makalah pengklasifikasian hadis dari berbagai aspeknya

25
MAKALAH ULUMUL QURAN & ULUMUL HADIS PENGKLASIFIKASIAN HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA DI S U S U N OLEH Rafi Mariska (140208024) Mazwan (140208004) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY BANDA ACEH 2014/2015

Upload: rafi-mariska

Post on 25-Jul-2015

126 views

Category:

Education


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

MAKALAH ULUMUL QURAN & ULUMUL HADIS

PENGKLASIFIKASIAN HADIS DARI BERBAGAI

ASPEKNYA

DI

S

U

S

U

N

OLEH

Rafi Mariska

(140208024)

Mazwan

(140208004)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

AR- RANIRY BANDA ACEH

2014/2015

Page 2: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum

Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan

berkat, taufik dan hidayatnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“KLASIFIKASI HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA”.

Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran. Oleh karena itu, seorang

muslim harus mengimani hadis. Hadis yang mesti diimani ialah hadis yang sah secara hukum

serta jauh dari kemungkaran. Makalah ini menjelaskan materi mengenai makna, ciri-ciri,

jenis-jenis dan perbedaan antarhadis. Hadis memiliki jenis-jenis tertentu sehingga tidak

semua hadis bisa dijadikan hujjah (alasan hukum). Dengan disusunnya makalah ini, semoga

dapat memberikan wawasan tentang klasifikasi hadis dan semoga bermanfaat bagi kita

semua.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat

menghargai segala kritikan dan saran, jika ada kesalahan kami mohon maaf dengan sebesar-

besarnya.

Wassalam

Banda Aceh, 13 November 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................

A. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitas Perawinya.....................................................3

B. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kualitas Perawi.............................................................4

C. Hadis Maudhu’.............................................................................................................14

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

Page 4: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

1

KLASIFIKASI HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alquran1. Hadis

diklasifikasi oleh Ulama untuk memudahkan umat Islam dalam memahami

makna, ciri-ciri hadis, jenis-jenis hadis, perbedaan antarhadis serta untuk mencari

hujjah (alasan hukum). Oleh karena itu, pada kesempatan ini makalah ini akan

membahas tentang “Klasifikasi Hadis dari Berbagai Aspeknya”. Makalah ini

disusun dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kami sangat menghargai

kritikan dan saran sebagai kesempurnakan makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Hadis telah melewati masa kodifikasi yang panjang, yaitu selama tujuh

periode lamanya. Pada masa setelah Rasulullah saw. wafat kondisi sahabat sangat

berhati-hati dalam meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada

Alquran yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar merupakan tahap awal dan

masa Khalifah Usman tahap kedua. Masa ini dikenal dengan masa taqlil ar–

riwayah (pembatasan periwayatan), para sahabat tidak meriwatkan hadis kecuali

disertai dengan saksi dan bersumpah bahwa hadis yang ia riwayatkan benar-benar

bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Pada masa kodifikasi ini lah lahir hadis-

hadis palsu untuk mencari keuntungan semata.2 Melihat kepada sejarah dan

perkembangan hadis3 banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam hadis,

seperti adanya hadis maudhu‟ (palsu) dan hadis mungkar. Hal ini dikarenakan

setelah Rasulullah saw. wafat, sedikit demi sedikit Islam mulai kembali ke masa

1 Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir juz 5An-Nisa 24 s.d An-Nisa 147, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2000) hlm. 273-276

2 Bacalah buku Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta : Amzah). hal. 87-93

3Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah&Pengantar Ilmu Hadist, (Semarang: Pustaka Riski

Putra, 2009) hlm. 24-25

Page 5: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

2

jahiliyah dan banyaknya pendusta, seperti contoh hadis palsu yang artinya

“Terong adalah obat segala penyakit”. Ini merupakan suatu kemunduran Islam

saat itu. Selain itu, timbulnya perpecahan umat Islam juga menjadi faktor

pemalsuan hadis.

