coning, Vertical-Horisontal Permeability Ratio.
2. PENDAHULUAN2.1 Latar Belakang
Identifikasi lokasi bypass oil sangat penting terutama dalam pengembangan lapangan yang sudah tua. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan titik infill drilling di lapangan tua sangat tergantung dengan lokasi bypass oil yang ada. Oleh karena itu, tingkat ketidakpastian dalam pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan yang akan diperoleh.
Pada makalah ini, penulis mencoba mengkombinasikan metode X-Plot yang dilakukan oleh Sameh Macary dan Walid1 serta
IATMI 09-016 Page 2
metode yang dikembangkan oleh K.S. Chan2. Sehingga diperoleh bubble map untuk mengidentifikasi lokasi bypass oil yang lebih akurat. Penulis memilih kombinasi untuk kedua metode tersebut dikarenakan kedua meode tersebut sangat ekonomis, dengan data utama yang dibutuhkan adalah data produksi yang dapat diperoleh setiap saat dengan biaya yang sangat rendah. Sehingga sangat cocok untuk diterapkan pada proses pengembangan lapangan tua.
Kombinasi X-Plot1 dengan metode K.S Chan2 membuat pengerjaan bubble map lebih memperhitungkan kejadian water coning. Water coning merupakan peristiwa aliran air secara vertikal yang dimulai dari bagian bawah reservoir menuju bagian bawah perforasi sumur dan hal ini sangat mempengaruhi nilai water saturation yang ada di sekitar lubang sumur. Permasalahanwater coning ditimbulkan oleh tiga hal4 yaitu:
a. Tekanan sumur rendah sehingga menyebabkan pressure drawdownmenjadi tinggi.
b. Posisi sumur atau perforasi yang terlalu dekat dengan water oil contact.
c. Tidak ada permeability barrier terhadap aliran vertikal.
dan akibat yang ditimbulkannya akan sangat merugikan secara operasional4 karena:
a. Produktivitas minyak menurun (efek permeabilitas relative).
b. Lifting cost menjadi lebih tinggi karena ada fluida di sumur yang lebih berat dan pembuangan air di permukaan meningkat.
c. Recovery efficiency menurun karena water cut mencapai economic limit.
Peristiwa water coning dapat digambarkan dari kondisi produksi air yang jauh meningkat dari kondisi sebelumnya. Berdasarkan data produksi air serta hasil sensitifitas yang dilakukan oleh penulis maka dapat diprediksi nilai permeabilitas dalam arah vertikal sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya water coning.
2.2 TujuanPenulisan makalah ini memiliki
beberapa tujuan yakni:1. Mengidentifikasi bypass oil dengan
menggunakan metode X-Plot.2. Mengkoreksi bypass oil maping dengan
metode water control diagnostic plots.3. Menganalisis pengaruh posisi perforasi
sumur dan permeability ratio dalam arah vertikal-horisontal terhadap peningkatan nilai water cut.
4. Memprediksi nilai permeability ratiodalam arah vertikal-horisontal.
3. STUDI LITERATURPada penulisan makalah ini dilakukan
studi literature secara mendalam pada dua buahmakalah yang berjudul “Creation of the Fractional Flow Curve From Purely Production Data” dan “Water Control Diagnostic Plot” yangmasing-masing ditulis oleh Sameh Macary1 dan K.S. Chan2. Pada makalah yang dibuat oleh Sameh Macary akan diperoleh grafik X-function terhadap Er seperti Gambar-1 dibawah.
Gambar-1. Grafik X-Function terhadap Er1
X-Function dan Er diperoleh melalui persamaan
Grafik pada Gambar-1 diatas harus filtrationuntuk mendapatkan grafik linear yang lebih baik dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar-2.
