makalah pengmin
DESCRIPTION
pengolahan mineralTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengolahan mineral, terdapat operasi dasar dalam pengolahan mineral.
Operasi dasar tersebut diantaranya adalah kominusi, konsentrasi dan mineral
handling. Setelah penambangan perlu dilakukan suatu proses untuk memisahkan
mineral berharga dengan pengotornya. Proses ini berjalan secara mekanis, tanpa
mengubah sifat kimia maupun sifat fisik dari mineral.
Proses pemisahan mineral berharga dari pengotornya ini dapat dilakukan
dengan cara mereduksi ukuran mineral atau dapat disebut kominusi. Kominusi
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berbagai cara kominusi yang digunakan,
dipertimbangkan berdasarkan beberapa aspek, seperti energi yang digunakan,
biaya dan lain-lain. Selain kominusi, pemisahan mineral berharga dari
pengotornya dapat pula dilakukan dengan cara konsentrasi yang memanfaatkan
perbedaan sifat mineral seperti density, sifat megnetic dan sifat kelistrikan. Oleh
karena itu, akan dibahas dalam makalah ini mengenai operasi dasar dalam
pengolahan mineral.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian tengah semester.
2. Mengetahui pengertian kominusi.
3. Mengetahui proses kominusi.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa itu kominusi?
2
2. Bagaimana proses kominusi?
1.4 Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai operasi dasar pengolahan
mineral, khususnya kominusi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral
Berdasarkan komposisi alamiahnya, mineral dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Native, logam dalam bijih berbentuk unsur Au dan Cu.
2. Sulfida. Mineral bijih dengan komposisi sulfida. Merupakan mineral
hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang
mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti pirit (FeS3), chalcocite
(Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
3. Oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Mineral bijih dengan komposisi sulfat, silikat, oksida
dan karbonat. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O), korondum (Al2O3),
hematit (Fe2O3), kassiterit (SnO2), H2(NiMg)SiO4 dan 2CuCO3(OH)2.
4. Komplek. Bijih dengan lebih dari satu mineral berharga. Bijih sulfida,
gelena, kalkopirit dan sfalerit. Bijih kompleks sulfida Pb, Cu dan Zn.
Ada pula mineral fuel dan mineral industri (non metallic). Mineral fuel
adalah bahan galian untuk sumber energi seperti batu bara dan minyak bumi.
Sedangkan mineral industri (non metallic) adalah bahan galian yang
dimanfaatkan dari sifat fisik, kekuatan kehalusan dan keindahan.
2.2 Kominusi
4
Gambar 1. Diagram Operasi Kominusi Untuk Pengecilan Ukuran Bijih
Penjelasan singkat mengenai diagram operasi di atas adalah Jaw Crusher
menerima umpan dari overflow-nya Grizzly Feeder dan oversize dari Screen 1.
Operasi Screen 1 akan memisah ukuran bijih berdasarkan besar ukuran umpan
yang dapat diterima oleh Cone Crusher. Jadi fungsi Screen 1 adalah untuk
memastikan bahwa ukuran produk Jaw Crusher dapat diterima dan yang masuk ke
cone crusher.
Cone Crusher menerima umpan yang merupakan underflow-nya grizzly
feeder, under flow-nya screen 1, dan overflow-nya screen 2. Fungsi sreen 2
adalah untuk mengeluarkan ukuran bijih yang lebih besar dari kemampuan Ball
Mill. Sehingga yang masuk ke Ball Mill hanya bijih berukuran yang sesuai
dengan kemampuan Ball Mill.
Ball Mill menerima umpan yang merupakan underflow-nya screen 2 dan
undersize yang merupakan underflow-nya classifier. Produk operasi Ball Mill
masuk dalam classifier untuk dipisah berdasarkan ukuran. Classifier membagi
produk ball mill menjadi dua bagian yaitu underflow dan overflow. Overflow
classifier merupakan bijih dengan ukuran yang sudah sesuai dengan target operasi
5
kominisi dan siap untuk dipasah bedasarkan sifat-sifat fisiknya. Sedangkan
underflow merupakan produk ball mill yang terdiri dari bijih berukuran kasar
yang belum siap untuk dipisiah. Bijih dari Underflow langsung masuk lagi ke
dalam ball mill.
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi
bijih. Proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari
ikatannya yang merupakan mineral gangue dengan menggunakan crusher
atau grinding mill. Kominusi terbagi dalam tiga tahap, yaitu primary
crushing, secondary crushing dan tertiary crushing.
