makalah praktek ibadah aa.pdf
DESCRIPTION
untuk semua yang membutuhkanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibadah adalah suatu kewajiban manusia kepada Tuhannya. Oleh sebab itu kita sebagi
insan yang beriman haruslah tahu bagaimana cara beribadah yang benar terhadap Allah SWT.
Belajar ibadah sebenarnya harus diajarkan sejak kita berusia dini, agar kita beribadah dengan
khusyu’ nantinya.
Manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani
hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al
Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau rukun islam saja,
tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan
pegangannya dalam persoalan itu.
Berangkat dari sana bahwa segala sesuatu ada langkah dan prosedur yang harus diambil
dan ibadah juga termasuk didalamnya, maka atas dasar itu saya mencoba untuk membuat
makalah ini yang mudah-mudahan bisa dimanfaatkan dan menjadi referensi bagi setiap
mahasiswa khususnya umat islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sholat Jumat
Sholat Jumat adalah ibadah salat yang dikerjakan di hari jumat dua rakaat secara
berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah.
Sholat Jumat memiliki hukum wajib 'ain bagi laki-laki / pria dewasa beragama islam,
merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para wanita / perempuan,
anak-anak, orang sakit dan budak, solat jumat tidaklah wajib hukumnya.
Dalil Al-Qur'an Surat Al Jum'ah ayat 9 :
"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari
jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Syarat Sah Melaksanakan Sholat Jumat
a. Sholat jumat diadakan di tempat yang memang diperuntukkan untuk sholat jumat.
Tidak perlu mengadakan pelaksanaan sholat jumat di tempat sementara seperti tanah
kosong, ladang, kebun, dll.
b. Minimal jumlah jamaah peserta sholat jumat adalah 40 orang.
c. Sholat Jumat dilaksanakan pada waktu sholat dhuhur / zuhur dan setelah dua khutbah
dari khatib.
Sunat-Sunat Sholat Jumat
1. Mandi sebelum datang ke tempat pelaksanaan sholat jumat.
2. Memakai pakaian yang baik (diutamakan putih) dan berhias dengan rapi seperti
bersisir, mencukur kumis dan memotong kuku.
3. Memakai pengaharum / pewangi (non alkohol).
4. Menyegerakan datang ke tempat salat jumat.
5. Memperbanyak doa dan salawat nabi.
6. Membaca Alquran dan zikir sebelum khutbah jumat dimulai.
Lafaz niat sholat Jum‟at adalah sebagai berikut :
Ushalli fardhal jumati rak’ataini adaa-an mustaqbilal qiblati ma’muuman lillaahi ta’aala.
Artinya : Sengaja aku sholat fardhu jumat dua raka’at menghadap ke kiblat tunai sebagai
ma’mum karena Alllah Ta’ala.
2.2 Khutbah Jumat
Sebelum sholat Jumat dimulai, dibacakan dulu khutbah oleh khatib. Mula-mula khatib
naik mimbar, menghadap para jama’ah terus memberi salam. Kemudian adzan dimulai dan
setelah adzan khatib mulai berkhutbah.
Syarat-syarat khutbah :
1. Khatib harus suci dari dua hadas, yaitu hadas kecil dan hadas besar.
2. Harus menutup aurat, bahkan harus berpakaian yang baik.
3. Suci badan, pakaian dan tempat khutbah.
4. Harus berdiri bagi yang kuasa berdiri.
5. Hendaklah duduk di atara dua khutbah dengan tumaninah (tenang).
6. Hendaklah muwwalat, yaitu bersambung antara khutbah kedua dengan sholat
jumatnya.
7. Hendaklah dengan suara keras, kira-kira dapat didengar oleh 40 jama’ah.
8. Khutbah hendaklah dibaca pada waktu dzuhur.
Rukun-rukun khutbah :
1. Membaca hamdalah (yaitu, alhamdulillah) disertai lafadz jalalah (lafadz Allah).
2. Membaca shalawat.
3. Berwasiat atau berpesan pada jamaah agar bertakwa.
4. Membaca ayat Al Quran pada salah satu dari dua khutbah.
5. Berdo'a dengan segala hal yang bersifat ukhrowi (keakhiratan) pada waktu khutbah
kedua.
Sunnah-sunnah khutbah :
1. Khatib hendaklah memberi salam kepada hadirin.
2. Hendaklah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi.
3. Letak mimbar hendaklah di sebelah kanan mihrab (tempat sholat imam).
4. Membaca surat Al Ikhlas sewaktu duduk antara dua khutbah.
5. Menertibkan tiga rukun, yaitu dimulai dengan puji-pujian, shalawat kemudian
berwasiat taqwa kepada hadirin.