Gambar-2. Grafik X-Function terhadap Er1
Melalui Gambar-2 tersebut maka diperoleh persamaan grafik linear yang lebih baik. Persamaan grafik tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai a dan b. Nilai a merupakan titik interceptpada grafik Kro/Krw terhadap water saturationdan diperoleh dengan menggunakan persamaan
Sedangkan nilai b merupakan nilai kemiringan dari grafik Kro/Krw terhadap water saturation dan persamaannya sebagai berikut
IATMI 09-016 Page 3
dan grafik yang diperoleh seperti yang terlihat pada Gambar-3.
Gambar-3. Grafik terhadap water saturatio1
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan grafik fractional flow dengan menggunakan persamaan dibawah ini.
Sehingga diperoleh grafik seperti Gambar-4 berikut.
Gambar-4. Grafik Fw terhadap water saturation1
Pada metode yang dikembangkan oleh K.S. Chan, prinsipnya adalah melakukan plotpada skala log-log antara water oil ratio dan water oil ratio derivative terhadap waktu. Sehingga diperoleh suatu bentuk khas dari kurva tersebut yang mengindikasikan water coning,seperti yang terlihat pada Gambar-5.
Gambar-5. Grafik water oil ratio dan water oil ratio derivative terhadap waktu2
dengan membandingkan grafik pada Gambar-5 tersebut terhadap grafik hasil plot water oil ratio dan water oil ratio derivative terhadap waktu dari data produksi sumur di lapangan, maka apabila bentuk kurva dari data lapangan tersebut serupa dengan Gambar-5 maka dapat dikatakan bahwa sumur tersebut telah mengalami water coning.
4. METODOLOGIPada makalah ini, penulis mencoba
melakukan analisa terhadap data produksi 10 sumur dari Lapangan V yang memproduksikan Lapisan S. Analisa yang dilakukan penulis dimulai dari proses pembuatan grafik fractional flow terhadap water saturation berdasarkan metode X-Plot, untuk proses pengerjaannya dapat dilihat pada Gambar-6
Gambar-6. Flow chart pengerjaan X-Plot
. Akan tetapi penulis melakukan modifikasi pada beberapa persamaan yakni persamaan 2 dan 5. Modifikasi persamaan 2 dilakukan dengan cara membagi cumulative oil production terhadap estimate ultimate recovery, sehingga persamaannya menjadi.
Hal ini dilakukan karena setelah menganalisa hasil yang diperoleh dari persamaan 2 menunjukan bahwa grafik fractional flow yang dihasilkan kurang tepat. Grafik fractional flow yang benar seharusnya berada pada batasan Swc dan Sor dan kondisi ini tercapai setelah penulis menggunakan persamaan 6. Sedangkan pada persamaan 5, penulis menemukan suatu hal yang kurang tepat karena pada persamaan tersebut Sameh Macary1 membalikan perbandingan viskositas oil terhadap viskositas water. Persamaan fractional flow sebenarnya berasal dari penurunan persamaan pada kondisi pendesakan satu dimensi3 dan pada penurunan persamaan tersebut sangat jelas membuktikan bahwa persamaan fractional flow yang benar adalah
IATMI 09-016 Page 4
Oleh karena itu, dengan melakukan tahapan metode X-Plot yang sama dan disertai dengan koreksi pada beberapa persamaan, penulis memperoleh grafik fractional flow yang sangat baik. Berdasarkan nilai pada grafik fractional flowtersebut, penulis dapat memprediksi kondisi water saturation di dalam reservoir berdasarkan nilai water cut dari produksi yang dalam hal ini diasumsikan sebagai nilai fractional flow. Sehingga melalui nilai water saturation yang diperoleh untuk setiap kondisi water cut dari masing-masing sumur pada Lapangan V, penulis dapat membuat bubble map untuk mengidentifikasi bypass oil.
Setelah melakukan metode X-Plot, penulis melanjutkan dengan melakukan analisa kondisi water coning untuk setiap sumur di Lapangan V. Analisa ini dilakukan sesuai dengan metode yang dilakukan oleh K.S. Chan2 yakni dengan melakukan plot pada skala log-log antara water oil ratio terhadap waktu. Melalui cara ini maka dapat diketahui apakah 10 sumur padaLapangan V telah mengalami water coningataukah tidak. Apabila terbukti bahwa sumur-sumur di Lapangan V telah mengalami water coning maka bubble map yang diperoleh dari metode X-Plot dapat dinyatakan kurang akurat.
