makalah pkn klmk 3

31
BABI PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dewasa ini sistem politik demokrasi dianggap dan bahkan dipercaya sebagai sebuah sistem politk yang paling sempurna dibandingkan dengan sistem politik lainnya. Sehingga bagi negara-negara yang telah mampu untuk menerapkan sistem politik demokrasi di negaranya dianggap sebagai bagian dari negara-negara yang telah maju. Karena dengan diterapkannya demokrasi maka di negara tersebut sudah dipastikan akan mampu untuk menjamin pelaksanaan HAM, yang sekarang ini, merupakan prasyarat utama apabila ingin masuk dan diterima dalam pergaulan dunia. Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno, kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Demokrasi yang sejatinya merupakan sebuah sistem politik yang menitikberatkan pada keterbukaan, dan partisipasi masyarakat karena pada hakikatnya kedaulatan itu berada di tangan rakyat, tapi dengan segala argumen dan pembenaran yang pemimpin itu lakukan, maka yang terjadi justru demokrasi hanya dijadikan sebuah kedok dengan bermahkotakan ideologi yang dianut oleh Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang baru saja membangun demokrasi setelah keluar dari otoritarianisme orde baru pada tahun 1998. Masih banyak hal Demokrasi Indonesia Page 1

Upload: junior-simanullang

Post on 04-Aug-2015

54 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PKN KLMK 3

BABI

PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang

         Dewasa ini sistem politik demokrasi dianggap dan bahkan dipercaya sebagai sebuah

sistem politk yang paling sempurna dibandingkan dengan sistem politik lainnya. Sehingga

bagi negara-negara yang telah mampu untuk menerapkan sistem politik demokrasi di

negaranya dianggap sebagai bagian dari negara-negara yang telah maju. Karena dengan

diterapkannya demokrasi maka di negara tersebut sudah dipastikan akan mampu untuk

menjamin pelaksanaan HAM, yang sekarang ini, merupakan prasyarat utama apabila ingin

masuk dan diterima dalam pergaulan dunia. 

   Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno, kata

"demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang

berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih

kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat

Demokrasi yang sejatinya merupakan sebuah sistem politik yang menitikberatkan

pada keterbukaan, dan partisipasi masyarakat karena pada hakikatnya kedaulatan itu berada di

tangan rakyat, tapi dengan segala argumen dan pembenaran yang pemimpin itu lakukan, maka

yang terjadi justru demokrasi hanya dijadikan sebuah kedok dengan bermahkotakan ideologi

yang dianut oleh Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang baru saja

membangun demokrasi setelah keluar dari otoritarianisme orde baru pada tahun 1998. Masih

banyak hal yang perlu dibangun, bukan hanya berkaitan dengan sistem politik, tetapi juga

budaya, hukum, dan perangkat-perangkat lain yang penting bagi tumbuhnya demokrasi dan

masyarakat madani.

2. Rumusan Masalah

Apakah sistem demokrasi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap peradaban

masyarakat dalam mengimpementasikan sistem pemerintahan yang layak,dan bagaimanakah

seharusnya sistem demokrasi yang sangat relevan meninjau sejarah demokrasi itu sendiri ?

3. Tujuan Permasalahan

Tercapainya ideologi sistem demokrasi di Indonesia yang menyeluruh terhadap

kepentingan rakyat dan terbukanya gambaran secara dinamis dalam penerapan dan

pengetahuan mengenai perkembangan demokrasi yang ada di Indonesia.

Demokrasi Indonesia Page 1

Page 2: MAKALAH PKN KLMK 3

BABII

PEMBAHASAN

1. Demokrasi dan Implimentasinya

Prinsip-prinsip dasar demokrasi Pancasila adalah hasil berpikir dan ciptaan manusia-

manusia Indonesia yang merupakan bagian integral daripada kebudayaan bangsa Indonesia.

Pikiran-pikiran dasar demokrasi Pancasila pada hakikatnya adalah hasil upaya bersama

manusia-manusia Indonesia dalam rangka memecahkan berbagai masalah hidupnya. Dalam

hal ini unsur kebersamaan yang dijiwai oleh prinsip kekeluargaan menjadi faktor penentu

utama sehingga hasil pemecahan masalahnya tetap berada dalam konteks kegotong-royongan

dan kebahagiaan hidup bersama pula. Dengan demikian maka demokrasi Pancasila berfungsi

sebagai sarana manusia Indonesia dalam proses penyelesaian masalah bersama demi

kebahagiaan hidup bersama. Uraian-uraian di atas memperlihatkan kepada kita bahwa nilai-

nilai demokrasi Pancasila adalah manifestasi nilai-nilai Pancasila dalam bentuk demokrasi

atau pemerintahan rakyat.

Demokrasi merupakan amanah terpenting dari Pancasila. Demokrasi dalam perspektif

Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan jawaban atas tantangan nyata

bangsa pada masa itu dengan mengelaborasi gagasan besar dunia, namun dimaknai dengan

berpijak pada kearifan budaya nusantara dan sejarah bangsa secara visioner. Dalam perspektif

ini, bangsa kita telah mempraktikkan demokrasi sejak sebelum kemerdekaan. Eksperimentasi

atas demokrasi khas Indonesia ini, demokrasi Pancasila, di negeri ini masih berlanjut untuk

berproses mencapai bentuk yang matang.