6. Hendaklah khutbah itu mudah dipahami, fasih dan mengenai sasaran.
7. Khatib tidak berpaling ke kanan dan ke kiri atau ke belakang ketika berkhutbah.
8. Khutbah hendaknya pendek, artinya tidak bertele-tele sehingga menjemukan dan
menggelisahkan pendengarnya.
9. Si pendengar hendaklah diam dan memperhatikan.
10. Khatib hendaknya cepat-cepat turun dari mimbar sesudah selesai khutbah.
2.3 Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah hendaknya dilakukan secepatnya, karena sesungguhnya dalam
pengurusan jenazah tidak boleh ditunda-tunda.
Sebagaimana sabda Rasullah saw:
Dari Abu Hurairah, berkata Nabi SAW: “Hak seorang Islam atas orang islam yang lain adalah
lima, yaitu : 1) Menjawab salam, 2) menengok orang sakit, 3) mengantarkan jenazah, 4)
mengabulkan undangan, 5) mendo’akan orang yang bersin.” (Riwayat Bukhari Muslim)
Apabila seorang muslim meninggal, maka fardhu kifayah (kewajiban ditujukan kepada
orang banyak, apabila sebagian dari mereka telah mengejarkannya maka terlepaslah yang lain
dari kewajibannya itu,akan tetapi jika tak ada seorang pun yang mengerjakannya,maka mereka
berdosa semuanya) atas orang hidup menyelenggarakan 4 perkara.
1. Memandikan Jenazah
Syarat wajib bagi jenazah yang dimandikan:
1. Orang islam.
2. Didapatinya tubuhnya walaupun sedikit.
3. Mayat itu bukan mayat mati syahid.
Cara memandikan jenazah:
1. Diletakkannya mayat di tempat yang tinggi (seperti balai-balai, di tempat yang sunyi,
tidak ada orang selain orang yang memandikan).
2. Pakainnya diganti dengan kain basahan (kain mandi), sebaiknya memakai kain sarung
supaya auratnya tidak mudah terlihat.
3. Sesudah diletakkan di atas balai-balai, kemudian didudukkan dan disandarkan
punggungnya pada sesuatu.
4. Kemudian disapu perut dengan tangannya, dan ditekankan sedikit supaya keluar
kotorannya.
5. Dibasuh dengan air dan haruman agar menghilangkan bau kotoran yang keluar.
6. Lalu mayat ditelentangkan, lantas duburnya dibersihkan dengan tangan kiri yang
memakai sarung tangan.
7. Setelah itu dimasukkan anak jari kiri ke mulutnya, digosok giginya, dibersihkan
mulutnya, dan di wudhu’kan.
8. Selanjutnya, dibasuh kepala, janggut dan disisir rambut dan janggutnya perlahan-lahan.
(jika rambutnya tercabut,hendaklah dicampurkan kembali ketika mengafani).
9. Lantas dibasuh sebelah kanannya, kemudian sebelah kirinya, kemudian dibaringkan
sebelah kirinya, dan sebaliknya. Sebanyak satu kali, tetapi disunahkan tiga kali.
10. Kemudian mayat diwudhukan.
Berikut ini yang berhak memandikan jenazah:
1. Mayat laki-laki, dimandikan oleh laki-laki dan sebaliknya. Terkecuali suami atau
muhrimnya.
2. Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan suami, atau
muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah “ditayamumkan” saja,dan
sebaliknya.
3. Keluarga terdekat kepada mayat kalau mengetahui akan kewajiban mandi serta
dipercayai.
2. Mengkafani Jenazah
Hukum mengafani mayat adalah “fardhu kifayah“ atas orang hidup. Kain kafan
sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi sekalian badan mayat, baik mayat laki-laki
maupun perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis, sedangkan untuk perempuan lima
lapis.
Cara mengkafani jenazah :
1. Dihamparkan sehelai-helai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman
seperti kapur barus dan sebagainya.
2. Kedua tangannya diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri, atau
kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya ( rusuknya ).
3. Dipakaikan kain basahan,baju, tutup kepala, lalu kerudung
4. Kemudian dimasukkan ke dalam kain yang menutupi sekalian badannya, diantara
beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi harum-haruman sperti kapur barus. Kecuali
itu, orang yang mati sedang dalam ihram haji atau umrah, tidak boleh diberi harum-
haruman dan jangan ditutup pula kepalanya. Setelah kain kafan dibungkuskan, lalu
diikat simpul hidup dibagian ujung kepala, di dada, pinggang dan ujung kaki.