1. Primary Crushing
Tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkahan-
bongkahan besar berukuran ± 84 x 60 inchi dan produk yang dihasilkan
berukuran 4 inchi. Beberapa alat yang digunakan pada primary crushing
antara lain :
a. Jaw Crusher
6
Gambar 2. Jaw Crusher
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi jaw crusher :
1. Lebar lubang bukaan.
2. Variasi dari throw.
3. Kecepatan.
4. Ukuran umpan.
5. Reduction ratio (RR). Reduction ratio merupakan perbandingan ukuran
umpan dengan ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran
primary crushing adalah 4 – 7, secondary crushing adalah 14 – 20 dan
fine crushing (mill) adalah 50 -100. Terdapat empat macam reduction
ratio, yaitu :
a. Limiting Reduction Ratio
Limiting reduction ratio yaitu perbandingan antara tebal/lebar umpan
dengan tebal/lebar produk. Persamaannya adalah sebagai berikut:
LRR= tFtP
=wF℘
Keterangan :
tF = tebal umpan
tP = tebal produk
wF = lebar umpan
wP = lebar produk
b. Working Reduction Ratio
Working reduction ratio yaitu erbandingan antara tebal partikel umpan
(tF) yang terbesar dengan efective set (Se) dari crusher. Persamaannya
adalah sebagai berikut:
7
WRR= tFSe
Keterangan :
tF = tebal partikel umpan
Se = efective set
c. Apperent Reduction Ratio
Apperent reduction ratio adalah perbandingan antara effective gate
(G) dengan effective set (So). Persamaannya adalah sebagai berikut:
ARR=0,85GSo
Keterangan :
G = effective gate
So = effective set
d. Reduction Ratio 80 (R80)
R80 adalah perbandingan lubang ayakan umpan dengan lubang
ayakan produk pada kumulatif 80%.
6. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis
umpan.
Jaw crusher mempunyai dua jaw, yaitu yang dapat digerakkan (swing jaw)
dan yang tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher
terbagi dalam dua macam :
1. Sistem Blake memiliki ciri-ciri titik engsel di atas, bagian bawah bergerak
mundur maju. Pemecah menurut sistem Blake paling banyak dipakai
8
karena tidak mempunyai keburukan seperti Dodge. Keburukan sistem
Blake hasil olahan kurang rata. Agar mulut kedua rahang tidak mudah
rusak, biasanya dilapisi dengan plat baja yang dikeraskan dan mudah
diganti. Pada bidang penekan dari plat baja itu dibentuk rusuk-rusuk
bergerigi untuk mempercepat proses pemecahannya. Ukuran produk pada
blake jaw lebih heterogen dibandingkan dengan dodge jaw yang relatif
seragam. Karena pada blake jaw porosnya terletak diatas, sehingga gaya
yang terbesar mengenai partikel yang terkecil.
2. Sistem Dodge memiliki ciri-ciri titik engsel di bawah, bagian atas
bergerak mundur maju. Kelebihan pemecah menurut sistem dodge ialah
pada titik engselnya terletak dibagian bawah. Pada waktu pemecahan
berlangsung lubang pembuang hanya sedikit terbuka sehingga terlihat
seolah-olah tetap, oleh karena itu hasil olahannya akan lebih rata.
Keburukan sistem dodge ialah lubang pembuang itu mudah tersumbat.
Pada dodge jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai
partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari dodge jaw lebih besar
dibandingkan dengan blake jaw. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari
Blake Jaw pada ukuran yang sama. Pada Dodge Jaw sering terjadi
penyumbatan.
Berikut ini adalah bagian-bagian pada jaw crusher:
1. Setting Block merupakan bagian dari jaw crusher untuk mengatur lubang
ukuran sesuai dengan yang diinginkan. Bila setting block dimajukan, maka
jarak antara fixed jaw dengan swing jaw akan menjadi lebih pendek atau
lebih dekat dan bila setting block dimundurkan, maka jarak antara fixed
jaw dengan swing jaw akan menjadi lebih jauh.
2. Toggle merupakan bagian dari jaw crusher yang berfungsi untuk
mengubah gerakan naik turun menjadi maju mundur.
3. Pitman merupakan bagian dari jaw crusher berfungsi untuk merubah
gerakan berputar dari maju mundur menjadi gerakan naik turun.
9
4. Swing Jaw merupakan bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat
gerakan atau dorongan toggle.
5. Fixed Jaw merupakan bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak (diam).
6. Mouth merupakan bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai
lubang penerimaan umpan.