Selain melakukan analisa dengan menggunakan metode X-Plot dan metode K.S. Chan, penulis juga melakukan analisa sensitifitas pada sebuah model reservoir dengan menggunakan conventional simulator reservoir.Pemodelan reservoir yang digunakan pada makalah ini mengacu pada model reservoir yang digunakan di report OGRindo yang berjudul “Simple By Passed Oil Mapping Technique Using Production Data and Fractional Flow Curve”3. Model reservoir tersebut berbentuk kubus dengan sistem koordinat (I, J, K). Skala blok grid model yang dipakai sebanyak 39 * 39 * 25 = 28025 blok. Sumur yang digunakan berjumlah empat buah sumur vertikal dengan selang perforasi yang sama namun berada pada posisi berbeda di dalam reservoir. Reservoir model yang digunakan tersebut memiliki nilai tekanan 2000psia, temperatur 150oF, dan terdapat bottom aquifer dibagian bawah reservoir. Tabel 1-4 dibawah ini menunjukkan property sumur dan property fluida model base case reservoir yang digunakan.
Tabel-1. Data Properti Batuan ReservoirProperti Batuan
Porositas, % 0.2Permeabilitas vertikal, md VariasiPermeabilitas horizontal, md VariasiKompresibilitas,psi-1 4x10-6
Tabel-2. Data Properti Fluida ReservoirMinyak
Kompresibilitas, psi-1 1.5x10-5
Densitas, lbm/cuft 53. 90013Air Formasi
Kompresibilitas, psi-1 3x10-5
Densitas, lbm/cuft 62. 47
Tabel-3. Data Geometri ModelModel Reservoir
Ketebalan formasi, ft 50Ketebalan zona minyak, ft 30Ketebalan zona air, ft 20Radius aquifer, re, ft 300
Tabel-4. Data SumurProperti Sumur
Jari-jari sumur, rw, ft 0.25Ketebalan perforasi pada zona minyak, ft
4
Jarak antara perforasi dengan WOC, ft
Variasi
Laju produksi sumur, bpd 100Minimum bottom hole pressure, psia
26
Asumsi yang digunakan pada simulasi ini adalah:a. Fluida reservoir terdiri dari minyak dan
air.b. Tidak ada zona transisi antara reservoir
minyak dan air, Pc = nol.c. Tidak ada aquifer support dari luar.d. Reservoar bersifat homogen.
Agar memperjelas bentuk model reservoir yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar-7 dibawah ini:
Gambar-7. Model reservoar
Pada Gambar-7, untuk gambar paling atasmenunjukkan kedalaman setiap blok grid model.
IATMI 09-016 Page 5
Sedangkan pada gambar paling bawahmenunjukkan sebaran water saturation antara zona minyak dan air (zona minyak ditunjukkan dengan warna hijau muda dan zona air ditunjukkan dengan warna biru). Pada model ini, reservoir memiliki ketebalan 2000-2050ft dengan kondisi 2000-2030ft merupakan zona minyak dan 2030-2050 merupakan zona air.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1 Analisis Metode X-Plot
Berdasarkan data produksi ke 10 sumur dan reservoir property dari Lapangan V yang memproduksikan Lapisan S maka diperoleh grafik fractional untuk setiap sumur seperti pada Gambar-8 untuk sumur VS1.
Gambar-8. Fw terhadap water saturation untuk sumur VS1
Melalui Gambar-8 maka dapat diperoleh nilai water saturation pada berbagai kondisi water cut(fractional flow). Sebagai contoh pada sumur VS1, berdasarkan data produksi terakhir pada tanggal 1-12-2008 tercatat bahwa nilai water cutsumur tersebut bernilai 0.95 dan hal ini berarti nilai water saturation di sekitar lubang sumur VS1 bernilai 0.61. Nilai water saturation untuk sumur lainnya dapat dilihat pada tabel-5 berikut ini.