3. Menyalatkan Jenazah
Sabda Rasullah SAW :
“Sholatkanlah olehmu akan orang-orang yang mati” ( Riwayat Ibnu Majah )
Syarat menyalatkan jenazah :
1. Syarat-syarat sholat yang juga menjadi sholat jenazah, seperti meutup aurat, suci badan
dan pikiran, dan menghadap ke kiblat.
2. Sesudah mayat dimandikan dan dikafani.
3. Letak jenazah mayat itu di sebelah kiblat orang yang menyalatkan (disunahkan bagi
imam dan orang yang sholat sendiri, berdiri di arah kepala mayat jika mayat itu laki-
laki atau di arah tengah (pinggang) jika mayat itu mayat perempuan), kecuali kalau
sholat itu di atas kubur atau sholat ghaib.
Cara sholat jenazah :
1. Niat, sebagaimana sholat yang lain.
2. Takbir empat kali dengan takbiratul-ihram
3. Membaca Al-Fatihah sesudah takbiratul-ihram.
4. Membaca shalawat atas Nabi SAW, sesudah takbir kedua.
5. Mendo’akan jenazah sesudah takbir ketiga.
Allaahummaghfir lahu(ha) warhamhu(ha) wa‟aafihii(haa) wa‟fu anhu(ha).
6. Do’a sesudah takbir keempat.
Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu(ha) walaa taftinaa ba’dahu(ha) waghfir lanaa
walahu(ha).
7. Berdiri jika kuasa.
8. Memberi salam.
4. Menguburkan jenazah
Sesudah mayat dimandikan, dikafani, dan disalatkan lalu dibawa ke kubur, dipikul pada
empat penjuru; berjalan membawajenazah itu dengan segera.
Kewajiban yang keempat terhadap jenazah adalah menguburkan jenazah. Hukum
menanamkan jenazah adalah fardhu kifayah atas yang hidup. Dalamnya kubur sekurang-
kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk jenazah itu dari atas kubur dan tidak dapat digali
oleh binatang buas, karena maksud menguburkan jenazah adalah menjaga kehormatan jenazah
itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada disekitar tempat itu.
Lubang kubur disunahkan memakai lubang lahad (relung di lubang kubur tempat
meletakkan jenazah, kemudian ditutup dengan papan, bambu, atau sebagaimanya). Kalau tanah
pekuburan itu keras; tetapi jika tanah pekuburan tidak keras, mudah runtuh, seperti yang
bercampur dengan pasir, maka lebih baik dibuatkan lubang tanah (lubang kecil di tengah-
tengah kubur kira-kira cukup untuk jenazah saja, kemudian ditutup dengan papan atau
sebagaimana).
Sesampainya jenazah di kubur, hendaklah diletakkan kepalanya disisi kaki kubur, lalu
diangkat ke dalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke sebelah kanannya menghadap
kiblat.
2.3 Menyembelih Hewan Kurban
Ibadah penyembelihan hewan kurban itu dikenal juga dengan istilah udh-hiyah
یة) ضح یة ) sebagai bentuk jamak dari bentuk tunggalnya dhahiyyah (أ ضح ).
Dalam istilah yang baku, hewan-hewan kurban disebut dengan hewan adhahi( ضاحي ,(أ
yaitu hewan yang disembelih untuk ibadah ritual pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah usai shalat
‘Idul Adha hingga tanggal 13 bulan yang sama. Demikian dijelaskan dalam Seri Risalah Fiqih
dan Kehidupan.
Perihal Binatang Kurban
1. Harus Dari Binatang Ternak
Binatang ternak tersebut berupa unta, sapi, kambing ataupun domba. Hal ini sebagaimana
firman Allah (artinya) :
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka.” (Al
Hajj: 34)
Jika seseorang menyembelih binatang selain itu -walaupun harganya lebih mahal- maka
tidak diperbolehkan. (Asy Syarhul Mumti’ 7/ 477 dan Al Majmu’ 8/222)
2. Harus Mencapai Usia Musinnah dan Jadza’ah
Hal ini didasarkan sabda Nabi :
“Janganlah kalian menyembelih kecuali setelah mencapai usia musinnah (usia yang cukup
bagi unta, sapi dan kambing untuk disembelih, pen). Namun apabila kalian mengalami kesulitan,
maka sembelihlah binatang yang telah mencapai usia jadza’ah (usia yang cukup, pen) dari domba.”