7. Throat merupakan bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang
pengeluaran.
8. Gate, yaitu jarak mendatar pada mouth.
9. Set, yaitu jarak mendatar pada throat.
10. Closed Setting, yaitu jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat
swing jaw ekstrim ke depan.
11. Open Setting, yaitu jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat
swing jaw ekstrim ke belakang.
12. Throw, yaitu selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close
setting.
13. Nip Angle, yaitu sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat
melalui titik singgung antara jaw dengan batuan.
Kapasitas jaw crusher dipengaruhi oleh :
1. Keliatan material.
2. Gravitasi.
3. Kandungan air (kelembaban).
4. Kekerasan material.
5.
Menurut Taggart, kapasitas jaw crusher dapat dinyatakan dalam suatu
rumus empiris :
T = 0,6 LS
10
Keterangan :
T = kapasitas (ton/jam)
L = panjang dari lubang penerimaan
S = lebar dari lubang pengeluaran
b. Gyratory Crusher
Gambar 3. Gyratory Crusher
Gyratory crusher mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan
dengan jaw crusher. Gyratory crusher konsep dasarnya mirip dengan jaw crusher,
terdiri dari permukaan cekung dan kepala kerucut; kedua permukaan biasanya
dilapisi dengan permukaan baja mangan. Kerucut bagian dalam memiliki gerakan
melingkar sedikit, tetapi tidak memutar, gerakan ini dihasilkan oleh eccentric
assemblyGerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang, sehingga
proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan
jaw crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu swing
jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak mengalami
penggerusan.. Seperti jaw crusher, feed bergerak ke bawah antara dua permukaan
makin kebawah ukuran akan semakan hancur sampai cukup kecil untuk jatuh
keluar melalui celah antara dua permukaan.
11
Sebuah grytory crusher adalah salah satu jenis crusher primer dalam
tambang bijih atau pabrik pengolahan.. Penghancuran oleh gyratory crusher
disebabkan oleh penutupan secara berjenjang celah antara mainshaft assembly
(bergerak) dipasang vertikal pada poros pusat dan shell assembly (tetap) dipasang
pada bingkai utama crusher. Kesenjangan dibuka dan ditutup diatur oleh eccentric
essembly pada bagian bawah spindle yang menyebabkan poros pusat bergerak.
Poros vertikal bebas berputar mengelilingi porosnya. Mesin ini memiliki rahang
bundar (circular jaw).Sebuah crushing head yang berbentuk kerucut berputar di
dalam sebuah funnel shaped casing yang membuka ke atas. Crushing head
tersebut berfungsi memcahkan umpan yang masuk. Gyratory crusher dapat
digunakan untuk penghancuran primer atau sekunder.
Oleh Taggart, kapasitas gyratory dihitung dengan rumus:
T = 0,75So (L - G)
Keterangan :
T = kapasitas (ton/jam)
G = gape (inch)
So = open set (inch)
Faktor yang mempengaruhi kapasitas gyratory crusher :
1. Permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan
mempengaruhi gesekan antara material dengan bagian pemecah (concave
dan head).
2. Sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan
dan kerapuhan.
12
3. Kandungan air, seting, putaran dan gape.
Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah pemasukan umpan, jaw
crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory kontinyu.
Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya tidak mudah dilepas.
Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw crusher, karena pemasukan umpan
dapat kontinyu dan penghancurannya merata. Pemecahan pada jaw crusher
lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya geseknya lebih
besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory jika kecepatan
berputarnya besar, maka produk yang dihasilkan relatif kecil.
c. Impact Crusher
Mesin ini mengunakan impact (benturan) sebagai mekanisme
peremukannya. Alat ini juga ringkas dan mempunyai rasio yang cukup
besar yaitu : 7 : 1 hingga 10 : 1. Tipenya ada berbagai macam. Mesin ini
banyak disukai karena dapat menghasilkan produk yang relative
ideal,sehingga memudahkan pengangkutan dan pemakaian.
2.Secondary Crushing
Secondary crushing merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari
primary crushing, umpan berukuran <6 inchi dan produk yang dihasilkan
berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain jaw
crusher (kecil), gyratory crusher (kecil) dan cone crusher.
a. Cone Crusher
13
Gambar 4. Cone Crusher
Cone crusher merupakan alat pada secondary crusher yang
penggunaannya lebih ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan gyratory
crusher, perbedaannya terletak pada Crushing surface terluar bekerja
sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran dapat bertambah. Crushing
surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak
dapat dihancurkan dapat dikeluarkan.