C. TUJUAN

a) Mengetahui klasifikasi hadis berdasarkan kuantitas perawinya

b) Mengetahui klasifikasi hadis berdasarkan kualitas perawinya

c) Syarat-syarat hadis dan sahih dan perbedaannya dengan hadis hasan

d) Hadis dha‟if dan macam-macamnya

e) Hadis maudhu‟

Page 6: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

3

Hadis ditinjau dari

Segi kuantitas Perawi

Kuantitas Perawi

Ahad Mutawatir

Gharib „Aziz Manshur Amali Ma‟nawi Lafzhi

Mutlak

Muqayyad bi Ats-Tsiqah Muqayyad bi al-

Balad

Muqayyad bi Ar-Rawi

Nisbi

Ghayr Ishthilahi Ishthilah

i

BAB II

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN KUANTITAS

PERAWINYA

Ditinjau berdasarkan jumlah kuantitas perawinya4, maka hadis terbagi ke

dalam dua macam, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Supaya lebih jelas,

perhatikan bagan pengklasifikasian hadis ditinjau dari segi Kuantitas Perawi

berikut ini.

4 Orang yang meriwayatkan hadis.

Gambar 1. Bagan Hadis ditinjau

dari Segi Kuantitas Perawi.

Page 7: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

4

1. Hadis Mutawatir

a) Pengertian dan Syarat-Syarat Hadis Mutawatir

Mutawatir berasal dari kata al-mutatabi yang artinya “yang datang

kemudian”, “beriringan”, atau “beruntun”. Secara istilah, hadis mutawatir adalah

suatu hadis yang bersifat indriawi (didengar atau dilihat) yang diriwayatkan oleh

orang banyak yang mencapai maksimal diseluruh tingkatan sanad dan menurut

tradisi mustahil mereka berdusta. Berdasarkan definisi tersebut, ada empat kriteria

hadis mutawatir, yaitu sebagai berikut.

a. Diriwayatkan sejumlah orang banyak

Para perawi hadis mutawatir syaratnya harus berjumlah banyak. Para ulama

berbeda pendapat tentang jumlah banyak pada para perawi hadis tersebut dan

tidak ada pembatasan yang tetap. Di antara mereka berpendapat 4 orang, 5 orang,

10 orang (karena ia minimal katsrah), 40 orang, 70 orang (jumlah Sahabat Musa

as), bahkan ada yang berpendapat 300 orang lebih. Namun, pendapat yang terpilih

minimal 10 orang seperti pendapat Al-Ishthikhari.5

b. Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad

Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan sanad dari awal hingga akhir

sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja maka tidak

dinamakan mutawatir, tetapi dinamakan ahad atau wahid. Persamaan jumlah

perawi tidak berarti harus sama jumlah angka nominalnya, mungkin saja jumlah

angka nominalnya berbeda, namun nilai verbalnya sama, yaitu sama banyak.

Misalnya, pada awal tingkatan sanad 10 orang, tingkatan sanad berikutnya

menjadi 20 orang, 40 orang, 100 orang, dan seterusnya. Jumlah yang seperti ini

tetap dinamakan sama banyak dan tergolong mutawatir.

c. Mustahil bersepakat bohong

Misalnya para perawi dalam sanad itu datang dari berbagai negara yang

berbeda, jenis yang berbeda, dan pendapat yang berbeda pula. Sejumlah para

perawi yang banyak ini secara logika mustahil terjadi adanya kesepakatan

berbohong secara tradisi.

5Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta : Amzah). hal. 147.

Page 8: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

5

Pada masa perkembangan hadis, berbeda dengan masa modern. Di

samping kejujuran, dan daya ingatan yang masih andal, transportasi tiap daerah

tidak semudah sekarang ini, sehingga tidak mungkin mereka berdusta.

d. Sandaran berita itu pada Panca indera

Artinya berita itu didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata dan

disentuh dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal. Jika berita hadis

itu logis, tidak indrawi maka dikatakan tidak mutawatir. Contohnya ungkapan

“Kami mendengar (dari Rasulullah bersabda begini) atau “Kami sentuh atau kami

melihat (Rasulullah melakukan begini dan seterusnya)”.