Bila dibandingkan dengan negara yang kerap disebut sebagai kampiun demokrasi

seperti Amerika Serikat, demokrasi Indonesia memang baru seumur jagung.  Tak beda jauh

dari negeri asalnya, eksperimentasi demokrasi di Indonesia tidak serta merta berjalan mulus.

Suatu waktu dalam periode tertentu kita mengalami banyak cobaan yang tidak ringan. Bahkan

sempat mengalami suatu masa di mana kita seperti kehilangan harapan terhadap sistem yang

dianggap terbaik di dunia ini.

Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 memberi harapan baru pasca terbebas dari

belenggu penjajah. Keinginan untuk hidup mandiri dengan membentuk pemerintahan yang

Demokrasi Indonesia Page 2

Page 3: MAKALAH PKN KLMK 3

demokratis terbuka lebar. Namun pemilihan umum yang menggambarkan kedaulatan rakyat

dilaksanakan dalam level tertinggi sebagaimana diisyaratkan dalam Penjelasan UUD 1945 itu

belum dapat dilaksanakan, karena terkendala oleh perang kemerdekaan.

Demokrasi mulai tampak semarak dengan terselenggaranya Pemilu 1955 yang

membolehkan partai lokal dan perseorangan sebagai kandidat wakil rakyat. Namun praksis

demokrasi parlementer pada periode ini pada akhirnya tidak melahirkan kestabilan

pemerintahan yang ditandai jatuh bangunnya kabinet. Parlemen (DPR dan Dewan

Konstituante) tidak berhasil mencapai kesepakatan, sementara di luar gedung parlemen terjadi

pemberontakan daerah (dewan gajah, dewan banteng, dewan garuda dan lain-lain),

kelangkaan minyak tanah, kelaparan dan meningkatnya jumlah orang miskin.

Ketika demokrasi liberal multi partai tak berdaya mengatasi persoalan bangsa Presiden

Soekarno ambil sikap menggantinya dengan sistem dan kerangka pemerintahan baru.

Demokrasi liberal atau parlementer dianggap tidak cocok dengan jatidiri dan budaya bangsa.

Sistem dan kerangka pemerintahan yang baru, yang ia sebut Demokrasi Terpimpin (1959-

1966) dimaksudkan untuk mengatasi kemandegan politik dan ekonomi serta membangun

pemerintahan yang efektif. Demokrasi Parlementer, menurut Bung Karno tidak saja telah

membuat tugas-tugas pembangunan berhenti dan menjadikan pemerintahan berjalan tidak

efektif, tetapi juga mengancam integrasi nasional.

Namun praksis Demokrasi Terpimpin yang ditandai dengan pengurangan secara

drastis kebebasan publik dan kekuasaan partai politik dengan tujuan mempertahankan

persatuan kesatuan nasional dan menciptakan pemerintahan yang efektif telah mengubah

rezim pemerintahan parlementer menjadi otoriter. Pengalaman Rezim demokrasi terpimpin

mirip dengan pengalaman sejumlah negara Asia dan Afrika yang lain yang menganggap

integrasi nasional mensyaratkan adanya sentralisasi kekuasaan (Bahtiar Effendy, 2011: 272).

Selama Orde Baru (1966-1998) partisipasi rakyat dalam kegiatan politik dan ekonomi

dibatasi. Pemerintah memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan pemaksimalan

pembangunan fisik dengan sarana hutang luar negeri dan investasi asing pada industri-industri

strategis. Seperti halnya rezim sebelumnya alasan pengurangan partisipasi politik ditujukan

untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yakni stabilitas politik, pertumbuhan dan

pemerataan. Stabilitas dan pertumbuhan berhasil dicapai, namun pemerataan tidak berhasil

diwujudkan.

Demokrasi Indonesia Page 3

Page 4: MAKALAH PKN KLMK 3

Kalau pada pemerintahan Orde Lama ditandai perkembangan pesat demokrasi yang

kemudian memicu kekecewaan lantaran tak kunjung mewujudkan masyarakat adil makmur,

maka pada pemerintah Orde Baru yang lebih memilih ideologi pragmatisme ekonomi-politik

dengan membuka pintu lebar-lebar bagi hutang dan investasi luar pada akhirnya juga

menghadapi tantangan serupa akibat represi politik dan ketidakadilan yang kemudian

menimbulkan krisis multi-dimensi pada akhir dekade 1990-an.

Sepeninggal Orde Baru demokrasi menyebar ke seluruh sendi kehidupan bangsa.

Gelombang reformasi merevisi semua sistem yang berlaku sembari mengambil pelajaran dari

kekurangan-kekurangan rezim sebelumnya dan menggabungkan sisi-sisi positif pada masing-

masing era dengan menumbuhkan demokrasi dan memaksimalkan pembangunan,

memberantas kemiskinan serta penegakan keadilan dan hak-hak asasi manusia.

Cita-cita demokrasi Pancasila yang berbasis keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia yang menjadi landasan moral etik reformasi dikedepankan dalam setiap

pelaksanaan agenda reformasi terkait penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif

dengan tata kelola (governance) yang baik.

