makalah perkembangan embrio amphioxus

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup selalu bereproduksi karena hal ini merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Reproduksi juga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan jenis (Tenzer,dkk, 2003). Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau embrio (embriogenesis). Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Sadler, 2000). Secara umum, sel embrionik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel tunggal (yang telah dibuahi), blastomer, blastula, gastrula, neurula, embrio atau janin. Pada makalah ini, penulis berusaha menjelaskan tentang embriogenesis pada amphioxus. Amphioxus merupakan genus yang sering digunakan sebagai perwakilan dari kelas Cephalocordata. 1

Upload: alifa-rizki-np

Post on 11-Dec-2015

624 views

Category:

Documents


102 download

DESCRIPTION

Perkembangan embrio amphioxus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup selalu bereproduksi karena hal ini merupakan salah

satu ciri dari makhluk hidup. Reproduksi juga merupakan suatu kegiatan yang

bertujuan untuk melestarikan jenis (Tenzer,dkk, 2003). Salah satu peristiwa yang

terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau

embrio (embriogenesis).

Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan

diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari

perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa

bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari

minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Sadler, 2000). Secara umum, sel

embrionik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel tunggal

(yang telah dibuahi), blastomer, blastula, gastrula, neurula, embrio atau janin.

Pada makalah ini, penulis berusaha menjelaskan tentang embriogenesis

pada amphioxus. Amphioxus merupakan genus yang sering digunakan sebagai

perwakilan dari kelas Cephalocordata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan dan pembelahan zigot pada amphioxus?

2. Bagaimana proses pembentukan blastula pada amphioxus?

3. Bagaimana proses gastrulasi pada amphioxus?

4. Bagaimana proses neurulasi pada Amphioxus?

5. Bagaimana mekanisme diferensiasi pada amphioxus ?

1

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami perkembangan dan pembelahan zigot pada amphioxus.

2. Untuk memahami proses pembentukan blastula pada amphioxus.

3. Untuk memahami proses gastrulasi pada amphioxus.

4. Untuk memahami proses neurulasi pada amphioxus.

5. Untuk memahami mekanisme diferensiasi pada amphioxus.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan dan Pembelahan Zigot pada Amphioxus

A) Perkembangan

Telur mengalami pembelahan dewasa pertama sebelum meninggalkan

ovari, tertutup pada membran vitelin dan berdiameter 0-12 mm (Indriawati, 2013).

Telur Amphioxus berdasarkan kandungan yolk nya termasuk telur dengan

tipe oligolesital. Menurut Yatim (1994), telur iso-homo atau oligolesital

merupakan telur dengan jumlah yolk yang relatif sedikit dan tersebar merata di

daerah sitoplasma telur, contohnya telur echinodermata, amphioxus, dan mamalia.

(Sumber : www.aliexpress.com)

Fertilisasi eksternal pada amphioxus terjadi di air laut. Sperma masuk ke

dekat vegetal pole yang memberi rangsangan bagi sel telur untuk melaksanakan

pembelahan kedua. Polar body memperoleh tekanan menuju animal pole di dalam

membran vitelin. Nukleus jantan dan betina membentuk nukleus zigot (Indriawati,

2013).

(Sumber : www.biozoomer.com)

3

Polar body kedua bertahan sampai permulaan gastrulasi. Setelah

fertilisasi, sitoplasma zigot segera disusun untuk memberi kehidupan embrio.

Sitoplasma kuning telur pada bagian separuh anterior membentuk ektoderma .

Sitoplasma kuning telur pada bagian dorso posterior membentuk endoderma.

Granular cresent pada ujung posterior membentuk mesoderma. Ruang pada

bagian dorsal terletak di antara sitoplasma ektodermal dan endodermal yang

memuat bahan untuk notokord.

Gambar Zigot Amphioxus a. Polosit pertama; b. Polosit kedua; c. pembelahan

pertama

(Sumber : Jordan, 1983 dalam Indriawati, 2013)

B) Pembelahan

Proses pembelahan zigot Amphioxus terjadi secara holobastik. Holoblastik

merupakan tipe pembelahan yang mengenai seluruh daerah zigot dan terdapat

pada telur homolechital dan mediolechital. Tipe pembelahan pada amphioxus,

anura, dan asterias termasuk tipe holoblastik teratur. Disebut teratur karena bidang

pembelahan maupun tahap-tahap pembelahannya teratur (Yatim, 1994). Arief, A

(1984) juga menjelaskan bahwa tipe holoblastik adalah tipe pembelahan dimana

ovum dalam pembelahannya dapat terbelah seluruh bagiannya oleh bidang-bidang

pembelahannya, baik bidang pembelahan meridional maupun pembelahan

horizontal, seperti pada ovum jenis homolesital. Tahap-tahapannya antara lain

sebagai berikut.