Berdasarkan 4 kristeria hadis mutawatir di atas, maka jumlah hadis mutawatir

sedikit dan langka dibandingkan dengan hadis ahad.

b) Klasifikasi Hadis Mutawatir

Para Ulama membagi hadis Mutawatir ke dalam tiga, yaitu mutawatir

lafdzi, mutawatir maknawi, dan mutawatir amali.

a. Mutawatir Lafdzi

Hadis Mutawatir Lafdzi adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang

banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat satu

dengan lainnya.

Contoh hadis mutawatir lafzhi adalah, yang artinya : “Barangsiapa yang sengaja

berdusta atas namaku, hendaklah ia bersiap-siap menduduki tempat duduknya di

neraka”. (H.R. Bukhari)

Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadis tersebut diriwayatkan oleh 40 orang

sahabat. Sebagaian Ulama mengatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh 62

orang sahabat dengan lafal dan makna yang sama. Hadis tersebut pada sepuluh

kitab hadis, yaitu Al-Bukhari,Muslim, Ad-Darimi, Abu Dawud, Ibn Majah, At-

Tirmidhi, At-Thayasili, Abu Hanifah, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim.6

6 M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis. (Bandung : Pustaka Setia). Hal. 130-131.

Page 9: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

6

b. Mutawatir Ma‟nawi

Hadis mutawatir Ma‟nawi adalah hadis yang lafal dan maknanya berlainan

antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, tetapi terdapat kesesuaian makna

secara umum (kulli).

Contoh hadis mutawatir ma‟nawi yang artinya : “Nabi Saw. tidak

mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam salat istiqa,

dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya”.

(H.R. Bukhari)

Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak sekali, lebih dari

100 hadis.7

c. Mutawatir „Amali

Hadis Mutawatir „Amali adalah :

Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah

mutawatir di kalangan umat Islam bahwa Nabi saw. mengajarkannya atau

menyuruhnya atau selain dari itu. Dari hal itu dapat dikatakan soal yang

telah disepakati.

Contoh hadis mutawatir „Amali adalah berita-berita yang menerangkan waktu dan

rakaat shalat, shalat jenazah, shalat „Ied, hijab perempuan yang bukan mahram,

kadar zakat, dan segala rupa amal yang telah menjadi kesepakatan, ijma.

2. Hadis Ahad

a) Pengertian Hadis Ahad

Hadis ahad adalah hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah

mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat

mutawatir.

b) Klasifikasi hadis Ahad

1. Hadis Masyur

Hadis Masyur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih

pada setiap thabaqah-tidak mencapai derajat mutawatir. Contoh hadis masyur

adalah :

7 Ibid. Hal. 131-132

Page 10: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

7

“Seorang mukmin adalah orang yang menyelamatkan sesama muslim lainnya

dari gangguan lidah dan tangannya”.

2. Hadis „Aziz

„Aziz menurut bahasa adalah Asy-Safief (yang mulia), sedangkan menurut

istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang

tersebut terdapat pada satu thabaqah8 saja, kemudian orang-orang

meriwayatkannya.

Contoh hadis „Aziz

“Kami adalah orang-orang terakhir di dunia yang terdahulu pada hari

kiamat”. (H.R. Ahmad dan An-Nasa‟i)

3. Hadis Gharib

„Gharib menurut bahasa artinya (1)yang jauh dari tanah dan (2) kalimat

yang sukar dipahami. Sedangkan menurut istilah, hadis „Gharib adalah hadis yang

diiriwayatkan oleh seorang rawi yang menyendiri dalam meriwayatkan baik

menyendiri orangnya, yakni tidak ada orang yang meriwayatkan selain rawi itu

sendiri. Juga dapat mengenai sifat atau keadaan rawi, artinya sifat atau keadaan

rawi itu berbeda dengan sifat dan keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan

hadis tersebut.

Contoh hadis gharib,

“Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. telah bersabda, Iman itu

bercabang-cabang menjadi 60 cabang dan malu itu salah satu cabang dari

iman” (H.R. Bukhari)

Hadis Gharib diklasifikan ke dalam dua macam jika ditinjau dari segi

bentuk penyendirian rawi.