(H.R. Muslim)
Oleh karena tidak ada ketentuan syar’i tentang batasan usia tersebut maka terjadilah
perselisihan di kalangan para ulama. Akan tetapi pendapat yang paling banyak dipilih dan dikenal
di kalangan mereka adalah: unta berusia 5 tahun, sapi berusia 2 tahun, kambing berusia 1 tahun dan
domba berusia 6 bulan. Pendapat ini dipilih oleh Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di dalam
Asy Syarhul Mumti’ 7/ 460.
3. Tidak Cacat
Klasifikasi cacat sebagaimana disebutkan Nabi dalam sabdanya:
“Empat bentuk cacat yang tidak boleh ada pada binatang kurban: buta sebelah yang jelas
butanya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas pincangnya dan kurus yang tidak
bersumsum.” (H.R. Abu Dawud dan selainnya dengan sanad shahih)
Macam-macam hewan yang dijadikan kurban adalah :
1. Unta yang berusia 5 tahun,
2. Sapi yang telah berusia 2 tahun,
3. Kambing yang telah berusia 2 tahun,
4. Domba yang telah berusia 1 tahun.
Jumlah Binatang Kurban
1. Satu Kambing Mewakili Kurban Sekeluarga
Abu Ayyub Al Anshari Radhiallahu’anhu menuturkan: “Dahulu ada seseorang dimasa
Rasulullah menyembelih seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya.” (H.R. At Tirmidzi dan
selainnya dengan sanad shahih).
2. Satu Unta Atau Sapi Mewakili Kurban Tujuh Orang Dan Keluarganya
Hal ini dikemukakan Jabir bin Abdillah: “Kami dulu bersama Rasulullah pernah
menyembelih seekor unta gemuk untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang pula pada
tahun Al Hudaibiyyah.” (H.R. Muslim).
Waktu Penyembelihan
1. Awal Waktu
Yaitu setelah penyembelihan kurban yang dilakukan oleh imam (penguasa) kaum muslimin
ditanah lapang. (H.R. Muslim). Apabila imam tidak melaksanakannya maka setelah ditunaikannya
shalat ied. (Muttafaqun alaihi).
2. Akhir waktu
Para ulama berbeda pendapat tentang akhir penyembelihan kurban. Ada yang berpendapat
dua hari setelah ied, tiga hari setelah ied tersebut, hari ied itu sendiri (tentunya setelah tengelamnya
matahari) dan hari akhir bulan Dzulhijjah. Perbedaan pendapat ini berlangsung seiring tidak adanya
keterangan shahih dan jelas dari Nabi tentang batas akhir penyembelihan. Namun tampaknya dua
pendapat pertama tadi cukuplah kuat. Wallahu a’lam.
Tata Cara Penyembelihan
1. Menajamkan Pisau Dan Memperlakukan Binatang Kurban Dengan Baik
2. Menjauhkan Pisaunya Dari Pandangan Binatang Kurban
3. Menghadapkan Binatang Kurban Kearah Kiblat
4. Berdoa Sebelum Menyembelih.
“Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar.” (H.R. Muslim).
“Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar, Ya Allah ini adalah dari-Mu dan untuk-
Mu.” (H.R. Abu Dawud dengan sanad shahih).
Apabila sesembelihannya berupa unta, maka hendaknya kaki kiri depannya diikat sehingga
dia berdiri dengan tiga kaki. Namun bila tidak mampu maka boleh dibaringkan dan diikat. Setelah
itu antara pangkal leher dengan dada ditusuk dengan tombak, pisau, pedang atau apa saja yang
dapat mengalirkan darahnya.
Sedangkan bila sesembelihannya berupa sapi, kambing atau domba maka dibaringkan pada
sisi kirinya, kemudian penyembelih meletakkan kakinya pada bagian kanan leher binatang tersebut.
Seiring dengan itu dia memegang kepalanya dan membiarkan keempat kakinya bergerak lalu
menyembelihnya pada bagian atas dari leher. (Asy Syarhul Mumti’ 7/478-480 dengan beberapa
tambahan)
2.4 Sujud Tilawah
Secara bahasa tilawah berarti bacaan. Sedangkan secara istilah, sujud tilawah artinya sujud
yang dilakukan tatkala membaca ayat sajdah di dalam atau di luar shalat.