Saat ini Indonesia masih dalam tahap konsolidasi. Ada yang berpendapat, institusi-

institusi penopang demokrasi belum sepenuhnya terbentuk, sementara yang sudah terbentuk

belum sepenuhnya optimal. Sistem demokrasi yang berkembang dirasakan masih belum

sepenuhnya menjawab tantangan terwu¬judnya tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam

pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan

ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2. Arti dan Perkembangan Demokrasi

Seperti yang dibahas sebelumnya, pengertian demokrasi secara etimologis berasal dari

bahasa Yunani, yakni “demos” yang artinya rakyat dan “kratos/kratein” artinya kekuasaan/

berkuasa. Jadi demokrasi kalau diartikan secara umumadalah kekuasaan ada ditangan rakyat.

Demokrasi berasal dari pengertian bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat. Maksudnya

kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat. Dan jika kita maknai demokrasi tersebut maka Prilaku demokrasi dalam penerapannya

dapat ditunjukkan dengan dengan penerapan sebagai berikut;

Demokrasi Indonesia Page 4

Page 5: MAKALAH PKN KLMK 3

1. Menjunjung tinggi persamaan,

2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,

3. Membudayakan sikap bijak dan adil,

4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan, dan

5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam

taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta

pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari

demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain

dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah

itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan

belaka(Machstaat).

2. Sistem Konstitusionil

Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat

Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan 2 istilah Rechstaat dan

sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari Undang-

Undang Dasar 1945, ialah demokrasi konstitusionil. Di samping itu corak khas

demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilana, dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar.

Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum,

dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku

manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama

manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan

masyarakat, usaha dan kriteria manusia dalam mengolah lingkungan hidup. Pengertian

lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan

bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi

pancasila). Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham

Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa demokrasi suatu

Demokrasi Indonesia Page 5

Page 6: MAKALAH PKN KLMK 3

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, berarti pula demokrasi adalah

suatu bentuk kekuasaan dari rakyat untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi,

kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga

masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik dari segi konsep

maupun praktik, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukan untuk rakyat

keseluruhan, tetapi populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau

kesepakatan formal memiliki hak preogratif forarytif dalam proses

pengambilan/pembuatan keputusan menyangkut urusan publik atau menjadi wakil

terpilih, wakil terpilih juga tidak mampu mewakili aspirasi yang memilihnya. (Idris

Israil, 2005:51)

3. Bentuk-Bentuk Demokrasi

Sejak negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai era reformasi saat

ini dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam

menjalankan roda pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam empat masa.

Pertama, masa Repubik Indonesia I (1945-1959) atau yang lebih dikenal dengan era

Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa Republik Indonesia II (1959-

1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau Demokrasi Terpimpin. Ketiga,

masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau

Demokrasi Pancasila. Dan yang terakhir yang berlaku sampai saat ini adalah masa Republik

Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era Reformasi.

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dari setiap masa ke

masa. Perkembangan demokrasi tersebut mempengaruhi pula stabilitas sistem politik

Indonesia. Karena itu sangat penting untuk mengkaji berhasil atau tidaknya suatu rezim yang

sedang atau telah berkuasa, diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk

menjelaskan kehidupan ketatanegaraan.

Dalam suatu negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem

presidensial dan parlementer.

Sistem presiadensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara

langsung,sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat. Dalam

sistem ini kekuasaan eksekutif sepenuhnya berada ditangan presiden. Oleh karena itu presiden

Demokrasi Indonesia Page 6

Page 7: MAKALAH PKN KLMK 3

adalah kepala eksekutif dan sekaligus sebagai simbol kepemimpinan negara. Sistem ini telah

diterapkan di Amerika dan di Indonesia.

Sistem parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan

eksekutif an legislatif. Kepala eksekutif adalah berada ditangan perdana menteri. Dan kepala

negara adalah ratu,misalnya di negara Inggris.

Pada abad ke-16 dasar kekuasaan raja mutlak mengalami pergeseran dari bersifat

Illahi menjadi duniawi kembali . Hal ini diwalai perlawanan kaum monarchomacha terhadap

raja pada abad pertengahan . Pada tahun 1579 terbit sebuah buku Vindiciae Contra Tyranos ,

buku ini menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh tuhan tetapi dia diangkat oleh rakyat.

Pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh kaum monarchomacha , dinatara mereka

adalah Hugo Grotius ( 1583-1645SM) dan Thomas Hobbes (1588-1679) . mereka

mengatakan bahwa bila kekuasaan yang besar tidak diberikan kepada Negara maka

masyarakat akan kacau.Penadapat ini kemudian di tentang oleh Jhon Locke (1632-

1704M,bagi locke masyarakat tersebut tidaklah kacau , itulah yang ideal , karena hak-hak

manusia tidak dilanggar.

BAB III

PEMBAHASAN

A. DEMOKRASI DI INDONESIA

1.Demokrasi Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan

Para penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen untuk

mewujudkan demokrasi politik di indonesia.Pada pemerintahan periode ini (1945-1949)ada

beberapa hal fundamentalyang merupakan peletakan dasar bagi demokrasi di Indonesia untuk

masa-masa selanjutnya.

Pertama,political franchise yang menyeluruh.Para pembentuk negara sudah sejak

semula,mempunyai komitmen yang sangat kuat terhadap demokrasi.sehingga sejak Indonesia

menyatakan kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Belanda,semua warga negara yang

sudah dianggap dewasa memiliki hak-hak politik yang sama,tanpa diskriminasi yang

bersumber dari ras,agama,suku,dan kedaerahan.