8 Thabaqat adalah sekelompok orang yang berdekatan dalam usia dan isnad, atau berdekatan

dalam isnad saja. Maksud berdekatan isnad adalah mereka memiliki guru yang sama, atau

berdekatan guru-gurunya. Contohnya thabaqat pertama adalah para sahabat nabi.

Page 11: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

8

1) Hadis Gharib muthlaq

Gharib mutlak adalah hadis yang rawinya menyendiri dalam meriwayatkan

hadis tersebut. Penyendirian rawi hadis Gharib tersebut berpangkal pada tempat

ashlus sanad, yakni tabiin bukan sahabat.

2) Hadis Gharib nisby

Gharib nisby adalah apabila penyendirian hadis mengenai sifat-sifat atau

keadaan tertentu dari seorang rawi, mempunyai beberapa kemungkinan, antara

lain :

Sifat keadilan dan ke-dhabit-an (ke-tsiqat-an) rawi.

Kota atau tempat tinggal tertentu.

Meriwayatkannya dari orang tertentu.

Apabila penyendirian itu ditinjau dari segi letaknya apakah terletak di sanad

atau matan, hadis gharib terbagi lagi ke dalam tiga macam, yaitu :

Gharib pada sanad dan matan.

Gharib pada sanadnya saja.

Gharib pada sebagian matannya.

B. KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN KUALITAS RAWI

Hadis ditinjau dari segi kualitas rawi yang meriwayatkannya, terbagi dalam

tiga macam, yaitu sahih, hasan dan Dhaif.

1. Hadis Sahih

a. Pengertian hadis sahih

Sahih menurut bahasa artinya sehat, haq dan kuat. Menurut ulama ahli

hadis, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, dikutip oleh orang

yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada Rasulullah

saw., atau sahabat atau tabiin, bukan hadis yang syadz (kontroversi) dan terkena

„illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaannya.

b. Syarat-syarat hadis sahih

Menurut muhadisin, suatu hadis dapat dinilai sahih apabila memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut.

Page 12: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

9

1. Rawinya bersifat adil

Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu

bertindak takwa, menjauhi perbuatan dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan

melakukan dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang

menodai marwah, seperti makan sambil berdiri di jalanan, buang air kecil di

tempat yang disediakan bukan untuknya, dan bergurau berlebihan.9

Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayat yang bersifat adil adalah :

Beragama Islam.

Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf).

Melaksanakan ketentuan agama.

Memelihara marwah.

2. Rawinya bersifat dhabit

Dhabit adalah rawi yang bersangkutan dapat menguasai hadisnya dengan

baik, baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu

mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.

Kalau seseorang mempunyai ingatan yang kuat, sejak menerima hingga

menyampaikan kepada orang lain dan ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan

dan di mana saja dikehendaki, orang itu dinamakan dhabtu shadri. Kemudian,

kalau apa yang disampaikan itu berdasar pada buku catatannya (teks book) ia

disebut dhabtu kitab. Rawi yag adil dan sekaligus dhabith disebut tsiqat.

3. Sanadnya bersambung

Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi

hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di

atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.

Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama

hadis menempuh tata kerja penelitian berikut:

9 Ibid. Hal. 142

Page 13: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

10

Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti.

Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.

Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang

terdekat dengan sanad.

Jadi, suatu sanad hadis dapat dinyatakan bersambung apabila :

Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)

Antar masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam sanad

itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah

menurut ketentuan tahamul wa ad al-hadis.

4. Tidak ber-‘Illat

Maksudnya bahwa hadis yng bersangkutan terbebas dari cacat kesahihannya,

yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya cacat, meskipun

tampak bahwa hadis itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut.

5. Tidak syadadz (janggal)

Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadis yang

diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima periwayatannya)

dengan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat (rajih) dari padanya,

disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an atau adanya segi-segi

tarjih yang lain.

Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adil dan sempurna ke-dhabit-annya,

sanadnya muttashil, dan tidak cacat matannya marfu‟, tidak cacat dan tidak

janggal.

Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatih dan shahih li

ghairih. Sahih li dzatih adalah hadis sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara

maksimal, seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun hadis shahuh li ghairih

adalah hadis shahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal.

Misalnya, rawinya yang adil tidak sempurna ke-dzabit-annya (kapasitas

intelektualnya rendah). Bila jenis ini dikukuhkan oleh jalur lain semisal, maka ia

Page 14: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

11

menjadi shahih lil ghairih. Dengan demikian, shahih li ghairih adalah hadis yang

keshahihannya disebabkan oleh faktor lain karena memenuhi syarat-syarat secara

maksimal. Misalnya, hadis hasan yang diriwayatkan melalui beberapa jalur, bisa

naik derajat dari derajat hasan ke derajat sahih.

Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang bersanad

ashahul sanad, kemudian berturut-turut sebagai berikut:

1. Hadis yang disepakati oleh bukhari muslim

2. Hadis yang diriwatkan oleh imam bukhari sendiri

3. Hadis yang diriwayatkan oleh imam muslim sendiri.

4. Hadis sahih yang diriwatkan menurut syarat-syarat Bukhari dan Muslim,

sedangkan kedua imam itu men-takhrij-nya.

5. Hadis sahih menurut syarat bukhari, sedangkan Imam Bukhari sendiri

tidak men-takhrij-nya.

6. Hadis sahih menurut syarat Muslim, sedangkan Imam Muslim sendiri

tidak mn-takhrij-nya.

7. Hadis sahih yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam Bukhari

dan Muslim. Ini berarti si pen-takhrij tidak mengambil hadis dari rawi-

rawi atau guru-guru Bukhari dan Muslim, yang telah beliau sepakati

bersama atau yang masih disahihkan, akan tetapi, hadis yang di-takhrij-

kan tersebut, disahihkan oleh imam-imam hadis kenamaan. Misalnya

hadis-hadis sahih yang terdapat pada sahih Ibnu Huzaimah, shahih Ibnu

Hibban, dan sahih Al-Hakim.

2. Hadis Dhaif

a. Pengertian Hadis Dhaif

Dhaif menurut lughat adalah lemah,lawan dari qawi (yang kuat).

Adapun menurut muhaditsin, hadis Dhaif adalah semua hadis yang tidak

terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadis yang diterima dan menurut pendapat

kebanyakan ulama; hadis Dhaif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat

hadis sahih dan hasan.

Page 15: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

12

b. Klasifikasi Hadis Dhaif

Para ulama muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadis

dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan.

Sebab-sebab tertolaknya hadis dari jurusan sanad adalah:

1) Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun ke-

dhabit-annya.

2) Ketidaksambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau lebih,

yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain.

3) Adapun cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi itu ada sepuluh macam,

yaitu sebagai berikut:

1. Dusta

2. Tertuduh dusta

3. Fasik

4. Banyak salah

5. Lengah dalam menghafal

6. Menyalahi riwayat orang kepercayaan

7. Banyak waham (purbasangka)

8. Tidak diketahui identitasnya

9. Penganut bid‟ah

10. Tidak baik hafalannya

Klasikasi Hadis dhaif berdasarkan cacatnya rawi

1. Hadits Maudhu' adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang

ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu

disengaja maupun tidak.

2. Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang

diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan

3. Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang

diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak

kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bukan karena dusta.

Page 16: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

13

4. Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all) adalah hadits yang tampaknya baik,

namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada

cacatnya

5. Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang

bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.

6. Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits

lain), disebabkan memutar balikkan urutan Perawi.

7. Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi hadits dengan

mengganti rawi.

8. Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi

disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk

tulisannya.

9. Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan

titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.

10. Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya

terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan

11. Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang

yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih.

12. Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya,

disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-

kitabnya.