Tabel-5. Water SaturationData Water Cut Lapisan J
Nama Sumur
Tanggal WC Perhitungan SW
VS1 12/1/2008 95.01908 0.61VS2 12/1/2008 84.62354 0.58VS3 12/1/2008 97.26776 0.71VS4 6/1/1991 94.50021 0.63VS5 6/1/1995 95.49993 0.61VS6 12/1/2008 95.9581 0.53VS7 12/1/2008 98.01784 0.56VS8 8/1/1992 96.09996 0.62VS9 12/1/2008 90.16018 0.5VS10 12/1/2008 74.4868 0.52
Berdasarkan hasil pada Tabel-5 diatas maka diperoleh bubble map seperti yang terlihat pada Gambar-9 dibawah ini.
Gambar-9. Bubble map Lapangan V
Warna-warna yang tertera pada Gambar-9mengindikasikan nilai water saturation. Nilai water saturation pada Gambar-9 bernilai paling rendah 0.44 yang diindikasikan oleh warna ungu dan untuk nilai saturasi lebih besar dari 0,72 diindikasikan dengan warna jingga. Hal berarti lokasi bypass oil diwarnai dengan warna ungu seperti yang terlihat pada Gambar-9 diatas.
5.2 Analisis Water Control Diagnostic Plots
Analisis Water Control Diagnostic Plotsini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah telah terjadi water coning ataukah tidak untuk 10 sumur di Lapangan V. Pada analisis ini dilakukan plot antara water oil ratio terhadap waktu pada skala log-log, sehingga diperoleh bentuk kurva yang akan dicocokan dengan bentuk kurva yang telah digambarkan oleh K.S. Chan2. Hasil plotting water oil ratio terhadap waktu untuk sumur VS1 dapat dilihat pada Gambar-10 danhasil plot untuk sumur yang lainnya dapat dilihat pada Lampiran-1.
Gambar-10. Grafik water oil ratio terhadap waktu untuk sumur VS1
Pada Gambar-10 diatas, terlihat bentuk kurva yang khas dan bentuk kurva ini juga serupa dengan bentuk kurva untuk sembilan sumur yang lainnya. Setelah dilakukan pencocokan dengan
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1
Fw
Saturasi Air
0.000
0.000
0.001
0.100
10.000
1 100 10000
Wat
er O
il R
atio
Waktu (hari)
IATMI 09-016 Page 6
bentuk kurva yang digambarkan oleh K.S. Chan diketahui bahwa bentuk kurva untuk setiap sumur lapangan V serupa dengan bentuk kurva yang mengidentifikasikan telah terjadinya water coning.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bubble map untuk Lapangan V yang berasal dari metode X-Plot dapat dikatakan kurang akurat.
5.3 Analisis SensitivitasPada proses sensitifitas yang dilakukan
pada makalah ini bertujuan untuk melihat pengaruh beberapa parameter yakni vertical-horisontal permeability ratio dan posisi perforasi sumur terhadap peningkatan nilai water cutsetiap waktunya. Untuk melakukan analisis sensitifitas ini digunakan conventional simulator reservoir. Hasil dari reservoir simulation tersebut menunjukkan peningkatan nilai water cut seiring berjalannya waktu, seperti pada Gambar-11dibawah ini.
Gambar-11. Water cut terhadap waktu
Pada Gambar-11 diatas, terlihat kalau pada 6 bulan awal produksi terjadi peningkatan nilai water cut yang drastis. Kemudian pada bulan berikutnya sampai pada tahun 2015, peningkatan nilai water cut mulai mengalami peningkatan yang tidak terlalu drastis dan pada akhirnya pada tahun diatas 2015 nilai water cutmulai mengalami penurunan.
