makalah pertumbuhan dan produksi

18
Makalah pertumbuhan dan produksi “AYAM BROILER” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung. Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional. Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama proses pengo;ahan dan distribusi. Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, pengelolaan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

Upload: mega-lestari

Post on 28-Sep-2015

738 views

Category:

Documents


86 download

DESCRIPTION

jyjy

TRANSCRIPT

Makalah pertumbuhan dan produksi AYAM BROILERBAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPeningkatan jumlah pendudukIndonesiadari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnyaproteinhewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan.Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung.Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional. Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama proses pengo;ahan dan distribusi.Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari carapenanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, pengelolaan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektorhulusampai ke sektor hilir.

Bab IIPEMBERIAN RANSUMPakanAyam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi tubuhnya secara normal.Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam broiler sangat besar.Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %.Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.

BAHAN PAKAN LOKAL POTENSIAL UNTUK AYAM BURAS

1. singkong dan hasil ikutannya Singkong juga merupakan tanaman yang dapat dijumpai dan banyak dihasilkan di Indonesia. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ayam buras adalah umbi/gaplek, daun singkong, dan onggok. Tepung singkong/gaplek mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang tinggi, hampir menyamai jagung, akan tetapi miskin kandungan protein (sekitar 2%) dan asam amino. Daun singkong mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (21-30% dari bahan kering), sedangkan onggok kandungan proteinnya rendah, tetapi mengandung karbohidrat. Salah satu zat antinutrisi dalam umbi dan daun singkong adalah adanya "sianogenat glukosida" yang dapat membebaskan asam sianida (HCN). Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya (RAVINDRAN dan BLAIR, 1991). Dalam daun singkong segar kandungan sianida ini cukup tinggi, yaitu sekitar 400-600 ppm. Pengupasan kulit umbi, perendaman, dan pengeringan dapat menurunkan kadar sianida. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum ayam ras sudah banyak dilaporkan dengan rekomendasi batas penggunaan maksimum antara 20% hingga 40% untuk ransum bentuk tepung dan 50% hingga 60% untuk ransum bentuk pelet (RAVINDRAN dan BLAIR, 1991). Faktor-faktor yang membatasi penggunaan tepung singkong dalam ransum unggas terutama adalah rendahnya kadar protein, sifat amba, sifat berdebu, dan tidak adanya pigmen atau zat pewarna. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung tapioka hingga 40% dalam ransum ayam broiler (TOGATOROP, 1988) dan petelur (ESHIET dan ADEMOSUN dalam TOGATOROP, 1988) dapat dilakukan tanpa mengganggu produksi ayam tersebut asalkan keseimbangan gizi dalam ransum diperhatikan. WANG et al. (1992) telah mencoba penggunaan tepung daun singkong di dalam ransum itik pedaging, dengan saran penggunaan tidak melebihi 10%. Pada tingkat ini, penggunaan tepung daun singkong tidak menghasilkan penampilan ternak yang berbeda dengan kontrol. Akan tetapi, penggunaan tepung daun singkong 10% dalam ransum ayam broiler dapat menghambat pertumbuhan (SINURAT et al., 1994), oleh karena itu hanya disarankan 5% dalam ransum ayam broiler, seperti terlihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa daun singkong mengandung zat anti nutrisi (sianida dan serat kasar tinggi) yang dapat membatasi penggunaannya dalam ransum ternak unggas. Salah satu cara yang sudah dilaporkan oleh SINURAT et al. (1994) untuk mengurangi pengaruh zat antinutrisi ini adalah dengan teknologi fermentasi dengan A. niger. Dilaporkan, bahwa produk fermentasi tepung daun singkong dapat digunakan hingga 10% dalam ransum ayam broiler.

Tabel penampilan ternak yang diberi pakan daun singkongparameter

0%5%10%

bobot badan awal (kg)0.080,080,08

PBB (kg)0,930,860,93

konversi pakan 1,701,771,79

2. Ampas tahu Ampas tahu dihasilkan dalam bentuk semi solid, dengan kandungan air yang cukup tinggi. Hal ini merupakan kendala, terutama bila harus diangkut ke tempat jauh. Kandungan gizi ampas tahu sangat bervariasi, tergantung cara yang digunakan dalam pembuatan tahu. Kadar protein yang cukup tinggi (23- 29% BK), menyebabkan bahan ini cepat busuk bila tidak segera digunakan atau dikeringkan. Dalam ransum ayam ras, penggunaan ampas tahu kering biasanya tidak lebih dari 5% (ANONYMOUS, 1998). Akan tetapi, setelah ampas tahu diolah (fermentasi dengan menggunakan ragi tempe), dapat digunakan hingga 12% dalam ransum ayam pedaging tanpa mengganggu pertumbuhan (NUR et al., 1997). Penggunaan ampas tahu segar untuk ransum ayam buras sudah diujicobakan oleh peternak di Kalimantan Timur dengan hasil yang memuaskan (WINARTI dan BARIROH, 1998). Jumlah ampas tahu segar yang diberikan untuk anak ayam adalah 30 g/ekor/hari dan untuk ayam petelur 75 g/ ekor/hari.