3. Hadis Hasan

a. Pengertian Hadis hasan

Hasan, menurut lughat adalah sifat musyabahah dari „Al-Husna‟, artinya

bagus. Menurut Ibnu Hajar, hadis hasan adalah hadis yang bersambung-sambung

sanadnya dengan orang-orang yang adil, tetapi sedikit kurang dari segi ingatan.10

Seperti hadis sahih lain juga, hadis hasan pun terbagi atas hasan li dzatih dan

hasan li ghairih. Hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan disebut

hadis hasan li dzatih. Syarat untuk hadis hasan adalah sebagaimana syarat untuk

10 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah&Pengantar Ilmu Hadist,. Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2009. Hlm. 301.

Page 17: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

14

hadis shahih, kecuali bahwa para rawinya hanya termasuk kelompok ke empat

(shaduq) atau istilah lain yang setara atau sama dengan tingkatan tersebut.

Adapun hasan li ghairih adalah hadis Dhaif yang bukan dikarenakan

rawinya pelupa, banhyak salah dan orang fasik, yang mempyunyai muttabi‟ dan

syahid. Hadis Dhaif yang karena buruk hafalannya (su‟u al hifdzi), tidak dikenal

indentitasnya (mastur), dan mudallis (menyembunyikan cacat) dapat naik

derajatnya dari menjadi hasan li ghairih karena dibantu oleh hadis hadis lain yang

seminal dan semakna atau banyak rawi yang meriwayatkannya.

C. HADIS MAUDHU’

Hadis Maudhu‟ ialah hadis yang dibuat oleh seseorang (hadis palsu)yang

ciptaannya itu dinisbahkan kepada Rasulullah saw. secara palsu dan dusta, baik

disengaja maupun tidak. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikasikan

berdasarkan cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi.11

Sama seperti hadis yang lain, hadis maudhu‟ juga memiliki ciri-ciri tertentu.

Ciri-ciri tersebut ialah :

1. Adanya pengakuan dari si pembuat hadis. Pernah seorang ulama

menanyakan suatu hadis kepada perawinya dan perawi tersebut mengakui

bahwa ia memang menciptakan hadis tersebut untuk suatu keperluan.

2. Adanya indikasi yang memperkuat, misalnya seorang rawi mengaku

menerima suatu hadis dari seorang tokoh, padahal ia belum pernah

bertemu dengan tokoh tersebut, atau tokoh tersebut telah meninggal

sebelum perawi itu lahir.

3. Adanya indikasi dari sisi tingkah laku sang perawi, misalnya diketahui

bahwa ada tingkah laku yang menyimpang dari sang perawi.

4. Adanya pertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir atau dengan

ijma dan akal sehat.

Faktor-faktor yang penyebab munculnya hadis maudhu’

11 Maksudnya orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana mestinya, dia memahami

pembicaraan itu secara benar, kemudian menghafalnya dan sanggup menyampaikan hafalannya

kapan saja dia menghendakinya.

Page 18: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

15

Seperti yang dikutip dari buku Ulumul Hadis (Agus Solahudin dan Agus

Suyadi : 176-181) Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya hadis-

hadis maudhu‟, antara lain sebagai berikut.

1. Pertentangan politik dalam soal pemilihan khalifah

Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya pembunuhan

terhadap khalifat Usman bin Affan oleh para pemberontak dan khalifah digantikan

oleh Ali bin Abi Talib.

Umat Islam pada masa itu terpecah-pecah menjadi beberapa golongan,

seperti golongan yang ingin menuntut bela terhadap Kematian Khalifah Usman

bin Affan dan golongan yang mendukung Saiyidina Ali bin Abi Talib (Syi‟ah).

Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya seperti khawarij

dan golongan pendukung Muawwiyah.

Di antara golongan-golongan tersebut, untuk mendukung golongannya

masing-masing, mereka membuat hadis palsu. Yang pertama dan paling banyak

membuat hadis maudhu‟ adalah golongan Syi‟ah12

dan Rafidhah13

. 2

Orang-orang Syi‟ah membuat hadis maudhu‟ (palsu) tentang keutamaan-

keutamaan Ali dan Ahli Bait. Di samping itu, mereka membuat hadis maudhu‟

dengan maksud mencela dan menjelek-jelekkan Abu Bakar r.a dan Umar r.a.