4

1) Segmentasi pertama arah meridional dari kutub animal ke kutub vegetal.

Hasilnya adalah 2 buah blastomer yang sama besar.

2) Segmentasi kedua arahnya juga meridional dengan bidang segmentasi tegak

lurus terhadap bidang segmentasi pertama. Hasilnya adalah 4 buah blastomer

yang sama besar.

3) Segmentasi ketiga arahnya horizontal dengan bidang segmentasi sedikit diatas

bidang ekuator. Hasilnya ialah delapan buah blastomer yang tidak sama besar.

Blastomer yang sebelah atas ukurannya lebih kecil karena itu disebut

mikromer sedangkan blastomer disebelah bawah yang ukurannya lebih besar

disebut makromer, dengan demikian dalam segmentasi ketiga ini terbentuk 4

mikromer dan 4 makromer.

4) Segmentasi keempat arahnya meridional bilateral. Hasilnya 16 buah

blastomer.

5) Segmentasi kelima arahnya horizontal bilateral. Hasilnya ialah 32 blastomer.

Gambar Pembelahan Holoblastik hingga tahap 32 sel

(Sumber : Jordan, 1983 dalam Indriawati, 2013)

5

(Sumber: https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Book_-

_Text-Book_of_Embryology_4)

2.2 Proses Pembentukan Blastula pada Amphioxus

(Sumber : www.aliexpress.com)

Tahap 16 dan 32 blastomer dari embrio amphioxus merupakan stadium

morula. Selanjutnya, morula ini akan membentuk rongga sehingga embrio

menjadi berbentuk bola berongga yang disebut blastula (Surjono : 2001). Tipe

blastula pada Amphioxus adalah seloblastula (Coeloblastula). Coeloblastula

merupakan blastula yang berbentuk bundar yang umumnya memiliki ovum yang

bertipe homolesital dan mediolesital. Kedua macam telur ini umumnya akan

6

membentuk blastomer dengan pembelahan yang holoblastik equal dengan tipe

pembelahan radial. Dengan demikian sel-sel yang menyusun blastula ini terdiri

dari blastomer yang ukurannya sama besar. Blastula dengan tipe coeloblastula ini

umumnya mempunyai rongga pada bagian dalamnya yang disebut dengan

blastosoel (Surjono : 2001)

(Sumber: http://www.slideshare.net/AkhmadRosadi/blastulasi-dan-segmentasi)

(Sumber: www.expertsmind.com)

2.3 Proses Gastrulasi pada Amphioxus

Permulaan gastrulasi terjadi di kutub vegetatif dengan cara invaginasi

tanpa singresi sehingga tidak ada sel mesenkim primer. Terdapatlah arkenteron

blastoporus serupa dengan yang terjadi pada embrio bulu babi. Pada awalnya,

arkenteron Amphioxus memiliki dinding yang disebut mesendoderm terdiri atas

sel-sel endoderm, sel-sel bakal mesoderm pada bagian dorsolateral, dan notokorda

(korda mesoderm) yaitu sumbu axial embrio dibagian mediodorsal. Pada tahap

yang lebih lanjut, bakal mesoderm dan bakal notokorda berdelaminasi dari lapisan

asalnya sehingga akhirnya seluruh dinding arkenteron adalah endoderm. Tidak

7

ada pembentukan mesenkim primer atau mesenkim sekunder pada gastrulasi

Amphioxus (Surjono, 2001).

Gastrulasi pada Amphioxus

(Sumber: https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Book_-

_Text-Book_of_Embryology_4)

Tahap Perkembangan Amphioxus

(Sumber: www.normanallan.com)

8

2.4 Proses Neurulasi pada Amphioxus

Neurulasi adalah proses pembentukan bumbung neural yang merupakan bakal

sistem saraf pusat. Embrio yang sedang mengalami proses neurulasi disebut

neurula (Tim Teaching, 2011). Cara neurulasi pada Amphioxus adalah dengan

pembentukan bumbung dengan adanya pemisahan atau peninggian epidermis

yang membatasi keping neural. Peninggian epidermis disebut juga sebagai lipatan

neural temporer yang akan bertemu dibagian medio dorsal dan menjadi atap diatas

keping neural yang sudah melipat dan menekuk, membentuk lipatan neural dan

lekuk neural biasa, yang sama dengan kejadian pada neurulasi primer. Kedua

lipatan neural ini akan bertemu satu sama lain membentuk bumbung neural.

Selanjutnya atap epidermis akan terpisah dari bumbung neural.