Demokrasi Indonesia Page 7

Page 8: MAKALAH PKN KLMK 3

Kedua,Presiden yang secara konstitutional ada kemungkinan untuk menjadi seorang

diktator,dibatasi kekuasaannya dengan membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP)

untuk menggantikan parlemen.

Ketiga,dengan maklumat Wakil Presiden ,maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah

partai politik,yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk

masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik Indonesia.

Implementasi demokrasi pada periode ini masih terbatas pada interaksi politik di parlemen

dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan.Elemen-elemen demokrasi

yang lain belum sepenuhnya terwujud,pemerintah harus memusatkan seliuruh energinya

untuk bersama-sama dengan rakyat mempertahankan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan

negara,agar negara kesatuan tetap terwujud.

Partai-partai politik dengan cepat mengalami perkembangan. Tetapi fungsinya yang

paling utama adalah ikut serta memenangkan revolusi kemerdekaan,dengan menanamkan

kesadaran untuk bernegara serta menanamkan semangat anti imperialisme dan

kolonialisme.Karena keadaan yang tidak mengizinkan,Pemilihan umum belum dapat

diselenggarakan sebagaimana mestinya.

2.Demokrasi Parlementer

a.Beberapa Karakteristik Utama

Periode kedua pemerintahan negara republik indonesia berlangsung tahun 1950 sampai

1959,dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS).Periode ini dapat disebut sebagai

masa pemerintahan parlementer,karena pada masa inik merupakan kejayaan parlemen dalam

sejarah politik indonesia.Periode ini dapat juga disebut sebagai “Representative/Participatory

Demokracy”.Oleh Herbert Feith,disebut sebagai “Constitutional Demokracy”.

Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia,karena

hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudannya dalam kehidupan

politik masa ini.Pertama,lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang

sangat tinggi dalam proses politik yang berlangsung.Perwujudan kekuasaan parlemen ini

diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah yang

mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Kedua, akuntabilitas pemegang jabatan dan politik pada umumnya sangat tinggi.Hal ini

dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media massa sebagai alat

Demokrasi Indonesia Page 8

Page 9: MAKALAH PKN KLMK 3

kontrol sosial.Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh konkrit

dari tingginya akuntabilitas tersebut.

Ketiga,kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya

untuk berkembang secara maksimal.Dalam periode ini,Indonesia menganut sistem banyak

partai(multy party sistem).Terdapat kurang indonesia menganut sistem banyak partai(multy

party sistem).Terdapat kurang lebih 40partai politik yang terbentuk dengan tingkat otonomi

yang sangat tinggi dalam proses rekruitmen,baik pengurus atau pimpinan partainya maupun

para pendukungnya.Campur tangan pemerintah dalam hal rekruitmen internal partai boleh

dikatakan tidak ada sama sekali.Sehingga setiap partai bebas memilih ketua dan segenap

anggota pengurusnya.Persaingan antara sejumlah tokoh partai politik untuk menjadi ketua

partai berjalan dengan wajar dan demokratik.Hal ini terlihat dengan jelas dalam sejarah Partai

Nasional Indoesia (PNI)dan partai Masyumi.Keempat,sekalipun Pemilihan Umum hanya

dilaksanakan satu kali 9tahun 1995),tetapi pemilihan umum tersebut benra-benar

dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.Kompetisi antara partai politik berjalan dengan sangat

intensif.Partai partai politik dapat melakukan nominasi calonnya dengan bebas,kampanye di

laksanakan dengan penuh tanggung jawab,dalam rangka mencari dukungan rakyat

pemilih.Tidak kalah pentingnya adalah,setiap pemilih dapat menggunakan hak pilihnya

dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.Undang-undang Pemilihan Umum tahun 1953

merupakan landasan berpijak yang sangat demokratik dan tidak memberikan peluang kepada

Panitia Pemilihan indonesia untuk melakukan pengaturan lebih lanjut.Dengan

demikian,Pemilihan Umum untuk melakukan pengaturan lebih lanjut.Dengan

demikian,Pemilihan Umum berjalan dengan sangat kompetitif sebagaimana halnya dalam

suatu pemerintahan yang demokratik, sekalipun Pemilihan Umum tersebut tidak dapat

melahirkan suatu partai politik yang kuat,yang mampu membentuk eksekutif.

Kelima,masyarakat pada umunya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak

dikurangi sama sekali,walaupun tidak semua warga negara dapat memanfaatkannya dengan

maksimal.Hak untuk berserikat dan berkumpul dapat diwujudkan dengan jelas,dengan

terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta pemilu.Kebebasan pers juga

dirasakan dengan sangat baik,karena tidak dikenal adanya lembaga yang menghambat

kebebasan tersebut.Pers memainkan peranan yang sangat besar dalam meningkatkan

dinamika kehidupan politik,terutama sebagai alat kontrol sosial.Sekalipun pers itu sendiri

merupakan instrumen politik yang sangat efektif dari sejumlah partai politik.Setiap partai

politik yang besar mempunyai surat kabar.Demikian juga dengan kebebasan berpendapat

Demokrasi Indonesia Page 9

Page 10: MAKALAH PKN KLMK 3

(freedom of expression).Masyarakat yang mampu melakukan nya dapat saja menggunakan

haknya tanpa ada rasa khawatir untuk menghadapi r isiko,sekalipun mengkritik pemerintahan

dengan keras.