Di antara hadis yang dibuat oleh golongan Syi‟ah adalah :

“Barangsiapa yang ingin melihat Allah tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat

Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin

meihat Isa tentang ibadahnya, hendaklah ia melihat Ali”.

“Apabila kamu melihat Muawiyyah atas mimbarku, bunuhlah dia”.

12 Syi‟ah adalah pendukung berat keluarga nabi (ahlul al-bayt) dan lebih mengutamakan Ahl

bait daripada sahabat yang bukan keluarga nabi saw. tetapi tidak sampai mencaci, membenci, atau

mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan Umar.

13

Rafidhah Adalah suatu sekelompok penganut Syi‟ah yang memandang Ali dan anak

cucunya lebih utama dari Abu Bakar dan Umar serta mencaki-maki mereka.

Page 19: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

16

Gerakan-gerakan orang Syi‟ah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur

yang bodoh dan tidak tahu akibat dari pemalsuan hadis tersebut dengan membuat

hadis-hadis palsu.

“Tak ada satu pohon pun dalam surga melainkan tertulis pada tiap-tiap daunnya:

La ilaha ilallah, Muhammadur Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddieq, „Umar bin

Khatab dan Usman Dzunnuraini”.

Golongan yang fanatik terhadap Muawwiyah membuat pula hadis palsu yang

menerangkan keutamaan Muawwiyah, di antaranya :

“Orang yang tepercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril dan Muawwiyah”.

Perlu ditegaskan bahwa walaupun golongan Khawarij merupakan golongan

yang keluar dari Ahlus sunnah wal jama‟ah, mereka tidak suka membuat hadis

maudhu‟ untuk menguatkan mazhabnya. Jadi, tidak benar jika ada ulama yang

mengatakan bahwa Khawarij dalam memperkuat mazhabnya membuat hadis

maudhu‟.

Hal tersebut dikatakan oleh Abu Daud bahwa tidak ada di dalam golongan

pengikut nafsu, yang lebih berat perkataannya dan lebih shahih hadisnya, selain

golongan Khawarij.

Mereka tidak melakukan pemalsuan hadis dikarenakan oleh doktrin mereka

yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar, apalagi berdusta atas

nama Nabi Muhammad saw.

2. Adanya Kesengajaan dari Pihak Lain untuk Merusak Ajaran Islam

Golongan ini adalah golongan yang terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi,

Majusi dan Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama Islam,

bahkan dalam Islam pun tidak membenarkan mengikuti atau percaya kepada

mereka.14

Mereka tidak mampu melawan kekuatan Islam secara terbuka, maka

mereka menciptakan sejumlah besar hadis maudhu‟ dengan tujuan merusak ajaran

Islam.

14 Baca Tafsir Ibnu Kasir, 3/132

Page 20: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

17

Faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadis maudhu‟. Hal ini

berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba‟15

ang mencoba memecah belah Islam

dengan bertopeng kecintaan kepada Ahli Bait.

Di antara hadis maudhu‟ yang diciptakan oleh orang-orang Zindiq16

tersebut,

adalah :

“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di „Arafah dengan berkendaraan

unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan

dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan”.

“Melihat (memandang) muka yang indah ialah ibadah”

3. Mempertahankan madzhab dalam Masalah Fikih dan Masalah

Kalam

Para pengikut madzhab fikih dan kalam yang bodoh dan dangkal ilmunya

membuat pula hadis-hadis palsu untuk menguatkan paham pendirian imamnya.

Mereka yang fanatik terhadap madzhab Abu Hanifah yang menganggap tidak

shah shalat mengangkat kedua tangan dikala shalat, membuat hadis madhu‟

sebagai berikut.

“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya di dalam shalat, tidak sah

shalatnya”.