(Sumber: www.twow.net)

9

2.5 Mekanisme Diferensiasi pada Amphioxus

Pembentukan Mesoderm

Gambar Pembentukan Mesoderm

(Sumber : bioreferens-yajuz.co.id/Embryologi-Amphioxus-lanceolatum.pdf )

Lapisan sel dibawah neural tube yang semula merupakan ektoderm secara

fungsional berubah sehingga dinamakan mesentoderm. Pada pembentukan

mesoderm maka lapisan mesentoderm yang terletak dibagian dorsolateral, yaitu

yang menjadi atap archenteron mengadakan diferensiasi sebagai berikut : mula-

mula disebelah kiri dan kanan terbentuk kantong yang dinamakan mesodermal

pouch (kantung mesodermal). Muara-muara kantung-kantung tersebut makin

lama-makin menyempit dan akhirnya terlepas dari ektoderm. Bersamaan dengan

pertumbuhan memanjang, ia membentuk segmen-segmen  dan disebut

mesodermal somite. Selanjutnya segmen-segmen mesoderm tumbuh terus

10

menempati rongga diantara ektoderm dan endoderm. Dengan demikian embrio

sudah terdiri atas 3 germ layers. Bagian mesoderm yang melekat pada archenteron

disebut splanchnopleura sedangkan bagian mesoderm yang melekat pada

ektoderm disebut somatopleura. 

Pembentukan Chorda Dorsalis

Bersamaan dengan proses pembentukan mesoderm maka sel-sel

mesentoderm di bagian dorsomedian juga mengadakan diferensiasi. Sel-sel

tersebut membelah dengan cepat menjadi batang yang masih memanjang dari

anterior keposterior. Batang itu dinamakan chorda dorsalis yang merupakan

kerangka fase embrional. Pada hewan-hewan chordata, notocord berfungsi sampai

dewasa sebaliknya pada vertebrata digantikan dengan vertebrae.

1) Ektoderm :

Epidermis dengan derivat-derivatnya (kuku, rambut, tanduk , kelenjar

keringat)

Seluruh sistem saraf

Lapisan email pada gigi

Lapisan kromafin didalam adrenal

Sel-sel epithelium kelenjar lemak, kornea mata

2) Endoderm :

Tractus digestivus dengan kelenjar-kelenjarnya

Pankreas, hepar, pulmonum

3) Mesoderm :

Seluruh sistem rangka yaitu tulang rawan dan tulang keras

Jaringan muskulus

Semua tipe jaringan ikat

Semua jenis sel-sel darah

Jaringan gonad

Ginjal dan tubulus-tubulusnya

Organ-organ pembentuk darah (sumsum tulang, limfa) dan mesenkim

hepar

11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses pembelahan zigot Amphioxus terjadi secara holobastik teratur

karena bidang pembelahan maupun tahap-tahap pembelahannya teratur

2. Tipe blastula pada Amphioxus adalah seloblastula (Coeloblastula). Pada

amphioxus, ketika pembentukan blastula embrio mengalami segmentasi

yang berlangsung secara tidak teratur dimana blastomer-blastomer pada

kutub animal membelah lebih cepat daripada kutub vegetal.

3. Proses gastrulasi pada amphioxus ditandai dengan dengan adanya

invaginasi di bagian kutub vegetative yang menghasilkan arkenteron serta

blastroporus dan adanya rotasi polaritas.

4. Proses neurulasi pada amphioxus ditandai dengan pembentukan bumbung

neural dengan adanya pemisahan epidermis yang membatasi keping

neural.

5. Bersamaan dengan proses pembentukan mesoderm maka sel-sel

mesentoderm di bagian dorsomedian juga mengadakan diferensiasi,

membelah dengan cepat menjadi chorda dorsalis.

B. Saran

1. Diharapkan untuk penulis nantinya akan memberikan lebih banyak

referensi untuk menambah kajian maupun rujukan agar makalah lebih

bermanfaat

2. Diharapkan untuk dosen matakuliah perkembangan hewan, memberikan

banyak kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kesalahan

maupun kekurangan dari makalah ini.

12

Daftar Rujukan

Arief, A. 1984. Pengantar Reproduksi dan Embriologi Hewan. Malang: IKIP

Malang

Indriawati, Sri Endah. 2013. Keanekaragaman Hewan Kordata Rendah. Malang :

Universitas Negeri Malang.

Sadler. T.W., 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Surjono. 2001. Proses Perkembangan Embrio. Jakarta: Universitas Terbuka

Team Teaching. 2011. Bahan Ajar Perkembangan Hewan. Gorontalo: Universitas

Negeri Gorontalo

Tenzer, Amy, dkk. 1998. Struktur Perkembangan Hewan Bagian II. Malang :

IKIP Malang.

Yatim, W. (1994). Reproduksi dan Embriogenesis. Bandung: Tarsito

13