Macam-macam cone crusher :
1) Simon Cone Crusher
14
Gambar 5.. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu standart crusher type, yaitu untuk
mereduksi umpan yang berukuran kasar dan short head crusher type, yaitu
untuk mereduksi umpan berukuran halus.
Crushing head dari alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat dari baja
dengan cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head
adalah rata dan perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Umpan
dari cone crusher harus dalam keadaan kering karena jika basah akan
mengakibatkan choking.
b. Hammer mill
Gambar 6. Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk
dari primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah <1
inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara
penghancurannya dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada
hammer mill proses penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan
pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress.
15
c. Roll Crusher
Gambar 7. Roll Crusher
Cara pengerjaan pemecahan pada pemecah putar berdasarkan tekanan dan
gesekan. Bahan olahan dilewatkan diantara dua buah roda yg berputar dgn
arah yang berlawanan. Biasanya pemasangan salah satu dari kedua roda itu
tetap, sedangkan yang satunya lagi dapat bergerak maju mundur karena.
ditahan oleh pegas skrup baja. Bila kecepatan putar kedua roda itu sama, maka
bahan olahan hanya dilinyak atau dipecahkan. Sedangkan bila kecepatan putar
kedua roda itu tidak sama, umpan (feed) selain dipecahkan juga dipuntir.
Fungsi penggunaan pegas ulir ialah untuk menjaga supaya roda putar dapat
kembali, jika sewaktu-waktu mundur atau merenggang dari roda putar yang
lain. Hal ini dapat terjadi jika ada umpan yang keras dan tidak dapat
dipecahkan masuk diantara kedua roda putar. Sehingga tidak terjadi kerusakan
pada bagian-bagian mesin pemecah tersebut.
Roll crusher terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan
pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan
lainnya diam, tapi karena adanya material yang masuk dan pengaruh silinder
lainnya maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder
tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada diatas roll akan terjepit
dan hancur.
16
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu :
1. Rigid Roll
Rigid roll pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga
kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya
satu saja, tapi ada juga yang keduanya berputar.
2. Spring Roll
Spring roll dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan
porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat
mundur dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga
tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh. Jika resultan arahnya
ke bawah maka material akan dapat dihancurkan karena terjepit oleh roll.
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll
tetapi juga dapat sesama material free crushing (material yang masuk
langsung dihancurkan oleh roll). Kecepatan crushing tergantung pada
kecepatan pemberian umpan (feedrate) dan macam reduksi yang
diinginkan.
3. Tertiary Crushing
Tertiary Crushing dilakukan untuk mendapatkan ukuran batuan
yang lebih halus, sehingga derajat leberasi mineral dapat lebih tinggi. Hal
ini dilakukan apabila dipandang perlu untuk mengolah mineral dengan
proses konsentrasi, dimana dibutuhkan butiran mineral dengan ukuran
yang halus. Tertiary crushing umunya dilakukan dengan menggunakan
alat giling (mill), yaitu silinder dari baja yang didalamnya diisi media
17
grinding, dan apabila silinder diputar pada as-nya akan terjadi grinding
action.
Pada crushing penghancurannya disebabkan oleh gaya tekan
(impact) dipakai untuk material yang kasar, sedangkan grinding
penghancurannya oleh gaya gesekan (rubbing) dan biasanya dipakai untuk
material yang halus (maksimum 6 mesh).
Pada mulanya grinding menunjukkan cara penghancuran dimana
suatu benda berat meluncur atau menggeludung diatas benda lain,
sedangkan benda yang akan dihancurkan berada diantaranya. Alat yang
melakukan grinding media yang bersama-sama batuan yang akan
dihancurkan dibuat jungkir balik (tumble) didalam silinder yang berputar
yang disebut tumbling mill atau revolving Mill.
Beberapa alat yang digunakan pada tertiary crushing antara lain:
a. Tumbling Mill
Gambar 8. Tumbling Mill
Tumbling mill atau revolving mill terdiri dari satu shell berbentuk
silinder yang pada dinding dalamnya dilapisi dengan liner (pelapis) dan
dimuati grinding media, kemudian diputar pada as-nya yang horizontal.