Peningkatan nilai water cut yang drastis pada 6 bulan pertama dikarenakan pengaruh aquifer masih sangat kuat sampai pada tahun 2015, meskipun pada tahun tersebut pengaruh aquifer mulai mengalami penurunan. Hingga pada tahun diatas 2015 nilai water cut turun hal ini dikarenakan tekanan reservoir sudah terlalu rendah. Data yang baik untuk dilakukan analisis sensitifitas adalah data dengan kondisi pengaruh aquifer masih sangat kuat karena mengingat pada kondisi lapangan sebenarnya pengaruh aquifer tidak pernah mengalami penurunan. Oleh
karena itu, penulis hanya menggunakan data 6 bulan sejak awal produksi dari reservoir simulation ini. Sedangkan untuk parameter yang dilakukan sensitifitas adalah sebagai berikut:1. Posisi perforasi dengan selang perforasi
yang sama.Selang perforasi yang digunakan untuk setiap sumur sebesar 4ft dengan empat buah posisi yang berbeda yaitu sangat dekat permukaan, dekat dengan pertengahan atas reservoir, dekat dengan pertengahan bawah reservoir, dan sangat dekat water oil contact, untuk keterangan lebih lengkap mengenai posisi perforasi setiap sumur dapat dilihat pada Tabel-6 dibawah ini.
Tabel-6. Posisi perforasi
2. Perbandingan Permeabilitas dalam arah vertikal terhadap permeabilitas dalam arah horisontal.Pada sensitifitas perbandingan nilai permeabilitas dalam arah vertikal dan horisontal diambil nilai perbandingan mulai dari 1:10 sampai 10:10. Sehingga total kasus yang dilakukan sebanyak sepuluh buah untuk masing-masing kondisi posisi perforasi pada keempat buah sumur yang ada.
Untuk lebih memperjelas kondisi untuk setiap kasus sensitifitas yang dilakukan, maka dapat dilihat pada Tabel-7 dibawah ini.
Tabel-7. Kasus sensitifitasKasus
kv/khKasus
kv/khSumur Sumur
1
1:10
3
1:102:10 2:103:10 3:104:10 4:105:10 5:106:10 6:107:10 7:108:10 8:109:10 9:10
10:10 10:10
2
1:10
4
1:102:10 2:103:10 3:104:10 4:105:10 5:106:10 6:107:10 7:108:10 8:109:10 9:10
10:10 10:10
Setiap kasus pada Tabel-7 diatas dilakukan pada conventional simulator reservoir dengan kondisi
Sumur Posisi perforasi (ft)1 2000-20042 2008-20123 2016-20204 2024-2028
IATMI 09-016 Page 7
waktu yang sama yakni enam bulan. Hasil yang diperoleh dari setiap kasus diplot pada grafik antara water cut dengan perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal pada kondisi waktu yang sama, grafik antara water cut terhadap waktu untuk nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang berbeda, dan grafik water oil ratio terhadap waktu untuk nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang berbeda. Berikut ini hasil plotyang diperoleh untuk setiap kasus diatas.
1. Grafik antara water cut terhadap waktu untuk nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang berbeda.
Gambar-12. Grafik water cut terhadap kv/kh
Pada Gambar-12 diatas, terlihat pada kasus sumur 4 adanya perubahan nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal tidak berpengaruh pada nilai water cut. Sedangkan untuk kasus sumur 1 sampai sumur 3, perubahan nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal sangat berpengaruh pada nilai water cut terutama pada kasus sumur 1. Selain itu, untuk setiap kasus sumur terdapat variasi dalam peningkatan nilai water cut untuk selang waktu yang sama, yakni antara kasus sumur 1 dan kasus sumur 2 terdapat perbedaan sebesar 10.38%, kasus sumur 2 dan sumur 3 sebesar 7%, serta kasus sumur 3 dan kasus sumur 4 sebesar 5.56%. Dengan demikian dapat disimpulkan dari Gambar-5 ini adalah nilai water cut untuk posisi sumur yang semakin jauh dari water oil contact akan sangat terpengaruh oleh nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang ada di dalam reservoir.