Keenam,dalam masa pemerintahan parlementer,daerah-daerah memperoleh otonomi yang

cukup.denagn azas desentralisasi sebagi landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan

kekuasaan antara pemerintahan Pusat dengan pemerintahan Daerah.Tiap-tiap daerah diberi

hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan aspirasi yang

berkembang di daerah tersebut. Termasuk di dalamnya kewenangan untuk menggali sumber

daya keuangan dan kewenangan untuk mengisi jabatan lokal yang sesuai dengan kondisi

politik lokal.Hal itu diatur jelas dalam Undang-Undang No.1Tahun 1957 tentang Pokok-

pokok Pemerintahan di daerah.

b.Kegagalan Demokrasi Parlementer

Demokrasi parlementer di Indonesia tidak berumur panjang. Hanya berlangsung dari

bulan Agustus 1950 sampai awal Juli 1959.Masa pemerintahan ini berakhir sejak Soekarno

sebagai presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959,yang membubarkan

konstituante dan menyatakan kembali UUD 1945.Alasan utama Soekano mengeluarkan dekrit

adalah gagalnya konstituante membentuk UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950.

Berbagai macam pendapat diajukan oleh kalangan ilmuwan dan pemerhati politik seputar

gagalnya demokrasi parlementer di Indonesia.Salah satu pakar politik Indonesia yang

mencoba mengidentifikasi beberapa penyebab dari kegagalan tersebut adalah Afan Gaffar

dalam bukunya “Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi” (2000 : 19-

24).Pertama ,domainnya politik aliran,sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan

konflik.Kedua,basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah.Ketiga,pemilihan sosial yang

terjadi dalam masyarakat pasca kemerdekaan sangat tajam.Pemilihan tersebut bersumber dari

agama,etinitas ,kedaerahan,dan lain sebagaianya.Pemilihan umum ini merupakan sumber

pengelompokan politik yang membawa dampak dalam sistem kepartaian pada masa pasca

kemeredekaan.Berlatar belakang dari pemilahan ini pula,sistem kepartaian di indonesia

kemudian dikelmpokkan ke dalam lima aliran besar,yaitu Islam,Jawa

Tradisionalist,Democratic ,Radical Nationist,dan Communist.

Karena pemilhan demikian muncul konflik yang bersifat sentrifugal.Dalam arti konflik itu

cenderung meluas melintasi batas wilayah,akibatnya sulit diatasi,dan akhirnya akan membawa

dampak yang sangat negatif terhadap stabilitas politik.Selain itu,koalisi antara kekuatan

Demokrasi Indonesia Page 10

Page 11: MAKALAH PKN KLMK 3

politik yang ada,terutama di dalam membentuk eksekutif,menjadi sangat lemah.Satu kekuatan

politik hampir tidak dapat kesempatan agar kekuatan politik lainnya memberi kesempatan

eksekutif dan menjalankan program pemerintahan.Sementara itu,koalisi baru akan terwujud

apabila memenuhi dua syarat utama yaitu adanya kompatibilitas kepemimpinan diantara para

tokoh partai dan kedekatan ideologi antar partai yang berkoalisi.Kalau kedua syarat itu tidak

terpenuhi koalisi akan sangat rapuh.

Kegagalan demokrasi parlementer juga berkaitan erat dengan topangan ekonomi yang

masih sangat lemah ketika itu.Dikalangan ilmuwan politik terdapat suatu keyakinan bahwa

demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosial-ekonomi yang

kuat.Terutama dilihat dari besar kecilnya pendapatan perkapita masyarakat,tinggi rendahnya

kemampuan baca-tulis,urbanisasi dan besar kecilnya masyarakat yang terekspose di

media.Kalau menggunakan konsep ini sebagai titik-tolak untuk berpijak,kita seharusnya tidak

heran kalau demokrasi parlementer mengalami kegagalan di dalam memperihatkan kinerjanya

dengan baik.Pada waktu itu tingkat pendapatan perkapita masyarakat Indonesia masih sangat

rendah.Demikian juga dengan

kemampuan baca tulis yang barangkali baru mencapai mencapai sekitar 20%.Logikanya

adalah bagaimana orang dapat berpolitik dan menggunakan hak-hak politik dengan baik dan

penuh tanggung jawab kalau masyarakatnya masih sangat tradisional.

Hal lain lagi adalah menyangkut struktur sosial yang masih sangat hirarkis,yang bersumber

dari nilai-nilai feoda,terutama yang bersumber dari masyarakat Jawa.Barangkali benar,seperti

apa yang dikatakan Harry J.Belanda,bahwa kehadiran kalangan elit problem solvers adalah

yang asing dalam kehidupan politik masyarakat di Indonesia,khususnya di Jawa . Dimana

strata sosial yang tegas antara wong cilik dengan wong gedhe sangat mewarnai perilaku

politik masyarakat pada umunya.

Awalnya, sistem kabinet ketika itu menggunakan sistem kabinet presidensial. Itu berarti

para menteri diangkat oleh presiden, bertanggung jawab kepada presiden, dan diberhentikan

oleh presiden. Tidak lama kemudian, sistem kabinet berubah menjadi sistem kabinet

parlemen, yang berarti para menteri bertanggung jawab kepada DPR (Parlemen). Perubahan

itu diusulkan oleh BP KNIP, yang kemudian diterima oleh Presiden. Presiden lalu

mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang antara lain

menegaskan bahwa “tanggung jawab adalah dalam tangan menteri”.