18
Shell silinder dibuat dari plat baja, pelapis liner yang dapat diganti-
ganti dibuat dari baja atau alloy, sedangkan media grinding terdiri dari
bola-bola baja, bola kramik atau batuan yang relative bulat atau batang-
batang baja. Jika shell silinder yang berisi bola-bola baja dan yang
berputar pada as-nya kedalamnya dimasukkan batuan yang akan
dihancurkan melalui lubang pemasukan pada salah satu ujung silinder,
maka produknya keluar melalui lubang pengeluaran pada ujung yang lain.
Kecepatan perputaran shell silinder dibuat sedemikian rupa, sehingga bola-
bola baja terangkut pada dinding silinder dan kemudian jatuh bebas
menimpa material yang ada didalam shell silinder.
Karena perputaran shell silinder, maka grinding media
mengadakan gerakan antara lain:
1. Berputar menurut sumbunya yang sejajar dengan sumbu shell silinder.
2. Cataracting action, jatuh bebas menurut arah parabola dan menimpa
material yang ada dibawahnya.
3. Cascading action, menggelundung (berguling) ke bawah.
Perputaran shell silinder dan gerakan grinding media mengakibatkan tenaga
tumbukan dan menggiling yang akan menghancurkan partikel yang ada dalam
tumbling mill.
Proses penggerusan (grinding) dapat dilakukan dalam keadaan kering atau
basah. Partikel-partikel yang sudah halus dapat keluar dari shell silinder secara
overflow (overflow discharge mill) atau melalui grade, yaitu plat yang
berlubang-lubang pada ujung pengeluaran (grade discharge mill).
Kalsifikasi Tumbling mill ini dilakukan berdasrkan grinding media,
perbandingan ukuran shell silinder dan metoda pengeluaran (discharge).
b. Ball Mill
19
Gambar 9. Ball Mill
Ball Mill adalah tumbling mill yang mempunyai ukuran panjang kira-kira
sama dengan diameternya dan berisi grinding media berupa bola-bola baja
atau alloy. Bentuknya dapat berupa silinder disebut cylindrical. Feed (umpan)
untuk ball mill dapat berukuran 3 inci (max) dan digiling sampai menjadi 50
mesh (0,29 mm). Jika feed (umpan) makin kecil, maka produknya dapat lebih
halus lagi (200 mesh = 0,074 mm).
Ball Mill atau berbentuk cone disebut conical ball mill. Posisi grinding
media pada cylindrical ball mill terbagi rata sepanjang shell, sedangkan pada
conical ball mill terbagi menurut bola-bola baja yang sama dengan diameter
shell. Jadi, bola-bola baja yang besar berada pada diameter shell yang besar
untuk menghancurkan partikel besar, sedang bola-bola baja yang kecil (sudah
aus) berada pada cone section dekat ujung pengeluaran untuk menghancurkan
partikel yang sudah halus.
Dalam operasi ball mill kecepatan perputan shell silinder harus dibuat
setinggi mungkin, tetapi dihindarkan agar muatanya (grinding media dan
batuan) tidak ikut berputar bersama shell silinder.
c. Rod Mill
20
Gambar 10. Rod mill
Bentuk rod mill hampir sama dengan ball mill, berbentuk shell silinder
dengan ukuran panjangnya lebih besar dari diameternya (1 1/3 – 3 kali),
dengan media grinding berupa batang-batang baja (stel rod) pengganti bola-
bola baja.
d. Tube Mill
Gambar 11. Tube Mill
Tube mill lebih mirip ball Mill yang panjangnya dan diameternya relative
lebih kecil, ukuran standar 5 ft.6 (diameter) dan 22 ft. (panjang). Media
grinding biasanya dipakai pebbles (bola-bola keramik) atau bola-bola besi.
ball mill clasifier circuit.
21
Pada pemakaian Ball Mill di pabrik pengolahan biasanya dirangkaikan
secara tertutup dengan alat classifier. Alat clasifier ini akan
mengkalsifikasikan produk hasil giling alat mill menjadi 2 bagian, yaitu
underflow (yang kasar) dan overflow (yang halus). Underflow partikel yang
masih kasar dikembalikan ke dalam ball mill untuk digiling kembali,
sedangkan overflow partikel yang sudah memenuhi ukuran kehalusan yang
diinginkan, dialirkan ke proses selanjutnya. Material dikembalikan ke dalam
ball mill disebut juga dengan circulating load, sedangkan perbandingan berat
antara material yang dikembalikan dengan umpan (feed) yang baru masuk
kedalam mill disebut circulating load ratio.