2. Grafik antara water cut terhadap waktu untuk nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang berbeda.
Gambar-13. Grafik water cut terhadap waktu kasus sumur 1
Berdasarkan Gambar-13 diatas padakasus sumur 1, serta Lampiran-2 untuk kasus sumur 2 sampai kasus sumur 4 terlihat bahwa kasus sumur 1 jeda waktu sebelum adanya pengaruh air dari aquifer,terjadi pada jeda waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jeda waktu un`tuk kasus sumur 2 sampai kasus sumur 4. Sedangkan kasus sumur 4, jeda waktu sebelum adanya pengaruh air dari aquifer terjadi `dalam waktu yang sangat singkat. Hasil ini dapat dikatakan realistis karena berdasarkan logika, semakin jauh posisi perforasi dari aquifer maka jeda waktu sebelum mendapatkan pengaruh air dari aquifer akan semain lama. Selain itu untuk kasus sumur 1, perbedaan permeabilitas vertikal-horisontal memberikan perbedaan nilai water cut yang cukup berarti pada selang nilai perbedaan permeabilitas vertikal-horisontal mulai dari 1:10 sampai 3:10. Persentase perbedaanya mencapai 70% untuk selang 1:10 sampai 2:10, dan 20% untuk selang 2:10 sampai 3:10.Sedangkan untuk nilai perbedaan permeabilitas vertikal-horisontal diatas 3:10tidak memberikan perbedaan nilai water cutyang cukup berarti, perbedaanya hanya berkisar antara 10%-2%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa posisi perforasi sumur dan nilai permeabilitas vertikal-horisontal memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap nilai water cut yang dihasilkan. Selain itu, dengan menggunakan data plot yang sama untuk data lapangan V dapat diketahui bahwa posisi perforasi setiap sumur dari lapangan V berjarak sangat jauh dari water oil contact.
3. Grafik water oil ratio terhadap waktu untuk nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal yang berbeda.
0
10
20
30
40
50
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Wat
er c
ut (%
)
Kv / Kh
Well 1Well 2Well 3Well 4
0
5
10
15
20
25
30
35
0 100 200
Wat
er C
ut (%
)
Time(hari)
1:102:103:104:105:106:107:108:109:10
IATMI 09-016 Page 8
Sebelum menganalisis grafik water oil ratioterhadap waktu yang berasal dari data produksi lapangan dalam hal ini data Lapangan V maka terlebih dahulu harus dipastikan bahwa liquid rate yang digunakan adalah konstan. Hal ini dikarenakan agar terdapat data pengikat untuk data yang akan dianalisis. Sehingga akan diperoleh grafik seperti yang ada pada Gambar-14 dan Lampiran-4.
Gambar-14. Grafik Water oil ratio terhadap waktu untuk sumur VS1
Pada Gambar-14 dan Lampiran-4,maka dapat diperkirakan nilai perbandingan permeabilitas vertikal terhadap permeabilitas horizontal dengan cara mencocokankemiringan garis pada gambar grafik water oil ratio terhadap waktu yang berasal daridata lapangan tersebut terhadap kemiringan garis pada grafik water oil ratio terhadap waktu yang berasal dari hasil sensitifitas, seperti yang terlihat pada Gambar-15 dan Lampiran-3.
Gambar-15. Grafik Water oil ratio terhadap waktu untuk kasus sumur 1
Pada Gambar-15, kemiringan garis untuk setiap nilai vertical-horisontal permeabilityratio mulai dari 1:10, 2:10, 5:10, dan 10:10
secara berurutan adalah 0.00198, 0.00444, 0.00924, dan 0.01465. Sedangkan untuk kasus sumur lainnya dapat dilihat pada tabel-8 berikut ini.