3.Bekicot atau keong Bekicot cukup banyak dijumpai di sawah atau tanaman yang cukup basah dan sering dianggap sebagai hama tanaman. Bekicot dapat diolah menjadi makanan ternak karena mengandung protein yang cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan. Bekicot dapat diolah menjadi tepung atau silase bekicot. Tepung bekicot mengandung protein 4462%, sedangkan silase bekicot mengandung protein 18,7%. Penggunaan tepung bekicot (Achatina fulica) hingga 22,6% atau silase bekicot hingga 32% dalam ransum tidak menyebabkan gangguan produksi ayam petelur (KOMPIANG, 1984). HARMENTIS et al. (1998) telah mencoba membuat tepung daging keong mas (Pomacea canadiculata) untuk pakan ayam. Tepung daging keong Mas dibuat dengan terlebih dahulu direndam dalam larutan kapur 5% selama 60 menit dan kemudian dikeringkan dengan sinar matahari. Tepung keong Mas ini mempunyai kandungan protein kasar 46,2%, metionin 0,3%, lisin 1,37%, lemak 5,15%, serat kasar 1,43%, kalsium 2,98%, dan fosfor 0,35% serta dapat digunakan dalam ransum ayam broiler sebanyak 4%.

Kandungan zat gizi dalam ransum ayam buras yang disarankan (SINURAT, 1991)

zat gizi umur (minggu)

0-1212-22>22(dewasa)

energi metabolis(kkal/kg)260024002400-2600

kalsium(%)0,91,03,4

fosfor tersedia(%)0,450,400,34

protein kasar(%)15-171414

metionin(%)0,370,210,22-0,30

lisin(%)0,870,450,68

Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):a.Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.b. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:a.Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.Cara Pemberian Pakan:a. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial).b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.

Bab IIIPersyaratan dan modal kandang yang digunakanSalah satu aspek penting dalam bisnis ayam pedaging adalah bagaimana merencanakan kebutuhan kandang dan peralatan kandang agar kegiatan usaha bisa berjalan efektif dan efisien.

1. Syarat, Lokasi, Fungsi, tipe dan sistem kandangAyam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan systempemeliharaan ayam selalu dikandangkan dari mulai ayam datang sampai ayam siapdipanen.Adapun syarat-syarat kandang yang baik agar social walfare ayam terjaga adalah :a. Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram kawat. Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini dimaksudkan untuk keleluasaan sirkulasi udara kandang, dan tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk kedalam kandang.b. Arah kandang sebaiknya membujur timur-barat. Hal ini dimaksudkan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari masih dapat memperoleh sinar mata hari,c. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi minimal 2.5 - 3 meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi udara dalam kandang, lebar kandang maksimal 6-8 m.d. Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.e. Lantai kandang sebaiknya disemen kasar sehingga mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya penyakit coccidiosis.

Pemilihan lokasi kandangLokasi kandang yang baik adalah:a. Sumber air bersih mudah diperolehb. Topografic. Tekstur tanahd. Sarana transportasi mudah terjangkaue. Sirkulasi udara lancarf. Jarak dari lingkungan perumahan penduduk tidak terlalu dekat

Gambar 1. Syarat lokasi kandang ayam broiler yang ideal

Fungsi kandang bagi ternak

Ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai fungsi primer dan fungsi sekunder.a. Fungsi Primer. Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan berlindung dari cuaca, dan gangguan predator. Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress).b. Fungsi sekunder, kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk melakukan kegiatan harian dalam melakukan pemeliharaan ternak.