Cara kerja dari penggiling peluru ini adalah sebagai berikut. Bila teromol
penggiling berputar, tembereng-tembereng dan ayakannya akan ikut berputar
bersama-sama menurut sumbu mendatar. Bahan giling dimasukkan dari
bagian atas sehingga bercampur dengan peluru-peluru. Bahan giling yang
sudah halus akan keluar dari lubang yang pengeluaran setelah melewati
tembereng-tembereng dan ayakan yang berbentuk teromol. Penggiling peluru
biasanya dipakai untuk menggiling tanah liat, tepung Thomas, tulang, arang
kayu, bahan cat, pelapis kaca, kwarsa, dan sebagainya. Ukuran butir bahan
giling diantara 20-50 mm, dan ukuran butir hasil giling kira-kira 0,25 mm.
2.3 Pengolahan Mineral
1. Memisahkan mineral berharga dari mineral tidak berharga.
2. Prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan sifat fisik mineral.
3. Metode pemisahan mineral secara mekanik.
4. Bijih, umpan, menjadi konsentrat dan tailing.
Tujuan Teknis
1. Menyediakan produk (konsentrat) sesuai dengan keperluan atau
permintaan, dikonsentrasi, diolah atau diekstrak, kemudian dijual.
2. Kadar mineral berharga lebih besar dari minimum.
3. Kadar air lebih kecil dari maksimum.
22
4. Ukuran partikel lebih besar dari minimum.
5. Gangue mineral lebih kecil dari maksimum.
Tujuan Ekonomis
1. Mendapatkan keuntungan.
2. Mengambil semua mineral berharga.
3. Produksi sebesar-besarnya.
4. Kehilangan mineral berharga sekecil mungkin.
Operasi dasar pengolahan mineral
1. Kominusi
Mengecilkan ukuran partikel sesuai dengan kebutuhan.
Meliberasi atau membebaskan ikatan antara mineral.
Mengekspos permukaan mineral.
Menyiapkan ukuran sesuai keinginan.
Tahapan crushing dan grinding.
2. Konsentrasi
Pemisahan mineral berharga dan mineral tidak berharga.
Sifat yang digunakan berupa density, listrik, magnet dan permukaan.
Metode gravity separation, electro separation, magnetig separation
dan flotation.
3. Mineral Handling
Transfer mineral.
Transfer air.
Belt conveyor, truck, lorry dan pipa.
Stock yard dan gudang.
Parameter operasi pengolahan
1. Recovery
Recovery = massa mineral berharga dalam konsentrat × 100%
23
massa mineral berharga dalam umpan
Recovery = K.k x 100%
F.f
R=k ( f −t )f (k−t )
x 100 %
3. Kadar
Kadar=massa mineral ber hargamassa konsentrat
x100 %
3. Nisbah Konsentrasi
Nisbah konsentrasi= massa umpanmassa konsentrat
Nisbahkonsentrasi=(k−t )( f −t )
Kominusi
24
1. Pengecilan ukuran dengan peremukan dan atau penggerusan.
2. Membebaskan mineral berharga dari gangue.
3. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi.
4. Mengekspos permukaan mineral berharga. Untuk proses hidrometalurgi
tidak perlu bebas dari gangue.
5. Memenuhi keinginan konsumen.
Gaya pada kominusi
1. Kompresi : energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi. gaya tekan.
Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih.
Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh
satu atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan
hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat. Terjadi ketika
Energi yang digunakan hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil
dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat yang dapat menerapkan gaya
compression ini adalah: Jaw crusher, gyratory crusher dan roll crusher.
2. Impact : energi yang digunakan berlebihan, bekerja pada seluruh bagian,
gaya banting. Peremukan terjadi akibat adany gaya impak yang bekerja
pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang
memukul bijih. Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja dengan
kecepatan sangat tinggi. Dengan gaya Impact, energi yang digunakan
berlebihan, berkerja pada seluruh bagian. Terjadi ketika energi yang
digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak daerah
yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan gaya impak
pada bijih adalah impactor, hummer mill
3. Abrasi : gaya yang bekerja pada daerah yang sempit (permukaan atau
terlokalisasi). Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi
atau kikisan. Peremukan dengan Abrasi , Gaya hanya bekerja pada daerah
yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang
25
digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat
yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill, rod mill.