Tabel-8. Kemiringan garis untuk setiap kv/khKemiringan Garis
kv/kh Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3 Sumur 4
1:10 0.001989 0.003962 0.01277 0.054574
2:10 0.004441 0.008104 0.020416 0.055518
5:10 0.009248 0.016326 0.028603 0.063182
10:10 0.014653 0.020723 0.033059 0.059276
Berdasarkan Gambar-14 diperoleh kemiringan garis sebesar 0.006314 sedangkan pada sumur lainnya dapat dilihat pada tabel-9 dibawah ini.
Tabel-9. Kemiringan garis WOR vs time untuk sumur Lapangan V
SumurKemiringan Garis
Grafik WOR vs time
VS1 0.006314
VS2 0.00897
VS3 0.00901
VS4 0.00943
VS5 0.00914
VS6 0.006443
VS7 0.006587
VS8 0.006118
VS9 0.006631
VS10 0.006365
Karena pada Gambar-14 terlihat bahwa selang waktu sebelum pengaruh air dari aquifer terasa cukup panjang maka dapat disimpulkan bahwa posisi perforasi VS1 serupa dengan kasus sumur 1 dan hal ini berlaku untuk sumur lainnya kecuali sumur VS2, VS 3, VS4, dan VS5 kasus sumur yang lebih tepat adalah kasus sumur 2. Setelah mencocokan nilai kemiringan garis pada setiap sumur dengan hasil analisis sensitifitas maka diperoleh informasi bahwa untuk Lapangan V, nilai vertical-horisontal permeability ratio berkisar antara 2:10 dan 5:10.
6. KESIMPULAN1. Hasil kombinasi metode X-Plot dan
metode K.S Chan menunjukkan bahwabubble map yang dihasilkan dari metode
0
10
20
30
40
50
60
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Time(hari)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 100 200
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
1:105:1010:102:10
IATMI 09-016 Page 9
X-Plot untuk Lapangan V yang memproduksikan Lapisan S kurang akurat.
2. Pada selang waktu yang sama, posisi perforasi sumur memberikan efek yang berbeda dengan perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal dengan perbedaan untuk kasus sumur 1 dan kasus sumur sebesar 10.38%, kasus sumur 2 dan sumur 3 sebesar 7%, serta kasus sumur 3 dan kasus sumur 4 sebesar 5.56%.
3. Pengaruh ratio permeabilitas vertikal-horisontal terhadap posisi perforasi sumur memberikan nilai yang berbeda dan perbedaan yang tertinggi berada pada selang ratio permeabilitas vertikal-horisontal 1:10 sampai 2:10 yang secara berurutan untuk kasus sumur 1 sampai sumur 4 bernilai 70%, 27%, 10%, dan 1.9%.
4. Nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal dapat diprediksi dengan menggunakan gambar grafik water oil ratio terhadap waktu, dalam hal ini untuk kasus lapangan V maka nilai perbandingan permeabilitas vertikal-horisontal berkisar pada nilai 2:10 dan 5:10.
7. SARANPada penulisan makalah ini, penulis
menyadari beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyarankan beberapa hal untuk perbaikan kedepan makalah ini yaitu penggunaan data lapangan yang memiliki data kv dan kh reservoir sehingga dapat dilakukan cross check untuk nilai kv/kh yang dihasilkan dari metode analisis ini selain itu disarankan juga model reservoir yang lebih baik dengan cara memperhitungkan nilai water saturation initial, dan nilai tekanan reservoir yang lebih baik sehingga memungkinkan aquifer untuk terus menjaga tekanan reservoir pada model reservoar.
8. DAFTAR SIMBOLµo = Viskositas minyakµw = Viskositas airFw = Fractional flowswi = Initial water saturationkro = Oil relative permeabilitykrw = Water relative permeabilityEUR = Estimate ultimate recoveryEr = Recofery Factor
9. DAFTAR PUSTAKA1. Macary, Sameh dan Walid; “Creation of
the Fractional Flow Curve Form Purely Production Data”, SPE 56830, 1999.