4. Membangkitkan Gairah Beribadah untuk Mendekatkan Diri kepada

Allah

Mereka membuat hadis-hadis palsu dengan tujuan menarik orang untuk

mendekatkan diri kepada Allah, melalui amalan-amalan yang mereka ciptakan,

atau dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal, melalui hadis tarhib wa

targhib (anjuran-anjuran untuk meninggalkan yang tidak baik dan untuk

mengerjakan yang dipandangnya baik), dengan cara berlebih-lebihan.

15 Menurut www.wikipedia.org merupakan orang Yahudi yang masuk Islam pada masa

Khalifah Usman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap Khalifah waktu itu,

serta sekaligus menjadi tokoh pendiri Syi‟ah.

16

Zindiq menurut bahasa artinya kotoran yang membahayakan, sedangkan menurut istilah

berarti golongan atau orang yang sengaja membuat penyimpangan dalam penafsiran nash-nash

Alquran

Page 21: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

18

Seperti hadis-hadis yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang keutamaan

Al-qur‟an.Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu,ia menjawab,”saya

dapati manusia telah berpaling dari membaca Al-Qur‟an maka saya membuat

hadis-hadis ini untuk menarik minat umat kembali kepada Al-Qur‟an.

5. Menjilat Para Penguasa untuk Mencari Kedudukan atau Hadiah

Ulama-ulama su‟ membuat hadis palsu ini untuk membenarkan perbuatan-

perbuatan para penguasa sehingga dari perbuatannya tersebut, mereka mendapat

upah dengan diberi kedudukan atau harta.

Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha‟i yang datang kepada Amirul

Mukminim AL-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu, ia menyebut hadis

dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada Nabi SAW., bahwasanya

beliau bersabda,

“Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan, menunggang

kuda, atau burung yang bersayap”.

Ia menambahkan kata, ‟atau burung yang bersayap‟, untuk menyenangkan

Al-Mahdi, lalu Al-Mahdi memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling,

sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta

atas nama Rasulullah SAW”, lalu ia memerintahkan untuk menyembelih merpati

itu.

Contoh-contoh hadis Maudhu’ :

(1)

“Dari Ibnu Umar ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. Barangsiapa pergi

haji, tetapi dia tidak ziarah kepadaku, maka berarti dia tidak suka kepadaku”.

(H.R. Ibnu „Adie, Daraquthie dan Ibnu Hibban).

(2)

“Buah terong itu penawar dari segala penyakit”

Page 22: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

19

(3)

“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh keturunan”

(4)

“Barang siapa yang melawan yang melahirkan seorang anak, kemudian dinamai

Muhammad, ia dan anaknya akan masuk surga”

Page 23: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

20

BAB III

KESIMPULAN

1. Hadis jika ditinjau dari segi kuantitas perawi terbagi ke dalam dua, yaitu

hadis mutawatir dan hadis ahad.

2. Hadis mutawatir merupakan hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi

hadis dan mustahil berbuat dusta dan memiliki beberapa persyaratan-

persyaratan khusus

3. Hadis Ahad merupakan hadis yang diriwayatkan oleh beberapa perawi

hadis dan mustahil berbuat dusta, namun diantara perawi tersebut ada yang

sedikit keliru hafalannya sehingga gugur lah salah satu persyaratan hadis

mutawatir.

4. Hadis mutawatir diklasifikan atas tiga, yaitu mutawatir Ma‟nawi,

mutawatir „Amali, mutawatir Lafdzi

5. Hadis ahad terbagi menjadi tiga, yaitu hadis Masyur, hadis „Aziz, dan

hadis Gharib.

6. Hadis jika diklasifikasikan berdasarkan kualitas perawi terbagi ke dalam

tiga jenis, yaitu hadis shahih, hadis dhaif‟ dan hadis hasan.

7. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikan berdasarkan cacat pada

keadilan dan ke-dhabit-an Rawi.

Page 24: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

21

Page 25: Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah.

A.Hassan. Kitab Soal-Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, jil 1-2,

Bandung: Diponegoro Bandung, 1968.

Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir juz 5An-Nisa 24 s.d An-Nisa 147, Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 2000.

M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,

2008.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah&Pengantar Ilmu Hadist,.

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.

www.wikipedia.org/wiki/hadits