Tipe dan sistem kandangAda beberapa macam tipe kandang untuk budidaya ayam pedaging yaitu :a. Kandang terbuka atau disebut open houseb. Kandang terbuka bagian depanc. Kandang dengan dinding tiraid. Kandang tertutupe. Kandang disertai bak penampung kotoranf. Kandang dengan tiang / atap yang tinggig. Kandang dengan koridor ditengahTetapi untuk kondisi di negara Indonesia yang merupakan negara tropik maka tipe kandang yang paling sesuai adalah tipe open house, dengan menggunakan sistem litter atau slat.Contoh pada gambar berikut ini

Gambar 2. Type open house dengan sistim lantai slatt dan litter

Bentuk atap kandang biasanyaa. Monitorb. Semi monitorc. Shade/ miringd. Gablee. Sawtooth

Gambar3. Macam-macam bentuk atap kandangBentuk atap kandang yang ideal untuk kondisi negara tropis seperti Indonesia adalah bentuk atap monitor untuk kandang kapasitas sedang sampai besar dan bentuk atap semi monitor untuk kandang kapasitas kecil

Bab IVJenis penyakit yang sering ditemukanPenyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu:1) Tetelo (Newcastle Disease/ND). Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darahdan biasanya dikualifikasikan menjadi:a. Velogenikb. Mesogenicc. Lentogenik1.Tipe Velogenik, yaituStrain yang sangat berbahayaatau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.2.TipeMesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.3.TipeLentogenik, merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.Virus ini tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.2)Penyakit cacar ayamYaitu penyakit yang terjadi pada ayam dengan ditandai adanya kutil-kutil ditubuh ayam.3)Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboromerupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus.Ayam yang terkena penyakit Gumboro akan menunjukkan gejala sepertihilangnya nafsu makan,gangguan saraf, merejan,suka bergerak tidak teratur,diare, tubuh gemetar,peradangan disekitar dubur,bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.Sering menyerang pada umur 36 minggu..4) Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).5)Berak Kapur (Pullorum)Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009). Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%..6)Berak darah (Coccidiosis)Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.7)Pasteurellosis (Kolera unggas)Kholera atau dikenal juga dengan namafowl cholera, avian pasteurellosisdanavian hemorrhagic septicaemiamerupakan salah satu penyakit infeksius yang banyak menyebabkan masalah di peternakan ayam dan kalkun. Kholera merupakan penyakit bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia. Mortalitas dapat mencapai 80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya menyerang ayam diatas 6 minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian yang mendadak dan tidak terduga. Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress akibat sanitasi yang jelek, malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya penyakit lain. .8). Pilek Pada AyamPenyakit pilek yang menyerang pada ayam masuk ke dalam kategori penyakit yang berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat dan dapat menyerang ke semua jenis ayam. Ayam yang menderita penyakit pilek pergerakannya berubah menjadi pasif. Gejala lain yang muncul pada ayam yang terserang pilek adalah nafsu makannya menghilang, kepalanya bergoyang goyang dan sering bersin bersin.

Bab VPertumbuhan dan produksi 5.1 kurva pertumbuhan Pertumbuhan ayam broiler tumbuh kembangnya di pengaruhi oleh pertambahan bobot badan dan kwalitas ransum yang dikonsumsi.Ini adalah tabel pertumbuhan berdasarkan bobot badan aayam broiler :

umur( minggu)berat (gram)

1< 500 gram

2< 1000 gram

3< 1500 gram

4< 2000 gram

5.2 konsumsi ransum Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh. Tingkat konsumsi ransum akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan. Konsumsi pakan dihitung dengan cara pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan.Konsumsi ransum adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah ransum yang diberikan. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan mengurangkan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum. Dimana ransum yang diberikan adalah ransum dari hasil formulasi yang disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan.dan ransum yang diberikan adalah ampas tahu dengan kisaran pemberian pada anak ayam adalah 30 gram/ekor/hari. 5.3 bobot badan Pertambahan Bobot BadanPertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan serentak . Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam.Peningkatan bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu mengalami penurunan. PBB ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 C sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 C PBB ayam pedaging sebesar 1084 gram/ekor.