Sujud tilawah termasuk amal yang disyariatkan. Hadits-hadits Rasulullah SAW telah menunjukkan
hal tersebut. Dikuatkan lagi dengan kesepakatan ulama sebagaimana yang diterangkan oleh Imam
Syafi’i dan Imam Nawawi.
Di antara dalil-dalil dari hadits yang menunjukkan disyariatkannya adalah :
1. Hadits Abu Hurairah radhiallahu „anhu, beliau berkata :
Artinya : “Kami pernah sujud bersama Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wa Sallam pada
surat (idzas sama‟un syaqqat) dan (iqra‟ bismi rabbikalladzi khalaq). (HR. Muslim dalam
Shahih-nya nomor 578, Abu Dawud dalam Sunan-nya nomor 1407, Tirmidzi dalam Sunan-
nya nomor 573, 574, dan Nasa‟i dalam Sunan-nya juga 2/161).
2. Hadits Ibnu Abbas. Beliau radhiallahu „anhu bersabda :
Artinya : “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wa Sallam sujud pada surat An
Najm.” (HR. Bukhari dalam Shahih-nya 2/553, Tirmidzi 2/464).
Dari hadits-hadits di atas, para ulama bersepakat tentang disyariatkannya sujud tilawah.
Hanya saja mereka berselisih tentang hukumnya. Jumhur ulama berpendapat tentang sunnahnya
sujud tilawah bagi pembaca dan pendengarnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, bahwasanya Umar radhiallahu „anhu pernah membaca surat An Nahl pada
hari Jum‟at. Tatkala sampai kepada ayat sajdah, beliau turun seraya sujud dan sujudlah para
manusia.
Adapun kelima belas ayat ssajdah tersebut terdapat pada surat-surat :
1. Al A’raf ayat 206. 9. An Naml ayat 26.
2. Ar Ra’d ayat 15. 10. As Sajdah ayat 15.
3. An Nahl ayat 50. 11. Shad ayat 24.
4. Maryam ayat 58. 12. An Najm ayat 62.
5. Al Isra’ ayat 109. 13. Fushilat ayat 38.
6. Al Hajj ayat 18. 14. Al Insyiqaq ayat 21.
7. Al Hajj ayat 77. 15. Al ‘Alaq ayat 19.
8. Al Furqan ayat 60.
Tata Cara Sujud Tilawah
Tata cara sujud tilawah dijelaskan oleh para ulama dengan mengambil contoh dari
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Di antara hadits yang diambil faedahnya adalah hadits Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhuma di atas. Juga atsar Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dari Sa’id bin Jubair, beliau berkata : “Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma
pernah turun dari kendaraannya, kemudian menumpahkan air, lalu mengendarai kendaraannya.
Ketika membaca ayat sajdah, beliau bersujud tanpa berwudlu.” Demikian penukilan Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari 2/644.
Sunnah Sujud Tilawah :
1. Sujud tilawah dilakukan sekali saja.
2. Tidak ada ketentuanya wudhu dan bersih badan dari najis.
3. Tidak ada ketentuan takbir atau salam tetapi boleh dilakukan.
4. Menghadap ke kiblat.
5. Kalau kebetulan mendengar ayat sajdah di waktu sedang shalat, maka sujud sekali
kemudian dilanjutkan lagi.
6. Bacaan sujud tilawah :
“Sajjda wajhiya lilladzi khalaqahu wasyaqqa sam’ahu wabasharahu bi haulihi waqiwwatihi”
Artinya : “Wajahku sujud kepada Penciptanya dan Yang membukakan pendengaran dan
penglihatannya dengan daya upaya dan kekuatan-Nya, Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.
(HR. Tirmidzi 2/474, Ahmad 6/30, An Nasa’i 1128, dan Al Hakim menshahihkannya dan disepakati
oleh Dzahabi).
2.5 Zakat
Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah
(HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10).
Menurut Hukum Islam (istilah syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari
harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu
(Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy).
Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah
wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan
infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.
Penyebutan Zakat dan Infaq dalam Al Qur-an dan As Sunnah :
1. Zakat (QS. Al Baqarah : 43)
2. Shadaqah (QS. At Taubah : 104)
3. Haq (QS. Al An'am : 141)
4. Nafaqah (QS. At Taubah : 35)
5. Al 'Afuw (QS. Al A'raf : 199)
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan
puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.
Macam-macam Zakat
a. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.