Pada periode ini berlaku 3 UUD yakni :

Demokrasi Indonesia Page 11

Page 12: MAKALAH PKN KLMK 3

1. UUD 1945, berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1946 s/d Desember 1949.

2. UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949, berlaku sejak tanggal 27 Desember

1949 s/d 15 Agustus 1950.

3. UUD Sementara tahun 1950 (UUDS 1950), berlaku sejak tanggal 15 Agustus 1950 s/d

5 Juli 1959.

Pada masa ini, budaya demokrasi kurang berjalan dengan baik. Hal itu bisa ditunjukkan oleh

kenyataan-kenyataan berikut ini :

Lemahnya benih-benih demokrasi parlementer itu sendiri, yang memberi peluang bagi

dominasi partai-partai politik dan DPR;

Usia kabinet masa itu tidak bertahan lama sehingga koalisi yang dibangun mudah

rapuh dan pecah, yang mengakibatkan ketidakstabilan politik nasional.

Para anggota partai tergabung dalam konstituante (dibentuk berdasarkan Pemilu tahun

1955), yang bertugas membentuk konstituante (UUD) dan dasar negara.

Pada masa parlemen ini telah terjadi 2 kali pemilu sejak satu dasa warsa Indonesia merdeka,

yaitu pada tahun 1955.

Pemilu tahun 1955

Pada masa tahun 1955 pemilu dilaksanakan dua kali yaitu :

1. Pemilu I, tanggal 29 Desember 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR).

2. Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan Konstituante.

Pemilu tahun 1955 yang berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 diikuti 28 parpol yaitu :

Masyumi, PNI, NU, dan PKI (4 parpol ini termasuk parpol besar), Perti, Parkindo, Partai

Katolik, PSI, PSII, Murba, dan IPKI dan yang lain partai gurem (partai kecil).

Hasil Pemilu tahun 1955

DPR hasil pemilu tahun 1955 berjumlah 272 orang (setiap anggota didukung oleh 300.00

suara). Ada 4 parpol yang mendapat suara mayoritas yaitu :

Demokrasi Indonesia Page 12

Page 13: MAKALAH PKN KLMK 3

- Masyumi (60 wakil)

- PNI (58 wakil)

- NU (47 wakil)

- PKI (32 wakil)

Dan kursi yang lain tersebar di partai-partai lain.

Sekalipun sudah ada wakil rakyat hasil pemilu, tetap saja Indonesia kurang

menunjukkan prestasi kerja yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pada anggota

konstituante lebih mengutamakan kepentingan golongannya daripada kepentingan

nasionalnya. Karena dalam keadaan bahaya maka dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959

1.Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer

yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa

demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan

berdasarkan Undang - Undang Dasar Sementara tahun 1950. Pemerintahan RI dijalankan oleh

suatu dewan mentri ( kabinet ) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung

jawab kepada parlemen ( DPR ).

Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai-partai

politik, karena dalam sistem kepartaian maenganut system multi partai. Konsekuensi logis

dari pelaksanaan system politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan system multi

partai yang dianut, maka partai-partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui

perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959, PNI dan Masyumi

merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun ( 1950 -1955 ) PNI

dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet.

2. Era Demokrasi Terpimpin (Dimulai Pada 5 Juli 1959-1965)

Budaya politik yang berkembang pada era ini masih diwarnai dengan sifat

primordialisme seperti pada era sebelumnya. Ideologi masih tetap mewarnai periode ini,

Demokrasi Indonesia Page 13

Page 14: MAKALAH PKN KLMK 3

walaupun sudah dibatasi secara formal melalui Penpres No. 7 Tahun 1959 tentang Syarat-

syarat dan Penyederhanaan Kepartaian. Tokoh politik memperkenalkan gagasan

Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasan tersebut menjadi patokan bagi

partai-partai yang berkembang pada era Demorasi Terpimpin. Dalam kondisi tersebut tokoh

politik dapat memelihara keseimbangan politik (Rusadi Kantaprawira, 2006: 196).

Selain itu, paternalisme juga bahkan dapat hidup lebih subur di kalangan elit-elit

politiknya. Adanya sifat kharismatik dan paternalistik yang tumbuh di kalangan elit politik

dapat menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang bertikai, baik

dengan sukarela maupun dengan paksaan. Dengan demikian muncul dialektika bahwa pihak

yang kurang kemampuannya, yang tidak dapat menghimpun solidaritas di arena politik, akan

tersingkir dari gelanggang politik. Sedangkan pihak yang lebih kuat akan merajai/menguasai

arena politik.

Pengaturan soal-soal kemasyaraktan lebih cenderung dilakukan secara paksaan. Hal ini

bisa dilihat dari adanya teror mental yang dilakukan kepada kelompok-kelompok atau orang-

orang yang kontra revolusi ataupun kepada aliran-aliran yang tidak setuju dengan nilai-nilai

mutlak yang telah ditetapkan oleh penguasa (Rusadi Kantaprawira, 2006: 197).