5.4 FCRFCR Ayam Broiler Umur 1-30 hariEfisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah:Diketahui ;Populasi ayam = 10 ekorKonsumsi ransum(1 bulan) = 900 gram/ekorPertambahan bobot badan(bulan) = 1084 gram/ekorDitanyakan :Berapa FCR-nya ?Penyelesaian : berat total ayam dipanen = 10 x 1084 = 10840FCR-nya = 900 : 10840 = 0,08303 dibulatkan 1,2 .Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).Dibawah ini akan kami uraikan beberapa hal yang mempengaruhi nilai FCR ternak ayam:1.kualitas pakan ayam broilerKualitas pakan ayam akan sangat berpengaruh pada nilai FCR, salah satu yang penting adalah kadar protein yang ada dalam pakan. Semakin rendah nilai kadar protein tentu saja kualitas pakan kurang bagus, ini bisa menyebabkan nilai FCR tinggi.2.metode pemberian pakanMetode dalam pemberian pakan cukup berpengaruh terutama pada ayam mulai masuk minggu ke 3, ada yang menerapkan pola pagi 20% sore 80%, ada yang pagi 40% sore 60% ada juga yang pagi 20% sore 60 % dan tengah malan 20%.3.anak kandangAnak kandang tentu saja berpengaruh karena jika anak kandang kurang jujur pakan bisa tidak masuk ke ayam tapi masuk kantong mereka.4.cuacaCuaca yang ekstrim dingin maupun ekstrim panas akan mempengaruhi nilai FCR5. kesehatan ayam broilerJika ayam dalam kondisi sehat tentu ini tidak masalah asal cuaca dan hal lain mendukung, namun jika ayam sudah terserang penyakit tentu ini akan berpengaruh pada pembengkakan FCR. Contoh saja ayam broiler yang terserang CRD komplek, jika kematian tinggi dan bobot tidak jadi sedangkan pakan tetap banyak maka tentu saja konversi pakan ke daging akan sangat kecil.6. obat ,vitamin ,SuplemenPemilihan obat dan juga suplemen untuk memacu pertumbuhan dan juga menurunkan FCR cukup berpengaruh pada nilai FCR tentunya.

Bab VI Penutup

1. Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional. Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional.2. Syarat dan lokasi pemilohan kandang a. Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram kawat. Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini dimaksudkan untuk keleluasaan sirkulasi udara kandang, dan tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk kedalam kandang.b. Arah kandang sebaiknya membujur timur-barat. Hal ini dimaksudkan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari masih dapat memperoleh sinar mata hari,c. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi minimal 2.5 - 3 meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi udara dalam kandang, lebar kandang maksimal 6-8 m.d. Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.e. Lantai kandang sebaiknya disemen kasar sehingga mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya penyakit coccidiosis.3. Penyakit yang sering di temukan :1. Totelo2. Penyakit cacar ayam3. Penyakit gumboro4. Penyakit ngorok5. Berak darah6. Berak kapur7. Kolera ayam 8. Pilek pada ayam

4. Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada kandungan energi ransum, strain, umur, aktivitas, serta temperatur lingkungan. Nutrien yang harus ada dalam ransum adalah energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, dan air5. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Dan Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).

Daftar pustaka

ANONYMOUS. 1998. Untung rugi menggunakan pakan alternatif. Infovet 58:20-22.Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. P. T. Gramedia, Jakarta.Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

Cahyono dan Bambang, 1995.Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

KOMPIANG, I. P. 1984. Silase bekicot-onggok singkong dalam ransum ayam petelur. Ilmu dan Peternakan 6:227230

NUR, S.Y., D. ADE, dan F.L. YOSE. 1997. Penggunaan biokonversi ampas tahu dengan laru tempe dalam ransum broiler. Pros. Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal. 113-114.

Rasyaf,M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

SINURAT, A.P., J. DARMA, T. HARYATI, T. PURWADARIA, and R. DHARSANA. 1994. The Use of fermented cassava leaves for broilers. Proc. 7th AAAP Animal Sci. Congress. Vol. II. ISPI. Bali. Indonesia. pp. 152-153.

Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V. Yasaguna, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

TOGATOROP, M.H. 1988. Pengaruh Penggunaan Tapioka dalam Ransum yang Mengandung Tingkat Energi dan Protein Terhadap Performans Ayam Pedaging. Disertasi S3. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta WANG, Z., Z. XIA, J. SHI, X. ZHOU, Z. WANG, and S. CHEN. 1992. Studies on effects of cassava leaf meal used as ingredient in diets of growing-finishing pigs and meat type ducks. Procs. 6th AAAP Animal Sci. Congress. Bangkok. pp. 190.

WINARTI, E dan N.R. BARIROH. 1998. Pemanfaatan limbah agroindustri sebagai bahan penyusun ransum alternatif ayam buras. Kumpulan Abstrak. Seminar Sehari Tek. Pert. Dalam rangka Mendukung gerakan Olah Bebaya Bumi Hijau (GOBBH) di Kalimantan Timur. LPTP Samarinda. 15 Desember 1998.

http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/sistem-perkadangan-ayam-ras-pedaging/http://kuliah-peternakan.blogspot.com/2014/03/pemeliharaan-ayam-broiler.htmlhttp://wiki4shared.blogspot.com/2014/11/perencanaan-kebutuhan-kandang-dan.htmlfile:///C:/Users/Megga%20Lestari/Downloads/Jurnal%20Peternakan%20%20Pemeliharaan%20Ayam%20Broiler.htmfile:///E:/Makalah%20Ayam%20Broiler.htm