Setiap menjelang Idul Fitri orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3
liter dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Ibnu
Umar, katanya “Rasulullah saw mewajibkan zakat fthri, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak
satu sha’ (3,1 liter) tamar atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau
perempuan.“(H.R. Bukhari).
b. Zakat Maal (harta).
Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh
manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya .
Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat
digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). sesuatu dapat disebut dengan maal
(harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.
2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil,
ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat-syarat Wajib Zakat
a. Muslim
b. Aqil
c. Baligh
d. Memiliki harta yang mencapai nishab.
Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati
1. Milik Penuh (Almilkuttam)
Harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil
manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang
dibenarkan menurut syariat islam.
2. Berkembang
Harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi
untuk berkembang.
3. Cukup Nishab
Harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. sedangkan
harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat.
4. Lebih dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang
menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti
kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari,
pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.
5. Bebas dari Hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada
waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari
zakat.
6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini
hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-
buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
Harta (maal) yang Wajib di Zakati
1. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba)
dan unggas (ayam, itik, burung).
2. Emas Dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering
dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke
waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh
karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana,
souvenir, ukiran atau yang lain.
3. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam
berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll.
Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT,
Koperasi, dsb.
4. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis
seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-
rumputan, dedaunan, dll.
5. Ma’din dan Kekayaan Laut
Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi,
batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti
mutiara, ambar, marjan, dll.
6. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun.
Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai
pemiliknya.
2.6 Haji dan Umrah
A. Haji
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam. Ia wajib dilakukan sekali seumur hidup,
berdasarkan firman Allah :
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji) maka
sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (Ali Imran: 97).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Islam itu dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq
melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa (di bulan) Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah"(Muttafaq
Alaih).
Syarat Haji
1. Islam
2. Akil Balig
3. Dewasa
4. Berakal
5. Waras
6. Orang merdeka (bukan budak)
7. Mampu, baik dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah bagi keluarga yang
ditinggal berhaji.
Rukun Haji
Rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji. Rukun haji
tersebut adalah:
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Tawaf ifâdah
4. Sa'i
5. Mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian
6. Tertib
Rukun haji tersebut harus dilakukan secara berurutan dan menyeluruh. Jika salah satu
ditinggalkan, maka hajinya tidak sah.
Wajib Haji
1. Memulai ihram dari mîqât (batas waktu dan tempat yang ditentukan untuk melakukan
ibadah haji dan umrah)
2. Melontar jumrah
3. Mabît (menginap) di Mudzdalifah, Mekah
4. Mabît di Mina
5. Tawaf wada' (tawaf perpisahan)
Jika salah satu dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus membayar
dam (denda).
Pelaksanaan Ibadah Haji (Manasik Haji)
1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan
Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah,
berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan Labbaik
Allâhumma hajjan, yang artinya "Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, untuk
berhaji".
Kemudian berangkat menuju arafah dengan membaca talbiah untuk menyatakan
niat :
Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni'mata
laka wa al-mulk, lâ syarîka laka
Artinya:
“Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada
sekutu bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh
kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.”
2. Wukuf di Arafah
Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari
tergelincir sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban) tanggal 10
Zulhijah.
Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: shalat jamak taqdim dan
qashar zuhur-ashar, berdoa, berzikir bersama, membaca Al-Qur'an, shalat jamak taqdim
dan qashar maghrib-isya.
3. Mabît di Muzdalifah, Mekah
Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Disini
mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumrah di Mina,
dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan berangkat menuju Mina.
Kemudian berhenti sebentar di masy'ar al-harâm (monumen suci) atau Muzdalifah
untuk berzikir kepada Allah SWT (QS 2: 198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar
telah menyingsing.
4. Melontar Jumrah 'Aqabah
Dilakukan di bukit 'Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah, dengan 7 butir kerikil, kemudian
menyembelih hewan kurban.
5. Tahalul
Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan amalan-amalan
haji.
Tahalul awal, dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah 'aqobah, dengan cara
mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai. Setelah tahalul, boleh memakai
pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali
berhubungan seks.
6. Mabît di Mina
Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa), yaitu pada tanggal
11, 12, dan 13 Zulhijah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik itu melontar jumrah ûlâ, wustâ,
dan 'aqabah, masing-masing 7 kali.
7. Tawaf ifâdah
Bagi yang belum melaksanakan tawaf ifâdah ketika berada di Mekah, maka harus
melakukan tawaf ifâdah dan sa'i. Lalu melakukan tawaf wada' sebelum meninggalkan
Mekah untuk kembali pulang ke daerah asal.