Dari masyarakatnya sendiri, besarnya partisipasi berupa tuntutan yang diajukan kepada

pemerintah juga masih melebihi kapasitas sistem yang ada. Namun, saluran inputnya dibatasi,

yaitu hanya melalui Front Nasional. Input-input yang masuk melalui Front Nasional tersebut

menghasilkan output yang berupa output simbolik melalui bentuk rapat-rapat raksasa yang

hanya menguntungkan rezim yang sedang berkuasa. Rakyat dalam rapat-rapat raksasa tidak

dapat dianggap memiliki budaya politik sebagai partisipan, melainkan menujukkan tingkat

budaya politik kaula, karena diciptakan atas usaha dari rezim.

3. Era Demokrasi Pancasila (Tahun 1966-1998)

Gaya politik yang didasarkan primordialisme pada era Orde Baru sudah mulai

ditinggalkan. Yang lebih menonjol adalah gaya intelektual yang pragmatik dalam penyaluran

tuntutan. Dimana pada era ini secara material, penyaluran tuntutan lebih dikendalikan oleh

koalisi besar (cardinal coalition) antara Golkar dan ABRI, yang pada hakekatnya berintikan

teknokrat dan perwira-perwira yang telah kenal teknologi modern (Rusadi Kantaprawira, 2006:

200).

Demokrasi Indonesia Page 14

Page 15: MAKALAH PKN KLMK 3

Sementara itu, proses pengambilan keputusan kebijakan publik yang hanya

diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer yang terbatas sebagaimanaa terjadi

dalam tipologi masyarakat birokrasi. Akibatnya masyarakat hanya menjadi objek mobilisasi

kebijakan para elit politik karena segala sesuatu telah diputuskan di tingkat pusat dalam

lingkaran elit terbatas.

Kultur ABS (asal bapak senang) juga sangat kuat dalam era ini. Sifat birokrasi yang

bercirikan patron-klien melahirkan tipe birokrasi patrimonial, yakni suatu birokrasi dimana

hubungan-hubungan yang ada, baik intern maupun ekstern adalah hubungan antar patron dan

klien yang sifatnya sangat pribadi dan khas.

Dari penjelasan diatas, mengindikasikan bahwa budaya politik yang berkembang pada

era Orde Baru adalah budaya politik subjek. Dimana semua keputusan dibuat oleh pemerintah,

sedangkan rakyat hanya bisa tunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme Soeharto.

Kalaupun ada proses pengambilan keputusan hanya sebagai formalitas karena yang keputusan

kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer.

Di masa Orde Baru kekuasaan patrimonialistik telah menyebabkan kekuasaan tak

terkontrol sehingga negara menjadi sangat kuat sehingga peluang tumbuhnya civil society

terhambat.  Contoh budaya politik Neo Patrimonialistik adalah :

a. Proyek di pegang pejabat

b. Promosi jabatan tidak melalui prosedur yang berlaku (surat sakti).

c. Anak pejabat menjadi pengusaha besar, memanfaatkan kekuasaan orang tuanya dan

mendapatkan perlakuan istimewa.

d. Anak pejabat memegang posisi strategis baik di pemerintahan maupun politik.

4. Era Reformasi (Tahun 1998-Sekarang)

Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang

lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti

itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun

struktur dan fungsi-fungsi sistem politik Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu

ke era selanjutnya, namun tidak pada budaya politiknya. Menurut Karl D. Jackson dalam Budi

Winarno (2008), budaya Jawa telah mempunyai peran yang cukup besar dalam

mempengaruhi budaya politik yang berkembang di Indonesia. Relasi antara pemimpin dan

Demokrasi Indonesia Page 15

Page 16: MAKALAH PKN KLMK 3

pengikutnya pun menciptakan pola hubungan patron-klien (bercorak patrimonial). Kekuatan

orientasi individu yang berkembang untuk meraih kekuasaan dibandingkan sebagai pelayan

publik di kalangan elit merupakan salah satu pengaruh budaya politik Jawa yang kuat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Dwiyanto dkk dalam Budi Winarno

(2008) mengenai kinerja birokrasi di beberapa daerah, bahwa birokrasi publik masih

mempersepsikan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai abdi yang bersedia melayani

masyarakat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari perilaku para pejabat dan elit politik yang

lebih memperjuangkan kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan rakyat

secara keseluruhan.

Dengan menguatnya budaya paternalistik, masyarakat lebih cenderung mengejar status

dibandingkan dengan kemakmuran. Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan

sumbangan bagi berkembangnya budaya poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik

patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih berkembang di kalangan elit politik dan

penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi. Walaupun rakyat mulai peduli

dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik karena mereka

masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya politik yang

berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.

Menurut Ignas Kleden dalam Budi Winarno (2008), terdapat lima preposisi tentang

perubahan politik dan budaya politik yang berlangsung sejak reformasi 1998, antara lain:

1. Orientasi Terhadap kekuasaan

Misalnya saja dalam partai politik, orientasi pengejaran kekuasaan yang sangat kuat

dalam partai politik telah membuat partai-partai politik era reformasi lebih bersifat

pragmatis.

2. Politik mikro vs politik makro

Politik Indonesia sebagian besar lebih berkutat pada politik mikro yang terbatas pada

hubungan-hubungan antara aktor-aktor politik, yang terbatas pada tukar-menukar

kepentingan politik. Sedangkan pada politik makro tidak terlalu diperhatikan dimana

merupakan tempat terjadinya tukar-menukar kekuatan-kekuatan sosial seperti negara,

masyarakat, struktur politik, sistem hukum, civil society, dsb.