Gambar 12. Gaya Dan Distribusi Ukuran
Gaya Alat Produk Sifat gaya Metode
Kompres
i
Jaw crusher,
roll crusher,
gyratory
crusher
Selang ukuran
sangat sempit
Pembebanan
relatif lambat
Bijih ditekan di
antara dua benda
Impact Hummer mill,
impactor
Selang ukuran
sangat lebar
Pembebanan
relatif cepat
Bijih
dibentur,dibanting,
dipukul oleh atau
pada benda keras
Abrasi
(attrition)
Ball mill, rod
mill
Sangat halus Pembebanan
relatif lambat
Bijih terkikis,
digesek pada
bagian permukaan
Tabel 1. Perbandingan gaya pada kominusi
26
Umpan
Sifat Ukuran
Kompresi Keras 1 cm-1m
Impact Keras 1 m
Abrasi
(attrition)
Lunak-keras 1 cm-2 cm
Tabel 2. Perbandingan umpan pada gaya dalam kominusi
Reduction Ratio
1. Rasio ukuran awal umpan terhadap produk.
2. Reduction ratio berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan energi
produksi.
3. Reduction ratio crushing.
Limitting Reduction Ratio (LRR) = Øfeed
Øproduk
Keterangan :
Øfeed : ukuran terbesar umpan
Øproduk : ukuran terbesar produk
Øfeed 80% = 2 cm, artinya diameter umpan rata-rata 2 cm lolos pada
ayakan 2 cm sebesar 80%.
Rr 80 = Ø F.80%
Ø P.50%
Rr 80 = Ø F.50%
Ø P.50%
27
Rr max ¿ Ø F .80 %Ø P .50 %
=0,85 Gape0,5
Energi Kominusi
∫1
2
dE=−k∫1
21dn dd
∆ E=E2−E1=Pm
Hukum Rittinger (1867) menyatakan bahwa kerja yang diperlukan untuk
memecah partikel sebanding dengan luas permukaan yang terbentuk.
Hukum ini pada dasarnya sama dengan pendekatan teoritis diatas, dengan
anggapan µn tetap, dan untuk mesin dan padatan tertentu, µn tidak
tergantung pada ukuran umpan maupun produk. Jika sphericity umpan dan
produk sama, dan efisiensi mekanis, µm, konstan
n = 2 (Rittinger’s law)
E=Kr( 1d2
−1d1
)
Hukum Kick (1885) menyatakan bahwa kerja diferensial yang diperlukan
untuk memecah partikel padatan hampir mirip dengan kerja yang
28
dibutuhkan untuk deformasi plastik, yaitu sebanding dengan rasio ukuran
partikel sesudah pecah.
n = 1 (Kick’s law)
E=Kk lnd1
d2
Hukum bond (1952) sejauh ini merupakan pendekatan yang paling
realistik untuk perkiraan energi untuk crushing dan grinding.
n = 1,5 (Bond’s law)
E=Kb( 1
√d2
−1
√d1)
Work index adalah total energi yang dibutuhkan dalam Kwh/ton feed
untuk mengecilkan ukuran bijih yang sangat besarmenjadi produk yang
80% dari produknya lulus screen berukuran 100 mikron.
E=Kb( 1
√d2
−1
√d1)
Pm
=Kb( 1
√d2
−1
√d1)
P1
=Kb( 1
√100− 1
√0 )
29
wi=Kb( 1
√100 )
wi= Kb10
P=10.m .Wi ( 1
√d2
−1
√d1)
Keterangan :
E = energi yang dibutuhkan untuk mengecilkan bijih (Kwh/ton)
d1 = ukuran bijih awal (mm)
d = ukuran produk (mm)
k = konstanta
P = power yang dibutuhkan (kWatt)
m = laju pengumpan (ton/jam)
Material Work Index
Bauxite 8,78
Cement clinker 13,45
Cement raw material 10,51
Clay 6,3
Coal 13
Coke 15,13
Granite 15,13
30
Gravel 16,06
Gypsum rock 6,73
Iron ore (hematite) 12,84
Limestone 12,74
Phosphate rock 9,92
Quartz 13,57
Shale 15,87
Slate 14,3
Trap rock 19,32
Tabel 3. Daftar work index beberapa material
Kominusi
1. Regular closed circuit
BE = beban edar
E = efisiensi
CR = circulating ratio
CR = 100.BEF
a = persen under size di umpan ayakan
Efisiensi operasi screen
Ef =banyak undersize dalam produkbanyak undersizedalam umpan
x100 %
Under size dalam umpan screen
uder ¿umpan screen=(F+ CR . F100 )( a
100 )
Under size dalam produk = P
31
E f = P
(F+CR . F100 )( a
100 )
CR= 106
Ef .a−100
2. Reverse closed circuit
a = persen under size di umpan
b = persen under size di crusher
Efisiensi operasi screen
Ef = banyak under ¿umpanbanyak under ¿ produk crusher
x100 %
Under size dalam umpan screen
under ¿umpan screen=F ( a100 )+(CR . F
100b
100 )
Under size dalam produk = P
Ef = P
F( a100 )+(CR . F
100b
100 )