Macam-macam Haji
1. Haji Ifrâd
Haji ifrâd yaitu membedakan ibadah haji dengan umrah. Ibadah haji dan umrah masing-
masing dikerjakan tersendiri. Pelaksanaannya, ibadah haji dilakukan terlebih dulu, setelah
selesai baru melakukan umrah. Semuanya dilakukan masih dalam bulan haji.
Cara pelaksanaannya adalah:
ihram dari mîqât dengan niat untuk haji.
ihram dari mîqât dengan niat untuk umrah.
2. Haji Tamattu'
Haji tamattu' adalah melakukan umrah terlebih dulu pada bulan haji, setelah selesai baru
melakukan haji.
Orang yang melakukan haji tamattu' wajib membayar hadyu (denda), yaitu dengan
menyembelih seekor kambing. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa selama 10
hari, yaitu 3 hari selagi masih berada di tanah suci, dan 7 hari setelah kembali di tanah
air.Cara pelaksanaannya adalah:
ihram dari mîqât dengan niat untuk umrah.
melaksanakan haji setelah selesai melaksanakan semua amalan umrah.
3. Haji Qirân
Haji qirân adalah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersama-sama. Dengan
demikian segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji. Cara pelaksanaannya
adalah :
ihram dari mîqât dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus
melakukan seluruh amalan haji
Haji Akbar (haji besar)
Istilah haji akbar disebut dalam firman Allah SWT pada surah At-Taubah: 3 yang artinya:
“Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar,
bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin...”
Ada beberapa pendapat ulama tentang haji akbar, yaitu haji akbar adalah:
haji pada hari wukuf di Arafah
haji pada hari nahar
haji yang wukufnya bertepatan dengan hari jum'at
ibadah haji itu sendiri beserta wukufnya di Arafah
Namun pendapat yang paling masyhur adalah pendapat yang menyatakan bahwa haji akbar
adalah haji yang wukufnya jatuh pada hari jum'at.
Ada haji besar, ada pula haji asgar (haji kecil) yang merupakan istilah lain untuk umrah.
Haji Mabrur
Haji mabrur adalah ibadah haji seseorang yang seluruh rangkaian ibadah hajinya dapat
dilaksanakan dengan benar, ikhlas, tidak dicampuri dosa, menggunakan biaya yang halal, dan yang
terpenting, setelah ibadah haji menjadi orang yang lebih baik.
Hukum Ibadah Haji
Ibadah haji wajib dilaksanakan demikian pula umrah, sekali seumur hidup atas setiap
muslim, baligh, berakal sehat, merdeka lagi mampu. Allah SWT berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah
Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggung mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. " (QS. Ali'Imran; 96-97).
B. Umrah
Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Setiap orang yang melakukan ibadah haji wajib
melakukan umrah, yaitu perbuatan ibadah yang merupakan kesatuan dari ibadah haji. Pelaksanaan
umrah ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 196 yang artinya "Dan
sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah...".
Mengenai hukum umrah, ada beberapa perbedaan pendapat. Menurut Imam Syafi'i
hukumnya wajib. Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi hukumnya sunah mu'akkad (sunah
yang dipentingkan). Umrah diwajibkan bagi setiap muslim hanya 1 kali saja, tetapi banyak
melakukan umrah juga disukai, terlebih jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hal ini didasarkan pada
hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya "Umrah di dalam bulan
Ramadhan itu sama dengan melakukan haji sekali".
Tata cara pelaksanaan ibadah umrah adalah :
1. Mandi
2. Berwudhu
3. Mmemakai pakaian ihram di mîqât
4. Shalat sunah ihram 2 rakaat
5. Niat umrah dan
6. Membaca Labbaik Allâhumma 'umrat(an), artinya : “Aku datang memenuhi panggilan-Mu
ya Allah, untuk umrah), membaca talbiah serta doa, memasuki Masjidil Haram, tawaf, sa'i,
dan tahalul.”
Syarat, Rukun, dan Wajib Umrah
Syarat untuk melakukan umrah adalah sama dengan syarat dalam melakukan ibadah haji.
Adapun rukun umrah adalah:
1. Ihram
2. Tawaf
3. Sa'i
4. Mencukur rambut kepala atau memotongnya
5. Tertib, dilaksanakan secara berurutan
Amalan-amalan Haji dan Umrah
1. Mîqât
Mîqât adalah batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji dan umrah. Mîqât
terdiri atas mîqât zamânî dan mîqât makânî.