3. Kepentingan negara vs kepentingan masyarakat

Realitas politik lebih berorientasi pada kepentingan negara dibandingkan kepentingan

masyarakat.

Demokrasi Indonesia Page 16

Page 17: MAKALAH PKN KLMK 3

1. Bebas dari kemiskinan dan kebebasan beragama

2. Desentralisasi politik

Pada kenyataannya yang terjadi bukanlah desentralisasi politik, melainkan lebih pada

berpindahnya sentralisme politik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Dengan demikian, budaya politik era reformasi tetap masih bercorak patrimonial,

berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan, bersifat sangat paternalistik, dan pragmatis. Hal

ini menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Budi Winarno (2008) karena adopsi sistem

politik hanya menyentuh pada dimensi struktur dan fungsi-fungsi politiknya, namun tidak

pada budaya politik yang melingkupi pendirian sistem politik tersebut.

B. SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA

Demokrasi pada priode 1945-1959

Demokrasi pada masa dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem

parlementer yang dimulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan

diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950, karna kurang cocok untuk indonesia. Persatuan yang

dapat di galang selama menghadapi musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-

kekuatan konstuktif sesudah kemerdekaan tercapai karna lemahnya benih-benih demokrasi

sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan dewan

perwakilan rakyat.

Kekuatan sosial dan politik yang memperoleh saluran dan tempat yang realisistas

dalam kontelasi politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting yaitu seorang

presiden yang tidak mau bertindak sebagai “Rubber stamppresident” (presiden yang

membubuhi capnya belaka) dan tentara yang karna lahir dalam repolusi merasa bertanggung

jawab untuk turut menyelesaikan persoalan-persoalan yang di hadapi oleh masyarakat

indonesia pada umumnya.

Demokrasi Pada Priode 1950-1965

Ciri-ciri priode ini adalah dominasi dari presiden. Terbatasnya terbatasnya peranan

partai politik, berkembangnya pengaruh komunis meluasnya peranan ABRI sebagai unsur

sosial politik.

Demokrasi Indonesia Page 17

Page 18: MAKALAH PKN KLMK 3

Demokrasi Pada Periode 1965-1998

Perkembangan demokrasi di negara kita di tentukan batas-batasnya tidak hanya oleh

keadaan sosial, kulturia, gegrapis dan ekonomi, tetapi juga oleh penelitian kita mengenai

pengalam kita pada masa lampau kita telah pada sampai titik dimana pada disadari bahwa

badan exsekutip yang tidak kuat dan tidak kontinyu tidak akan memerintah secara efektip

sekalipun ekonominya teratur dan sehat, tetapi kita menyadarinya pula bahwa badan

eksekutip yang kuat tetapi tidak “commited” kepada suatu perogram pembangunan malahan

mendapat kebobrokan ekonomi karna kekuasaan yang di milikinya di sia-siakan untuk tujuan

yang ada pada hakikatnya merugikan rakyat.

Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila

tidak berbeda dengan demokrasi pada umumnya. Karna demokrasi pancasila memandang

kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem demokrasi. Karenanya rakyat mempunyai hak yang

sama untuk menentukan dirinya sendiri. Begitu pula partisipasi yang sama semua rakyat

untuk itu pemerintah patit memberikan perlindungan dan jaminan bagi warga negara dalam

menjalankan hak politik.

Demokrasi Pada Periode 1998-sekarang

Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada 4 faktor kunci yaitu:

1. Komposisi elite politik

2. Desain institusi politik

3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elite

4. Peran civil society (masyarakat madani)

Ke-4 faktor diatas itu harus di jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk

mengonsolidasikan demokrasi. Pengalaman negara-negara demokrasi yang sudah established

memperlihatkan bahwa institusi-institusi demokrasi bisa tetap berfungsi walaupun jumlah

pemilihannya kecil. Karena itu untuk mengatur tingkat kepercayaan publik terhadap instusi

tidak terletakkan pada beberapa besar partisipasi politik warga yang bisa dijadikan indikasi

bahwa masyarakat memiliki kepercayaan terhadap institus-institusdemokrasi adalah apakah

partisipasi politik mereka itu dilakukan secara suka rela atau dibayar dengan gerakan.

Demokrasi Indonesia Page 18

Page 19: MAKALAH PKN KLMK 3

BABIV

PENUTUP

Kesimpulan

Demokrasi Indonesia Page 19

Page 20: MAKALAH PKN KLMK 3

Demokrasi yang sejatinya merupakan sebuah sistem politik yang menitikberatkan

pada keterbukaan, dan partisipasi masyarakat karena pada hakikatnya kedaulatan itu

berada di tangan rakyat.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih

dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai

tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai

pokok dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang

Dasar 1945

Demokrasi juga bertujuan menjamin kebebasan dalam arti sebenarnya,misalnya

kebebasan beragama, kebebasan berkeyakinan, kebebasan berpendapat,kebebasan pers

dan kebebasan dalam memilih profesi.

Sejarah demokrasi yaitu bermula dari masa revolusi kemerdekaan,demokrasi

parlementer,demokrasi terpimpin (1959-1965),demokrasi pemerintahan orde

baru ,demokrasi era reformasi dan demokrasi paska reformasi hingga sekarang.

Demokrasi Indonesia Page 20