32
CR=( 106
Ef−100 a)+ 1
b
Grinding
1. Tahap lanjut dari crushing.
2. Ukuran produk terlalu besar, liberasi rendah.
3. Basah, kadar air >10%.
4. Kering, kadar air <1%.
Proses basah lebih sederhana daripada proses kering, memerlukan ruang
yang lebih kecil daripada proses kering. Proses kering lebih kompleks,
perlu tempat lebih luas. Pada grinding kering, media gerus cepat aus,
umpan dengan kadar air >2% harus dikeringkan (perlu pengering).
Sedangkan pada grinding basah tidak perlu pengering.
Jenis mill:
1) Ball mill
LD
=1
Media gerus : bola pejal
2) Rod mill
LD
≫1
Media gerus :batang pejal
3) Tube mill
L≫D
Media gerus : bola pejal
Dibatasi oleh screening, terdapat 2/3/4 kompartemen.
33
4) Autogeneous mill
L≪D
Media gerus : bijih
Pengeluaran produk
1. Trunnion discharge
2. End peripheral discharge
3. Center periperhal discharge
34
Fungsi liner grinding mill :
1. Melindungi dinding tabung atau mill.
2. Sebagai anvil, penahan media gerus yang jatuh.
3. Sebagai pembawa media ke tempat yang lebih tinggi. Liner tidak boleh
licin, harus kasar.
Bahan liner :
1. Material harus tahan aus.
2. Ringan.
3. Baja keras, karet keras, bijih.
4. Tidak mudah kotor.
Ukuran liner
1. Material harus mudah dibongkar.
Mekanisme grinding oleh media
Menggelincir (cascade)
1. Terjadi pada kecepatan putaran rendah.
2. Bola media naik, lalu turun menggelincir di atas media atau bola
yang naik.
3. Penggerusan terjadi oleh gaya kikisan dan konpresi.
4. Kikisan akibat adanya bola media menggelinding.
35
5. Kompresi akibat gaya berat yang diterima dari media bola untuk
material bagian bawah.
6. Produk yang dihasilkan halus.
Jatuh bebas (cataract)
1. Terjadi pada putaran tinggi.
2. Penggerusan terjadi oleh gaya impactdan kompresi.
3. Impact akibat bola media yang jatuh bebas.
4. Kompresi akibat gaya berat yang diterima dari media bola untuk
material bagian bawah.
5. Produk yang dihasilkan kasar.
Grinding speed
nc=1
2 π √ 9R−r
critical speed∈rpm=29,9
√r
Keterangan :
R = jari-jari mill
r = jari-jari media gerus
critical speed = kecepatan dimana bola posisinya akan jatuh
Q
D1
H R1
36
% charge=(81−HR1
)61,7
% charge=(81−2 Q−D1
D1)61,7
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini antara lain:
1. Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi
bijih.
2. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu :
Primary crushing. Tahap penghancuran yang pertama, dimana
umpan berupa bongkah-bongkah besar yang berukuran ± 84 x 60
inchi dan produkta berukuran 4 inchi. Alat-alat yang digunakan
pada tahap ini adalah jaw crusher dan gyratory crusher.
Secondary crushing. Merupakan tahap penghancuran kelanjutan
dari primary crushing, dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6
inchi produk berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat untuk secondary
crushing antara lain jaw crusher (kecil), gyratory crusher (kecil)
dan cone crusher.
Tertiary crushing. Hal ini dilakukan apabila dipandang perlu untuk
mengolah mineral dengan proses konsentrasi, dimana dibutuhkan
butiran mineral dengan ukuran yang halus. Tertiary crushing
umunya dilakukan dengan menggunakan alat giling (mill).
37
Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran
bijih sampai ukuran 20 cm.
Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan ukuran
bijih dari sekitar 20 cm sampai 5 cm.
Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan ukuran
bijih dari 5 cm menjadi 1 cm.
Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari
sekitar 1 cm menjadi 1 mm.
Penggerusan halus,fine grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai
dari 1 mm menjadi halus, biasanya ukuran bijih menjadi kurang
dari 0,075 mm.