Mîqât zamânî adalah kapan ibadah haji sudah boleh dilaksanakan. Berdasarkan
kesepakatan para ulama yang bersumber dari sunah Rasulullah SAW, mîqât zamânî jatuh
pada bulan Syawal, Zulkaidah, sampai dengan tanggal 10 Zulhijah.
Mîqât makânî adalah dari tempat mana ibadah haji sudah boleh dilaksanakan. Tempat-
tempat untuk mîqât makânî adalah :
1. Zulhulaifah atau Bir-Ali (450 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah
Madinah
2. Al-Juhfah atau Rabiq (204 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Suriah,
Mesir, dan wilayah-wilayah Maghrib
3. Yalamlan (sebuah gunung yang letaknya 94 km di selatan Mekah) bagi orang yang
datang dari arah Yaman
4. Qarnul Manazir (94 km di timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Nejd
5. Zatu Irqin (94 km sebelah timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Irak
2. Ihram
Ihram ialah niat melaksanakan ibadah haji atau umrah dan memakai pakaian ihram.
Bagi laki-laki, pakaian ihram adalah dua helai pakaian tak berjahit untuk menutup badan
bagian atas dan sehelai lagi untuk menutup badan bagian bawah. Kepala tidak ditutup dan
memakai alas kaki yang tidak menutup mata kaki. Bagi wanita, pakaian ihram adalah kain
berjahit yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah.
Sunah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, rambut kemaluan, dan
mandi. Kemudian melakukan shalat sunah ihram 2 rakaat (sebelum ihram), membaca
talbiah, shalawat, dan istighfar (sesudah ihram dimulai).
3. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dimulai dari arah yang sejajar
dengan Hajar Aswad dan Ka'bah selalu ada di sebelah kiri (berputar berlawanan arah jarum
jam).
Syarat tawaf adalah:
1. Suci dari hadas besar, hadas kecil, dan najis
2. Menutup aurat
3. Melakukan 7 kali putaran berturut-turut
4. Mulai dan mengakhiri tawaf di tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad
5. Ka'bah selalu berada di sisi kiri
6. Bertawaf di luar Ka'bah
Sedangkan sunah tawaf adalah:
1. Menghadap Hajar Aswad ketika memulai tawaf
2. Berjalan kaki
3. Al-Idtibâ, yaitu meletakkan pertengahan kain ihram di bawah ketiak tangan kanan dan
kedua ujungnya di atas bahu kiri
4. Menyentuh Hajar Aswad atau memberi isyarat ketika mulai tawaf
5. Niat. Niat untuk tawaf yang terkandung dalam ibadah haji hukumnya tidak wajib
karena niatnya sudah terkandung dalam niat ihram haji, tetapi kalau tawaf itu bukan
dalam ibadah haji, maka hukum niat tawaf menjadi wajib, seperti dalam tawaf wada'
dan tawaf nazar.
6. Mencapai rukun yamanî (pada putaran ke-7) dan mencium atau menyentuh Hajar
Aswad
7. Memperbanyak doa dan zikir selama dalam tawaf
8. Tertib, dilaksanakan secara berurutan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Islam mengatur tata cara berkomunikasi dengan Tuhan melalui praktek-praktek
ibadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ibadah-ibadah yang dilakukan Rasulullah
SAW merupakan tuntunan bagi kita sebagai ummat islam yang beriman dan bertaqwa.
Demikianlah penjelasan mengenai beberapa praktek-praktek ibadah yang dirumuskan
dalam makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i, Moh., 2010. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang : PT. Karya Toha Putra
Semarang.
http://organisasi.org/pengertian-shalat-jumat-hukum-syarat-ketentuan-hikmah-dan-
sunah-solat-jumat
http://khotbahjumat.com/definisi-khutbah-jumat/
http://humaneaters.blogspot.com/2011/02/tata-cara-shalat-jenazah-laki-laki.html
http://syahirul.com/panduan-solat-jenazah/
http://priyayimuslim.wordpress.com/2012/10/13/pengertian-kurban-dan-istilah-
istilah-terkait/
http://tamyiz.wordpress.com/2012/10/17/pengertian-qurban/
http://ilmuenjoy.blogspot.com/2011/11/pengertian-sujud-sahwi-syukur-tilawah.html
http://azurahkio.wordpress.com/2008/09/22/pengertian-zakat-macam-macamnya/
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/282/bab-i-pengertian-haji-dan-umrah-
serta-keutamaannya/