2. Chan; “Water Control Diagnostic Plots”, SPE 30775, 1995.
3. Report OGRindo; Simple By Passed Oil Mapping Technique Using Production Data and Fractional Flow Curve, 2009.
4. Kurnia, Asep Permadi; Diktat Teknik Reservoar II, 2004.
5. Ariadji, Tutuka; Diktat Kuliah POD, 2008.
IATMI 09-016 Page 10
Lampiran 1Gambar Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Setiap Sumur Pada Lapangan V
Gambar 1.1 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS2
Gambar 1.2 Grafik Water Oil Ratio Terhadap WaktuUntuk Sumur VS3
Gambar 1.3 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS4
Gambar 1.4 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS5
Gambar 1.5 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS6
Gambar 1.6 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS7
0.000000
0.00001
0.001
0.1
10
1 10 100 1000 10000100000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0.000001
0.0001
0.01
1
1.00 100.00 10000.00
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu(hari)
0.000001
0.0001
0.01
1
1.00 100.00 10000.00
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu(hari)
1E-08
0.000001
0.0001
0.01
1
100
1 100 10000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0.000000
0.00001
0.001
0.1
10
1 10 100 1000 10000100000W
ater
Oil
Ratio
Waktu (hari)
0.000000
0.00001
0.001
0.1
10
1 10 100 1000 10000100000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
IATMI 09-016 Page 11
Gambar 1.7 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS8
Gambar 1.8 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS9
Gambar 1.9 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS10
Lampiran 2Gambar Antara Water Cut Terhadap Waktu Untuk Nilai Perbandingan Permeabilitas Vertikal-Horisontal Yang Berbeda
Gambar 2.1 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 2
Gambar 2.2 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 3
Gambar 2.3 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 4
0.000000
0.00001
0.001
0.1
10
1 100 10000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
1E-08
0.000001
0.0001
0.01
1
100
1 100 10000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0.000000
0.00001
0.001
0.1
10
1 100 10000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 100 200
Wat
er C
ut(%
)
Time(hari)
1:102:103:104:105:106:107:108:109:101:1
05
1015202530354045
0 50 100 150 200
Wat
er C
ut(%
)
Time(hari)
1:102:103:104:105:106:107:108:109:101:1
05
1015202530354045
0 50 100 150 200
Wat
er C
ut(%
)
Time(hari)
1:102:103:104:105:106:107:108:109:101:1
IATMI 09-016 Page 12
Lampiran 3 Gambar Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Nilai Perbandingan Permeabilitas Vertikal-Horisontal Yang Berbeda
Gambar 3.1 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 2
Gambar 3.3 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 3
Gambar 3.4 Grafik Water Cut Terhadap Waktu Untuk Kasus Sumur 4
Lampiran 4Gambar Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Setiap Sumur Pada Lapangan V
Gambar 4.1 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS1
Gambar 4.2 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS2
Gambar 4.3 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS3
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 100 200
Wat
er o
il Ra
tio
Waktu (hari)
1:10
2:10
5:10
10:10
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 100 200
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
1:10
2:10
5:10
10:10
00.10.20.30.40.50.60.70.8
0 50 100 150 200
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
1:10
2:10
5:10
10:10
0
10
20
30
40
50
60
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Time(hari)
0
5
10
15
20
25
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
10
20
30
40
50
60
0 2000 4000 6000 8000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
IATMI 09-016 Page 13
Gambar 4.4 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS4
Gambar 4.5 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS5
Gambar 4.6 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS6
Gambar 4.7 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS7
Gambar 4.8 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS8
Gambar 4.9 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS9
0
5
10
15
20
25
0 2000 4000 6000
Wat
er o
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
10
20
30
40
50
60
0 2000 4000 6000 8000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
10
20
30
40
50
60
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
10
20
30
40
50
60
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
0
5
10
15
20
25
30
0 5000 10000 15000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)
IATMI 09-016 Page 14
Gambar 4.10 Grafik Water Oil Ratio Terhadap Waktu Untuk Sumur VS10
0
5
10
15
20
25
30
0 2000 4000 6000
Wat
er O
il Ra
tio
Waktu (hari)